____ Baca Baca: SMK 10 Akuntansi Industrial Html BSE_______welcome
Share |

Selasa, 23 Februari 2010

SMK 10 Akuntansi Industrial Html












Ali Irfan
AKUNTANSI
INDUSTRI
JILID 1
SMK
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional
Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional
Dilindungi Undang-undang
AKUNTANSI
INDUSTRI
JILID 1
Untuk SMK
Penulis : Ali Irfan
Perancang Kulit : TIM
Ukuran Buku : 17,6 x 25 cm
Diterbitkan oleh
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional
Tahun 2008
IRF IRFAN, Ali
a Akuntansi Industri Jilid 1 untuk SMK oleh Ali Irfan ----
Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan,
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah,
Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
x, 132 hlm
Daftar Pustaka : Lampiran. A
ISBN : 978-602-8320-08-5
ISBN : 978-602-8320-09-2
KATA SAMBUTAN
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar
dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional, telah melaksanakan
kegiatan penulisan buku kejuruan sebagai bentuk dari kegiatan
pembelian hak cipta buku teks pelajaran kejuruan bagi siswa SMK.
Karena buku-buku pelajaran kejuruan sangat sulit di dapatkan di pasaran.
Buku teks pelajaran ini telah melalui proses penilaian oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan sebagai buku teks pelajaran untuk SMK dan telah
dinyatakan memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses
pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 45
Tahun 2008 tanggal 15 Agustus 2008.
Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
seluruh penulis yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya
kepada Departemen Pendidikan Nasional untuk digunakan secara luas
oleh para pendidik dan peserta didik SMK.
Buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada
Departemen Pendidikan Nasional ini, dapat diunduh (download),
digandakan, dicetak, dialihmediakan, atau difotokopi oleh masyarakat.
Namun untuk penggandaan yang bersifat komersial harga penjualannya
harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Dengan
ditayangkan soft copy ini diharapkan akan lebih memudahkan bagi
masyarakat khsusnya para pendidik dan peserta didik SMK di seluruh
Indonesia maupun sekolah Indonesia yang berada di luar negeri untuk
mengakses dan memanfaatkannya sebagai sumber belajar.
Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini. Kepada
para peserta didik kami ucapkan selamat belajar dan semoga dapat
memanfaatkan buku ini sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa buku ini
masih perlu ditingkatkan mutunya. Oleh karena itu, saran dan kritik
sangat kami harapkan.
Jakarta, 17 Agustus 2008
Direktur Pembinaan SMK
ii
Akuntansi adalah sebuah disiplin yang terus berkembang. Baik
dalam tataran akademis maupun praktis. Perkembangan dalam
tataran praktis terutama dipicu oleh perkembangan dunia bisnis
yang—dalam era kesejagadan yang didukung oleh perkembangan
teknologi informasi—terus berubah dengan kecepatan yang tidak
terbayangkan sebelumnya. Kondisi seperti ini tentu saja berpengaruh
pula terhadap praktik-praktik akuntansi.
Pada situasi seperti ini lulusan sekolah kejuruan—termasuk
dari program studi akuntansi—dituntut untuk memiliki kompetensi yang
memadai agar dapat bersaing dalam pasar kerja yang relevan. Oleh
karena itulah diharapkan buku ini dapat memberikan kontribusi yang
signifikan terhadap kompetensi yang dimaksud. Manfaat buku ini
diharapkan tidak hanya akan diperoleh para siswa, namun juga bagi
para guru dan staf pengajarnya, maupun bagi masyarakat yang
berminat pada bidang akuntansi pada umumnya. Pengalaman Penulis
sebagai praktisi pada DU/DI serta akademisi di bidang akuntansi dan
pajak diharapkan pula akan dapat sedikit mewarnai buku ini.
Kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya
buku ini penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada:
1. Dr. Joko Soetrisno, MM, Direktur Pembinaan SMK DEPDIKNAS.
2. Dr. Rosidi, MM.,Ak, Rektor Universitas Gajayana Malang.
3. Drs. Agus Sambodo, SH, BKP, Konsultan Pajak dan Dosen
Universitas Gajayana Malang.
4. Drs. Ahmad Dahlan, MSA., Ak., BKP., Konsultan Pajak dan Dosen
Universitas Gajayana Malang.
5. Ima, serta semua staf dan karyawan Cipta Jasatama Management
& Tax Consultants Malang.
Akhirnya, masukan berupa kritik dan saran amat diharapkan
agar dapat terus menyempurnakan karya yang penuh kelemahan ini.
Semoga Allah SWT meridhai amal kita semua.
Penulis
iii
Pengantar Direktur Pembinaan SMK i
Pengantar Penulis ii
Lembar Pengesahan iii
Daftar Isi iv
Sinopsis vii
Deskripsi Isi Penulisan viii
Peta Kompetensi ix
BAGIAN
1
Akuntansi untuk Perusahaan Manufaktur 1
Bab 1 Akuntansi untuk Perusahaan Manufaktur 2
Karakteristik Perusahaan Manufaktur 2
Masalah Khusus Perusahaan Manufaktur 4
Akuntansi Perusahaan Manufaktur 8
Membuat Laporan Beban pokok produksi (Cost of
Goods Manufactured Statement)
12
Istilah Baru (Glosari) 26
Laporan Beban pokok produksi (Cost of Goods
Manu-factured Statement): Laporan Beban pokok
produksi Selama Satu Periode
28
Menghitung Beban pokok produksi dan Beban
pokok penjualan
28
Prosedur Akuntansi Biaya (Cost Accounting
Procedure)
33
Istilah Baru (Glosari) 34
Tugas 35
Bab 2 Beban pokok produksi Pesanan (Job Order
Costing)
44
Penentuan Biaya Berdasarkan Pesanan dan
Penentuan Biaya Berdasarkan Proses
46
Ilustrasi Sistem Akuntansi Biaya Perpetual 48
Penerapan Job Order Costing di Departemen 64
Istilah Baru (Glosari) 65
iv
Contoh Soal dan Penyelesaiannya 66
Bahan untuk Tugas 73
Bab 3
Beban pokok produksi Proses (Process Costing)
87
Penekanan Akuntansi Berdasarkan Proses 89
Contoh Akuntansi Biaya Berdasarkan Proses 90
Istilah Baru (Glosari) 96
Bahan Untuk Tugas 96
Laporan Beban pokok produksi Berdasarkan Proses 104
Tujuan Laporan Beban pokok produksi 105
Tahapan dalam Laporan Beban pokok produksi 105
Istilah Baru (Glosari) 110
Contoh Soal dan Penyelesaiannya 110
Bahan Untuk Tugas 113
BAGIAN
2
Akuntansi untuk Industri Tertentu dan Masalah-
Masalah Khusus
122
Bab 1 Akuntansi Untuk Sewa Guna Usaha (Leasing) 124
Terminologi (Glosari) 126
Pengertian Leasing 127
Keuntungan Leasing 128
Klasifikasi Leasing 129
Perbedaan Antara Perjanjian Leasing dengan
Perjanjian Lainnya
132
Akuntansi Leasing 134
Formula yang Digunakan untuk Menghitung
Pembayaran Leasing
135
Prosedur Mekanisme Leasing 136
Perlakuan Akuntansi oleh Lessee Menurut PSAK
No. 30
137
Penyusutan Menurut Perpajakan Indonesia 138
Aspek Perpajakan yang Berkaitan dengan Leasing 139
Pokok Perjanjian Leasing 144
Soal Latihan 165
Bab 2 Akuntansi Untuk Perusahaan Konstruksi 169
Terminologi (Glosari) 169
Metode Akuntansi 171
Metode Persentase Penyelesaian 173
Penyajian Laporan Keuangan pada Metode
Persentase Penyelesaian
180
Metode Kontrak Selesai 183
Kerugian dalam Kontrak Jangka Panjang 185
Kerugian dalam Tahun Berjalan 186
Kerugian pada Kontrak yang Merugi 187
Aspek Perpajakan 190
Bab 3 Akuntansi untuk Koperasi 194
Gambaran Umum Usaha 195
v
Karakteristik Badan Usaha Koperasi 195
Usaha dan Jenis-Jenis Koperasi 196
Terminologi (Glosari) 197
Perlakuan Akuntansi 198
Tahap Pencatatan Akuntansi Koperasi 212
Bab 4 Akuntansi untuk Perbankan 227
Gambaran Umum Usaha 228
Karakteristik Usaha Perbankan 228
Jenis Jasa Perbankan 229
Terminologi (Glosari) Khusus dalam Perbankan 233
Perlakuan Akuntansi dalam Perbankan 235
Akuntansi Aktiva 235
Akuntansi Kewajiban 250
Akuntansi Ekuitas 259
Akuntansi Pendapatan & Beban 261
Pelaporan Keuangan pada Bank 262
Kerangka Laporan Keuangan Bank 264
Bab 5 Akuntansi Perbankan Syariah 276
Akuntansi Perbankan Syariah 277
Keunikan Perbankan Syariah 280
Jenis Produk Bank Syariah 282
Terminologi (Glosari) dalam Perbankan Syariah 293
Perlakuan Akuntansi dalam Perbankan Syariah 300
Akuntansi Aktiva 300
Akuntansi Kewajiban 338
Bab 6 Akuntansi untuk Konsinyasi 343
Pengertian Penjualan Konsinyasi 343
Akuntansi Penjualan Konsinyasi 344
Bagaimana Kalau Barang yang Dititipkan (Barang
Konsinyasi) masih tersisa?
350
Soal dan Penyelesaian 355
Bab 7 Akuntansi untuk Penjualan Angsuran 358
Pengertian Penjualan Angsuran 358
Perhitungan Bunga (Interest) pada Penjualan
Angsuran dan Pencatatannya
359
Perlakuan Akuntansi Lainnya 363
Pembatalan Penjualan Angsuran 368
Laporan Keuangan 370
Penjualan Barang Tidak Bergerak 372
Penjualan Barang Bergerak 375
Laporan Keuangan Jika Perusahaan Melakukan
Penjualan Reguler dan Penjualan Angsuran
378
Soal dan Penyelesaian 380
Bab 8 Akuntansi untuk Kantor Pusat dan Kantor
Cabang
383
Akuntansi Kantor Agen 384
Akuntansi Kantor Cabang 388
Soal dan Penyelesaian 395
Bab 9 Masalah-Masalah Khusus Antara Kantor Pusat 400
vi
dan Kantor Cabang
Pengiriman Barang Dagangan ke Kantor Cabang
dengan Nota di Atas Harga Pokok
400
Pengiriman Uang atau Barang Dagangan Antar
Kantor Cabang
403
Soal dan Penyelesaian 406
Bab 10 Hubungan Kantor Pusat dan Kantor Cabang di
Luar Negeri
409
Pengertian 409
Penjabaran ke Dalam Mata Uang yang Dipakai
Kantor Pusat
410
Tahap-Tahap dalam Penyusunan Laporan
Keuangan Gabungan
410
Aspek Perpajakan 416
Soal dan Penyelesaian 418
Penutup 421
Daftar Pustaka A1-A2
vii
Praktik akuntansi berkembang seiring dengan perkembangan
dunia usaha yang amat cepat. Hal ini tidak dapat dihindari, karena
salah satu fungsi akuntansi adalah sebagai penyampai informasi
finansial bagi para pengambil keputusan yang berkepentingan.
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) sendiri, sebagai dasar dan acuan
dalam penerapan akuntansi, juga terus berubah dan direvisi seiring
dinamika dunia bisnis.
Buku ini akan mencoba memberikan pemahaman tentang
akuntansi pada perusahaan manufaktur, perusahaan/industri tertentu
yang makin banyak pelakunya dalam praktik, serta akuntansi untuk
masalah-masalah tertentu. Penyusunan buku ini juga didorong oleh
pengamatan Penulis berdasarkan pengalaman sekitar tujuh tahun
sebagai asesor uji kompetensi bidang akuntansi SMK di Jawa Timur,
yang memberikan kesan bahwa siswa belum diberikan materi terkini
sesuai yang diterapkan oleh Dunia Usaha/Dunia Industri (DU/DI)
berdasarkan SAK. Boleh jadi hal ini disebabkan oleh minimnya literatur
yang dapat dijadikan rujukan oleh para guru di SMK.
Pembahasan buku ini meliputi “semua” jenis akuntansi yang
dihadapi oleh DU/DI dengan memperhatikan praktiknya di Indonesia
yang sesuai dengan SAK; yang terdiri dari:
􀀩 Akuntansi Untuk Perusahaan Manufaktur.
􀀩 Akuntansi Untuk Sewa Guna Usaha (Leasing).
􀀩 Akuntansi Untuk Perusahaan Konstruksi.
􀀩 Akuntansi Untuk Perbankan.
􀀩 Akuntansi Untuk Koperasi.
􀀩 Akuntansi Untuk Konsinyasi.
􀀩 Akuntansi Untuk Penjualan Angsuran
􀀩 Akuntansi Untuk Kantor Pusat dan Kantor Cabang.
Buku ini juga dilengkapi juga dengan contoh-contoh kasus agar
dapat lebih memahami materi yang dibahas serta dapat dipakai oleh
guru sebagai latihan untuk siswa.
viii
Buku ini ditulis dengan maksud mendekatkan siswa kepada dunia
praktik akuntansi pada dunia kerja yang nantinya akan mereka masuki.
Dari pengalaman penulis berinteraksi dengan SMK selama hampir
sepuluh tahun—baik sebagai asesor uji kompetensi, pendamping praktik
kerja industri, maupun sebagai instruktur bidang akuntansi dan
perpajakan bagi guru-guru SMK—kesulitan yang paling banyak
dikeluhkan oleh para guru dan siswa adalah kurangnya literatur dan
bahan bacaan yang dapat dipakai sebagai acuan untuk memahami
akuntansi dan pajak sesuai perkembangannya dalam dunia praktik pada
DU/DI. Amat jarang—kalau tidak dapat dikatakan belum ada—buku
pegangan pengajaran di SMK yang membahas secara komprehensif
materi akuntansi yang dikaitkan langsung dengan aspek perpajakannya,
seperti yang nantinya akan mereka temui ketika mereka bekerja,
sehingga dengan buku dan bahan ajar yang ada para guru memberikan
materi yang sebagian sudah tidak sesuai lagi dengan praktik pada DU/DI.
Ironisnya, siswa SMK sebenarnya disiapkan dan ‘diproses’ agar nantinya
mampu langsung bekerja pada bidang yang relevan dengan yang mereka
pelajari di SMK. Oleh karena itu buku ini diharapkan dapat berkontribusi
untuk sedikit menutup celah yang menganga tersebut.
Sistematika penyajian buku ini adalah sebagai berikut. Bagian 1 terdiri
dari tiga bab yang membahas akuntansi untuk perusahaan manufaktur.
Bagian 2 berisi sepuluh bab yang membahas akuntansi pada industri
tertentu, misalnya akuntansi untuk perusahaan konstruksi, akuntansi
untuk koperasi, maupun akuntansi untuk perbankan. Selain itu dibahas
pula akuntansi untuk masalah-masalah khusus tertentu seperti akuntansi
untuk leasing, penjualan angsuran, konsinyasi. Diharapkan materi yang
dibahas dapat memberikan pemahaman yang cukup lengkap dan
komprehensif, namun diusahakan pula agar materi yang diberikan tidak
terlalu advance, sehingga masuk ke wilayah yang seharusnya diberikan
untuk S1. Kendati sudah diusahakan sedemikian rupa, namun bisa jadi,
secara tidak disadari pembahasan materi telah memasuki wilayah
tersebut. Yang ingin dituju sebenarnya adalah, sebagaimana telah
dinyatakan di depan, agar siswa memperoleh gambaran tentang praktikpraktik
akuntansi pada berbagai bidang usaha yang saat ini makin banyak
dan beragam serta berkembang pesat aplikasinya; dan nantinya “rimba”
seperti itulah yang akan menjadi lahan kerja selepas siswa dari SMK.
ix
1. Peta Kompetensi
K1. Mengelola Proses Kredit
K2. Mengelola Kartu Piutang
K3. Mengelola Kartu Persediaan Supplies
K4. Mengelola Kartu Persediaan Barang Jadi
K5. Mengelola Administrasi Gaji & Upah
K6. Mengelola Kartu Biaya Produksi
K7. Mengelola Kartu Persediaan Bahan Baku
K8. Mengelola Administrasi Kas Bank
K9. Mengelola Administrasi Dana Kas Kecil
K10. Mengelola Kartu Aktiva Tetap
K11. Mengelola Buku Jurnal
K12. Mengelola Buku Besar
K13. Mengelola Kartu Persediaan Barang Dagangan
2. Jenis Pekerjaan yang ada di DU/DI
P1. Pemegang Buku di Perusahaan Manufaktur
P2. Pemegang Buku di Perusahaan Konstruksi
P3. Pemegang Buku di Perusahaan Leasing
P4. Pemegang Buku di Perusahaan Dagang secara Angsuran
P5. Pemegang Buku di Perusahaan Dagang secara Konsinyasi
P6. Pemegang Buku di Perusahaan yang Memiliki Kantor Cabang
P7. Pemegang Buku di Perusahaan Perbankan
P8. Pemegang Buku di Perusahaan Koperasi
Analisis Relevansi Kompetensi Terhadap Jenis Pekerjaan
Skor Tingkat Relevansi Kompetensi
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8
Σ
K1 4 4 4 4 4 4 4 4 32
K2 4 4 4 4 4 4 4 4 32 K3 4 4 4 4 4 4 4 4 32 K4 4 4 4 4 4 4 4 4 32 K5 4 4 4 4 4 4 4 4 32 K6 4 4 4 4 4 4 4 4 32 K7 4 4 4 4 4 4 4 4 32 K8 4 4 4 4 4 4 4 4 32 K9 4 4 4 4 4 4 4 4 32 K10 4 4 4 4 4 4 4 4 32 K11 4 4 4 4 4 4 4 4 32 K12 4 4 4 4 4 4 4 4 32 K13 4 4 4 4 4 4 4 4 32 52 52 52 52 52 52 52 52
Keterangan Skor:
- Skor 4 = jika kompetensi tersebut sangat relevan
- Skor 3 = Jika kompetensi tersebut relevan
- Skor 2 = Jika kompetensi tersebut kurang relevan
- Skor 1 = Jika kompetensi tersebut tidak relevan
Kompetensi
Pekerjaan
x
Manufaktur Konstruksi Leasing Dagang Perbankan Koperasi
K3.
Mengelola
Kartu
Persediaan
Supplies
K3.
Mengelola
Kartu
Persediaan
Supplies
K3.
Mengelola
Kartu
Persediaan
Supplies
K3.
Mengelola
Kartu
Persediaan
Supplies
K3.
Mengelola
Kartu
Persediaan
Supplies
K3.
Mengelola
Kartu
Persediaan
Supplies
K5.
Mengelola
Administrasi
Gaji & Upah
K5.
Mengelola
Administrasi
Gaji & Upah
K5.
Mengelola
Administrasi
Gaji & Upah
K4.
Mengelola
Kartu Persd.
Barang Jadi
K5.
Mengelola
Administrasi
Gaji & Upah
K5.
Mengelola
Administrasi
Gaji & Upah
K6.
Mengelola
Kartu Biaya
Produksi
K8.
Mengelola
Administrasi
Kas Bank
K8.
Mengelola
Administrasi
Kas Bank
K5.
Mengelola
Administrasi
Gaji & Upah
K8.
Mengelola
Administrasi
Kas Bank
K8.
Mengelola
Administrasi
Kas Bank
K7.
Mengelola
Kartu
Persediaan
Bahan Baku
K9.
Mengelola
Administrasi
Dana Kas
Kecil
K9.
Mengelola
Administrasi
Dana Kas
Kecil
K9.
Mengelola
Administrasi
Dana Kas
Kecil
K9.
Mengelola
Administrasi
Dana Kas
Kecil
K9.
Mengelola
Administrasi
Dana Kas
Kecil
K8.
Mengelola
Administrasi
Kas Bank
K10.
Mengelola
Kartu Aktiva
Tetap
K10.
Mengelola
Kartu Aktiva
Tetap
K10.
Mengelola
Kartu Aktiva
Tetap
K10.
Mengelola
Kartu Aktiva
Tetap
K10.
Mengelola
Kartu Aktiva
Tetap
K9.
Mengelola
Administrasi
Dana Kas
Kecil
K13.
Mengelola
Kartu Persd.
Barang
Dagangan
K10.
Mengelola
Kartu Aktiva
Tetap
K1. Mengelola
Proses Kredit
K2. Mengelola
Kartu Piutang
K11. Mengelola
Buku Jurnal
K12. Mengelola
Buku Besar
KLUSTERISASI KOMPETENSI PROGRAM KEAHLIAN
AKUNTANSI
Seri Akuntansi Industri untuk
Sekolah Menengah Kejuruan
Akuntansi untuk
Perusahaan Manufaktur
Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan
Ditjen Manajemen Dikdasmen
Departemen Pendidikan Nasional
Bagian 1
Drs. Ali Irfan, MSA., Ak., BKP.
Drs. Dwi Winarno, MM.
Editor:
Drs. I Cenik Ardana, MM., Ak.
1
AKUNTANSI untuk
PERUSAHAAN
MANUFAKTUR
AKUNTANSI
PERUSAHAAN MANUFAKTUR
􀀻 Karakteristik Perusahaan Manufaktur
􀀻 Masalah Khusus Perusahaan Manufaktur
􀀻 Akuntansi Perusahaan Manufaktur
􀀻 Membuat Laporan Beban pokok produksi
􀀻 Menghitung Beban pokok produksi dan Beban pokok
penjualan
2
AKUNTANSI UNTUK
PERUSAHAAN MANUFAKTUR
Tujuan Pengajaran
Buku ini akan membahas karakteristik, akuntansi khusus dan
pelaporan operasi perusahaan manufaktur . Tujuan pengajaran dari buku
ini adalah agar para siswa dapat:
1. Memahami karakteristik perusahaan manufaktur
2. Memahami masalah khusus akuntansi perusahaan manufaktur
3. Mencatat transaksi-transaksi produksi
4. Membuat laporan beban pokok produksi.
Karakteristik Perusahaan Manufaktur
Perusahaan manufaktur (manufacturing firm) adalah perusahaan
yang kegiatannya mengolah bahan baku menjadi barang jadi kemudian
menjual barang jadi tersebut. Kegiatan khusus dalam perusahaan
manufaktur adalah pengolahan bahan baku menjadi barang jadi.
Kegiatan ini sering disebut proses produksi. Kegiatan produksi, apabila
digambarkan akan nampak seperti di bawah ini:
3
Bidang akuntansi yang menangani masalah produksi disebut
akuntansi biaya (cost accounting). Tujuannya, menetapkan beban pokok
produksi barang jadi. Bab ini akan membahas sesuai ruang lingkup yang
telah disebutkan, yakni penetapan beban pokok produksi. Titik berat
pembahasan masih diletakkan pada pengenalan terhadap proses
akuntansi dan laporan khusus untuk perusahaan manufaktur.
Weygandt et al (1996: 848)
Gambar di atas menunjukkan karakteristik khusus perusahaan
manufaktur yang membedakannya dengan jenis perusahaan lain seperti
perusahaan dagang atau perusahaan jasa. Perbedaan tersebut terletak
pada persediaan-persediaannya, biaya pabrikasi (manufacturing costs),
-
+ =
=
an
4
biaya produksi dan beban pokok produksinya. Kita juga bisa memahami
perbedaan dalam komponen perhitungan beban pokok penjualan pada
sebuah perusahaan manufaktur dengan perusahaan dagang melalui
penggambaran di bawah ini.
Weygandt et al (1996: 847)
Komponen penambah dalam beban pokok penjualan untuk
perusahaan dagang diperoleh dari pembelian barang dagangan yang
ditambahkan ke persediaan barang dagangan yang telah dimiliki. Pada
perusahaan manufaktur, komponen penambah persediaan awal barang
jadi diperoleh dari harga pokok pabrikasi/beban pokok produksi yang
dibebankan selama proses mengubah bahan baku menjadi barang jadi
berlangsung. Setelah barang yang tersedia untuk dijual (baik pada
perusahan dagang maupun pada perusahaan manufaktur) dikurangi
dengan persediaan akhir, maka didapatlah beban pokok penjualan.
Masalah Khusus Perusahaan Manufaktur
Dibandingkan dengan perusahaan dagang, masalah khusus
dalam akuntansi perusahaan manufaktur adalah persediaan, biaya
pabrikasi (manufacturing costs), biaya produksi dan beban pokok
produksi.
Persediaan (Inventory)
Berdasarkan perusahaan dagang, dalam perusahaan manufaktur
biasanya terdiri dari tiga macam, yakni:
Perusahaan
Perusahaan Dagang
5
1. Persediaan bahan baku (raw materials inventory)
2. Persediaan barang dalam proses (work in process inventory)
3. Persediaan barang jadi (finished goods inventory)
Persediaan bahan baku melaporkan harga pokok bahan baku yang ada
pada tanggal neraca. Bahan baku adalah barang-barang yang digunakan
dalam proses produksi. Persediaan dalam proses terdiri dari biaya bahan
baku dan biaya-biaya manufaktur lain yang telah terjadi untuk
memproduksi barang yang belum selesai. Untuk menyelesaikannya
masih diperlukan tambahan biaya. Persediaan barang jadi terdiri dari total
biaya pabrik untuk barang-barang yang telah selesai diproduksi, tetapi
belum dijual. Sebuah perusahaan manufaktur dengan demikian harus
menyediakan tiga perkiraan untuk persediaan.
Biaya Manufaktur (Manufacturing Cost)
Biaya-biaya yang terjadi dalam perusahaan manufaktur selama
suatu periode disebut biaya manufaktur (manufacturing cost), atau lebih
dikenal dengan biaya pabrik. Biaya ini digunakan untuk menyelesaikan
barang yang masih sebagian selesai di awal periode, barang-barang
yang dimasukkan dalam proses produksi periode itu dan barang-barang
yang baru dapat diselesaikan sebagian di akhir periode. Pada dasarnya
biaya pabrik dapat dikelompokkan menjadi:
a. Biaya bahan baku (raw materials cost) yaitu biaya untuk bahan-bahan
yang dapat dengan mudah dan langsung diidentifikasikan dengan
barang jadi. Contoh bahan baku adalah kayu bagi perusahaan mebel
atau tembakau bagi perusahaan rokok.
b. Biaya tenaga kerja lansung (direct labor cost) adalah biaya untuk
tenga kerja yang menangani secara langsung proses produksi atau
yang dapat diidentifikasikan langsung dengan barang jadi. Contoh
buruh langsung adalah tukang kayu dalam perusahaan mebel atau
pelinting rokok dalam perusahaan rokok (Sigaret Kretek Tangan =
SKT).
c. Biaya overhead pabrik (overhead cost) adalah biaya-biaya pabrik
selain bahan baku dan tenga kerja langsung. Biaya ini tidak dapat
diidentifikasikan secara langsung dengan barang yang dihasilkan.
Contoh biaya overhead pabrik adalah: (1) bahan pembantu (kadangkadang
disebut: bahan tidak langsung (indirect materials) misalnya
perlengkapan pabrik (mur, baut dan pelitur dalam perusahaan mebel);
(2) tenga kerja tidak langsung (indirect labor) yaitu tenaga kerja yang
pekerjaannya tidak dapat diidentifikasikan secara langsung dengan
barang yang dihasilkan, misalnya gaji mandor; (3) pemeliharaan dan
6
perbaikan (maintenance and repair); (4) listrik, air telepon dan lainlain.
Ketiga jenis biaya manufaktur ini dapat dihubungkan dan dilihat
keterkaitannya dengan memperhatikan bagan yang diilustrasikan di
bawah ini.
Biaya Produksi (Production Cost) dan Biaya Periode (Period Cost)
Biaya produksi (production cost) adalah biaya yang dibebankan
dalam proses produksi selama suatu periode. Biaya ini terdiri dari
persediaan barang dalam proses awal ditambah biaya pabrikasi
(manufacturing cost), kemudian dikurangi dengan persediaan barang
dalam proses akhir. Biaya pabrikasi adalah semua biaya yang
7
berhubungan dengan proses produksi. Tiga komponen biaya yang
terdapat dalam biaya produksi adalah biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung, dan biaya overhead. Biaya overhead adalah semua biaya
pabrikasi (semua biaya yang terkait dengan proses produksi) yang
bersifat tidak langsung, termasuk biaya-biaya yang dibebankan pada
persediaan dalam proses pada akhir periode. Biaya overhead ini
seringkali tidak dapat diatribusikan/dilekatkan pada masing-masing unit
produk yang dikerjakan secara spesifik. Karena biaya ini biasanya
dinikmati bersama selama proses produksi berlangsung. Dalam situasi
tertentu dapat pula disebut sebagai biaya bersama (common cost).
Biaya bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung sering
pula disebut sebagai biaya utama (prime cost), yaitu biaya yang
merupakan komponen utama dari produk yang dibuat dan dapat dengan
mudah diatribusikan pada masing-masing unit produk yang dikerjakan
atau dibuat. Biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead sering pula
disebut sebagai biaya konversi (conversion cost), yaitu biaya yang
dikeluarkan atau terjadi sehingga bahan baku dapat diubah menjadi
produk jadi.
Kelompok biaya lain selain biaya produksi adalah biaya periode
(period cost), yaitu biaya nonpabrikasi yang dikeluarkan atau terjadi
selama periode berjalan dalam rangka operasional perusahaan. Biaya ini
dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni beban penjualan atau
pemasaran dan beban-beban administratif. Klasifikasi biaya yang
berbeda-beda ini dilakukan agar dapat mengukur kinerja atau prestasi
masing-masing bagian secara lebih fair. Kata lainnya adalah, alokasi
yang tepat akan dapat meningkatkan pertanggungjawaban masingmasing
bagian. Sehingga sebuah beban, bisa jadi teralokasikan ke dalam
pos-pos yang berbeda walaupun jenisnya sama. Beban depresiasi
komputer, misalnya, bisa jadi merupakan kelompok biaya overhead, jika
komputer tersebut berada di atau dipergunakan untuk kegiatan oleh
departemen produksi. Mungkin juga merupakan beban pemasaran/
penjualan jika komputer tersebut dimanfaatkan oleh bagian tersebut. Atau
boleh jadi pula beban depresiasi komputer tersebut merupakan kelompok
beban adminstratif jika komputernya digunakan oleh bagian kantor atau
administrasi. Oleh karena itulah kita harus dapat mengklasifikasikan
setiap beban ke dalam kelompok biaya yang tepat karena berdasarkan
laporan tersebut kinerja suatu bagian/seseorang akan diukur.
Beban pokok produksi (Cost of Goods Manufactured)
Biaya barang yang telah diselesaikan selama suatu periode
disebut beban pokok produksi barang selesai (cost of goods
manufactured) atau disingkat dengan beban pokok produksi. Harga
8
pokok ini terdiri dari biaya pabrik ditambah persediaan dalam proses awal
periode dikurangi persediaan dalam proses akhir periode. Beban pokok
produksi selama suatu periode dilaporkan dalam laporan harga produksi
(cost of goods manufactured statement). Laporan ini merupakan bagian
dari beban pokok penjualan (cost of goods sold).
Akuntansi Perusahaan Manufaktur
Seperti telah dijelaskan, siklus akuntansi meliputi tahap
pencatatan dan tahap pengikhtisaran yang terdiri dari:
Tahap pencatatan
1. Pembuatan atau penerimaan bukti transaksi
2. Pencatatan dalam jurnal
3. Pemindahanbukuan ( posting ) ke buku besar
Tahap pengikhtisaran
4. Pembuatan neraca saldo
5. Pembuatan neraca lajur dan jurnal penyelesaian
6. Penyusunan laporan keuangan
7. Pembuatan jurnal penutup
8. Pembuatan neraca saldo penutup
9. Pembuatan jurnal balik
Bab ini tidak akan membahas tahap demi tahap siklus tersebut.
Pembahasan perusahaan manufaktur di sini lebih pada menguraikan
tahap-tahap tersebut secara garis besar saja. Penekanan diberikan pada
proses akuntansi untuk masing-masing akun/rekening/perkiraan
perusahaan manufaktur (ketiga istilah ini dipakai seluruhnya, secara
bergantian, sepanjang pembahasan dalam buku ini untuk menunjukkan
bahwa ketiganya merupakan istilah yang lazim dipakai sehari-hari dalam
praktik pada DU/DI). Namun demikian, tetap diharapkan bahwa
pemaparan berikut ini telah mencakup semua pemahaman minimal yang
diperlukan untuk dapat menjalankan proses akuntansi pada sebuah
perusahaan manufaktur.
Bahan Baku (Raw Materials)
Pembelian bahan baku, seperti halnya perusahaan dagang, dicatat dalam
buku pembelian (untuk pembelian kredit) dan buku pengeluaran kas
(untuk pembelian tunai). Pembayaran hutang yang bersangkutan dicatat
dalam buku pengeluaran kas. Di buku besar, pembelian bahan baku
9
dicatat dalam rekening pembelian dan rekening-rekening lain yang
berhubungan, misalnya potongan pembelian serta pembelian retur dan
pengurangan harga. Pengeluaran bahan baku dari gudang untuk
produksi tidak dicatat. Pemakaian bahan baku selama suatu periode
dihitung sebagai berikut:
Data diperoleh
dari perkiraan Perhitungan Contoh
Persediaan bahan baku Persediaan pada awal periode Rp 1.000.000,00
Ditambah
Pembelian Pembelian selama perode Rp 24.000.000,00 +
sama dengan
….. Bahan baku tersedia untuk produksi Rp 25.000.000,00
Dikurangi
Persediaan bahan baku Persediaan pada akhir periode (Rp 5.000.000,00) -
sama dengan
Pemakaian bahan baku selama periode Rp 20.000.000,00
Jadi, seperti dalam perusahaan dagang, perkiraan persediaan
bahan baku hanya digunakan untuk menampung ayat jurnal penyesuaian
pada akhir periode. Jurnal penyesuaian dibuat untuk nilai persediaan
yang ada di awal dan akhir periode. Sementara itu, nilai persediaan
ditentukan dengan mengadakan penghitungan fisik. Jurnal penyesuaian
untuk persediaan (awal dan akhir) dilakukan terhadap rekening Ikhtisar
Beban pokok produksi.
Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor)
Pembayaran gaji kepada tenaga kerja langsung dicatat dalam
buku pengeluaran kas. Dalam buku perlu disediakan perkiraan tersendiri
untuk biaya buruh langsung. Pada akhir periode dibuatkan jurnal
penyesuaian untuk upah yang masih belum saatnya dibayar.
Pembebanan biaya buruh langsung dilakukan dengan mambuat jurnal
penutup ke rekening Ikhtisar Beban pokok produksi.
Biaya Overhead Pabrik (Overhead)
Biaya ini terdiri dari berbagai jenis, misalnya: bahan pembantu,
tenga keja tidak langsung, gaji, listrik, telepon, perlengkapan pabrik,
pemeliharaan dan perbaikan, asuransi, penyusutan bangunan pabrik,
penyusutan mesin-mesin pabrik, penyusutan kendaraan pabrik,
penyusutan peralatan pabrik dan lain-lain. Untuk tiap-tiap jenis biaya
dapat dibuatkan rekening tersendiri di buku besar. Atau, kalau ingin lebih
sederhana, dalam buku besar hanya disediakan satu rekening saja yaitu
biaya overhead pabrik sebagai rekening induk (sesungguhnya). Rincian
10
biaya overhead pabrik ke dalam tiap-tiap jenis biaya dicatat dalam buku
tambahan. Pembelian biaya overhead pabrik, misalnya pembelian bahan
pembantu, dicatat dalam buku pembelian. Pembayarannya, dicatat dalam
buku pengeluaran kas. Pembebanan biaya overhead pabrik ke dalam
produksi dilakukan dengan membuat jurnal penutup atas rekening yang
bersangkutan. Rekening lawanya adalah Ikhtisar Beban pokok produksi.
Persediaan dalam Proses ( Work in Process Inventory )
Proses produksi adalah kegiatan yang berlangsung terus
menerus. Sementara itu, akuntansi harus melaporkan informasi
keuangan secara berkala. Akibatnya, pada saat laporan keuangan harus
dibuat, terdapat kemungkinan adanya sebagian barang yang belum
selesai diproses. Walaupun demikian, biaya yang telah terjadi untuk
barang itu, tetap harus dilaporkan. Inilah yang dicantumkan sebagai
persediaan dalam proses. Untuk memperoleh beban pokok produksi
barang yang telah selesai, biaya pabrik ditambah dengan nilai persediaan
dalam proses di awal periode dan dikurangi dengan nilai persediaan
dalam proses di akhir periode.
Pesediaan dalam proses, baik di awal maupun akhir periode
diperoleh dengan jalan melakukan penghitungan phisik. Untuk
sementara, jangan diperhatikan dahulu bagaimana menghitung nilai
persediaan dalam proses. Yang perlu diketahui adalah bahwa nila ini
terdiri dari biaya bahan baku, buruh langsung dan biaya pabrikase yang
telah terjadi sampai dengan saat dilaporkan. Untuk mencatat nilai
persediaan dalam proses, dibuatkan rekening yang diberi nama:
“Persediaan dalam Proses”. Pada akhir periode dibuat jurnal
penyesuaian untuk menghilangkan persediaan dalam proses awal dan
membebankannya ke proses produksi. Sementara itu, jurnal penyesuaian
lain untuk menimbulkan persediaan dalam proses yang ada pada akhir
periode. Rekening lawan yang digunakan dalam jurnal penyesuaian
tersebut adalah Ikhtisar Beban pokok produksi.
Di bawah ini (pada halaman berikut) diberikan ilustrasi tentang alur
pembebanan biaya ke dalam proses produksi hingga pengakuan beban
pokok penjualan. Alur ini digambarkan dalam bentuk hubungan di antara
buku besar perkiraan-perkiraan yang terkait dengan proses produksi
dalam sebuah perusahaan manufaktur. Kita dapat melihat di situ, apa
saja perkiraan yang terkait dan harus dibuatkan jurnalnya selama proses
produksi berlangsung, dan kapan masing-masing perkiraan tersebut
harus didebitkan atau dikreditkan. Tentu saja, ilustrasi tersebut
menggambarkan pencatatan yang harus dibuat ketika perusahaan
menerapkan metode perpetual untuk persediaannya.
11
Persediaan Barang Jadi
7. Harga
Pokok Brg
yg selesai
dikerjakan
8. Beban
pokok
penjualan
Persd. Bahan Baku dan
Pembantu
1. Pembelian 4. Bahan
yang
terpakai
Persediaan Barang dalam
Proses
4. Bahan Baku
terpakai
5. TKL yg
digunakan
6. Taksiran
Overhead
dbebankan
7. Harga
Pokok Brg
yg selesai
dikerjakan
Tenaga Kerja Pabrik
2. TK Pabrik
yg terjadi/
dibebanka
n
5. TK Pabrik
yg digunakan
Beban pokok penjualan
8. Harga
Pokok
Penjualan
Overhead Pabrik
Overhead yg
sesungguhnya
terjadi:
3. Depresiasi
Asuransi
Reparasi
4. Bhn
Pemban-tu
yg digunakan
5. TK tdk lgsng
yg
digunakan
6. Taksiran
Overhead
yang dibebankan
Yang Diakumulasikan/
Ditambahkan
Yang Dibebankan dalam
Proses Produksi
1. Pembelian bahan
baku
2. Tenaga kerja pabrik
yg terjadi
3. Overhead Pabrik
yang terjadi
4. Bahan baku yg
diguna-kan
5. TK pabrik yg digunakan
6. Taksiran overhead yg
dibebankan
7. Barang jadi yg selesai
dan diakui
8. Beban pokok
penjualan yg diakui
4
5
6
7
Kunci dalam penjurnalan:
12
Membuat Laporan Beban pokok produksi
(Cost of Goods Manufactured Statement)
LAPORAN BEBAN POKOK PRODUKSI (COST OF GOODS
MANUFACTURED STATEMENT).
Kegiatan produksi selama periode dilaporkan dalam laporan
beban pokok produksi. Laporan ini merupakan perhitungan harga pokok
barang yang telah selesai diproduksi selama suatu periode.
Jurnal dan Buku Besar
Untuk menggambarkan pencatatan dan pelaporan beban pokok
produksi dalam sebuah perusahaan pabrik, anggaplah bahwa transaksitransaksi
berikut ini terjadi di PT Surya Dunia Abadi, sebuah perusahaan
manufaktur.
Pembelian Bahan Baku
Selama tahun 200A, PT Surya Dunia Abadi membeli secara kredit
bahan baku seharga Rp 1.440.000,00. Potongan pembelian, retur
pembelian dan pengurangan harga serta transaksi-transaksi lain yang
berhubungan dengan pembelian bahan baku diabaikan dalam contoh ini.
Ayat jurnal yang perlu dibuat untuk pembelian tadi, jika dicatat dalam
jurnal umum adalah sebagai berikut:
Tanggal Nomor
Bukti Keterangan Ref Debit Kredit
200A
Des 31 - Pembln bhn baku 500 1.440.000,00
Hutang dagang 211 1.440.000,00
Ayat jurnal di atas merupakan gabungan transaksi selama
setahun. Dalam kenyataannya, pencatatan dilakukan untuk tiap transaksi
dalam buku pembelian. Pembayaran hutang dagang tidak diperhatikan
lagi dalam ilustrasi ini. Akibat ayat jurnal di atas rekening Pembelian
Bahan Baku pada tanggal 31 Desember 200A akan bersaldo debit
sebesar Rp 1.440.000,00.
13
Pemakaian Tenaga Kerja Langsung
Selama tahun 200A, pembayaran gaji kepada tenaga kerja
langsung berjumlah Rp 150.000,00. Gaji yang masih harus dibayar pada
akhir tahun berjumlah Rp 23.000,00. Ayat jurnal yang harus dibuat adalah
sebagai berikut:
Tanggal Nomor
Bukti Keterangan Ref Debit Kredit
200A
Des 31 - Biy. tenaga krja lgsg 501 173.000,00
Bank 111 150.000,00
Hutang biaya 213 23.000,00
Sekali lagi, ayat jurnal di atas adalah gabungan dari seluruh
transaksi selama satu tahun. Kenyataannya, pencatatan dilakukan untuk
tiap pembayaran dalam buku pengeluaran kas. Sementara itu, gaji yang
masih harus dibayar dicatat sebagai ayat jurnal penyesuaian.
Pemakaian Biaya Overhead Pabrik
Dalam tahun 200A biaya overhead pabrik yang dibebankan dalam
produksi berjumlah Rp 450.000. Jumlah ini sudah termasuk ayat jurnal
penyesuaian yang diperlukan. Ayat jurnal yang perlu dibuat pada waktu
pembelian biaya-biaya tersebut adalah sebagai berikut:
Tanggal No.
Bukti Keterangan Ref Debit Kredit
200A
Des 31 - Biaya bahan pembantu 502 150.000
Biy. tenaga kerja tdk lgsng 503 140.000
Biaya gaji pabrik 504 40.000
Biy. listrik, air & telp. pabrik 505 37.000
Biaya perlengkapan pabrik 506 15.000
Biaya pemeliharaan dan
perbaikan pabrik
507 50.000
Biaya asuransi pabrik 508 13.000
Biy. overhead pbrk lain-lain 599 5.000
Hutang dagang 211 450.000
Pembayaran hutang dagang dalam buku pengeluaran kas tidak
diperlihatkan dalam contoh ini. Juga pembebanan biaya yang berasal dari
14
pembayaran di muka. Untuk biaya penyusutan, ayat jurnal yang dibuat
adalah sebagai berikut:
Tanggal Nomor
Bukti Keterangan Ref Debit Kredit
200A (A)
Des 31 - Biaya penyusutan pabrik 509 75.000
Akum. penystn mesin 134 75.000
(B)
Biaya penyusutan pabrik 509 9.500
Biy. penystn. penjualan 615 9.500
Biy. Pnystn adm&umum 625 9.500
Akum. Penystn. kend. 135 16.000
Akum. Penystn. perltn. 138 5.000
Dalam contoh perusahaan dagang, penyusutan dicatat melalui
jurnal penyesuaian. Ayat jurnal penyusutan tersebut di atas terdiri dari
dua bagian. Penyusutan mesin dibebankan seluruhnya dalam biaya
pabrik (manufacturing cost). Sementara itu, penyusutan bangunan,
kendaraan dan peralatan (total Rp 28.500) dialokasikan ke biaya pabrik
(manufacturing cost), penjualan seta administrasi dan umum.
Pengalokasian dilakukan berdasarkan penggunaan masing-masing aktiva
tetap.
Dalam neraca lajur perusahaan manufaktur terdapat rekening
yang belum pernah dibahas sebelumnya, yaitu aktiva tak terwujud. Aktiva
tak berwujud adalah aktiva tetap yang secara fisik tidak nyata. Contoh
aktiva tak berwujud adalah hak paten dan goodwill. Aktiva tak berwujud,
seperti halnya aktiva tetap, harus disusutkan. Penyusutan untuk aktiva
tak berwujud disebut amortisasi (amortization). Amortisasi aktiva tak
berwujud juga dapat dialokasikan ke biaya pabrik (manufacturing cost),
biaya penjualan serta biaya administrasi dan umum. Ayat jurnal yang
dibuat untuk mencatat dan mengalokasikan biaya amortisasi adalah
sebagai berikut:
Tanggal No.
Bukti Keterangan Ref Debit Kredit
200A
Des 31 - Biaya amortisasi pabrik 510 12.500
Biaya amortisasi bag. penjualan 616 6.250
Biy. Amorts. bag. adm. & umum 626 6.250
Aktiva tak berwujud 140 25.000
15
Pada halaman-halaman berikut ini ditampilkan neraca lajur milik
PT Surya Dunia Abadi seperti nampak dalam Tabel 1-1. Perhatikan
rekening-rekening yang dipakai dan bandingkan dengan perusahaan
dagang yang pernah dipelajari sebelumnya. Secara garis besar, bagan
rekening yang digunakan oleh PT Surya Dunia Abadi adalah sebagai
terlihat dalam Tabel 1-2.
16
Tabel 1-1
PT. SURYA DUNIA ABADI
Kertas Kerja
Tahun berakhir 31 Desember 200A
Neraca Saldo Jurnal Penyesuaian Neraca Saldo
Disesuaikan
Laporan Beban
pokok produksi
Perhitungan
No Nama Perkiraan Laba Rugi Neraca
Debit Kredit Debit Kredit Debit Kredit Debit Kredit Debit Kredit Debit Kredit
110 Dana kas kecil 1.000 - - - 1.000 - - - - - 1.000 -
111 Bank 67.600 - - - 67.600 - - - - - 67.600 -
112 Surat-2 berharga 25.000 - - - 25.000 - - - - - 25.000 -
113 Wesel tagih 20.000 - - - 20.000 - - - - - 20.000 -
114 Piutang dagang 187.900 - - - 187.900 - - - - - 187.900 -
115 Persd. bahan baku 197.000 - (B) 243.000 (A) 197.000 243.000 - - - - - 243.000 -
116 Persd. Dlm. proses 15.000 - (D) 20.000 (C) 15.000 20.000 - - - - - 20.000 -
117 Persd. barang jadi 285.000 - (F) 257.000 (E) 285.000 257000 - - - - - 257.000 -
118 Biy.dibyr. di muka 12.000 - - - 12.000 - - - - - 12.000 -
120 Investasi jk. Pnjng. 50.000 - - - 50.000 - - - - - 50.000 -
130 Tanah 75.000 - - - 75.000 - - - - - 75.000 -
131 Bangunan 150.000 - - - 150.000 - - - - - 150.000 -
132 Akum. penyusutan
bangunan
- 15.000 - - - 15.000 - - - - - 15.000
133 Mesin-mesin 750.000 - - - 750.000 - - - - - 750.000 -
134 Akum. penyusutan
mesin-mesin
- 150.000 - - - 150.000 - - - - - 150.000
135 Kendaran 80.000 - - - 80.000 - - - - - 80.000 -
136 Akum. penyusutan
kendaraan
- 32.000 - - - 32.000 - - - - - 32.000
137 Peralatan 25.000 - - - 25.000 - - - - - 25.000 -
138 Akum. penyusutan
peralatan
- 10.000 - - - 10.000 - - - - - 10.000
140 Aktiva tak berwjd. 50.000 - - - 50.000 - - - - - 50.000 -
210 Wesel bayar - 95.000 - - - 95.000 - - - - - 95.000
211 Hutang dagang - 145.000 - - - 145.000 - - - - - 145.000
212 Kredit modal kerja - 195.500 - - - 195.500 - - - - - 195.500
Dipindahkan
(subtotal)
1.990.500 642.500 520.000 497.000 2.013.500 642.500 - - - - 2.013.500 642.500
17
Neraca Saldo Jurnal
Penyesuaian
Neraca Saldo
Disesuaikan
Laporan Beban
pokok produksi
Perhitungan
No Laba Rugi Neraca
Perk Nama Perkiraan
Debit Kredit Debit Kredit Debit Kredit Debit Kredit Debit Kredit Debit Kredit
Pindahan (subtotal) 1.990.500 642.500 520.000 497.000 2.013.500 642.500 - - - - 2.013.500 642.500
213 Hutang biaya - 45.000 - - - 45.000 - - - - - 45.000
220 Kredit investasi - 600.000 - - - 600.000 - - - - - 600.000
310 Saham biasa - 400.000 - - - 400.000 - - - - - 400.000
410 Penjualan - 3.022.000 - - - 3.022.000 - - - - - 3.022.000
500 Pembln bahan baku 1.440.000 - - - 1.440.000 - 1.440.000 - - - - -
501 Biy. T.K. langsung 173.000 - - - 173.000 - 173.000 - - - - -
502 Biy bhn pembantu 150.000 - - - 150.000 - 150.000 - - - - -
503 Biy T.K tdk lngsng 140.000 - - - 140.000 - 140.000 - - - - -
504 Biaya gaji-pabrik 40.000 - - - 40.000 - 40.000 - - - - -
505 Biaya listrik, air,
telepon pabrik
37.000 - - - 37.000 - 37.000 - - - - -
506 Biy perlngkp pabrik 15.000 - - - 15.000 - 15.000 - - - - -
507 Biy pemelih&
perbaikan Pabrik
50.000 - - - 50.000 - 50.000 - - - - -
508 Biy asuransi pabrik 13.000 - - - 13.000 - 13.000 - - - - -
509 Biy penystn pabrik 84.500 - - - 84.500 - 84.500 - - - - -
510 Biy amorts pabrik 12.500 - - - 12.500 - 12.500 - - - - -
599 Biy overhead pabrik
lain-lain
5.000 - - - 2.000 - 5.000 - - - - -
610 Gaji bag. penjualan 75.000 - - - 75.000 - - - 75.000 - - -
611 Biy listrik, air dan
telepon bag. Penjl.
20.000 - - - 20.000 - - - 20.000 - - -
612 Biy perlengkapan
bag. Penjualan
25.000 - - - 25.000 - - - 25.000 - - -
613 Biy pemelih. & perbaikan
bag. Penjl.
15.000 - - - 15.000 - - - 15.000 - - -
614 Biaya asuransi bag.
penjualan
6.000 - - - 6.000 - - - 6.000 - - -
615 Biaya penyusutan
bag. Penjualan
9.500 - - - 9.500 - - - 9.500 - - -
616 Biaya amortisasi
bag. penjualan
6.250 - - - 6.250 - - - 6.250 - - -
Dipindahkan
(subtotal)
4.307.250 4.833.000 520.000 497.000 4.330.250 4.833.000 2.160.000 - 156.750 3.022.000 2.013.500 1.811.000
18
Neraca Saldo Jurnal Penyesuaian Neraca Saldo
Disesuaikan
Laporan Beban
pokok produksi
Perhitungan
No Laba Rugi Neraca
Perk Nama Perkiraan
Debit Kredit Debit Kredit Debit Kredit Debit Kredit Debit Kredit Debit Kredit
Pindahan (subtotal) 4.307.250 4.833.000 520.000 497.000 4.330.250 4.833.000 2.160.000 - 156.750 3.022.000 2.013.500 1.811.000
617 Biy iklan & promosi 200.000 - - - 200.000 - - - 200.000 - - -
618 Biy pengiriman 60.000 - - - 60.000 - - - 60.000 - - -
619 Biy penjln lain-lain 4.250 - - - 4.250 - - - 4.250 - - -
620 Gaji bag.adm.& um. 90.000 - - - 90.000 - - - 90.000 - - -
621 Biy listrik, air & telp
bag. adm. & umum
15.000 - - - 15.000 - - - 15.000 - - -
622 Biy prlngkpn bag.
Adm.& umum
8.000 - - - 8.000 - - - 8.000 - - -
623 Biy pemelih.& prbaikn
bag.adm.&um.
10.000 - - - 10.000 - - - 10.000 - - -
624 Biy asuransi bag.
adm & umum
3.000 - - - 3.000 - - - 3.000 - - -
625 Biy penystn bag.
adm & umum
9.500 - - - 6.500 - - - 9.500 - - -
626 Biy. amort bag. adm
& umum
6.250 - - - 6.250 - - - 6.250 - - -
628 Biy. adm & umum
lain-lain
6.560 - - - 6.560 - - - 6.560 - - -
631 Biaya bunga 113.190 - - - 113.190 - - - 113.190 - - -
4.833.000 4.833.000
421 Ikhtisar beban
pokok produksi
- - (A) 197.000 (B) 243.000 197.000 243.000 197.000 243.000 - - - -
(C) 15.000 (D) 20.000 15.000 20.000 15.000 20.000
422 Ikhtisar Laba Rugi - - (E) 285.000 (F) 257.000 285.000 257.000 - - 285.00 257.000 - -
1.017.000 1.017.000 5.353.000 5.353.000 2.372.000 263.000 - - - -
Harga pokok prod. - 2.109.000 2.109.000 - - -
2.372.000 2.372.000 3.076.500 3.279.000 2.013.500 1.811.000
Laba bersih - 202.500 - - 202.500
3.279.000 3.279.000 2.013.500 2.013.500
19
Tabel 1-2
Bagan Rekening
PT. SURYA DUNIA ABADI
1xx Aktiva 2xx Kewajiban
11x Aktiva lancar 21x Kewajiban Lancar
12x Investasi jangka panjang 22x Kewajiban jangka panjang
13x Aktiva tetap
14x Aktiva tak berwujud 3xx Modal
5xx Biaya Pabrik 4xx Pendapatan dan Beban
pokok penjualan
6xx Biaya usaha 41x Penjualan
61x Biaya penjualan 42x Beban pokok penjualan
62x Biaya administrasi dan umum 43x Pendapatan lain-lain
63x Biaya lain-lain
Rekening persediaan terdiri dari tiga macam, yakni persediaan
bahan baku, persediaan dalam proses dan persediaan barang jadi.
Sementara itu, dalam kelompok aktiva tetap terdapat rekening mesinmesin
dengan akumulasi penyusutannya. Rekening mesin-mesin
digunakan untuk mencatat harga perolehan mesin-mesin pabrik yang
digunakan dalam proses produksi. Kelompok rekening aktiva tak
berwujud digunakan untuk mencatat nilai buku aktiva tak berwujud yang
dimiliki perusahaan.
Dalam perusahaan pabrik terdapat kelompok biaya tambahan,
yakni biaya pabrik. Seperti telah dijelaskan, kelompok ini untuk
menampung biaya-biaya yang terjadi di pabrik. Biaya-biaya tersebut
merupakan bagian dari beban pokok produksi. Biaya usaha dibagi dalam
kelompok-kelompok: (a) biaya penjualan: (b) biaya administrasi dan
umum dan; (c) biaya lain-lain. Pengelompokan biaya berdasarkan atas
bagian atau fungsi di mana biaya tersebut harus dibebankan. Biaya-biaya
penjualan adalah biaya-biaya yang dibebankan/terjadi pada bagian atau
fungsi penjualan dan pemasaran. Biaya administrasi dan umum adalah
biaya-biaya untuk kegiatan umum perusahaan. Jika ternyata ada
sejumlah biaya yang bermanfaat untuk lebih dari satu bagian/fungsi,
maka biaya yang bersangkutan perlu dialokasikan.
Dibandingkan dengan neraca lajur perusahaan dagang, ada satu
kolom tambahan dalam neraca lajur perusahaan pabrik. Kolom itu ialah
20
Laporan Beban pokok produksi. Angka-angka dalam neraca saldo
disesuaikan, yang diperlukan untuk menghitung harga pokok barang
yang selesai diproduksi, dipindahkan ke kolom ini. Angka-angka dalam
kolom itu merupakan dasar untuk menyusun laporan beban pokok
produksi.
Jurnal Penyesuaian
Ayat jurnal penyesuaian dalam neraca lajur Tabel 1-1 sudah sangat
disederhanakan. Beberapa ayat jurnal penyesuaian yang dibuat dalam
perusahaan dagang tidak muncul lagi. Ini memang dirupiahgaja, agar
dapat dengan mudah dibedakan dengan yang telah dibahas sebelumnya.
Pada dasarnya, perbedaan dengan perusahaan dagang adalah ayat
jurnal penyesuaian untuk persediaan bahan baku dan persediaan dalam
proses. Rekening-rekening ini tidak ada pada perusahaan dagang.
Ayat jurnal penyesuaian yang perlu dibuat untuk persediaan bahan
baku adalah sebagai berikut:
Tanggal Nomor
Bukti Keterangan Ref Debit Kredit
200A (A)
Des 31 - Ikhtisar beban pokok produksi 421 197.000
Persediaan bahan baku 115 197.000
(B)
Persediaan bahan baku 115 243.000
Ikhtisar beban pokok
produksi
421 243.000
Ayat jurnal penyesuaian (A) berhubungan dengan persediaan awal
bahan baku. Jumlah yang tercantum di neraca saldo merupakan saldo
awal rekening tersebut. Jadi, jurnal penyesuaian perlu dibuat untuk
membebankan saldo awal untuk mengganti saldo rekening bahan baku
dengan jumlah yang ada pada akhir periode. Dengan ayat jurnal
penyesuaian tersebut, dapat dihitung jumlah pemakaian bahan baku.
Perhatikan adanya rekening ikhtisar beban pokok produksi. Rekening ini,
seperti halnya ikhtisar Laba Rugi, digunakan untuk menutup rekeningrekening
biaya pabrik, pembelian bahan baku serta persediaan bahan
baku dan persediaan dalam proses. Dari rekening ini dapat dihitung
beban pokok produksi.
21
Hal yang sama dilakukan terhadap persediaan dalam proses. Ayat
jurnal penyesuaian yang perlu dibuat adalah sebagai berikut:
Tanggal Nomor
Bukti Keterangan Ref Debit Kredit
200A (C)
Des 31 - Ikhtisar beban pokok produksi 421 15.000
Persediaan dalam proses 116 15.000
(D)
Persediaan dalam proses 116 20.000
Ikhtisar beban pokok produksi 421 20.000
Ayat jurnal penyesuaian yang dibuat untuk persediaan barang jadi
tidak berbeda dengan yang telah dibahas dalam perusahaan dagang.
Yaitu, yang berhubungan dengan jurnal penyesuaian untuk persediaan
barang dagang. Ayat jurnal penyesuaian ini membebankan saldo awal
persediaan barang jadi ke beban pokok penjualan, sekaligus mengganti
saldonya dengan nilai persediaan akhir. Perhatikan ayat jurnal
penyesuaian berikut:
Tanggal Nomor
Bukti Keterangan Ref Debit Kredit
200A (E)
Des 31 - Ikhtisar Laba Rugi 422 285.000
Persediaan barang jadi 117 285.000
(F)
Persediaan barang jadi 117 257.000
Ikhtisar Laba Rugi 422 257.000
Laporan Keuangan
Dalam neraca lajur perusahaan pabrik terdapat satu kolom
tambahan. Yaitu, laporan beban pokok produksi. Angka-angka dalam
kolom ini merupakan dasar untuk menyusun laporan beban pokok
produksi. Total debit dan kredit kolom ini adalah Rp 2.372.000 dan
Rp263.000. Selisih kedua angka tersebut (Rp 2.109.000) merupakan
beban pokok produksi. Jumlah ini dipindahkan ke kolom perhitungan
22
Laba Rugi untuk menghitung beban pokok penjualan. Prosedur
penyelesaian neraca lajur selanjutnya tidak berbeda dengan perusahaan
dagang.
Laporan Beban pokok produksi
Ini adalah laporan tentang kegiatan peruahaan manufaktur.
Khususnya tentang beban pokok produksi barang. Laporan beban pokok
produksi PT. SURYA DUNIA ABADI dalam dilihat dalam Tabel 1-3.
Perhatikan hubungan antara laporan beban pokok produksi dengan
perhitungan Laba Rugi. Terlihat bahwa beban pokok produksi merupakan
bagian dari beban pokok penjualan.
Perhitungan Laba Rugi
Penyusunan perhitungan Laba Rugi dari neraca lajur tidak berbeda
dengan perusahaan dagang. Perbedaannya terletak pada beban pokok
penjualan. Dalam perusahaan dagang, beban pokok penjualan dihitung
sebagai persediaan awal ditambah pembelian barang dagang dikurangi
persediaan akhir. Untuk perusahaan pabrik, pos pembelian barang
dagang diganti dengan beban pokok produksi. Memang, dalam
perusahaan pabrik barang yang dijual tidak berasal dari pembelian, tapi
dari proses produksi sendiri.
Untuk jelasnya secara garis besar di bawah ini dapat dilihat perbedaan
antara perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur.
Perusahaan Dagang Perusahaan Manufaktur
1. Barang yang akan dijual berasal dari
pembelian
Barang yang akan dijual berasal dari
memproses barang melalui proses
produksi tertentu (mengolah bahan baku
menjadi barang jadi )
2. Laporan Keuangan untuk Laba-Rugi
dalam perhitungan Harga Pokok
Penjualan adalah sebagai berikut:
Persediaan awal
Barang dagangan xx
Pembelian xx +
B.T.U. Dijual xx
Persediaan akhir
Barang dagangan (xx)
B. Pokok Penjln xx
Persediaan awal
barang jadi xx
Beban pokok produksi xx +
B.T.U. Dijual xx
Persediaan akhir
Barang jadi (xx)
B. Pokok Penjln xx
23
Tabel 1-3
PT. SURYA DUNIA ABADI
Laporan Beban pokok produksi
Tahun berakhir 31 Desember 200A
Pemakaian bahan baku
Persediaan bahan baku, 1 Januari 200A Rp 197.000
Pembelian bahan baku 1.440.000
Persediaan bahan baku tersedia untuk produksi Rp 1.637.000
Persediaan bahan baku, 31 Desember 200A ( 243.000)
Total Pemakaian Bahan Baku Rp 1.394.000
Biaya tenga kerja langsung 173.000
Biaya overhead pabrik:
Biaya bahan pembantu Rp 150.000
Biaya tenga keja tidak langsung 140.000
Biaya gaji-pabrik 40.000
Biaya listrik, air, telepon – pabrik 37.000
Biaya perlengkapan – pabrik 15.000
Biaya pemeliharaan & perbaikan – pabrik 50.000
Biaya asuransi – pabrik 13.000
Biaya penyusutan – pabrik 84.500
Biaya amortisasi – pabrik 12.500
Biaya overhead pabrik lain-lain 5.000 547.000
Total Biaya Pabrik Rp 2.114.000
Persediaan dalam proses, 1 Januari 200A 15.000
Total Biaya Produksi Rp 2.129.000
Persediaan dalam proses, 31 Desember 200A ( 20.000)
Beban pokok produksi Rp 2.109.000
Perhatikan Laporan Laba Rugi PT. SURYA DUNIA ABADI yang terlihat
dalam Tabel 1.4 pada halaman berikut.
24
Tabel 1-4
PT. SURYA DUNIA ABADI
Perhitungan Laba Rugi
Tahun berakhir 31 Desember 200A
Penjualan (netto) Rp 3.022.000
Beban pokok penjualan:
Persediaan barang jadi, 1 Januari 200A Rp 285.000
Beban pokok produksi 2.109.000
Persediaan barang jadi tersedia dijual Rp 2.394.000
Persediaan barang jadi, 31 Desember 200A ( 257.000)
Beban pokok penjualan ( 2.137.000)
Laba bruto Rp 885.000
Biaya usaha:
Biaya penjualan:
Biaya gaji – bagian penjualan Rp 75.000
Biaya listrik, air telepon – bagian penjualan 20.000
Biaya perlengkapan – bagian penjualan 25.000
Biaya pemeliharaan & perbaikan – bagian penjualan 15.000
Biaya asuransi – bagian penjualan 6.000
Biaya penyusutan – bagian penjualan 9.500
Biaya amortisasi – bagian penjualan 6.250
Biaya iklan dan promosi 200.000
Biaya pengiriman 60.000
Biaya penjualan lain-lain 4.250 421.000
Biaya administrasi dan umum:
Biaya gaji – bag. adm. & umum Rp 90.000
Biaya listrik, air, telepon – bag. adm. & umum 15.000
Biaya perlengkapan – bag. adm. & umum 8.000
Biaya pemelih. & perbaikan–bag. adm. & umum 10.000
Biaya asuransi – bag. adm. & umum 3.000
Biaya penyusutan – bag. adm. & umum 9.500
Biaya amortisasi – bag. adm. & umum 6.250
Biaya adm. & umum lain-lain 6.560 148.310
Laba usaha Rp 315.690
Biaya lain-lain (bunga) ( 113.190)
Laba bersih Rp 202.500
Neraca
Penyusunan neraca yang benar tidak berbeda dengan yang telah
dibahas sebelumnya. Karena itu Neraca PT. SURYA DUNIA ABADI, tidak
disajikan di sini, demikian juga dengan laporan perubahan saldo labanya.
25
Jurnal Penutup
Jurnal penutup yang harus dibuat untuk perusahaan manufaktur
tidak berbeda dengan perusahaan dagang yang telah dibahas
sebelumnya. Tetapi, termasuk dalam jurnal penutup perusahaan
manufaktur adalah penutupan atas rekening-rekening yang berhubungan
dengan kegiatan produksi. Perhatikan ayat jurnal penutup di bawah ini:
Tanggal Nomor
Bukti Keterangan Ref Debit Kredit
200A
Des 31 - Ikhtisar beban pokok produksi 421 2.160.000
Pembelian bahan baku 500 1.440.000
Biaya tenaga kerja langsung 501 173.000
Biaya bahan pembantu 502 150.000
Biaya tenaga kerja tidak
langsung
503 140.000
Biaya gaji-pabrik 504 40.000
Biaya listrik, air, telepon pabrik 505 37.000
Biaya perlengkapan pabrik 506 15.000
Biaya pemeliharaan &
perbaikan pabrik
507
50.000
Biaya asuransi-pabrik 508 13.000
Biaya penyusutan-pabrik 509 84.500
Biaya amortisasi-pabrik 510 12.500
Biaya overhead pabrik lain-lain 599 5.000
Setelah ayat jurnal penutup tersebut, rekening-rekening biaya
pabrik akan bersaldo nol. Sementara itu, Rekening Ikhtisar Beban pokok
produksi, setelah jurnal penutup di atas, nampak seperti di bawah ini:
Nama Rekening: Ikhtisar Beban pokok produksi
Nomor Perk: 421
Saldo
Tgl. Keterangan Ref D K D K
200A
Des 31 Penyesn persd. bhn baku aw. JU
11 197.000 197.000
Penyesn persd. Bh.baku akh. JU
11 243.000 46.000
Penyesn. persd. BDP awal JU
11 15.000 31.000
Penyesn. Persd. BDP akhir JU
11 20.000 51.000
Penutupan biaya pabrik JU
11 2.160.000 2.109.000
26
Saldo debit Rekening Ikhtisar Harga Produksi sebesar
Rp2.109.000 merupakan harga pokok barang selesai diproduksi. Jumlah
ini kemudian ditutup ke Rekening Ikhtisar Laba Rugi. Ayat jurnal penutup
yang dibuat adalah:
Tanggal
Nomor
Bukti Keterangan Ref Debit Kredit
199A
Des 31 - Ikhtisar Laba Rugi 422 2.109.000
Ikhtisar beban pokok
produksi
421 2.109.000
Setelah ayat jurnal penutup ini rekening Ikhtisar Beban pokok
produksi akan bersaldo nol. Jurnal penutup rekening- rekening
penjualan, biaya penjualan serta biaya administrasi & umum ke Perkiraan
Ikhtisar Laba Rugi tidak dibahas dalam bab ini. Demikian juga jurnal
penutup saldo perkiraan Ikhtisar Laba Rugi ke Rekening Saldo laba.
Semua jurnal penutup di atas tidak berbeda dengan yang telah dibahas
dalam perusahaan dagang.
Neraca Saldo Penutup dan Jurnal Balik
Pembuatan neraca saldo penutup dan jurnal balik tidak dibahas
dalam bab ini, oleh karena tidak berbeda dengan perusahaan dagang
yang telah dibahas sebelumnya.
Istilah Baru (Glosari)
Akuntansi biaya (cost accounting): bidang akuntansi yang
berhubungan dengan penetapan beban pokok produksi dalam sebuah
perusahaan pabrik/manufaktur (sekarang ini ruang lingkup akuntansi
biaya diakui tidak hanya terbatas pada penetapan beban pokok produksi
saja, tetapi juga mencakup perencanaan dan pengendalian).
Bahan baku (raw materials): bahan-bahan yang dipakai dalam proses
produksi yang dapat dengan mudah dan langsung diidentifikasikan
dengan barang jadi yang dihasilkan.
27
Bahan pembantu (indirect materials): bahan-bahan yang dipakai
dalam proses produksi, tetapi tidak dapat diidentifikasikan secara
langsung dengan barang jadi yang dihasilkan.
Bahan jadi (finished goods): barang yang telah selesai diproduksi tetapi
belum dijual. Biaya yang tercakup di dalamnya meliputi seluruh biaya
pabrik.
Biaya pabrik (manufacturing cost): biaya bahan baku, buruh langsung
dan biaya pabrikase yang dibebankan dalam suatu periode.
Biaya overhead prabik (factory overhead cost): biaya-biaya pabrik
selain bahan baku dan barang langsung yang tidak dapat
diidentifikasikan secara langsung dengan barang jadi yang dihasilkan.
Biaya produksi (production cost): Biaya yang dibebankan dalam
proses produksi selama suatu periode. Biaya ini terdiri dari persediaan
dalam proses awal ditambah biaya pabrik.
Tenaga kerja langsung (direct labor): buruh yang mengenai secara
langsung proses produksi atau yang dapat diidentifikasikan langsung
dengan barang jadi yang dihasilkan.
Tenaga kerja tidak langsung (indirect labor): barang yang biayanya
tidak dapat diidentifikasikan secara langsung dengan barang yang
dihasilkan.
Beban pokok produksi (cost of goods manufactured): biaya pabrik
ditambah dengan persediaan dalam proses awal dikurangi dengan
persediaan dalam proses awal dikurangi dengan persediaan dalam
proses akhir. Biaya ini merupakan biaya produksi dari barang yang telah
diselesaikan selama suatu periode.
Persediaan dalam proses (work in process): Biaya bahan baku dan
biaya-biaya pabrik lain yang telah terjadi untuk memproduksi barang yang
belum selesai.
28
Laporan beban pokok produksi (cost of goods
manufactured statements): Laporan harga pokok
produksi selama suatu periode.
MENGHITUNG BEBAN POKOK PRODUKSI
DAN BEBAN POKOK PENJUALAN
Tiga Jenis Persediaaan pada Perusahaan Manufaktur/Pabrik
Saudara telah mempelajari bahwa biaya pabrik suatu perusahaan
dapat diklasifikasi menjadi tiga kategori umum: (1) bahan baku (bahan
dan penolong yang langsung dipergunakan dalam memproduksi/
pembuatan produk); (2) tenaga kerja langsung (tenaga kerja yang
berkaitan langsung dengan pembuatan produk, sebagai lawan
pengawas dan tenaga kerja tidak langsung), dan (3) overhead pabrik
(semua biaya pabrik lainnya kecuali biaya bahan baku langsung dan
tenaga kerja langsung). Ketiga unsur biaya pabrik ini dikumpulkan dalam
perkiraan persediaan pada laporan keuangan perusahaan. Neraca
perusahaan manufaktur / pabrik biasanya melaporkan ketiga persediaan
tersebut:
1. Persediaan bahan baku. Ini menunjukkan harga perolehan bahan
baku dan penolong yang masih terdapat dalam persediaan pada
tanggal neraca. Bahan baku ini belum dipergunakan untuk membuat
produk yang dihasilkan perusahaan.
2. Barang dalam proses/pengerjaan. Ini menunjukkan biaya yang terjadi
dalam pembuatan barang yang masih belum selesai pada tanggal
neraca. Misalnya, sebuah perusahaan mungkin memiliki 1.000 unit
produk yang masih dalam proses pembuatan pada tanggal neraca.
Produk ini akan diselesaikan dalam periode berikutnya. Persediaan
barang dalam proses biasanya mencakup ketiga unsur biaya – bahan
baku, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik.
3. Persediaan barang jadi. Ini merupakan total biaya yang terjadi untuk
menghasilkan unit produk yang telah selesai tapi belum terjual pada
tanggal neraca. Persediaan barang jadi biasanya mencakup ketiga
unsur biaya – bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead
pabrik.
Dengan demikian, sebuah pabrik harus mempunyai pesediaan untuk
tiga jenis yang berlainan dan bukannya perkiraan persediaan seperti
pada perusahaan dagang.
29
Tiga Sistem Akuntansi Perusahaan Manufaktur/ Pabrik
Tiga sistem yang populer untuk membukukan dan melaporkan
persediaan dan proses pembuatan adalah:
1. Sistem periodik.
2. Sistem job order cost (biaya pesanan), yang menggunakan metode
perpetual.
3. Sistem process cost (biaya proses), yang juga menggunakan
metode perpetual.
Pada bagian ini selanjutnya akan menguraikan sistem job order dan
sistem biaya proses. Unit ini menguraikan metode periodik untuk
melaporkan operasi pabrik.
Dalam sistem periodik, harga perolehan pesediaan ditentukan
oleh suatu daftar terinci barang persediaan yang masih ada pada saat
penutupan periode akuntansi. Kalau suatu persediaan hanya dapat
ditentukan dengan melakukan perhitungan secara fisik dalam suatu
jangka waktu tertentu, sistem tersebut dikenal sebagai sistem periodik.
Dalam metode periodik untuk melaporkan pesediaan, pada akhir setiap
peiode operasi perhitungan persediaan secara fisik harus dilakukan atas
bahan baku, barang dalam proses pengerjaan, dan barang jadi.
Kemudian, juga pada akhir masa pembukuan, perhitungan juga
dilakukan untuk harga barang yang dibuat, dan kemudian untuk harga
pokok barang yang dijual. Biaya yang belakangan, seperti saudara
ketahui, adalah data yang diperlukan untuk pembuatan ikhtisar Laba
Rugi. Marilah pertama kali kita membahas laporan pabrikasi sebuah
perusahaan, yang sebenarnya merupakan suatu laporan terinci
mengenai rincian biaya barang yang dihasilkan.
Perhitungan Beban pokok produksi
Di bawah ini menunjukkan tiga laporan Bintang Dunia Manufacturing
Corporation (disajikan dalam angka ribuan rupiah) yang sangat
bermanfaat bagi manajemennya. Marilah kita mulai pelajaran kita
mengenai Sistem Periodik dengan memperhatikan rincian Laporan
Pabrikasi perusahaan tersebut untuk tahun yang berakhir 31 Desember
200A. Laporan khusus ini dipergunakan terutama oleh manajemen.
Laporan ini melaporkan biaya yang terjadi di pabrik untuk menghasilkan
produk perusahaan dalam suatu jangka waktu tertentu.
Item pertama yang terdapat pada laporan tersebut adalah
persediaan awal barang dalam proses. Rp 18,000 merupakan total biaya
yang tertanam dalam barang dalam proses pada tanggal 1 Januari 200A.
Ini berarti bahwa total biaya Rp 18,000 tersebut adalah untuk bahan
30
baku, tenaga kerja langsung, dan untuk overhead pabrik yang sudah
dikeluarkan selama tahun yang lalu untuk menyelesaikan barang pada
tanggal 1 Januari 200A. Barang ini harus diselesaikan dalam tahun 200A
dan biaya lain harus ditambahkan untuk menyelesaikannya. Juga, barang
tambahan baru mungkin dimasukkan dalam proses dan diselesaikan
selama tahun 200A.
Pembukuan dibuat untuk mengumpulkan biaya dari ketiga unsur
biaya pabrik. Perhatikan bahwa pada tanggal 1 Januari 200A terdapat
persediaan bahan baku senilai Rp 20,000. Pembelian bahan baku
tambahan selama 200A berjumlah Rp 171,000. Menurut sistem periodik,
sebuah perkiraan terpisah, Pembelian Bahan Baku, biasanya
dipergunakan untuk membukukan pembelian ini. Bahan baku dengan
total biaya sebesar Rp 191,000 tersedia untuk dipakai selama tahun
200A. Dengan melakukan penghitungan secara fisik atas bahan baku
pada tanggal 31 Desember 200A, manajemen menentukan bahwa
Rp119,000 dari persediaan bahan baku ini masih ada dalam pesediaan
dan belum dipergunakan pada akhir tahun. Dengan demikian biaya
bahan baku yang sebenarnya dipakai dalam produksi berjumlah
Rp72,000.
Suatu perkiraan tertentu diadakan untuk mencatat biaya tenaga
kerja. Selama tahun tersebut Rp 50,000 biaya tenaga kerja langsung
dikeluarkan. Begitu juga, sebuah perkiraan buku besar untuk biaya
overhead pabrik mengumpulkan berbagai kategori biaya overhead.
Perkiraan ini dapat juga dibuatkan skedul perkiraan pembantu tersendiri
untuk overhead pabrik, yang dibuat untuk memberikan rincian biaya
overhead agar dapat mengendalikan berbagai jenis biaya overhead.
Selama tahun 200A biaya overhead pabrik yang terjadi berjumlah
Rp30,000.
31
LAPORAN DAN SKEDUL SEBUAH PABRIK
(Metode Periodik Dalam Pembukuan Persedian)
Bintang Dunia Manufacturing Corporation
LAPORAN BEBAN POKOK PRODUKSI
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 200A
(dalam 000)
Barang dalam proses, 1 Januari 200A Rp 18,000
Biaya Pembuatan selama tahun 200A
Bahan baku yang dipergunakan
Bahan baku 1 Januari 200A Rp 20,000
Pembelian bahan baku 171,000
Bahan baku yang tersedia untuk dipakai Rp 191,000
Dikurangi persediaan bahan baku 31 Desember 200A 119,000
Bahan baku yang dipakai dalam proses produksi Rp 72,000
Biaya tenaga kerja langsung 50,000
Biaya overhead pabrik;
Tenaga kerja tidak langsung Rp 16,000
Listrik 1,000
Utilitas lain-lain 400
Penghapusan atas mesin dan pabrik 10,000
Bahan pembantu yang dipergunakan 600
Assuransi pabrik 1,000
Overhead pabrik lainnya 1,000
Total biaya produksi Rp30,000
Total persediaan awal barang dalam proses
ditambah biaya pembuatan yang terjadi dalam setahun Rp 170,000
Dikurangi barang dalam proses 31 Desember 200A 25,000
Beban pokok produksi yang tahun 200A Rp 145,000
Bintang Dunia Manufacturing Corporation
LAPORAN BEBAN POKOK PENJUALAN
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 200A
(dalam 000)
Persediaan barang jadi 1 Januari 200A Rp 21,000
Harga pokok barang yang dibuat dalam tahun 200A 145,000
Total harga pokok barang yang siap untuk dijual Rp166,000
Dikurangi persediaan barang jadi 31 Desember 200A 53,000
Beban pokok penjualan/barang yang dijual Rp113,000
32
Bintang Dunia Manufacturing Corporation
LAPORAN LABA RUGI
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 200A
(dalam 000)
Pendapatan
Penjualan netto Rp200,000
Pendapatan lain-lain 20,000
Total pendapatan Rp220,000
Biaya
Beban pokok penjualan Rp113,000
Biaya penjualan 40,000
Biaya umum dan administrasi 10,000
Total biaya Rp163,000
Laba bersih Rp 57,000
Laba bersih per lembar saham Rp 2,85
Ketiga unsur biaya yang terjadi dalam tahun 200A berjumlah
Rp152,000. Ingatlah bahwa Rp 152,000 ini dipergunakan untuk
melakukan dua hal: (1) sebagian biaya ini dipergunakan untuk
menyelesaikan persediaan awal barang dalam proses produksi, dan (2)
sisa lainnya dipergunakan untuk memulai dan menyelesaikan barang
baru dan untuk memulai barang lainnya.
Untuk menyelesaikan laporan pabrikasi perusahaan harus
melakukan perhitungan fisik atas persediaan yang masih dalam proses
pada 31 Desember 200A. Persediaan ini menunjukkan bahwa sebagian
barang masih berada dalam proses, dengan total biaya sebesar Rp
25,000. Persediaan akhri barang dalam proses ini dikurangkan dari
penjumlahan persediaan awal barang dalam proses dan penambahan
biaya pabrikasi selama setahun untuk memperoleh harga pokok barang
yang dibuat selama 200A. Perhatikan bahwa kalau barang dalam proses
selesai dikerjakan, barang itu akan menjadi barang jadi.
Perhitungan Beban pokok penjualan
Selanjutnya perhatikanlah skedul beban pokok penjualan. Perhitungan
ini dimulai dengan persediaan awal barang jadi pada tanggal 1 Januari
200A Rp 21,000. Perusahaan mengetahui dari laporan pabrikasi bahwa
barang jadi seharga Rp 145,000 telah dibuat selama 200A. Kalau kedua
ini ditambahkan maka harga pokok barang yang tersedia untuk dijual
akan berjumlah Rp 166,000. Perhitungan barang jadi secara fisik pada
tanggal 31 Desember menunjukkan persediaan barang jadi berjumlah
33
Rp53,000. Dengan mengurangkan jumlah ini dari harga barng yang
tesedia untuk dijual maka akan diperoleh harga pokok barang yang dijual
sebesar Rp 113,000. Angka ini dimasukkan pada ikhtisar Laba Rugi
sebagai biaya tahun 200A.
Perusahaan manufaktur yang menggunakan metode periodik
untuk membukukan operasi pabriknya mempunyai sejumlah prosedur
akhir periode yang sama dengan yang saudara pelajari untuk perusahaan
dagang.
RINGKASAN:
Komponen Beban pokok produksi adalah:
1. Bahan Langsung ( direct material )
2. Tenaga Kerja Langsung ( direct labor )
3. Biaya produksi Tak Langsung /Biaya overhead pabrik (Overhead)
PROSEDUR AKUNTANSI BIAYA (COST ACCOUNTING PROCEDURE)
Aliran biaya dalam proses produksi (Flow of Manufacturing Cost)
1. Pencatatan biaya pembelian bahan baku sebagai bahan untuk
diproses lebih lanjut, dan disimpan di gudang sebagai persediaan
bahan baku
2. Pemrosesan/pengolahan bahan baku langsung dikombinasikan
dengan upah langsung dan overhead pabrik sampai tahap di mana
bahan baku tersebut menjadi barang dalam proses (Work in Process)
3. Mengubah barang dalam proses menjadi barang jadi (Finished
Goods) kemudian memindahkan Finished Goods ke gedung sebagai
persediaan barang jadi yang akan dijual.
4. Pemindahan Beban pokok penjualan (Cost of Goods Sold) dari
Barang jadi.
Aliran biaya dalam proses produksi dapat ditunjukkan dalam bentuk akun
T sebagaimana nampak pada ilustrasi berikut:
34
Bahan Baku
BB Langsung
BB Tdk Lsg
Tenga Kerja
TK Lsg
TK Tdk Lsg
Overhead
Barang Dalam Proses
Barang Jadi
HPP / CGS
ISTILAH BARU (Glosari)
Cost of goods sold computation – perhitungan beban pokok penjualan.
Dalam sebuah perusahaan manufaktur, beban pokok penjualan dihitung
sebagai berikut: persediaan awal barang jadi ditambah barang yang
dibuat dalam setahun (menurut laporan pabrikasi) dikurangi dengan
persediaan akhir barang jadi; juga dinamakan skedul beban pokok
penjualan.
Finished goods inventory – persediaan barang jadi. Sebuah asset
lancar yang terdiri atas biaya yang terjadi dalam pembuatan produk
perusahaan (mencakup bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan
biaya overhead pabrik); persediaan barang jadi terdiri dari produk yang
telah siap, tapi belum lagi dijual pada tanggal neraca.
Manufacturing statement – laporan pabrikasi. Sebuah laporan untuk
manajemen yang menunjukkan harga pokok barang yang dibuat selama
periode tersebut; persediaa awal barang dalam proses ditambah biaya
pembuatan (bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead) dikurangi
dengan persediaan akhir persediaan dalam proses sama dengan harga
pokok barang yang dihasilkan dalam periode tersebut.
Raw material inventory – persediaan bahan baku. Suatu asset lancar
yang terdiri dari bahan baku dan penolong yang dipergunakan dalam
pembuatan produk perusahaan.
35
Schedule of factory overhead. Suatu laporan yang berisi semua
perkiraan overhead pabrik yang terdapat pada buku pembantu overhead
pabrik dengan saldonya; total saldo dari perkiraan ini harus cocok dengan
saldo perkiraan overhead pabrik.
Work in process inventory – persediaan barang dalam proses. Asset
lancar yang terdiri dari biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan
biaya overhead pabrik yang terjadi dalam pembuatan produk yang masih
belum selesai pada tanggal neraca; juga dinamakan persediaan barang
dalam proses.
Tugas
Pertanyaan
1. Sebutkan jenis biaya pabrik yang tercakup dalam beban pokok
produksi. Jelaskan masing-masing jenis biaya ini!
2. Sebutkan apakah biaya-biaya di bawah ini termasuk sebagai biaya
bahan baku, buruh langsung atau biaya overhead pabrik.
a. Kulit dalam pabrik sepatu
b. Tukang jahit dalam perusahaan konveksi
c. Cengkih dalam perusahaan rokok
d. Buruh pengepakan dalam perusahaan rokok
e. Buruh melinting dalam perusahaan rokok
3. Sebutkan tiga jenis persediaan yang ada dalam perusahaan pabrik!
Jelaskan perbedaan antara ketiga jenis persediaan ini!
4. Jelaskan proses produksi yang terdapat dalam perusahaan pabrik
dan hubungkan dengan kegiatan akuntansinya!
5. Bagaimana beban pokok produksi dalam sebuah pabrik dihitung?
Hubungan antara data yang diperlukan dengan catatan akuntansi
yang ada.
6. Jelaskan perbedaan antara bagan perkiraan untuk perusahaan
dagang dengan perusahaan pabrik!
36
7. Jelaskan perbedaan antara jurnal penyesuaian yang dibuat untuk
perusahaan pabrik dan perusahaan dagang!
8. Jelaskan perbedaan antara perhitungan Laba Rugi perusahaan
pabrik dengan perusahaan dagang!
9. Informasi apa yang terdapat pada laporan pabrikasi?
10. Bagaimana cara menghitung harga pokok barang yang dijual pada
sebuah perusahaan manufaktur?
Latihan
1. Neraca percobaan Merida Plans Inc (data tertentu) pada 31
Desember 2007 adalah sebagai berikut:
Persediaan bahan baku Rp 20.000.000,00
Pesediaan barang dalam proses 30.000.000,00
Persediaan barang jadi 15.000.000,00
Pembelian bahan baku 200.000.000,00
Biaya tenaga kerja langsung 98.000.000,00
Tenaga kerja tidak langsung 63.000.000,00
Tenaga listrik 3.000.000,00
Utilitas lainnya 1.000.000,00
Penyusutan – Pabrik dan mesin-mesin 9.000.000,00
Asuransi pabrik 2.000.000,00
Biaya penjualan 15.000.000,00
Biaya umum 12.000.000,00
Pesediaan akhir, menurut perhitungan secara fisik pada tanggal 31
Desember 2007 adalah:
Bahan baku Rp 32.000.000,00
Barang dalam pengerjaan 36.000.000,00
Barang jadi 21.000.000,00
Diminta:
Buatlah laporan pabrikasi untuk perusahaan tersebut untuk tahun
bersangkutan. Juga hitunglah jumlah beban pokok penjualan untuk
2007.
37
2. Data tertentu untuk operasi setahun dari Bell Company terlihat
seperti di bawah ini (dalam ribuan).
Awal Akhir
Bahan baku Rp 10,000 Rp 15,000
Barang dalam proses 31,000 25,000
Pesediaan barang jadi 50,000 51,000
Harga pokok barang yang dibuat Rp 200,000
Total biaya overhead pabrik 20,000
Total biaya tenaga kerja langsung 50,000
Diminta:
Hitunglah total bahan baku yang dipergunakan dalam produksi .
3. Selesaikan kalimat di bawah ini
a. Persediaan awal bahan baku ditambah dengan pembelian bahan
baku dikurangi dengan persediaan bahan baku sama dengan
……......................................................................
b. Harga pokok barang yang dibuat dikurangi dengan biaya bahan
baku yang dipergunakan dalam produksi dikurangi lagi dengan
tenaga kerja langsung dikurangi pesediaan awal barang dalam
proses ditambah persediaan akhir barang dalam proses sama
dengan …….........................................................
c. Harga pokok barang yang dijual ditambah dengan pesediaan
akhir barang jadi dikurangi harga pokok barang yang dibuat sama
dengan …….........................................................
d. Harga pokok barang yang dijual ditambah persediaan akhir
barang jadi dikurangi pesediaan awal barang jadi sama dengan
……......................................................................
4. Laporan keuangan dan skedul pendukungnya untuk Bagong Inc.
melaporkan jumlah berikut ini untuk tahun 2007:
Harga pokok barang yang dihasilkan Rp 213.000.000,00
Harga pokok barang yang dijual Rp 250.000.000,00
Diketemukan bahwa ketiga pesediaan ternyata salah karena
penghitungan persediaan secara fisik yang dilakukan pada tanggal
31 Desember 2007 ternyata tidak efisien.
38
Persediaan akhir bahan baku terlalu kecil Rp 3.000.000,00
Persediaan barang dalam proses terlalu besar Rp 1.000.000,00
Persediaan barang jadi terlalu kecil Rp 5.000.000,00
Diminta:
Hitunglah angka yang tepat yang harus dilaporkan untuk harga pokok
barang yang dihasilkan dan harga pokok barang yang dijual.
Soal (Kelompok A)
1. Hubungan antara berbagai item pada laporan pabrikasi dan ikhtisar
Laba Rugi. Data berikut adalah mengenai operasi manufaktur
sebuah perusahaan untuk tahun 2007:
Persediaan awal bahan baku Rp 50.000.000,00
Persediaan akhir bahan baku 40.000.000,00
Persediaan awal barang dalam proses 30.000.000,00
Persediaan akhri barang dalam proses 20.000.000,00
Persediaan awal barang jadi 100.000.000,00
Persediaan akhir barang jadi 80.000.000,00
Biaya overhead pabrik 120.000.000,00
Biaya tenaga kerja langsung 60.000.000,00
Pembelian bahan baku 100.000.000,00
Penjualan netto 500.000.000,00
Pendapatan lain 10.000.000,00
Total biaya (kecuali beban pokok penjualan) 100.000.000,00
Kerugian luar biasa 5.000.000,00
Jumlah rata-rata saham biasa yang beredar selama periode yang
bersangkutan 10.000 lembar saham
Diminta:
Hitunglah yang berikut ini, perlihatkan semua perhitungannya.
a. Bahan baku yang dipergunakan dalam produksi.
b. Total biaya pabrikasi.
c. Harga pokok barang yang dibuat.
d. Beban pokok penjualan.
e. Laba bersih sebelum laba/rugi biasa.
f. Laba bersih per lembar saham.
g. Laba kotor.
39
2. Pembuatan laporan pabrikasi dan ikhtisar Laba Rugi. Data di bawah
ini adalah mengenai sebuah perusahaan manufaktur untuk 2007:
Jumlah rata-rata saham biasa yang
beredar selama periode tersebut 20,000 lembar
Penjualan barang jadi Rp 498.000.000,00
Penjualan retur dan potongan 10.000.000,00
Potongan penjualan 3.000.000,00
Persediaan awal bahan baku 47.000.000,00
Persediaan akhri bahan baku 41.000.000,00
Persediaan awal barang dalam proses 28.000.000,00
Persediaan akhir barang dalam proses 21.000.000,00
Persediaan awal barang jadi 80 000.000,00
Persediaan akhir barang jadi 81.000.000,00
Biaya overhead pabrik 100.000.000,00
Biaya tenaga kerja langsung 55.000.000,00
Pembelian bahan baku 118.000.000,00
Pendapatan jasa 21.000.000,00
Biaya penjualan 146.000.000,00
Biaya umum, administrasi, dan lainnya 49.000.000,00
Diminta:
a. Buatlah sebuah laporan pabrikasi untuk perusahaan tersebut (Aji
Jaya Mulya Company).
b. Buatlah skedul beban pokok penjualan.
c. Buatlah sebuah ikhtisar Laba Rugi.
3. Laporan dan skedul pabrikasi; laporan keuangan. Buku besar Amin
Corporation untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2007
menunjukkan perkiraan dan saldo berikut ini:
Kas Rp 9.000.000,00
Surat berharga 34.000.000,00
Piutang 15.000.000,00
Cadangan piutang ragu-ragu 1.000.000,00
Persediaan bahan baku 20.000.000,00
Persediaan barang dalam proses 15.000.000,00
Persediaan barang jadi 18.000.000,00
Assuransi dibayar di muka 2.000.000,00
Investasi jangka panjang 100.000.000,00
Pabrik dan mesin-mesin 300.000.000,00
Cadangan panghapusan 100.000.000,00
40
Utang 31.000.000,00
Utang biaya 8.000.000,00
Utang pajak pendapatan federal 2.000.000,00
Obligasi bayar 130.000.000,00
Wesel bayar jangka panjang 90.000.000,00
Saham biasa 60.000.000,00
Laba yang ditahan 25.000.000,00
Dividen 5.000.000,00
Penjualan 390.000.000,00
Penjualan retur dan potongan 11.000.000,00
Potongan penjualan 4.000.000,00
Pendapatan sewa 40.000.000,00
Pembelian bahan baku 150.000.000,00
Biaya tenaga kerja langsung 45.000.000,00
Biaya overhead pabrik 31.000.000,00
Biaya penjualan 30.000.000,00
Biaya umum, administrasi, dan lainnya 88.000.000,00
Informasi tambahan:
Buku pembantu overhead pabrik menunjukkan saldo berikut ini:
Tenaga kerja tidak langsung Rp 10.000.000,00; bahan pembantu
pabrikasi Rp 300.000,00; Listrik Rp 1.000.000,00; Penghapusan
Rp11.000.000,00; Asuransi Rp 1.000.000,00; Biaya pabrikasi lainnya
Rp 7.700.000,00; Penghitungan fisik atas persediaan menunjukkan
bahwa pada tanggal 31 Desember 2007 terdapat saldo: Persediaan
bahan baku Rp 12.000.000,00; Persediaan barang jadi
Rp60.000.000,00; Persediaan barang dalam proses
Rp50.000.000,00. Selama tahun tersebut, ada 20,000 saham biasa
yang beredar.
Diminta:
a. Buatlah laporan pabrikasi dalam bentuk yang baik.
b. Buatlah skedul overhead pabrik. Bandingkan apakah total skedul
tersebut cocok dengan perkiraan biaya overhead pabrik yang
terdapat pada buku besar.
c. Buatlah skedul beban pokok penjualan.
d. Buatlah ikhtisar laba.
e. Buatlah neraca dalam bentuk yang baik. Jangan lupa untuk
memasukkan persediaan akhir pada neraca. Saldo laba yang
ditahan harus dihitung dengan menambahkan saldo awal dengan
laba bersih dan dikurangi dengan dividen yang dibayarkan.
41
4. Pembuatan laporan pabrikasi dan ikhtisar Laba Rugi. Pembukuan
Ajisoko Manufacturing Corporation menunjukkan data berikut untuk
tahun yang berakhir 31 Desember 2007:
Biaya umum, administrasi, dan lainnya Rp25.000.000,00
Jumlah rata-rata saham biasa yang beredar dalam tahun tersebut
20,000 lembar.
Penjualan barang jadi Rp 450.000.000,00
Penjualan retur dan potongan 10.000.000,00
Potongan penjualan 1.000.000,00
Biaya penjualan 100.000.000,00
Persediaan awal bahan baku 25.000.000,00
Persediaan akhir bahan baku 20.000.000,00
Persediaan awal barang dalam proses 14.000.000,00
Persediaan akhir barang dalam proses 10.000.000,00
Persediaan awal barang jadi 46.000.000,00
Persediaan akhir barang jadi 29.000.000,00
Pendapatan bunga 10.000.000,00
Pendapatan dividen 5.000.000,00
Biaya overhead pabrik 60.000.000,00
Biaya tenaga kerja langsung 40.000.000,00
Pembelian bahan baku 89.000.000,00
Diminta:
a. Buatlah laporan beban pokok produksi.
b. Buatlah laporan beban pokok penjualan.
c. Buatlah ikhtisar Laba Rugi.
5. Hubungan antara berbagai item pabrikasi. Misalkan data berikut ini
mengenai sebuah perusahaan manufaktur untuk 2007.
Jumlah rata-rata saham biasa yang beredar
selama tahun 2007 10,000 lembar
Penjualan barang jadi Rp 175.000.000,00
Penjualan retur dan potongan 2.000.000,00
Potongan penjualan 1.500.000,00
Persediaan awal bahan baku 12.000.000,00
Persediaan akhir bahan baku 15.000.000,00
Persediaan awal barang dalam proses 7.000.000,00
Persediaan akhir barang dalam proses 9.000.000,00
Persediaan awal barang jadi 24.000.000,00
42
Persediaan akhir barang jadi 25.000.000,00
Biaya overhead pabrik 45.000.000,00
Biaya tenaga kerja langsung 30.000.000,00
Pembelian bahan baku 50.000.000,00
Pendapatan jasa 23.000.000,00
Biaya penjualan 10.000.000,00
Biaya umum, administrasi dan lainnya 11.000.000,00
Diminta:
a. Dari informasi di atas, hitunglah yang berikut ini. Tunjukkan semua
perhitungan yang saudara lakukan.
(1) Bahan baku yang dipergunakan dalam produksi.
(2) Total biaya produksi.
(3) Harga pokok barang barang jadi.
(4) Beban pokok penjualan.
(5) Laba bersih
(6) Laba bersih per lembar saham.
(7) Laba kotor.
b. Buatlah laporan pabrikasi untuk perusahaan tersebut (Duren
Manufacturing Company).
c. Buatlah skedul beban pokok penjualan.
6. Soal pabrikasi lengkap; laporan dan skedul. Roger Asnawi Inc telah
mengoperasikan sebuah pabrik untuk beberapa tahun. Perkiraan
buku besar pada tanggal 31 Desember 2007 mempunyai saldo
seperti terlihat berikut ini.
Kas Rp 15.000.000,00
Biaya umum dan administrasi 150.000.000,00
Surat berharga 60.000.000,00
Biaya penjualan 61.000.000,00
Piutang 30.000.000,00
Biaya overhead pabrik 65.000.000,00
Cadangan piutang ragu-ragu 2.000.000,00
Biaya tenaga kerja langsung 59.000.000,00
Persediaan bahan baku 40.000.000,00
Pembelian bahan baku 200.000.000,00
Persediaan barang dalam proses 30.000.000,00
Pendapatan sewa 30.000.000,00
Persediaan barang jadi 35.000.000,00
Potongan penjualan 7.000.000,00
43
Assuransi dibayar di muka 3.000.000,00
Penjualan retur dan potongan 20.000.000,00
Investasi jangka panjang 200.000.000,00
Penjualan 800.000.000,00
Pabrik dan mesin-mesin 700.000.000,00
Dividen 12.000.000,00
Cadangan penghapusan,pabrik
& mesin-mesin 200.000.000,00
Laba yang ditahan 116.000.000,00
Saham biasa 130.000.000,00
Utang 40.000.000,00
Utang biaya 14.000.000,00
Wesel bayar jangka panjang 150.000.000,00
Utang pajak pendapatan federal 5.000.000,00
Obligasi bayar 200.000.000,00
Buku pembantu overhead pabrik menunjukkan saldo ini:
Tenaga kerja tidak langsung Rp 20.000.000,00; bahan pembantu
pabrikasi yang dipakai Rp 600.000,00; tenaga listrik Rp2.000.000,00;
penghapusan Rp20.000.000,00; asuransi atas pabrik
Rp3.000.000,00 overhead pabrik lainnya Rp 19.400.000,00.
Persediaan akhir adalah:
Bahan baku Rp 25.000.000,00; barang dalam proses
Rp100,000.000,00; barang jadi Rp 140.000.000.,00. Selama tahun
tersebut ada 45.000 lembar saham biasa yang beredar.
Diminta:
a. Buatlah laporan beban pokok produksi dalam bentuk yang baik.
b. Buatlah skedul overhead pabrik. Bandingkanlah apakah total
skedul yang saudara buat cocok dengan saldo perkiraan biaya
overhead pabrik yang terdapat pada buku besar.
c. Buatlah skedul beban pokok penjualan.
d. Buatlah ikhtisar Laba Rugi.
e. Buatlah neraca dalam bentuk yang baik. Jangan lupa
memasukkan persediaan akhir pada neraca. Saldo akhir laba
yang ditahan dihitung dari saldo awal ditambah dengan laba
bersih dikurangi dengan dividen.
44
BEBAN POKOK
PRODUKSI PESANAN
(JOB ORDER COSTING)
􀀻 Penentuan Biaya Berdasarkan Pesanan dan Penentuan
Biaya Berdasarkan Proses
􀀻 Sistem Akuntansi Biaya Perpetual
􀀻 Penerapan Job Order Costing di Departemen
45
BEBAN POKOK PRODUKSI PESANAN
(JOB ORDER COSTING)
Tujuan
Tujuan bab ini adalah untuk menerangkan bagaimana biaya
pabrikasi dapat dikendalikan dan dilaporkan dengan
penggunaan sistem akuntansi biaya job order, sebuah sistem
yang menggunakan metode perpetual untuk akuntansi
persediaan.
Dalam mempelajari sistem akuntansi biaya menurut job order,
saudara perhatikan pada ketiga pertanyaan di bawah ini.
􀁸 Apakah perbedaan pabrikasi yang meliputi produksi masal
dan produksi yang dilakukan berdasarkan pesanan
tersendiri?
􀁸 Apakah struktur suatu sistem akuntansi biaya?
􀁸 Ayat jurnal harian dan pencatatan apa yang tersangkut
dalam suatu sistem akuntansi biaya berdasarkan pesanan/
job order?
46
Penentuan Biaya Berdasarkan Pesanan dan
Penentuan Biaya Berdasarkan Proses
Apakah perbedaan antara pabrikasi yang meliputi produksi masal
dengan produksi yang dilakukan berdasarkan pesanan tertentu?
Saudara telah mempelajari akuntansi pabrikasi di mana digunakan
pelaporan persediaan secara periodik. Menurut sistem tersebut, pada
akhir suatu jangka waktu operasi, penghitungan persediaan secara fisik
harus dilakukan atas bahan baku, persediaan dalam proses, dan
persediaan barang jadi. Kemudian, juga pada akhir periode, dibuat
kalkulasi biaya barang yang dihasilkan (laporan beban pokok produksi).
Berikutnya, harga pokok barang yang dijual dihitung untuk pembuatan
ikhtisar Laba Rugi. Metode periodik ini mempunyai satu kelemahan
utama. Kelemahan tersebut adalah bahwa biaya pabrikasi tidak dapat
dilaporkan dengan mudah selama jangka waktu operasi. Biaya ditentukan
secara periodik (pada akhir periode), tidak dilakukan terus menerus, yang
mungkin diperlukan untuk pengendalian sehari-hari.
Sistem perpetual untuk mengendalikan biaya pabrikasi lebih
banyak dipakai daripada metode periodik karena pengendalian biaya
sehari-hari dapat dilakukan dengan sistem perpetual. Ada dua sistem
akuntansi biaya perpetual, yaitu sistem akuntansi job order dan sistem
akuntansi biaya berdasarkan proses.
Sistem job order dirancang untuk mengawasi biaya perusahaan
dalam menghasilkan atau mengerjakan masing-masing pekerjaan/
pesanan. Misalnya, sebuah cetakan berdasarkan pesanan mungkin akan
menggunakan sistem akuntansi biaya berdasarkan pesanan pekerjaan.
Sebuah cetakan berdasarkan pesanan mungkin akan menggunakan
sistem akuntansi biaya berdasarkan pesanan pekerjaan. Sebuah
perusahaan yang membuat perahu pesiar berdasarkan pesanan juga
akan menggunakan sistem akuntansi biaya berdasarkan pesanan
pekerjaan. Dalam sistem seperti itu catatan biaya tertentu dibuat untuk
masing-masing pekerjaan. Catatan tersebut dengan demikian
mengumpulkan informasi mengenai biaya bahan baku, tenaga kerja
langsung, dan overhead pabrik untuk setiap pekerjaan. Harga jual
pesanan dapat dibandingkan dengan total biaya pesanan tersebut; dan
ketiga unsur biaya pesanan tersebut (bahan baku, tenaga kerja langsung,
dan overhead pabrik) dapat dianalisa untuk keperluan pengawasan dan
dapat dipergunakan sebagai dasar untuk menentukan harga pekerjaan
yang sama dimasa datang.
Sistem akuntansi biaya berdasarkan proses dirancang untuk
mengawasi biaya bagi perusahaan yang menghasilkan barang secara
47
massal. Misalnya, industri pengolahan makanan dapat menghasilkan
ribuah kaleng makanan dalam sehari. Tekanan pengawasan dalam
pabrik ini bukanlah pada unit atau pekerjaan satu per satu (kaleng
makanan) tapi tekanan diarahkan pada pengawasan proses operasi
dalam pabrik. Sebuah pabrik yang menghasilkan komponen mobil secara
massal, sebagai contoh, dapat dibagi menjadi empat departemen:
departemen pemotongan, departemen trimming, departemen perakitan,
dan departemen pengecatan. Dalam suatu sistem akuntansi biaya
berdasarkan proses, catatan biaya dibuat menurut departemen (dan
bukannya menurut masing-masing pesanan). Ketiga unsur biaya (bahan
baku, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik) dapat dianalisa
dan dikendalikan untuk setiap departemen.
Perbedaan secara umum, karakteristik Penentuan harga pokok
pesanan dan proses, masing-masing metode tersebut dapat ditunjukkan
sebagai berikut:
Metode Kalkulasi Harga Pokok (Cost
Accumulation Method)
Biaya Pesanan (Job
Order Costing)
Biaya Proses (Process
Costing)
Harga Pokok Biaya dikumpulkan untuk setiap
pesanan/kontrak/jasa secara
terpisah dan setiap pesanan/
kontrak/ jasa dapat dipisahkan
identitasnya
Biaya dikumpulkan untuk
setiap/satuan waktu tertentu
Dasar kegiatan Pesanan langganan Budged produksi/skedul
produksi
Tujuan Produksi Melayani pesanan Persediaan yang akan
dijual
Sifat produksi Intermiten Kontinyu
Bentuk produksi Tergantung spesifikasi pemesan
dan dapat dipisahkan
identitasnya
Homogen/standar
Biaya produksi
dikumpulkan
Setiap pesanan (sesuai dengan
biaya yang dinikmati)
Setiap satuan waktu
Kapan biaya
produksi dihitung
Pada saat pesanan selesai Pada akhir periode/satuan
waktu
Harga pokok
dihitung dengan
Harga pokok pesanan tertentu
dibagi Jumlah produk pesanan
Harga pokok pada persentase
tertentu dibagi jumlah
produk pada periode ybs.
Contoh Percetakan, kontraktor mebel,
konsultan, kantor akuntan,
karoseri dan lain-lain
Kertas, tekstil, botol, semen,
air minum, petrokimia dll
48
Ilustrasi Sistem Akuntansi Biaya Perpetual
Apakah struktur suatu sistem akuntansi biaya? Apakah
perusahaan menggunakan sistem akunansi biaya menurut pesanan atau
sistem akuntansi biaya berdasarkan proses, prosedur atau sistem
akuntansi biaya berdasarkan proses, prosedur dasar tertentu untuk
pengumpulan biaya adalah sama dalam kedua sistem tersebut. Ilustrasi
JO-1 pada halaman berikut menunjukkan suatu sistem akuntansi biaya
yang menggunakan persediaan perpetual. Perhatikan hubungan dari
ketiga persediaan perpetual (bahan baku dan penolong, barang dalam
proses, dan barang jadi) dan perkiraan lain yang tersangkut dalam sistem
dasar ini. Pelajarilah dengan cermat diagram ini dan lihatlah kembali
diagram ini pada saat saudara membaca sisa bagian ini.
Transaksi Perusahaan dan Pencatatannya
Ayat jurnal harian dan pencatatan apa yang tersangkut dalam
suatu sistem akuntansi biaya berdasarkan pesanan/job order?
Bagian ini menerangkan secara terinci berbagai akuntansi biaya
berdasarkan pesanan. Dengan menggunakan berbagai contoh, kita akan
membahas ayat jurnal harian dan pembukuan yang terdapat dalam
sistem ini.
Akuntansi untuk bahan baku. Buku besar sebuah perusahaan
manufaktur mencakup sebuah perkiraan persediaan yang dinamakan
persediaan bahan baku dan penolong (perhatikanlah Ilustrasi JO-1).
Perkiraan asset lancar ini biasanya mempunyai saldo debit pada awal
dan akhir setiap masa pembukuan. Kalau sebuah perusahaan
menggunakan berbagai jenis bahan aku dan penolong, sejumlah buku
pembantu dapat dibuatu memberikan rincian perkiraan buku besar. Buku
pembantu seperti itu biasanya dinamakan buku pembantu bahan baku
atau buku gudang. Contoh buku gudang yang umum terdapat pada
Ilustrasi JO-2.
Sebagai buku pembantu, buku gudang dapat dipakai untuk beberapa
tujuan. Pertama, kartu tersebut berisi catatan kuantitas setiap bahan baku
yang masih ada dalam pesediaan. Kedua, kalau kartu tersebut
menunjukkan bahwa pesediaan telah mencapai suatu tingkat tertentu
(titik pemesanan kembali), suatu pesanan dapat dilakukan untuk mengisi
persediaan. Dan ketiga, buku gudang ini memberikan bukti tertulis bahwa
semua bahan baku yang dibeli benar-benar dipergunakan dalam
produksi.
49
Ilustrasi JO- 1
56
Kalau pabrik memerlukan bahan baku, suatu dokumen
sumber yang dinamakan bon permintaan bahan dibuat untuk
memberikan wewenang pada petugas gudang untuk memindahkan
bahan ke pabrik. Bon permintaan barang yang umum terlihat pada
Ilustrasi JO-3
Ilustrasi JO-2
KARTU GUDANG
Stoc account no. ……………….
Nama barang. …………………. Batas pemesanan kembali………………..
Lokasi dalam gudang………….. Jumlah pemesanan kembali………………
Diterima Dikeluarkan Saldo
Tanggal Referensi Jumlah
unit
Harga
per
unit
Total
harga
Jumlah
unit
Harga
per
unit
Total
harga
Jumlah
unit
Harga
per
unit
Total
harga
Buat harian serba-serbi berikut ini menunjukkan dua ayat yang
berkaitan dengan bahan baku dan bahan penolong.
28 Pesediaan bahan baku dan penolong 2,000
Utang 2,000
2007
Agustus
Dibeli bahan baku dan pembantu dari
Star Corporation, syarat 2/10, n/30.
30 Persediaan barang dalam pengerjaan 1,000
Biaya overhead pabrik 400
Bahan baku dan pembantu 1,400
Pemakaian bahan baku dan
penolong untuk produksi: Bon
permintaan barang 904 sebesar Rp
1,000 dan bon permintaan barang
905 Rp 400.
Ayat jurnal pertama menunjukkan pembelian bahan baku dan
pembantu secara kredit. Perkiraan persediaan bahan baku dan
penolong didebit untuk pembelian tersebut sehingga saldo perkiraan
tersebut dapat terus diikuti. Setiap kali perkiraan ini bertambah, buku
pembantu (kartu barang) yang besangkutan juga bertambah.
Misalnya, kalau pembelian sebesar Rp 2.000 terdiri atas Rp 200
komponen 123 dan Rp 1.800 komponen 435, maka Rp 200 akan
dibukukan pada kartu barang 123 sebagian suatu penambahan (dalam
57
kolom ”diterima”) dan Rp 1.800 akan dibukukan pada kartu barang
untuk komponen 435 seperti itu juga.
Setiap saat, total semua saldo kartu gudang sama dengan saldo
perkiraan persediaan bahan baku dan penolong di buku besar.
Ilustrasi JO-3
BON PERMINTAAN BARANG
Diminta oleh ………………….…….. Bon permintaan barang no. …………………………..
(tanda tangan)
Diberikan oleh………………..Tanggal…………Dibebankan pada pekerjaan no……………
(tanda tangan)
Nomor kartu barang Nama barang Jumlah unit Harga
per unit
Total
harga
Ayat jurnal harian kedua menunjukkan pengeluaran bahan baku
dan penolong sebesar Rp 1,400 ke pabrik dari gudang. Bon
permintaan bahan merupakan dokumen sumber untuk mendukung
ayat jurnal ini. Ayat tersebut menunjukkan bahwa bahan baku sebesar
Rp 1.000 diserahkan untuk pekerjaan produksi. Oleh karena itu,
perkiraan persediaan barang dalam proses didebit sejumlah itu. Kalau
bahan tidak langsung dan pembantu (bahan yang tidak langsung
dipergunakan dalam pembuatan produk) dikeluarkan, perkiraan
overhead pabrik didebit. Saudara dapat menelusuri pengeluaran ini
pada ilustrasi JO-1. Perhatikan bahwa perkiraan overhead pabrik
merupakan suatu perkiraan sementara; saldonya akhirnya menjadi
bagian dari persediaan barang dalam proses.
Buku pembantu juga harus dibuat untuk perkiraan persediaan
barang dalam proses. Buku pembantu untuk persediaan dalam
proses. Buku pembantu untuk persediaan dalam proses adalah kartu
biaya pekerjaan atau buku pembantu biaya pekerjaan/Job cost
card/Job cost sheet–kartu biaya pekerjaan. Ilustrasi JO-4 menunjukkan
suatu kartu biaya yang umum. Sebuah kartu dibuat untuk setiap
pekerjaan.
Pada saat bahan baku diminta dan dipindahkan dari gudang
untuk dipergunakan pada pekerjaan, perkiraan persediaan dalam
proses didebit dan perkiraan persediaan bahan baku dan penolong
dikredit (seperti diperlihatkan dalam contoh di atas). Setiap kali
58
persediaan dalam proses di debiet untuk bahan, kartu biaya pekerjaan
yang bersangkutan dipakai untuk mencatat pemakaian bahan.
Pasangan kolom yang pertama pada kartu biaya pekerjaan
menunjukkan jumlah rupiah bahan yang dipakai dan referensi,
biasanya nomor bon permintaan bahan.
Ilustrasi JO-4
KARTU BIAYA PEKERJAAN
Pekerjaan no…………………… Nama
pekerjaan..........................................
…………………………………………………………………………………………
……
Tanggal dimulai……… selesai diperkirakan tanggal selesai
tanggal..............
Bahan baku Tenaga kerja
langsung
Overhead pabrik
Referensi Jumlah Referensi Jumlah Referensi Jumlah
Total biaya pekerjaan: Bahan baku Komentar:
Tenaga kerja langsung
Overhead pabrik
Harga jual pekerjaan
Contoh lain bentuk kartu job order dengan kolom-kolom yang
telah terisi ditampakkan pada Ilustrasi JO-5 pada halaman berikut ini:
59
Ilustrasi JO-5
KARTU BIAYA PEKERJAAN/PESANAN
Akuntansi untuk tenaga kerja langsung. Unsur biaya yang kedua,
tenaga kerja langsung ditampang untuk sementara dalam suatu
perkiraan yang dinamakan upah pabrik. Perhatikanlah kembali Ilustrasi
JO-1. Ketika upah pabrik dipersiapkan, ayat berikut ini dibuat:
25 Upah pabrik 5,000
Pajak upah yang ditahan 400
2007
Agustus
Utang gaji 4,600
PT UsahadenganPabrikSendiri JobOrder
No 534
Malang
Untuk : SMKN 1 Alengka Tgl Pesan : 10/5/….
Produk : Kaos olahraga Tgl Mulai : 14/5/….
Spesifikasi : Sablon plastic Tgl Minta : 22/5/....
Banyaknya: 2 koli Tgl Selesai: 20/5/....
Bahan Baku Upah Langsung Biaya Overhead
Tanggal Jumlah Tanggal Jumlah Tanggal Jumlah
14/5/....
19/5/....
20/5/....
4.200.000
780.000
620.000
14/5/....
17/5/....
18/5/....
19/5/....
20/5/....
780.000
560.000
560.000
240.000
300.000
20/5/.... 3.050.000
Jumlah􀃆 5.600.000 Jumlah􀃆 2.440.000 Jumlah􀃆 3.050.000
Bahan baku Rp 5.600.000 Harga jual Rp18.500.000
Upah Langsung 2.440.000 Biaya Pabrik Rp11.090.000
Biaya Overhead 3.050.000 Biy. Pemasaran 1.760.000
Jumlah Rp11.090.000 Biy. Adm. & Um. 1.250.000
Biy. Prod. & penjl. 14.100.000
60
Perkiraan upah pabrik mencakup biaya tenaga kerja langsung
dan biaya tenaga kerja tidak langsung (gaji pengawas yang berkaitan
dengan semua pekerjaan dan karena itu dianggap biaya overhead
pabrik). Oleh karena itu upah pabrik selanjutnya dianalisa dan
diklasifikasikan menjadi dua kategori tenaga kerja. Ayat jurnal yang
dibuat:
25 Persediaan barang dalam pengerjaan 4,000
Overhead pabrik 1,000
2007
Agustus
Upah pabrik 5,000
Untuk memindahkan saldo upah
pabrik pada kartu pekerjaan (untuk
biaya tenaga kerja langsung) dan
pada overhead pabirk.
Perkiraan sementara, upah pabrik, dikurangi menjadi nol dengan ayat
tersebut. biaya tenaga kerja langsung ditentukan sebesar Rp 4,000;
oleh karena itu jumlah ini jumlah ini didebitkan langsung pada
perkiraan persediaan barang dalam proses, yang akhirnya akan
menjadi bagian dari persediaan barang dalam proses.
Setiap kali perkiraan persediaan barang dalam proses didebit
untuk tenaga kerja langsung, kartu biaya pekerjaan pendukungnya
harus diperbarui. Biaya tenaga kerja langsung dipindahbukukan ke
kartu biaya pekerjaan untuk pekerjaan yang bersangkutan. Misalnya,
andaikan bahwa biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp 4,000
dipergunakan sebagai berikut: Rp 1,000 untuk pekerjaan 241, Rp 500
untuk pekerjaan 244, dan Rp 2,500 untuk pekerjaan 600. dalam hal ini
setiap jumlah harus dipindahkan pada kartu pekerjaan yang
bersangkutan.
Akuntansi untuk overhead pabrik. Seperti terlihat pada Ilustrasi JO-
1, perkiraan overhead pabrik adalah suatu perkiraan sementara yang
dipergunakan untuk mengumpulkan biaya overhead sebelum biaya ini
menjadi bagian dari persediaan barang dalam proses. Perkiraan
overhead pabrik didebit untuk:
1. Semua bahan tidak langsung yang dipergunakan dalam pabrik.
2. Semua biaya tenaga kerja tidak langsung.
3. Biaya overhead pabrik lainnya seperti tenaga listrik, penghapusan
pabrik dan mesin-mesin, asuransi pabrik dan lain-lain.
Pada waktu biaya overhead pabrik lainnya menjadi beban, perkiraan
overhead pabrik didebit dan perkiraan kas, utang, cadangan
61
penghapusan atau perkiraan lainnya yang bersangkutan dikredit,
tergantung pada keadaan. Kebanyakan perusahaan juga membuat
perkiraan pembantu untuk overhead juga membuat perkiraan
pembantu untuk overhead pabrik. Perkiraan pembantu ini mempunyai
satu kartu untuk setiap jenis overhead. Setiap kali persediaan
overhead pabrik pada buku besar didebit, perkiraan pembantu yang
bersangkutan juga didebit untuk membuat catatan yang terinci
mengenai komposisi biaya overhead.
Perhatikanlah Ilustrasi JO-1 bahwa perkiraan overhead pabrik
dikredit dan perkiraan persediaan barang dalam proses didebit untuk
memindahkan biaya overhead pabrik ke barang dalam proses. Suatu
ayat buku harian dibuat untuk membukukan pemindahan ini seperti
berikut:
25 Persediaan barang dalam proses 3,000
Biaya overhead pabrik 3,000
2007
Agustus
Untuk membebankan overhead
pabrik pada pekerjaan yang
bersangkutan
Proses pemindahan biaya overhead pada barang dalam proses
biasanya dilakukan berdasarkan taksiran karena manajemen tidak
dapat menunggu sampai akhir periode ketika semua biaya overhead
telah terjadi dan dibukukan. Kartu biaya pekerjaan harus dibukukan
setiap hari supaya total dapat diawasi secara efektif. Misalnya,
beberapa pekerjaan mungkin diselesaikan dalam pabrik setiap hari.
Total biaya untuk setiap pekerjaan ini harus dihitung sebelum semua
biaya overhead dibukukan untuk bulan yang bersangkutan (biaya
tenaga listrik, misalnya).
Salah satu cara yang umum memperkirakan biaya overhead
yang dibebankan pada pekerjaan dapat dijelaskan dengan contoh ini.
Misalkan bahwa sebuah perusahaan memperkirakan akan
mengeluarakan biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp 50,000 dalam
melakukan pekerjaannya pada masa pembukuan yang akan datang.
Angka ini merupakan perkiraan terbaik yang dapat dibuat oleh
manajemen. Perkiraan ini didasarkan pada informasi yang tersedia
mengenai pekerjaan yang akan dikerjakan dan biaya tenaga kerja
langsung. Selanjutnya, diandaikan bahwa perusahaan memperkirakan
akan mengeluarkan biaya overhead apbrik sebesar Rp 40,000 dalam
jangka waktu yang sama. angka ini juga merupakan perkiraan terbaik
yang dapat dibuat oleh manajemen. Jika perkiraan ini wajar, maka
dapat disimpulkan bahwa: untuk setiap rupiah tenaga kerja langsung,
diperkirakan biaya overhead akan sebesar 80 rupiah. Artinya, biaya
62
overhead pabrik diharapkan berjumlah 80% dari biaya tenaga kerja
langsung. Dalam bentuk persamaan:
Tarip biaya overhead =
Perkiraanbiayatenaga jalangsung
Perkiraanbiaya overhead pabrik
ker
= 80%
50,000
40,000 􀀠
Rp
Rp
Tarip biaya overhead dapat dipergunakan sebagai dasar untuk
memindahkan biaya overhead pabrik kepekerjaan dalam proses dan
pada kartu biaya pekerjaan. Misalnya, kalau biaya tenaga kerja
langsung untuk satu hari berjumlah Rp 1000, maka biaya overhead
pabrik adalah diperkirakan berjumlah Rp 800 (80% dari Rp 1000). Ayat
debit akan dimasukan pada perkiraan persediaan barang dalam
proses (dan juga ke kartu biaya pekerjaan) sebesar Rp 800 dan kredit
pada perkiraan overhead pabrik. Banyak perusahaan juga menghitung
biaya tenaga kerja langsung untuk pekerjaan setiap hari sehingga
angka biaya yang paling akhir dapat dipergunakan untuk pengawasan.
Pada akhir masa pembukuan, jika perkiraan yang dibuat benar,
sisi debit perkiraan overhead pabrik akan berjumlah Rp 40,000, biaya
overhead pabrik yang benar-benar terjadi; dan sisi kredit perkiraan
biaya overhead pabrik juga akan berjumlah Rp 40,000 (dihitung 80%
dari biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp 50,000). Tentu saja,
perkiraan yang dibuat akan berbeda sedikit dari waktu ke waktu. Unit
berikutnya akan menjelaskan pengaruh akuntansi dari setiap saldo
perkiraan biaya overhead pabrik yang tersisa pada akhir masa
pembukuan.
Akuntansi untuk barang yang telah selesai. Kalau suatu pekerjaan
telah selesai, kartu biaya pekerjaan tersebut menunjukkan total biaya
pekerjaan tersebut, meliputi bahan baku, tenaga kerja langsung, dan
overhead pabrik. Pekerjaan tersebut sekarang merupakan bagian dari
barang jadi dan siap untuk dijual. Misalnya, andaikan bahwa pekerjaan
484 telah selesai dengan total biaya sebesar Rp 3,218. ayat jurnal
untuk menujukkan penyelesaian pekerjaan adalah:
30 Persediaan barang jadi 3,218
Persediaan barang dalam
proses
3,218
2007
Agustus
Penyelesaian pekerjaan 484
63
Kartu biaya pekerjaan (No.484) akan dipindahkan dari buku pembantu
yang menunjang persediaan barang dalam proses dan disimpan untuk
keperluan di masa datang. Buku pembantu barang jadi akan dibuat
untuk mendukung perkiraan persediaan barang jadi. Kartu biaya
pekerjaan yang telah selesai dapat dipergunakan untuk ini.
Akuntansi untuk penjualan pesanan. Jika pekerjaan No. 484 dijual
dengan harga Rp 4,000, ayat berikut akan dibuat:
1 Beban pokok penjualan barang 3,218
Persediaan barang jadi 3,218
2007
September
Piutang 4,000
Penjualan 4,00
Dijual pekerjaan 484, harga pokok
Rp 3,218, seharga Rp 4,000
RINGKASAN :
Prosedur Akuntansi Biaya Job Order Costing.
Ayat jurnal yang perlu dibuat dalam jurnal umum dengan menggunakan
metode buku adalah sebagai berikut:
1. Bahan Baku:
a. Pembelian Bahan Baku :
Persediaan Bahan Baku XX
Hutang Dagang XX
b. Pemakaian Bahan Baku:
Persediaan Barang Dalam Proses XX
Persediaan Bahan Baku XX
2. Tenaga Kerja Langsung
Biaya Gaji XX
Hutang pajak karyawan XX
Hutang asrns. Tenaga kerja XX
Hutang Gaji XX
64
3. Overhead Pabrik:
Penentuan Tarif dan Prosedur Akuntansi Overhead Pabrik:
1. Menyusun anggaran biaya overhead pabrik dan Memilih
dasar pembebanan biaya overhead pabrik ke masingmasing
pesanan.
2. Menghitung tarif overhead pabrik dengan:
Total Anggaran Biaya Overhead
Tarif Biaya Overhead Pabrik =
Anggaran Kapasitas yg digunakan
3. Mencatat pembebanan overhead ke masing-masing
pesanan
4. Mencatat overhead sesungguhnya dan menutup rekening
overhead sesungguhnya
5. Mencatat selisih pembebanan biaya overhead pabrik
berdasarkan tarif yang ditentukan di muka
Penerapan Job Order Costing di Departemen
Prosedur akuntansi biayanya sebagai berikut:
1. Biaya produksi dikelompokkan untuk setiap departemen di
mana pesanan diolah atau diproses, biaya produksi setiap
departemen tersebut digolongkan untuk setiap elemen biaya.
2. Tarip biaya overhead yang dibebankan pada setiap pesanan
ditentukan untuk setiap departemen
3. Harga pokok pesanan yang sudah selesai dikerjakan pada
departemen tertentu ditransfer ke departemen berikutnya di
mana pesanan diolah
4. Harga pokok pesanan yang sudah selesai penuh ditransfer ke
persediaan barang jadi(finished goods).
Rekening buku besar biaya sesungguhnya, biaya overhead yang
dibebankan, selisih biaya overhead harus diselenggarakan untuk
setiap departemen.
65
ISTILAH BARU (Glosari)
Factory overhead – overhead pabrik. Suatu perkiraan sementara
yang dipergunakan dalam suatu sistem akuntansi biaya untuk
menampung semua biaya overhead pabrik, meliputi tenaga kerja tidak
langsung, bahan tidak langsung dan bahan penolong, dan biaya tidak
langsung lainnya; saldo perkiraan ini dipindahkan setiap periode ke
perkiraan persediaan barang dalam proses.
Factory overhead rate – tarip biaya overhead pabrik. Sering
dinyatakan dalam bentuk perrupiahtase sehingga biaya overhead
pabrik yang diperkirakan merupakan taksiran dari biaya tenaga kerja
langsung; tarip ini dipergunakan untuk membebankan biaya overhead
pabrik pada pekerjaan; Persediaan barang dalam proses didebit dan
perkiraan overhead pabrik dikredit untuk memindahkan biaya
overhead pada masing-masing pekerjaan dan pada perkiraan
persediaan barang dalam proses; biaya overhead pabrik yang benarbenar
terjadi tidak dipindahkan pada perkiraan barang dalam proses
ini tidak dilakukan karena jumlah yang sebenarnya tidak diketahui
dengan pasti selama periode operasi.
Factory payroll – upah pabrik. Sebuah perkiraan sementara yang
dipergunakan dalam suatu sistem akuntansi biaya untuk menampung
semua biaya upah operasi manufaktur; saldo perkiraan terdiri atas
biaya tenaga kerja langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung;
biaya tenaga kerja langsung dipindahkan pada perkiraan persediaan
barang dalam proses dan biaya tenaga kerja tidak langsung menjadi
bagian dari biaya overhead pabrik, yang selanjutnya menjadi bagian
dari barang dalam proses.
Job cost card – kartu biaya pekerjaan. Buku pembantu yang
dipergunakan untuk mendukung perkiraan persediaan barang dalam
proses dalam suatu sistem akuntansi biaya berdasarkan pekerjaan;
kartu biaya pekerjaan juga dinamakan buku pembantu barang dalam
proses, lihat ilustrasi dalam unit ini.
Job order cost accounting – akuntansi biaya berdasarkan
pesanan pekerjaan. Suatu sistem akuntansi yang mempergunakan
persediaan perpetual untuk biaya pabrik, di mana dibuat catatan
tertentu untuk masing-masing pekerjaan atau pesanan yang dibuat
pada pabrik tersebut.
Material requisition – bon permintaan barang. Otorisasi tertulis
untuk memindahkan bahan dari gudang ke pabrik; dokumen sumber
ini memberikan suatu catatan mengenai semua pemindahan bahan
66
baku dan bahan penolong dari gudang (bahan baku dan perkiraan
persediaan) ke pabrik (perkiraan barang dalam proses atau perkiraan
overhead pabrik).
Process cost accounting – akuntansi biaya berdasarkan proses.
Suatu sistem akuntansi persediaan perpetual, di mana biaya
ditampung dan catatan dibuat menurut departemen atau proses yang
dilakukan dalam pabrik; cocok untuk operasi dengan produksi massal.
Stores ladger – kartu gudang. Buku pembantu untuk mendukung
perkiraan bahan baku dan bahan penolong.
Contoh soal dan penyelesaiannya;
1. Budget overhead ditaksir untuk 1 tahun = Rp. 13.200.000,-
Taksiran kapasitas = 75.000 jam kerja
langsung
Kapasitas sesunguhnya adalah = 6.000 jam kerja
langsung yang
terdiri dari:
1. pesanan no. 01 = 2.500 jkl
2. pesanan no. 02 = 1.500 jkl
3. pesanan no. 03 = 2.000 jkl
Overhead sesungguhnya:
- bahan baku tdk langsung Rp. 480.000,-
- tenaga kerja tdk langsung Rp. 320.000,-
- pajak atas gaji dan upah Rp. 327.360,-
- penyusutan mesin pabrik RP. 54.560,-
- biaya asuransi Rp. 41.280,-
Rp. 1.223.200,-
Dari contoh di atas Penentuan Tarif dan Prosedur Akuntansi
Overhead Pabrik adalah sebagai berikut;
67
1. Menyusun anggaran biaya overhead pabrik dan memilih
dasar pembebanan biaya overhead pabrik ke masingmasing
pesanan.
2. Menghitung tarif overhead pabrik dengan:
Total Anggaran Biaya Overhead
Tarif Biaya Overhead Pabrik =
Anggaran Kapasitas yg digunakan
3. Mencatat pembebanan overhead ke masing-masing
pesanan
4. Mencatat overhead sesungguhnya dan menutup rekening
overhead sesungguhnya
5. Mencatat selisih pembebanan biaya overhead pabrik
berdasarkan tarif yang ditentukan di muka
Dari prosedur di atas dapat dihitung tarif biaya overhead dan
pencatatannya sebagai berikut:
Total Anggaran Biaya Overhead
1) Tarif Overhead Pbrk =
Anggaran Kapasitas yuang digunakan
13.200.000,-
= = Rp. 176,-/ Jkl
75.000 Jkl
2) Mencatat pembebanan biaya Overhead pabrik untuk masing-
masing pesanan:
1. pesanan no. 01 = 2.500 jkl x Rp. 176,- = Rp. 440.000,-
2. pesanan no. 02 = 1.500 jkl x Rp. 176,- = Rp. 264.000,-
3. pesanan no. 03 = 2.000 jkl x Rp. 176,- = Rp. 352.000,-
Rp. 1.056.000,-
Barang dalam proses pesanan no. 01 Rp. 440.000,-
Barang dalam proses pesanan no. 02 Rp. 264.000,-
Barang dalam proses pesanan no. 03 Rp. 352.000,-
Biaya Overhead (yang dibebankan) Rp. 1.056.000,-
68
3) Mencatat Biaya Overhead Sesungguhnya
Biaya Overhead Sesungguhnya Rp. 1.223.200,-
Bahan baku tdk langsung Rp. 480.000,-
Tenaga kerja tdk langsung Rp. 320.000,-
Pajak atas gaji dan upah Rp. 327.360,-
Penyusutan mesin pabrik Rp. 54.560,-
Biaya asuransi Rp. 41.280,-
4) Menutup rekening overhead sesungguhnya:
Biaya Overhead (yang dibebankan) Rp. 1.056.000,-
Biaya Overhead Sesungguhnya Rp. 1.056.000,-
5) Mencatat selisih pembebanan overhead
Selisih Biaya Overhead Rp. 167.200,-
Biaya Overhead sesungguhnya Rp. 167.200,-
6) Menutup selisih overhead ke C G S/ Beban pokok penjualan
Beban pokok penjualan/CGS Rp. 167.200,-
Selisih Biaya Overhead Rp.167.200,-
2. PT " Aji Jaya Mulya " menggunakan Tarip overhead yang ditentukan
di muka dalam membebankan biaya overhead. Overhead
dibebankan berdasarkan jam kerja langsung di departement I dan
berdasarkan jam mesin di departemen II.
Pada awal bulan Mei tahun 200A diestimasikan :
Departemen I Departemen II
Jam Kerja Langsung 100.000 20.000
Jam Mesin 10.000 35.000
Biaya TK Langsung 720.000,- 152.000,-
Biaya Overhead 240.000,- 156.800,-
Dari catatan akuntansi PT, data yg dilaporkan untuk
pesanan No.11 selama bulan Mei tahun 200A sbb:
Departemen I Departemen II
Jam Kerja Langsung 125 50
Jam Mesin 10 205
Biaya BB Langsung 1.288,- 2.400,-
Biaya TK Langsung 900,- 320,-
69
DIMINTA:
a. Hitung Tarip overhead yang ditentukan di muka untuk
setiap departemen
b. Hitung total harga pokok untuk pesanan no: 11 dan harga
pokok per unit jika pesanan no: 11 sebanyak 50 unit.
Jawaban Soal no: 2.
a. Tarif Overhead per Departemen sbb:
Dept.I berdasarkan Jam Kerja Langsung
= Biaya Overhead yang diestimasikan 240.000 = 2,4 per JKL
Jam Kerja Langsung 100.000
Dept I berdasarkan Jam Mesin
= Biaya Overhead Yang diestimasikan 156.800 = 4,48 per JM
Jam Mesin 35.000
b.Total biaya untuk pesanan no: 11
DEPT.I DEPT.II Total Biaya
Biaya BBLangsung 1.288 2.400 3.688
Biaya TK Langsung 900 320 1.220
Biaya Overhead 300* 918,4** 1.218,4
Total Biaya 2.488 3.638,4 6.126,4
* 125 x 2,4 = 300
** 205 x 4,48 = 918,4
6.126,4
Harga Pokok per unit pesanan no. 11 = = 122,528
50
70
2. Transaksi keuangan dari PT “Surya Dunia Abadi“ bulan
Desember 200A. sbb:
1. Bahan baku untuk mengolah: 1.000 unit pesanan No. 0001, 200
unit pesanan No. 0002, dan 100 unit pesanan No. 0003
Pesanan No. Departemen I Departemen II Jumlah
0001 Rp. 4.000.000 Rp. - Rp. 4.000.000
0002 10.000.000 6.000.000 16.000.000
0003 2.000.000 - 2.000.000
Jumlah 16.000.000 6.000.000 22.000.000
2. Biaya tenaga kerja langsung yang terjadi pada periode tersebut
Order
No.
Departemen I Departemen II Departemen III Jumlah
0001 Rp. 4.000.000 Rp. 2.000.000 Rp. 3.000.000 Rp. 9.000.000
0002 4.000.000 5.000.000 3.000.000 12.000.000
0003 2.000.000 1.000.000 - 3.000.000
Jumlah 8.000.000 8.000.000 6.000.000 24.000.000
3. Biaya overhead dibebankan ke pesanan atas dasar tarip yang
dihitung pada awal Desember:
Departemen Dasar Tarip Satuan
I Jam mesin Rp. 200 per jam
II Jam mesin Rp. 400 per jam
III BTKL 50% dari BTKL
4. Jam Mesin dan biaya sesungguhnya pada setiap departemen sbb:
Departemen Jam Mesin Overhead Sesunguhnya
I 40.000 Rp. 7.800.000
II 25.000 Rp. 6.100.000
III - Rp. 2.950.000
71
5. Pemakaian jam mesin di departemen I dan II
Pesanan no Departemen I Departemen II
I 15.000 jam 9.000 jam
II 20.000 jam 10.000 jam
III 5.000 jam 6.000 jam
6. Pesanan No. 0001 dan 0002 telah selesai dan langsung
diserahkan kepada pemesan, Pesanan No. 0003 telah selesai
di departemen II dan sudah ditransfer ke departemen III .
Diminta:
Buat jurnal untuk mencatat transaksi tersebut dan buatlah Job
Cost Card/Job Cost Sheetnya.
JAWABAN:
1. BDP - Bahan Baku Dept. I Rp. 16,000.000,-
BDP - Bahan Baku Dept. II Rp. 6.000.000,-
Bahan Baku Rp. 22.000.000,-
2. BDP - TKLangsung Dept. I Rp. 10,000.000,-
BDP - TKLangsung Dept. II Rp. 8.000.000,-
Gaji dan Upah Rp. 24.000.000,-
3. BDP – Overhead Dept. I Rp. 8.000.000,-
BDP – Overhead Dept. II Rp. 10.000.000,-
BDP – Overhead Dept. III Rp. 3.000.000,-
. Overhead Dept. I Rp. 8.000.000,-
Overhead Dept. II Rp. 10.000.000,-
Overhead Dept. III Rp. 3.000.000,-
4. Overhead Sesungguhnya Dept. I Rp. 7.800.000,-
Overhead Sesungguhnya Dept. II Rp. 6.100.000,-
Overhead Sesungguhnya Dept. III Rp. 3.000.000,-
Bermacam-macam Kredit Rp. 16.850.000,-
72
5. Overhead dibebankan Dept. I Rp. 8.000.000,-
Overhead dibebankan Dept. II Rp. 10.000.000,-
Overhead dibebankan Dept. III Rp. 3.000.000,-
Overhead Sesungguhnya Dept. I Rp. 8.000.000,-
Overhead Sesungguhnya Dept. II Rp. 10.000.000,-
Overhead Sesungguhnya Dept. III Rp. 3.000.000,-
6. Overhead Sesungguhnya Dept. I Rp. 200.000,-
Overhead Sesungguhnya Dept. II Rp. 3.900.000,-
Overhead Sesungguhnya Dept. III Rp. 50.000,-
Selisih Overhead Dept. I Rp. 200.000,-
Selisih Overhead Dept. II Rp. 3.900.000,-
Selisih Overhead Dept. III Rp. 50.000,-
7. Selisih Overhead Rp. 4.150.000,-
LR/ BDP/ CGS ) Rp. 4.150.000,-
Job Cost Sheet
Dept. 001 002 003 Total
Dept. I
BB Langsung
TK Lansung
Overhead
4
4
3
10
4
4
2
2
1
16
10
8
11 18 5 34
Dept. II
BB Langsung
TK Lansung
Overhead
-
2
3,6
6
5
4
-
1
2,4
6
8
10
5,6 15 3,4 24
Dept. III
BB Langsung
TK Lansung
Overhead
-
3
1,5
-
3
1,5
-
-
-
-
6
3
4,5 4,5 - 9
Total 21,1 37,5 8,4 67
73
Bahan Untuk Tugas
Pertanyaan
1. Bandingkan akuntansi biaya berdasarkan proses dan yang
berdasarkan pesanan.
2. Ayat apa yang dibuat dalam suatu sistem akuntansi biaya
berdasarkan pesanan kalau bahan baku dibeli? Kalau bahan baku
dipergunakan untuk pekerjaan?
3. Bagaimanakah cara pembukuan dan distribusi upah pabrik?
4. Ayat buku harian apakah yang berkaitan dengan prasrana pabrik
dalam suatu sistem pesanan pekerjaan?
5. Untuk setiap perkiraan buku besar dalam sistem pesanan
pekerjaan yang terdapat di bawah ini, tunjukkan nama buku
pembantu yang dipergunakan untuk mengumpulkan informasi
terinci mengenai perkiraan tersebut:
a. Persediaan bahan baku dan bahan penolong.
b. Persediaan barang dalam proses.
c. Persediaan barang jadi.
d. Overhead pabrik.
6. Jelaskanlah fungsi setiap dokumen berikut yang dipergunakan
dalam suatu sistem akuntansi biaya berdasarkan pesanan
pekerjaan:
a. Kartu gudang.
b. Bon permintaan barang.
c. Kartu biaya pekerjaan.
LATIHAN
1. Buatlah ayat jurnal harian untuk membukukan transaksi berikut ini.
Perusahaan menggunakan sistem pembukuan biaya menurut
pesanan pekerjaan.
74
a. Dibeli 1000 unit bahan baku seharga Rp 13,100 tunai.
b. Dikeluarkan 250 unit bahan baku untuk pesanan pekerjaan
seharga Rp 2,000 bon permintaan barang no.200.
c. Diserahkan bahan pembantu seharga Rp 700 untuk pemakaian
dalam pabrik, bon permintaan barang no. 201.
d. Upah pabrik berjumlah Rp 10,000 (upah tenaga kerja langsung
berjumlah Rp 7,500). Pajak Pendapatan yang dipotongkan Rp
200.
e. Pindahkan saldo perkiraan upah pabrik.
2. Buatlah ayat pembukuan dalam bentuk buku harian serba-serbi
untuk membukukan transaksi berikut ini. Perusahaan
menggunakan sistem pembukuan biaya menurut pesanan
pekerjaan.
a. Misalkan bahwa sebuah perusahaan memperkirakan biaya
prasrana pabrik sebesar Rp 75,000 selama periode tersebut
dan Rp 100,000 biaya tenaga kerja langsung. Hitunglah tarip
biaya overhead.
b. Biaya tenaga kerja langsung untuk sehari berjumlah Rp 2,000.
Pergunakanlah tarip tersebut yang telah saudara hitung pada
pertanyaan a untuk menghitung dan membukukan biaya
overhead pabrik.
c. Andaikan bahwa pekerjaan 600 telah selesai dengan seluruh
biaya berjumlah Rp 7,110.
d. Pekerjaan 600 dijual dengan harga Rp 7,500, kredit.
3. Bukukanlah transaksi berikut. Perusahaan menggunakan sistem
pembukuan biaya menurut pesanan pekerjaan. Pergunakanlah
sistem perpetual.
a. Dibeli bahan baku seharga Rp 5,000 tunai.
b. Dikeluarkan bahan baku untuk pekerjaan pabrik Rp 2,000.
75
c. Dikeluarkan bahan pembantu Rp 500 untuk pemakaian di
pabrik.
d. Dibayarkan upah sebesar Rp 20,000 (biaya tenaga kerja
langsung berjumlah Rp 11,000). Pajak Pendapatan yang
dipotongkan Rp 200.
e. Pindahkan saldo perkiraan upah pabrik.
f. Tarip biaya overhead yang dipakai adalah 75% dari biaya
tenaga kerja langsung.
g. Pekerjaan yang telah selesai. Biaya bahan baku berjumlah Rp
300 dan biaya tenaga kerja langsung berjumlah Rp 500.
pindahkanlah pekerjaan tersebut ke barang jadi.
h. Dijual pekerjaan tersebut seharga Rp 2,500 dengan syarat
2/15, n/60.
4. Narno Corporation menggunakan sistem pembukuan biaya
menurut pesanan pekerjaan. Buatlah ayat jurnal harian untuk
membukukan transaksi berikut ini.
a. Upah pabrik bejumlah Rp 38,000 untuk minggu tersebut. Pajak
Pendapatan yang dipotongkan Rp 1,990, dan pajak
pendapatan Rp 4,260.
b. Dipindahkan saldo upah pabrik: 90% upah pabrik merupakan
biaya tenaga kerja langsung, dan sisanya merupakan biaya
tenaga kerja tidak langsung.
c. Dibeli 131.500 unit bahan baku A dari Star Company, dengan
syarat 2/10, n/30, seharga Rp 30,630.
d. Dikeluarkan bahan untuk paham produksi sebagai berikut:
a141 Bahan baku A untuk pekerjaan 216 2,600
a142 Bahan baku B untuk pekerjaan 201 4,000
a143 Bahan pembantu 1,500
a143 Bahan permintaan barang
e. Bebankan biaya overhead pabrik pada barang dalam
pengerjaan. Tarip overhead adalah 62% dari biaya tenaga
kerja langsung.
f. Dibayar tagihan bulanan keperluan pabrik Rp 1,072.
76
g. Dibayar biaya asuransi untuk pabrik Rp 1,000
h. Diselesaikan pesanan/ pekerjaan 211. Kartu biaya pekerjaan
untuk nomor 211 menunjukkan total biaya sebagai berikut:
Bahanbaku Rp 10,000
Tenaga kerja langsung 12,000
Biaya overhead dibebankan pada semua pekerjaan dengan
tarip 62%.
i. Dijual pekerjaan 211 seharga Rp 40,000 tunai. Lihat h.
j. Dijual pekerjaan 214 seharga Rp 24,000 dengan syarat 1/10,
n/30. Kartu biaya pesanan/ pekerjaan 214 menunjukkan total
biaya Rp 16,900, meliputi tenaga kerja langsung, bahan baku,
dan overhead pabrik.
SOAL (KELOMPOK A)
1. Ayat pesanan pekerjaan. Buatlah ayat pembukuan dalam buku
harian serba-serbi untuk transaksi berikut ini. Perusahaan
menggunakan sistem pembukuan biaya menurut pesanan
/pekerjaan.
a. Dibeli 10.000 unit bahan baku X dari ABC Company dengan
syarat 2/10, n/30 seharga Rp 4,320.
b. Dikeluarkan bahan baku dan penolong sebagai berikut:
(1) Bahan baku X untuk dipergunakan pada pekerjaan 241;
harga Rp 1,000; bon permintaan bahan no. 1040.
(2) Bahan pembantu untuk dipergunakan bagi perkiraan umum
Rp 141; Bon permintaan bahan 1041.
c. Upah pabrik berjumlah Rp 8,000. Pajak pendapatan Rp 1,400
dipotongkan.
d. Dipindahkan saldo upah pabrik: tenaga kerja langsung Rp
7,000 dan biaya tenaga kerja tidak langsung Rp 1000.
77
e. Bebankan biaya overhead pabrik pada pekerjaan dalam
proses. Tarip biaya overhead adalah 70% dari biaya tenaga
kerja langsung.
f. Dibayarkan tagihan listrik untuk pabrik Rp 700
g. Diselesaikan pekerjaan tersebut Rp 300 dan biaya tenaga kerja
langsung berjumlah Rp 900.
Pindahkan pekerjaan tersebut ke barang jadi. Tarip overhead
adalah 70%.
h. Dijual pesanan 456 seharga Rp 2,300 tunai.
2. Ayat jurnal pesanan pekerjaan; buku pembantu. Neraca Dista
Company, sebuah perusahaan pembuat mainan anak-anak
berdasarkan pesanan terlihat di bawah ini:
Dista Company
NERACA
1 Januari 2007
ASET
Kas Rp 87,900
Piutang (netto) 11,000
Persediaan bahan baku 4,000
Persediaan barang dalam proses (Mainan) 9,000
Barang jadi – mainan 8,000
Investasi 20,000
Rp139,900
KEWAJIBAN
Utang Rp 6,000
MODAL
Saham biasa 80,000
Laba yang ditahan 53,900
Rp139,900
Sebagian transaksi untuk bulan Januari 1978 telihat di bawah ini:
a. Dibayar biaya penjualan Rp 5,000
b. Dibeli bahan baku seharga Rp 13,000, kredit.
78
c. Upah pabrik berjumlah Rp 13,400.
d. Dipindahkan upah pabrik: Tenaga kerja langsung Rp 9,000;
tenaga kerja tidak langsung Rp 4,400.
e. Biaya overhead sebesar Rp 7,000 dibayar tunai.
f. Biaya umum sebesar Rp 1,000 dibayar tunai.
g. Biaya overhead dibebankan pada pekerjaan dengan tarip 65%
dari biaya tenaga kerja langsung.
h. Diselesaikan mainan dan dipindahkan ke gudang barang jadi.
Total biaya mainan yang telah selesai (termasuk bahan baku,
tenaga kerja langsung dan biaya overhead yang dibebankan)
berjumlah Rp 25,000.
i. Dijual mainan yang harga pokoknya Rp 30,000 seharga
Rp50,000 tunai.
DIMINTA:
A. Bukukanlah transaksi tersebut dalam buku serba serbi.
B. Sebutkanlah sebanyak mungkin buku pembantu yang saudara
ketahui untuk mendukung perkiraan yang terdapat pada
neraca.
3. Penghitungan biaya pesanan/pekerjaan; Tabel berikut berisi data
mengenai beberapa kasus yang berdiri sendiri.
Pesanan
No.
Total
biaya
bahan
baku
langsung
pesanan
Total
biaya
tenaga
kerja
langsung
pesanan
Tarip
overhead
pabrik
didasarkan
pada biaya
tenaga
kerja
langsung
Total
biaya
overhead
pesanan
Total
biaya
pesanan
Harga
penjualan
pesanan
Laba
kotor
yang
diperoleh
atas
pesanan
1,496 Rp 1,000 --- 80% --- --- Rp 5,000 Rp
2,000
2,150 Rp 3,000 Rp 9,000 70% --- --- Rp 25,000 ---
3,506 Rp 3,500 --- 60% --- --- Rp
2,000
4,111 --- Rp 2,000 75% --- Rp 9,000 --- Rp
1,000
6,543 Rp 5,000 --- 25% --- --- Rp 30,000 Rp
10,000
79
DIMINTA:
Hitunglah angka yang tidak ada. Tunjukkan perhitungan saudara.
SOAL (KELOMPOK B)
4. Ayat jurnal pesanan. Buatlah ayat jurnal untuk membukukan
transaksi berikut ini. Perusahaan memakai sistem akuntansi biaya
pesanan pekerjaan.
a. Dibeli 15.000 unit bahan baku 17 dari Ace Supplier seharga
Rp7,500.
b. Dikeluarkan 2.000 unit bahan baku 17 untuk dipergunakan
pada pekerjaan 18 seharga Rp 1000. Bon permintaan barang
no. 387.
c. Dikeluarkan bahan pembantu Rp 400 untuk pabrik, bon
permintaan barang no. 388.
d. Upah Rp 3,000. Pajak pendapatan Rp 210. Upah langsung Rp
2,300.
e. Dipindahkan saldo perkiraan upah pabrik.
f. Biaya overhead ibebankan dengan tarip 75% dari biaya tenaga
kerja langsung.
g. Diselesaikan pesanan no. 500. Biaya bahan baku untuk
pesanan ersebut berjumlah Rp 100 dan tenaga kerja langsung
Rp 300. Pekerjaan tersebut dipindahkan ke barang jadi.
h. Dijual pekerjaan 500 seharga Rp 900 dengan syarat 2/15, n/60.
5. Ayat jurnal pesanan. Bululawang Corporaton menggunakan sistem
akuntansi biaya berdasarkan pesanan pekerjaan. Buatlah ayat
dalam buku harian serba-serbi untuk membukukan transaksi
berikut:
a. Upah Rp 19,000. Pajak pendapatan Rp 2,130. Pajak
pendapatan yang dipotongkan Rp 995.
80
b. Dipindahkan saldo perkiraan upah pabrik: 90% tenaga kerja
langsung, sisanya tenaga kerja tidak langsung.
c. Dibeli 131.500 unit bahan baku A dari Sardo Company, dengan
syarat 2/10, n/30 seharga Rp 15,315.
d. Dikeluarkan bahan untuk produksi sebagai berikut (no.141, 142
dan 143 adalah nomor permintaan barang):
141 Bahan A untuk 216 Rp 1,300
142 Bahan B untuk 201 2,000
143 Bahan penolong 750
e. Bebankan overhead pabrik barang dalam proses. Tiap
overhead adalah 62% biaya tenaga kerja langsung.
f. Dibayar utilitas Rp 536.
g. Dibayar biaya asuransi pabrik Rp 500
h. Diselesaikan pekerjaan No. 211. Kartu biaya pekerjaan untuk
No.211 menunjukkan total biaya sebagai berikut:
Bahan baku Rp 5,000
Tenaga kerja langsung 6,000
Biaya overhead dibebankan pada semua pekerjaan
dengan tarip 62%.
i. Pesanan 211 dijual Rp 20,000 tunai, lihat h.
j. Dijual pekerjaan 214 seharga Rp 12,000 dengan syarat 1/10,
n/30. Kartu biaya untuk pekerjaan 214 menunjukkan total biaya
sebesar Rp 8,450, termasuk tenaga kerja langsung, bahan
baku, dan overhead pabrik.
6. Analisa perkiraan “T"; hubungan perkiraan, pesanan pekerjaan.
Andaikan bahwa saudara baru membeli kepentingan dalam suatu
operasi manufaktur. Pembukuan lengkap tidak ada, tapi saudara
dapat mengumpulkan data dari pembukuan operasi tahun lalu.
Saldo awal bahan baku dan bahan pembantu Rp 10,000
Bahan pembantu yang dipergunakan dalam pabrik Rp 2,000
Pembelian bahan baku dan penolong Rp 150,000
81
Biaya overhead pabrik yang dibebankan pada produksi Rp 90,000
Biaya tenaga kerja langsung Rp 15,000
Total upah pabrik Rp 88,000
Pesediaan awal barang dalam proses Rp 100,000
Total barang yang selesai dan dipindahkan
ke barang jadi Rp 117,000
Persediaan akhir barang dalam proses Rp 233,000
Harga pokok barang yang dijual Rp 100,000
Persediaan akhir barang jadi Rp 57,000
Satu angka penting yang tidak ada adalah persediaan akhir bahan
baku dan bahan pembantu. Angka ini diperlukan sebelum ikhtisar
Laba Rugi untuk periode yang bersangkutan dapat diselesaikan.
Dari informasi yang ada, tentukan jumlah persediaan akhir bahan
baku dan bahan penolong.
PETUNJUK
Buatlah perkiraan “T" sama seperti yang terdapat pada Ilustrasi
JO-1. Masukkan informasi yang diketahui, dan lihatlah apakah
saudara dapat menentukan angka yang tidak ada tersebut. Pada
akhir periode, perkiraan overhead pabrik dan perkiraan upah
pabrik mepunyai saldo nol.
SOAL ULANGAN KUMULATIF
7. Soal ulangan kumulatif (periodik, manufaktur).
Buku besar Sardo Corporation untuk tahun yang berakhir 31
Desember 2007 menunjukkan perkiraan dan saldo berikut:
Kas 18,000
Biaya umum dan administrasi 68,000
Surat berharga 60,000
Piutang 30,000
Cadangan piutang ragu-ragu 2,000
Persediaan bahan baku 40,000
Persediaan barang dalam proses 30,000
Persediaan barang jadi 36,000
Asuransi dibayar di muka 4,000
Investasi jangka panjang 200,000
Pabrik dan mesin-mesin 600,000
Cadangan penghapusan 200,000
Utang 62,000
Utang biaya 16,000
82
Utang pajak pendapatan 4,000
Obligasi bayar 260,000
Wesel bayar jangka panjang 180,000
Saham biasa 120,000
Laba yang ditahan 50,000
Dividen 10,000
Penjualan 780,000
Penjualan retur dan potongan 22,000
Potongan penjualan 8,000
Pendapatan sewa 80,000
Pembelian bahan baku 300,000
Biaya tenaga kerja langsung 90,000
Biaya overhead pabrik 62,000
Biaya penjualan 60,000
Biaya umum, administrasi dan lainnya 176,000
Informasi tambahan:
Buku pembantu biaya overhead pabrik menunjukkan saldo berikut:
Tenaga kerja tidak langsung Rp 20,000; Bahan pembantu Rp 60;
Listrik Rp 2,000; Penghapusan Rp 22,000; Assuransi Rp 2,000.
Biaya overhead lainnya Rp 15,400.
Penghitungan persediaan secara fisik pada tanggal 31 Desember
menunjukkan saldo berikut:
Persediaan bahan baku Rp 24,000
Persediaan barang jadi 120,000
Persediaan barang dalam proses 100,000
Dalam tahun tersebut ada 20.000 lembar saham biasa yang
beredar.
DIMINTA:
a. Buatlah laporan beban pokok produksi dalam bentuk yang baik.
b. Buatlah skedul overhead pabrik. Periksalah apakah total skedul
tersebut cocok dengan perkiraan biaya overhead pabrik yang
terdapat pada buku besar.
c. Buatlah ikhtisar Laba Rugi.
83
d. Buatlah neraca dalam bentuk yang baik. Jangan lupa
memasukkan persediaan akhir dalam neraca. Laba yang
ditahan untuk akhir periode harus dihitung dari saldo awal
ditambah laba bersih dikurangi dengan dividen.
8. Soal ulangan kumulatif (pesanan /pekerjaan). Buatlah ayat jurnal
untuk membukukan transaksi berikut. Perusahaan menggunakan
sistem akuntansi biaya pesanan pekerjaan.
a. Dibeli 10.000 unit bahan baku X dari SinarTerang Company,
dengan syarat 2/10, n/30. Total pembelian Rp 8,640.
b. Dikeluarkan bahan baku dan penolong untuk dipakai di pabrik
sebagai berikut:
(1) Dikeluarkan bahan X untuk dipakai pada pekerjaan 241
seharga Rp 2,000. Bon permintaan barang no.1040.
(2) Bahan penolong untuk pemeliharaan Rp 282; Bon
permintaan barang no.1041.
c. Upah Rp 16,000 Pajak pendapatan yang dipotongkan Rp
2,800.
d. Dipindahkan saldo upah pabrik: Tenaga kerja langsung Rp
14,000 dan tenaga kerja tidak langsung Rp 2,000.
e. Dibebankan biaya overhead pabrik ke barang dalam proses.
Tarip yang dipakai adalah 70% dari biaya tenaga kerja
langsung.
f. Dibayar rekening listrik untuk pabrik Rp 1,400.
g. Diselesaikan pesanan 456. Bahan baku berjumlah Rp 600, dan
tenaga kerja langsung berjumlah Rp 1,800. Pesanan tersebut
dipindahkan ke barang jadi. Biaya overhead telah dibebankan
dengan tarip 70%.
h. Pesanan 456 dijual dengan harga Rp 4,600, tunai.
9. PT " MIA " menggunakan sistem harga pokok pesanan. Sebelum
operasi pada awal bulan Mei 2007, manajemen perusahaan
memprediksikan biaya overhead sebesar Rp. 71.680,- dan
84
mengestimasikan jam mesin yang diperlukan sebanyak 6.400 jam.
Pada bulan Mei 2007 mempunyai data-data sbb:
a. Barang dalam proses ( WIP ) untuk masing-masing pesanan
pada awal bulan Mei 2007 pada rekening buku besar adalah
sbb:
Job. A Job.B Job.C
BB Langsung Rp. 3.080,- Rp. 504.- Rp. 798,-
TK Langsung Rp. 2.100,- Rp. 665,- Rp. 392,-
Overhead Rp. 1.470,- Rp. 1.421,- Rp. 840,-
Jumlah Rp. 6.650,- Rp. 2.590,- Rp. 2.030,-
b. Selama bulan Mei 2007 telah dikeluarkan biaya :
BB Langsung Rp. 3.242,
TK Langsung Rp. 1.428,-
Overhead Rp. 5.607,-
c. Pada akhir bulan Mei pesanan Job. A, Job. B dan Job. C
seluruhnya telah diselesaikan, dan masing-masing Job cost
sheet menunjukkan sbb:
Job.A Job.B Job.C
BB Lansung Rp. 280,- Rp. 1.400,- Rp. 1.562,-
TK Langsung Rp. 630,- RP. 483,- Rp. 315,-
Jam Mesin 230 jam 202 jam 70 jam
DIMINTA:
a. Hitung overhead yang dibebankan ke seluruh pesanan
selama bulan Mei 2007
b. Buat ayat jurnal yang diperlukan dan tutuplah rekening
selisih overhead ke Beban pokok penjualan.
c. Hitung total Biaya untuk masing-masing pesanan.
10. PT "Aji Jaya Mulya" menggunakan “tarif overhead yang telah
ditentukan” dalam membebankan biaya overhead. Overhead
dibebankan berdasarkan jam mesin (tarip satuan = Rp 160 per jam)
di departement I dan berdasarkan machine haours (tarip satuan =
Rp320 per jam) di departemen II, dan berdasarkan biaya tenaga
kerja langsung (tarip = 50% biaya tenaga kerja langsung).
85
a. Pada awal bulan Oktober tahun 2007 “AJM“ memproduksi
1.000 unit pesanan A, 200 unit pesanan B dan 100 unit
pesanan C.
b. Selama bulan Oktober 2006 telah dikeluarkan biaya :
Depart. I Depart. I Depart. III
Biaya BB Langsung Rp 12.800.000 Rp 4.800.000 -
Biaya TK Langsung Rp 8.000.000 Rp 6.400.000 Rp4.800.000
Overhead Actual Rp 6.240.000 Rp 4.880.000 Rp2.236.000
c. Pada akhir bulan Oktober pesanan A, pesanan B telah
diselesaikan, sedangkan pesanan C telah selesai di departemen
II dan sudah ditransfer ke departemen III. Dan masing-masing
Job cost sheet menunjukkan sbb:
Departement. Pesanan A Pesanan B Pesanan C
Dept. I:
BB Langsung
TK Lansung
Overhead
Rp 3.200.000
Rp 3.200.000
15.000 jam
Rp 8.000.000
Rp 3.200.000
20.000 jam
Rp 1.600.000
Rp 1.600.000
5.000 jam
Dept. II :
BB Langsung
TK Lansung
Overhead
-
Rp 1.600.000
9.000 jam
Rp 4.800.000
Rp 4..000.000
10.000 jam
-
Rp 800.000
6.000 jam
Dept. III :
BB Langsung
TK Lansung
Overhead
-
Rp 2.400.000
50 % BTKL
-
Rp 2.400.000
50 % BTKL
-
-
-
DIMINTA:
a. Hitung overhead yang dibebankan untuk seluruh pesanan
selama bulan Oktober 2007. Jelaskan over/underapplied
(overhead yang lebih/kurang dibebankan) serta
favorable/unfavorable (selisih yang menguntungkan/tidak
menguntungkan)
b. Buat jurnal yang diperlukan dan tutuplah rekening overhead
variance (selisih) ke Cost of Goods Sold (beban pokok
penjualan).
86
c. Hitung total maupun cost per unit untuk masing-masing
pesanan dengan menunjukkan Job Cost Sheet.
87
BEBAN POKOK
PRODUKSI PROSES
(PROCESS COSTING)
AKUNTANSI
PERUSAHAAN MANUFAKTUR
􀀻 Penekanan Akuntansi Berdasarkan Proses
􀀻 Ilustrasi Akuntansi Berdasarkan Proses
􀀻 Laporan Beban pokok produksi Berdasarkan Proses
88
BEBAN POKOK PRODUKSI PROSES
(PROCESS COSTING)
Tujuan
Tujuan bab ini adalah untuk menerangkan bagaimana biaya pabrikasi
dapat dikendalikan dan dilaporkan dengan penggunaan sistem
akuntansi biaya proses, suatu sistem yang menggunakan metode
perpetual untuk akuntansi persediaan.
Dalam mempelajari sistem akuntansi biaya menurut jproses, saudara
perhatikan pada ketiga pertanyaan di bawah ini.
􀁸 Apa perbedaan struktur dan tujuan penentuan biaya berdasarkan
proses dengan penentuan biaya berdasarkan pesanan?
􀁸 Ayat jurnal harian dan laporan apa yang terkait dalam suatu sistem
akuntansi biaya berdasarkan proses?
89
􀁸 Bagaimana menggunakan akuntansi biaya untuk meningkatkan
pengambilan keputusan oleh manajemen?
Penekanan Akuntansi Berdasarkan Proses
Apa perbedaan struktur dan tujuan penentuan biaya
berdasarkan proses dengan penentuan biaya berdasarkan pesanan?
Ilustrasi JO-1 pada Akuntansi Pesanan, menggambarkan hubungan
antara berbagai perkiraan dalam suatu sistem akuntansi biaya.
Hubungan dasar yang sama ini berlaku baik untuk akuntansi biaya
berdasarkan pesanan maupun akuntansi biaya berdasarkan proses.
Perbedaan kedua sistem ini adalah pada penekanan. Sistem pesanan
pekerjaan menekankan pada pengawasan masing-masing pekerjaan;
oleh karena itu perkiraan persediaan barang dalam proses didukung
dengan kartu biaya pesanan. Dalam suatu sistem biaya berdasarkan
proses, tekanan adalah pada pengawasan biaya proses dan
departemen. Oleh karena itu, barang dalam proses harus dianalisa
menurut departemen dengan menggunakan catatan untuk masingmasing
departemen.
Suatu prosedur yang umum adalah membuat dalam buku besar
beberapa perkiraan persediaan dalam proses – satu untuk masingmasing
departemen atau proses yang akan diawasi. Dengan demikian,
tidak ada kebutuhan untuk kartu biaya pekerjaan. Sebagian besar
perkiraan lainnya dan buku pembantunya seperti diterangkan dalam
Akuntansi pesanan tetap sama dalam sistem ini. Dalam bab ini kita
akan membahas secara terinci sebuah contoh penentuan biaya
berdasarkan proses. Perkiraan buku besar berikut ini akan
dipergunakan:
Persediaan bahan baku dan bahan pembantu.
Perkiraan barang dalam proses – Departemen A.
Persediaan barang jadi.
Upa pabrik.
Overhead pabrik
Harga pokok barang yang dijual
Akan digambarkan operasi selama satu minggu.
90
Contoh Akuntansi Biaya berdasarkan Proses
Sebagian buku besar untuk contoh kita terlihat pada halaman
berikut. Pertama, Perhatikanlah bahwa setiap perkiraan dari ketiga
perkiraan persediaan mempunyai saldo awal. Persediaan bahan baku
dan bahan penolong mempunyai saldo awal sebesar Rp30,000.
Persediaan barang dalam proses mempunyai saldo awal sebesar
Rp19,790. Angka ini dipecah menjadi tiga unsur biaya.
Dalam sistem berdasarkan proses, catatan harus dibuat untuk
setiap departemen untuk mencatat unit fisik yang sebenarnya
diproduksi oleh departemen tersebut. Dalam contoh ini, Rp19,790
menunjukkan biaya yang terjadi dalam periode yang lalu untuk 5.000
unit produksi yang baru selesai sebagian. Juga diketahui bahwa
semua unit ini selesai 100% untuk bahan bakunya, tapi hanya baru
selesai 60% Untuk Tenaga Kerja Langsung dan Overhead Pabrik.
Artinya, lebih banyak Tenaga Kerja Langsung Dan overhead Pabrik
harus ditambahkan untuk menyelesaikan unit ini dalam minggu yang
berikutnya. Persediaan yang ketiga mempunyai Saldo Awal Rp59,300;
Ini menunjukkan nilai 10.000 unit barang dan jasa yang siap untuk
dijual.
Transaksi Perusahaan. Transaksi untuk minggu tersebut
dipindahbukukan ke perkiraan yang terdapat pada Buku Besar yang
terlihat pada halaman berikutnya. Marilah kita periksa setiap transaksi
tersebut berturut-turut.
Transaksi (A)
Perusahaan membeli Bahan Baku dan Penolong seharga Rp100,000.
Perkiraan Bahan Baku dan Penolong didebit dan Perkiraan Kas atau
Utang dikredit.
Transaksi (B)
Permintaan barang berjumlah Rp65,000 selama minggu tersebut; oleh
karena itu, Perkiraan Bahan Baku dan Penolong dikredit untuk
menunjukkan bahwa Persediaan dikurangi. Dua debit muncul pada
Buku Besar untuk ayat jurnal ini: (1) debit pertama pada Perkiraan
Persediaan Barang Dalam Proses – Departemen A; Bahan Baku
sejumlah Rp61,000 dipergunakan pada departemen tersebut. Dalam
minggu tersebut 50.000 unit baru mulai dikerjakan, dan ini adalah
Bahan Baku yang dipergunakan untuk mengerjakan unit yang baru, (2)
debit lainnya adalah pada Perkiraan Overhead Pabrik sebesar
Rp4,000; ini merupakan Bahan Pembantu yang dipergunakan di
Pabrik untuk berbagai keperluan (bukan hanya untuk Departemen A).
Transaksi (C)
91
Upah Bagian Pabrik untuk minggu tersebut dipersiapkan. Total Biaya
Tenaga Kerja berjumlah Rp120,800. Upah Bagian Pabrik didebitkan
dan perkiraan kewajiban yang bersangkutan (Utang Gaji dan Utang
Pajak) dikredit.
Transaksi (D)
Upah Bagian Pabrik sebesar Rp120,800 didistribusikan. Biaya Tenaga
Kerja yang berkaitan dengan Departemen A berjumlah Rp115,800 dan
biaya tenaga kerja tidak langsung berjumlah Rp5,000. Barang dalam
proses – Departemen A didebit sebesar Rp 115,800 dan overhead
pabrik didebit sebesar Rp5,000. Perkiraan upah pabrik ditutup menjadi
nol dengan ayat ini.
Transaksi (E)
Biaya overhead pabrik lainnya sebesar Rp72.160 terjadi. Perkiraan
overhead pabrik didebit dan perkiraan lain seperti Kas, Utang atau
lainnya dikredit.
Transaksi (F)
Overhead pabrik dibebankan pada barang dalam proses menurut tarif
yang telah ditentukan sebelumnya. Tarif yang telah ditentukan
sebelumnya itu adalah 70%. Biaya tenaga kerja langsung untuk
departemen tersebut adalah Rp115,800; oleh karena itu biaya
overhead yang dibebankan adalah 70% dari Rp115,800, atau
Rp81,060. Perkiraan barang dalam proses – Departemen A didebit
sebesar Rp81,060, dan perkiraan overhead pabrik dikredit sebesar
jumlah yang sama.
Catatan penting:
Sebagian perusahaan menggunakan dasar selain biaya tenaga kerja
langsung. Untuk membebankan overhead mereka menggunakan
jumlah jam kerja langsung atau jam kerja mesin hingga diperoleh tarif
overheadnya. Selanjutnya, untuk setiap jam tenaga kerja langsung
atau jam mesin yang dipergunakan pada departemen tersebut, suatu
jumlah biaya overhead dapat dipindahkan pada persediaan dalam
pengerjaan.
Transaksi (G)
Dalam minggu tersebut departemen A menyelesaikan 40.000 unit
produk, dan barang ini dipindahkan ke perkiraan persediaan barang
jadi. Tujuan utama akuntansi biaya adalah untuk menentukan harga
pokok unit yang dihasilkan. Pertanyaan utama adalah: Berapa jumlah
yang harus didebitkan ke perkiraan persediaan barang jadi dan
dikreditkan pada perkiraan persediaan barang dalam proses untuk
40.000 unit yang diselesaikan tersebut? Setiap periode, laporan biaya
92
produksi dibuat untuk menjawab pertanyaan ini. Perhatikan pada ayat
(g) bahwa jumlah yang telah ditentukan adalah Rp252,000.
SEBAGIAN BUKU BESAR
PERSEDIAAN BAHAN BAKU
DAN BAHAN PEMBANTU
Persediaan awal 30,000
(a) 100,000
(b) 65,000
PERSEDIAAN DALAM PROSES – DEPARTEMEN A
a. Persediaan awal
Bahan baku Rp 5,000
Tenaga kerja langsung 8,700
Overhead pabrik 6,090Rp 19,790
(b) Bahan baku 61,000
(d) Tenaga kerja langsung 115,800
(f) Overhead pabrik 81,060
Rp 277,650
(e) Selesai 252,000
UPAH PABRIK PERSEDIAAN BARANG JADI
12,800 (d) 120,800 (d) Persd awal 59,300
(g) Dari Dep. A 252,000
(h) 122,300
OVERHEAD PABRIK
BEBAN POKOK PENJUALAN
4,000
5,000
72,160
81,160
(f) 81,600
(i) 100
(h) 122,300
(i) 100
Persediaan awal 5.000 unit: Buku baku 100% selesai, sedangkan
tenaga kerja langsung dan overhead pabrik selesai 60%
50.000 unit dimulai dalam minggu yang bersangkutan.
40.000 unit diselesaikan dan dipindahkan ke barang jadi
10.000 unit 100% selesai untuk ketiga unsur biaya
Pada bab berikutnya seluruhnya akan bertujuan untuk
menjelaskan bagaimana cara membuat laporan beban pokok produksi
93
ini. Pada soal tugas dalam unit ini, jumlah rupiah harga pokok barang
yang dipindahkan ke persediaan barang jadi akan diberitahukan pada
saudara (seperti pada transaksi g).
Transaksi (H)
Dalam minggu tersebut perusahaan melakukan penjualan sebagai
berikut. Persediaan awal barang jadi, dengan harga pokok sebesar
Rp59,300 (lihat perkiraan), dijual dengan harga Rp70,000. Juga, suatu
unit tambahan sebesar 10.000 yang dihasilkan dalam periode ini dijual
seharga Rp75,000. Untuk keperluan ilustrasi ini, misalkan bahwa
laporan biaya produksi menunjukkan bahwa 10,000 unit ini
mempunyai harga pokok per unit Rp6.30, dengan total harga pokok
sebesar Rp63,000.
Ringkasnya:
Harga Pokok Barang yang Dijual Harga Penjualan
Rp 59,300 Rp 70,000
63,000 75,000
Rp 122,300 Rp 145,000
Transaksi (h) menunjukkan debit pada perkiraan harga pokok barang
yang dijual dan kredit pada persediaan barang jadi sebesar
Rp122,300. Juga, ayat lain, kas didebit sebesar Rp145,000 dan
penjualan dikredit dengan jumlah yang sama (ini tidak diperlihatkan
dalam contoh).
Membebankan terlalu besar dan membebankan terlalu sedikit
biaya overhead.
Dalam bab sebelumnya kita telah membicarakan kemungkinan bahwa
total biaya overhead baru mungkin berlainan dari biaya overhead yang
dipindahkan (kredit) ke perkiraan barang dalam proses dalam suatu
periode. Perhatiakan contoh dalam buku besar pada bab ini. Biaya
0verhead pabrik aktual berjumlah Rp81,160 untuk periode tersebut.
Biaya overhead yang dibebankan pada barang dalam proses
berjumlah Rp81,060. Jadi biaya overhead yang dibebankan lebih kecil
daripada yang sebenarnya. Ini dinamakan membebankan terlalu kecil
biaya overhead jumlahnya dalam hal ini adalah Rp100. Jika lebih
besar biaya overhead dibebankan pada barang dalam proses daripada
yang sebenarnya terjadi, keadaan tersebut dinamakan membebankan
94
terlalu besar biaya overhead, dan suatu saldo kredit akan terlihat pada
perkiraan overhead. Dalam hal Dalam hal yang manapun juga, paling
sedikit sekali dalam setahun, sebelum laporan keuangan dibuat, saldo
yang terlalu besar atau terlalu kecil dihilangkan dalam sebuah ayat
buku harian.
Transaksi (I)
Ayat ini mengurangkan perkiraan overhead pabrik menjadi nol. Jumlah
yang terlalu kecil dibebankan (Rp100) dibukukan sebagai bagian dari
harga pokok barang yang dijual untuk menunjukkan bahwa lebih
banyak biaya yang sebenarnya terjadi daripada yang seharusnya
dibukukan dalam perkiraan persediaan.
Catatan:
Kalau jumlah yang kurang dibebankan atau terlalu banyak dibebankan cukup besar,
sebagian perusahaan memilih untuk memindahkan sebagian jumlah tersebut pada
perkiraan persediaan, dan bukannya membebankan seluruhnya pada beban pokok
penjualan. Ini mungkin tepat kalau cukup banyak barang yang dibuat masih ada dalam
persediaan.
Kalau terjadi membebankan biaya overhead terlalu besar, harga pokok
barang yang dijual dikredit dan overhead pabrik didebit untuk
membetulkan perkiraan tersebut.
Akuntansi Biaya dan Keputusan Manajemen
Suatu sistem akuntansi biaya sangat berguna bagi manajemen dalam
beberapa hal. Ini berlaku apakah sistem yang dipergunakan
berdasarkan proses ataupun berdasarkan pesanan.
Keputusan pemasaran.
Salah satu bidang di mana akuntansi biaya membantu manajemen
adalah dalam hal penetapan harga. Manajemen dapat menetapkan
harga jauh lebih mudah dan yakin kalau mereka memiliki informasi
yang pasti mengenai biaya pekerjaan atau unit yang akan dijual. Inilah
informasi yang diberikan oleh akuntansinya. Misalnya, sebuah
perusahaan mungkin mempunyai saingan dalam penawaran untuk
suatu pekerjaan. Dengan mempergunakan catatan biaya
pekerjaannya untuk pekerjaan yang sama di masa lalu, perusahaan
dapat mengetahui rincian biaya bahan baku, tenaga kerja langsung,
95
dan overhead. Dari catatan masa lalu ini perusahaan dapat membuat
ramalan yang masuk akal mengenai biaya masa datang dan demikian
dapat memasukan penawaran yang lebih realistik.
Dalam proses operasi, perhitungan biaya per unit akan menunjukkan
perubahan unsur biaya yang dapat diperhitungkan oleh manajemen
dalam melakukan perubahan harga penjualan dan dalam membuat
keputusan lainnya. Jika informasi biaya untuk pekerjaan atau proses
tersedia dengan cepat, maka manajemen mempunyai dasar yang kuat
untuk merencanakan kegiatannya.
Pengawasan biaya sehari-hari.
Bagaimana menggunakan akuntansi biaya untuk meningkatkan
pengambilan keputusan oleh manajemen. Dengan suatu sistem
akuntansi biaya perubahan ketiga unsur biaya dapat dilaporkan setiap
hari. Melalui laporan kinerja biaya per unit dapat dibandingkan dengan
standar yang telah ditetapkan oleh manajemen. Tindakan perbaikan
dapat dilakukan dengan segera kalau unjuk kerja menyimpang cukup
besar dari tujuan. Sistem pelaporan kegiatan operasi secara periodik
tidak dengan sendirinya dapat memberikan kemungkinan ini. Salah
satu contoh laporan unjuk kerja yang menggunakan data biaya
berdasarkan proses terdapat pada halaman berikut. Berdasarkan
laporan ini, manajemen mungkin ingin meneliti mengapa biaya tenaga
kerja langsung dan biaya pasar pabrik 10% lebih besar dari standar
yang ditentukan untuk departemen B. Unit selanjutnya akan
menggambarkan berbagai bentuk lain dari laporan unjuk kerja yang
menunjukkan penyimpangan dari standar baik dalam bentuk
penyimpangan total maupun penyimpangan unit.
LAPORAN KINERJA MINGGUAN
MINGGU YANG BERAKHIR: 16 JUNI 2007
Standar unjuk kerja
(biaya per unit yang
diperkirakan
Biaya unit
sebenarnya
Penyim-
Pangan
Departemen A
Bahan Baku Rp 2.10 Rp 2.11 (Rp 0.01)
Tenaga kerja langsung 1.90 1.95 (Rp 0.05
Overhead pabrik 1.00 0.97 Rp 0.03
Rp 5.00 Rp 5.03 Rp 0.03
Departemen B
Bahan baku Rp 6.00 5.96 Rp 0.04
Tenaga kerja langsung 5.00 5.50 ( 0.50)
Overhead pabrik 1.00 1.10 ( 0.10)
Rp 12.00 Rp 12.56 Rp 0.56
96
ISTILAH BARU (Glosari)
Cost of production report – laporan beban pokok produksi. Suatu
laporan manajemen yang memberikan suatu ringkasan kegiatan dalam
suatu departemen pabrikasi dalam suatu jangka waktu, termasuk
biaya bahan baku, tenaga kerja dan overhead pabrik per unit.
Overapplied overhead – biaya overhead yang dibebankan terlalu
besar. Keadaan di mana jumlah biaya overhead pabrik yang
dibebankan pada persediaan barang dalam proses lebih besar dari
yang benar-benar terjadi dalam periode yang bersangkutan.
Underapplied overhead – biaya overhead pabrik dibebankan
terlalu kecil. Keadaan di mana jumlah biaya overhead pabrik yang
dibebankan lebih kecil dari yang sebenarnya dalam periode tersebut.
BAHAN UNTUK TUGAS
PERTANYAAN
1. Yang manakah dari dokumen dan catatan berikut ini yang
mungkin dipergunakan dalam suatu sistem akuntansi biaya
berdasarkan proses:
a. Kartu gudang
b. Bon permintaan barang.
c. Kartu biaya pekerjaan.
d. Laporan biaya produksi.
e. Buku pembantu biaya overhead pabrik.
2. Jelaskan bagaimana terjadinya pembebanan terlalu besar atau
pembebanan terlalu kecil biaya overhead pabrik dan bagaimana
memperlakukannya dalam pembukuan dan laporan keuangan?
3. Bagaimana cara membukukan bahan baku yang dipergunakan
dalam produksi dalam suatu sistem akuntansi biaya berdasarkan
proses?
4. Jelaskan bagaimana cara membukukan biaya tenaga kerja
dalam suatu sistem akuntansi biaya berdasarkan proses?
97
5. Jelaskan bagaimana cara membukukan biaya overhead pabrik
dalam suatu sistem akuntansi biaya yang berdasarkan proses?
6. Apakah kegunaan laporan beban pokok produksi?
7. Bagaimana cara akuntansi biaya dapat meningkatkan
pengambilan keputusan oleh manajemen?
LATIHAN
1. Di bawah ini terdapat perkiraan barang dalam proses untuk
Departemen Pengecatan sebuah pabrik.
PERSEDIAAN BARANG DALAM PROSES – PENGECATAN
(dalam ribuan)
Persediaan awal:
Bahan baku Rp 11,000
Tenaga kerja langsung 10,000
Overhead pabrik 8,000 Rp 29,000
Bahan baku 115,600
Tenaga kerja langsung 206,515
Overhead pabrik 166,812
Selesai Rp 316,955
a. Buatlah ayat jurnal untuk bahan baku yang dipergunakan
dalam produksi.
b. Buatlah ayat jurnal untuk biaya overhead yang dibebankan
pada produksi.
c. Berapakah tarif pembebanan biaya overhead pabrik?
d. Dari data yang diketahui, dapatkah saudara menentukan
jumlah biaya overhead pabrik yang terjadi selama periode
tersebut? Jelaskan.
e. Buatkanlah ayat jurnal untuk pemindahan barang yang
selesai ke persediaan barang jadi.
2. Sebutkan perkiraan yang didebit dan dikredit untuk setiap
transaksi berikut ini dalam suatu sistem akuntansi biaya
berdasarkan proses.
98
a. Pembelian bahan baku secara kredit.
b. Pengeluaran bahan baku untuk pasar (Departemen A)
c. Pengeluaran bahan pembantu untuk pemakaian pabrik
secara umum.
d. Membukukan upah pabrik.
e. Distribusi upah pabrik.
f. Pembayaran sewa pabrik.
g. Membukukan penghapusan mesin pabrik.
h. Membebankan biaya overhead pada produksi.
i. Penyelesaian barang dan memindahkannya dari
Departemen A ke barang jadi.
j. Penyelesaian barang dan memindahkannya dari
Departemen B ke Departemen C.
k. Menjual barang secara kredit
3. Di bawah ini terdapat suatu tabel yang menunjukkan data upah
untuk Mondoroko Manufacturing Company untuk minggu yang
berakhir 21 Juli 2007 (dalam ribuan rupiah).
Departemen Produksi
Karyawan A B C
Tenaga kerja
tidak
langsung
Gaji
Penjualan
Gaji
Umum
Johny Mangi 146.50
Edy Brewok 65.40 65.40
Hari Santoso 314.00
Wily Supratman 412.00
Jose Rizal 518.00
Kerry Mariam 100.00 100.00 150.00
Budi Arso 498.00
211.90 379.40 618.00 512.00 150.00 498.00
Perhatikanlah bahwa sebagian karyawan bekerja lebih dari satu
bidang. Untuk upah ini, pajak dan potongan lainnya berjumlah
Rp436.900.000,00.
DIMINTA:
99
Buatlah ayat buku harian untuk membukukan dan mendistribusikan
porsi pabrik.
4. Dalam minggu yang berakhir 16 Juni 2007, biaya overhead pabrik
yang dibebankan pada ketiga departemen adalah sebagai berikut:
Biaya Overhead
Yang Dibebankan
Departemen Pemotongan Rp 44.250.000,00
Departemen Pengampelasan Rp 66.670.000,00
Departemen penyelesaian Rp 21.240.000,00
Ternyata, selama periode ini, setiap departemen mempunyai
biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp59.000.000,00.
DIMINTA:
Hitunglah tarif biaya overhead pabrik yang dipergunakan untuk
setiap departemen.
SOAL (KELOMPOK A)
1. Akuntansi biaya berdasarkan proses, ayat jurnal harian.
Buatlah ayat jurnal untuk membukukan transaksi berikut ini.
Perusahaan menggunakan sistem akuntansi biaya menurut
proses.
a. Dibeli 10.000 unit bahan baku dari ABC Company, dengan
syarat 2/10, n/30. Total pembelian Rp4,320.
b. Dikeluarkan barang dan bahan pembantu untuk pabrik
sebagai berikut:
(1) Bahan baku X dipergunakan pada Departemen A,
Rp1,000; Bon permintaan barang No. 1040.
(2) Bahan baku dipergunakan pada Departemen B, Rp200;
Bon permintaan bahan no. 1041.
(3) Bahan pembantu dipergunakan di pabrik untuk
perbaikan umum Rp141; Bon permintaan bahan no.
1042.
100
c. Gaji pabrik berjumlah Rp8,000. Pajak pendapatan yang
dipotongkan berjumlah Rp1,400.
d. Kepindahan saldo gaji pabrik; Departemen A, Rp7.000;
Departemen B, Rp1,000.
e. Dibebankan biaya overhead pabrik pada dua perkiraan
barang dalam pengerjaan. Tarif biaya overhead pabrik yang
dipergunakan adalah 70% dari biaya tenaga kerja
langsung.
f. Dibayar rekening listrik untuk pabrik Rp700.
g. Diselesaikan unit produksi di Departemen B; 10.000 unit
diselesaikan dan dipindahkan ke barang jadi. Laporan
biaya produksi untuk masa tersebut menunjukkan bahwa
unit tersebut mempunyai biaya total per unit sebesar Rp4.
h. Dijual 3.000 unit yang tersebut pada (g) dengan harga
sebesar Rp5.50 per unit, tunai.
2. Akuntansi biaya berdasarkan proses, ayat jurnal harian.
Buatlah ayat jurnal untuk membukukan transaksi perusahaan
berikut ini dalam suatu sistem akuntansi biaya berdasarkan
proses.
a. Dibeli 5.000 unit bahan baku X dari Simamora
Manufacturing Co, dengan syarat 2/10, n/30. Total
pembelian berjumlah Rp55,198.
b. Dibeli bahan pembantu dari Salamun, Inc, sebesar
Rp1,750, tunai.
c. Dikeluarkan bahan pembantu ke pabrik untuk pemakaian
umum. Bahan pembantu tersebut berharga Rp57; bon
permintaan bahan no. 75.
d. Dikeluarkan 307 unit bahan baku X untuk dipergunakan
pada Departemen Perakitan sebesar Rp3,390; Bon
permintaan bahan no. 76.
e. Gaji pabrik berjumlah Rp71,500. Pajak pendapatan yang
dipotongkan berjumlah Rp16,540.
101
f. Dipindahkan saldo upah pabrik: Departemen Perakitan
Rp18,000; Departemen Pengecatan Rp35,000;
Departemen Penyelesaian Rp18,500.
g. Dibebankan biaya overhead pabrik pada perkiraan barang
dalam proses pengerjaan dengan tarif 81% dari biaya
tenaga kerja langsung.
h. Terjadi biaya sebagai berikut (dibayar tunai): Listrik untuk
pabrik Rp500; Asuransi untuk pabrik Rp700; pemeliharaan
pabrik Rp800.
i. Diselesaikan 1.000 unit pada Departemen Penyelesaian
dan dipindahkan ke barang jadi. Laporan biaya produksi
untuk periode tersebut menunjukkan bahwa unit tersebut
mempunyai total biaya per unit sebesar Rp31.45.
j. Dijual 100 unit barang jadi dengan kredit seharga Rp78.45
per unit. Unit tersebut harga pokok per unit sebesar
Rp30.15.
3. Akuntansi biaya berdasarkan proses, ayat jurnal harian. Buatlah
ayat jurnal membukukan transaksi perusahaan berikut ini dalam
suatu sistem akuntansi biaya berdasarkan proses.
a. Dikeluarkan barang untuk dipakai di pabrik sebagai berikut:
Bahan baku 160 dipergunakan pada Departemen A
sebesar Rp675; Bon permintaan bahan no. 25.
Bahan baku 161 dipergunakan pada Departemen B Rp240;
Bon permintaan bahan no. 26.
Bahan pembantu dipergunakan untuk seluruh pabrik
seharga Rp530; bon permintaan bahan no. 27.
b. Dibeli bahan baku dari Pronto Product, dengan syarat 2/10,
n/30; Bahan baku 160 sebesar Rp200; bahan baku 161
sebesar Rp145.
c. Upah pabrik sebesar Rp87,430. Pajak pendapatan yang
ditahan berjumlah Rp8,430.
d. Dipindahkan saldo upah pabrik: Departemen A sebesar
Rp34,400 dan Departemen B sebesar Rp53,030.
102
e. Dibebankan biaya overhead pabrik pada kedua perkiraan
barang dalam pengerjaan. Tarif yang dipergunakan adalah
65% dari biaya tenaga kerja langsung.
f. Diselesaikan 4.000 unit pada Departemen A dan
dipindahkan pada barang jadi. laporan biaya produksi
menunjukkan bahwa unit tersebut mempunyai biaya per
unit sebesar Rp5.25.
g. Dijual 250 unit barang jadi secara kredit dengan harga
Rp10.45 per unit. Harga pokok per unit adalah Rp4.50.
SOAL (KELOMPOK B)
4. Akuntansi biaya berdasarkan proses, ayat buku harian. Buatlah
ayat buku harian dalam bentuk buku harian serba-serbi untuk
membukukan transaksi berikut ini. Perusahaan menggunakan
suatu sistem akuntansi biayanya berdasarkan proses.
a. Dikeluarkan bahan baku dan bahan pembantu untuk
keperluan pabrik sebagai berikut:
Bahan baku 2130 dipergunakan pada Departemen A
sebesar Rp1,200; bon permintaan bahan no. 143.
Bahan baku 2133 dipergunakan pada Departemen B
sebesar Rp300; bon permintaan bahan no. 144.
Bahan pembantu dipergunakan untuk seluruh pabrik
sebesar Rp356; bon permintaan bahan no. 145.
b. Dibeli bahan baku dari Bindy Product, dengan syarat 2/15,
n/30; bahan baku 2130 sebesar Rp900; bahan baku 2133
sebesar Rp1,456.
c. Upah pabrik berjumlah Rp15,000. Pajak pendapatan yang
ditahan berjumlah Rp3,546.
d. Dipindahkan saldo upah pabrik: Departemen A Rp8,000
dan Departemen B Rp7,000.
103
e. Dibebankan biaya overhead pabrik pada kedua perkiraan
barang dalam pengerjaan. Taraf yang dipergunakan adalah
60% dari biaya tenaga kerja langsung.
f. Dibayar asuransi dapat sebesar Rp300.
g. Dibayar rekening listrik untuk pabrik Rp1,200.
h. Diselesaikan unit pada Departemen B: 5.000 unit
diselesaikan dan dipindahkan ke barang jadi. Laporan
biaya produksi menunjukkan biaya per unit sebesar
Rp4,56.
i. Dijual 4.000 unit barang jadi dengan kredit seharga Rp6 per
unit. Biaya per unit adalah Rp4.56.
5. Akuntansi biaya berdasarkan proses, ayat jurnal harian. Buatlah
ayat jurnal untuk membukukan transaksi berikut. Perusahaan
menggunakan akuntansi biaya berdasarkan proses.
a. Perusahaan membeli bahan baku dan pembantu seharga
Rp65,000 tunai.
b. Dikeluarkan bahan baku dan pembantu untuk dipergunakan
di pabrik sebagai berikut: bahan baku (Departemen
Perakitan) sebesar Rp17,000; bahan pembantu Rp6,000.
c. Total biaya upah adalah Rp64,000. Pajak pendapatan yang
ditahan Rp8,000.
d. Upah pabrik dibagikan sebagai berikut. Biaya tenaga kerja
langsung sebesar Rp40,000 (perakitan Rp25,000;
Penyelesaian Rp15,000) dan biaya tidak langsung sebesar
Rp24,000.
e. Dibebankan biaya overhead pabrik ke perkiraan barang
dalam proses dengan tarif sebesar 75% dari biaya tenaga
kerja langsung.
f. Diselesaikan 2.500 unit pada Departemen penyelesaian
dan dipindahkan pada barang jadi. Laporan biaya produksi
menunjukkan bahwa biaya per unit adalah Rp6.20.
g. Dijual 350 unit barang jadi secara kredit dengan harga
Rp25 per unit. Unit tersebut mempunyai biaya per unit
sebesar Rp14,30.
104
6. Analisa arus biaya. Hamimura Company menggunakan suatu
sistem akuntansi biaya berdasarkan proses. Pembukuan untuk
minggu yang berakhir 5 Mei 2007 menunjukkan data-data ini:
Beban pokok penjualan barang Rp 200,000
Total harga pokok barang yang diselesaikan pada
Departemen 114 dan dipindahkan ke barang jadi Rp 234,000
Total upah pabrik 176,000
Biaya overhead pabrik yang dibebankan pada Depart. 114 180,000
Bahan pembantu yang dipergunakan di pabrik 4,000
Saldo awal bahan bukan dan pembantu 20,000
Pembelian bahan baku dan penolong 300,000
Biaya tenaga kerja tidak langsung 30,000
Saldo awal barang dalam proses pada Departemen 114 200,000
Saldo akhir barang dalam proses pada Departemen 114 466,000
Persediaan akhir barang jadi 114,000
Untuk keperluan soal ini dan untuk mudahnya, misalkanlah bahwa
Departemen 114 adalah departemen produksi.
DIMINTA:
Dengan membuat perkiraan yang bersangkutan dan menganalisa
data tersebut, hitunglah jumlah persediaan akhir bahan baku dan
penolong.
Laporan Beban pokok produksi Berdasarkan
Proses
Tujuan
Dalam bab sebelumnya saudara telah mempelajari cara untuk
membuat ayat jurnal untuk transaksi dalam suatu sistem berdasarkan
proses. Tujuan bab ini adalah untuk menunjukkan pada saudara
bagaimana cara membuat suatu laporan beban pokok produksi, yang
merupakan suatu laporan manajemen yang terinci untuk menunjukkan
biaya produksi per unit untuk setiap unsur biaya yang akan
dikendalikan.
Pada saat saudara mempelajari laporan beban pokok produksi,
fokuskan-lah perhatian pada keempat pertanyaan ini:
1. Apakah tujuan laporan harga pokok produksi?
105
2. Apakah empat tahapan informasi dasar yang terdapat pada
suatu laporan beban pokok produksi?
3. Apakah yang dimaksud dengan ekuivalen produksi dan
bagaima-nakah dihitungnya?
4. Bagaimana cara membuat laporan beban pokok produksi?
Tujuan Laporan Beban pokok produksi
Seperti pada pembahasan bab sebelunya, laporan beban pokok
produksi memberikan informasi terinci mengenai operasi suatu
departemen atau proses produksi selama suatu jangka waktu yang
relatif pendek. Biaya per unit untuk bahan baku, tenaga kerja
langsung, overhead pabrik dapat dibandingkan dengan biaya yang
diperkirakan atau standar unjuk kerja lainnya. Laporan biaya produksi
juga memberikan dasar untuk menentukan porsi biaya yang terdapat
pada perkiraan barang dalam pengerjaan yang harus dipindahkan
pada barang jadi (atau departemen produksi lainnya), dan berapa
porsi biaya yang tetap tinggal dalam persediaan akhir barang dalam
proses.
Tahapan Dalam Laporan Beban pokok produksi
Laporan biaya produksi untuk suatu departemen berisi ringkasan
semua kegiatan selama periode tersebut. Laporan ini terdiri atas
empat seksi utama. Laporan biaya produksi untuk departemen dalam
contoh kita diberikan pada halam berikutnya. Empat tahap informasi
dasar yang terdapat pada suatu laporan beban pokok produksi adalah
sebagai berikut:
Tahap 1:
Kegiatan dalam bentuk unit. Dalam tahap ini kegiatan dalam bentuk
unit diuraikan. Unit aktual dihitung untuk menghalangi terjadinya
kerugian kehilangan unit selama periode tersebut dan untuk
memberikan dasar yang tepat untuk menghitung biaya per unit.
Sekarang, contoh ini merupakan kelanjutan dari contoh Departemen A
yang terdapat pada unit sebelumnya. Perhatikanlah perkiraan barang
dalam proses pada bab sebelumn untuk angka-angka yang terdapat di
bawah ini. Lima ribu unit ada dalam persediaan pada permulaan
minggu. 50.000 unit lagi mulai dikerjakan dalam minggu ini, sehingga
seluruhnya ada 55.000 unit menjadi tanggung jawab departemen
tersebut. 55.000
untuk nilai tambah ini dihitung dengan dua cara: (1) unit diselesaikan
dan dipindahkan keluar departemen (40.000), dan (2) unit yang masih
dalam proses pengerjaan (15.000).
106
Tahap 2:
Produksi ekuivalensi. Berikutnya, ekuivalensi unit utuh atau produksi
ekuivalensi dihitung. Untuk melakukan hal ini, perlu dihitung berapa
banyak unit produksi yang ditunjukkan oleh semua biaya yang terjadi
pada departemen tersebut; dengan data ini biaya per unit dapat
dihitung. Biaya per unit dihitung sebagai berikut:
Biaya bahan baku
pada persediaan awal +
Biaya bahan baku yang
ditambahkan selama
periode tersebut
Biaya
bahan baku
per unit
= Jumlah unit ekuivalensi yang diproduksi dengan biaya ini
Biaya tenaga kerja
langsung pada
persediaan awal +
Tambahan biaya tenaga
kerja langsung selama
periode tersebut
Biaya
tenaga kerja
per unit
= Jumlah unit ekuivalensi yang diproduksi dengan biaya ini
Biaya overhead pabrik
pada persediaan awal +
Tambahan biaya
overhead pabrik dalam
jangka waktu tersebut
Biaya per unit
overhead pabrik
= Jumlah unit ekuivalensi yang diproduksi dengan biaya ini
Perhatikan bagian kedua dari laporan biaya produksi untuk
mengetahui bagaimana cara ekuivalen unit utuh dihitung. 40.000 unit
yang diselesaikan dan dipindahkan ke barang jadi selama minggu
tersebut. Untuk memindahkan barang jadi ke luar departemen, barang
jadi harus 100% siap semua unsur biayanya, oleh karena itu, 40.000
unit dipe rgunakan dalam ketiga kolom perhitungan.
Selanjutnya perhatikanlah persediaan akhir. Ada 15.000 unit
yang terdapat dalam persediaan akhir. Karena bahan baku untuk unit
ini telah lengkap 100% seluruh 15.000 unit dipergunakan dalam
perhitungan. Mengenai tenaga kerja langsung dan overhead pabrik,
diketahui bahwa 15.000 unit tersebut baru selesai 10%. Oleh karena
itu, hanya 1.500 ekuivalen unit utuh yang diperhitungkan dari barang
yang ada dalam persediaan akhir untuk tenaga kerja langsung dan
biaya overhead.
Perhitungan laporan dengan demikian menunjukkan bahwa
yang keluar untuk bahan baku dalam departemen tersebut
menghasilkan suatu ekuivalen sebanyak 55.000 unit produk. Biaya
yang dikeluarkan untuk tenaga kerja langsung hanya menghasilkan
ekuivalen 41.500 unit utuh; dan biaya untuk overhead pabrik juga
hanya menghasilkan ekuivalen 41.500 unit utuh.
Tahap 3:
107
Biaya yang harus dipertanggungjawabkan. Tahap ketiga laporan
biaya produksi menganalisa biaya aktual yang sebenarnya terjadi
selama minggu tersebut dan menghitung biaya per unit untuk ketiga
unsur biaya. Biaya langsung diambil dari persediaan barang dalam
pengerjaan – Departemen A pada bab sebelumnya.
Untuk bahan baku, suatu jumlah sebesar Rp66,000 muncul
pada perkiraan persediaan pada akhir minggu. Ini merupakan biaya
untuk produksi 55.000 unit, sehingga biaya bahan baku per uni adalah
Rp1.20, atau Rp66,000 dibagi dengan 55.000 unit utuh. Biaya tenaga
kerja langsung juga dihitung dengan cara yang sama: Rp124,500
dibagi dengan 41.500 unit sama dengan Rp3 per unit. Biaya total per
unit untuk setiap produk berjumlah Rp6.30, atau jumlah ketiga unsur
biaya untuk setiap unit.
Departemen A
LAPORAN BIAYA PRODUKSI
Untuk Minggu yang Berakhir 19 Juni 2007
1. Kegiatan departemen selama seminggu dalam bentuk unit: a
Unit dalam proses, awal (unit ini 100% selesai sepanjang mengenai bahan
baku pada permulaan minggu, tapi baru 60% selesai sepanjang mengenai
tenaga kerja langsung dan overhead pabrik) 5,000
Unit baru yang mulai diproduksi dalam minggu tersebut 50,000
Total unit yang harus dipertanggungjawabkan 55,000
Unit yang diselesaikan dan dipindahkan ke barang jadi 40,000
Unit yang masih dalam proses, akhir (unit ini 100% selesai sepanjang
mengenai bahan baku pada akhir minggu, tapi baru 10% selesai untuk
tenaga kerja langsung dan overhead pabrik) 15,000
Total unit yang dipertanggungjawabkan 55,000
2. Ekuivalent unit utuh selama seminggu
Bahan baku Tenaga kerja Overhead
Unit selesai dalam minggu tersebut 40,000 40,000 40,000
Unit yang masih dalam persediaan akhir pada
minggu ini 15,000 1,500 1,500
Ekuivalent unit utuh 55,000 41,5000 41,500
3. Biaya yang harus dipertanggungjawabkan selama seminggu tersebut:
Total Bahan Tenaga Overhead
Baku Kerja Pabrik
Barang dalam pengerjaan awal minggu Rp 19,790 Rp 5,000 Rp 8,700 Rp 6,090
Biaya minggu ini 257,860 61,000 115,800 81,060
Total biaya Rp 277,650Rp 66,000Rp125,500 Rp 87,150
Ekuivalen unit utuh selama minggu tersebut 55,000 41,500 41,500
Biaya per unit Rp 6.30 Rp 1.20 Rp 3.00 Rp2.10
4. Akuntansi untuk biaya
Unit selesai dan dipindahkan ke barang jadi (40.000 unit
dengan harga pokok Rp6.30 per unit) Rp 232,000
Unit dalam pengerjaan pada akhir minggu:
Bahan baku (15.000 unit dengan Rp1.20 per unit) Rp 18,000
Tenaga kerja (1.500 unit dengan biaya Rp3 per unit) 4,500
Overhead pabrik (1.500 unit dengan biaya Rp2.10 per unit) 3,150
Total persediaan dalam pengerjaan 25,650
Total biaya yang dipertanggungjawabkan Rp 277,650
108
a Telusurilah angka-angka ini pada laporan Persediaan dalam Proses Departemen A
Tahap 4:
Akuntansi untuk biaya. Tahap terakhir dalam laporan biaya produksi
memberikan dasar untuk menentukan biaya 40.000 unit yang
dipindahkan dari barang dalam pengerjaan ke persediaan barang jadi.
Ingatlah bahwa ini merupakan pertanyaan utama yang terdapat dalam
pembicaraan kita mengenai transaksi (g) dalam unit 45. Artinya, kita
harus membuat ayat buku harian untuk memindahkan harga pokok
barang yang telah siap ke perkiraan persediaan barang jadi. Dari data
pada laporan biaya produksi ini, kita dapat membuat ayat jurnal seperti
terlihat di bawah ini. Perhatikan bahwa sesudah ayat ini akan terdapat
suatu saldo persediaan persediaan barang dalam pengerjaan sebesar
Rp25,650 atau Rp277,650 dikurangi dengan Rp252,000.
2007 19 Persediaan barang jadi 252,000
Juni Persediaan barang dalam pengerjaan
Departemen A.
252,000
Barang yang diselesaikan pada
Departemen A 40.000 unit dengan harga
pokok Rp6.30 per unit
Asumsi Arus Biaya
Contoh laporan biaya produksi dalam unit ini menggunakan
metode rata-rata tertimbang dalam menghitung biaya bahan baku,
tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik per unit. Dalam
menghitung biaya per unit ingatlah bahwa biaya persediaan awal
ditambahkan pada biaya yang terjadi dalam periode ini. Kemudian
total keseluruhan dibagi dengan ekuivalen produksi untuk menghitung
biaya per unit.
Sebagian perusahaan menggunakan asumsi arus biaya yang
lain seperti metode FIFO. Kalau menggunakan metode FIFO, biaya
per unit dipisahkan antara persediaan awal dan biaya untuk produksi
yang se-dang berjalan. Biaya persediaan awal meliputi dua jenis biaya
per unit: (1) biaya yang terjadi dalam periode yang baru lalu, dan (2)
biaya seka-rang yang terjadi untuk menyelesaikan persediaan awal.
Untuk keperluan pelajaran ini, kita hanya akan menguraikan metode
rata-rata ditimbang.
RINGKASAN :
109
Ada empat tahapan informasi dasar yang terdapat pada suatu
laporan beban pokok produksi berdasarkan Biaya Proses yaitu :
(1) kegiatan dalam departemen tersebut dalam unit,
(2) ekuivalen uanit utuh yang selesai,
(3) biaya yangansi harus dipertanggungjawabkan dan
(4) akuntansi untuk biaya.
Prosedur Akuntansi Penentuan Beban pokok produksi berdasarkan
Proses:
1. Mengidentifikasikan aliran produk masing-masing pusat
pengolahan / departemen
2. Mengakumulasikan data produksi dalam periode tertentu untuk
menyusun laporan produksi dan menghitung ekuivalen
produksi
3. Mengakumulasikan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan
biaya overhead untuk masing-masing departemen yang terpisah
selama periode tertentu
4. Mengukur output masing-masing departemen yang terpisah
yang dinyatakan dalam suatu produksi ekuivalen ( Equivalen
units of production : menunjukkan jumlah tingkatan produksi
yang diukur dalam ukuran produk selesai )
5. Menghitung harga pokok per unit satuan masing-masing
departemen dengan membagi biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja dan biaya overhead dengan equivalen units of production
6. Menghitung harga pokok produk selesai yang ditransfer ke
departemen berikutnya atau ke gudang dan menghitung harga
pokok produk dalam proses akhir
Perlakuan Harga Pokok Produk Barang Dalam
Proses Awal dengan menggunakan metode Ratarata.
1. Tidak membedakan dari mana asal barang jadi (FG = Finished
Goods) baik dari BDB (WIP = Work In Process) awal maupun
dari produk yang baru dimasukkan dalam proses
110
2. Setiap elemen biaya/harga pokok WIP awal digabungkan
dengan elemen biaya yang terjadi pada periode yang
bersangkutan
3. Harga pokok BDP/WIP awal harus dipecah kembali kedalam
setiap elemen biaya
Ekuivalen produksi dapat dihitung sbb:
unit produk selesai + (unit BDP/WIP akhir x % peneyelesaian)
4. Cost per unit setiap elemen biaya dapat dihitung sbb:
Biaya BDP/WIP awal + Biaya periode yang bersangkutan
Ekuivalen produksi biaya yang bersangkutan
ISTILAH BARU (Glosari)
Cost of production report – laporan beban pokok produksi.
Sebuah laporan yang memberikan suatu ringkasan kegiatan dalam
suatu departemen pengolahan selama suatu periode; laporan ini
biasanya berisi empat tahapan: (1) kegiatan dalam departemen
tersebut dalam unit, (2) ekuivalen uanit utuh yang selesai, (3) biaya
yang harus dipertanggungjawabkan dan (4) akuntansi untuk biaya.
Equivalent whole unit – ekuivalen unit utuh. Juga dinamakan
ekuvalen produksi; jumlah unit ditunjukkan oleh biaya yang terjadi
untuk membuatnya; dengan memperhitungkan unit yang sebagian
selesai pada persediaan akhir barang dalam proses pengerjaan;
dihitung dengan menambahkan jumlah unit yang diselesaikan dan
dipindahkan ke barang jadi dengan ekuivalen porsi persediaan akhir
barang yang masih dalam proses pengerjaan.
Contoh soal dan penyelesaiannya.
PT "SDA" berproduksi berdasarkan proces cost system melalui dua
departemen produksi yaitu; Departemen I dan II. Berikut ini adalah
data produksi dan biaya produksi pada bulan Mei 200A:
________________________________________________________
DEPT.I DEPT.II
WIP Awal:
Kuantitas (jumlah unit) ................ 1.000 200
Biaya:
Dari dept.I - Rp 1.300
111
Biaya bahan baku ................ Rp2.000 10
Biaya konversi ..................... 960 875
Tingkat % penyelesaian 100%M,1/5LO 1/10M, 2/5LO
DATA PRODUKSI:
Jumlah unit yang mulai diproses 9.000 -
Jumlah unit produk yang diterima
dari dept.I/sebelumnya ............... - 8.500
Jumlah produk jadi yg ditransfer ke
dept. berikutnya/Gudang ………. 8.500 8.100
DEPT.I DEPT.II
WIP Akhir:
Kuantitas (jumlah unit) ......... 1.500 600
Tingkat (%) penyelesaian 100% M,1/3LO 1/6 M, 1/4LO
BIAYA YANG TERJADI:
Biaya bahan baku……….. Rp 19.000 Rp 3.680
Biaya konversi………….. Rp 39.540 Rp74.200
DIMINTA:
Buat laporan beban pokok produksi untuk masing-masing
departemen dan jangan lupa jurnalnya.
JAWABAN:
SDA COMPANY
Laporan Biaya Produksi Rata-rata Tertimbang
Untuk Bulan yang Berakhir 28 Februari200A
Departemen 1 Departemen 2
Skedul Kuantitas ( Tahap 1):
Persediaan awal (semua bahan,1/5
tenaga kerja dan overhead) 1.000 (1/10 B, 2/5 L dan OH) 200
Unit yang mulai diproses 9.000 10.000 8.500 8.700
Unit yang ditransfer ke departemen
berikutnya 8.500 8.100
Persediaan akhir (semua bahan,1/3
tenaga kerja dan overhead) 1.500 10.000 (1/6M, 1/4L danOH)6008.700
112
Biaya untuk dipertanggungjawabkan
(Tahap 3):
TotalBiaya Total Biaya
Biaya per unit BiayaPer unit
Brg dlm proses-persd. awal:
Biaya dari dep. sebelumnya -0- Rp 1.300
Bahan Rp 2.000 10
Tenaga kerja dan overhead 960 875
Total persediaan awal Rp 2.960 Rp 2,185
Biaya yang diterima dari dep.
sebelumnya 56.100 Rp 6,5646
Biaya dep. periode berjalan:
Bahan 19.000 Rp 2,10 3.680 0,4499
Tenaga kerja dan overhead 39,540 4,50 74.200 9,1000
Total biy yg harus dipertanggungjawabkan
Rp 61.212 Rp 6,60 Rp 136.165 Rp 16,1477
Biaya yang dipertanggungjawabkan
sebagai berikut
(Tahap 4)
Biy. yg ditransfer ke dep. berikutnya:
(8.500xRp6,60) Rp56.100 (8.100 xRp16,1477) Rp130.796
Brg dlm proses persd. akhir:
Biy. dari departemen sebelumnya (600xRp6,5977) Rp3.939
Bahan (1.500xRp2,10) Rp3.150 (600x1/6xRp0,45)45
Tenaga kerja dan overhead
(1.500x1/3xRp4,50) 2.250 5.400(600x1/4xRp9,10)1.365 5.346
Total biaya yang dipertanggungjawabkan
Rp 61.5200 Rp136.165
Perhitungan tambahan (Tahap 2):
Ditransfer Persediaan
Akhir
UE*), Departemen 1, bahan 8.500 + 1.500 = 10.000
$2,10
10.000
$21.000
10.000
$2.000 $19.000 􀀠 􀀠
􀀎 (1.500 x 100%)
113
UE, Departemen 1, tenaga
kerja dan overhead 8.500 + 500 = 9.000
$4,50
9.000
$40.500
9.000
$960 $39,540 􀀠 􀀠
􀀎 (1.500 x 1/3)
UE, Departemen 2, biaya departemen
sebelumnya 8.100 + 600 = 8.700
$6,5977
8.700
$57.400
8.700
$1.300 $56.100 􀀠 􀀠
􀀎 (600 x 100%)
UE, Departemen 2, bahan 8.100 + 100 = 8.200
$0,45
8.200
$3.690
8.200
$10 $3.680 􀀠 􀀠
􀀎 (600 x 1/6)
UE, Departemen 2, tenaga
kerja dan overhead 8.100 + 150 = 8.250
$9,10
8.250
$75.075
8.250
$875 $74.200 􀀠 􀀠
􀀎 (600 x1/4)
UE*) Unit Ekuivalen
BAHAN UNTUK TUGAS
PERTANYAAN
1. Apakah kegunaan laporan beban pokok produksi?
2. Jelaskan setiap seksi dan empat tahapan dasar yang terdapat
dalam sebuah laporan beban pokok produksi.
3. Bagaimana cara menghitung ekuivalen produksi?
4. Asumsi arus biaya apakah yang dipakai dalam ilustrasi yang
terdapat dalam bab ini?
114
LATIHAN
1. Departemen A dari Perusahaan manufaktur Gondo Arum, memulai
86.000 unit baru dalam produksi sehari. Pada hari yang sama 81.00
unit diselesaikan dan dipindahkan ke departemen berikutnya. Pada
permulaan hari tersebut terdapat 10.000 unit yang sedang dalam
proses. Unit ini 90% selesai untuk bahan baku dan 75% selesai
untuk tenaga kerja langsung dan overhead pabrik. Unit dalam
proses pengerjaan pada akhir hari tersebut 30% sel untuk bahan
baku dan 40% selesai untuk tenaga kerja langsung dan overhead
pabrik. Hitunglah ekuivalen produksi untuk hari tersebut untuk (1)
bahan baku, (2) tenaga kerja langsung dan (3) overhead pabrik.
2. Pada tanggal 1 Januari 2007, suatu departemen mempunyai 1.000
unit dalam proses produksi yang 80% selesai untuk bahan baku
dan 60% selesai untuk tenaga kerja langsung dan overhead pabrik.
Persediaan barang dalam pengerjaan untuk departemen ini pada 1
Jnauari 1978 mempunyai saldo sebesar Rp3,400, yang terdiri atas
bahan baku sebesar Rp1,600, tenaga kerja langsung Rp1,200 dan
overhead Rp600. Biaya produksi untuk tujuh hari pertama dalam
bulan Januari 2007 adalah:
Bahan baku Rp 18,500
Tenaga kerja langsung Rp 18,000
Overhead pabrik Rp 9,000
10.000 unit baru mulai diproduksi selama minggu tersebut, dan
7.000 unit diselesaikan dan dipindahkan dari departemen tersebut.
Unit yang masih dalam proses pengerjaan pada departemen
tersebut pada akhir minggu tersebut selesai 100% untuk bahan
baku dan 70% selesai untuk tenaga kerja langsung dan overhead.
Tarif overhead pabrik adalah 50% dari tenaga kerja langsung.
Hitunglah biaya per unti untuk bahan baku, tenaga kerja langsung,
dan overhead pabrik yang akan dicantumkan dalam laporan biaya
produksi.
3. Selama bulan Juni 2007 dimulai 3.420 unit baru 5.051 unit
diselesaikan dan dipindahkan dari suatu departemen. Ada 2.962
unit dalam proses pengerjaan pada awal bulan Juni (yang 92%
selesai untuk bahan baku). Persediaan akhir hanya 21% selesai
untuk bahan baku. Hitunglah ekuivalen unit bahan baku untuk
bulan Juni.
4. Selama bulan Mei 2007 data ini diperoleh dari catatan Departemen
17:
115
Persediaan awal: 11.000 unit, 100% selesai untuk bahan baku dan
80% selesai untuk tenaga kerja langsung dan overhead pabrik.
Persediaan akhir: 8.000 unit, 100% selesai untuk bahan baku dan
70% selesai untuk tenaga kerja langsung dan overhead pabrik. Unit
selesai dan dipindahkan: 90.000 unit.
DIMINTA:
Hitunglah ekuivalen produksi untuk bahan baku, tenaga kerja
langsung dan overhead pabrik.
SOAL (KELOMPOK A)
1. Laporan harga`pokok produksi. Dengan menggunakan informasi
berikut, buatlah laporan beban pokok produksi untuk Departemen C
untuk minggu yang berakhir 10 Maret 2007.
2. Laporan beban pokok produksi. Kenyataan berikut berhubungan
dengan Departemen X untuk operasi suatu minggu, minggu yang
berakhir 17 Maret 2007.
DIMINTA:
Buatlah laporan beban pokok produksi untuk minggu tersebut.
3. Laporan beban pokok produksi. Dengan menggunakan informasi
berikut buatlah laporan beban pokok produksi untuk Departemen
X untuk minggu yang berakhir 26 Mei 2007. Bulatkanlah semua
unit biaya ke rupiah yang terdekat.
BARANG DALAM PROSES PENGERJAAN – DEPARTEMEN C
Persediaan awal:
Bahan baku Rp 20,000
Tenaga kerja langsung 8,000
Overhead pabrik 7,200 Rp 35,200
Bahan baku 200,000
Tenaga kerja langsung 90,000
Overhead pabrik 81,000
Rp 406,200
Barang selesai ?
116
a. 10.000 unit ada pada persediaan awal: 100% selesai untuk
bahan baku dan 30% selesai untuk tenaga kerja langsung dan
overhead pabrik.
b. 100.000 unit baru mulai dikerjakan dalam minggu tersebut.
c. 80.000 unit diselesaikan dan dipindahkan ke barang jadi,
tersisa 30.000 unit dalam persediaan akhir yang 100% selesai
untuk bahan baku dan 60% selesai untuk tenaga kerja
langsung dan overhead pabrik.
BARANG DALAM PROSES PENGERJAAN –
DEPARTEMEN X
Persediaan awal:
Bahan baku Rp 120,000
Tenaga kerja langsung 40,000
Overhead pabrik 40,000 200,000
Bahan baku 298,000
Tenaga kerja langsung 113,600
Overhead pabrik 113,600
Rp 725,200
Barang
selesai?
a. Dalam persediaan awal terdapat 10.000 unit: 100% selesai
untuk bahan baku dan selesai untuk tenaga kerja langsung
dan overhead pabrik.
b. Unit baru yang dimulai dalam bulan bersangkutan berjumlah
100.000.
c. 90.000 Unit selesai dan dipindahkan ke barang jadi, tersisa
20.000 unit pada persediaan akhir yang 100% selesai untuk
bahan baku dan 30% selesai untuk tenaga kerja langsung dan
overhead pabrik.
BARANG DALAM PENGERJAAN – DEPARTEMEN X
a. Persediaan awal:
Bahan baku Rp 20,000
Tenaga kerja langsung 16,000
Overhead pabrik 12,800 48,800
b. Bahan baku 200,000
Tenaga kerja langsung 120,000
Overhead pabrik 72,000
Rp 440,800
Barang selesai?
117
a. Unit pada persediaan awal berjumlah 10.000: 100% selesai
untuk bahan baku dan 80% selesai untuk tenaga kerja dan
overhead pabrik.
b. Unit baru yang dimulai berjumlah 98.000 unit.
c. Unit selesai dan dipindahkan ke barang jadi berjumlah 58.000
unit, tersisa 50.000 unit pada persediaan akhir yang 100%
selesai untuk bahan baku dan 15% selesai untuk tenaga
kerja langsung dan overhead pabrik.
SOAL (KELOMPOK B)
4. Laporan beban pokok produksi. Dengan menggunakan informasi
berikut, buatlah suatu laporan biaya produksi untuk Departemen X
untuk minggu yang berakhir 26 Mei 2007. Bulatkanlah semua
biaya per unit ke rupiahtralisasi yang terdekat.
BARANG DALAM PROSES – DEPARTEMEN X
a. Persediaan awal:
Bahan baku Rp 10,000
Tenaga kerja langsung 8,000
Overhead pabrik 6,400 Rp24,400
b. Bahan baku 100,000
Tenaga kerja langsung 60,000
Overhead pabrik 36,000
Rp 220,400
Barang selesai ?
a. 10.000 unit terdapat dalam persediaan awal: 100% selesai untuk
bahan baku dan 80% selesai untuk tenaga kerja langsung dan
overhead pabrik.
b. 98.000 unit dimulai selama minggu tersebut.
c. 58.000 unit selesai dipindahkan ke barang jadi, tersisa 50.000 unit
pada persediaan akhir di mana 100% bahan baku telah selesai
dan 15% tenaga kerja langsung dan overhead pabrik.
5. Laporan beban pokok produksi, ayat buku harian. Perkiraan
persediaan barang dalam pengerjaan untuk Proses 191
118
mempunyai saldo sebesar Rp92,700 pada tanggal 10 Juni 2007.
Saldo ini merupakan 20.000 unit yang 90% bahan baku telah
selesai dan 30% tenaga kerja langsung dan overhad pabrik
selesai. Rp92,700 terdiri atas bahan baku Rp55,800, Rp12,300
tenaga kerja langsung, dan Rp24,600 overhead pabrik.
Selama minggu tersebut (10-16 Juni), 114,800 unit baru dimulai
dalam proses 191 dan 96,200 unit diselesaikan dan dipindahkan
ke barang jadi. Juga, biaya ini terjadi selama inggu tersebut: Bahan
baku Rp313,860: Tenaga kerja langsung Rp195,540; Overhead
pabrik Rp391,080.
Unit yang masih berada dalam proses pada 16 Juni 2007, 70%
selesai untuk bahan baku dan 20% selesai untuk tenaga kerja
langsung dan overhead pabrik.
DIMINTA:
a. Buatlah laporan beban pokok produksi untuk minggu yang
berakhir 16 Juni 2007 untuk Proses 191.
b. Buatlah ayat jurnal untuk memindahkan barang yang selesai
dari Proses 191 ke barang jadi.
6. Laporan beban pokok produksi, ayat buku harian. Selama bulan
November 2007 Departemen AC menyelesaikan dan memindahkan
ke barang jadi 21.000 unit produk. Pada akhir bulan masih
terdapat 21.171 untuk yang masih dalam proses pengerjaan. Unit
ini 100% selesai untuk bahan baku dan 80% selesai untuk tenaga
kerja langsung dan overhead pabrik.
Persediaan awal terdiri atas 5.916 unit di mana bahan baku telah
selesai 80% dan tenaga kerja langsung dan overhead selesai 35%.
Biaya selama bulan November untuk Departemen AC adalah:
Bahan baku Rp 60,376
Tenaga kerja langsung 86,285
Overhead pabrik 69,029
Biaya persediaan awal:
Bahan baku Rp 7,098
Tenaga kerja langsung 4,763
Overhead pabrik 3,810
DIMINTA
a. Buatlah laporan beban pokok produksi untuk bulan November
2007 untuk Departemen AC.
119
b. Buatlah ayat jurnal untuk memindahkan barang selesai dari
Departemen AC ke barang jadi.
SOAL ULANGAN KUMULATIF
7. Data di bawah ini mengenai Departemen Perakitan dari Manufco,
Inc., untuk bulan Desember 2007.
Transaksi:
(1). Dibeli bahan baku dari Bony Company Rp214,625 tunai.
(2). Dipakai bahan sebagai berikut:
Departemen Perakitan Rp 190,838
Departemen Painting 36,500
Untuk pemakaian umum 696
(3). Upah pabrik adalah sebagai berikut:
Departemen Perakitan (tenaga kerja langsung) Rp 123,160
Departemen Painting (tenaga langsung) 36,955
Tenaga pengawas 19,500
Pajak penghasilan yang dipotong berjumlah Rp8,550.
(4). Dibebankan overhead pada Departemen Perakitan dengan
tarif 75% dari biaya tenaga kerja langsung.
(5). Dibayar asuransi pabrik Rp 900.
(6). Diselesaikan 49.000 unit pada Departemen Perakitan dan
dipindahkan ke barang jadi.
(7). Dijual semua unit selesai (transaksi 6) tunai seharga Rp10
per unit.
INFORMASI TAMBAHAN:
Persediaan awal pada Departemen Perakitan terdiri atas 11.600
unit yang bahan baku selesai 80% (Rp29,696), 40% selesai untuk
tenaga kerja langsung dan overhead, masing-masing Rp9,280
dan Rp6,960. Selama periode tersebut, 62.000 unit baru
dimasukkan ke dalam produksi. Persediaan akhir 70% selesai
untuk bahan baku dan 30% selesai untuk tenaga kerja langsung
dan overhead.
DIMINTA:
a. Buatlah laporan beban pokok produksi untuk Departemen
Perakitan untuk bulan yang bersangkutan.
120
b. Bukukanlah jurnal dari transaksi di atas.
8. Di bawah ini adalah perkiraan barang dalam proses pengerjaan
yang selesai sebagian untuk Department Y untuk minggu yang
berakhir 23 Juni 2007.
BARANG DALAM PENGERJAAN – DEPARTEMEN Y
a. Persediaan awal:
Bahan baku Rp 186,000
Tenaga kerja langsung 217,000
Overhead pabrik 173,600
Bahan baku 545,600
Tenaga kerja langsung 986,600
Dipindahkan (200.000
unit)?
62.000 unit – 100% selesai untuk bahan baku dan 70% selesai
untuk tenaga kerja langsung dan overhead pabrik.
Persediaan akhir 40.000 unit – 90% selesai untuk bahan baku,
tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik.
DIMINTA:
a. Bukukanlah transaksi ini dalam buku harian
(1) Pengeluaran bahan baku untuk produksi.
(2) Upah untuk periode yang bersangkutan. Pajak yang
dipotongkan berjumlah Rp7,590 dan biaya tenaga kerja
tidak langsung berjumlah Rp80,000.
(3) Bebankan overhead pada produksi dengan tarif yang
sama dengan biaya tenaga kerja langsung seperti yang
ditunjukkan oleh persediaan awal.
(4) Bukukan pemindahan barang dari departemen yang
bersangkutan ke barang jadi.
b. Buatlah laporan beban pokok produksi untuk minggu tersebut.
121
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
122
Berdasarkan pembahasan di depan, juga dari pengalaman praktik
penulis pada DU/DI, salah satu simpulan yang dapat diambil adalah bahwa,
pada dasarnya antara perpajakan dan akuntansi saling berhubungan dan
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Sayangnya, pada
umumnya, pembelajaran perpajakan dan akuntansi di SMK masing-masing
berjalan sendiri. Seharusnya antara guru pajak dan guru akuntansi harus
memahami kedua ilmu tersebut. Namun harus jujur diakui memang, bahwa
problem tersebut tidak hanya ditemui dalam proses pembelajaran di SMK
saja. Pada banyak perguruan tinggi problem serupa pun ditemui. Pengajar
matakuliah akuntansi tidak atau kurang memahami perpajakan dan
sebaliknya pengajar matakuliah perpajakan tidak atau kurang memahami
akuntansi karena mungkin mereka berlatar belakang praktisi perpajakan dari
Direktorat Jendral Pajak yang sedikit berinteraksi dengan akuntansi.
Sebagai sebuah institusi pendidikan yang tujuannya menghasilkan
lulusan yang siap kerja, maka guru dan staf pengajar akuntansi hendaknya
memahami dan dapat saling mengaitkan kedua matapelajaran tersebut.
Karena kondisi itulah yang akan ditemui ketika lulusan SMK memasuki dunia
kerja nyata di bidang akuntansi pada DU/DI, misalnya sebagai pemegang
buku pada suatu perusahaan, atau ketika memiliki usaha sendiri dan harus
membuat laporan keuangan.
Buku ini mungkin tidak membahas secara lengkap aspek perpajakan
yang dikaitkan dengan akuntansinya di setiap bab di depan. Oleh karena itu
amat disarankan bagi pengguna buku ini untuk juga merujuk pada buku
“Perpajakan untuk SMK” karena dalam buku tersebut, sebaliknya,
pembahasan perpajakan dilengkapi dengan perlakuan akuntansi dan
pengaruh pajak dalam Laporan Keuangan beserta contoh pengisian SPT
Tahunannya.
Bidang akuntansi, sebagaimana peraturan perpajakan, senantiasa
berubah dan berkembang. Penulis menyadari hal ini akan berpengaruh
terhadap isi buku ini secara keseluruhan atau sebagian menjadi kurang up to
date. Oleh karena itu, sekali lagi, kami mohon para pembaca untuk ikut serta
memberikan masukan serta meng–up date–nya demi penyempurnaan buku
ini, demi kemajuan peserta didik kita bersama.
A 1
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M Faisal 2005. Manajemen Perbankan: Teknik Analisis
Kinerja Keuangan Bank. Malang: UMM Press.
Anonim.1991. Keputusan Menteri Keuangan No.
1169/KMK.01/1991.
Anonim. 2000. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun
2000 tentang Pajak Penghasilan. Jakarta: Citra Umbara.
Anonim. 2000. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun
2000 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah. Jakarta: Citra Umbara.
Anwari, Achmad. 1997. Leasing Di Indonesia. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Beams, Floyd A. dan Amir Abadi Jusuf. 2000. Akuntansi Keuangan
Lanjutan di Indonesia. Jakarta Salemba Empat
Bank Indonesia, 2001 Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia
2001 Jakarta, Direktorat Penelitian dan Pengaturan
Perbankan
Baridwan, Zaki. 2004. Intermediate Accounting (Edisi 8).
Yogyakarta: BPFE.
Brotowidjojo, D., Mukayat. 1991. Metodologi Penelitian dan
Penulisan Karangan Ilmiah. Yogyakarta: Liberty.
Drebin, Allan R 1989. Advanced Accounting . Jakarta, diedarkan
oleh Binarupa Aksara
Edwards, James Don, dan Homer A. Black, 1979. The Managerial
and Cost Accountant’s Handbook. Dow Jones Irwin
Homewood Illinois.
Hammer, Lawrence H., William K. Carter dan Milton F. Usry. 1993.
Cost Accounting, Cincinnati, Ohio: South-Western College
Publishing.
Hansen, Don R. dan Maryanne M. Mowen 1995. Cost Management:
Accounting and Control, Cincinnati, Ohio: South-Western
College Publishing.
Horngren, Charles T. dan George Foster. 1994. Cost Accounting: A
Managerial Emphasis. New Jersey : Prentice Hall.
Ikatan Akuntan Indonesia – Kompartemen Akuntan Publik. 2007.
Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan Menteri Perdagangan
dan Industri Republik Indonesia No. KEP-122/MK/IV/2/1974,
A 2
No. 32/M/SK/2/1974, dan No. 30/Kpb/I/1974 tanggal 7
Februari 1974.
Kieso, E., Donald, Jerry J. Weygandt, dan Terry D. Warfield. 2004.
International Edition: Intermediate Accounting. Eleventh
Edition. John Wiley & Sons.
Rayburn, Gale. 1999. Akuntansi Biaya: dengan menggunakan
Pende-katan Manajemen Biaya, Edisi Keenam Jilid 1
Erlangga Jakarta.
Ropke, Jochen. 2003. Ekonomi Koperasi: Teori dan Manajemen.
diterjemahkan Sri Djatnika. Jakarta, Salemba Empat
Soekadi, Eddy P. 1990. Mekanisme Leasing. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Suparwoto.L.1997. Akuntansi Keuangan Lanjutan. Yogyakarta
BPFE-YOGYAKARTA
Syarief, Agus. 2003. Akuntansi Sekolah Menengah Umum Bandung.
CV REGINA
Taswan. 2005. Akuntansi Perbankan Transaksi dalam Valuta
Rupiah. Yogyakarta. UPP AMP YKPN
Thacker, Ronald J. 1987. Accounting Principles. Second Edition.
New York: Mc. Graw Hill. Inc.
Weygandt, Jerry J., Donald E. Kieso, dan Walter G. Kell. 1996.
Accounting Principles. 4th Edition. John Wiley & Sons.
Widjaya, T., Amin & Djohan, T., Arif. 1997. Akuntansi Leasing.
Jakarta: Rineka Cipta.
Yendrawati, Reni. 2003. Akuntansi Keuangan Lanjutan I,
Yogyakarta, EKONISIA

0 komentar: