____ Baca Baca: SMK 10 Kimia Kesehatan_Zulfikar Html BSE_______welcome
Share |

Kamis, 25 Februari 2010

SMK 10 Kimia Kesehatan_Zulfikar Html














Zulfikar
KIMIA
KESEHATAN
JILID 1
SMK
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional
Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional
Dilindungi Undang-undang
KIMIA
KESEHATAN
JILID 1
Untuk SMK
Penulis : Zulfikar
Perancang Kulit : TIM
Ukuran Buku : 17,6 x 25 cm
Diterbitkan oleh
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional
Tahun 2008
ZUL ZULFIKAR
k Kimia Kesehatan Jilid 1 untuk SMK /oleh Zulfikar ----
Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan,
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah,
Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
ix, 182 hlm
Daftar Pustaka : Lampiran. A
Lampiran : Lampiran. B
Indeks : Lampiran. C
ISBN : 978-602-8320-48-1
ISBN : 978-602-8320-49-8
KATA SAMBUTAN
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar
dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional, telah melaksanakan
kegiatan penulisan buku kejuruan sebagai bentuk dari kegiatan
pembelian hak cipta buku teks pelajaran kejuruan bagi siswa SMK.
Karena buku-buku pelajaran kejuruan sangat sulit di dapatkan di pasaran.
Buku teks pelajaran ini telah melalui proses penilaian oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan sebagai buku teks pelajaran untuk SMK dan telah
dinyatakan memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses
pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 45
Tahun 2008 tanggal 15 Agustus 2008.
Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
seluruh penulis yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya
kepada Departemen Pendidikan Nasional untuk digunakan secara luas
oleh para pendidik dan peserta didik SMK.
Buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada
Departemen Pendidikan Nasional ini, dapat diunduh (download),
digandakan, dicetak, dialihmediakan, atau difotokopi oleh masyarakat.
Namun untuk penggandaan yang bersifat komersial harga penjualannya
harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Dengan
ditayangkan soft copy ini diharapkan akan lebih memudahkan bagi
masyarakat khsusnya para pendidik dan peserta didik SMK di seluruh
Indonesia maupun sekolah Indonesia yang berada di luar negeri untuk
mengakses dan memanfaatkannya sebagai sumber belajar.
Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini. Kepada
para peserta didik kami ucapkan selamat belajar dan semoga dapat
memanfaatkan buku ini sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa buku ini
masih perlu ditingkatkan mutunya. Oleh karena itu, saran dan kritik
sangat kami harapkan.
Jakarta, 17 Agustus 2008
Direktur Pembinaan SMK
i
Kata Pengantar
Buku ini ditulis untuk dipergunakan sebagai panduan belajar
dan mengajar di lingkungan Sekolah Menengah Kejuruan,
dengan ruang lingkup Kimia untuk bidang Kesehatan. Materi
disajikan dengan pendekatan konsep kimia dan penerapannya
dalam bidang kesehatan. Luasnya materi kajian yang diberikan
juga menuntut agar pembaca perlu tambahan pengetahuan
khususnya bidang kimia.
Teknik penyajian buku ditekankan pada penerapan konsepkonsep
dasar bidang kimia dalam bidang kesehatan dibantu
dengan gambar dan bagan sederhana yang diharapkan mampu
membantu pembaca dalam memahami buku dengan mudah
dan dapat disebarluaskan kepada pihak lain agar dapat
dimanfaatkan.
Dalam menjabarkan isi buku, penulis juga memberikan arahan
isi melalui alur fikir dan bagan konsep kimia. Materi disusun
atas dasar Standar Kompetensi Kimia Kesehatan yang
selanjutnya dikembangkan menjadi pokok-pokok bahasan yang
mengacu pada Komptensi Dasar.
Keberhasilan penulisan buku ini tidak lepas dari dukungan adikadik
kami, Ali Muhammad Yusuf Shofa dan Wahid Hasyim di
Jurusan Kimia, serta dukungan keluarga tercinta. Tidak
berlebihan jika penulis persembahkan buku ini untuk putraputri
penulis, Rizti Khairinnisa, Ahmad Reza Zulfi dan Ahmad
Fikri Zulfi serta istri penulis Agustin Anita.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Direktorat
Pendidikan Menengah dan Kejuruan yang telah memberi
kesempatan dan dukungan dalam penyelesaian buku ini.
Penulis dengan senang hati dan sangat berharap kritik dan
saran yang membangun dan dapat dipergunakan sebagai
bahan penyempurnaan dari buku ini. Mudah-mudahan karya
sederhana ini dapat memberikan kontribusi yang berati untuk
pengembangan pendidikan di jenjang sekolah menengah
kejuruan. Atas saran dan kritik yang diberikan pembaca,
sebelumnya penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Zulfikar
ii
Alur Fikir Buku
Buku Kimia kesehatan memberikan informasi sedarhana tentang
peran ilmu kimia dalam bidang kesehatan. Pemaparan dan
penyajian konsep dilakukan dengan memvisualisasikan konsep
dalam bentuk gambar-gambar. Dengan pola ini diharapkan
mampu menyederhanakan konsep dan dapat diterima siswa
dengan mudah.
Substansi dan materi buku disusun dengan tujuan untuk
memberikan pengetahuan dasar ilmu kimia yang dapat dijadikan
acuan atau kerangka dasar dalam mempelajari ilmu bidang
kesehatan dengan pendekatan kimia. Atas dasar ini maka sajian
difokuskan pada pemahaman
1. Konsep materi dan perubahannya, fenomena reaksi kimia
yang terkait dengan kinetika, kesetimbangan, kekekalan
masa dan kekekalan energy.
2. Tentang sifat berbagai larutan asam-basa, larutan koloid,
larutan elektrolit-non elektrolit, termasuk cara
pengukuran dan kegunaannya
3. Konsep reaksi oksidasi-reduksi dan elektrokimia serta
penerapannya dalam fenomena pembentukan energi
listrik, korosi logam, dan pemisahan bahan.
4. Tentang struktur molekul dan reaksi senyawa organik
yang meliputi benzena dan turunannya, lemak,
karbohidrat, protein, dan polimer serta kegunaannya
dalam kehidupan sehari-hari
Kekuatan pengetahuan dasar kimia diharapkan dapat
berkembang dan dapat diartikulasikan kedalam perilaku hidup,
oleh sebab itu keintegrasian materi juga dikembangkan yang
dituangkan kedalam materi seperti;
1. Memahami konsep, prinsip, hukum, dan teori kimia serta
saling keterkaitannya dan penerapannya untuk
menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan
teknologi.
2. Menggunakan pengetahuan dasar kimia dalam
kehidupan sehari-hari, dan memiliki kemampuan dasar
kimia sebagai landasan dalam mengembangkan
kompetensi di bidang kesehatan.
Standar kompetensi kompetensi dasar yang dijabarkan diatas
merupakan dasar bagi pengembangan isi buku. Dengan alur fikir
yang sistematik diharapkan mampu memberikan arahan dalam
pembelajaran untuk pencapaian kompetensi dasar dari Kimia
kesehatan yang ditetapkan.
iii
Daftar Isi
Kata pengantar...................................................................................i
Alur fikir isi buku.................................................................................ii
Daftar Isi ............................................................................................iii
Bab 1. Ruang Lingkup Ilmu Kimia ...........................................................
1. Ilmu Kimia ............................................................................................. 1
2. Materi dan wujudnya ........................................................................... 1
3. Sifat Materi ........................................................................................... 3
4. Perubahan Materi ................................................................................. 4
5. Energi menyertai Perubahan Kimia ..................................................... 5
6. Klasifikasi Materi .................................................................................. 6
7. Peran Ilmu Kimia .................................................................................. 9
Rangkuman ........................................................................................ 11
Uji Kompetensi .................................................................................... 12
Bab 2. Unsur dan Senyawa ....................................................................
2.1. Unsur.............................................................................................. 14
2.1.1 Nama unsur ....................................................................... 15
2.1.2. Lambang unsur ................................................................. 15
2.1.3. Unsur di alam .................................................................... 16
2.1.4. Atom ................................................................................. 18
2.1.5. Ion ..................................................................................... 19
2.2. Senyawa ......................................................................................... 19
2.2.1. Senyawa di alam ................................................................. 19
2.2.2. Molekul............................................................................... 22
2.2.3. Komposisi senyawa ............................................................ 23
2.2.4. Rumus Kimia ....................................................................... 24
2.3. Persamaan reaksi ......................................................................... 26
2.3.1. Penyetaraan reaksi ............................................................. 27
Rangkuman .................................................................................... 29
Uji Kompetensi .............................................................................. 31
Bab.3. Atom dan Molekul ......................................................................
3.1. Atom ............................................................................................. 33
3.1.1. Atom dan lambang atom .................................................... 33
3.1.2. Perkembangan teori atom .................................................. 36
3.1.3. Konfigurasi Elektron ............................................................ 42
Rangkuman ....................................................................................... 46
Uji Kompetensi ................................................................................ 50
Bab 4 Tabel Periodik ..............................................................................
4.1. Tabel Periodik ............................................................................... 52
4.1.1. Sifat unsur merupakan fungsi masa atom .......................... 52
4.1.2. Tabel periodik panjang........................................................ 53
4.1.2.1 Jalur horizontal................................................................. 53
4.1.2.1 Jalur vertikal ..................................................................... 52
4.2. Hubungan table periodic dengan konfigurasi elektron ............... 56
4.2.1. Elektron valensi ................................................................... 56
4.2.2. Jari-jari atom ....................................................................... 56
4.2.3. Energi ionisasi ..................................................................... 57
iv
4.2.4. Afinitas elektron .................................................................. 58
Rangkuman .......................................................................................... 59
UjiKompetensi ..................................................................................... 61
Bab 5 Ikatan Kimia ................................................................................
5.1. Ikatan Kimia ..................................................................................... 62
5.1.1. Ikatan ion ............................................................................ 63
5.1.2. Ikatan Kovalen ..................................................................... 65
5.1.3. Hibridisasi dan bentuk molekul ........................................... 69
5.1.4. Interaksi atom ..................................................................... 71
5.1.4.1. Ikatan Logam ............................................................. 71
5.1.5. Gaya tarik menarik antar molekul ...................................... 74
5.1.6. Ikatan Hidrogen ................................................................... 75
Rangkuman .......................................................................................... 77
Uji Kompetensi .................................................................................... 80
Bab 6 Stoikiometri .................................................................................
6.1. Tata nama senyawa sederhana ...................................................... 81
6.1.1. Penamaan senyawa biner ................................................... 81
6.1.2. Penamaan senyawa ion....................................................... 83
6.1.3. Penamaan senyawa terner ................................................. 84
6.2. Hukum Dasar Kimia ........................................................................ 85
6.2.1. Hukum kekekalan massa ..................................................... 85
6.2.2. Hukum perbandingan tetap ................................................ 86
6.2.3. Hukum perbandingan berganda ......................................... 87
6.2.4. Hukum perbandingan volume ............................................. 87
6.2.5. Penemtuan volume gas pereaksi dan hasil reaksi .............. 88
6.3. Atomic relative (Ar) dan Molecule relative (Mr) ............................ 90
6.4. Konsep mol ..................................................................................... 91
6.5. Hubungan persamaan reaksi dan mol zat ...................................... 92
6.6. Hitungan kimia ................................................................................ 92
6.7. Perhitungan komposisi zat ............................................................. 95
Rangkuman ..................................................................................... 97
Uji Komptensi ................................................................................. 99
Bab 7 Reaksi Kimia .................................................................................
7.1. Reaksi kimia................................................................................. 101
7.2. Jenis reaksi kimia ......................................................................... 102
7.2.1. Reaksi pembentukan .................................................. 102
7.2.2. Reaksi penguraian ...................................................... 102
7.2.3. Reaksi pengendapan .................................................. 103
7.2.4. Reaksi pertukaran ....................................................... 103
7.2.5. Reaksi netralisasi ........................................................ 104
7.2.6. Reaksi pembakaran .................................................... 104
7.3. Reaksi oksidasi dan reduksi ......................................................... 104
7.4. Bilangan oksidasi ......................................................................... 105
7.5. Bilangan oksidasi pada senyawa ion ........................................... 106
7.6. Menyetarakan reaksi redoks....................................................... 107
7.6.1. Cara ion elektron ........................................................ 108
7.6.2. Cara bilangan oksidasi ................................................ 110
7.7. Sel elektrokimia ........................................................................... 113
v
7.7.1. Sel volta ...................................................................... 114
7.7.2. Sel Elektrolisa ............................................................. 115
7.8. Hukum Faraday ........................................................................... 117
7.9. Sel elektrokimia komersial .......................................................... 118
7.9.1. Sel volta komersial...................................................... 118
7.9.2. Sel elektrolisa dalam industri ..................................... 119
7.10. Korosi .......................................................................................... 120
Rangkuman ................................................................................... 122
Uji Kompetensi ............................................................................ 124
Bab 8 Larutan .......................................................................................
8.1. Larutan ...................................................................................... 128
8.1.1. Larutan elektrolit dan elektrolit .......................................... 129
8.1.2. Derajat ionisasi .................................................................... 129
8.2. Konsentrasi Larutan ..................................................................... 131
8.2.1. Persen berat ........................................................................ 131
8.2.2. Persen volume .................................................................... 132
8.2.3. Fraksi mol ............................................................................ 132
8.2.4. Molalitas ............................................................................. 133
8.2.5. Molaritas ............................................................................. 133
8.2.6. Normalitas ........................................................................... 133
8.3. Pengenceran ................................................................................ 134
8.4. Sifat Larutan ................................................................................. 135
8.4.1. Asam dan basa .................................................................... 135
8.4.2. Pembentukan asam dan basa ............................................. 137
8.4.3. Derajat keasaman dan kebasaan ........................................ 139
8.4.4. Kesetimbangan air .............................................................. 141
8.5. Garam .......................................................................................... 142
8.5.1. Reaksi antara asam dengan basa ........................................ 143
8.5.2. Asam dengan oksida basa ................................................... 143
8.5.3. Basa dengan oksida asam ................................................... 143
8.5.4. Logam dengan asam ........................................................... 144
8.5.5. Reaksi metatesis ................................................................. 144
8.6. Hidrolisis Garam .......................................................................... 145
8.6.1. Garam yang berasal dari asam kuat basa kuat ................... 145
8.6.2. Garam yang berasal dari asam kuat basa lemah ................ 146
8.6.3. Garam yang berasal dari asam lemah basa kuat ................ 146
8.6.4. Garam yang berasal dari asam lemah basa lemah ............ 147
8.7. Larutan penyangga atau buffer .................................................. 147
8.7.1. Garam dengan asam lemahnya .......................................... 148
8.7.2. Garam dengan basa lemahnya ........................................... 148
Rangkuman ..................................................................................... 151
Uji kompetensi bagian asam .......................................................... 155
Uji kompetensi bagian garam ........................................................ 157
Bab 9 Kesetimbangan Kimia ................................................................
9.1. Kesetimbangan ............................................................................. 159
9.1.1. Sistem tertutup........................................................... 160
9.1.2. Kesetimbangan dinamis ............................................. 160
9.1.3. Jenis reaksi kesetimbangan ........................................ 161
9.2. Tetapan Kesetimbangan ............................................................... 162
vi
9.3. Pergeseran Kesetimbangan .......................................................... 164
9.3.1. Pengaruh konsentrasi ................................................. 164
9.3.2. Pengaruh suhu ............................................................ 164
9.3.3. Pengaruh volume dan tekanan .................................. 165
9.3.4. Katalisator................................................................... 166
9.4. Disosiasi ........................................................................................ 167
9.5. Aplikasi kesetimbangan dalam industri ........................................ 167
9.6. Kesetimbangan larutan ................................................................. 168
Rangkuman ..................................................................................... 170
Uji kompetensi ............................................................................... 171
Bab 10 Kecepatan reaksi dan energi ....................................................
10.1. Kecepatan reaksi ..................................................................... 175
10.2. Tahap reaksi ............................................................................ 177
10.3. Tingkat reaksi........................................................................... 178
10.4. Faktor-faktor kecepatan reaksi ............................................... 179
10.4.1. Luas permukaan ........................................................ 180
10.4.2. Konsentrasi ............................................................... 180
10.4.3. Suhu .......................................................................... 180
10.4.4. Katalisator ................................................................. 181
Rangkuman ............................................................................... 183
Uji Kompetensi .......................................................................... 184
10.5. Energi .................................................................................... 187
10.5.1. Termokimia ............................................................... 187
10.5.2. Hukum-hukum dalam termokimia ........................... 188
10.5.3. ΔH pembentukan ...................................................... 190
10.5.4. ΔH penguraian .......................................................... 190
10.5.5. ΔH pembakaran ........................................................ 191
10.5.6. ΔH pelarutan ............................................................. 191
10.6. Energi ikatan ............................................................................ 192
10.7. Kalor pembakaran berbagai bahan bakar ............................... 193
10.7.1. Komposisi Minyak bumi ............................................ 193
10.7.2. Bahan bakar hasil pengolahan minyak bumi ............ 194
10.7.3. Kalor pembakaran bahan bakar................................ 195
10.8. Termodinamika ....................................................................... 196
10.8.1. Hukum kedua termodinamika .................................. 197
10.8.2. Entropi ...................................................................... 197
10.8.3. Hukum ketiga termodinamika .................................. 198
Rangkuman ............................................................................... 200
Uji Kompetensi .......................................................................... 203
Bab 11 Sifat Koligatif dan Koloid .........................................................
11.1 Sifat Koligatif Larutan ................................................................ 206
11.1.1 Penurunan Tekanan uap jenuh ...................................... 206
11.1.2 Jumlah partikel elektrolit dan non elektrolit .................. 208
11.1.3 Kenaikan titik didih ......................................................... 208
11.1.4 Penurunan titik beku ...................................................... 210
11.2 Tekanan Osmotik ...................................................................... 211
Rangkuman ............................................................................... 212
Uji Kompetensi .......................................................................... 213
11.3 Sistem Dispersi .......................................................................... 215
vii
11.3.1 Macam-macam Koloid ................................................... 215
11.3.2 Pembuatan Koloid .......................................................... 218
11.3.3 Pemisahan Koloid ........................................................... 219
Rangkuman................................................................................ 220
Uji Kompetensi .......................................................................... 222
Bab 12 Senyawa Hidrokarbon .............................................................
12.1. Kekhasan atom karbon ............................................................. 224
12.2. Senyawa hidrokarbon ............................................................... 225
12.2.1 Isomer ............................................................................ 226
12.3. Alkana ...................................................................................... 227
12.3.1 Penamaan alkana ........................................................... 228
12.4. Alkena ........................................................................................ 229
12.4.1 Penamaan alkena ........................................................... 230
12.4.2. Stereoisomer alkena ..................................................... 230
12.5. Alkuna ........................................................................................ 234
12.5.1 Tata nama alkuna ........................................................... 234
Rangkuman ............................................................................... 238
Uji Kompetensi .......................................................................... 240
12.6. Alkanon ...................................................................................... 244
12.6.1 Tata nama alkanon ........................................................ 244
12.6.2. Beberapa senyawa alkanon penting ............................. 244
12.6.3. Sifat fisika alkanon ........................................................ 245
12.6.4. Sifat kimia alkanon ........................................................ 245
12.7. Alkanal ....................................................................................... 245
12.7.1. Tata nama aldehid ......................................................... 246
12.7.2. Pembuatan aldehid ....................................................... 246
12.7.3. Reaksi-reaksi aldehid ..................................................... 247
12.7.3. Pemanfaatan aldehid .................................................... 247
12.8. Alkanol ....................................................................................... 247
12.8.1. Tata nama alkohol ......................................................... 248
12.7.2. Sifat-sifat alkohol........................................................... 248
12.7.3. Pemanfaatan alkohol .................................................... 249
12.9. Alkoksi Alkana ............................................................................ 250
12.9.1. Tata nama eter .............................................................. 250
12.9.2. Sifat-sifat eter ................................................................ 251
12.9.3. Pemanfaatan eter ......................................................... 251
12.10. Asam Alkanoat ......................................................................... 251
12.10.1. Tata nama asam karboksilat ....................................... 252
12.10.2. Sifat-sifat asam karboksilat ......................................... 252
12.10.3. Pemanfaatan asam karboksilat ................................... 253
12.11. Alkil alkanoat ........................................................................... 253
12.11.1. Tata nama ester .......................................................... 254
12.11.2. Sifat-sifat ester ............................................................ 254
12.11.3. Pemanfaatan ester ...................................................... 255
12.12. Alkil amina ............................................................................... 255
12.12.1. Tata nama alkil amina ................................................. 256
12.12.2. Sifat-sifat alkil amina ................................................... 256
12.13. Siklo alkana .............................................................................. 259
12.13.1. Tata nama siklo alkana ................................................ 259
12.14. Benzena ................................................................................... 260
viii
12.14.1. Tata nama dan turunan benzena ................................ 260
12.14.2. Sifat-sifat benzena dan turunannya ............................ 261
12.14.3. Pemanfaatan senyawa benzena ................................. 261
Rangkuman ............................................................................... 263
Uji kompotensi .......................................................................... 266
Bab 13 Makromolekul .........................................................................
13.1. Polimer .................................................................................... 268
13.2. Klasifikasi polimer ..................................................................... 269
13.2.1 Polimer Alam .................................................................. 269
13.2.2. Polimer sintetik ............................................................. 269
13.3. Monomer ................................................................................ 270
13.4. Polimerisasi ............................................................................... 270
13.4.1 Polimerisasi adisi ............................................................ 271
13.4.2. Polimerisasi kondensasi ................................................ 271
13.5. Tata nama polimer .................................................................... 272
13.6. Sifat-sifat polimer ...................................................................... 273
13.7. Polimer di sekeliling kita ............................................................ 274
Rangkuman ............................................................................... 277
Uji Kompetensi .......................................................................... 279
Bab 14 Biomolekul ................................................................................
14.1. Makromolekul pada makhluk hidup ....................................... 281
14.2. Air .............................................................................................. 281
14.3. Karbohidrat ............................................................................... 283
14.3.1. Monosakarida .............................................................. 285
14.3.2. Oligosakarida ................................................................. 287
14.3.3. Polisakarida ................................................................... 289
14.4. Protein ....................................................................................... 292
14.4.1 Peptida sebagai rantai protein ....................................... 295
14.5. Lipida ......................................................................................... 301
14.5.1 Asam lemak .................................................................... 301
14.5.2. Prostaglandin ................................................................ 303
14.5.3. Gliserol .......................................................................... 304
14.5.4. Trigliserida ..................................................................... 304
14.5.5. Wax ............................................................................... 305
14.5.6. Membran sel ................................................................. 305
14.5.7. Gliseroposfolipida ......................................................... 306
14.5.8. Sfingolipid dan glikosfingolipid ..................................... 306
14.5.9. Terpena ......................................................................... 307
14.5.10. Steroida ....................................................................... 307
14.6. Asam nukleat ............................................................................. 309
14.6.1 Nukleosida ...................................................................... 310
14.6.2. Nukleotida ..................................................................... 311
Rangkuman ............................................................................... 312
Uji Kompetensi .......................................................................... 315
Bab 15 Pemisahan kimia dan analisis ..................................................
15.1. Pemisahan ............................................................................... 319
15.1.1. Pengayakan ................................................................... 319
15.1.2. Filtrasi ............................................................................ 320
ix
15.1.3. Sentrifugasi ................................................................... 321
15.1.4. Kristalisasi ...................................................................... 322
15.1.5. Destilasi ......................................................................... 323
15.2. Analisis kuantitatif..................................................................... 324
15.2.1. Sampling ........................................................................ 324
15.2.2. Sediaan sampel ............................................................. 324
15.2.3. Pengukuran sampel ....................................................... 325
15.3. Gravimetri ................................................................................. 328
15.4. Volumetri .................................................................................. 329
15.4.1. Titrasi asam basa ........................................................... 331
15.4.2. Titrasi redoks ................................................................. 332
15.4.3. Titrasi Argentometri ...................................................... 334
15.4.4. Nitrimetri ....................................................................... 334
Rangkuman ............................................................................... 336
Uji Kompetensi .......................................................................... 338
Daftar Pustaka ................................................................................ 340
Glosarium ....................................................................................... 342
Lampiran .............................................................................................
1. Kunci Jawaban ............................................................................. 356
2. Tabel Periodik .............................................................................. 357
3. Daftar Unsur ................................................................................ 358
4. Konfigurasi Elektron .................................................................... 359
5. Energi Ionisasi Kation .................................................................. 360
6. Tetapan Ionisasi Asam Lemah ..................................................... 361
7. Tetapan Ionisasi Basa Lemah ...................................................... 368
8. Data Hasil Kali Kelarutan ............................................................. 369
9. Potensial Reduksi Standar ........................................................... 373
10. Eltalpi Pembentukan Std. (ΔHf°), (ΔGf°) dan (S°). ........................ 381
Indeks ............................................................................................ 386
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
1
BAB. 1. Ruang lingkup
Ilmu Kimia
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Memahami konsep materi dan
perubahannya
Mengelompokan sifat materi
Mengelompokkan perubahan materi
Mengklasifikasi materi
Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat mengenal ruang lingkup dan kajian ilmu kimia
2. Siswa mampu mendeskripsikan materi beserta perubahan wujudnya
3. Siswa dapat membedakan materi berdasarkan wujudnya
4. Siswa mampu mendeskripsikan sifat dan perubahan materi
5. Siswa mampu mengidentifikasi peran energy dalam perubahan materi
6. Siswa dapat mengklasifikasikan materi
7. Siswa mengenal keberadaan materi di alam
1. Ilmu Kimia
Dalam mempelajari Ilmu Pengetahuan, kita selalu
mengamati pada lingkungan sekitar, dan yang menjadi
fokus perhatian kita adalah lingkungan sekitar. Alam
semesta merupakan salah satu daerah pengamatan
bagi para peneliti ilmu pengetahuan alam. Sedangkan
interaksi sesama manusia dipelajari para ahli ilmu
sosial.
Salah satu bagian dari ilmu pengetahuan alam adalah
ilmu kimia, daerah yang dipelajari ahli kimia adalah
materi terkait dengan struktur, susunan, sifat dan
perubahan materi serta energi yang menyertainya.
2. Materi dan Wujudnya
Istilah materi sudah sering kita dengar dan juga
menjadi kata-kata yang dipilih sebagai bahan ejekan
terhadap seseorang yang memiliki orientasi terhadap
uang dan kebendaan lainnya. Istilah materi dapat kita
rujukan dengan alam sekitar kita seperti tumbuhan,
hewan, manusia, bebatuan dan lainnya. Alam sekitar
kita merupakan ruang dan yang kita lihat adalah
sesuatu yang memiliki massa atau berat dan juga
Gambar 1.1. Bagan pengelompokan
materi berdasarkan wujudnya
Wujud Materi
Padat
Gas
Cair
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
2
volume, sehingga materi didefinisikan sebagai segala
sesuatu yang menempati ruang memiliki massa,
volume dan memiliki sifat-sifat tertentu.
Materi memiliki massa, volume dan sifat, sehingga
setiap materi memiliki wujud tertentu. Jika kita
melihat sebuah benda atau materi, maka wujudnya
bermacam-macam. Di lingkungan sekitar kita mudah
dijumpai materi seperti kayu, air, dan udara.
Berdasarkan wujudnya maka materi dapat
dikelompokkan menjadi tiga yaitu : padat, cair dan gas
(Gambar 1.1).
Kita dengan mudah menemui materi yang berwujud
gas, seperti: udara, gas bumi, gas elpiji, uap air, dan
lainnya. Untuk yang berwujud cair, mudah kita temui
dalam kehidupan sehari-hari kita seperti: air, minyak
goreng, alkohol, bensin, solar, larutan gula, air laut.
Demikian pula materi dalam wujud padat, terdapat
dalam lingkungan sekitar kita dan yang paling sering
kita jumpai seperti: baja, batu, gelas, kaca, kayu,
kapur dan sebagainya.
Perbedaan dari ketiga macam wujud materi adalah kemungkinan dimampatkan, sifat fluida,
bentuk dan volumenya, disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Perbandingan sifat materi Gas, Cair dan Padat
Gas Cair Padat
Materi berwujud gas, mudah
dimampatkan, jika terdapat
gas pada satu ruang tertentu,
maka ruang tersebut dapat
diperkecil dengan menambah
tekanan sehingga volume gas
juga mengecil.
Gas dapat mengalir dari satu
ruang yang bertekanan tinggi
ke ruang yang bertekanan
rendah. Gas dapat berubah
bentuk dan volumenya sesuai
dengan ruang yang
ditempatinya, (Gambar 1.2).
Materi berwujud cair, sulit
dimampatkan, dapat dialirkan
dari daerah yang tinggi
kedaerah yang lebih rendah,
perhatikan Gambar 1.3.
Posisi tabung panjang lebih
tinggi dibandingkan gelas yang
ada di bawahnya, Bentuk zat
cair dapat berubah-ubah
sesuai dengan tempatnya,
namun volumenya tetap, pada
gambar tampak bentuk zat cair
mula-mula berupa tabung
panjang dan berubah menjadi
bentuk gelas.
Materi yang berwujud padat
tidak dapat dimampatkan,
tidak memiliki sifat fluida atau
mengalir dan bentuk serta
volumenya tidak dapat
berubah-ubah.
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
3
Gambar 1.2. Gas mengalir dari dalam botol yang
memiliki tekanan menuju balon yang memiliki
tekanan rendah, Dari dalam botol gas mengalir
ke balon dan memiliki bentuk sesuai dengan
bentuk balon.
Gambar 1.3. Cairan mengalir ketika kran
dibuka dari tempat yang tinggi ketempat
yang lebih rendah, bentuk zat cair berubah
dari bentuk tabung panjang menjadi bentuk
gelas, namun volume zat cair tetap.
3. Sifat Materi
Ketiga wujud materi yang sudah kita bahas pada
dasarnya memiliki sifat-sifat tertentu. Secara umum
sifat tersebut dapat kita bagi menjadi dua macam, yaitu
sifat kimia dan sifat fisika, lihat Gambar 1.4.
Sifat fisika dari sebuah materi adalah sifat-sifat yang
terkait dengan perubahan fisika, yaitu sebuah sifat yang
dapat diamati karena adanya perubahan fisika atau
perubahan yang tidak kekal.
Air sebagai zat cair memiliki sifat fisika seperti mendidih
pada suhu 100oC. Sedangkan logam memiliki titik lebur
yang cukup tinggi, misalnya besi melebur pada suhu
1500oC.
Sifat Kimia dari sebuah materi merupakan sifat-sifat
yang dapat diamati muncul pada saat terjadi perubahan
kimia. Untuk lebih mudahnya, kita dapat mengamati
dua buah zat yang berbeda misalnya minyak dan kayu.
Jika kita melakukan pembakaran, maka minyak lebih
mudah terbakar dibandingkan kayu, sehingga mudah
tidaknya sebuah zat terbakar merupakan sifat kimia
dari zat tersebut.
Beberapa sifat kimia yang lain adalah bagaimana
sebuah zat dapat terurai, seperti Batu kapur yang
mudah berubah menjadi kapur tohor yang sering
disebut dengan kapur sirih dan gas karbon dioksida.
Gambar 1.4. Bagan sifat materi
Sifat Materi
Sifat Fisika
Sifat Kimia
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
4
4. Perubahan Materi
Perubahan materi adalah perubahan sifat suatu zat
atau materi menjadi zat yang lain baik yang menjadi
zat baru maupun tidak. Perubahan materi terjadi
dipengaruhi oleh energi baik berupa kalor maupun
listrik. Perubahan materi dibedakan dalam dua
macam yaitu perubahan fisika dan perubahan kimia,
perhatikan Gambar 1.5.
4.1. Perubahan Fisika
Suatu materi mengalami perubahan fisika, adalah
perubahan zat yang bersifat sementara, seperti
perubahan wujud, bentuk atau ukuran. Perubahan ini
tidak menghasilkan zat baru.
Jika kita memanaskan es, maka es tersebut akan
berubah menjadi air, selanjutnya jika kita panaskan
terus maka air akan berubah menjadi uap air.
Peristiwa ini hanya menunjukan perubahan wujud
dimana es, adalah air yang berbentuk padat, dan air
yang berbentuk cair, dan uap air adalah air yang
berbentuk gas. Tampak bahwa zat masih tetap air.
Berbagai macam perubahan wujud adalah contoh
perubahan fisika. Beberapa contoh di bawah ini,
adalah perubahan wujud yang mudah kita amati.
Proses membeku, perubahan dari zat cair menjadi zat
padat karena terjadi penurunan suhu, membuat es
dan membuat agar-agar atau jelly adalah proses yang
sering dilakukan oleh ibu kita.
Penyubliman adalah peristiwa perubahan zat padat
berubah menjadi gas. Dalam kehidupan sehari-hari
mudah kita jumpai, misalnya kapur barus yang
menyublim menjadi gas berbau wangi. Menghablur
merupakan peristiwa perubahan gas menjadi
padatan, peristiwa ini sering disebut juga dengan
pengkristalan. Proses di laboratorium dapat dilakukan
untuk membuat kristal amonium sulfat yang berasal
dari gas amonia dan belerang dioksida.
Perubahan wujud yang lain adalah menguap, mencair
dan mengembun. Peristiwa ini dapat diamati pada
peristiwa hujan. Peristiwa ini diawali dengan
penguapan air ke udara, selanjutnya mencair kembali
dan kembali ke permukaan bumi (Gambar 1.6).
Gambar 1.5. Bagan perubahan materi
Gambar 1.6. Siklus air, proses
terjadinya hujan dan salju
Perubahan Materi
Perubahan
Fisika
Perubahan
Kimia
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
5
Perubahan bentuk juga termasuk dalam perubahan
fisika, misalnya gandum yang digiling menjadi tepung
terigu. benang dipintal menjadi kain dan batang pohon
dipotong-potong menjad kayu balok, papan dan triplek.
4.2. Perubahan Kimia
Perubahan kimia merupakan yang bersifat kekal
dengan menghasilkan zat baru. Perubahan kimia
disebut juga reaksi kimia. Untuk mempermudah, dapat
kita lakukan percobaan sederhana.
Batang kayu kita ambil dan dibakar, Batang kayu
tersebut berubah menjadi abu, asap dan disertai
keluarnya panas. Abu, asap dan panas yang keluar tidak
berubah kembali menjadi batang kayu. Perhatikan
Gambar 1.7.
Perubahan yang terjadi kekal dan menjadi ciri
perubahan kimia, dengan kata lain, zat sebelum
bereaksi berbeda dengan zat sesudah bereaksi.
Beberapa contoh lain adalah :
1. Pembakaran bahan bakar, bensin atau solar
menghasilkan zat cair dan asap serta energi
yang dapat menggerakkan kendaraan bermotor.
2. Proses fotosiontesa pada tumbuhan yang
memiliki zat hijau daun, mengubah air, gas
carbon dioksida dan bantuan cahaya matahari
dapat diubah menjadi makanan atau
karbohidrat,
3. Pemanasan batu kapur menghasil kapur tohor
dan gas karbondioksida.
5. Energi menyertai perubahan materi
Perubahan yang terjadi pada materi selalu disertai
dengan energi. Energi dapat dihasilkan karena adanya
perubahan atau energi dihasilkan oleh perubahan
materi itu sendiri.
Pada perubahan fisika dapat dihasilkan energi, misalnya
air terjun atau bendungan air, air yang berada di atas
jatuh ke tempat yang lebih rendah dengan melepaskan
energi, dalam pembangkit listrik energi dari air
dipergunakan untuk memutar kincir atau baling-baling
pembangkit tenaga listrik, perhatikan Gambar 1.8.
Gambar 1.7. Kertas dibakar
dihasilkan abu, kertas dan abu
adalah zat yang berbeda
Gambar 1.8. Energi dari air yang
berasal dari bendungan
dipergunakan untuk pembangkit
tenaga listrik.
Demikian pula sebaliknya jika kita pindahkan air dari
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
6
tempat yang rendah ke tempat yang lebih tinggi, kita
memerlukan energi, dan kita akan mempergunakan
pompa air sebagai penghasil energinya.
Dalam perubahan kimia atau lebih dikenal dengan
reaksi kimia, dikenal dua istilah eksoterm dan
endoterm. Eksoterm adalah reaksi yang menghasilkan
panas atau energi dan endoterm reaksi yang
membutuhkan energi atau panas.
Dalam kehidupan sehari-hari kita telah memanfaatkan
perubahan kimia yang menghasilkan energi listrik,
misalnya batere, batere digunakan sebagai sumber
energi pada radio. energi listrik yang dihasilkan batere
akan dipergunakan untuk menghidupkan radio. Dalam
hal ini terjadi reaksi didalam batere yang menghasilkan
energi listrik. Untuk menyederhanakan bagaimana
sebuah perubahan kimia dapat menghasilkan energi
atau membutuhkan energi disajikan pada Gambar 1.9.
Zat A memiliki energi sebesar 80 kkal, berubah menjadi
zat B, dimana zat B hanya memiliki energi sebesar 20
kkal. Perubahan A menjadi B hanya dapat terjadi jika
zat A melepaskan energi sebesar 60 kkal. Perubahan
atau reaksi semacam ini disebut dengan reaksi
eksoterm. Penulisan dengan tanda (-) menunjukkan
bahwa perubahan kimia melepaskan atau
menghasilkan energi. Demikian pula sebaliknya pada
reaksi endoterm, misalnya zat C memiliki energi 20
kkal, dapat berubah menjadi zat D yang memiliki
energi sebesar 80 kkal, asalkan zat C mendapatkan
energi dari luar sebesar 60 kkal, perhatikan Gambar
1.9. Penulisan tanda positif menunjukan bahwa
perubahan kimia membutuhkan energi.
6. Klasifikasi materi
Zat-zat yang kita temukan di alam semesta ini hanya
ada dua kemungkinan, yaitu adalah zat tunggal dan
campuran (Gambar 1.10).
6.1. Zat tunggal
Zat tunggal adalah materi yang memiliki susunan
partikel yang tidak mudah dirubah dan memiliki
komposisi yang tetap. Zat tunggal dapat diklasifikasikan
sebagai unsur dan senyawa.
Gambar 1.9. Perubahan Zat A
menjadi B adalah bagan reaksi
eksoterm, perubahan C menjadi D
adalah reaksi endoterm
Gambar 1.10. Bagan klasifikasi
materi
Materi
Zat Campuran
tunggal
Unsur Senyawa
Heterogen Homogen
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
7
Zat tunggal berupa unsur didefinisikan sebagai zat yang
tidak dapat diuraikan menjadi zat lain yang lebih
sederhana. Unsur besi tidak bisa diuraikan menjadi zat
lain, jika ukuran besi ini diperkecil, maka suatu saat
akan didapatkan bagian terkecil yang tidak dapat dibagi
lagi dan disebut dengan atom besi.
Unsur di alam dapat dibagi menjadi dua bagian besar
yaitu unsur logam dan bukan logam (bukan logam).
Unsur logam umumnya berbentuk padat kecuali unsur
air raksa atau mercury (Hg), menghantarkan arus listrik
dan panas. Logam permukaannya mengkilat dapat
ditempa menjadi plat ataupun kawat. Saat ini kita lebih
mengenal dengan nama aliasnya, seperti unsur Ferum
dengan lambang Fe yang kita kenal dengan Besi. Aurum
dengan lambang Au adalah unsur Emas, dan Argentum
(Ag) untuk unsur Perak.
Unsur bukan logam memilki sifat yang berbeda seperti;
tidak dapat menghantarkan arus listrik, panas dan
bersifat sebagai isolator. Permukaan atau penampang
unsurnya tidak mengkilat kecuali unsur Karbon. Wujud
unsur ini berupa gas, sehingga tidak dapat ditempa.
Secara umum unsur bukan logam juga sudah kita kenal,
seperti Oksigen dengan lambang O, Nitrogen dengan
lambang N, dan unsur Sulfur dengan lambng S, dalam
istilah kita adalah Belerang.
Zat tunggal berupa senyawa didefinisikan sebagai zat
yang dibentuk dari berbagai jenis unsur yang saling
terikat secara kimia dan memiliki komposisi yang tetap.
Senyawa terdiri dari beberapa unsur, maka senyawa
dapat diuraikan menjadi unsur-unsurnya dengan proses
tertentu. Contoh senyawa yang paling mudah kita
kenal adalah air. Senyawa air diberi lambang H2O.
Senyawa air terbentuk oleh dua jenis unsur yaitu unsur
Hidrogen (H) dan unsur Oksigen (O), dengan komposisi
2 unsur H dan satu unsur O. Gambar 1.11 menjelaskan
perbedaan unsur dan senyawa.
Di alam senyawa dapat dikelompokkan menjadi dua
bagian yaitu senyawa Organik dan senyawa Anorganik,
pengelompokkan didasari pada unsur-unsur
pembentuknya, lihat Gambar 1.12.
Senyawa Organik didefinisikan sebagai senyawa yang
dibangun oleh unsur karbon sebagai kerangka
utamanya. Senyawa-senyawa ini umumnya berasal dari
Gambar 1.11. Bagan hubungan unsur
dan senyawa dalam proses
penguraian dan pembentukan
Gambar 1.12. Pengelompokan
senyawa berdasarkan unsur
pembentuknya
Senyawa
Senyawa
Anorganik
Senyawa
Organik
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
8
makhkuk hidup atau yang terbentuk oleh makhluk
hidup (organisme).
Senyawa ini mudah kita jumpai seperti ureum atau urea
terdapat pada air seni (urin). Gula pasir atau sakarosa
yang banyak terdapat didalam tebu dan alkohol
merupakan hasil fermentasi dari lautan gula.
Senyawa Anorganik adalah senyawa-senyawa yang
tidak disusun dari atom karbon, umumnya senyawa ini
ditemukan di alam, beberapa contoh senyawa ini
seperti garam dapur (Natrium klorida) dengan lambang
NaCl, alumunium hdroksida yang dijumpai pada obat
mag, memiliki lambang Al(OH)3. Demikian juga dengan
gas yang terlibat dalam proses respirasi yaitu gas
oksigen dengan lambang O2 dan gas karbon dioksida
dengan lambang CO2. Asam juga merupakan salah satu
senyawa anorganik yang mudah kita kenal misalnya
asam nitrat (HNO3), asam klorida (HCl) dan lainnya.
6.2. Campuran
Campuran adalah materi yang disusun oleh beberapa
zat tunggal baik berupa unsur atau senyawa dengan
komposisi yang tidak tetap. Dalam campuran sifat dari
materi penyusunnya tidak berubah.
Contoh sederhana dari campuran dapat kita jumpai di
dapur misalnya saus tomat. Campuran ini mengandung
karbohidrat, protein, vitamin C dan masih banyak zatzat
lainnya. Sifat karbohidrat, protein dan vitamin C
tidak berubah.
Campuran dapat kita bagi menjadi dua jenis, yaitu
campuran homogen dan campuran heterogen.
Campuran homogen adalah campuran serbasama yang
materi-materi penyusunnya berinteraksi, namun tidak
membentuk zat baru. Untuk lebih jelasnya kita
perhatikan contohnya larutan gula dalam sebuah gelas.
Larutan ini merupakan campuran air dengan gula, jika
kita coba rasakan, maka rasa larutan diseluruh bagian
gelas adalah sama manisnya, baik yang dipermukaan,
ditengah maupun dibagian bawah. Campuran homogen
yang memiliki pelarut air sering disebut juga dengan
larutan lihat Gambar 1.13.
Campuran homogen dapat pula berbentuk sebagai
campuran antara logam dengan logam, seperti emas 23
karat merupakan campuran antara logam emas dan
Gambar 1.13. Contoh campuaran
homogeny dan heterogen, A.
Larutan Kalium bikromat dan B. Susu
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
9
perak. Kedua logam tersebut memadu sehingga tidak
tampak lagi bagian emas atau bagian peraknya.
Campuran logam lain seperti perunggu, alloy, amalgam
dan lain sebagainya.
Campuran heterogen adalah campuran serbaneka,
dimana materi-materi penyusunnya tidak berinteraksi,
sehingga kita dapat mengamati dengan jelas dari materi
penyusun campuran tersebut (Gambar 1.13).
Campuran heterogen tidak memerlukan komposisi yang
tetap seperti halnya senyawa, jika kita mencampurkan
dua materi atau lebih maka akan terjadi campuran.
Contoh yang paling mudah kita amati dan kita lakukan
adalah mencampur minyak dengan air, kita dapat
menentukan bagian minyak dan bagian air dengan
indera mata kita. Perhatikan pula susu campuran yang
kompleks, terdiri dari berbagai macam zat seperti
protein, karbohidrat, lemak, vitamin C dan E dan
mineral (Gambar 1.13).
7. Peran Ilmu Kimia
Pemabahasan ringkas tentang materi, wujud, sifat dan
perubahan dari materi serta energi merupakan ruang
lingkup pengkajian ilmu kimia. Saat ini perkembangan
ilmu kimia sangat pesat dan telah memberikan andil
yang sangat besar dalam kehidupan manusia.
Ilmu Kimia telah menghantarkan produk-produk baru
yang sangat bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan
hidup manusia. Dalam kehidupan sehari-hari banyak
produk yang telah kita pergunakan seperti, sabun,
deterjen, pasta gigi dan kosmetik. Penggunaan polimer
pengganti untuk kebutuhan industri dan peralatan
rumah tangga dari penggunaan bahan baku logam telah
beralih menjadi bahan baku plastik polivynil clorida
(PVC).Kebutuhan makanan juga menjadi bagian yang
banyak dikembangkan dari kemassan, makanan olahan
(Gambar 1.14) sampai dengan pengawetan.
Luasnya area pengembangan ilmu kimia, sehingga
keterkaitan antara satu bidang ilmu dengan bidang
ilmu lainnya menjadi sangat erat. Peran ilmu kimia
untuk membantu pengembangan ilmu lainnya seperti
pada bidang geologi, sifat-sifat kimia dari berbagai
material bumi dan teknik analisisnya telah
mempermudah geolog dalam mempelajari kandungan
material bumi; logam maupun minyak bumi.
Gambar 1.14. Produk olahan industri
pangan, susu, keju, gula pasir dan
asam cuka.
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
10
Pada bidang pertanian, analis kimia mampu
memberikan informasi tentang kandungan tanah
yang terkait dengan kesuburan tanah, dengan data
tersebut para petani dapat menetapkan
tumbuhan/tanaman yang tepat. Kekurangan zat-zat
yang dibutuhkan tanaman dapat dipenuhi dengan
pupuk buatan, demikian pula dengan serangan hama
dan penyakit dapat menggunakan pestisida dan
Insektisida. Dalam bidang kesehatan, ilmu kimia
cukup memberikan kontribusi, dengan
diketemukannya jalur perombakan makanan seperti
karbohidrat, protein dan lipid. Hal ini mempermudah
para ahli bidang kesehatan untuk mendiagnosa
berbagai penyakit. Interaksi kimia dalam tubuh
manusia dalam sistem pencernaan, pernafasan,
sirkulasi, ekskresi, gerak, reproduksi, hormon dan
sistem saraf, juga telah mengantarkan penemuan
dalam bidang farmasi khususnya penemuan obatobatan
(Gambar 1.15).
Gambar 1.15. Produk industri rumah
tangga berlapis teflon, gelas
polystiren, suplemen mineral,
suplemen makanan dan obat sakit
kepala dan flu.
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
11
RANGKUMAN
1. lmu Kimia ialah ilmu penngetahuan yang mempelajari
tentang materi meliputi susunan, struktur, sifat dan
perubahan materi, serta energi yang menyertainya.
2. Materi adalah segala sesuatu yang menempati ruang dan
mempunyai massa.
3. Perubahan yang terjadi pada materi yaitu perubahan fisika
dan perubahan kimia.
4. Perubahan fisika yaitu perubahan yang tidak menghasilkan
materi baru, yang berubah bentuk dan wujud materi,
sedangkan perubahan kimia yaitu perubahan yang
menghasilkan materi baru
5. Materi dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu zat
tunggal dan campuran
6. Zat tunggal dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu unsur
dan senyawa.
7. Unsur zat yang tidak dapat diuraikan menjadi zat lain yang
lebih sederhana.
8. Senyawa didefinisikan sebagai zat yang dibentuk dari
berbagai jenis unsur yang saling terikat secara kimia dan
memiliki komposisi yang tetap.
9. Di alam terdapat dua macam senyawa yaitu senyawa organik
dan senyawa anorganik.
10. Senyawa organik adalah senyawa yang dibangun oleh unsur
karbon sebagai kerangka utamanya. Senyawa-senyawa ini
umumnya berasal dari makhkuk hidup atau yang terbentuk
oleh makhluk hidup (organisme).
11. Senyawa anorganik senyawa-senyawa yang tidak disusun dari
atom karbon, umumnya senyawa ini ditemukan di alam,
12. Campuran dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu
campuran homogen dan campuran heterogen.
13. Campuran homogen adalah campuran serbasama yang
materi-materi penyusunnya berinteraksi, namun tidak
membentuk zat baru.
14. Campuran heterogen campuran serbaneka, dimana materimateri
penyusunnya tidak berinteraksi, sehingga kita dapat
mengamati dengan jelas dari materi penyusun campuran
tersebut.
15. Ilmu kimia berperan dalam peningkatan kesejahteraan
manusia dan perkembangan lain, misalnya dalam pemenuhan
kebutuhan lain, misalnya dalam pemenuhan kebutuhan
rumah tangga, kemajuan ilmu kedokteran, peningkatan
produktivitas pertanian, kemajuan teknologi, transportasi,
penegakan hukum, kelestarian lingkungan dan kemajuan
fotografi dan seni.
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
12
UJI
KOMPETENSI
Pilihlah Salah satu jawaban yang paling tepat
1. Ruang lingkup kajian Ilmu Kimia adalah ….
a. Berat Jenis
b. Susunan materi
c. Sifat-sifat materi
d. Perubahan materi
e. Perubahan energi
2. Berikut ini adalah contoh dari perubahan kimia.
a. Lilin meleleh
b. Melarutkan garam
c. Pembekuan air
d. Pembuatan kompos
e. Penguapan
3. Perubahan fisika ditunjukkan pada proses, kecuali ….
a. Penguapan
b. Pelarutan
c. Perkaratan
d. Pengembunan
e. Pengkristalan
4. Contoh peristiwa pengembunan terjadi pada proses ….
a. Nasi menjadi bubur
b. Lilin yang dipanaskan
c. Uap menjadi air
d. Kapur barus menjadi gas
e. Besi dipanaskan 1000oC
5. Contoh untuk campuran heterogen adalah
a. Larutan Garam
b. Larutan gula
c. Amalgam
d. Susu
e. Alloy
6. Campuran homogen yang menggunakan pelarut air disebut
dengan….
a. Senyawa
b. Unsur
c. Larutan
d. Alloy
e. Amalgam
7. Contoh unsur yang tepat adalah
a. Garam dapur
b. Gula
c. Amalgam
d. Alloy
e. Oksigen
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
13
UJI
KOMPETENSI
8. Di bawah ini adalah contoh senyawa, kecuali…
a. Alkohol
b. Sakarosa
c. Hidrogen
d. Air
e. Garam dapur
9. Gas oksigen dengan lambang O2, merupakan ….
a. Senyawa
b. Unsur
c. Campuran homogen
d. Campuran heterogen
e. Salah semua
10. Senyawa air dengan dengan lambang H2O memiliki komposisi yang
tetap yaitu …
a. Satu unsur H dan satu unsur O
b. Dua unsur H dan dua unsur O
c. Dua unsur H dan satu unsur O
d. Satu unsur H dan dua unsur O
e. Campuran a dan b
Jawablah dengan singkat
1. Sebutkan sumbangan ilmu kimia dibidang industri makanan.
2. Sebutkan sumbangan ilmu kimia dibidang industri pertanian.
3. Sebutkan sumbangan ilmu kimia dibidang industri kesehatan.

Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
14
BAB 2. Unsur dan
Senyawa
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Memahami konsep penulisan
lambing unsur dan persamaan
reaksi
Memahami lambing unsur
Memahami rumus kimia
Menyetarakan persamaan reaksi
Tujuan Pembelajaran
1. Siswa mengenal materi dalam bentuk unsur yang ada di alam
2. Siswa dapat menuliskan lambang unsur dengan benar
3. Siswa dapat mengenal atom, ion dan molekul sebagai partikel zat yang ada di
alam
4. Siswa dapat mengenal lambang senyawa dalam bentuk rumus kimia
5. Siswa dapat mengetahui komposisi unsur dalam sebuah senyawa
6. Siswa dapat membedakan rumus molekul dan rumus empiris
7. Siswa dapat menyetarakan persamaan reaksi
2.1. Unsur
Dalam Bab 1, kita telah membahas tentang unsur dan
senyawa sebagai zat tunggal. Pada bab ini kita akan
membahas secara detil tentang unsur dan senyawa.
Unsur merupakan zat tunggal yang tidak dapat
diuraikan lagi menjadi zat􀍲zat lain yang lebih
sederhana dengan reaksi kimia biasa. Dalam
kehidupan sehari􀍲hari kita mudah menjumpai dan
mengenal unsur. Arang yang berwarna hitam, kita
jumpai pada sisa pembakaran, pinsil dan juga
digunakan sebagai eleektroda dalam batere, arang
adalah unsur karbon. Logam juga dapat kita jumpai
dalam bentuk perhiasan emas, perak dan platina.
Selain itu beberapa logam lain didapat dari barang
tambang yang ada di Indonesia seperti alumunium di
Asahan, timah di Bangka, besi di Sulawesi, tembaga di
Timika dan nikel di Soroako. Contoh unsur logam
cadmium, air raksa dan timah hitam disajikan pada
Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Contoh unsur logam, A
unsur cadmium, B air raksa dan C
adalah timah hitam.
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
15
2.1.1. Nama unsur
Nama unsur yang kita kenal dalam bahasa Indonesia
belum tentu sama dengan nama unsur baku yang
ditetapkan oleh International Union of Pure and applied
Chemistry (IUPAC) yang kita kenal kadang􀍲kadang
berbeda, misalnya tembaga nama kimia yang menurut
IUPAC adalah Cuprum, demikian juga emas adalah
aurum.
Nama unsur diambil dari nama satu daerah seperti
germanium (Jerman), polonium (Polandia), Fransium
(Perancis), europium (Eropa), amerisium (Amerika),
kalifornium (Kalifornia), stronsium (Strontia, Scotlandia)
lihat Gambar 2.2. ilmuan yang berjasa didalam bidang
kimia juga digunakan seperti: einstenium (Einstein),
curium (Marie dan P Curie), fermium (Enrico Fermi),
nobelium (Alfred Nobel). Nama􀍲nama planet juga
diabadikan sebagai nama unsur seperti: uranium
(Uranus), plutonium (Pluto), dan neptunium (Neptunus).
Untuk beberapa unsur yang baru ditemukan, khususnya
untuk unsur dengan nomor 104 keatas mempergunakan
akar kata dari bilangan.
nil = 0, un = 1, bi = 2, tri = 3 quad =4, pent = 5, hex = 6,
sept = 7, okt = 8 dan enn = 9.
Untuk lebih jelasnya kita ambil contoh untuk unsur
dengan nomor 107 yaitu unnilseptium, yang berasal dari
bilangan 1 : un, bilangan 0 : nil, dan tujuh : sept serta +
ium, sehingga nama unsur tersebut adalah unilseptium
(Uns).
2.1.2. Lambang Unsur
Kita sudah mengenal nama􀍲nama unsur, tentunya cukup
sulit jika kita menggunakan nama unsur dalam
mempelajari ilmu kimia, tentunya kita perlu melakukan
penyederhanaan agar lebih mudah diingat.
Pencetus ide lambang unsur adalah Jons Jacob Berzelius
pada tahun 1813. Dia mengusulkan pemberian lambang
kepada setiap unsur dengan huruf. Pemilihan lambang
unsur diambil dari huruf pertama (huruf besar atau
kapital) dari unsur tersebut. Perhatikan nama unsur
berikut, oksigen dilambangkan dengan huruf O (kapital),
carbon dengan C (kapital) dan nitrogen yang diberi
lambang dengan huruf N (kapital), Gambar 2.3.
Gambar 2.2. Aturan penamaan
unsur
Gambar 2.3. Penamaan lambang
unsur dengan menggunakan huruf
kapital dari nama unsurnya
Penamaan
Unsur
Lokasi
Daerah
Nama
Ilmuan
Nama
Bilangan
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
16
Banyak nama unsur yang daiawali dengan huruf yang
sama misalnya hudrogen dengan hidrargirum, tidak
mungkin menggunakan satu huruf awal dari kedua unsur
tersebut. Sehingga penamaan unsur dapat dilambangkan
dengan menggunakan lebih dari satu huruf.
Penulisan dapat dilakukan dengan menggunakan huruf
kapital dari nam unsur sebagai huruf pertamanya,
dilanjutkan dengan menuliskan huruf kecil dari salah satu
huruf yang ada pada unsur tersebut. Untuk lebih
mudahnya kita ambil contoh di bawah ini unsur Zinc
dilambangkan dengan Zn dan cuprum dengan huruf Cu.
Beberapa kasus menarik terjadi, misalnya untuk unsur
argon dan argentums, kedua unsur ini memiliki huruf
pertama yang sama, dalam penamaannya huruf
keduanya menjadi pembeda. Untuk argon dilambangkan
dengan Ar, sedangkan argentum dilambangkan dengan
Ag, perhatikan Gambar 2.4. Kasus lainnya adalah unsur
cobalt, dilambangkan dengan huruf Co, jika kita tidak
hati􀍲hati dalam penulisannya dan ditulis dengan CO yang
berarti gas carbon monoksida.
Gambar 2.4. Pelambangan unsur
menggunakan dua huruf dari nama
unsur tersebut
2.1.3. Unsur dialam
Unsur di alam cukup melimpah, berdasarkan jenisnya maka unsur dapat kita kelompokkan
menjadi dua jenis yaitu unsur logam dan unsur bukan logam.
Unsur logam mudah dikenali dengan ciri􀍲ciri; permukaannya mengkilat, berbentuk padat,
kecuali air raksa (Hg) yang berbentuk cair. Unsur logam mudah ditempa dapat menjadi plat
atau kawat dan memiliki kemampuan menghantar arus listrik atau konduktor.Unsur logam
banyak terdapat di bumi kita dan beberapa contaoh disajikan dalam di bawah ini.
Tabel 2.1. Daftar unsur logam yang mudah kita temukan
Nama Lambang Nama lain
Ferum Fe Besi atau Iron
Hydrargirum Hg Air raksa atau Mercury
Cuprum Cu Tembaga atau Copper
Plumbum Pb Timah hitam atau Lead
Argentum Ag Perak atau Silver
Kalium K Potassium
A r g o n
Ar
A r g e n t u m
Ag
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
17
Unsur bukan logam umumnya di alam terdapat dalam
wujud padat atau gas, unsur ini tidak dapat
menghantarkan arus listrik dan juga panas (isolator),
dalam wujud padat tidak dapat ditempa dan juga tidak
mengkilat.
Untuk unsur bukan logam yang berwujud padat
ditemukan dalam bentuk unsurnya, misalnya silicon
dalam bentuk Si dan carbon dalam bentuk C. Selain itu
juga ditemukan dalam bentuk senyawa seperti; unsur
fosforus ditemukan dalam bentuk P4, dan unsur Sulfur
atau belerang ditemukan dalam bentuk S8. Molekul unsur
untuk fosforus dan sulfur disebut juga dengan molekul
poilatomik, karena dibentuk oleh lebih dari dua atom
yang sejenis perhatikan Gambar 2.5.
Untuk yang berwujud gas, umumnya tidak dalam
keadaan bebas sebagai unsurnya namun berbentuk
molekul senyawa, misalnya unsur oksigen dialam tidak
pernah ditemukan dalam bentuk O, tetapi dalam bentuk
gas oksigen atau O2, demikian pula dengan nitrogen
dalam bentuk N2 dan klor dalam bentuk Cl2. Molekul
unsur untuk oksigen, nitrogen dan klor disebut juga
dengan molekul diatomik atau molekul yang dususun
oleh dua atom yang sejenis, lihat Gambar 2.5.
Gambar. 2.5. Bagan
pengelompokan unsur bukan
logam di alam
Beberapa Unsur logam dengan bentuk dan keberadaannya di alam disajikan dalam Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Daftar unsur bukan logam yang mudah kita temukan
Nama Lambang
Di alam sebagai
Unsur Senyawa
Hidrogen H 􀍲 H2
Oksigen O 􀍲 O2
Nitrogen N 􀍲 N2
Belerang S 􀍲 S8
Posfor P 􀍲 P4
Argon Ar Ar 􀍲
Carbon C C 􀍲
Unsur
Bebas Senyawa
Carbon (C)
Silicon (Si)
Argon (Ar)
Neon (Ne)
Diatomik Poliatomik
Oksigen O2
Nitrogen N2
Klor Cl2
Fosforus P4
Sulfur S8
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
18
2.1.4. Atom
Jika unsur kita potong kecil, dan dihaluskan maka suatu
saat kita akan mendapatkan bagian (partikel) yang
terkecil, dan sudah tidak tampak oleh mata kita, bagian
terkecil dari sebuah dikenal dengan istilah atom.
Walaupun tidak terlihat oleh mata kita, namun
keberadaan atom sudah terbukti. Untuk mempermudah
kita analogikan dengan kejadian berikut ini. Jika kita
melemparkan sebuah kelereng ke lapangan sepakbola,
tentu kita sulit melihat kelereng tersebut. Suatu saat kita
dapat melihat adanya kelereng tersebut, ketika ada
kilauan yang tampak oleh mata kita akibat kelereng
memantukan cahaya matahari. Dengan kata lain
keberadaan kelereng diketahui karena adanya sifat
dimana kelereng dapat memantulkan cahaya.
Demikian pula dengan atom, dengan kemajuan teknologi
sifat atau ciri khas atom diketahui, sehingga atom dapat
ditemukan. Saat ini telah ditemukan mikroskop elektron,
dengan mikroskop ini kita dapat mengamati atom.
Sebuah inti atom memiliki ukuran sekitar 1 Fermi, lihat
Gambar 2.6.
Pengertian atom sebagai partikel terkecil yang tidak
dapat dipecah lagi, pertama kali dikemukakan oleh
seorang ahli filsafat Yunani Leukippos dan Deumokritus
yang hidup pada abad ke􀍲4 sebelum Masehi (400 – 370
SM).
Pendapat Leukippos dan Deumokritus selanjutnya
dikembangkan oleh John Dalton, pada tahun 1805
mengajukan teori menyatakan bahwa;
1. Setiap materi tersusun atas partikel terkecil yang
disebut atom.
2. Atom tidak dapat dipecah lagi menjadi partikel
yang lebih kecil dengan sifat yang sama.
3. Atom􀍲atom dari unsur tertentu mempunyai sifat
dan massa yang identik. Unsur􀍲unsur yang
berbeda memiliki atom􀍲atom yang massanya
berbeda, perhatikan Gambar 2.7 sebagai ilustrasi
atom menurut John Dalton.
Selanjutnya para ilmuan melanjutkan penelitian yang
terfokus pada massa atom. Hasil penelitian terakhir
menunjukan bahwa setiap unsur terdapat dalam
beberapa bentuk isotop, dan hanya atom isotop yang
sama yang identik.
Gambar 2.6. Ukuran atom dari
unsur Helium
Gambar 2.7. Setiap Unsur disusun
oleh atom􀍲atom yang identik,
unsur disusun oleh atom A yang
identik, demikian pula dengan
unsur B
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
19
2.1.5. Ion
Unsur logam di alam dapat berupa unsur bebas dan
dapat berbentuk senyawa. Beberapa unsur logam
berbentuk bebas sudah kita bahas sebelumnya
seperti emas, perak, platina dan lainnya.
Kenyataannya banyak unsur logam di alam
ditemukan dalam bentuk senyawa, seprti besi yang
ditemukan dalam bentuk besi oksida (Fe2O3), kalsium
dalam bentuk kapur atau CaCO3.
Senyawa Fe2O3, merupakan gabungan dari atom
atau kumpulan yang bermuatan, baik yang
bermuatan positif atau bermuatan negatif. Dalam hal
ini atom besi bermuatan positif, sedangkan oksigen
bermuatan negatif.
Atom atau kumpulan atom yang bermuatan disebut
juga dengan ion, berdasarkan jenis muatannya
dibedakan sebagai kation yaitu ion bermuatan positif
dan anion adalah ion yang bermuatan negatif.
Pembuktian bahwa senyawa mengandung dilakukan
dengan melarutkan senyawa kedalam air, misal
melarutkan NaCl, maka senyawa tersebut terurai
atau terionisasi menjadi ion􀍲ionnya, NaCl terurai
menjadi Na+ dan Cl􀍲, untuk lebih mudahnya lihat
Gambar 2.8.
2.2. Senyawa
2.2.1. Senyawa di alam
Dalam kehidupan sehari􀍲hari kita mendapatkan
senyawa kimia dalam dua golongan yaitu senyawa
organik dan senyawa anorganik. Senyawa organik
dibangun oleh atom utamanya karbon, sehingga
senyawa ini juga dikenal dengan istilah hidrokarbon.
Senyawa hidrokarbon banyak terdapat di alam dan
juga pada makhluk hidup, dimulai dari bahan bakar
sampai dengan molekul yang berasal atau ditemukan
dalam makhluk hidup seperti karbohidrat, protein,
lemak, asam amino dan lain􀍲lain. Senyawa􀍲senyawa ini
akan dibahas secara detil pada bab selanjutnya.
Senyawa anorganik merupakan senyawa yang disusun
oleh atom utama logam, banyak kita jumpai pada zat
yang tidak hidup, misalnya tanah, batu􀍲batuan, air laut
dan lain sebagainya.
Gambar 2.8. Senyawa NaCl terurai
menjadi ion􀍲ion, sebagai bentuk
bahwa ion ada di alam
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
20
Senyawa anorganik dapat diklasifikasikan sebagai
senyawa bentuk oksida asam basa dan bentuk garam
lihat Gambar 2.9.
Senyawa oksida merupakan senyawa yang dibentuh oleh
atom oksigen dengan atom lainnya. Keberadaan atom
oksigen sebagai penciri senyawa oksida.
Berdasarkan unsur pembentuk senyawa oksida senyawa
oksida dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
senyawa oksida logam dan oksida bukan logam,
penggolongan ini disederhanakan pada Gambar 2.10.
Senyawa oksida logam merupakan senyawa yang dapat
larut dalam air membentuk larutan basa. Di alam banyak
ditemukan senyawa oksida, umumnya berupa bahan
tambang. Dalam table 2.3 disajikan beberapa contoh
senyawa oksida logam.
Tabel 2.3 Contoh dan penamaan oksida logam
Nama Lambang Logam pembentuk
Kalsium Oksida CaO Logam kalsium
Natrium Oksida Na2O Natrium
Magnesium Oksida MgO Magnesium
Senyawa oksida bukan logam adalah senyawa yang
dibentuk dari unsur bukan logam dengan oksigen,
misalnya antara unsur nitrogen dengan oksigen. Senyawa
oksida bukan logam dapat larut dalam air membentuk
larutan asam.
Beberapa senyawa oksida bukan logam biasanya
berbentuk gas, dalam Tabel 2,4 dibawah ini disajikan
beberapa contoh senyawa oksida bukan logam.
Tabel 2.4 Contoh dan penamaan oksida bukan logam
Nama Lambang Keterangan
Karbon monoksida CO 1 oksigen
Karbon dioksida CO2 2 oksigen
Difosfor pentaoksida P2O5 2 fosfor, 5 oksigen
Gambar 2.9. Klasifikasi senyawa
anorganik
Gambar 2.10. Penggolongan
senyawa oksida
Senyawa
Organik Anorganik
Oksida
Asam
Basa
Garam
Senyawa
oksida
Oksida
logam
Oksida
bukan logam
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
21
Senyawa asam, adalah senyawa yang memiliki sifat􀍲sifat
seperti, rasanya masam, dapat menghantarkan kan arus
listrik, dalam bentuk cair terionisasi dan menghasilkan
ion hidrogen dan sisa asam.
Berdasarkan unsur􀍲unsur pembentuknya terdapat tiga
jenis asam, pertama asam yang dibentuk oleh unsur H,
unsur bukan logam dan unsur O, kedua asam asam yang
dibentuk oleh unsur H dengan unsur halogen lebih
dikenal dengan asam halida dan yang ketiga asam pada
senyawa organik yang disebut dengan karboksilat.
Beberapa contoh asam dengan jenis pertama seperti
asam karbonat (H2CO3), yang disusun oleh 2 unsur H, 1
unsur C dan 3 unsur O. Jika asam ini terionisasi
dihasailkan ion 2H+ dan ion CO3
2􀍲. Contoh asam lainnya
seperti asam fosfat, dan nitrat seperti pada Tabel 2.5.
Untuk mengetahui asam halida, kita perlu mengetahui
unsur􀍲unsur halogen yaitu unsur Flor, Klor, Brom, Iod dan
lainnya. Asam halida, dapat terbentuk jika unsur
berikatan dengan unsur Flor, Klor, Brom, atau Iod.
Penamaannya dilakukan dengan memulai dengan kata
asam dengan kata dari unsur halogen ditambahkan kata
ida. Contoh untuk senyawa asam HF, namanya menjadi
asam florida. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh
asam ini pada Tabel 2.6.
Untuk asam organik adalah senyawa karbon yang
memiliki karboksilat (COOH), dimana senyawa organik
merupakan senyawa yang memiliki kerangka atom
karbon. Senyawa asam organik yang paling sederhana
adalah H􀍲COOH dikenal dengan asam formiat. yang
memiliki satu atom karbon pada karboksilat disebut
dengan asam asetat, penulisan dapat dilakukan dengan
mengganti unsur H􀍲nya saja sehingga H3C􀍲COOH. Untuk
lebih mudahnya kita perhatikan contoh asam􀍲asam
organik yang disajikan pada Tabel 2.7.
Senyawa basa, merupakan senyawa yang dibentuk oleh
unsur logam dan dengan gugus hidroksida (OH).
Senyawa basa dapat dikenali karena memiliki beberapa
sifat yang khas; terasa pahit atau getir jika dirasakan, di
kulit dapat menimbulkan rasa gatal panas. Larutan basa
dapat menghantarkan arus listrik, karena mengalami
ionisasi. Hasil ionisasi berupa ion logam dan gugus OH􀍲.
Tabel. 2.5. Asam yang dibentuk dari
Unsur H, unsur bukan logam dan
unsur O.
Nama
asam
Lambang Unsur
pembentuk
Asam
fosfat
H3PO4 3 unsur H
1 unsur P
4 unsur O
Asam
nitrat
HNO3 1 unsur H
1 unsur N
3 unsur O
Asam
sulfat
H2SO4 2 unsur H
1 unsur S
4 unsur O
Tabel. 2.6. Asam yang dibentuk dari
unsur H, dengan unsur halogen
Nama
asam
Lambang Unsur
halogen
Asam
klorida
HCl Klor (Cl)
Asam
bromida
HBr Brom (Br)
Asam
iodida
HI Iod (I)
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
22
Tabel 2.7 Contoh dan penamaan oksida bukan logam
Nama Lambang Nama lain Keterangan
Asam formiat H􀍲COOH Hydrogen karboksilat Memiliki H
Asam asetat H3C􀍲COOH Metil karboksilat Memiliki CH3
Asam propanoat H5C2􀍲COOH Etil karboksilat Memiliki C2H5
Asam butanoat H7C3􀍲COOH Propil karboksilat Memiliki C3H7
Beberapa senyawa basa yang mudah kita temukan seperti soda api atau Natrium hidroksida
atau NaOH. Dalam larutan terionisasi menjadi Na+ dan OH􀍲, contoh senyawa basa lainnya
pada Tabel 2.8.
Tabel. 2.8. Senyawa basa dan penamaannya.
Logam Lambang senyawa Nama senyawa
Mg Mg(OH)2 Magnesium hidroksida
Na NaOH Natrium hidroksida
K KOH Kalium hidroksida
Al Al(OH)3 Alumunium hidroksida
Senyawa garam, adalah senyawa yang
dibentuk oleh unsur logam dan sisa
asam. Senyawa garam memiliki rasa asin,
dalam keadaan larutan senyawa ini dapat
menghantarkan arus listrik kerena terjadi
ionisasi. Senyawa garam NaCl, terionisasi
menjadi ion Na+ dan ion sisa asam Cl􀍲.
Lihat Tabel 2.9.
Tabel 2.9. Senyawa garam, ionnya dan namanya.
Nama Garam Lambang Ion penyusun
Kalium iodida KI K+ dan I􀍲
Kalsium karbonat CaCO3 Ca2+ dan CO3
2􀍲
Litium sulfat Li2SO4 2 Li+ dan SO4
2􀍲
2.2.2. Molekul
Molekul memiliki pengertian seperti halnya atom,
yaitu partikel terkecil dari suatu senyawa. Jika suatu
senyawa disusun oleh satu atau beberapa unsur,
maka molekul tersusun dari satu atau beberapa
atom.
Untuk senyawa yang disusun oleh satu unsur disebut
dengan molekul unsur, ditunjukkan oleh senyawa
diatomik seperti senyawa H2, dan O2. Sebuah molekul
gas oksigen (O2) terdiri atas dua atom oksigen.
Sedangkan senyawa yang disusun oleh beberapa
unsur, bagian terkecilnya disebut dengan molekul
senyawa, molekul semacam ini ditemui pada
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
23
senyawa heteroatomik, seperti H2O, dan P2O5,
N2O3. Kita ambil contoh molekul air, setiap satu
molekul air tersusun dari satu atom oksigen dan
dua atom hydrogen, perhatikan Gambar 2.11.
2.2.3. Komposisi Senyawa
Senyawa didefinisikan sebagai zat yang dibentuk dari
berbagai jenis unsur yang saling terikat secara kimia
dan memiliki komposisi yang tetap. Dari definisi di
atas, kita dapat memahami bahwa sebuah senyawa
hanya dapat terjadi jika komposisi senyawa tersebut
tetap dan tepat. Kesimpulan ini diambil dari
serangkaian percobaan antara gas hidrogen dengan
gas oksigen.
Empat percobaan dilakukan dengan menggunakan
massa gas hydrogen sebanyak 1, 1, 2 dan 2 gram,
sedangkan gas oksigen yang dipergunakan adalah
8,16,8 dan 16 gram. Percobaan dan hasilnya
disederhanakan Tabel 2.10.
Gambar 2.11. Perbedaan molekul
senyawa dan molekul unsur
abel 2.10. Percobaan dan hasil percobaan antara gas hidrogen dan oksigen
No Massa zat sebelum bereaksi Massa zat sesudah bereaksi
Hidrogen Oksigen Air Sisa zat
1 1 gram 8 gram 9 gram 􀍲
2 1 gram 16 gram 9 gram 8 gram Oksigen
3 2 gram 8 gram 9 gram 1 gram Hidrogen
4 2 gram 16 gram 18 gram 􀍲
Dari eksperimen, pada percobaan pertama dengan data
baris pertama; molekul air yang terjadi memiliki massa 9
gram, dengan komposisi massa 1 gram hidrogen dan 8
gram oksigen. Pada baris kedua dan ketiga air yang terjadi
tetap 9 gram, yang berasal 1 gram hidrogen dan 8 gram
oksigen. Kelebihan massa dari salah satu unsur, tidak
dipergunakan sehingga terjadi sisa. Pada baris ke empat, air
yang terbentuk 18 gram yang berasal dari 2 gram hidrogen
dan 16 gram oksigen, pada percobaan ke empat rasio massa
hidrogen dan oksigen sama dengan percobaan pertama
yaitu 1 : 8 untuk hidrogen dan oksigen dalam membentuk
senyawa air.
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
24
Dari eksperimen ini di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa perbandingan massa unsur􀍲
unsur dalam suatu senyawa adalah tetap.
Pernyataan ini dikenal dengan hokum perbadingan
tetap yang diajukakan oleh Proust dan sering
disebut juga dengan Hukum Proust.
2.2.4. Rumus Kimia
Kita telah membahas senyawa kimia, baik dari sisi
lambang senyawa kimia, sampai dengan komposisi
massa dari unsur penyusunnya yang selalu tetap.
Lambang seyawa kimia HNO3, P2O5 dan H2O adalah
rumus kimia suatu zat.
Rumus kimia menyatakan jenis dan jumlah relatif
unsur atau atom yang menyusun suatu zat, dengan
kata lain rumus kimia memberikan informasi tentang
jenis unsur dan jumlah atau perbandingan atom􀍲
atom unsure penyusun zat.
Penulisan rumus kimia dilakukan dengan
menyatakan lambang unsur dan angka indeks.
Lambang unsur menunjukkan jenis unsur dan angka
indeks menyatakan jumlah unsur yang menyusun
senyawa tersebut. Untuk itu kita ambil contoh
rumus kimia untuk asam sulfat yaitu H2SO4. Dari
rumus kimia ini kita dapatkan informasi :
1. Unsur penyusunnya adalah Hidrogen (H),
Sulfur (S), dan Oksigen.
2. Banyak unsur penyusun asam sulfat adalah;
2 unsur H, 1 unsur S dan 4 unsur O.
3. Jika hanya terdapat satu unsur, maka indeks
tidak perlu dituliskan.
Contoh lain pengertian dari rumus kimia disajikan
pada Gambar 2.12.
2.2.4.1. Rumus Molekul
Rumus kimia dapat dibagi menjadi dua yaitu rumus
molekul dan rumus empiris. Pembagian ini terkait
dengan informasi yang dikandungnya.
Rumus molekul adalah rumus kimia yang
memberikan informasi secara tepat tentang jenis
unsur pembentuk satu molekul senyawa dan jumlah
atom masing􀍲masing unsur. Misalnya satu molekul
senyawa glukosa dengan rumus molekul C6H12O6,
tersusun atas unsur karbon, hidrogen, dan oksigen.
Gambar 2.12. Contoh rumus kimia yang
memberikan jenis unsur dan jumlah
unsur penyusunnya
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
25
Banyaknya atom penyusun satu molekul glukosa
adalah 6 atom karbon (C), 12 atom Hidrogen (H) dan
6 atom Oksigen (O).
Perhatikan contoh lainya, misalnya Vanili C8H8O3
yang juga memiliki unsure penyusun yang sama
dengan glukosa, tatapi jumlah atom penyusunnya
berbeda.
Vanili mengandung 8 atom karbon, 8 atom
hidrogen, dan 3 atom oksigen. Akibat perbedaan
jumlah atom penyusunnya maka gula dengan vanili
memiliki sifat berbeda. Contoh lainnnya adalah
Asam cuka yang sering dipergunakan untuk
memassak. Asam cuka memiliki rumus C2H4O2,
unsur􀍲unsur penyusunnya sama dengan glukosa,
vanili. Sifat dari ketiga zat ini sangat berbeda, untuk
asam cuka komposisi dari atom􀍲atom penyusunnya
adalah 2 atom karbon, 4 atom H dan 2 atom O.
Contoh lainnya lihat Tabel 2.11.
2.2.4.2. Rumus Empiris
Rumus empiris adalah rumus kimia yang
menyatakan rasio perbandingan terkecil dari atom􀍲
atom pembentuk sebuah senyawa.
Untuk lebih mudah membedakan antara rumus
molekul dan rumus empiris, kita bahas contoh
untuk senyawa glukosa dan asam cuka. Glukosa
memiliki rumus molekul C6H12O6 yang
mengindikasikan bahwa rasio C : H : O adalah 6 : 12
: 6. Rasio ini dapat kita sederhanakan kembali
misalnya kita bagi dengan angka 6, maka rasionya
menjadi 1 : 2 : 1, Rasio ini adalah rasi terkecil. Jika
kita tuliskan rasio ini, maka rumus kimia yang kita
dapat adalah CH2O, rumus ini disebut dengan
rumus empiris.
Kita ambil contoh kedua, yaitu asam cuka dengan
rumus molekul C2H4O2, dengan mudah kita katakan
bahwa rasio terkecilnya 1 : 2 : 1, sehingga rumus
empirsnya adalah CH2O. Menarik bukan? bahwa
glukosa dan asam cuka memiliki rumus empiris
yang sama.
Ingat, bahwa rumus empiris bukan menyatakan
sebuah senyawa atau zat. Rumus empiris hanya
memberikan informasi rasio paling sederhana dari
sebuah molekul.
Tabel 2.11. Contoh rumus molekul
untuk zat􀍲zat yang ada dalam
lingkungan sekitar kita
Senyawa Rumus
molekul
Kegunaan
Asam
asetat
CH3COOH Cuka
(makanan)
Asam
askorbat
C6H8O6 Vitamin C
(Kesehatan)
Aspirin C9H8O4 Penghilang
rasa sakit
(obat)
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
26
Kasus menarik untuk Vanili C8H8O3, komposisi atom penyusunnya
adalah C, H dan O, dengan rasio 8 : 8 : 3, rasio ini tidak dapat kita
sederhanakan lagi sehingga untuk kasus vanili rumus molekulnya
sama dengan rumus empirisnya. Kasus ini juga terjadi pada
senyawa air H2O, dimana perbandingan antara atom H dan O nya
sudah merupakan rasio terkecil. Demikian pula dengan karbon
dioksida CO2, juga sudah memiliki rasio rasio terkecil. Untuk
kedua zat ini rumus molekul sama dengan rumus empirisnya.
Pada table 2.13 disajikan beberapa contoh rumus molekul dan
rumus empirisnya dari beberapa senyawa.
Tabel. 2.13. Rumus molekul, empiris dan rasio atom penyusunnya
Nama senyawa Rumus
molekul
Rasio atom
penyusunnya
Rasio atom
terkecil
Rumus
empiris
Butana C4H10 C:H = 4:10 C:H = 2:5 C2H5
Butena C4H8 C:H = 4:8 C:H = 1:2 CH2
Butanoat C4H8O2 C:H:O = 4:8:2 C:H:O = 2:4:1 C2H4O
Etanol C2H6O C:H:O = 2:6:1 C:H:O = 2:6:1 C2H6O
Aspirin C9H8O4 C:H:O = 9:8:4 C:H:O = 4:8:4 C9H8O4
Air H2O H : O = 2 : 1 H : O = 2 : 1 H2O
Karbon dioksida CO2 C : O = 1 : 2 C : O = 1 : 2 CO2
2.3. Persamaan reaksi
Setiap perubahan kimia yang terjadi, misalnya kertas
terbakar, besi berubah menjadi berkarat atau yang
lainnya, harus dapat kita tuliskan secara sederhana
agar dapat dengan mudah dimengerti. Oleh sebab itu
perubahan􀍲perubahan kimia diubah menjadi
persamaan reaksi.
Persamaan reaksi didefinisikan sebagai penulisan
suatu reaksi atau perubahan kimia yang mengacu
pada hukum􀍲hukum dasar kimia.
Penulisan persamaan reaksi memberikan
kesederahanaan tentang sebuah reaksi. Misalnya jika
kita mereaksikan antara larutan timah hitam nitrat
dengan kalium iodida (Gambar 2.13). Persamaan
reaksinya dapat dituliskan dengan tanda􀍲tanda yang
menyertainya seperti dibawah ini :
Gambar. 2.13. Mereaksikan Timah
hitam nitrat dengan kalium iodida dan
membentuk endapan kunin
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
27
Pb(NO3)2(aq) + 2Kl(aq) 􀂊 Pbl2(s) + 2KNO3(aq)
Penyederhanaan menggunakan istilah􀍲istilah seperti;
+ (ditambah) “bereaksi dengan”
􀂊 (tanda panah) yang dibaca “menghasilkan”
dan keterangan tentang zat􀍲zat yang terlibat dalam
reaksi kimia adalah;
(s) padatan (s = solid),
(g) gas (g = gas),
(l) cairan atau leburan (l = liquid),
(aq) terlarut dalam air (aq = aquous).
Persamaan reaksi di atas, dibaca dengan “Pb􀍲nitrat
yang terlarut dalam air bereaksi dengan kalium
iodida yang terlarut dalam air menghasilkan Pb􀍲
iodida berbentuk endapan dan kalium nitrat yang
terlarut dalam air.
2.3.1. Penyetaraan reaksi kimia
Dasar untuk penyetaraan reaksi kimia adalah
hokum kekalan massa yang diajukan oleh Lavoiser,
dan dinyatakan”Dalam sebuah reaksi, massa zat􀍲zat
sebelum bereaksi sama dengan massa zat sesudah
bereaksi”. Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa
tidak ada massa yang hilang selama berlangsung
reaksi.
Dalam persamaan reaksi kimia terdapat dua
daerah, daerah dimana zat sebelum bereaksi di
sebelah kiri tanda panah dan daerah dimana zat
telah bereaksi di sebelah kanan tanda panah. Untuk
lebih mudahnya perhatikan bagan reaksi 2.14.
Di kedua daerah tersebut, kita akan mendapatkan
informasi bahwa zat sebelum dan sesudah reaksi
adalah sama, kesamaan ini dapat ditunjukkan
dengan kesetaraan jumlah atom, atau jumlah
massa. Contoh di bawah ini dapat menjelaskan
informasi apa saja yang kita dapat dari sebuah
persamaan reaksi
C + O2 􀑗 CO2
Persamaan reaksi ini benar jika jumlah atom karbon
di sebelah kiri tanda panah (sebelum bereaksi) sama
dengan jumlah atom sebelah kanan tanda panah
(sesudah reaksi). Demikian pula dengan atom
Oksigen sebelum dan sesudah reaksi adalah sama.
Lihat bagan reaksi 2.15.
Bagan. 2.14. Bagan reaksi yang
menyatakan zat sebelum dan sesudah
reaksi
Bagan 2.15. Bagan reaksi menjelaskan
komposisi jumlah atom di sebelah kiri
dan kanan tanda panah
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
28
Dari gambar tampak bahwa jumlah atom C di
sebelah kiri dan kanan adalah sama, sebanyak 1
buah. Demikian pula untuk atom O jumlahnya sama
yaitu 2 buah. Dengan demikian persamaan reaksi ini
sudah benar.
Informasi lain adalah jumlah massa Karbon dan
Oksigen sebelum dan sesudah reaksi adalah sama,
misalnya terdapat 12 gram karbon dan 32 gram
oksigen sebelum bereaksi, berdasarkan kesetaraan
jumlah atom yang sama, maka secara otomatis
jumlah zat yang terjadi juga memiliki komposisi
massa yang sama. Senyawa CO2, mengandung 12
gram C dan 32 gram O, perhatikan persamaan reaksi
pada bagan reaksi 2.16.
Umumnya persamaan reaksi dituliskan belum
sempurna, dimana jumlah atom sesudah dan
sebelum bereaksi belum sama seperti :
N2 + H2 􀑗 NH3
Jumlah atom N sebelah kiri tanda panah sebanyak 1
buah, di sebelah kanan tanda panah 1 buah,
sehingga yang di sebelah kanan tanda panah
dikalikan 2. Akibat perkalian ini jumlah atom H di
sebelah kan menjadi 6 buah, sedangkan di sebelah
kiri terdapat 2 buah. Untuk menyetarakan jumlah
atom H, maka atom H sebelah kiri dikalikan 3. Lihat
bagan reaksi 2.17.
Angka pengali yang dipergunakan untuk
menyetarakanan reaksi, selanjutnya dimasukan ke
dalam persamaan reaksi.
Bagan 2.16. Bagan reaksi yang
menggambarkan kesetaraan massa
dari atom C dan O di sebelah kiri dan
kanan tanda panah
Bagan 2.17. Bagan reaksi yang
menggambarkan tahap penyetaraan
persamaan reaksi pembentukan NH3
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
29
RANGKUMAN
1. Unsur merupakan zat tunggal yang tidak dapat diuraikan lagi
menjadi zat􀍲zat lain yang lebih sederhana dengan reaksi kimia
biasa.
2. Nama unsur diambil dari berbagai macam nama seperti nama
benua/daerah, nama tokoh, nama negara dan juga nama planet.
3. Lambang unsur ditetapkan oleh International Union of Pure and
Applied Chemistry (IUPAC).
4. Unsur di alam dapat berbentuk unsur bebas dan dapat berbentuk
senyawa.
5. Dalam bentuk senyawa unsur dapat berupa senyawa diatomik
seperti H2, O2 dan lainhya.
6. Partikel penyusun materi dapat berbentuk atom, molekul, atau
ion.
7. Atom merupakan partikel terkecil yang tidak dapat dipecah lagi.
8. Molekul merupakan partikel terkecil dari suatu senyawa.
9. Ion adalah suatu atom atau kumpulan atom yang bermuatan
listrik.
10. Ion yang bermuatan positif disebut dengan kation, sedangkan
yang bermuatan negatif disebut dengan anion.
11. Perbandingan massa unsur􀍲unsur dalam suatu senyawa adalah
tetap.
12. Senyawa dialam diklasifikasikan menjadi senyawa organik dan
senyawa anorganik.
13. Senyawa organik adalah senyawa yang disusun oleh karbon
sebagai kerangka utamanya.
14. Senyawa anorganik, senyawa yang tidak disusun oleh atom
karbon sebagai kerangka utamanya.
15. Beberapa contoh senyawa anorganik yang mudah ditemukan
adalah senyawa oksida, asam, basa dan garam.
16. Senyawa oksida adalah senyawa yang dibentuk oleh unsur logam
dan bukan logam dengan oksigen.
17. Ada tiga jenis asam, yang pertama dibentuk oleh unsur H, unsur
bukan logam dan unsur O. kedua asam asam yang dibentuk oleh
unsur H dengan unsur halogen lebih dikenal dengan asam halida
dan yang ketiga asam pada senyawa organik yang disebut dengan
karboksilat.
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
30
18. Senyawa basa, merupakan senyawa yang dibentuk oleh unsur
logam dan dengan gugus hidroksida (OH).
19. Rumus kimia suatu zat memuat informasi tentang jenis unsur dan
jumlah atau perbandingan atom􀍲atom unsur penyusun zat.
20. Rumus molekul merupakan gabungan lambang unsur yang
menunjukkan jenis unsur pembentuk senyawa dan jumlah atom
masing􀍲masing unsur.
21. Rumus empiris adalah rumus kimia yang menyatakan
perbandingan atom􀍲atom yang paling kecil.
22. Hukum kekekalan massa menyatakan bahwa massa zat sebelum
reaksi sama dengan setelah reaksi.
23. Pada persamaan reaksi sebelah kiri tanda panah adalah zat yang
bereaksi dan sebelah kanan tanda panah adalah produk atau zat
yang bereaksi.
24. Persamaan reaksi memberikan informasi tentang zat sebelum
dan sesudah reaksi adalah sama, kesamaan ini dapat ditunjukkan
dengan kesetaraan jumlah atom, atau jumlah massa.
25. Langkah􀍲langkah menyetarakan reaksi:
a. Tulis persamaan reaksinya
b. Tetapkan daerah sebelah kiri dan kanan tanda panah
c. Hitung jumlah atom sebelah kiri, dan setarakan atom di
sebelah kanannya
d. Jika belum setara kalikan dengan sebuah bilangan agar
setara
e. Gunakan bilangan tersebut sebagai koofisien
f. Tuliskan kembali persamaan reaksi lengkap dengan
koofisiennya.
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
31
UJI
KOMPETENSI
Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat
1. Zat di bawah ini adalah sebuah unsur…
a. Grafit
b. Udara
c. Perunggu
d. Perak
e. Bensin
2. Contoh zat yang merupakan senyawa adalah ...
a. Emas
b. Platina
c. Argon
d. Alkohol
e. Natrium
3. Zat yang merupakan campuran air kecuali........
a. Air laut
b. Air jeruk
c. Air suling
d. Air Ledeng
e. Air susu
4. Contoh molekul senyawa adalah didapat dari…
a. SO2
b. SO3
c. CO2
d. CO
e. O2
5. Contoh senyawa oksida logam adalah…
a. SO2
b. SO3
c. CO2
d. CO
e. Na2O
6. Atom atau kumpulan atom yang bermuatan neagtif adalah
a. Keton
b. Kation
c. Anion
d. Lion
e. Ion
7. Ciri senyawa asam adalah mengandung ion bermuatan positif
dari atom ……
a. Atom Fe
b. Atom Cu
c. Atom H
d. Atom O
e. semua benar
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
32
8. Pasangan unsur yang tergolong unsur logam adalah...........
a. Karbon dan arsen
b. Kalsium dan silikon
c. Belerang dan kromium
d. Perak dan magnesium
e. Kalium dan fospor
9. Senyawa basa mengandung gugus..........
a. hidroksida
b. oksida
c. klorida
d. hidrida
e. semua benar
10. Senyawa garam dibentuk oleh logam Na dengan...........
a. hidroksida
b. oksida
c. klorida
d. hidrida
e. semua benar
Jawablah pertanyaan􀍲pertanyaan di bawah ini dengan singkat.
1. Berikan contoh unsure yang berbentuk senyawa diatomik dan
poliatomik
2. Berikan beberapa contoh unsure bukan logam
3. Sebutkan perbedaan senyawa organik dan anorganik
4. Sebutkan cirri􀍲ciri senyawa oksida
5. Sebutkan cirri􀍲ciri senyawa asam
6. Sebutkan cirri􀍲ciri senyawa garam
7. Tuliskan rumus kimia dari:
a. senyawa yang mengandung 3 atom P dan 3 atom Cl
b. senyawa yang mengandung 12 atom C, 22 atom H, 11
8. Tentukan perbandingan jumlah masing􀍲masing atom dalam
setiap molekul dibawah ini.
a. Kafein (C8H10N4O2)
b. Karbon dioksida (CO2)
9. Jika perbandingan massa dari senyawa CO2 adalah 12 : 32,
Lengkapi table dibawah ini.
Massa C Massa O Massa CO2 Sisa
6 gram 20 gram ….. gram ….. gram
10 gram 16 gram ….. gram ….. gram
10. Perbaiki persamaan reaksi dibawah ini
Pb(NO3)2(aq) + 2Kl(aq) 􀂊 Pbl2(s) + 2KNO3(aq)
KOH(aq) + H3PO4(aq) 􀂊 K3PO4(aq + H2O(l)

Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
33
Bab 3. Atom dan
Perkembangannya
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Mengidentifikasi struktur atom
dan sifat􀍲sifat periodik pada
tabel periodik unsur.
Mendeskripsikan perkembangan teori atom
Mengintepretasikan data dalam tabel periodik
Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menyebutkan partikel dasar penyusun atom
2. Siswa dapat mengidentifikasi masa atom
3. Siswa dapat membedakan isotop, isoton dan isobar
4. Siswa dapat membedakan teori atom menurut Dalton, Thomson, Rutherford,
Bohr dan berdasarkan mekanika kuantum
5. Siswa dapat menuliskan konfigurasi electron dari sebuah atom
3.1. Atom
Dalam pembahasan pad bab sebelumnya, kita telah
membahas atom, dimana atom adalah bagian yang
terkecil dari suatu unsur yang tidak dapat dipecahkan
lagi dengan reaksi kimia biasa. Demikian pula bahwa
atom dari sebuah unsur dapat membentuk atau
berinteraksi membentuk sebuah senyawa. Bagaimana
struktur, sifat dan perkembangan akan menjadi
bahasan kita selanjutnya.
3.1.1. Atom dan Lambang atom
Perkembangan teknologi telah mengantarkan para ahli
umtuk mempelejari atom secara teliti. Sehingga
diketahui partikel􀍲patikel penyusun atom dan massanya
secara teliti.
Setiap atom tersusun atas inti atom yang bermuatan
positif yang dikelingi oleh partikel elektron yang
bermuatan negatif. Di dalam inti juga terdapat partikel
lain yang tidak bermuatan atau netral, perhatikan
Gambar 3.1.
Atom dibangun oleh tiga partikel yaitu elektron, proton
dan netron. Elektron adalah partikel yang bermuatan
listrik negatif dan diberi lambang dengan huruf (e),
memiliki muatan sebesar 􀍲1.6 × 10􀍲19 Coulomb, tanda
Gambar 3.1. Dalam atom terdapat 7
muatan positif di inti dan 7 muatan
negatif yang mengelilinya
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
34
negatif pada angka (􀍲) untuk menunjukkan bahwa
elektron bermuatan negatif. Elektron memiliki massa
sebesar 9.10 × 10􀍲31 Kg.
Proton merupakan partikel dasar kedua, yang terletak
di dalam inti atom dan bermuatan positif. Muatan
proton sama dengan muatan elektron sebesar 1.6 × 10􀍲
19 Coulomb bertanda positif.
Dengan adanya besar muatan yang sama dengan
elektron, namun berbeda dalam muatannya
menyebabkan setiap atom bersifat netral. Berdasarkan
hasil perhiungan diketahui massa sebuah proton adalah
1.673 × 10􀍲27 Kg. Hal ini mengindikasikan bahwa massa
proton lebih besar sekitar 1800 kali massa sebuah
elektron.
Netron, merupakan partikel dasar yang ketiga, dan
terletak di inti atom bersama􀍲sama dengan proton.
Netron tidak bermuatan listrik, namun netron memiliki
massa yaitu 1.675 × 10􀍲27 Kg, massa ini setara dengan
massa proton.
Tampak bahwa massa partikel atom yang relatif besar
adalah proton dan netron, sehingga massa kedua
partikel ditetapkan sebagai dari sebuah atom. Untuk
sebuah unsur yang disusun oleh 1 (satu) proton dan 1
(satu) netron, maka massa akan memiliki massa sebesar
3.348 × 10􀍲27 Kg.
Untuk lebih memperjelas lagi tentang kedudukan
partikel dasar dalam sebuah atom, kita ambil contoh
jika sebuah unsur memilik 6 proton, 6 elektron dan 6
netron maka Di dalam inti atom akan terdapat 6
proton dan 6 netron yang dikeliling 6 elektron lihat
Gambar 3.2.
Perbedaan antara satu atom unsur dengan atom unsur
lainnya, hanya terletak pada jumlah proton dan
elektronnya saja. Akibat perbedaan ini juga sebuah
unsur memiliki sifat yang berbeda.
Dengan adanya perbedaan sifat􀍲sifat, maka dibuatlah
lambang􀍲lambang atom untuk mempermudah dalam
mempelajarinya. Saat ini telah ditemukan tidak kurang
dari 109 unsur, dan penelitian terus dilakukan dan
sangat mungkin dalam waktu dekat ditemukan kembali
unsur􀍲unsur baru. Unsur tersebut tersedia pada
Lampiran.
Gambar 3.2. Enam Proton dan 6
netron di inti (merah dan ungu),
dikelilingi 6 elektron (biru)
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
35
Penulisan lambang atom mencerminkan adanya proton,
elektron netron seperti di bawah ini. Secara umum
penulisan tanda atom adalah
􀜆 􀭞 􀭅
dimana X adalah nama usur, A : nomor massa merupakan
jumlah proton dan netron dan Z : nomor atom
merupakan jumlah proton atau jumlah elektron.
Unsur yang paling sederhana adalah hidrogen dengan
lambang huruf H, yang memiliki jumlah proton dan
elektron sebanyak satu buah, dan tidak memiliki netron
dengan lambng atom disajikan pada Gambar 3.3.
Di alam keberadaan atom hidrogen tidak hanya seperti
􀀃 􀀋􀀃􀀃􀀃 􀬵 􀬵
namun masih ada bentuk lainnya yaitu detrium dan
tritium yang dituliskan,􀀃 􀀋􀀃􀀃􀀃 􀀋 􀬵 􀬷
􀬵 􀬶
artinya terdapat dua
unsur hidrogen yang memiliki massa berbeda. Untuk
atom hidrogen yang pertama, memiliki masing􀍲masing 1
(satu) proton, 1 (satu) elektron dan 1 (satu) netron.
Berbeda dengan atom hidrogen yang kedua, memiliki 1
(satu) proton dan 1 (satu) elektron, namun jumlah
netronnyasebanyak 2 (dua) buah. Untuk lebih jelasnya
perhatikan Gambar 3.4. Dengan adanya perbedaan ini
dapat disimpulkan bahwa unsur dapat memiliki jumlah
elektron dan proton yang sama, dan berbeda dalam
netronnya, sehingga unsur ini memiliki isotop.
Hal lain juga terjadi misalnya jika dua buah unsur
memiliki jumlah netron yang sama, namun berbeda
dalam hal jumlah proton elektron seperti yang
ditunjukkan oleh 􀜥􀇡 􀬻􀜰
􀬵􀬸
􀬺
􀬵􀬷 . Untuk unsur C (Karbon)
memiliki 6 (enam) elektron dan 6 (enam) proton serta 7
(tujuh) proton. Untuk unsur N (Nitrogen) memiliki proton,
elektron dan netron yang sama yaitu 7 (tujuh) buah.
Kondisi dimana dua unsur memiliki jumlah netron yang
sama dikatakan sebagai isoton (Gambar 3.5).
Dalam kasus lain juga terjadi dimana dua unsur memiliki
massa yang sama, namun berbeda dalam hal nomor
massanya, seperti pada unsur 􀜥􀝋􀇡 􀬶􀬼􀜰􀝅
􀬹􀬽
􀬶􀬻
􀬹􀬽 , hal ini
terjadi karena baik unsur Co (Kobal) maupun Ni (Nikel)
memiliki jumlah proton dan netron yang berbeda. Namun
jumlah proton dan netronnya sama, untuk Co, terdapat
27 proton dan 32 netron, sedangkan Ni memiliki 28
proton dan 31 netron, kondisi dimana massa atom sama
disebut dengan isobar.
Gambar 3.3. Atom hidrogen
dengan satu proton dan elektron
dan tidak memiliki netron.
Gambar 3.4. Dua jenis unsur
hidrogen detrium dan tritium,
warna merah untuk proton, ungu
netron dan biru untuk elektron
Gambar 3.5. Isoton, atom C dan
atom N yang memiliki jumlah
netron yang sama
Isotop
2
H
1
3
H
1
6p
C +7n 7p
+7n
N
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
36
Dari contoh isotop, isoton dan isobar, kita dapat
menarik beberapa kesimpulan:
1. Isotop hanya terjadi karena perbedaan netron,
sama dalam hal jumlah proton dan elektronnya
dan isotop hanya terjadi pada unsur yang sama.
2. Isoton terjadi karena terdapat kesamaan dalam
hal jumlah netron, namun berbeda dalam
jumlah proton dan elektronnya, dan terjadi
pada unsur yang berbeda.
3. Isobar terjadi kesamaan dalam massa atom
yaitu jumlah proton dan netronnya, namun
berbeda untuk setiap jumlah proton, elektron
dan netronnya, isobar terjadi pada unsur yang
berbeda.
4. Perbedaan satu unsur terhadap unsur lainnya
ditentukan oleh jumlah protonnya.
Untuk lebih mudahnya memahami kesimpulan dapat
dilihat perbedaan dari isotop, isoton dan isobar seperti
pada Gambar 3.6.
3.1.2. Perkembangan teori atom
Dalam satu unsur sudah kita ketahui bahwa peran
elektron dan proton merupakan satu faktor pembeda,
perbedaan ini juga mengakibatkan perbedaan sifat􀍲
sifat dari suatu unsur, seperti ada unsur berbentuk
padat atau logam seperti; emas (Au), perak (Ag),
berbentuk gas seperti Helium (He), Neon (Ne),
berbentuk cair seperti air raksa (Hg). Untuk melihat
bagaimana susunan atau konfigurasi elektron dan
proton dalam sebuah atom perlu ditinjau
perkembangan teori atom.
Perkembangan teori atom yang akan disajikan adalah
Perkembangan awal teori atom dilanjutkan dengan
teori atom Dalton, Thomson, Rutherford, dan Niels
Bohr serta teori Mekanika Quantum.
3.1.2.1. Awal perkembangan teori atom
Atom berasal dari atomos bahas bahasa Yunani yang
berarti tidak dapat dibagi􀍲bagi lagi. Pengertian ini tidak
lepas dari konsep atom hasil buah pemikiran
Demokritus (460􀍲370􀍲S.M).
Gambar 3.6. Contoh dua atom yang
memiliki karakteristik isotop atas,
isoton tengah dan isobar bawah.
Isotop
p1, n1
e1
p1, n2
e1
Isoton
p1, n1
e1
p2, n1
e2
Isobar
NA 1
p2, n1
e2
NA1
p1, n2
e1
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
37
Konsep atom yang dikemukakan oleh Demokritus
murni sebagai hasil pemikiran semata, tanpa disertai
adanya percobaan. Suatu benda dapat dibagi menjadi
bagian􀍲bagian yang lebih kecil, jika pembagian ini
diteruskan, maka menurut logika pembagian itu akan
sampai pada batas yang terkecil yang tidak dapat
dibagi lagi.
Gagasan tentang atom dari Demokritus menjadi
tantangan bagi para ilmuwan selanjutnya dan menjadi
pembuka pintu ke arah perkembangan teori atom yang
lebih tinggi.
3.1.2.2. Teori atom Dalton
Pemahaman tentang atom adalah bagian terkecil dari
sebuah materi merupakan landasan yang dipergunaka
oleh John Dalton (1805). Dia mengembangkan teori
atom berdasarkan hukum kekekalan massa (Lavoisier)
dan hukum perbandingan tetap (Proust). Dalton
mengajukan bahwa
1) Setiap materi disusun oleh partikel kecil yang
disebut dengan atom
2) Atom merupakan bola pejal yang sangat kecil (lihat
Gambar 3.7)
3) Unsur adalah materi yang terdiri atas atom yang
sejenis dan berbeda dengan atom dari unsur
lainnya.
4) Senyawa adalah materi yang disusun oleh dua atau
lebih jenis atom dengan perbandingan tertentu
5) Pembentukan senyawa melalui reaksi kimia yang
merupakan proses penataan dari atom􀍲atom yang
terlibat dalam reaksi tersebut.
Teori atom yang diajukan oleh Dalton, belum dapat
menjawab fenomena tentang yang terkait sifat listrik,
diketahui bahwa banyak larutan yang dapat
menghantarkan arus listrik. Dengan demikian atom
masih mengandung partikel lainnya. Kelemahan ini
mendorong ilmuwan lain untuk memperbaiki teori
atom Dalton.
3.1.2.3. Teori atom Thomson
Kelemahan dari teori yang diajukan Dalton diperbaiki
oleh JJ. Thomson. Dia memfokuskan pada muatan listrik
yang ada dalam sebuah atom. Dengan eksperimen
menggunakan sinar kotoda, membuktikan adanya
partikel lain yang bermuatan negatif dalam atom dan
Gambar 3.7. Model atom Dalton
yang merupakan bola kecil yang
pejal dan padat
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
38
partikel tersebut adalah elektron. Thomson juga
memastikan bahwa atom bersifat netral, sehingga
diadalam atom juga terdapat partikel yang bermuatan
positif.
Selanjutnya Thomson mengajukan model atom, yang
dinyatakan bahwa atom merupakan bola yang
bermuatan positif, dan elektron tersebar
dipermukaannya, seperti roti ditaburi kismis atau
seperti kue onde􀍲onde dimana permukaannya tersebar
wijen, lihat Gambar 3.8.
Thomson juga menambahkan bahwa atom bersifat
netral sehingga jumlah proton dalam bola sama
dengan jumlah elektron yang ada di permukaannya.
3.1.2.4. Teori atom Rutherford
Atom yang bermuatan positif menjadi fokus Rutherford
untuk dikaji. Eksperimen yang dilakukan Rutherford
adalah menembakan partikel alpha pad sebuah
lempeng tipis dari emas, dengan partikel alpha. Hasil
pengamatan Rutherford adalah partikel alpha yang
ditembakan ada yang diteruskan, dan ada yang
dibelokkan. Dari eksperimen ini diketahui bahwa masih
ada ruang kosong didalam atom, dan ada partikel yang
bermuatan positif dan negatif.
Dari hasil ini, selanjutnya Rutherford menajukan model
atom dan dinyatakan bahwa; atom terdiri dari inti atom
yang bermuatan positif dan dikelilingi oleh elektron􀍲
elektron yang bermuatan negatif. Elektron bergerak
mengelilingi inti dengan lintasan yang berbentuk
lingkaran atau elips, lihat Gambar 3.9.
Teori Rutherford banyak mendapat sanggahan, jika
elektron bergerak mengelilingi inti, maka elektron akan
melepaskan atau memancarkan energi sehingga energi
yang dimiliki elektron lama􀍲kelamaan akan berkurang
dan menyebabkab lintasannya makin lama semakin
kecil dan suatu saat elektron akan jatuh ke dalam inti.
Teori Rutherford tidak dapat menjelaskan fenomena
ini.
3.1.2.5. Teori atom Bohr
Teori Rutherford selanjutnya diperbaiki oleh Niels
Bohr, Pendekatan yang dilakukan Bohr adalah sifat
dualisme yang dapat bersifat sebagai partikel dan
dapat bersifat sebagai gelombang.
Gambar 3.8. Model atom Thomson,
bola pejal bermuatan positif dan
elelektron tersebar di permukaannya
Gambar. 3.9 Model atom
Rutherford, Muatan positif sebagai
inti atom dan elektron bergerak
mengengelilingi inti.
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
39
Hal ini dibuktikan oleh Bohr dengan melihat spektrum
dari atom hidrogen yang dipanaskan. Spektrum yang
dihasilkan sangat spesifik hanya cahaya dari frekuensi
tertentu. Spektrum yang dihasilkan merupakan
gambaran bahwa elektron mengelilingi inti, beberapa
spektrum yang dihasilkan mengindikasikan bahwa
elektron mengelilingi inti dalam berbagai tingkat energi.
Hasil ini telah mengantarkan Bohr untuk
mengembangkan model atom (Gambar 3.10) yang
dinyatakan bahwa :
1. Atom tersusun atas inti bermuatan positif dan
dikelilingi oleh elektron yang bermuatan
negatif.
2. Elektron mengelilingi inti atom pada orbit
tertentu dan stasioner (tetap), dengan tingkat
energi tertentu.
3. Eelektron pada orbit tertentu dapat berpindah
lebih tinggi dengan menyerap energi.
Sebaliknya, elektron dapat berpindah dari
orbit yang lebih tinggi ke yang rendah dengan
melepaskan energi.
4. Pada keadaan normal (tanpa pengaruh luar),
elektron menempati tingkat energi terendah
(disebut tingkat dasar = ground state).
Teori atom yang diajukan oleh Bohr, hanya dapat
menjelaskan hubungan antara energi dengan elektron
untuk atom hidrogen, namun belum memuaskan
untuk atom yang lebih besar.
3.1.2.6. Mekanika kuantum
Terobosan besar yang dilakukan oleh Bohr dengan
memperhatikan aspek gelombang dilanjutkan oleh
Schrodinger, Heisenberg dan Paul Dirac,
memfokuskan pada sifat gelombang seperti yang
dinyatakan oleh de Broglie bukan hanya cahaya saja
yang memiliki sifat ganda sebagai partikel dan
gelombang, partikel juga memiliki sifat gelombang.
Dari persamaan gelombang Schrodinger, dapat
menjelaskan secara teliti tentang energi yang terkait
dengan posisi dan kebolehjadian tempat kedudukan
elektron dari inti yang dinyatakan sebagai fungsi
gelombang. Aspek tersebut dapat dijelaskan dengan
teliti dengan memperkenalkan bilangan kuantum
utama, azimut dan bilangan kuantum magnetik.
Gambar 3.10. Model atom menurut
teori atom Bohr, (A) elektron
berpindah dari lintasan dalam keluar
dan (B) dari lintasan luar ke dalam
Tabel 3.1. Hubungan antara bilangan
kuantum utam (n) dengan kulit
Bilangan kuantum
utama
Kulit
1 K
2 L
3 M
4 N
A
B
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
40
Bilangan kuantum utama diberi notasi dengan huruf
(n) bilangan ini menentukan tingkat energi satu
elektron yang menempati sebuah ruang tertentu
dalam atom, hal ini juga menjelaskan kedudukan
elektron terhadap inti atom. Semakin jauh jarak
tempat kedudukan elektron terhadap inti semakin
besar tingkat energinya. Tingkat energi ini sering
disebut juga sebagai lintasan atau kulit lihat Tabel 3.1.
Tingkat energi pertama (n = 1), merupakan tingkat
energi yang terdekat dari inti atom dengan kulit K.
Tingkat energi kedua (n = 2), dengan kulit L, tingkat
energi ketiga (n = 3) dengan kulit M, dilanjutkan
dengan tingkat energi berikutnya. Jumlan elektron
yang terdapat dalam setiap tingkat energi mengikuti
persamaan:
( 2 n2 ) dimana n adalah bilangan kuantum utama
sehingga dalam tingkat energi pertama atau kulit K
sebanyak 2 (dua) elektron, dan untuk tingkat energi
kedua atau kulit L adalah 8 (delapan), untuk kulit M
atau tingkat energi ketiga sebanyak 18 elektron dan
seterusnya. perhatikan Gambar 3.11.
Bilangan kuantum azimut ( 􀑋 ) menentukan bentuk dan
posisi orbital sebagai kebolehjadian menemukan
tempat kedudukan elektron dan merupakan sub tingkat
energi. Beberapa kebolehjadian tersebut ditentukan
oleh bilangan kuantumnya dan didapatkan berdasarkan
tingkat energinya, jumlah bilangan kuantum azimut
secara umum mengikuti persamaan : 􀑋 = n 􀍲1, dimana 􀑋
adalah bilangan kuantum azimut dan n adalah bilangan
kuantum utama. Bilangan kuantum azimut memiliki
harga dari 0 sampai dengan n􀍲1.
Untuk n = 1, maka, 􀑋 = 0, nilai 0 (nol) menunjukkan
kebolehjadian tempat kedudukan elektron pada sub
tingkat energi s (sharp).
Untuk n = 2, maka 􀑋 = 1, maka didapat dua
kebolehjadian tempat kedudukan elektron atau sub
tingkat energi dari nilai 0 menunjukkan orbital s dan
nilai 1 untuk sub tingkat energi p (principle).
Untuk n = 3, maka 􀑋 = 2, maka akan didapatkan 3
(tiga) sub tingkat energi yaitu untuk harga 0 adalah sub
tingkat energi s, dan harga 1 untuk sub tingkat energi p
dan harga 2 untuk sub tingkat energi d (diffuse).
Gambar 3.11. Tingkat energi atau
kulit dalam sebuah atom dan jumlah
elektron maksimum yang
dapat ditempati
N
K
L
M
8 2
18
32
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
41
Untuk n = 4, maka 􀑋 = 3 maka akan didapatkan 4
(empat) sub tingkat energi yaitu untuk harga 0 adalah
sub tingkat energi s, dan harga 1 untuk sub tingkat
energi p dan harga 2 untuk sub tingkat energi d
(diffuse) dan harga 3, untuk sub tingkat energi f
(fundamental). Hubungan bilangan kuantum utama
dan bilangan kuantum azimut disederhanakan dalam
Tabel 3.2.
Setelah diketahui orbital dari bilangan kuantum
azimut, maka dapat ditentukan bagaimana orientasi
sudut orbital dalam ruang melalui penetapan
bilangan kuantum magnetik yang bernotasi (m) yang
didasari oleh bilangan kuantum azimut dan
mengikuti persamaan :
m = (􀍲􀑋, +􀑋)
Untuk atom dengan harga 􀑋 = 0, maka harga m = 0,
menunjukkan terdapat 1 buah orbital dalam sub
tingkat energi atau orbital s. Untuk harga 􀑋 = 1, maka
harga m adalah dimulai dari 􀍲1, 0, dan +1. Hal ini
mengindikasikan Di dalam sub tingkat energi p (􀑋 =
1), terdapat tiga orbital yang dinotasikan dengan px,
py dan pz. Sedangkan untuk harga 􀑋 = 3 (sub tingkat
energi ketiga atau orbital d) memiliki harga m adalah
􀍲2, 􀍲1, 0, +1 dan +2, sehingga dalam sub tingkat
energi ketiga terdapat lima orbital yaitu, dxy, dxz, dyz,
dx2􀍲y2 dan dz2. Gambar 3.12, menunjukkan hubungan
bilangan kuantum utama, azimut dan magnetik.
Selain tiga bilangan kuantum tersebut, masih
terdapat satu bilangan kuantum yang lain yaitu spin.
Bilangan ini menggambarkan ciri dari elektron itu
sendiri, yang berotasi terhadap sumbunya, dan
menghasilkan dua perbedaan arah spin yang berbeda
atau berlawanan dan diberi harga +1/2 dan 􀍲1/2.
Dengan harga ini dapat kita ketahui bahwa setiap
orbital akan memiliki dua elektron yang berlawanan
arah. Orbital digambarkan dalam bentuk kotak dan
elektron dituliskan dalam bentuk tanda panah.
Penggambaran orbital s dan orbital yang masingmasing
memiliki satu pasang elektron.
s2 px py pz
Tabel 3.2. Hubungan bilangan
kuantum utama dengan bilangan
kuantum azimut.
Bilangan
kuantum
utama (n)
Bilangan
kuantum
azimut (􀑋)
1 s
2 s, p
3 s, p, d
4 s, p, d, f
Gambar 3.12. Susunan dan hubungan
bilangan kuantum utama, azimut dan
bilangan kuantum magnetik
􀄹􀄻 􀄹􀄻 􀄹􀄻 􀄹􀄻
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
42
3.1.3. Konfigurasi Elektron
Jumlah elektron dan proton merupakan pembeda bagi
setiap unsur dan juga merupakan ciri serta yang
menentukan sifat􀍲sifat suatu unsur. Atas dasar ini
diperlukan satu gambaran utuh bagaimana sebuah
elektron berada dalam sebuah atom. Kajian lanjut
dilakukan oleh Pauli dan menyatakan “ Bahwa dua
elektron di dalam sebuah atom tidak mungkin memiliki
ke empat bilangan kuantum yang sama”.
Dengan ketentuan ini maka membatasi jumlah elektron
untuk berbagai kombinasi bilangan kuantum utama
dengan kuantum azimut. Hal ini menyebabkan jumlah
elektron maksimum dalam setiap sub tingkat energi
atau orbital memiliki jumlah tertentu dan besarnya
setara dengan :
2 (2 􀑋 + 1), dimana 􀑋 adalah bilangan kuantum azimut,
atas dasar ini dapat kita simpulkan jumlah elektron
yang berada dalam setiap orbital seperti tabel berikut.
Sub tingkat Energi
(Orbital)
Jumlah Elektron Maksimum
2 (2 􀑋 + 1)
s 2
p 6
d 10
f 14
g 18
Berdasarkan konsep Bangunan (Aufbau), elektron􀍲
elektron dalam suatu atom akan mengisi orbital yang
memiliki energi paling rendah dilanjutkan ke orbital
yang lebih tinggi, perhatikan juga Gambar 3.13.
Kombinasi dari pendapat ini mengantarkan hubungan
antara Tingkat energi dengan orbital dalam sebuah
atom secara detil dan teliti. Kedudukan orbital dimulai
dari tingkat energi terendah, secara berurutan sebagai
berikut :1s < 2s < 2p < 3s < 3p < 4s < 3d < 4p < 5s < 4d <
5p < 6s < 5d < 4f < 6p < 7s < 6d < 5f, untuk lebih
mudahnya perhatikan Gambar 3.14.
Atas dasar kombinasi ini maka, pengisian elektron
merujuk pada tingkat energinya sehingga pengisian
orbital secara berurutan adalah 1s, 2s, 2p, 3s, 3p, 4s,
3d, 4p, 5s, 4d, 5p, 6s, 5d dan seterusnya.
Gambar 3.13. Konfigurasi Elektron
dalam bentuk lingkaran, dimana
posisi orbital sesuai dengan sub
tingkat energi
Gambar 3.14. Susunan dan
hubungan bilangan kuantum utama,
azimut dan bilangan kuantum
magnetik
K, n = 1
L, n = 2
3s
3p
3d
4s
4p
5s
4d
5p
2s
2p
1s
4f 6s
5d
6p
M, n = 3
N, n = 4
O, n = 5
P, n = 6
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
43
Pengisian elektron dalam sebuah orbital disajikan
pada Gambar 3.15.
Kajian selanjutnya dilakukan oleh Hund, yang
menyatakan Elektron dalam mengisi orbital tidak
membentuk pasangan terlebih dahulu. Hal ini terkait
bahwa setiap orbital dapat terisi oleh dua elektron
yang berbeda arah momen spinnya. Dengan aturan
Hund, konfigurasi elektron dalam sebuah atom
menjadi lengkap dan kita dapat menggambarkan
sebuah atom dengan teliti.Sebagai contoh atom
karbon dengan nomor atom 6. Atom karbon memiliki
6 elektron, sehingga memiliki orbital 1s (pada tingkat
energi pertama), pada tingkat energi kedua terdapat
orbital 2s dan 2p. Pengisian elektron memiliki dua
alternatif, pertama orbital 1s, 2s dan 2px terisi dua
elektron, seperti di bawah ini
1s 2s 2px 2py 2pz
Namun ini tidak memenuhi aturan Hund, dimana
setiap orbital harus terisi terlebih dahulu dengan
satu elektron, menurut susunan elektron Karbon
menjadi :
1s 2s 2px 2py 2pz
Pengisian elektron diawali pada tingkat energi
terendah yaitu orbital 1s, dilanjutkan pada orbital 2s,
darena jumlah elektron yang tersisa 2 buah, maka
elektron akan mengisi orbital 2px, dilanjutkan dengan
orbital 2py, mengikuti aturan Hund. Untuk
mempermudah membuat konfigurasi elektron dalam
sebuah atom dapat dipergunakan bagan pengisian
elektron sebagaimana ditampilkan pada Gambar
3.15 dan 3.16. Peran elektron dalam memunculkan
sifat tertentu bagi suatu unsur ditentukan oleh
elektron yang berada pada tingkat energi tertinggi.
Jika kita mempergunakan istilah kulit maka elektron
yang berperan adalah elektron yang berada pada
kulit terluar, posisi elektron pada tingkat energi
tertinggi atau elektron pada kulit terluar disebut
sebagai elektron valensi.
Gambar 3.15. Susunan elektron
berdasarkan sub tingkat energi atau
orbitalnya
Gambar 3.16. Susunan elektron sesuai
dengan tingkat energi dan sub tingkat
energinya
􀄹􀄻 􀄹􀄻 􀄹􀄻
􀄹􀄻 􀄹􀄻 􀄹 􀄹
2s 1s 3s 2p
3p
4s
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
44
Dalam susunan elektron diketahui bahwa elektron
yang berjarak paling dekat ke inti adalah elektron
yang menempati orbital 1s. Inti yang bermuatan
positif akan menarik elektron, sehingga semakin dekat
inti otomatis elektron akan tertarik ke inti. Hal ini
berdampak pada terjadi pengurangan jarak dari
elektron tersebut ke inti atom. Berbeda dengan
elektron yang berada pada tingkat energi yang tinggi,
jarak dari inti semakin jauh sehingga daya tarik inti
atom juga semakin menurun. Oleh sebab itu posisi
elektron terluar relatif kurang stabil dan memiliki
kecenderungan mudah dilepaskan.
Apa yang terjadi jika suatu elektron terlepas dari
sebuah atom?. Kita dapat mengambil contoh pada
sebuah atom yang memiliki nomor atom 11. Dari
informasi ini kita ketahui bahwa atom tersebut
memiliki 11 proton dan 11 elektron. Susunan elektron
pada atom tersebut adalah : 1s2, 2s2, 2p6 dan 3s1 pada
Gambar 3.17. Jika elektron pada kulit terluar terlepas
(karena daya tarik inti lemah jika dibandingkan
dengan 2p6), maka atom ini berubah komposisi
proton dan elektronnya yaitu jumlah proton tetap
(11) jumlah elektron berkurang menjadi 10, sehingga
atom tersebut kelebihan muatan positif atau berubah
menjadi ion positif.
1s2 2s2 2p6 3s1
Elektron 3s1 adalah elektron yang mudah dilepaskan
Perubahan ini dapat kita tuliskan dengan persamaan
reaksi dimana atom yang bernomor atom 11 adalah
Na (Natriun)
Na 􀑗 Na+ + e (e = elektron)
Unsur􀍲unsur dengan elektron valensi s1, memiliki
kecenderungan yang tinggi menjadi ion positif atau
elektropositif.
Dalam kasus lain, sebuah atom juga memiliki
kecenderungan menarik elektron, dalam hal ini
elektron dari luar. Hal ini terjadi karena inti atom
memiliki daya tarik yang kuat, proses penarikan
elektron oleh sebuah atom ditunjukkan oleh atom
Flor (F). Konfigurasi elektron untuk atom ini adalah
1s2, 2s2, dan 2 p5, perhatikan Gambar 3.18.
Gambar 3.17. Orbital 3s berisi satu
elektron dengan jarak terjauh dari inti
dan mudah dilepaskan
Gambar 3.18. Susunan Elektron untuk
atom Flor
􀄹􀄻 􀄹􀄻 􀄹􀄻 􀄹􀄻 􀄹􀄻 􀄹
11+
1s
2s
2p
3s
2 e 2 e
6 e
e
9+
1s2
2s2
2p5
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
45
Jika atom ini menarik sebuah elektron, maka konfigurasinya berubah
menjadi 1s2, 2s2, dan 2 p6. Di dalam inti atom Flor terdapat 9 proton atau
muatan positif, sehingga tidak dapat menetralisir jumlah elektron yang
ada. Dengan kelebihan elektron maka atom ini berubah menjadi ion
negatif.
Orbital atom Flor, dengan 5 elektron terluar, masih tersedia ruang dalam
orbital pz.
1s2 2s2 2px
2 2py
2 2pz
1
Elektron dari luar akan masuk kedalam orbital 2pz, dan mengubah
konfigurasinya menjadi
1s2 2s2 2px
2 2py
2 2pz
2
sehingga atom Flor menjadi ion Flor yang bermuatan negatif. Unsur􀍲unsur
dengan elektron valensi p5 memiliki kecenderungan yang tinggi menjadi ion
negatif atau memiliki keelektronegatifan yang tinggi. Perubahan pada atom
Flor juga dapat dinyatakan kedalam bentuk persamaan reaksi seperti di
bawah ini.
F + e 􀑗 F􀍲 (e = elektron)
Makna persamaan di atas adalah, atom Flor dapat berubah menjadi ion
Flor dengan cara menarik elektron dari luar, sehingga atom Flor menjadi
kelebihan muatan negatif dan menjadi ion Flor. Perubahan konfigurasi
elektron di dalam orbitalnya atau pada setiap tingkat energinya dapat kita
bandingkan dengan menggunakan Gambar 2.17 dan Gambar 2.18.
Dari penjelasan di atas tampak bahwa elektron terluar memegang peranan
penting, khususnya bagaimana sebuah atom berinteraksi menjadi ion.
Konsep ini mendasari bagaimana sebuah atom dapat berinteraksi dengan
atom lain dan menghasilkan zat baru atau molekul baru. Selain faktor lain
seperti kestabilan dari atom itu sendiri.
􀄹􀄻 􀄹􀄻 􀄹􀄻 􀄹􀄻 􀄹
􀄹􀄻 􀄹􀄻 􀄹􀄻 􀄹􀄻 􀄹􀄻
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
46
RANGKUMAN
1. Atom tersusun atas beberapa partikel yaitu proton, elektron
dan netron. Proton merupakan partikel bermuatan positif
1.6 × 10􀍲19 Coulomb dengan massa 1.673 × 10􀍲27 Kg. Elektron
bermuatan negatif sebesar 􀍲1.6 × 10􀍲19 Coulomb dan
memiliki massa sebesar 9.10 × 10􀍲31 Kg. Sedangkan netron
tidak bermuatan namun memiliki massa yang besarnya
1.675 × 10􀍲27 Kg.
2. Tanda atom dituliskan sebagai 􀜺 􀯓 􀮺
dimana X adalah nama
usur, A adalah nomor massa merupakan jumlah proton dan
netron, sedangkan Z adalah nomor atom merupakan jumlah
proton atau jumlah elektron.
3. Pembeda antara satu atom dengan atom lainnya adalah
jumlah elektronnya, karena setiap memiliki jumlah proton
dan netron yang bervariasi, maka terjadi beberapa
komposisi yang berbeda dan diberi istilah sebagai berikut :
􀁸 Isotop hanya terjadi karena perbedaan netron, sama
dalam hal jumlah proton dan elektronnya dan isotop
hanya terjadi pada unsur yang sama.
􀁸 Isoton terjadi karena terdapat kesamaan dalam hal jumlah
netron, namun berbeda dalam jumlah proton dan
elektronnya, dan terjadi pada unsur yang berbeda.
􀁸 Isobar terjadi kesamaan dalam massa atom yaitu jumlah
proton dan netronnya, namun berbeda untuk setiap
jumlah proton, elektron dan netronnya, isobar terjadi
pada unsur yang berbeda.
4. Teori atom Dalton; atom sautu unsure berupa bola pejal
yang disusun oleh partikel kecil yang disebut dengan atom.
Unsur adalah materi yang terdiri atas atom yang sejenis dan
berbeda dengan atom dari unsur lainnya. Senyawa adalah
materi yang disusun oleh dua atau lebih jenis atom dengan
perbandingan tertentu dan proses pembentukan senyawa
melalui reaksi kimia yang merupakan proses penataan dari
atom􀍲atom yang terlibat dalam reaksi tersebut.
5. Teori atom menurut Thomson, atom merupakan bola yang
bermuatan positif, dan elektron tersebar dipermukaannya,
atom bersifat netral sehingga jumlah protonnya sama
dengan jumlah elektronnya.
6. Teori atom menurut Rutherford, atom terdiri dari inti atom
yang bermuatan positif dan dikelilingi oleh elektron􀍲elektron
yang bermuatan negatif. Elektron bergerak mengelilingi inti
dengan lintasan yang berbentuk lingkaran atau elips. Teori
Rutherford banyak mendapat sanggahan, secara sederhana
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
47
disampaikan jika elektron mengelilingi inti maka energi
elektron semakin lama semakin berkurang dan suatu saat
elektron akan jatuh ke inti atom.
7. Teori atom Bohr ; setiap elektron bergerak mengelilingi inti
atom dengan lintasan sesuai dengan tingkat energi tertentu,
selama elektron mengelilingi inti atom, tidak terjadi proses
pelepasan energi maupun penyerapan energi. Bohr juga
menyatakan, elektron dapat berpindah dari lintasan bagian
dalam kelintasan bagian luar dengan menyerap energi,
sebaliknya juga demikian, elektron dapat berpindah dari
lintasan luar ke lintasan yang lebih dalam dengan
melepaskan energi.
8. Schrodinger, Heisenberg dan Paul Dirac, memfokuskan
partikel atom juga memiliki sifat gelombang. Dari persamaan
gelombang Schrodinger, dapat menjelaskan secara teliti
tentang energi yang terkait dengan posisinya dan
kebolehjadian tempat kedudukan elektron dari inti yang
dinyatakan sebagai fungsi gelombang. Aspek tersebut dapat
dijelaskan dengan teliti dengan memperkenalkan bilangan
kuantum utama, azimut dan bilangan kuantum magnetik.
9. Bilangan kuantum utama diberi notasi dengan huruf (n)
bilangan ini menentukan tingkat energi satu elektron yang
menempati sebuah ruang tertentu dalam atom, hal ini juga
menjelaskan kedudukan elektron terhadap inti atom.
Semakin jauh jarak tempat kedudukan elektron terhadap inti
semakin besar tingkat energinya.
10. Tingkat energi pertama (n = 1) dan sering disebut dengan
kulit K, tingkat energi kedua (n = 2), dengan kulit L, tingkat
energi ketiga (n = 3) dengan kulit M, dan seterusnya. Jumlan
elektron yang terdapat dalam setiap tingkat energi
mengikuti persamaan: ( 2 n2 ) dimana n adalah bilangan
kuantum utama.
􀁸 K, n = 1, Total elektronnya ( 2.12) = 2 elektron
􀁸 L, n = 2, Total elektronnya ( 2.22) = 8 elektron
􀁸 M, n = 3, Total elektronnya ( 2.32) = 18 elektron, dan
seterusnya.
11. Bilangan kuantum azimut ( 􀑋 ) menentukan bentuk dan
posisi orbital sebagai kebolehjadian menemukan tempat
kedudukan elektron dan merupakan sub tingkat energi.
Jumlah bilangan kuantum azimut secara umum mengikuti
persamaan : 􀑋 = n 􀍲1, dimana 􀑋 adalah bilangan kuantum
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
48
azimut dan n adalah bilangan kuantum utama. Bilangan
kuantum azimut memiliki harga dari 0 sampai dengan n􀍲1.
􀁸 Untuk n = 1, maka, terdapat sub tingkat energi s (sharp).
􀁸 Untuk n = 2, terdapat sub tingkat energi s dan p (principle).
􀁸 Untuk n = 3, terdapat sub tingkat energi s, p dan d
(diffuse).
􀁸 Untuk n = 4, terdapat sub tingkat energi s, p, d, dan f
(fundamental).
12. Bilangan kuantum magnetik yang bernotasi (m) menentukan
orientasi sudut orbital (tempat keboleh jadian elektron
berada) dalam ruang. Bilangan kuantum magnetik
ditetapkan berdasarkan bilangan kuantum azimut, m = (􀍲􀑋,
+􀑋)
􀁸 Untuk sub tingkat energi s, terdapat 1 orbital, karena m=0.
􀁸 Untuk sub tingkat energi p terdapat 3 orbital (px, py dan
pz), karena m = 􀍲1, 0, +1.
􀁸 Untuk sub tingkat energi d terdapat 5 orbital, karena m =
􀍲2, 􀍲1, 0, 1, 2.
􀁸 Untuk sub tingkat energi f terdapat 7 orbital, karena m =
􀍲3, 􀍲2, 􀍲1, 0, 1, 2, 3.
13. Bilangan kuantum spin merupakan rotasi elektron terhadap
sumbunya, dan menghasilkan dua perbedaan arah spin yang
berbeda atau berlawanan dan diberi harga +1/2 dan 􀍲1/2.
Sehingga setiap orbital memiliki sepasang elektron yang
berlawanan arah.
s2 px
2 py
2 pz
2
14. Bilangan kuantum spin ini juga didukung oleh Pauli yang
menyatakan dua elektron di dalam sebuah atom tidak
mungkin memiliki ke empat bilangan kuantum yang sama.
Sehingga jumlah elektron maksimum dalam setiap sub
tingkat energi atau orbital memiliki jumlah tertentu dan
besarnya setara dengan : 2 (2 􀑋 + 1), dimana 􀑋 adalah
bilangan kuantum azimut dan jumlah elaktron maksimum
dalam setiap orbital adalah s = 2 elektron, p = 6 elektron, d =
10 elektron, f =14 elektron dan seterusnya.
15. Berdasarkan konsep Bangunan (Aufbau), elektron􀍲elektron
dalam suatu atom akan mengisi orbital yang memiliki energi
paling rendah dilanjutkan ke orbital yang lebih tinggi,
sehingga tampak adanya hubungan tingkat energi orbital
􀄹􀄻 􀄹􀄻 􀄹􀄻 􀄹􀄻
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
49
secara teliti. Kedudukan orbital dimulai dari tingkat energi
terendah, secara berurutan sebagai berikut :1s < 2s < 2p < 3s
< 3p < 4s < 3d < 4p < 5s < 4d < 5p < 6s < 5d < 4f < 6p < 7s < 6d
<5f.
16. Dalam pengisian elektron pada setiap orbital, maka elektron
tidak membentuk pasangan terlebih dahulu, namun mengisi
terlebih dahulu orbital lainnya, sesuai dengan aturan bahwa
setiap orbital dapat terisi oleh dua elektron yang berbeda
arah momen spinnya.
17. Elektron memiliki peran penting sebagai pembawa sifat
sebuah atom. Elektron yang memiliki peran tersebut adalah
elektron yang berada pada tingkat energi tertinggi atau
elektron pada kulit terluar (elektron valensi). Jika sebuah
memiliki elektron yang dekat dengan inti, maka daya tarik
inti besar dan elektron sulit dilepaskan. Berbeda dengan
atom yang elektronnya jauh dari inti, maka daya tarik inti
lemah dan elektron mudah dilepaskan.
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
50
Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat
1. Suatu atom memiliki partikel yang bermuatan negatif yaitu
A. Proton B. Elektron
C. Netron D. Meson
2. Massa atom setara dengan jumlah massa
A. Proton + elektron B. Proton + meson
C. Netron + proton D. Netron + elektron
3. Pernyataan di bawah ini benar untuk unsur dengan massa 23
dan nomor atom 11, kecuali:
A. mempunyai 11 elektron dan 11 proton
B. mempunyai 11 elektron dan 12 netron
C. mempunyai nomor massa 23
D. mempunyai massa atom kurang lebih 23 sma
4. Suatu unsur A dengan 10 proton dan 12 netron, unsur B 10
proton dan 13 netron maka kedua unsur tersebut:
A. Isoton B. Isobar
C. Isotop D. Isokhor
5. Jika suatu atom mempunyai 18 elektron dan 17 netron, maka
nomor massanya adalah:
A. 11 B. 18
C. 35 D. 25
6. Banyaknya elektron dalam kulit M adalah:
A. 18 elektron B. 9 elektron
C. 32 elektron D. 30 elektron
7. Konfigurasi elektron dari suatu atom yang mempunyai nomor
atom 10 adalah:
A. 1s2, 2s2, 2p6
B. 1s2, 2s2, 2p4, 3s2
C. 1s2, 2s2, 2p5, 3s2
D. 2s2, 2s1, 2p7
8. Diantara pasangan􀍲pasangan ion/atom di bawah ini yang
memiliki struktur elektron terluar yang sama adalah:
A. F dan Ne B. F􀍲 dan O􀍲
C. F􀍲 dan Ne D. F􀍲 dan Ne􀍲
9. Sesuai dengan model atom mekanika gelombang, maka
kedudukan elektron:
A. Dapat ditentukan dengan mudah
B. Dapat ditentukan tetapi sulit
C. Posisi elektron hanya merupakan kebolehjadian
D. Elektron dianggap tidak ada
10. Tidak mungkin elektron memiliki bilangan kuantum yang
sama, dinyatakan oleh
A. Pauli B. Hund
C. Bohr D. Rutherford
UJI
KOMPETENSI
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
51
11. Jumlah elektron yang terdapat pada gas mulia dikulit terluar
umumnya adalah
A. 2 B. 4
C. 8 D. 10
12. Stabil atau tidaknya suatu atom ditentukan oleh:
A. Jumlah elektron di kulit yang paling dekat dengan inti
B. Jumlah kulit lintasan elektron
C. Perbandingan jumlah elektron dan netron
D. Perbandingan jumlah netron dan proton
13. Unsur yang mempunyai nomor atom 31 membentuk ion yang
bermuatan
A. 􀍲3 B. +2
C. 􀍲1 D. +1
14. Beda suatu unsur dengan isotopnya adalah:
A. Jumlah elektronnya B. Jumlah protonnya
C. Nomor atomnya D. Jumlah netronnya
15. Di bawah ini tercantum lambang unsur􀍲unsur dengan nomor
atomnya. Atom yang mempunyai 6 elektron valensi adalah:
A. 8O B. 6C
C. 12 Mg D. 10N
16. Kalsium mempunyai nomor atom 20, susunan elektron􀍲
elektronnya pada kulit K, L, M, N adalah:
A. 2, 8, 10, 0 B. 2, 8, 6, 4
C. 2, 8, 9, 1 D. 2, 8, 8, 2
17. Kelemahan dari teori atom Niels Bohr adalah Bohr tidak
menjelaskan tentang:
A. Kestabilan atom B. Lintasan elektron
C. perpindahan elektron D. Kedudukan elektron .
18. Harga keempat bilangan kuantum terakhir dari atom S yang
mempunyai nomor atom 16 adalah:
A. n = 2, l = 0, m = 0, s = 􀍲1/2 B. n = 3, l = 1, m = 􀍲1, s = 􀍲1/2
C. n = 2, l = 0, m = 􀍲1, s = +1/2 D. n = 3, l = 1, m = +1, s = 􀍲1/2
19. Salah satu yang menjadi dasar timbulnya model atom modern
adalah:
A. Rutherford, Bohr, dan De Broglie
B. Pauli, Bohr, dan De Broglie
C. Rutherford, De Broglie, dan Hund
D. De Broglie, Schrodinger, dan Heisenberg
20. Kedudukan orbital suatu atom ditentukan oleh bilangan
kuantum....
A. utama, azimut dan magnetik
B. magnetik
C. azimut dan spin
D. spin

Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
52
Bab 4. Tabel
Periodik
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Mengidentifikasi struktur atom
dan sifat􀍲sifat periodik pada
tabel periodik unsur.
Mendeskripsikan perkembangan teori atom
Mengintepretasikan data dalam tabel periodik
Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menyebutkan perkembangan table periodik
2. Siswa dapat membedakan table periodik berdasarkan kenaikan berat atom dan
nomor atom
3. Siswa dapat mendeskripsikan informasi dari jalur horizontal dan vertikal dari
tabel periodik
4. Siswa dapat mendeskripsikan hubungan antara konfigurasi elektron dengan
golongan dalam tabel periodik
5. Siswa dapat mendeskripsikan sifat􀍲sifat unsure dalam satu golongan dan
periode
4.1. Tabel Periodik
Jumlah unsur yang telah ditemukan cukup banyak, sampai dengan
saat ini telah dikenal 108 unsur. Tentu tidak mudah mempelajari
sekian banyak unsur. Usaha untuk membuat daftar unsur dan
menggolongkannya telah dilakukan. Hasil penggolongan dan daftar
unsur tersebut dikenal dengan Tabel periodik. Perkembangan tabel
periodik cukup lama dan banyak melibatkan para ahli kimia, dan saat
ini kita sudah mendapatkan tabel periodik bentuk panjang.
4.1.2. Sifat Unsur merupakan fungsi massa atom
Pada tahun 1829, Johan W Dobereiner mengemukakan cara
sederhana untuk mengelompokan unsur. Ia membuat kelompok
unsur􀍲unsur, yang memiliki sifat yang sama dan masing􀍲masing
kelompok terdiri dari tiga unsur, ternyata unsur kedua memiliki massa
atom yang relatif sama dengan massa rata􀍲rata dari unsur pertama
dan ketiga. Model ini dikenal dengan istilah Triad Dobereiner,
Perhatikan tabel 4.1. di bawah ini.
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
53
Tabel 4.1. Susunan 3 unsur yang memiliki sifat yang sama berdasar rata􀍲rata massa atom pertama
dan ketiga, sebagai penentu unsur kedua
No Lambang Unsur Massa Lambang Unsur Massa
1 Cl 35.45
2 ….. Br 79.92
3 I 126.91
Rata􀍲rata 81.18
Dari table tampak bahwa massa atom Br relative mendekati harga rata􀍲rata
dari massa pertama dan ketiga.
Penyusunan unsur berdasarkan kenaikan massa atom dengan cara lain juga
dilakukan oleh John Newland dan terkenal Hukum Oktaf. Newlands
menyatkan jika unsur􀍲unsur disusun berdasarkan kenaikan massa atomnya,
maka sifat􀍲sifat unsur akan kembali terulang secara berkala setelah 8
(delapan=oktaf) unsur.
Mendeleev dan Lothar Matheus yang bekerja secara terpisah
mempersiapkan susunan berkala unsur. mereka sepakat untuk menyusun
unsur􀍲unsur berdasarkan kenaikan massa atomnya.
Mendeleev memperhatikan kesamaan sifat􀍲sifat kimia, sedangkan Lothar
Matheus lebih focus pada sifat􀍲sifat fisikanya. Mendeleev berhasil
menyusun tabel unsur dari kiri ke kanan berdasarkan kenaikan massa
atomnya. Pada awalnya tersusun untuk 60 buah unsur dan berkembang,
karena dalam table tersebut tersedia ruang􀍲ruang kosong yang dapat
dipergunakan untuk menemukan unsur ataupun meramalkan sifat􀍲sifat
unsur. Dalam perkembangan teori atom, tabel yang dibuat oleh Mendeleev
menjadi kurang sesuai dan terdapat banyak kelemahan.
4.1.2. Tabel periodik bentuk panjang
Pada tahun 1895, Julius Thomson memperkenalkan model tabel periodik
yang lain. Thomson menyatakan bahwa sifat􀍲sifat unsur merupakan fungsi
periodik dari kenaikan nomor atomnya. Hal ini selaras dengan
perkembangan teori atom dengan pendekatan mekanika kuantum yang
berkembang kemudian. Tabel periodik yang diajukan oleh Thomson dikenal
dengan Tabel periodik bentuk panjang. Tabel periodik panjang terdiri dari
dua jalur horizontal dan jalur vertikal, seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 4.1.
4.1.2.1. Jalur horizontal
Jalur horizontal disebut periode dan terdapat 7 (tujuh) periode yang
menunjukkan tingkat energi atau kulit dalam sebuah atom. Nomor dalam
setiap kotak adalah nomor atom merupakan jumlah elektron atau proton
yang dikandung unsur tersebut. Periode pertama terdiri dari 2 unsur sesuai
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
54
dengan jumlah elektron pada kulit K atau 1s, sehingga unsur pertama
memilik elektron 1s1 dan unsur kedua 1s2. Pada periode kedua terdapat 8
unsur setara dengan kulit L (2s dan 2p). Untuk periode ketiga atau kulit M
masih terdapat 8 unsur (3s dan 3p), karena orbital 3d belum terisi.
Gambar 4.1. Tabel Periodik bentuk Panjang tersusun atas 7 periode
Pada periode ke empat kulit N, mulai terisi orbital 3d, dengan susunn
4s, 3d dan 4p, sehingga total unsur yang ada dalam periode ini adalah
18 unsur. Hal yang sama juga terjadi dan periode ke lima, orbital 4d
mulai terisi, dengan konfigurasi elektron valensinya 5s, 4d dan 5p
setara dengan 18 unsur. Periode ke enam dan ketujuh, orbital f mulai
terisi dan didapat jumlah 32 unsur setara dengan elektron pada orbital
s, p, d dan f.
Unsur pertama yang mulai mengisi orbital 4f pada baris bawah pertama
adalah La (Lantanium). Pada baris atau deret ini, dimulai dari unsur
lantanium berisi 14 unsur dikenal dengan deret Lantanida, keempat
belas unsur memiliki kemiripan yang sama dan menyerupai unsur
lantanium. Sedangkan, baris atau deret bawah kedua merupakan
unsur􀍲unsur yang mengisi orbital 5f dimulai dari unsur Ac (Actinium),
dalam deret ini seluruh unsur memiliki kemiripan sifat dengan actinium
sehingga dikenal dengan deret Actinida.
4.1.2.2. Jalur Vertikal
Jalur vertikal disebut juga dengan golongan, dalam tabel periodik
bentuk panjang terdapat Golongan A, yang berisi Golongan IA dengan
elektron valensi 1s1 dan IIA dengan elektron valensi 1s2, dilanjutkan
dengan Golongan IIIA sampai dengan VII A yang mengisi orbital p1
sampai dengan p5, unsur􀍲unsur ini merupakan unsur non logam. Untuk
Golongan VIIIA dan lebih dikenal dengan Golongan 0 memiliki elektron
valensi p6 dan merupakan gas mulia, perhatikan Gambar 4.2.
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
55
Gambar 4.2. Tabel Periodik bentuk Panjang tersusun atas Golongan A dengan unsur yang
memiliki elektron valensi pada orbital s dan p, dan Golongan B yang dengan elektron valensi
pada orbital d dan f.
Golongan B merupakan golongan yang memiliki elektron valensi pada orbital
d, unsur􀍲unsur dalam golongan ini merupakan logam. Untuk Golongan IIIB
sampai dengan golongan VIIB mencirikan elektron ns2 dan (n􀍲1)d(1s/d 5), untuk
lebih jelasnya, kita ambil contoh Golongan IIIB memiliki elektron valensi 4s2,
3d1, dilanjutkan dengan 5s2, 4d1. Jika kita ingin mengetahui gololngan VB,
dengan mudah kita tetapkan elektron valensinya yaitu s2 dan d3. Pada
golongan IIIB yang masuk golongan ini, bukan hanya yang memiliki konfigurasi
s2, d1, namun juga untuk unsur dengan elektron valensi orbital f, hal ini terjadi
khusus untuk unsur pada periode ke enam dan ke tujuh. Hal ini terjadi karena
sebelum mengisi orbital 5d, orbital 4f terisi terlebih dahulu. Ada 14 unsur
yang memiliki elektron valensi orbital 4f yaitu deret lantanida. Demikianpula
pada pengisian orbital 6d, maka orbital 5f terisi terlebih dahulu dan terdapat
14 unsur lainnya yang dikenal deret Aktinida.
Untuk golongan VIIIB memiliki 3 kolom, sehingga untuk golongan VIII memiliki
tiga kemungkinan elektron valensi pada orbital d. Secara umum elektron
valensinya adalah ns2 dan (n􀍲1)d(6s/d 8), tiga kemungkinan tersebut adalah, d6,
d7 dan d8. Sebagai contoh unsur Fe (Besi) memiliki 4s2, 3d6, Kobal (Co) dengan
elektron valensi 4s2, 3d7, dan Nikel (Ni) memiliki elektron valensi 4s2, 3d8.
Sedangkan untuk golongan IB dan IIB, memiliki elektron valensi masing􀍲
masing 4s2, 3d9, dan 4s2, 3d10.
Untuk menyederhanakan penggolongan unsur dapat kita lakukan dengan
memperhatikan elektron valensi yang dimiliki oleh unsur tersebut, meliputi
unsur blok s, yaitu yang memiliki elektron valensi pada orbital s. Blok p adalah
unsur yang memiliki elektron valensi pada orbital p, blok d dengan elektron
valensi pada orbital p dan blok f yang memiliki elektron valensi pada orbital f,
lihat Gambar 4.3.
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
56
Gambar 4.3. Tabel Periodik dengan pengelompokan Blok dari elektron valensinya
4.2. Hubungan table periodik dengan konfigurasi elektron
4.2.1. Elektron Valensi
Telah kita bahas bahwa sifat􀍲sifat unsur merupakan fungsi kenaikan
nomor atomnya, dan kita juga sudah bahas bahwa pembeda dari suatu
unsur terhadap unsur lainnya adalah elektron valensi. Atas dasar ini
kita bisa melihat sifat tersebut.
Elektron valensi adalah elektron yang berada pada orbital terluar dan
elektron ini yang berperan untuk melakukan interaksi. Pada Gambar
2.21, tampak bahwa jumlah elektron valensi meningkat naik dari kiri
kekanan, elektron valensi pada golongan IA adalah s1, meningkat pada
golongan IIA menjadi s2, demikian pula pada golongan IIIA meningkat
menjadi s2, p1, semakin kekanan jumlah elektron valensi bertambah.
Sehingga dapat kita simpulkan bahwa dalam tabel periodik, elektron
valensi meningkat jumlahnya, karena unsur disusun berdasarkan
kenaikan nomor atom yang mencerminkan jumlah elektron maupun
jumlah proton. Sedangkan dalam satu golongan setiap unsur memiliki
elektron valensi yang sama karena penggolongan unsur didasari atas
kesamaan jumlah elektron valensi.
4.2.2. Jari-jari atom
Jari􀍲jari atom adalah jarak dari inti atom sampai dengan elektron pada
kulit terluar. Hasil pengamatan dari jari􀍲jari atom untuk golongan IA, IIA
dan IIIA, menunjukkan bahwa dalam satu golongan dari atas ke bawah,
jari􀍲jari atom semakin membesar. Dalam satu periode dari kiri ke kanan
jari􀍲jari semakin mengecil, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.4.
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
57
Gambar 2.22. Jari􀍲jari atom meningkat dalam satu Golongan IA, dan periode unsur non􀍲logam
periode tiga
Peningkatan jari􀍲jari atom didalam satu golongan disebabkan
meningkatnya tingkat energi dari atom atau meningkatnya kulit. Untuk
atom Li (Litium) terletak pada kulit L, sedangkan Na (Natrium) pada kulit
M, dan atom K (Kalium) terletak pada kulit N.
Sedangkan dalam satu periode jari􀍲jari atom semakin mengecil. Dalam
satu periode setiap atom memiliki tingkat energi yang sama, namun
jumlah intinya semakin membesar, karena kenaikan nomor atomnya,
sehingga daya tarik inti terhadap elektron semakin kuat dan jari􀍲jari atom
menjadi lebih kecil.
4.2.3. Energi Ionisasi
Energi ionisasi didefinisikan sebagai energi terendah yang dibutuhkan
sebuah atom untuk dapat melepaskan elektron valensinya. Hasil
eksperimen untuk energi ionisasi yang dilakukan pada unsur􀍲unsur
golongan IA menunjukkan bahwa energi ionisasi dari logam Litium (Li)
sampai dengan Cesium (Cs) menurun. Sedangkan energi ionisasi dari
unsur􀍲unsur dalam satu periode, ditunjukkan pada periode ke tiga yaitu
dari unsur Boron (B) sampai dengan Flor (F) menunjukkan adanya
peningkatan. Trend peningkatan dan penurunan energi ionisasi dalam
Tabel periodik ditunjukkan pada Gambar 4.5.
Untuk unsur dalam satu golongan, semakin ke bawah jumlah kulit
semakin banyak dan elektron semakin jauh dari inti. Hal ini menyebabkan
elektron semakin mudah dilepaskan, dan dapat disimpulkan bahwa energi
ionisasi dalam satu golongan semakin kecil dari atas ke bawah.
Unsur􀍲unsur dalam tabel periodik disusun berdasarkan kenaikan nomor
atom sehingga jumlah elektron semakin besar dari kiri ke kanan dan
semakin sulit melepaskan karena memerlukan energi yang cukup besar.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa energi ionisasi dalam satu periode dari
kiri kekanan semakin besar.
Kemudahan sebuah elektron dilepaskan oleh sebuah unsur merupakan
ciri khas sifat logam dari sebuah unsur, sehingga sifat kelogaman sangat
dipengaruhi oleh besar kecilnya energi ionisasi.
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
58
Gambar 4.5. Jari􀍲jari atom meningkat dalam satu Golongan IA, dan periode unsur non􀍲logam
periode tiga
Dalam satu golongan, sifat kelogaman meningkat dari atas ke bawah, yang
berlawanan dengan energi ionisasinya. Demikianpula sifat kelogaman
dalam satu periode semakin kecil dari kiri kekanan, sehingga unsur􀍲unsur
yang berada disebelah kanan khususnya yang memiliki orbital p bersifat
sebagai non logam.
4.2.4. Affinitas elelktron
Affinitas elektron didefinisikan sebagai energi yang dibebaskan oleh
sebuah atom untuk menerima elektron. Dengan membebaskan energi,
menunjukkan bahwa atom tersebut memiliki kecenderungan yang tinggi
untuk berubah menjadi ion negatif. Dalam satu periode, dari kiri kekanan
affinitas elektron bertambah besar. Sedangkan dalam satu golongan, dari
atas ke bawah affinitas elektron semakin berkurang.
Jika kita tinjau dari sisi atomnya, maka ada satu kemampuan suatu atom
untuk menarik elektron yang disebut dengan elektronegatifitas.
Keterkaitan antara elektronegatifitas dengan affinitas elektron adalah
sebanding, semakin besar affinitas elektron semakin besar pula
elektronegatifitasnya. Dalam satu periode dari kiri ke kanan
elektronegatifitas semakin besar, sedangkan dalam satu golongan dari atas
ke bawah, elektronegatifitasnya semakin menurun. Hasil ini ini juga
didukung oleh data seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.6.
Gambar 4.6. Elektronegatifitas untuk periode 3 dan Golongan VIIA
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
59
RANGKUMAN
1. Tabel periodik disusun untuk mempermudah kita dalam
mempelajari Ilmu Kimia, khususnya unsur. Tabel periodik
disusun atas dasar kenaikan nomor atom atau kenaikan
jumlah elektron, dan terjadi kesamaan sifat􀍲sifat unsur secara
periodik. Tabel periodik panjang terdiri dari dua jalur yaitu
jalur horizontal dan jalur vertikal,
2. Jalur horizontal disebut periode dan terdapat 7 (tujuh) periode
yang menunjukkan tingkat energi atau kulit. Periode 1 sesuai
dengan kulit K, yang berisi orbital s dengan 2 maksimum
elektron yang berarti bahwa pada periode 1 hanya terdapat 2
unsur.
3. Periode kedua, memiliki kulit L, dengan orbital 2s dan 2p,
dengan total elektron maksimum sebanyak 8 elektron setara
dengan jumlah unsur yang ada pada periode ini.
4. Periode ketiga M, dengan orbital 3s, 3p dan 3d, namun orbital
3d, belum terisi elektron, sehingga elektron hanya mengisi
pada orbital 3s, 3p, sehingga terdapat 8 elektron atau tersedia
8 unsur pada periode ini.
5. Untuk periode ke empat dan ke lima, orbital s, p dan d sudah
terisi penuh sehingga terdapat 18 unsur. Sedangkan untuk
periode ke enam orbital s, p, d dan orbital f sudah terisi
sehingga terdapat 32 unsur, dan periode ke tujuh jika terisi
maksimum juga akan terdapat 32 unsur, namun sampai
dengan saat ini belum terisi seluruhnya.
6. Dalam tabel periodik bentuk panjang terdapat dua golongan
yaitu golongan A dan golongan B yang merupakan jalur
vertikal. Golongan terkait erat dengan elektron valensi, untuk
Golongan A, seluruh unsur memiliki elektron valensi pada
orbital s dan orbital p. Golongan IA dengan elektron valensi
1s1 dan IIA dengan elektron valensi 1s2. Golongan IA dan IIA
dikenal dengan logam alkali dan alkali tanah, Golongan IIIA
sampai dengan VII A yang mengisi orbital p1 sampai dengan
p5, unsur􀍲unsur ini merupakan unsur non logam. Untuk
golongan VIIIA dan lebih dikenal dengan Golongan 0 memiliki
elektron valensi p6 dan merupakan gas mulia.
7. Golongan B memiliki elektron valensi pada orbital d, unsur􀍲
unsur dalam golongan ini merupakan logam. Untuk Golongan
IIIB sampai dengan golongan VIIB mencirikan elektron ns2 dan
(n􀍲1)d(1s/d 5), (contoh Gol III B; 4s2, 3d1, Gol VII B ; 4 s2, 3d5).
Dalam golongan IIIB ada hal yang khusus yaitu pada periode ke
enam dan ke tujuh unsur yang memiliki elektron valensi pada
orbital f juga masuk pada golongan IIIB. Pada periode enam
unsur ini dikenal dengan deret actinida dan pada periode ke
tujuh dikenal dengan deret lantanida.
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
60
8. Untuk golongan VIIIB lebih dikenal dengan golongan VIII,
memiliki elektron valensi ns2 dan (n􀍲1)d(6,7 dan 8). Untuk unsur
dengan elektron valensi 4s2, 5d6, 4s2, 5d7 dan 4s2, 5d8, adalah
unsur􀍲unsur yang masuk dalam Golongan VIII.
9. Untuk golongan IB dan golongan IIB memiliki elektron valensi
ns2 dan (n􀍲1)d(9 dan 10). Untuk unsur dengan elektron valensi
4s2, 5d9 golongan I B dan 4s2, 5d10 golongan IIB.
10. Dapat disimpulkan bahwa elektron valensi adalah penentu
dari golongan, dengan mengetahui elektron valensi kita dapat
mengetahui kedudukan unsur tersebut dalam tabel periodik,
perhatikan contoh di bawah ini, jika sebuah unsur memiliki
elektron valensi:
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
61
UJI
KOMPETENSI
Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat
1. Tabel periodik Mendelleyev disusun berdasarkan:
A. Kenaikan nomor atom B. Kenaikan berat atom
C. Kenaikan jumlah elektron D. Kenaikan jumlah proton
2. Perioda dalam Tabel periodik menunjukkan:
A. Banyaknya kulit dalam atom
B. Banyaknya orbital dalam atom
C. Besarnya muatan inti
D. Banyaknya proton dalam atom
3. Golongan dalam tabel periodik menunjukkan:
A. Banyaknya elektron dalam atom
B. Banyaknya elektron pada kulit terluar
C. Banyaknya proton dalam inti atom
D. Banyaknya neutron dalam inti atom
4. Tabel periodik bentuk panjang unsur􀍲unsur transisi terletak
diantara:
A. Golongan IIB dan IB B. Golongan IIA dan IIIB
C. Golongan IIIA dan IV A D. Golongan II A dan IIIA
5. Unsur dengan konfigurasi elektron 3d10 4s2 4p4, terletak pada
perioda:
A. Perioda kelima B. Perioda ketiga
C. Perioda keempat D. Perioda kedua
6. Affinitas elektron didefinisikan sebagai:
A. Jumlah elektron pada kulit terluar
B. Energi yang dibebaskan bila atom menerima elektron
C. Jumlah kulit pada suatu atom
D. Energi yang diperlukan untuk melepas elektron
7. Dari ketiga unsur A, B dan C dengan nomor atom masing􀍲
masing 16, 17 dan 18 dapat kita simpulkan:
A. Elektron valensi C paling besar
B. Affinitas elektron C paling kecil
C. Elektron valensi ketiga unsur sama
D. Affinitas elektron A lebih besar
8. Unsur􀍲unsur dalam golongan IIIA, memiliki elektron valensi
A. ns2 B. ns2 np5
C. ns2 np1 D. ns2 np3
9. Dalam satu golongan dari atas ke bawah maka:
A. Elektron valensi naik B. Affinitas elektron bertambah
C. Elektronegatifitas bertambah D. Elektron valensi tetap
10. Dari unsur Li, Na, Rb dan Cs, yang mempunyai jari􀍲jari atom
terbesar
A. Li B. Rb
C. Cs D. Na
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
62
Bab 5. Ikatan
Kimia
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Memahami terjadinya ikatan
kimia
Mendeskripsikan terjadinya ikatan ion
Mendeskripsikan terjadinya ikatan kovalen
Menjelaskan ikatan logam
Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat mengetahui adanya kecenderungan unsur untuk membentuk
senyawa
2. Siswa dapat mendeskripsikan proses terjadinya ion dari suatu unsur
3. Siswa dapat menyebutkan interaksi elektrostatika dalam ikatan ion
4. Siswa mampu mengidentifikasi bentuk ikatan kovalen
5. Siswa dapat menyebutkan definisi hibridisasi
6. Siswa dapat menyebutkan jenis􀍲jenis ikatan kovalen
7. Siswa dapat mendeskripsikan ikatan logam
8. Siswa dapat menyebutkan sifat􀍲sifat unsur yang memiliki ikatan logam
9. Siswa dapat menyebutkan jenis􀍲jenis gaya tarik menarik inter dan antar molekul
5.1. Ikatan Kimia
Di alam banyak ditemukan zat baik berupa unsur atau senyawa.
Keberadaan zat tersebut sangat ditentukan oleh kestabilan zat itu sendiri.
Jika suatu zat stabil maka kita akan menemukannya dalam bentuk unsur
bebas, namun jika zat itu tidak stabil maka kita akan menemukannya
dalam bentuk senyawa.
Beberapa penemuan terdahulu menunjukkan bahwa beberapa gas
ditemukan sebagai atomnya, seperti gas Helium (He), Neon (Ne) dan
Argon (Ar). Berbeda dengan gas Oksigen yang ditemukan dalam bentuk
senyawa (O2), demikian pula dengan gas Nitrogen (N2) dan gas
Karbondioksida (CO2). Dari sisi penulisan atau lambang dapat kita lihat
bahwa gas yang stabil ditemukan di alam dituliskan dengan nama
atomnya seperti He, Ne dan Ar. Sedangkan senyawa penulisannya
didasari pada atom penyusunnya, misalnya gas Oksigen disusun oleh 2
(dua) atom oksigen sehingga dituliskan atau dilambangkan denga O2,
demikian pula untuk Karbondioksida yang dilambangkan dengan CO2
yang memiliki arti bahwa gas tersebut disusun oleh satu atom Karbon
dan 2 (dua) atom Oksigen. Hasil penemuan para ahli kimia menunjukkan
bahwa gas yang stabil dalam bentuk atomnya memiliki konfigurasi
elektron yang khas.
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
63
Konfigurasi tersebut ditunjukkan dengan terisinya
seluruh elektron pada sub tingkat energi terluarnya
khususnya untuk orbital p dan pengecualian untuk gas
He mengisi pada orbital s, perhatikan Gambar 5.1.
Untuk He yang memiliki nomor atom 2, maka terdapat
dua elektron dan atom Helium hanya memiliki satu sub
tingkat energi dengan orbital 1s. Kedua elektron
tersebut tepat penuh mengisi orbital 1s2.
Sedangkan gas Neon yang memiliki nomor atom 10,
memiliki 10 elektron dengan konfigurasi 1s2, 2s2, 2p6,
tampak bahwa orbital 2p terisi penuh.
Demikian pula dengan Ar, yang bernomor atom 18,
memiliki konfigurasi elektron dengan orbital terluar
terisi penuh.
Gas􀍲gas yang memiliki konfigurasi elektron dimana
seluruh orbital p􀍲nya terisi penuh memiliki kestabilan
dan sulit bereaksi, gas􀍲gas tersebut dikenal dengan gas
mulia.
Atom􀍲atom yang tidak memiliki konfigurasi seperti gas
mulia, memiliki kecenderungan untuk mengikuti pola gas
mulia, sehingga elektron valensi atau elektron orbital
terluarnya terisi penuh. Kecenderungan dilakukan oleh
atom dengan berbagai cara seperti melepaskan elektron,
menarik elektron dari luar atau dengan cara
menggunakan elektron secara bersama􀍲sama dengan
atom lainnya. Perubahan satu atom dalam mencapai
konfigurasi gas mulia diikuti dengan peristiwa ikatan
kimia. Atas dasar kecenderungan ini ikatan kimia dapat
diklasifikasikan.
5.1.1. Ikatan Ion
Pencapaian kestabilan satu atom dapat terjadi dengan
cara pembentukan ikatan ion. Ikatan ini terjadi karena
adanya gaya listrik elektrostatik antara ion yang
bermuatan positif (kation) dengan ion yang bermuatan
negatif (anion).
*Pengecualian untuk logam stabil dalam
orbital d
Gambar 5.1. Konfigurasi elektron
terluar dan kestabilan
Keberadaan zat di
alam
Konfigurasi
Elektron
Orbital p terluar
Penuh Tidak
penuh*
Unsur Senyawa
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
64
Peristiwa ikatan ion diawali dengan proses pelepasan
elektron dari sebuah atom menjadi ion positif, sebagai
contoh kita pergunakan aton Na, bersamaan dengan
elektron yang dilepaskan ditangkap oleh atom Cl
lainnya sehingga atom tersebut menjadi bermuatan
negatif. Dengan kata lain proses pelepasan dan
penangkapan elektron melibatkan dua atom atau lebih
dan berlangsung secara simultan, perhatikan Gambar
5.2.
Perbedaan muatan listrik dari kedua ion itulah yang
menimbulkan gaya tarik elektrostatik dan kedua ion
berikatan (lihat Gambar 5.3). Dalam kimia, kita tuliskan
persamaan reaksinya
Na 􀑗 Na+ + e
Cl + e 􀑗 Cl􀍲
Na + Cl 􀑗 Na+ Cl􀍲
Dalam penulisan e dapat dicoret atau dihapus, karena
keberadaannya saling meniadakan disebelah kiri tanda
panah dan disebelah kanan tanda panah.
Senyawa yang memiliki derajat paling tinggi dalam
ikatan ionik adalah yang terbentuk oleh reaksi antara
unsur yang memiliki orbital terluar s1 dengan unsur
yang memiliki orbital terluar p5. Kedua unsur tersebut
memiliki perbedaan elektro􀍲negativitas yang besar.
Dalam tabel periodik, unsur􀍲unsur yang umumnya
membentuk ikatan ionik adalah unsur alkali dan alkali
tanah (memiliki elektron valensi s1 dan s2) dengan
unsur halogen (memiliki elektron valensi p4 dan p5).
Beberapa pengecualian terjadi untuk Flor yang
memiliki elektronegatifitas tertinggi, dan atom Cesium
(Cs) yang memiliki elektronegatifitas terendah
mengakibatkan ikatan yang terbentuk dari kedua atom
ini tidak sepenuhnya ionik.
Penamaan untuk senyawa yang dibangun melalui
ikatan ion diberikan dengan “menyebutkan nama atom
logam (kation) dan menyebutkan nama anion
ditambahkan dengan akhiran ida”. Pada Tabel 5.1. di
bawah ini diberikan lambang dan nama atom logam
yang memiliki elektron valensi s1 dan s2 dan p4 dan p5.
Senyawa yang terbentuk dari ikatan ionik umumnya
berupa kristal padat seperti; Natrium Klorida (NaCl),
Cesium Klorida (CsCl), Kalium Bromida (KBr), Natrium
Yodida (NaI) dan lainnya.
Gambar 5.2. Proses pelepasan dan
penarikan elektron dari atom Na ke
atom Cl, menghasilkan ion􀍲ion
bermuatan
Gambar 5.3. Ikatan ion terjadi karena
adanya gaya elektrostatika dari ion
positif dengan ion negatif
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
65
Tabel 5.1. Hubungan electron valensi dengan ikatan ion pada senyawa
s1 dan s2 (Bentuk ion) p4 dan p5 (Bentuk ion) Contoh senyawa ion
Na : Na+ Natrium/ Sodium O : O2􀍲 Oksigen, Oksida NaCl, Natrium klorida
K : K+ Kalium/Potasium S : S2􀍲 Sulfur : Sulfida KBr, Kalium bromide
Cs : Cs+ Cesium F : F􀍲 Flor, Florida CsCl, Cesium klorida
Be : Be2+ Berilium Cl : Cl􀍲 Klor, Klorida BeCl2, Berilium klorida
Mg : Mg2+ Magnesium Br : Br􀍲 Brom, Bromida MgO, Magnesium oksida
Ca : Ca2+ Calsium I : I􀍲 Iod, Iodida CaS, Calsium sulfida
Sr : Sr2+, Strontium 􀍲 SrCl2, Strontium klorida
Ba : Ba2+, Barium 􀍲 BaS, Barium Sulfida
Bentuk kristal padat sangat kuat, untuk senyawa NaCl,
dibangun oleh ion Na+ dan Cl􀍲, dimana setiap kation
Na+ dikelilingi oleh 6 anion Cl􀍲 pada jarak yang sama,
demikian pula sebaliknya setiap Cl􀍲 dikelilingi oleh 6
kation Na+ juga pada jarak yang sama.
Sehingga kekuatan yang dibangun sama kuatnya baik
untuk kation maupun anion. Perhatikan kristal padat
NaCl pada Gambar 5.5.
Struktur kristal ionik sangat kuat sehingga umumnya
hanya dapat larut dalam air atau dengan pelarut
lainnya yang bersifat polar. Kristal ionik berbentuk
padatan, lelehan maupun dalam bentuk larutan,
bersifat konduktif atau menghantarkan listrik.
dipergunakan dan sisanya sebagai penyusun tulang.
Kation natrium menjaga kestabilan proses osmosis
extraselular dan intraseluler, di daerah extraseluler
kation natrium dibutuhkan sekitar 135􀍲145 mmol,
sedangkan di intraselular sekitar 4􀍲10 mmol.
Senyawa ionik dibutuhkan dalam tubuh, misalnya
kation Na+ dalam bentuk senyawa Natrium Klorida
dan Natrium Karbonat (Na2CO3), didalam tubuh
terdapat sekitar 3000 mmol atau setara dengan 69
gram, 70% berada dalam keadaan bebas yang dapat
5.1.2. Ikatan Kovalen
Proses pembentukan kestabilan suatu atom tidak
hanya melalui pelepasan dan penerimaan elektron,
kenyataan kestabilan juga dapat dicapai dengan cara
Gambar 5.5. Bentuk kristal ionik,
seperti NaCl, setiap Na+ (merah)
dikelilingi 6 anion Cl􀍲 dan sebaliknya Cl􀍲
(hijau) dikelilingi 6 kation Na+
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
66
menggunakan elektron secara bersama. Bagaimana
satu atom dapat menggunakan elektron terluarnya
secara bersama dapat dilihat pada Gambar 5.6.
Atom Flor, memiliki nomor atom 7, sehingga
memiliki 7 (tujuh) elektron yang berada pada dua
tingkat energi yaitu energi pertama (kulit K) dan
tingkat energi kedua yaitu kulit L, elektron
terdistribusi pada orbital 1s2, 2s2 dan orbital p5,
seperti Gambar 5.6. Pada orbital p, dua elektron
dibedakan (biru gelap) berasal dari atom F sebelah
kiri dan kanan, kedua atom itu dipergunakan agar
konfigurasinya mengikuti gas mulia. Gambar 5.7 A
dan B, menunjukkan ikatan kovalen dari senyawa H2,
dan adanya gaya tarik kovalen dari setiap inti atom H
terhadap pasangan elektron, dan dapat ditarik
kesimpulan bahwa gaya tarik􀍲menarik bersih (netto)
yang terjadi ketika setiap atom memberikan 1 (satu)
elektron tidak berpasangan untuk dipasangkan
dengan elektron dari atom yang lain, pada satu ruang
kosong, maka pasangan elektron ditarik oleh kedua
inti atom tersebut.
Ikatan kovalen terjadi karena atom􀍲atom yang
berikatan memiliki kelektronegatifan yang setara dan
tidak memiliki kelebihan orbital kosong yang
berenergi rendah.
Kondisi semacam ini tampak pada unsur􀍲unsur non
logam, paling tidak terdapat antara 4 (elektron)
sampai 8 (delapan) elektron yang berada pada kulit
terluar. Beberapa pengecualian perlu diperhatikan
khususnya untuk unsur H (hidrogen) elektron valensi
1s1 (satu elektron pada tingkat energi terendah, He
(Helium) elektron 1s2 (dua elektron pada tingkat
energi terendah. Demikianpula untuk B (Boron)
memiliki 3 elektron valensi (2s2, 2p1), sehingga unsur
non logam cenderung membentuk ikatan kovalen.
Beberapa unsur non logam yang membentuk senyawa
kovalen seperti, Hidrogen (H), Karbon (C), Nitrogen
(N), Oksigen (O), Posfor (P), Sulfur atau Belerang (S)
dan Selenium (Se). Atas dasar kemampuan menarik
atau melepas elektron, umumnya muatan dari unsur􀍲
unsur non logam adalah +4, 􀍲4, 􀍲3, 􀍲2 dan 􀍲1.
Panggambaran ikatan kovalen didasari pada kaidah
oktet (delapan) atau octet rule, menurut kaidah ini
elektron valensi berjumlah delapan (s2 dan p6) sebagai
Gambar 5.6. Pasangan elektron
bersama untuk atom F yang
membentuk senyawa F2
Gambar 5.7. Ikatan kovalen yang
terjadi pada atom H membentuk H2,
dengan menggunakan elektron
bersama dari orbital 1s1
B
A
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
67
bentuk kestabilan dari konfigurasi gas mulia, sehingga
jumlah 8 (delapan) elektron merupakan jumlah yang
harus dipenuhi untuk membentuk ikatan kovalen,
kecuali untuk hidrogen hanya dua elektron. Lewis
memperkenalkan cara penulisan ikatan dan senyawa
kovalen, pasangan elektron yang dipergunakan
bersama digambarkan sebagai garis lurus. Gambar 5.8,
menjelaskan dan menyederhanakan cara penulisan
dan penggambaran senyawa kovalen untuk beberapa
senyawa kovalen yang dibentuk dari atom yang
berberda.
Ikatan kovalen dapat terbentuk dari beberapa
pasangan elektron, seperti tunggal contohnya F2 atau
H2, namun dapat pula terjadi rangkap dua seperti pada
molekul gas CO2, dan rangkap tiga terjadi gas astilen
C2H2.
Pada molekul CO2, atom Karbon menyumbangkan 2
(dua) elektron untuk setiap atom oksigen,
demikianpula dengan atom oksigen masing􀍲masing
memberikan 2 (dua) elektronnya.
Untuk molekul C2H2, dua atom Karbon saling
memberikan 3 (tiga elektronnya) sehingga terjadi tiga
pasangan elektron, dan setiap atom Karbon juga
menyumbangkan satu elektronnya ke atom hidrogen,
sedangkan kedua atom hidrogen, masing􀍲masing
memberikan satu elektronnya kepada karbon dan
membentuk 2 (dua) pasangan elektron, perhatikan
Gambar 5.9.
Secara teliti, jika kita amati ikatan kovalen antara dua
atom yang berbeda akan terlihat bahwa salah satu inti
atom lebih besar dari atom yang lainnya, misalnya air,
yang disusun oleh satu atom oksigen dan dua atom H,
seperti pada Gambar5.10. Inti atom oksigen jauh lebih
besar dan jumlah muatan protonnya juga lebih banyak,
sehingga 2 pasang dari pasangan elektron yang
dibentuk oleh atom H dan O akan lebih tertarik ke inti
atom oksigen. Hal ini menyebabkan, atom oksigen
lebih bermuatan negatif dan masing􀍲masing atom
hidrogen akan bermuatan sedikit postif, dengan
demikian terjadi polarisasi muatan dalam senyawa
tersebut, dan terbentuk dua kutub (positif dan negatif)
atau dipol. Perbedaan muatan untuk senyawa dipol
dinyatakan dalam momen dipol.
Gambar 5.8. Ikatan molekul dengan
atom penyusun yang berbeda atom H
dan O, membentuk senyawa air
Gambar 5.9. Ikatan kovalen rangkap
dua pada senyawa CO2 dan rangkap
tiga pada senyawa C2H2
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
68
Perhitungan momen dipol didasari atas perbedaan
keelektronegatifan dari atom􀍲atom penyusunnya.
Secara kualitatif kita dapat memprediksi terjadinya
polarisasi muatan dan resultante momen dipol yang
dapat dipergunakan untuk melihat sebaran dari
muatan parsial positif dan parsial negatif, seperti yang
ditunjukkan oleh molekul air, sulfur dioksida dan
karbondioksida pada Gambar 5.10. Dari gambar
tampak bahwa untuk molekul air muatan parsial
negatif terakumulasi di atom Oksigen, sama halnya
dengan molekul sulfurdioksida. Berbeda dengan
seyawa CO2 tidak terjadi polarisasi.
Ikatan kovalen yang memiliki bentuk lain juga diamati,
dimana ikatan terbentuk akibat sebuah senyawa
memiliki sepasang elektron yang tidak dipergunakan
(pasangan elektron bebas) disumbangkan kepada
sebuah ion atau senyawa, ikatan ini disebut juga
dengan ikatan kovalen koordinasi. Contoh menarik
yang dapat kita temui adalah pembentukan ion
amonium dan pembentukan senyawa BF3NH3.
Molekul NH3 terpusat pada atom Nitrogen yang
memiliki 5 (lima) elektron valensi, 2 elektron pada
orbital s (2s2) dan 3 elektron pada orbital p (2p3). Tiga
elektron pada orbital p dari Nitrogen membentuk
pasangan electron dengan 3 elektron dari atom H
masing􀍲masing memiliki satu elektron, elektron
valensi orbital s atom Nitrogen belum dipergunakan,
dan disebut dengan pasangan elektron bebas.
Pasangan elektron bebas hanya dapat disumbangkan
kepada ion yang kekurangan elektron, misalnya ion H+
atau molekul Boron triflorida BF3.
Kita ketahui bahwa atom memiliki satu buah proton
dan satu buah elektron, atom H akan berubah
menjadi ion H+, jika melepaskan elektronnya,
sehingga orbital 1s􀍲nya tidak berisi elektron, dan
orbital s inilah yang akan menerima sumbangan dari
pasangan elektron bebas dari senyawa NH3. Dengan
diterimanya elektron dari senyawa NH3, maka
konfigurasi ion H+ memiliki dua elektron. Bagan reaksi
5.11, menyederhanakan terjadinya ikatan kovalen
koordinasi.
Sedangkan untuk molekul NH3BF3, pasangan elektron
bebas diberikan kepada atom pusat molekul BF3 yaitu
B (Boron). Atom ini memiliki memiliki elektron valensi
Gambar 5.10. Momen dipol dan
sebaran muatan parsial negatif yang
ditunjukkan arah resultante momen
dipol untuk molekul H2O, SO2 dan CO2
Bagan 5.11. Bagan reaksi proses
pembentukan ikatan kovalen
koordinasi, (a) pembentukan ion H+
dari atom H dan (b) NH3 menyumbang
elektron bebasnya membentuk ion
amonium (NH4)+
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
69
2s2 dan 2p1. Pembentukan molekul BF3 cukup unik,
pertama􀍲tama elektron pada orbital s berpindah ke
orbital p, sehingga konfigurasi yang lebih teliti adalah
2s1, 2px1, 2py1 dan 2pz0 masih tetap kosong. Orbital
yang berisi satu elektron ini dipergunakan secara
bersama dengan 3 (tiga) atom F, sehingga
membentuk ikatan kovalen. Atom B masih memiliki
orbital kosongnya yaitu 2pz0 dan orbital inilah yang
menerima sumbangan pasangan elektron bebas dari
molekul NH3 dan membentuk membentuk ikatan
kovalen koordinasi dari molekul NH3BF3. Proses
pembentukannya dapat dilihat pada Bagan 5.12.
Dalam ikatan kovalen dapat pula membentuk ion,
misalnya ion hidroksida (OH)􀍲 ion ini terbentuk karena
terjadi pasangan elektron antara atom H dan O,
namun oksigen memiliki kelebihan elektron sebanyak
satu buah, dan menyebabkan terbentuknya ion (OH)􀍲.
Contoh lain adalah ion Carbonat (CO3)2􀍲, yang
terbentuk dari satu ikatan rangkap dua antara atom C
dengan O, dan dua ikatan tunggal antara atom C
dengan atom O, namun 2 atom oksigen kelebihan
masing􀍲masing satu elektron, sehingga ion ini kebihan
2 muatan negatif. Pembentukan anion untuk senyawa
dengan ikatan kovalen ditunjukkan pada Gambar
5.13.
Dari tinjauan energi, pembentukan ikatan kimia
melalui ikatan kovalen merupakan reaksi eksoterm,
berbeda dengan ikatan ion yang justru membutuhkan
energi (endoterm), dan umumnya reaksi eksoterm
berlangsung secara spontan, sehingga senyawa yang
dibentuk oleh ikatan kovalen lebih banyak
dibandingkan dengan senyawa yang dibentuk oleh
ikatan ion. Molekul yang membangun sel makhluk
hidup berupa protein, lemak, karbohidrat merupakan
contoh molekul atau senyawa yang dibentuk oleh
ikatan kovalen.
5.1.3. Hibridisasi dan bentuk molekul
Pembentukan ikatan, juga sering dikatakan sebagai
penataan kembali orbital atom menjadi orbital
molekul, yang merupakan hasil tumpang tindih dari
kedua orbital atom. Contoh sederhana proses
penataan orbital molekul dengan model ini dapat
ditunjukkan pada proses pembentukan molekul Asam
Florida (HF). Konfigurasi atom H : 1s1 dan atom F : 1s2
Bagan 5.12. Bagan reaksi proses
pembentukan ikatan kovalen BF3 dan
ikatan kovalen koordinasi antara
molekul NH3 dan molekul BF3
Gambar 5.13. Anion hidroksida (OH)􀍲
dan carbonat (CO3)2􀍲 yang dibentuk
melalui ikatan kovalen
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
70
2s2 2Px
2 2py
2 2pz
1, tampak kemungkinan terjadi
pasangan elektron antara 1s1 dari atom H dan 2pz
1,
sehingga terjadi tumpang tindih kedua obital tersebut,
dan membentuk orbital molekul sp, dan menghasilkan
bentuk molekul yang linier, perhatikan Gambar 5.14.
Seperti yang dibahas pada pembentukan molekul BF3,
proses perpindahan elektron dari tingkat orbital yang
rendah ke yang lebih tinggi umum terjadi proses
perpindahan ini dikenal dengan proses hibridisasi.
Orbital hasil hibridisasi disebut orbital hibrid, dalam
pembentukan BF3, terjadi orbital hibrid sp2, dimana
ikatan akan terjadi pada orbital tersebut.
Proses hibridisasi sp2, secara sederhana melalui tahap
sebagai berikut. Elektron yang berada pada orbital 2s
dipromosikan dan berpindah pada orbital 2Py.
Sehingga terbentuk orbital hibrid sp2, yang dapat
bereaksi dengan atom lain dengan membentuk ikatan
yang hampir sama. Hal ini menyebabkan bentuk
molekulnya sebagai segi tiga datar, lihat Gambar 5.15.
Proses hibridisasi tipe lain, terjadi pada molekul gas
metana (CH4), atom memiliki konfigurasi konfigurasi
atom H: 1s1 dan konfigurasi atom C: 1s2 2s2 2Px
1 2py
1
2pz
0.
Dalam mengikat 4 atom H menjadi CH4, maka 1
elektron (orbital 2s) dari atom C akan dipromosikan ke
orbital 2pz, sehingga konfigurasi elektronnya menjadi:
1s1 2s1 2px
1 2py
1 2pz
1.
Gambar 5.14. Model hibridisasi dan
bentuk molekul sp
Gambar 5.15. Bentuk molekul dengan
hibridisasi sp2
F
F F
B
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
71
Perubahan yang terjadi meliputi 1 orbital 2s dan 3
orbital 2p, maka disebut hibridisasi sp3, Kekuatan
ikatan untuk keempat orbital relatif setara sehingga
membentuk molekul tetrahedron, seperti Gambar
5.16. Struktur molekul tetrahedral cukup stabil,
sehingga banyak molekul yang memiliki struktur ini.
Bentuk hibridisasi yang lebih kompleks jika banyak
orbital yang terlibat dalam proses promosi elektron
seperti orbital s, p, dan d, seperti pada hibridisasi dsp3
dengan bentuk molekul trigonal bipiramidal, sp2d ;
dsp2 dengan bentuk molekul segiempat datar dan
d2sp3 ; sp3d2 dengan bentuk molekul oktahedron.
5.1.4. Interaksi atom
Zat yang ada di alam dapat berupa unsur dan
senyawa, kita ketahui atom adalah bagian terkecil
dari suatu suatu unsur, sedangkan molekul bagian
terkecil dari suatu senyawa. Keberadaan atom dan
molekul tidak tampak oleh mata kita, sehingga yang
kita temukan adalah merupakan kumpulan yang tak
terpisahkan dari atom dan molekul, dan diketahui ada
interaksi dan ikatan yang terjadi antara atom dan
molekul. Untuk lebih jelasnya perhatikan bagan pada
Gambar 5.17.
5.1.4.1. Ikatan Logam
Logam yang ada dialam kita temukan sebagai zat
tunggal atau unsur, dan kita ketahui bahwa bagian
terkecil dari unsur adalah atom, sehingga pasti logam
yang kita temukan tersusun oleh banyak atom logam.
Ikatan logam terjadi karena adanya saling
meminjamkan elektron, namun proses ini tidak hanya
terjadi antara dua atau beberapa atom tetapi dalam
jumlah yang tidak terbatas. Setiap atom memberikan
elektron valensinya untuk digunakan bersama,
sehingga terjadi ikatan atau tarik menarik antara atom􀍲
atom yang saling berdekatan.
Jarak antar atom dalam ikatan logam tetap sama, jika
ada atom yang bergerak menjauh maka gaya tarik
menarik akan “menariknya” kembali ke posisi semula.
Demikian pula jika atom mendekat kesalah satu atom
maka akan ada gaya tolak antar inti atom.
Gambar 5.16. Bentuk molekul dengan
hibridisasi sp3
Gambar 5.17. Bagan keberadaan
interaksi atom dan molekul
Unsur bebas/
ditemukan di
alam
Atom dari
Suatu Unsur
Interaksi
Atom
Logam Gas Mulia
Ikatan
logam
Gaya Van
der Waals
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
72
Jarak yang sama disebabkan oleh muatan listrik
yang sama dari atom logam tersebut, lihat Gambar
5.18.
Pada ikatan logam, inti􀍲inti atom berjarak tertentu
dan beraturan sedangkan elektron yang saling
dipinjamkan bergerak sangat mobil seolah􀍲olah
membentuk “kabut elektron”. Hal ini yang
meyebabkan munculnya sifat daya hantar listrik
pada logam.
Keteraturan dari logam karena adanya ikatan
antar atom, yang ditunjukan dengan jarak antar
atom yang sama, dan atom􀍲atom logam tersusun
secara teratur menurut suatu pola tertentu.
Susunan yang teratur inilah yang dinamakan
dengan Kristal. Struktur Kristal pada logam cukup
banyak, dalam bahasan ini kita ambil dua
struktur Kristal.Body Centered Cubic (BCC), kubus
berpusat badan, merupakan struktur kristal yang
banyak dijumpai pada logam Crom (Cr), Besi
Alpha, Molebdenum (Mo), Tantalum (Ta) dan
lain􀍲lain. Struktur kristal ini memiliki satu atom
pusat dan dikelilingi oleh 8 atom lainnya yang
berposisi diagonal ruang. Ciri khas dari struktur
Kristal ini adalah jumlah atom yang berdekatan
sebanyak 2 buah dan sering disebut dengan
bilangan koordinasi. Untuk lebih mudahnya
perhatikan Gambar 5.19.
Face Centered Cubic (FCC), kubus berpusat muka,
struktur kristal ini banyak dijumpai pada logam􀍲
logam seperti alumunium, besi gamma, Timbal,
Nickel, Platina, Ag, dan lai􀍲lain. Atom pusat
terletak pada setiap bidang atau sisi, dan
terdapat 6 atom. Sebagai ciri khas dari kristal ini,
adalah bilangan koordinasinya 4. Struktur kristal
kubus berpusat muka disajikan pada Gambar
5.20.
Jika kita perhatikan besi yang memiliki dua
struktur Kristal yaitu besi alpha (BCC) dan gamma
(FCC), kedua kristal ini dapat terjadi pada suhu
tinggi, untuk alpha terjadi pada suhu sekitar
700oC sedangkan struktur gamma terjadi pada
suhu sekitar 1100oC.
Gambar 5.18. Ikatan Logam, dalam atom
Magnesium
Gambar 5.19. Struktur Kristal kubus
berpusat badan
Gambar 5.20. Struktur Kristal kubus
berpusat badan
Awan
elektron
Atom Mg 2 elektron valensi
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
73
Material mempunyai lebih dari satu struktur
kristal tetapi dalam keadaan padat yang
tergantung dari temperatur, maka inillah yang
disebut dengan Allotropy.
Struktur Kristal tidak hanya dimiliki oleh logam,
unsur bukan logam juga dapat berbentuk Kristal.
Di alam unsur karbon terdapat dalam berbagai
bentuk Kristal, seperti intan memiliki struktur
kristal yang berbeda dengan struktur kristal grafit
maupun buckminsterfullerene (buckyball). Jika
sebuah material memiliki beberapa bentuk
Kristal, material ini sering disebut juga dengan
polymorphism.
Saat ini para ahli telah menemukan struktur
Kristal dari karbon yaitu nanotube. Struktur Kristal
ini telah diujicobakan ke berbagai bidang
khususnya untuk miniaturisasi peralatan.
Beberapa bentuk Kristal karbon disajikan pada
Gambar 5.21. Gas mulia yang kita temukan bukan
merupakan atom tunggal, namun sejumlah
molekul atom dalam gas yang bergabung dan
berikatan. Contoh menarik Pembentukan kristal
gas mulia seperti (He, Ne, dan Ar). Proses
tersebut diawali dari bentuk gas yang berubah
menjadi cairan dilanjutkan dengan pembentukan
kristal yang memiliki titik leleh rendah. Kristal
tersebut umumnya transparan, dan bersifat
sebagai isolator.
Atom􀍲atom dari gas memiliki orbital dengan
elektron valensi yang terisi penuh elektron,
sehingga elektron􀍲elektron valensi tidak
memungkinkan lagi membentuk ikatan. Pada
kenyataannya atom􀍲atom gas berinteraksi dan
dapat membentuk kristal. Proses ikatan terjadi
karena atom gas inert mengalami distorsi pada
distribusi elektronnya walaupun sangat kecil,
menyebabkan dispersi muatan positif atau
dispersi muatan negatifnya, sehingga terjadinya
dipol yang bersifat temporer dalam setiap
atomnya, dan menimbulkan gaya tarik menarik.
Gaya ini diamati oleh Fritz London dan Van der
Waals, sehingga gaya tarik menarik dikenal
dengan gaya Van der Waals atau gaya London.
Gaya tarik menarik ini menyebabkan terjadinya
ikatan pada atom gas mulia (Gambar 5.22).
Gambar 5.21. Beberapa struktur kristal
karbon yang telah ditemukan
Gambar 5.22. Gaya Van der Waals atau
Gaya London, proses diawali dengan
dispersi muatan dan dilanjutkan dengan
interaksi dipol temporer antar atom
􀄱 -
􀄱 -
􀄱 -
􀄱 -
􀄱 +
􀄱 +
􀄱 +
􀄱 +
􀄱 -
􀄱 -
􀄱 +
􀄱 +
􀄱 -
􀄱 -
􀄱 +
􀄱 +
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
74
5.1.5. Gaya tarik menarik antar molekul
Bagian terkecil dari sebuah senyawa adalah
molekul. Jika kita melihat segelas air, tentunya
kita tahu bahwa di dalam gelas terdapat jutaan
molekul air, sehingga terjadi interaksi antar
molekul air. Ada beberapa gaya yang bekerja
pada interaksi antar molekul seperti gaya Van
der Waals dan ikatan hidrogen.
Ikatan Van der Waals tidak hanya terjadi pada
atom gas mulia, tetapi juga ditemukan pada
polymer dan plastik. Senyawa ini dibangun oleh
satu rantai molekul yang memiliki atom karbon,
berikatan secara kovalen dengan berbagai atom
seperti hidrogen, oksigen, nitrogen, dan atom
lainnya. Interaksi dari setiap untaian rantai
merupakan ikatan Van der Waals. Interaksi dari
setiap untaian rantai merupakan ikatan Van der
Waals. Hal ini diketahui dari pengamatan
terhadap polietilen (Bagan 5.23), polietilen
memiliki pola yang sama dengan gas mulia,
etilen berbentuk bentuk gas menjadi cairan dan
mengkristal atau memadat sesuai dengan
pertambahan
jumlah atom atau rantai molekulnya. Dispersi
muatan terjadi dari sebuah molekul etilen, C2H4,
yang menyebabkan terjadinya dipol temporer
serta terjadi interaksi Van der Waals. Dalam
kasus ini molekul H2C=CH2, selanjutnya
melepaskan satu pasangan elektronnya dan
terjadi ikatan yang membentuk rantai panjang
atau polietilen. Pembentukan rantai yang
panjang dari molekul sederhana dikenal dengan
istilah polimerisasi.
Van der Waals juga mengamati ikatan yang
terjadi pada molekul yang bersifat polar, dimana
molekul tersebut memiliki momen dipol yang
permanen, perbedaan muatan yang terjadi
menyebabkan terjadinya interaksi antar
molekul. Gaya yang bekerja disebut juga dengan
gaya tarik dipol􀍲dipol dan jauh lebih kuat
dibandingkan dengan interaksi molekul non
polar.
Sebagai contoh, terjadinya interaksi antara
molekul HCl dengan ClF. Pada molekul HCl,
Bagan 5.23. Bagan reaksi yang
menggambarkan peran interaksi Van der
Waals dalam pembentukan molekul
polietilen sebanyak n molekul
Gambar 5.24. Gaya tarik dipol􀍲dipol yang
terjadi pada molekul􀍲molekul yang bersifat
polar.
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
75
atom Cl memiliki muatan yang lebih besar dan memiliki
elektronegatifitas yang besar pula sehingga pasangan
elektron ikatan akan tertarik pada atom Cl, dan
menyebabkan pembentukan muatan parsial negatif,
sedangkan atom H bermuatan parsial positif. Pada
senyawa ClF, elektronegatifitas atom F lebih besar
dibandingkan dengan atom Cl, sehingga atom Cl
bermuatan parsial positif. Interaksi Van der Waals terjadi
pada kedua molekul tersebut seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 5.24.
5.1.6. Ikatan hidrogen
Ikatan hidrogen merupakan ikatan yang terjadi akibat
gaya tarik antarmolekul antara dua muatan listrik parsial
dengan polaritas yang berlawanan. Ikatan hidrogen
seperti interaksi dipol􀍲dipol dari Van der Waals.
Perbedaannya adalah muatan parsial positifnya berasal
dari sebuah atom hidrogen dalam sebuah molekul.
Sedangkan muatan parsial negatifnya berasal dari
sebuah molekul yang dibangun oleh atom yang memiliki
elektronegatifitas yang besar, seperti atom Flor (F),
Oksigen (O), Nitrogen (N), Belerang (S) dan Posfor (P).
Muatan parsial negatif tersebut berasal dari pasangan
elektron bebas yang dimilikinya. Perhatikan Gambar
5.25.
Ikatan hidrogen lebih kuat dari gaya antarmolekul
lainnya, namun lebih lemah dibandingkan dengan
ikatan kovalen dan ikatan ion, contoh ikatan hidrogen
tampak pada Gambar 5.26.
Ikatan hidrogen dapat terjadi inter molekul dan intra
molekul. Jika ikatan terjadi antara atom􀍲atom dalam
molekul yang sama maka disebut ikatan hidrogen
intramolekul atau didalam molekul, seperti molekul
H2O dengan molekul H2O. Ikatan hidrogen, juga
terbentuk pada pada antar molekul seperti molekul
NH3, CH3CH2OH dengan molekul H2O, ikatan yang
semacam ini disebut dengan ikatan hidrogen
intermolekul.
Sebagai gambaran, di apotik umumnya dijual alkohol
70% atau etanol, digunakan untuk membersihkan
bagian tubuh agar terbebas dari kuman. Tentunya
berbeda dengan etanol murni. Perbedaan berdasarkan
komposisi larutan tersebut, untuk yang murni hanya
terdapat molekul etanol, sedangkan untuk etanol 70%
Gambar 5.25. Muatan parsial yang
berasal dari atom yang memiliki
pasangan elektron bebas.
Gambar 5.26. Ikatan hidrogen yang
terjadi antar molekul air, dimana
muatan parsial positif berasal dari
atom H yang berasal dari salah satu
molekul air
H
O
H H
O
H
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
76
mengandung etanol 70 bagian dan 30 bagiannya
adalah air.
Untuk etanol murni terjadi ikatan hidrogen antar
molekul etanol, sedangkan yang 70% terjadi ikatan
antara molekul etanol dengan air. Perbedaan kedua
ikatan tersebut ditunjukkan pada Gambar 5.27.
Pembuktian adanya ikatan hidrogen diketahui dari
kajian tentang titik didih. Kajian dilakukan terhadap
molekul yang memiliki atom hidrogen seperti CH4,
SiH4, GeH4,SnH4 dan PbH4 dikelompokan kedalam
group 1 dan PH3, NH3, HF, dan H2O masuk dalam
group 2.
Ternyata untuk group 1 titik didihnya semakin
meningkat dan diketahui interaksi yang terjadi karena
atom􀍲atom yang berikatan semakin polar, sehingga
interaksi dipol􀍲dipol semakin besar dan meningkatkan
titik didihnya (CH4, SiH4, GeH4,SnH4 dan PbH4).
Gambar 5.27. Ikatan hidrogen
intramolekul dalam etanol dan
intermolekul antara etanol dengan air
Sedangkan dalam group 2, atom􀍲atom yang berikatan dengan hidrogen yaitu
atom P, N, O dan F seluruhnya memiliki pasangan elektron bebas atau memiliki
elektronegatifitas yang besar, sehingga ikatan antar molekul dapat terjadi.
Semakin kuatnya ikatan hydrogen yang terbentuk menyebabkan terjadinya
kenaikan titik didih. Sehingga molekul pada group 2 memiliki titik didih lebih
besar dibandingkan dengan molekul pada group 1. JIka kita membandingkan
senyawa􀍲senyawa di dalam group 2, antara molekul PH3 dan NH3 memiliki 1
(satu) pasangan elektron bebas, untuk molekul H2O memiliki 2 (dua) pasangan
elektron bebas. Titik didih air lebih besar dibandingkan dengan molekul PH3 dan
NH3. Dalam kasus ini molekul air lebih memiliki peluang yang lebih besar untuk
membentuk ikatan hydrogen. Kecenderungan kenaikan titik didih akibat adanya
ikatan hydrogen disajikan pada Gambar 5. 28
Gambar 5.28. Hubungan titik didih dengan ikatan hidrogen
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
77
RANGKUMAN
1. Setiap unsur selalu memiliki kecenderungan menjadi unsur
yang stabil. Kestabilan unsur dilakukan dengan cara
mengubah konfigurasi elektronnya seperti gas mulia.
2. Usaha untuk mencapai kestabilan atau membentuk
konfigurasi gas mulia dilakukan pelepasan, penarikan
elektron atau menggunakan elektron secara bersama.
Proses ini diikuti dengan peristiwa ikatan kimia.
3. Ikatan ion terjadi karena adanya gaya elektrostatik dari
atom􀍲atom yang berbeda muatannya, proses ikatan ion
yang berasal dari atom􀍲atomnya diawali dengan peristiwa
pelepasan dan penangkapan elektron, seperti persamaan
dibawah ini.
Na 􀑗 Na+ + e
Cl + e 􀑗 Cl􀍲
Na + Cl 􀑗 Na+ Cl􀍲
Atom Na (Natrium) melepaskan elektron
Atom Cl menerima elektron yang dilepaskan oleh atom Na
Ikatan terjadi karena atom Na+ bermuatan positif dan Cl􀍲
bermuatan negatif.
4. Ikatan kovalen terjadi karena adanya penggunaan elektron
secara bersama dari atom yang satu ke atom yang lainnya.
Berdasarkan jumlah pasangan elektron yang dipergunakan,
maka ikatan dapat terbentuk sebagai berikut :
5. Berdasarkan perbedaan keelektronegatifan ikatan kovalen,
maka akan terjadi polarisasi muatan membentuk senyawa
polar atau tidak terpolarisasi membentuk senyawa non􀍲
polar.
6. Ikatan logam, interaksi terjadi karena adanya gaya tarik
menarik antar elektron oleh inti atom yang berbeda,
misalnya inti atom pertama menarik elektron dari atom
kedua dan inti atom kedua menarik elektron
disekelilingnya.
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
78
7. Pada atom gas mulia dapat mengalami distorsi pada
distribusi elektronnya, walaupun sangat kecil
menyebabkan dispersi muatan positif atau dispersi muatan
negatif, sehingga terjadi dipol yang bersifat temporer, dan
timbul gaya tarik menarik. Gaya tarik menarik inilah yang
menyebabkan terjadinya ikatan pada atom gas mulia.
Peristiwa ini diamati oleh Fritz London dan Van der Waals,
sehingga gaya ini dikenal dengan gaya Van der Waals atau
gaya London.
8. Ikatan yang disebabkan karena adanya gaya Van der Waals
pada senyawa non polar terjadi karena adanya dispersi
muatan yang menyebabkan terjadinya dipol temporer
dilanjutkan dengan terjadinya interaksi antar molekul
tersebut. Contoh yang mudah adalah ikatan Van der Waals
pada polimer etilen (polyetilen).
9. Gaya Van der Waals terjadi pada senyawa polar, hal ini
terjadi karena adanya polarisasi muatan permanen pada
molekul􀍲molekul polar. Perbedaan muatan antar dua kutub
tersebut yang menghasilkan terjadinya interaksi pada
senyawa polar.
10. Ikatan hidrogen merupakan ikatan yang terjadi akibat gaya
tarik antarmolekul antara dua muatan listrik parsial dengan
polaritas yang berlawanan, dimana muatan parsial positif
berasal dari sebuah atom hidrogen.
11. Atom yang memiliki elektronegatifitas besar adalah Flor
(F), Oksigen (O), Nitrogen (N), Belerang dan Posfor (P).
12. Pembuktian adanya ikatan hidrogen antar molekul
diketahui dari titik didih. Senyawa yang memiliki ikatan
hidrogen antar molekulnya akan memiliki sifat titik didih
yang lebih tinggi.
13. Ikatan kovalen koordinasi terbentuk akibat sebuah
senyawa memiliki sepasang elektron yang tidak
dipergunakan yang disumbangkan kepada sebuah ion atau
senyawa.
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
79
14. Pembentukan ikatan sering dikatakan sebagai penataan
kembali orbital atom menjadi orbital molekul, yang
merupakan hasil tumpang tindih dari kedua orbital atom.
Pada asam Florida (HF) terjadi tumpang tindih sp
(hibridisasi sp).
15. Proses hibridisasi pada sp2 (orbital hibrid sp2) terjadi
perpindahan elektron dari tingkat orbital yang rendah (s)
ke yang lebih tinggi (p).
16. Hibridisasi sp3 atau pembentukan orbital hibrid sp3, terjadi
karena elektron dari orbital s menuju p, khususnya orbital s
menuju pz. Untuk atom C, elektron pada 2s berpindah
menuju orbital 2pz.
17. Adanya orbital hibrid memberikan informasi bentuk
molekul, untuk sp berbentuk linier, sp2 berbentuk segitiga
datar dan sp3 berbentuk tetrahedron.
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
80
UJI
KOMPETENSI
Pilihlah salah satu jawaban yang benar
1. Unsur bernomor atom 11 mudah berikatan dengan unsur
bernomor atom 17, maka senyawanya yang terjadi memiliki
ikatan
A. Ikatan kovalen B. Ikatan logam
C. Ikatan ion D. Van der Waals
2. Elektronegatifitas unsur􀍲unsur sebagai berikut:
Cl Be Mg Ca Sr Ba
3,16 1,57 1,31 1,00 O,95 O,89
Berdasarkan data diatas dapat ditafsirkan bahwa ikatan ion
paling lemah adalah:
A. BaCl2 B. SrCl2
C. MgCl2 D. BeCl2
3. Unsur􀍲unsur B, N dan H masing􀍲masing mempunyai elektron
valensi 3, 5, 1. Ketiga unsur􀍲unsur dapat membentuk
BF3NH3, dengan ikatan yang khas yaitu
A. Kovalen polar B. Kovalen Koordinasi
C. Kovalen non􀍲polar D. Ionik
4. Unsur X dengan 1 elektron valensi, dan unsur Y mempunyai
affinitas elektron yang besar maka ikatan X – Y adalah
ikatan:
A. Kovalen polar B. Kovalen non Polar
C. Kovalen Koordinasi D. Ikatan ion
5. NH3 mempunyai struktur tetrahedral, tiga sudut􀍲nya
ditempati oleh atom hidrogen dan sudut keempat ditempati
oleh pasangan elektron bebas, maka terjadi orbital hibrid :
A. sp B. sp2d
C. sp2 D. sp3
6. Orbital hibrid sp memiliki bentuk molekul yang khas yaitu :
A. Linier B. Segitiga datar
B. C. Tetrahedral D. Pentagonal
7. Jika terjadi hibridisasi sp2 akan memberikan bentuk molekul:
A. 2 ikatan B. 3 ikatan
C. 4 ikatan D. 5 ikatan
8. Ikatan ion lebih kuat dari ikatan kimia lain karena:
A. Berbentuk padat B. Adanya elektron bebas
C. Adanya gaya elektrostatistik D. Adanya Van der Waals
9. Pembentukan ion positif oleh atom dapat dilakukan dengan
A. Menerima elektron B. Melepas elektron
C. Melepas proton D. Menerima proton
10. Unsur X dengan nomor atom 5 berikatan dengan unsur Y
bernomor atom 17 membentuk XY3. Bentuk molekul yang
terbentuk :
A. Linier B. Segitiga sama kaki
C. Tetrahedron D. Bujursangkar

Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
81
Bab 6. Stoikiometri
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Memahami terjadinya ikatan
kimia
Menuliskan nama senyawa kimia
Memahami konsep mol Menjelaskan konsep mol
Menerapkan hukum Gay Lussac dan hukum Avogadro
Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat mengetahui tata penamaan senyawa biner, ion dan terner
2. Siswa dapat mendeskripsikan hukum􀍲hukum dasar kimia
3. Siswa dapat menghubungkan hukum kekekalan masa dengan persamaan reaksi
4. Siswa dapat mengidentifikasi komosisi senyawa kimia sesuai dengan hukum
perbandingan tetap
5. Siswa dapat member contoh penerapan hukum perbandingan tetap dengan
hukum perbandingan berganda
6. Siswa dapat dapat memberikan contoh penerapan hukum perbandingan
volume untuk reaksi dalam bentuk gas
7. Siswa dapat menjelaskan hubungan antara jumlah molekul dengan volume gas
dalam keadaan tertentu
8. Siswa dapat mendefinisikan masa atom relatif dan masa molekul relatif
9. Siswa dapat megubah satuan berat kedalam satuan mol
10. Siswa dapat menetapkan volume, berat berdasarkan hubungan konsep mol
dengan persamaan reaksi
Dalam Bab 5 kita telah mempelajari bagaimana atom berinteraksi
membentuk suatu senyawa, dan terbentuk senyawa ion, kovalen dan
sebagainya. Demikian pula dengan senyawa yang terbentuk dapat berupa
senyawa organik maupun senyawa anorganik. Berdasarkan bentuk ikatan
dan jumlah unsur, maka dapat kita bahas tentang penamaannya.
6.1. Tata Nama Senyawa Sederhana
Dalam pemberian tata nama senyawa untuk senyawa sederhana, terlebih
dahulu kita lakukan penggolongan senyawa berdasarkan jumlah atom
penyusunnya, senyawa biner dan senyawa terner.
6.1.1. Penamaan senyawa biner
Senyawa biner adalah senyawa yang disusun oleh dua jenis unsur. Dua
bentuk senyawa biner yang pertama disusun oleh unsur logam dengan
bukan logam, dan sesama unsur bukan logam.
Untuk senyawa yang disusun oleh unsur logam dengan bukan logam,
berupa logam dengan oksigen dan logam dengan hydrogen.
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
82
Beberapa contoh senyawa ini ditunjukkan pada
Tabel 6.1. Penamaan untuk senyawa tersebut
dilakukan dengan menyebutkan nama logamnya
dilanjutkan dengan menyebutkan unsur keduanya
dan mengubah akhirannya dengan kata ida.
Contoh sederhana adalah senyawa Fe2O3 dan NaH
disebut dengan Besi oksida dan Natrium hidrida.
Perhatikan bagan 6.2.
Untuk senyawa yang disusun oleh unsur bukan
logam dengan bukan logam, senyawa ini merupakan
senyawa dengan ikatan kovalen. Beberapa contoh
senyawa ini ditunjukkan pada Tabel 6.3.
Penamaan untuk senyawa biner dari dua jenis unsur
non logam adalah merangkaikan nama kedua jenis
unsur dan memberi akhiran –ida pada unsur
keduanya. Untuk lebih mudahnya, perhatikan model
penamaan senyawa ini seperti yang ditunjukkan
pada Bagan 6.4.
Jika pasangan unsur yang bersenyawa membentuk
lebih dari satu jenis senyawa, dapat kita bedakan
dengan menyebutkan angka indeks dalam bahasa
Yunani. Misalnya, ada senyawa berupa SO2 dan SO3,
agar nama senyawa tersebut berbeda kita biasa
menyebutkan indeks 2 = did an 3 = tri, untuk kedua
senyawa tersebut. Sehingga untuk SO2: Sulfur
dioksida, dan untuk SO3 adalah Sulfur tri oksida.
Bilangan yang dapat dipergunakan untuk mengganti
indeks disajikan pada Tabel 6.5.
Tabel 6.5. Bilangan yang dipergunakan untuk
menggantikan indeks pada senyawa kimia
Indeks Nama
1 mono
2 di
3 tri
4 tetra
5 penta
6 heksa
7 hepta
8 okta
9 nona
10 deka
Tabel 6.1. Senyawa biner yang disusun
oleh unsur logam dan unsure bukan
logam
Logam Bukan
logam
Senyawa
Fe O Fe2O3
Pb O PbO
Na H NaH
Pb H PbH4
Bagan 6.2. Bagan penamaan senyawa
biner yang disusun oleh unsure logan
dan bukan logam
Tabel 6.3. Senyawa biner yang disusun
oleh unsur bukan logam dan unsur
bukan logam
Logam Bukan
logam
Senyawa
C O CO2
H O PbO
N H NH3
Bagan 6.4. senyawa biner yang disusun
sesa unsure bukan logam
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
83
Beberapa senyawa kadang􀍲kadang lebih terkenal bukan
dengan nama kimianya, seperti senyawa air dalam
bahasa Inggris water, jarang sekali kita menyebutkan
hidrogen oksida. Demikian pula dengan senyawa
amoniak yang memiliki nama kimia nitrogen trihidrida.
TUGAS
Carilah nama􀍲nama zat di sekitar kita yang nama
kimianya kurang populer dibandingkan dengan nama
komersialnya.
6.1.2. Penamaan senyawa ion
Senyawa ion merupakan senyawa yang dibentuk oleh
kation (ion bermuatan positif) dan anion (ion bermuatan
negatif), sehingga senyawa bersifat netral. Kation
umumnya berupa ion logam, namun beberapa ion
bukan logam seperti H+ (ion hidrogen) dan NH4
+ (ion
amonium). Sedangkan anion adalah ion bukan logam
atau ion dari molekul yang disusun oleh beberapa unsur.
Beberapa contoh kation dan anion pembentuk senyawa
ion disajikan dalam Tabel 6.6.
Senyawa ion bersifat netral, maka jumlah muatan positif
sama dengan jumlah muatan negatifnya. Jika terjadi
perbedaan muatan dapat disetarakan selanjutnya diberi
indeks. Perhatikan contoh senyawa yang berasal dari ion
Na+, dan Cl􀍲, memiliki rumus molekul NaCl, karena
muatannya sama. Namun untuk senyawa yang disusun
oleh ion Ca2+ dengan Cl􀍲, rumus molekul menjadi CaCl2,
angka 2 (dua) pada atom Cl adalah indeks yang
digunakan untuk menyetarakan muatan 2+ dari Ca.
Untuk lebih mudah memahami penyetaraan muatan
pada senyawa ion perhatikan berbagai variasi dari
senyawa ion yang ada dalam Tabel 6.7.
Penamaan senyawa ion dilakukan dengan merangkaikan
nama kation diikuti dengan nama anionnya. Misalnya,
senyawa NaCl : Natrium klorida dan Ca(NO3
􀍲)2 : Kalsium
nitrat.
Dalam penamaan perlu diperhatikan muatan dari ion
logam, mengingat beberapa ion logam umumnya
memiliki lebih dari satu muatan, misalnya besi memiliki
mjuatan 2+ dan 3+. Senyawa besi dapat memiliki rumus
FeCl2 dan FeCl3 maka penamaannya dapat dilakukan
dengan memberi bilangan romawi didalam kurung
dibelakang unsur logam
Tabel 6.6. Beberapa contoh kation
dan anion pembentuk senyawa ion
Kation Nama ion
Na+ Ion natrium
Ca2+ Ion Kalsium
NH4
+ Ion amonium
Fe3+ Ion besi (III)
Anion Nama ion
Cl􀍲 Ion klorida
S2􀍲 Ion sulfida
NO3
􀍲 Ion nitrat
SO4
2􀍲 Ion sulfat
PO4
3􀍲 Ion posfat
Tabel 6.7. Contoh senyawa ion yang
disusun dari kation dan anion
Kation Anion Senyawa
Na+ S2􀍲 Na2S
Ca2+ NO3
􀍲 Ca(NO3
􀍲)2
Fe3+ SO4
2􀍲 Fe2(SO4
2􀍲)3
K+ PO4
3􀍲 K3PO4
3􀍲
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
84
FeCl2 : Besi (II) klorida
FeCl3 : Besi (III) klorida
Penamaan lain untuk logam yang memiliki beberapa
muatan, dilakukan dengan memberi akhiran (􀍲o) untuk
logam yang bermuatan rendah dan akhiran (􀍲i) untuk
yang bermuatan lebih besar. Untuk senyawa FeCl2 dan
FeCl3 menjadi:
FeCl2 : Fero klorida
FeCl3 : Feri klorida
Beberapa contoh penamaan senyawa ion disajikan
dalam Tabel 6.8.
6.1.3. Penamaan senyawa terner
Senyawa terner adalah senyawa yang disusun lebih dari
dua unsur. Beberapa senyawa yang dapat digolongkan
sebagai senyawa terner meliputi; senyawa asam, basa
dan garam.
Asam adalah senyawa yang disusun oleh unsur hidrogen
dengan unsur lainnya. Ciri khas dari asam adalah
terionisasi didalam air menghasilkan ion hidrogen (H+)
atau hidronium dan sisa asam, atas dasar inilah
pemberian nama asam. Penamaan asam dilakukan
dengan menyebutkan nama asam yang dirangkaikan
dengan kata sisa asamnya. Beberapa contoh senyawa
asam dan penamaannya ditampilkan pada Tabel 6.9.
Untuk senyawa basa merupakan zat yang dapat
terionisasi di dalam dan menghasilkan ion OH􀍲
(hidroksida). Umumnya, basa merupakan senyawa ion
yang terdiri dari kation logam dan anion OH􀍲
(hidroksida).
Nama basa disusun dengan merangkaikan nama
kationnya yang diikuti kata hidroksida, misalnya KOH
disebut dengan Kalium hidroksida, beberapa contoh
lain dapat dilihat dalam Tabel 6.10.
Garam merupakan senyawa yang disusun oleh ion
logam dan sisa asam. Garam dapat dihasilkan jika asam
direaksikan dengan basa. Penamaan garam sama
dengan penamaan basa, yaitu menyebutkan logam
atau kationnya dilanjutkan dengan menyebutkan sisa
asamnya.
Tabel 6.8. Beberapa contoh
Penamaan senyawa ion
Rumus Nama Senyawa
Na NO3 Natrium nitrat
Ca3(PO4)2 Kalsium fosfat
(NH4)2SO4 Amonium sulfat
FeS Besi (II) sulfida
Fero sulfida
FeCl3 Besi (III) klorida
Feri klorida
Tabel 6.9. Contoh senyawa dan
penamaan asam
Rumus Nama senyawa
H2S Asam sulfida
HNO3 asam nitrat
H2SO4 Asam sulfat
H3PO4 Asam fosfat
HCl Asam klorida
HBr Asam Bromida
Tabel 6.10. Contoh senyawa dan
penamaan basa
Rumus Nama senyawa
KOH Kalium hidroksida
NaOH Natrium hidroksida
Ba(OH)2 Barium hidroksida
Ca(OH)2 Kalsium hidroksida
Fe(OH)3 Besi (III) hidroksida
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
85
Beberapa contoh penamaan untuk senyawa garam
disajikan pada Tabel 6.11
Asam, basa dan garam akan dibahas secara detil pada
Bab selanjutnya. Demikian pula untuk tata nama
senyawa organik akan dibahas secara detil dan
terpisah.
6.2. Hukum-hukum Dasar Ilmu Kimia
Pembahasan atom dan strukturnya serta ikatan kimia
telah mengantarkan kita kepada senyawa dan bagian
terkecilnya yaitu molekul.
Bagian yang menjadi perhatian kita pada bahasan kali
ini adalah bagaimana sebuah molekul terbentuk,
apakah kita dapat mencampurkan satu atom dengan
atom lain dan terjadi molekul baru? atau ada aturan􀍲
aturan yang harus dipenuhi agar sebuah molekul
terbentuk?. Pembentukan satu molekul baru harus
mengikuti beberapa aturan, baik untuk molekul
anorganik maupun molekul organik.
Pembentukan molekul baru harus memenuhi hukum􀍲
hukum dasar kimia seperti; Hukum Kekekalan Massa,
Hukum Perbandingan Tetap, Hukum Perbandingan
Berganda, Hukum Perbandingan Volume dan Hukum
Avogadro.
6.2.1. Hukum Kekekalan Massa
Lavoiser mengamati tentang perubahan􀍲perubahan zat
di alam dan dia mengajukan pendapat yang dikenal
dengan Hukum kekekalan massa ;” Dalam sebuah
reaksi, massa zat􀍲zat sebelum bereaksi sama dengan
massa zat sesudah bereaksi”. Hal ini menunjukkan
kepada kita bahwa tidak ada massa yang hilang selama
berlangsung reaksi.
Sebagai contoh, jika kita mereaksikan zat A yang
memiliki massa 10 gram dengan zat B (massa 10 gram)
sehingga dihasilkan zat C dan D, dimana jumlah massa
zat yang dihasilkan sama dengan jumlah massa yang
bereaksi yaitu 20 gram.
Reaksi kimia dituliskan dengan tanda panah, disebelah
kiri tanda panah adalah zat􀍲zat yang bereaksi dan
disebelah kanan tanda panah adalah zat hasil reaksi.
Hukum ini diperkenalkan oleh Lavoiser. Perhatikan
bagan 6.12.
Tabel 6.11. Contoh senyawa dan
penamaan garam
Rumus Nama senyawa
KCl Kalium klorida
NaBr Natrium Bromida
Ba(NO3)2 Barium nitrat
Ca(Cl)2 Kalsium klorida
FeSO4 Besi (II) sulfat
Al2(SO4)3 Alumunium sulfat
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
86
Bagan 6.12. Bagan reaksi yang menyatakan massa sebelum dan sesudah reaksi sama.
Diketahui bahwa massa sesudah reaksi, merupakan massa
total, hal ini berarti komposisi zat C dan D dapat saja
berbeda dengan massa zat A dan B yang berkomposisi 10
gram dan 10 gram. Zat C dan D yang terbentuk mungkin 8
gram dan 12 gram atau sebaliknya 12 gram dan 8 gram.
Hukum kekekalan massa hanya membatasi pada jumlah zat
yang terjadi sama dengan zat sebelumnya, belum
menjelaskan tentang senyawa yang terbentuk.
Hukum yang diajukan oleh Lavoiser belum menjelaskan
tentang senyawa yang dibentuk dan komposisinya.
Massalah ini selanjutnya diteliti dan diselesaikan oleh
beberapa ahli lainnya yaitu Proust dan Dalton. Mereka
mencoba menjelaskan bagaimana suatu senyawa
terbentuk dan bagaimana komposisinya. Komposisi atau
perbandingan atom􀍲atom dalam suatu senyawa
merupakan penciri yang khas untuk molekul tersebut.
6.2.2. Hukum Perbandingan tetap
Lavoiser mengamati massa dari sebuah reaksi, sedangkan
Proust mencoba mengamati komposisi massa dari sebuah
senyawa. Proust menyatakan banwa “perbandingan massa
unsur􀍲unsur penyusun sebuah senyawa adalah tetap” dan
dikenal dengan hukum perbandingan tetap. Dari hukum ini
kita akan mendapatkan informasi bahwa sebuah molekul
tidak berubah komposisinya dimana molekul atau zat itu
berada.
Sebagai contoh adalah senyawa atau molekul amonia
(NH3), dari rumus tersebut tampak bahwa molekul amonia
air tersusun atas 1 (satu) atom N dan 3 (tiga) atom H. Untuk
mengetahui perbandingan massa dari molekul tersebut,
terlebih dahulu kita lihat massa atomnya (bagan 6.13).
Untuk nitrogen memiliki massa 14, dan massa atom
hidrogen adalah 1. Dengan demikian dalam molekul NH3
terdapat 14 gram atom nitrogen dan 3 gram atom
hidrogen, atau perbandingan massa untuk molekul air
adalah 14 : 3.
Bagan 6.13. Perbandingan
komposisi massa untuk senyawa
amonia
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
87
6.2.3. Hukum Perbandingan berganda
Dalton juga mengamati molekul dan difokuskan
pada beberapa senyawa yang memiliki kesamaan
dalam atom􀍲atom penyusunnya. Misalnya gas
karbon monoksida (CO) dengan karbon dioksida
(CO2), yang lain seperti air (H2O) dengan Hidrogen
Peroksida (H2O2).
Dalton menyimpulkan “dapat terjadi dua macam
unsur membentuk dua senyawa atau lebih, jika
unsur pertama memiliki massa yang sama, maka
unsur kedua dalam senyawa􀍲senyawa tersebut
memiliki perbandingan sebagai bilangan bulat dan
sederhana”.
Dalam senyawa CO terdapat 1 atom C dan 1 atom
O, sedangkan untuk CO2 terdapat 1 atom C dan 2
atom O. Massa atom C adalah 12 gram dan atom O
adalah 16 gram, Karena kedua senyawa tersebut
memiliki 1 atom C dengan massa 12, maka
perbandingan massa atom oksigen pada senyawa
pertama dan kedua adalah 16 gram dan 32 gram,
atau 1 : 2. Lihat bagan 6.14.
Untuk lebih mudah memahaminya, kita ambil
contoh yang lain dimana atom nitrogen dapat
membentuk senyawa N2O, NO, N2O3, dan N2O4,
Massa atom nitrogen adalah 14 dan massa atom
oksigen adalah 16. Senyawa N2O, memiliki rasio
sebesar 28 : 16, senyawa NO, 14 : 16, N2O3, 28 : 48
dan senyawa N2O4, memiliki rasio 28 : 64.
Rasio ini, kita sederhanakan lagi sehingga sampai
dengan rasio terkecilnya. Komposisi massa untuk
keempat senyawa resebut disederhanakan dalam
Tabel 6.15.
Dari tabel tampak bahwa rasio terkecil untuk
senyawa N2O, NO, N2O3, dan N2O4, berturut􀍲turut
adalah 7:4, 7:8, 7:12 dan 7:16. Dapat kita simpulkan
rasio oksigen yang berikatan dengan nitrogen
dalam keempat senyawa itu adalah 4 : 8 : 12 : 16
atau 1 : 2 : 3 : 4.
6.2.4. Hukum perbandingan volume
Reaksi pembentukan sebuah senyawa tidak selalu
dalam bentuk padat, namun juga terjadi dalam
bentuk gas.
Bagan 6.14. Perbandingan komposisi
massa atom karbon terhadap oksigen
pada senyawa karbon monoksida dan
karbon dioksida
Tabel 6.15. Perbandingan nitrogen dan
oksigen dalam beberapa senyawa
Rumus Massa
N
Massa
O
Rasio
N : O
N2O 28 16 7 : 4
NO 14 16 7 : 8
N2O3 28 48 7 : 12
N2O4 28 64 7 : 16
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
88
Pada tahun 1808, ilmuwan Perancis, Joseph Louis Gay
Lussac, berhasil melakukan berbagai percobaan/reaksi
menggunakan berbagai macam gas dengan volume
sebagai titik perhatiannya.
Menurut Gay Lussac 2 volume gas hidrogen bereaksi
dengan 1 volume gas oksigen membentuk 2 volume
uap air. Reaksi pembentukan uap air berjalan
sempurna, memerlukan 2 volume gas hidrogen dan 1
volume gas oksigen, untuk menghasilkan 2 volume uap
air, lihat model percobaan pembentukan uap air pada
Gambar 6.15.
Dari hasil eksperimen dan pengamatannya disimpulkan
bahwa “volume gas􀍲gas yang bereaksi dan volume gas􀍲
gas hasil reaksi, jika diukur pada suhu dan tekanan
yang sama, akan berbanding sebagai bilangan bulat dan
sederhana.
Dari percobaan ini ternyata diketahui bahwa 2 liter uap
air dapat terjadi, jika direaksikan 2 liter gas Hidrogen
dengan 1 liter gas Oksigen. Reaksi ini ditulis :
2 liter gas H2 + 1 liter gas O2 􀑗 2 liter uap H2O
Dari persamaan reaksi yang dituliskan diatas tampak
bahwa perbandingan volume dari H2: gas O2 : uap H2O
adalah 2 : 1 : 2.
Untuk lebih menyederhanakan pengertian dari konsep
perbandingan volume yang diajukan oleh Gay Lussac,
perhatikan contoh kasus dibawah ini pengukuran
dilakukan pada ruang yang sama artinya suhu dan
tekanannya sama. Reaksi antara gas nitrogen sebanyak
2 liter dengan gas hydrogen sebanyak 6 liter
menghasilkan gas amoniak sebanyak 3 Liter, sehingga
perbandingan dari ketiga gas tersebut adalah 2 : 6 : 3,
masing􀍲masing untuk gas N2, H2, dan gas NH3.
Perhatikan Tabel 6.16.
6.2.5. Penentuan volume gas pereaksi dan
hasil reaksi
Percobaan yang dilakukan oleh Gay Lussac, selanjutnya
dikembangkan oleh Amadeo Avogadro, dan dia lebih
memfokuskan pada jumlaha molekul gas yang beraksi
dan jumlah molekul gas hasil reaksi. Hasil pengamatan
yang dilakukan Avogadro menunjukkan bahwa “pada
tekanan dan suhu yang sama, gas􀍲gas yang memiliki
volume yang sama mengandung jumlah molekul yang
sama pula”. Perhatikan bagan reaksi 6.17. Pernyataan
ini dikenal dengan Hukum Avogadro.
Gambar 6.15. Model percobaan Gay
Lussac untuk pembentukan uap air
dari gas hidrogen dan oksigen
Tabel 6.16. Beberapa contoh reaksi
gas yang menunjukan perbandingan
volume yang tetap
Volume gas
yang
bereaksi
Volume
hasil
reaksi
Rasio
volume
N2 + H2
2L, 6L
NH3
3L
N2:H2:NH3
2:6:3
H2 + Cl2
1L, 1L
HCl
1L
H2:Cl2:HCl
1:1:1
C2H4 + H2
1L, 1L
C2H6
1 L
C2H4:H2:
C2H6
1:1:1
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
89
Bagan 6.17. Bagan reaksi pembentukan uap air
Dari hasil eksperimen tersebut, tampak ada kesetaraan
antara volume dengan jumlah molekul. Perbandingan
jumlah molekul H2 : O2 : H2O adalah 2 : 1 : 2, Demikian
pula perbandingan volumenya juga 2 : 1 : 2.
Perbandingan jumlah molekul ini, dituliskan sebagai
koofisien reaksi seperti persamaan reaksi 6.18.
Persamaan reaksi 6.18. Persamaan reaksi pembentukan uap air dari gas H2 dan O2
2 molekul H2 + 1 molekul O2 􀄺 2 molekul H2O
dituliskan
2 H2 + 1 O2 􀄺 2 H2O
2 H2 + O2 􀄺 2 H2O
Persamaan ini juga memenuhi Hukum kekekalan massa,
massa sebelum bereaksi sama dengan massa sesudah
bereaksi, lihat persamaan reaksi 6.19.
Persamaan reaksi 6.19. Reaksi pembentukan uap air yang memenuhi Hukum kekekalan masa
2 H2 + O2 􀄺 2 H2O
4 atom H, 2 atom O 􀄺 4 atom H dan 2 atom O
Sebelum bereaksi terdapat 2 molekul H2 yang berarti terdapat 4 atom H dan 1 molekul O2,
terdapat 2 atom O, sesudah bereaksi dihasilkan 2 molekul H2O yang mengandung 4
atom H dan 2 atom O.
Hukum Avogadro juga menjelaskan kepada kita tentang
keberadaan gas pada suhu dan tekanan tertentu,
dimana pada suhu dan tekanan tertentu setiap gas yang
dengan volume yang sama, akan memiliki jumlah
molekul yang sama pula. Kita ambil contoh, terdapat 2
molekul gas NO2 sebanyak 4 liter dalam sebuah tabung,
maka keadaan tersebut seluruh gas yang jumlah
molekulnya 2 mol akan memiliki volume sebanyak 4
liter.
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
90
Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut, pada
suhu 25oC dan tekanan 1 atm, diketahui 1 molekul gas
Oksigen (O2), volumenya 4 liter. Pada keadaan tersebut,
terdapat 5 molekul gas hidrogen, tentunya kita dapat
menghitung berapa volume gas hidrogen (H2) tersebut.
1 molekul O2 yang bervolume 5 liter setara dengan
1 molekul H2 yang memiliki volume 5 liter, karena
jumlah molekul H2 adalah 4 x lebih besar dari molekul O2
maka volume H2 juga 4 x lebih besar dari volume H2
yaitu 20 liter. Penyelesaian secara rinci tampak pada
bagan 6.20.
6.3. Atomic relative(Ar) dan Molecule relative
(Mr)
Lambang atom menginformasikan kepada kita tentang
nomor massa dan kita ketahui massa atom sangat kecil
misalnya massa atom hidrogen sebesar 3.348 × 10􀍲27 Kg.
Untuk mempermudah dalam mempelajari ditetapkan
oleh IUPAC satuan massa atom (sma). Hal ini diperlukan
untuk memepermudah dalam penulisan serta dengan
sederhana kita dapat menetapkan massa sebuah
molekul.
Satuan massa atom (sma) dan 1 (satu) sma didefinisikan
sebagai:
dilanjutkan dengan penetapan Atomic relative (Ar) atau
sering disebut juga dengan Massa Atom dan Massa
Molekul yang diberi lambing dengan Mr = Molecule
relative. Kedua definisi atau persamaan untuk Atomic
relative (Ar) dan Molecule relative (Mr) disajikan pada
bagan 6.21.
Berdasarkan nomor massa dalam tabel periodik kita
dapat tetap, misalnya atom Hidrogen yaitu 1.00079 sma,
maka massa atom atau Atomic relative (Ar) dibulatkan
menjadi 1 sma. Demikianpula untuk atom Oksigen
didalam tabel periodik nomor massanya 15.99994,
Atomic relative dibulatkan menjadi 16 sma.
Bagan 6.20. Penyelesaian secara
matematis
Bagan 6.21. Persamaan untuk Ar
dan Mr
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
91
Untuk menetapkan Molecule relative (Mr) dari sebuah
senyawa dapat dihitung dengan memperhatikan jumlah
atom penyusunnya dibagi dengan 1 sma. Sebagai
contoh, jika kita menetapkan Mr dari H2O.
Atom􀍲atom penyusunnya adalah Hidrogen dan Oksigen,
jumlah atomnya adalah 2 untuk Hidrogen dan 1 untuk
Oksigen, Sehingga massanya adalah :
Dengan cara yang sama kita dapat menghitung Mr
senyawa􀍲senyawa lain, dengan bantuan tabel periodik
untuk mendapatkan data massa setiap atom.
6.4. Konsep Mol
Dalam mereaksikan zat, banyak hal yang perlu kita
perhatikan misalnya wujud zat berupa gas, cair dan
padat. Cukup sulit bagi kita untuk mereaksikan zat dalam
ketiga wujud zat tersebut, dalam bentuk padat
dipergunakan ukuran dalam massa (gram), dalam
bentuk cair dipergunakan volume zat cair dimana
didalamnya ada pelarut dan ada zat yang terlarut.
Demikianpula yang berwujud gas memiliki ukuran
volume gas.
Kondisi ini menuntut para ahli kimia untuk memberikan
satuan yang baru yang dapat mencerminkan jumlah zat
dalam berbagai wujud zat. Avogadro mencoba
memperkenalkan satuan baru yang disebut dengan mol.
Definisi untuk 1 (satu) mol adalah banyaknya zat yang
mengandung partikel sebanyak 6.023 x 1023. Bilangan ini
dikenal dengan Bilangan Avogadro yang dilambangkan
dengan huruf N.
Lihat persamaan hubungan 1 mol dengan jumlah
partikel pada Bagan 6.22. Dari persamaan diatas dapat
kita nyatakan bahwa : 1 mol Karbon (C) mengandung
6.023 x 1023 atom Karbon. 1 mol senyawa H2O
mengandung 6.023 x 1023 molekul air.
Dari pernyataan ini juga muncul berapa massa 6.023 x
1023 partikel atom Karbon dan berapa massa dari 6.023 x
1023 molekul Air (H2O).
Bagan 6.22. Persamaan yang
menyatakan hubungan jumlah mol
dengan jumlah partikel untuk atom
dan molekul
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
92
Dengan mempertimbangkan aspek massa zat, 1 mol
zat didefinisikan sebagai massa zat tersebut yang
sesuai dengan massa molekul relatifnya (Mr) atau
massa atomnya (Ar).
Untuk 1 mol zat Karbon maka memiliki massa sesuai
dengan massa atom Karbon, diketahui dari tabel
periodik bahwa massa atom karbon adalah 12 sma,
sehingga massa zat tersebut juga 12 gram. Untuk itu 1
mol zat dapat kita ubah kedalam bentuk persamaan :
6.5 . Hubungan persamaan reaksi dengan
mol zat
Hukum kekekalan masa, perbandingan volume Gay
Lussac dan dan hukum Avogadro telah
mengantarkan kita untuk memahami hubungan
kesetaraan antara massa, volume dan jumlah
molekul dari zat􀍲zat yang bereaksi dengan hasil
reaksi. Berdasarkan hukum Gay Lussac dan
persamaan diatas tampak bahwa jumlah volume
gas setara dengan jumlah molekul, jumlah mol zat,
juga dengan koofisien reaksi. Perhatikan bagan
reaksi 6.23.
6.6. Hitungan Kimia
Hukum􀍲hukum dasar kimia dan persamaan reaksi
telah memberikan dasar􀍲dasar dalam memahami
bagaimana suatu reaksi dapat berjalan. berapa zat􀍲
zat yang dibutuhkan dan berapa banyak zat yang
terbentuk. Baik reaksi yang melibatkan zat
berwujud padat, gas maupun cairan.
Secara sederhana alur perhitungan kimia dapat
kita jabarkan dan disederhanakan dalam bagan
6.24 dibawah ini. Reaksi yang kita jadikan contoh
adalah reaksi oksidasi dari senyawa Propana.
Bagan 6.23. Persamaan reaksi
menyatakan kesetaraan jumlah volume,
jumlah molekul dan jumlah mol
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
93
Bagan 6.24. Tahapan dalam hitungan kimia
Dari sebuah reaksi : C3H8 + O2 􀄺 CO2 + H2O
1. Pertama􀍲tama adalah memperbaiki persamaan reaksi :
C3H8 + O2 􀄺 CO2 + H2O
Jumlah atom C = 3 Jumlah atom C = 1
Sebelah kanan dikali 3
C3H8 + O2 􀄺 3 CO2 + H2O
Jumlah atom H = 8 Jumlah atom H = 2
Sebelah kanan dikali 4
C3H8 + O2 􀄺 3 CO2 + 4 H2O
Jumlah atom O = 2 Jumlah atom O = 6 + 4 =10
Sebelah kiri dikalikan 5
Persamaan reaksi menjadi : C3H8 + 5 O2 􀄺 3 CO2 + 4 H2O
2. Catat apa saja yang diketahui, misalnya massa air yang dihasilkan adalah 36 gram, dan
lihat tabel periodik untuk massa atom, seperti massa atom C = 12, H = 1 dan O = 16.
3. Dari data yang diketahui dikonversikan ke dalam satuan mol
Untuk H2O, massa molekulnya adalah, 2 atom H : 2 x 1 = 2, dan 1 atom O = 16, sehingga
massa molekul H2O = 18.
Jumlah mol H2O adalah
4. Cermati dengan baik apa yang ditanyakan, jika yang ditanyakan adalah hanya massa
C3H8. Tuliskan persamaan reaksi dan tentukan perbandingan molnya
C3H8 + 5 O2 􀄺 3 CO2 + 4 H2O
1 : 5 : 3 : 4
1 mol C3H8 bereaksi dengan 5 mol O2 menghasilkan 3 mol CO2 dan 4 mol H2O
Menentukan massa C3H8, massa molekulnya = 3 x 12 + 8 x 1 = 44
Mol C3H8, = ¼ x 2 mol = 0.5 mol (ingat H2O yang terjadi 2 mol)
Massa C3H8 = 0.5 mol x 44 = 22 gram
Jika pertanyaan menyangkut gas, ada beberapa hal yang harus kita perhatikan dengan
cermat adalah keadaan berlangsungnya reaksi. Pertama keadaan, dimana suhu 0 oC
dengan tekanan 1 atm atau keadaan standar dan keadaan diluar keadaan standar.
Untuk keadaan standar, setiap 1 (satu) mol gas akan memiliki volume sebesar 22.4 liter.
Untuk keadaan tidak standar kita mempergunakan hukum Avogadro, pada tekanan dan
suhu yang sama, gas􀍲gas yang memiliki volume yang sama mengandung jumlah molekul
yang sama pula.
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
94
Perhatikan contoh dibawah ini
Dari sebuah reaksi : C3H8 + O2 􀑗 CO2 + H2O
Berapa volume gas Karbondioksida yang dihasilkan, jika
tersedia 11 gram C3H8, jika reaksi berlangsung pada
keadaan standar. Berapa volume gas karbondioksida
yang dihasilkan jika reaksi berlangsung pada suatu
keadaan tertentu, dimana 1 mol gas N2 volumenya 5 L.
Penyelesaian dapat kita lakukan secara bertahap.
1. Pertama􀍲tama adalah memperbaiki persamaan reaksi, dengan cara yang sama
dengan halaman sebelumnya, kita akan dapati persamaan.
C3H8 + 5 O2 􀄺 3 CO2 + 4 H2O
2. Catat apa saja yang diketahui, misalnya 11 gram C3H8 dan tentukan massa
molekul relatif dari senyawa C3H8, gunakan tabel periodik untuk massa atom,
seperti massa atom C = 12, dan H = 1.
Jumlah mol C3H8 =
3. Cermati dengan baik apa yang ditanyakan, dalam hal ini CO2 ditanyakan,
tetapkan jumlah mol CO2 dengan menuliskan persamaan reaksi untuk melihat
rasio mol zat yang bereaksi dan hasil reaksinya.
C3H8 + 5 O2 􀄺 3 CO2 + 4 H2O
1 : 5 : 3 : 4
1 mol C3H8 bereaksi dengan 5 mol O2 menghasilkan 3 mol CO2 dan 4 mol H2O
Untuk setiap 1mol C3H8, dihasilkan 3 mol CO2,
diketahui C3H8 yang tersedia 0.25 mol,
CO2 yang terjadi 3 x 0.25 = 0.75 mol
4. Tetapkan volume gas CO2 yang dihasilkan dalam keadaan standar, (ingat 1 mol
setiap gas dalam keadaan standar adalah 22.4 liter.
1 mol = 22.4 liter
Sehingga volume CO2 = 0.75 x 22.4 = 16.8 liter
5. Tetapkan volume gas CO2 yang dihasilkan pada keadaan dimana 1 mol gas N2
volumenya 5 liter
1 mol = 5 liter
Sehingga volume CO2 = 0.75 x 5 = 3.75 liter
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
95
6.7. Perhitungan komposisi zat
Pada Bab 2, Rumus molekul merupakan gabungan
lambang unsur yang menunjukkan jenis unsur
pembentuk senyawa dan jumlah atom masing􀍲masing
unsur dengan perbandingan yang tetap. Atas dasar
perbandingan molekul, volume dan massa yang setara
dengan jumlah mol, maka rumus molekul juga dapat
berarti perbandingan mol dari atom􀍲atom penyusunnya.
Sebagai contoh rumus molekul air H2O, terdiri dari jenis
atom H dan O, dengan jumlah mol sebanyak 2 mol atom
hydrogen dan 1 mol atom Oksigen.
Demikian pula untu senyawa Glukosa dengan rumus
molekul C6H12O6 terdiri dari atom C, H dan O, dengan
komposisi mol yaitu 6 mol atom C, 12 mol atom H dan 6
mol atom O, lihat bagan 6.25.
Informasi yang didapat dari rumus molekul tidak
terbatas pada jumlah atom namun kita juga dapat
menentukan massa dari atom penyusunnya ataupun
persentasenya.
Rumus molekul C2H2. menunjukkan ada 2 mol atom
Karbon dan 2 mol atom Hidrogen, jika massa atom C =
12, dan H =1.
Massa Karbon = 2 x 12 = 24
Massa Hidrogen = 2 x 1 = 2
Massa Molekulnya (Mr) = 26
Dengan komposisi tersebut maka persen massa Karbon
adalah :
Sedangkan persen massa Hidrogen adalah :
Dengan rasio mol, ini juga terkandung penertian rumus
empiris bagi satu zat.
Beberapa contoh soal di bawah ini mengangkat berbagai
makna yang terkandung di dalam rumus molekul dan
rumus empiris.
Sebuah senyawa (NH4)2SO4, dengan massa atom N=14,
H=1, S=32 dan O=16. Tentukan masing persen berat dari
atom􀍲atom penyusunnya.
Bagan 6.25. Komposisi mol atom
dalam rumus molekul
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
96
Untuk atom N = 2, atom H = 4, atom S = 1 dan atom O=4.
N = 2 x 14 = 28
H =4 x 2 x 1 = 8
S = 1 x 32 = 32
O = 4 x 16 = 64
Massa molekulnya adalah = 132
Persen berat N = 28/132 x 100% = 21.21%
Persen berat H = 8/132 x 100% = 6.06%
Persen berat S = 32/132 x 100% = 24.24%
Persen berat O = 64/132 x 100% = 48.49%
Untuk soal yang lebih kompleks, misalnya sebuah
senyawa tersusun atom Karbon dan atom Hidrogen,
Persen berat Karbon adalah 92.3% dan sisanya
Hidrogen, Jika massa molekul tersebut adalah 78,
dimana atom C = 12 dan atom H = 1. Tentukan rumus
molekulnya.
1. Pertama kita tetapkan massa Karbon
Berdasarkan persen berat terhadap massa
molekul senyawanya.
C = 0.923 x 78 = 71.994 dibulatkan 72
2. Kedua kita tetapkan massa hidrogen
Berdasarkan persen berat terhadap massa
molekul senyawanya
100% 􀍲 92.3% = 7.7%
H = 0.077 x 78 = 6.006 dibulatkan 6
3. Jumlah karbon dan hidrogen
C = 72/12 = 6
H = 6/1 = 6
4. Rumus Molekulnya
C6H6
Seorang petani memiliki masalah dengan lahannya yang
membutuhkan unsur Nitrogen, namun dia tidak tahu
bagaimana cara menghitung kadar N dalam sebuah
pupuk urea yang memiliki rumus molekul CO(NH2)2.
Berat atom untuk C: 12, O:16, N:14 dan H:1.
Jika petani tersebut memiliki 1 karung pupuk urea
dengan berat yang tertulis dalam labelnya adalah 120
Kg. Berapakah kadar Nitrogen dalam 1 karung pupuk
urea tersebut.
Pemecahan masalah ini dapat anda lihat dalam Bagan
6.26. di sebelah.
Bagan 6.26. Contoh
penyelesaian perhitingan komposisi
unsure􀍲unsut dalam sebuah
senyawa
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
97
RANGKUMAN
1. Pembentukan sebuah molekul baru harus memenuhi
hukum􀍲hukum dasar kimia seperti;
Hukum Kekekalan Massa
Massa zat􀍲zat sebelum bereaksi sama dengan massa zat
sesudah bereaksi
Hukum Perbandingan Tetap
Dalam sebuah senyawa perbandingan tetap, massa unsur􀍲
unsur penyusun adalah tetap, hal ini berarti komposisi
suatu senyawa selalu sama, dimanapun molekul itu berada.
Hukum Perbandingan Berganda
Dua macam unsur dapat membentuk dua senyawa atau
lebih, jika unsur pertama memiliki massa yang sama, maka
unsur kedua dalam senyawa􀍲senyawa tersebut memiliki
perbandingan sebagai bilangan bulat dan sederhana.
Hukum Perbandingan Volume
Volume gas􀍲gas yang bereaksi dan volume gas􀍲gas hasil
reaksi, jika diukur pada suhu dan tekanan yang sama, akan
berbanding sebagai bilangan bulat yang sederhana.
Hukum Avogadro
Pada keadaan yang sama Avogadro juga menyatakan bahwa
setiap gas yang mempunyai jumlah mol yang sama memiliki
volume yang sama.
2. Pada keadaan standar yaitu pada suhu 0 oC dengan tekanan
1 atm, setiap 1 mol gas memiliki volume sebesar 22.4 Liter.
3. Persamaan reaksi didefinisikan sebagai cara penulisan
suatu reaksi atau perubahan kimia yang mengacu pada
hukum􀍲hukum dasar kimia.
4. Persamaan reaksi yang benar telah memberikan informasi
tentang; banyaknya mol zat yang bereaksi dan sesudah
reaksi memilki kesetaraan, dan jumlah unsur􀍲unsur
disebelah kiri tanda panah (sebelum bereaksi) sama dengan
jumlah unsur􀍲unsur disebelah kanan tanda panah (sesudah
bereaksi).
5. Atas dasar kesepakatan massa satu atom adalah sama
dengan massa dari 􀬵
􀬵􀬶
massa atom 12C, dan massa setiap
atom (Ar) dapat dicari pada lampiran. Massa dari sebuah
molekul (Mr) dapat ditentukan dengan mnjumlahkan massa
dari setiap unsur yang menyusunnya. Misalnya H2O,
memiliki massa 2 x massa atom H + 1 x massa atom O.
5. Mol suatu zat merupakan rasio dari massa satu zat dengan
massa relatifnya (Ar atau Mr) dan dinyatakan dalam
persamaan :
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
98
6. Rumus kimia sebuah zat merupakan lambang dari sebuah
zat yang mencerminkan jenis zat dan jumlah atom􀍲atomnya
yang menyusun zat tersebut.
7. Rumus molekul adalah lambang sebuah molekul yang
memberikan informasi tentang jenis dan jumlah atom􀍲atom
secara akurat dari molekul tersebut.
8. Rumus empiris adalah rumus kimia yang mencirikan jenis
atom dan rasio dari jumlah atom􀍲atom penyusunnya, rumus
empiris tidak menyatakan rumus molekulnya, sebagai
contoh rumus empiris dari (CH)n, rumus molekul diketahui
jika nilai n diketahui.
9. Beberapa makna dari Rumus molekul
Menyatakan banyak unsur dari atom􀍲atom penyusunnya
Menyatakan perbandingan mol setiap unsur untuk
membentuk senyawa tersebut
Menyatakan perbandingan massa setiap unsur dalam
senyawa tersebut.
Misalkan ; Senyawa air H2O
Menyatakan jumlah atom Hidrogen sebanyak 2 (dua) buah
dan atom Oksigen sebanyak 1 (satu) buah.
Ada 2 mol unsur/atom Hidrogen dan 1 mol unsur/atom
Oksigen
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
99
UJI
KOMPETENSI
Pilihlah salah satu jawaban yang tepat
1. Massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama, pernyataan
ini dikemukakan oleh:
a. Dalton
b. Gay Lussac
c. Avogadro
d. Lavoisier
2. Pada temperatur dan tekanan yang sama 1 mol setiap gas
mempunyai volume yang sama. Pernyataan ini dikemukakan
oleh:
a. Dalton
b. Gay Lussac
c. Avogadro
d. Proust
3. Ada dua senyawa dari Fe dan S masing􀍲masing adalah FeS dan
Fe2S3 maka perbandingan massa S dalam kedua senyawa itu
untuk Fe yang tetap adalah:
a. 112 : 64
b. 56 : 32
c. 2 : 1
d. 1 : 2
4. Bilangan Avogadro menyatakan jumlah :
a. Atom dalam 2 gram suatu unsur
b. Atom/molekul dalam 1 mol unsur/senyawa
c. Molekul dalam 1 gram senyawa
d. Jumlah partikel dalam 1 mol senyawa/unsur
5. Dari 1 kg suatu batuan didapatkan 80% CuS2 bila diketahui Ar Cu
= 63,5 dan S = 32 maka massa Cu kira􀍲kira yang terdapat dalam
batuan itu adalah :
a. 398 gram
b. 498 gram
c. 127 gram
d. 500 gram
6. Banyaknya atom dalam 1 mol suatu unsur adalah
a. 6,02 x 10􀍲23
b. 6,02 x 1023
c. 60,2 x 1023
d. 60,2 x 10􀍲23
7. Bila diketahui Ar Na = 23, H = 1, O = 16. Berapa molkah 5 gram
NaOH?
a. 1/8
b. 1/5
c. 1/40
d. 5/16
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
100
8. Bila diketahui N adalah bilangan Avogadro, maka 1 liter gas CO2
pada 00C dan 1 atm berisi : (Mr CO2 = 46)
a. 22,4 liter CO2
b. 1/46 gram CO2
c. 1/22,4 x ¼ molekul CO2
d. N/22,4 molekul CO2
9. Diketahui reaksi 2H2 + O2 ⇄ 2H2O. Berapa gram air yang terjadi
bila digunakan 2 gram hidrogen pada keadaan 00C dan 1 atm?
a. 4 gram
b. 18 gram
c. 2 gram
d. 36 gram
10. Gas dengan jumlah gram yang paling sedikit per􀍲mililiternya,
pada t dan p yang sama adalah :
a. H2
b. N2
c. NH
d. N2H4
11. Diketahui 1 liter gas pada 00C dan 1 atm massanya = 0,712
gram. Maka massa molekul gas tersebut kira􀍲kira:
a. 14
b. 32
c. 16
d. 18
12. Berapa gram Fe yang diperlukan untuk membuat 49,5 gram FeS
( diketahui BA Fe = 55,85 dan S = 32)
a. 1,5 gram
b. 4,5 gram
c. 9 gram
d. 32 gram
13. Pada suhu dan tekanan tertentu, 1 liter gas X massanya = 15
gram jika pada keadaan itu massa 10 liter gas NO adalah 7,5
gram. Maka massa molekul gas X adalah : ( Massa Atom N = 14,
O = 16)
a. 60
b. 30
c. 40
d. 50
14. Berapa gram karbon yang terdapat dalam gula C12H22O11
sebanyak ½ mol
a. 144 gram
b. 72 gram
c. 36 gram
d. 40 gram
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
101
Bab 7. Reaksi
Kimia
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Memahami perkembangan
konsep reaksi kimia
Mendeskripsikan pengertian umum reaksi kimia
Membedakan konsep oksidasi, reduksi, dan reaksi lainnya
Memahami konsep larutan
elektrolit dan elektrokimia
Menerapkan konsep reaksi redoks dalam elektrokimia
Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat mendefinisikan reaksi kimia
2. Siswa dapat menyebutkan jenis􀍲jenis reaksi kimia
3. Siswa dapat mengidentifikasi peristiwa oksidasi
4. Siswa mampu mengidentifikasi peristiwa reduksi
5. Siswa dapat menyebutkan definisi reaksi reduksi􀍲oksidasi (redoks)
6. Siswa dapat menyetarkan persamaan reaksi redoks berdasarkan kesetaraan
elektron
7. Siswa dapat myetarakan persamaan reaksi redoks berdasarkan perubahan
bilangan oksidasi
8. Siswa dapat membedakan sel elektrokimia
9. Siswa dapat menyebutkan pemanfaatan sel volta dan sel elektrolisa
10. Siswa dapat menjelaskan hubungan antara zat dengan arus listrik dalam sel
elektrokimia
11. Siswa dapat menjelaskan peristiwa korosi
7.1. Reaksi Kimia
Sudah kita bahas sebelumnya bahwa reaksi kimia adalah
dari perubahan kimia. Dalam perubahan tersebut terjadi
interaksi antara senyawa kimia atau unsur kimia yang
melibatkan perubahan struktur, akibat adanya
pemutusan dan pembentukan ikatan kimia dalam proses
ini energi dapat dihasilkan maupun dilepaskan.
Reaksi kimia dituliskan kedalam bentuk persamaan
kimia, untuk lebih mudah mengingatnya perhatikan
contoh reaksi kimia dibawah ini:
Cu(s) + 2 H2SO4(aq) 􀂊 CuSO4(aq) + 2 H2O(l) + 2 SO2(g)
Dari persamaan ini kita akan mendapatkan informasi
tentang zat􀍲zata yang bereaksi yaitu logam tembaga dan
asam sulfat, menghasilkan tembaga (II) sulfat, air dan
sulfur dioksida.
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
102
Persamaan ini juga mengindikasikan bentu􀍲bentuk zat
yang bereaksi, padatan dengan notasi (s), terlarut dalam
air dengan notasi (aq), (l) cairan dan (g) adalah gas. Selain
itu informasi lain juga kita dapatkan seperti perbandingan
mol dari zat􀍲zat yang bereaksi maupun hasil reaksi.
7.2. Jenis reaksi kimia
Didalam laboratorium kimia, reaksi kimia dapat diamati
dengan mudah, karena perubahan kimia selalu
menghasilkan zat baru. Zat􀍲zat yang dihasilkan dapat
berupa endapan, gas, perubahan warna dan juga terjadi
perubahan suhu. Beberapa contoh reaksi kimia yang
dapat dilihat dengan indera mata kita pada Gambar 7.1.
Berdasarkan proses yang terjadi pada suatu reaksi kimia
makareaksi kimia dapat kita golongkan menjadi 7 jenis
reaksi, meliputi reaksi pembentukan, penguraian,
pengendapan, pertukaran, netralisasi, pembakaran atau
oksidasi, dan reduksi.
7.2.1 Reaksi pembentukan
Reaksi pembentukan merupakan penggabungan atom􀍲
atom dari beberapa unsur membentuk senyawa baru.
Contoh untuk reaksi ini adalah :
Pembentukan molekul air
2H2 + O2 􀂊 2 H2O
N2 + 3H2 􀂊 2 NH3
2 C + 3 H2 􀂊 C2H6
Dari contoh diatas bahwa senyawa H2O, (air) NH3 amonia
dan C2H6, (etana) dibentuk dari unsur􀍲unsur yaitu
hidrogen dan oksigen untuk air, nitrogen dan hidrogen
untuk ammonia, dan karbon dan hidrogen untuk gas
etana.
7.2.2. Reaksi penguraian
Reaksi penguraian merupakan reaksi kebalikan dari reaksi
pembentukan. Pada reaksi penguraian, senyawa terurai
menjadi senyawa yang lebih sederhana atau menjadi
unsur􀍲unsurnya. Reaksi penguraian dapat kita cermati,
reaksi penguraian senyawa menjadi unsur􀍲unsurnya,
seperti :
2 NH3 􀂊 N2 + 3H2
C2H6 􀂊 2 C + 3 H2
Gambar 7.1. Reaksi pengendapan
(A) dan reaksi pembentukan gas (B)
yang mudah kita amati
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
103
Sedangkan penguraian dari senyawa menjadi senyawa yang lebih
sederhana, seperti :
H2CO3 􀂊 H2O + CO2
CaCO3 􀂊 CaO + CO2
Umumnya reaksi penguraian tidak berlangsung secara spontan,
namun memerlukan energi dari luar, misalnya listrik, panas atau
dengan bantuan cahaya matahari.
7.2.3. Reaksi pengendapan.
Reaksi pengendapan merupakan reaksi yang salah satu produknya
berbentuk endapan. Endapan terjadi karena zat yang terjadi tidak
atau sukar larut didalam air atau pelarutnya. Tidak semua zat
mengendap, sehingga reaksi pengendapan juga dipergunakan
untuk identifikasi sebuah kation atau anion.
Dibawah ini disajikan beberapa reaksi pengendapan, sebagai tanda
bahwa zat yang terjadi adalah endapan perhatikan tanda (s) solid,
setelah indeks dari rumus kimianya.
AgNO3(aq) + HCl(aq) 􀂊 AgCl(s) + HNO3(aq)
Endapan yang terbentuk adalah endapan putih dari AgCl.
Pb(CH3COO)2(aq) + H2S 􀂊 PbS(s) + 2 CH3COOH(aq)
Dari reaksi ini akan dihasilkan endapan yang berwarna hitam dari
PbS.
7.2.4. Reaksi pertukaran
Jenis reaksi ini adalah jenis pertukaran antara kation􀍲kation
ataupun pertukaran antar anion, dalam istilah lainnya disebut
dengan ion exchange. Pada peristiwa reaksi pertukaran maka salah
satu produk dapat berupa endapan atau bentuk gas sehingga zat
terpisahkan.
Ba(Cl)2(aq) + Na2SO4 􀂊 2 NaCl + BaSO4(s)
Dalam reaksi ini atom Ba berpindah pasangan dengan atom Cl,
membentuk endapan putih BaSO4.
Contoh lain adalah resin penukar kation
divinilbenzene sulfonat mengikat logam Na+ dan melepaskan ion
H+
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
104
7.2.5. Reaksi netralisasi
Reaksi netralisasi merupakan reaksi penetralan asam oleh basa dan
menghasilkan air. Hasil air merupakan produk dari reaksi antara ion H+
pembawa sifat asam dengan ion hidroksida (OH􀍲) pembawa sifat basa,
reaksi : H+ + OH􀍲 􀂊 H2O
Reaksi : HCl + NaOH 􀂊 NaCl + H2O
Reaksi ion : H+ Cl􀍲 + Na+ OH􀍲 􀂊 Na+ Cl􀍲 + H+ OH􀍲
Reaksi netralisasi yang lain ditunjukan oleh reaksi antara asam sulfat
H2SO4 dengan calcium hidroksida Ca(OH)2, seperti dibawah ini :
Reaksi : H2SO4 + Ca(OH)2 􀂊 CaSO4 + 2 H2O
2 H+ SO4
2􀍲
+ Ca2+ 2 OH􀍲
􀂊 Ca2+ SO4
2􀍲
+ 2H+
2 OH􀍲
7.2.6. Reaksi pembakaran
Reaksi pembakaran dengan defines yang paling sederhana adalah reaksi
dari unsur maupun senyawa dengan oksigen. Reaksi pembakaran ini
ditunjukkan dalam pada persamaan dibawah ini :
Reaksi pembakaran logam besi
4 Fe + 3 O2 􀂊 2 Fe2O3
Dari persamaan tampak bahwa reaksi pembakaran ditunjukkan dengan
adanya gas oksigen. Contoh lain dari reaksi ini adalah pembakaran dari
salah satu campuran bahan bakar :
C7H16 + 11 O2 􀂊 7 CO2 + 8 H2O
Reaksi diatas juga mengindikasikan adanya gas oksigen. Reaksi
pembakaran sering juga disebut dengan reaksi oksidasi, dan akan kita
bahas secara terpisah.
7.3. Reaksi oksidasi dan reduksi.
Reaksi oksidasi dan reduksi sering diistilahkan dengan “reaksi redoks”,
hal ini dikarenakan kedua peristiwa tersebut berlangsung secara
simultan. Oksidasi merupakan perubahan dari sebuah atom atau
kelompok atom (gugus) melepaskan elektron, bersamaan itu pula atom
atau kelompok atom akan mengalami kenaikan bilangan oksidasi.
Demikian pula sebaliknya reduksi adalah perubahan dari sebuah atom
atau kelompok atom menerima atau menangkap elektron. Perhatikan
contoh berikut yang menggambarkan peristiwa atau reaksi oksidasi.
Fe 􀂊 Fe2+ + 2 e
Elektron dilambangkan dengan (e) yang dituliskan pada sebelah kanan
tanda panah dari persamaan reaksi, jumlah elektron yang dilepaskan
setara dengan jumlah muatan pada kedua belah persamaan. Dari reaksi
diatas 2 e, menyetarakan muatan Fe2+.
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
105
Untuk reaksi reduksi dicontohkan oleh persitiwa reaksi
dibawah ini:
Cl2 + 2 e 􀂊 2 Cl􀍲
Reaksi ini menunjukan adanya penarikan atau penangkapan
elektron (e) molekul unsur Cl2 dan menyebabkan molekul
tersebut berubah menjadi anion Cl􀍲. Untuk mempermudah
pengertian, kita dapat sederhanakan makna Cl􀍲, sebagai Cl
kelebihan elektron karena menangkap elektron dari luar.
Reaksi redoks merupakan reaksi gabungan dari reaksi
oksidasi dan reduksi, dan menjadi cirri khas bahwa jumlah
elektron yang dilepas pada peristiwa oksidasi sama dengan
jumlah elektron yang diterima atau di tangkap pada peristiwa
reduksi, perhatikan contoh :
Reaksi oksidasi : Fe 􀂊 Fe2+ + 2 e
Reaksi reduksi : Cl2 + 2 e 􀂊 2 Cl􀍲
Reaksi redoks : Fe + Cl2 􀂊 FeCl2
Total reaksi diatas mengindikasikan bahwa muatan dari besi
dan klor sudah netral, demikian pula dengan jumlah electron
yang sama dan dapat kita coret pada persamaan reaksi
redoksnya.
Peristiwa reaksi redoks selalu melibatkan muatan, untuk hal
tersebut sebelum kita lanjutkan dengan persamaan reaksi
redoks, lebih dulu kita nahas tentang tingkat atau keadaan
oksidasi suatu zat.
7.4. Bilangan Oksidasi
Adalah sebuah bilangan yang ada dalam sebuah unsur dan
menyatakan tingkat oksidasi dari unsur tersebut. Tingkat
oksidasi ini dicapai dalam rangka pencapaian kestabilan
unsur dan konfigurasi elektronnya mengikuti pola gas mulia.
Sehingga ada kecenderungan bahwa bilangan oksidasi sama
dengan jumlah elektron yang dilepas atau ditangkap oleh
sebuah atom.
Beberapa aturan dalam penetapan bilangan oksidasi :
1. Unsur yang ada dalam keadaan bebas di alam
memiliki bilangan oksidasi 0 (nol), seperti Gas mulia
(He, Ne, Ar dst), logam Cu, Fe, Ag, Pt dan lainnya
Gambar 7.2.
2. Molekul baik yang beratom sejenis dan yang tidak
memiliki bilangan oksidasi 0 (nol). Molekul beratom
sejenis misalnya N2, O2, Cl2, H2 dan lainnya. Untuk
Gambar 7.2. Rumus molekul
mencirikan jenis dan jumlah
atom􀍲atom penyusunnya
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
106
1. molekul yang tidak sejenis, misalnya NaCl, K2O, SO2,
NO2, KCl, H2SO2 dan lain sebagainya. Untuk senyawa
yang disusun oleh atom yang tidak sejenis, bilangan
oksidasinya 0 (nol) merupakan jumlah dari bilangan
oksidasi dari atom􀍲atom penyusunnya perhatikan
bagan 7.3.
2. Logam􀍲logam pada golongan IA bermuatan positif
satu (+1).
3. Atom􀍲atom yang berada pada Gol VIIA Halogen
meiliki bilangan oksidasi negatif satu (􀍲1).
4. Bilangan oksidasi atom H, postif satu (+1) kecuali
dalam senyawa hidrida, atom H berikatan dengan
logam seperti NaH : Natrium hidrida, BaH2 : Barium
hidrida, dalam senyawa ini atom memiliki bilangan
oksidasi negatif satu (􀍲1).
5. Bilangan oksidasi atom Oksigen adalah negatif dua
(􀍲2), ada beberapa pengecualian dimana bilang
oksidasi adalah positif dua (+2) pada molekul F2O,
memiliki bilangan oksidasi negatif satu (􀍲1) terdapat
pada molekul H2O2 dan Na2O2.
Jumlah bilangan oksidasi dari satu molekul poliatom yang
berbentuk ion, jumlah bilangan oksidasinya sama dengan
muatan ionnya, sebagai contoh SO4
2􀍲. Untuk atom Oksigen
bilangan oksidasinya 􀍲2, sehingga terdapat muatan 􀍲8,
karena selisih bilangan oksidasi antara atom O dan S adalah
􀍲2, maka bilangan oksidasi S adalah +6.
7.5. Bilangan oksidasi pada senyawa dan ion
Aturan tentang keadaan oksidasi atau bilangan oksidasi
telah kita bahas, namun demikian kita perlu mengetahui
dengan tepat berapa besar bilangan oksidasi sebuah atom
dari sebuah senyawa. Untuk itu mari kita perhatikan
contoh sebagai berikut : tetapkan bilangan oksidasi dari
atom Cl, didalam senyawa KClO3 dan atom Cr pada dalam
ion Cr2O7
􀍲. Perhatikan penyelesaian disebelah pada Bagan
7.4.
Dengan cara yang sama kita dapat tentukan bilangan
oksidasi Cr dalam ion Cr2O7
2􀍲
Misal bilangan oksidasi Cr dalam Cr2O7
2􀍲 = x, Jumlah
oksidasi Cr2O7
2􀍲 = 􀍲2, Bilangan oksidasi O = 􀍲2
7 atom O = 7 (􀍲2) = 􀍲14. Persamaan: 2(x) + (􀍲14) = 􀍲2 dan
harga x = 6.
Jadi bilangan oksidasi Cr dalam ion Cr2O7
2􀍲 = 6
Bagan 7.3. Cara menghitung
bilangan oksidasi dari senyawa
poliatom.
Bagan 7.4. Penetapan bilangan
oksidasi Cl dalam senyawa KClO3
Bilangan oksidasi Cl dalam KClO3
Misal bilangan oksidasi Cl dalam
KClO3 = x.
Bilangan oksidasi KClO3 = 0,
Bilangan oksidasi O dalam
KClO3 = 3(-2) = -6
Bilangan oksidasi K dalam
KClO3 = +1
Maka: 1 + x + (-6) = 0
x = 5
Jadi bilangan oksidasi
Cl dalam KClO3 = 5
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
107
Pada suatu reaksi redoks peristiwa kenaikan dan
penurunan bilangan oksidasi suatu unsur atau kelompok
molekul selalu terjadi dan berlangsung bersamaan. Untuk
hal tersebut kita perlu mengenal dengan cermat perubahan
bilangan oksidasi pada sebuah reaksi kimia. Kita ambil
contoh perubahan bilangan oksidasi dari Cl2 dan atom Mn.
Cl2 + 2K2MnO4 􀑗 2 KCl + 2 KMnO4
Penentuan dari bilangan okPerlu kita ingat, bilangan
oksidasi senyawa adalah 0 (nol), bilangan oksidasi oksigen
perlu 􀍲2 dan logam golngan IA adalah +1.
Bilangan Oksidasi Cl2 = 0.
Bilangan oksidasi Cl dalam KCl adalah 􀍲1, karena K
bermuatan =1, merupakan logam dari Golongan IA.
Dari persamaan Cl mengalami peristiwa reduksi.
Bilangan Oksidasi Mn dalam K2MnO4 adalah.
K2MnO4=0
K = 1+ sebanyak 2 atom, jumlah muatan +2,
O = 2􀍲, sebanyak 4 atom, jumlah muatan 􀍲8
Mn = ?,sebanyak 1 atom, jumlah muatan x
Total muatan senyawa adalah nol ( 0 ).
K2MnO4=0
(+2) + (x) + (􀍲8) = 0
(x) + (􀍲6) = 0
(x) = +6
Bilangan Oksidasi Mn dalam KMnO4
KMnO4
(+1) + (x) + (􀍲8) = 0
(x) + (􀍲7) = 0
(x) = +7
Atom Mn mengalami kenaikan bilangan oksidasi, disebelah
kiri bermuatan +6 berubah menjadi +7 disebelah kanan
tanda panah.
7.6. Menyatarakan persamaan reaksi redoks
Dalam reaksi redoks, hal yang cukup pelik adalah
perubahan untuk beberapa atom atau ion, dimana
perubahannya belum tentu mudah diingat, sehingga kita
sangat memerlukan data perubahan􀍲perubahan tersebut,
seperti yang kita tampilkan dalam Tabel 7.1.
Tabel 7.1. Beberapa perubahan
unsur atau senyawa, ion dalam
reaksi redoks
Oksidator Perubaha
MnO2/PbO2 􀑗 Mn2+/Pb2+
KMnO4 Asam Mn2+
KMnO4 Basa MnO2
K2Cr2O7 􀑗 Cr3+
X2(F, Cl, Br, I) 􀑗 X􀍲
XO3 􀑗 X􀍲
XO 􀑗 X􀍲
KClO3 􀑗 Cl􀍲
NaClO 􀑗 Cl􀍲
H2O2 Asam H2O
H2O2 Basa H2O
H2SO4 􀑗 SO2
HNO3 Pekat NO2
HNO3 Encer NO
H+ 􀑗 H2
+7
0 -1
+6 oksidasi
reduksi
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
108
Untuk menuliskan persamaan reaksi redoks dapat
dilakukan dalam dua cara yaitu cara ion dan cara
bilangan oksidasi.
7.6.1. Cara Ion Elektron
Beberapa langkah menyelesaikan persamaan reaksi
redoks adalah :
1. Tentukan zat yang berperan sebagai oksidator dan
tuliskan reaksi perubahannya.
2. Tentukan zat yang berperan sebagai reduktor dan
tuliskan reaksi perubahannya
3. Seimbangkan persamaan oksidator/reduktor
menurut jumlah atom masing􀍲masing unsur dengan
cara:
a. Jika reaksi berlangsung dalam larutan yang
bersifat netral atau asam, tambahkan H2O atau
H+ untuk menyeimbangkan jumlah atom O dan H.
Perhatikan penyetaraan, untuk setiap kelebihan
1 atom O diseimbangkan dengan menambahkan
satu molekul H2O pada posisi yang berlawanan
(sebelah kiri atau kanan tanda panah),
dilanjutkan dengan penambahan ion H+ untuk
menyeimbangkan atom􀍲atom H.
Contoh:
MnO4
􀍲 􀑗 Mn2+
Sebelum perubahan terdapat 4 atom O
Sesudah perubahan tidak ada atom O
Sebelah kanan tanda panah harus ditambahkan 4
molekul H2O untuk menyeimbangkannya 4 atom
O dan persamaannya:
MnO4􀍲 􀑗 Mn2+ + 4 H2O
Sebelah kanan reaksi terdapat 8 atom H,
sedangkan sebelah kiri reaksi tidak ada atom H,
sehingga ditambahkan 8 ion H+, dan persamaan
reaksi menjadi:
MnO4􀍲 + 8 H+ 􀑗 Mn2+ + 4 H2O
b. Berbeda jika reaksi redoks berlangsung dalam
larutan yang bersifat basa. kelebihan 1 atom
Oksigen diseimbangkan dengan 1 molekul H2O
pada sisi yang sama dan ditambahkan 1 ion OH􀍲
disisi tanda panah yang berlawanan.
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
109
Setiap kelebihan 1 atom H diseimbangkan
dengan menambahkan 1 ion OH􀍲 pada pihak
yang sama, kemudian 1 molekul H2O pada
pihak yang lain.
c. Jika atom H dan O berlebih pada pihak yang
sama, dapat diseimbangkan dengan dengan
menambahkan 1 ion OH􀍲. Perhatikan contoh
pada Bagan 7.4.
4. Jika dalam perubahan, oksidasi suatu unsur
membentuk kompleks dengan unsur lain,
penyeimbangan dilakukan dengan menambah
gugus atau unsur pembentuk kompleks tersebut.
5. Persamaan reaksi juga perlu disetarakan
muatannya dengan cara menambahkan elektron􀍲
elektron.
6. Keseimbangan jumlah elektron yang dilepas
reduktor harus sama dengan jumlah elektron yang
diambil oksidator. Penambahan kedua persamaan
oksidator dan reduktor dan semua elektron
disebelah kiri dan kanan tanda panah saling
meniadakan.
Contoh:
Cu + HNO3 􀑗 Cu(NO3)2 + NO2 + H2O
1) menentukan zat oksidator dan perubahannya
NO3
􀍲 􀑗 NO2
2) menentukan zat reduktor dan perubahannya
Cu 􀑗 Cu2+
3) menyeimbangkan persamaan reaksi oksidator
dan reduktor.
Oksidator:
NO3
􀍲 􀑗 NO2
NO3
􀍲 + 2H+ 􀑗 NO2 + H2O
Reduktor:
Cu 􀑗 Cu2+
4) menyeimbangkan Muatan reaksi.
NO3
􀍲 + 2H+ 􀑗 NO2 + H2O
Jumlah muatan sebelah kiri reaksi adalah:
dalam NO3
􀍲 = 􀍲1
dalam 2H+ = +2
maka jumlah muatan sebelah kiri = (􀍲1) + 2 = +1
Bagan 7.4. Reaksi setengah sel untuk
senyawa NO3
􀍲 dalam suasana basa
NO3- 􀄻 NH3
NO3- + 3 H2O 􀄻 NH3 + 6 OHNO3-
+ 3 H2O + 3 H2O 􀄻 NH3 + 6
OH- + 3 OHNO3-
+ 6 H2O 􀄻 NH3 + 9 OHKelebihan
atom 3 atom Oksigen pada
NO3-, diseimbangkan dengan
menambahkan 3 molekul air pada sisi
ini dan menambahkan ion OHdisebelah
kanan tanda panah. Hal ini
menyebabkan disebelah kanan tanda
panah kelebihan 3 atom yang
selanjutnya ditambahkan kembali
dengan 3 ion OH- pada sisi tersebut
dan diseimbangkan dengan
menambahkan 3 molekul air pada sisi
yang berlawanan sehingga reaksi
menjadi setara.
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
110
Sedangkan sebelah kanan muatannya adalah nol (0).
dalam NO2 = 0
dalam H2O = 0
Maka jumlah muatan sebelah kanan = 0
Penyetaraan selanjutnya dengan menjumlahkan
reaksi oksidator dan reduktornya.
5) Penambahan persamaan oksidator reduktor.
NO3
􀍲 + 2H+ + e 􀑗 NO2 + H2O (x2)
Cu 􀑗 Cu2+ + 2e (x1)
2 NO3
􀍲 + 4H+ + 2e 􀑗 2NO2 + 2H2O
Cu 􀑗 Cu2+ + 2e
2 NO3
􀍲 + 4H+ + Cu 􀑗 2NO2 + 2H2O + Cu2+
Persamaan diatas merupakan peristiwa redoks yang terjadi, Sedangkan untuk
mengoksidasi atom Cu diperlukan 2 nitrat sehingga bilangan oksidasinya naik
menjadi dua (+2)
Disisi lain bilangan oksidasi N pada NO3
􀍲 =
5 dan bilangan oksidasi N pada NO2 = 4,
berarti turun.
Setiap ion Cu2+ di sebelah kanan reaksi mengikat
molekul NO3
􀍲, maka tambahkan 2 ion NO3
􀍲 di
sebelah kiri.
Persamaan menjadi
2 NO3
􀍲 + 4H+ + Cu + 2 NO3
􀍲 􀑗 2NO2 + 2H2O + Cu2+ + 2 NO3
􀍲
Cu + 4 H NO3 􀑗 Cu(NO3)2 + 2 NO2 + 2 H2O
7.6.2. Cara Bilangan Oksidasi
Menyelesaikan persamaan reaksi redoks dengan cara bilangan
oksidasi, dilakukan dalam beberapa tahap :
1) Menentukan bilangan oksidasi atom􀍲atom pada masing􀍲
masing zat yang bereaksi.
2) Menentukan zat mana yang merupakan oksidator dan
mana yang reduktor, oksidator bercirikan adanya
penurunan bilangan oksidasi, sedangkan reduktor
peningkatan bilangan oksidasi.
3) Menentukan jumlah elektron􀍲elektron yang diambil
harus sama dengan jumlah elektron􀍲elektron yang
dilepas.
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
111
4) Melengkapi koefisien􀍲koefisien sehingga reaksi
seimbang.
Perhatikan contoh reaksi berikut :
As2S5 + KClO3 + H2O 􀑗 H3AsO4 + H2SO4 + KCl
Menentukan bilangan Oksidasi
Bilangan oksidasi zat yang bereaksi:
Melakukan pengecekan bilangan untuk atom As dalam As2S5,
Bilangan Oksidasi S adalah 􀍲2
Senyawa As2S5= 0, bilangan oksidasi S dalam As2S5
S = 5(􀍲2) = 􀍲10
Sehingga bilangan oksidasi As dalam As2S5 = +5
Bilangan oksidasi atom Cl dalam KClO3,
KClO3 = 0
Bilangan oksidasi K = +1 dan O = (􀍲2 x 3) = 􀍲6, sehingga Cl = +5
Bilangan oksidasi zat hasil reaksi.
Dari senyawa H3AsO4, bilangan oksidasi masing􀍲masing adalah
H = +3 dan O = 􀍲8, sedangkan As = +5
Untuk H2SO4, bilangan oksidasi masing􀍲masing atom adalah H
= +2, O = 􀍲8
Sehingga bilangan oksidasi menjadi S = +6
KCl 􀑗 bilangan oksidasi masing􀍲masing K = +1 dan Cl = 􀍲1
Menentukan oksidator atau reduktor
Oksidator: Bilangan oksidasinya berkurang
Tingkat oksidasi Cl : +5 pada KClO3 menjadi 􀍲1 pada KCl.
Sehingga yang berperan sebagai oksidator adalah KClO3
Reduktor: bilangan oksidasinya bertambah
Tingkat oksidasi S: 􀍲2 pada As2S5 menjadi +5 pada H2SO4,
sehingga yang berperan sebagai reduktor adalah As2S5
Menentukan jumlah elektron􀍲elektron
Jumlah elektron yang diambil = jumlah elektron yang dilepas
Atom yang mengambil elektron adalah Cl, bilangan
oksidasinya dari +5 menjadi 􀍲1, agar bilangan oksidasinya
berubah menjadi 􀍲1, maka Cl harus mengambil 6 elektron.
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
112
Disisi lain atom S melepas elektron, karena atom berubah
muatannya dari 􀍲2 menjadi +6 , maka elektron yang
dilepaskannya 8 elektron. Sehingga setiap atom S akan
melepas 8 elektron.
Berdasarkan asal senyawa As2S5 maka terdapat 5 atom S,
artinya terdapat 5 atom S melepaskan 5 X 8 = 40 elektron.
Jumlah elektron yang diambil = jumlah elektron yang dilepas
Setiap atom Cl dapat menangkap 6 elektron, sedangkan
elektron yang dilepas oleh atom S sebanyak 40 elektron,
jumlah elektron harus sama, cara yang mudah adalah
mengalikannya.
Untuk Cl dikali 20 sehingga terdapat 20 Cl yang masing􀍲masing
menangkap 6 elektron.
Total elektron yang dapat ditangkap adalah 120 elektron.
20 x Cl (6e) = 120 elektron
Demikian pula untuk S harus dapat melepaskan 120 elektron,
dimana setiap As2S5 dapat melepaskan 40 elektron, sehingga
dibutuhkan 3 molekul As2S5.
3 X As2S5 (40e) = 120 elektron
Melengkapi koofisien reaksi redoks
20 KClO3 + 120 e 􀑗 KCl
3 As2S5 􀑗 H2SO4 + 120 e
As2S5 + KClO3 + H2O 􀑗 H3AsO4 + H2SO4 + KCl
Persamaan reaksi selanjutnya kita sesuaikan
3 As2S5 + 20 KClO3 + 24H2O 􀑗 6 H3AsO4 + 15 H2SO4 + 20KCl
dan kita buktikan jumlah masing􀍲masing atom disebelah kiri dan kanan tanda
panah harus sama.
3 As = 6 6 As
S = 15 15 S
20 K 20 K
20 Cl 20 Cl
48 H 18 H + 30 H
60 O + 24 O 24 O + 60 O
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
113
7.7. Sel Elektrokimia dan Potensial Elektroda
Seperti kita sudah singgung dalam bahasan sebelumnya
bahwa reaksi kimia dapat melepaskan energi maupun
membutuhkan energi. Berdasarkan sifat listrik maka
energi yang dihasilkan reaksi kimia dapat diukur dalam
bentuk energi potensial (E) dengan satuan Volt.
Pembuktian adanya potensial dapat dilakukan dengan
memasukkan dua batang logam ke dalam larutan dan
kedua logam tersebut dihubungkan dengan voltmeter.
Jika kita memasukkan logam yang sama maka voltmeter
akan membaca nilai 0, artinya tidak ada beda potensial.
Jika kita memasukkan dua logam yang berbeda maka
voltmeter menunjukkan nilai tertentu, atau ada beda
potensial yang terbaca voltmeter (Gambar 7.5).
Dua logam yang tercelup dalam larutan dikatakan
sebagai sel, dan logam􀍲logam tersebut dikatakan
sebagai elektroda, yang didefinisikan sebagai kutub
atau lempeng pada suatu sel elektrokimia, dimana arus
memasuki atau meninggalkan sel.
Dua logam atau dua elektroda yang ada dalam sel
elektrokimia memiliki peran tertentu. Elektroda yang
memiliki peran dalam proses pengikatan elektron
(proses reduksi) disebut dengan katoda. Katoda
menarik ion􀍲ion bermuatan positif dan ion􀍲ion tersebut
disebut kation. Sedangkan elektroda yang berperan
dalam pelepasan elektron (proses oksidasi) disebut
anoda. Anoda menarik ion􀍲ion negatif dari larutan
elektrolit, ion􀍲ion ini disebut anion.
Untuk melakukan pengukuran potensial yang dihasilkan
dari sebuah reaksi kimia dipergunakan voltmeter, maka
salah satu elektroda yang dipergunakan adalah
elektroda baku yang telah diketahui potensialnya.
Eksperimen yang dilakukan menunjukan bahwa
elektroda baku yang didapat adalah elektroda Hidrogen
dikenal dengan SHE, standart hidrogen elektroda,
dengan potensial 0.0 Volt.
Dengan ditemukanya Elektroda standart maka disusun
potensial elektroda dari beberapa zat, potensial yang
dipergunakan adalah potensial reduksi dari zat yang
diukur. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan
pembanding elektroda hidrogen (SHE). Lihat Tabel 7.2
Potensial reduksi dari beberapa logam.
Gambar 7.5. Gambar sel
elektrokimia, dengan dua buah
elektroda yang berbeda, beda
potensial terbaca oleh voltmeter
Tabel.7.2. Potensial reduksi dari
beberapa zat
Logam E􀎪 (Volt)
K+ 􀄺 K + e -2,93
Ba2+ 􀄺 K + e -2,90
Ca2+ 􀄺 Ca + 2e -2,87
Na+ 􀄺 Na + e -2,71
Mg2+ 􀄺 Mg + 2e -2,34
Al3+ 􀄺 Al + 3e -1,76
Mn2+ 􀄺 Mn + 2e -1,10
Zn2+ 􀄺 Zn + 2e -0,76
Cr3+ 􀄺 Cr + 3e -0,60
Fe2+ 􀄺 Fe + 2e -0,44
Ni2+ 􀄺 Ni + 2e -0,23
Sn2+ 􀄺 Sn + 2e -0,14
Pb2+ 􀄺 Pb + 2e -0,13
H+ 􀄺 H + e 0,00
Cu2+ 􀄺 Cu + 2e +0,34
Hg+ 􀄺 Hg + e +0,79
Ag+ 􀄺 Ag + e +0,80
Au+ 􀄺 Au+ e +1,50
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
114
Dari tabel dapat kita lihat bahwa zat yang lebih mudah tereduksi dari
elektroda standart hidrogen diberi harga potensial reduksi positif, dan sukar
tereduksi dari diberi harga potensial reduksi negatif. Potensial elektroda
adalah beda potensial suatu unsur terhadap elektroda hidrogen standart
dinyatakan sebagai potensial reduksi.
Oksidator paling kuat adalah Au (unsur yang paling kuat menarik elektron).
Reduktor yang paling kuat adalah K (unsur yang paling mudah melepaskan
elektron). Potensial oksidasi merupakan kebalikan dari harga potensial
reduksi.
Penggunaan elektroda hidrogen cukup rumit, para peneliti kimia
mengembangkan elektroda lainnya dan membandingkannya dengan
elektroda hidrogen.
Beberapa elektroda yang cukup stabil ditemukan yaitu elektroda air raksa
atau Saturated Calomel Electrode (SCE) dan elektroda Perak􀍲Perak klorida
(Ag/AgCl).
Berdasarkan tinjauan energi, sel elektrokimia dibagi menjadi dua bagian. Ada
sel yang menghasilkan energi ketika terjadi reaksi atau reaksi kimia
menghasilkan energi. Sel elektrokimia ini disebut dengan sel volta.
Sebaliknya ada sel yang membutuhkan energi agar terjadi reaksi kimia
didalamnya, sel ini disebut dengan sel elektrolisa.
7.7.1. Sel Volta
Pada sel vota energi yang dihasilkan oleh reaksi kimia berupa energi listrik.
Reaksi yang berlangsung dalam sel volta adalah reaksi redoks.
Salah satu contoh sel volta adalah batere. Misalnya sel yang disusun oleh
elektrode Zn yang dicelupkan dalam larutan ZnSO4 dan elektrode Cu yang
dicelupkan dalam larutan Cu SO4. Kedua larutan dipisahkan dinding yang
berpori. Jika elektroda Zn dan Cu dihubungkan dengan kawat akan terjadi
energi listrik. Elektron mengalir dari elektroda Zn (elektroda negatif) ke
elektroda Cu (elektroda positif).
Pada elektroda Zn terjadi reaksi oksidasi:
Zn 􀑗 Zn2+ + 2e􀍲 E = +0.78
Pada elktroda Cu terjadi reaksi reduksi:
Cu2+ + 2e􀍲 􀑗 Cu E = +0.34
Proses diatas mengakibatkan terjadinya aliran elektron, maka terjadi energi
listrik yang besarnya
Zn 􀑗 Zn2+ + 2e􀍲 E = +0.76 Volt
Cu2+ + 2e􀍲 􀑗 Cu E = +0.34 Volt
Zn + Cu2+􀑗 Zn2+ + Cu E = 1.10 Volt
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
115
7.7.2. Sel Elektrolisa
Dalam sel elektrolisa terjadinya reaksi kimia karena
adanya energi dari luar dalam bentuk potensial atau
arus listrik. Reaksi yang berlangsung pada sel elektrolisa
adalah reaksi yang tergolong dalam reaksi redoks.
Dalam sel elektrolisa katoda merupakan kutub negatif
dan anoda merupakan kutub positif. Arus listrik dalam
larutan dihantarkan oleh ion􀍲ion, ion positif (kation)
bergerak ke katoda (negatif) dimana terjadi reaksi
reduksi. Ion negatif (anion) bergerak ke anoda (positif)
dimana terjadi reaksi oksidasi.
Ingat : Ion positif adalah sebuah atom atau suatu
gugusan atom􀍲atom yang kekurangan satu atau
beberapa elektron. Ion negatif adalah sebuah atom
atau suatu gugusan atom􀍲atom yang kelebihan satu
atau beberapa elektron.
Pada elektrolisa larutan elektrolit dalam air, ion􀍲ion
hidrogen dan ion􀍲ion logam yang bermuatan positif
selalu bergerak ke katoda dan ion􀍲ion OH􀍲 dan ion􀍲ion
sisa asam yang bermuatan negatif menuju ke anoda.
Dengan menggunakan daftar potensial elektroda
standart dapat diketahui apakah suatu reaksi redoks
dapat berlangsung atau tidak, yaitu bila potensial reaksi
redoksnya positif, maka reaksi redoks tersebut dapat
berlangsung. Sebaliknya jika potensial reaksi redoksnya
negatif, reaksi redoks tidak dapat berlangsung.
Perhatikan contoh pada Bagan 7.6.
Reaksi yang terjadi pada proses eletrolisa dibagi
menjadi dua bagian yaitu reaksi yang terjadi pada
katoda dan pada anoda.
Reaksi pada katoda; ion􀍲ion yang bergerak menuju
katoda adalah ion􀍲ion positif dan pada katoda terjadi
reaksi reduksi, perhatikan Gambar 7.7.
Reduksi untuk ion H+
2H+ + 2e􀍲 􀑗 H2
Reduksi untuk ion logam, mengikuti beberapa syarat
yang terkait dengan kemudahan ion logam tereduksi
dibandingkan dengan ion H+. Jika kation lebih mudah
dioksidasi (atau melepaskan elektron), maka air yang
akan direduksi.
Bagan 7.6. Potensial reaksi redoks
sebagai penentu berlangsung atau
tidak berlangsungnya suatu reaksi
Gambar 7.7. Sel Elektrolisis, Katoda
terjadi reaksi reduksi dan pada anoda
terjadi oksidasi
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
116
Ion􀍲ion tersebut meliputi Gol IA dan IIA seperti ion􀍲ion logam
alkali dan alkali tanah, terutama ion Na+, K+, Ca2+, Sr2+, dan
Ba2+. Jika ion􀍲ion tersebut lebih mudah tereduksi dibanding ion
H+, maka ion tersebut akan langsung tereduksi seperti ion􀍲ion
Cu2+, Ni2+, Ag+.
Reaksi pada Anoda merupakan reaksi oksidasi. Ion􀍲ion yang
bergerak ke anoda adalah ion􀍲ion negatif (anion). Reaksi yang
terjadi dipengaruhi oleh jenis elektroda yang dipakai dan jenis
anion.
Anion: ion OH􀍲 dan ion sisa asam.
Jika anoda terdiri dari platina, maka anoda ini tidak mengalami
perubahan melainkan ion negatif yang dioksidasi.
Ion OH􀍲 akan dioksidasi menjadi H2O dan O2.
4 OH􀍲 􀑗 2 H2O + O2 + 4e􀍲
Ion sisa asam akan dioksidasi menjadi molekulnya. misalnya: Cl􀍲
dan Br􀍲
2 Cl􀍲 􀑗 Cl2 + 2e
2 Br􀍲 􀑗 Br2 + 2e
Ion sisa asam yang mengandung oksigen. Misalnya: SO4
2􀍲, PO4
3􀍲
, NO3
􀍲, tidak mengalami oksidasi maka yang mengalami oksidasi
adalah air.
2 H2O 􀑗 4 H+ + O2 + 4e
Bila elektroda reaktif logam ini akan melepas elektron dan
memasuki larutan sebagai ion positif.
Prinsip ini digunakan dalam proses penyepuhan dan
pemurnian suatu logam.
Perhatikan proses elektrolisa larutan garam Natrium Sulfat
dibawah ini,
Na2SO4 􀑗 2Na+ + SO4
2􀍲
Dari tabel tampak bahwa Hidrogen lebih mudah tereduksi
dibandingkan logam Natrium.
Demikian pula jika kita bandingkan antara anion SO4
2􀍲dengan
air, sehingga air akan teroksidasi. Na lebih aktif dari H sehingga
sukar tereduksi, dan SO4
2􀍲 sukar teroksidasi.
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
117
Hasil elektrolisis dari larutan Na2SO4 adalah:
Pada katoda terjadi gas Hidrogen (H2) dari hasil reduksi
H+ dalam bentuk H2O.
Pada Anoda terjadi gas O2 hasil oksidasi dari O2􀍲 dalam
bentuk H2O.
Karena terjadi perubahan air menjadi gas hidrogen dan
oksigen, semakin lama air semakin berkurang, sehingga
larutan garam Na2SO4 semakin pekat. Contoh lain
perhatikan pada Bagan 7.8.
7.8. Hukum Faraday
Faraday mengamati peristiwa elektrolisis melalui
berbagai percobaan yang dia lakukan. Dalam
pengamatannya jika arus listrik searah dialirkan ke
dalam suatu larutan elektrolit, mengakibatkan
perubahan kimia dalam larutan tersebut.
Sehingga Faraday menemukan hubungan antara massa
yang dibebaskan atau diendapkan dengan arus listrik.
Hubungan ini dikenal dengan Hukum Faraday.
Menurut Faraday
1. Jumlah berat (massa) zat yang dihasilkan
(diendapkan) pada elektroda sebanding dengan
jumlah muatan listrik (Coulumb) yang dialirkan
melalui larutan elektrolit tersebut.
2. Masa zat yang dibebaskan atau diendapkan oleh
arus listrik sebanding dengan bobot ekivalen zat􀍲zat
tersebut.
Dari dua pernyataan diatas, disederhanakan menjadi
persamaan :
F
M 􀀠 e .i .t
dimana,
M = massa zat dalam gram
e = berat ekivalen dalam gram = berat atom: valensi
i = kuat arus dalam Ampere
t = waktu dalam detik
F = Faraday
Dalam peristiwa elektrolisis terjadi reduksi pada katoda
untuk mengambil elektron yang mengalir dan oksidasi
pada anoda yang memberikan eliran elektron tersebut.
Dalam hal ini elektron yang dilepas dan yang diambil
dalam jumlah yang sama.
Bagan 7.8. Elektrolisis larutan garam
dapur
Elektrolisa larutan garam NaCl
NaCl 􀄺 Na+ + Cl-
Reaksi reduksi dari ion hidrogen dalam
bentuk H2O menghasilkan gas H2 pada
Katoda
ion klorida lebih teroksidasi pada
anoda dan dihasilkan gas Cl2.
Molekul air berubah menjadi gas H2
dan gugus OH-, sehingga larutan
bersifat basa.
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
118
Bobot zat yang dipindahkan atau yang tereduksi setara
dengan elektron, sehingga masa yang dipindahkan
merupakan gram ekivalen dan sama dengan mol
elektron. Faraday menyimpulkan bahwa Satu faraday
adalah jumlah listrik yang diperlukan untuk
menghasilkan satu ekivalen zat pada elektroda.
Muatan 1 elektron = 1,6 x 10􀍲19 Coulomb
1 mol elektron = 6,023 x 1023 elektron
Muatan untuk 1 mol elektron = 6,023 . 1023 x 1,6 . 10􀍲19
= 96.500 Coulomb
= 1 Faraday
7.9. Sel elektrokimia komersial
7.9.1. Sel volta komersial
Aki atau accumulator merupakan sel volta yang
tersusun atas elektroda Pb dan PbO, dalam larutan
asam sulfat yang berfungsi sebagai elektrolit. Pada aki,
sel disusun dalam beberapa pasang dan setiap pasang
menghasilkan 2 Volt.
Aki umumnya kita temui memiliki potensial sebesar 6
Volt (kecil) sebagai sumber arus sepeda motor dan 12 V
(besar) untuk mobil. Aki merupakan sel yang dapat diisi
kembali, sehingga aki dapat dipergunakan secara terus
menerus. Sehingga ada dua mekanisme reaksi yang
terjadi. Reaksi penggunaan aki merupakan sel volta, dan
reaksi pengisian menggunakan arus listrik dari luar
seperti peristiwa elektrolisa. Mekanisme reaksi
ditampilkan pada Bagan reaksi 7.9.
Batere atau sel kering merupakan salah satu sel volta,
yaitu sel yang menghasilkan arus listrik, berbeda dengan
aki, batere tidak dapat diisi kembali.
Sehingga batere juga disebut dengan sel primer dan aki
dikenal dengan sel sekunder.
Batere disusun oleh Seng sebagai anoda, dan grafit
dalam elektrolit MnO2, NH4Cl dan air bertindak sebagai
katoda (lihat Gambar 7.10). Reaksi yang terjadi pada sel
kering adalah :
Anoda : Zn(s) 􀑗 Zn2+ + 2e
Katoda: MnO2 + 2 NH4
+ +2e 􀑗 Mn2O3 + 2NH3 + H2O
Zn(s) + MnO2 + 2 NH4
+ 􀑗 Zn2+ + Mn2O3 + 2NH3 + H2O
Bagan 7.9. Reaksi penggunaan dan
pengisian aki
Gambar 7.10. Model sel Kering
komersial
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
119
Sel bahan bakar merupakan bagian dari sel volta yang mirip
dengan aki atau batere, dimana bahan bakarnya diisi secara
terus menerus, sehingga dapat dipergunakan secara terus
menerus juga.
Bahan baku dari sel bahan bakar adalah gas hidrogen dan
oksigen, sel ini digunakan dalam pesawat ruang angkasa, reaksi
yang terjadi pada sel bahan bakar adalah :
Anoda : 2 H2 + 4 OH􀍲 􀑗 4 H2O + 4e
Katoda : O2 + 2 H2O + 4e 􀑗 4 OH􀍲
__________________________________
2 H2 + O2 􀑗 2 H2O
7.9.2. Sel elektrolisa dalam industri
Elektrolisa digunakan di dalam industri dan di dalam berbagai
pemanfaatan seperti penyepuhan atau pelapisan atau
elektroplating, sintesa atau pembuatan zat tertentu dan
pemurnian logam.
Elektroplating atau penyepuhan merupakan proses pelapisan
permukaan logam dengan logam lain. Misalnya tembaga dilapisi
dengan emas dengan menggunakan elektrolit larutan emas
(AuCl3).
Emas (anoda) : Au(s) 􀑗 Au3+
(aq) + 3e (oksidasi)
Tembaga (katoda) : Au3+
(aq) + 3e 􀑗 Au(s) (reduksi)
Dari persamaan reaksi tampak pada permukaan tembaga akan
terjadi reaksi reduksi Au3+
(aq) + 3e 􀑗 Au(s). Dengan kata lain
emas Au terbentuk pada permukaan tembaga dalam bentuk
lapisan tipis. Ketebalan lapisan juga dapat diatur sesuai dangan
lama proses reduksi. Semakin lama maka lapisan yang terbentuk
semakin tebal.
Sintesa atau pembuatan senyawa basa, cara elektrolisa
merupakan teknik yang handal. Misalnya pada pembuatan
logam dari garam yaitu K, Na dan Ba dari senyawa KOH, NaOH,
Ba(OH)2, hasil samping dari proses ini adalah terbentuknya serta
pada pembuatan gas H2, O2, dan Cl2. Seperti reaksi yang telah
kita bahas. Dalam skala industri, pembuatan Cl2 dan NaOH
dilakukan dengan elektrolisis larutan NaCl dengan reaksi sebagai
berikut:
NaCl(aq) 􀑗 Na+
(aq) + Cl􀍲
(aq)
Katoda : 2H2O(l) + 2e 􀑗 2OH􀍲
(aq) + H2(g)
Anoda : 2Cl􀍲
(aq) 􀑗 Cl2 + 2e
2H2O(l) + 2Cl􀍲
(aq) 􀑗 2OH􀍲
(aq) + H2(g) + Cl2
Reaksi: 2H2O(l) + 2NaCl(aq) 􀑗 2NaOH(aq) + H2(g) + Cl2
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
120
Proses pemurnian logam juga mengandalkan proses elektrolisa. Proses
pemurnian tembaga merupakan contoh yang menarik dan mudah
dilaksanakan. Pemurnian ini menggunakan elektrolit yaitu CuSO4. Pada proses
ini tembaga yang kotor dipergunakan sebagai anoda, dimana zat tersebut
akan mengalami oksidasi, Cu(s) 􀑗 Cu2+
(aq) + 2e
reaksi oksidasi ini akan melarutkan tembaga menjadi Cu2+. Dilain pihak pada
katoda terjadi reaksi reduksi Cu2+ menjadi tembaga murni. Mula􀍲mula
Cu2+berasal dari CuSO4, dan secara terus menerus digantikan oleh Cu2+ yang
berasal dari pelarutan tembaga kotor. Proses reaksi redoks dalam elektrolisis
larutan CuSO4 adalah :
CuSO4(aq) 􀑗 Cu2+
(aq) + SO4
2􀍲
(aq)
Katoda: Cu2+
(aq) + 2e 􀑗 Cu(s)
Anoda : Cu(s) 􀑗 Cu2+
(aq) + 2e
Pengotor tembaga umumnya terdiri dari perak, emas, dan platina. Oleh
karena E0 unsur Ag, Pt dan Au > dari E0 Cu, maka ketiga logam tidak larut dan
tetap berada di anoda biasanya berupa lumpur. Demikian juga jika pengotor
berupa Fe atau Zn, unsur ini dapat larut namun cukup sulit tereduksi
dibandingkan Cu, sehingga tidak mengganggu proses reduksi Cu.
7.10. Korosi
Korosi atau perkaratan logam merupakan proses
oksidasi sebuah logam dengan udara atau elektrolit
lainnya, dimana udara atau elektrolit akan mengami
reduksi, sehingga proses korosi merupakan proses
elektrokimia, lihat Gambar 7.11.
Korosi dapat terjadi oleh air yang mengandung garam,
karena logam akan bereaksi secara elektrokimia dalam
larutan garam (elektrolit). Pada proses elektrokimianya
akan terbentuk anoda dan katoda pada sebatang logam.
Untuk itu, kita bahas bagaimana proses korosi pada
logam besi. Pertama􀍲tama besi mengalami oksidasi;
Fe 􀑗 Fe2+ + 2e E0 = 0.44 V
dilanjutkan dengan reduksi gas Oksigen;
O2 + 2 H2O + 4e 􀑗 4OH􀍲 E0 = 0.40 V
Kedua reaksi menghasilkan potensial reaksi yang positif
(E = 0.84 V) menunjukan bahwa reaksi ini dapat terjadi.
Jika proses ini dalam suasana asam maka, proses
oksidasinya adalah
O2 + 4 H+ + 4e 􀑗 2 H2O E0 = 1.23 V
Gambar 7.11. Korosi logam Fe dan
berubah menjadi oksidanya
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
121
dan potensial reaksinya semakin besar yaitu:
E = (0.44 + 1.23) = 1.63 Volt.
Dengan kata lain proses korosi besi akan lebih mudah
terjadi dalam suasana asam.
Faktor yang mempengaruhi proses korosi meliputi
potensial reduksi yang negatif, logam dengan potensial
elektrodanya yang negatif lebih mudah mengalami
korosi. Demikian pula untuk dengan logam yang
potensial elektrodanya positif sukar mengalami korosi.
Untuk mencegah terjadinya korosi, beberapa teknik atau
cara diusahakan. Dalam industri logam, biasanya zat
pengisi (campuran) atau impurities diusahakan tersebar
merata didalam logam. Logam diusahakan agar tidak
kontak langsung dengan oksigen atau air, dengan cara
mengecat permukaan logam dan dapat pula dengan
melapisi permukaan logam tersebut dengan logam lain
yang lebih mudah mengalami oksidasi.
Cara lain yang juga sering dipergunakan adalah
galvanisasi atau perlindungan katoda. Proses ini
digunakan pada pelapisan besi dengan seng. Seng amat
mudah teroksidasi membentuk lapisan ZnO. Lapisan
inilah yang akan melindungi besi dari oksidator.
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
122
RANGKUMAN
1. Reaksi pembentukan merupakan penggabungan atom􀍲
atom dari beberapa unsur membentuk senyawa baru.
2. Reaksi penguraian merupakan reaksi kebalikan dari reaksi
pembentukan. Pada reaksi penguraian, senyawa terurai
menjadi senyawa yang lebih sederhana atau menjadi
unsur􀍲unsurnya.
3. Reaksi pengendapan merupakan reaksi yang salah satu
produknya berbentuk endapan atau zat yang sukar larut
didalam air atau pelarutnya.
4. Jenis reaksi ini adalah jenis pertukaran antara kation􀍲
kation ataupun pertukaran antar anion, dalam istilah
lainnya disebut dengan ion exchange.
5. Reaksi netralisasi merupakan reaksi penetralan asam oleh
basa dan menghasilkan air.
6. Reaksi pembakaran dengan definisi yang paling
sederhana adalah reaksi dari unsur maupun senyawa
dengan oksigen.
7. Persamaan reaksi yang dapat langsung mencerminkan
sifat􀍲sifat listrik dituliskan dalam bentuk peristiwa reduksi
dan oksidasi atau lebih dikenal dengan istilah redoks.
8. Unsur yang ada dalam keadaan bebas di alam memiliki
bilangan oksidasi 0 (nol), seperti Gas mulia (He, Ne, Ar
dst), logam Cu, Fe, Ag, Pt dan lainnya.
6. Molekul baik yang beratom sejenis dan yang tidak
memiliki bilangan oksidasi 0 (nol). Untuk senyawa yang
disusun oleh atom yang tidak sejenis, bilangan
oksidasinya 0 (nol) merupakan jumlah dari bilangan
oksidasi dari atom􀍲atom penyusunnya.
7. Logam􀍲logam pada golongan IA bermuatan positif satu
(+1).
8. Atom􀍲atom yang berada pada Gol VIIA Halogen meiliki
bilangan oksidasi negatif satu (􀍲1).
9. Bilangan oksidasi atom H, postif satu (+1) kecuali dalam
senyawa hidrida, bilangan oksidasinya negatif satu (􀍲1).
10. Bilangan oksidasi atom Oksigen adalah negatif dua (􀍲2),
ada beberapa pengecualian dimana bilang oksidasi adalah
positif dua (+2) pada molekul F2O, memiliki bilangan
oksidasi negatif satu (􀍲1) pada molekul H2O2 dan Na2O2.
11. Penyetaraan persamaan reaksi redoks dapat dilakukan
dengan cara ion electron dan bilangan oksidasi.
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
123
12. Elektroda yang memiliki peran dalam proses pengikatan
elektron (proses reduksi) disebut dengan katoda. Katoda
menarik ion􀍲ion bermuatan positif dan ion􀍲ion tersebut
disebut kation. Sedangkan elektroda yang berperan
dalam pelepasan elektron (proses oksidasi) disebut
anoda. Anoda menarik ion􀍲ion negatif dari larutan
elektrolit, ion􀍲ion ini disebut anion.
13. Potensial elektroda adalah beda potensial suatu unsur
terhadap elektroda hidrogen standart yang dinyatakan
sebagai potensial reduksi. Potensial oksidasi merupakan
kebalikan dari harga potensial reduksi.
14. Sel elektrokimia adalah sel yang menghasilkan energi
ketika terjadi reaksi kimia, sebaliknya ada sel yang
membutuhkan energi agar terjadi reaksi kimia
didalamnya, sel ini disebut dengan sel elektrolisa.
15. Ion positif adalah sebuah atom atau suatu gugusan atom􀍲
atom yang kekurangan satu atau beberapa elektron. Ion
negatif adalah sebuah atom atau suatu gugusan atom􀍲
atom yang kelebihan satu atau beberapa elektron. Ion􀍲ion
yang bergerak menuju katoda adalah ion􀍲ion positif dan
pada katoda terjadi reaksi reduksi. Ion􀍲ion yang bergerak
ke anoda adalah ion􀍲ion negatif (anion) dan pada anoda
terjadi reaksi oksidasi.
16. Jumlah berat (masa) zat yang dihasilkan (diendapkan)
pada elektroda sebanding dengan jumlah muatan listrik
(Coulumb) yang dialirkan melalui larutan elektrolit
tersebut. Masa zat yang dibebaskan atau diendapkan oleh
arus listrik sebanding dengan bobot ekivalen zat􀍲zat
tersebut.
17. Elektrolisa digunakan oleh industri dalam berbagai
pemanfaatan seperti penyepuhan atau pelapisan
(electroplating), sintesa atau pembuatan zat tertentu dan
pemurnian logam.
18. Korosi atau perkaratan logam merupakan proses oksidasi
sebuah logam dengan udara atau elektrolit lainnya.
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
124
UJI
KOMPETENSI
Pilihalah salah satu jawaban yang benar
1. Reaksi dari unsur􀍲unsur membentuk senyawa baru
disebut dengan reaksi
A. Reaksi pembentukan
B. Reaksi penguraian
C. Reaksi Pertukaran
D. Reaksi oksidasi
2. Contoh reaksi penguraian yang benar adalah
A. MnO4􀍲 􀑗 Mn2+ + 4 H2O
B. NO3
􀍲 􀑗 NO2
C. 4 Fe + 3 O2 􀂊 2 Fe2O3
D. CaCO3 􀂊 CaO + CO2
3. Dibawah ini merupakan reaksi netralisasi, kecuali
A. HCl + NaOH 􀂊 NaCl + H2O
B. H2SO4 + Ca(OH)2 􀂊 CaSO4 + 2 H2O
C. 4. HNO3 + Cu 􀂊 Cu(NO3)2 + 2 NO2 + 2 H2O
D. HBr + KOH 􀂊 KBr + H2O
4. Zat yang memiliki bilangan oksidasi 0 adalah, kecuali
A. HCl
B. Fe2+
C. Cl􀍲
D. Mn4+
5. Diantara ion􀍲ion berikut pada ion manakah pada unsur
belerang menpunyai bilangan oksidasi terendah:
A. SO4
2􀍲
B. HSO4
􀍲
C. HSO3
􀍲
D. S2􀍲
6. Dari reaksi : Cl2 + 2K2MnO4 􀑗 2 KCl + 2 KMnO4 zat yang
mengalami reduksi adalah
A. Cl2
B. Cl􀍲
C. K2MnO4
D. Mn4+
7. Bilangan Oksidasi dari Oksigen pada senyawa H2O2 adalah
A. 1+
B. 􀍲1
C. 2+
D. 2􀍲
8. Yang termasuk reaksi redoks adalah
A. HCl + NaOH 􀂊 NaCl + H2O
B. H2SO4 + Ca(OH)2 􀂊 CaSO4 + 2 H2O
C. 4. HNO3 + Cu 􀂊 Cu(NO3)2 + 2 NO2 + 2 H2O
D. HBr + KOH 􀂊 KBr + H2O
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
125
9. Reaksi pengendapan terjadi, karena zat ….
A. Sukar larut dalam pelarut
B. Zat terionisasi
C. Zat mudah menguap
D. Benar seluruhnya
10. Senyawa yang dapat membentuk endapan
A. Ba(SO4)2
B. BaCl2
C. BaNO3
D. BaS
Jawablah pertanyaan ini
1. Setarakan reaksi HNO3 + H2S 􀂊 NO + S + H2O
2. Buat persamaan reaksinya FeS2 + O2 􀂊 Fe2O3 + SO2
3. Setarakan reaksi HNO3 + HI 􀂊 NO + I2 + H2O
4. Setarakan : CdS + I2 + HCl 􀂊 Cd(Cl)2 + HI + S
SOAL􀍲SOAL REDOKS DAN SEL ELEKTROKIMIA
1. Diantara ion􀍲ion berikut pada ion manakah pada unsur
belerang menpunyai bilangan oksidasi terendah:
a. SO4
2􀍲
b. HSO4
􀍲
c. HSO3
􀍲
d. S2􀍲
2. Dalam proses elektrolisa larutan CuSO4, arus listrik sebanyak
0,1 Faraday dilewatkan selama 2 jam. Maka jumlah tembaga
yang mengendap pada katoda ialah:
a. 0,05 mol
b. 0,1 mol
c. 0,2 mol
d. 0,25 mol
3. Manakah dari reaksi􀍲reaksi berikut yang bukan reaksi redoks:
a. MnCO3 􀑗 MnO + CO2
b. Cl2 􀑗 2 Cl􀍲 + I2
c. BaCl2 + H2SO4 􀑗 BaSO4 + 2 HCl
d. SO2 + OH􀍲 􀑗 HSO3
􀍲
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
126
4. Kalium permanganat mengoksidasi HCl pekat dengan
persamaan reaksi:
KMnO4 + 8 HCl 􀑗 HCl + MnCl2 + 4 H2O + x Cl2
Berapakah x:
a. 2,5
b. 2
c. 1,5
d. 1
5. Mangan yang tidak dapat dioksidasi lagi terdapat pada ion:
a. MnO4
􀍲
b. MnO4
2􀍲
c. Mn3+
d. MnCl4
2􀍲
Dalam sel elektrolisa terdapat 200 ml larutan CuSO4
1 M. Untuk mengendapkan semua tembaga dengan kuat arus
10 Ampere diperlukan waktu:
a. 965 detik
b. 3860 detik
c. 96500 detik
d. 9650 detik
7. Jika potensial elektroda dari
Zn (Zn2+ + 2e 􀑗 Zn) = 􀍲 0,76 volt
Cu (Cu2++ 2e 􀑗 Cu) = + 0,34 volt
Maka potensial sel untuk reaksi:
Zn2+ + Cu 􀑗 Zn + Cu2+ sama dengan:
a. 􀍲0,42 volt
b. +1,52 volt
c. 􀍲1,10 volt
d. +1,10 volt
8. Reduktor yang digunakan secara besar􀍲besaran untuk
mereduksi bijih besi menjadi logamnya adalah:
a. Na
b. Hidrogen
c. Alumunium (Al)
d. Karbon (C)
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
127
9. Diantara reaksi􀍲reaksi dibawah ini, manakah yang bukan reaksi
redoks:
a. SnCl2 + I2 + 2 HCl 􀑗 SnCl4 + 2 HI
b. H2 + Cl2 􀑗 2 HCl
c. CuO + 2 HCl 􀑗 CuCl2 + H2O
d. Cu2O + C 􀑗 2 Cu + CO
10. Jika senyawa magnesium amonium fosfat MgNH4PO4
dilarutkan dalam air, maka di dalam larutan akan ada ion􀍲ion:
a. Mg2+ dan NH4PO4
2􀍲
b. MgNH4
3+ dan PO4
3􀍲
c. NH4
􀍲 dan MgPO4
􀍲
d. Mg2+, NH4
+ dan PO3􀍲
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
340
DAFTAR PUSTAKA
Anastas and Warner, 2000. Green Chemistry Theory and Practice,Oxford University Press.
Byce C.F.A, 1991, The Structure and Function of Nucleic Acid, Revised Ed, Ports Mouth:
Biochemical Society.
Cotton FA, Darlington, Lawrence D, Lynch, 1973, Chemistry an investigative Approach, Boston,
HoughtonMiffin Company.
Darrel D Ebbink and Mark S Wrington, 1987, General Chemistry, Boston, HoughtonMiffin
Company.
Davis Alison, 2006, Chemitry of Health, London:, national Institute of General Medical Science.
Donal C Gregg, 1971, Principle of Chemistry. Third edition, Boston, Allyin and Beacon.
Graham T.W, and Solomon. 1984, Organic Chemistry, Third edition, New York, John willey and
Sons.
Hutagalung, H. 2004, Karboksilat, USU digital library.
Hassi R dan Abzeni, 1984, Intisari Kimia, Bandung Empat Saudara.
Indah M, 2004, Mekanisme kerja hormone. USU dgital library.
James E Brady, 1990, General chemistry: Principle and Structure. Fifth edition, New York, John
Willey and Sons.
Keenan, C.W. D.C. Klienfilte and JH Wood, 1984, Kimia untuk Universitas, Jilid I, Jakarta,
Erlangga.
Kumalasari, L. 2006, Pemanfaatan Obat tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya. Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol.III, No.1, April 2006.
Lehninger., 1995, Dasar􀍲dasar Biokimia, Jilid I, terjemahan, Thenawijaya Maggy, terjemahan
dari Principle of Biochemistry (1982). Jakarta Erlangga.
Liska, Ken, Pryde Lucy T. 1984, Chemistry for Health Care Proffesionals, Mc Millan publishing
Company.
Mardiani, 2004. Metabolisme Heme, USU digital Library.
Nuijten H., 2007. Air dan Sifat dari air, Pontianak : PDAM Pontianak􀍲Oasen 604 DA.
Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Indonesia, No. 22, tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Republik Indonesia.
LAMPIRAN. A
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
341
Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Indonesia, No. 23, tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.
Rusdiyana, 2004. Metabolisme Asam Lemak, USU digital Library.
Simanjuntak, M.T. dan Silalahi J. 2004, Biokimia USU digital Library
Sudarmaji dkk, 2006: Toksikologi Logam Berat B3 dan dampaknya bagi Kesehatan, Surabaya:
FKM Universitas Airlangga.
Suharsono, 2006, Struktur dan Ekspresi Gen, Bogor: IPB
Timberlake, Karen, C. 2000, Cemistry: An Introduction to General Organic and Biological
Chemistry, London,: Pearso education Inc.
Wahyuni Sri ST. 2003, Materi Ringkas dan Soal Terpadu Kimia SMA, Jakarta : Erlangga.
LAMPIRAN. A
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
342
GLOSSARIUM
􀑐G°’ Perubahan energi bebas standar
2􀍲Deoksi􀍲D􀍲Ribosa Gula pentosa penyusun DNA
Accumulator Lihat Aki
Adenosin Nukleosida yang terdiri atas gugus adenin dan ribosa
Adsorben Zat penyerap
Adsorpsi Penyerapan secara fisika, dengan mengikat molekul yang
diserap pada permukaan adsorben
Aerob Keadaan yang kontak langsung dengan udara atau oksigen
Aerosol Cair Koloid dengan fasa terdispersi cair dan medium
pendispersinya gas
Aerosol Padat Koloid yang disusun oleh fasa terdispersi padat dengan
medium pendispersinya berupa gas
Affinitas Elektron Energi yang dibebaskan oleh sebuah atom untuk menerima
elektron
Air Substansi kimia dengan rumus kimia H2O: satu molekul air
tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen
pada satu atom oksigen, bersifat tidak berwarna, tidak berasa
dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan
100 kpa (1 bar) and temperatur 273,15 K (0 °C), merupakan
suatu pelarut universal
Aki Salah satu aplikasi sel volta yang tersusun atas elektroda Pb
dan PbO, dalam larutan asam sulfat yang berfungsi sebagai
elektrolit
Aldolase Fruktosa
Difosfat
Enzim yang mengkatalisis penguraian fruktosa 1,6􀍲bifosfat
membentuk senyawa gliseraldehida 3􀍲fosfat dan
dihidroksiaseton fosfat melalui reaksi kondensasi aldol
Aldosa Polihidroksi dengan gugus aldehid
Alkalosis Kelebihan oksigen pada sistem respirasi yang mengakibatkan
penurunan kadar CO2, yang memberi dampak pada kenaikan
pH darah
Alkana Senyawa karbon yang memiliki ikatan tunggal
Alkanal Aldehida
Alkanol Senyawa monohidroksi turunan alkana
Alkanon Senyawa karbon yang mempunyai gugus fungsi karbonil
diantara alkil
Alkena Senyawa karbon yang memiliki ikatan rangkap dua
Alkil Alkanoat Senyawa turunan asam karboksilat hasil reaksi dengan
alkohol
Alkohol Primer Senyawa alkohol yang gugus hidroksilnya terikat pada atom C
primer
Alkohol Sekunder Senyawa alkohol yang gugus hidroksilnya terikat pada atom C
sekunder
LAMPIRAN. A
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
343
Alkohol Tersier Senyawa alkohol yang gugus hidroksilnya terikat pada atom C
tersier
Alkoksi Alkana Senyawa yang memiliki gugus fungsi alkoksi yang mengikat
gugus alkil atau aril
Alkuna Suatu hidrokarbon dengan minimal satu ikatan rangkap tiga
Amfoterik Sifat suatu molekul yang dapat berperilaku sebagai asam
yang dapat mendonasikan proton pada basa kuat, atau dapat
juga berperilaku sebagai basa yang dapat menerima proton
dari asam kuat
Amilase Enzim penghidrolisis pati
Amilopektin Polisakarida yang terdiri dari molekul D􀍲Glukopiranosa yang
berikatan 􀉲 (1􀑗 4) glikosidik dan juga mengandung ikatan
silang 􀉲 (1􀑗 6) glikosidik
Amilosa Polisakarida tak bercabang terdiri dari molekul D􀍲
Glukopiranosa yang berikatan 􀉲 (1􀑗 4) glikosidik dalam
struktur rantai lurus
Anhidrat Keadaan senyawa yang kehilangan molekul air
Anoda Elektroda tempat terjadinya reaksi oksidasi
Apoenzim Yaitu bagian enzim yang tersusun dari protein, yang akan
rusak bila suhu terlampau panas
Ar Berat atom relatif yang menggunakan berat atom C sebagai
pembanding
Asam Zat yang memiliki sifat􀍲sifat yang spesifik, misalnya memiliki
rasa asam, dapat merusak permukaan logam juga lantai
marmer atau sering juga disebut dengan korosif
Asam Alkanoat Asam organik yang memiliki gugs fungsi karboksilat
Asam Amino Gugus fungsional karboksilat (COOH) dan amina (NH2) yang
terikat pada satu atom karbon (C􀉲) yang sama
Asam Cuka Asam asetat
Asam Konyugasi Molekul yang dapat mendonorkan protonnya, sehingga
berperan sebagai asam
Asam Lemak Asam alkanoat atau asam karboksilat berderajat tinggi
(memiliki rantai C lebih dari 6)
Asam Lemak Jenuh Asam lemak yang hanya memiliki ikatan tunggal di antara
atom􀍲atom karbon penyusunnya
Asam Lemak Tidak jenuh asam lemak yang hanya memiliki minimal memiliki satu
ikatan rangkap di antara atom􀍲atom karbon penyusunnya
Asam Nukleat Polinukleotida
Asetilena Alkuna yang paling sederhana
Aseton Senyawa alkanon paling sederhana
Asidosis Peningkatan jumlah CO2 dalam darah, sehingga jumlah H2CO3
semakin besar dan terjadi penurunan pH
Atom Bagian terkecil dari sebuah unsure
LAMPIRAN. A
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
344
ATP Adenosine triphosphate, suatu nukleotida yang dikenal di
dunia biokimia sebagai zat yang paling bertanggung jawab
dalam perpindahan energi intraseluler
Aturan Aufbau Aturan ini menyatakan bahwa elektron􀍲elektron dalam suatu
atom akan mengisi orbital yang memiliki energi paling rendah
dilanjutkan ke orbital yang lebih tinggi
Aturan Hund Aturan ini menyatakan bahwa elektron dalam mengisi orbital
tidak membentuk pasangan terlebih dahulu
Aturan Pauli Aturan ini menyatakan bahwa dua elektron didalam sebuah
atom tidak mungkin memiliki ke empat bilangan kuantum
yang sama
Autokatalis Katalisator yang terbentuk dengan sendirinya dalam suatu
reaksi
Basa Zat yang memiliki sifat􀍲sifat yang spesifik, seperti licin jika
mengenai kulit dan terasa getir serta dapat merubah kertas
lakmus biru menjadi merah
Basa Konyugasi Molekul yang menerima proton dan berperan sebagai basa
Batere Sel kering yang merupakan salah satu sel volta yang tidak
dapat diisi kembali
Benzena Senyawa heksatriena yang memiliki ikatan rangkap
terkonjugasi
Bilangan Avogadro Bilangan yang sebanding dengan 6,023 x 1023 partikel
Bilangan Kuantum Azimut Bilangan yang menentukan bentuk dan posisi orbital sebagai
kebolehjadian menemukan tempat kedudukan elektron dan
merupakan sub tingkat energi
Bilangan Kuantum
Magnetik
Bilangan yang menentukan bagaimana orientasi sudut orbital
dalam ruang
Bilangan Kuantum Spin Bilangan yang menggambarkan ciri dari elektron yang
berotasi terhadap sumbunya dan menghasilkan dua arah spin
yang berbeda
Bilangan Kuantum Utama Bilangan ini menentukan tingkat energi satu elektron yang
menempati sebuah ruang tertentu dalam atom, hal ini juga
menjelaskan kedudukan elektron terhadap inti atom
Bilangan Oksidasi Sebuah bilangan yang ada dalam sebuah unsur dan
menyatakan tingkat oksidasi dari unsur tersebut
Biomolekul Molekul yang menyokong aktivitas kehidupan yang tersusun
atas atom􀍲atom: karbon, oksigen, hidrogen, nitrogen, sulfur
dan phospor.
Buih Koloid yang dibentuk oleh fasa terdispersi gas dan medium
pendispersinya cair
Busa Padat Koloid yang fasa terdispersinya gas dan medium
pendispersinya padat
C Asimetri Atom C yang mengikat atom atau molekul yang berbeda
Cincin Piranosa Bentuk siklik dari monosakarida dengan lima karbon dan satu
oksigennya
LAMPIRAN. A
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
345
CMC Carboxymethyl cellulose
Coulomb Satuan muatan listrik
Deaminasi Proses penghilangan gugus amino dari suatu molekul
Defisiensi Vitamin Kekurangan vitamin
Dehidrogenase Enzim yang mengkatalissi reaksi dehidrogenasi
Dehidrohalogenasi Reaksi yang menyebabkan hilangannya hidrogen dan halogen
dari suatu molekul
Dekarboksilasi Reaksi pelepasan molekul CO2
Denaturasi Protein Proses pemecahan atau perusakan ikatan􀍲ikatan kimia yang
lemah dalam protein akibat perlakuan tertentu yang
menyebabkan rusaknya struktur kuartener, tersier bahkan
struktur sekunder protein
Derajat Disosiasi Perbandingan antara banyaknya zat yang terurai dengan
jumlah zat awalnya
Deret Actinida Deret yang seluruh unsurnya memiliki kemiripan sifat dengan
actinium
Deret Lantanida Deret yang seluruh unsurnya memiliki kemiripan yang sama
dan menyerupai unsur lantanium.
Dialisis Pemurnian medium pendispersi dari elektrolit, dengan cara
penyaringan koloid dengan menggunakan kertas perkamen
atau membran yang ditempatkan di dalam air yang mengalir
Dicer Enzim pemotong RNA
Disakarida Sakarida yang tersusun dari dua cincin monosakarida
Disosiasi Peristiwa penguraian zat secara spontan menjadi bagian􀍲
bagian yang lebih sederhana
DNA Deoxyribonucleic Acid, material genetik yang menyimpan
cetak biru seluruh aktivitas sel
DNA Polimerase Enzim yang mengkatalisis replikasi DNA
D􀍲Ribosa Gula pentosa penyusun RNA
Efek Tyndall Penghamburan cahaya oleh partikel􀍲partikel yang terdapat
dalam sistem koloid sehingga berkas cahaya dapat dilihat
jelas walapupun partikelnya tidak tampak
Ektoenzim Enzim yang bekerja di luar sel
Elektroforesa Proses pemisahan koloid yang bermuatan dengan bantuan
arus listrik
Elektrokimia Cabang ilmu yang mempelajari hubungan energi listrik
dengan reaksi kimia
Elektrolisis Air Penguraian molekul air menjadi unsur􀍲unsur asalnya dengan
mengalirkan arus listrik
Elektron Partikel penyusun atom yang bemuatan negatif
Elektron Valensi Elektron pada orbital terluar
Elektronegatifitas Kemampuan suatu atom untuk menarik elektron
Elektroplating Proses pelapisan permukaan logam dengan logam lain
LAMPIRAN. A
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
346
Emulsi Koloid yang dibentuk oleh fasa terdispersi cair didalam
medium pendispersi cair
Emulsi Padat Koloid yang disusun oleh fasa terdispersi cair dalam medium
pendispersi padat
Endoenzim Enzim yang bekerja di dalam sel
Energi Aktivasi Energi kinetik minimum yang harus dimiliki atau diberikan
kepada partikel agar tumbukannya menghasilkan sebuah
reaksi
Energi Bebas Gibbs Energi yang menyertai reaksi yang merupakan ukuran pasti
kecenderungan reaksi
Energi Ikatan Energi yang diperlukan untuk memutuskan ikatan antar atom
dari satu mol senyawa dalam bentuk gas dan dihasilkan
atom􀍲atom gas
Energi Ionisasi Energi terendah yang dibutuhkan sebuah atom untuk dapat
melepaskan elektron valensinya
Enol Senyawa alkohol yang memiliki ikatan rangkap pada atom
karbon yang mengikat gugus hidroksil
Enolase Enzim yang mengkatalisis proses dehidrasi molekul 2􀍲
fosfogliserat menjadi fosfoenol piruvat
Entalpi Kandungan energi suatu zat pada tekanan tetap
Entalpi Pelarutan Entalpi reaksi pelarutan dari satu mol senyawa kedalam
pelarut dan menjadi larutan encer
Entalpi Pembakaran Entalpi reaksi pembakaran sempurna satu mol senyawa
dengan oksigen
Entalpi Pembentukan Entalpi reaksi pembentukan satu mol senyawa dari unsur􀍲
unsurnya
Entalpi penguraian Entalpi reaksi penguraian dari satu mol senyawa menjadi
unsur􀍲unsurnya
Enzim Satu atau beberapa gugus polipeptida (protein) yang
berfungsi sebagai katalis
Enzimologi Ilmu yang mempelajari tentang enzim
Essense Senyawa ester yang digunakan sebagai penambah aroma
sintetis
Eter Lihat alkoksi alkana
Fermi Satuan yang setara dengan 10􀍲5 Å
Formaldehida Senyawa paling sederhana dari aldehida
Fosfatase Enzim yang mengkatalisis reaksi pelepasan gugus fosfat dari
suatu senyawa
Fosfofruktokinase Enzim yang mengkatalisis fosforilasi fruktosa 6􀍲fosfat menjadi
fruktosa 1,6􀍲bifosfat
Fraksi Mol Bilangan yang menyatakan rasio jumlah mol zat terlarut dan
pelarut dalam sebuah larutan
Garam Senyawa yang bersifat elektrolit, dibentuk dari sisa basa atau
logam yang bermuatan positif dengan sisa asam yang
bermuatan negative
LAMPIRAN. A
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
347
Gaya Adhesi Gaya tarik􀍲menarik antar molekul yang tidak sejenis
Gaya Kohesi Gaya tarik antar molekul sejenis
Gaya London Lihat gaya Van der Waals
Gel Lihat emulsi padat
Gaya Van Der Waals Gaya tarik menarik antar dipol dalam suatu zat yang
disebabkan distorsi pada distribusi elektronnya sehingga
terjadi dispersi muatan positif atau dispersi muatan
negatifnya membentuk dipol yang bersifat temporer dalam
setiap atom
Gerak Brown Pergerakan yang tidak teratur (zig􀍲zag) dari partikel􀍲partikel
koloid
Glikogen Homopolimer dari glukosa yang bercabang, terdiri dari
satuan glukosa yang berikatan 􀉲 (1􀑗 4) dan ikatan silang 􀉲
(1􀑗 6) glikosidik, mirip amilopektin
Glikogenesis Pelepasan insulin oleh pankreas akibat peningkatan kadar
gula darah, sehingga hati mengubah glukosa menjadi
glikogen dan asam piruvat, bersamaan dengan pengangkutan
glukosa ke dalam otot.
Glikogenolisis Katabolisme glikogen menjadi glukosa
Glikogenosis Penyakit penimbunan glikogen akibat tidak adanya 1 atau
beberapa enzim yang diperlukan untuk mengubah glikogen
menjadi glukosa (untuk digunakan sebagai energi)
Glikol Dialkohol dengan dua gugus hidroksil saling bersebelahan
Glikolisis Reaksi pemecahan glukosa menghasilkan 2 ATP dan 2
molekul piruvat
Glikosfingolipid Lipid mengandung monosakarida yang terikat pada gugus OH
gugus sfingosin melalui ikatan glikosida
Glikosida Senyawa asetal yang terbentuk dari proses penggantian
gugus hidroksil (OH) dengan gugus alkoksi (OR)
Gliserol Senyawa alkohol yang memiliki 3 gugus hidroksil yang saling
bersebelahan
Gliseroposfolipid Lipida yang dibangun oleh molekul asam lemak, posfat,
gliserol, amino dan alkohol
Glukokinase Enzim yang mengkatalisis fosforilasi D􀍲glukosa yang terdapat
di dalam hati
Glukoneogenesis Reaksi pembentukan glukosa dari molekul non karbohidrat
Glukosa Suatu gula monosakarida, salah satu karbohidrat terpenting
yang digunakan sebagai sumber tenaga bagi hewan dan
tumbuhan dan merupakan salah satu hasil utama fotosintesis
Gugus Alkoksi Gugus 􀍲OR
Gugus Karbonil Gugus yang terdiri dari sebuah atom karbon sp2 yang
dihubungkan kesebuah atom oksigen oleh satu ikatan sigma
dan satu ikatan pi
Hasil Kali Kelarutan Lihat Ksp
LAMPIRAN. A
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
348
Heksokinase Enzim yang mengkatalisis fosforilasi heksosa
Hibrid Resonansi Bentuk stabil yang dibentuk dari proses hibridisasi dan
resonansi ikatan, sehingga memiliki tingkat energi minimum
Hibridisasi Proses perpindahan elektron dari tingkat orbital yang rendah
ke yang lebih tinggi
Hidrasi Reaksi Penyisipan molekul air ke dalam suatu senyawa
Hidrolisis Reaksi penguraian zat oleh air
Hidrolisis Garam Lihat hidrolisis
Hukum Avogadro Pada tekanan dan suhu yang sama, gas􀍲gas yang memiliki
volume yang sama mengandung jumlah molekul yang sama
pula
Hukum Faraday Hukum iini menjelaskan hubungan massa suatu zat yang
berhasil diendapkan oleh energi listrik
Hukum Gay Lussac Lihat hukum perbandingan volume
Hukum Hess Hukum ini menyatakan bahwa entalpi reaksi (􀈴H) hanya
tergantung pada keadaan awal reaksi dan hasil reaksi dan
tidak bergantung pada jalannya reaksi
Hukum Kekekalan Energi Hukum ini menyatakan bahwa dalam perubahan kimia atau
fisika energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, energi
hanya dapat diubah dari satu bentuk ke bentu lainnya
Hukum Kekekalan Massa Hukum ini menyatakan bahwa dalam sebuah reaksi, massa
zat􀍲zat sebelum bereaksi sama dengan massa zat sesudah
bereaksi
Hukum Laplace Hukum ini menyatakan bahwa jumlah kalor yang dilepaskan
dalam pembentukan sebuah senyawa dari unsur􀍲unsurnya
sama dengan jumlah kalor yang dibutuhkan untuk
menguraikan senyawa tersebut menjadi unsur􀍲unsurnya
Hukum Lavoiser Lihat hukum kekekalan massa
Hukum Le Cathelier Hukum ini menyatakan jika suatu sistem berada dalam
keadaan setimbang, dan kedalamnya diberikan sebuah aksi,
maka sistem tersebut akan memberikan reaksi
Hukum Perbandingan
Beganda
Hukum ini menyatakan bahwa dapat terjadi dua macam
unsur membentuk dua senyawa atau lebih, jika unsur
pertama memiliki massa yang sama, maka unsur kedua
dalam senyawa􀍲senyawa tersebut memiliki perbandingan
sebagai bilangan bulat dan sederhana
Hukum Perbandingan
Tetap
Perbandingan massa unsur􀍲unsur penyusun sebuah senyawa
adalah tetap
Hukum Perbandingan
Volume
Hukum ini menyatakan bahwa volume gas􀍲gas yang bereaksi
dan volume gas􀍲gas hasil reaksi, jika diukur pada suhu dan
tekanan yang sama, akan berbanding sebagai bilangan bulat
dan sederhana
Hukum Proust Lihat hukum perbandingan tetap
LAMPIRAN. A
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
349
IDDM Insulin􀍲dependent diabetes mellitus, diabetes melitus akibat
rusaknya sel beta penghasil insulin dalam pangkreas yang
menyebabkan penderitanya sangat tergantung pada pasokan
insulin dari luar
Ikatan Glikosida Ikatan yang menghubungkan dua monosakarida, terbentuk
dengan cara kondensasi gugus hidroksil dari atom karbon
pertama pada monosakarida pertama dengan salah satu
atom karbon nomor 2, 4, atau 6 pada monosakarida kedua
Ikatan Hidrogen Ikatan yang terjadi akibat gaya tarik antarmolekul antara dua
muatan listrik parsial dengan polaritas yang berlawanan
dengan H sebagai atom bermuatan parsial positif.
Ikatan Ion Ikatan yang terjadi karena adanya gaya listrik elektrostatik
antara ion yang bermuatan positif (kation) dengan ion yang
bermuatan negatif (anion)
Ikatan Kovalen Ikatan yang bentuk dengan cara penggunaan elektron secara
bersama
Ikatan Logam Interaksi antar atom di dalam sebuah logam
Ikatan Peptida Ikatan yang terjadi antara gugus karboksilat dari satu asam
amino dengan gugus 􀉲 amino dari molekul asam amino
lainnya dengan melepas molekul air
Ilmu Kimia Ilmu yang mempelajari tentang materi terkait dengan
struktur, susunan, sifat dan perubahan materi serta energi
yang menyertainya
Isobar Unsur yang memiliki nomor massa yang sama, namun
memiliki jumlah proton dan netron yang berbeda
Isomer Dua molekul yang memiliki kesamaan rumus molekul namun
berbeda dalam penataan atom dalam molekulnya
Isoton Kondisi dimana dua unsur memiliki jumlah netron yang sama
Isotop Unsur yang memiliki jumlah elektron dan proton yang sama
namun berbeda jumlah netronnya
IUPAC International Union of Pure and applied Chemistry
Jari􀍲Jari Atom Jarak dari inti atom sampai dengan elektron pada kulit terluar
Jembatan Fosfo Diester Molekul yang menghubungkan unit􀍲unit nukleotida
membentuk DNA atau RNA
Ka Tetapan ionisasi asam
Kalorimeter Alat yang digunakan untuk mengukur kalor yang diserap atau
dilepas suatu zat
Karbohidrat Hidrat suatu karbon: Cx(H2O)y , berupa polihidroksi aldehida
atau polihidroksi keton, turunan senyawa tersebut, dan
berbagai bahan yang bila dihidrolisis menghasilkan senyawa
tersebut
Katabolisme Proses pembongkaran molekul kompleks menjadi molekul
yang lebih sederhana
Katalisator Zat yang berperan untuk menurunkan Energi aktifasi dalam
suatu reaksi kimia
LAMPIRAN. A
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
350
Katoda Elektroda tempat terjadinya reaksi reduksi
Kb Tetapan ionisasi basa
Kecepatan Reaksi Berkurangnya aatu bertambahnya konsentrasi zat A dalam
selang waktu tertentu
Keseimbangan Kimia Reaksi dua arah dimana kecepatan pembentukan produk
sama dengan kecepatan penguraian produk
Keton Lihat alkanon
Ketosa Polihidroksi dengan gugus keton
Ketosis Peristiwa peningkatan senyawa keton dalam darah, jaringan
dan urin, secara abnormal
Km Konstanta michaelis
Koagulasi Pengumpalan
Kodon Kode urutan basa nitrogen tersusun dalam bentuk 'triplet',
yang menyandikan asam amino tertentu atau kode berhenti
Koenzim Bagian enzim yang tidak tersusun dari protein, tetapi dari
ion􀍲ion logam atau molekul􀍲molekul organik
Kolesterol Steroid yang memiliki 27 atom karbon dengan satu gugus
hidroksi pada atom C3 pada cincin A.
Koloid Bagian dari campuran yang memiliki sifat khas karena
memiliki ukuran partikel dengan diameter antara 1 􀍲100 nm
Koloid Dispersi Koloid yang dihasilkan dari proses memperkecil partikel
suspensi
Koloid Kondensasi Partikel koloid yang dibentuk dari partikel larutan
Koloid Liofil Koloid yang memiliki gaya tarik menarik antara partikel􀍲
partikel terdispersi dengan medium pendispersi cairan
Koloid Liofob Koloid yang memiliki gaya tarik menarik yang lemah antara
partikel􀍲partikel terdispersi dengan medium pendispersi
cairan
Koloid Pelindung Koloid yang dapat melindung koloid lain agar tidak
terkoagulasikan
Kondensasi Aldol Reaksi pembentukan senyawa yang mengandung gugus
hidroksil dan gugus karbonil
Konjugasi Deretan ikatan rangkap yang dipisahkan oleh satu ikatan
tunggal
Konsentrasi Besaran yang menyatakan perbandingan zat terlarut dengan
pelarutnya
Korosi logam Proses oksidasi sebuah logam dengan udara atau elektrolit
lainnya, dimana udara atau elektrolit akan mengami reduksi
Kp Tetapan keseimbangan (dalam fase gas)
Ksp Hasil kali konsentrasi ion􀍲ion dalam larutan tepat jenuh dan
tiap konsentrasinya dipangkatkan dengan koofisien reaksinya
Larutan Campuran homogen (serba sama) antara dua zat atau lebih
Larutan Buffer Larutan yang terdiri dari garam dengan asam lemahnya atau
garam dengan basa lemahnya
LAMPIRAN. A
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
351
Larutan Elektrolit Larutan yang zat terlarutnya mengalami ionisasi, atau zat
terlarutnya terurai menjadi ion positif dan negatif
Lipase Enzim yang mengkatalisis reaksi penguraian ester lipid
menjadi asam lemak dan gliserol
Lipid Berasal dari kata lipos (bahasa yunani) yang berarti lemak
Lipolisis Reaksi hidrolisis triasilgliserol oleh lipase yang akan
menghasilkan gliserol dan asam lemak
Massa Jumlah partikel yang dikandung setiap benda
Materi Segala sesuatu yang menempati ruang dan memiliki massa
Meta Posisi substituen dalam cincin benzene pada posisi 1,3
Metabolisme Reaksi kimia yang terjadi di dalam mahluk hidup, mulai dari
mahluk bersel satu yang sangat sederhana seperti bakteri,
jamur, tumbuhan, hewan sampai manusia dengan tujuan
memperoleh, mengubah, dan memakai senyawa kimia dari
sekitarnya untuk kelangsungan hidupnya.
Mol Satuan yang sebanding dengan partikel sebanyak 6,023 x 1023
dalam setiap 1 satuannya
Molalitas Satuan konsentrasi yang menyatakan jumlah mol zat yang
terdapat didalam 1000 gram pelarut
Molaritas Satuan konsentrasi yang didefinisikan sebagai banyak mol zat
terlarut dalam 1 liter (1000 ml) larutan
Molekul Bagian terkecil dari suatu senyawa
Monosakarida Sakarida sederhana yang tidak dapat dihidrolisis menjadi
sakarida yang lebih kecil walaupun dalam suasana yang lunak
sekalipun
Mr Berat molekul relatif yang menggunakan berat atom C
sebagai pembanding
mRNA RNA kurir
NAD Nikotinamida adenin dinukleotida, koenzim yang memiliki
gugus nikotinamida yang berfungsi sebagai pembawa atom
hidrogen dan elektron dalam reaksi redoks intraseluler
NADP Nikotinamida adenin dinukleotida fosfat, fungsi lihat NAD
NADPH Merupakan bentuk tereduksi dari NADP
Netron Partikel penyusun inti yang tidak bermuatan
Normalitas Didefinisikan banyaknya zat dalam gram ekivalen dalam satu
liter larutan
Nukleosida Suatu N􀍲glikosida, yang tersusun atas basa purina atau
pirimidina yang terhubung pada atom karbon anomerik (C􀍲1’)
gula pentosa
Nukleotida Ester fosfat dari nukleosida
Oksidasi Reaksi dari suatu unsur atau senyawa yang mengikat oksigen
Oligosakarida Gabungan dari molekul􀍲molekul monosakarida yang
jumlahnya antara 2 (dua) sampai dengan 8 (delapan) molekul
monosakarida
LAMPIRAN. A
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
352
Orbital Sub tingkat energi
Orto Posisi substituen dalam cincin benzena pada posisi 1,2
Osmosa Lihat osmosis
Osmosis Proses merembesnya atau mengalirnya pelarut ke dalam
larutan melalui selaput semipermiabel
Para Posisi substituen dalam cincin benzena pada posisi 1,4
Pati Merupakan campuran dari dua polisakarida berbeda, yaitu
amilum dan amilopektin
Pelarut Bagian terbesar dalam larutan
Pelarut Universal Pelarut yang dapat berinteraksi dan melarutkan banyak
senyawa kimia
Pemekatan Bertambahnya rasio konsentrasi zat terlarut didalam larutan
akibat penambahan zat terlarut
Pengenceran Berkurangnya rasio zat terlarut didalam larutan akibat
penambahan pelarut
Peptipasi Pemecahan partikel kasar menjadi partikel koloid yang
dilakukan dengan penambahan molekul spesifik
Pereaksi Fehling Reagen yang digunakan untuk membedakan aldehida dan
keton berdasarkan pembentukan endapan merah Cu2O
Pereaksi Tollens Reagen yang digunakan untuk membedakan aldehida dan
keton berdasarkan pembentukan cermin perak
Persen Berat Satuan konsentrasi yang menyatakan banyaknya zat terlarut
dalam 100 gram larutan
Persen Volume Satuan konsentrasi yang menyatakan jumlah volume (ml)
dari zat terlarut dalam 100 ml larutan
pH Derajat keasaman
pH Meter Alat elektronik yang digunakan untuk mengukur pH
Pi Senyawa fosfat anorganik
pOH Derajat kebasaan
Polimerisasi Pembentukan rantai yang panjang dari molekul sederhana
Polisakarida Molekul yang tersusun dari rantai monosakarida, yang dapat
digolongkan ke dalam dua kelompok besar secara fungsional,
yaitu struktural polisakarida dan nutrien polisakarida. Sebagai
komponen struktural, berperan sebagai pembangun
komponen organel sel dan sebagai unsur pendukung intrasel
Polusi Pencemaran yang terjadi akibat perubahan komposisi
penyusun lingkungan tertentu
Potensial Reduksi Beda potensial elektroda yang ukur menggunakan
pembanding SHE
PPi Senyawa pirofosfat anorganik
Prostaglandin Lipid yang mengandung gugus hidroksil (OH) diposisi atom C
nomor 11 dan atom C nomor 15, dan memiliki ikatan rangkap
pada atom C no 13
LAMPIRAN. A
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
353
Protein Senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang
merupakan polimer dari monomer asam amino yang
dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida
Protein Kontraktil Dikenal sebagai protein motil, didalam sel dan organisme
protein ini berperan untuk bergerak seperti aktin dan myosin
Protein Nutrient Sering disebut protein penyimpanan, merupakan protein
yang sebagai cadangan makanan yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan perkembangan
Protein Pengatur Protein yang membantu pengaturan aktifitas seluler atau
fisiologis, contoh: hormon dan repressor.
Proton Partikel penyusun inti yang bermuatan positif
Protein Pertahanan Protein yang memiliki fungsi untuk membangun sistem
pertahanan makhluk hidup dari berbagai bentuk serangan
dari kuman atau organisme lain
Protein Struktural Protein yang berperan untuk menyangga atau membangun
struktur biologi makhluk hidup
Protein Transport Protein yang dapat mengikat dan membawa molekul atau ion
yang khas dari satu organ ke organ lainnya
PVC Poli(vinil klorida)
Reaksi Adisi Reaksi pemutusan ikatan rangkap dengan cara penambahan
unsur baru
Reaksi Dehidrasi Reaksi penghilangan molekul H2O
Reaksi Eksoterm Reaksi yang diikuti dengan pelepasan energi atau
menghasilkan energi,
Reaksi Endoterm Reaksi terjadi apabila kedalamnya diberikan energi atau
reaksi membutuhkan energi
Reaksi Esterifikasi Reaksi pembentukan senyawa ester dari molekul asam
karboksilat dan alkohol
Reaksi Hidrasi Reaksi adisi alkena menggunakan air (H2O) dengan
menggunakan katalis asam
Reaksi Irreversibel Reaksi tidak dapat balik, reaksi yang hanya berlangsung
kearah pembentukan produk
Reaksi Metatesis Reaksi pertukaran ion dari dua buah elektrolit pembentuk
garam
Reaksi Pembakaran Reaksi zat dengan oksigen
Reaksi Reversibel Reaksi dapat balik, reaksi yang dapat berjalan pada dua arah
(pembentukan produk sekaligus penguraian kembali produk
menjadi reaktan)
Redoks Reduksi oksidasi
Reduksi Peristiwa pengeluaran atau pelepasan oksigen dari senyawa
yang mengandung oksigen
Reduksi Alkena Penambahan hidrogen dari gas hidrogen H2 menghasilkan
suatu alkana
RNA Ribonucleic Acid, material genetik yang berperan dalam
ekspresi gen yang diwujudkan dalam bentuk protein
LAMPIRAN. A
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
354
RNAi RNA interference
rRNA RNA ribosomal
Rumus Empiris Rumus kimia yang mencirikan jenis atom dan rasio dari
jumlah atom􀍲atom penyusunnya
Rumus Kimia Lambang dari sebuah zat yang mencerminkan jenis zat dan
jumlah atom􀍲atomnya yang menyusun suatu zat
Rumus Molekul Lambang sebuah molekul yang memberikan informasi
tentang jenis dan jumlah atom􀍲atom secara akurat dari
molekul tersebut
Sabun Garam natrium atau kalium dari asam karboksilat
SCE Saturated Calomel Electrode, elektroda air raksa
Sel Elektrolisa Sel elektrokimia yang membutuhkan energi agar terjadi
reaksi kimia didalamnya
Sel Eukariotik Sel yang telah memiliki membran inti
Sel Leclanche Lihat batere
Sel Volta Sel elektrokimia yang menghasilkan energi ketika terjadi
reaksi atau reaksi kimia menghasilkan energi listrik
Selaput Permeabel Selaput yang hanya dapat dilewati oleh partikel􀍲partikel
dengan ukuran tertentu
Senyawa Karbon Senyawa yang tersusun atas atom C sebagai atom utamanya
Sfingolipida Posfolipida yang memiliki ikatan amida antara asam lemak
dengan sfingosin
SHE Standart hydrogen electrode, elektroda hidrogen standar
Sifat Kimia Sifat yang timbul akibat adanya perubahan materi yang
relatif lebih kekal atau terbentuknya materi yang baru
Sikloalkana Senyawa alkana siklik
Sistem Dispersi Lihat koloid
sma Satuan massa atom, merupakan satuan yang sebanding
dengan 1/12 berat atom 12C
Sol Koloid yang fasa terdispersinya berwujud padat dengan
medium pendispersinya berwujud cair
Sol Padat Koloid yang memiliki fasa terdispersi dan medium
pendispersinya zat padat
Stereoisomer Isomer akibat gugus yang sejajar (cis) atau yang
berseberangan atau (trans)
Steroid Lipid yang memiliki sistem empat cincin yang tergabung.
Cincin A, B dan C beranggotakan enam atom karbon, dan
cincin D beranggotakan lima atom karbon.
Struktur Kekulé Struktur benzena dengan 3 ikatan rangkap yang saling
terkonjugasi
Struktur Primer Protein Rantai polipeptida sebuah protein yang terdiri dari asam􀍲
asam amino yang dihubungkan satu sama lain secara kovalen
melalui ikatan peptida membentuk rantai lurus dan panjang
sebagai untaian polipeptida tunggal
LAMPIRAN. A
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
355
Struktur Sekunder Protein Protein yang sudah mengalami interaksi intermolekul,
melalui rantai samping asam amino.
Struktur Tersier Protein Struktur yang dibangun oleh struktur primer atau sekunder
dan distabilkan oleh interakasi hidrofobik, hidrofilik,
jembatan garam, ikatan hidrogen dan ikatan disulfida (antar
atom S)
Struktur Kuartener
Protein
Hasil interaksi dari beberapa molekul protein tersier, setiap
unit molekul tersier disebut dikenal dengan subunit
Substrat Reaktan dalam reaksi enzimatis
Tabel Periodik Tabel yang berisi nama􀍲nama unsur yang disusun
berdasarkan kenaikan nomor atomnya.
Termokimia Cabang ilmu yang mempelajari hubungan kalor dengan reaksi
kimia
Termolabil Tidak tahan panas tinggi
Terpena Lipid yang memiliki jumlah atom karbon kelipatan 5, dan
tersusun dari unit isoprena yang memiliki 4 atom karbon dan
satu cabang pada C2
Tetrahedral Bentuk 3 dimensi dengan sudut 105
Tingkat Reaksi Kecepatan reaksi pada sistem homogen (satu fase)
berbanding langsung dengan konsentrasi zat􀍲zat yang
bereaksi dipangkatkan dengan koefisien masing􀍲masing zat
yang bereaksi sesuai dengan persamaan reaksinya
TNT 2,4,6􀍲Trinitro toluena, senyawa turunan benzena yang
digunakan sebagi bahan peledak
Toksik Bersifat racun
Toluena Senyawa turunan benzena dengan gugus samping metil
Vitamin C Asam askorbat
Volatil Mudah menguap
Voltmeter Alat elektronik yang digunakan untuk mengukur beda
potensial
Wax Lipid yang dibentuk oleh senyawa asam lemak jenuh dengan
alkohol yang memiliki rantai atom karbon yang panjang
Zat Terlarut Bagian terkecil dalam larutan
Zwitter Ion Senyawa yang memiliki sekaligus gugus yang bersifat asam
dan basa. Pada ph netral bermuatan positif (kation) maupun
bermuatan negatif (anion), mudah larut dalam air karena
bermuatan (air adalah pelarut polar) dan sukar larut dalam
pelarut nonpolar
LAMPIRAN. A
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
356
Lampiran 1 Kunci Jawaban
Sub Bab Ruang lingkup
ilmu Kimia
Unsur dan
Senyawa
Atom dan
Perkembangan
Tabel
Periodik
Ikatan
Kimia Stoikiometri
Hal 11 29 48 59 78 96
No Jawaban
1 A D B B C D
2 D D C A D C
3 C C D B B B
4 C E C D A D
5 D E C C D A
6 C C A B A A
7 C C A B B A
8 D D C C C D
9 A A C D B B
10 C C A C B A
Sub Bab Reaksi Kimia Redoks dan
Elektrokimia
Larutan
Bagian
asam
Larutan
Bagian
garam
Laju
reaksi
reaksi
Energi
Hal 120 139 150 152 178 197
No Jawaban
1 A D C D B B
2 D A C C B B
3 C C D C A A
4 A A C A D D
5 D A D B B D
6 A C B D D A
7 B D B C C B
8 C D D A A D
9 A C B B C D
10 A D C C A C
Sub Bab Koloid Senyawa
Hidrokarbon Aldehid Keton Polimer Biomolekul Pemisahan
Kimia
Hal 216 234 260 273 308 331
No Jawaban
1 D B C D C C
2 B C A B C D
3 C C B D D D
4 A C D A A B
5 B B B C B C
6 B B C C D A
7 C C C B C B
8 C D A D C B
9 D D A D C B
10 C A A B C A
LAMPIRAN. B
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
357
Lampiran 2 Tabel Periodik
LAMPIRAN. B
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
358
Lampiran 3 Daftar Unsur
Nama Simbol Nomor
Atom
Masa
Atom
Nama Simbol Nomor
Atom
Masa
Atom
Aktinium Ac 89 227.028 Mangan Mn 25 54.938
Alumunium Al 13 26.992 Meitnerium Mt 109 266
Antimon Sb 51 121.75 Molibdenum Mo 42 95.940
Argon Ar 18 39.948 Mendelevium Md 101 258
Arsen As 33 74.922 Natrium Na 11 22.989
Astatin At 85 210 Neodinium Nd 60 144.24
Barium Ba 56 137.327 Neon Ne 10 20.197
Belerang S 16 32.066 Neptunium Np 93 237.048
Berilium Be 4 9.012 Nikel Ni 28 58.69
Berkelium Bk 97 247 Niobium Nb 41 92.906
Besi Fe 26 55.847 Nitrogen N 7 14.007
Bismut Bi 83 208.908 Nobelium No 102 259
Boron B 5 10.811 Oksigen O 8 15.999
Cerium Ce 58 140.115 Osmium Os 76 190.23
Curium Cm 96 247 Paladium Pd 46 106.42
Disprosium Dy 66 162.50 Perak Ag 47 107.968
Dubnium Ha 105 262 Platina Pt 78 195.08
Einstenium Es 99 252 Plutonium Pu 94 244
Emas Au 79 196.967 Polonium Po 84 209
Erbium Er 68 167.26 Praseodimum Pr 59 140.908
Europium Eu 63 151.965 Prometium Pm 61 145
Fermium Fm 100 257 Protactinium Pa 91 231.036
Fluorin F 9 18.998 Radium Ra 88 226.025
Fosforus P 15 30.974 Radon Rn 86 222
Fransium Fr 87 223 Raksa Hg 80 200.59
Gadolium Gd 64 157.25 Renium Re 75 186.207
Galium Ga 31 69.923 Rhodium Rh 45 102.906
Germanium Ge 32 72.61 Rubidium Rb 37 85.468
Hafnium Hf 72 178.49 Ruthenium Ru 44 101.07
Helium He 2 4.003 Samarium Sm 62 150.36
Hidrogen H 1 1.008 Scandium Sc 21 44.956
Holmium Ho 67 164.930 Selenium Se 34 78.96
Indium In 49 114.818 Sesium Cs 55 132.905
Iodin I 53 126.904 Silikon Si 14 28.086
Iridium Ir 77 173.04 Stronsium Sr 38 87.62
Iterbium Yb 70 192.22 Talium Tl 81 204.383
Itrium Y 39 88.906 Tantalum Ta 73 180.984
Kadmium Cd 48 112.41 Teknisium Tc 43 98
Kalium K 19 39.906 Tembaga Cu 29 63.546
Kalsium Ca 20 40.078 Timah Sn 50 118.71
Karbon C 6 12.011 Timbal Pb 82 207.22
Klorin Cl 17 35.453 Titanium Ti 22 47.88
Kobal Co 27 58.933 Telurium Te 52 127.60
Kripton Kr 36 83.8 Terbium Tb 65 158.925
Kromium Cr 24 51.996 Thorium Th 90 232.038
Lanthanum La 57 138.906 Tulium Tm 69 168.934
Lawrencium Lr 103 260 Uranium U 92 238.029
Litium Li 3 6.941 Vanadium V 23 50.942
Lutenium Lu 71 174.967 Wolfram W 74 183.85
Magnesium Mg 12 24.305 Xenon Xe 54 131.29
Seng Zn 30 65.39 Zirkonium Zr 40 91.224
LAMPIRAN. B
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
359
Lampiran 4 Konfigurasi Elektron
Z Unsur Konfigurasi Z Unsur Nomor Atom
1 H 1s1 52 Te (Kr), 5s2, 4d10, 5p4
2 He 1s2 53 I (Kr), 5s2, 4d10, 5p5
3 Li (He) 2s1 54 Xe (Kr), 5s2, 4d10, 5p6
4 Be (He) 2s2 55 Cs (Xe), 6s1
5 B (He) 2s2, 2p1 56 Ba (Xe), 6s2
6 C (He) 2s2, 2p2 57 La (Xe), 6s2, 5d1
7 N (He) 2s2, 2p3 58 Ce (Xe), 6s2, 4f2
8 O (He) 2s2, 2p4 59 Pr (Xe), 6s2, 4f3
9 F (He) 2s2, 2p5 60 Nd (Xe), 6s2, 4f4
10 Ne (He) 2s2, 2p6 61 Pm (Xe), 6s2, 4f5
11 Na (Ne), 3s1 62 Sm (Xe), 6s2, 4f6
12 Mg (Ne), 3s2 63 Eu (Xe), 6s2, 4f7
13 Al (Ne), 3s2, 3p1 64 Gd (Xe), 6s2, 4f7, 5d1
14 Si (Ne), 3s2, 3p2 65 Tb (Xe), 6s2, 4f9
15 P (Ne), 3s2, 3p3 66 Dy (Xe), 6s2, 4f10
16 S (Ne), 3s2, 3p4 67 Ho (Xe), 6s2, 4f11
17 Cl (Ne), 3s2, 3p5 68 Er (Xe), 6s2, 4f12
18 Ar (Ne), 3s2, 3p6 69 Tm (Xe), 6s2, 4f13
19 K (Ar), 4s1 70 Yb (Xe), 6s2, 4f14
20 Ca (Ar), 4s2 71 Lu (Xe), 6s2, 4f14, 5d1
21 Sc (Ar), 4s2, 3d1 72 Hf (Xe), 6s2, 4f14, 5d2
22 Ti (Ar), 4s2, 3d2 73 Ta (Xe), 6s2, 4f14, 5d3
23 V (Ar), 4s2, 3d3 74 W (Xe), 6s2, 4f14, 5d4
24 Cr (Ar), 4s2, 3d4 75 Re (Xe), 6s2, 4f14, 5d5
25 Mn (Ar), 4s2, 3d5 76 Os (Xe), 6s2, 4f14, 5d6
26 Fe (Ar), 4s2, 3d6 77 Ir (Xe), 6s2, 4f14, 5d7
27 Co (Ar), 4s2, 3d7 78 Pt (Xe), 6s1, 4f14, 5d9
28 Ni (Ar), 4s2, 3d8 79 Au (Xe), 6s1, 4f14, 5d10
29 Cu (Ar), 4s1, 3d10 80 Hg (Xe), 6s2, 4f14, 5d10
30 Zn (Ar), 4s2, 3d10 81 Ti (Xe), 6s2, 4f14, 5d10, 6p1
31 Ga (Ar), 4s2, 3d10, 4p1 82 Pb (Xe), 6s2, 4f14, 5d10, 6p2
32 Ge (Ar), 4s2, 3d10, 4p2 83 Di (Xe), 6s2, 4f14, 5d10, 6p3
33 As (Ar), 4s2, 3d10, 4p3 84 Po (Xe), 6s2, 4f14, 5d10, 6p4
34 Se (Ar), 4s2, 3d10, 4p4 85 At (Xe), 6s2, 4f14, 5d10, 6p5
35 Br (Ar), 4s2, 3d10, 4p5 86 Rn (Xe), 6s2, 4f14, 5d10, 6p6
36 Kr (Ar), 4s2, 3d10, 4p6 87 Fr (Rn), 7s1
37 Rb (Kr), 5s1 88 Ra (Rn), 7s2
38 Sr (Kr), 5s2 89 Ac (Rn), 7s2, 6d1
39 Y (Kr), 5s2, 4d1 90 Th (Rn), 7s2, 6d2
40 Zr (Kr), 5s2, 4d2 91 Pa (Rn), 7s2, 5f2, 6d1
41 Nb (Kr), 5s1, 4d4 92 U (Rn), 7s2, 5f3, 6d1
42 Mo (Kr), 5s1, 4d5 93 Np (Rn), 7s2, 5f4, 6d1
43 Tc (Kr), 5s2, 4d5 94 Pu (Rn), 7s2, 5f6
44 Ru (Kr), 5s2, 4d6 95 Am (Rn), 7s2, 5f7
45 Rh (Kr), 5s2, 4d7 96 Cm (Rn), 7s2, 5f7, 6d1
46 Pd (Kr), 5s2, 4d8 97 Bk (Rn), 7s2, 5f9
47 Ag (Kr), 5s1, 4d10 98 Cf (Rn), 7s2, 5f10
48 Cd (Kr), 5s2, 4d10 99 Es (Rn), 7s2, 5f11
49 In (Kr), 5s2, 4d10, 5p1 100 Fm (Rn), 7s2, 5f12
50 Sn (Kr), 5s2, 4d10, 5p2 101 Md (Rn), 7s2, 5f13
51 Sb (Kr), 5s2, 4d10, 5p3 102 No (Rn), 7s2, 5f14
LAMPIRAN. B
Kim
Lamp
mia Kesehatan, D
piran 5 D
Direktorat Pembina
Daftar Energ
aan Sekolah Men
gi Ionisasi K
nengah Kejuruan
Kation
2007
360
LAMPIRAN. B
Kim
Lamp
mia Kesehatan, D
piran 6 D
Direktorat Pembina
Daftar Tetap
aan Sekolah Men
pan Ionisasi
nengah Kejuruan
i Asam lema
2007
ah pada 250C
361
LAMPIRAN. B
Kim
Lam
mia Kesehatan, D
mpiran 6
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
362
LAMPIRAN. B 2
Kim
Lam
mia Kesehatan, D
mpiran 6
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
363
LAMPIRAN. B
Kim
Lam
mia Kesehatan, D
mpiran 6
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
364
LAMPIRAN. B
Kim
Lam
mia Kesehatan, D
mpiran 6
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
365
LAMPIRAN. B 5
Kim
Lam
mia Kesehatan, D
mpiran 6
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
366
LAMPIRAN. B
Kim
Lam
Sumb
mia Kesehatan, D
mpiran 6
ber: Harvey, D
Direktorat Pembina
David. 2000. M
aan Sekolah Men
Modern Analy
nengah Kejuruan
lytical Chemis
2007
stry. New York: McGraw
367
Hill Compan
7
nies
LAMPIRAN. B
Kim
Lamp
Meng
Sumb
Longm
mia Kesehatan, D
piran 7 D
gingat nilai p
er: Vogel, A.
man Group.
Direktorat Pembina
Daftar Tetap
pKw pada 25
I. 1989. Textb
aan Sekolah Men
pan Ionisasi
5 °C adalah 1
book of Quan
nengah Kejuruan
Basa lemah
14, nilai pKb
ntitative Chem
2007
h pada 25 °C
b = 14 – pKa
mical Analysis
a.
s. 5th Edition.
368
London:
LAMPIRAN. B 8
Kim
Lamp
mia Kesehatan, D
piran 8 D
Direktorat Pembina
Data Hasil k
aan Sekolah Men
kali Kelarut
nengah Kejuruan
tan dari beb
2007
berapa Bahan Kimia.
369
Kim
Lam
mia Kesehatan, D
mpiran 8
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
370
LAMPIRAN. B 0
Kim
Lam
mia Kesehatan, D
mpiran 8
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
371
LAMPIRAN. B 1
Kim
Lam
Sumb
mia Kesehatan, D
mpiran 8
ber: Harvey, D
Direktorat Pembina
David. 2000. M
aan Sekolah Men
Modern Analy
nengah Kejuruan
lytical Chemis
2007
stry. New York: McGraw
372
Hill Compan
2
nies
LAMPIRAN. B
Kim
Lamp
mia Kesehatan, D
piran 9 P
Direktorat Pembina
Potensial Re
aan Sekolah Men
duksi Stand
nengah Kejuruan
dar
2007
373
LAMPIRAN. B 3
Kim
Lam
mia Kesehatan, D
mpiran 9
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
374
LAMPIRAN. B 4
Kim
Lam
mia Kesehatan, D
mpiran 9
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
375
LAMPIRAN. B 5
Kim
Lam
mia Kesehatan, D
mpiran 9
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
376
LAMPIRAN. B 6
Kim
Lam
mia Kesehatan, D
mpiran 9
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
377
LAMPIRAN. B 7
Kim
Lam
mia Kesehatan, D
mpiran 9
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
378
LAMPIRAN. B 8
Kim
Lam
mia Kesehatan, D
mpiran 9
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
379
LAMPIRAN. B 9
Kim
Lam
Sumb
mia Kesehatan, D
mpiran 9
ber: Harvey, D
Direktorat Pembina
David. 2000. M
aan Sekolah Men
Modern Analy
nengah Kejuruan
lytical Chemis
2007
stry. New York: McGraw
380
Hill Compan
0
nies
LAMPIRAN. B
Kim
Lamp
mia Kesehatan, D
piran 10
Direktorat Pembina
Eltalpi Pe
Standar (􀀧
aan Sekolah Men
mbentukan
Gf°) dan En
nengah Kejuruan
n Standar (
ntropi Abso
2007
􀀧Hf°), Ene
olut (S°).
ergi Bebas
381
Pembentuk
1
kan
LAMPIRAN. B
Kim
Lam
mia Kesehatan, D
mpiran 10
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
382
LAMPIRAN. B
Kim
Lam
mia Kesehatan, D
mpiran 10
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
383
LAMPIRAN. B
Kim
Lam
mia Kesehatan, D
mpiran 10
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
384
LAMPIRAN. B
Kim
Lam
Sumb
mia Kesehatan, D
mpiran 10
ber: Harvey, D
Direktorat Pembina
David. 2000. M
aan Sekolah Men
Modern Analy
nengah Kejuruan
lytical Chemis
2007
stry. New York: McGraw
385
Hill Compan
5
nies
LAMPIRAN. B
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
386
INDEX
2-Deoksi-D-Ribosa 309,312 Atom 33
Accumulator 113,114,118 Aturan Aufbau 42,45
Adenin 310,311 Aturan Hund 42,45
Aerosol Cair 215 Aturan Pauli 42,45
Aerosol Padat 215 Autokatalis 166,181
Affinitas Elektron 58 Basa 135
Air 161, 281 Basa Konyugasi 135
Aki 113,114,118 Basa Nitrogen 311,312
Aldosa 283 Basa Pirimidin 311, 312
Alkana 250 Basa Purin 311, 312
Alkanal 245 Batere 114,118
Alkanol 247 Benzena 260,261
Alkanon 244 Bilangan Avogadro 87,92
Alkena 229 Bilangan Kuantum
Azimut 42,45
Alkil Alkanoat 251 Bilangan Kuantum
Magnetik 42,45
Alkohol Primer 247 Bilangan Kuantum Spin 42,45
Alkohol Sekunder 247 Bilangan Kuantum Utama 42-45
Alkohol Tersier 247 Bilangan Oksidasi 105
Alkoksi Alkana 250 Biomolekul 281
Alkuna 234 Bohr 135
Amfoterik 292 Bronsted 135
Amilase 289 Buih 215
Amilopektin 289 Busa Padat 2.5
Anoda 113 C-Asimetri 224
Apoenzim 294 Cincin Piranosa 285
Ar 90 CMC 289
Arhenius 82, 84 Coulomb 118
Asam 135 De Broglie 43
asam alkanoat 301 Dehidrohalogenasi 187
Asam amino 292 Denaturasi Protein 292
Asam Cuka 135, 301 Dendrit 18
LAMPIRAN. C
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
387
Asam Konyugasi 135 Derajat Disosiasi 154, 156
Asam Lemak 301 Deret Actinida. 53
Asam Lemak Jenuh 301 Deret Lantanida 53
Asam Lemak Tidak Jenuh 301 Dextro 287
Asam Stearat 301 Dialisis 175 – 176
Asetilena 234 Disakarida 223, 225
Asetofenon 244 Disosiasi 287
Aseton 244 Gliseroposfolipid 306
DNA 247, 250, 253 Glikol 304
DNA Polimerase 255 Glikosfingolipid 306
Efek Tyndall 172 Glikosida 283
Elektroforesis 175, 177 Gliserol 304
Elektrokimia 103, 112 Glukosa 285
Elektron 25 – 36 Guanin 310
Elektron Valensi 40 – 43, 46 - 51 Gugus Alkoksi 250
Elektronegatifitas 44, 47, 55 – 56 Gugus Karbonil 244,254
Elektroplating 130 Guldenberg 160
Emulsi 206 Hasil Kali Kelarutan 168
Emulsi Padat 207 Heliks Ganda 294
Emulsifier 228 Hemoglobin 293
Endoenzim 259 Hibridisasi 69
Energi Aktivasi 139, 142 Hidrolisis 147
Energi Bebas Gibbs 110 – 111 Hidrolisis Garam 145
Energi Ikatan 192 Hukum Avogadro 85, 87
Energi Ionisasi 43, 44 Hukum Faraday 117
Entalpi Pelarutan 191 Hukum Gay Lussac 86
Entalpi Pembakaran 191 Hukum Hess 85
Entalpi Pembentukan 190 Hukum kekekalan energi 85,87
Entalpi Penguraian 190 Hukum Kekekalan massa 85
Entalpi 188 Hukum Laplace 104
Entropi 197 Hukum Le Cathelier 151
Enzim 293,295 Hukum Perbandingan
Berganda 62, 63
LAMPIRAN. C
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
388
Eter 250,251 Hukum Perbandingan
Tetap 62, 63
Fasa Dispersi 215 Hukum Perbandingan
Volume 62, 64
Fermi 18 Ikatan Glikosida 225 – 228, 242
Formaldehida 246 Ikatan Hidrogen 54 – 56
Fraksi Mol 78 Ikatan Ion 46 – 47, 51, 55
Garam 142 Ikatan Kovalen 48 – 51, 55
Gaya Adhesi 221 Ikatan Logam 53
Gaya Kohesi 221 Ikatan Peptida 232
Gaya London 54 Inti Atom 25 – 26, 28
Gaya Van Der Waals 54 Isobar 28, 35
Gel 215 Kp 150, 153
Isomer 227 Ksp 159
Isoton 27, 28 Larutan 77 – 90
Isotop 27 Larutan Buffer 147
IUPAC 104, 197, 203, 212 Larutan Elektrolit 129
Jari-jari atom 43 - 44 Ka 85
Jembatan Fosfodiester 253 Kalorimeter 107
John Tyndall 172 Karbohidrat 220 - 241
Julius Thomson 40 Lothar Matheus 40
Katabolisme 20 Lowry 83
Katalisator 140, 142 Lavoiser 62
Katoda 117, 124 – 133 Levo 224
Kayu Manis 200 Lewis 83
Kb 135 Lipid 237 - 245
Kecepatan Reaksi 175 Medium Pendispersi 171
Kelenjar Keringat 13, 16 Membran Sel 19
Kenaikan Titik Didih 163 – 165, 168 Mendelleyev 40
Kesetimbangan Kimia 150 – 154, 155 Mentol 237, 243
Keton 244 Meta 260
Ketosa 242 Mikroskop Elektron 25
Koagulasi 294 Mol 64, 66 – 70
Kodon 309 Molalitas 132
LAMPIRAN. C
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
389
Koenzim 294 Molaritas 132
Kolagen 307 Molekul 25, 34 – 35
Kolesterol 307 Monosakarida 285
Koloid 171 – 175 Mr 65 – 66
Koloid Asosiasi 175 mRNA 310
Koloid Dispersi 215 Mutarotasi 224
Koloid Kondensasi 215 Netron 26, 28, 29
Koloid Liofil 216 Normalitas 79, 89
Koloid Liofob 216 Nukleosida 311
Koloid Pelindung 217 Nukleotida 312
Konsentrasi 180 Nukleus 18, 19, 20
Orbital 40 Oksidasi 104
Orto 260 Reaksi Dehidrasi 205
Osmosa 167, 168 Reaksi Eksoterm 187
Osmosis 167 Reaksi Asam Halida 230
Para 212 Oligosakarida 287
Pati 226, 228 Reaksi Endoterm 187
Pelarut 77 – 81 Reaksi Esterifikasi 254
Pelarut Universal 221 Reaksi Halogenasi 230,234
Pemekatan 134 Reaksi Hidrasi 188, 192
Pengenceran 134 Reaksi Metatesis 144
Penurunan Tekanan Uap 206 Reaksi Pembakaran 104
Penurunan Titik Beku 210 Redoks 104
Pepsin 295 Reduksi 104
Peptipasi 284 Reduksi Alkena 229
Pereaksi Fehling 247 Rumus Kimia 24
Pereaksi Tollens 247 Rumus Molekul 23
Persen Berat 131 Rutherford 36
Persen Volume 131 Sabun 254
pH 135 Sel 113
pH Meter 137 Sel Elektrokimia 114 , 118
LAMPIRAN. C
Kimia Kesehatan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2007
390
pOH 135 Tingkat Reaksi 178
Polimerisasi 270 TNT 259
Polisakarida 289 Toluena 260
Potensial Reduksi 113 Trigliserida 304
Proses Kontak 167 Unsur 15
Prostaglandin 303 Urea 168
Protein 293,294 Sel Elektrolisa 115, 119
Protein Globular 293 Sel Leclanche 114
Protein Kontraktil 293 Senyawa 81
Protein Nutrient 293 Senyawa Hidrokarbon 224
Protein Pengatur 293 Sfingolipida 306
Protein Pertahanan 293 SHE 114
Protein Serabut 293,294 Sifat Koligatif Larutan 206
Protein Struktural 293,294 Sikloalkana 259
Protein Transport 293,294 sma 91
Proton 18 Sol 215
Proust 86 Sol Padat 216
Ribosa 285 Stabilizer 217
RNA 285 Stereoisomer 230
Robert Brown 215 Steroid 307
Roult 162 Struktur Kekulé 285
Rumus Empiris 25 Struktur Kuartener Protein 293,295
SCE 125 Struktur Primer Protein 293, 295
Tabel Periodik 52 Struktur Sekunder Protein 293,295
Tahap Reaksi 177 Struktur Tersier Protein 293,295
Tekanan Osmotik 211 Van Het Hoff 206
Tekanan Osmotik 211 Volatil 247,249
Teknik Busur Bredig 218 Voltmeter 113
Termodinamika 196 Wax 305
Termokimia 187 Zat Terlarut 128
Terpena 307 Zwitter Ion 293
Tetrahedral 224
Timin 311-312
LAMPIRAN. C

0 komentar: