____ Baca Baca: SMK 10 Teknik Ruminansia_Caturto Html BSE_______welcome
Share |

Minggu, 28 Februari 2010

SMK 10 Teknik Ruminansia_Caturto Html














Catur Priyo Nugroho
A GRIBISNIS
TERNAK
RUMINANSIA
JILID 1
SMK
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional
Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional
Dilindungi Undang-undang
AGRIBISNIS
TERNAK
RUMINANSIA
JILID 1
Untuk SMK
Penulis : Catur Priyo Nugroho
Perancang Kulit : TIM
Ukuran Buku : 17,6 x 25 cm
Diterbitkan oleh
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional
Tahun 2008
NUG NUGROHO, Catur Priyo.
a Agribisnis Ternak Ruminansia Jilid 1 untuk SMK oleh
Catur Priyo Nugroho ---- Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan
Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
v, 144 hlm
Daftar Pustaka : Lampiran. A
Glosarium : Lampiran. B
Daftar Indeks : Lampiran. C
ISBN : 978-602-8320-00-9
ISBN : 978-602-8320-01-6
KATA SAMBUTAN
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar
dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional, telah melaksanakan
kegiatan penulisan buku kejuruan sebagai bentuk dari kegiatan
pembelian hak cipta buku teks pelajaran kejuruan bagi siswa SMK.
Karena buku-buku pelajaran kejuruan sangat sulit di dapatkan di pasaran.
Buku teks pelajaran ini telah melalui proses penilaian oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan sebagai buku teks pelajaran untuk SMK dan telah
dinyatakan memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses
pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 45
Tahun 2008 tanggal 15 Agustus 2008.
Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
seluruh penulis yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya
kepada Departemen Pendidikan Nasional untuk digunakan secara luas
oleh para pendidik dan peserta didik SMK.
Buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada
Departemen Pendidikan Nasional ini, dapat diunduh (download),
digandakan, dicetak, dialihmediakan, atau difotokopi oleh masyarakat.
Namun untuk penggandaan yang bersifat komersial harga penjualannya
harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Dengan
ditayangkan soft copy ini diharapkan akan lebih memudahkan bagi
masyarakat khsusnya para pendidik dan peserta didik SMK di seluruh
Indonesia maupun sekolah Indonesia yang berada di luar negeri untuk
mengakses dan memanfaatkannya sebagai sumber belajar.
Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini. Kepada
para peserta didik kami ucapkan selamat belajar dan semoga dapat
memanfaatkan buku ini sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa buku ini
masih perlu ditingkatkan mutunya. Oleh karena itu, saran dan kritik
sangat kami harapkan.
Jakarta, 17 Agustus 2008
Direktur Pembinaan SMK

i
KATA PENGANTAR
Buku ini disusun sebagai salah satu buku teks pelajaran siswa SMK
Pertanian, program keahlian Budidaya Ternak Ruminansia. Isi buku
membahas aspek teknis budidaya ternak ruminansia besar , dan aspek
manajemen. Aspek teknis budidaya meliputi potensi dan peran
peternakan, dasar-dasar budidaya, kaidah dan aturan K3, memilih bibit,
memberi makan, membuat kandang, merawat kesehatan, tatalaksana
pemeliharaan, bangunan, dan alat mesin. Aspek manajemen meliputi
analsis kelayakan usaha dan pemasaran. Diharapkan buku ini dapat
membekali siswa dalam menguasai kompetensi yang ditetapkan pada
kurikulum.
Tingkat konsumsi susu dan daging di Indonesia masih rendah,
sedangkan kebutuhan tinggi sehingga terdapat peluang untuk usaha
peternakan ruminansia. Ternak ruminansia besar yang utama adalah
sapi perah, potong dan kerbau. Produk ternak ruminansia umumnya
terdiri atas daging, susu, kulit, dan bulu. Kontribusi peternakan sebagai
sumber protein hewani, sumber tenaga, pemanfaatan hasil limbah
pertanian, hasil ikutan pertanian, dan menyerap tenaga kerja.
Untuk dapat mengelola usaha peternakan perlu menguasai dasar
budidaya. Pengetahuan tentang identifikasi ternak, pemberian pakan,
fasilitas, pemcegahan penyakit dan pengelolaan dengan peinsip good
management practices .
Usaha peternakan perlu dilaksanakan dengan prosedur kesehatan,
keselamatan kerja (K3). K3 perlukan untuk keselamatan peternak, ternak
dan produknya.
Keberhasilan agribisnis peternakan banyak ditentukan oleh kualitas bibit
ternak. Bibit ternak yang tidak baik tidak memberikan hasil produksi yang
maksimal. Untuk dapat memilih bibit yang baik sangat diperlukan
pengetahuan tentang jenis-jenis ternak, asal-usul ternak dan performansi
masing-masing ternak.
Sistem pemeliharaan ternak di Indonesia dilakukan secara intensif, yang
ditunjukkan dengan semua kebutuhan ternak disediakan oleh peternak.
Pemenuhan kebutuhan nutrisi ternak harus dihitung secara cermat agar
ternak menghasilkan daging dan susu secara optimal. Pakan yang
diberikan berupa hijauan pakan ternak dan konsentrat. Pakan yang
diberikan ternak harus semurah mungkin dengan tetap memperhatikan
nutrisinya agar menguntungkan. Penyusunan pakan konsentrat
menggunakan pendekatan least cost formula, yaitu formulasi dengan
harga termurah.
ii
Kandang berfungsi sebagai tempat hidup ternak, pelindung ternak dari
iklim, dan keamanan. Pembuatan kandang disesuaikan dengan iklim di
Indonesia. Peralatan merupakan alat bantu bagi peternak agar dapat
mengelola ternak. Ketersediaan peralatan yang memadai akan
meningkatkan produktifitas peternak.
Ternak yang sehat akan memberikan produksi yang baik. Peternak perlu
menjaga kesehatan ternak, melakukan pengobatan jika ternak sakit.
Biaya pengobatan ternak lebih mahal daripada biaya mencegah penyakit,
sehingga moto mencegah lebih baik daripada mengobati diterapkan
dibidang peternakan. Peternak perlu memahami faktor penyebab
penyakit, menjaga kebersihan dan melakukan upaya - upaya
pencegahan penyakit. Diagnosa penyakit dianalisa berdasarkan gejalagejala
penyakit. Hasil diagnosa dijadikan dasar dalam pengobatan
penyakit.
Kegiatan pemeliharaan ternak meliputi pemberian pakan, minum,
membersihkan kandang, pemeliharaan kesehatan ternak, menangani
ternak, mengawinkan ternak, membatu proses kelahiran,
mengoperasikan perlatan budidaya, memerah, dll. Pada setiap jenis
ternak memerlukan cara pemeliharaan yang khusus. Pemeliharaan
pejantan, ternak muda, ternak induk, sapi kering, memerlukan
penanganan yang berbeda.
Sebelum memasarkan suatu produk kita perlu menyusun suatu rencana
pemasaran yang berisi strategi, taktik, analisa keuangan dan
pengendalian pemasaran. Hari Raya Kurban merupakan saat dimana
kebutuhan ternak kurban meningkat dengan harga yang tinggi. Saat
tersebut membuka peluang yang baik untuk memasarkan ternak kurban.
Sistem pemeliharaan sapi perah dan potong mempunyai potensi ekonomi
yang baik. Analisis usaha dilakukan untuk sapi perah. Investasi terdiri
dari biaya tetap dan biaya tidak tetap. Analisa usaha dilakukan dengan
perhitungan analisis laba/rugi, neraca, dan aliran dana (cashflow)
Pemerintah berupaya memberikan dukungan dalam pengembangan
agribisnis peternakan melalui perbaikan regulasi, subsidi pembiayaan,
inovasi teknologi dan pengembangan SDM.
Penggunaan buku ini sebaiknya dikombinasikan dengan modul yang
berisi intrusksi kerja yang jelas. Selamat belajar, semoga sukses.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul
Kata Pengantar……………………………………………..... i
Daftar Isi ……………………………………………………… iii
JILID 1
BAB 1. POTENSI DAN PERAN SEKTOR PETERNAKAN
1. Pengantar ……………………………………………………… 1-4
2. Produk Peternakan …………………………………………… 4-7
3. Kontribusi Peternakan ……………………………………….. 8-9
4. Pengolahan Hasil Ternak …………………………………… 9-14
5. Pemeliharaan Ternak di Indonesia …………………………. 15-16
6. Pengelolaan Usaha Peternakan……………………………. 16-20
7. Tatalaksana Pemeliharaan ………………………………….. 20
8. Manajemen ……………………………………………………. 20
9. Kewirausahaan ……………………………………………….. 20-21
10. Aspek ekonomi Ternak .................................................... 21
11. Aplikasi Konsep ............................................................... 21
12. Pemecahan Masalah ....................................................... 22
13. Pengayaan ....................................................................... 23
BAB 2. DAS AR BUDIDAYA TERNAK RUMINANSIA BESAR
1. Identifikasi Ternak .............................................................. 24-48
2. Menentukan Umur Ternak ................................................. 49-52
3. Identifikasi Tingkah Laku Ternak ....................................... 52-54
4. Prinsip Pemberian Pakan .................................................. 54-81
5. Prinsip Kandang dan Peralatan ......................................... 82-84
6. Cara Pencegahan dan Pengobatan Penyakit …………….. 84-100
7. Good Management Practices ………………………………. 100-108
8. Aplikasi Konsep ................................................................. 108
9. Pemecahan Masalah ......................................................... 109
10. Pengayaan ....................................................................... 109-110
BAB 3. MENERAPKAN KAIDAH DAN ATURAN K3
1. Persyaratan K3 ................................................................... 111
2. Kaidah dan Peraturan K3 ................................................... 112
3. Dasar Hukum Pelaksanaan K3 .......................................... 112
4. Penerapan Sistem Manajemen K3 .................................... 113
5. Memelihara Infrastruktur K3 ............................................... 114
6. Pedoman Penerapan dan Sistem Manajemen K3 ............ 115
7. Menyimpan Alat Produksi, Bahan Kimia dan Biologis ........ 117
8. Aplikasi Konsep .................................................................. 118
9. Pemecahan Masalah .......................................................... 118
iv
10. Pengayaan ........................................................................
JILID 2
118-119
BAB 4. MEMILIH TERNAK UNTUK BIBIT
1. Anatomi dan Fisiologi Reproduksi ...................................... 120-135
2. Koefisien Teknis ................................................................. 135-136
3. Reproduksi/Perkawinan Ternak .......................................... 137-154
4. Seleksi Bibit Ternak ............................................................ 155-5.
5. Pemilihan Bibit Ternak ........................................................ 156-164
6. Mempebaiki Genetik Ternak ............................................... 164-171
7. Aplikasi Konsep .................................................................. 171
8. Pemecahan Masalah .......................................................... 171
9. Pengayaan .......................................................................... 171-173
BAB 5. MEMBERI PAKAN
1. Hijauan Pakan Ternak ........................................................ 174-202
2. Konsentrat .......................................................................... 203-239
3. Peluang Bisnis Pakan ......................................................... 239-247
4. Pemecahan Masalah .......................................................... 247
5. Aplikasi Konsep .................................................................. 247
6. Pengayaan .......................................................................... 248-252
BAB 6. KANDANG DAN PERALATAN
1. Merancang Kandang Ternak ............................................ 253-260
2. Menentukan Model/Tipe Kandang ................................... 261-262
3. Tipe Kandang .................................................................. 262-264
4. Peralatan Kandang dan Sarana Pendukungnya .............. 264-267
5. Gudang Pakan .................................................................. 267
6. Saluran Air ....................................................................... 267
7. Tempat Penampungan Kotoran ........................................ 268
8. Unit Biogas ........................................................................ 268
9. Gudang Alat ...................................................................... 269
10. Kandang sapi potong dan Kerbau .................................... 269
11. Mengoperasikan Sarana Angkut Farm ............................. 273
12. Mengukur Suhu dan Kelembaban Ruangan ..................... 275
13. Timbangan ........................................................................ 276
14. Alat Pengangkut ................................................................ 276
15. Alat Kebersihan ................................................................. 277
16. Aplikasi konsep ................................................................. 278
17. Pemecahan masalah ........................................................ 278
18. Pengayaan ........................................................................ 278-280
BAB 7. MERAWAT KESEHATAN TERNAK
1. Diagnosa dan Gejala Ternak Sakit ..................................... 281-290
2. Identifikasi Penyakit dan Cara Pengobatannya .................. 290-307
3. Program Pencegahan Penyakit .......................................... 307-310
4. Membantu Kelahiran ........................................................... 310-316
v
4. Aplikasi Konsep .................................................................. 316
5. Pemecahan Masalah .......................................................... 317
6. Pengayaan ..........................................................................
JILID 3
317-318
BAB 8. TATA LAKSANA PEMELIHARAAN
1. Tatalaksana Pemeliharaan Sapi Perah ............................ 319-351
2. Tatalaksana Penggemukan Sapi Potong ........................... 352-361
3. Penanganan Ternak ........................................................... 361-374
4. Aplikasi Konsep .................................................................. 374
5. Pemecahan Masalah .......................................................... 374
6. Pengayaan .......................................................................... 374-375
BAB 9. PEMASARAN HASIL
1. Konsep Pemasaran ............................................................ 376-379
2. Konsep Perilaku Konsumen ............................................... 379-383
3. Konsep Dasar Strategi Bersaing ........................................ 383-384
4. Strategi Bersaing Generik Porter ........................................ 384-386
5. Pengembangan Strategi Bersaing ...................................... 386
6. Strategi Pemasaran ............................................................ 386-387
7. Taktik Pemasaran ............................................................... 387-393
8. Jalur Tata Niaga ................................................................. 393-397
9. Menyusun Rencana Pemasaran ........................................ 397-406
10. Memasarkan Hewan Kurban ............................................ 407-408
11. Peluang Kerja Pemasaran ................................................ 409-409
12. Aplikasi Konsep ................................................................ 409
13. Pemecahan Masalah ........................................................ 409
14. Pengayaan ........................................................................ 410-411
BAB 10. ANALISA KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA
RUMINANSIABESAR
1. Pengantar ........................................................................... 412-413
2. Data Teknis Sapi Perah ...................................................... 413-415
3. Biaya Produksi .................................................................... 415-417
4. Perhitungan Pendapatan ................................................... 418
5. Akuntansi Keuangan ........................................................... 419-425
6. Aplikasi Konsep .................................................................. 425
7. Pemecahan Masalah .......................................................... 425
8. Pengayaan .......................................................................... 425-427
BAB 11. PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PETERNAKAN
1. Meningkatkan Koordinasi ................................................... 428
2. Meningkatkan Kapasitas Dan Pemberdayaan SDM .......... 428
3. Peningkatan Sarana Dan Prasarana ................................. 428
4. Peningkatan Inovasi dan Diseminasi .................................. 428
5. Peningkatan Pendidikan ..................................................... 428
vi
6. Pengembangan Infrastruktur .............................................. 429
Daftar Pustaka ........................................................................ A
Glosarium ............................................................................... B
Daftar index ............................................................................ C
1
BAB 1
POTENSI DAN PERAN SEKTOR PETERNAKAN
1. Pengantar
Setiap hari kita butuh makanan
untuk memenuhi kebutuhan
hidup kita. Sumber makanan
berasal dari tanaman, ternak dan
ikan. Tanaman kita makan
sebagai sumber energi, dan
vitamin. Produk ternak dan ikan
kita konsumsi sebagai sumber
protein, mineral dan energi.
Jumlah populasi manusia dari
kehari semakin bertambah,
demikian juga kebutuhan akan
makanannya. Lalu
pertanyaannya, darimana
makanan itu didapat?. Sebagian
orang membeli dan sebagian
memperoleh sendiri baik dari
usaha budidaya maupun
mencari bahan makanan dari
hutan. Dengan demikian perlu
ada orang yang menyediakan
bahan makanan tersebut.
Penyediaan bahan makanan dari
produk ternak memerlukan
kegiatan budidaya, penyediaan
sarana produksi, peraturan dan
tataniaga hasil ternak. Kegiatan
tersebut disebut dengan
agribisnis ternak. Agribisnis
ternak memberikan peluang
kerja bagi orang yang
memelihara, penyedia sarana,
peneliti, pengolahan hasil ternak
dll.
Pemeliharaan ternak atau
peternakan mulai dilakukan
sejak manusia ada di bumi.
Pada jaman dulu manusia
berburu binatang untuk di makan
sebagai sumber protein. Sejalan
dengan perkembangan waktu
maka hewan liar mulai
berkurang populasinya, bahkan
beberapa jenis ternak mulai
punah. Sejak itulah timbul
usaha-usaha domestikasi
binatang liar menjadi ternak
piaraan yang jinak dan mudah
dikendalikan.
Bangsa Mesir memelihara ayam
3.000 tahun sebelum masehi
dan bangsa China memelihara
300 tahun sebelum masehi.
Dalam proses domestikasi
tersebut telah dikembangkan
mutu genetisnya sesuai dengan
tujuan pemeliharaannya,
sehingga performansnya telah
berbeda dengan leluhurnya.
Bahkan leluhur bangsa ternak
banyak yang sudah punah.
1.1. Domestikasi Ternak di
Indonesia
Kambing Kacang adalah salah
satu kambing asli Indonesia.
Kambing Kacang berbadan kecil
dan mudah beradaptasi dengan
lingkungan. Disamping itu, juga
didatangkan Kambing Etawah
dari India. Kambing Etawah,
dipelihara untuk menghasilkan
susu dan daging. Namun
karena susu kambing kurang
populer, perkembangan populasi
Kambing Etawah kurang
menggembirakan.
2
Nenek moyang sapi di Indonesia
adalah Banteng (Bos sundaicus)
yang pada saat ini hanya ada di
Taman Margasatwa
Pangandaran, Jawa Barat, Meru
Betiri, Jawa Timur dan Ujung
Kulon, Banten.
Setelah mengalami domestikasi
pada waktu yang lama kemudian
di kenal dengan Sapi Bali.
Selain Sapi Bali kita juga
mengenal Sapi Madura yang
merupakan hasil persilangan
Sapi Zebu (India) dengan
Banteng. Jenis Sapi lain yang
banyak dibudidayakan
masyarakat adalah Sapi
Peranakan Ongole (PO) yang
berasal dari India.
Kerbau asli Indonesia adalah
Kerbau Rawa (Bubalis bubalus)
dan kerbau murah. Kerbau
Rawa sering dimanfaatkan untuk
mengolah tanah dan penghasil
daging. Kerbau murah berasal
dari India merupakan kerbau
penghasil susu. Namun karena
susu kerbau kurang populer
maka populasi kerbau murah
kurang berkembang. Populasi
Ternak di Indonesia tertera pada
Tabel 1.
Tabel 1. Populasi Ternak Indonesia Tahun 2006
NO TERNAK POPULASI
(EKOR)
1 Sapi perah 362.313
2 Sapi potong 2,201,111
3 Kambing 14,201,111
4 Domba 8,543,206
5 Babi 7,086,709
6 Kuda 398,655
7 Ayam buras 298,431,917
8 Ayam ras petelur 95,477,601
9 Ayam broiler 972,221,463
10 Itik 34,812,057
Sumber: Deptan, Statistik Pertanian 2006
1.2. Konsumsi Protein
Tantangan utama dalam
pembangunan bangsa adalah
menciptakan Sumber Daya
Manusia (SDM) yang cerdas,
sehat, berkualitas dan produktif.
Kecerdasan dan kualitas suatu
bangsa sangat berkolerasi
dengan seberapa besar
konsumsi protein hewani di
suatu negara.
Hal ini mengingat peran protein
hewani dalam membentuk
masyarakat yang sehat, cerdas,
produktif dan berkualitas hampir
tidak dapat digantikan oleh
protein nabati. Di negara-negara
maju dapat dipastikan konsumsi
protein hewaninya sudah cukup
3
tinggi. Bahkan di Amerika,
konsumsi protein hewani
mencapai 70% dari total
konsumsi protein, atau dua kali
lipat dari konsumsi protein
nabati. Mereka sangat sadar
esensi mengkonsumsi protein
hewani bagi kesehatan,
produktifitas dan kecerdasan.
Sementara yang terjadi di
negara kita justru sebuah ironi.
Bangsa yang memiliki Sumber
Daya Alam (SDA) dan potensi
peternakan cukup bagus
ternyata konsumsi protein masih
di dominasi asupan protein
nabati, dan konsumsi protein
hewani secara nasional baru
mencapai 5,1 gram per kapita
per hari. Dengan kondisi seperti
ini maka secara terus menerus
diupayakan untuk meningkatkan
konsumsi protein hewani bagi
rakyat Indonesia.
Protein merupakan salah satu
zat gizi yang sangat diperlukan
oleh manusia dalam
pertumbuhan dan
perkembangannya. Protein
berperan penting dalam
pembentukan sel-sel dan
jaringan baru tubuh serta
memelihara pertumbuhan dan
perbaikan jaringan yang rusak.
Protein juga bisa menjadi bahan
untuk energi bila keperluan
tubuh akan hidrat arang dan
lemak tidak terpenuhi. Protein
sendiri dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu protein hewani
dan nabati.
Sumber protein hewani yaitu
daging, telur dan susu.
Sementara sumber protein
nabati dapat diperoleh dari padipadian,
biji-bijian dan kacangkacangan.
Protein nabati dapat
disebut sebagai protein tidak
lengkap karena senantiasa
mempunyai kekurangan satu
atau lebih asam amino esensial.
Sementara protein hewani
memiliki semua asam amino
esensial, hingga disebut protein
lengkap. Pemanfaatan protein
oleh tubuh sangat ditentukan
oleh kelengkapan kandungan
asam amino esensial yang
terkandung dalam protein yang
dikonsumsi. Semakin lengkap
asam amino esensial dan
kandungannya dapat memenuhi
kebutuhan tubuh, semakin tinggi
nilai utilisasi protein tersebut
bagi tubuh. Selain kandungan
asam amino, faktor nilai cerna
dari protein juga menjadi faktor
penting dari manfaat protein
yang dikonsumsi. Dari hasil
penelitian yang dilakukan para
ahli disimpulkan bahwa nilai
daya cerna protein hewani selalu
lebih tinggi dari protein nabati.
Sementara dari segi
pemanfaatannya (utilisasi)
protein hewani juga jauh lebih
baik dari protein nabati. Selain
itu, kaitannya dengan
membangun kecerdasan
bangsa, peran protein hewani
sangat mutlak diperlukan.
Tingkat konsumsi susu di
Indonesia masih rendah, pada
tahun 2006 konsumsi susu per
kapita per tahun sekitar 7,7 kg.
Artinya Indonesia masih kalah
dari negeri tetangga seperti
Malaysia yang konsumsi
4
susunya telah mencapai lebih
dari 23 liter per kapita per tahun.
Konsumsi susu Philipina 25 liter
dan India 44,9 liter per kapita per
tahun.
Dalam membiasakan konsumsi
susu di kalangan anak-anak, ada
beberapa strategi yang dapat
diterapkan. Salah satunya
dengan menumbuhkan
kebiasaan minum susu di rumah.
Orang tua pun mesti terlibat
dalam hal ini. Kemudian, untuk
anak yang sudah duduk di
bangku TK atau SD, sebaiknya
dibekali minuman susu.
Kampanye minum susu bisa
dilakukan dengan beberapa cara
antara lain melalui iklan layanan
masyarakat, penyuluhan di
Posyandu, testimony (kesaksian)
dll.
Populasi ternak di Indonesia
didominasi oleh ternak ayam
buras, ayam petelur, ayam
broiler, kambing dan sapi
potong. Secara rinci populasi di
Indonesia tertera pada Tabel 1.
Jumlah ternak sapi dari tahun ke
tahun terus menurun karena
disebabkan oleh konsumsi yang
lebih tinggi dari tingkat produksi.
Jumlah sapi yang di potong lebih
tinggi dari jumlah sapi yang lahir.
Untuk memenuhi kebutuhan
daging dalam negeri maka
dilakukan impor daging sapi dan
ternak sapi hidup.
2. Produk Peternakan
Ternak dipelihara untuk
menghasilkan daging, telur,
susu, kulit, bulu, tenaga kerja
dan lainnya. Masing-masing
produk dijelaskan sebagai
berikut:
2.1. Daging
Daging adalah sekumpulan otot
yang melekat pada kerangka.
Istilah daging dibedakan dengan
karkas. Daging adalah bagian
yang sudah tidak mengandung
tulang, sedangkan karkas
berupa daging yang belum
dipisahkan dari tulang atau
kerangkanya.
Daging terdiri dari tiga
komponen utama, yaitu jaringan
otot (Muscle tissue), jaringan
lemak (Adipose tissue), dan
jaringan ikat (Connective tissue).
Banyaknya jaringan ikat yang
terkandung di dalam daging
akan menentukan tingkat
kealotan/kekerasan daging.
Kualitas daging dipengaruhi oleh
faktor sebelum dan setelah
pemotongan. Faktor sebelum
pemotongan yang dapat
mempengaruhi kualitas daging
adalah genetik, spesies, bangsa,
tipe ternak, jenis kelamin, umur,
pakan dan bahan aditif (hormon,
antibiotik, dan mineral), serta
keadaan stres.
Faktor setelah pemotongan yang
mempengaruhi kualitas daging
adalah metode pelayuan,
metode pemasakan, tingkat
keasaman (pH) daging, bahan
tambahan (termasuk enzim
pengemuk daging), lemak
intramuskular (marbling), metode
penyimpanan dan pengawetan,
macam otot daging, serta lokasi
5
otot. Jenis daging juga dapat di
bedakan berdasarkan umur sapi
yang disembelih. Daging sapi
yang dipotong pada umur sangat
muda (3-14 minggu) disebut
veal, yang berwarna sangat
terang. Daging yang berasal
dari sapi muda umur 14-52
minggu disebut calf (pedet),
sedangkan yang berumur lebih
dari satu tahun disebut beef.
Berdasarkan umur, jenis
kelamin, dan kondisi seksual,
daging sapi (beef) berasal dari:
Steer sapi jantan yang dikastrasi
sebelum mencapai dewasa
kelamin, Heifer sapi betina yang
belum pernah melahirkan, Cow
sapi betina dewasa/pernah
melahirkan, Bull sapi jantan
dewasa dan Stag sapi jantan
yang dikastrasi setelah dewasa.
Keunggulan daging adalah
mempunyai nilai gizi yang tinggi,
sumber protein hewani yang
dibutuhkan oleh tubuh dan
sangat baik untuk pertumbuhan,
dan salah satu komoditas
perdagangan yang mempunyai
nilai ekonomi yang sangat tinggi.
Kandungan nutrisi daging
dijelaskan pada Tabel 2. Daging
segar dapat diolah menjadi
produk lainnya seperti sosis,
nugget, abon, dendeng, dll.
Tingkat konsumsi daging di
Indonesia pada tahun 2006
mencapai 6,5 kg per kapita
Tabel 2. Kandungan Nutrisi Daging
No Komponen Sapi
(%)
Ayam
(%)
Domba
kambing
(%)
Itik (%) Babi (%) Kuda
(%)
1 Protein 17,5 20,2 15,7 16,2 11,9 20,0
2 lemak 22,0 12,6 27,7 30,0 45,0 4,0
3 Mineral 0,9 1,0 0,8 1,0 0,6 1,0
4 Air 60,0 66,0 56,0 52,8 42,0 74,0
Sumber : Potter, 1996.
2.2. Susu
Susu merupakan sekresi dari
kelenjar ambing mamalia dari
ternak ruminansia. Tujuan
produksi susu adalah memberi
makan kepada anak ternak
mamalia. Pada ruminansia
kelompok perah, misalnya jenis
sapi Frisien Holstein (FH),
produksi susunya melebihi
jumlah susu yang dibutuhkan
oleh anak sapi, kelebihan
produksi susu tersebut dapat
dimanfaatkan untuk kebutuhan
manusia.
Kebutuhan gizi anak ternak
mamalia berbeda satu dengan
lainnya, sehingga komposisi
susu dari ternak yang satu
berbeda dengan ternak lainnya.
Susu memiliki nilai gizi yang
tinggi, tersusun dari sejumlah zat
gizi yang lengkap, mempunyai
perbandingan zat gizi yang ideal
dibanding jenis makanan lain
dan mudah diserap dalam
6
saluran pencernaan (koefisiencerna
100%). Komposisi
kandungan nutrisi susu tertera
pada Tabel 3.
Fenomena yang berkembang di
Indonesia adalah hanya bayi dan
anak-anak yang perlu minum
susu. Pada hakekatnya kaum
remaja, wanita dewasa, ibu
hamil, bahkan para lansia pun
perlu minum susu. Susu
memang minuman yang
menyehatkan. Kandungan
gizinya terhitung lengkap. Susu
mengandung kalsium yang
sangat tinggi, fosfor hingga
protein. Meski kandungan
protein dalam susu terbilang
kecil, tapi berkualitas baik
karena berasal dari produk
hewani. Selain itu, susu juga
mengandung sejumlah vitamin,
di antaranya vitamin A dan D.
Mengingat gizinya yang lengkap
ini, ibu hamil disarankan untuk
minum susu. Dengan
mengonsumsi makanan bergizi
seimbang ditambah susu, maka
ibu hamil akan terhindar dari
anemia (kurang darah). Dengan
demikian, pertumbuhan otak dari
janin yang dikandungpun akan
maksimal. Para lansia yang
memiliki risiko osteoporosis
(pengeroposan tulang) juga
perlu sekali minum susu, karena
susu memiliki kandungan
kalsium yang tinggi. Kalsium,
adalah zat gizi yang sangat baik
bagi kesehatan tulang. Para ahli
meyakini, kalsium yang terbaik
untuk kesehatan tulang adalah
kalsium alami yang berasal dari
susu. Kalsium susu lebih mudah
diserap oleh tubuh dibanding
kalsium dari sumber lain.
Tabel 3. Komposisi Nutrisi Susu beberapa Ternak dan Manusia
Ternak Total
Solid
Lemak Protein
Kasar
Kasein Laktose Abu
Sapi Eropa 12.60 3.80 3.35 2.78 4.75 0.70
Kambing 13.18 4.24 3.70 2.80 4.51 0.78
Domba 17.00 5.30 6.30 4.60 4.60 0.80
Kerbau 16.77 7.45 3.78 3.00 4.88 0.78
Sapi Asia 13.45 4.97 3.18 2.38 4.59 0.74
Manusia 12.57 3.75 1.63 - 6.98 0.21
Sumber : Potter, 1996.
Asupan kalsium susu ini tidak
akan banyak bermanfaat jika
konsumsi protein juga tinggi.
Contoh apa yang terjadi di
Amerika. Tingkat konsumsi susu
di kalangan penduduk AS sangat
tinggi yakni mencapai 100 liter
per kapita per tahun.
Bandingkan dengan Indonesia
yang hanya 7 liter per kapita per
tahun.
Namun, konsumsi protein
masyarakat AS juga tinggi.
Mereka banyak mengkonsumsi
bahan pangan berupa daging
yang kaya protein. Padahal
asupan protein yang berlebih
7
bisa menghambat penyerapan
kalsium oleh tulang. Akibatnya,
kasus osteoporosis di Amerika
juga tinggi. Selain asupan
protein tinggi, hal lain yang bisa
menghambat penyerapan
kalsium adalah konsumsi gula,
kopi, dan garam yang tinggi,
juga merokok.
Mengingat pentingnya manfaat
susu, para orang tua disarankan
untuk membiasakan anaknya
minum susu sampai besar. Dan
terus berlanjut sampai lanjut
usia. Hanya saja, kadangkadang
para remaja putri juga
para ibu muda, enggan minum
susu karena takut gemuk.
Padahal, gizi yang terkandung
dalam susu sangat dibutuhkan
oleh mereka. Namun pada saat
ini produsen susu mulai
membuat produk susu yang
rendah (tanpa) lemak sehingga
tidak menyebabkan gemuk.
Kandungan kolesterol di dalam
susu ditakutkan banyak orang.
Namun tidak perlu terlalu
khawatir mengenai hal ini karena
kandungan kolesterol dalam
susu tidak banyak. Dalam satu
gelas susu, terkandung sekitar
32 mg kolesterol. Kandungan
kolesterol ini terhitung lebih kecil
dibanding kandungan kolesterol
dalam sepotong daging yang
mencapai 54 mg. Bahkan, kalau
kita memang takut dengan
kolesterol, telur yang mesti kita
waspadai. Sebab, kandungan
kolesterol dalam satu butir telur
saja mencapai 252 mg. Jauh
lebih banyak ketimbang
kolesterol dalam satu gelas
susu. Contoh salah satu produk
susu, tertera pada Gambar 1.
2.3. Kulit
Kulit dapat dimasak menjadi
produk makanan dan produk
bahan baku industri. Di bidang
makanan, kulit diolah menjadi
krupuk krecek/rambak, dan
kerupuk kulit. Di bidang industri
kulit disamak untuk bahan baku
garmen antara lain jaket, sarung
tangan, celana, rok, ikat
pinggang, tas, dompet, sepatu,
dll. Contoh Produk Kulit tertera
pada Gambar 2.
Gambar 1. Susu Bubuk Gambar 2. Produk Kulit
8
2.4. Produksi Peternakan
Indonesia
Produksi peternakan di
Indonesia pada tahun 2006
untuk daging yang utama dari
sapi, babi, ayam buras dan
ayam broiler. Sedangkan untuk
produksi telur yang utama
adalah telur ayam buras, ayam
ras dan itik. Secara rinci
disajikan pada Tabel 4, Produksi
Hasil Ternak Indonesia
Tabel 4. Produksi Hasil Ternak Indonesia
No Produk Ternak Produksi
(kg)
No Produk
Ternak
Produksi
(kg)
1 Daging Sapi 389,290 8 Daging Ayam Ras Petelur 54,310
2 Daging Kerbau 39,500 9 Daging Ayam Broiler 955,760
3 Daging Kambing 53,280 10 Daging Itik 22,300
4 Daging Domba 51,890 11 Telur Ayam Buras 181,100
5 Daging Babi 179,440 12 Telur Ayam Ras 751,040
6 Daging Kuda 1,680 13 Telur Itik 201,700
7 Daging Ayam Buras 322,780
Sumber: Deptan, Statistik Pertanian 2006
3. Kontribusi Peternakan
Disamping menghasilkan produk
utama daging, telur, susu, kulit
dan bulu sektor peternakan juga
memberikan kontribusi lainnya
terhadap kehidupan manusia.
Kontribusi tersebut antara lain:
3.1. Sumber Tenaga
Pada beberapa tempat di
Indonesia ternak kerbau dan
sapi masih dimanfaatkan untuk
membantu petani untuk
mengolah sawah atau
ladangnya. Untuk sawah yang
lumpurnya dalam biasanya
pengolahan tanahnya dengan
kerbau, sedang untuk tanah
yang dangkal dan berpasir
menggunakan sapi. Namun
dengan modernisasi mekanisasi
pertanian peran tersebut banyak
digantikan dengan hand traktor.
3.2. Pengguna Limbah
Pertanian
Limbah hasil budidaya pertanian
dapat dimanfaatkan untuk ternak
ruminansia. Limbah tersebut
sudah tidak bisa dikonsumsi oleh
manusia. Limbah yang berasal
dari tanaman misalnya batang
jagung, jerami padi, dll. Limbah
yang berasal dari pengolahan
hasil pertanian, misalnya: bulu
ayam, tepung darah, bungkil
kedelai, onggok singkong,
ampas tahu dll. Dengan
dimanfaatkannya limbah
tersebut maka efesiensi usaha
tani menjadi meningkat.
3.3. Pemanfaat Hasil Ikutan
Pertanian
Hasil ikutan usaha pertanian
seperti dedak padi, dedak
jagung, tetes tebu, bungkil
kelapa sawit, dll dapat
9
dimanfaatkan untuk pakan
ternak. Dengan demikian petani
dapat nilai ekonomi yang lebih
banyak dari pemanfaatan
tersebut.
3.4. Mendorong Industri
Biji-bijian
Pakan ternak banyak
menggunakan biji-bijian seperti
jagung, kedelai, sorgum, kacang
tanah, kapas dll, kebutuhan
tersebut mendorong industri bijibijian
berkembang. Sampai saat
ini Indonesia masih mengimpor
jagung, dan bungkil kedelai yang
dibutuhkan untuk pakan ternak.
3.5. Menyerap Tenaga Kerja
Usaha peternakan dapat
menyerap tenaga kerja, baik
sebagai peternak atau menyerap
tenaga buruh. Daya serap
sektor peternakan pada tahun
2005 sebanyak 2,576,940 orang.
4. Pengolahan Hasil Ternak
Hasil ternak dapat diolah
menjadi produk makanan
lainnya. Tujuan pengolahan ialah
untuk mengawetkan produk agar
tahan lama, memudahkan
penyimpanan, meningkatkan
nilai nutrisi, meningkatkan nilai
jual dll. Makanan olahan
tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut :
4.1. Daging
Daging diolah menjadi produk
sosis, corned, nugget, dendeng,
abon, burger dll. Pada
pengolahan tersebut
ditambahkan bahan pengawet
sehingga produknya menjadi
tahan lama, tidak cepat rusak.
Beberapa contoh gambar hasil
olehan daging tertera pada
Gambar 3.
4.1.1. Sosis
Sosis merupakan makanan
asing yang sudah akrab dalam
kehidupan masyarakat Indonesia
karena rasanya enak. Namun,
di balik kenikmatan makanan
yang kaya akan zat gizi ini,
terkandung lemak dan kolesterol
tinggi yang bisa mengganggu
kesehatan. Untuk itu, hati-hati
mengkonsumsi sosis.
Makanan ini dibuat dari daging
atau ikan yang telah dicincang
kemudian dihaluskan, diberi
bumbu, dimasukkan ke dalam
selonsong berbentuk bulat
panjang simetris, baik yang
terbuat dari usus hewan maupun
pembungkus buatan (casing).
Sosis juga dikenal berdasarkan
nama kota atau daerah yang
memproduksi, seperti berliner
(Berlin), braunscheiger
(Braunshweig), genoa salami
(Genoa), dan lain-lain.
Sosis merupakan salah satu
produk olahan daging yang
sangat digemari masyarakat
Indonesia sejak tahun 1980-an.
Istilah sosis berasal dari bahasa
Latin, yaitu salsus, yang artinya
garam. Hal ini merujuk pada
artian potongan atau hancuran
daging yang diawetkan dengan
penggaraman.
10
Sosis merupakan produk olahan
daging yang mempunyai nilai
gizi tinggi. Komposisi gizi sosis
berbeda-beda, tergantung pada
jenis daging yang digunakan dan
proses pengolahannya. Produk
olahan sosis kaya energi, dan
dapat digunakan sebagai
sumber karbohidrat. Selain itu,
sosis juga memiliki kandungan
kolesterol dan sodium yang
cukup tinggi, sehingga
berpotensi menimbulkan
penyakit jantung, stroke, dan
hipertensi jika dikonsumsi
berlebihan.
Ketentuan mutu sosis
berdasarkan Standar Nasional
Indonesia (SNI 01-3820-1995)
adalah: kadar air maksimal 67
persen, abu maksimal 3 persen,
protein minimal 13 persen,
lemak maksimal 25 persen, serta
karbohidrat maksimal 8 persen.
Kenyataannya, banyak sosis di
pasaran yang memiliki komposisi
gizi jauh di bawah standar yang
telah ditetapkan. Hal tersebut
menunjukkan pemakaian jumlah
daging kurang atau penggunaan
bahan tidak sesuai komposisi
standar sosis
4.1.2. Kornet
Corned beef atau daging kornet
semakin menjadi pilihan bagi
banyak orang. Produk olahan
daging ini juga cepat dan mudah
di olah. Meski nilai gizinya
cukup baik, perlu kecermatan
dalam memilih, supaya jangan
mengkonsumsi makanan yang
sudah rusak.
Gambar. 3. Berbagai Produk Olahan Daging
Sosis Nugget Cornet
Salah satu kelemahan daging
segar adalah daya simpannya
yang rendah pada suhu kamar,
sehingga harus di simpan pada
suhu dingin atau suhu beku.
Kelemahan lainnya adalah tidak
praktis dalam penggunaannya,
terutama bagi mereka yang
selalu sibuk dengan kegiatan di
luar rumah. Untuk itu diperlukan
kehadiran produk olahan daging
yang bisa diolah menjadi
berbagai hidangan hanya dalam
waktu singkat.
Kata corned berasal dari bahasa
Inggris yang berarti di awetkan
dengan garam. Dari kata
tersebut lahirlah istilah corned
beef yaitu daging sapi yang di
awetkan dengan penambahan
garam dan di kemas dengan
11
kaleng. Dalam bahasa
Indonesia, kata corned beef
diadopsi menjadi daging kornet.
Tujuan pembuatan daging kornet
adalah untuk memperoleh
produk daging yang berwarna
merah, meningkatkan daya awet
dan daya terima produk, serta
menambah keragaman produk
olahan daging. Kornet kalengan
dapat disimpan pada suhu
kamar dengan masa simpan
sekitar dua tahun. Daging kornet
dapat dihidangkan sebagai
campuran perkedel, telur dadar,
mi rebus, pengisi roti, serta
makanan lainnya.
4.2. Susu
Susu dapat diolah menjadi susu
kental manis, susu bubuk, keju,
cream, ice cream, yoghurt, dll.
Masing-masing produk
dijelaskan sebagai berikut:
4.2.1. Susu Kental Manis
(Sweetened Condensed
Milk)
Susu kental manis merupakan
susu yang sudah di pasteurisasi
kemudian di tambahkan gula.
Susu tersebut tidak steril tetapi
pertumbuhan bakteri dihambat
oleh gula. Gula yang
ditambahkan jumlahnya 63%
dari produk akhir.
4.2.2. Susu Bubuk
Susu bubuk berasal susu segar
baik dengan atau tanpa
rekombinasi dengan zat lain
seperti lemak atau protein yang
kemudian dikeringkan.
Umumnya pengeringan
dilakukan dengan menggunakan
spray dryer atau roller drayer.
Umur simpan susu bubuk
maksimal adalah 2 tahun
dengan penanganan yang baik
dan benar. Susu bubuk dapat di
kelompokkan menjadi tiga jenis
yaitu susu bubuk berlemak (full
cream milk prowder), susu
bubuk rendah lemak (partly skim
milk powder) dan susu bubuk
tanpa lemak (skim milk prowder)
(SNI 01-2970-1999)
Susu bubuk paling populer di
Indonesia karena praktis dan
penyimpanan tidak memerlukan
peralatan khusus, cukup
disimpan pada suhu ruangan.
Untuk mengganti vitamin selama
proses pembuatan susu bubuk.
Biasanya pabrikan
menambahkan vitamin dan
mineral pada susu bubuk.
4.2.3. Keju
Keju diambil dari bahasa
Portugis queijo adalah makanan
padat yang dibuat dari susu sapi,
kambing, domba, dan mamalia
lainnya. Keju dibentuk dari susu
dengan menghilangkan
kandungan airnya dengan
menggunakan kombinasi rennet
dan pengasaman. Bakteri juga
digunakan pada pengasaman
susu untuk menambahkan
tekstur dan rasa pada keju.
Pembuatan keju tertentu juga
menggunakan jamur.
Ada ratusan jenis keju yang
diproduksi di seluruh dunia.
12
Keju memiliki gaya dan rasa
yang berbeda-beda, tergantung
susu yang digunakan, jenis
bakteri atau jamur yang dipakai,
serta lama fermentasi atau
penuaan. Faktor lain misalnya
jenis makanan yang dikonsumsi
oleh mamalia penghasil susu
dan proses pemanasan susu.
Keju berharga karena umurnya
yang tahan lama, serta
kandungan lemak, protein,
kalsium, and fosforusnya yang
tinggi. Keju lebih mudah kecil
dan lebih tahan lama dari susu.
4.2.4. Butter/Mentega
Menurut Standar Nasional
Indonesia (SNI 01-3744-1995),
mentega adalah produk
makanan berbentuk padat lunak
yang dibuat dari lemak atau krim
susu atau campurannya, dengan
atau tanpa penambahan garam
(NaCl) atau bahan lain yang
diizinkan, serta minimal
mengandung 80% lemak susu.
Selain garam dapur, ke dalam
mentega juga ditambahkan
vitamin, zat pewarna, dan bahan
pengawet (misalnya sodium
benzoat). Emulsi pada mentega
merupakan campuran 18% air
yang terdispersi pada 80%
lemak, dengan sejumlah kecil
protein yang bertindak sebagai
zat pengemulsi.
Mentega dapat dibuat dari lemak
susu (terutama lemak susu sapi)
yang manis (sweet cream) atau
asam. Mentega dari lemak susu
yang asam mempunyai cita rasa
lebih kuat.
Lemak susu dapat dibiarkan
menjadi asam secara spontan
atau melalui penambahan
inokulum murni bakteri asam
laktat (proses fermentasi). Mulamula
lemak susu dinetralkan
dengan garam karbonat,
kemudian di pasteurisasi dan di
inokulasi dengan bakteri yang
dapat menghasilkan asam laktat
selama proses fermentasi.
Bila perlu, ditambahkan zat
pewarna ke dalam lemak susu,
umumnya berupa karoten, yaitu
zat pewarna alamiah yang
merupakan sumber vitamin A.
Lemak memiliki komposisi
terbesar dalam mentega jika di
bandingkan dengan protein dan
karbohidrat. Kandungan protein
dan karbohidrat pada mentega
dan margarin sangat rendah,
yaitu sekitar 0,4-0,8 gram per
100 gram.
Lemak mentega berasal dari
lemak susu hewan, dikenal
sebagai butter fat. Mentega
mengandung sejumlah asam
butirat, asam laurat, dan asam
linoleat. Asam butirat dapat
digunakan oleh usus besar
sebagai sumber energi, juga
dapat berperan sebagai
senyawa antikarsinogenik
(antikanker).
Asam laurat merupakan asam
lemak berantai sedang yang
memiliki potensi sebagai
antimikroba dan antifungi. Asam
linoleat pada mentega dapat
13
memberikan perlindungan
terhadap serangan kanker.
Meski sedikit, mentega juga
mengandung asam lemak
omega 3 dan omega 6. Selain
itu, mentega mengandung
glycospingolipid, yaitu suatu
asam lemak yang dapat
mencegah infeksi saluran
pencernaan, terutama pada
anak-anak dan orangtua. Karena
terbuat dari krim susu, mentega
mengandung kolesterol. Kadar
kolesterol tinggi tidak selalu
berdampak buruk bagi
kesehatan. Bahkan sebaliknya,
kolesterol memegang peran
penting dalam fungsi organ
tubuh.
Kolesterol berguna untuk
menyusun empedu darah,
jaringan otak, serat saraf, hati,
ginjal, dan kelenjar adrenalin.
Kolesterol juga merupakan
bahan dasar pembentukan
hormon steroid, yaitu progestron,
estrogen, testosteron, dan
kortisol. Mentega juga
mengandung semua vitamin
larut lemak lainnya, yaitu vitamin
D, E, dan K. Vitamin A
bersumber dari betakarotenoid
atau pigmen karoten lainnya
yang sengaja ditambahkan
sebagai pewarna kuning.
Kadar vitamin A yang diharuskan
pada mentega adalah 1.400-
3.500 IU per 100 gram,
sedangkan kadar vitamin D 250-
350 IU per 100 gram. Usahausaha
pengolahan tersebut
banyak menyerap tenaga kerja.
Berdasarkan satistik pertanian
jumlah tenaga kerja yang
bekerja pada sektor pengolahan
pada tahun 2006 sebesar
152.815 orang. Contoh produk
olahan susu tertera pada
Gambar 4. Susus Kental Manis,
Keju, dan Gambar 5. Butter.
Susu Kental Manis
Keju
Gambar 4. Produk Olahan Susu
4.2.5. Yoghurt
Yoghurt adalah produk yang
diperoleh dari susu yang telah di
pasteurisasi kemudian di
fermentasi dengan bakteri
tertentu sampai diperoleh
keasaman, bau dan rasa yang
khas, dengan atau tanpa
penambahan bahan lain yang di
14
izinkan. Bakteri yang di gunakan
untuk kultur starter tidak lebih
dari 5 jenis saja. Yang termasuk
dalam jenis bakteri asam laktat
dan digunakan sebagai kultur
starter adalah Enterococcus,
Lactobacillus, Lactococcus,
Leuconostoc dan Streptococcus
Gambar 5. Butter
4.2.6. Susu Pasteurisasi
Susu segar merupakan cairan
yang berasal dari ambing sapi
sehat dan bersih yang diperoleh
dengan cara pemerahan yang
benar yang kandungan alaminya
tidak dikurangi atau ditambah
sesuatu apapun dan belum
mendapat perlakuan apapun
(SNI 01-3141-1998). Dalam
prakteknya sangat kecil peluang
kita untuk mengonsumsi susu
segar definisi SNI tersebut di
atas. Umumnya susu yang di
konsumsi masyarakat adalah
susu olahan baik dalam bentuk
cair (susu pasteurisasi, susu
UHT) maupun susu bubuk.
Susu pasteurisasi merupakan
susu yang di beri perlakuan
panas sekitar 63º-72º Celcius
selama 15 detik yang bertujuan
untuk membunuh bakteri
patogen. Susu pasteurisasi
harus di simpan pada suhu
rendah (5º-6º Celcius) dan
memiliki umur simpan hanya
sekitar 14 hari.
Susu UHT (ultra high
temperature) merupakan susu
yang diolah menggunakan
pemanasan dengan suhu tinggi
dan dalam waktu yang singkat
(135-145º Celcius) selama 2-5
detik (Amanatidis, 2002).
Pemanasan dengan suhu tinggi
bertujuan untuk membunuh
seluruh mikroorganisme (baik
pembusuk maupun patogen) dan
spora. Waktu pemanasan yang
singkat dimaksudkan untuk
mencegah kerusakan nilai gizi
susu serta untuk mendapatkan
warna, aroma dan rasa yang
relatif tidak berubah seperti susu
segarnya.
4.3. Sumber Pupuk Organik
Kotoran sapi (feces dan urin)
serta sisa hijauan pakan ternak
dapat di manfaatkan untuk
sumber pupuk organik. Pupuk
organik di perlukan untuk
memperbaiki struktur tanah dan
penyedia unsur hara bagi
tanaman. Harga pupuk curah
merah berkisar antara Rp 1000-
3000 per kg, namun demikian
dengan dikemas baik dapat
dijual mahal , untuk digunakan
sebagai pupuk tanaman hias.
Harga kemasan 2 kg dapat
mencapai harga Rp10,000 s.d
Rp15.000. dengan demikian
kotoran sapi dan limbah pakan
dapat memberikan kontribusi
pendapatan bagi peternak.
15
5. Pemeliharaan Ternak di
Indonesia
5.1. Sapi Potong
Pemeliharaan sapi potong terdiri
dari pemeliharaan semi intensif
dan intensif. Peternak di desadesa
memelihara ternak secara
semi intensif. Pada sistem
pemeliharaan semi intensif
tenaga kerja, dan modal tidak di
perhitungkan secara bisnis.
Tenaga kerja di lakukan sendiri
oleh peternak, kandang di buat
sendiri dan hijauan di cari dari
sekeliling tempat tinggal
peternak. Mereka memelihara
beberapa ekor sapi untuk
dibudidayakan dan digemukkan.
Pemberian pakan dengan
hijauan dan jerami dan ditambah
konsentrat sedikit.
Pada tahun 2000 mulai tumbuh
perusahaan sapi potong
komersial. Kebanyakan mereka
mengimpor sapi dari luar negeri.
Jenis sapi yang di pelihara
kebanyakan jenis BX (Brahman
Cross). Sapi BX merupakan
persilangan antara sapi
Brahman dengan sapi daerah
sub tropis seperti short horn,
drought master, dll.
Perusahaan sapi potong
memiliki sapi di atas 1000 ekor.
Sistem pemeliharaan intensif
dengan pakan konsentrat yang
lebih banyak dari pakan
hijauannya. Pada pemelihraaan
sistem intensif semua biaya dan
modal di perhitungkan secara
bisnis murni. Populasi sapi
potong di Indonesia pada tahun
2006 sebanyak 10.835.686 ekor,
dengan penyebaran populasi
ternak pada setiap propinsi
tertera pada Tabel 5.
5.2. Sapi Perah
Pemeliharaan sapi perah terdiri
dari pemeliharaan semi intensif
dan intensif. Peternak di desadesa
memelihara ternak secara
semi intensif. Pada sistem
pemeliharaan semi intensif;
tenaga kerja, dan modal tidak di
perhitungkan secara bisnis.
Tenaga kerja dilakukan sendiri
oleh peternak, kandang di buat
sendiri dan hijauan dicari dari
sekeliling tempat tinggal
peternak. Mereka memelihara
beberapa ekor sapi untuk
dibudidayakan dan sapi
pejantannya digemukkan.
Pemberian pakan dengan
hijauan dan jerami dan ditambah
konsentrat sedikit. Pemerahan
dilakukan secara manual dengan
tangan. Susu yang dihasilkan
kebanyakan dijual ke Koperasi
Unit Desa (KUD) dan kemudian
di jual ke pabrik pengolahan
susu. Beberapa peternak
menjual sendiri susu yang sudah
di pasteurisasi ke konsumen
secara langsung. Bebarapa
perusahan besar memelihara
sapi perah secara komersial.
Contoh perusahaan sapi perah:
Taurus Dairy Farm. Sistem
pemeliharaan intensif dengan
pemberian pakan konsentrat
yang lebih banyak. Pada
pemeliharaan sistem intensif
semua biaya dan modal di
perhitungkan secara bisnis
murni.
16
Pemerahan dilakukan dengan
mesin perah yang dilengkapi
dengan pendingin susu untuk
menghambat pertumbuhan
bakteri. Susu yang dihasilkan
dipasarkan sendiri langsung ke
konsumen dan dijual ke pabrik
pengolahan susu. Populasi sapi
perah di Indonesia pada tahun
2006 sebanyak 382.313 ekor,
dengan penyebaran di setiap
propinsi seperti tertera pada
Tabel 5. Jenis sapi perah yang
dipelihara kebanyak FH (Friesien
Holstein) namun pada tahun
1990 Indonesia mengimpor sapi
Sahiwal Cross dari Selandia
Baru. Sahiwal cross merupakan
sapi perah hasil persilangan sapi
Sahiwal dari India dengan sapi
FH Selandia Baru. Tujuan
persilangan tersebut agar sapi
perah lebih tahan panas dan
menyesuaikan dengan
lingkungan Indonesia.
5.3. Kerbau
Tujuan pemeliharan ternak
kerbau pada umumnya adalah
sebagai penghasil tenaga kerja
untuk menarik beban baik di
darat maupun untuk mengolah
sawah. Sedangkan tujuan yang
kedua adalah penghasil daging
dan susu. Pemakaian ternak
kerbau sebagai penghasil
daging, hanya diberlakukan
pada ternak kerbau yang tidak
produktif lagi (ternak yang sudah
tua, majir atau ternak dengan
nilai ekonomis yang rendah).
Jumlah ternak kerbau didunia
kurang lebih berkisar 126 juta
ekor, dan 122 juta ekor
diantaranya berada di negara
yang sedang berkembang di
Asia. Kebanyakan petani
peternak di Indonesia, hanya
memiliki sekitar 2 ekor,
sedangkan kualitas kerbau yang
ada di Pulau Jawa saat ini
mengalami kemunduran.
Kemunduran tersebut
disebabkan antara lain:
kurangnya pakan hijauan yang
berkualitas baik, akibat
kurangnya lahan untuk tanaman
hijauan pakan ternak, adanya
perkawinan silang dalam
(inbreeding), tingkat kemunduran
ternak, akibat pemotongan
setiap tahunnya. Dengan melihat
permasalahan tersebut di atas,
maka penanganan ternak kerbau
melalui tatalaksana
pemeliharaan atau manajemen
pemeliharaan perlu ditingkatkan.
Kira-kira 95% ternak kerbau di
Indonesia merupakan kerbau
kerja. Kerbau kerja di Indonesia
merupakan kerbau jenis lumpur
(Swamp type), sedangkan 5%
lagi termasuk kerbau sungai
(river type).
6. Pengelolaan Usaha
Peternakan
Untuk dapat melakukan usaha
peternakan maka diperlukan
pengetahuan tentang teknis
budidaya, manajemen dan
kewirausahaan.
17
Tabel 5. Penyebaran Populasi Ternak di Indonesia (Ekor)
No Propinsi Sapi
Perah
Sapi
Potong Kerbau Kambing Domba
1 NAD 31 626.447 340.031 572.905 125.346
2 Sumut 6.780 289.278 261.308 644.663 292.965
3 Sumbar 792 428.224 211.008 250.142 7.119
4 Riau 0 109.115 52.197 266.564 3.679
5 Jambi 0 124.635 83.930 140.700 50.966
6 Sumsel 353 556.814 103.577 558.893 67.166
7 Bengkulu 194 84.943 49.024 110.611 6.655
8 Lampung 131 418.172 49.342 930.055 75.745
9 Dki 3.180 0 228 5.475 1.510
10 Jabar 109.601 267.402 156.570 1.335.222 3.860.896
11 Jateng 116.481 1.391.372 123.826 3.245.910 1.946.242
12 DIY 8.623 249.480 5.306 267.328 107.198
13 Jatim 135.056 2.524.573 54.685 2.418.714 1.415.083
14 Bali 69 596.090 7.097 68.836 29
15 NTT 0 460.188 156.468 355.272 19.659
16 NTB 0 544.134 141.236 498.348 57.805
17 Kalbar 36 164.110 5.760 114.400 0
18 Kaltim 0 63.300 16.560 41.046 4.314
19 Kalsel 122 191.771 40.613 102.825 3.478
20 Kaltim 0 70.404 13.831 60.931 0
21 Sulut 0 120.715 28 42.306 2.247
22 Sulteng 0 188.549 4.760 178.922 2.046
23 Sulsel 797 612.000 128.502 419.463 246
24 Sultengg 0 216.000 8.010 88.720 13.478
25 Maluku 0 67.976 22.943 149.146 1.050
26 Papua 68 49.957 1.304 36.853 289
27 Babel - 5.927 921 6.997 477.089
28 Banten - 25.310 145.439 685.170 0
29 Gorontalo - 213.960 0 92.944 0
30 Maluku utara - 42.564 89 104.981 0
31 Kepulauan
Riau
- 10.220 341 22.550 0
32 Irja barat - 31.385 19 14.085 0
33 Sulbar - 90.526 16.157 220.179 0
Total 382.313 10.835.686 2.201.111 14.051.156 8.543.206
Sumber. Statistik Pertanian 2006, Deptan
18
6.1. Teknis Budidaya
Materi teknis budidaya ternak di
kelompokan kedalam materi
pembibitan, perkandangan,
pakan, dan kesehatan ternak.
6.1.1. Breeding (Pembibitan)
Peternakan di Indonesia di
klasifikasikan menjadi ternak
unggas, ruminan dan ternak
monogasrtik. Hewan yang
masuk kelompok unggas antara
lain ayam, itik, entok, puyuh, dan
beberapa burung hias. Hewan
kelompok ruminan terdiri dari
sapi, kerbau, domba dan
kambing. Sedangkan kelompok
monogastrik terdiri dari babi dan
kelinci. Pada setiap kelompok
ternak memiliki bangsa, jenis
dan strain yang berbeda. Setiap
ternak memiliki potensi produksi
yang berbeda pula, untuk itu
pemilihan bibit ternak harus
dilakukan secara teliti
berdasarkan tujuan
pemeliharaan ternak tersebut.
Disamping itu peningkatan
performasi ternak dilakukan
secara terus menerus melalui
perbaikan mutu genetik agar
dapat memberikan nilai
ekonomis yang lebih baik bagi
peternak pemeliharaannya.
6.1.2. Feed and Feeding
(Pakan dan Pemberian
Pakan)
Ternak memerlukan nutrisi untuk
melakukan aktifitas hidup pokok,
pertumbuhan, berkembang dan
produksi. Pada sistem
pemeliharaan dimana ternak di
kurung (ditempatkan) dalam
suatu kandang maka kebutuhan
pakan tergantung dari apa yang
diberikan peternak kepada
ternak tersebut. Pemenuhan
kebutuhan tersebut harus di
hitung secara teliti agar ternak
dapat menunjukan performasi
yang baik.
Kekurangan nutrisi pada ternak
akan mengakibatkan
menurunnya performansi ternak
artinya ternak tidak dapat
berproduksi secara maksimal
dan dalam bebrapa kasus ternak
menderita defisiensi nutrisi yang
menyebabkan ternak terganggu
kesehatannya. Dari faktor
ekonomi pemberian pakan
menggunakan prinsip “Least
cost formula”, yang artinya
pakan yang kita berikan yang
termurah agar dapat
memberikan keuntungan yang
optimal bagi peternak
pemeliharaanya. Hal ini perlu di
hitung secara ekonomi karena
pakan merupakan komponen
terbesar dari biaya produksi.
Pada ternak unggas pakan yang
diberikan berupa konsentrat
yang disusun dari biji bijian, hasil
ikutan produk pertanian (dedak,
onggok dll), tepung ikan/daging,
vitamin dan mineral. Pakan
ternak ternak ruminansia
merupakan kombinasi hijauan
dan konsentrat.
6.1.3. Pengendalian Penyakit
(Disease Control)
Penyakit pada ternak
disebabkan oleh faktor langsung
dan tidak langsung. Faktor
19
langsung terdiri dari stress,
kedinginan, ventilasi buruk,
populasi tinggi, tidak cukup
tempat pakan-minum. Faktor
langsung di klasifikasikan
menjadi penyakit infeksi dan
noninfeksi. Penyakit infeksi
disebabkan oleh virus, bakteri,
protozoa, dan fungi (cendawan),
sedangkan penyakit noninfeksi
disebabkan oleh aspergilus,
tanaman beracun, perubahan
pakan yang drastis, hijauan
muda dll .
Pencegahan penyakit ternak
lebih diutamakan dari pada
pengobatan penyakit. Hal ini
disebabkan biaya pengobatan
lebih mahal dari biaya
pencegahan, dan ternak yang
sudah sembuh dari sakit
biasanya tidak dapat berproduksi
secara optimal. Ternak yang
sakit juga bisa menulari manusia
seperti yang terjadi akhhir-akhir
ini, penyakit flu burung (Avian
Influenza) dapat menyebabkan
kematian pada manusia. Cara
pencegahan penyakit dilakukan
dengan vaksinasi, menghindari
faktor penyebab stress, hindari
penyebab penyakit non infeksi,
pemberian antibiotik, sanitasi, dll
Pengobatan ternak sakit
tergantung dari penyebab
penyakitnya. Bagi ternak yang
stress dapat diberikan obat anti
stres, penyakit infeksi biasanya
diobati dengan antibiotika,
penyakit yang disebabkan oleh
virus sampai saat ini belum ada
obat yang efektif untuk
mengobati.
6.1.4. Perkandangan dan
Peralatan
Kandang berfungsi sebagai
tempat tinggal ternak untuk
melindungi dari pengaruh buruk
iklim (hujan, panas, angin,
temperatur) dan gangguan
lainnya seperti hewan liar dan
pencurian ternak. Agar ternak
dapat berproduksi secara
optimal maka kandang harus
mampu memberikan tempat
yang nyaman bagi ternak. Dalam
pembuatan kandang ada tiga
faktor yang harus
dipertimbangkan yaitu faktor
biologis, faktor teknis dan
ekonomis. Masing-masing faktor
dijelaskan sebagai berikut:
6.1.4.1. Faktor Biologis
Faktor biologis ternak yang perlu
di pertimbangkan adalah
sensitifitas respon ternak
terhadap unsur iklim. Misal
ternak yang sensitif terhada
panas maka perlu merancang
kandang agar tidak
menyebabkan iklim didalam
kandang panas. Hal ini
bertujuan agar ternak dapat
berproduksi secara optimal.
6.1.4.2. Faktor Teknis
Kandang ternak perlu dibuat
kuat agar dapan memberikan
fungsi dengan baik. Konstruksi,
bahan dan tata letak bangunan
harus di hitung berdasarkan
perhitungan arisitektur yang
sesuai.
20
6.1.4.3. Faktor Ekonomis
Tujuan pemeliharaan ternak
adalah memberikan nilai
ekonomi bagi peternak
pemeliharanya. Semua faktor
dalam proses pengelolaan
ternak juga harus
dipertimbangkan secara
ekonomi. Kandang yang
merupakan investasi tetap dan
jangka panjang harus dibuat
yang kuat tetapi menggunakan
bahan bangunan yang tidak
terlalu mahal. Efisiensi
penggunaan bangunan
dilakukan dengan mengatur tata
letak, dan merancang kapasitas
bangunan dengan baik.
Peralatan diperlukan peternak
sebagai wahana kegiatan
budidaya ternak dan alat bantu
untuk meningkatkan produktifitas
peternak yang berfungsi
menurunkan biaya tenaga kerja.
Sebagai wahana kegiatan
budidaya peralatan terdiri dari
tempat pakan, minum, peralatan
kesehatan ternak dll. Peralatan
peningkat produktifitas terdiri
dari mesin pembuatan pakan,
alat transportasi, mesin
pemanen hasil ternak dll.
7. Tatalaksana Pemeliharaan
Jika peternak sudah melakukan
pemilihan bibit,dan pakan yang
baik maka hal yang tidak kalah
penting adalah tatalaksana
pemeliharaan yang baik.
Tatalaksana pemeliharaan
dimulai dari persiapan kandang,
pengadaan ternak, pengadaan
pakan, pemberian pakan dan
minum, menangani ternak,
menjaga kesehatan ternak,
pemanenan, seleksi ternak,
mengafkir ternak dan pemasaran
hasil.
8. Manajemen
Usaha peternakan seperti halnya
bidang usaha yang lain
membutuhkan pengelolaan
aspek-aspek usaha didalamnya.
Pada perusahaan yang kecil dan
menengah terdapat faktor
karyawan yang mengerjakan
kegiatan usaha tersebut,
memerlukan modal, aktifitas jual
beli, keuangan, dan sumberdaya
lainnya. Faktor-faktor tersebut
perlu dikelola agar usaha
peternakan mendatangkan
keuntungan bagi pemilik usaha
peternakan tersebut. Secara
garis besar faktor-faktor tersebut
dapat di kelompokkan menjadi
pengelolaan sumber daya
manusia, keuangan dan
pemasaran dan sumberdaya
lainnya
9. Kewirausahaan
Sebelum istilah kewirausahaan
populer seperti sekarang ini,
dulu sudah di kenal istilah
wiraswasta. Kata wiraswasta
berasal dari Wira yang artinya
utama, gagah, berani, luhu,
teladan atau pejuang. Sedang
kata swa berarti sendiri dan sta
berarti berdiri. Jadi wiraswasta
berarti pejuang yang utama,
gagah, luhur, berani dan layak
menjadi teladan dalam bidang
usaha dengan landasan berdiri
di atas kaki sendiri.
21
Kewirausahaan adalah kesatuan
terpadu dari semangat, nilai-nilai
dan prinsip serta sikap yang
kuat, seni dan tindakan nyata
yang sangat perlu, tepat dan
unggul dalam menangani dan
mengembangkan suatu
perusahaan atau kegiatan lain
yang mengarah pada pelayanan
terbaik kepada pelanggan
termasuk masyarakat, bangsa
dan negara. Sedangkan orang
yang melakukan usaha disebut
dengan wirausahawan.
Pengertian wirausahawan
sebagai seseorang yang
mengorganisir, mengatur, dan
menanggung resiko suatu bisnis
atau perusahaan. Orang yang
mau mengelola usaha
peternakan agar berhasil
haruslah memiliki jiwa
kewirausahaan. Usaha
peternakan seperti halnya jenis
usaha yang lain juga
membutuhkan wirausahawan
yang handal. Ciri-ciri
wirausahawan yang handal
antara lain: percaya diri, mandiri,
mencari dan menangkap
peluang usaha, bekerja keras
dan tekun, mampu
berkomunikasi dan negosiasi,
jujur, hemat, di siplin, mencintai
kegiatan usahanya, mau
mengembangkan kapasitas
dirinya, memotivasi orang lain,
mengenal lingkungan dan
bekerjasama dengan pihak
lainnya.
10. Aspek Ekonomi Ternak
Usaha peternakan merupakan
salah satu profesi yang terus
ada sejak dulu hingga sekarang.
Kontribusinya terhadap
perekonomian nasional cukup
besar karena dapat menyerap
tenaga kerja sebanyak 2,6 juta
orang. Pada program
penggemukan sapi potong bisa
diperoleh keuntungan bersih per
ekor sebesar 1-1,5 juta rupiah
pertahun. Pada usaha sapi
perah keuntungan yang dapat
diperoleh perekor Rp10,000,000
selama 1 siklus usaha 6 tahun.
Dengan melihat aspek ekonomi
tersebut, menunjukkan bahwa
usaha perternakan cukup
menjajikan sebagai salah satu
profesi pekerjaan. Keuntungan
tersebut akan lebih besar lagi
kalau peternak dapat
menurunkan biaya produksinya.
Biaya produksi yang paling
besar adalah komponen pakan
yang terdiri dari hijauan pakan
ternak dan konsentrat. Pada
usaha pembibitan sapi potong
harus dicari upaya-upaya
menekan biaya produksi, karena
harga produknya (pedet) relatif
murah yaitu sekitar 1,5-2 juta
perekor. Biaya produksi
pertahun harus diupayakan
dibawah harga pedet tersebut,
agar usaha pembibitan untung.
11. Aplikasi Konsep
Amatilah suatu usaha
peternakan disekitar siswa.
Buatlah suatu wawancara
dengan peternak tersebut, untuk
mencari informasi berapa
banyak ternaknya, apa tujuan
pemeliharaan dan berapa
kuntungan yang diperloleh dari
usaha peternakan tersebut.
22
12. Pemecahan Masalah
Diskusikan dengan teman-teman
secara berkelompok beberapa
persoalan faktual dibawah ini.
a. Jika dalam sehari kita makan
susu sapi 0,4 liter, makan
daging sapi 300 gram, dan
makan daging domba 200
gram, berapa gram protein
yang loya konsumsi dalam
sehari.
b. Di beberapa daerah di
Indonesia terjadi anak balita
yang lapar gizi. Walaupun
mereka cukup karbohidrat
tetapi lurang protein, coba
diskusikan bagaimana fungsi
protein bagi tubuh manusia.
c. Di Indonesia sektor
peternakan menyerap tenaga
kerja sebanyak 2,6 juta
orang. Diskusikan apakah
sektor peternakan dapat
memberikan sesejahteraan
sebagai suatu profesi?
13. Pengayaan
1. Manusia mengkonsumsi
hasil ternak (susu dan
daging) sebagai sumber
a. Protein
b. Lemak
c. Mineral
d. Energi
2. Tingkat konsumsi susu ratarata
per orang per tahun
adalah
a. 10 kg
b. 7,7 kg
c. 23 kg
d. 15 kg
3. Daging sapi mengandung
protein sebanyak
a. 17,5%
b. 20,2%
c. 15,7%
d. 20%
4. Susu dengan kadar protein
tertinggi adalah
a. Sapi
b. Kambing
c. Domba
d. Kerbau
5. Produksi daging terbanyak di
Indonesia adalah dari ternak
a. Sapi
b. Kerbau
c. Domba
d. Kambing
6. Yoghurt adalah produk susu
diolah dengan proses
a. Ditambah gula
b. Fermentasi bakteri
c. Lemak susu yang
dipisahkan
d. Penambahan renet
7. Tujuan peternak memelihara
sapi potong adalah:
a. Sebagai tabungan
b. Pemanfaatan limbah
pertanian
c. Untuk mencari
keuntungan
d. Semua jawaban benar
8. Sektor peternakan menyerap
tenaga kerja Indonesia
sebanyak
a. 3 juta orang
b. 2,6 juta orang
c. 5 juta orang
d. 4 juta orang
23
9. Susu dengan kandunga
lemak tertinggi adalah
a. Sapi
b. Kambing
c. Domba
d. Kerbau
10. Kulit sapi dapat diolah
menjadi
a. Jaket
b. Sepatu
c. Dompet
d. Semua jawaban benar
Kunci jawaban
1. a
2. b
3. a
4. c
5. a
6. b
7. d
8. b
9. d
10. d
25
BAB 2
DASAR BUDIDAYA TERNAK RUMINANSIA BESAR
1. Identifikasi Ternak
Ternak merupakan hewan
yang umum telah
dibudidayakan oleh
masyarakat. Ditinjau dari
struktur pencernakannya
maka dapat dibedakan
menjadi dua golongan besar
yaitu ternak ruminansia dan
ternak non ruminansia.
Ternak ruminansia adalah
sebutan untuk semua ternak
yang mempunyai struktur
pencernakan ganda yaitu
terdiri atas rumen, retikulum,
omasum dan abomasum.
Atau lebih tepat dikatakan
bahwa ternak ruminansia
adalah ternak yang
mempunyai sistim
pencernakan pakan yang
khas sehingga menyebabkan
ternak tersebut mampu
mengkonversi pakan-pakan
berkualitas relatif rendah
menjadi produk bergizi tinggi,
seperti daging dan susu. Ciri
khas dari ternak ruminansia
adalah adanya rumen yang
merupakan ekosistem
mikroba yang berperan dalam
penguraian bahan pakan dan
mikroba juga berfungsi
sebagai bahan protein ternak.
Kemudian dilihat
berdasarkan ukuran bobot
badan atau besar tubuhnya
maka ternak ruminansia dapat
dibedakan menjadi dua
kelompok besar yaitu
ruminansia besar dan
ruminansia kecil. Pada buku
ini hanya akan dinahas ternak
ruminansia besar.
Ruminansia besar terdiri atas
beberapa jenis atau bangsa
ternak, diantaranya:
1.1. Ternak Sapi.
Sapi adalah salah satu jenis
ternak yang cukup dikenal oleh
masyarakat luas. Beternak sapi
mempunyai beberapa manfaat
dan merupakan suatu usaha
yang mempunyai prospek yang
cukup menjanjikan. Sapi juga
merupakan ternak yang paling
berperan dalam memenuhi
kebutuhan sumber protein
hewani.
Salah satu manfaat yang
secara langsung dapat
dirasakan pada kita semua
adalah ternak sapi sangat
bermanfaat bagi manusia
sebagai sumber protein
hewani yang paling besar
yaitu sebagai penghasil
daging dan sebagai penghasil
air susu. Dengan kata lain
26
dikatakan bahwa kebutuhan
daging sapi meningkat sejajar
dengan meningkatnya taraf
hidup bangsa.
Sapi yang ada di dunia pada
saat ini dapat dibedakan
menjadi dua kelompok besar
yaitu kelompok sapi-sapi
tropis dan kelompok sapi-sapi
sub topis. Kelompok sapi
tropis contohnya sapi Zebu,
Bos sondaicus, sapi Bali dan
sapi Madura. Sedangkan
yang termasuk kelompok sapi
sub tropis adalah sapi
Aberdeen angus, sapi
Hereford, sapi Shorthorn, sapi
Charolais, sapi Simmental,
sapi Frisien Holland, dan
masih banyak lagi jenisnya.
Sedangkan berdasarkan
tujuan dari pemeliharaan
maka bangsa sapi dapat
dibedakan beberapa tipe
yaitu:
1.1.1. Sapi Tipe Potong
Sapi tipe potong adalah sapisapi
yang mempunyai
kemampuan untuk
memproduksi daging dengan
cepat, pembentukan karkas
baik dengan komposisi
perbandingan protein dan
lemak seimbang hingga umur
tertentu. Sapi potong pada
umumnya mempunyai ciri-ciri:
􀁹 Bentuk tubuh yang lurus
dan padat
􀁹 Dalam dan lebar,
􀁹 Badannya berbentuk segi
empat dengan semua
bagian badan penuh berisi
daging.
Sapi-sapi yang termasuk
dalam tipe sapi potong
diantaranya:
􀁹 Sapi Brahman
􀁹 Sapi Ongole
􀁹 Sapi Sumba Ongole (SO)
􀁹 Sapi Hereford
􀁹 Sapi Shorthorn
􀁹 Sapi Brangus
􀁹 Sapi Aberden Angus
􀁹 Sapi Santa Gartudis
􀁹 Sapi Droughtmaster
􀁹 Sapi Australian
Commercial Cross
􀁹 Sapi Sahiwal Cross
􀁹 Sapi Limosin
􀁹 Sapi Simmental
􀁹 Sapi Peranakan Ongole
1.1.1.1. Sapi Brahman
Brahman merupakan sapi
yang berasal dari India,
termasuk dalam Bos indicus,
yang kemudian diekspor ke
seluruh dunia. Jenis yang
utama adalah Kankrej
(Guzerat), Nelore, Gir, dan
Ongole. Sapi Brahman
digunakan sebagai penghasil
daging. Ciri-ciri sapi Brahman
mempunyai punuk besar,
tanduk, telinga besar dan
gelambir yang memanjang
berlipat-lipat dari kepala ke
dada. Gambar pejantan
Brahman tertera pada
27
Gambar 6. Sapi Brahman
selama berabad-abad
menerima kondisi kekurangan
pakan, serangan serangga,
parasit, penyakit dan iklim
yang ekstrim.
Sumber:Ensiklopedi Wikipedia, 2007
Gambar 6. Sapi Brahman Jantan
Di India menjadikan sapi
Brahman mampu beradaptasi
dengan berbagai lingkungan.
Daya tahan terhadap panas juga
lebih baik dari sapi eropa karena
memiliki lebih banyak kelenjar
keringat, kulit berminyak di
seluruh tubuh yang membantu
resistensi terhadap parasit.
Kharakteristik Sapi Brahman
berukuran sedang dengan berat
jantan dewasa antara 800 sd
1100 kg, sedang betina 500-700
kg. berat pedet yang baru lahir
antara 30-35 kg, dan dapat
tumbuh cepat dengan berat
sapih kompettif dengan jenis
sapi lainnya. Persentase karkas
48,6 s.d 54,2%, dan
pertambahan berat harian 0,83-
1,5 kg. Sapi Brahman
mempunyai sifat pemalu dan
cerdas serta dapat beradaptasi
dengan lingkungannya yang
bervariasi. Sapi ini suka
menerima perlakuan halus dan
dapat menjadi liar jika menerima
perlakuan kasar.
Konsekuensinya penaganan
sapi ini harus hati-hati. Tetapi
secara keseluruhan sapi
Brahman mudah dikendalikan.
Sapi Brahman warnanya
bervariasi, dari abu-abu
muda, merah sampai hitam.
Kebanyakan berwarna abu
muda dan abu tua. Sapi
jantan warnanya lebih tua dari
betina dan memeliki warna
gelap didaerah leher, bahu
dan paha bawah.
28
Sapi Brahman dapat
beradaptasi dengan baik
terhadap panas, mereka
dapat bertahan dari suhu 8-
105 F, tanpa ganguan selera
makan dan produksi susu.
Sapi Brahman banyak dikawin
silangkan dengan sapi eropa
dan dikenal dengan Brahman
Cross (BX)
1.1.1.2. Sapi Ongole
Sapi Ongole berasal dari
India, tepatnya di kabupaten
Guntur, propinsi Andra
Pradesh. Sapi ini menyebar
keseluruh dunia termasuk
Indonesia.
Karakteristik Sapi ongole
merupakan jenis ternak
berukuran sedang, dengan
gelambir yang lebar yang
longgar dan menggantung.
Badannya panjang
sedangkan lehernya pendek.
Kepala bagian depan lebar
diantara kedua mata. Bentuk
mata elip dengan bola mata
dan sekitar mata berwarna
hitam. Telingan agak kuat,
ukuran 20-25 cm, dan agak
menjatuh. Tanduknya pendek
dan tumpul, tumbuh kedepan
dan kebelakang. Pada
pangkal tanduk tebal dan
tidak ada retakan. Gambar
sapi jantan tertera pada
Gambar 7. Warna yang
populer adalah putih. Sapi
jantan pada kepalanya
berwarna abu tua, pada leher
dan kaki kadang-kadang
berwarna hitam. Warna ekor
putih, kelopak mata putih dan
otot berwarna segar, kuku
berwarna cerah dan badan
berwarna abu tua.
Sapi ini lambat dewasa, pada
umur 4 tahun mencapai
dewasa penuh. Bobot sapi
600 kg pada sapi jantan dan
300-400 kg untuk sapi betina.
Berat lahir 20-25 kg.
persentase karkas 45-58%
dengan perbandingan daging
tulang 3,23 : 1.
1.1.1.3. Sumba Ongole (SO)
Sapi ongole (Bos indicus)
memerankan peran yang
penting dalam sejarah sapi di
Indonesia. Sapi jantan Ongole
dibawa dari daerah Madras,
India ke pulau Jawa, Madura
dan Sumba. Di Sumba
dikenal dengan sapi Sumba
Ongole.
Sapi Sumba Ongole (SO)
dibawa ke Jawa dan
dikawinkan dengan sapi asal
jawa dan kemudian dikenal
dengan peranakan ongole
(PO).
29
Sumber: Ensiklopedi Wikipedia, 2007
Gambar 7. Sapi Ongole Jantan
Sapi ongole dan PO baik
untuk mengolah lahan karena
badan besar, kuat, jinak dan
bertemperamen tenang, tahan
terhadap panas, dan mampu
beradaptasi dengan kondisi
yang minim.
Sapi-sapi ongole asal India
dimasukkan kali pertama oleh
Pemerintah Hindia Belanda
ke Pulau Sumba, pada awal
abad ke 20, sekitar tahun
1906-1907. Dari empat jenis
sapi, yang dimasukkan ke
Sumba saat itu, yaitu sapi
Bali, sapi Madura, sapi Jawa,
dan sapi Ongole, ternyata
hanya sapi Ongole yang
mampu beradaptasi dengan
baik dan berkembang dengan
cepat, di pulau yang panjang
musim kemaraunya ini.
Sekitar tujuh atau delapan
tahun kemudian, pada tahun
1914, Pemerintah Hindia
Belanda menetapkan Pulau
Sumba sebagai pusat
pembibitan sapi Ongole
murni. Upaya ini disertai
dengan memasukkan 42 ekor
sapi ongole pejantan, berikut
496 ekor sapi ongole betina
serta 70 ekor anakan ongole.
Dalam laporan tahunan Dinas
Peternakan Kabupaten
Sumba Timur (1989) tercatat,
pada tahun 1915, Pulau
Sumba sudah mengekspor
enam ekor bibit sapi ongole
pejantan. Empat tahun
kemudian, pada 1919, ekspor
sapi ongole dari Pulau Sumba
tercatat sebanyak 254 ekor,
dan pada tahun 1929,
meningkat mencapai 828
ekor. Sapi-sapi asal Sumba
ini pun memiliki merek
dagang, sapi Sumba Ongole
(SO).
Perkembangan selanjutnya,
Sumba kembali ditetapkan
sebagai pusat pembibitan
sapi ongole murni di masa
pemerintahan Presiden
Soeharto, melalui Undang-
Undang Pokok Peternakan
30
dan Kesehatan Hewan Nomor
6 Tahun 1967.
Sapi ongole memang menjadi
ciri khas Pulau Sumba,
terutama Sumba Timur.
Selain sapi, kekhasan lain
Sumba Timur adalah padang
rerumputan (sabana).
Bentangan sabana kering
tampak bagaikan lautan
menguning. Kemarau panjang
mencapai puncaknya di bulan
Oktober. Kondisi alam yang
menantang ini menjadi
rutinitas bagi sebagian
penduduk di Pulau Sumba,
yang mengandalkan
penghidupan mereka sebagai
penggembala.
Memasuki wilayah kecamatan
Pandawai, Sumba Timur,
misalnya terlihat kawanan
sapi berkeliaran di hamparan
rerumputan kering. Sumba
Timur memang berpotensi
mengembangkan peternakan
secara ekstensif. Tidak hanya
sapi, tetapi juga kuda dan
kerbau, atau ternak-ternak
kecil lainnya. Statistik
Pertanian Sumba Timur
(2003) menunjukkan, jumlah
ternak sapi potong, kerbau,
dan kuda di kabupaten ini
mencapai 100.600 ekor.
Jumlah ternak di satu
kabupaten ini jauh lebih
banyak dibanding jumlah
ternak di Provinsi Kalimantan
Timur (73.200 ekor) atau
Papua (74.000 ekor).
Kabupaten seluas 7.000,50
kilometer persegi ini terbagi
menjadi 15 kecamatan, dan
rata-rata di setiap kecamatan
terdapat lebih dari 2.000 ekor
ternak besar, baik sapi,
kerbau, ataupun kuda. Hingga
tahun 2003, di Kecamatan
Pandawai tercatat terdapat
lebih dari 6.000 ekor sapi,
sedangkan di kecamatan
Panguda Lodu menjadi
kecamatan yang memiliki
ternak kuda dan kerbau
terbanyak, masing-masing
6.095 ekor kuda dan 5.126
ekor kerbau.
1.1.1.4. Sapi Hereford
Sapi ini turunan dari sapi
Eropa yang dikembangkan di
Inggris, berat jantan rata-rata
900 kg dan berat betina 725
kg. Bulunya berwarna merah,
kecuali bagian muka, dada,
perut bawah dan ekor
berwarna putih. Bentuk badan
membulat panjang dengan
ukuran lambung besar.
Sebagaian sapi bertanduk
dan lainnya tidak. Contoh
gambar sapi Hereford jantan
tertera pada Gambar 8.
31
Sumber: VEDCA , 2007
Gambar 8. Sapi Hereford Jantan
1.1.1.5. Shorthorn
Sapi ini sama dengan
Hereford yaitu dikembangkan
di negara Inggris. Bobot sapi
jantan 1100 kg dan sapi
berina 850 kg. bulunya
berbintik merah dan putih.
Bentuk tubuh bagus dengan
punggung lurus. Pertumbuhan
ototnya kompak. Sebagian
sapi bertanduk pendek, tetapi
kebanyakan tidak bertanduk.
Contoh gambar sapi
Shorthorn jantan tertera pada
Gambar 9.
Sumber :Ensiklopedi Wikipedia,2007
Gambar 9. Sapi Shorthorn Jantan
1.1.1.6. Brangus
Sapi Brangus merupakan
persilangan sapi betina
Brahman dan pejantan
Angus. Ciri khasnya adalah
warna hitam dengan tanduk
kecil. Sifat Brahman yang
diwarisi brangus adalah
adanya punuk, tahan udara
panas, tahan gigitan serangga
32
dan mudah menyesuaikan diri
dengan pakan yang mutunya
kurang baik. Sedangkan sapi
Angus yang diturunkan
produktifitas dagingnya tinggi
dan persentase karkasnya
tinggi. Contoh gambar sapi
Brangus jantan tertera pada
Gambar 10.
Sumber : Ensiklopedi Wikipedia,2007
Gambar 10. Sapi Brangus Jantan
1.1.1.7. Aberden Angus
Sapi angus (Aberden Angus)
berasal dari Inggris dan
Skotlandia. Sapi ini tidak
memiliki tanduk umur dewasa
sapi Angus adalah 2 tahun,
hasil karkas tinggi, sebagai
penghasil daging dan tidak
digunakan untuk
menghasilkan susu. Anak
sapi ukurannya kecil sehingga
induk tidak banyak mengalami
banyak stres pada saat
melahirkan pedet. Untuk
memperbaiki genetik sapi
angus sering di kawin
silangkan dengan sapi lain,
misalnya sapi Brahman. Hasil
persilangan disebut Brangus
(Brahman Angus). Contoh
gambar sapi Angus jantan
tertera pada gambar 11. Di
Indonesia sapi angus di
perkenalkan pada tahun 1973
dari Selandia Baru di di
beberapa tempat di Jawa
Tengah. Ciri sapi ini berbulu
hitam legam, berukuran agak
panjang, keriting dan halus.
Tubuhnya kekar padat, rata,
panjang dan ototnya kompak.
Sapi tidak bertanduk dan
kakinya pendek. Berat sapi
jantan 900 kg, sedangkan
betina 700 kg. persentase
karkas 60%, dengan mutu
daging sangat baik dan lemak
menyebar dengan baik di
dalam daging.
33
Sumber :Ensiklopedi Wikipedia,2007
Gambar 11. Sapi Angus Jantan
1.1.1.8. Santa Gertrudis
Sapi ini persilangan dari sapi
jantan Brahman dengan sapi
betina Shorthorn,
dikembangkan pertama kali di
King Ranch Texas AS tahun
1943 dan pada tahun 1973
masuk ke Indonesia.
Bobot.jantan.rata-rata.900.kg
dan bobot betina.725.kg.
Badan sapi besar dan padat.
Seluruh tubuh dipenuhi bulu
pendek dan halus serta
berwarna merah kecoklatan.
Punggungnya lebar dan dada
berdaging tebal. Kepala lebar,
dahi agak berlekuk dan
mukanya lurus. Gelambir
lebar berada di bawah leher
dan perut. Sapi jantan
berpunuk kecil dan kepalanya
bertanduk. Berat sapi jantan
mencapai 900 kg sedang
betina 725 kg. Dibanding sapi
Eropa sapi Santa Gertrudis
mempunyai toleransi terhadap
panas yang lebih baik dan
pakan yang sederhana dan
tahan gigitan caplak. Contoh
gambar sapi Santa Gertudis
jantan tertera pada Gambar
12.
Sumber : King Ranch, 2007
34
Gambar 12. Santa Gertrudis Jantan
1.1.1.9. Droughmaster
Merupakan persilangan
antara betina Brahman
dengan jantan Shorthorn,
dikembangkan di Australia.
Banyak dijumpai di
peternakan besar di
Indonesia. Sifat Brahman
lebih dominan, badannya
besar dan otot padat. Warna
bulu merah coklat muda
hingga merah atau cokelat
tua. Pada ambing sapi betina
terdapat bercak putih. Contoh
gambar sapi Droughmaster
jantan tertera pada Gambar
13.
Sumber :Ensiklopedi Wikipedia,2007
Gambar 13. Sapi Droughmaster Jantan
1.1.1.10. Sapi ACC
Sapi Australian Commercial
Cross (ACC) yang digunakan
sebagai sapi bakalan pada
usaha penggemukan sapi di
Indonesia merupakan hasil
persilangan sapi-sapi di
Australia yang tidak diketahui
dengan jelas asal usul
maupun proporsi darahnya.
Dari beberapa informasi yang
telah ditelusuri, diketahui
bahwa sapi ACC berasal dari
peternakan sapi di Australia
Utara (Northern Territory).
Sapi ACC tersebut dapat
berupa sapi Shorthorn Cross
(SX), Brahman Cross maupun
sapi hasil persilangan sapisapi
Australia yang cenderung
masih mempunyai darah
Brahman (Ngadiyono, 1995).
Meskipun demikian
pengamatan terhadap sapisapi
bakalan ACC yang
diimpor ke Indonesia
menunjukkan bahwa secara
fenotipik, karakteristik fisik
sapi ACC lebih mirip sapi
Hereford dan Shorthorn yakni
tubuh lebih pendek dan padat,
kepala besar, telinga kecil dan
tidak menggantung, tidak
mempunyai punuk dan
35
gelambir, kulit berbulu
disekitar kepala, pola warna
bervariasi antara warna sapi
Hereford dan Shorthorn
(Hafid, 1998). Menurut
Australian Meat and Livestock
Corporation (1991), sapi ACC
merupakan campuran dari
Bos Indicus (sapi Brahman)
dan Bos Taurus (Sapi British,
Shorthorn dan Hereford),
sehingga sapi ini mempunyai
karakteristik menguntungkan
dari kedua bangsa tersebut,
yaitu mudah beradaptasi
terhadap lingkungan sub
optimal seperti Brahman dan
mempunyai pertumbuhan
yang cepat seperti sapi
British. Hafid dan Hasnudi
(1998) telah membuktikan
bahwa sapi bakalan ACC
yang kurus jika digemukkan
singkat (60 hari) akan sangat
menguntungkan sebab sapi
ini menghasilkan
pertambahan bobot badan
harian ±1.61 kg/hari dengan
konversi pakan 8.22
dibandingkan jika digemukkan
lebih lama (90 atau 120 hari).
Beattie (1990), menyatakan
bahwa Northern Territory,
Kimberley dan Quensland
merupakan tempat
pengembang an sapi ACC di
Australia yang memiliki sapisapi
Eropa antara lain
Shorthorn dan Hereford serta
sapi India (Zebu) yaitu sapi
Brahman. Program ini telah
menghasilkan beberapa
bangsa hasil persilangan
seperti Santa Gertrudis,
Braford, Droughmaster dan
sapi-sapi persilangan lain
yang masih mempunyai darah
Brahman.
Sapi Shorthorn berasal dari
Inggris dan merupakan tipe
daging dengan bobot jantan
dan betina dewasa masingmasing
mencapai sekitar
1.000 kg dan 750 kg (Pane,
1986). Sifat yang menonjol
yaitu temperamen yang baik
dan pertumbuhan yang cepat
pada pemeliharaan secara
feedlot (Blakely dan Bade,
1992). Sapi Shorthorn
dimasukkan ke Australia pada
abad ke 19. Kemudian di
CSIRO’S Tropical Cattle
Research Centre di
Rockhampton disilangkan
dengan sapi Hereford dan
menghasilkan sapi Hereford
Shorthorn (HS) dengan
proporsi darah 50% Hereford
dan 50% Shorthorn (Turner,
1977; Vercoe dan Frisch,
1980).
1.1.1.11. Sapi Brahman
Cross
Minish dan Fox (1979)
menyatakan bahwa sapi
Brahman di Australia secara
komersial jarang
dikembangkan secara murni
dan banyak disilangkan
dengan sapi Hereford
Shorthorn (HS). Hasil
persilangan dengan Hereford
dikenal dengan nama
36
Brahman Cross (BX). Sapi ini
mempunyai keistimewaan
karena tahan terhadap suhu
panas dan gigitan caplak,
mampu beradaptasi terhadap
makanan jelek serta
mempunyai kecepatan
pertumbuhan yang tinggi.
Menurut Turner (1977) sapi
Brahman Cross (BX) pada
awalnya dikembangkan di
stasiun CSIRO’S Tropical
Cattle Research Centre di
Rockhampton Australia.
Materi dasarnya adalah sapi
American Brahman, Hereford
dan Shorthorn. Sapi BX
mempunyai proporsi 50%
darah Brahman, 25% darah
Hereford dan 25% darah
Shorthorn. Secara fisik bentuk
fenotif sapi BX lebih
cenderung mirip sapi
American Brahman karena
proporsi darahnya yang lebih
dominan, seperti punuk dan
gelambir masih jelas, bentuk
kepala dan telinga besar
menggantung. Sedangkan
pola warna kulit sangat
bervariasi mewarisi tetuanya.
Sapi Brahman Cross (BX)
memiliki sifat-sifat seperti:
persentase kelahiran 81.2%,
(2) rataan bobot lahir 28.4 kg,
bobot umur 13 bulan
mencapai 212 kg dan umur
18 bulan bisa mencapai 295
kg, (3) angka mortalitas
postnatal sampai umur 7 hari
sebesar 5.2%, mortalitas
sebelum disapih 4.4%,
mortalitas lepas sapih sampai
umur 15 bulan sebesar 1.2%
dan mortalitas dewasa
sebesar 0.6%, (4) daya tahan
terhadap panas cukup tinggi
karena produksi panas basal
rendah dengan pengeluaran
panas yang efektif, (5)
ketahanan terhadap parasit
dan penyakit sangat baik,
serta (6) efisiensi penggunaan
pakan terletak antara sapi
Brahman dan persilangan
Hereford Shorthorn (Turner,
1977).
Menurut Winks et al. (1979),
jantan kebiri sapi BX di
daerah tropik Quensland
secara normal performansnya
di bawah bangsa sapi eropa.
Pada lingkungan beriklim
sedang, steer sapi Hereford
lebih cepat pertumbuhannya
dibandingkan sapi BX. Lebih
lanjut dijelaskan, pada bobot
hidup finishing yang sama
produksi karkas sapi BX lebih
berat dibandingkan sapi
Frisian karena memiliki
persentase karkas (dressing
percentage) yang lebih tinggi.
Bobot karkas sapi Shorthorn
terletak antara sapi Brahman
dan Hereford. Persentase
karkas sapi
Hereford lebih rendah
dibandingkan sapi BX dan
lebih tinggi dibandingkan sapi
Frisian. Karkas sapi Frisian
memiliki persentase tulang
lebih tinggi dibandingkan sapi
Shorthorn dan BX. kadar
37
lemak bervariasi mulai dari
4.2% sampai 11.2%, terendah
pada sapi Frisian dan tertinggi
pada Shorthorn.
Di Indonesia, sapi BX diimpor
dari Australia sekitar tahun
1973 namun penampilan yang
dihasilkan tidak sebaik
dengan di Australia. Hasil
pengamatan di ladang ternak
Sulawesi Selatan
memperlihatkan:
􀁹 persentase beranak
40.91%,
􀁹 calf crop 42.54%,
􀁹 mortalitas pedet 5.93%,
􀁹 mortalitas induk 2.92%,
􀁹 bobot sapih umur 8-9
bulan 141.5 kg (jantan)
dan 138.3 kg (betina),
􀁹 pertambahan bobot badan
sebelum disapih sebesar
0.38 kg/hari
(Hardjosubroto, 1984;
Ditjen Peternakan dan
Fapet UGM, 1986).
Sebagian besar sapi di
Australia merupakan sapi
American Brahman dan Santa
Gertrudis yang di impor dari
Amerika. Persilangan antara
kedua bangsa sapi ini dengan
sapi Zebu menghasilkan
bangsa sapi yang sama
dengan sapi American
Brahman dan Santa Gertrudis
yakni Brangus dan Braford.
Persilangan lebih lanjut
menghasilkan sapi
Droughtmaster yang
merupakan hasil persilangan
dengan komposisi darah 3/8-
5/8 darah Zebu utamanya
American Brahman yang di
impor dari Texas (Payne,
1970). Sementara sapi
Brangus mempunyai
komposisi darah 5/8 Angus
dan 3/8 Brahman (Minish dan
Fox, 1979). Contoh gambar
sapi BX tertera pada Gambar
14
Sumber: VEDCA, 2006
Gambar 14. Sapi BX
38
1.1.1.12. Sapi Limousin
Sapi Limousine merupakan
keturunan sapi eropa yang
berkembang di Perancis.
Tingkat pertambahan .badan
.yang. cepat.perharinya
1,1.kg. contoh sapi Limousine
tertera pada gambar 15.
Ukuran tubuhnya besar dan
panjang serta dadanya besar
dan berdaging tebal. Bulunya
berwarna merah mulus. Sorot
matanya tajam, kaki tegap
dengan warna pada bagian
lutut kebawah berwarna
terang. Tanduk pada sapi
jantan tumbuh keluar dan
agak melengkung. Bobot
sapi jantan 850 kg dan betina
650 kg.
Sumber: Vedca, 2007
Gambar 15. Sapi Limousin
1.1.1.13. Sapi Simmental
Sapi simental berasal dari
Swiss, dipublikasikan pertama
kali pada tahun 1806.
Pemanfaatan sapi Simental
untuk produksi susu, mentega
(butter), keju dan daging serta
dimanfaatkan untuk hewan
penarik beban. Pada awal
1785 parlemen Swiss
membatasi ekpor sapi
Simental karena mereka
kekurangan sapi untuk
memenuhi kebutuhan dalam
negeri. Kemudian sapi
disebar pada 6 benua. Jumlah
sapi Simental diperkirakan
sekitar 60 juta ekor.
Pada tahun 1990 bulu sapi
Simental berwarna kuning,
merah dan putih. Pada dewasa
ini kebanyakan berwarna hitam.
Peternak berkeyakinan sapi
hitam mempunyai harga yang
lebih baik.
Sapi Simental adalah jenis sapi
jinak dan mudah untuk dikelola,
dan dikenal dengan pola daging
yang ekstrim. Sapi yang asli
badannya besar dengan tulang
39
iga dangkal, tetapi akhir-akhir ini
ukuran sedang lebih disenangi.
Sapi jantan beratnya 1000 sd
1400 kg, sedang betina 600-850
kg. masa produktif sapi betina
antara 10-12 tahun.
Sapi Simental dikembangkan
Indonesia tahun 1985 melalui
semen beku yang dikawinkan
dengan sapi PO. Anak sapi
yang berumur 2 bulan
pertumbuhannya pesat sekali.
Sapi berumur 23 bulan dapat
mencapai bobot 800 kg dan
pada umur 2,5 tahun
mencapai 1.100 kg. Di Jawa
sapi Simental
dikawinkan dengan sapi Friesian
Holstein, untuk mendapatkan
sapi yang performasinya lebih
baik.
Perkawinannya dilakukan
dengan cara IB, dimana
semen yang di pilih sudah
diketahui jenis kelaminnya.
Anak simental yang
dikehendaki adalah yang
jantan, karena jika betina
produksi susunya dan
dagingnya kurang baik contoh
gambar sapi Simental betina
dan jantan tertera pada
Gambar 16 dan 17.
Sumber :Ensiklopedi Wikipedia, 2007
Gambar 16. Sapi Simental Betina
40
Sumber : Ensiklopedi Wikipedia, 2007
Gambar 17. Simental Jantan
1.1.1.14. Sapi PO
Sapi Peranakan Ongole (PO)
merupakan persilangan
antara sapi Ongole dengan
sapi-sapi lokal yg ada di Jawa
dan Sumatera. Ponok dan
gelambir kelihatannya kecil
atau tidak ada sama sekali.
Warna bulu sangat bervariasi,
tetapi pada umumnya
berwarna putih atau putih
keabu-abuan. Banyak
terdapat di pulau Jawa
terutama Jawa Tengah dan
Jawa Timur. Contoh gambar
sapi PO tertera pada Gambar
18
Sumber: Vedca, 2007
Gambar 18. Sapi Peranakan Ongole
41
1.1.2. Sapi Tipe Pekerja
Sapi-sapi yang di masukkan
dalam kelompok sapi tipe
pekerja pada umumnya
mempunyai tubuh yang besar,
perototannya kuat, tulangnya
kuat dan besar serta tidak ada
pelekatan lemak dibawah
kulit. Mempunyai kulit kuat
dan tahan terhadap berbagai
cuaca. Sapi-sapi asli dari
Indonesia pada umumnya
termasuk dalam kelompok
sapi tipe pekerja, sebagai
contoh sapi bali, sapi madura
dan sapi grati.
1.1.2.1. Sapi Bali
Ditinjau dari sistematika
ternak, sapi Bali masuk
familia Bovidae, Genus bos
dan Sub-Genus Bovine. yang
termasuk dalam sub-genus
tersebut adalah; Bibos
gaurus, Bibos frontalis dan
Bibos sondaicus, sedang
Williamson dan Payne
menyatakan bahwa sapi Bali
(Bos-Bibos Banteng) yang
spesies liarnya adalah
banteng termasuk Famili
bovidae, Genus bos dan subgenus
bibos. Sapi Bali
mempunyai ciri-ciri khusus
antara lain; warna bulu merah
bata, tetapi yang jantan
dewasa berubah menjadi
hitam. Satu karakter lain yakni
perubahan warna sapi jantan
kebirian dari warna hitam
kembali pada warna semula
yakni coklat muda keemasan
yang diduga karena makin
tersedianya hormon
testosteron sebagai hasil
produk testis. Sapi Bali
merupakan sapi asli
Indonesia, yang didomestikasi
dari spesies banteng (Bibos
Banteng). Contoh gambar
Banteng liar tertera pada
Gambar 19. Tujuan utama
pemeliharaan digunakan
sebagai penghasil daging,
kerja penarik bajak, dan kultur
sosial lainnya. Sampai saat ini
telah di distribusikan pada 22
propinsi. Warna sapi jantan
adalah merah kecoklatan,
dengan warna putih pada
sekitas pantat. Sedangkan
sapi betina kuning kemerahmerahan
sampai coklat
dengan warna putih pada
sekitas pantan dan paha.
Bentuk tanduk pada sapi
jantan berbentuk U. Di
Sulawesi selatan sapi bali
dikawinkan dengan sapi
ongole, tetapi darah sapi bali
masih dominan
42
Sumber :Ensiklopedi Wikipedia, 2007
Gambar 19. Banteng Liar
Menurut Hardjosubroto (1994)
bahwa ada tanda-tanda
khusus yang harus dipenuhi
sebagai sapi Bali murni, yaitu
warna putih pada bagian
belakang paha, pinggiran bibir
atas, dan pada paha kaki
bawah mulai tarsus dan
carpus sampai batas pinggir
atas kuku, bulu pada ujung
ekor hitam, bulu pada bagian
dalam telinga putih, terdapat
garis belut (garis hitam) yang
jelas pada bagian atas
punggung, bentuk tanduk
pada jantan yang paling edial
disebut bentuk tanduk silak
congklok yaitu jalannya
pertumbuhan tanduk mulamula
dari dasar sedikit keluar
lalu membengkok keatas,
kemudian pada ujungnya
membengkok sedikit keluar.
Pada yang betina bentuk
tanduk yang ideal yang
disebut manggul gangsa yaitu
jalannya pertumbuhan tanduk
satu garis dengan dahi arah
kebelakang sedikit
melengkung kebawah dan
pada ujungnya sedikit
mengarah kebawah dan ke
dalam, tanduk ini berwarna
hitam. Contoh gambar sapi
Bali tertera pada Gambar 20
dan 21. Saat ini penyebaran
sapi Bali telah meluas hampir
keseluruh wilayah Indonesia,
konsentrasi sapi Bali terbesar
adalah di Sulawesi Selatan,
Pulau Timor, Bali dan
Lombok. Pane (1989)
menyatakan bahwa jumlah
sapi Bali di Sulawesi Selatan
dan Pulau Timor telah jauh
melampaui populasi sapi Bali
ditempat asalnya (Pulau Bali).
Pada tahun 1991 ditaksir
jumlah sapi Bali di Indonesia
sekitar 3,2 juta, dengan
jumlah terbanyak di Sulawesi
Selatan (1,8 juta ekor), Nusa
Tenggara Timur (625 ekor)
dan Pulau Bali (456 ekor)
(Hardjosubroto, 1994.)
Produktivitas adalah hasil
yang diperoleh dari seekor
ternak pada ukuran waktu
tertentu (Hardjosubroto,
1994), dan Seiffert (1978)
43
menyatakan bahwa
produktivitas sapi potong
biasanya dinyatakan sebagai
fungsi dari tingkat reproduksi
dan pertumbuhan.
Sumber :Wikipedia encyclopedia, 2007
Gambar 20. Sapi Bali Jantan
Sumber :Wikipedia (encyclopedia)
Gambar 21. Sapi Bali Betina
Wodzicka Tomas zewska et
al. (1988) menyatakan bahwa
aspek produksi seekor ternak
tidak dapat dipisahkan dari
reproduksi ternak yang
bersangkutan, dapat
dikatakan bahwa tanpa
berlangsungnya reproduksi
tidak akan terjadi produksi.
Dijelaskan pula bahwa tingkat
dan efesiensi produksi ternak
dibatasi oleh tingkat dan
efesiensi reproduksinya.
Dalton (1987) menyatakan
bahwa produktivitas ternak
merupakan hasil pengaruh
genetik dan lingkungan
terhadap komponen
produktivitas.
Selanjutnya Warwick dan
Lagetes (1979) menyatakan
bahwa performansi seekor
ternak merupakan hasil dari
44
pengaruh faktor keturunan
dan pengaruh komulatif dari
faktor lingkungan yang
dialami oleh ternak
bersangkutan sejak terjadinya
pembuahan hingga saat
ternak diukur dan diobservasi.
Hardjosubroto (1994) dan
Astuti (1999) menyatakan
bahwa faktor genetik ternak
menentukan kemampuan
yang dimiliki oleh seekor
ternak sedang faktor
lingkungan memberi
kesempatan kepada ternak
untuk menampilkan
kemampuannya. Ditegaskan
pula bahwa seekor ternak
tidak akan menunjukkan
penampilan yang baik apabila
tidak didukung oleh
lingkungan yang baik dimana
ternak hidup atau dipelihara,
sebaliknya lingkungan yang
baik tidak menjamin
panampilan apabila ternak
tidak memiliki mutu genetik
yang baik. Trikesowo et al.
(1993) menyatakan bahwa
yang termasuk dalam
komponen produktivitas sapi
potong adalah jumlah
kebuntingan, kelahiran,
kematian, panen pedet (calf
crop), perbandingan anak
jantan dan betina, jarak
beranak, bobot sapih, bobot
setahun (yearling), bobot
potong dan pertambahan
bobot badan. Tabel 6
menunjukkan rataan
persentase kelahiran,
kematian dan calf crop
beberapa sapi potong di
Indonesia.
Tabel 6. Rataan Persentase Kelahiran, Kematian dan Calf
Crop beberapa Sapi Potong di Indonesia
Bangsa Kelahiran Kematian Calf crop
Brahman
Brahman cross
Ongole
Lokal cross
Bali
50,71
47,76
51,04
62,47
52,15a
10,35
5,58
4,13
1,62
2,64b
48,80
45,87
48,53
62,02
51,40c
Sumber: Januar(1985)
Astuti et al. (1983) dan
Keman (1986) menyatakan
bahwa produktivitas ternak
potong di Indonesia masih
tergolong rendah dibanding
dengan produktivitas dari
ternak sapi di negara-negara
yang telah maju dalam bidang
peternakannya, namun
demikian Vercoe dan Frisch
(1980); Djanuar (1985);
Keman (1986) menyatakan
45
bahwa produktivitas sapi
daging dapat ditingkatkan
baik melalui modifikasi
lingkungan atau mengubah
mutu genetiknya dan dalam
praktek adalah kombinasi
antara kedua alternatif diatas.
1.1.2.2. Sapi Madura
Sapi Madura merupakan hasil
persilangan sapi Bali (Bibos
banteng), sapi Ongole (Bos
indicus) dan sapi Jawa (bos
javanicus). Warna sapi merah
kecoklatan tanpa warna putih
di pantat. Keseragaman jenis
sapi telah dikembangkan oleh
orang madura. Secara umum
tubuh kecil dan berkaki
pendek. Sapi jantan
mempunyai punuk yang
berkembang baik dan jelas,
sedangkan sapi betina tidak
berpunuk.
Sumber : Ensiklopedi Wikipedia, 2007
Gambar 22. Sapi Madura Untuk Karapan
Pada kepala terdapat tanduk
kecil, melengkung ke depan
dan melingkar seperti bulan
sabit. Bobot sapi jantan 300
kg dan sapi betina 250 kg.
berat pedet pada waktu lahir
12-18 kg. umur dewasa
kelamin 20-24 bulan.
Pertambahan berat badan
0,25-0,6 kg per hari.
Persentase karkas 48-63%
dan perbandingan daging
tulang adalah 5,84 :1. Sapi
Madura banyak digunakan
untuk lomba pacuan sapi
yang dikenal dengan karapan
sapi. Contoh gambar Sapi
Madura untuk karapan sapi
tertera pada Gambar 22.
1.1.3. Sapi Tipe Perah
Sapi perah adalah sapi-sapi
yang mempunyai kemampuan
memproduksi air susu dalam
jumlah yang cukup banyak.
Sapi perah pada umumnya
mempunyai bentuk tubuh
46
bagian belakang melebar
kesegala arah sehingga
terdapat kebebasan untuk
pertumbuhan ambing atau
mempunyai bentuk trapesium.
Jenis sapi perah anbtara lain:
􀁹 Sapi Friesian holstein (FH)
􀁹 Sapi Grati
􀁹 Sapi Jersey
􀁹 Sapi Sahiwal
􀁹 Sapi Brown swiss
􀁹 Sapi Guernsey
􀁹 Sapi Ayrshire
􀁹 Australian Illawara
Shorthorn
􀁹 Sapi Autralian Milking
Zebu
1.1.3.1. Sapi FH
Sapi FH sangat populer
sebagai sapi perah. Pertama
dibawa dari pulau Fries Land
barat Belanda dan sebagian
dari Australia serta Selandia
baru, Amerika, Kanada, dan
Jepang. Warnanya putih dan
hitam dan sangat disukai
peternak. Sapi FH memiliki
performansi yang baik
sebagai penghasil daging dan
susu. Distribusinya sebagian
di dataran tinggi (700 m di
atas permukaan laut) dengan
temperatur antara 16-23º C,
lembab dan basah di pulau
Jawa. Contoh gambar sapi
FH betina tertera pada
Gambar 23.
Gambar 23. Sapi FH Betina
Sapi Holsteins dapat dikenali
dengan cepat dari warnanya
yaitu putih dan hitam/merah
serta produksi susunya yang
tinggi. Berat pedet yang baru
lahir dapat mencapai 45 kg,
berat dewasa dapat mencapai
750 kg dengan tinggi 58 inchi.
Sapi dara dapat dikawinkan
pada umur 15 bulan, jika
berat badan sudah mencapai
400 kg, diharapkan umur
pada waktu pertama kali
melahirkan antara 24-27
bulan. Lama kebuntingan
sekitar 9 bulan. Dengan lama
produksi sekitar 6 tahun.
47
Produksi susunya di Amerika
8.000 liter dengan lemak 330
kg dan protein 275 kg per
ekor per tahun. Di Indonesia
produksi susu masih rendah,
pertahun berkisar 3.000 liter.
1.1.3.2. Sapi Grati
Sapi grati merupakan hasil
persilangan sapi FH dengan
sapi Jawa-ongole. Sapi Grati
dikembangkan di dataran
rendah di daerah Grati, Jawa
Timur. Populasi sapi Grati
sekitar 10.000 ekor.
1.1.3.3. Sapi Jersey
Sapi Jersey berasal dari pulau
Jersey di Inggris, digunakan
sebagai penghasil susu.
Ukuran sapi kecil berkisar 360
sampai 540 kg untuk sapi
betina dan 540 sd 820 kg
untuk sapi pejantan.
Kandungan lemak susu pada
susu sapi jersey tinggi. Jenis
sapi ini belum ada di
Indonesia. Warna sapi
bervariasi dari abu-abu terang
sampai hitam. Paha, kepala
dan bahu sapi warnanya lebih
gelap daripada warna
tubuhnya. Gambar sapi
Jersey betina tertera pada
Gambar 24.
Sumber: Wikipedia, 2007
Gambar 24 Sapi Jersey Betina
1.1.3.4. Sapi Sahiwal Cross
Habitat asli sapi Holstein di
Holland memang beda
dengan kondisi Indonesia.
Kondisi disini mencakup:
iklim, fauna dan vegetasi
sebagai pensuplai nutrisi
(pakan). Holstein murni
memang kurang nyaman bila
dipaksa tinggal dan bermukim
di negeri kita. Kalau dipaksa,
tentu bisa bertahan hidup,
karena Holstein memang
punya daya adapatasi yang
cukup baik.
48
Untuk di Indonesia, sapi
perah biasanya dipelihara
dengan penyediaan pakan
yang tidak maksimal.
Penyediaan rumput
berkualitas rendah tidak
cukup untuk mensuplai
kebutuhan energi untuk hidup
pokok. Setelah kebetuhan
hidup pokok terpenuhi maka
ternak baru akan
menggunakan suplai
energinya untuk memproduksi
susu. Jadi ada korelasi yang
sangat signifikan antara
pakan dan poduksi susu
disamping dukungan faktor
genetik. Max Dowell, ahli
genetik sapi perah dari
Cornell menyarankan, sapi
perah yang cocok dengan
iklim Indonesia dengan
mengawinsilangkan sapi FH
dengan sapi perah daerah
tropis, misalnya sapi sahiwal
dari India. Kapasitas produksi
Holstein silangan ini tentu
tidak sebagus Holstein
aslinya, tapi sapi hybreed ini
kampiun dalam
mempertahankan diri
terhadap sengatan panas dan
kelembaban yg tinggi, tahan
terhadap serangan serangga
dan parasit. Mikroba rumen
yang hidup di dalamnya juga
mampu mencerna vegetasi
yang khas untuk daerah
tropis, yang notabene
mengandung serat kasar dan
lignin yang tinggi. Ukuran
tubuhnya yang lebih ramping,
juga lebih pas untuk daerah
tropis. Berat sapi dewasa
sekitar 300-400 kg, berat lahir
18-23 kg. Produksi susu
pertahun 1.800 kg, dengan
lama laktasi 220 hari, dewasa
kelamin pada umur 16 bulan.
Contoh gambar sapi Sahiwal
betina dan jantan tertera pada
Gambar 25 dan 26.
Sumber :Ensiklopedi Wikipedia, 2007
Gambar 25. Sahiwal Betina
49
Sumber :Ensiklopedi Wikipedia, 2007)
Gambar 26. Sahiwal Jantan
1.2. Ternak Kerbau
Ternak kerbau merupakan
ternak ruminansia.
Berdasarkan taksonominya
maka kerbau termasuk dalam
:
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : mammalia
Sub famili : Bovinae
Genus : Buballus
Species :
􀁹 Buballus arnee
􀁹 Buballus depressicornis
􀁹 Buballus mindorensis
􀁹 Buballus caffer
􀁹 Buballus merah
Kerbau mempunyai beberapa
bangsa atau jenis, akibat dari
penyebaran dan adaptasinya
yang luas ke berbagai daerah
di dunia. Menurut Rukmana R
(2003) ada beberapa jenis
kerbau yang ada di India,
diantaranya kerbau Murrah,
kerbau Surti, kerbau Nilli,
kerbau Mehsana dan kerbau
Nagfuri. Sedangkan di negara
Indonesia ada empat jenis
kerbau yang telah
dikembangkan yaitu kerbau
lumpur, kerbau rawa, kerbau
murrah dan kerbau lokal.
Dari hasil penelitian Mason
(1969) Kerbau Indonesia
merupakan modifikasi antara
bentuk antelope dan sapi, dan
digolongkan menjadi 4
kelompok yaitu:
􀁹 Anoa (Buballus depresi
cornis) adalah sekelompok
anoa yang terdapat di
Sulawesi
􀁹 Borneo buffalo (Buballus
arneehosei) adalah jenis
kerbau lumpur yang ada di
Kalimantan
50
􀁹 Kerbau-banteng Delhi:
yaitu Kerbau sungai,
terdapat di Sumatera
􀁹 Bos arni: adalah Kerbau
yang terdapat di Asia
Tenggara
1.2.1. Kerbau Lumpur
Kerbau lumpur banyak ditemu
di Asia Tenggara seperti
Vietnam, Laos, Kamboja,
Thailand, Malaysia maupun di
Indonesia. Kerbau lumpur
mempunyai sifat senang
berkubang dalam lumpur.
Pada umumnya kerbau
Lumpur merupakan tipe
pekerja yang ulet, baik
sebagai pengolah (membajak)
sawah maupun sebagai
penarik gerobak. Namun
demikian kerbau lumpur juga
cocok pula sebagai penghasil
daging.
1.2.2. Kerbau Rawa
Kerbau rawa terdapat Di
Sumatera Utara, Sumatera
Barat, Kalimantan Selatan,
Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur, Madura, Bali,
Lombok, Sumbawa, Timor,
Selawesi utara sulawesi
tenggara dan Sulawesi
tengah. Di Kalimantan
Selatan kerbau rawa disebut
dengan kerbau kalang.
Kerbau Rawa mempunyai
sifat yang mirip dengan
kerbau Lumpur yaitu suka
mandi di air.
1.2.3. Kerbau Murrah
Kerbau Murrah adalah salah
satu jenis kerbau perah yang
banyak diternakkan di
Indonesia. Kerbau ini banyak
terdapat di daerah sekitar
Medan Sumatera Utara.
Kerbau Murah merupakan
kerbau perah yang paling
penting.
Ciri-ciri kerbau Murrah adalah:
􀁹 memiliki bentuk tubuh
padat
􀁹 tubuhnya kuat,
punggungnya pendek dan
luas
􀁹 leher ringan dan kepala
seimbang dengan bagian
tubuhnya yang padat,
􀁹 ekornya mempunyai bulu
kipas berwarna putih yang
meluas sampai separuh
bagian hock,
􀁹 tanduknya melingkar
dalam bentuk spiral.
Kerbau Murrah
mempunyai ambing susu
yang berukuran besar.
1.2.4. Kerbau Lokal
Kerbau lokal terdapat di
seluruh Indonesia. Warna
tubuhnya pada umumnya
hitam tetapi ada juga yang
berwarna putih. Kerbau Lokal
51
yang berwarna hitam pada
umumnya digunakan untuk
upacara keagamaan
sedangkanyang berwarna
putih umumnya digunakan
sebagai ternak kerja karena
disamping lebih kuat juga
lebih tahan terhadap terik
matahari.
2. Menentukan Umur
Ternak
Penentuan umur ternak biasa
dilakukan oleh peternak
dengan maksud-maksud
tertentu. Adapun tujuan
daripada penentuan umur
ternak pada umumnya adalah
sebagai berikut
􀁹 Untuk penentuan bibit
yaitu apabila diinginkan
memilih ternak yang
setepat-tepatnya untuk
tujuan bibit
􀁹 Untuk tujuan
pemeliharaan, yaitu untuk
mengetahui sampai umur
berapa ternak tersebut
masih produktif untuk
dipelihara dan apabila
dipandang sudah tidak
produktif maka harus
berani memutuskan
merubah bentuk
usahanya.
􀁹 Untuk tujuan preventif,
terutama pada ternak
yang tidak sehat/sakit agar
dapat dengan tepat
diketahui dosis
pengobatannya
􀁹 Untuk menghindari
pemalsuan pada proses
jual beli ternak terutama
dipasaran
Ada beberapa cara yang
dapat dilakukan untuk
menentukan atau menaksir
umur ternak, beberapa
diantaranya:
2.1. Catatan (recording)
Menentukan umur ternak
dengan cara melihat catatat
dilakukan dengan melihat
catatan dari pemilik ternak.
Biasanya catatan (recording)
ternak mengenahi tanggal
kawin, tanggal lahir, nama
induk, tipe kelahiran, berat
lahir, berat sapih, jenis
penyakit yang pernah
menyerang, tanggal vaksinasi
dll. Metode ini adalah yang
paling tepat dan akurat
dibanding dengan cara-cara
yang lain, namun biasanya
peternak belum banyak yang
melakukan rekording dalam
manajemen pemeliharaannya,
sehingga menemukan
kesulitan untuk menentukan
umur ternak
2.2. Wawancara
Penentuan umur dengan cara
mengadakan wawancara
adalah dengan menanyakan
secara langsung pada pemilik
ternak tersebut baik
mengenahi tanggal kawin,
52
tanggal lahir, nama induk, tipe
kelahiran, berat lahir, berat
sapih dll. Ketepatan dan
keakuratan hasil sangat
tergantung dari kejujuran dari
peternak yang diwawacarai
nya.
2.3. Habitusnya
(tingkahlaku)
Kebiasaan ternak pada
umumnya secara alami
bahwa pada ternak yang
sehat atau yang muda
mempunyai temperamen
yang lebih lincah dari ternak
yang tidak sehat atau yang
sudah tua.
2.4. Gelang atau Cincin
pada Tanduk
Yang dimaksud dengan
melihat gelang atau cincin
pada tanduk adalah melihat
adanya tanda-tanda cincin
tanduk. Proses terjadinya
cincin tanduk adalah sebagai
berikut. Selama ternak
tersebut bunting, dimana
setiap ternak mempunyai
variasi lama bunting yang
berbeda-beda, dimana
didalam rahim foetus untuk
dapat melakukan
pertumbuhan nya dibutuhkan
sari-sari makanan (zat gizi)
yang tidak sedikit, sehingga
untuk memenuhinya maka
sari-sari makanan yang
seharusnya dipergunakan
untuk kebutuhan
pertumbuhan tanduk
sementara diperhentikan.
Akibat terhentinya suplay
makanan untuk pertumbuhan
tanduk maka pertumbuhan
tanduk akan terhenti dan ini
menyebabkan terjadi bentuk
cincin pada diameter tanduk.
Hal ini dapat dilihat terutama
pada sapi dan kerbau yang
suplay makanan kurang.
Penentuan umur ternak
dengan melihat cincin tanduk
dapat dihitung dengan
menggunakan rumus: Umur
ternak = x + 2. Namun cara
ini mempunyai kelemahan
dipasaran, karena cincin
tanduk dapat dihapus dengan
cara mengikir tanduk ternak.
2.5. Pertumbuhan Bulu
Pada umumnya bahwa ternak
yang masih muda
pertumbuhan bulunya kasar
tidak teratur dan lebih panjang
daripada yang tua yaitu
pendek, teratur dan halus.
2.6. Pertumbuhan Gigi
Yang dimaksud untuk melihat
gigi adalah meliputi :
􀁹 Mulai timbulnya gigi
􀁹 Pergeseran bidang asah
gigi
􀁹 Pergantian gigi
􀁹 Tanggal/lepasnya gigi
􀁹 Mulai terbentuknya
bintang gigi
53
Dalam menentukan umur
ternak dengan melihat
pertumbuhan gigi, perlu
diperhatikan bentuk gigi dari
jenis ternak apakah herbivora,
carnivora dan omnivora. Ada
perbedaan bentuk dan
kondisi gigi antara hewan
herbivora, comnivora dan
omnivora. Pada ternak
herbivora (contoh:sapi,
kerbau dll) mempunyai bentuk
gigi yang lebih besar daripada
gigi ternak carnivora, karena
tugasnya lebih berat daripada
gigi cornivoranya.
Menurut klasifikasinya gigi
dapat dibedakan atas:
􀁹 Gigi seri (dentis incesivi)
􀁹 Gigi taring (dentis canimis)
􀁹 Gigi geraham muka
(Praemolaris) yaitu molar
yang masih bisa berganti
􀁹 Gigi geraham belakang
(Molaris) yaitu molar yang
tidak berganti
Formula gigi ternak
ruminansia adalah :
I0 C0 P3 M3 =
32
Formula gigi : I4 C0 P3 M3
Keterangan :
I : gigi seri (Incesivus)
C : gigi taring (Caninus)
P : geraham depan (Pre
molar)
M : geraham belakang
(Molar)
Dalam menentukan umur
dengan melihat pertumbuhan
gigi, perlu diperhatikan
perbedaan antara gigi
temporer dan gigi permanen.
Perbedaan gigi seri temporer
dengan gigi permanent
adalah :
􀁹 Bentuk gigi temporer lebih
kecil daripada permanen
􀁹 Gigi temporer dapat
berganti gigi permanen
tetap
􀁹 Warna gigi temporer putih,
gigi permanen kekuningkuningan
􀁹 Bagian mahkota relatif
lebih kecil bentuknya
daripada permanen.
Ada pembagian periode
dalam penentuan umur, yaitu
:
2.6.1. Periode I (bulan I)
Pertumbuhan gigi pada bulan
pertama ini dapat diketahui
sebagai berikut:
􀁹 Sebagian besar sejak lahir
semua Id sudah tumbuh
􀁹 Pedet yang belum tumbuh
Id 4 nya umurnya kurang
dari 15 hari
􀁹 Apabila Id semua sudah
tumbuh dan letaknya
tersusun rapi (bentuk yang
mirip) umurnya sudah satu
bulan.
􀁹 Gigi seri dalam terasah
penuh umur 10-12 bulan
54
􀁹 Gigi seri tengah dalam
terasah penuh umur 14
bulan
2.6.2. Periode bulan I- 1,5 th.
Pada periode ini harus sudah
memperhatikan adanya
bidang asahan, dimana :
􀁹 Gigi seri dalam (dent
incesivus daciduil I) mulai
terasah paling sedikit umur
45 hari.
􀁹 Gigi seri tengah dalam
(dent incesivus decidual I)
mulai terasa sesudah
berumur 50 hari)
􀁹 Gigi seri tengah luar ( dent
incisivus decidual III) mulai
terasah sesudah umur 70
hari.
􀁹 Gigi seri luar (dent
incesivus decudual IV)
sudah terasah umur 3
bulan.
2.6.3. Periode I,5 - 4 tahun
Pada periode ini perlu
memperhatikan pergantian
gigi temporer ke permanent,
dan hasilnya sebagai berikut :
􀁹 Gigi seri I berganti pada
akhir tanun ke II
􀁹 Gigi seri tengah dalam
pada awal tahun ke III
􀁹 Gigi seri tengah luar
berganti pada awal tahun
ke IV
􀁹 Gigi seri luar berganti
pada awal tahun ke V.
2.6.4. Periode 4 th ke atas/
lebih
Pada ternak yang umurnya
lebih dari 4 tahun maka
terlihat bentuk giginya:
􀁹 Semua gigi seri permanen
sudah tumbuh sempurna,
perkiraan sapi berumur 4
tahun
􀁹 Luas bidang asahan pada
I1 bagian yang terasah
setengah bagian dari luas
seluruhnya, perkiraan sapi
berumur 5 tahun
􀁹 Luas bidang asahan I2
setengah bagian dari luas
seluuhnya perkiraan sapi
berumur 6 tahun
􀁹 Luas bidang asahan I3
setengah bagian dari luas
seluruhnya , perkiraan
umur 7 tahun
􀁹 Bentuk semua bidang
asahan sudah berlekuk
perkiraan umur 8-9 tahun
􀁹 Bentuk bidang asahan
bagian yang terasah
merupakan segi empat,
perkiraan umur 10 tahun
􀁹 Bentuk bidang asahan
membulat perkiraan umur
12-13 tahun
􀁹 Bentuk bidang asahan
lonjong terbalik (kerucut
terbalik) perkiraan umur
14-15 tahun
3. Identifikasi Tingkah
Laku Ternak
55
Seorang peternak perlu
memahami bagaimana
behaviour atau tingkah laku dari
ternak yang akan ditanganinya.
Bila memahami tingkah laku
sapi, dapat diduga bagaimana
sapi tersebut memberikan
respon bila diberi stimulus.
Sapi tidak dapat melihat,
mencium bau atau
mendengar lingkungannya
seperti yang dilakukan
manusia. Mata sapi terdapat
pada kedua sisi kepalanya.
Sapi melihat dan
memperkirakan jarak benda
disampingnya dengan satu
mata (monocular vision) dan
pandangan dimuka kepalanya
dengan dua mata (binocular
vision).
Sapi cukup sensitif dengan
gerakan atau suara yang
mengejutkan. Seekor
pejantan akan sangat agresif
pada saat musim kawin,
demikian pula sapi yang baru
melahirkan akan selalu
melindungi anaknya dengan
segala kekuatannya,
sehingga peternak harus
mengetahui apa karakteristik
dari sapi. Peternak harus
tanggap atau respek pada
kemampuan ternak sapi
seperti kekuatan dan
kecepatan dari sapi, sehingga
tidak ada keragu-raguan atau
rasa takut dalam melakukan
penangananan ternak sapi.
Keragu-raguan dan rasa takut
merupakan rintangan yang
akan memberhentikan
peternak untuk bereaksi
dengan tenang dan penuh
perhatian.
Pengetahuan tentang tingkah
laku sapi sangat mendukung
dalam pendugaan ternak
memberikan respon. Pendugaan
reaksi sapi adalah salah satu
kunci penangananan sapi.
Ternak akan memberikan respon
bila diberi stimulus. Sehingga
amatlah penting untuk
mengetahui respon dari sapi
dalam berbagai macam situasi.
Stimulus yang diberikan harus
dapat dikontrol sehingga tidak
menciptakan respon yang tidak
terkendali.
Arausal adalah kunci lain dari
keberhasilan penangananan
ternak sapi. Arausal dapat
digambarkan sebagai tingkah
aktivitas dari seekor ternak. Ini
dapat diamati dari mulai tidur
sampai kondisi yang paling
ekstrim seperti menanduk atau
menendang bahkan menyerang
dengan membabi buta.
Secara umum pemahaman
arausal dimaksudkan menjaga
ternak setenang mungkin,
sehingga mereka bergerak
dengan tenang. Stimulus pada
ternak dalam beberapa cara
dapat meningkatkan atau
menurunkan tingkat dari arausal.
Tingkah laku sosial sapi
bervariasi menurut umur dan
56
bangsa, dibandingkan dengan
domba. Sapi muda tidak
mengikuti induknya saat setelah
dilahirkan seperti halnya domba.
Sapi muda berbaring secara
tenang diantara makanan pada
suatu tempat dimana induknya
sedang merumput.
Penjantan muda cenderung
untuk bermain, tetapi hanya
sampai umur tertentu,
tergantung pada bangsa dan
kemudian menjadi lebih agresif
dan bahkan menguasai areal
tertentu serta menyerang
pengganggu-pengganggu di
wilayahnya. Seorang peternak
mungkin dapat terluka karena
ulah dari perkelahian sapi ketika
sapi-sapi jantan tersebut dalam
keadaan yang tidak terkendali.
Untuk menghindari keadaan
kacau akibat tingkah laku sapi
jantan tersebut, maka harus
diusahakan jalan keluar yang
tepat.
Sapi potong betina mungkin juga
pada suatu saat seperti setelah
melahirkan, akan menyerang
sapi lainnya atau seorang
peternak untuk melindungi
anaknya.
Sapi potong dapat melukai
peternak dan merusak fasilitas
yang ada, sebagai akibat
benturan-benturan dan
kecepatan bergerak serta
agresifitasnya, jangan salah
menduga atau memperkirakan
kecepatan, arah dan ketepatan
bila seekor sapi menendang.
Sapi yang berdiri biasanya
menendang keluar dengan
membentuk sudut 45 derajat
kearah belakang. Tetapi sapi
yang sedang bergerak
cenderung untuk menendang
kearah belakang secara lurus.
Banyak hal-hal yang berkaitan
dengan sapi potong juga
diterapkan pada sapi perah.
Pada sapi perah banyak tingkah
laku yang harus dipelajari dari
pengalaman. Sapi perah sering
mengalami stres, karena suatu
perubahan yang rutin. Hal ini
meningkatkan tingkat arausal
dan dapat membuatnya sukar
untuk dikendalikan serta
mengakibatkan produksi sapi
menurun. Sebagai contoh
perubahan rutin pada pergantian
pemerah, isolasi sapi perah dari
kelompoknya untuk inseminasi
buatan dan lain-lain.
Sapi adalah hewan sosial dan
sapi sangat mudah terpisah dari
kelompoknya, jika diganggu oleh
sapi lainnya. Sapi-sapi yang
baru melahirkan tidak selalu
seagresif sapi potong betina
dalam mempertahankan
anaknya. Bagaimana seekor
induk sapi perah dapat berubah
menjadi agresif, karena teriakan
atau gonggongan seekor anjing.
Pejantan sapi perah sering pula
menguasai tempat tertentu dan
dapat menjadi agresif, serta
berbahaya bagi peternak atau
sapi lainnya.
Sapi perah suka menggosokgosokkan
badannya pada
dinding pagar dan membuatnya
menjadi tenang. Jika ingin
57
menyentuhnya, maka usahakan
agar sapi tersebut melihat
terlebih dahulu. Tindakan yang
mengejutkan dapat membuatnya
menendang.
Keberhasilan didalam
budidaya atau pemeliharan
ternak sangat ditentukan oleh
bagaimana manajemen
pemeliharaan yang
diterapkan. Apabila
manajemen budidaya atau
pemeliharaan yang diterapkan
bagus, maka kemungkinan
berhasilnya suatu usaha juga
sangat besar. Manajemen
pemeliharaan ternak
menyangkut bebera hal, salah
satunya adalah bagaimana
cara/teknik menangani atau
handling ternak dengan
benar. Sehingga tidak
menyebabkan cidera bagi
ternak dan sipelakui handling.
Hal ini sangat penting karena
penanganan ternak
ruminansia akan jauh berbeda
dengan ternak unggas.
Ternak ruminansia seperti
sapi, dan kerbau memiliki
tenaga yang lebih besar/kuat
dibandingkan dengan ternak
unggas. Disamping
mempunyai tenaga yang
besar/kuat, ternak tersebut
mempunyai tanduk untuk
menyeruduk yang berbahaya
bagi keselamatan orang yang
akan menangani serta bisa
menendang.
4. Prinsip Pemberian Pakan
Ternak memerlukan pakan untuk
kebutuhan pokok hidup,
pertumbuhan dan produksi.
Kebutuhan pokok hidup meliputi
menjaga temperatur tubuh,
bernafas, aktifitas, fungsi
metabolisme tubuh dan lain-lain.
Untuk ternak yang masih muda
yang dalam masa pertumbuhan,
maka ternak akan memerlukan
pakan lebih banyak untuk
pertumbuhan badannya.
Sedangkan untuk produksi
tergantung dari tujuan
pemeliharaan ternak, bisa
berupa produksi susu, atau
daging. Pada ternak yang
bunting memerlukan pakan
untuk pertumbuhan janin yang
dikandungnya, disamping untuk
kebutuhan pokok hidup
induknya.
4.1. Kebutuhan Pakan
Kebutuhan pakan bervariasi
tergantung dari jenis ternak,
lingkungan, kecernaan pakan,
selera dll
4.1.1. Jenis Ternak
Permintaan fisiologis ternak
untuk hidup pokok, pertumbuhan
dan produksi berbeda antara
ternak yang satu dengan yang
lainnya. Hal ini disebabkan oleh
kapasitas dari saluran
pencernaan dari ternak yang
bersangkutan. Faktor-faktor
yang berpengaruh dari ternak
meliputi, bobot badan, jenis
58
kelamin, umur, faktor genetik
dan tipe bangsa ternak :
􀁹 ternak yang bobot badannya
lebih besar akan
memerlukan pakan yang
lebih banyak. Hal ini
dikarenakan kebutuhan
nutrisi untuk kebutuhan hidup
pokok, pertumbuhan dan
produksi makin banyak.
􀁹 jenis kelamin
􀁹 umur
􀁹 faktor genetic
􀁹 tipe bangsa ternak
4.1.2. Lingkungan
Faktor lingkungan berpengaruh
langsung dan tidak langsung
terhadap ternak. Faktor yang
berpengaruh langsung meliputi
temperatur, kelembaban dan
sinar matahari.
Temperatur
Ternak perlu menjaga
temperatur tubuh idealnya.
Perbedaan temperatur tubuh
ternak dan lingkungannya akan
mempengaruhi kebutuhan pakan
ternak tersebut. Semakin tinggi
perbedaan temperatur ternak
dengan lingkungannya makin
banyak energi yang di perlukan
untuk menjaga temperatur
tubuhnya dengan demikian
semakin banyak pakan yang di
konsumsi ternak tersebut.
Sebaliknya temperatur
lingkungan yang tinggi akan
menurunkan tingkat konsumsi
ternak. Ternak di daerah dingin
(dataran tinggi) memerlukan
pakan lebih banyak di banding
ternak daerah panas (dataran
rendah). Perubahan tingkat
konsumsi setiap ternak berbedabeda.
Misalnya sapi Holstein,
Jersey dan Brahman akan
berubah tingkat konsumsinya
pada temperatur lingkungan
21,1º C, 23,9º C dan 35 º C.
Kelembaban
Kelembaban dapat pula
mempengaruhi mekanisme
pengaturan temperatur tubuh.
Pengeluaran panas dengan jalan
berkeringat ataupun melalui
respirasi akan lebih cepat di
daerah yang kering.
Kelembaban ini terutama penting
di perhatikan di daerah tropis.
Contoh sapi Brahman akan
menurun konsumsinya pada
suhu 23º C dan kelembaban
udara meningkat.
Sinar Matahari.
Tubuh ternak dapat pula
memperoleh panas secara
langsung dari sinar matahari.
Tingkat penyerapan panas
tergantung pada tipe kulit hewan
bersangkutan. Warna kulit tidak
gelap, licin mengkilap, akan
memantulkan cahaya lebih
banyak dari pada ternak dengan
kulit kasar, dan gelap. Demikian
pula bulu yang melekat pada
kulit dapat berfungsi sebagai
penahan panas.
4.2. Kebutuhan Nutrisi
59
Kebutuhan nutrisi untuk hidup
dan produksi ternak ruminansia
dipenuhi dengan memberikan
pakan yang berupa hijauan dan
konsentrat. Hijuan terdiri dari
rumput dan leguminosa. Pakan
konsentrat di susun dari
beberapa bahan pakan
semacam biji-bijian, bungkil
kedelai, tepung limbah ternak,
lemak dan campuran vitaminmineral.
Bahan pakan tersebut
dengan bantuan mikroba
didalam perut akan
menghasilkan energi dan nutrisi
yang penting untuk
pertumbuhan, reproduksi dan
kesehatan ternak.
4.2.1. Energi
Energi bukan merupakan nutrisi,
tetapi merupakan hasil dari
proses oksidasi bahan pakan
yang akan menghasilkan energi
dan nutrisi selama proses
metabolisme. Nilai energi dari
bahan pakan dapat
diekspresikan dengan beberapa
cara. Deskripsi tersebut
berhubungan dengan nilai
energi, termasuk pengukuran
(digestible energy, metabolisme
energy dll).
4.2.1.1. Pengukuran Unit
Energi
Unit pengukuran energi dapat
menggunakan kalori, erg atau
Joule. Satuan tersebut dapat
dikonversi antara satu satuan
dengan satuan lainnya dan
semua unit satuan benar. Di
Amerika menggunakan satuan
Joules sedangkan di Indonesia
menggunakan satuan kalori.
Masing-masing unit satuan
dijelaskan sebagai berikut:
Kalori (Cal)
Satu kalori adalah panas yang
diperlukan untuk menaikkan
temperatur 1 gram air dari
16,50C menjadi 17,50C. Karena
panas spesifik air berubah
dengan temperatur maka secara
lebih akurat 1 kalori sama
dengan 4,184 joules.
Kilo Kalori (kcal)
1 kilo kalori sama dengan 1.000
kalori dan merupakan unit yang
sering digunakan pada pakan
ternak.
Mega kalori
Satu megakalori sama dengan
1.000.000 kalori dan banyak
digunakan untuk
mengekspresikan kebutuhan
nutrisi yang lain yang
berhubungan dengan energi
pakan
Joules
Satu joules sama dengan 107 erg
(1 erg adalah jumlah energi yang
diperlukan untuk mempercepat
perpindahan masa 1 gram
dengan kecepatan 1 cm/detik)
Gross Energy (GE)
GE merupakan energi yang
dilepaskan sebagai panas jika
suatu substansi dioksidasi
menjadi karbon dioksida (CO2)
60
dan air (H2O). Pengukuran GE
menggunakan bom kalorimeter
dengan tekanan oksigen 25
sampai 30 atmosphere.
4.2.1.2. Terminologi Energi
Beberapa singkatan telah
digunakan untuk
mendeskripsikan fraksi energi
pada sistem ternak. Masingmasing
singkatan dijelaskan
sebagai berikut:
IE (Intake Energy)
IE merupakan energi bruto yang
terkandung dalam pakan yang
dikonsumsi ternak. Nilai IE sama
dengan berat pakan yang
dikonsumsi dikalikan dengan GE
(Gross Energy).
DE (Digestible Energy)
DE merupakan gross energi
pakan yang dikonsumsi (IE)
dikurangi gross energi pada
kotoran sapi (feces).
FE (Fecal Energy)
FE adalah energi bruto yang
terkandung dalan feces. Nilai FE
dihitung dengan berat feces
dikalikan dengan energi bruto
yang terkandung didalamnya. FE
bersumber dari energi dalam
bahan pakan yang tidak tercerna
(FiE) dan energi campuran
bahan metabolik tubuh (FmE).
TDE (True Digested Energy)
TDE dihitung dari IE dikurangi
dengan energi, kehilangan
panas fermentasi dan gas
pencernaan.
GE (Gaseous Energy)
GE berasal dari gas yang
dihasilkan oleh fermentasi
pakan. Gas yang utama adalah
gas metan. Gas-gas lainnya
adalah hidrogen, karbon
monoksida, aseton, etana, dan
hidrogen sulfida.
UE (Urine Energy)
UE merupakan energi bruto dari
urin. Sumber EU adalah nutrisi
yang tidak digunakan dan
produk metabolisme.
ME (Metabolisme Energy)
ME merupakan gross energi
pakan yang dikonsumsi
dikurangi dengan gross energi
pada feces, urine dan gas hasil
metabolisme.
Net Energy (NE)
NE merupakan enegi
metabolisme dikurangi energi
yang hilang sebagai tambahan
panas atau panas yang timbul
dalam tubuh oleh reaksi biokimia
dalam saluran pencernaan atau
dalam sel. Di daerah dingin
panas tersebut dimanfaatkan
untuk menjaga temperatur tubuh
tetapi di daerah panas akan
dibuang melalui konveksi ke
udara sekeliling ternak. NE bisa
terdiri dari energi yang
digunakan untuk menjaga
(maintain) tubuh atau kebutuhan
hidup pokok dan produksi
sehingga tidak ada NE absolut
61
pada bahan pakan. NE bisa
merupakan energi yang
diperlukan untuk menjaga tubuh
(NEm) dan energi untuk produksi
(NEp).
TDN (Total Digestible Nutrient)
Sistem ini berdasarkan analisis
proximat yang memberi nilai DE
pada lemak dapat dicerna dan
protein dapat dicerna. Sistem
TDN merupakan bentuk
pengukuran kompromi antara
DE dan ME. (0,45 kg TDN setara
dengan 2.000 kkal DE atau
1,600 kkal ME. Menurut NRC
(National Researh Council) nilai
TDN hampir semua merupakan
hasil konversi dari ME, dengan
persamaan: 1 kg TDN = 3.615
Kkal ME = 4.400 Kkal DE.
Skema Energi tertera pada
Gambar 28.
4.3. Nutrisi Pakan
Zat makanan (nutrisi)
merupakan substansi yang
diperoleh dari bahan pakan yang
dapat digunakan ternak bila
tersedia dalam bentuk yang
telah siap digunakan oleh sel,
organ dan jaringan. Zat makan
tersebut dapat di klasifikasikan
menjadi 6 kelompok yaitu
karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, mineral, dan air.
Masing-masing kelompok
diuraikan sebagai berikut:
4. 3.1. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber
energi yang utama bagi
ruminansia. Sumber karbohidrat
berasal dari hijauan pakan
ternak dan konsentrat yang di
susun dari biji-bijian dan limbah
pertanian. Biji-bijian semacam
jagung, sorgum, gandum dan
barley merupakan bahan pakan
sumber karbohidrat. Di
Indonesia juga terdapat sumber
karbohidrat seperti gaplek,
onggok, dedak dll.
Karbohidrat dapat di
klasifikasikan menjadi 5 jenis
yaitu monosakarida, disakarida,
trisakarida, poliskarida dan
mixed polisakarida. Unit dasar
karbohidrat adalah gula
sederhana, yaitu heksosa
karena setiap molekul
mengandung enam atom
karbon. Sedikit heksosa bebas
dapat di temukan pada
tanaman. Hexosa terdiri dari
glukosa, fruktosa, galaktosa dan
manosa.
Sebagian besar karbohidrat
adalah bentuk disakarida, yang
merupakan kombinasi dua gula
heksosa atau polisakaridapolimer
beberapa molekul
heksosa. Disakarida yang paling
penting dijumpai di alam adalah
sukrosa maltosa, laktosa dan
selobiosa. Lakstosa adalah gula
yang dijumpai pada air susu,
sedang sukrosa terdapat pada
sebagian besar tanaman.
62
KONSUMSI ENERGI BRUTO (GE)
ENERGI FECES (20-60%)
1. Dari makanan
2. Dari metabolisme
ENERGI TERCERNA (DE)
1. gas CH4 (Methana) (5-12%)
2. energi urin 3-5%
ENERGI METABOLISME (ME)
PRODUK PANAS (10-40%)
1. panas fermentasi
2. panas metabolisme zat makanan
ENERGI NETTO (NE)
Untuk hidup
pokok
⋅ metabolism
e basal
⋅ aktivitas
⋅ memanask
an tubuh
Untuk
produksi
⋅ pertumbuha
n
⋅ penggemuk
an
⋅ air susu
⋅ wol
⋅ kerja
Sumber: Kromann, 1973
Gambar 27. Skema Pemanfaatan Energi
Polisakarida seperti pati,
selulosa, merupakan komponen
penting dalam ransum ternak
ruminansia. Selulosa merupakan
persenyawaan organik dengan
hemiselulosa dan lignin yang
banyak terdapat di alam. Hampir
50% bahan organik pada
tanaman terdiri dari selulosa.
Pada ternak unggas tidak bisa
mencerna selulosa karena tidak
memiliki enzim selulase, pada
ternak ruminansia enzim
selulase di produksi oleh
mikroba di dalam rumen
sehingga mampu mencerna
63
selulosa. Pencernaan
karbohidrat akan menghasilkan
Volatil Fatty Acyd (asam lemak
terbang) yang disingkat dengan
VFA. VFA terdiri dari sebagian
besar asam asetat, propionat
dan butirat dan sebagian kecil
asam format, isobutirat, valerat,
isovalerat dan kaproat.
Percernaan karbohidrat
menghasilkan limbah berupa gas
methan yang di keluarkan ternak
melalui proses sendawa.
VFA sebagian besar diserap
dalam dinding rumen dan
sebagian kecil lolos yang
kemudian diserap pada usus
halus. Senyawa VFA yang
masuk sirkulasi darah akan
mengalami proses katabolisme
yang menghasilkan energi dan
biosintesis membentuk jaringan
tubuh dan lemak susu.
4.3.2. Protein dan Asam Amino
Protein adalah persenyawaan
organic komplek yang
mengandung unsur karbon,
hydrogen, oksigen, nitrogen,
forfor, dan sulfur. Protein
tersusun oleh lebih dari 20
persenyawaan organik yang
disebut asam amino. Satu
molekul protein tersusun atas
ikatan panjang beberapa asam
amino yang disebut ikatan
peptida. Oleh karena suatu
protein rata-rata mengandung
16% nitrogen maka kandungan
protein dari bahan pakan atau
karkas dapat diduga dengan
mengalikan kandungan nitrogen
dengan 6,2, dan akan
menghasilkan kandungan
protein kasar.
Kebutuhan protein sebenarnya
lebih di tekankan pada
kebutuhan asam amino yang
terdapat dalam pakan. Terdapat
20 asam amino dalam protein
dan semuanya penting bagi
ternak. Asam amino terdiri dari
Arginine, Cystine, Histidine,
Isoleucine, Leucine, Methionine,
Lysine, Phenilalanin Threonine,
Tryptophan, Tyrosine, Valine,
Cystein, Alanine, Asam
Aspastat, Asam Glutamat,
Glysine, Hydroxyl Proline,
Proline, dan Serine
Keberadaan mikroba di dalam
rumen, mengakibatkan
metabolisme protein pada
ruminansia berbeda dengan
monogastrik dan unggas.
Mikroba mempunyai
kemampuan mensintesa semua
asam amino termasuk asamasam
amino yang di butuhkan
oleh induk semang. Hal ini
menunjukkan bahwa kualitas
protein tidak menjadi unsur
mutlak dalam ransum
ruminansia.
Penggunaan protein pakan yang
dicerna oleh ruminansia adalah
Protein pakan didegradasi
menjadi peptida oleh protease di
dalam rumen. Peptida
dikatabolisasi menjadi asam
amino bebas lalu menjadi
amonia, asam lemak dan CO2.
Amonia hasil perombakan asam
amino adalah sumber nutrien
bagi bakteri. Bakteri ini akan
64
menggunakan amonia bersama
dengan karbohidrat mudah larut
(FVA) untuk membentuk asam
amino yang dibutuhkan dalam
rangka memenuhi kebutuhan
proteinnya sendiri. Sebanyak 50-
80% N mikroba berasal dari
amonia rumen, sedangkan 30%
protein berasal dari sumber
selain amonia seperti peptida
dan asam-asam amino.
Pemberian urea sebagai suplai
Non Protein Nitrogen (NPN)
bertujuan untuk menyediakan N
bagi perkembangan mikro
organisme rumen. Untuk
memacu pertumbuhan mikro
organisme memerlukan N dan
tetes tebu sebagai sumber
energi.
Produk degradasi yang
terbentuk dalam rumen,
terutama amonia, di gunakan
oleh mikroba bersama-sumber
energi untuk mensintesis protein
dan bahan-bahan sel mikroba
seperti bahan sel yang
mengandung N dan asam
nukleat.
Bagian amonia bebas akan
diserap masuk ke pembuluh
darah ternak dan di
transformasikan menjadi urea di
dalam liver. Sebagian besar urea
tidak dapat digunakan oleh
ternak dan diekresikan ke dalam
urin.
Sel-sel mikroba (bakteri dan
protozoa) mengandung protein
sebagai komponen utama,
bersama protein pakan melalui
omasum dan abomasum dan
usus halus. Sel-sel pakan yang
dicerna mengandung protein 70-
80%, 30-40% adalah protein
kurang larut. Protein hijauan di
cerna dalam rumen sebesar 30-
80%. Jumlah ini tergantung
kepada waktu tinggal di dalam
rumen dan tingkat pemberian
makan.
Pencernaan dan penyerapan
mikroba dan protein pakan
terjadi di usus halus ternak
(ruminan dan monogastrik) oleh
protease. Asam amino esensial
bagi semua jenis ternak.
Komposisi asam-asam amino
yang mencapai usus akan
sangat tergantung kepada jenis
protein, kuantitas dan kualitas
sumber protein pensuplai.
Ternak ruminansia tergantung
pada protein mikroba dan protein
pakan yang lolos dari
pencernaan dalam rumen untuk
mensuplai asam amino esensial.
Fungsi protein antara lain untuk
membentuk jaringan, cairan
tubuh, ensim, produksi,
cadangan energi, dll.
Membangun dan Membentuk
Jaringan Tubuh
􀁹 Protein berfungi membentuk
dan membangunan jaringan
tubuh, misalnya daging,
pembentukan dan
perkembangan organ-organ
tubuh dan pertumbuhan bulu.
Kebutuhan terhadap protein
untuk ternak yang lebih
muda lebih tinggi dari pada
untuk ternak yang lebih tua.
Ini disebabkan anak ternak
yang sedang tumbuh
memiliki banyak bagian yang
sedang tumbuh, bagian65
bagian tersebut memerlukan
protein.
􀁹 Membangun dan membentuk
jaringan tubuh
􀁹 Pembentukan cairan tubuh
dan sistem enzim. Cairan
tubuh dan enzim merupakan
faktor terpenting bagi
kehidupan ternak. Untuk
pembentukan kedua faktor
tersebut memerlukan protein.
􀁹 Produksi daging, susu dan
bulu membutuhkan protein
􀁹 Cadangan energi, protein
juga berguna untuk
cadangan energi. Walaupun
prosesnya tidak efisien,
dalam keadaan tidak ada
energi protein tubuh akan
diubah menjadi energi. Ini
sebagai tanda betapa
pentingnya energi, energi
digunakan untuk segala
efektifitas tubuh.
4. 3.3. Lemak
Lemak murni merupakan ester
glycerol yang memiliki asam
lemak rantai panjang dan
merupakan persenyawaan
karbon, hydrogen dan oksigen.
Persenyawaan oksigennya lebih
rendah dibanding karbohidrat
sehingga energi lebih tinggi
(2,25 kali lipat) dari karbohidrat
dan protein. Perbedaan lemak
dan minyak pada bentuknya,
pada suhu normal lemak
berbentuk padat sedang minyak
berbentuk cair.
Molekul lemak terdiri dari
glycerol dan kombinasi dengan 3
asam lemak. Asam lemak terdiri
dari caprilat, caprat, laurat,
miristat, palmitat, palmitoleat,
stearat, oleat, linoleat, linolenat,
arachidonat, gadoleat, behenat,
eurat, lignocerat. Komposisi
kandungan lemak beberapa
bahan seperti tertera pada Tabel
7. Sumber minyak yang baik
adalah minyak sawit, dan minyak
kelapa.
Pada ternak ruminansia lemak di
dapat dari hijauan makanan
ternak (3% kandungan lemak).
Akan tetapi karena konsumsi
hijauan cukup banyak maka
konsumsi absolut lemak relatif
banyak pula. Bentuk lipida dalam
daun adalah galaktoserida dan
digalakto glicerida. Pemberian
pakan konsentrat pada ternak
ruminansia juga akan
memberikan suplai lemak.
Lemak pada konsentrat
kebanyakan dalam bentuk
trigliserida
66
Table 7. Komposisi Lemak Nabati
No Asam lemak Jagun
g
Biji
Kapas
Minyak
Sawit
Kernel
sawit
Kedelai Minyak
kelapa
1 Caprilyc - - - 3 - 6
2 Capric - - - 4 - 6
3 Laurat - - - 51 - 44
4 Miristat - 1 1 17 - 18
5 Palmitat 13 24 48 8 12 11
6 Palmi-toeic - 1 - - - -
7 Stearat 4 3 4 2 2 6
8 Oleat 29 18 38 13 24 7
9 Linoleat 54 53 9 2 54 2
10 Linolenat - - - - 8 -
11 Arachidic - - - - - -
12 Gadoleic - - - - - -
13 Behenic - - - - - -
14 Eurat - - - - - -
15 Lignocerat - - - - - -
Sumber: Potter, 1996.
Asam lemak dibedakan menjadi
asam lemak jenuh dan asam
lemak tak jenuh. Asam lemak
jenuh hanya memiliki ikatan
tunggal di antara atom-atom
karbon penyusunnya, sementara
asam lemak tak jenuh memiliki
paling sedikit satu ikatan ganda
di antara atom-atom karbon
penyusunnya.
Pakan hijauan dan biji-bijian
umumnya berbentuk lemak tidak
jenuh. Pada rumen terjadi
proses hidrolisa ikatan ester dan
biohidogenasi asam lemak
jenuh. Hidrolisis lemak
trigliserida, phospholipin dan
glycolipid oleh lipase asal
mikroba akan membebaskan
asam-asam lemak bebas,
sehingga galaktosa (gula) dan
gliserol akan difermentasi
menghasilkan VFA (asam lemak
bebas). Asam lemak tak jenuh
(linoleat dan linolenat) akan
dipisahkan dari kombinasi ester
melalui proses biohidrogenasi
oleh bakteria menghasilkan
asam stearat.
Mikroba rumen juga mampu
mensintesis beberapa asam
lemak rantai panjang dari
propionat dan asam lemak rantai
cabang dari kerangka karbon
asam-asam amino valin, leusin
dan isoleusin. Asam-asam lemak
67
tersebut akan di inkorporasikan
ke dalam lemak susu dan lemak
tubuh ruminansia.
Asam lemak yang dihasilkan
dalam rumen akan memasuki
jujenum (usus halus). Sumber
asam lemak adalah dari bahan
pakan dan bakteri rumen.
Bentuk asam lemak adalan
asam lemak bebas. Penyerapan
asam lemak bebas akan terjadi
pada jujenum.
Ketengikan bahan pakan
(rancidity) terjadi karena asam
lemak pada suhu ruang
dirombak akibat hidrolisis atau
oksidasi menjadi hidrokarbon,
alkanal, atau keton, serta sedikit
epoksi dan alkohol (alkanol).
Bau yang kurang sedap muncul
akibat campuran dari berbagai
produk ini. Penambahan lemak
pada konsentrat mempunyai nilai
posistif dan negatif.
4.3.3.1. Nilai Positif
Menurunkan
Konsumsi Pakan
Kadar energi dalam lemak
tinggi, dengan penambahan
sedikit pada ransum akan
meningkatkan energi sangat
jelas. Energi ransum yang tinggi
akan menurunkan tingkat
konsumsi pakan. Dari hasil
percobaan pada sapi pedaging
dengan pemberian konsentrat
50%, kadar lemak 5%, akan
menurunkan konsumsi sebesar
2% pertambahan bobot badan
meningkat 28%.
Mengurangi Sifat Berdebu
Penambahan lemak dapat
mengikat partikel debu.
Lemak/minyak dapat
mengurangi sifat berdebu dari
ransum. Pengaruhnya akan
menurunkan kehilangan pakan
ke udara dan meningkatkan
kesenangan pekerja dalam
menangani ransum ternak.
Sumber Asam Lemak Esensial
Ternak tidak dapat
mensitesakan asam linoleat
(asam lemak esensial) sehingga
harus disediakan melalui
ransumnya. Untuk pertumbuhan
berat badan yang tinggi
diperlukan ransum dengan
energi tinggi, penambahan
lemak akan membantu
meningkatkan kandungan energi
dalam pakan. Untuk
pertumbuhan sedang dan
normal tidak diperlukan lemak
tambahan, karena energi cukup
dari konsentrat biasa dan
hijauan pakan ternak.
Meningkatkan Palatabilas
Penambahan lemak akan
meningkatkan daya cerna
ransum, sehingga konsumsi
ransum meningkat. Jika ternak
mampu konsumsi ransum
tersebut maka pertumbuhannya
juga akan membaik.
68
Menurunkan Produksi Gas
Metan
Didalam rumen ternak
ruminansia yang mengkonsunsi
hijauan pakan ternak dalam
jumlah besar, akan meningkat
produksi gas metan.
Penambahan lemak pada
ransum akan menurunkan
produksi gas metan dan
meningkatkan efisiensi
penggunaan energi.
Memperbaiki Rasio Asetat :
Propionat
Pemberian minyak biji rami
(linseed) atau linolenat akan
menurunkan rasio asetat :
propionate sehingga
meningkatkan efisiensi
penggunaan ransum. Pemberian
minyak ikan menurunkan
produksi propionate sedangkan
penambahan lemak hewani
menurunkan asetat.
4.3.3.2. Nilai Negatif
Menurunnya
Konsumsi
Penambahan lemak kedalam
ransum akan meningkatkan
tingkat konsumsi ransum. Pada
batas tertentu penambahan
energi yang terlalu banyak akan
menyebabkan tingkat konsumsi
menurun.
Menurunkan Kecernaan Serat
Kasar
Pada ternak yang diberi hijauan
pakan dalam jumlah tinggi maka
pencernaan serat kasar yang
terkandung dalam hijauan akan
menurun. Sebaliknya karbohidrat
yang mudah dicerna dan lemak
itu sendiri akan meningkat daya
cernanya. Disarankan untuk
menambahkan lemak/minyak
pada ternak yang pemberian
konsentratnya banyak.
4.3.4. Mineral
Mineral merupakan bahan
anorganik dalam bahan pakan
atau jaringan tubuh. Fungsi
mineral membantu proses
metabolisme. Mineral esensial
terdapat 15 macam dan sering di
bagi menjadi 2 kategori
berdasarkan pada jumlah yang
diperlukan dalam pakan.
Mineral yang diperlukan dalam
jumlah banyak disebut mineral
makro dan dinyatakan dalam
persen dari pakan. Mineral yang
dibutuhkan dalam jumlah sedikit
disebut mineral mikro (trace) dan
dinyatakan dalam ppm (part per
million) atau milligram per
kilogram.
Dengan berkembangnya ilmu
makanan ternak beberapa
mineral diduga esensial bagi
ternak, misalnya : flour (F),
silikon (Si), titanium (Ti),
vanadium (V), chromium (Cr),
nickel (Ni), arsenic (As), bromine
(Br), strontium (Sr), Cadmium
(Cd) dan Tin (Sn). Masingmasing
kelompok mineral
dijelaskan sebagai berikut:
69
4.3.4.1. Mineral Makro
Mineral berfungsi membentuk
tulang, merupakan komponen
dari organ tubuh, kofaktor enzim,
dan menjaga tekanan osmotic.
Kelompok mineral makro terdiri
dari 7 jenis yaitu: calsium (Ca),
phospor (P), potasium (K),
Magnesium (Mg), sulfur (S),
natrium (Na) dan Chlorida (Cl).
Fungsi masing-masing mineral
makro dijelaskan sebagai
berikut:
Kalsium dan Pospor
Kalsium dan pospor diperlukan
untuk pembentukan dan
merawat tulang. Rasio Ca-P
pada ternak ruminansia
dianjurkan 1:1 sampai 1:2, rasio
yang terlalu lebar misalnya 8:1
akan menurunkan produksi
ternak. Komposisi kalsium dan
pospor dari bagian mineral tubuh
sebersar 70%. Fungsi kalsium
untuk membentuk tulang, proses
pembekuan darah, kontraksi
otot-syaraf, keseimbangan
asam-basa dan aktifitas
sejumlah ensim.
Kebutuhan Ca-P pada ternak
sapi dihitung berdasarkan
kebutuhan untuk hidup pokok
dan produksi, Untuk kebutuhan
hidup pokok 1,54 gram Ca dan
2,80 gram P untuk setiap 100 kg
berat badan ternak. Untuk
pertumbuhan di hitung Ca
sebanyak 7,1 gram dan P
sebanyak 3,9 gram untuk setiap
pertambahan protein 100 gram.
Untuk produksi susu dioperlukan
Ca sebanyak 1,23 gram dan P
sebanyak 0,95 gram untuk
setiap Kg produksi air susu.
Pospor berfungsi untuk
pembentukan tulang,
penggunaan energi, sistem
ensim, kesimbangan asam basa,
translokasi lemak dan struktur
sel. Sumber P adalah tepung
ikan, tepung kerang, tepung
tulang dan kapur.
Pastura tropis rendah
kandungan pospornya. Hijuan
yang tua dan limbah pertanian
kandungan P nya juga rendah
sehingga banyak ternak sapi
yang menderita defisiensi P.
Gejala defisiensi pada
ruminansia P antara lain :
􀁹 Tingkat pertumbuhan
menurun (berhenti)
􀁹 Pica atau Nafsu makan yang
aneh (makan apa saja yang
tidak lazim kayu, tanah,
tulang)
􀁹 Tidak ada estrus (birahi),
􀁹 Tingkat konsepsi
(perkawinan) yang rendah
pada ternak jantan
􀁹 Tulang lemah, rapuh dan
kelemahan pada sendi-sendi
Untuk suplemen P dapat
digunakan preparat dikalsium
fosfat atau natriun fosfat atau
amonium polifisfat. Sumber P
dalam pakan adalah bungkilbungkilan,
produk hewani
(tepung tulang-daging), dan
tepung ikan.
70
Garam
Sodium (Na), potassium
magnesium dan klorida (Cl)
berfungsi bersama-sama dengan
fosfat dan bikarbonat menjaga
homeostatis proses osmosis
dan pH badan. Sodium dan
clorine penting untuk semua
ternak. Dalam pakan
ditambahkan garam untuk
memaksimumkan tingkat
pertumbuhan dan produksi. Jika
kandungan garam tinggi maka
konsumsi air juga akan
meningkat.
Potasium (K)
Kalium (K) merupakan mineral
intraseluler yang berperan dalam
metabolisme karbohidrat dan
protein, keseimbangan asambasa,
pengaturan tekanan
osmose, dan keseimbangan air.
Kekurangan mineral ini akan
mengganggu aktifitas ternak dan
peran mineral makro lainnya.
Pada ternak ruminansia
kebanyakan K menyebabkan
defisiensi Na (NaCl) demikian
juga sebaliknya. Pada ternak
yang banyak makan hijauan,
kadar K dalam hijauan lebih
tinggi dari Na. Sapi akan lebih
banyak mengkonsumsi NaCl jika
ransum banyak mengandung
hijauan. Pakan konsentrat lebih
sedikit mengandung K dari pada
hijauan.
Hijauan yang berkualitas rendah
kandungan K nya juga rendah.
Pada pemberian konsentrat
yang tinggi, misal pada proses
penggemukan maka unsur K
harus diperhatikan, karena K
dalam konsentrat kandungannya
rendah. Bahan yang banyak
mengandukng K adalah tetes.
Kebutuhan K pada ruminasia
berkisar 0,5-0,8%.
Magnesium (Mg)
Magnesium merupakan bagian
dari jaringan tubuh dan cairan
tubuh lainnya. Bahan pakan
yang mengandung Mg antara
lain dedak gandum (Pollard),
konsentrat nabati sumber protein
(Bungkil kedelai) dll.
Pada ternak ruminansia Mg
terdapat pada tulung dengan
kandungan 0,5-0,7%. Dalam
jaringan daging kandungannya
190 mg/kg, sedangkan pada
syaraf 100 mg/kg. Fungsi Mg
sebagai katalisator enzim dalam
metabolisme karbohidrat dan
protein, oksidasi sel dan
mempengaruhi aktivitas
neuromuskular. Kebutuhan Mg
pada anak sapi diperkirakan
sebesar 12-30 mg/kg berat
badan. Untuk induk sapi bunting
dibutuhkan 9 mg/kg berat badan,
sedang untuk induk laktasi
diperlukan sebsesar 21 gr/kg
berat badan per hari. Dalam
pakan ternak Mg terdapat pada
hijauan pakan ternak dan
konsentrat.
Gejala-gejala defisiensi Mg pada
sapi sebagai berikut:
􀁹 Sapi menegangkan leher
(opistotonus) dengan
mengangkat kepala setinggi
tingginya.
71
􀁹 Anak sapi sering
menggerakkan telinga ke
belakang dengan posisi agak
kebawah dan sensitif
terhadap rangsangan dari
luar (suara atau fisik), terjadi
tremor urat daging, konvulsi
kemudian mati.
􀁹 Gras tetany, sapi mengalami
gejala seperti penyakit
tetanus yaitu kejang-kejang
karena aktivitas daging yang
meningkat (tremor).
Cara mengatasi kekurangan Mg
• Memupuk pastura dengan
preparat Mg (Calsined
magnesite), dosis
pemupukan 17 kg/ha.
• Penambahan preparat Mg
pada konsentrat dengan
dosis MgO2 sebanyak 5
gr/400 gram pakan per hari
• Penambahan MgO2 pada
molase blok dengan dosis 50
gr/hari untuk sapi dewasa
dan 7-15 mg untuk anak
sapi.
• Penambahan preparat Mg
Pada air minum
• Pemberian dosis tunggal 400
ml latrutan yang
mengandung 25% Mg sulfat
atau Mg laktat pada
intravenus.
• Pemberian kapsul Mg alloy
sebesar 226 gram pada sapi
yang menderita tetani.
Belerang (S)
Sulfur merupakan bagian dari
protein yang terdapat pada asam
amino cystine, cystein dan
methionine. Disamping itu S juga
terdapat pada vitamin biotin,
thiamin dan polisakarida yang
banyak mengandung sulfat. dan
sebagian kecil dalam darah.
Disamping sebagai materi
pembangun S juga berfungsi
pada metabolisme protein,
lemak dan karbohidrat,
pembentukan darah, endokrin,
keseimbangan asam basa.
Kebutuhan ternak ruminansia
akan S belum jelas, diperkirakan
0,10-0,32%.
Pakan alami biasanya sudah
mencukupi kebutuhan ternak
akan sulfur. Sumber S pada
pakan ternak adalah hijauan dan
jagung atau silase jagung.
Namun dalam kasus defisiensi S
ternak menunjukan gejala klinis
penurunan nafsu makan, dan
pertambahan berat badan,
kelemahan umum, lakrimasi,
sampai dapat terjadi kematian.
Sesuai dengan fungsinya maka
defisiensi S menyebabkan
gangguan sintesis protein
mikroba, gejala kekurangan
protein, penurunan kecernaan
selulosa, dan penimbunan asam
laktat yang terlihat dalam darah
dan urin. Kadar S yang aman
adalah 0,1-0,2%, tergantung
jenis makanan.
Calsium (Ca)
Ca merupakan mineral yang
paling banyak dalam tubuh.
Mineral ini dibutuhkan untuk
pembentukan tulang,
perkembangan gigi, produksi air
susu, telur, transmisi impuls
syaraf, pemeliharaan
eksitabilitas urat daging yang
normal (bersama-sama dengan
K dan Na), regulasi denyut
jantung, gerakan urat daging,
72
pembekuan darah dan
mengaktifkan menstabilkan
enzim (misalnya: amilase
pankreas). Defisiensi Ca
menyebabkan riketsia,
pertumbuhan terhambat, tidak
ada koordinasi otot.
Rickets, Gejala rickets di jumpai
pada sapi muda yaitu tulang
hewan muda terganggu. Tandatanda
klinis yang nampak
adalah: tulang menjadi lemah,
lembek (kurang padat), sensisendi
membengkak,
pembesaran ujung tulang, kaki
kaku, tulang punggung
melengkung, bungkul pada
tulang rusuk. Jika rickets
dibiarkan maka akan terjadi
kelainan pada kaki yang
melengkung hal ini disebabkan
oleh tensi urat daging dan bobot
badan yang di pikul oleh tulang
kaki yang lemah.
Osteomalasia, Kekurangan Ca
pada ternak dewasa akan
menyebabkan osteomalasia.
Yaitu akibat demineralisasi dari
tulang hewan yang sudah
dewasa. Kandungan Ca (dan P)
dalam tulang sifatnya dinamis,
artinya pada saat produksi
ternak tinggi akan mengambil Ca
dari tulang. Gejala klinis antara
lain kelemahan tulang dan
gampang rusak kalau kena
tekanan. Kadar Ca bahan pakan
sangat bervariasi yang
disebabkan oleh jenis tanaman,
bagian dari tanaman dan umur
tanaman. Hijuan pakan ternak
yang lebih tua kadar Ca nya
akan menurun. Leguminosa atau
kacang-kacangan lebih banyak
mengandung Ca dari pada
rumput. Biji-bijian untuk
konsentrat kadar Ca nya rendah.
Sumber Ca adalah kalsium
karbonat, batu kapur giling,
tepung tulang, dikalsium forpat,
kalsium sulfat, tepung ikan,
tepung kerang, tepung tulang.
4. 3.4.2. Mineral Mikro (Trace
Mineral)
Trace mineral (mineral mikro)
terdiri dari 8 jenis yaitu : cobalt
(Co) , cooper (Cu), Iodine (I),
besi (Fe), mangan (Mg),
selenium (Se), cobalt (Co) dan
zink (Zn). Cobalt juga diperlukan
tetapi sudah terdapat pada
vitamin B12. tembaga dan besi
sering sudah cukup pada bahan
pakan sehingga tidak perlu
penambahan. Trace mineral
merupakan bagian dari molekul
organik. Besi merupakan bagian
dari hemoglobin dan citocrom.
Yodium adalah bagian dari
thyroxine. Tembaga, mangan,
selenium, dan zink membantu
proses enzim. Khusus untu zink
merupakan bagian dari struktur
DNA.
Kebutuhan trace mineral
dipenuhi dari bahan pakan yang
di konsumsi ternak. Pada kasus
khusus tanah yang ditumbuhi
bahan pakan defisiensi trace
mineral yang menyebabkan
kandungan trace mineral dalam
bahan pakan rendah. Masingmasing
mineral mikro dijelaskan
sebagai berikut:
73
Mangan (Mn)
Mn diperlukan untuk aktivator
enzim, dan trasfer pophat dan
decarboxilase, mencegah
perosis, dan pertumbuhan
tulang. Sumber Mn adalah
hijauan dan bahan konsentrat
seperti jagung. Didalam tubuh
ternak Mn dijumpai pada hati,
ginjal, pankreas, dan pituatary,
dan sedikit pada jantung, urat
daging dan tulang. Pada
ruminansia Mn berfungsi
sebagai sintesa karbohidrat,
mucoplyssacharide, sistem
ensim, misalnya pyruvate
carboxylase, arginine synthetase
dll. Kebutuhan Mn pada
ruminansia belum banyak
diketahui tetapi kekurangan Mn
menyebabkan gejala klinis
bentuk tulang dan postur yang
abnormal. Kelainan bentuk
tulang antara lain kaki bagian
bawah, pembengkakan sendi,
humerus yang relatif pendek,
dan tulang yang relatif rapuh.
Defisiensi Mn juga dapat
menggagu proses reproduksi
ternak jantan dan betina. Pada
ternak jantan menyebabkan,
gangguan spermatogenesis,
degenerasi testis, dan
epididimus, dan berkurangnya
hormon kelamin yang
menyebabkan sterilitas. Pada
ternak betina dapat terlihat ertrus
yang tidak menentu (tidak ada),
dan tidak terjadi konsepsi
(pembuahan) dan kalaupun
terjadi pembuahan dapat
menyebabkan keguguran. Di
daerah tropis yang banyak
terdapat gunung berapi bisanya
jarang terjadi kasus kekurangan
Mn. Hal ini disebabkan Mn
dalam hijauan dan pakan
konsentrat sudah cukup untuk
kebutuhan ternak. Sumber Mn
adalah hijauan, konsentrat dan
premix mineral buatan pabrik.
Copper (Cu)
Copper berperan dalam enzim
dan ultilisasi besi dalam
pigmentasi kulit dan
pembentukan hemoglobin.
Beberapa enzim yang
membutuhkan copper antara lain
ceruloplasmin, cytochrome,
oxidase, lusine oksidase,
tryrosinase, plastocyanin, dan
baemocyanin. Penyerapan
copper dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu: keasaman
lambung, penggunaan calsium
carbonat dan ferros sulfid akan
menurunkan penyerapan
Copper. Copper yang tidak
terserap akan dikeluarkan lagi
melalui tinja (feces). Pada
kenyataannya dari copper yang
dikonsumsi lebih dari 90%
disekresikan kembali oleh
ternak. Sumber copper adalah
pakan alami.
Fungsi esensial dalam tubuh
antara lain:
􀁹 Pembentukan hemoglobin,
penyerapan Fe dan
mobilisasi Fe dari tempat
penyimpannya.
􀁹 Membantu metabolisme
tenunan pengikat
􀁹 Kofaktor ensim memerlukan
Cu utnuk aktifitas
biologisnya. Enzim tersebut
antara lain: cytochrome
oxidase, ascorbic acid
axidase dll.
74
Dalam tubuh ternak Cu dapat
ditemui pada hati, otak, jantung,
urat daging, dan lemak. Pakan
dengan kandungan Cu 10 ppm
dianggap cukup untuk sapi
pedaging. Gejala defisiensi Cu
antara lain: terganggunya
pigmentasi, menderita fibrosis
miokardium, tulang pipih dengan
tulang rawan melebar, mudah
mengalami fraktur atau
aoetoporosis. Hampir semua
hijauan dapat mensuplai
kebutuhan Cu ternak sebanyak
3-4 kali yang dibutuhkan. Namun
tanaman yang banyak
mengandung pitat dan lignin
dapat menurunkan penyerapan
Cu. Preparat Cu yang dapat
digunakan adalah CuCO3,
CuSO4 dll.
Iodium (I)
Mineral iodium terdapat dalam
tubuh ternak kelenjar tiroid,
darah, daging dan susu.
Jaringan lain yang mengandung
I adalah lambung, kelenjar
saliva, ovarium, kelenjar
pituatary, kulit, plasenta, dan
rambut. I diperlukan untuk
sintesis hormon oleh kelenjar
thyroid yang mengatur
metabolisme energi. Hormon
tiroid memegang peran dalam
termoregulasi, proses
metabolisme antara, reproduksi,
pertumbuhan dan
perkembangan, sirkulasi dan
fungsi urat daging. Penyerapan
yodium pada susu kecil dan
dikonsentrasikan pada kelenjar
thyroid. Kebutuhan I belum jelas,
diperkirakan sekitar 0,05-0,8
ppm. Defisiensi I menyebabkan
kelenjar gondok membengkak,
kehilangan bulu, kekurangan
hormon tiroksin yang ditandai
dengan kelemahan umum, basal
metabolisme menurun,
pertumbuhan lambat, pedet lahir
mati. Pada hewan betina
menyebabkan gangguan estrus
sedang pada jantan
menyebabkan menurunnya
libido. Sumber yodium adalah
pakan alami seperti tepung ikan
dan hijauan makanan ternak.
Zinz (Zn)
Zn (seng) berperan dalam
pengaktif dan komponen
beberapa enzim seperti carbonic
anhydrase, carboxys peptidase,
alkohol dehidogenase yang
berperan dalam metabolisme
asam nukleat, sintesis protein
dan metabolisme karbohidrat.
Dalam kulit dan jaringan tubuh
lainnya serta tulang juga
terdapat Zn. Gejala klinis pada
ruminansia adalah tidak peduli
terhadap lingkungannya,
pembengkakan kaki dan
dermatitis pada leher, kepala
dan kaki, gangguan penglihatan,
banyak bersalivasi (ludah),
penurunan fungsi rumen, luka
sulit sembuh, dan gangguan
reproduksi ternak jantan.
Sumber Zn adalah dedak padi
dan dedak gandung. Namun
demikian defisiensi Zn jarang
terjadi karena dalam pakan
ternak sudah tersedia cukup
kandungan Zn. Didalam
luguminosa terdapat kandungan
Zn 60 ppm, biji-bijian
mengandung 10-30 ppm Zn,
sumber protein nabati
mengandung 50-70 ppm Zn,
75
sumber protein hewani
mengandung 100 ppm.
Kebutuhan Zn ternak ruminansia
sulit diperkirakan namun secara
umum kebutuhan tersebut 20-40
mg/kg berat kering pakan.
Selenium
Se berperan pada proses
metabolisme yang normal dan
ada kaitannya dengan vitamin E.
Vitamin E dapat menggantikan
kebutuhan mineral Se.
Kelebihan Se akan
menyebabkan keracunan ternak.
Sumber pakan yang
mengandung Se antara lain
jagung (20 ppm), dan dedak
gandum (55 ppm).
Dalam tubuh ternak berupa
seleno-protein yang terdistribusi
secara luas dalam tubuh. Se
juga berperan dalam
penyerapan lipid dalam saluran
pecernaan, atau pengangkutan
melalui dinding usus. Dalam
tanaman Se terdapat dalam
bentuk selenium amino acid
bersama-sama dengan protein.
Kandungan Se tanaman sangat
tergantung dari kandungan Se
dalam tanah. Pada tanaman
selenium terdapat pada
leguminosa dan rumput.
Kebutuhan Se pada sapi yang
sedang tumbuh adalah 0,10
mg/kg ransum kering, untuk sapi
jantan dan induk yang sedang
bunting 0,05-0,10 mg/kg ransum
kering. Kekurangan Se
menyebabkan daging sapi
berwarna putih, gangguan
jantung, dan paralisis. Kelebihan
Se menyebabkan keracunan
dengan gejala bulu ekor rontok,
hilangnya nafsu makan, kuku
coplok, dan bisa mati karena
kelaparan, haus dan gangguan
pernafasan.
Molibdenum (Mo)
Mo didapati pada seluruh urat
daging-tulang dan sedikit pada
hati, ginjal dan bulu ternak.
Fungsi dari Mo adalam
komponen esensial dari
beberapa enzim misalnya:
xanthine oksidase, aldehyda
oksidase dll. Kebutuhan Mo bagi
ternak ruminansia belum
diketahui secara jelas.
Kekurangan Mo jarang
ditemukan, tetapi kelebihan Mo
justru menyebabkan defisiensi
Cu dan menjadi racun yang
menyebabkan diare, anoreksia,
anemia, ataksia, dan kelainan
bentuk tulang, depegmintasi kulit
atau bulu. Sumber pakan yang
mengandung Mo adalah hijauan
segar, sedang pada hijauan
kering kandungan Mo menurun.
Cobalt (Co)
Dalam tubuh ternak Co
ditemukan pada hati, mata,
ginjal, kelenjar adrenal, limpa
dan pankreas dan sedikit pada
sumsum tulang darah, susu dan
empedu. Didalam rumen sapi Co
digunakan mikroba untuk
pembentukan B12. pada
makanan ternak kandungan Co
pada rumput lebih rendah dari
pada leguminoisa. Kebutuhan
Co pada pakan sebesar 0.1 ppm
dari bahan kering pakan.
76
Pada tanah yang berpasir
kandungan Co rendah sehingga
tanaman yang tumbuh di tanah
tersebut juga rendah kandungan
Co. Jika ternak makan tanaman
yang tumbuh ditanah tersebut
akan mengalami defisiensi Co.
Pada tanah yang banyak diberi
kapur juga kadar Co rendah.
Gejala defisiensi Co adalah
nafsu makan menurun,
pertumbuhan terganggu,
pertambahan berat badan
berkurang, diikuti nafsu makan
yang semakin berkurang, cepat
kurus, anemia parah, dan hewan
dapat mati. Dari segi reproduksi
terdapat 3 gejala klinis akibat
defsiensi Co yaitu: penundaan
ovulasi-estrus, estrus tidak
teratur, dan gejala estrus tidak
jelas. Untuk mencegah defisiensi
Co dapat dilakukan upaya-upaya
sebagai berikut:
􀁹 Pemupukan pastura dengan
preparat Co
􀁹 Penyuntikan viatmin B12
􀁹 Penambahan Co pada pakan
dengan dosis 2 gram/ton
pakan.
􀁹 Mencekok sapi dengan
mineral yang mengandung
Co
􀁹 Pemberian Co dalam bentuk
Cobaltik Oksida dan tanah
lempung
Fe
Dalam tubuh Fe didapati pada
hati, limpa, ginjal, jantung,
sumsum tulang, darah dan selsel
lainnya. Fungsi Fe
dibutuhkan pada pembentukan
hemoglobin, mioglobin, enzim
satilase, dan peroksidase. Fe
berperan dalam tarnspor oksigen
dalam sel dan respirasi sel.
Kebutuhan anak sapi berkisar
100 ppm sedangkan sapi
dewasa 50 ppm dari bahan
kering pakan. Kelebihan Fe akan
di simpan dalam hati, limpa dan
sumsum tulang. Kadar Fe yang
diperlukan dalam pakan ternak
sebesar 100 μg/g cukup untuk
semua jenis ternak. Defisiensi
Fe banyak terdapat pada anak
sapi karena dalam air susu
kadarnya rendah, juga bisa
disebabkan oleh pendarahan
yang disebabkan parasit. Gejala
klinis dari defisiensi Fe adalah
anemia, (selaput lendir menjadi
pucat), kadar hemoglobin
menurun, tingkat kejenuhan
transferin menurun, kurang
memperhatikan lingkungan,
nafsu makan dan pertambahan
berat badan menurun, serta
anthrophy pada papil-papil lidah.
Pada prakteknya kebanyakan
rumput mengandung Fe 100-250
ppm dan leguminosa
mengandung 200-300 ppm,
sehingga kasus kekurangan Fe
jarang terjadi karena kandungan
Fe hijauan lebih tinggi dari yang
dibutuhkan ternak. Bahan yang
mengandung Fe tinggi adalah
tepung daging dan ikan dengan
kadar Fe 400-600 ppm, biji-bijian
30-80 ppm dan bungkil 100-400
ppm. Jika diperlukan suplemen
Fe dapat menggunakan Fe
sulfat, fero karbodat, feri klorida
dll
77
Mineral yang Mungkin
Esensial
Fluor (F) sangat baik digunakan
oleh tulang dan gigi. Pada
jaringan lunak F paling banyak
terdapat pada ginjal. Kasus
keracunan F disebabkan oleh
kontaminasi makanan dan
minuman. Air dengan kadar F 3-
15 ppm akan berakibat racun
dan pakan yang mengandung F
sebesar lebih dari 2 ppm.
Tanaman pada kondisi normal
mengandung F sebesar 1-2
ppm. Sapi yang mengkonsumsi
pakan yang mengandung F
sebesar 100 ppm akan
menyebabkan keracunan akut,
sedang kandungan 30 ppm
dalam jangka lama akan
menyebabkan flourosis kronis.
Gejala keracunan adalah
eksitasi, tingginya kadar F dalam
darah dan urin, kaku, anorexia,
salvias berlebihan, muntah,
spasmus urinasi dan defekasi,
lemah, depresi yang berat dan
kelainan jantung. Sumber F
adalah tepung tulang, tepung
darah (hasil ikutan ternak), dan
tepung ikan.
4.3.5 Vitamin
Vitamin digolongkan menjadi 2
kelompok yaitu vitamin yang
larut dalam lemak dan vitamin
yang larut dalam air. Vitamin
yang larut dalam lemak terdiri
dari vitamin A,D, E dan K.
Sedangkan vitamin yang larut
dalam air terdiri dari tiamin,
riboflavin, asam nikotenat,
folasin, biotin, asam pantotenat,
pyridoxine, B 12, dan koline.
Kebutuhan vitamin dinyatakan
dalam milli gram per kilogram
pakan, kecuali vitamin A,D dan E
dinyatakan dalam Internasional
Unit (IU).
Pada ternak ruminansia
perhitungan kebutuhan vitamin
lebih rumit karena beberapa
vitamin dapat disintesa oleh
mikroba di dalam rumen,
misalnya B komplek. Vitamin
yang larut dalam lemak tidak
disintesa dalam rumen dan
beberapa didegradasi oleh
mikroba rumen, sehingga harus
ada penentuan secara khusus
tentang kebutuhan ternak
ruminansia untuk dapat
berproduksi yang maksimum.
4.3.5.1. Vitamin Yang Larut
Dalam Lemak
Vitamin A (Retinol)
Vitamin A terlibat dalam sistem
penglihatan dan pengelolaan
jaringan epitel di seluruh
permukaan tubuh bagian luar
maupun bagian dalam serta
berbagai kelenjar
endokrin/gonad. Peran vitamin A
juga membantu pembentukan
protein.
Pakan ternak terdiri dari bahan
nabati dan hewani. Pada bahan
hewani terdapat vitamin A sejati,
sedang pada pakan nabati
terdapat provitamin A yang
berawal dari caroten. Provitamin
A tersebut akan diubah menjadi
vitamin A oleh ternak.
78
Untuk ternak ruminansia disaran
kandungan vitamin A dalam
pakan sebesar 1200 IU/Kg
ransum kering untuk ternak yang
sedang tumbuh, sedang untuk
ternak betina laktasi dan
pejantan disarankan 3900 IU per
kg ransum kering.
Pada ternak ruminansia gejala
defisiensi lebih banyak pada
ternak muda yang cepat
pertumbuhannya dibanding
ternak tua. Gejala defisiensi
pada sapi sebagai berikut:
anoreksia diikuti dengan buta
malam, diare yang parah, tidak
ada koordinasi dalam bergerak,
banyak airmata dan ingus,
konvulsi, buta permanen, kornea
mata pecah, pertumbuhan
terganggu, berat badan
menurun, dan bulu kulit kasar.
Kelebihan vitamin A akan
menyebabkan ternak keracunan.
Pada sapi keracunan pada dosis
17.000 IU per kg ransum kering.
Keracunan pada ruminansia
menyebabkan menurunnya
aktifitas enzim pada
metabolisme energi sehingga
mempengaruhi proses
pertumbuhan.
Sumber vitamin A adalah hijauan
segar, silase, atau hay, jagung
kuning, dan vitamin sintetis
(asetat sintetis). Minyak hati
merupakan sumber vitmin A
yang terbaik tetapi jarang
digunakan pada peternakan.
Vitamin D (Ergocalciferol)
Vitamin D memiliki banyak
bentuk, tetapi yang penting bagi
ternak adalah D2 (ergocalciferol)
dan D3 cholecalcifero). Vitamin
ini berfungsi dalam penyerapan
vitamin Ca dan P dan proses
kalsifikasi dalam pertumbuhan
tulang. Secara umum vitamin D
dibutuhkan untuk membantu
pertumbuhan Dengan bantuan
sinar ultra violet matahari tubuh
ternak dapat mengubah
provitamin D menjadi vitamin D.
Prinsip ini dimanfaatkan
peternak dalam membangun
arah kandang yaitu agar dapat
memanfaatkan sinar matahari
untuk membantu proses
pembentukan vitamin D. Namun
dengan berkembangnya vitamin
sintesis teori tersebut tidak
selalu mutlak diterapkan dan
ditambah penemuan bahwa
lampu listrik (Neon) dapat
mengganti peran sinar matahari.
Ternak sapi membutuhkan
vitamin D sebanyak 275 IU per
Kg berat kering pakan secara
rinci untuk anak sapi sebanyak 4
IU/kg berat badan, untuk sapi
yang sedang tumbuh 2,5 IU/kg
berat badan, dan 10 IU /kg BB
uantuk sapi bunting/laktasi.
Defisiensi vitamin D pada sapi
menunjukan gejala gangguan
tulang dan riketsia pada sapi
muda, menurunnya Ca dan P
darah dengan tanda klinis sendisendi
membengkak dan kaku,
anorexia, respirasi cepat,
iritabilitas, tetany, kelemahan,
konvulsi, dan pertumbuhan
terhambat. Pada sapi dewasa
tulang mudah fraktur (retak)
bahkan patah, jika terjadi pada
tulang punggung akan
menyebabkan sapi lumpuh.
79
Sumber vitamin D dalam pakan
berasal dari hijauan pakan
ternak dengan kandungan
provitamin D sebanyak 11 IU
dan premix mineral buatan
pabrik.
Vitamin E (Alfa tokoferol)
Terdapat 7 vitamin E, tetapi
alpha tokoferol adalah yang
paling banyak penyebarannya
pada bahan pakan ternak.
Vitamin E berfungsi menjaga
kesuburan ternak atau antisteril.
Peran vitamin E sebagai zat
makanan yang vital dalam
metabolisme urat daging/syaraf,
kontraksi urat daging, sirkulasi,
respirasi, pencernaan, ekskresi,
pertumbuhan, konversi kanan
dan reproduksi.
Kebutuhan vitamin E pada anak
sapi 15-60 IU/Kg berat kering
pakan, untuk sapi yang seang
tumbuh 6,8-27,3 IU/Kg ransom
dan untuk sapi dewasa 13600
IU/0,45 kg ransum, dan 54.600
IU/ton ransum untuk sapi dara,
laktasi dan bunting.
Sumber vitamin E adalah pakan
hijuan dan biji-bijian. Hijauan
segar mengandung 100-200
mg/kg vitamin E, jagung kuning
25 mg/kg, juwawut 11 mg/kg, dn
gandum 2-3 mg/kg. Nampak
bahwa hijuan lebih banyak
mengandung vitamin E
dibanding biji-bijian. Karena
vitamin E tidak stabil maka
disarankan menambahkan
premix mineral untuk suplai
vitamin E.
Vitamin K
Vitamin K dikenal sebagai Anti
haemoragi karena dibutuhkan
untuk membentuk protombin
yang penting dalam proses
pembekuan darah jika terjadi
luka pada ternak. Fungsi lain
adalah menyediakan energi
untuk fungsi sel.
Pada ternak ruminansia vitamin
K dapat disintesa oleh mikroba
dalam rumen dan saluran
pencernaan dalam jumlah yang
cukup untuk memenuhi
kebutuhan. Vitamain K
merupakan satu-satunya vitamin
yang larut dalam lemak yang
dapat disintesa oleh ternak
ruminansia. Pada kasus sapi
mengkonsumsi zat anti koagulan
(misal dekumarol dari jamur,
tanaman leguminosa/clover),
yang mencegah pembentukan
protrombin yang
akanmenyebabkan ternak
defisiensi K.
Sumber vitamin K adalah bahan
dari tanaman (K1), hewani (K2)
dan K3 dari vitamin sintetis.
Vitamin K sintetis dikenal
dengan menadion. Bahan pakan
sebagai sumber alami Vit K
adalah tepung ikan, bungkil
kacang kedelai.
4.3.5.2. Vitamin Yang Larut
Dalam Air
Vitamin yang larut dalam air
terdiri dari B1, B2, B6, niacin,
biotin, B12, asam folat dan C.
masing-masing manfaat dan
gejala defisiensi dijelaskan sbb:
80
Vitamin B1 (Thiamin)
Dalam tubuh ternak vitamin B1
berfungsi sebagai koensim
kokarboxilase dalam bentuk
thiamin phyrophospahate.
Fungsinya untuk proses
enzimatis dekarbosilase asam
alpha keto atau dengan kata lain
metabolisme asam piruvat
menjadi asetat. Secara
sederhana diuraikan bahwa
vitamin B1 membatu
metabolisme karbohidrat
menjadi energi.
Kekurangan thiamin
menyebabkan akumalasi asam
asam piruvat dan akan
menurunkan produksi asam
laktat di jaringan, dan ternak
menunjukan defisiensi vitamin
B1. Defisiensi pada ternak
ruminansia menunjukan gejala
buta, urat daging tremor, gigi
gemeretak, opisthotonus dan
konvulsi.
Pada ruminansia sumber vitamin
B1 dari pakan dan mikroba
rumen. Mikroba rumen dapat
mensintesis vitamin B1. Pada
anak sapi dimana mikroba
rumen belum berkembang maka
sumber B1 dari air susu yang
diminumnya. Jika air susu
diganti dengan susu pengganti
(milk replecement) maka
disarankan menambahan
vitamin B1 menurut NRC
sebanyak 65 μg/kg bobot badan.
B2 (Riboflavin)
Vitamin B2 berfungsi membantu
tranportasi hidrogen,
metabolisme protein dan energi.
B2 merupakan komponen
flavoprotein yang berfungsi
sebagai konenzim.
Pada ruminansia gejala
defisiensi sebagai berikut
anoreksia, lakrimasi, salivasi
berlebihan, diare, sakit disudut
mulut, bulu rontok, dan dapat
mati. Kejadian defisiensi
disebabkan kandungan dalam
pakan rendah dan mikroba
rumen terganggu. Sumber
vitamin B2 adalah dari bahan
pakan dan sintesis mikroba
rumen. Disarankan untuk
menambah vitmain B2 sebanyak
65 μg/kg bobot badan pada anak
sapi yang diberi minum susu
pengganti. Sumber B2 adalah
jagung kuning dan bungkil
kedelai.
Niacin
Niacin berberan sebagai
koensim yang membantu
metabolisme karbohidrat, protein
dan lemak. Bentuk koensim
adalah nicotinamide dinucleoide
(NAD) dan nicotinamide
dinucleoide phosphate (NADP).
Sumber niacin adalah bekatul,
tepung ikan, dedak padi, dedak
gandum dan bungkil.
Pada ternak ruminansia niacin
dapat dibentuk dari tryptopan.
Reaksi ini terjadi didalam
mikroba dan jaringan rumen.
Sehingga niacin erat
hubungannya dengan
thryptophan. Jika kadar
tryptopan dalam pakan rendah
(0,2%) maka baru ada
kebutuhan minimal niacin.
Kandungan tryptopan 60 mg
81
setara dengan 1 mg Niacin.
Anak sapi yang kandungan air
susunya rendah akan menderita
defisiensi Niacin.
Pyrodoxin (B6)
Vitamin B6 berfungsi sebagai
koensim yang membantu proses
metabolisme protein. Sehingga
perannya esensial dalam proses
pertumbuhan. Sumber B6
adalah pakan berasal dari
hewani, bungkil kedelai, dan bijibijian.
Dalam kondisi normal
jarang terjadi defisiensi B6
kecuali jika pakan rusak atau
bahan pakan dipalsukan.
Biotin
Biotin sebagai kelompok
prostetik berperan pada
beberapa enzim yang
memantapkan katalis CO2
kedalam jaringan organik. Enzim
yang mengandung Biotin adalah
acetyl koensim A karbosilasi,
propionil koensim A karboxilasi
dan methyl malonyl
transkarbosilasi. Pada ruminan
bitoin dibutuhkan pada siklus
urea, sintesis arginin, pirimidin
(asam nukleat penyusun DNA),
lintasan ekstra mitokondrial dan
sitesa asam lemak, sehingga
penting perannya dalam proses
pertumbuhan.
Sumber Biotin adalah dedak,
bekatul, biji-bijian. Jarang
dijumpai defisiensi bitoin, namun
jika kasus terjadi gejalanya
adalah perosis, pertumbuhan
lambat, kerdil dan dermatitis
disekitar dan kaki.
Asam Folat
Vitamin ini memegang peranan
penting salam reaksi biokimia
dalam memindahkan unit C
tunggal dalam berbagai reaksi.
Fungsinya antara lain dalam
interkonversi serin dan glysin,
dalam sitesa purin, degradasi
histidin atau dalam sintesa group
methyl tertentu. Purin penting
dalam pertumbuhan dan
reproduksi semua jaringan tubuh
karena purin merupakan bagian
dari DNA.
Defisiensi asam folat maka
pembentukan nucleo protein
dalam proses pendewasaan selsel
darah tidak terjadi dan akan
menyebabkan gejala anemia
yang spesifik. Oleh karena itu
Folat juga dikenal dengan anti
anemia. Pada ternak ruminansia
kebutuhan folat dipenuhi dari
pakan dan sintesis mirkoba
rumen. Sumber asam folat
adalah tepung ikan dan jagung.
Cyanocobalalamin (B12)
Fungsi B12 adalah sebagai
koenzim pada beberapa reaksi
metabolik. Vitamin ini dibutuhkan
untuk sintesis grup metil dari
karbon tunggal sebagai
prekusor, secara langsung
dibutuhkan dalam metabolisme
asam amino dan sintesis protein.
Selain itu B12 juga berfungsi
pada metabolisme propionat
yang penting sebagai
pembentuk glukosa. B12 juga
diperlukan oleh mikroba rumen.
Defisiensi B12 pada ruminan
menyebabkan terakumulasi
propionat dan asetat dalam
82
darah yang akan menyebabkan
menurunnya nafsu makan 40-
70%. Anak sapi perlu suplai
vitamin B12 pada makanannya,
sedang sapi dewasa hanya perlu
suplai Co agar mikroba dalam
rumen dapat mensintesis B12.
Kebutuhan anak sapi
diperkirakan 0,54 mg per kg
berat badan.
Suplai Co pada ternak
ruminansia diperlukan sebagai
salah satu bahan dalam
pembentukan vitamin B12. sapi
dara yang diberi silase akan
memproduksi vitamin B12 lebih
banyak daripada ternak yang
diberi hay (rumput kering).
Kolin (Choline)
Kolin merupakan substansi
esensial dalam pembentukan
dan pemeliharaan struktur sel
dan metabolisme lemak dalam
hati. Kolin terdiri dari komponen
asetil kolin yang berperan pada
mediator dalam aktivitas urat
syaraf. Pembentukan asetil kolin
yang penting dalam transmisi
impuls syaraf membutuhkan
kolin.
Pada ternak ruminansia kolin
disintesa oleh mikroba rumen.
Hasil suatu percobaan pada
ternak sapi pedaging, dengan
penambahan kolin sebanyak 500
mg per kg ransum akan
meningkatkan total mikroba
rumen, produksi gas dan VFA
(Volatil Fatty Acid). Hasil yang
diperoleh adalah kenaikan berat
badat 7% dan efisiensi pakan
2,5%.
Vitamin C
Vitamin C secara kimiawi dikenal
dengan L asam askorbat. Peran
vitamin C adalah pada
mekanisme oksidasi dan reduksi
di dalam sel-sel hidup. Fungsi
lain dari vitamin C adalah
mengurangi tekanan pada iklim
tropis. Pada ternak ruminansia
vitamin C disintesa dalam rumen
ternak.
Ringkasan Gejala Defisiensi
Vitamin tertera pada Tabel 8.
4.3.6. Air
Air merupakan nutrisi yang
penting bagi ternak. Kebutuhan
air sangat tergantung dari
temperatur lingkungan dan
kelembaban relatif dan
komposisi pakan ternak, tingkat
pertumbuhan, dan efisiensi
ginjal. Jumlah air yang
dikonsumsi diperkirakan 2 kali
lebih banyak dari pakan yang
dikonsumsi berdasarkan berat
pakan, tetapi konsumsi air pada
kenyataannya sangat bervariasi.
Proporsi air sebesar 2/3 bagian
dari masa seekor ternak, dengan
berbagai peran dalam kehidupan
ternak.
4.3.6.1. Fungsi Air
Fungsi air terdiri dari 4
komponen yang terintegrasi
dalam system pertumbuhan.
Komponen jaringan
Air bebas yang terikat dalam
jaringan daging merupakan
contoh yang baik. Perubahan
keduanya (air bebas dan terikat)
83
Tabel 8. Ringkasan Gejala Defisiensi Vitamin
No Vit Ruminansia
1 A Anoreksia diikuti dengan buta malam, diare yang
parah, tidak ada koordinasi dalam bergerak,
banyak airmata dan ingus, konvulsi, buta
permanen, kornea mata pecah, pertumbuhan
terganggu, berat badan menurun, dan bulu kulit
kasar
2 D Gangguan tulang dan riketsia pada sapi muda,
menurunnya Ca dan P darah dengan tanda klinis
sendi-sendi membengkak dan kaku, anorexia,
respirasi cepat, iritabilitas, tetany, kelemahan,
konvulsi, dan pertumbuhan terhambat
3 E Pertumbuhan menurun, konversi makanan
menurun, reproduksi rendah, langkah tidak
terkoordinasi, syaraf tidak terkoordinasi,
4 K Jika terjadi luka darah sukar untuk membeku
protombin dalam darah rendah
5 B1 Buta, urat daging tremor, gigi gemeretak,
opisthotonus dan konvulsi.
6 B2 anoreksia, lakrimasi, salivasi berlebihan, diare,
sakit disudut mulut, bulu rontok, dan dapat mati
7 Niacin Pertumbuhan terganggu
8 B6 Pertumbuhan terganggu
9 biotin Pertumbuhan terganggu
10 Asam folat Pertumbuhan terganggu
11 B12 Propionat dab asetat dalam darah yang akan
menyebabkan menurunnya nafsu makan 40-
70%.
12 Kolin Sistem syaraf terganggu
13 C Stress
Sumber: Parakkasi, 1999
84
dapat mengubah aktivitas enzim
yang selanjutnya berpengaruh
pada tingkat pertumbuhan urat
daging. Jumlah air yang di ikat
dipengaruhi oleh fase
perkembangan jaringan urat
daging. Sapi yang tua kapasitas
mengikat air lebih tinggi
dibanding sapi yang lebih muda.
Media Fisik
Air berfungsi sebagai pengantar
zat makanan dari saluran
pencernaan kedalam jaringan
tertentu untuk sintesis komponen
tertentu guna pertumbuhan atau
hidup pokok sel tertentu.
Mengatur Fungsi Osmosis
Dalam Sel
Air berperan dalam memelihara
keseimbangan konsumsi mineral
tertentu dalam urat daging.
Konsentrasi kalsium dalam urat
daging penting untuk mengatur
metabolisme energi dan
kontraksi. Jika kadar mineral
tidak seimbang akan
menyebabkan kontraksi dan
pertumbuhan urat daging
terganggu.
Air sebagai Pereaksi (Reagent)
Air berberan dalam fungsi reaksi
kimia untuk sintesis
(pembangunan) jaringan.
Contoh: reaksi hidrolisis untuk
sintesa asam amino untuk
pembentukan protein.
Air yang digunakan oleh ternak
dapat berasal dari air minum, air
yang terkandung dalam bahan
pakan dan air hasil proses
metabolic. Air dari bahan pakan
sangat bervariasi dari 3% s.d
80% tergantung jenis bahan
pakannya, dan air dari hasil
oksidasi. Komponen air dalam
tubuh ternak mencapai 2/3 bobot
badan (55-75%).
4.3.6.2. Kebutuhan Air
Kebutuhan air dipengaruhi oleh
kandungn bahan kering, dan
komponennya, temperatur
lingkungan dll. Kebutuhan Air
Pada Berbagai Temperatur pada
Ruminansia tertera pada Tabel
9. Faktor yang mempengaruhi
konsumsi air sbb:
Lingkungan, Pada ruminansia,
jika tempertur berubah maka
konsumsi bahan kering atau
energi akan menurun dan
konsumsi air meningkat. Ditinjau
dari segi pertumbuhan, dalam
keadaan panas meningkat maka
pertumbuhan akan menurun,
namun sebagian penurunan
dapat diganti dengan
peningkatan retensi air. Faktor
yang berpengaruh terhadap
konsumsi adalah:
Tabel 9. Kebutuhan Air
No
Temp 0C
Kebutuhan
Air (Lt/Kg
Konsumsi
Bahan
Kering)
1 15-20 3,1
2 21-27 4,7
3 >27 5,5 atau
lebih
4 Setial 1 lt
susu
5 liter air
Sumber: Parakkasi, 1999
85
Protein, Semakin tinggi
konsumsi protein maka semakin
tinggi konsumsi air. Air tersebut
diperlukan untuk mengeluarkan
hasil metabolisme protein lewat
urin.
Na Cl, Semakin tinggi konsumsi
NaCl maka semakin tinggi
konsumsi air. Perubahan 1%
salinitas tidak mempengaruhi
konsumsi air minum pada
domba.
4. 3.6.3. Pengeluaran Air
Pengeluaran air pada
ruminansia melalui urin, feces,
penguapan via paru-paru serta
permukaan tubuh dan keringat.
Air yang keluar melalui urin lebih
banyak dari yang diperlukan
untuk membilas metabolisme.
Pengeluaran melalui feces
cukup tinggi karena 70-80%
feces adalah air. Pengeluaran
melalui penguapan terutama
melalui paru-paru akan tinggi jika
kelembaban rendah. Pada suhu
27º C pengeluaran air melalui
penguapan sebesar 23
ml/m2/jam sedang pada suhu
41º C penguapan 50 ml/m2/jam.
Pengeluaran air melalui keringat
lebih banyak (3 kali) dari
pengeluaran air lewar paru-paru.
Pengeluaran air melalui keringat
pada suhu 41º C sebanyak 2,99-
5,06 g/m2/menit.
4. 3.6.4. Defisiensi Air
Tubuh tidak mempunyai
mekanisme untuk menyimpan air
seperti halnya lemak depo dan
sejenisnya. Kehilangan air akan
terjadi secara terus menerus
sehingga harus diimbangi
dengan konsumsi air minum.
Defisiensi air akan
menyebabkan konsumsi pakan
menurun. Pada suhu 40ºC
ternak menunjukan gejala stress
misalnya minum, penguapan,
volume urin, dan tingkat respirasi
diperbanyak. Jika tidak tersedia
jumlah air minum dalam jumlah
yang cukup maka bobot badan
akan menurun drastis dan tandatanda
dehidrasi. Karena banyak
faktor yang mempengaruhi
tingkat konsumsi air minum
maka disarankan untuk memberi
minum secara adlibitum (tidak
terbatas) kepada ternak.
5. Prinsip Kandang dan
Peralatan
Kandang merupakan salah satu
sarana yang penting didalam
usaha peternakan, dengan
tersedianya kandang maka
dapat mempermudah peternak
didalam mengelola usahanya.
Penyediaan kandang yang baik
dan memenuhi persyaratan
teknis, kesehatan serta aspek
ekonomi merupakan modal awal
keberhasilan dalam berusaha.
Apakah pembaca mengerti atau
memahami apa yang dimaksud
dengan kandang ternak, bentuk
atau tipe kandang, persyaratan
yang perlu diperhatikan dalam
membangun kandang, peralatan
dan perlengkapan yang
diperlukan dalam kandang, cara
merancang atau mendesain
kandang dan lain sebagainya.
86
Agar kita mengerti dan
memahami tentang kandang,
maka mari kita kaji dan bahas
bersama-sama. Yang di maksud
dengan kandang adalah suatu
bangunan kandang yang
dibangun menurut desain dan
konstruksi yang benar. Dimana
semua persyaratan bangunan
tersebut, memenuhi standar
untuk kehidupan ternak baik itu
ternak sapi maupun kerbau.
Yang tidak kalah penting dalam
membangun kandang ternak
adalah kandang tersebut harus
sesuai dengan kondisi alam
yang ada. Kandang yang
dibangun sebaiknya harus
sesuai dengan jenis dan
karakteristik ternaknya.
Kandang dan peralatannya
mempunyai dwi fungsi, yaitu
selain merupakan tempat tinggal
bagi ternak, juga merupakan
tempat bekerja bagi petani
peternak dalam melayani
kebutuhan sehari-hari untuk
ternak tersebut.
5.1. Kebutuhan Kandang
Salah satu hambatan yang
paling besar dalam usaha
peternakan yang berskala
industri atau berskala besar
adalah penyedian kandang.
Dalam penyedian kandang untuk
ternak akan selalu berkaitan
dengan masalah tempat.
Dimana kandang akan dibangun
tentunya juga memerlukan areal
yang lebih luas. Hal ini tidaklah
mengherankan, kalau sering
dijumpai lokasi atau tempat
bangunan kandang terletak jauh
dari keramaian kota dan mencari
areal lahan yang luas dan
harganya relatif murah. Dengan
harapan agar dalam usaha
peternakan tersebut dapat
mendatangkan keuntungan yang
maksimal.
Sebelum melangkah lebih jauh,
dalam menentukan kandang
perlu kiranya direncanakan
terlebih dahulu dengan matang
jenis ternak apa yang akan
diusahakan. Apakah ternak yang
diusahakan adalah ternak untuk
penghasil daging dan penghasil
susu. Dari masing-masing ternak
tersebut kebutuhan kandangnya
akan berbeda-beda. Begitu pula
kandang untuk ternak sapi dan
kerbau, yang digemukan akan
berbeda dengan kandang ternak
sapi dan kerbau yang
dibudidayakan. Ternak sapi dan
kerbau yang diusahakan dengan
sistem budidaya (keuntungan
yang diambil dari anak yang
dihasilkan). Sedangkan ternak
yang diusahakan dengan sistem
penggemukan keuntungan yang
diambil adalah pertambahan
berat badannya atau
pertambahan daging selama
diusahakan.
Perusahaan peternakan yang
bergerak dalam bidang usaha
pembibitan ternak atau usaha
dengan tujuan akhir untuk
menghasilkan keturunan (anak),
pada umumnya kebutuhan
kandang yang diperlukan dalam
perusahaan tersebut antara lain :
kandang untuk pejantan,
kandang untuk induk, kandang
87
untuk beranak, kandang untuk
anak, kandang untuk dara dan
lain sebagainya.
Sedangkan kebutuhan dan
ukuran kandang dari masingmasing
ternak juga berbedabeda,
tergantung dari jenis dan
besar kecilnya ternak. Sebagai
contoh untuk ternak sapi potong
lokal ukuran kandang kurang
lebih : 210 x 145 cm per ekor,
sapi import : 210 x 150 cm per
ekor atau agar sapi lebih leluasa
geraknya ukuran kandang antara
2,5 x 1,5 m, yang paling penting
adalah disesuaikan dengan
besar kecilnya tubuh sapi.
Kebutuhan kandang masingmasing
ternak harus di
rencanakan dengan cermat,
berapa skala usahanya, jenis
ternaknya apa, program
usahanya apa (penggemukan
atau budidaya),
perkembangbiakan masingmasing
ternak bagaimana, lama
usaha berapa bulan atau berapa
tahun dan target akhir yang akan
dicapai seperti apa dan lain
sebagainya.
Dengan memperhatikan hal-hal
tersebut, maka kebutuhan
kandang masing-masing ternak
akan dapat dihitung dan
direncanakan dalam
pembangunannya. Didalam
pelaksanaan pembangunan
kandang bisa berdasarkan
prioritasnya.
5.2. Manfaat Kandang
Adapun manfaat kandang bagi
ternak dan peternak adalah
sebagai berikut :
􀁹 Memberi rasa aman dan
nyaman bagi ternak yang
tinggal didalamnya, terutama
untuk menghindarkan dari
lingkungan yang merugikan.
Contohnya ; hujan yang
deras, teriknya sinar
matahari, angin yang
kencang, gangguan binatang
buas, pencurian dan lain
sebagainya.
􀁹 Tempat untuk istirahat ternak
setelah melakukan aktifitas
sehari-hari dan tempat
berproduksi.
􀁹 Memberi kenyamanan bagi
ternak yang berada di
dalamnya dan memberikan
kehangatan diwaktu malam
hari.
􀁹 Memudahkan peternak
dalam melakukan kegiatan
pengawasan atau
pengontrolan apabila ada
ternak yang sakit.
􀁹 Dengan adanya kandang,
peternak lebih efisiensi
tenaga kerja.
􀁹 Dengan adanya kandang
maka kesehatan dan
keberadaan peternak tetap
terjamin.
􀁹 Dengan adanya kandang
maka ternak tidak akan
merusak tanaman disekitar
lokasi usaha.
􀁹 Kandang merupakan tempat
untuk mengumpulkan
kotoran atau limbah dari sisa
proses produksi, sehingga
88
tidak berceceran dimanamana
􀁹 Dan lain-lain.
6. Cara Pencegahan dan
Pengobatan Penyakit
Ternak perlu dijaga
kesehatannya agar dapat
berproduksi dengan baik. Prinsip
mencegah penyakit lebih baik
mengobati ternak sapi harus
dipegang kuat oleh peternak.
Kesehatan ternak harus terus
dijaga. Untuk dapat menjaga
kesehatan kita perlu memahami
penyebab penyakit, cara
pencegahan dan
pengobatannya.
6.1. Penyebab Penyakit
Suatu penyakit dapat terjadi
karena penyakit endogen,
eksogen dan malnutrisi. Masingmasing
dijelaskan sbb :
6.1.1. Faktor dari Dalam atau
Disebut Inernal Origin
(Endogen).
Penyakit yang disebabkan faktor
dari dalam biasanya disebut
penyakit intrinsik. Penyakit yang
termasuk dalam kategori jenis ini
misalnya gangguan
metabolisme, gangguan
hormonal, degenerasi alat tubuh
karena usia lanjut (senilitas) dan
neoplasma.
6.1.2. Faktor dari Luar atau
Disebut External Origin
(Eksogen)
Penyakit yang disebabkan oleh
faktor luar ini dapat dibedakan
lagi menjadi dua yaitu :
6.1.2.1. Penyebab Tidak
Hidup
Penyakit yang disebabkan oleh
agen yang tidak hidup , seperti
trauma, panas, dingin,
keracunan zat kimia dan
defisiensi zat pakan. Penyakit
yang disebabkan oleh faktor
yang tidak hidup pada umumnya
termasuk dalam golongan
penyakit yang non infeksi.
6.1.2.1. Penyebab hidup
Agen hidup misalnya bakteri,
virus, protozoa dan
jamur/kapang. Penyakit-penyakit
yang disebabkan oleh agen
hidup dimasukkan dalam
kelompok penyakit-penyakit
infeksi. Suatu penyakit, pada
umumnya disebabkan oleh suatu
infeksi atau gangguan lainnya
akibat dari adanya aktivitas
suatu mikro organisme tertentu
atau dapat juga adanya
gangguan akibat dari racun atau
kekurangan suatu bahan
tertentu. Infeksi adalah suatu
proses dimana mikroorganisme
masuk kedalam tubuh dan
menyebabkan gangguan dari
salah satu fungsi faal alat tubuh.
Suatu infeksi biasanya diikuti
dengan masa inkubasi. Masa
inkubasi adalah waktu sejak
masuknya jasad renik ke dalam
tubuh sampai timbulnya gejala
penyakit. Hal-hal yang dapat
menyebabkan hewan menjadi
sakit diantaranya :
89
􀁹 pemberian jumlah makanan
yang kurang
􀁹 makanan yang kurang
bermutu (kualitas nilai
gizinya rendah)
􀁹 kandang yang kurang
memenuhi syarat kesehatan
􀁹 kebersihan kandang yang
kurang terjaga
Faktor pendukung terjangkitnya
penyakit dapat disebabkan
karena perubahan kelembapan
dan temperatur lingkungan yang
semakin tinggi, perubahan
musim (misalnya dari musim
hujan kemusim kemarau atau
sebaliknya) sehingga memberi
kesempatan pada bibit penyakit
untuk menyerang ternaknya.
kebersihan kandang, penyakit
yang diturunkan dari induknya
dan kualitas ransum yang
diberikan, juga termasuk pada
faktor pendukung tersebut.
Pada dasarnya penyakit ternak
dapat dibedakan menjadi dua
kelompok yaitu Penyakit menular
dan Penyakit tidak menular
6.2. Penyakit Menular
Penyakit menular merupakan
penyakit yang cukup berbahaya
dan sangat merugikan dengan
alasan bahwa penyakit ini dapat
menyerang baik pada ternak
lain, sekelompok ternak dan
bahkan dapat menjalar ke
daerah lain apabila tidak dengan
segera diambil tindakan
pemberantasannya.
Termasuk dalam jenis penyakit
yang menular adalah penyakitpenyakit
karena infeksi yaitu :
􀁹 penyakit infeksi viral
􀁹 penyakit infeksi bakterial
􀁹 penyakit infeksi oleh
protozoa
􀁹 penyakit infeksi oleh parasit
dalam (cacing); dan
􀁹 penyakit infeksi oleh parasit
6.2.1. Penyakit Infeksi Viral
Penyakit infeksi viral adalah
suatu penyakit yang disebabkan
adanya suatu infeksi dari salah
satu jenis virus. Penyakit asal
virus sering terjadi pada
peternakan yang tatalaksana
nya tidak baik. Penyakit asal
virus pada umumnya tidak ada
obatnya, tetapi kejadiannya
dapat dicegah dengan
mempertinggi daya tahan ternak.
Virus ini sangat kecil dan tidak
dapat dilihat dengan mata
telanjang. Penyakit infeksi viral
yang sering terjadi pada ternak
ruminansia diantaranya penyakit
mulut dan kuku, penyakit
ingusan, penyakit jembrana,
infeksi bovine dan penyakit
lainnya.
6.2.2. Penyakit Infeksi
Bakterial
Penyakit infeksi bakterial adalah
jenis penyakit yang disebabkan
adanya infeksi dari bakteri.
Penyakit yang disebabkan oleh
bakteri ini sebenarnya mudah
disembuhkan dengan antibiotika
dan tidak akan berlanjut tetapi
kadang-kadang akibat dari
terkontaminasi dengan penyakit
lain atau dengan penyakit virus
akan menyebabkan semakin
parah. Beberapa penyakit yang
90
disebabkan oleh bakteri yang
umum terjadi pada ternak
ruminansia, seperti penyakit
radang paha, ngorok atau SE,
Salmonellosis, Tuberkulosis,
Brucellosis, Antrax atau radang
limpa dan lain-lain.
6.2.3. Penyakit Infeksi
Protozoa
Penyakit yang termasuk dalam
kelompok jenis infeksi protozoa
adalah jenis penyakit yang
disebabkan oleh infeksi dari
protozoa. Penyakit asal protozoa
ini dapat terjadi karena
kelemahan dalam pemeliharaan.
Apabila pemeliharaan dilakukan
dengan baik dan benar maka
sebenarnya munculnya penyakit
ini dapat dicegah.
Jenis penyakit protozoa yang
sering menyerang pada ternak
ruminansia, diantaranya penyakit
sura, piroplasmosis (babesiosis),
anaplasmosis, berak darah
(Coccidiosis), penyakit kelamin
menular (Trichomoniasis)
6.2.4. Penyakit Infeksi Parasit
Dalam (Cacing)
Penyakit parasit sebenarnya
tidak menyebabkan kematian,
baik itu oleh parasit dalam
maupun parasit luar, tetapi
penyakit yang disebabkan oleh
parasit sangat merugikan ternak
yang terserang. Penyakit ini
akan menyita gizi yang diperoleh
ternak tersebut dan akan
menimbulkan kegelisahan.
Contoh penyakit asal parasit
dalam adalah cacing. Berbagai
macam cacing dan berbagai
macam tempat hidupnya ada di
dalam tubuh ternak ruminansia.
Beberapa penyakit yang
disebabkan oleh cacing yang
umum terjadi pada ruminansia,
seperti penyakit penyakit cacing
hati, cacing gelang dan cacing
lambung.
6.2.5. Penyakit yang
Disebabkan oleh Parasit
Luar (Ektoparasit)
Ektoparasit adalah binatang
yang hidupnya pada bagian luar
tubuh ternak, baik untuk mencari
makanan atau untuk tinggal
menetap. Seperti juga halnya
penyakit yang disebabkan oleh
parasit dalam, penyakit oleh
parasit luar sebenarnya dapat
dengan mudah dicegah dan
seharusnya tidak perlu terjadi.
Pemeliharaan yang jorok, akan
mudah terserang penyakit ini.
Pada umumnya cara hidup
parasit luar ini akan
menimbulkan kerugian pada
ternak yang ditumpanginya.
Kerugian yang ditimbulkan oleh
ektoparasit antara lain:
􀁹 menimbulkan anemia karena
ektoparasit mengisap darah
ternak
􀁹 ektoparasit berperan sebagai
vektor yang dapat
menularkan penyakit hewan
menular yang disebabkan
oleh kuman dan parasit
darah.
􀁹 menimbulkan kegatalan,
sehingga ternak menjadi
tidak tenteram.
􀁹 menimbulkan luka pada kulit
dan
91
􀁹 menurunkan produksi pada
prestasi kerja.
Beberapa penyakit yang
disebabkan oleh parasit luar
yang umum terjadi pada ternak
ruminansia, seperti penyakit
scabies, kudis, Pediculosis dan
surra.
6.3. Penyakit Tidak Menular
Berdasarkan penyebabnya,
maka penyakit tidak menular
dapat dibedakan menjadi :
􀁹 penyakit yang tidak menular
karena infeksi, sebagai
contoh penyakit Foot Rot
(pododermatitis necrotica),
bronkhitis, pneumonia,
endometritis, kalbasilosis.
􀁹 penyakit yang tidak menular
karena gangguan
metabolisme, contohnya
ketosis (acetonaemia), milk
fever (Partuient paresis),
kolik, indegesti, tetani
rumput, gondok, icterus,
anemia dan avitaminosis
􀁹 penyakit tidak menular
karena keracunan,
contohnya keracunan HCN,
ke racunan Pb (timah hitam),
keracunan pestisida,
batulisme dan keracunan
arsen
􀁹 penyakit tidak menular
karena lain-lain, sebagai
contoh displasia abomasum,
prolapsus uteri dan
sumbatan usus
6.4. Gangguan Penyakit
6.4.1. Gangguan Penyakit
pada Sistim
Pencernaan
Proses pencernaan makanan
pada hewan meliputi proses
pengambilan pakan, pencernaan
yang berlangsung di mulut dan
di lambung dan penyerapan
serta pembuangan sisa-sisa
yang tidak berguna lagi bagi
tubuh.
Pencernaan didalam mulut
dilakukan dengan jalan
pengunyahan, pemberian air liur
dan penelanan. Sedangkan
pada ternak ruminansia, proses
pencernaan makanan bersifat
lebih kompleks karena hewanhewan
tersebut masih harus
melakukan proses ruminansi.
Gangguan patologik pada organ
pencernaan yang sering terjadi
pada ternak adalah penyakit
pada rongga mulut seperti gigi
aus, radang mulut, difteri pada
pedet, radang lidah maupun
radang kelenjar ludah. Jenis
gangguan pada daerah tekak
dan kerongkongan sebagai
contoh radang tekak, sumbatan
pada tekak, kelumpuhan tekak,
sumbatan kerongkongan dan
kejang kerongkongan.
Gangguan pada lambung pada
ternak ruminansia adalah
indigesti akut, indigesti vagus,
parakeratosis rumen, lambung
sarat dan sumbatan pilorus dll.
Gangguan pada usus adalah
penyakit radang usus dan
sumbatan usus. Gangguan
92
patologik pada hati seperti
ikterus, busung air, radang hati
akut pada kuda dan abses hati.
Demikian juga bermacammacam
penyakit kolik pada
ternak kuda.
6.4.2. Gangguan Penyakit
pada Sistem Pernafasan
Pernafasan adalah proses
pertukaran zat, metabolisme dari
gas zat asam atau oksigen yang
diambil dari udara oleh paruparu
yang setelah mengalami
proses biokimiawi di dalam
jaringan tubuh dibebaskan lagi
ke alam bebas dalam bentuk gas
karbon dioksida.
Jenis gangguan pada sistem
pernafasan seperti gangguan
pada saluran pernafasan atas,
sebagai contoh mimisan, radang
mukosa hidung, radang hidung
atrofik pada babi, radang sinus
maksilaris dan frontalis dan
radang kantong hawa pada
ternak kuda. Gangguan pada
paru-paru seperti radang paruparu
kataralkuprosa-aspirasi
atau radang paru-paru
bernanah. Gangguan yang
terjadi pada daerah toraks
sebagai contoh radang pleura
dan pneumotoraks.
6.4.3. Gangguan Penyakit
pada Sistem Urine
Penyakit sistim urinaria pada
ternak belum banyak ditemukan.
Penyakit yang paling banyak
dijumpai adalah menyangkut
tubuh secara keseluruhan, baru
kemudian diikuti oleh penyakitpenyakit
pencernaan,
pernafasan, kelamin, muskuloskeletal
dan kulit.
Penyakit sistim urinasia, kardio
vaskuler, darah, limfoid dan
syaraf adalah jarang dijumpai.
Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor dan salah satu
alasan adalah ternak dipotong
dalam umur yang masih muda.
6.4.4. Ganguan Penyakit Pada
Kelenjar Susu
Kelenjar susu atau ambing
merupakan kelenjar di bawah
kulit. Pada umumnya pada
ternak terletak di daerah
selangkangan yaitu di daerah
inguinal. Pada ternak babi
terletak di daerah ventral dari
daerah dada dan perut.
Gangguan penyakit pada
kelenjar susu diantaranya
radang ambing (mastitis).
Radang ambing khusus yang
disebabkan oleh infeksi kumankuman
strepto kokus,
staphylococus, kuman koliform,
dan seterusnya. Demikian juga
dapat disebabkan oleh
gangguan lain seperti adanya
puting tambahan, air susu tidak
turun, busung ambing, akne
puting, dll.
6.4.5. Gangguan Penyakit
pada Kulit
Kulit terdiri atas dua lapis utama
yaitu epitel sebelah luar
(epidermis) dan lapisan jaringan
ikat di bawahnya (korium atau
dermis). Dibawah kulit terdapat
93
tedapat jaringan longgar bawah
kulit yang biasa disebut jaringan
sub kutis atau hipodermis.
Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam pemeriksaan kulit yang
mengalami kelainan patologik
meliputi perubahan dalam warna
kulit dan rambut, status
pertumbuhan rambut, sifat-sifat
fisik rambut, kualitas dan
konsistensi kulit serta adanya
perubahan yang berupa lesi
primer, sekunder atau
perubahan patologik lainnya.
Gangguan-gangguan pada kulit
diantaranya adalah gangguan
pada epidermis dan dermis,
gangguan pada sub kutis,
dermatomikosis, radang kulit dan
gangguan dari ektoparasit pada
kulit.
Penyakit Epidermis dan
Dermis :
􀁹 pityriasis (ketombe)
􀁹 parakeratosis
􀁹 hiperkeratosis
􀁹 impetigo
Gangguan Patologik Sub Kotis
􀁹 Oedema angioneurotik
􀁹 Urtikaria (biduren)
􀁹 Limfangitis
􀁹 Sela karang
Dermatomikosis
􀁹 Kadas
􀁹 Hifomikosis
Radang Kulit
􀁹 dermatitis
􀁹 luka bakar
Penyakit Ektoparasit Pada Kulit
Kudis.
6.5. Mencegah Penyakit
Seperti telah diketahui bahwa
pencegahan lebih baik dari pada
mengobati. Hal ini berarti bahwa
peternak harus sadar betul
bahwa kontrol terhadap kondisi
ternak adalah suatu keharusan.
Peternak harus mengetahui
perubahan-perubahan yang
terjadi pada ternak, Karena
perubahan yang terjadi
merupakan indikasi terjadinya
penyimpangan dari normal.
6.5.1. Dasar-dasar
Pencegahan Cara
Pemberantasan
Penyakit
Tujuan akhir dari suatu usaha
dibidang peternakan adalah
mendapatkan keuntungan yang
maksimal dari usaha tersebut.
Keuntungan maksimal akan
dicapai apabila semua ternaknya
dalam keadaan sehat. Suatu
ternak dikatakan sehat apabila
dalam kondisi istirahat maka
semua proses fisiologis tubuh
dalam keadaan normal dan
sebaliknya apabila proses
fisiologisnya tidak normal berarti
ternak tersebut sakit.
Ada dua faktor gangguan yang
menyebabkan ternak sakit, yaitu
faktor gangguan dari dalam
tubuhnya sendiri dan faktor
gangguan dari luar tubuhnya.
Untuk dapat melindungi
gangguan yang berasal dari luar
tubuh, tubuh memiliki
kemampuan untuk menolak
penyebab gangguan tersebut.
Kemampuan individu untuk
94
menolak sebab penyakit, sangat
tergantung dari
􀁹 kehidupan pada masa
embrional
􀁹 kehidupan setalah di lahirkan
atau neonatal
􀁹 adanya zat penolak yang
dibekalkan oleh induknya
􀁹 keadaan lingkungan dimana
individu tumbuh
􀁹 tersedianya makanan secara
kualitatif dan kuantitatif
􀁹 adanya agen noksius
disekitar individu yang
bersangkutan
􀁹 adanya faktor stress
􀁹 sifat faktor bawaan yang
diturunkan
Mempertahankan agar ternak
yang kita pelihara sehat dan
dapat menguntungkan, adalah
harapan bagi peternak. Apabila
ternak yang kita pelihara sakit
maka harapan diatas akan sulit
didapat. Ini sebabnya maka
program pencegahan dan
pemberantasan penyakit perlu
diperhatikan terutama yang
menyangkut bibit, pakan dan
pengelolaannya.
6.5.2. Program Pencegahan
Penyakit Beberapa tindakan yang dapat
dilakukan dalam usaha
pencegahan dan pemberantasan
penyakit menular pada ternak
diantaranya:
􀁹 mengetahui tanda-tanda atau
gejala-gejala penyakit yang
menular
􀁹 mengerti tentang cara
menularnya masing-masing
jenis penyakit
􀁹 mengetahui dan ikut
membantu melaksanakan
tindakan guna mencegah
menjalarnya penyakit
menular.
􀁹 Membakar atau mengubur
bangkai hewan yang mati
karena penyakit menular
Disamping tindakan-tindakan di
atas, masih ada beberapa
kegiatan dalam rangka
pencegahan penyakit ternak
yang harus diperhatikan,
seperti :
6.5.3. Pencegahan Melalui
Bibit
Pencegahan penyakit melalui
bibit ternak dapat dilakukan
dengan pemilihan bibit yang
terbebas dari penyakit menular.
Langkah-langkah yang dapat
dilakukan :
􀁹 hanya membeli bibit ternak
dari agen yang benar-benar
dapat dipercaya
kesehatannya.
􀁹 menempatkan bibit ternak
yang masih muda terpisah
dari ternak yang sudah tua
(besar) karena bibit ternak
yang masih muda sangat
peka terhadap penyakit yang
ditularkan oleh ternak
dewasa.
6.5.4. Pencegahan Melalui
Makanan yang Memadai
Pencegahan penyakit juga dapat
dilakukan dengan pemberian
ransum atau pakan yang
berkualitas tinggi dan cukup
jumlahnya. Pemberian pakan
yang bermutu tinggi harus
95
diberikan sejak ternak baru lahir
sampai dengan saat panen.
Pemberian pakan yang baik
akan mampu memberikan daya
tahan tubuh yang baik pula.
Apabila pakan yang diberikan
kurang baik serta kurang
jumlahnya maka ternak yang
dipelihara akan mengalami
kekurangan gizi dan ternak tidak
akan tumbuh secara maksimal.
Hal ini berakibat ternak tersebut
tidak dapat berproduksi (secara
optimal).
6.5.5. Pencegahan Melalui
Tatalaksana
Pengelolaan yang Baik
Pencegahan penyakit melalui
kontrol manajemen merupakan
upaya pencegahan ternak dari
stress/cekaman yang dapat
mengakibatkan penurunan
kesehatan ternak. Beberapa
pedoman yang dapat digunakan
dalam program pencegahan
penyakit adalah :
􀁹 pilih bibit dengan teliti yang
terjamin kesehatannya. Oleh
sebab itu seorang peternak
harus mengenal ciri-ciri dari
ternak yang sehat.
􀁹 usahakan membeli bibit dari
peternak atau pembibit yang
benar-benar
memprioritaskan kualitas
bibit sehingga diharapkan
dapat diperoleh bibit ternak
sesuai dengan keinginan
kita.
􀁹 hindarkan ternak dari stress
panas, hujan deras, dingin,
angin kencang dll
􀁹 kandang tidak terisi terlalu
padat, hal ini dapat
menimbulkan stress dan
akibatnya akan menimbulkan
sifat kanibalisme, hysteria
dan gangguan lainnya.
􀁹 pakan dan air minum harus
tersedia dalam jumlah cukup,
sesuai dengan kebutuhan
baik kuantitas maupun
kualitasnya
􀁹 sediakan tempat pakan dan
air minum sesuai dengan
kebutuhan.
6.5.6. Pencegahan Melalui
Sanitasi Kandang dan
Lingkungan
(Bio-Security).
Sanitasi adalah tindakan
menjaga kebersihan ternak dan
lingkungan sekitarnya, yaitu
berbagai kegiatan yang meliputi
penjagaan dan pemeliharaan
kebersihan kandang dan
sekitarnya, peralatan dan
perlengkapan kandang.
langkah-langkah pencegahan
penyakit yaitu: tindakan sanitasi
dan bio-security secara teratur
dan berkala. Tindakan sanitasi
dan bio-security mutlak
dilakukan dalam pemeliharaan
ternak. Dengan adanya sanitasi
dan biosecurity maka bibit
penyakit yang berasal dari
lingkungan kandang maupun di
dalam kandang dapat dimatikan.
Kegiatan sanitasi kandang dan
bio-security adalah
􀁹 melakukan kegiatan
pencucian dan
penyemprotan kandang dan
peralatannya dengan air
sabun (detergen) dan
antiseptik secara teratur.
96
􀁹 mengubur atau membakar
ternak terutama pada
penyakit yang menular dan
berbahaya seperti penyakit
Anthrax.
Beberapa istilah yang perlu
diketahui dalam bio-sekurity
adalah
Desinfestasi
Desinfestasi adalah merupakan
proses pemusnahan hama
penyakit untuk membunuh
parasit, terutama parasit-parsit
diluar tubuh ternak (ektoparasit).
Bahan kimia yang digunakan
untuk desinfestasi disebut
desinfestan. Bahan yang umum
digunakan adalah formalin.
Desinfestan disemprotkan pada
kandang dan perlengkapannya
setelah diencerkan dengan air.
Pengenceran yang dilakukan
tergantung tingkat kepekatan
yang dikehendaki oleh peternak.
Desinfeksi
Desinfeksi adalah merupakan
proses pemusnahan hama
dengan membebaskan segala
bentuk jasad renik dengan jalan
membunuh kuman (bakterisida)
dan atau menghambat
pertumbuhan kuman
(bakteriostatik) dengan
menggunakan bahan kimia.
Bahan kimia yang digunakan
disebut desinfektan, seperti
kreolin, lisol dsb.
Desinfestan dan desinfektan
yang baik harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
• Tidak berbahaya bagi ternak
maupun manusia
• Mempunyai daya bunuh
yang tinggi terhadap bakteri,
protozoa dan mikroba lain
serta telurnya.
• Efek residunya pendek
• daya penetrasinya tinggi
• Stabil bila dilarutkan atau
kontak dengan bahan
organic lain
• Tidak merusak alat yang
digunakan dan mudah
digunakan
• Tidak mengeluarkan bau
atau sedikit berbau dan tidak
terserap bahan pakan
• Tidak mencemari lingkungan
baik udara maupun air.
6.5.7. Pencegahan Penyakit
melalui Vaksinasi
􀁹 vaksin inaktif atau vaksin
mati yaitu vaksin yang dibuat
dengan membunuh biakan
jasad renik seluruhnya atau
toksinnya saja dan hasil
panenan jasad renik
kemudian diproses untuk
dijadikan vaksin adjuvan.
􀁹 vaksin hidup atau vaksin aktif
yaitu vaksin yang dibuat
tanpa membunuh. Bibit
penyakit tersebut harus
terdiri dari jasad renik yang
tidak jahat (avirulen) atau
disebut “ attanuated strain”.
Vaksinasi adalah suatu tindakan
dimana hewan dengan sengaja
dimasuki agen penyakit (antigen)
yang telah dilemahkan dengan
tujuan merangsang
pembentukan daya tahan atau
97
daya kebal terhadap penyakit
tertentu, dan aman untuk tidak
menimbulkan penyakit.
Tujuan vaksinasi tidak hanya
mengebalkan ternak yang
bersangkutan, tetapi juga
mengebalkan anak-anaknya
yang baru lahir secara pasif.
Vaksinasi selain bertujuan untuk
pencegahan, dapat juga
digunakan untuk tujuan
pengobatan atau terapi.
Vaksinasi akan merangsang
mekanisme pertahanan tubuh
untuk menghasilkan antibodi
sampai suatu ketika dapat
digunakan melawan serangan
penyakit. Untuk kepentingan
keselamatan terhadap resiko
timbulnya penyakit, dapat
menggunakan virus yang telah
dimatikan.
Tindakan vaksinasi merupakan
salah satu usaha agar hewan
yang divaksinasi memiliki daya
kebal sehingga terlindung dari
serangan penyakit. Kebal atau
imun adalah suatu keadaan
dimana tubuh tahan atau kebal
terhadap serangan penyakit.
Ada dua macam kekebalan
dilihat dari cara terbentuknya
yaitu :
􀁹 kekebalan aktif yaitu
kekebalan yang diperoleh
secara aktif oleh tubuh yang
dihasilkan oleh pabrik
antibodi akibat rangsangan
vaksin dan masa kekebalan
berlangsung lama sesuai
dengan jenis vaksinnya.
Kekebalan aktif di golongkan
menjadi kekebalan buatan
yang diperoleh akibat dari
vaksinasi dan kekebalan aktif
alamiah yang di peroleh
akibat sembuh dari penyakit
menular tertentu.
􀁹 kekebalan pasif adalah suatu
kekebalan yang di peroleh
secara pasif dimana tubuh
ternak yang disuntik tidak
mem bentuk antibodi sendiri,
tetapi telah terkandung
dalam antisera atau anti
toksin dan kolostrumnya.
Kekebalan pasif di golongkan
juga menjadi kekebalan pasif
buatan yaitu yang diperoleh
dari suntikan antisera atau
anti toksin dan kekebalan
pasif alamiah diperoleh dari
susu kolostrum induk yang
telah divaksinasi.
Kekebalan individu ternak
sangat ditentukan oleh faktorfaktor
:
Jenis dan Mutu Vaksin
Telah diterangkan di atas bahwa
ada dua macam vaksin yaitu
vaksin hidup dan vaksin mati.
Vaksin hidup akan menimbulkan
kekebalan yang lebih sempurna
dari pada vaksin mati. Mutu
suatu jenis vaksin akan
dipengaruhi oleh :
􀁹 bibit jasad renik yang
dipergunakan
􀁹 jenis media pem biakan
􀁹 metode pengem bangbiakan
􀁹 masa antige
􀁹 cara inaktifikasi dan adjuvan
98
Penanganan Vaksin
Setiap vaksin akan mengalami
proses penurunan kekuatan atau
mempunyai waktu kedaluwarsa
dan mempunyai persyaratan
tertentu seperti :
􀁹 vaksin virus sebaiknya
disimpan dalam suhu -80 C
􀁹 vaksin bacteri dan toksoid
disimpan dalam ruangan
yang sejuk (+ 150 C) atau
lebih baik dalam refrigator (2-
100 C), sebaiknya di lindungi
terhadap pengaruh langsung
sinar matahari dan sebaiknya
disimpan dalam tempat yang
gelap.
Keadaan Ternak
Ternak yang sakit defisiensi dan
ternak yang mengidap penyakit
parasit yang parah bila
divaksinasi tidak akan
memperoleh kekebalan yang
sempurna dan bahkan dapat
menyebabkan kematian.
Vaksinasi yang diberikan pada
ternak yang sedang dalam masa
inkubasi penyakit, maka
bukannya kekebalan yang akan
diperoleh tetapi ternak akan
menjadi lebih sakit, bahkan
dapat menimbulkan kematian.
Tingkat Serangan Penyakit
Tingkat serangan penyakit pada
kejadian wabah penyakit sangat
dipengaruhi oleh keganasan dari
jasad renik penyebab penyakit
dan dosis jasad renik yang
masuk dalam tubuh.
Vaksin dapat diberikan dengan
cara melalui air minum,
makanan, melalui alat
pernafasan yaitu dengan cara
penyemprotan atau dengan cara
diteteskan kedalam rongga
hidung. Selain cara-cara di atas,
vaksinasi dapat juga dilakukan
dengan melalui penyuntikan baik
secara intra kutan, intra sub
kutan maupun intra muskuler
ataupun melalui intra peritoneal
(kedalam rongga perut). Cara
yang harus dipilih, tergantung
dari petunjuk dari pembuatan
vaksin yang telah dicantumkan
dalam etiket/label.
Ada beberapa kemungkinan
yang akan terjadi akibat
vaksinasi seperti :
􀁹 sepsis yaitu kesalahan teknis
yang bisa memungkinkan
timbulnya infeksi dengan
mikroba dari luar yang
patogen
􀁹 abses yaitu borok akibat dari
kesalahan vaksinasi
􀁹 udema yaitu pembengkakan
lokal akibat dari pengaruh
komponen vaksin
􀁹 concurrent disease. Akan
terjadi pada ternak yang
sedang sakit atau jelek
kondisinya.
􀁹 Reaksi anafilaktik. Akibat
sampingan dari vaksinasi
bisa menyebabkan shock.
6.5.8. Lingkungan yang
Bersih
Jika ternak akan ditempatkan
pada kandang yang pernah
digunakan maka perlu dilakukan:
99
􀁹 pembersihan dan sterilkan
kandang dan peralatan
kandang serta
pengistirahatkan kandang
􀁹 pembersihan lingkungan
kandang termasuk rumput
liar harus dipotong, serta air
yang menggenang di sekitar
kandang harus dihilangkan.
6.5.9. Menghindarkan Stres
Stres adalah tekanan jiwa yang
menimpa ternak akibat pengaruh
lingkungan yang buruk.
Pengaruh lingkungan itu berupa:
􀁹 suhu udara yang tidak stabil
(terlalu panas/ terlalu dingin).
􀁹 kepadatan ternak yang
terlampau tinggi.
􀁹 kelembaban didalam
kandang yang meningkat.
􀁹 akibat bunyi-bunyian keras
yang mengagetkan.
􀁹 pindah kandang.
Hal-hal tersebut diatas dengan
demikian sedapat mungkin
menghindarkan stress. Stres
dapat mengganggu
pertumbuhan ternak karena
dengan stres hidup ternak jadi
tidak nyaman, nafsu makan
terganggu, metabolisme
makanan akan terganggu
sehingga hasil akhir yang
diharapkan tidak tercapai.
6.5.10. Isolasi Ternak
Isolasi terhadap ternak adalah
suatu usaha untuk mengisolasi
atau memisahkan ternak yang
sedang sakit atau mengalami
kelainan dari ternak yang sehat
dan normal. Ternak yang sakit
dipisahkan dan dikandangkan
dalam suatu kandang khusus
yang disebut kandang karantina.
6.5.11. Program Kontrol
Parasit
Program kontrol parasit
merupakan upaya pencegahan
berjangkitnya serangan penyakit,
baik parasit eksternal seperti
pencegahan berkembangnya
serangga dan kutu di dalam
kandang dan sekitarnya maupun
parasit internal yang bertujuan
mencegah masuknya parasit ke
dalam tubuh misalnya cacing.
Secara praktis, kontrol parasit
dilakukan dengan cara :
􀁹 pembuangan kotoran secara
teratur untuk mencegah
berkembang biaknya larva.
􀁹 pemberian larvicida dalam
pakan untuk mencegah
perkembang biakan larva
dalam kotoran
􀁹 penyemprotan kotoran dan
ruangan kandang dengan
pestisida dan insektisida.
6.6. Pengobatan Penyakit
Pengobatan berasal dari kata
obat yang berarti suatu sediaan
yang diberikan untuk tujuan
penyembuhan serangan suatu
penyakit dengan jalan
membunuh jasad renik/kuman
penyakit penyebab penyakit
tersebut atau dengan
memperbaiki kerja alat tubuh.
Obat dapat membahayakan
ternak sehingga penggunaan
obat harus sesuai dosis dan
sesuai petunjuk. Pemberian obat
dapat dilakukan denagn
berbagai cara yaitu ;
100
6.6.1. Pencekokan (drenching)
Pengobatan dengan cara ini
dilakukan dengan
mempergunakan alat pencekok
(drenching gun). Ternak yang
akan diobati sebaiknya
dimasukkan dalam kandang jepit
supaya mudah menanganinya.
Kepala agak diangkat sehingga
obat akan mudah masuk ke
dalam tenggorokan. Alat
pencekok tertera pada gambar
28
6.6.2. Pil atau bolus
Ternak ditempatkan seperti pada
pencekokan atau dapat
dipegang. Setelah mulut (oral)
dibuka, pil/bolus dimasukan ke
dalam mulut (oral) bagian
belakang. Mulut untuk beberapa
saat tetap dipegang agar tidak
membuka.
Sumber. Koleksi Vedca, 2008
Gambar 28.
Drenching Gun
6.6.3. Suntikan (injeksi)
Menyuntik adalah kegiatan
memasukkan obat yang
berbentuk cairan (dengan
tekanan) ke dalam jaringan
tubuh, rongga tubuh, organ
tubuh yang berongga dengan
menggunakan alat suntik.
Jenis-jenis alat suntik.
Alat untuk menyuntik disebut alat
suntik atau secara umum disebut
” Syringe/Spuit” adalah suatu
alat yang biasanya dilengkapi
dengan jarum yang berfungsi
untuk memasukkan obat melalui
pembuluh darah untuk diedarkan
ke seluruh tubuh.
Ada beberapa jenis alat suntik,
diantaranya:
Alat suntik rekord (Record
syringe).
Jenis alat suntik ini merupakan
alat suntik yang sederhana, yang
tertera pada gambar 29. Alat
suntik rekord, terdiri atas :
• Tabung suntik
- terbuat dr gelas, plastik/
nylon atau metal
- ukuran : 1,2,5,10,20,sampai
50 ml
• Penghisap dan tangkainya
- terbuat dari gelas, plastik/
nylon atau metal
• jarum suntik
Sumber.Koleksi Vedca, 2008.
Gambar. 29
Alat suntik rekord
Alat suntik semi otomatis
Alat suntik jenis ini bentuknya
sama dengan alat suntik record
tetapi dilengkapi dengan
101
komponen untuk mengatur dosis
yang terdapat pada tangkai
penghisapnya. Pada tangkai
penghisap terdapat skala dosis
dan sekrup pengatur dosis.
Setiap suntikan cukup dengan
memutar sekrup pengatur dosis,
maka akan diperoleh dosis
tertentu. Alat suntik semi
otomatis tertera pada gambar
30.
Sumber. Soeraji, 1987
Gambar 30.
Alat suntik semi otomatis.
Alat suntik multi-dosis
(Multidose-Syringe)
Alat suntik ini baik sekali untuk
melakukan suntikan masal.
Ukuran besarnya : 30,50 ml.
Obat suntik yg disedot dapat
untuk beberapa dosis, dilengkapi
dengan alat pengatur dosis
Alat suntik otomatis (auto
matic syringe)
Alat suntik ini sama dengan alat
suntik multi dosis, hanya alat
suntik ini dapat mengisi sendiri
(self filling) obat yang akan
disuntikkan. Alat suntik ini hanya
tidak cocok digunakan untuk
ternak-ternak besar. Alat suntik
otomatis tertera pada gambar
31.
Sumber. Soeraji, 1987
Gambar 31.
Alat suntik otomatis
Alat suntik “ Rautmann”
Alat suntik ini juga termasuk
dalam alat suntik multi dosis.
dosis sudah ditetapkan yakni
0,1 ml. Canullanya berukuran
pendek sekali dan lubangnya
bukan pada ujungnya melainkan
pada bagian sisinya. Alat suntik
routmann biasa digunakan
untuk tuberkulinasi. Alat suntik
Rautmann tertera pada gambar
32.
Sumber. Soeraji, 1987
Gambar 32.
Alat suntik Rautmann
6.6.4. Metode menyuntik
Ada beberapa metode yang bisa
digunakan dalam mencegah
dan mengobati suatu penyakit
melalui pemberian obat. Obat
dapat diberikan kepada
penderita dengan melalui
berbagai cara seperti melalui
102
penyuntikan, pemberiobat
melalui mulut atau enternal dan
pemberian obat melalui
parenteral. Penggunaan metode
tergantung pada cepat atau
lambatnya hasil yang
dikehendaki, lama kerja dalam
tubuh, bentuk atau macam obat,
sifat fisis atau kimiawi obat dan
derajat absorbsi terhadap obat.
Salah satu yang sering dipakai
adalah pengobatan dengan
menggunakan suatu obat
tertentu dengan metode lewat
alat suntik. keberhasilan
menyuntik ditentukan oleh :
• cara penyuntikan
• hewan yang disuntik
• alat dan obat yang
digunakan.
Ada beberapa macam dalam
metode menyuntik yaitu :
Suntikan subcutan
Penyuntikan subcutan dilakukan
untuk mendeposisikan onbat
dibawah kulit. Jarum yang
digunakan adalah jarum suntik
ukuran kecil. Sebelum
penyuntikan, lokasi tempat
penyuntikan diolesi alcohol 70 %
agar steril.
Suntikan intramuskular
Penyuntikan intramuskuler
dilakukan dengan cara
mendeposisikan obat didalam
jaringan daging. Penyuntikan
metode ini mempunyai tujuan
agar obat lebih cepat terserap.
Lokasi penyuntikan harus
disterilkan dulu dengan alcohol
70 %. Setelah jarum ditusukan,
kemudian amati terlebih dahulu
apakah jarum masuk ke dalam
pembuluh darah atau tidak.
Apabila keluar darah dari lubang
jarum berarti jarum masuk
pembuluh darah, maka jarum
harus dipindah ke lokasi lain
sampai tidak berdarah.
Suntikan intravena
Penyuntikan intravena adalah
penyuntikan yang berbahaya
sehingga pelaksanaannya harus
hati-hati dan terus-menerus
memperhatikan denyut
jantungnya. Lokasi penyuntikan
biasanya di vena jugularis yang
terletak didaerah pangkal leher.
6.6.5. Pengobatan Terhadap
Suatu Gangguan
Sakit adalah suatu keadan
dimana tubuh, bagian tubuh atau
organ tubuh mengalami
gangguan fungsi. Gangguan ini
bisa bersifat fisiologis ataupun
mekanis. Gangguan yang
bersifat mekanis misalnya terjadi
karena pukulan atau perlukaan.
Sedangkan gangguan yang
bersifat fisiologis misalnya
karena kelainan hormonal.
Pengobatan terhadap gangguangangguan
tersebut dapat
dilakukan dengan tindakan untuk
menghilangkan keadaan tidak
normal tersebut. Ada berbagai
pengobatan yang dapat
dilakukan terhadap baik
gangguan fisiologis maupun
gangguan mekanis, beberapa
diantaranya :
103
6.6.6. Pengobatan
Simptomatis
Pengobatan ini merupakan
pengobatan yang digunakan
untuk menghilangkan gejala
penyakit. Pada pengobatan ini,
gejala-gejala penyakit yang ada
akan hilang tetapi penyebab
penyakit mungkin masih ada.
Sebagai contoh pada penyakit
gatal hanya gejala gatalnya yang
dihilangkan, bukan penyebab
gatalnya sendiri.
6.6.7. Pengobatan Causalis
Pengobatan cusal adalah
pengobatan yang dilakukan
untuk menghilangkan penyebab
munculnya gejala penyakit. Pada
contoh diatas penyakit gatal
dianalisis terlebih dahulu
penyebab gatalnya, baru diobati.
Misalnya karena jamur, maka
diobati dengan anti jamur.
7. Prinsip Good Management
Practices (GMP)
Good Management Practice
(GMP) adalah prosedur untuk
membuat suatu produk yang
baik, aman dan tidak merusak
lingkungan. Menurut organisasi
pangan dunia yang dikenal
dengan Food Agriculture
Organization (FAO) GMP
diadaptasi menjadi praktek
pengelolaan pertanian yang
baik. Hal ini bertujuan untuk
menjaga kelestarian lingkungan,
sosial dan hasil produk pangan –
non pangan yang aman dan
berkualitas baik.
Tujuan GMP adalah:
• Menjamin produk yang aman
dan bermutu baik
• Meningkatkan penggunaan
sumberdaya alam,
kesehatan tenaga kerja dan
kondisi kerja
• Menciptakan peluang pasar
baru bagi petani dan exportir
dari negara berkembang
• Menangkap keuntungan
pasar dengan memodufikasi
mata rantai suplai
Pada bidang peternakan
terdapat 5 komponen yang
mempengaruhi GMP yaitu:
kesehatan ternak, kesehatan
pemerahan, pakan dan air
minum, kesejahteraan ternak
dan lingkungan. Masing-masing
komponen dijelaskan sbb:
7.1. Kesehatan ternak
Kesehatan ternak sangat penting
agar ternak dapat berproduksi
dengan optimal dan produk yang
dihasilkan berkualitas baik. Pada
kesehatan ternak terdapat 4 hal
yang disarankan untuk menuju
GMP, masing-masing dijelaskan
sebagai berikut: Mencegah
penyakit masuk ke farm, Memiliki
program pengelolaan kesehatan
yang efektif, Menggunakan obatobatan
sesuai dengan saran
dokter hewan atau sesuai aturan
yang tertera pada label kemasan
obat, dan Melatih orang yang
sesuai.
104
7.1.1. Mencegah Penyakit
Masuk Ke Farm (Usaha
Ternak)
• Membeli Ternak yang Sehat
untuk Dipelihara dan
Mengontrol Kesehatan Sapi
Setelah Masuk Kandang.
Sebelum masuk ke usaha
ternak kita, sapi harus
diperiksa kesehatannya
terutama untuk sapi yang
didatangkan dari daerah
yang terjangkit penyakit. Bila
dimungkinkan kita bisa
mencari surat keterangan
sehat dari dinas peternakan.
• Menjamin Agar Alat Angkut
yang Membawa Sapi ke
Usaha Ternak Kita Tidak
Membawa Bibit Penyakit. Hal
ini bisa dilakukan dengan
menghindari alat angkut
yang habis dipakai
membawa ternak mati atau
ternak sakit. Bisa juga
diakukan dengan
menyemprot dengan bahan
desinfektan semua
kendaraan yang masuk farm
kita.
• Memiliki Pembatas
Keamanan / Pagar. Pagar
membatasi ternak, hewan liar
memasuki farm kita. Ternak
dari luar farm dan hewan liar
berpotensi membawa bibit
penyakit jika memasuki farm
kita.
• Membatasi Orang dan
Hewan Liar Memasuki Farm.
Orang dan kendaraan yang
mengunjungi beberapa farm
dapat menyebarkan bibit
penyakit ke ternak. Jika
diperlukan semprot terhadap
orang dan kendaraan yang
memasuki farm. Batasi
pengunjung dan kendaraan
sesedikit mungkin.
Perlakukan pengunjung
untuk meminimalkan
penyakit, misalnya jaga
kebersihan kendaraan dari
kotoran sapi. Pengunjung di
persilahkan menggunakan
pakaian dan sepatu
pelindung dan catat semua
pengunjung, karena
pengunjung dan hewan liar
dapat menyebarkan
penyakit.
• Memiliki Program untuk
Mengendalikan Binatang
Pengganggu . Binatang
pengganggu antara lain
tikus, burung dan serangga
dapat menyebarkan penyakit
ke sapi. Pastikan kita
mempunyai program
pengendalian binatang
tersebut. Hal yang perlu
dijaga antara lain tempat
pemerahan, tempat
penyimpanan pakan,
kandang dll.
• Gunakan Peralatan yang
Bersih. Peralatan yang
digunakan pada budidaya
sapi harus dijaga kebersihan.
Untuk alat yang disewa dari
luar harus dipastikan bahwa
peralatan tersebut bersih dan
bebas penyakit. Perlakukan
dengan hati-hati peralatan
yang dipinjam dari luar.
105
7.1.2. Memiliki Program
Pengelolaan Kesehatan
yang Efektif
• Membuat Sistem Identifikasi
Ternak. Sapi dapat
diindentifikasi oleh orang
yang datang untuk
melakukan tugas tertentu.
Identifikasi harus dibuat
permanen dan unik sehingga
setiap ternak dapat
diidentifikasi dari lahir sampai
mati. Identifikasi yang
banyak digunakan adalah
memasang anting telinga
(ear tag), tato, freeze
branding dan microchips.
• Mengembangkan
Pengelolaan Kesehatan yang
berfokus pada Pencegahan.
Program pencegahan
meliputi semua aspek yang
berkaitan dengan
pengelolaan farm.
Pencegahan kesehatan yang
paling lazim adalah
melakukan vaksinasi ternak.
Obat-obatan pencegah
penyakit dapat digunakan
jika tidak ada strategi lain
untuk mencegah penyakit,
misalnya penggunaan
antibiotika dengan dosis
tertentu.
• Memeriksa Kesehatan
Ternak jika ada Gejala
Penyakit. Amati ternak
secara reguler untuk
mendeteksi adanya gejala
penyakit. Gunakan metode
yang akurat untuk
mendeteksi dan
mendiagnosis penyakit.
Beberapa cara dapat
menggunakan termometer
anus, pengamatan tingkah
laku sapi, kondisi tubuh, dan
pengujian susu. Jika hasil
diagnosis menunjukkan
penyakit harus diperlakukan
dengan baik.
• Ternak Sakit Harus ditangani
dengan Baik Secepat
Mungkin. Perlakukan ternak
yang sakit, luka dan kondisi
kesehatannya jelek setelah
mendapat hasil diagnosis.
Tindakan diperlukan untuk
mengurangi akibat infeksi
dan meminimkan sumber
patogen.
• Isolasi Ternak Sakit dan
Pisahkan Produksi Susu dari
Ternak Sakit atau ternak
sedang Diobati. Untuk
mengurangi penyebaran
penyakit, isolasi ternak sakit
pada tempat khusus.
Gunakan prosedur yang ada
untuk memisahkan susu dari
ternak sakit agar tidak
tercampur dengan susu dari
ternak sehat.
• Buatlah Catatan terhadap
semua Perlakukan dan
Ternak yang Pernah Diobati .
Catatan ternak yang pernah
diobati perlu dibuat agar
semua orang yang
berkepentingan mengetahui
perlakukan apa saja yang
pernah diberikan. Gunakan
cara untuk menandai ternak
yang sakit, misalnya
menggunakan cat untuk
menandai sapi yang
terserang penyakit mastitis.
• Menjaga Penyakit yang
dapat Menular ke manusia
(Zoonosis) . Peternak harus
menjaga penyakit yang dapat
106
menulari manusia pada level
yang tidak berbahaya.
Produk ternak harus dijaga
agar tidak terkontaminasi
penyakit, misalnya anthrax,
bakteri pada susu, dll
7.1.3. Gunakan Bahan Kimia
dan Obat-Obatan yang
diperbolehkan
Bahan kimia yang banyak
digunakan seperti deterjen,
desinfektan, pembunuh
serangga dll. Peternak harus
menjaga agar produknya (susu
dan daging) tidak tercemari
bahan tersebut. Obat-obatan
digunakan untuk mengobati
penyakit. Peternak harus
menjamin dosis dan jenis obat
yang sesuai, penyalahgunaan
dapat menyebabkan ternak mati,
penyakit resisten dan produk
ternak tercemar. Bahan kimia
dan obat harus disimpan dengan
baik agar tidak rusak atau
mencemari produk. Limbah obat,
bahan kimia dan peralatan
kesehatan harus dibuang pada
tempat khusus agar tidak
mencemari ternak dan
lingkungan.
7.1.4. Melatih Orang yang
Sesuai
Memiliki prosedur tertulis untuk
mendeteksi dan menangani
ternak sakit dan bahan
kesehatan, sehingga peternak
peduli pada pengelolaan
kesehatan farm. Petugas farm
harus mendapat pelatihan yang
cukup agar dapat melaksanakan
tugasnya. Pilihlah orang yang
mampu untuk mengobati ternak
sakit, misalnya dokter hewan
atau teknisi kesehatan hewan.
7.2. Kesehatan Pemerahan
Pemerahan merupakan kegiatan
yang penting dalam budidaya
sapi perah. Konsumen
menghendaki susu yang
berkualitas tinggi, sehingga
pengelolaan pemerahan
ditujukan untuk meminimalkan
kontaminasi mikroba, bahan
kimia dan kotoran lainnya.
Pemerahan yang baik disamping
akan menghasilkan susu yang
berkualitas tinggi dan menjaga
kesehatan sapi.
7.2.1. Pemerahan tidak
Melukai Sapi dan
Mengotori Susu
Sapi yang diperah harus
memiliki identifikasi, untuk
mengetahui statusnya apakah
sapi laktasi, kering, sedang
diobati, susunya abnormal
karena penyakit, atau sedang
diberi antibiotik. Jadi identifikasi
diperlukan untuk menentukan
langkah selanjutnya.
7.2.2. Persiapan Ambing
sebelum Pemerahan
Bersihkan dan keringkan puting
sapi yang kotor. Ambing dan
puting yang basah harus
dikeringkan. Harus tersedia air
bersih selama kegiatan
pemerahan. Periksalah ambing
dan puting sebelum pemerahan,
apakah ada indikasi mastitis
atau penyakit lainnya.
107
7.2.3. Menggunakan Teknik
Pemerahan yang
Konsisten
Pemerahan harus menggunakan
teknik pemerahan yang baik,
kesalahan teknik dapat
menyebabkan sapi terserang
mastitis dan cedera atau melukai
sapi. Teknik pemerahan yang
benar:
• Siapkan sapi dengan baik
sebelum pemerahan
• Untuk pemerahan dengan
mesin, usahakan udara yang
masuk sesedikit mungkin,
pasang dan lepas cup mesin
perah dengan halus
• Untuk pemerahan dengan
tangan, tangan pemerah harus
bersih, dan dapat
menggunakan sedikit paslin
atau minyak untuk menghidari
puting lecet,
• Minimumkan pemerahan
berlebihan
• Semprotkan larutan Iodium
setelah pemerahan
7.2.4. Pisahkan Susu dari
Sapi Sakit dan Sapi
yang Sedang Diobati
Sapi yang menghasilkan susu
yang tidak layak dikonsumsi
manusia harus dipisahkan
dengan susu yang baik.
Buanglah susu yang abnormal
dengan cara yang benar agar
tidak menulari sapi yang lain.
7.2.5. Pastikan Peralatan
Pemerahan dipasang
dan dirawat dengan
Benar
Pabrik pembuat peralaran mesin
perah harus merekomendasikan
cara konstruksi, instalasi, kinerja
dan perawatan peralatan yang
digunakan untuk pemerahan.
Bahan pembersih harus dipilih
yang tidak mempengaruhi
kualitas susu.
7.2.6. Pastikan Tersedia
Cukup Air Bersih
Persediaan air bersih harus
cukup untuk proses pemerahan
dan pembersihan peralatan
pemerahan. Jaringan suplai air
harus diperiksa secara rutin,
hindari kebocoran jaringan air
yang dapat menyebabkan ternak
kekurangan suplai air.
7.2.7. Tempat Pemerahan
Harus Bersih
Bangunan pemerahan harus
memiliki saluran air (drainase)
dan ventilasi yang baik untuk
mengindari sapi cedera. Ukuran
tempat pemerahan harus sesuai
dengan ukuran sapi. Tempat
pemerahan harus dijaga
kebersihannya dari kotoran sapi,
tanah dll. Lingkungan tempat
pemerahan harus dijaga
kebersihannya. Rancangan
bangunan harus mudah
dibersihkan, memiliki suplai air
bersih, tersedia fasilitas
penanganan limbah, dan cukup
cahaya.
108
7.2.8. Pemerah Mengikuti
Aturan Kesehatan
Pemerah harus mengenakan
pakaian yang sesuai dan bersih,
menjaga kebersihan tangan dan
lengan selama pemerahan, jika
memiliki luka harus dibalut, dan
tidak menderita penyakit infeksi.
7.2.9. Susu yang Habis di
perah Harus Ditangani
dengan Baik
Segera setelah susu diperah
harus didinginkan, sesuai
dengan aturan yang berlaku,
misal 5°C. Lingkungan
penyimpanan susu harus dijaga
kebersihannya. Peralatan
penyimpanan susu harus bisa
menjaga temperatur susu sesuai
dengan yang dikehendaki. Jalan
untuk mengambil susu harus
dirancang untuk memudahkan
kendaraan tangki pengangkut
susu.
7.3. Pakan Dan Air Minum
Ternak
Produktivitas sapi tergantung
dari kualitas pakan dan air
minum yang tersedia. Hal yang
perlu diperhatikan adalah pakan
dan air minum kualitasnya baik,
mengontrol kondisi gudang
pakan dan mengontrol bahan
pakan yang dibeli dari luar farm.
Masing-masing dijelaskan
sebagai berikut:
7.3.1. Menjamin Pakan dan Air
Kualitasnya Baik
Pakan dan air yang diberikan
harus sesuai dengan kebutuhan
fisiologis ternak. Suplai air harus
disediakan, diperiksa dan
dirawat secara reguler. Gunakan
peralatan yang berbeda untuk
menangani bahan kimia dan
bahan pakan. Bahan kimia yang
digunakan pada padang rumput
dan hijauan harus sesuai.
Gunakan bahan kimia untuk
pakan pakan sesuai dengan
yang direkomendasikan.
7.3.2. Mengontrol Kondisi
Tempat Penyimpanan
Pakan
Usahakan tidak ada binatang
yang masuk ke gudang pakan
untuk menghindari kontaminasi
pakan. Gudang harus
berventilasi baik. Pakan harus
dilindungi dari kontaminasi.
Simpan dan tangani dengan baik
bahan pestisda, biji-bijian, pakan
yang diberi obat, dan pupuk.
Herbisida harus dipisahkan dari
bahan kimia dan pupuk. Jerami
dan pakan kering harus
dilindungi dari kondisi lembab.
Silase dan pakan fermentasi
harus disimpat dalam kondisi
tertutup. Bahan pakan yang
berjamur harus dibuang atau
tidak diberikan ke sapi.
109
7.3.3. Bahan Baku Pakan
Harus Bisa Dilacak
Sumbernya
Jika kita membeli bahan pakan,
pastikan penjual (supplier),
memiliki program penjaminan
mutu. Buatlah pembukuan
(catatan) bahan pakan dan
pakan yang dibeli.
7.4. Kesejahteraan Ternak
Peternak harus menjaga
kesejahteraan ternak agar
mereka dapat berproduksi
dengan baik. Konsumen
menghargai kesejahteraan
ternak yang tinggi sebagai
indikator pangan yang aman,
sehat dan berkualitas baik.
Terdapat lima hal yang harus
diperhatikan yaitu :
• Ternak tidak haus, lapar dan
salah makan
• Ternak harus nyaman
• Ternak sehat, bebas nyeri dan
cedera
• Ternak harus bebas ketakutan
• Tingkah laku ternak relatif
normal
Masing-masing aspek tersebut di
atas dijelaskan sebagai berikut:
7.4.1. Ternak tidak Haus,
Lapar dan Salah Makan
Peternak harus menyediakan
pakan dan air dengan jumlah
yang cukup setiap hari.
Pemberian berdasarkan kondisi
fisiologi ternak yaitu umur, berat
badan, tahap laktasi, tingkat
produksi, pertumbuhan,
kebuntingan, aktivitas dan iklim.
Mengatur kapasitas padang
rumput dan pakan tambahan
untuk menjamin ketercukupan
pakan hijauan dan pakan
tambahan. Lindungi ternak dari
pakan beracun dan bahan yang
membahayakan.
7.4.2. Ternak Harus Nyaman
Konstruksi kandang dan tempat
pemerahan harus aman, tidak
membahayakan ternak dan
cukup ventilasi. Hindari jalan
buntu dan lantai yang licin. Alas
kandang harus bersih dan ruang
gerak sapi cukup. Ternak harus
terlindung dari pengaruh iklim
yang dapat menyebabkan
kepanasan atu kedinginan.
7.4.3. Ternak Sehat, Bebas
Nyeri dan Cedera
Ternak harus diperiksa secara
reguler untuk mendeteksi
adanya cedera atau sakit.
Kandang dan tempat pemerahan
lantainya tidak boleh licin untuk
mengurangi peluang cedera
sapi. Sapi yang laktasi harus
diperah secara reguler. Jangan
menggunakan prosedur dan
proses yang menyebabkan
ternak nyeri misal pada
dehorning (penghilangan
tanduk), kastrasi dll.
Menyediakan fasilitas beranak
yang nyaman, dan memeriksa
secara reguler apakah sapi
memerlukan bantuan pada saat
melahirkan. Prosedur
pemasaran pedet harus baik,
penjualan dilakukan setelah
lepas sapih, dan menggunakan
alat transportasi yang memadai.
Jika ternak harus dibunuh difarm
karena sakit parah, harus
dgunakan cara yang tidak
110
menyakitkan. Hindari cara
pemerahan yang salah karena
bisa menyebabkan sapi cedera.
7.4.4. Ternak Harus Bebas
Ketakutan
Peternak harus terampil
mengelola ternaknya dan
menerima pelatihan yang sesuai.
Menjamin ternak berperilaku
relatif normal, salah satunya
dengan menyediakan ruang
gerak yang cukup untuk betina,
pejantan dan pedet. Peternak
harus mampu:
• Mengenali ternaknya sehat
atau sakit
• Memahami perubahan
tingkah laku ternak
• Paham kapan perlu tindakan
pengobatan
• Mengimplementasikan
program pengelolaan
kesehatan
• Mengimplementasikan
program pemberian pakan
dan pengelolaan padang
rumput
• Mengenali iklim untuk
mempromosikan kesehatan
dan kesejahteraan ternak
• Mempu mengelola produksi
ternak
• Menangani ternak dengan
baik dan dengan cara yang
benar, mengantisipasi
penyebab masalah dan
tindakan pencegahan.
7.4.5. Penanganan Ternak
• Menyiksa ternak pada
kondisi apapun tidak
diperbolehkan
• Lantai kandang harus tidak
licin, tangani sapi dengan
hati-hati, jika sapi yang jatuh
lebih dari 2% menunjukkan
pengangan yang kurang
baik
• Pada saat memindahlan
sapi sebaiknya dari samping
bahu sapi, hindari alat bantu
yang menyakitkan seperti
cambuk, alat kejut listrik,
batang besi dll
7.4.6. Pemasaran Ternak
Pada umumnya ternak dijual
dalam kondisi sehat dan
phisiknya bagus. Ternak yang
akan dijual dikumpulkan pada
kandang khusus (pen) yang
dekat dengan loading ramp
(tangga untuk menaikkan sapi ke
truk). Pada saat menggiring dari
kandang ke pen tanpa
menyebabkan stress. Truk yang
digunakan harus dirancang
khusus untuk keselamatan
peternak dan sapi. Sapi
dinaikkan, dipindahkan dan
diturunkan dengan hati-hati dan
sabar agar tidak menimbulkan
stres. Daya angkut sapi
ditentukan dengan ukuran dan
berat sapi, pastikan rung dalam
truk tidak terlalu padat. Jika truk
tidak penuh harus diberi sekat
pembatas agar sapi tenang dan
truk stabil. Pintu kendaraan dan
pintu gerbang loading ramp
harus cukup besar untuk dilewati
sapi tanpa menimbulkan luka.
Tidak ada jarak antara bak truk
dengan loading ramp, jika ada
jarak dapat menyebabkan sapi
terperosok dan sapi menderita
cedera.
111
7. 5. Lingkungan
Konsumen makin sadar bahwa
produksi makanan harus
seimbang dengan lingkungan.
untuk itu peternak dalam
memproduksi susu dan daging
memilih cara yang mengurangi
kerusakan lingkungan . Masalah
utama adalah polusi dari kotoran
sapi, cairan, cairan silase dll.
Saran untuk GMP adalah
memiliki sistem pengelolaan
limbah yang baik, dan menjamin
pengelolaan ternak tidak
memberikan dampak terhadap
lingkungan lokal. Masing-masing
dijelaskan sebagai berikut:
7.5.1. Memiliki Sistem
Pengelolaan Limbah
yang Baik
Limbah peternakan harus
ditampung pada tempat khusus
untuk meminimumkan
pencemaran. Tempat
penampungan harus diperiksa
apakan sudah penuh, atau ada
kebocoran. Limbah lain seperti
plastik harus dibuang pada
tempat yang sesuai untuk
mencegah polusi. Kotoran sapi
dapat disemprotkan ke padang
rumput.
7.5.2. Menjamin Pengelolaan
Ternak tidak
Memberikan Dampak
Terhadap Lingkungan
Lokal
Menjaga agar usaha peternakan
tidak memberi dampak terhadap
lingkungan lokal. Fasilitas
penyimpanan untuk limbah oli,
cairan silase, lumpur, dan bahan
polutan lainnya harus diletakkan
pada tempat yang aman untuk
menjaga agar tidak mencemari
lingkungan lokal. Hindari
membuang limbah pertanian
atau bahan kimia pada tempat
yang dapat terkena drainase, air
permukaan atau aiur tanah
dapat menghanyutkan dan
mencemari suplai air lokal.
Gunakan bahan kimia (pupuk,
obat, pestyisida dll) dengan
benar untuk menghindari
pencemaran lingkungan.
Menjamin penampilan usaha
peternakan agar bersih dan
terawat untuk menciptakan
kesan tempat memproduksi susu
dan daging yang berkualitas
baik.
8. Aplikasi konsep
Coba amati suatu usaha
peternakan dilingkungan sekolah
siswa, apakah sudah
melaksanakan GMP dengan
baik. Hal-hal yang di amati
meliputi:
• Mencegah Penyakit Masuk
Ke Farm (Usaha Ternak)
• Memiliki Program
Pengelolaan Kesehatan yang
Efektif
􀂃 Pemerahan tidak Melukai
Sapi dan Mengotori Susu
• Menjamin Pakan dan Air
Kualitasnya Baik
• Ternak Harus Nyaman
• Memiliki Sistem Pengelolaan
Limbah yang Baik
• Ternak tidak Haus, Lapar dan
Salah Makan
112
9. Pemecahan masalah
9.1. Sapi perah yang dipelihara
didataran rendah produksinya
kebih rendah dari sapi perah
yang dipelihara didataran tinggi.
Diskusikan dengan teman-teman
siswa
9.2. Selandia Baru menyilangkan
sapi FH dengan dapi sahiwal.
Hasil silangan tersebut Sahiwal
cross di kespor ke Indonesia.
Diskusikan apa tujuan
penyilangan tersebut?
9.3. Australia menyilangkan sapi
Short horn dengan sapi
Brahman. Hasil silangan BX
kemudian diekspor ke Indonesia.
Diskusikan dengan temanteman,
apa tujuan penyilangan
tersebut.
9.4. Kandang didataran rendah
sebaiknya tidak menggunakan
atap dari bahan seng atau
asbes, tetapi disarankan
menggunakan genteng.
Diskusikan dengan teman-teman
apa tujuan tersebut?
9.5. Disuatu peternakan sapi
potong banyak didapati sapi
yang pincang, sehingga
pertumbuhan terganggu.
Diskusikan dengan teman-teman
apa kemungkinan
penyebabnya?
10. Pengayaan
Jawablah pertanyaan di bawah
ini, dengan memilih satu
jawaban yang paling benar
1. Jenis sapi asli Indonesia
adalah
a. Brahman
b. Sahiwal
c. Bali
d. Angus
2. Jenis ternak perah yang ada
di Indonesia adalah
a. Sahiwal Cross
b. FH
c. Kerbau Murrah
d. Semua benar
3. Cara mengetahu umur sapi
yang paling tepat adalah
a. Dari catatan
b. Dari cincin tanduk
c. Wawancara
d. Dari pertumbuhan gigi
4. Pengetahuan tingkah laku
ternak diperlukan untuk
a. Mempermudah
penanganan sapi
b. Menyakiti sapi
c. Menendang sapi
d. Mengikat sapi
5. Pada pakan sapi, bungkil
kedelai termasuk bahan
sumber
a. Energi
b. Protein
c. Lemak
d. Mineral
6. Dedak padi merupakan bahan
pakan sumber
a. Energi
b. Protein
c. Mineral
d. Vitamin
113
7. Defisiensi Ca (Calsium) pada
sapi menyebabkan
a. Riketsia,
b. Pertumbuhan terhambat,
c. Tidak ada koordinasi otot.
d. Semua benar
8. Fungsi kandang sapi adalah
a. Mengontrol iklim mikro
b. Memberi kenyamanan sapi
c. Menjaga keamanan ternak
d. Semua benar
9. tujuan vaksinasi sapi adalah
a. Mengobati sapi sakit
b. Menciptakan kekebalan
tubuh
c. Menambah vitamin
d. Menyuntikkan antibiotika
10. Upaya mencegah penyakit
masuk ke Farm sapi
adalah
a. Mengontrol kendaraan
yang masuk
b. Mengontrol orang yang
masuk
c. Membuat pagar pembatas
d. Semua benar
Kunci Jawaban
1.c
2.d
3. a
4. a
5. b
6. a
7. d
8. d
9. b
10. d
115
BAB 3
MENERAPKAN KAIDAH DAN ATURAN KESEHATAN
DAN KESELAMATAN KERJA (K3)
1. Persyaratan K3
Pada prinsipnya tanggung jawab
terhadap keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) berada
pada setiap orang. Setiap orang
atau karyawan yang bekerja
dalam suatu perusahaan
peternakan khususnya ternak
ruminansia besar, harus
berpartisifasi dalam setiap
kegiatan keselamatan dan
kesehatan kerja, serta
bertanggung jawab atas
keselamatan dan kesehatan
dirinya masing-masing
dilingkungan kerjanya. Karena
dalam suatu perusahaan
peternakan khususnya ternak
ruminansia besar senantiasa
terdapat kegiatan-kegiatan
teknis yang melibatkan juga
berbagai peralatan teknis dan
sumber daya manusia. Maka
secara keseluruhan beban
tanggung jawab atas operasinya
suatu perusahaan peternakan
akan berada pada pimpinan
perusahaan peternakan
tersebut.
Penerapan sistem manajemen
(K3) dapat menjamin
keselamatan dan kesehatan
tenaga kerja maupun orang yang
berada di tempat kerja. Menurut
peraturan menteri Tenaga Kerja
No: Per. 05/Men/1996, tentang
sistem keselamatan dan
kesehatan kerja.
Sistem manajemen (K3) adalah
bagian dari sistem manajemen
secara keseluruhan yang
meliputi : struktur
organisasi, perencanaan,
tanggung jawab, pelaksanaan
prosedur, proses, dan sumber
daya yang dibutuhkan bagi
pengembangan, penerapan,
pencapaian, pengkajian dan
pemeliharaan kebijakan
keselamatan dan kesehatan
kerja dalam rangka
pengendalian resiko yang
berkaitan dengan kegiatan kerja
guna terciptannya tempat kerja
yang aman, efesien dan efektif.
Tempat kerja adalah, setiap
ruangan atau lapangan tertutup
atau terbuka, bergerak atau
tetap, dimana tenaga kerja
bekerja atau yang sering
dimasuki tenaga kerja untuk
keperluan suatu usaha dan
dimana terdapat sumber atau
sumber-sumber bahaya baik
didarat, didalam tanah,
dipermukaan air, didalam air,
diudara, yang berada di dalam
wilayah kekuasaan hukum
Republik Indonesia,
Perusahaan adalah setiap
bentuk usaha yang
mempekerjakan pekerja dengan
tujuan mencari laba/keuntungan
atau tidak, baik milik swasta
mapun milik negara.
116
Tenaga kerja adalah tiap orang
yang mampu melakukan
pekerjaan baik didalam maupun
diluar hubungan kerja guna
menghasilkan jasa atau barang
untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat.
Pengusaha adalah :
• Orang atau badan hukum
yang menjalankan suatu
usaha milik sendiri dan untuk
keperluan itu menggunakan
tempat kerja.
• Orang atau badan hukum
yang secara berdiri sendiri
menjalankan sesuatu usaha
bukan miliknya dan untuk
keperluan itu
mempergunakan temapat
kerja.
Adapun tujuan dan sasaran
sistem manajemen K3
perusahaan peternakan
khususnya ternak ruminansia
besar adalah menciptkan suatu
sistem keselamatan dan
kesehatan kerja di tempat kerja
dengan melibatkan unsur
manajemen, tenaga kerja,
kondisi dan lingkungan kerja
yang terintegrasi dalam rangka
mencegah dan mengurangi
kecelakan dan penyakit akibat
kerja serta terciptanya tempat
kerja yang aman, efisien, dan
produktif.
2. Kaidah dan peraturan
mengenai K3
Dalam sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan
kerja, Program K3 merupakan
bagian dari perencanaan.
Sebagaimana alur proses sistem
manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja, maka untuk
dapat menetapkan dan
memelihara program kerja K3
perusahaan perlu adanya
tahapan-tahapan diantaranya:
pemahaman terhadap dasar
hukum pelaksanaan program
K3, adanya komitmen dan
kebijakan dari
pengusaha/pemilik perusahaan,
dan akhirnya perencanaan,yang
di dalamnya termasuk program
kerja.
3. Dasar Hukum Pelaksanaan
Program K3
Bagi suatu perusahaan, tenaga
kerja merupakan aset yang
sangat berharga. Agar dapat
melakukan tugasnya secara
efektif dan efisien, maka
kesejahteraan tenaga kerja perlu
diperhatikan. Salah satu bentuk
kesejahteraan bagi tenaga kerja
adalah perlindungan terhadap
keselamatan dan kesehatan
kerja-nya. Untuk menjamin
keselamatan dan kesehatan
tenaga kerja maupun orang lain
yang berada di tempat kerja,
serta menjamin keamanan
terhadap sumber prouksi, proses
produksi dan dan lingkungan
kerja, perlu penerapan sistem
manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja.
Penerapan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan
kerja ini sesuai dengan
peraturan perundangan yang
berlaku di Indonesia. Peraturan
117
perundangan yang dimaksud
adalah:
3.1. Pasal 27 ayat (2), UUD
tahun 1945. ”Setiap warga
negara berhak atas
pekerjaan dan
penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan”.
3.2. Undang-Undang No. 13
tahun 2003 tentang
”Ketenaga kerjaan” Pasal
86
􀁹 Setiap pekerja mempunyai
hak untuk memperoleh
perlindungan atas:
keselamatan dan kesehatan
kerja , Moral dan kesusilaan
dan perlakuan yang sesuai
dengan hak-hak dan
martabat manusia serta nilainilai
agama.
􀁹 Untuk melindungi
keselamatan pekerja guna
mewujudkan produktifitas
kerja yang optimal
diselenggarakan upaya K3
􀁹 Perlindungan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2)
dilaksanakan sesuai dengan
peraturan perundangundangan
yang berlaku.
4. Penerapan Sistem
Manajemen K3
Setiap perusahaan peternakan
ruminansia besar yang
mempekerjakan tenaga kerja
sebanyak seratus (100) orang
atau lebih dan atau mengandung
potensi bahaya yang ditimbulkan
oleh karakteristik dari proses
produksi yang dapat
mengakibatkan kecelakaan kerja
seperti peledakan, kebakaran,
pencemaran, dan penyakit
akibat kerja wajib menerapkan
sistem manajemen K3.
Sistem manajemen K3
sebagaimana dimaksut wajib
dilakasanakan oleh pengurus,
perusahaan dan seluruh tenaga
kerja sebagai satu kesatuaan.
Dalam penerapan sistem
manajemen K3 perusahaan
peternakan ruminansia besar,
wajib melaksanakan ketentuanketentuan
sebagai berikut:
􀁹 Menerapakan kebijakan
keselamatan dan kesehatan
kerja dan menjamin
komitmen terhadap
penerapan sistem
manajemen K3.
􀁹 Merencanakan pemenuhan
kebijakan, tujuan dan
sasaran penerapan
keselamatan dan kesehatan
kerja
􀁹 Menerapkan kebijakan
keselamatan dan kesehatan
kerja secara efektif dengan
mengembangkan
kemampuan dari mekanisme
pendukung yang diperlukan
mencapai kebijakan, tujuan
dan sasaran keselamatan
dan kesehatan kerja.
􀁹 Mengukur, memantau dan
mengevaluasi kinerja
keselamatan dan kesehatan
kerja serta melakukan
tindakan perbaikan dan
pencegahannya.
􀁹 Meninjau secara teratur dan
meningkatakan pelaksanaan
sistem manajemen K3
secara berkesinambungan
dengan tujuan meningkatkan
118
kinerja keselamatan dan
kesehatan kerja.
5. Memelihara Infrastruktur
K3 dalam Perusahaan
Peternakan Ruminansia
Besar
5.1. Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja dalam
perusahaan peternakan
ruminansia besar adalah
keselamatan kerja yang
menyangkut dengan unsur
manusia, mesin/peralat, bahan
yang dikerjakan dan ternak yang
diusahakan. Adapun fungsi
keselamatan kerja adalah
mencegah terjadinya kecelakaan
di tempat kerja. Yang perlu
diperhatikan dalam keselamatan
dan kesehatan kerja adalah
terciptanya keamanan dan
lingkungan yang sehat di
perusahaan peternakan
ruminansia besar untuk semua
pekerja tanpa harus
membedakan jenis atau
klasifikasi pekerjaan.
Adapun faktor-faktor yang harus
diperhatikan dalam
keselamatan kerja :
5.2. Keselamatan atau
Keamanan Personal
(manusia)
Setiap orang yang bekerja di
perusahaan peternakan
ruminansia besar harus
menggunakan peralatan K3
pada waktu bekerja sesuai
dengan spesifikasi
pekerjaannya.
5.3. Keamanan Peralatan
Semua peralatan yang akan
digunakan atau yang sudah
dipasang, hendaknya dilakukan
evaluasi ulang atau dicek ulang.
Apakah peralatan tersebut
sudah benar-benar layak atau
aman digunakan atau belum ?
5.4. Pemasangan Instalasi
Pengaman
Setiap kali peralatan akan
dipergunakan, kita harus selalu
memeriksa apakah alat
pengamannya sudah terpasang
dengan benar sesuai dengan
buku manualnya. Apakah alat
pengaman yang dipasang sudah
sesuai dengan standar nasional
untuk katagori alat tertentu.
5.5. Pemasangan Kabel
Kondisi yang sama harus
diperhatikan untuk peralatan
yang membutuhkan arus dari
sumbernya, jenis kabel yang
dipasang harus memenuhi
standar yang ditentukan.
5.5.1. Pengaman Listrik
Petugas atau pemakai alat yang
berhubungan dengan listrik
harus memeriksa kondisi
pengaman listrik, untuk
mengetahui kelayakan dari
semua pengaman listrik yang
ada, apakah semua pengaman
yang ada telah memenuhi
syarat teknis.
119
5.5.2. Pemadam Kebakaran
Semua gedung baik yang
termasuk dalam instansi
pemerintah maupun swasta
sebaiknya dilengkapi dengan
alat pemadam kebakaran yang
sesuai dengan kebutuhan
bangunan. Alat pemadam
kebakaran dapat ditempatkan di
laboratorium, bengkel, pabrik
pakan, gudang pakan , gedung
atau kantor perusahaan
peternakan ruminansia besar.
Alat pemadam kebakaran secara
periodik harus dicek apakah
berfungsi dengan baik atau
tidak.
5.5.3. Kesehatan Kerja
Hal-hal yang perlu diperhatikan
yang berhubungan kesehatan
kerja dalam perusahaan
peternakan ruminansia besar
adalah :
5.5.4. Sirkulasi Udara yang
Baik
Untuk menjaga agar udara
dalam ruangan kantor, kandang
ternak , pabrik pakan tetap
bersih dan nyaman perlu
dipasang peralatan seperti (
sistem penyedot atau pengisap
debu, kipas angin , AC dan
penanaman pohon pelindung
dan lain-lai )
5.5.5. Kebisingan
Untuk mengantisipasi kebisingan
dalam bekerja di pabrik pakan
atau pada saat mengoperasikan
alat pencacah rumput ( copper)
yang ada di perusahaan
peternakan ruminansia besar
perlu alat penutup telinga atau
pelindung telingga. Disamping
alat tersebut masih ada alat –
alat pelindung badan lainnya
seperti : ( alat pelindung mata,
alat pelindung , kepala alat
pelindung tangan, alat pelindung
kaki, alat pelindung hidung dan
mulut dan lain sebagainya).
6. Pedoman Penerapan Dan
Sistem Manajemen K3
Perusahaan Peternakan
Ruminansia Besar
6.1. Komitmen dan Kebijakan
Pimpinan
6.1.1. Kepemimpinan dan
Komitmen
Pengurus atau pemimpin
perusahaan peternakan
ruminansia besar harus
menunjukan kepemimpinannya
dan komitmennya terhadap
keselamatan dan kesehatan
kerja dengan menyediakan
sumberdaya yang memadai.
Setiap tingkat pimpinan di
perusahaan peternakan
ruminansia besar harus
menunjukan komitmen terhadap
K3, sehingga penerapan sistem
manajemen K3 di perusahaan
peternakan ruminansia besar
dapat berhasil dengan baik dan
mudah dikembangkan.
Setiap tenaga kerja atau
karyawan perusahaan
peternakan ruminansia besar
120
dan orang lain yang berada
ditempat kerja harus berperan
serta dalam menjaga dan
mengendalikan pelaksanaan k3.
6.1.2. Wujud Komitmen
Komitmen pimpinan perusahaan
berkaitan dengan keselamatan
dan kesehatan kerja dilakukan
dengan cara menyediakan
sumberdaya yang memadai, dan
diwujudkan dalam bentuk:
􀁹 Membentuk Organisas dan
menempatkan organisasi
keselamatan dan kesehatan
kerja pada posisi yang dapat
menentukan keputusan
perusahaan
􀁹 Menyediakan anggaran,
􀁹 Menyediakan tenaga kerja
yang berkualitas
􀁹 Menyediakan sarana lain
yang diperlukan untuk K3
􀁹 Menetapkan tanggung
jawab, wewenang, dan
kewajiban yang jelas dalam
penanganan K3
􀁹 Membangun dan memelihara
kesadaran, motivasi dan
keterlibatan seluruh pihak di
perusahaan
6.1.2.1. Kebijakan K3
Kebijakan K3 suatu perusahaan
peternakan ruminansia besar
adalah suatu pernyataan tertulis
yang ditanda tangani oleh
pengusaha dan atau pengurus
perusahaan peternakan
ruminansia besar, yang memuat
keseluruhan visi dan tujuan
perusahaan, komitmen dan
tekad melaksanakan K3 , dan
program kerja yang mencakup
kegiatan perusahaan peternakan
ruminansia secara menyeluruh
yang bersifat umum dan atau
operasional.
Kebijakan K3 suatu perusahaan
peternakan ruminansia besar,
sebaiknya dalam pembuatannya
melalui proses konsultasii antara
pengurus/pengelola dan wakil
tenaga kerja atau karyawan
suatu perusahaan tersebut, yang
kemudian harus dijelaskan,
disebarluaskan kepada seluruh
warga atau tenaga
kerja/karyawan yang ada di
perusahaan tersebut.
Kebijakan K3 yang disusun dan
disepakati bersifat dinamik dan
selalu ditinjau ulang, dalam
rangka peningkatan kinerja K3.
6.2. Perencanaan
Perusahan peternakan
ruminansia besar harus
membuat perencanaan yang
efektif untuk mencapai
keberhasilan penerapan dan
kegiatan sistem manajemen K3
dengan sasaran yang jelas dan
dapat diukur.
Perencanaan harus memuat
tujuan, sasaran, dan indikator
kinerja yang diterapkan dengan
mempertimbangkan identifikasi
sumber bahaya, penilaian dan
pengendalian reksiko sesuai
dengan persyaratan perundangundangan
yang berlaku.
121
6.2. Penerapan
Dalam mencapai tujuan K3
perusahaan peternakan
ruminansia besar harus
menunjuk personal yang
mempunyai kualifikasi yang
sesuai dengan sistem yang
diterapkan.
􀁹 SDM, Sarana dan Dana
Perusahaan harus
mempunyai personal yang
memiliki kualifikasi , sarana,
dana yang memadai sesuai
dengan sistem manajemen
K3
􀁹 Tanggung Jawab
Dalam peningkatan K3 ,
akan efektif apabila semua
pihak dalam suatu
perusahaan tersebut
didorong untuk berperan
serta dalam penerapan dan
pengembangan sistem
manajemen K3 serta
memiliki budaya perusahaan
yang mendukung dan
memberikan kontribusi bagi
sistem manajemen K3
􀁹 Pelatihan dan Kompetensi
kerja
Pengembangan dan
penerapan sistem
manajemen K3 perusahaan
peternakan ruminansia besar
yang efektif ditentukan oleh
kompetensi kerja dan
pelatihan dari setiap tenaga
kerja diperusahaan tersebut.
􀁹 Kegiatan pendukung
Kegiatan pendukung dari
sistem manajemen K3
antara lain; komunikasi,
pelaporan dan
pendukumentasian semua
kegiatan yang berada
disuatu peruhaan
peternakan ruminansia besar
tersebut.
7. Menyimpan Alat- Alat
Produksi Bahan Kimia dan
Biologis
Alat-alat produksi seperti cangul,
ember, sapu, sekop, copper,
kereta dorong, tali tambang, alatalat
kesehatan, dan peralatan
lainnya disimpan di tempat yang
aman, baik itu dari pencurian
maupun keamanan awetan
ataupun keberfungsian alat
tersebut. Untuk menyimpan alatalat
produksi perlu sarana
pendukung seperti gudang
memenuhi persyaratan.
Sedangkan untuk peralatan
kesehatan perlu juga disimpan
pada ruangan tertentu dan alatalat
kesehatan sebaiknya
dipisahkan dengan alat-alat
untuk kegiatan produksi.
Bahan – bahan kimia
sebaiknya disimpan pada
ruangan khusus, tidak dicampur
dengan bahan-bahan biologis
maupun alat–alat produksi.
Ruangan untuk menyimpan
bahan kimia diusahakan
sedemikian rupa jauh dari ruang
dapur. Pada intinya pada saat
menyimpan semua alat-alat
produksi, bahan kimia dan
122
biologis sebaiknya sesuai
dengan standard operating
Procedure ( SOP).
8. Aplikasi Konsep
Mengidentifikasi K3 pada
perusahaan peternakan sapi
potong:
8.1. Lakukan identifikasi sumber
bahaya yang berkaitan
dengan kegiatan
penggemukan sapi potong
yang meliputi :
􀁹 Kegiatan persiapan
kandang
􀁹 Kegiatan pemilihan bibit
atau pengadaan bibit
􀁹 Kegiatan pemberian
pakan
􀁹 Kegiatan penanganan
kesehatan
􀁹 Kegiatan pemanenan
8.2. Lakukan Identifikasi
dampak yang ditimbulkan
akibat dari kegiatan tersebut
8.3. Carilah solusi atau alternatif
pemecahan dari masingmasing
dampak tersebut
8.4. Buatkan program K3 nya.
9. Pemecahan Masalah
Seorang peternak sapi akan
melakukan kegiatan
penanganan ternak (
memandikan ternak) kebetulan
ternaknya sulit dikendalikan.
Pada hal kegiatan memandikan
itu merupakan program
penanganan kesehatan. Apa
saran anda agar kegiatan
memandikan ternak tersebut
berjalan lancar tanpa
menyebabkan cidera baik itu
ternak maupun peternaknya ?
10. Pengayaan
1. Kepanjangan dari K3 adalah
a. Kesehatan dan
keselamatan kerja
b. Keselamatan dan
kesehatan kerja
c. Kesehatan keselamatan
kerja
d. Keselamatan kesehatan
kerja
2. Keselamatan kerja dalam
perusahaan peternakan
ruminansia besar adalah
keselamatan kerja yang
menyangkut dengan unsur :
a. manusia, mesin/peralat,
bahan yang dikerjakan
dan ternak yang
diusahakan.
b. manusia, mesin/peralat,
dan bahan yang
dikerjakan
c. manusia, mesin/peralat,
dan ternak ternak yang
diusahakan.
d. Tenaga kerja, alat, bahan
dan lingkungan
3. Kebijakan K3 suatu
perusahaan peternakan
ruminansia besar sebaiknya
memuat tentang :
a. visi dan tujuan
perusahaan dan
komitmen dan tekad
melaksanakan K3
b. visi dan tujuan
perusahaan dan program
kerja K3
c. visi dan tujuan
perusahaan dan
123
komitmen dan tekad
melaksanakan K3 , dan
program kerja yang
mencakup kegiatan
perusahaan peternakan
ruminansia secara
menyeluruh yang bersifat
umum dan atau
operasional.
d. visi dan target
perusahaan dan
komitmen dan tekad
melaksanakan K3
4. Pada prinsipnya tanggung
jawab terhadap keselamatan
dan kesehatan kerja (K3)
berada pada:
a. Setiap perusahaan
peternakan
b. Setiap organisasi
c. Setiap instansi
pemerintah
d. Setiap orang
5. Peraturan Menteri Tenaga
Kerja yang mengatur tentang
sistem keselamatan dan
kesehatan kerja ( K3) adalah:
a. Peraturan menteri
Tenaga Kerja No: Per.
05/Men/1999
b. Peraturan menteri
Tenaga Kerja No: Per.
05/Men/1998
c. Peraturan menteri
Tenaga Kerja No: Per.
05/Men/1997
d. Peraturan menteri
Tenaga Kerja No: Per.
05/Men/1996,
6. Undang - undang yang
mengatur tentang
Ketenagakerjaan adalah
a. Undang-Undang No. 13
tahun 2003
b. Undang-Undang No. 13
tahun 2004
c. Undang-Undang No. 12
tahun 2004
d. Undang-Undang No. 12
tahun 2003
Kunci Jawaban
1. b
2. a
3. c
4. d
5. d
6. a

0 komentar: