____ Baca Baca: SMK 10 Tata Busana_Ernawati Html BSE_______welcome
Share |

Minggu, 28 Februari 2010

SMK 10 Tata Busana_Ernawati Html














Ernawati
Izwerni
Weni Nelmira
TATA BUSANA
SMK
JILID 1
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional
Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional
Dilindungi Undang-undang
TATA BUSANA
Untuk SMK
JILID 1
Penulis : Ernawati
Izwerni
Weni Nelmira
Editor : Winarti
Perancang Kulit : TIM
Ukuran Buku : 17,6 x 25 cm
Diterbitkan oleh
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional
Tahun 2008
ERN ERNAWATI
t Tata Busana untuk SMK Jilid 1 /oleh Ernawati, Izwerni,
Weni Nelmira ---- Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan
Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
xii, 154 hlm
Daftar Pustaka : LAMPIRAN A.
Glosarium : LAMPIRAN D.
ISBN : 978-979-060-035-5
ISBN : 978-979-060-035-2
KATA SAMBUTAN
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat
dan karunia Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen
Pendidikan Nasional, telah melaksanakan kegiatan penulisan
buku kejuruan sebagai bentuk dari kegiatan pembelian hak cipta
buku teks pelajaran kejuruan bagi siswa SMK. Karena buku-buku
pelajaran kejuruan sangat sulit di dapatkan di pasaran.
Buku teks pelajaran ini telah melalui proses penilaian oleh Badan
Standar Nasional Pendidikan sebagai buku teks pelajaran untuk
SMK dan telah dinyatakan memenuhi syarat kelayakan untuk
digunakan dalam proses pembelajaran melalui Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 45 Tahun 2008 tanggal 15 Agustus
2008.
Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada seluruh penulis yang telah berkenan mengalihkan hak
cipta karyanya kepada Departemen Pendidikan Nasional untuk
digunakan secara luas oleh para pendidik dan peserta didik SMK.
Buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada
Departemen Pendidikan Nasional ini, dapat diunduh (download),
digandakan, dicetak, dialihmediakan, atau difotokopi oleh
masyarakat. Namun untuk penggandaan yang bersifat komersial
harga penjualannya harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan
oleh Pemerintah. Dengan ditayangkan soft copy ini diharapkan
akan lebih memudahkan bagi masyarakat khsusnya para
pendidik dan peserta didik SMK di seluruh Indonesia maupun
sekolah Indonesia yang berada di luar negeri untuk mengakses
dan memanfaatkannya sebagai sumber belajar.
Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini.
Kepada para peserta didik kami ucapkan selamat belajar dan
semoga dapat memanfaatkan buku ini sebaik-baiknya. Kami
menyadari bahwa buku ini masih perlu ditingkatkan mutunya.
Oleh karena itu, saran dan kritik sangat kami harapkan.
Jakarta, 17 Agustus 2008
Direktur Pembinaan SMK

iv
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT,
karena atas izin-Nya jugalah kami dapat menyelesaikan buku yang
berjudul ”TATA BUSANA”. Buku Tata Busana ini disusun berdasarkan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) tahun 2006 dan berdasarkan SKKNI yang terdiri dari X
BAB, mencakup standar kompetensi baik kompetensi dasar, kompetensi
kelompok inti, dan kelompok kompetensi spesialisasi.
Kelompok unit kompetensi inti/utama terdiri dari menggambar
busana, mengukur tubuh pelanggan sesuai dengan desain, membuat
pola busana dengan teknik konstruksi, membuat pola busana dengan
teknik konstruksi diatas kain, membuat pola busana dengan teknik
drapping, membuat pola busana dengan teknik kombinasi, memilih bahan
baku busana sesuai dengan desain, melakukan pengepresan, menjahit
dengan tangan dan menjahit dengan mesin (Sewing), memotong
(Cutting) dan penyelesaian busana (Finishing) menyiapkan tempat kerja
yang ergonomik serta mampu menerapkan kesehatan dan keselamatan
kerja ditempat kerja.
Buku ini disusun untuk memenuhi tuntutan KTSP dan SKKNI
dibidang keahlian Tata Busana. Penulis telah berusaha agar buku ini
dapat memenuhi tuntutan tersebut di atas, juga dapat menambah
pengetahuan dan keterampilan siswa SMK secara umum dan masyarakat
pencinta busana secara khusus. Buku ini ditulis dengan bahasa yang
jelas dan keterangan yang rinci sehingga mudah dimengerti baik oleh
guru maupun oleh siswa
Dengan terbitnya buku Tata Busana ini, semoga dapat menambah
rujukan pengetahuan tentang tata busana dan juga dapat memberikan
arti yang positif bagi kita semua. Kami berharap semoga semua yang
telah kita lakukan mendapatkan ridho dari Allah, dan semoga beliau
senantiasa melimpahkan taufik dan hidayah-Nya, agar penulis, editor dan
penilai melalui tulisan ini dapat meningkatkan mutu pendidikan SMK
secara khusus.
Akhir kata dengan segala kerendahan hati penulis, bila ada kritik
dan saran dari pembaca akan kami terima dengan senang hati. Tak lupa
penulis mengucapkan terimakasih kepada orang tua, suami, dan anakanak
tercinta atas dukungannya, seterusnya terimakasih untuk semua
pihak yang telah memberikan dukungan baik berupa moril maupun
materil agar terwujudnya buku ini. Semoga apa yang telah kami terima
dari semua pihak, mudah-mudahan mendapat imbalan dari Allah
Subhanahuwataala dan menjadi amal baik bagi kita semua, amin
yarobbil’alamin.
Tim Penulis

v
DAFTAR ISI
KATA SAMBUTAN ................................................................. iii
KATA PENGANTAR ............................................................... iv
DAFTAR ISI ............................................................................. v
PETA STANDAR KOMPETENSI ........................................... ix
JILID 1
BAB I. PENDAHULUAN
A. Asal usul busana .......................................................... 3
B. Pengertian Busana ....................................................... 23
C. Fungsi busana .............................................................. 25
D. Pengelompokan busana............................................... 26
E. Pemilihan busana ......................................................... 27
BAB II. PELAYANAN PRIMA
A. Melakukan komunikasi di tempat kerja .................. 35
B. Bantuan untuk pelanggan internal dan eksternal .. 42
C. Menjaga Standar persentasi personal ................... 54
D. Melakukan pekerjaan secara tim ........................... . 56
E. Menangani kesalah-pahaman antar budaya.......... 58
BAB III. KESEHATAN, KESELAMATAN dan KEAMANAN KERJA
A. Dasar-dasar K-3 dan keamanan kerja ................. 69
B. Standar operasional prosedur k-3.......................... 83
C. Hukum K-3 yang berlaku secara internasional ...... 83
D. Prosedur K-3 di tempat kerja (custum made) ........ 85
E. Menangani situasi darurat ...................................... 86
F. Jenis - jenis kecelakaan kerja ................................ 86
G. Menerapkan praktek K-3 ........................................ 92
H. Merapikan area dan tempat kerja........................... 93
BAB IV. TEKNIK MENJAHIT BUSANA
A. Tusuk dasar menjahit ............................................ 101
B. Kampuh dasar (menggabungkan).......................... 105
C. Teknik menjahit bagian-bagian busana ................. 108
D. Belahan busana...................................................... 124
E. Menyelesaikan busana dengan alat jahit tangan... 139
F. Menyiapkan tempat kerja ...................................... 141
G. Mengerjakan pengepresan..................................... 147
H. Menerapkan praktek K3 dalam mengepres........... 151
vi
JILID 2
BAB V. PEMILIHAN DAN PEMELIHARAAN BAHAN TEKSTIL
A. Klasifikasi serat tekstil ............................................ 155
B. Pemilihan bahan tekstil .......................................... 178
C. Pemeliharaan Bahan Tekstil .................................. 187
D. Pemeliharan busana (mencuci busana) ................ 189
BAB VI. DESAIN BUSANA
A. Pengertian desain................................................... 195
B. Jenis-jenis desain ................................................... 196
C. Unsur-unsur desain ................................................ 201
D. Prinsip-prinsip desain ............................................. 211
E. Penerapan unsur dan prinsip desain pada busana 213
F. Alat dan bahan untuk mendesain .......................... 214
G. Anatomi tubuh untuk desain................................... 216
H. Menggambar bagian-bagian busana ..................... 236
I. Pewarnaan dan penyelesaian gambar .................. 240
BAB VII. MEMBUAT POLA BUSANA
A. Pengertian pola busana .......................................... 245
B. Konsep dasar membuat pola busana ..................... 252
C. Membuat pola busana dengan teknik draping ....... 255
D. Membuat pola busana dengan teknik konstruksi ... 263
E. Membuat pola busana dengan teknik konstruksi di atas
kain .......................................................................... 283
F. Membuat pola busana dengan teknik kombinasi ... 306
G. Menyimpan pola...................................................... 314
vii
JILID 3
BAB VIII. PECAH POLA BUSANA SESUAI DENGAN DESAIN
A. Konsep dasar pecah pola busana wanita .................... 317
B. Pecah pola rok sesuai dengan desain ......................... 319
C. Pecah pola blus sesuai dengan desain........................ 325
D. Pecah pola celana sesuai dengan desain ................... 330
BAB IX. MEMOTONG, MENJAHIT, PENYELESAIAN (Cutting, Sewing,
Finishing)
A. Menyiapkan tempat kerja ....................................... 332
B. Menyiapkan bahan ................................................. 333
C. Meletakkan pola di atas bahan............................... 339
D. Memotong bahan sesuai pola pakaian .................. 343
E. Memindahkan tanda-tanda pola ............................. 350
F. Menjahit................................................................... 353
G. Gangguan dan perbaikan mesin jahit .................... 372
H. Pelaksanaan menjahit ............................................ 374
BAB X. MENGHIAS BUSANA
A. Menyiapkan tempat kerja, alat dan bahan ................... 383
B. Konsep dasar menghias busana.................................. 384
C. Membuat desain hiasan untuk busana ........................ 391
D. Memindahkan desain hiasan pada kain atau busana.. 404
E. Membuat hiasan pada kain atau busana ..................... 404
F. Menyimpan kain/busana yang telah dihias ................. 419
G. Merapikan area dan alat kerja ...................................... 419
LAMPIRAN
A. DAFTAR PUSTAKA
B. DAFTAR TABEL
C. DAFTAR GAMBAR
D. GLOSARIUM
viii
ix
PETA STANDAR KOMPETENSI
BIDANG KEAHLIAN BUSANA “Custom-made”
CLOTHING STANDARD COMPETENCY “Custom-made”
KELOMPOK DASAR
A. PELAYANAN PRIMA/CUSTOMER CARE
1. Memberikan pelayanan secara prima kepada pelanggan
2. Melakukan pekerjaan dalam lingkungan sosial dan beragama
B. KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA/ OCCUPATIONAL
HEALTH & SAFETY
1. Mengikuti prosedur kesehatan keselamatan dan keamanan
dalam bekerja
KELOMPOK INTI
C. GAMBAR/DRAWING
1. Menggambar busana
D. POLA/PATTERN MAKING
1. Mengukur tubuh pelanggan dengan cermat dan tepat sesuai
dengan kebutuhan desain.
2. Membuat pola busana dengan teknik konstruksi
3. Membuat pola busana dengan teknik konstruksi di atas kain
4. Membuat pola busana dengan teknik draping
5. Membuat pola busana dengan teknik kombinasi
E. BAHAN BAKU / MATERIAL
1. Pemilihan/pembelian bahan baku busan sesuai desain
F. POTONG / CUTTING
1. Memotong bahan
G. PENJAHITAN/SEWING
1. Menjahit dengan mesin
2. Menyelesaikan busana dengan jahitan tangan
3. Membuat hiasan pada busana
H. PEMELIHARAAN / MAINTENANCE & REPAIR
1. Memelihara alat jahit
I. PENYETRIKAAN / PRESSING
1. Melakukan pengepresan
x
J. PENYELESAIAN / FINISHING
1. Melakukan penyempurnaan akhir busana
KELOMPOK PENUNJANG
K. DESAIN / FASHION DESIGN
1. Membuat desain busana
L. STANDAR MUTU / QUALITY CONTROL
1. Mangawasi mutu pekerjaan busana
M. PEMASARAN / MARKETING
1. Menghitung harga jual hasil produk
KELOMPOK UNIT KOMPETENSI
DASAR/UMUM
1. 39. Bus. C-m. CC. 01.A :
Memberikan pelayanan secara prima kepada pelanggan
2. 39. Bus. C-m. CC. 02. A :
Melakukan pekerjaan dalam lingkungan sosial yang beragama
3. 39. Bus. C-m. OH&S. 03.A :
Mengikuti prosedur kesehatan, keselamatan dan keamanan
dalam bekerja
KELOMPOK UNIT KOMPETENSI INTI/UTAMA
1. 39. Bus. C-m. FDR. 04. A :
Menggambar busana
2. 39. Bus. C-m. PAT. 06. A :
Mengukur tubuh pelanggan sesuai dengan desain
3. 39. Bus. C-m. PAT. 07. A :
Membuat pola busana dengan teknik konstruksi
4. 39. Bus. C-m. PAT. 08. A :
Memuat pola busana dengan teknik konstruksi diatas kain
5. 39. Bus. C-m. PAT. 09. A :
Membuat pola busana dengan teknik draping
6. 39. Bus. C-m. PAT. 10. A :
Membuat pola busana dengan teknik kombinasi
7. 39. Bus. C-m MAT. 11. A :
Memilih/membeli bahan baku busana sesuai busana
8. 39. Bus. C-m. CUT. 12. A :
Memotong bahan
xi
9. 39. Bus. C-m. PRES. 13. A :
Melakukan pengepresan
10. 39. Bus. C-m. SEW. 14. A :
Menjahit dengan mesin
11. 39. Bus. C-m. SEW. 15. A :
Menyelesaikan busana dengan jahitan tangan
12. 39. Bus. C-m. SEW. 16. A :
Membuat hiasan pada busana
13. 39. Bus. C-m. FNS. 17. A :
Melakukan penyelesaian akhir busana
14. 39. Bus. C-m. MR. 18. A :
Memelihara alat jahit
KELOMPOK UNIT KOMPETENSI
SPESIALISASI/PILIHAN
1. 39. Bus. C-m. FDS. 05. A :
Membuat desain busana
2. 39. Bus. C-m. QC. 19. A :
Mengawasi mutu pekerjaan dibidang lingkungan busana
3. 39. Bus. C-m. MK. 20. A :
Menghitung harga jual hasil produksi
xii
1
BAB I
PENDAHULUAN
Kata ”busana” diambil dari bahasa Sansekerta ”bhusana”. Namun
dalam bahasa Indonesia terjadi penggeseran arti ”busana” menjadi
”padanan pakaian”. Meskipun demikian pengertian busana dan pakaian
merupakan dua hal yang berbeda. Busana merupakan segala sesuatu
yang kita pakai mulai dari ujung rambut sampai ke ujung kaki. Busana ini
mencakup busana pokok, pelengkap (milineris dan aksesories) dan tata
riasnya. Sedangkan pakaian merupakan bagian dari busana yang
tergolong pada busana pokok. Jadi pakaian merupakan busana pokok
yang digunakan untuk menutupi bagian-bagian tubuh.
Busana yang dipakai dapat mencerminkan kepribadian dan status
sosial sipemakai. Selain itu busana yang dipakai juga dapat
menyampaikan pesan atau image kepada orang yang melihat. Untuk itu
dalam berbusana banyak hal yang perlu diperhatikan dan pertimbangkan
sehingga diperoleh busana yang serasi, indah dan menarik.
Ilmu tata busana adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana
cara memilih, mengatur dan memperbaiki, dalam hal ini adalah busana
sehingga diperoleh busana yang lebih serasi dan indah. Seiring dengan
pengertian tata busana di atas, dalam buku ini akan dibahas secara rinci
ilmu yang menyangkut tata busana terutama yang tercantum pada
standar kompetensi dan kompetensi dasar bidang keahlian Tata Busana
untuk SMK. Diharapkan pengetahuan ini dapat membantu siswa maupun
semua pihak yang terlibat pada bidang busana untuk lebih memahami
ilmu busana secara umum.
Pada Bab pendahuluan buku tata busana dibahas tentang asal
usul busana, pengertian busana, fungsi busana, pengelompokan busana
serta pemilihan busana. Semua ini tidak termasuk kepada tuntutan
kompetensi tetapi sangat diperlukan sebagai pengantar sebelum
membahas tentang tata busana yang diharapkan berdasarkan standar
kompetensi dan kompetensi dasar. dalam buku ini disebar pada
beberapa bab yang komprehensif dan diharapkan mudah dipahami.
Pelayanan prima (customer care), membicarakan tentang
pengertian pelayanan prima, jenis-jenis pelayanan, karakter pelanggan,
jenis-jenis kebutuhan pelanggan dan penanganan kebutuhan pelanggan.
Selain itu juga dibahas tentang melakukan komunikasi ditempat kerja,
memberikan bantuan untuk pelanggan internal dan eksternal, standar
persentasi personal, melakukan pekerjaan dalam lingkungan sosial yang
beragam yang meliputi komunikasi dengan pelanggan dan kolega dari
latar belakang yang berbeda dan menangani kesalahpahaman antar
budaya.
Hal yang tidak kalah pentingnya adalah kesehatan, keselamatan
dan keamanan kerja (K3). Ini penting sekali diperhatikan pada saat
bekerja terutama pekerjaan yang beresiko baik terhadap diri sendiri,
2
tempat kerja maupun produk yang dikerjakan. K3 yang dibahas
mencakup dasar-dasar K3, standar operasional prosedur K3, hukum dan
prosedur K3 serta menangani situasi darurat. Hukum K3 yang berlaku
secara international, prosedur K3 ditempat kerja (custum made), Jenisjenis
kecelakaan kerja, menerapkan praktek kesehatan dan keselaman
kerja serta merapikan area dan tempat kerja.
Pengetahuan alat jahit dan pemeliharaannya menyiapkan tempat
kerja dan alat menjahit dengan tangan. Menyelesaikan busana dengan
teknik jahit tangan, serta merapikan area dan tempat kerja. Bab V adalah
teknik menjahit busana membahas tentang teknik dasar menjahit,
kampuh dasar, teknik menjahit bagian-bagian busana, belahan busana,
menyiapkan tempat dan alat press, mengerjakan pengepresan dan
menerapkan praktek K3 dalam mengepres.
Pemilihan dan pemeliharaan bahan tekstil membahas tentang
klasifikasi serat tekstil, pemeliharaan bahan tekstil, bahan utama busana,
bahan pelapis dan bahan pelengkap serta pemeliharaan busana. Desain
busana mencakup pengertian desain, jenis-jenis desain, unsur-unsur
desain, prinsip-prinsip desain, penerapan unsur dan prinsip desain pada
busana, alat dan bahan untuk mendesain, anatomi tubuh untuk desain,
menggambar bagian-bagian busana, serta pewarnaan dan penyelesaian
gambar.
Membuat pola busana mencakup pengertian pola busana, konsep
dasar membuat pola busana, membuat pola busana dengan teknik
draping, membuat pola busana dengan teknik konstruksi, membuat pola
busana dengan teknik konstruksi di atas kain dan menggambar pola
dengan teknik kombinasi.
Dalam buku ini juga dibahas beberapa teknik pecah pola busana
sesuai dengan desain, terdiri dari konsep dasar pecah pola busana,
pecah pola rok sesuai desain, pecah pola blus sesuai desain dan pecah
pola celana sesuai dengan desain. Bab IX Memotong bahan, menjahit
dan penyelesaian (cutting, sewing, finishing) membahas tentang tempat
kerja, menyiapkan bahan, meletakkan pola diatas bahan, memotong
bahan sesuai pola pakaian, serta mengemas pola dan potongan bahan
bagian-bagian busana (bundeling).
Membuat hiasan pada busana membahas tentang tempat kerja
dan alat, konsep dasar menghias busana, membuat desain hiasan untuk
busana, memindahkan desain hiasan pada kain atau busana, membuat
hiasan pada kain atau busana, menyimpan busana atau kain yang telah
dihias serta merapikan area dan alat kerja.
Materi yang diuraikan di atas, terkelompok pada standar
kompetensi yang terdiri dari standar kompetensi kejuruan dan
kompetensi kejuruan yang tersebar kepada beberapa kompetensi dasar.
Agar dapat mengikuti perkembangan zaman terutama perkembangan
IPTEKS diharapkan siswa selalu mengupdate ilmunya dengan
perkembangan yang ada dilingkungannya sehingga kompetensi yang
3
diperoleh, baik kognitif, afektif maupun psikomotor sesuai dengan yang
dibutuhkan stakeholders atau pengguna.
Berikut ini akan dijelaskan secara singkat tentang pengetahuan
dasar tata busana yang meliputi asal-usul busana, pengertian busana,
fungsi busana, pengelompokan busana dan pemilihan busana.
A. Asal Usul Busana
Busana merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia
disamping kebutuhan makanan dan tempat tinggal. Hal inipun sudah
dirasakan manusia sejak zaman dahulu dan berkembang seiring
dengan perkembangan kebudayaan dan peradaban manusia. Dilihat
dari sejarah perkembangan kebudayaan manusia, dapat kita pelajari
hal-hal yang ada hubungannya dengan busana.
Pada dasarnya busana yang berkembang dimasyarakat dewasa
ini merupakan pengembangan dari bentuk dasar busana pada
peradaban Barat. Namun busana baratpun hadir atas sumbangan
yang tumbuh dari tiga akar budaya yaitu Yunani Kuno, Romawi dan
Nasrani. Seiring dengan perkembangan zaman, busana mengalami
perubahan sesuai dengan perkembangan Ilmu, pengetahuan,
teknologi dan seni (IPTEKS).
Pada zaman prasejarah manusia belum mengenal busana
seperti yang ada sekarang. Manusia hidup dengan cara berburu,
bercocok tanam dan hidup berpindah-pindah dari suatu tempat ke
tempat lain dengan memanfaatkan apa yang mereka peroleh di alam
sekitarnya. Ketika mereka berburu binatang liar, mereka
mendapatkan dua hal yang sangat penting dalam hidupnya yaitu
daging untuk dimakan dan kulit binatang untuk menutupi tubuh. Pada
saat itu manusia baru berfikir untuk melindungi badan dari pengaruh
alam sekitar seperti gigitan serangga, pengaruh udara, cuaca atau
iklim dan benda-benda lain yang berbahaya.
Cara yang dilakukan manusia untuk melindungi tubuhnya pada
saat itu berbeda-beda sesuai dengan alam sekitarnya. Di daerah
yang berhawa dingin, manusia menutup tubuhnya dengan kulit
binatang, khususnya binatang-binatang buruan yang berbulu tebal
seperti domba. Kulit binatang tersebut dibersihkan terlebih dahulu dari
daging dan lemak yang menempel lalu dikeringkan. Hal ini biasanya
dilakukan oleh kaum wanita. Begitu juga dengan daerah yang panas,
mereka memanfaatkan kulit kayu yang direndam terlebih dahulu lalu
dipukul-pukul dan dikeringkan. Ada juga yang menggunakan daundaun
kering dan rerumputan. Selain itu ada yang memakai rantai dari
kerang atau biji-bijian yang disusun sedemikian rupa dan untaian gigi
dan taring binatang. Untaian gigi dan taring binatang ini dipakai di
bagian leher, pergelangan tangan, pergelangan kaki dan pada
panggul sebagai penutup bagian-bagian tertentu pada tubuh.
Pemakaian untaian gigi, taring dan tulang, selain berfungsi
untuk penampilan dan keindahan juga berhubungan dengan
4
kepercayaan atau tahayul. Menurut kepercayaan mereka, dengan
memakai benda-benda tersebut dapat menunjukkan kekuatan atau
keberanian dalam melindungi diri dari roh-roh jahat dan agar selalu
dihormati. Cara lain adalah dengan menoreh tubuh dan wajah dan
diberi bahan pewarna yang lebih dikenal men “tattoo”. Namun
mentatto menurut Roosmy M Sood dalam Dra. Arifah A Rianto, M.Pd
(2003:44) bahwa semua yang dilakukan oleh masyarakat primitif
belum dapat dikatakan berbusana karena seni berbusana baru
muncul setelah masyarakat mengenakan penutup tubuh dari kulit
binatang, kulit kayu atau bahan-bahan tenunan.
Bersamaan dengan penemuan bahan busana baik dari kulit
binatang maupun kulit kayu dan cara pemakaiannya maka lahirlah
bentuk dasar busana. Bentuk dasar busana yang terdapat di
Indonesia, yaitu kutang, pakaian bungkus, poncho, kaftan dan celana.
Untuk lebih jelasnya, bentuk dasar busana akan diuraikan satu
persatu.
1. Kutang.
Bentuk dasar kutang merupakan bentuk pakaian yang tertua,
bahkan sebelum orang mengenal adanya kain lembaran yang berupa
tenunan, orang sudah mengenal bentuk pakaian ini. Bentuk kutang
menyerupai silinder atau pipa tabung yang berasal dari kulit kayu
yang dipukul-pukul sedemikian rupa sehingga kulit tersebut terlepas
dari batangnya dan dipakai untuk menutupi tubuh dari bawah ketiak
sampai panjang yang diinginkan. Pada zaman dahulu penduduk asli
Amerika yaitu suku Indian sudah mengenal pohon kutang yang
kulitnya dipakai sebagai penutup tubuh.
Negeri asal kutang yaitu Asia, lalu dibawa ke Iran, Asia kecil,
Mesir dan Roma di Eropa. Di Asia dan Afrika bentuk pakaian ini
menjadi bentuk utama pakaian walaupun berbeda ukuran panjang
dan bentuknya. Ada beberapa jenis pakaian kutang yang dikenal yaitu
:
a. Tunik
Tunik atau disebut juga tunika merupakan salah satu bentuk
busana kutang yang dikenal pada zaman prasejarah.
Pemakaiannya dari bawah buah dada sampai mata kaki yang
diberi dua buah tali / ban ke bahu. Bentuk pakaian ini sering
dipakai oleh wanita dan pria Mesir zaman purbakala. Pada
perkembangannya bentuk tunik dan cara pemakaiannya
disesuaikan dengan tingkat dan golongan pemakai; seperti tunik
talaris dipakai oleh para consul, tunik dengan ukuran
pendek(sebatas lutut), longgar dan memakai lengan panjang
hanya boleh dipakai oleh orang-orang istana. Tunik yang
sederhana dengan hiasan kancing pada leher dan pinggang
dipakai oleh golongan menengah pada abad ke 6 s.d ke 5 SM di
Bizentium. Abad ke 5 SM s.d abad ke 1 sesudah masehi di Roma
5
ada tunik permata. Perkembangannya sampai abad ke 5 sesudah
masehi panjangnya sampai pertengahan betis. Dengan masuknya
agama islam di Aceh maka terbawa pulalah setelan celana
dengan tunik yang datang dari Pakistan yang selanjutnya disebut
dengan baju kurung.
Gambar 1. Macam-macam tunik
6
b. Kandys
Kandys merupakan busana yang berasal dari bentuk
kutang yang dipakai oleh pria Hebren di Asia Kecil pada zaman
prasejarah. Busana ini longgar dengan lipit-lipit pada sisi sebelah
kanan dan lengannya berbentuk sayap.
Gambar . 2 Kandys
7
c. Kalasiris
Kalasiris yaitu busana wanita Mesir zaman prasejarah.
Kalasiris berbentuk dasar kutang, panjangnya sampai mata kaki,
longgar dan lurus, adakalanya memakai ikat pinggang dan lengan
setali. Kalasiris kadang-kadang dipakai bersama mantel dan cape
yang berbentuk syaal sebagai tambahan.
Gambar .3 Kalasiris
8
2. Pakaian bungkus
Bentuk pakaian bungkus merupakan pakaian yang
berbentuk segi empat panjang yang dipakai dengan cara dililitkan
atau dibungkus ke badan mulai dari dada, atau dari pinggang
sampai panjang yang diinginkan seperti celemek panggul.
Pakaian bungkus ini tidak dijahit, walaupun pada saat pakaian
bungkus ini muncul jarum jahit sudah ada. Pemakaian pakaian
bungkus ini dengan cara dililitkan ke tubuh seperti yang ada di
India yang dinamakan sari, toga dan palla di Roma, chiton dan
peplos di zaman Yunani kuno, kain panjang dan selendang di
Indonesia.
Gambar 4. Bentuk pakaian bungkus
Pada perkembangannya, pakaian bungkus berbeda-beda
dalam cara pemakaiannya untuk tiap daerah, sehingga muncul
pakaian bungkus yang namanya berbeda-beda diantaranya :
a. Himation, yaitu bentuk busana bungkus yang biasa di pakai
oleh ahli filosof atau orang terkemuka di Yunani Kuno. Himation
ini panjangnya 12 atau 15 kaki yang terbuat dari bahan wol atau
lenan putih yang seluruh bidangnya di sulam. Busana ini dapat
dipakai diatas chiton atau dengan mantel. Bentuk busana yang
hampir menyerupai himation ini yaitu pallium yang biasa dipakai
diatas toga oleh kaum pria di Roma pada abad kedua.
9
Gambar 5. Himation
10
b. Chlamys, yaitu busana yang menyerupai himation, yang
berbentuk longgar. Biasanya dipakai oleh kaum pria Yunani Kuno.
Gambar .6 Chlamy
11
c. Mantel/shawl, yaitu busana yang berbentuk segi empat
panjang yang dalam pemakaiannya disampirkan pada satu bahu
atau kedua bahu. Pada bagian dada diberi peniti sehingga muncul
lipit-lipit dan pada kedua ujungnya diberi jumbai-jumbai.
Gambar .7 Mantel/shawl
d. Toga, merupakan bentuk pakaian resmi yang dipakai sebagai
tanda kehormatan dizaman republik dan kerajaan di Roma. Ada
beberapa jenis toga diantaranya yaitu, toga palla yaitu toga yang
dipakai saat berkabung dan toga trabea yang dibuat menyerupai
cape bayi.
12
Gambar .8 Toga
e. Palla, yaitu busana wanita Roma dizaman republik dan
kerajaan, dipakai di atas tunika atau stola. Pemakaiannya hampir
sama dengan shawl yang disemat dengan peniti. Warna palla
pada umumnya warna biru, hijau dan warna keemasan.
13
Gambar .9 Palla
14
f. Paludamentum, sagum dan abolla, yaitu sejenis pakaian jas
militer dizaman prasejarah.
Gambar. 10 Paludamentum, sagum dan abolla
15
g. Chiton, yaitu busana pria Yunani Kuno yang mirip dengan
tunik di Asia. Bahan chiton biasanya terbuat dari bahan wol, lenan
dan rami yang diberi sulaman dengan benang berwarna dan
benang emas sebagai pengaruh tenunan Persia.
Gambar . 11 Chiton
16
h. Peplos dan haenos, yaitu busana wanita Yunani Kuno yang
bentuk dasarnya sama dengan chiton, ada yang dibuat panjang
dan ada yang pendek. Pada bagian bahu ada lipit-lipit yang
ditahan dengan peniti dan ada kalanya pada pinggang juga dibuat
lipit-lipit sehingga terlihat seperti blus. Peplos dari Athena
memakai ikat pinggang yang diikat di atas lipit-lipit di pinggang.
Gambar. 12 Peplos
17
i. Cape atau cope, yaitu busana paling luar pada pakaian pria di
Byzantium yang berbentuk mantel yang diikat pada bahu atau
leher dan diberi hiasan bros.
Gambar.13. Cape atau cope
18
3. Poncho
Poncho terbuat dari kulit binatang, kulit pohon kayu dan
daun-daunan yang diberi lubang pada bagian tengahnya agar
kepala bisa masuk, sedangkan bagian sisi dibiarkan tidak dijahit.
Poncho yang dimaksud disini adalah suatu bentuk dasar pakaian
yang berasal dari penduduk asli Amerika, yaitu bangsa Mexico
dan Peru-Indian, yang pada waktu sekarang sudah hampir hilang
di negeri asalnya. Bentuk aslinya dipergunakan sebagai penutup
badan bagian atas, terdiri dari selembar kain yang dilipat melebar
ditengah-tengahnya. Pada lipatan ini dicari tengah-tengahnya,
dibuatkan lubang untuk lubang leher. Ciri khas bentuk dasar ini
bahwa tengah muka tidak mempunyai belahan seperti gambar
berikut.
Gambar 14. Poncho
Perkembangan bentuk poncho terlihat pada bentuk busana
yang dimasukkan dari kepala. Perkembangan celemek panggul
terlihat pada bentuk busana yang dibungkus atau dililitkan ke
badan mulai dari pinggang ke panggul.
Berdasarkan bentuknya, poncho dapat dibedakan :
a. Poncho bahu
Poncho bahu yaitu poncho yang menutup bahu dan badan
bagian atas. Panjang poncho bahu ada yang sampai batas lutut
dan ada yang sampai betis. Poncho bahu biasanya dipakai oleh
suku Indian penduduk asli Amerika, Peru, Mexico dan Tiongkok.
Disamping itu juga dipakai sebagai mantel oleh suku Teutonic,
Trank dan Sexon. Poncho bahu diberi lobang sehingga kepala
bisa masuk. Poncho bahu ada yang hanya menutupi bahu saja
19
seperti poncho bahu di Tiongkok, sementara poncho dari Mexico
dibuat dari bulu binatang yang panjangnya sampai lutut dan ada
juga yang sampai betis.
Gambar 15. Beberapa contoh poncho bahu
20
b. Poncho panggul
Poncho panggul ditemukan pada gambar seorang laki-laki
di istana raja zaman Yunani Kuno. Poncho panggul yaitu poncho
yang menutupi bagian panggul sampai panjang yang diinginkan
dan pada badan bagian atas terbuka. Poncho panggul ada yang
hanya menutupi panggul saja dan ada juga yang dibuat sampai
menutupi mata kaki.
Gambar 16. Beberapa contoh poncho panggul
21
Perkembangan bentuk poncho terlihat pada bentuk busana
yang dimasukkan dari kepala. Perkembangan celemek panggul
terlihat pada bentuk busana yang dibungkus atau dililitkan ke
badan mulai dari pinggang ke panggul.
4. Celana
Celana merupakan bagian busana yang berfungsi untuk
menutupi tubuh bagian bawah, mulai dari pinggang, pinggul dan
kedua kaki. Bentuk dasar celana dibuat dari bahan berbentuk
segi empat yang dilipat dua mengikuti panjang kain dan bagian
lipatan tersebut digunting dan dijahit pada kedua sisinya. Untuk
lobang kaki sampai paha dibuat guntingan pada bagian
tengahnya yang kemudian dijahit, sehingga ada lobang untuk
kaki. Pada bagian pinggang dibuat lajur untuk memasukkan tali
sebagai penahan celana pada pinggang. Celana seperti ini masih
banyak ditemui dan dipakai oleh wanita di Aceh.
Gambar 17. Bentuk dasar celana
Bentuk ini muncul untuk melengkapi pakaian kaftan yang
biasanya dibuat menutupi seluruh tubuh, sehingga timbul ide untuk
memisahkan busana bawah dan atas. Busana atas disebut tunik dan
bawah dikenal dengan rok. Dari rok inilah dirubah menjadi bentuk
celana yang diberi lobang untuk memasukkan kaki. Celana biasa
dipakai oleh wanita dan laki-laki seperti di Albania, Persia, Tiongkok,
Tunisia, dan Arab Saudi.
Bentuk celana bermacam-macam, ada yang longgar seperti
celana perempuan Turki dan ada yang sempit seperti celana kuli di
Jepang. Pada abad ke 18 muncul celana yang panjangnya sampai
lutut yang dikenal dengan culotte. Pada akhir abad ke 18
perkembangan bentuk celana dipengaruhi oleh budaya barat
22
sehingga muncul celana pantaloons, yaitu celana panjang yang
sampai mata kaki.
Gambar 18. Macam-macam bentuk celana
23
Berdasarkan bentuk dasar busana di atas maka
berkembanglah bentuk-bentuk busana yang kita kenal sekarang,
yang sudah disesuaikan dengan perkembangan zaman.
5. Bentuk kaftan
Bentuk kaftan merupakan perkembangan dari bentuk
dasar kutang atau tunika yang dipotong bagian tengah muka
sehingga terdapat belahan pada bagian depan pakaian.
Orang-orang Babylonia telah lama menggunakanya sebagai
penutup badan bagian atas. Bentuk kaftan yang asli masih
dipakai oleh petani di Mesir. Di Indonesia dikenal dengan
nama kebaya, di Jepang dikenal dengan kimono dan di
Negara-negara Timur Tengah dikenal dengan jubah. Busana
kaftan berbentuk baju panjang yang longgar, sisi lurus,
berlengan panjang dan ada belahan pada tengah muka.
Dengan kata lain bentuk kaftan memiliki ciri khas, mempunyai
belahan disepanjang tengah muka dan memakai lengan.
Belahan ini ada kalanya disemat dengan peniti dan ada juga
yang dibiarkan lepas (tidak disemat) seperti gambar berikut.
Gambar 19. Kaftan
B. Pengertian Busana
Istilah busana merupakan istilah yang sudah tidak asing lagi bagi
kita semua. Istilah busana berasal dari bahasa sanskerta yaitu “bhusana”
dan istilah yang popular dalam bahasa Indonesia yaitu “busana” yang
dapat diartikan “pakaian”. Namun demikian pengertian busana dan
pakaian terdapat sedikit perbedaan, dimana busana mempunyai konotasi
“pakaian yang bagus atau indah” yaitu pakaian yang serasi, harmonis,
selaras, enak di pandang, nyaman melihatnya, cocok dengan pemakai
serta sesuai dengan kesempatan. Sedangkan pakaian adalah bagian dari
busana itu sendiri.
24
Busana dalam pengertian luas adalah segala sesuatu yang dipakai
mulai dari kepala sampai ujung kaki yang memberi kenyamanan dan
menampilkan keindahan bagi sipemakai. Secara garis besar busana
meliputi :
1. Busana mutlak yaitu busana yang tergolong busana pokok
seperti baju, rok, kebaya, blus, bebe dan lain-lain, termasuk
pakaian dalam seperti singlet, bra, celana dalam dan lain
sebagainya.
2. Milineris yaitu pelengkap busana yang sifatnya melengkapi
busana mutlak, serta mempunyai nilai guna disamping juga untuk
keindahan seperti sepatu, tas, topi, kaus kaki, kaca mata,
selendang, scraf, shawl, jam tangan dan lain-lain.
3. Aksesoris yaitu pelengkap busana yang sifatnya hanya untuk
menambah keindahan sipemakai seperti cincin, kalung, leontin,
bross dan lain sebagainya.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa busana tidak hanya terbatas
pada pakaian seperti rok, blus atau celana saja, tetapi merupakan
kesatuan dari keseluruhan yang kita pakai mulai dari kepala sampai ke
ujung kaki, baik yang sifatnya pokok maupun sebagai pelengkap yang
bernilai guna atau untuk perhiasan. Pemahaman hal di atas sangat
penting sekali bagi seseorang yang akan berkecimpung di bidang tata
busana.
Pemakaian istilah busana dalam Bahasa Inggris sangat beragam,
tergantung pada konteks yang dikemukakan, seperti :
a. Fashion lebih difokuskan pada mode yang umumnya
ditampilkan seperti istilah-istilah mode yang sedang digemari
masyarakat yaitu in fashion, mode yang dipamerkan atau
diperagakan disebut fashion show, sedangkan pencipta mode
dikatakan fashion designer, dan buku mode disebut fashion
book.
b. Costume. Istilah ini berkaitan dengan jenis busana seperti
busana nasional yaitu national costume, busana muslim
disebut moslem costume, busana daerah disebut traditional
costume.
c. Clothing, dapat diartikan sandang yaitu busana yang
berkaitan dengan kondisi atau situasi seperti busana untuk
musim dingin disebut winter clothing, busana musim panas
yaitu summer clothing dan busana untuk musim semi disebut
spring cloth.
d. Dress, dapat diartikan gaun, rok, blus yaitu busana yang
menunjukkan kesempatan tertentu, misalnya busana untuk
kesempatan resmi disebut dress suit, busana seragam
dikatakan dress uniform dan busana untuk pesta disebut dress
25
party. Dress juga menunjukkan model pakaian tertentu seperti
long dress, sack dress dan Malaysian dress.
e. Wear, istilah ini dipakai untuk menunjukkan jenis busana itu
sendiri, contoh busana anak disebut children’s wear, busana
pria disebut men’s wear dan busana wanita disebut women’s
wear.
C. Fungsi Busana
Pada awalnya busana berfungsi hanya untuk melindungi tubuh baik
dari sinar matahari, cuaca ataupun dari gigitan serangga. Seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maka hal tersebut juga
mempengaruhi fungsi dari busana itu sendiri.
Fungsi busana dapat ditinjau dari beberapa aspek antara lain
aspek biologis, psikologis dan sosial. Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan
sebagai berikut :
1. Ditinjau dari aspek biologis, busana berfungsi :
a. Untuk melindungi tubuh dari cuaca, sinar matahari, debu serta
gangguan binatang, dan melindungi tubuh dari benda-benda
lain yang membahayakan kulit. Seperti orang yang berada di
daerah kutup memerlukan busana untuk melindungi tubuhnya
dari udara dingin. Begitu juga orang yang tinggal di daerah
yang beriklim panas, busana digunakan untuk melindungi
tubuh dari udara panas yang mungkin dapat merusak kulit.
b. Untuk menutupi atau menyamarkan kekurangan dari
sipemakai. Manusia tidak ada yang sempurna, setiap manusia
memiliki kelebihan dan kekurangan. Untuk menutupi
kekurangan dan menonjolkan kelebihannya juga dapat di
lakukan dengan memakai busana yang tepat. Seperti
seseorang yang bertubuh kurus pendek, hindari memakai
kerah dengan ukuran lebar, memakai rok yang terlalu pendek
(rok mini), dan rok span karena hal ini akan memberikan
kesan lebih kurus dan lebih pendek. Pilihlah model rok pias,
model kerah yang dapat menutup tulang leher. Dapat
menggunakan sepatu yang berhak tinggi dan memakai
perhiasan yang berukuran kecil atau sedang, serta memakai
pakaian yang tidak menonjolkan bentuk tubuh yang kurus dan
pendek tersebut, begitu juga sebaliknya.
2. Ditinjau dari aspek psikologis
a. Dapat menambah keyakinan dan rasa percaya diri. Dengan
busana yang serasi memberikan keyakinan atau rasa percaya
diri yang tinggi bagi sipemakai, sehingga menimbulkan sikap
dan tingkah laku yang wajar. Seperti seseorang yang
pakaiannya tidak sesuai dengan acara yang sedang
dihadirinya, akan membuat dia risih atau salah tingkah.
26
b. Dapat memberi rasa nyaman. Sebagai contoh pakaian yang
tidak terlalu sempit atau terlalu longgar dapat memberi rasa
nyaman saat memakainya. Begitu juga dengan pakaian yang
modelnya sesuai dengan sipemakai akan membuat dia
nyaman dalam melaksanakan segala aktifitas yang di
lakukannya.
3. Ditinjau dari aspek sosial
Dalam kehidupan bermasyarakat terdapat norma-norma yang
mengatur pola perilaku di masyarakat. Norma-norma tersebut antara
lain norma kesopanan, norma agama, norma adat dan norma hukum.
Sebagai masyarakat Timur, norma-norma ini harus dipatuhi oleh
masyarakat. Tatanan tersebut diantaranya juga mengatur tentang
bagaimana berpakaian. Dilihat dari aspek sosial busana berfungsi :
a. Untuk menutupi aurat atau memenuhi syarat kesusilaan.
Seperti terlihat pada masyarakat yang beragama Islam,
diwajibkan menutupi auratnya, dimana wanita harus menutupi
seluruh tubuh kecuali telapak tangan dan muka. Ditempat
umum hendaklah memakai pakaian yang sopan.
b. Untuk menggambarkan adat atau budaya suatu daerah.
Misalnya pakaian adat Minang menggambarkan tentang
budaya Minangkabau, pakaian adat Betawi menggambarkan
tentang budaya masyarakat Betawi, pakaian adat Bali, Batak,
Sulawesi dan lain sebagainya.
c. Untuk media informasi bagi suatu instansi atau lembaga.
Seperti seseorang yang berasal dari korps kepolisian
menggunakan seragam tertentu yang berbeda dengan yang
lain, seorang siswa atau pelajar menggunakan seragam
sekolah mereka dan lain sebagainya.
d. Media komunikasi non verbal.
Busana yang kita kenakan dapat menyampaikan misi atau
pesan kepada orang lain, pesan itu akan terpancar dari
kepribadian kita, dari mana anda berasal, berapa usia yang
akan anda tampilkan, jenis kelamin apa yang ingin anda akui,
jabatan atau sebagai apa keberadaan anda dimasyarakat, dan
sebagainya, inilah yang ingin digarisbawahi melalui
penampilan busana kita. Ini semua contohnya bisa dilihat dari
penampilan seorang artis, peran apa dan kesan serta misi apa
yang akan disampaikan.
D. Pengelompokan Busana
Dalam berbusana kita perlu memperhatikan norma-norma yang
berlaku dalam masyarakat, seperti norma agama, norma susila, norma
sopan santun dan sebagainya, dan juga memahami tentang kondisi
lingkungan, budaya dan waktu pemakaian. Dengan demikian baik jenis,
model, warna atau corak busana perlu disesuaikan dengan hal tersebut
27
di atas. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, secara garis besar
busana dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1. Busana Dalam
Busana dalam dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu :
a. Busana yang langsung menutup kulit, seperti : BH/Kutang,
celana dalam, singlet, rok dalam, bebe dalam, corset,
longtorso. Busana ini berfungsi untuk melindungi bagianbagian
tubuh tertentu, dan membantu membentuk/
memperindah bentuk tubuh serta dapat menutupi kekurangankekurangan
tubuh, dan juga menjadi fundamen pakaian luar.
Jenis busana ini tidak cocok dipakai ke luar kamar atau keluar
rumah tanpa baju luar.
b. Busana yang tidak langsung menutupi kulit, yang temasuk
kelompok ini adalah busana rumah, seperti : daster, house
coat, house dress, dan busana kerja di dapur seperti :
celemek dan kerpusnya. Busana kerja perawat dan dokter,
seperti celemek perawat dan snal jas dokter. Busana tidur
wanita, seperti baby doll, nahyapon dan busana tidur pria,
antara lain, piyama dan jas kamar. Jenis pakaian tersebut di
atas tidak etis jika dipakai ketika menerima tamu.
2. Busana Luar
Busana luar ialah busana yang dipakai di atas busana dalam.
Pemakaian busana luar disesuaikan pula dengan kesempatanya,
antara lain busana untuk kesempatan sekolah, busana untuk bekerja,
busana untuk kepesta, busana untuk olah raga, busana untuk santai
dan lain sebagainya.
E. Pemilihan Busana
Dalam berbusana kita perlu menyesuaikan busana dengan bentuk
tubuh, warna kulit, kepribadian, jenis kelamin dan lain sebagainya.
Kesalahan dalam memilih busana akan berakibat fatal bagi sipemakai,
karena busana yang semula diharapkan dapat mempercantik diri dan
dapat menutupi kekurangan tidak terwujud, bahkan kadang-kadang
kekurangan tersebut terlihat semakin menonjol.
Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan di atas, dalam
memilih busana ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, baik faktor
individu maupun faktor lingkungan. Adapun yang menyangkut faktor
individu seperti : bentuk tubuh, umur, warna kulit, jenis kelamin dan
kepribadian. Sedangkan yang menyangkut faktor lingkungan adalah :
waktu, kesempatan dan perkembangan mode. Untuk lebih jelasnya akan
diuraikan sebagai berikut :
28
1. Faktor individu
Jika kita perhatikan secara teliti, khususnya tentang busana
yang dipakai oleh masing-masing individu dapat disimpulkan bahwa
setiap manusia mengenakan pakaian yang berbeda antara satu
dengan yang lainnya. Perbedaan ini tidak hanya terdapat pada model
pakaian saja, tetapi juga terdapat perbedaan dalam pemilihan bahan
busana seperti perbedaan warna, motif, tekstur dan lain-lain
sebagainya. Ada beberapa faktor yang menyebabkan perbedaan
tersebut antara lain:
a. Bentuk tubuh
Bentuk tubuh manusia tidaklah sama satu dengan lainnya,
perbedaan tersebut disebabkan oleh perkembangan biologis serta
perbedaan tingkat umur. Setiap manusia mengalami irama
pertumbuhan yang berbeda-beda, ada yang gemuk pendek, kurus
tinggi, gemuk tinggi dan kurus pendek. Maka dari itu,
sewajarnyalah kita di dalam membuat atau memilih busana harus
mengenali terlebih dahulu bentuk tubuh masing-masing. Karena
tidak semua busana dapat dipakai oleh semua orang, dengan
kata lain model busana untuk orang gemuk jelas tidak cocok
untuk orang yang bertubuh kurus, begitu juga sebaliknya. Maka,
di dalam memilih busana mengenali bentuk tubuh sangatlah
penting.
Bentuk tubuh ideal sangatlah didambakan oleh semua
orang, karena hampir semua desain busana dapat dipakainya,
sehingga bentuk tubuh ideal merupakan dambaan semua orang.
Adapun yang dimaksud dengan tubuh ideal untuk seorang wanita,
menurut Enna Tamimi (1982:41) bentuk badan yang ideal
mempunyai ukuran lingkar dada dan pinggul yang sama besar.
Ukuran pinggang sekurang-kurangnya 10 cm lebih kecil dari
ukuran dada atau pinggul, serta letak garis pinggang pada batas
¾ tinggi badan yang diukur dari kepala. Dengan kata lain jika letak
garis pinggang di bawah atau di atas ¾ tinggi badan serta lingkar
pinggang yang hampir sama besar dengan lingkar badan dan
lingkar pinggul, maka ukuran yang begini termasuk ukuran yang
kurang ideal.
Bentuk tubuh yang kurang ideal ini banyak pula
macamnya, ada yang gemuk pendek, kurus tinggi, kurus pendek,
bahkan ada yang bungkuk, panggul terlalu kecil, bidang bahu
terlalu lebar atau terlalu sempit. Semua bentuk tubuh ini termasuk
bentuk tubuh yang tidak ideal, karena masing-masingnya memiliki
kelemahan atau kelainan. Kelemahan-kelemahan ini dapat
disembunyikan dengan memilih desain pakaian yang sesuai
dengan bentuk tubuh masing-masing, setiap kekurangan tersebut
dapat ditutupi dengan busana yang dipakai.
29
Untuk seseorang yang bertubuh gemuk pilihlah desain
yang memberi kesan melangsingkan, dan yang bertubuh kurus
memilih desain yang memberikan kesan menggemukkan. Desain
busana untuk seseorang yang bidang bahunya sempit pilihlah
desain yang memberikan kesan melebarkan, untuk seseorang
yang memiliki buah dada terlalu kecil atau terlalu besar, semua ini
perlu mendapat perhatian yang serius sebelum membuat busana
agar busana yang serasi dengan bentuk tubuh dapat diwujudkan.
b. Umur
Umur seseorang sangat menentukan dalam pemilihan
busana, karena tidak seluruh busana cocok untuk semua umur.
Perbedaan tersebut tidak saja terletak pada model, tetapi juga
pada bahan busana, warna, serta corak bahan. Busana anakanak
jauh sekali bedanya dengan busana remaja dan busana
orang dewasa. Untuk itu di dalam pemilihan busana yang serasi
usia pemakai merupakan kriteria yang tidak dapat diabaikan.
c. Warna Kulit
Warna kulit adalah suatu hal yang harus dipertimbangkan
dalam memilih busana. Walaupun warna kulit orang Indonesia
disebut sawo matang, namun selalu ada perbedaan antara satu
dengan yang lainnya. Maka, hal ini hendaknya mendapat
perhatian supaya busana yang dipakai betul-betul sesuai dengan
sipemakai
d. Kepribadian
Kepribadian merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan
dalam memilih busana. Ada beberapa tipe kepribadian yang
sangat mempengaruhi dalam pemilihan busana tersebut, antara
lain :
1) Tipe Feminim
Orang yang bertipe feminim memiliki sifat, lemah
lembut, pemalu, suka menjauhkan diri dari perhatian umum,
perasaannya halus. Untuk orang yang bertipe feminim ini
sangat cocok desain busana yang memakai garis lengkung,
seperti; rok pias, rok kembang dan lain-lain. Warna busana
yang cocok adalah warna yang telah dicampur dengan warna
abu-abu, setiap warna yang di campur dengan warna abu-abu
maka hasilnya akan menjadi warna yang buram. Misalnya
warna merah dicampur dengan warna abu-abu, maka warna
merahnya menjadi merah redup. Warna kuning dicampur
dengan warna abu-abu, maka warna kuningnya menjadi
redup. Warna biru dicampur dengan warna abu-abu, maka
warna birunya menjadi redup. Semua warna yang dicampur
dengan warna abu-abu, cocok untuk orang yang bertipe
30
feminim. Tekstur yang cocok untuk tipe feminim ialah tekstur
yang lembut, halus dan ringan. Motif yang dipakai sebaiknya
motif yang kecil-kecil.
2) Tipe Maskulin
Tipe maskulin adalah orang yang memiliki sifat terbuka,
agresif, tenang, dan percaya diri. Untuk orang yang bertipe ini
desain busana yang cocok adalah model yang tidak terlalu
banyak variasi dan memakai garis yang tegas; seperti :
memakai kerah minamora, kerah kemeja dan lain-lain. Warnawarna
cerah sangat cocok untuk kepribadian maskulin.
Tekstur sebaiknya dipilih yang tebal, berat dan bermotif. Motif
geometris lebih cocok dipakai dari pada motif bunga-bunga.
3) Tipe Intermediet
Tipe intermediet, umumnya mempunyai kepribadian
diantara kedua tipe di atas. Desain busana yang cocok untuk
oarang yang bertipe intermediet adalah model yang memakai
garis vertikal, garis horizontal dan garis diagonal. Pemilihan
warna busana untuk orang yang berkepribadian seperti ini
sebaiknya disesuaikan dengan warna kulit. Apabila warna
kulitnya cerah, pilihlah warna panas. Untuk orang yang tenang
hindari warna yang kontras dan sebaiknya memilih warnawarna
dingin. Hindari memakai tekstur yang mengkilat dan
tekstur yang terlalu halus.
2. Faktor Lingkungan
Dalam memilih busana, perlu dipertimbangkan keserasian dengan
lingkungan, baik lingkungan masyarakat tempat tinggal, maupun
lingkungan tempat bekerja. Faktor lingkungan ini sangat besar sekali
pengaruhnya dengan kehidupan kita sehari-hari, untuk itu kita
senantiasa berusaha agar selalu diterima oleh lingkungan, antara lain
dengan memakai busana yang serasi. Untuk menciptakan busana
yang serasi banyak faktor yang harus diperhatikan, tetapi keserasian
berbusana yang berkaitan dengan lingkungan adalah sebagai berikut
:
a. Waktu
Berbusana mengingat waktu berarti memperhitungkan
pengaruh sinar mata hari. Keadaan pada waktu-waktu tertentu
membawakan suasana yang berbeda-beda. Di pagi hari udara
sejuk suasana tenang, di siang hari udara panas suasana sibuk,
di malam hari udara dingin suasana tenang.
Suasana inilah yang mungkin harus dijadikan dasar
pertimbangan dalam pemilihan busana. Misalnya busana untuk
siang hari, warna-warna yang panas atau menyolok haruslah
dihindari, agar tidak mengganggu orang yang melihatnya.
31
Dengan kata lain tidak semua busana dapat dipakai untuk
setiap waktu dan semua kesempatan, karena kesempatan yang
berbeda menuntut pula jenis busana yang berlainan. Jadi setiap
individu tidak hanya dapat memiliki satu atau dua jenis busana
saja, tetapi harus disesuaikan dengan aktifitas masing-masing
mereka. Semakin banyak kegiatan seseorang, maka beraneka
ragam pulalah busana yang dibutuhkan, karena keadaan pada
waktu tertentu membawakan suasana yang berbeda-beda sesuai
dengan waktu dan kesempatan masing-masing, baik di rumah,
dikantor, disekolah, dilapangan olah raga, berpesta dan lain
sebagainya.
b. Kesempatan
Berbusana menurut kesempatan berarti kita harus
menyesuaikan busana yang dipakai dengan tempat ke mana
busana tersebut akan kita bawa, karena setiap kesempatan
menuntut jenis busana yang berbeda, baik dari segidesain, bahan
maupun warna dari busana tersebut.
Berbusana menurut kesempatan berarti kita harus menyesuaikan
busana yang dipakai dengan tempat kemana busana tersebut
akan kita pakai, karena setiap kesempatan menuntut jenis busana
yang berbeda, baik dari segidesain, bahan, maupun warna dari
busana tersebut. Berikut ini dapat kita lihat pengelompokan
busana menurut kesempatan antara lain :
1). Busana Sekolah
Desain busana sekolah untuk tingkat Sekolah Dasar (SD),
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), dan Sekolah
Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), ditentukan oleh Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Untuk pria
terdiri dari celana dan blus dengan kerah kemeja, untuk wanita
rok lipit searah untuk SD, rok dengan dua lipit hadap pada
bagian muka, rok dengan satu lipit hadap pada tengah muka
untuk SLTA. Warna merah tua untuk SD, warna biru untuk
SLTP, dan warna abu-abu untuk SLTA. Ada kalanya model
dan warna busana sekolah ditentukan sendiri oleh pihak
sekolah masing-masing.
2). Busana Kuliah
Desain busana untuk mahasiswa/si adalah bebas. Namun
kebanyakan dari mereka memilih rok dan blus atau kemeja
dan celana. Hal ini disebabkan karena rok, blus dan kemeja,
celana dalam pemakaiannya dapat diselang-selingi,
maksudnya: dengan memiliki dua lembar rok atau celana
pemakaiannya dapat divariasikan dengan tetap
memperhatikan keserasiannya.
32
3). Busana Kerja
Busana kerja adalah busana yang dipakai untuk
melakukan suatu pekerjaan dalam menjalani kehidupan
sehari-hari. Busana kerja banyak macamnya, sesuai dengan
jenis pekerjaan yang dilakukan. Jenis pekerjaan yang berbeda
menuntut pula perbedaan model, bahan dan warna yang
diperlukan. Untuk busana kerja dibengkel pilihlah desain yang
mempunyai banyak kantong, karena model yang begini dapat
menghemat waktu dan tenaga, sebab alat-alat yang
dibutuhkan dapat disimpan di dalam kantong tersebut yang
bila diperlukan dapat diambil dengan cepat.
Busana untuk bekerja dikantor, sering dibuat seragam
dengan model klasik, yang biasanya terdiri dari rok dan blus
untuk wanita, celana dan kemeja untuk pria. Jika memilih
model sendiri, pilihlah desain yang sederhana, praktis, tetapi
tetap menarik serta memberikan kesan anggun dan
berwibawa. Hindarilah pakaian yang ketat, serta garis leher
yang rendah atau terbuka, karena desain yang seperti ini
kurang sopan dan mengganggu dalam beraktifitas. Untuk
memilih busana kerja ada beberapa hal yang harus di
perhatikan antara lain :
a) Modelnya sopan dan pantas untuk bekerja serta
dapat menimbulkan kesan yang menyenangkan bagi
sipemakai dan bagi orang yang melihatnya.
b) Praktis dan memberikan keluwesan dalam bergerak.
c) Bahan yang mengisap keringat.
4). Busana Pesta
Busana pesta adalah busana yang dipakai untuk
menghadiri suatu pesta. Dalam memilih busana pesta
hendaklah dipertimbangkan kapan pesta itu diadakan, apakah
pestanya pagi, siang, sore ataupun malam, karena perbedaan
waktu juga mempengaruhi model, bahan dan warna yang
akan ditampilkan. Selain itu juga perlu diperhatikan jenis
pestanya, apakah pesta perkawinan, pesta dansa, pesta
perpisahan atau pesta lainnya. Hai ini juga menuntut kita
untuk memakai busana sesuai dengan jenis pesta tersebut.
Misalnya pesta adat, maka busana yang kita pakai adalah
busana adat yang telah ditentukan masyarakat setempat. Jika
pestanya bukan pesta adat, kita boleh bebas memilih busana
yang dipakai. Walaupun demikian ada beberapa hal yang
harus diperhatikan antara lain :
a) Pilihlah desain yang menarik dan mewah supaya
mencerminkan suasana pesta.
b) Pilihlah bahan busana yang memberikan kesan mewah
dan pantas untuk dipakai kepesta, misalnya : sutra, taf,
33
beludru dan sejenisnya. Tetapi kita harus
menyesuaikan dengan jenis pestanya, apakah pesta
ulang tahun, pesta perkawinan dan sebagainya.
Disamping itu juga disesuaikan dengan tempat pesta
dan waktu pestanya.
5). Busana Olah Raga
Busana olahraga adalah busana yang dipakai untuk
melakukan olahraga. Desain busana olahraga disesuaikan
dengan jenis olahraganya. Setiap cabang olahraga
mempunyai jenis busana khusus dengan model yang berbeda
pula. Untuk olahraga volly dan bola kaki biasanya terdiri dari
blus kaus dan celana pendek dengan model tertentu, begitu
juga untuk busana renang didisain dengan model yang
melekat dibadan dan garis leher yang lebih terbuka. Busana
renang biasanya dilengkapi dengan kimono yang berfungsi
untuk menutupi tubuh jika berada di luar kolam renang. Begitu
juga untuk olahraga sepak takrau, tenis meja dan lain
sebagainya, masing-masing menuntut pula suatu bentuk
busana yang khusus. Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam memilih busana olahraga antara lain :
a). Pilihlah bahan busana yang elastis
b). Pilihlah bahan yang mengisap keringat
c) Pilihlah model busana yang sesuai dengan jenis
olahraga yang dilakukan.
6). Busana Santai
Busana santai adalah busana yang dipakai pada waktu
santai atau rekreasi. Busana santai banyak jenisnya, hal ini
disesuaikan dengan tempat dimana kita melakukan kegiatan
santai atau rekreasi tersebut. Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam memilih busana santai diantaranya yaitu :
a). Pilihlah desain yang praktis dan sesuaikan dengan
tempat bersantai. Jika santai di rumah pilihlah model
yang agak longgar, bila santai kepantai pilih model
leher yang agak terbuka agar tidak panas, jika santai
kegunung pilihlah model yang agak tertutup agar udara
dingin dapat diatasi.
b) Pilihlah bahan yang kuat dan mengisap keringat.
c. Perkembangan Mode
Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
mode busana juga berkembang dengan pesat, walaupun kadang
kala mode tersebut tidak sesuai dengan tata cara berbusana yang
baik, namun mode tetap bergulir dari waktu ke waktu.
34
Perkembangan mode sangat besar pengaruhnya pada
kepribadian seseorang, sehingga setiap mode yang muncul selalu
saja ada yang pro dan ada yang kontra, apalagi Indonesia yang
terdiri dari bermacam-macam suku yang masing-masingnya
mempunyai busana yang beraneka ragam.
Bagi masyarakat yang terlalu kaku dan fanatik dengan tata
cara aturan berbusana tentu akan sulit mengikuti perkembangan
mode. Hal ini masih diannggab wajar, karena tanpa disadari mode
tersebut pada umumnya dipengaruhi oleh mode yang datang dari
manca negara yang mungkin akan besar pengaruhnya terhadap
kepribadian seseorang, namun semua ini terpulang kepada
pribadi kita masing-masing dalam memilih mode yang sedang
berkembang.
35
BAB II
PELAYANAN PRIMA
A. Melakukan Komunikasi Ditempat Kerja
1. Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari
komunikator kepada komunikan dengan melalui suatu sarana atau
lambang atau penjelasan melalui saluran mekanisme bertujuan untuk
mendapatkan saling pengertian antara kedua belah pihak.
Komunikasi menurut “Benny Kaluku, adalah proses penyampaian
pengertian dan mengandung semua unsur prosedur yang dapat
mempertemukan suatu pemikiran dengan pemikiran lain. Komunikasi
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ‘ pengiriman dan
penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih dengan
cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.
Komunikasi menurut Keith Davis, adalah proses jalur informasi dan
pengertian dari seseorang keorang lain. Komunikasi menurut Dr.Phil.
Astrid Susanto adalah pengoperan lambang-lambang yang
mengandung arti. Pengertian Komunikasi yang dikemukakan oleh
Communicative Skil (Air University USA) adalah sebagai suatu proses
yang mempunyai tiga komponen, yaitu: 1). Komunikasi, yaitu seorang
yang memindahkan arti. 2). Simbol untuk memindahkan arti.
3). Penerima, yaitu seorang yang menerima simbol dan
menterjemahkan artinya.
Rumusan komunikasi menurut beberapa ahli di atas dapat
disimpulkan, yaitu: a). Bahwa dalam komunikasi terjadi penyampaian
pengertian dari seseorang kepada orang lain. b). Bahwa
penyampaian pesan merupakan suatu proses untuk mencapai suatu
tujuan. c). Dalam penyampaian pesan menggunakan lambang.
d). Dalam berkomunikasi terjadi hubungan atau kontak.
Dengan demikian komunikasi adalah “suatu proses yang
mencakup penyampaian dan penjalinan yang cermat dari ide-ide
dengan maksud untuk menimbulkan tindakan-tindakan yang akan
mencapai tujuan secara efektif” atau tukar menukar informasi antara
seseorang dengan orang lain, dengan tujuan untuk memperoleh
saling pengertian.
2. Dasar-dasar Komunikasi
Kita berkomunikasi terutama untuk menyatakan dan mendukung
identitas diri, untuk membangun kontak sosial dengan orang disekitar
kita, dan untuk mempengaruhi orang lain, untuk merasa, berfikir, atau
berperilaku seperti yang kita inginkan. Namun tujuan dasar kita
berkomunikasi adalah untuk mengendalikan lingkungan fisik dan
fisikologis kita. Komunikasi melibatkan dua orang atau lebih, bersikap
sopan dan ramah dengan menggunakan bahasa yang saling
36
dimengerti oleh komunikator dan komunikan dengan kondisi fisik
sehat akan menunjang keberhasilan dalam berkomunikasi.
Sukses tidaknya suatu pelayanan sangat tergantung dari tepat
tidaknya komunikasi antara customer dengan petugas customer.
Perlu diperhatikan juga agar kelihatan ramah dan sopan, perlu
diperhatikan hal-hal berikut : a). Dengan siapa kita berkomunikasi,
apakah dengan customer, atasan, orang yang lebih tua atau lawan
jenis; b). Volume suara dalam berkomunikasi perlu diperhatikan
sehingga tidak terlalu keras atau terlalu pelan; c). Sikap badan pada
waktu berbicara kepada seseorang maupun terhadap orang banyak
sebaiknya dengan melihat dagu lawan bicara dan hanya sekali-sekali
melihat matanya dengan tersenyum ramah; d). Mimik wajah perlu
diperhatikan, jangan terlalu serius/tegang dan jangan terlalu santai;
e). Memusatkan perhatian/pikiran pada pokok pembicaraan;
f). Menghindari gerakan-gerakan yang merishkan, misalnya
memegang-megang rambut, menggoyang-goyangkan kaki, melipat
kedua tangan kedepan, memasukkan kedua tangan kedalam saku,
mengunyah-ngunyah sesuatu, atau sikap lain yang kurang sopan;
g). Pada waktu berbicara didepan orang banyak , usahakan sikap
badan tidak terlalu santai atau tegang dan jangan gugup atau
gemetar.
3. Melakukan Komunikasi Ditempat Kerja
Komunikasi dengan pelanggan dan rekan sekerja dilakukan
dengan cara yang ramah, profesional dan terbuka. Bahasa yang
digunakan adalah bahasa yang dimengerti oleh lingkungan tempat
bekerja. Mendengar dan bertanya dengan aktif digunakan untuk
memastikan adanya komunikasi dua arah yang efektif. Berkomunikasi
secara efektif dengan tamu dan kolega merupakan keterampilan yang
seharusnya dimiliki karena hal ini mampu mengatasi keluhan/konflik.
Komunikasi dalam dunia usaha dapat dilakukan dimana saja, baik
diperusahaan maupun diluar perusahaan (ditempat kerja).
Dimanapun kita bekerja/ ditempat kerja komunikasi perlu dibina
dengan baik antara sesama, misalnya; antara atasan dengan
bawahan atau antara produsen dan konsumen. Komunikasi dalam
lingkungan dunia usaha yaitu proses komunikasi yang dilakukan
antara pembeli dan penjual atau antara produsen (pengusaha) dan
konsumen (masyarakat).
Bagi pihak produsen, proses komunikasi harus sudah dilakukan
pada saat perencanaan produksi, yang didahului oleh riset pasar
untuk mengetahui kebutuhan konsumen kemudian melakukan
produksi produk, sampai mengetahui tanggapan konsumen terhadap
produk perusahaan yang telah dipakainya. Apabila telah tercipta
produk yang tepat sasaran, tepat waktu dan sesuai dengan
kebutuhan konsumen, maka komunikasi tersebut sudah dianggap
berhasil.
37
Komunikasi ini dimaksud agar dapat menyalurkan keinginan
konsumen sesuai dengan keinginannya terhadap produk yang
dihasilkan oleh perusahaan. Apabila karyawan yakin akan produk
yang dihasilkan oleh perusahaan dan mengenal secara lengkap
produk tersebut, sehingga karyawan lebih mudah mengkomunkasikan
produk yang dihasilkan itu kepada orang lain diluar perusahaan.
Selain mengenal secara lengkap produk yang dihasilkan
perusahaan bagi seorang pramuniaga, tenaga pemasaran, perantara
jual beli, tenaga pendemonstrasi, tenaga penyuluh, perlu
ditumbuhkan sikap-sikap sebagai berikut.
1) Rasa Percaya Diri
Sikap rasa percaya diri bagi seseorang adalah merupakan
modal besar yang harus dimiliki untuk dapat melakukan suatu
tugas dengan baik. Rasa percaya diri tumbuh dan berkembang
dengan baik pada diri seseorang, apabila orang tersebut yakin
apa yang dilaksanakannya. Kekuatan atau rasa percaya diri
datang dari tindakan-tindakan kita sendiri, dan bukan dari tindakan
orang lain. Meskipun resiko kegagalan selalu ada dalam setiap
tindakan untuk memutuskan sesuatu, harus diterima sebagai
tanggung jawab atau tindakan sendiri. Kegagalan harus diterima
sebagai pengalaman belajar.
Belajar dari pengalaman lampau akan membantu kita
menyalurkan kegiatan-kegiatan untuk mencapai hasil yang lebih
positif, dan keberhasilan merupakan buah dari usaha-usaha yang
tidak mengenal lelah. Untuk lebih mengembangkan rasa percaya
diri, kita harus menerima diri kita sebagaimana adanya untuk lebih
mengembangkan kekuatan-kekuatan yang ada pada diri kita dan
mencoba mengurangi kelemahan-kelemahan.
Berorientasi kepada tujuan akan mendorong munculnya sifatsifat
yang baik/percaya diri yang tinggi pada diri kita untuk
melakukan atau mengerjakan hal-hal yang paling penting dan
baik. Kebanyakan orang tidak menyadari pada saat kapan dan
menentukan tindakan-tindakan apa yang harus dikerjakan.
Berusaha mencapai satu tujuan dalam waktu yang terlampau
lama akan menghambat perkembangan dan pertumbuhan pribadi
seseorang.
Anda harus bersedia belajar dari pengalaman dan selalu
berusaha untuk melakukan perubahan-perubahan dari waktu ke
waktu. Anda haruslah selalu sadar akan cara-cara baru untuk
meningkatkan produktivitas kerja anda sendiri. Salah satu kunci
utama bagi keberhasilan adalah keterlibatan anda dalam
pertumbuhan pribadi secara terus menurus.
38
2) Berbicara Efektif
Seseorang yang pekerjaannya selalu berkaitan dengan dunia
bisnis, haruslah mampu menyampaikan pikirannya kepada orang
lain secara efektif dan benar, agar apa yang disampaikan itu
dapat diterima oleh orang lain dengan baik serta mencapai
sasaran yang diinginkan. Apalagi bagi mereka yang memang
tugasnya selalu berhadapan dengan pelanggan. Bagaimana
seseorang dapat berbicara efektif, ia harus memahami prinsipprinsip
dan teknik berbicara.
Sebelum memulai pembicaraan, hendaklah harus mempunyai
persiapan yaitu dengan cara mengemas pesan/mengemas apa
yang akan dibicarakan. Persiapan ini akan mempermudah
penyampaian pesan. Persiapan dimaksud sangat berguna, untuk
menghindari penyampaian pesan yang tidak sesuai/sempurna,
serta dapat mempertinggi keyakinan pada diri pembicara, karena
kadang-kadang diantara para komunikan/pendengar biasanya ada
juga yang menguasai materi yang disampaikan.
3) Cara Berfikir Positif
Cara berfikir positif adalah menanggapi segala kejadian
dengan menyadari bahwa dalam kehidupan ini terkandung segi
baik dan segi buruknya. Penuh perhatian pada saat
berkomunikasi dengan tamu dan kolega adalah sikap yang terpuji.
Akan tetapi adalah lebih baik apabila kita menaruh perhatian
terhadap segi-segi yang positif dari cara berfikir, sehingga konflik
yang ada maupun yang potensial diidentifikasi dan dicarikan
penyelesaiannya dengan bantuan rekan lain bila diperlukan.
Kebanyakan orang membiarkan lingkungan mengendalikan
cara berfikir mereka, sedangkan bagi seseorang yang menggeluti
dunia usaha lebih baik menggunakan pikirannya untuk
mengendalikan keadaan. Sikap berfikir positif memudahkan
seseorang untuk memfokuskan kegiatan-kegiatan atau pekerjaanpekerjannya
untuk mencapai hasil yang ingin dicapai. Kita harus
selalu berfikir positif terhadap semua peristiwa dan mencari
hikmah dari setiap pengalaman. Sikap berfikir positif memang
tidak mudah untuk dikembangkan, karena memerlukan waktu dan
kerja keras.
a) Ada beberapa faktor yang dapat digunakan untuk
mengembangkan sikap berfikir positif diantaranya:
Pusatkanlah perhatian sedemikian rupa dan gunakan
pikiran kita secara produktif
b) Pilih secara positif yang akan dicapai dalam suatu
pekerjaan yang sedang dilakoni
c) Jauhilah pikiran-pikiran atau ide-ide yang negatif
39
d) Kita harus sadar dalam menggunakan pikiran-pikiran kita
sendiri, agar tidak mudah dikendalikan oleh pikiran orang
lain
e) Berusahalah selalu untuk mencari peluang-peluang yang
mungkin dapat diraih untuk meningkatkan karir, baik dalam
kehidupan pribadi, kehidupan kerja, dan dalam kehidupan
bermasyarakat
f) Jika ide yang kita kemukakan tidak menghasilkan sesuatu
yang lebih baik, berusahalah untuk meninggalkan ide
tersebut
g) Jangan bebani fikiran anda dengan sesuatu yang merusak
mental, akan lebih baik anda pusatkan pikiran pada suatu
pekerjaan yang sedang berlangsung.
4) Mengembangkan Potensi Diri
Manusia sebagai pribadi mempunyai potensi yang bisa
dikembangkan agar menjadi pribadi-pribadi yang menyenangkan
bagi orang lain/pelanggan, oleh karena itu diperlukan:
a) Mengenal diri sendiri.
Suatu analisis yang benar terhadap diri sendiri akan
dapat membawa keuntungan dan faedah dalam hal :
(1). Tidak menjadi manusia yang egois
(2). Meningkatkan kemampuan dan inisiatif dalam
berbagai hal
(3). Memiliki hubungan secara pribadi denga orang lain
(4). Mengembangkan pribadi kearah yang lebih baik
(5). Membentuk pribadi yang loyal dan saling
membutuhkan.
b) Mengetahui Potensi Pribadi.
Sebagai manusia kita mempunyai potensi, dengan
potensi ini orang selalu dinamis dan bersemangat, yaitu
mempunyai motivasi dan dorongan yang kuat untuk bekerja
keras serta melakukan tugas yang berkesinambungan.
Potensi manusia akan luntur bila tidak diaktifkan dan
digerakkan. Orang yang mengenal dirinya dan mengetahui
potensi dirinya adalah orang-orang yang memiliki :
(1). Jiwa pengabdian, orang seperti ini tidak pernah
menolak tugas yang dibebankan kepadanya.
Sebagian besar waktu dan pikirannya dicurahkan
untuk meningkatkan usaha dibidang pekerjaannya,
serta jarang sekali mengenal lelah
(2). Andal dalam kejujuran, kejujuran dapat diukur
melalui tindakan, perbuatan dan tingkah laku, tidak
40
dinilai dari ucapan. Ucapan dengan perbuatan
harus sesuai
(3). Nalar kesadaran yang baik, orang memiliki kesadara
yang tinggi adalah orang yang memiliki
pangdangan dan penilaian yang baik terhadap
kekurangan dan kelemhnnya, sehingga dia
mempunyai kepercayaan diri dan selalu
melaksanakan tugas-tugasnya serta dapat
mengendalikan diri
(4). Gemar menghargai orang lain, setiap gerak
seseorang harus mempunyai tujuan.
Tujuan yang serasi menimbulkan motivasi
kegairahan dalam melaksanakan tugas. Dalam
mencapai setiap tujuan mka setiap orang wajib
memiliki rasa menghargai yaitu saling menopang
dan saling menghargai agar segala gerak langkah
penuh gairah dan menyenangkan
(5) Niat untuk memupuk rasa percaya diri, yaitu orang
yang tidak terpengaruh oleh segala gosip tau
hasutan/fitnahan orang lain, orang ini akan mudah
melihat dan mengenal pikiran dan ide-ide orang
lain yang berharga
(6). Refleksi kesabaran yang tinggi; kesabaran
merupakan sumber keberhasilan dan dengan
kesabaran seseorang dapat memberikan
kesempatan kepada orang lain untuk memberikan
pertimbangan atas masalah yang dihadapi dan
memberikan kesempatan pada diri sendiri
mengolah masalah yang dihadapi
(7). Antusias dengan kepribadian yang utuh, orang yang
dapat mengendalikan pribadi dan energinya yang
mantap dan berhasil bagi dirinya, tidak peduli
pekerjaan apa yang dilakukan dalam kehidupan ini
(8). Gigih dalam prinsip, kepribadian menjadi dewasa
adalah perasaan hati yang kuat dalam suatu prinsip
(9). Utama dalam disiplin, disiplin mengajarkan setiap
individu untuk tunduk dan bersedia mengikuti
aturan-aturan tertentu dan menjauhi segala
larangan yang ada. Disiplin diri sendiri hanya akan
tumbuh dalam suatu suasana dimana antara
individu akan terjalin sikap persahabatan yang
berakar dengan dasar saling hormat menghormati
dan saling percaya mempercayai.
41
5) Karakteristik Budaya dan Sosial
Manusia merupakan makhluk yang terus menerus memiliki
keinginan-keinginan, segera apabila kebutuhan tertentu
dipenuhi maka kebutuhan lain akan muncul. Proses tersebut
tidak berhenti, ia berkelanjutan dari kelahiran hingga kematian.
Manusia secara kontinyu melakukan usaha-usaha untuk
memuaskan kebutuhan-kebutuhannya. Hal inilah yang
menyebabkan manusia didalam hidupnya mesti
bermasyarakat.
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup
sendiri, tetapi selalu membutuhkan orang lain, baik di rumah
atau di tempat kerja, manusia dituntut untuk bersosialisai,
berhubungan dengan orang lain, dan saling melayani dan
dilayani orang lain. Demikian pula hubungan antara pembeli
dengan penjual adalah sama seperti hubungan antara sesama
manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Karakteristik budaya dan sosial dalam kehidupan
bermasyarakat, masing-masingnya memiliki ciri-ciri masingmasing.
Budaya adalah seperangkat keyakinan sikap dan
cara-cara melakukan sesuatu yang berlaku dalam sekelompok
orang yang cukup homogen. Karena itu budaya penentu
keinginan dan perilaku seseorang yang paling mendasar.
Keinginan dan perilaku seseorang diperoleh melalui
pengalaman yang dipelajari dari masyarakat dimana dia
dibesarkan. Orang Indonesia akan memilih nasi untuk
memenuhi keinginannya melepaskan rasa lapar, orang
Amerika akan memilih hamburger untuk melepaskan rasa
laparnya. Akan tetapi orang Mentawai (salah satu pulau di
Sumatra Barat), menginginkan Sagu untuk melepaskan rasa
laparnya. Dengan demikian kita melihat keragaman budaya,
berarti dalam suatu budaya terdapat sub-sub budaya.
Kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan dan rasa,
tindakan serta karya yang dihasilkan manusia dalam
kehidupan bermasyarakat, dijadikan miliknya dengan cara
belajar. Ciri khas kebudayaan yang biasanya dimiliki oleh
sekelompok manusia, suku dan sebagainya yang menempati
suatu daerah geografis turun-temurun, biasanya tampak pada,
cara makan, berpakaian, rumah, bahasa, bentuk fisik, warna
kulit dan lain sebagainya.
Budaya mempengaruhi cara orang berkomunikasi,
bersikap/berperilaku serta mengambil tindakan. Bahasa
sebagai alat untuk berkomunikasi adalah bahasa Inggris,
bagaimana dengan bahasa daerah. Agama dan kepercayaan
lainnya, merupakan dasar bagaimana kita bersikap, apa yang
dilakukan dari cara berpakaian baik secara pergaulan maupun
42
ditempat kerja. Sikap ditempat kerja, sikap terhadap atasan
disesuaikan berdasarkan budaya yang dianut.
Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relatif
homogen dan bertahan lama dalam sebuah masyarakat yang
tersusun dalam sebuah urutan sedang dan para anggota
dalam setiap jenjang itu memelihara tingkah laku yang sama
dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a) Orang yang berada dalam setiap kelas sosial cenderung
berperilaku sama
b) Seseorang dikatakan mempunyai pekerjaan rendah,
hingga sesuai dengan kelas sosialnya
c) Kelas sosial seseorang dinyatakan dengan beberapa
variabel antara lain : jabatan, pendapatan, kekayaan,
pendidikan, dan orientasi terhadap nilai
d) Seseorang mampu berpindah dari satu kelas sosial yang
satu ke yang lain.
e) Kelas sosial menunjukkan perbedaan pilihan produk dan
merek dalam suatu bidang tertentu seperti: pakaian,
perabot rumah tangga, aktivitas senggang dan
kendaraan.
B. Bantuan untuk Pelanggan Internal dan External
1. Pengertian Pelayanan Prima
Layanan prima adalah upaya maksimal yang mampu diberikan
oleh petugas pelayanan dari suatu perusahaan industri jasa
pelayanan untuk memenuhi harapan dan kebutuhn pelanggan
sehingga tercapai suatu kepuasan. Hakikat pelayanan prima itu
sendiri adalah kemampuan maksimum seseorang melalui sentuhan
kemanusiaannya dalam melayani atau berhubungan dengan orang
lain. Persoalannya adalah bagaimana dapat menyenangkan,
memberikan pelayanan dan memberikan kepuasan kepada
pelanggan sesuai dengan harapan-harapannya.
Memberikan pelayanan secara prima kepada pelanggan
mempunyai tujuan untuk memenangkan persaingan. Pada jaman
globalisasi seperti sekarang, memamerkan fasilitas yang disediakan
oleh perusahaan tidak menjamin perusahaan tersebut memenangkan
persaingan dan menjamin bahwa pelanggan akan memilihnya.
Sepanjang ada dana untuk menyediakan fasilitas fisik, suatu
perusahaan mampu bersaing karena benda-benda fasilitas bisa
disediakan dan diadakan, misalnya perusahaan penerbangan bisa
menyediakan pesawat mutakhir untuk para pelanggan. Tetapi bendabenda
mati tersebut tak berarti apa-apa jika sentuhan manusia tidak
dapat menghidupkan suasana kemewahan yang disajikan.
Kepuasan pelanggan merupakan tujuan utama pelayanan prima.
Oleh karena itu, sebagai aparatur pelayan tidak mempunyai
sedikitpun alasan untuk tidak berupaya memuaskan pelanggannya.
43
Kepeasan pelanggan dapat dicapai, apabila aparatur pelayan
mengetahui siapa yang menjadi pelanggannya. Dengan mengetahui
siapa pelanggan, berarti pelayan lebih mudah memahami keinginan
pelanggan. Kepuasan pelanggan dapat tercapai apabila kebutuhan,
keinginan, dan harapan pelanggan terpenuhi.
Hal-hal yang terkait dengan pelayanan prima adalah sebagai
berikut : a) Mampu melakukan komunikasi dengan menerapkan
prinsip-prinsip dasar komunikasi : bahwa komunikasi merupakan
kegiatan dasar manusia dan cara memahami komunikasi dipandang
sebagai suatu proses berkomunikasi, yang meliputi attending
(kehadiran orang yang diajak berkomunikasi), listening (kemampuan
mendengarkan dan menganalisis dengan cepat apa yang dibicarakan
lawan bicara), observing ( mampu meneliti pembicaraan), clarifying
(mampu mengklarifikasikan komunikasi), dan responding (mampu
memberikan tanggapan terhadap komunikasi); b) Mampu
berkomunikasi dalam konsep verbal maupun nonverbal; c) Mampu
bekerja dalam pelayanan secara individu maupun dalam kelompok;
d). Mampu berkomunikasi dalam konsep A3, yaitu attitude (sikap
dalam berkomunikasi), attention (mampu memberikan perhatian pada
saat berkomunikasi), dan action (melakukan tindakan dalam
komunikasi).
a. Jenis-jenis Pelayanan
1) Pelayanan prima Bangsa Indonesia
Bangsa Indonesia akan keragaman dan kehangatan yang
tulus dalam bernegosiasi, selain memiliki keuletan,
kepribadian, dan kesabaran yang tinggi dalam berusaha. Ini
merupakan ketangguhan bangsa Indonesia yang perlu
ditumbuh kembangkan secara sistematis, profesional, dan
berkesinambungan dalam praktek bisnis. Semua ini dapat
disinergikan dalam mutiara ‘Pelayanan Prima’ untuk
menjawab tantangan globalisasi ekonomi.
Pada hakekatnya pelanggan itu tidak membeli produk, tapi
mereka membeli pelayanan. Ini merupakan falsafah bisnis
dalam upaya memberikan pelayanan yang prima. Pelayanan
disini adalah pelayanan dalam segala bentuk kreasi dan
manifestasinya. Untuk itu, mari kita belajar lebih banyak
tentang para pelanggan kita agar kita dapat memberi
pelayanan kepada mereka secara lebih baik di masa
mendatang.
Dalam membantu pelanggan untuk mendapatkan
pelayanan prima, sipemberi pelayanan harus dapat memenuhi
harpn dan keinginan customer yang satu dan yang linnya
berbeda. Untuk dpat memberikan pelayanan yang prima anda
perlu mengetahui keinginan-keinginan mereka, pada sat
berhubungan dengan anda.
44
Keinginan dan kebutuhan pelanggan secara rinci sebagai
berikut :
a) Senyum yang hangat
Setiap orang, kapan dan dimana dia berada, begitu
melihat seseorang yang pertama dilihatnya adalah wajah.
Oleh sebab itu berhati-hatilah degan ekspresi wajah anda.
Untuk mendukung penampilan latihlah diri sendiri agar
terbiasa menampilkan ekspresi wajah yang mampu
menumbuhkan kesan menyenangkan. Suatu senyum
dapat merupakan alat yang ampuh untuk meraih simpati
dari pelanggan, disamping menciptakan suasana
keakraban dapat juga sebagai alat promosi yang efektif.
Gerak bibir saat tersenyum harus benar-benar tulus, tidak
dibuat-buat. Latihlah tersenyum didepan kaca, agar anda
dapat melihat senyum yang termanis, hindari senyum yang
menampakkan gigi karena ini tidak baik.
b) Sikap Bersahabat.
Menciptakan hubungan baik dengan pelanggan
dengan cara:
(1). Greting, selalu memberi salam sebelum memulai
pembicaraan.
(2). Wel Gome, selalu mengucapkan selamat datang
kepada pelanggan.
(3). Help, selalu menawarkan bantuan kepada
pelanggan, karena dengan demikian pelanggan
merasa dihargai.
(4). Bersikap ramah dan sopan dalam berbicara.
(5). Jangan memotong pembicaraan pelanggan.
(6). Selalu mengingat dan menyebut nama pelanggan
pada saat berbicara.
(7). Memberikan pelayanan terbaik dengan
menunjukkan kesungguhan anda dalam
membantu mereka.
(8). Selalu menyempatkan diri untuk mengantar
pelanggn sampai kepintu.
c) Pelayanan yang cepat dan memuaskan.
Memberikan pelyanan kepada pelanggan perlu
menerapkan cara yang tepat dan cepat sehingga
pelanggan merasa puas.
(1). Bersikap dalam kadaan siap menerima pelanggan,
muka ceria, tempat kerja yang rapi dan bersih,
seperti peralatan dan bahan siap untuk dipakai.
45
(2). Sapalah pelanggan dan beri salam sesuai
waktunya.
d) Informasi yang tepat, jelas dan akurat.
(1). Pada saat memberi informasi, hindarilah
pertanyaan yang terlalu banyak. Beri kesempatan
agar pelanggan dapat menyatakan keinginannya
dengan bebas dan jangan memotong
pembicaraan pelanggan, sehingga anda
mempunyai kesempatan mengopservasi apa
yang diinginkan pelanggan.
(2). Bila anda kurang menguasai suatu masalah yang
dihadapi, sebaiknya serahkan pada atasan atau
rekan lain yang lebih menguasai, agar pelanggan
yakin dan tidak kehilangan kepercayaan.
(3). Hindari pilih kasih dalam memberikan pelayanan.
(4). Berikan saran-saran atau petunjuk tentang
keputusan dalam memilih jasa pelayanan yang
diinginkan.
(5). Berikan informasi yang akurat tentang fasilitas
dan produk yang ada.
2) Budaya Layanan Prima
Budaya layanan prima adalah sebuah budaya yang kuat
yang mewarnai sifat hubungan antara suatu industri jasa
pelayanan dan pelanggan dan dapat menjadi sarana yang
sangat baik untuk memperoleh dan memenangkan perhatian
pelanggan pengguna industri jasa pelayanan tersebut. Budaya
layanan prima ini dibentuk oleh sikap karyawan dan
manajemen perusahaan industri jasa pelayanan. Budaya
layanan prima mengutamakan kepuasan pelanggan.
3) Sikap Layanan Prima
Sikap layanan prima berarti pengabdian yang tulus
terhadap bidang kerja dan yang paling utama adalah
kebanggaan atas pekerjaan. Sikap layanan prima adalah kita
tetap menjaga martabat dan nama baik perusahaan tempat
kita bekerja.
2. Karakter Pelanggan
Layanan prima sangat memperhatikan individu sebagai pribadi
yang unik dan menarik. Setiap pelanggan memiliki sifat yang
dapat membuat para petugas bahagia atau kecewa. Sentuhan
pribadi mengarahkan para petugas pelayanan untuk berfikir
bahwa memperlakukan orang lain sebagai mana kita
memperlakukan diri kita sendiri perlu selalu dipraktekkan.
46
Yang diutamakan dalam layanan prima bukanlah sloganslogan
untuk memberikan pelayanan terbaik bagi pelanggan,
melainkan bentuk nyata pelayanan yang sebelumnya sudah
diberikan dalam pelatihan-pelatihan dan dapat diterapkan pada
saat praktek di lapangan, ketika berhubungan langsung dengan
pelanggan. Karena layanan prima merupakan budaya, identitas,
sarana kompetisi, pelanggan merasa penting, rekan sekerjanya
merasa nyaman bersama kita, dan kita dapat melayani pelanggan
dengan cepat, tepat dan ramah, mengutamakan kepuasan
pelanggan, menepati janji, bahasa yang baik dalam bertelepon,
menunjukkan etik dan sopan santun.
Bagi pengusaha jasa pelayanan, mengenal karakter
pelanggan adalah penting, karena dengan mengenal karakternya,
kita akan lebih mengenal pula tipe-tipe, sifat, ciri-ciri dan
kebiasaannya. Dengan demikian, diharapkan perusahaan akan
lebih mudah memasarkan produk barang dan jasa yang
dihasilkan. Secara garis besar ada beberapa tipe pelanggan yang
sering dianut oleh para penyedia jasa ;
a. Pelanggan Pria
1). Tidak bertele-tele dalam mencari barang yang
diinginkan
2). Sering tertipu karena kurang sabar dalam memilih
barang yang diinginkan
3). Mudah dipengaruhi bujukan petugas pelayanan (pada
bujukan tertentu)
4). Mudah terpengaruhi oleh penjelasan dan argumentasi
yang objektif.
5). Merasa kurang enak tanpa membeli jika memasuki
toko.
Cara terbaik memperlakukan pelanggan pria adalah :
(a) Segera membujuknya atau mempengaruhinya, bahwa
barang yang diminati adalah tepat sesuai dengan selera;
(b) Petugas jangan banyak bertanya, layani saja apa yang
diinginkan; 3) Jawab dan jelaskan semua pertanyaannya,
jangan bertele-tele, langsung pada inti permasalahan.
b. Pelanggan Wanita
1). Sangat bertele-tele memilih barang.
2). Lebih tertarik pada mode yang lagi trendy.
3). Mengutamakan status sosial.
4). Tidak mudah terpengaruh penjelasan/bujukan petugas
pelayanan.
5). Dalam memilih barang, biasanya lebih tertarik pada
motif, bentuk atau warna, bukan pada manfaat barang
47
tersebut, karena wanita cenderung menggunakan
perasaan.
6). Lebih menyukai sesuatu yang bersifat modis terutama
dalam memilih produk pakaian, tas, sepatu, dan
asesoris sosial dirinya.
7). Mudah meminta pandangan dan pendapat orang lain.
8). Menyukai hal-hal yang bersifat romantis.
9). Kurang menyukai hal-hal yang bersifat teknik.
Cara terbaik menghadapi pelanggan wanita adalah;
(a) Sediakan waktu yang cukup luang/lama, agar dia bisa
memilih barang yang diinginkannya; (b) Petugas
pelayanan harus lebih sabar menghadapi pelanggan
wanita, karena wanita lebih cerewet dalam menentukan
pilihan; (c) Berikanlah pelayanan yang lebih khusus. Misal:
(1) diskon untuk produk tetentu. (2) obral untuk beberapa
produk bermerek yang modelnya sudah agak telat.
c. Pelanggan Remaja
1) Mudah terpengaruh bujukan petugas.
2) Tidak berfikir hemat
3) Mudah terpengaruh tayangan iklan yang menarik.
4) Seleranya sangat modis dalam memilih barang.
5) Agak boros dalam berbelanja.
d. Pelanggan Usia Lanjut
1) Tidak bisa mengikuti perkembangan zaman
2) Sangat sulit terpengaruh bujuk rayu petugas
3) Sudah mantap dalam memilih barang yang diinginkan
4) Acapkali menanyakan barang-barang yang sudah
ketinggalan jaman
5) Biasanya bersikap ramah dan ngomong pada petugas
yang masih muda-muda
6) Penjual sering dianggap seperti anak kecil yang tidak
tau apa-apa.
7) Cenderung ingin berlama-lama.
Cara terbaik memperlakukan pelanggan usia lanjut
adalah; (a) Sabar dan penuh pengertian dalam
melayaninya; (b) Dengarkanlah dengan baik nasehatnasehat
mereka tanpa membantah atau berdiskusi;
(c) Apabila kesulitan dalam melayaninya, sebaiknya
segera alihkan ke petugas yang lebih tua atau lebih
dewasa.
48
e. Pelanggan anak-anak
1) Keinginannya tidak konsisten, tetapi suka berubahrubah
2) Sulit untuk diam, karena masih suka bermain-main
3) Mudah dipengaruhi dengan bujuk rayu
Cara terbaik untuk memperlakukan pelanggan anakanak
adalah; (a) Tidak memperlakukan mereka sebagai
anak kecil yang tidak berdaya, karena mereka juga butuh
penghargaan dan perlakuan layaknya orang dewasa;
(b) Petugas harus sabar dalam melayani pelanggan anakanak,
karena keinginan anak terkadang suka berobah;
(c) Petugas perlu memberikan pujian, misalnya dengan
kata-kata “wah pasti adik cantik deh kalau pakai baju ini”.
f. Pelanggan pendiam
1) Sulit menyatakan pendapat dengan jelas.
2) Pemalu
3) Segan berbicaa karena mungkin memikirkan untung
ruginya.
4) Tidak bisa memusatkan perhatian pada satu barang.
3. Motif Dan Karakter Pelanggan
a) Motif membeli
Motif dapat diartikan sebagai suatu daya pendorong yang
menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi
motif pembeli adalah sesuatu yang menggerakkan seseorang
untuk membeli suatu produk atau jasa.
Untuk megetahui motivasi seseorang membeli suatu prodak
sangatlah sulit, karena setiap orang memiliki motif yang tidak
sama, komplek dan bisa berubah setip waktu.
Secara garis besar motif pembeli dapat digolongkan menjadi
dua yaitu:
1). Motif emosional, meliputi rasa lapar, rasa haus,
keinginan-keinginan,
kesenangan, kemauan dan jaminan akan cinta, status,
prestise, kebanggaan dansebagainya.
2). Motif rasional, meliputi motif berdasarkan harga dan
pertimbangan, kegunaannya, kekuatannya, efisiensi
dan sebagainya.
Berdasarkan motif diatas maka pembeli dapat
dikelompokkan :
(a). Kelompok profesi : dokter, ahli komputer, ahli
hukum, bisnis dan sebagainya.
49
(b). Kelompok industri : Perusahaan, industri dan
sebagainya.
(c). Perorangan seperti kelas sosial, golongan kelas
atas yaitu pengusaha kaya, pejabat tinggi.
Golongan menengah, karyawan dan pengusaha
menengah. Golongan bawah/rendah seperti,
buruh pabrik, pegawai rendah, tukang becak dan
pedagang kecil. Maksud pengenalan motif-motif
mengapa seseorang membeli sesuatu adalah
agar penjual mempersiapkan diri dengan
pengetahuan-pengetahuan yang dijualnya dan
motif calon pembeli, sehingga pembeli tertarik
terhadap promosi yang dilakukan.
b) Karakter pelanggan
Tipe dan karakter pelanggan sangat menentukan dalam
memberikan pelayanan, karena mengetahui tipe dan karakter
pelanggan, maka seseorang ataupemberi pelayanan dapat
memberikan pelayanan sesuai dengan orang yang
dihadapinya.
Karakter manusia dipengaruhi oleh:
(1). Wilayah geografis, orang yang berasal dari daerah
geografis yang berbeda akan mempunyai karakter
yang berbeda pula, misalnya orang yang tinggal
dipinggir pantai dengan orang yang tinggal di
pergunungan.
(2). Kebudayaan, yang merupakan hasil karya manusia
akan mempengaruhi karakter manusia itu sendiri,
misalnya cara saaman orang indonesia beda dengan
orang Amerika.
(3). Bangsa/suku bangsa, bangsa negro akan berbeda
sifat dan perilakunya dengan bangsa kulit putih atau
bewarna lainnya.
(4). Bahasa, Orang Inggris berbeda sifat dan karakternya
dengan orng Spanyol dan Jepang. Inggris yang
mempunyai kerajaan, mempergunakan bahasa yang
sopan, sedangkan orang Amerika mempunyai
bahasa yang agak bebs, demikian pula sikapnya
dalam menghadapi orang lain.
(5). Adat istiadat, kebiasaan-kebiasaan dan strata sosial
yang merupakan rekayasa manusia itu sendiri tentu
mempengaruhi sifat dan perilakunya.
Demikian bahwaantara manusia yang satu dengan
manusia yang lainnya akan berbeda. Dengan memahami sifat
50
dan karakter berbagai macam tipe manusia, maka anda akan
dapat berkomunikasi dan bersikap yang sesuai dengan siapa
dan dimana dimana asal pelanggan, sehingga kesalah
pahaman dapat dihindarkan.
Disamping itu situasinya dan kondisi tertentu amat
mempengaruhi karakter pelanggan, misalnya dalam situasi
yang panas dan kondisi perut lapar, seseorang yang
sebenarnya sabar, bisa menjadi emosional/marah dalam
situasi dilanda kesedihan, seseorang yang tadinya periang,
bisa berubah jadi murung.
c) Tipe-tipe Karakter Pelanggan
1) Pemarah dan tidak sopan
Customer bisa menjadi marah dan kurang sopan,
hanya disebabkan pelayanan yang tidak memuaskan,
ia mungkin akan menjadi emosi akibat dari
penanganan yang kurang baik. Cara yang paling tepat
menghadapinya adalah: Jangan biarkan cusumer
tersebut berbicara terus, dan jangan menanganinya
sendiri.
2). Customer yang ragu-ragu tersebut
Sebagian customer yng datang masih ragu, sehingga
tidak mempunyai keputusn. Mereka akan
mendenganrkan anda, menanyakan info tambahan,
tidak dapat memusatkan perhatian pada apa yang
dikehendakiya. Dalam hal ini anda perlu membuat
keputusan buat mereka, anda harus memotifasi
customer untuk dapat mengambil keputusan,
sehingga mereka merasa puas sebab anda dapat
berinisiatif.
3). Customer yang mencurigai
Customer semacam ini biasanya tiak mempercayai
informasi anda, mereka akan mengecek
kebenarannya yang anda berikan. Terkadang mereka
menjebak. Customer seperti ini menuntut
keberhasilan untuk mengatasinya secara profesional.
“apabila anda tidak bisa menjawab, jangan pernah
menerka, cara terbaik untuk menangani orang-orang
tersebut adalah membuat periapan berhati-hati dan
tenang dalam kata-kata dan tindakan anda”.
4). Customer yang pendiam
Mereka tidak dapat suatu pembicaraan, hanya
menginginkan informasi.
5). Customer yang suka mencela
51
Ada customer yang dala membeli suatu produk suka
mencela dan selalu mengatakan ada saja kelemahan
dari produk yang ditawarkan kepadanya.
6). Customer yang tahu segalanya
Customer ini perlu ditangani dengan hati-hati, hal-hal
perlu diperhatikan adalah:
(a). Tempatkan diri anda pada posisi kedua dan
pusatkan perhatian pada merek.
(b). Jangan menentang
(c). Jangan merasa lebih pntar dari customer
(d). Jangan bersikap seolah-olah merendahkan
customer
(e). Customer ini mudah terbujuk / dipengaruhi
(f). Memuji pengetahuan customer
(g). Memuji kekuasaan mereka dan mengangkat
mereka
(h). Ketegasan dalam memberi petunjuk
(i). Berikan beberapa penjelasan dan mengambil
sikap
4. Jenis-jenis Kebutuhan Pelanggan
Seperti tercermin pada falsafah bisnis jasa pelayanan yaitu “
pelanggan membeli pelayanan, bukan membeli produk’
Pelanggan itu tidak membeli produk yang kita tawarkan, tetapi
membeli pelayanan yang kita berikan. Kalau pelayanan kita baik,
ramah, penuh perhatian dan dapat memenuhi kebutuhan
pelanggan pada saat mereka datang dan melihat, maka dari
melihat kemudian mereka mencoba, meneliti sampai akhirnya
memutuskan untuk membeli.
Setiap pelanggan mengharapkan pelayanan yang baik.
Pelanggan mempunyai hak akan informasi yang jujur dan benar
tentang produk yang akan dibelinya, disamping itu pelanggan juga
mengharapkan pelayanan purna jual (after sales service) atau
pelayanan setelah penjualan, misalnya; ada garansi perawatan,
apa bila barang rusak/cacat, boleh dikembalikan atau ditukar.
Pelanggan juga mengharapkan kelayakan harga atas barang
yang dibelinya, juga mengharapkan potongan harga atas barang
yang di belinya.
Pada dasarnya harapan pelanggan yang paling utama adalah
kepuasan. Kepuasan pelanggan berarti memberikan kepada
pelanggan apa yang disukainya. Pelayan harus memberikan apa
yang pelanggan inginkan, kapan dan bagaimana cara pelanggan
memperolehnya.
Cara yang bisa dilakukan untuk memenuhi harapanharapan
pelanggan antara lain :
a) Menemukan kebutuhan pokok pelanggan
52
b) Mencari tahu apa sebenarnya yang menjadi harapan
pelanggan, sehingga mereka mau kembali datang
kepada perusahaan kita
c) Selalu memperhatikan apa yang menjadi harapan
pelanggan, lakukan melebihi dari yang diharapkan,
sehingga pelanggan merasa senang.
Cara diatas dilakukan agar pelanggan merasa puas,
kepuasan pelanggan banyak ditentukan oleh kualitas
pelayanan para petugas dilapangan. Jika pelayanan tidak
sesuai dengan harapan pelanggan, maka pelanggan
langsung menilai pelayanan yang diberikan
mengecewakan. Oleh karena itu, tahapan-tahapan yang
tiga di atas harus benar-benar diperhatikan oleh para
petugas pelayanan dilapangan.
5. Penanganan Keluhan Pelanggan
Menangani keluhan pelanggan secara lebih dini adalah suatu
sikap yang bijaksana dan tepat karena perusahaan akan lebih
mampu mengantisipasi hal-hal yang dapat merugikan. Sekecil
apapun kekecewaan pelanggan adalah merupakan keluhan yang
harus segera ditangani. Para petugas pelayanan harus mampu
mengatasi keluhan tersebut agar tidak semakin membesar dan
berdampak kurang baik bagi perusahaan.
Ada beberapa kiat dalam menangani keluhan pelanggan :
a) Hadapilah keluhan pelanggan dengan bijaksana, jangan
terbawa emosi, jangan mudah marah mendengarkan
omelan pelanggan
b) Dengarkan keluhan pelanggan dengan penuh perhatian,
sedapat mungkin hidupkan suasana penuh keakrapan
c) Petugas pelayanan tidak boleh membuat janji-janji jika
hanya untuk menyenangkan pelanggan
d) Berikanlah rasa simpatik dan ikut merasakan
keluhahan/kesulitan yang menimpa pelanggan
e) Tanggapi keluhan pelanggan dengan baik, sertakan
ucapan maaf yang tulus dan berjanji akan memperbaiki
kekurangan atas pelayanan yang diberikan. Keluhan
pelanggan karena sikap petugas yang kurang baik yang
sering dirasakan/dialami pelanggan antara lain; 1) Cara
bicara yang ketus, terkesan judes; 2) Memperlihatkan
wajah yang masam atau cemberut; 3) Bersifat
pasif/malas-malasan melayani pelanggan;
4) Menganggap rendah terhadap pelanggan.
Berbahaya lagi bila petugas pelayanan memposisikan dirinya
menjadi pusat perhatian, dengan memakai pakaian dan aksesoris
yang menjolok, serta memakai make–up yang berlebihan.
53
Biasanya petugas yang seperti tersebut di atas, kebanyakan
bertugas di public relations atau customer service. Banyak
pelanggan merasa rendah diri bila berhadapan dengan petugas
pelayanan seperti ini, akhirnya tentu pelanggan akan
meninggalkannya.
6. Pelayanan Prima
Pelayanan prima adalah suatu konsep pelayanan dalam rangka
meyakinkan pelanggan. Pelayanan prima dapat dicapai melalui
tindakan, yaitu bagaimana cara mempengaruhi, cara merayu,
meyakinkan dan memberikan suatu jaminan kepada calon
pelanggan atau pelanggan, sehingga mereka tertarik dan akhirnya
membeli atau menggunakan barang dan jasa yang kita tawarkan.
Beberapa konsep tindakan yang bisa dilakukan meliputi antara
lain :
a) Melakukan promosi oleh para salesmen
b) Memasang iklan di media massa (surat kabar,
majalah, televisi dan radio
c) Menyebarkan brosus, spanduk, pamflet, katalog
d) Menyelenggarakan demo gratis dengan
memberikan hadiah cuma-Cuma
e) Mengikuti pameran yang diselenggarakan secara
bersama-sama dengan perusahaan lain
f) Mengirim penawaran harga kepada pelanggan atau
calon pelanggan yang dilampiri dengan surat
order/pesanan barang.
Memenangkan strategi persaingan dalam usaha jasa pelayanan
melalui kiat pelayanan prima tidaklah cukup hanya melakukan
suatu proses administrasi saja, tetapi harus didukung pula oleh
tindakan para personalia perusahaan terutama para petugas
pelayanan sebagai jajaran terdepan yang berhadapan langsung
dengan pelanggan. Misalnya bagaimana cara merespon
keinginan-keinginan pelanggan, agar pelanggan merasa
terpuaskan.
Bagi perusahaan yang bergerak dibidang jasa pelayanan,
keramah-tamahan, sopan santun dan senyum yang selalu muncul
dari para karyawannya adalah aset yang sangat berharga. Para
petugas pelayanan merupakan ujung tombak perusahaan jasa
pelayanan yang akan berhadapan langsung dengan pihak
konsumen/pelanggan. Petugas pelayanan tidak hanya mampu
bertindak sebagai komunikator atau mediator, tetapi sekaligus
harus mampu menanamkan citra yang positif bagi perusahaan
dan juga harus memiliki kemampuan membantu perusahaan
memahami bahwa pelanggan adalah aset penting yang harus
dipelihara dan dipertahankan keberadaannya.
54
Oleh karena itu apapun permintaan pelanggan, bagimana
sikap dan tingkah laku pelanggan layanilah dengan selalu berpikir
positif. Usahakan selalu bersikap ramah, timbulkanlah sikap awal
yang baik karena kesan awal adalah penting untuk mempengaruhi
hubungan selanjutnya.
Seorang pimpinan perusahaan jasa pelayanan harus selalu
mengingatkan karyawannya (petugas pelayanan) agar
menanamkan sikap menghargai orang lain, supaya orang lainpun
juga menghargai kita. Salah satu kunci keberhasilan dalam
mengelola usaha jasa pelayanan terletak pada cara perusahaan
tersebut memperlakukan pelanggannya. Melayani pelanggan
dengan sikap hormat, ramah dan dengan tutur bahasa yang baik
disertai senyum merupakan penghargaan yang tak ternilai bagi
pelanggan dan akan mendatangkan manfaat yang besar bagi
perusahaan. Dengan demikian pelanggan akan selalu terkesan
dan tergerak hatinya untuk mengingat dan tidak mustahil akan
datang kembali untuk melakukan pembelian ulang keperusahaan
kita.
Pelanggan adalah pihak yang harus kita hargai dan hormati,
karena dari pelangganlah kelangsungan usaha akan terjamin.
Sikap menghargai pelanggan antara lain dengan melakukan halhal
sebagai berikut :
a) Bersikap hormat dan ramah
b) Pergunakanlah tutur kata yang baik dan sopan
c) Berikan senyuman agar tercipta suasana nyaman
d) Berbicaralh jujur dan jagalah perasaan pelanggan
e) Tunjukkanlah bahwa pelayan/ anda siap membantu
f) Hindarkanlah pelanggan menunggu terlalu lama
g) Sabarlah dalam memberikan informasi.
C. Menjaga Standar Presentasi Personal
1. Pengertian dan Tujuan Penampilan Diri
Dalam menangani pelayanan prima yang dapat disumbangkan
oleh jajaran petugas terhadap para pelanggan adalah hasil berbagai
proses yang saling mendukung. Antara lain manajemen pengelolaan
yang baik, sumberdaya manusia yang cekatan dan jalinan hubungan
yang saling menguntungkan antara perusanhaan dengan pihak lain
yang terkait. Pelayanan prima adalah usaha maksimum dari jajaran
petugas pelayanan sebagai ujung tombak perusahaan industri jasa
pelayanan untuk memenuhi harapan dan kebutuhan pelanggan dalam
melakukan kegiatan pembeliannya.
Ada beberapa hal yang yang terkait dalam rangka melaksanakan
pelayanan prima berdasarkan konsep sikap, yaitu pelayanan
pelanggan berdasarkan penampilan diri. Penampilan adalah suatu
bentuk citra diri yang terpancar pada diri seseorang dan merupakan
sarana komunikasi diri kita dengan orang lain. Berpenampilan
55
menarik adalah salah satu bagian dari kunci sukses dalam bekerja,
terutama pekerjaan yang berhubungan dengan orang lain.
Penampilan diri yang baik adalah perpaduan dari keserasian
penampilan luar (fisik) dan penampilan yang timbul dari diri kita
(rohani). Agar dapat tampil serasi didepan pelanggan kita harus dapat
memenuhi beberapa persyaratan, seperti:
a) Kesehatan tubuh berkaitan dengan makanan yang
dikonsumsi harus bergizi, dan selalu berolah raga
b) Perawatan anggota tubuh, seperti ; perawatan kulit,
perawatan wajah, perawatan tangan dan kaki, perawatan
rambut serta menghilangkan bau badan dan nafas tidak
sedap.
Cara berbusana biasanya memancarkan kepribadian orang yang
memakainya. Dari cara berbusana seseorang dapat dilihat
kepribadiannya, tingkat pendidikannya, lingkungan pergaulannya, dan
seleranya. Untuk dapat tampil dengan busana yang serasi harus
memiliki pengetahuan tentang tentang pilihan yang berhubungan
dengan kepribadian dan pembawaan sipemakai, mampu
menyesuaikan dengan kebutuhan, adat istiadat dann
lingkungan/suasana dan kesempatan.
2. Bekerja dengan aman
Aman berarti, tidak merasa takut atau lepas dari bahaya,
tenteram, sentosa (W.J.S Poerwadarminta). Keamanan berarti,
keadaan aman tidak merasa takut atau lepas dari bahaya,
ketenteraman, sentosa. Keamanan, sangat diperlukan dalam bekerja,
dalam mengemukakan pendapat, dalam menjalankan aktifits seharihari,
dalam berkendaraan dan dalam bersosialisasi.
Kesadaran adalah bagian terpenting yang harus diingat oleh
karyawan agar dapat memberikan kontribusi terhadap keamanan
para tamu/pelanggan, serta karyawan lain. Jangan pernah
menempatkan diri anda atau diri orang lain dalam keadaan bahaya
dengan cara, mempergunakan peralatan yang masih asing bagi anda.
Jangan bersikap seolah-olah ahli dan memberikan penjelasan, ketika
teman tidak bisa memakai peralatan.
Berusahalah untuk selalu menjaga keamanan dilingkungan kerja
masing-masing. Untuk setiap bahaya, upayakan agar keamanan
selalu menjadi prioritas utama. Jika anda menemui hal-hal yang dapat
membahayakan kerja, untuk sementara tinggalkan pekerjaan yang
sedang anda kerjakan.
D. Melakukan Pekerjaan Secara Tim
56
Tim adalah sekumpulan orang berakal yang terdiri atas dua, lima,
hingga dua puluh orang dan memenuhi syarat terpenuhinya
kesepahaman hingga membentuk sinergi antarpelbagai aktivitas yang
dilakukan anggotanya. Jadi perilaku anggota tim harus mencerminkan
keserasian yang menunjukkan bahwa setiap anggota bertindak dalam
bingkai dan sesuai dengan sekumpulan prinsip atau tujuan bersama.
Menurut Zuhair Al Kaid, tim adalah sebuah gambaran dari pelbagai
bentuk kolektivitas yang dibentuk untuk mengikuti dorongan semangat
untuk memiliki keterikatan pada kelompok tertentu. Demikian pula
dorongan untuk pengakuan sosial serta membawa misi keterikatan
secara materi dan maknawi
Tidak ada orang dalam tim yang bisa persis dengan anda. Anggota
tim tidak berpikir dengan cara yang sama dan memegang nilai yang sama
dengan anda. Memang tim yang semua anggotanya sama persis akan
bebas dari konflik, tetapi akan kekurangan keragaman yang bisa
melahirkan gagasan baru. Meskipun demikian, tim yang terdiri dari
individu-individu berbeda memiliki banyak tantangan. Jika tim anda tidak
menunjukkan rasa saling percaya, saling menghargai dan keterbukaan,
tim tersebut akan terpecah atau terjerat dalam ketidakmanfaatan.
Tim adalah media agar setiap individu dapat bekerja secara kolektif
dengan penuh sinergi sebagai satu kesatuan yang senyawa. Pekerjaan
atau aktivitas yang dilakukan dalam sebuah tim memiliki nilai lebih karena
tersedianya pelbahai jalinan relasi manusia secara langsung tanpa
adanya rintangan-rintangan formal antara individu. Kondisi ini tentunya
berdampak positif, yaitu dapat memompa semangat anggota tim untuk
bekerja secara produktif.
Dalam tataran manusiawi, bermain sendiri sangat membosankan dan
lebih cenderung mengantarkan pada kegagalan. Tidak mungkin manusia
dapat hidup dengan menyendiri semata, tim kerja merupakan sumber
penting bagi proses pemutakhiran pengetahuan. Di sana individu-individu
berbeda bersatu dalam satu ikatan dengan cara yang berbeda-beda pula
yang pada akhirnya, karena interaksi yang tidak dapat dihindarkan,
terciptalah sifat-sifat bersama yang membentuk kepribadian setiap
individu dalam tim. Sebuah potensi dapat diinvestasikan untuk
menghasilkan laba semaksimal mungkin melalui terciptanya suasana
Kepribadian
Jenis Kelamin
Budaya
Tujuan
Tantangan
57
kondusif bagi terciptanya sebuah proses yang interaktif yang
memproduksi pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan
yang telah ada.
Berikut ini adalah ciri-ciri tim yang memiliki komitmen untuk
bekerja bersama. Sebuah tim yang memiliki model semacam ini
menerima semua anggota dan menggunakan kekuatannya untuk
menghasilkan manfaat bagi tim. Karakteristik tim yang dinamis dan
memiliki anggota beragam sebagai berikut:
1. Berorientasi pada opini
a) Berlawanan dengan orang yang bersifat dogmatis, sifat
berorientasi pada opini akan mengarahkan orang untuk tidak
mengutuk orang lain.
b) Anggota yang berorientasi pada opini memperkenalkan
gagasannya tanpa mengusulkan atau bahkan mengisyaratkan
agar orang lain memberi posisi istimewa pada gagasannya.
c) Anggota tim mengatakan gagasannya dan meminta gagasan
orang lain, bukan menunjukkan bahwa gagasannyalah yang
memberi jawaban terhadap permasalahannya.
d) Mereka tidak hanya memfokuskan pada idenya sendiri, tetapi
menginvestigasi pendapat orang lain.
2. Berorientasi pada persamaan
a) Dalam kelompok yang beragam, rasa persamaan merupakan
titik awal dari komunikasi yang efektif
b) Anggota tim yang berorientasi pada persamaan melihat
keragaman sebagai suatu keunggulan “perbedaan yang kita
miliki memungkinkan kita untuk mengecek setiap sisi, sudut,
puncak dan dasar suatu permasalahan.”
c) Sebuah tim yang berorientasi pada persamaan mengandalkan
pada semua anggota.
d) Kepercayaan terhadap anggota tim meningkatkan
produktifitas.
3. Berfokus pada tujuan
a) Anggota tim yang memfokuskan pada tujuan kelompok, kecil
kemungkinannya akan bercekcok dikarenakan keunikan
masing-masing anggota.
b) Keseluruhan anggota tim memiliki tujuan yang sama.
c) Bagi anggota tim yang berfokus pada tujuan, keunikan
masing-masing anggota bukanlah masalah.
d) Anggota tim mengakui bahwa individu juga memiliki tujuan
dan mungkin tujuan tersebut bisa bertentangan dengan tujuan
tim.
58
e) Keunikan anggota tim yang muncul kepermukaan segera
diatasi, tidak dibiarkan sampai melahirkan masalah.
Tim yang menunjukkan ciri-ciri di atas akan membentuk iklim
saling percaya dan saling peduli. Anggota tim memiliki sikap yang
memungkinkan adanya keterbukaan komunikasi. Apabila setiap
tim menjadikan karakteristik ini sebagai model, perbedaan tidak
menjadi masalah. Meskipun demikian, dalam kenyataan kita
menemukan komunikasi sering terputus apabila orang tidak
memahami atau menerima keunikan. Cara anggota tim
memahami dan bekerja dengan keunikan individu secara
langsung mempengaruhi kinerja tim. Perhatikan gambar berikut :
Semua jenis keunikan bisa mendorong tim menuju tujuannya.
Sebagai contoh, anggota tim yang pendiam seproduktif anggota tim
yang tegas. Anda mungkin berasumsi bahwa anggota tim yang tidak
tegas dan bersemangat tidak akan memiliki gagasan yang baik untuk
berkontribusi. Sebenarnya yang terjadi adalah dia memproses
informasi dengan sangat hati-hati dan mungkin memiliki gagasan
yang luar biasa jika diberi kesempatan untuk mengemukakannya.
E. Menangani kesalah pahaman antar budaya
Tidak disangsikan lagi, setiap anggota tim memiliki latar belakang dan
kemampuan yang berbeda. Perbedaan dalam kepribadian, budaya, jenis
kelamin dan lain sebagainya bisa mendatangkan kesalahpahaman.
Kesalahpahaman sering juga disebabkan oleh penggunaan bahasa.
Jenis
kelamin
Sifat
Usia
Ras
Budaya
Agama
59
Bahasa terikat oleh konteks budaya, dengan kata lain bahasa dapat
dipandang sebagai perluasan budaya.
Para ilmuwan sosial mengakui bahwa budaya dan komunikasi
mempunyai hubungan timbal balik, seperti dua sisi dari satu mata uang.
Budaya menjadi bagian dari perilaku komunikasi, dan pada gilirannya
komunikasi pun turut menentukan, memelihara, mengembangkan atau
mewariskan budaya. Edwar T. Hall mengatakan “budaya adalah
komunikasi” dan “komunikasi adalah budaya”. Pada satu sisi, komunikasi
merupakan suatu mekanisme untuk mensosialisasikan norma-norma
budaya masyarakat baik secara horizontal, dari suatu masyarakat kepada
masyarakat lainnya, ataupun secara vertikal, dari suatu generasi ke
generasi berikutnya. Pada sisi lain, budaya menetapkan norma-norma
(komunikasi) yang dianggap sesuai untuk suatu kelompok tertentu,
misalnya anak perempuan tidak main pistol-pistolan, pedang-pedangan
atau mobil-mobilan. Anak laki-laki tidak gampang menangis, tidak main
boneka.
Kelompok-kelompok budaya atau subkultur-subkultur yang ada dalam
suatu budaya mempunyai perangkat norma yang berlainan. Misalnya
terdapat perbedaan norma-norma komunikasi antara kaum militer dengan
kaum sipil, kaum konservatif dengan kaum radikal, penduduk kota
berbeda dengan penduduk desa, berkomunikasi dengan orang Amerika
berbeda dengan orang Jerman (perbedaan antar negara). Oleh karena
fakta yang sama atau ransangan komunikasi yang sama mungkin
dipersepsikan secara berbeda oleh kelompok-kelompok yang berbeda
kultur atau subkultur tersebut, kesalahpahaman hampir tidak dapat
dihindarkan. Akan tetapi ini tidak berarti bahwa berbeda itu buruk.
Kematangan dalam budaya ditandai dengan toleransi atas perbedaan.
Mengutuk orang lain karena mereka berbeda adalah tanda kebebalan
atau kecongkakan.
Tetapi kesalah pahaman antar budaya perlu diatasi dengan cara
mengenal latar belakang mereka baik dari segi budaya, bahasa, norma
sehari-hari dan lain-lain. Selain itu bisa juga dengan cara berlatih tentang
cara berkomunikasi atau melayani mereka yang berasal dari latar
belakang yang beragam. Dengan memahami dan mengerti latar belakang
masing-masing pelanggan, anda diharapkan kompeten untuk
mengadakan komunikasi dengan para pelanggan dari manapun mereka
berasal, namun semua itu harus didukung dengan kemampuan
berbahasa , baik bahasa daerah maupun bahasa inggris yang memadai.
Pada kesempatan ini dicontohkan perbedaan pelanggan dari Amerika
dengan pelanggan dari Jerman.
1. Berkomunikasi dengan pelanggan dari Amerika.
Masyarakat bisnis Amerika memiliki reputasi yang terkuat di
dunia, tetapi dalam berbagai hal, mereka adalah bangsa yang paling
mudah untuk diajak berhubungan. Hal ini dsebabkan oleh filosofi
bisnis mereka yang tidak rumit. Tujuan mereka adalah mendapatkan
60
uang sebanyak-banyaknya dan secepat-cepatnya, dengan bekerja
keras dan menggunakan kecepatan, kesempatan, kekuatan (juga
kekuatan uang itu sendiri) sebagai alat untuk mencapai tujuan ini.
Keputusan bisnis mereka biasanya tidak dipengaruhi oleh perasaan;
dan dolar, bila tidak di-Tuhan-kan, setidaknya dianggap sebagai
penguasa. Pengejaran keuntungan yang semata-mata ini sering
mengakibatkan mereka diangggap sebagai bangsa yang kejam.
Bangsa Eropa Utara dikenal dapat berhubungan dengan Amerika
dengan sukses. Reputasi mereka sebagai manajer yang berterus
terang disambut baik oleh bangsa Amerika yang terbuka dan berterus
terang, yang sering merasa jengkel dengan apa yang mereka anggap
sebagai tatakrama orang-orang timur yang berliku-liku. Pada
pertemuan, orang Amerika menunjukkan kecenderungan sebagai
berikut :
a. Mereka individualistik, senang melakukan segala sesuatu
sendiri tanpa mengeceknya ke kantor pusat. Segala sesuatu
berjalan kecuali jika dibatasi.
b. Mereka memperkenalkan informalitas dengan segera; mereka
melepaskan jas, menggunakan nama depan, membahas
rincian pribadi, misalnya keluarga.
c. Mereka memberi kesan naif dengan tidak menggunakan bahsa
apa pun selain bahasa Inggris, dan dengan tidak
menggunakan bahasa apa pun selain bahasa Inggris, dan
dengan menunjukkan rasa percaya yang segera melalui
keramahtamahan yang berlebihan.
d. Mereka menggunakan humor kapan pun mereka bisa, sekali
pun lawan bicara mereka gagal memahaminya atau
menganggapnya sebagai hal yang salah penempatan.
e. Mereka bersifat terbuka sejak awal, kemudian melakukan
proses atas dasar penawaran dan penawaran balik. Mereka
sering menghadapi kesulitan apabila pihak lain tidak
menyatakan apa yang mereka inginkan.
f. Mereka mengambili risiko, tetapi membuat rencana (keuangan)
yang pasti, yang harus ditaati.
g. Mereka mempertimbangkan sebagian besar usulan atas dasar
investasi / keuntungan atau investasi / skala waktu.
h. Waktu adalah selalu uang. ”ayo kita bicarakan inti
persoalannya”.
i. Mereka mencoba mendengarkan persetujuan lisan pada
pertemuan pertama. ”apakah kita sudah mencapai
persetujuan?”. mereka ingin berjabatan tangan. Pihak lainnya
sering merasakan hal tersebut terlalu kompleks untuk disetujui
pada saat itu juga.
j. Mereka menginginkan prinsip ”ya” dan akan menyusun
rinciannya kemudian. Tapi mereka mungkin merasa sulit untuk
menyusun rincian tersebut dan memeriksa segala sesuatunya
61
walaupun terdapat kepercayaan yang nyata. Orang Jerman,
orang Perancis, dan yang lainnya lebih suka menyelesaikan
rincian terlebih dahulu.
k. Mereka tidak menyukai ketenangan atau kesunyian selama
negosiasi. Mereka terbiasa menyusun pikiran dengan cepat
(sangat cepat berpikir).
l. Mereka oportunis dan penanggungan risiko sering
mengakibatkan orang Amerika memperoleh bagian bisnis
yang terbesar, seratus persen jika memungkinkan.
m. Seringkali mereka kurang sabar, dan akan mengatakan
sesuatu yang menyebalkan atau menjengkelkan (lihat tawaran
kami yang berlimpah) untuk menyelesaikan persoalan.
n. Mereka teguh. Selalu ada pemecahan. Mereka akan
menjelajahi semua pilihan bila menghadapi jalan buntu.
o. Mereka konsisten. Ketika mereka berkata ”anda setuju”
mereka jarang mengubah pikiran mereka.
p. Mereka mengungkapkan segalanya melalui kata-kata. Tetapi
bila mereka menggunakan kata-kata seperti ”adil”,
”demokratik”, ”jujur”, ”setuju”, ”nilai”, ”menerima”, mereka
berpikir pihak lain menyetujuinya. Hal ini terjadi karena
subbudaya Amerika, seperti orang-orang Czech, Jerman, dan
Polandia, memang memahaminya.
q. Mereka berterus terang. Mereka akan tidak setuju dan
menyatakan apa adanya. Hal ini menyebabkan keadaan yang
memalukan bagi orang-orang Jepang, Arab, Italia, dan Latin
lainnya.
r. Mereka sering mengungkapkan kekuatan yang kasar sebagai
argumen; misalnya kekuatan keuangan mereka dan posisi
yang tidak dapat dibantah. Mereka akan menggunakan suara
mayoritas tanpa ragu-ragu jika mereka mendapatkannya dan
tidak akan membuang banyak waktu untuk berjuang mencapai
mufakat. Mereka dengan senang hati memecat orang yang
menghalangi persetujuan.
s. Mereka menganggap semua negosiator memiliki kecakapan
teknis dan berharap menang atas pengetahuan teknis mereka
sendiri. Mereka lupa bahwa pihak lain mungkin melihatnya
sebagai masalah status negosiator utama. Bagaimana
seorang kepala perusahaan Meksiko dikalahkan seorang
insyinyur Amerika?
t. Mereka menganggap bernegosiasi sebagai pemecahan
masalah melalui tindakan memberi dan menerima atas dasar
kekuatan masing-masing. Mereka tidak menghargai bahwa
pihak lain mungkin hanya memiliki satu posisi.
u. Paman Sam adalah yang terbaik. Akan tetapi, negosiasi yang
berhasil harus memasuki dunia budaya pihak lain. Banyak
orang Amerika menganggap Amerika sebagai kekuatan
62
ekonomi dan demokrasi yang paling berhasil, karena itu
menganggap bahwa norma-norma Amerika adalah normanorma
yang benar.
v. Ini mengakibatkan kurangnya minat atau pengetahuan
mengenai budaya asing. Bangsa Amerika seringkali hanya
sedikit mengetahui masalah-masalah seperti menghindari rasa
malu, pakaian yang layak, penggunaan kartu bisnis, hal yang
menyenangkan dalam kemasyarakatan dan formalitas yang
penting bagi orang-orang Arab, Yunani, Spanyol, dan
sebagainya.
w. Di Amerika Serikat, dolar adalah yang berkuasa dan akan
memenangkan sebagian besar argumen. Orang-orang
Amerika tidak selalu menyadari bahwa orang-orang Meksiko,
Arab, Jepang, dan yang lainnya jarang sekali mengorbankan
kehormatan status, protokol, atau nasional untuk keuangan.
Orang-orang utara yang pragmatik dan tenang dapat hidup
dengan sebagian besar karakteristik ini. Juga, mereka terbiasa
dengan informalitas, nama depan, humor, keteguhan, kekasaran,
kemampuan teknis, tawar-menawar, memberi dan menerima, dan
konsistensi dalam berpegang pada yang telah disetujui. Mereka juga
berharap menandatangani perjanjian tanpa pembuangan waktu yang
tidak perlu atau prosedur yang membingungkan.
Namun, kehati-hatian harus dijalankan. Orang-orang Amerika
berbicara dengan cepat dan jika mereka menggunakan bahasa
Inggris mungkin terdapat jebakan-jebakan tertentu. Menghadapi
orang Amerika, seseorang harus dapat membaca ”catatan yang baik”,
karena keterbukaan dan kepercayaan yang nyata terhadap pihak lain
biasanya dikosongkan oleh pengawasan legal yang ketat dalam
perjanjian mereka, dan mereka tidak akan ragu-ragu menurut anda di
kemudian hari jika anda tidak memenuhi setiap ketentuan yang telah
anda setujui. Hukum Amerika juga sangat berbeda dengan berbagai
sistem legal lainnya.
Anda harus selalu berusaha untuk tampak berterus terang, jujur,
tetapi tegas dalam mengadakan persetujuan dengan orang-orang
Amerika yang akan menghormati kegembiraan, ketidaksetujuan yang
terbuka, kewaspadaan dan rencana yang kuat. Anda tidak boleh
”berbasa-basi” seperti bila anda berbicara dengan orang-orang
Jepang atau Italia, ”ya, tapi apa yang terjadi bila...?” adalah
pernyataan yang baik terhadap orang Amerika.
2. Berkomunikasi dengan pelanggan dari Jerman
Karakteristik budaya bisnis Jerman adalah sikap monokronik
terhadap penggunaan waktu, misalnya hasrat menyelesaikan
serangkaian tindakan sebelum memulai tindakan lain; keyakinan yang
kuat bahwa mereka adalah negosiator yang jujur dan terus terang;
63
dan cenderung bersikap lugas dan menyampaikan ketidaksetujuan
secara terbuka dari pada menunjukkan kesopanan atau berdiplomasi.
Perusahaan Jerman adalah entitas tradisional yang bergerak
lambat, yang dibebani oleh petunjuk-petunjuk, sistem dan jalur
hierarkis yang oleh orang-orang Eropa dan Amerika dianggap terlalu
kaku dan ketinggalan zaman. Hierarki bersifat perintah yang
seringkali mengakibatkan rasa hormat yang berlebihan kepada
seorang atasan langsung dan CEO (Chief Executive Officer).
Bos Jerman adalah orang yang punya privasi tinggi, yang
biasanya duduk terpisah di kantor yang besar di balik pintu yang
tertutup. Para eksekutif Amerika dan skandinavia lebih menyukai
kebijakan pintu terbuka dan mengelilingi kantor dan berbincangbincang
dengan rekan sekerja. Komunikasi horizontal ini sangat
berbeda dengan sistem vertikel Jerman, dimana instruksi hanya
disampaikan kepada bawahan langsung, dan disimpan dengan kaku
pada bagian (departemen) seseorang.
Di banyak negara terdapat persaingan bagian, tetapi ketika
berhubungan dengan orang Jerman kita harus ingat bahwa orang
Jerman bisa sangat sensitif dengan hal ini. Berusahalah selalu
menemukan orang yang tepat untuk memperoleh setiap pesan. Jika
anda menghina orang Jerman, ia akan mengingatnya untuk waktu
yang panjang.
Orang Jerman sangat menghormati harta milik dan kekayaan.
Bangunan kokoh, mobil dan pakaian yang bagus adalah penting bagi
mereka dan akan membuat anda terkesan dengan semua ini. Anda
harus mengakui kehebatan harta milik orang Jerman dan merasa
enggan untuk memamerkan kekuatan, fasilitas anda, dan lain-lain.
Orang Jerman berharap percaya bahwa anda sekuat mereka.
Ketika mengiklankan produk perusahaan mereka, sebaiknya anda
memasukkan rincian sebanyak mungkin. Orang Jerman tidak
terkesan dengan iklan televisi yang mencolok, slogan yang cerdik,
atau ilustrasi yang artistik. Surat kabar mereka penuh dengan iklan
yang faktual dan padat, yang memberikan informasi yang sebanyakbanyaknya
dalam ruang yang tersedia. Brosur yang ditujukan untuk
pasar Jerman dapat dibenarkan sepenuhnya dikemudian hari. Tidak
peduli seberapa panjang dan membosankan brosur itu, orang Jerman
akan membacanya. Mereka juga mengharapkan produk anda benarbenar
sesuai dengan gambaran yang diberikan.
Orang Jerman mempunyai gaya yang tersendiri dalam
mengadakan pertemuan dan negosiasi. Anda mungkin terlihat bahwa
prosedur yang diadakan perusahaan besar Jerman jauh lebih formal
dibandingkan dengan prosedur di negara yang anda. Biasanya
disarankan agar anda melakukan pendekatan yang agak lebih formal
dengan orang Jerman pada pertemuan, juga memperhatikan
karakteristik-karakteristik orang Jerman sebagai berikut ini, agar anda
dapat memberikan reaksi secara tepat :
64
a. Orang Jerman akan hadir pada pertemuan dengan pakaian
rapi dan dengan penampilan berdisiplin. Anda harus
menyesuaikan diri dengan hal ini.
b. Mereka akan memperhatikan susunan tempat duduk secara
hierarkis dan urutan bicara.
c. Mereka akan hadir dengan persiapan yang baik mengenai
urusan yang dibicarakan, dan mengharapkan anda
melakukan hal yang sama.
d. Mereka akan mengajukan argumen yang logis dan penting
untuk mendukung masalah mereka.
e. Mereka sering memikirkan kemungkinan serangan balasan
anda dan siap dengan lini serangan yang kedua.
f. Mereka tidak mengakui kasus atau argumen mereka dengan
mudah, tetapi cenderung mencari persamaan pendapat. Ini
sering merupakan pendekatan anda yang terbaik untuk
mencapai kemajuan. Bentrokan dengan perusahaan jerman
yang cukup besar jarang membuahkan hasil.
g. Mereka yakin bahwa mereka lebih efisien (Grundlich) dari
pada orang lain dan tidak mudah mengubah pendapat.
h. Mereka menggolong-golongkan argumen mereka. Setiap
anggota membicarakan kekhususan mereka. Mereka
berharap pihak anda melakukan hal yang sama.
i. Mereka tidak mencampuri ucapan seorang kolega dan
biasanya menunjukkan kerjasama yang baik. Akan tetapi,
mereka saling membantah secara pribadi diantara sesi-sesi.
Karena wajah mereka tidak menyembunyikan perasaan, anda
dapat dengan mudah mengetahui perbedaan pendapat
diantara mereka melalui ekspresi wajah dan bahasa tubuh
mereka.
j. Seperti orang Jepang, mereka suka membicarakan kembali
rincian berulang-ulang. Mereka ingin menghindarkan
kesalahpahaman di kemudian hari. Anda harus sabar.
k. Mereka tidak suka terburu-buru.
l. Mereka suka membuat keputusan dalam pertemuan (tidak
seperti orang Jepang atau orang Perancis), tapi mereka selalu
berhati-hati.
m. Mereka biasanya patuh pada apa yang telah mereka setujui
secara lisan.
n. Jika anda mengadakan penjualan kepada mereka, mereka
akan bertanya pada anda dengan agresif mengenai hal-hal
yang dianggap sangat penting oleh orang Jerman, seperti
kualitas barang, tanggal pengiriman, dan harga yang
bersaing. Bersiaplah.
o. Pada akhirnya, mereka mengharapkan untuk mendapatkan
harga terbaik (yang paling murah). Mereka mungkin hanya
memberi anda bisnis kecil ”percobaan”. Ambillah hal itu akan
65
menghasilkan bisnis yang lebih besar pada waktu mendatang
jika mereka merasa puas.
p. Mereka akan bersungguh-sungguh mencari kekurangan
dalam produk atau pelayanan anda, dan akan mengkritik
anda secara terbuka (bahkan secara energik) jika klaim anda
tidak sesuai. Sampaikanlah permohonan maaf bila anda gagal
dalam hal ini. Mereka senang menerima permohonan maaf
karena hal ini membuat mereka merasa lebih baik. Juga, anda
harus mengimbangi.
q. Mereka bisa sangat sensitif untuk mengkritik diri mereka
sendiri. Oleh karena itu anda harus berusaha menghindari
tindakan yang membuat mereka malu, bahkan tindakan yang
mengkin dilakukan tanpa disadari.
r. Gunakan nama keluarga saja dan tunjukkan penghormatan
atas gelar mereka. Banyak sekali Doktor di Jerman.
s. Jangan memperkenalkan humor atau lelucon selama
pertemuan bisnis. Mereka bukan orang Amerika, mereka tidak
suka bercanda. Bisnis adalah serius. Ceritakanlah kisah-kisah
lucu setelah pertemuan, pada saat minum bir. Anda akan
menemukan banyak cerita mereka yang lucu dan kasar.
Tertawalah dengan cara yang terbaik.
t. Mereka akan membuat catatan dan kembali dengan
persiapan yang matang pada hari berikutnya. Akan
menguntungkan bagi anda untuk melakukan hal yang sama.
u. Orang Jerman biasanya mempunyai kecakapan bahasa yang
baik (terutama bahasa Inggris dan bahasa Perancis) tetapi
mereka sering kurang pengetahuan mengenai budaya asing
(mereka mungkin lebih sedikit mengetahui hal-hal tentang
negara anda dibandingkan dengan yang anda kira). Mereka
senang menggunakan bahasa Jerman kapan pun mereka
dapat.
v. Mereka biasanya yakin bahwa mereka adalah bangsa yang
paling jujur, dapat dipercaya, dan tulus hati di seluruh dunia,
juga dalam negosiasi bisnis. Tunjukkan pada mereka bahwa
dalam hal ini anda sederajat dengan mereka.
Orang Jerman memang tulus dan mereka menganggap bahwa
orang lain juga demikian. Mereka sering kecewa karena orang lain
yang lebih menyukai pendekatan yang asal-asalan atau sembrono
terhadap kehidupan yang tidak selalu memberikan jawaban yang
serius terhadap pertanyaan yang serius. Orang Jerman cenderung
melakukan pencarian yang lama akan arti kehidupan yang
sebenarnya dan suka menghabiskan waktu mereka untuk hal-hal
yang menguntungkan, baik untuk memperkaya simpanan kekayaan
atau jiwa mereka.
66
Dalam keseriusan mereka, mereka berusaha keras untuk menjadi
warga yang patuh dan yang tidak membuat masalah. Di negara yang
ramai ini, tekanan untuk menyesuaikan diri dengan masyarakat umum
memang sangat kuat. Orang jerman tidak ingin dipandang sebagai
orang yang tidak konvensional atau tidak lazim. Mereka tidak
berhasrat untuk menjadi eksentrik (seperti orang-orang Inggris,
Perancis, atau Amerika). Orang Jerman berusaha untuk tidak
membuat kesalahan dan biasanya berhasil. Jika anda membuat
kesalahan, mereka akan mengatakannya kepada anda. Mereka tidak
kasar ini adalah hasrat mereka yang tidak dapat dihentikan akan
keteraturan dan kesesuaian. Orang Jerman suak keadilan dan
mereka sering melakukan sesuatu untuk menunjukkan betapa adilnya
mereka.
Orang Jerman sering tampil sebagai orang yang hebat dan tanpa
humor bagi orang Anglo-Saxon yang suka bersikap sembrono dalam
percakapan. Orang Jerman tidak memiliki kecanduan seperti orang
Inggris dan orang Amerika terhadap cerita lucu atau lelucon. Mereka
menginginkan jalinan persahabatan yang kuat dan tertarik pada
masalah-masalah kehidupan dan misteri yang membingungkan.
Orang Anglo-saxon tidak selalu mengetahui cara menjalin
persahabatan yang cepat dengan mereka. Akan tetapi, ketika mereka
berhasil memasuki struktur persahabatan Jerman yang agak rumit,
mereka menemukan banyak ganjaran. Orang Jerman pada umumnya
adalah teman yang sejati dan setia, yang luar biasa bertahan. Dari
luar mereka tampak berwajah masam dan berhati-hati. Padahal
sebenarnya mereka menginginkan kasih sayang dan popularitas.
Seperti kita, mereka ingin dihormati ketika mereka menemukan
bahwa orang-orang Inggris, Amerika atau Perancis yang tampaknya
acuh tak acuh (easy going) dan lucu juga dapat sesetia orang Jerman
memang merupakan investasi yang sangat berharga.
Rangkuman
Fungsi komunikasi sebagai komunkasi sosial setidaknya
mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep
diri manusia, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk
memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara
lain lewat komuniksi yang bersifat menghibur, dan memupuk hubungan
dengan orang lain.
Melalui komunikasi kita bekerja sama dengan anggota
masyarakat (keluarga, kelompok belajar, pelanggan, teman sejawat,
atasan dan bawahan, RT, RW,, desa, kota dan negara secara
keseluruhan) untuk mencapai tujuan bersama.
Orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia, bisa dipastikan
akan “tersesat”, karena ia tidak berkesempatan menata dirinya dalam
suatu lingkungan sosial. Komunikasilah yang memungkinkan individu
67
membangun suatu kerangka rujukan dan menggunakannya sebagai
panduan untuk menafsirkan situasi apapun yang ia hadapi. Komunikasi
pula yang memungkinkannya mempelajari dan menerapkan strategistrategi
adaptif untuk mengatasi situasi-situasi problematik yang ia
masuki. Tanpa melibatkan diri dalam komunikasi, seseorang tidak akan
tahu bagaimana makan, minum, berbicara sebagai manusia dan
memperlakukan manusia lain secara beradab, karena cara-cara
berperilaku tersebut harus dipelajari lewat pengasuhan keluarga dan
pergaulan dengan orang lain yang intinya adalah komuniksi.
.
Evaluasi:
1. Jelaskan pengertian komunikasi dan pengertian pelayanan prima.
2. Jelaskan hubungan pelayanan dengan karakter pelanggan.
3. Jelaskan bagaimana cara mengatasi kesalah pahaman antar
budaya.
4. Seorang pelajar mempunyai hak dan kewajiban disekolah,
bagaimana kegiatanmu dalam melakukan kewajiban sebagai
makhluk sosial terhadap guru dan teman-temanmu, hasil jawaban
diskusikan dengan teman sekelas
Kompetensi yang diharapkan dari materi pada bab ini adalah :
Melakukan komunikasi ditempat kerja, Memberikan pelayanan
secara prima kepada pelanggan, Memberikan bantuan untuk
pelanggan internal dan eksternal, Standar persentasi personal,
Melakukan pekerjaan secara tim, mampu melakukan pekerjaan
dalam lingkungan sosial yang beragam, serta mampu menangani
kesalah-pahaman antar budaya.
68
69
BAB III
KESEHATAN, KESELAMATAN DAN
KEAMANAN KERJA
A. Dasar-dasar Kesehatan, Keselamatan dan
Keamanan Kerja
Mengapa sebahagian besar orang khawatir dengan kesehatan,
keselamatan dan keamanan kerja. Kesehatan barasal dari kata sehat.
Sehat menurut World Health Organization (WHO) Health is state of
complete physical, mental and social wellbeing and not merely the
absence of disease and infirmity. Sehat menurut “Hanlon” mencakup
keadaan pada diri seseorang secara menyeluruh untuk tetap mempunyai
kemampuan melakukan tugas fisiologis maupun psikologis penuh. UU no
9 tahun 1960, tentang pokok-pokok kesehatan, pasal 2, disebutkan
bahwa yang dimaksud dengan kesehatan ialah: meliputi kesehatan
badan, rohaniah (mental) dan sosial, dan bukan hanya keadaan yang
bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan-kelemahan lainnya. Melalui
upaya kesehatan yaitu: upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan
dan pemulihan kesehatan serta upaya penunjang yang diperlukan.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sehat tersebut
mencakup:
1. Sehat secara jasmani
2. Sehat secara mental/rohani
3. Sehat secara sosial
Sehat secara jasmani dapat dilihat secara physical (penampilan),
yaitu : a) Dapat melakukan aktifitasnya dengan baik, misalnya: makan,
minum, berjalan dan bekerja; b) Penampilannya baik, misalnya: cara
berpakaian, cara berbicara, atau cara berdandan; c) Dapat menggunakan
sarana dan prasarana kerja dengan baik (sesuai aturan).
Sehat secara mental/rohani dapat dilihat dari bagaimana seseorang :
a) Menentukan prioritas dengan memilah-milah apa saja yang benarbenar
berguna dalam hidupnya; b) Menghargai dan memberi hadiah diri
sendiri atas tindakan, sikap dan pikiran yang positif; c) Menjalankan hidup
kerohanian secara teratur; d) Mengasihi sesama dengan memberi
bantuan baik dalam bentuk nasehat/moril atau materil; e) Berpikir
kedepan dan mencoba mengantisipasi bagaimana cara menghadapi
kesulitan; f) Berbagi pengalaman dan masalah dengan keluarga atau
teman; g) Mengembangkan jaringan sosial atau kekeluargaan.
Sehat secara sosial dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor : Antara
lain, a) Urbanisasi; b) Pengaruh kelas sosial; c) Perbedaan ras; d) Latar
belakang etnik; e) Kekuatan politis; dan f) faktor ekonomi.
Keselamatan berasal dari kata dasar selamat. Selamat: terhindar dari
bahaya, tidak mendapat gangguan, sehat tidak kurang suatu apapun
70
(W.J.S Poerwadarminta) Keselamatan : Keadaan perihal terhindar dari
bahaya, tidak mendapat gangguan, sehat tidak kurang suatu apapun.
Pekerja terkadang tidak merasa bahwa keselamatan dan kecelakaan
itu saling bersinggungan, di dalam bekerja harus selalu berfikir
bagaimana kita mengantisipasi agar dapat mengurangi resiko
kecelakaan. Lakukanlah sesuatu dengan mengharapkan keselamatan
dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan Standar Operasional
Prosedur (SOP). Keselamatan dalam menangani bahaya atau resiko
sesuai dengan S O P. Keselamatan dalam menggunakan peralatan dan
melakukan sesuatu pekerjaan dengan keadaan yang sehat dan sesuai
dengan S O P.
Jadi yang dimaksud dengan keselamatan kerja adalah keselamatan
yang berhubungan dengan peralatan, tempat kerja dan lingkungan, serta
cara-cara melakukan pekerjaan. Tempat kerja meliputi darat, laut, dalam
tanah dan air, serta di udara. Keselamatan kerja menjadi salah satu
aspek yang sangat penting, mengingat resiko bahayanya dalam
penerapan teknologi. Keselamatan kerja merupakan tugas semua orang
yang bekerja, setiap tenaga kerja dan juga masyarakat pada umumnya.
Setiap orang dituntut untuk dapat melakukan pekerjaan sesuai
dengan keahlian masing-masing. Siswa merupakan aset yang paling
berharga bagi sekolah. Oleh karena itu agar siswa dapat melaksanakan
pekerjaan dengan baik, maka setiap siswa harus waspada dan berusaha
agar selalu dalam kondisi kesehatan yang baik pula.
Tujuan kesehatan, keselamatan dan keamanan kerja adalah:
1. Melindungi para pekerja dari kemungkinan-kemungkinan buruk
yang mungkin terjadi akibat kecerobohan pekerja/siswa.
2. Memelihara kesehatan para pekerja/siswa untuk memperoleh
hasil pekerjaan yang optimal.
3. Mengurangi angka sakit atau angka kematian diantara pekerja.
4. Mencegah timbulnya penyakit menular dan penyakit-penyakit
lain yang diakibatkan oleh sesama kerja.
5. Membina dan meningkatkan kesehatan fisik maupun mental.
6. Menjamin keselamatan setiap orang yang berada ditempat
kerja.
7. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman
dan efisien.
Petugas laboratorium/workshop banyak dihadapkan pada bahaya,
secara garis besar bahaya yang dihadapi dalam laboratorium/workshop
dapat digolongkan antara lain:
1. Bahaya kebakaran atau ledakan dari zat atau bahan yang mudah
terbakar atau meledak.
Bahaya kebakaran disini dapat timbul karena beberapa faktor
diantaranya:
71
a. Faktor manusia :
1). Tidak mau tau atau kurang mengetahui prinsip dasar
pencegahan kebakaran
2). Menyimpan atau menyusun bahan yang mudah terbakar
didekat pipa uap atau pipa pembuangan yang panas
3). Pemakaian tenaga listrik yang berlebihan dan melebihi
kapasitas yang telah ditentukan
4). Kurang memiliki tanggung jawab dan disiplin
5). Adanya unsur kesengajaan
6). Kegagalan pengolahan dalam menerapkan pencegahan dan
pengendalian kebakaran sebagai suatu kesatuan prosedur
perencanaan dan prosedur operasional atau pelaksanaan.
b. Faktor teknis : Melalui faktor fisik atau mekanis dimana dua
faktor penting yang menjadi peranan dalam proses ini yaitu
timbulnya panas akibat pengetesan benda atau adanya kabel
yang terbuka.
c. Faktor alam:
1). Petir adalah salah satu penyebab adanya kebakaran dan
peledakan
2). Gunung meletus yaitu yang bisa menyebabkan kebakaran
hutan yang luas juga perumahan-perumahan yang dilalui oleh
lahar panas.
Dengan meniadakan salah satu faktor di atas api akan padam, hal ini
dapat ditempuh dengan cara mematikan, yaitu menjauhkan bahan
bakar atau bahan-bahan yang mudah terbakar. Menutupi yaitu
mengurangi oksigen diudara sekitar kebakaran, caranya adalah
dengan menyemprotkan busa, pasir atau tanah pada permukaan
bahan bakar. Bisa juga dengan car pendinginan yaitu menurunkan
suhu benda-benda yang terbakar dibawah suhu nyalanya, caranya
adalah dengan menyemprotkan air. Ada beberapa contoh bahan yang
mudah terbakar dan meledak, yaitu ; kertas, kayu, kain, bahan karet,
cairan gas, dan bahan padat yang dapat larut dan menyala (minyak,
cat) peralatan listrik, magnesium, titanium, zirkonium, sodium, lithium
dan potassium.
2. Bahan beracun dan kaustik.
Hal ini terjadi karena penggunaan bahan yang berbhaya, seperti
racun atau bahan lainnya yang merusak organ tubuh atau
penggunaan peralatan yang tidak berpengalaman secara sempurna.
Bahaya-bahaya ini umpamanya bahaya kimia tidak hanya berupa
korosif, oksidasi tetapi juga karsigonesitus, ledakan dan lain-lain.
Bahaya biologi seperti oleh virus, jamur, bakteri atau sesak nafas
akibat kebocoran gas, uap kabut dan lain-lain yang masuk kedalam
72
tubuh. Gangguan kesehatan akibat keracunan tidak hanya terjadi
dengan cepat tetapi setelah beberapa tahun. Zat-zat yang berbahaya
tersebut harus digunakan dalam kadar konsentrasi yang rendah serta
pengangkutan dan penyimpanannya harus dalam tangki atau ketel
tertutup. Jika dilabor atau diruang kerja harus ada instalasi isapan
udara yang sempurna dan diimbangi dengan pemasukan udara
segar.
Untuk menghindari keracunan harus mengikuti hal-hal berikut :
a). Menjaga kebersihan dan ketertiban; 2). Meningkatkan
pengetahuan tentang kesehatan dan bahaya keracunan; c). Disiplin
dalam bekerja; d). Dilarang membawa dan menyimpan makana/rokok
dalam ruang kerja /labor; e). Mencuci tangan secara teratur;
f). Mengganti pakaian ketika akan memasuki labor atau memakai
pakaian pengaman yang disaratkan; g). Bekerja dengan
menggunakan masker hidung (respirator) sehingga terhindar dari
gangguan pernafasan terhadap kotoran/debu atau bahan kimia;
h). Menggunakan pelindung tangan sehingga terbebas dari
temperatur yang ekstrim, baik terlalu panas atau terlalu dingin serta
zat kimia kaustik dan benda-benda tajam. Pelindung tangan tersebut
dapat berupa sarung tangan, gloves, mitten/holder, pads dan lain-lain.
3. Bahaya Radiasi
Bahaya radiasi merupakan bahaya ergonomi dari segi tata
letak,pekarangan yang tidak memadai dan lain-lain termasuk bahaya
fisik berupa temperatur dll.
4. Luka Bakar, luka bakar yang disebabkan terkena zat-zat yang
berbahaya benda tajam di tempat kerja.
5. Syok akibat aliran listrik
Penggunaan peralatan listrik yang tidak tepat dan hubungan
listrik yang salah dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan,
misalnya kabel stop kontak, kontak sring dan lain-lain. Akibat adanya
hubungan pendek sehingga menimbulkan panas atau bunga api yang
dapat menyalakan atau membakar komponen lain, tindakan ceroboh
serta penyimpanan peralatan yang tidak pada tempatnya.
6. Luka sayat akibat alas gelas yang pecah dan benda tajam.
7. Bahaya infeksi dari kuman, virus atau parasit, bahaya ini maerupakan
bahaya biologi yang disebabkan oleh virus,bakteri, jamur,dll.
Pada umum nya bahaya tersebut dapat dihindari dengan usaha-usaha
pengamanan, antara lain dengan penjelasan peraturan seta penarapan
disiplin kerja.
73
Manejemen kesalamatan dan kesehatan kerja adalah pencapaian
tuuan yangsudah di tentukan sebelumnya dengan menggunakan batuan
orang lain (G.Terry). Untuk mencapai tujuan tersebut G.Terry membagi
kegiatan atau fungsi manajemen menjadi 4 yaitu:
1. Perencanaan.
Fungsi perencanaan adalah suatu usaha menentukan kegiatan
yang akan di lakukan dimasa mendatang guna mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Dalam hal ini adalah keselamatan dan kesehatan
kerja di laboraturium. Dalam perencanaan kegiatan yang ditentukan
meliputi a). apa yang dikerjakan; b). bagai mana mengerjakannya;
c).mengapa mengerjakan; e).kapan harus dikerjakan; f).dimana
kegiatan itu harus dikerjakan ( Laboratorium )
Kegiatan laboratorium sekarang tidak lagi hanya dibidang
pelayanan tetapi sudah mencakup kegiatan-kegiatan di bidang
pendidikan dan penelitian, juga metoda-metoda yang dipakai makin
banyak ragamnya ; semuanya menyebabkan resiko bahaya yang
dapat terjadi dalam laboratorium makin besar. Oleh karena itu usahausaha
pengamanan kerja di laboratorium harus ditanggani secara
serius oleh organisasi keselamatan kerja laboratorium.
2. Organisasi.
Organisasi keselamatan kerja laboratorium dapat dibentuk dalam
beberapa jenjang, mulai dari tingkat laboratorium daerah (wilayah)
sampai ketingkat pusat (nasional). Keterlibatan pemerintah dalam
dalam organisasi ini baik secara langsung atau tidak langsung sangat
diperlukan. Pemerintah dapat menempatkan pejabat yang terkait
dalam organisasi ini ditingkat pusat dan tingkat daerah, disamping
memberlakukan undang-undang keselamatan kerja ditingkat daerah.
Untuk itu perlu dibentuk komisi keamanan kerja laboratorium yang
tugas dan wewenangnya dapat berupa : a). Menyusun garis besar
pedoman keamanan kerja laboratorium; b). Memberikan bimbingan,
penyuluhan, pelatihan pelaksanaan keamanan kerja laboratorium;
c). Memantau pelaksanaan pedoman keamanan kerja laboratorium;
d). Memberikan rekomendasi untuk bahan pertimbangan penerbitan
izin laboratorium; e). Mengatasi dan mencegah meluasnya bahaya
yang timbul dari suatu laboratorium.
3. Pelaksanaan.
Fungsi pelaksanaan adalah kegiatan mendorong semangat kerja para
pekerja/siswa, mengerahkan aktivitas pekerja/siswa,
mengkoordinasikan berbagai aktivitas pekerja/siswa sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pelaksanaan program kesehtan dan keselmtan kerja laboratorium
sasarannya ialah tempat kerja yang aman dan sehat. Untuk itu setiap
individu yang bekerja dalam laboratorium wajib mengetahui dan
74
memahami semua hal yang diperkirakan akan dapat menjadi sumber
kecelakaan kerja dalam laboratorium, serta memiliki kemampuan dan
pengetahuan yang cukup untuk melaksanakan pencegahan dan
penanggulangan kecelakaan kerja tersebut. Disamping itu juga
mematuhi berbagai peraturan atau ketentuan dalam menangani
berbagai spesimen reagensia dan alat-alat.
4. Pengawasan
Fungsi pengawasan adalah aktivitas yang mengusahakan agar
pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang
ditetapkan atau hasil yang dikehendaki. Untuk dapat menjalankan
pengawasan perlu diperhatikan dua prinsip pokok yaitu : a) adanya
rencana; b). Adanya instruksi-instruksi dan pemberian wewenang
kepada pekerja/siswa.
Dalam fungsi pengawasan tidak kalah pentingnya adalah
sosialisasi tentang perlunya disiplin, mematuhi segala peraturan demi
keselamatan kerja bersama di laboratorium. Sosialisasi perlu
dilakukan terus menerus karena usaha pencegahan bahaya yang
bagaimanapun juga baiknya akan sia-sia bila peraturan diabaikan.
Untuk sebuah laboratorium perlu dibentuk pengawasan yang
tugasnya antara lain : a). Memantau dan mengarahkan secara
berkala praktek-praktek laboratorium yang baik, benar dan aman;
b). Memastikan semua petugas laboratorium memahami cara-cara
menghindari resiko bahaya dalam laboratorium; c). Melakukan
penyelidikan/pengusutan segala peristiwa berbahaya.
Ruang lingkup kesehatan, keselamatan dan keamanan kerja pada
prinsipnya mencakup tiga aspek, yakni aspek pekerja, pekerjaan dan
tempat bekerja, untuk lebih jelasnya akan diuraikan satu persatu :
a) Pekerja/siswa
Para pekerja/siswa di suatu perusahaan/sekolah
kesehatannya harus dijaga dengan baik. Hal tersebut sangat
penting untuk peningkatan kinerja sehingga memperoleh
tenaga-tenaga yang produktif dan profesional, sehingga pada
gilirannya akan membantu perusahaan/sekolah dalam
mencapai tujuannya.
Tugas dan tanggung jawab pekerja/siswa adalah ;
1). mempelajari dan melaksanakan aturan dan instruksi
keselamatan kerja; 2). Memberikan contoh cara kerja yang
aman kepada pekerja baru/ siswa yang kurang berpengalaman;
3). Menunjukkan kesiapan dan minat untuk mempelajari dan
melatih diri terhadap kerja yang aman; 4). Melakukan secara
sungguh-sungguh terhadap keselamatan kerja pada setiap
tugas pekerjaan.
75
b) Pekerjaan.
Pekerjaan dapat diselesaikan jika ada pekerja. Namun para
pekerja/siswa juga tidak banyak berarti apabila pekerjaan yang
dilaksanakan tidak diperlakukan sesuai dengan aturan atau
prosedur yang telah ditetapkan. Upaya mengurangi resiko
dalam melakukan suatu pekerjaan antara lain : 1). Mengadakan
perubahan dalam pekerjaan yang salah. Misalnya pemakaian
alat kerja yang tidak sesuai harus diganti secepatnya;
2). Mencegah terjadinya penularan; 3). Diberlakukannya
tindakan atau aturan yang ketat untuk melindungi para pekerja
terhadap penggunaan alat-alat yang membahayakan. Misalnya:
Menggunakan pakaian sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan
dan juga melarang seseorang melakukan pekerjaan yang bukan
menjadi keahliannya; 4). Pencahayaan/penerangan yang sesuai
dengan jenis pekerjaan yang dilakukan. Pekerjaan yang
membutuhkan ketelitian dan cenderung rumit harus diberikan
penerangan yang lebih. Hal ini dimaksudkan: a) Untuk
mencegah dan menghindarkan terjadinya kecelakaan: b) Untuk
menjaga mutu pekerjaan: c) Untuk tidak menurunkan produksi:
d) Untuk tidak merusak mata; 5) Mengadakan latihan-latihan
terhadap para pekerja/siswa di dalam bidang khusus.
Setiap jenis pekerjaan mempunyai sifat-sifat dan cara-cara
sendiri. Sifat dan cara-cara ini harus dikenal serta dipelajari oleh
para pekerja/siswa. Hal ini bertujuan: a) Untuk mencegah
timbulnya kecelakaan-kecelakaan sebagai akibat kurang
mengetahui sifat dan cara bekerja; b) Menambah pengetahuan
para pekerja, sesuai bidangnya masing-masing; 6) Tindakan
untuk mencegah kecelakaan harus bisa dibedakan antara
usaha-usaha tentang keselamatan kerja dengan usaha
pencegahan atas penyakit akibat kerja yaitu bahwa keselamatan
kerja menitikberatkan pada peralatan dari perusahaan,
sedangkan pencegahan penyakit akibat kerja ditujukan kepada
orang-orang yang bekerja dalam perusahaan.
Di samping kecelakaan-kecelakaan itu disebabkan karena
persoalan teknis, sebagian besar kecelakaan disebabkan
karena kelelahan. Makin lama seseorang melakukan pekerjaan
makin berkurang prestasi kerjanya, dan semakin banyak bekerja
maka akan makin cepat dan hebat tingkat kelelahannya.
Kelelahan dapat menimbulkan efek buruk terhadap jasmani
maupun rohani. Efek buruk terhadap jasmani sering disebut
“Exhaustion” sedangkan efek buruk terhadap rohani disebut
“Neurastheni”.
Usaha untuk mencegah/memperkecil kecelakaan, dapat
dilakukan dengan cara:
1). Mengadakan pengaturan tata cara kerja, antara lain
dengan melakukan penjadwalan yang baik dan jam kerja
76
rasional serta adanya istirahat berkala di antara jam
kerja.
2). Menerapkan dan mematuhi peraturan sekolah atau
perundang-undangan lamanya jam kerja.
3). Menerapkapkan rolling kerja (shift/jam kerja) dengan
jenis pekerjaan yang akan dilakukan. Hasil ini perlu
dilakukan untuk menghindari pekerjaan dari kajenuhan
atau kebosanan yang berakibat terjadinya kecelakaan.
Semakin teliti dan halus suatu pekerjaan, makin harus
diperpendek lamanya bekerja dan harus diselang dengan
istirahat.
c) Tempat bekerja
Tempat bekerja merupakan bagian yang penting begi suatu
industri/perusahaan atau sekolah, secara tidak langsung tempat
bekerja akan berpengaruh pada kesenangan, kenyamanan dan
keselamatan dari para pekerja/siswa. Keadaan atau suasana
yang menyenangkan (comfortable) dan aman (safe) akan
menimbulkan gairah produktifitas kerja.
Usaha-usaha kesehatan yang perlu dilakukan terhadap
tempat kerja secara umum adalah dengan menerapkan hygiene
dan sanitasi tempat kerja secara khusus. Hal-hal yang berkaitan
dengan hygiene dan sanitasi tempat kerja antara lain:
1). Penerangan atau pencahayaan dalam ruangan
kerja/workshop harus disesuaikan/diatur dengan jenis
pekerjaan yang dilakukan.
2). Pengontrolan udara dalam ruangan kerja.
3). Suhu udara dalam ruangan kerja.
4). Tekanan udara dalam ruangan kerja.
5). Pencahayaan
Pencahayaan yang baik adalah pencahayaan yang
memungkinkan tenaga kerja/siswa dapat melihat objek-objek yang
dikerjakan secara jelas, tepat dan tanpa gangguan. Pencahayaan
yang cukup dan diatur secara baik akan membantu menciptakan
lingkungan kerja yang nyaman dan menyenangkan.
Intensitas pencahayaan yang kurang baik dapat
menyebabkan gangguan visibilitas dan eyestrain. Sebaliknya
intensitas pencahayaan yang berlebih juga dapat menyebabkan
glare, reflection, excessive, shadows, visibility dan eyestrain.
Tenaga kerja/siswa harus dengan jelas dapat melihat objekobjek
yang ssedang dikerjakan, benda atau alat dan tempat
disekitarnya yang mungkin mengakibatkan kecelekaan perlu
disingkirkan, karena akan memberi pengaruh terhadap para
pekerja/siswa, hal ini dapat dilihat sbb:
1). Pengaruh pencahayaan di tempat kerja.
77
Secara umum jenis pencahayaan ditempat kerja
dibedakan menjadi dua yaitu; a) pencahayaan buatan
(pencahayaan yang dihasilkan oleh cahaya lampu),
b) pencahayaan alamiah (pencahayaan yang dihasilkan oleh
cahaya matahari).
Tingkat pencahayaan pada tiap-tiap pekerjaan berbeda
tergantung pada sifat dan jenis pekerjaannya. Pekerjaan yang
tingkat ketelitiannya tiggi otomatis intensitas cahaya yang
dibutuhkan juga tinggi begitu sebaliknya.
Pencahayaan yang kurang memenuhi syarat akan
mengakibatkan; kelelahan mata sehingga berkurangnya daya
daneffisiensi kerja, kelelahan mental, keluhan / pegal didaerah
mata dan sakit di sekitar mata, kerusakan indra mata,
meningkatkan kecelakaan, pekerja kehilangan produktifitas,
kualitas kerja rendah, banyak terjadi kesalahan.
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah
pencahayaan; pemilihan lampu secara tepat, penetapan
sumber-sumber cahaya terhadap alat-alat produksi dan
pekerja, perhitungan letak jendela, penggunaan alat pelapis
yang tidak mengkilat penyaringan sinar matahari langsung,
merubah posisi kerja untuk menghindari bayang-banyang
pantulan sumber kesilauan dan kerusakan.
2). Sistem aplikasi pencahayaan ditempat kerja
Tempat kerja perlu didesain untuk menghindari
pencahayaan yang merusak mata. Kebutuhan intensitas
pencahayaan bagi pekerja/siswa harus dipertimbangkan saat
mendesain bangunan pemasangan mesin-mesin, alat dan
sarana kerja. Desain ventilasi / pencahayaan harus mampu
mengontrol cahaya kesilauan, pemantulan, dan bayangbayang
serta untuk kesehatan dan keselamatan kerja.
Identifikasi penilaian problem dan kesulitan pencahayaan.
Agar masalah pencahayaan yang muncul dapat ditangani
dengan baik, faktor yang perlu diperhitungkan; a). sumber
pencahayaan; b). posisi pekerjaan dalam bekerja; c). jenis
pekerjaan yang dilakukan; d). lingkungan pekerjaan secara
keseluruhan.
Teknik dan metode yang dapat digunakan untuk
mengidetifikasi dan menilai masalah pencahayaan ditempat
kerja; konsultasi atau wawancara dengan pekerja/siswa dan
supervisor di tempat kerja, mempelajari laporan kecelakaan
kerja sebagai bahan investigasi dapat dilakukan dengan cara:
a). mengukur intensitas pencahayaan; b) kesilauan;
c). pantulan dan bayang-bayang yang ada ditempat kerja;
d). mempertimbangkan faktor sikap bekerja; e). lama bekerja;
f). jenis pekerjaan, dan lain sebagainya.
78
Pengaruh penggunaan warna terhadap penerangan.
Warna pencahayaan dan komposisi spektrumnya sangat
penting dalam memperbandingkan dan mengkombinasikan
warna-warna. Warna-warna dalam lingkungan sebagai akibat
pencahayaan memantulkan rupa daripada lingkungan.
Lingkungan tempat kerja tergantung dari dekorasi dan
pencahayaan, adapun faktor-faktor penentu adalah;
a) pembagian luminensi, jika mungkin tersebar setengah
lapangan penglihatan, permukaan-permukaan berwarna
menengah, b)pencegahan kesilauan, sumber-sumber cahaya
yang terpilih, pengaturan meja dan mesin, c) warna-warni dari
tempat kerja tergantung dari pencahayaan yang dipakai.
Standar pencahayaan ditempat kerja, identitas
pencahayaan yang dibutuhkan dari masing-masing tempat
kerja ditentukan dari jenis dan sifat pekerjaan yang dilakukan.
Standar pencahayaan di Indonesia telah ditetapkan seperti
tersebut dalam Peraturan Mentri Perhubungan (PMP) No. 7
Tahun 1964, tentang syarat-syarat kesehatan, kebersihan dan
pencahayaan yang dimaksud dapat dijelaskan sebagai
berikut;
1). Pencahayaan untuk halaman dan jalan dilingkungan
perusahaan harus mempunyai intensitas pencahayaan
paling sedikit 20 luks.
2). Pencahayaan untuk pekerjaan yang hanya membedakan
barang kasar dan besar paling sedikit mempunyai
intensitas pencahayaan 50 luks.
3). Pencahayaan yang cukup untuk pekerjaan yang
membedakan barang kecil secara sepintas lalu paling
sedikit mempunyai intensitas pencahayaan 100 luks.
4). Pencahayaan untuk pekerjaan yang membedakan dengan
teliti dari barang kecil agak teliti paling sedikit mempunyai
intensitas pencahayaan 200 luks.
5). Pencahayaan untuk pekerjaan yang membedakan dengan
teliti dari barang-barang yang kecil dan halus, paling
sedikit memilih intensitas pencahayaan 300 luks.
6). Pencahayaan yang cukup untuk pekerjaan yang
membeda-bedakan barang halus dengan kontras yang
sedang dalam waktu yang lama, harus mempunyai
intensitas pencahayaan paling sedikit 500-1000 luks.
7). Pencahayaan yang cukup untuk pekerjaan yang
membedakan barang yang sangat halus dengan kontras
yang kurang dan dalam waktu yang lama, harus
mempunyai intensitas pencahayaan paling sedikit 2000
luks.
d) Kecelakaan Akibat Kerja
79
Kecelakan tidak terjadi kebetulan melainkan ada sebabnya.
Maka kecelakaan itu dapat dicegah asal kita ada kemauan
untuk mencegahnya. Sebab-sebab kecelakaan akibat kerja ada
2 golongan sebagai berikut; 1). Faktor mekanis dan lingkungan,
meliputi segala sesuatu selain manusia. Faktor ini dapat pula
dibagi-bagi menurut keperluan untuk tujuan apa. Misalnya;
sebuah perusahaan sebab-sebab kecelakaan dapat disusun
menurut pengelolaan bahan, pemakaian alat-alat atau perkakas
yang dipegang oleh tangan, jatuh dilantai dan tertimpa benda
jatuh, menginjak atau terbentur barang, luka bakar oleh benda
pijar atau pengangkutan. 2). Faktor manusia itu sendiri.
Misalnya seorang pekerja pabrik tekstil mengalami kecelakaan
tertimpa gunting jatuh tepat mengenai punggung kakinya. Jika ia
mengikuti petunjuk kesehatan dan keselamatan kerja dan tidak
meletakkan gunting sembarangan maka gunting tersebut tidak
akan tersenggol dan tidak akan jatuh.
1). Klasifikasi kecelakaan akibat kerja
Klasifikasi kecelakaan akibat kerja menurut Organisasi
Perburuhan International tahun 1962 adalah:
(a). Klasifikasi menurut jenis kecelakaan antara lain;
terjatuh, tertimpa benda jatuh, tertumbuk atau
terkena benda-benda, terjepit, gerakan-gerakan
melebihi kemampuan, pengaruh suhu tinggi, terkena
arus listrik, kontak dengan bahan-bahan berbahaya
atau radiasi, serta jenis-jenis lainnya termasuk
kecelakaan-kecelakaan yang data-datanya tidak
cukup.
(b). Klasifikasi menurut penyebab, seseorang menjadi
celaka bisa disebabkan oleh: mesin, alat pengangkut
dan alat angkat, peralatan lain, bahan-bahan kimia
(zat-zat dan radiasi), lingkungan kerja, penyebabpenyebab
yang belum termasuk golongan-golongan
tersebut atau data tidak memadai.
(c). Klasifiksi menurut sifat seperti luka atau kelainan
yaitu; patah tulang, disloksi/keseleo, regang otot/urat,
memar dan luka dalam, amputsi, luka bakar,
keracunan-keracunan mendadak, akibat cuaca, mati
lemas, pengaruh aruh listrik, luka-luka yang banyak
dan berlainan sifatnya, dan lain-lain.
(d). Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka ditubuh
yaitu; kepala, leher, badan, kelainan umum, dan lainlain.
Dalam suatu penelitian 85% sebab-sebab dari
kecelakaan kecil bersumber dari manusia, persoalannya
sangat rumit, misalnya kecelakaan akibat keadaan emosi
80
para pekerja/siswa seperti ketidak adilan, perkelahian
dengan teman sekerja/sekelas atau peristiwa-peristiwa
percintaan.
Tanpa diduga-duga manusia kadang-kadang sengaja
membuat kecelakaan, sehingga kata kecelakaan sudah
tidak tepat lagi, hal ini terjadi misalnya akibat sebagai
kejemuan, kebencian, ataupun putus asa.
2). Kerugian-kerugian oleh karena kecelakaan
Kecelakaan adalah kerugian yang terlihat dari adanya dan
besarnya biaya kecelakaan. Biaya ini menjadi beban bagi
negara dan rakyat seluruhnya. Kecelakaam menyebabkan
lima kerugian yaitu; kerusakan, kekacauan organisasi, keluhan
atau kesedihan, kelainan atau cacat, kematian.
Biaya ini dapat dibagi dua yaitu;
(a). Biaya langsung adalah biaya atas P3K, pengobatan
dan perawatan, biaya rumah sakit, biaya angkutan,
upah selama pekerja tidak mampu bekerja, biaya atas
kerusakan bahan-bahan dan lain-lain.
(b). Biaya tersembunyi meliputi; segala sesuatu yang
terllihat pada waktu dan beberapa waktu sesudah
kecelakaan terjadi.
Dalam penelitian diluar negeri perbandingan biaya
langsung dan biaya tersembunyi adalah 1:4, selain itu
menunjukkan bahwa besarnya tingkat dan biaya
kecelakaan kecil dari pada kecelakaan besar, dimana
kecelakaan kecil adalah kecelakaan yang
menyebabkan pekerja tidak masuk kerja atau siswa
tidak masuk sekolah sebagai akibat kecelakaan
tersebut. Biasanya pekerja/siswa yang terkena
kecelakaan kecil dan badannya sehat tapi karena
salah satu organ tubuhnya terluka maka
pekerja/siswa tersebut tidak bisa bekerja/mengikuti
praktek, misalnya luka pada jari telunjuk, telapak
tangan,pada mata dan lain sebagainya.
Besarnya angka kecelakaan diperusahaan AS
dari penderita korban pada perang dunia ke-2
sebanyak 22,088 (luka dan meninggal) korban
kecelakaan perusahaan adalah 1219 jiwa meninggal
dan 160747 jiwa luka-luka. Sedangkan di Inggris
korban perang 8126 jiwa, dan korban kecelakaan
diperusahaan adalah 107 kematian dan 22002 lukaluka.
Diduga seluruh dunia terjadi kecelakaan
sebanyak 15 juta setahunnya.
3). Pencegahan kecelakaan
81
Kecelakaan dapat dicegah asal ada kemauan untuk
mencegahnya. Kecelakaan-kecelakaan akibat kerja dapat
dicegah dengan:
(a). Peraturan-peraturan, yaitu ketentuan-ketentuan yang
diwajibkan mengenai kondisi-kondisi kerja pada
umumnya.
(b). Standarisasi, yaitu penetapan standar-standar resmi,
misalnya kontruksi tempat kerja yang memenuhi
syarat-syarat keselamatan jenis-jenis peralatan
industri/peralatan sekolah tertentu dan alat-alat
perlindungan diri.
(c). Pengawasan, yaitu tentang dipatuhinya ketentuanketentuan
perundang-undangan yang diwajibkan.
(d). Penelitian yang bersifat teknik, yang meliputi sifat
dan ciri-ciri bahan-bahan yang berbahaya.
(e). Riset media, yang meliputi terutama penelitian
tentang efek-efek fisiologis patologis faktor-faktor
lingkungan dan teknologi, dan keadaan-keadaan fisik
yang mengakibatkan kecelakaan.
(f). Penelitian psikologis, yaitu menyelidiki tentang polapola
kejiwaan yang mengakibatkan terjadinya
kecelakaan.
(g). Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenisjenis
kecelakaan yang terjadi.
(h). Pendidikan, yang menyangkut pendidikan
keselamatan.
(i). Latihan-latihan, yaitu latihan praktek bagi tenaga
kerja/siswa.
(j). Penggairahan, yaitu penggunaan aneka cara
penyuluhan atau pendekatan lain untuk meimbulkan
sikap untuk selamat.
(k). Asuransi, yaitu insentif financial untuk meningkatkan
pencegahan kecelakaan.
(l). Usaha keselamatan pada tingkat
perusahaan/sekolah, yang merupakan ukuran utama
efektif tidaknya penerapan keselamatan kerja yang
terkait dengan tataletak alat-alat keperluan siswa
dalam melakukan praktek.
(m). Sangat diperlukan bahwa untuk pencegahan
kecelakaan akibat kerja diperlukan kerja sama
dengan aneka keahlian.
5. Kecelakaan menurut jenis pekerjaan
82
Kecelakaan–kecelakaan diperusahaan berbeda dengan kecelakaan
disekolah kejuruan, diperkebunan, kehutanan, pertambangan atau
perkapalan. Jenis-jenis kecelakaan menurut pekerjaan antara lain:
a). Dipertambangan, misalnya akibat ledakan, rubuhnya dinding dan atap
tambang, jatuh ketika menganalisa atau menuruni tangga dan lain-lain;
b). Diperkapalan, misalnya tenggelam, ditelan ikan, luka oleh barangbarang
atau binatang laut berbisa; c). Diperkebunan atau kehutanan,
antara lain, ketiban kayu atau luka oleh perkakas tangan; d). Pekerjaan
yang berhubungan dengan arus listrik terutama yang bervoltage tinggi
yang kadang-kadang mendatangkan bahaya, terutama bagi mereka yang
tidak tahu seluk beluk listrik, terjadi arus pendek, kebakaran; e). Industriindustri
kimia yang menggunakan bahan-bahan yang mudah terbakar,
maka sebaiknya bahan kimia disimpan ditempat yang aman dan setiap
perusahaan/sekolah kejuruan menyediakan alat-alat pemadam
kebakaran.
a). Alat- alat pelindung diri
Perlindungan tenaga kerja melalui usaha-usaha teknis pengamanan
temapat, peralatan dan lingkungan kerja adalah sangat perlu diutamakan.
Alat-alat demikian harus memenuhi persyaratan; enak dipakai, tidak
mengganggu kerja, memberi perlindungan yang efektif terhadap jenis
bahaya.
Pakaian kerja harus dianggap sebagai suatu alat yang dapat
memperkecil ancaman terhadap bahaya kecelakaan. Pakaian kerja
untuk tenaga kerja pria yang bekerja melayani mesin sebaiknya
menggunakan pakaian berlengan pendek, pas (tidak longgar) pada dada
atau punggung, tidak berdasi dan tidak ada lipatan-lipatan yang
mendatangkan bahaya. Sedangkan pakaian kerja untuk tenaga kerja
wanita memakai celana panjang, ikat rambut, baju yang pas dan tidak
memakai perhiasan.
Jenis alat-alat proteksi diri beraneka ragam macamnya, antara lain
sebagai berikut;
1) Untuk kepala; pengikat dan penutup rambut, topi dari berbagai
bahan
2) Untuk mata;kaca mata dari berbagai bahan
3) Untuk muka; perisai muka
4) Untuk tangan dan jari; sarung tangan, bidal jari
5) Untuk kaki; sepatu dan sendal
6) Untuk alat pernapasan; respirator atau masker khusus
7) Untuk telinga; sumbat telinga atau tutup telinga.
8) Untuk tubuh; pakaian kerja yang memenuhi persyaratan
sesuaikan dengan jenis pekerjaan.
B. Standar Operasional Prosedur Kesehatan, Keselamatan dan
Keamanan Kerja
83
Standar Operasional Prosedur (SOP) sangat penting bagi kesehatan,
keselamatan dan keamanan kerja dalam menjalani pekerjaan. SOP
sangat besar manfaatnya dalam melaksanakan pekerjaan, dalam
menangani bahaya atau resiko, dalam menggunakan peralatan dan
melakukan sesuatu pekerjaan dengan keadaan yang sehat dan selamat.
Kesehatan, keselamatan dan keamanan kerja di sekolah mestinya
telah menjadi isu penting, karena Indonesia telah memiliki undangundang
akan hal ini, namun pelaksanaannya sering diabaikan oleh
perusahaan/sekolah maupun pakerja/siswa. Dengan menerapkan standar
kesehatan, keselamatan dan keamanan kerja, diharapkan para
pekerja/siswa akan terlindung dari kemungkinan resiko kerja yang selalu
mengancamnya, baik yang disebabkan oleh lingkungan kerja maupun
kesalahan pekerja/siswa itu sendiri (human error).
Pihak perusahaan/sekolah harus menjamin bahwa lingkungan kerja
dan peralatan yang digunakan aman. Oleh karena itu menjadi kewajiban
bagi setiap perusahaan/sekolah untuk mengadakan pelatihan kepada
para calon karyawannya sebelum beroperasi. Untuk itu dibutuhkan suatu
standar yang berlaku untuk perusahaan/sekolah tersebut.
Kurangnya pengalaman kerja dapat menyebabkan kecelakaan dalam
bekerja. Supaya kecelakaan kerja lebih kecil diperlukan perhatian dan
kewaspadaan secara terus menerus. Satu upaya penyelamatan juga
tergantung pada unjuk kerja setiap karyawan/siswa. Kecelakaan itu
sangat mudah terjadi. Para praktisi berpendapat bahwa hanya
memerlukan satu orang untuk menimbulkan suatu kecelakaan,
sedangkan untuk mencegah kecelakaan diperlukan kerja sama tim yang
baik dari setiap anggota tim itu sendiri.
C. Hukum Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan Kerja yang
Berlaku Secara International
Perlindungan tenaga kerja dibidang keselamatan kerja di indonesia
telah mengarungi sejarah yang panjang, dimulai lebih dari satu abad yang
lalu. Usaha penanganan keselamatan kerja di Negeri ini dimulai sejalan
dengan pemakaian mesin uap untuk keperluan pemerintah Hindia
Belanda, yang semula pengawasannya ditujukan untuk mencegah
kebakaran.
Perusahaan/sekolah kejuruan secara hukum berkewajiban untuk
menghilangkan atau mengurangi resiko/kecelakaan kerja sekecil
mungkin. Ketika pekerja/sekolah dalam keadaan penuh tekanan, atau
bekerja dalam suasana yang sangat sibuk tidaklah mudah untuk
menerapkan keamanan kerja. Namun demikian, dalam keadaan apapun
pekerja/siswa harus tetap memperhatikan dan menerapkan keamanan
dan keselamatan kerja. Jadikan keamanan kerja sebagai prioritas utama.
Untuk melaksanakan tujuan tersebut perusahaan/sekolah kejuruan
harus menyediakan atau membuat panduan keselamatan kerja. Tugas
pekerja/siswa adalah menggunakan peralatan dan mengaplikasikan
84
keselamatan dan keamanan kerja yang telah ditetapkan oleh pihak
perusahaan/sekolah.
Perusahaan/sekolah menyediakan alat-alat perlindungan
keselamatan kerja, seperti: sandal jepit karet, masker, sarung tangan,
helm, kaca mata, bidal, celemek, alat kerja yang bukan penghantar listrik,
tangga dsbnya. Alat-alat pemadam kebakaran harus ditempatkan
ditempat yang mudah terlihat dan terjangkau serta diberi cat bewarna
merah. Benda-benda yang mudah terbakar harus diperhatikan
keamanannya, serta dilakukan tindakan pencegahan terhadap bahaya
kebakaran.
Semua pekerja/siswa wajib mengetahui tempat alat-alat pemadam
kebakaran dan mengetahui cara penggunaannya. Untuk mencegah
kecelakaan kerja, semua pekerja/siswa harus mentaati seluruh peraturan
dan tata cara pemakaian alat kerja serta ketentuan kerja yang
dikeluarkan perusahaan dengan berpedoman pada undang-undang yang
berlaku. Perlu selalu diingat bahwa akibat yang ditimbulkan dari kelalaian
dapat menyebabkan pekerja/siswa diberhentikan dari pekerjaan/sekolah.
Terlebih lagi jika pekerja/siswa diketahui menyalahi prosedur yang telah
ditetapkan oleh perusahaan. Oleh karena itu sebaiknya pekerja/siswa
selalu berhati-hati dalam mengerjakan tugas masing-masing.
Bila terjadi kebakaran, pluit/tanda bahaya atau tanda khusus lainnya
harus segera dibunyikan, dan para pekerja/siswa yang ada ditempat
kejadian tersebut, terutama kaum pria dan petugas
pemadam/penanggulangan kebakaran harus berusaha memadamkan
api, dan para pekerja/siswa lain supaya turut membantu bila mana
diperlukan, serta secara periodik akan dilaksanakan latihan pemadam
kebakaran dan pembinaan-pembinaan terhadap regu pemadam
kebakaran yang telah dibentuk.
Setiap pekerja/siswa harus mematuhi dan melaksanakan instruksiinstruksi
tentang pemakaian alat-alat perlindungan kesehatan dan
keamanan kerja yang disediakan perusahaan/sekolah. Tempat kerja
dipelihara kebersihan serta kerapihannya, dan untuk kesehatan bersama
dilarang meludah dilantai, dilarang membuang sampah di sembarang
tempat. Setiap pekerja/siswa yang mengetahui pekerja lain menderita
penyakit menular, seperti : lepra, syphilis, kolera, TBC, demam berdarah,
muntah ber dan sebagainya, harus melapor kepada pimpinan
perusahaan atau kepala sekolah dan guru tentang penyakit tersebut
untuk diambil langkah-langkah pencegahan dan pengobatan.
Hubungan keselamatan kerja dengan perlindungan tenaga kerja
meliputi aspek-aspek yang sangat luas, antara lain perlindungan
keselamatan kerja dan kesehatan. Maksud perlindungan ini ialah agar
tenaga kerja/siswa secara umum melaksanakan pekerjaannya sehari-hari
untuk meningkatkan produksi/menerapkan tuntutan kurikulum. Karena itu,
keselamatan kerja merupakan segi penting dari perlindungan tenaga
kerja/siswa disekolah kejuruan.
85
D. Prosedur Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan Ditempat
Kerja (Custum Made)
Perusahaan adalah tempat berhadapannya dua golongan yang
kadang-kadang berbeda atau bertentangan kepentingannya, yaitu
pengusaha dan pekerja. Terutama hal ini berlaku untuk perusahaanperusahaan
swasta yang mana pekerja-pekerja memperjuangkan
kesejahteraan dan kesehatan, sedangkan pengusaha memperjuangkan
keuntungan yang sebesar-besarnya. Antara kesejahteraan pekerja dan
keuntungan pengusaha terdapat pertentangan kepentingan. Walaupun
demikian dapat diatasi dengan menjunjung tinggi keselamatan bersama,
antara pengusaha dengan pekerja saling merasa membutuhkan. Untuk
itu ditempat kerja diharapkan memiliki prosedur kesehatan dan
keselamatan kerja.
Ditempat kerja/workshop jangan membahayakan kesehatan orang
lain dan diri sendiri. Hindari kontak langsung dengan darah atau cairan
tubuh lain yang tertinggal ditempat kerja, cairan tubuh tersebut mungkin
membawa virus, bakteri dan jenis mikroorganisme lain yang berpotensi
menularkan AIDS, hepatitis dan gangguan kesehatan lain. Laporkan
segera jika anda terjangkit atau terinfeksi suatu penyakit. Pengawas
ditempat kerja akan mempertimbangkan apakah pekerja/siswa tetap
melanjutkan pekerjaannya atau tidak.
Laboratorium yag diguakan siswa sebagai wadah pengembangan
keterampilan mengamati, megukur dan meneliti berbagai fenomena yang
terkait dengan materi ajar, perlu dilengkapi dengan peraturan
keselamatan kerja. Karena pemahaman dan pengalaman tentang
keselamatan kerja, adalah modal dasar dalam mencegah dan melindungi
siswa, peralatan dan bahan dari resiko kecelakaan/kerusakan dalam
bekerja.
Untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat, maka setiap
pekerja/siswa mesti menjaga kebersihan dan kesegaran pribadi masingmasing.
Pekerja/siswa akan mengeluarkan banyak keringat ketika dalam
kondisi ruangan hangat. Keringat tidak menimbulkan bau karena akan
menguap dengan cepat, tetapi bakteri yang tertinggal di peluh dapat
menimbulkan bau, terutama pada bagian ketiak, karena keringat tidak
dapat menguap dengan bebas. Mandi setiap hari dan menggunakan
pewangi dan anti-perspiran dapat melindungi diri dari bau badan.
Disamping higiene personal diatas, penampilan pekerja/siswa seperti
rambut panjang dan terurai tidak tepat bagi yang bekerja di industri
garment dan perhotelan. Karena dapat mengganggu proses kerja, rambut
panjang juga sangat potensial untuk tertinggal pada permukaan benda
yang dikerjakan. Pekerja wanita yang berambut panjang harus diikat dan
ditata dengan baik sehingga tidak mengganggu dalam bekerja.
Pakaian kerja harus nyaman dan memberikan kesan yang baik
kepada semua orang yang melihatnya. Hindari asesoris dan milineris
yang dapat mengganggu pekerjaan
86
E. Menangani Situasi Darurat
Kecelakaan ditempat kerja/disekolah sebagian besar disebabkan oleh
kurangnya perhatian, kelalaian dan kebiasaan buruk. Kecelakaan
terjadinya tiba-tiba, tanpa direncanakan sehingga dapat menimbulkan
korban, baik berupa benda maupun nyawa. Ada kalanya akibat yang
ditimbulkan mungkin tidak begitu serius. Tetapi rangkaian kejadian atau
gabungan peristiwa akibat dari beberapa kesalahan dapat berakibat fatal.
Dengan demikian kebiasaan untuk bekerja aman dan hati-hati hendaklah
dibiasakan. Perlu selalu diingat bahwa akibat yang ditimbulkan dari
kelalaian dapat menyebabkan diri sendiri atau diri orang lain dalam
bahaya. Beberapa bahaya tidak dapat dihindari. Beberapa bahaya
ditempat kerja/disekolah terjadi pada situasi normal dan pada situasi
sibuk.
Orang lain jatuh atau terpeleset karena peralatan atau benda yang
tidak diletakkan pada tempatnya, pekerja/siswa terluka ketika merapikan
barang-barang yang pecah, kulit anda terbakar ketika menggunakan
bahan pembersih, atau terjadi kecelakaan diworkshop, seperti tangan
tertusuk jarum ketika menjahit, kena sengatan listrik ketika
mengoperasikan mesin atau menyeterika, tangan terkena gunting dan
lain sebagainya. Kecelakaan yang terjadi jelas memerlukan bantuan.
Bantuan yang diberikan pada korban secara sementara, sebelum ia
sempat memperoleh perawatan/bantuan medis dari seorang ahli yang
berwewenang, digolongkan sebagai pertolongan pertama atau sering
juga disebut menangani situasi darurat. Pertolongan demikian tidak boleh
menggantikan penanganan korban oleh dokter, kecuali pada kecelakaankecelakaan
ringan yang tidak membawa akibat serius. Selain untuk
menenangkan sang korban, mengurangi rasa takut dan kegelisahan,
pertolongan pertama bertujuan untuk mengurangi kemungkinan
terjadinya bahaya yang lebih fatal. Ketepatan tindakan pertolongan
pertama amat mempengaruhi penyembuhan, cepatnya penyembuhan,
bahkan kadang-kadang dapat menyelamatkan jiwa sang korban.
Penanggulangan bahaya kebakaran secara darurat, apabila timbul
kebakaran, maka bertindaklah secara cepat dan tepat, jangan panik atau
gegabah. Langkah-langkah tindakan yang dapat dilakukan adalah : 1)
bunyikan tanda bahaya / alarm sebagai tanda telah terjadi sesuatu,
semakin cepat para penghuni lokasi kebakaran diingatkan, semakin
banyak waktu mereka untuk menyelamatkan diri; 2). Hubungi regu
pemadam kebakaran (fire fighters), karena memiliki pengalaman dan
keterampilan untuk menyelamatkan siapa saja yang terjebak dalam asap,
panas dan api; 3). Padamkan api dengan perlengkapan yang tersedia,
setiap ruangan sebaiknya tersedia pengingat yang memberitahukan apa
yang harus dilakukan jika terjadi kebakaran; 4). Apa bila tidak berhasil
memadamkan, maka segera tinggalkan lokasi tersebut; 5). Beri tahu
orang lain agar segera menghindar dan jangan memasuki ruangan yang
telah terbakar; 6). Apabila asap telah mulai memasuki ruangan, maka
87
anda harus keluar ruangan dengan cara merayap; 7). Jika ada
kecelakaan, korban perlu mendapat pertolongan pertama.
Tindakan-tindakan pertolongan pertama yang penting ialah yang
menyelamatkan jiwa antara lain : penyadaran, menghentikan perdarahan,
serta pertolongan terhadap luka-luka kecil. Peraturan pertolongan
pertama pada kecelakaan, terpenting adalah : 1). Pahami benar apa yang
tidak boleh anda lakukan, karena tidak diobati adalah lebih baik dari pada
pengobatan yang salah; 2). Pahami benar-benar apa yang harus anda
kerjakan, untuk itu bertindaklah cepat bila jiwa korban terancam; serta 3).
Minta segera pertolongan ahli dan dokter pada semua kecelakaan berat.
F. Jenis-jenis Kecelakaan Kerja
1. Tangan Tertusuk Jarum
Ketika menjahit jika tidak berhati-hati siswa/pekerja diancam oleh
tusukan jarum, baik jarum tangan ataupun jarum mesin. Tusukan
jarum mesin lebih berbahaya, apalagi mesin yang dioperasikan
dengan dinamo listrik. Sangatlah penting jika hal ini terjadi,
sikorban mesti diselamatkan dengan cara :
a. Matikan sumber aliran listrik kemesin jahit.
b. Laporkan kepada guru pembimbing praktek di workshop
c. Buka jarum mesin dari mesin jahit
d. Cabut jarum mesin dari jari/tangan yang tertusuk
e. Lakukan penekanan pada bekas tusukan jarum, biarkan darah
keluar beberapa menit untuk membersihkan bekas tusukan
dari penyebab infeksi
f. Bersihkan darah/bekas tusukan jarum dengan bahan yang
bersih
g. Bila masih berdarah balut bekas tusukan dengan
menggunakan kain kasa
h. Bila korban mengeluh kesakitan dan darah masih banyak
keluar, mintalah pertolongan dokter
2. Luka Terkena Gunting
Kegiatan jahit menjahit tidak terlepas dari pemakaian guntuing.
Jika siswa/pekerja kurang berhati-hati dalam pemakaiannya maka
kemungkinan gunting tersebut akan membuat siswa/pekerja jadi
terluka dibuatnya. Jika luka karena gunting/benda tajam lainnya
lakukan pertolongan sebagai berikut:
a. Pastikan lukanya kecil atau besar
b. Biarkan luka kecil atau besar berdarah bebas beberapa menit
untuk membersihkannya dari penyebab infeksi
c. Bersihkan luka dengan bahan yang bersih
d. Jika lukanya kecil tempelkan kasa steril anti septik dan balut
dengan kain kasa
e. Jika lukanya besar atau dalam, mintalah pertolongan dokter
88
3. Kecelakaan Listrik
Kecelakaan listrik dapat mengakibatkan terbakar, jatuh dan
kejutan listrik. Salah satu dari padanya dapat menimbulkan
bermacam-macam gejala pada korban yang tertimpa salah satu atau
campuran dari akibat tersebut. Sangatlah penting untuk dapat
mengenal macam-macam gejala itu.
Hal-hal yang terpenting yang harus diperhatikan pada kecelakaan
sengatan listrik ialah apakah korban masih bernafas dan jantungnya
masih berdenyut atau keduanya berhenti (tidak bernafas dan jantung
tidak berdenyut) ataupun bekerja secara lemah. Kedua hal terpenting
inilah yang harus segera dipulihkan kembali.
Bila menghadapi tugas harus menolong korban kecelakaan
listrik, bertindaklah cepat dan menurut urutan berikut:
a. Matikan sumber aliran listrik ke alat yang rusak, atau bila tidak
mungkin, hindarkan korban dari aliran listrik.
b. Lakukan pertolongan (pertama) kecelakaan berdasarkan gejala
si korban.
c. Segera setelah anda melihat seseorang dapat kejutan listrik,
cepat perhatikan kedaan umum. Tetapkan cara terbaik untuk
membebaskan dari hubungan listrik, tanpa menyebabkan
tambahan cidera akibat jatuh.
d. Bila mungkin matikan aliran listrik yang bersangkutan. Pada
arus listrik bertegang rendah, periksa apakah korban
bermuatan listrik dengan cara menyentuhnya cepat-cepat
dengan punggung telapak tangan.
e. Bila anda merasakan kejutan kecil, ini menunjukkan masih ada
arus listrik, dorong atau tarik dan berusahalah untuk
melepaskan si korban.
f. Pindahkan korban hanya bila dia dalam bahaya dari kebakaran,
listrik, benda jatuh atau sumber bahaya lain. Bila korban harus
dipindahkan, mintalah bantun tiga atau empat orang.
g. Cegahlah membungkukkan atau membongkokkan leher atau
punggungnya, jaga dia agar tetap lurus.
h. Topanglah anggota badan yang terluka.
i. Kemungkinan besar penyadaran akan berhasil bila dimulai dari
semenit sesudah korban berhenti bernafas. Jadi jangan
tangguhkan menerapkan penyadaran
j. Bila korban bernafas dan jantungnya berdenyut, dia tidak
memerlukan penyadaran. Bila dia pingsan, berdarah,
muntahan, gigi lepas atau gigi palsu patah ada kemungkinan
tertelan dan menyumbat jalan pernafasan, atau kalau korban
telentang, lidah kebelakang dan menghalangi jalan nafas.
Pembekokkan leher akut kedepan pada korban yang pingsan
mungkin pula menghalangi jalan pernafasan.
89
4. Cidera Mata
a. Dilarang menggosok mata yang di dalamnya terdapat
benda asing.
b. Suruhlah korban menahan matanya tenang-tenang agar
matanya jangan sampai bergerk.
c. Jangan sentuh permukaan mata dengan apapun.
d. Aturlah pertolongan pengobatan.
e. Balutlah kedua mata longar-longgar.
f. Bimbinglah korban ke tempat pos pengobatan
5. Lecet/Luka Kecil dan Memar
a. Laporkan selalu dan obatilah semua luka tanpa kecuali,
betapapun kecil tampaknya, karena setiap luka dapat
terkena infeksi dan meradang jika tidak seger diobati.
b. Biarkan luka sedang atau kecil berdarah bebas beberapa
menit untuk membersihkannya dari penyebab infeksi.
c. Dilarang menutup luka dengan kain tua, saputangan atau
jari kotor.
d. Bersihkan luka dengan bahan bersih.
e. Tempelkan kasa steril anti-septik dan balutlah,
plester/balutlah luka kecil.
f. Mintalah pertolongan dokter untuk semua luka yang
dalam.
6. Luka Bakar dan Air Panas
a. Mintalah segera untuk pertolongan medis/dokter,
tergantung
pada beratnya luka.
b. Luka bakar terbaik diobati dengan menyiramnya di bawah
aliran air dingin yang bersih.
c. Jangan merobek atau menarik pakaian yang melekat pada
luka bakar.
d. Jangan mencoba membuang teh panas, atau zat yang
serupa dari kulit.
g. Jaga korban jangan sampai shock.
h. Bila mungkin lakukan balutan kering steril, atau tutupi luka
bakar dengan kain atau handuk bersih atau kertas biasa.
Jangan menyentuh bagian terbakar yang kulitnya melepuh
atau yang jelas terlihat dagingnya hangus
7. Kejutan (shock)
Hampir setiap kecelakaan atau luka diikuti oleh kejutan. Korban
mungkin pucat dan kulitnya mengerut, denyut lemah dan cepat,
dan mungkin dia pingsan.
a. Istirahatkan penderita
b. Jaga penderita tenang dan hangat
90
c. Longgarkan pakaian yang ketat
d. Jaga penderita agar tetap tenang dan yakinkan
pertolongan akan cepat datang.
8. Keracunan
Pada semua kejadian keracunan mintalah segera pertolongan
dokter. Bila seseorang terisap asap beracun:
a. Pindahkan korban ke udara segar
b. Jaga korban jangan sampai shock
c. Bantulah pernafasan bila pernafasan terhenti (jangan
dengan cara pernafasan buatan dari mulut ke mulut)
9. Perdarahan dan Cara menghentikannya
Menghentikan perdarahan secara umum ialah dengan jalan
memberikan tekanan pada luka. Pada perdarahan hebat atau
perdarahan yang sukar dihentikan usahakan dengan segera untuk
memanggil dokter.
a. Hidung berdarah :
1). Suruh korban duduk tenang dengan kepala menunduk.
2). Jangan biarkan dia bersin
3). Jepit atau suruh jepit sendiri kuat-kuat hidung pada
sambungan tulang rawan.
4). Bila perdarahan tidak berhenti dalam 5 sampai 10
menit, mintalah pertolongan dokter.
Gambar 20. Hidung Berdarah
b. Pergelangan tangan luka sehingga terjadi perdarahan
hebat.
91
1). Tekan luka dengan tangan anda, atau pencet kedua
tepi luka anda secara serentak. Bila sempat, mulamula
tutup luka dengan sapu tangan bersih atau kain
pembalit sebelum memberi tekanan.
Gambar 21. Perdarahan hebat: naikkan tangan yang luka, tekan kedua tepi
luka secara serentak
Gambar 22. Membalut luka dengan kasa tebal
2). Tahan tekanan pada luka dengan perantaraan kasa
tebal dan balut erat-erat pada tempatnya. Kasa harus
cukup besar untuk menutupi seluruh luka dan seluruh
kasa harus tertutup kain pembalut.
3). Bila korban mengeluh kaku, gatal atau nyeri pada jari
atau jari kaki yang dibalut ini berarti balutan terlalu erat,
kendorkan sedikit.
92
4). Bila masih berdarah, tambahkan kasa lagi dan balut
tanpa membuang kasa pertama.
5). Kadang-kadang sepotong benda asing menancap pada
luka (kaca, logam, kayu). Dalam hal demikian, berikan
tekanan pada tepi luka dengan memasang kasa sekitar
luka dan memblutnya ditempatnya. Gunakan pula cara
ini bila ada potongan tulang menonjol keluar.
G. Menerapkan Praktek Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Bagi peserta didik/pekerja dimanapun berada menerapkan K 3 adalah
hal yang sangat penting, untu itu semua pihak hendaklah
menerapkan hal sbb:
1. Pengusaha menyediakan alat-alat perlindungan keselamatan
kerja, seperti : sandal jepit, masker, sarung tangan, helm, kaca
mata, alat kerja yang bukan penghantar listrik, tangga, dsb.
2. Untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, semua pekerja
harus mentaati seluruh peraturan dan tata cara pemakaian alat
kerja serta ketentuan kerja yang dikeluarkan perusahaan dengan
berpedoman pada UU no 1 th 1970.
3. Alat-alat pemadaman kebakaran harus ditempatkan ditempat
yang mudah terlihat dan terjangkau, serta diberi cat berwarna
merah.
4. Semua pekerja wajib mengetahui tempat alat-alat pemadam
kebakaran dan mengetahui cara penggunaannya.
5. Benda-benda yang mudah terbakar harus diperhatikan
keamanannya, serta dilakukan tindakan pencegahan terhadap
bahaya kebakaran.
6. Bila terjadi kebakaran, pluit/tanda bahaya atau tanda khusus
lainnya harus segera dibunyikan, dan para pekerja yang ada
ditempat kejadian tersebut, terutama pria dan petugas
pemadam/penanggulangan kebakaran harus berusaha
memadamkan, dan para pekerja lain harus turut membantu
bilamana diperlukan.
7. Secara periodik akan dilaksanakan latihan pemadam kebakaran
dan pembinaan-pembinaan terhadap regu pemadam kebakaran
yang telah dibentuk dengan tujuan sbb:
a. Mencegah dan Mengurangi Kecelakaan
1) Seluruh peralatan yang pengoperasiannya menggunakan
arus listrik, kompor/api, ataupun peralatan lainnya yang
mudah pecah/rusak, harus dilengkapi dengan petunjuk
pemakaian dan keselamatan kerja.
2) Pengoperasian peralatan seperti pada ayat 1 di atas,
harus tetap dibawah pengawasan instruktur.
93
3) Praktikan yang akan menggunakan peralatan seperti pada
ayat a) diatas, terlebih dahulu harus memahami petunjuk
pemakaian dan keselamatan kerja.
4) Setiap praktikan diwajibkan memakai alat pengaman
sesuai dengan perlatan yang digunakannya.
b. Mencegah, Mengurangi dan Memadamkan Kebakaran
1). Penempatan Racun Api harus pada tempat yang mudah
dijangkau.
2). Pemeriksaan Racun Api harus dilakukan secara berkala
oleh ahlinya.
3). Bahan yang mudah terbakar (minyak, bensin, alkohol dan
lainnya) harus dijauhkan dari peralatan yang mudah
menularkan api.
4). Sebelum menutup laboratorium (setiap hari), teknisi
diwajibkan untuk memeriksa kompor dan peralatan lainnya
yang dapat menimbulkan bahaya kebakaran.
c. Memberi Pertolongan pada Kecelakaan
1). Kelengkapan alat P3K harus tetap diperiksa dan dilengkapi
2). Pertolongan pada setiap kecelakaan harus diberikan
sesuai dengan tata cara yang semestinya.
d. Memperoleh Penerangan yang Cukup
1). Kuat penerangan minimum untuk laboratorium adalah 200
Lux.
2). Untuk mencapai kuat penerangan seperti pada ayat a)
diatas, maka lobang cahaya (pintu dan jendela) harus
tetap dalam keadaan terbuka.
3). Apabila melalui cahaya seperti pada ayat b) di atas, kuat
penerangan belum memadai, maka diupayakan dengan
penerangan buatan.
4). Sebelum meninggalkan laboratorium, periksa dan matikan
semua instalasi.
H. Merapikan area dan tempat kerja
Menjaga/memelihara area dan tempat kerja membutuhkan
perhatian dan kewaspadaan yang terus menerus. Satu upaya
penyelamatan juga tergantung pada unjuk kerja setiap pekerja/siswa
yang bekerja ditempat tersebut. Kecelakaan sangat mudah terjadi,
untuk itu setiap bekerja dan selesai bekerja, tempat kerja perlu
dirapikan. Untuk merapikan area tempat kerja disekolah bisa
dilakukan bersama-sama atau bertugas sesuai dengan uraian tugas
masing-masing. Komitmen untuk merapikan area tempat kerja harus
dilaksanakan bersama-sama seperti uraian tugas berikut.
94
1. Kesehatan kerja
a. Tempat kerja pekerja dipelihara kebersihan dan kerapihannya,
dan untuk kesehatan bersama, dilarang : meludah di lantai,
membuang sampah di sembarang tempat.
b. Setiap pekerja harus mematuhi dan melaksanakan instruksiinstruksi
tentang pemakaian alat-alat perlindungan K-3 yang
disediakan perusahaan.
c. Setiap pekerja yang mengetahui pekerja lain menderita
penyakit menular, seperti : lepra, syphilis, kolera, TBC, demam
berdarah muntaber, dsbnya, harus melapor kepada pimpinan
perusahaan atau atasannya tentang penyakit tsb untuk diambil
langkah-langkah pencegahan.
2. Tugas dan tanggung jawab
a. Kepala laboratorium
1). Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan
umum keselamatan kerja.
2). Bersama-sama dengan instruktur, membuat petunjuk
pemakaian peralatan serta menjabarkan aturan
keselamatan kerjanya.
3). Menjatuhkan sanksi bagi mahasiswa yang tidak
mengindahkan peraturan keselamatan kerja.
b. Instruktur
1). Memberikan petunjuk dan penjelasan kepada pratikan
tentang:
a). Kondisi bahaya yang dapat timbul dalam tempat kerja
b). Semua pengaman dan alat-alat perlindungan diri bagi
pratikan.
c). Cara-cara dan sikap yang aman dalam
mengoperasikan peralatan
2). Bersama-sama dengan kepala labor, membuat petunjuk
pemakaian peralatan serta menjabarkan aturan
keselamatan kerjanya.
3). Memberikan pertolongan pada setiap kecelakaan dan
melaporkannya kepada kepala laboratorium.
c. Teknisi
1). Memasang pada tempat kerja (pada tempat-tempat yang
mudah terlihat dan terbaca)
2). Membantu instruktur dalam hal penyedian alat
perlindungan diri bagi praktikan atau pengguna jasa
laboratorium (khusus yang berada di labor)
95
3). Memeriksa dan melengkapi obat-obatan P3K
d. Praktikan
1). Mematuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan
dan kesehatan kerja.
2). Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.
3). Memberikan keterangan yang jujur dan benar, apabila
terjadi kecelakaan.
3. Menyelenggarakan Penyegaran Udara yang Cukup
Agar sirkulasi udara tetap berjalan dengan baik, maka pintu dan
jendela harus dalam keadaan terbuka (selama ada praktikum).
4. Memelihara Kebersihan, Kesehatan, dan Ketertiban
a. Laboratorium harus tetap dalam keadaan bersih, baik sesudah
maupun sebelum praktikum, untuk itu instruktur perlu
mengatur grup/piket kebersihan yang bertanggung jawab atas
kebersihan laboratorium.
b. Laboratorium harus menyiapkan tempat penampungan
sementara bahan-bahan sisa praktikum, sebelum dipindahkan
ke tempat pembuangannya.
c. Air buangan/ sisa bahan pencuci lainnya, harus ditampung
pada tempat tertentu yang sengaja dibuat untuk itu.
d. Air buangan sisa bahan pencuci lainnya yang mengandung zat
kimia tidak boleh dibuang langsung ke saluran atau sungai
tanpa dinetralisir terlebih dahulu.
e. Setiap orang yang berada di laboratorium harus mentaati tata
tertib yang berlaku.
5. Mengamankan Pengangkutan Bahan dan Peralatan
a. Pemasukan dan pengeluaran bahan dan peralatan ke dan dari
laboratorium harus mendapat persetujuan kepala laboratorium
dan dilakukan dengan penuh kecermatan dan ketelitian.
b. Untuk kelancaran dan keselamatan bahan dan peralatan yang
keluar masuk laboratorium, maka laboratorium diwajibkan
untuk menyiapkan cara/prosedur/alat pengangkut dan jalan
khusus.
6. Mengamankan dan Memelihara Laboratorium
Seluruh pratikan/ pengguna jasa laboratorium, diwajibkan untuk
mengamankan dan memelihara laboratorium termasuk alat dan
peralatan serta perabotannya.
7. Pencegahan Bahaya Aliran Listrik
96
a. Pemeriksaan dan perawatan sekring, fitting,saklar, sistem
pertanaha, dan kabel sambung aliran listrik harus dilakukan
secara berkala.
b. Bahan-bahan yang mudah menularkan aliran listrik (air, dan
lain-lain) harus dijauhkan dari instalasi
c. Periksa apakah tegangan listrik yang ditunjukkan pada pelat
sesuia dengan tegangan listrik setempat sebelum anda
menghubungkan alat ini.
d. Jangan sekali-kali meningkalkan seterika ini tanpa ditunggui
ketika sedang dihubungkan dengan listrik
e. Jangan sekali-kali menyelupkan setirika ke dalam air
f. Jauhkan alat dari jangkauan anak-anak
g. Pelat tapak seterika dapat menjadi panas sekali dan dapat
menyebabkan luka bakar kalau disentuh. Jangan biarkan
kabel bersinggungan dengan pelat tapak seterika ketika
sedang panas
h. Jangan memasukkan farfum, cuka, kanji, zat pembersih kerak,
cairan buat menyeterika atau bahan kimia lainnya kedalam
tangki air
i. Bila anda sudah selesai menyeterika, ketika membersihkan
alat seterika mengisi atau menggosongkan tempat airnya dan
juga ketika anda meninggalkan seterika sekalipun hanya
sebentar saja: aturlah pengendali uapnya pada posisi O,
taruhlah seterika dengan posisi berdiri pada tumitnya dan
cabut steker listrik dari stopkontak diding.
j. Jika kabel listrik rusak, maka harus diganti oleh philips,
authorized servis Philips atau orang yang mempunya keahlian
sejenis agar tehindar dari bahaya.
k. Jangan sekali-kali memakai alat seterika ini jika terdapat
kerusakan apapun.
l. Alat ini dimaksudkan untuk digunakan hanya dalam rumah
tangga.
8. Sebelum pertama kali digunakan
a. Bacalah petunjuk ini secara seksama sebelum menggunakan alat
dan simpan untuk rujukan di kemudian hari
b Periksa apakah tegangan listrik yang ditunjukkan pada pelat
sesuai dengan tegangan listrik setempat sebelum anda
menghubungkan alat ini
c. lepaskan stiker atau foil pelindung dari pelat tapak seterika
d. panaskan seterika sampai suhu maksimum dan seterikakan pada
sehelai kain lembab selama beberapa menit untuk menghilangkan
sisa-sisa kotoran apa saja dari pelat tapaknya.
Seterika ini mungkin akan mengeluarkan asap ketika pertama kali
digunakan. Ini akan berhenti dengan sendirinya setelah beberapa
saat.
97
9. Persiapan menggunakan seterika.
a. Mengisi tangki air.
1). Cabut steker penghubung listrik dari stopkontak.
2). Setel pengedali uap pada posisi O (=tanpa uap)
3). Buka tutup pengisi (hanya tipe-tipe GC2225, GC2220,
GC2215, GC2130, GC2125 dan GC2120)
5). Miringkan seterika
6). Gunakan gelas ukur untuk mengisi tangki air sampai level
maksimum.
7). Pasang kembali tutup pengisian (klik!)
Jika air keran di sekolah/daerah anda memiliki kesadahan
yang sangat tinggi, di sarankan agar anda menggunakan air
yang didistilasi. Jangan menggunakan cuka, kanji, atau cairan
yang mengandung bahan kimia, dan jangan mengisi tangki air
melewati tanda batas MAX.
b. Menyetel suhu
1. Taruhlah seterika pada posisi berdiri pada tumitnya.
2. Setel pengatur suhu ke suhu penyeterikaan yang
diinginkan dengan memutarnya keposisi yang sesuai.
3. Periksa label pakaian unutk mengetahui suhu seterika
yang diperlukan
4. Jika anda tidak tahu terbuat dari bahan apa pakaian yang
akan anda seterika, tentukan suhu penyetrikaan yang
benar dengan menyeterika bagian pakaian yang tidak
akan terlihat bila sedang anda pakai.
5. Bahan sutra, wol dan simtetis: seterika sisi belakang kain
untuk mencegah timbulnya bagian yang mengkilat. Hindari
penggunaan fungsi penyemprot untuk mencegah noda.
6. Pasang steker pada stopkontak yang ada ardenya
7. Setelah lampu petunjuk suhu berwarna kuning mati,
tunggu sebentar sebelum mulai menyeterika. Lampu pilot
warna kuning akan menyala dari waktu kewaktu selama
penyeterikaan. Apabila fungsi pemutus panas otomatis
aktif (lampu pilaot merah berkedip) gerakan seterika sedikit
untuk me non aktifkan fungsi ini (lampu pilot merah
berhenti berkedip)
c. Menggunakan seterika
1. Menyeterika dengan uap
a. Pastikan bahwa ada cukup air dalam tangki air.
b. Setel pengatur suhu sesuai dengan posisi yang
disarankan lihat ‘Menyetel suhu’.
98
c. Setel pengendali uap sesuai dengan pasisi uap yang di
inginkan.
d. Penguapan akan mulai begitu suhu yang disetel tercapai
2. Menyeterika tanpa uap
a. Setel pengendali uap pada posisi 0 (=tanpa uap).
b. Setel pengatur suhu sesuai dengan posisi yang
disarankan.
3. Menyemprot
Untuk menghilangka kusut atau lipatan yang membandel pada
suhu berapa saja
a. Pastikan bahwa ada cukup air didalam tangki air.
b. Tekan tombol penyemprot beberapa kali untuk
melembabkan pakaian yang akan diseterika.
c. Semburan uap yang kuat dapat membantu
menghilangkan lipatan yang sangat membandel.
d. Fungsi semburan uap dapat pula digunakan ketika
anda memegang seterika pada posisi vertikal. Ini
berguna untuk menghilangkan lipatan pada pakaian,
gorden dll. Yang tergantung.
e. Jangan sekali-kali mengarahkan uap pada orang.
f. Seterika akan berhenti mengeluarkan uap secara
otomatis bila suhunya terlalu rendah untuk mencegah
agar air tidak menetes keluar dari pelat tapak kaki
seterika. Bila ini terjadi, anda akan mendengar bunyi
klik.
g. Sebuah alat pengaman elektronik akan secara
otomatis mematikan elemen panas jika seterika tidak
digerakan selama beberapa saat.
h. Untuk menunjukan bahwa elemen panasnya telah
dimatikan, lampu pilot berwarna merah petunjuk
pemutus panas otomatis mulai berkedip.
4. Untuk memanaskan seterika kembali:
a. Angkat seterika atau gerakan sedikit
b. lampu pilot pemutus panas otomatis warna merah akan
mati. Lampu pilot penunjuk suhu warna kuning akan
menyala, tergantung pada suhu pelat telapak seterika.
c. Bila lampu pilot bewarna kuning menyala setelah
seterika digerakan, tunggu sampai lampu pilot tersebut
mati sebelum mati sebelum anda mulai menyeterika.
d. Bila lampu pilot bewarna kuning tidak menyala setelah
seterika digerakkan, seterika tersebut siap untuk
digunakan.
99
5. Membersihkan dan memelihara seterika
a. ‘Calc-Clean’
Fungsi ‘calc-clean’ menghilangkan kerak dan kotoran.
Gunakan fungsi ‘Calc-Clean’ dua minggu sekali. Jika air
didaerah anda sangat sadah (yaitu bila serpihan-serpihan
kotoran keluar dari pelat tapak seterika selama
penyeterikaan berlangsung), fungsi ‘Calc-Clean’ harus
digunakan lebih sering, caranya adalah sebagai berikut.
1. Setel pengendali uap pada posisi O.
2. Isi tangki air sampai tingkat maksimum. Jangan
menuangkan cuka atau zat pembersih kerak
lainnya ke dalam tangki air.
3. Setel tombol suhu sampai MAX
4. Masukan steker ke dalam stopkontak dinding.
5. Cabut steker listrik seterika jika lampu pilot
berwarna kuning mati
6. Pegang seterika di atas tempat mencuci piring dan
setel pengendali uap ke posisi ? (Calc-Clean).
Tombol pengendali uap akan terdorong keluar
sedikit.
7. Tarik kenop pengendali uap ke atas untuk
melepaskan jarum pengendali uap.
8. Gerakan seterika maju mundur.
9. Uap dan air yang mendidih akan keluar dari tapak
alat. Kotoran dan kerak air (kalau ada) akan
mengalir keluar.
10. Gunakan cuka untuk membersihkan kerak, bila ada
jarum. Jangan membengkokkan atau merusakkan
jarum pengendali uap tersebut.
11. Panaskan kembali jarum pengendali uap dengan
menyipkan ujung jarum tersebut tepat di tengah
lubang dan dengan memposisikan secara tepat
tonjolan kecil pada sisi jarum ke dalam selot. Setel
kenop pengendali uap ke posisi O.
12. Ulangi proses ‘Calc-Clean’ tersebut jika seterika
masih mengandung banyak kotoran..
Rangkuman
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan suatu masalah
penting dalam setiap proses operasional, baik disektor tradisional
maupun sektor modern. Khususnya dalam masyarakat yang sedang
beralih dari suatu kebiasaan kepada kebiasaan lain, perubahanperubahan
pada umumnya menimbulkan beberapa permasalahan yang
jika tidak ditanggulangi secara cermat dapat membawa berbagai akibat
buruk bahkan berakibat fatal.
100
Keselamatan dan kesehatan kerja harus lahir dari doktrin yang
menyatakan bahwa untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, semua
pekerja harus mentaati semua peraturan dan tata cara pemakaian alat
kerja serta ketentuan kerja yang dikeluarkan perusahaan/sekolah dengan
berpedoman pada UU No 1 Tahun 1970.
Kecelakaan kerja semakin hari semakin mahal. Kemungkinan
terjadinya kecelakaan sejalan dengan semakin canggihnya peralatan,
perlengkapan dan proses produksi. Itulah sebabnya doktrin kesehatan
dan keselamatan kerja harus bertumpu pada pengendalian kerugian
menyeluruh dan bukan hanya pada penanggulangan.
Kecelakaan kerja tidak dapat dielakkan secara
menyeluruh.Namun demikian setiap perencanaan, keputusan dan
organisasi harus memperhitungkan aspek keselamatan dan kesehatan
kerja dalam perusahaan atau sekolah, efisiensi, kemampuan
karyawan/siswa, keadaan peralatan harus selaras dan seimbang agar
proses produksi yang obtimal, aman dan selamat dapat dicapai.
Evaluasi:
1. Jelaskan pengertian dari kesehatan, keselamatan dan
keamanan kerja.
2. Apa yang harus diperhatikan dalam bekerja agar pekerjaan
yang dilakukan sesuai dengan prosedur kesehatan,
keselamatan dan keamanan kerja.
3. Jelaskan cara mengatasi kecelakaan kerja bagi siswa sbb:
a. Siswa yang tertusuk jarum mesin
b. Siswa yang tangannya luka terkena gunting
c. Siswa yang terkena sengatan listrik sewaktu menyeterika
d. Siswa yang hidungnya berdarah
4. Jelaskan manfaat menerapkan K3 ditempat kerja
Kompetensi yang diharapkan dari materi di atas adalah :
Mengikuti prosedur tempat kerja, menangani situasi
darurat, Menjaga standar penampilan diri yang aman.
Pelayan, karyawan atau pekerja/siswa mampu mengikuti
prosedur kesehatan, keselamatan dan keamanan dalam
bekerja baik disekolah kejuruan maupun diindustri
busana.
101
BAB IV
TEKNIK MENJAHIT BUSANA
Teknik menjahit yang benar dapat mempengaruhi kualitas dari hasil
(produk) busana, disamping pola yang baik dan ukuran yang tepat
serta desain yang bagus semua merupakan suatu kesatuan dari
proses pembuatan busana, salah satu diantaranya tidak benar maka
tidak akan tercapai produk yang berkualitas baik. Untuk membuat
suatu busana agar mendapatkan hasil yang optimal, teknik yang
dipakai harus di sesuaikan dengan desain busana dan juga
disesuaikan dengan bahan dasar (pabrik) yang dipakai. Berikutnya
marilah kita lihat teknik menjahit busana yang perlu disesuaikan
dengan desain agar kita dapat memilih dan menerapkan teknik yang
tepat dan sesuai dengan busana yang akan dibuat.
A. Tusuk Dasar Menjahit
Tusuk dasar yaitu tusuk dengan menggunakan alat jarum tangan.
Ada beberapa tusuk dasar yang biasa digunakan dalam menjahit
busana, antara lain adalah sbb:
1. Tusuk Jelujur
Teknik membuat tusuk jelujur, yaitu dimulai dari kanan ke kiri,
guna tusuk jelujur adalah untuk membuat jahitan menjadi
sempurna. Tusuk jelujur dapat dibedakan menjadi 3 bentuk.
a. Tusuk jelujur biasa yaitu tusukan yang menggunakan jarak
tidak sama.
b. Tusuk jelujur dengan jarak tertentu yaitu tusukan dengan
jarak yang sama (konsisten) berguna untuk tusuk
sementara pada smook.
c. Tusuk jelujur renggang yaitu tusukan dengan menggunakan
sengkelik dengan spasi satu, tusukan jelujur renggang ini
digunakan untuk tanda, dengan menggunakan benang
rangkap yang nantinya digunting diantara tusukan tersebut
sehingga meninggalkan jarak benang yang biasa dijadikan
tanda dalam menjahit busana.
Gambar 23. Teknik jelujur
102
2. Tusuk Tikam Jejak
Tusuk tikam jejak yaitu tusuk jahitan dengan bentuk jika dilihat
dari bagian atas tusuknya kelihatan seperti jahitan mesin dan bila
dilihat dari bagian bawah tusukannya seperti jahitan rangkap.
Jarak tusukan bagian bawah dua kali jarak tusukan bagian atas,
teknik menjahitnya adalah dengan langkah maju sebelum
melangkah mundur ke belakang dengan jarak yang sama, tusuk
tikam jejak berguna untuk pengganti jahit mesin.
3. Tusuk Flanel
Tusuk flanel biasa digunakan untuk mengelim pinggiran
busana yang diobras. Tusuk flannel sering digunakan, terutama
untuk busana yang dibuat dari bahan yang harganya mahal,
disamping itu tusuk flannel juga dapat digunakan sebagai hiasan,
sebagai tusuk dasar dan sulaman bayangan, untuk sulaman
bayangan dengan jarak yang lebih rapat (dirapatkan) dan dapat
juga mengikuti motif dekonasi. Caranya, jelujur kain yang sudah
diobras 3-4 cm langkah tusukannya mundur 0,75 cm turun
kebawah, tusuk jarum kekanan selanjutnya mundur lagi 0,5 cm
tusuk lagi ke atas seperti tusukan pertama demikian selterusnya
sampai selesai. Untuk mendapatkan hasil tusukan yang halus pada
bagian bawah busana (pada rok) atau dimanapun tusuk flannel
digunakan, lakukan dengan halus/tipis waktu menusukkan jarum
kebahan busana, dengan demikian hasil yang didapatkan juga
halus dan tipis bila dilihat dari bagian balik (bagian buruk busana).
Gambar 24. Tusuk flanel
4. Tusuk Feston
Tusuk feston berfungsi untuk penyelesaian tiras seperti tiras
lingkar kerung lengan atau pada pinggiran pakaian bayi. Tusuk
feston juga dapat berfungsi sebagai hiasan bila benang yang
103
digunakan adalah benang hias atau benang sulam dengan
kombinasi warna yang serasi.
Gambar 25. Tusuk feston
5. Tusuk Balut
Tusuk balut berfungsi untuk menyelesaikan tiras pada kampuh
untuk klim rol. Tusuk balut juga dapat digunakan untuk
penyelesaian pinggir teknik aplikasi. Teknik menjahitnya dimulai
dari kiri ke kanan atau sebaliknya kanan kekiri kesan benang dari
tusukan agak miring.
Gambar 26. Tusuk Balut
6. Tusuk Batang/tangkai
Tusuk batang dibuat untuk hiasan, teknik menjahitnya dengan
langkah mundur ± 0,5 cm dan mengaitkan 5 atau 6 benang pada
bahan, jarum ditarik keluar akan menghasilkan tusuk tangkai dan
seterusnya tusuk mundur lagi seperti yang pertama begitu
seterusnya sampai selesai. Untuk membuat tangkai yang lebih
besar maka jarak tusukan dirapatkan dan mengaitkan kain lebih
banyak (besar).
Gambar 27..Tusuk batang/tusuk tangkai
104
7. Tusuk Rantai
Tusuk rantai fungsinya untuk membuat hiasan tekniknya
dengan langkah maju, dengan memasukkan jarum dari bawah ke
atas, kemudian tusukan kembali pada lubang tempat jarum
dilingkarkan pada jarum, ditarik sehingga benang yang melingkar
berada di lobang kedua selanjutnya jarum kembali menusuk lobang
tempat jarum keluar dan ekor benang melingkar pada jarum seperti
semula, begitu seterusnya sampai selesai dengan mengikuti motif
hiasannya.
Gambar 28. Tusuk rantai
8. Tusuk Silang
Tusuk ini berfungsi untuk membuat hiasan. Teknik
pengerjaannya dengan langkah sebagai berikut: dimulai dari
kanan atas ke kiri bawah, terus kekanan bawah (tusukan pertama).
Kemudian tusuk ke dua di mulai dari kanan bawah terus kekiri
atas, letak tusukan sejajar baik tusukan bagian atas maupun
tusukan bagian bawah, (tusukan yang terlihat menyilang diatas
kain) dan seterusnya sampai selesai.
Gambar 29. Tusuk silang
105
9. Tusuk Piquar
Tusuk piguar biasanya berfungsi untuk memasangkan bulu
kuda pada jas atau mantel. Disamping itu tusuk piquar dapat juga
digunakan sebagai tusuk hias pada busana atau lenan rumah
tangga.
Gambar 30. Tusuk piquar
B. Kampuh Dasar (Menggabungkan)
Untuk menyatukan bagian-bagian dari potongan kain pada
pembuatan busana seperti menyatukan bahu muka dengan bahu
belakang, sisi kiri muka dengan sisi kanan belakang dsb, sisa
sambungan disebut dengan kampuh. Teknik menjahit sambungan
supaya hasilnya kuat, maka setiap penyambungan baik diawal ataupun
diakhir tusukan harus dimatikan, agar tidak mudah lepas yaitu dengan
cara menjahit mundur maju atau dengan cara mengikatkan ke dua
ujung benang. Pemakaian kampuh disesuaikan dengan kegunaan
yang lebih tepat. Kampuh (teknik menggabungkan) ada bermacammacam
antara lain:
1. Kampuh Terbuka
Kampuh terbuka yaitu kampuh yang tiras sambungannya
terbuka/di buka, teknik peyelesaian tiras ini ada beberapa cara:
a. Kampuh terbuka dengan penyelesaian setikan mesin,
penyelesaian tiras dengan cara melipat kecil pinggiran tiras
dan disetik dengan mesin sepanjang pinggiran tersebut.
b. Kampuh terbuka dengan penyelesaian tusuk balut, yaitu
penyelesaian tiras di sepanjang pinggiran tiras diselesaikan
dengan tusuk balut.
c. Kampuh terbuka yang diselesaikan dengan obras, yaitu
penyelesaian di sepanjang pinggiran tiras diselesaikan
106
dengan diobras. Cara ini pada saat sekarang banyak di
pakai terutama untuk busana wanita dan busana pria
(celana pria).
d. Kampuh terbuka diselesaikan dengan rombak (dijahit
dengan kain serong tipis, dilipat dan disetik) ini hanya
dipakai untuk busana yang dibuat dari bahan/kain tebal.
Kegunaannya untuk menyambungkan (menjahit) bagianbagian
bahu, sisi badan, sisi rok, sisi lengan, sisi jas, sisi
mantel, sisi celana, dan belakang celana.
Gambar 31. Kampuh terbuka
2. Kampuh Balik
Kampuh balik yaitu kampuh yang dikerjakan dengan teknik
membalikkan dengan dua kali jahit dan dibalikkan dengan cara,
pertama dengan menjahit bagian buruk menghadap bagian buruk
(bagian baik) yang bertiras dengan lebar tiras dengan ukuran 3
mm, jika memungkinkan dibuat lebih halus/kecil, kemudian
dibalikan dan di jahit dari bagian buruk menghadap bagian baik
dengan pinggir tirasnya masuk kedalam, hasil kampuh ini paling
besar 0,5 cm. Kegunaan kampuh balik untuk:
a. Menjahit kebaya yang dibuat dari bahan tipis
b. Menjahit kemeja
c. Pakaian tidur dsb.
107
Gambar 32. Kampuh balik
3. Kampuh Pipih
Kampuh pipih yaitu kampuh yang mempunyai bekas jahitan
pada satu sisi sebanyak dua setikan, dan sisi yang sebelahnya satu
setikan, kampuh ini bisa dipakai untuk dua sisi (untuk bagian luar
atau bagian dalam yang mana keduanya sama-sama bersih).
Teknik menjahit kampuh pipih, lipatkan kain yang pinggirannya
bertiras selebar 1,5 cm menjadi 0,5 cm, tutup tirasnya dengan
lipatan yang satu lagi. Kampuh ini dipakai untuk menjahit kain
sarung, kemeja, celana, jaket, pakaian bayi, dsb.
Gambar 33. Kampuh pipih
4. Kampuh Perancis
Kampuh perancis adalah kampuh yang hanya terdiri dari satu
jahitan yang didapatkan dengan cara menyatukan dua lembar kain.
Kain bagian baik berhadapan sesama baik, tetapi tidak sama lebar/
pinggirnya, lipatkan pinggir kain yang satu (kain yang lebih lebar)
dengan kain yang lain, lalu jahit tiras dengan lebar 0,6 mm.
Kampuh perancis ini cocok dipakai untuk menjahit bahan yang tipis.
Gambar 34. Kampuh perancis
108
5. Kampuh Sarung
Kampuh sarung adalah kampuh yang tampak dari kedua
sisinya. Cara melakukan setikan kampuh sarung adalah sebagai
berikut: pinggiran (a) dan (b) sama-sama besar, kampuh semula 1
cm lalu keduanya di kumpul berpadu, tiras dilipat dengan posisi
saling berhadapan dan dapat dibantu dengan jelujuran. Tirasnya
sama-sama di lipat menjadi 0,5 cm lalu dijahit pinggirannya dari
bagian buruk. Kegunaan kampuh sarung ini adalah untuk menjahit
kain sarung pelakat (kain sarung bercorak/kotak-kotak) ketika
menjahit corak/kotaknya harus sama juga untuk menjahit kemeja,
jas, dan jaket.
Gambar 35. Kampuh sarung
C. Teknik Menjahit Bagian-bagian Busana
1. Menjahit Tepi Pakaian
Menjahit tepi pakaian yang terdapat pada garis leher, kerung
lengan, tepi kelim (bawah rok, blus, ujung lengan) dan sebagainya.
Penyelesaian ini dapat berupa depun, serip, rombak dan lainlain.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat satu-persatu.
a. Teknik mengelim
Mengelim/lebar kelim bervariasi sesuai dengan model serta
jenis bagian busana yang akan di kelim. Untuk bagian
bawah busana lebar kelim berkisar dari 1 s.d 5 cm. Untuk
gorden agar lebih seimbang lebar kelim 5 s.d 7 cm dan ada
juga yang lebih lebar dari itu, yang penting ada
keseimbangan antara lebar,panjang/tinggi gortden tersebut.
Kelim dapat dilakukan dengan tangan dan dengan mesin,
supaya hasil yang didapatkan lebih indah dan bagus kelim
dapat dikerjakan dengan tangan.
1) Mengelim
Mengelim dipakai untuk bawah rok, blus, kebaya, ujung
lengan dsb.
109
Untuk mengelim bagian-bagian busana tesebut di atas,
lebar kelim berkisar antara 3 s.d 5 cm,caranya:
a) Lipatkan pinggir rok sesuai lebar yang kita inginkan
b) Tirasnya dilipatkan kedalam lebih kurang 1 cm dan
dibantu dengan jelujuran
c) Kemudian di sum dengan jarum, upayakan dalam
lipatan betul-betul rata dan dijahit dengan jarum
tangan. Mengelim/menusukkan benang kebahan
pada bagian bawah lebih kurang 3 helai benang,
sehingga tidak kelihatan bekas tusukannya, cara ini
dilakukan terus-menerus sampai selesai. Supaya
hasilnya kuat dan hasil tusukan tidak gampang lepas
lebih kurang setiap 6 langkah tusukan dimatikan
agar tidak lepas.
Gambar 36. Mengelim
2) Kelim sumsang
Teknik mengerjakan/caranya sama dengan mengelim,
tapi beda kerjanya pada cara memasukkan jarumnya yaitu
dua kali dalam satu lubang sehingga benangnya mati dan
tidak mudah lepas. Jika ada yang putus kegunaan sama
dengan mengelim.
Gambar 37. Kelim sungsang
3) Kelim tusuk flanel
Kelim tusuk flanel yaitu kelim yang bahan pinggirnya di
obras, tanpa melipatnya kedalam. Terutama dipakai untuk
teknik pengerjaan yang kelimnya lebih rapi dan lebih
110
berkualitas dan juga untuk bahan yang tebal, untuk rok,
blus, ujung lengan dan sebagainya. Caranya :
a). Dilipitkan pinggir rok, selebar yang dinginkan dan di
bantu dengan jelujur;
b). Dijahit dengan tusuk flanel yang satu diatas keliman
tidak tembus sampai keluar dan yang satunya
dibawah kelim dekat pinggir lipatan dengan langkah
mundur; 3). Hasil dari bagian baik hanya tampak
satu baris dengan jarak 0.5 CM
Gambar 38. Kelim tusuk flannel
4) Kelim yang dirompok
Kelim yang di rompok terutama untuk bahan yang tebal
seperti jas, mantel, teknik pengerjaannya sama dengan
disum, cuma tiras pinggirnya tidak dilipatkan tapi dirompok
dengan bahan yang tipis agar tidak terlalu tebal, kemudian
baru di sum.
Gambar 39. Kelim yang dirompok
5) Kelim palsu
Kelim palsu yaitu kelim untuk mengatasi masalah bila
panjang kain tidak cukup untuk dibuat keliman, atau bahan
yang terlalu tebal untuk dikelimkan, maka dibuat kelim
palsu. Membuat kelim palsu yaitu dengan cara
menyambungkan kain untuk kelim, kain yang digunakan
bisa bahan yang sama atau bahan lain yang lebih tipis(jika
111
bahan yang akan disambung terlalu tebal) tetapi warna kain
penyambungnya sama dengan bahan pakaian. Cara
penggabungannya adalah: Gunting kain sesuai dengan
bentuk yang akan disambung, lalu disatukan dan dikelim
dengan som. Lebar hasil setikan penyambungan tidak
lebih dari 0.5 cm. Untuk kelim, kelim som, kelim sumsang,
tusuk flanel dan kelim rompak di kerjakan dengan jarum
tangan, tapi untuk merompok biasa dikerjakan dengan jahit
mesin dan untuk mensom keduanya tetap dengan tangan.
Gambar 40. Kelim palsu
6) Kelim tindas
Kelim tindas yaitu kelim yang dijahit dengan mesin. Cara
mengerjakan kelim tindas adalah, kelim dilipitkan sesuai
dengan keinginan dan dilipatkan kurang lebih 1 cm,
kemudian ditindas dengan mesin, hasil tindasan hanya satu
jahitan yaitu pada pinggir kelim. Ini biasanya dipakai untuk
pinggiran kemeja, ujung kaki piyama, kaki celana, bawah
rok, blus, dsb.
7) Kelim konveksi
Kelim konveksi yaitu kelim yang sering dipakai untuk
menjahit pakaian konveksi, yaitu untuk keliman rok, blus,
kemeja, ataupun kaki celanan. Caranya sama dengan kelim
tindas tapi perbedaannya terletak pada tusukannya.
Tusukan kelim konveksi terdiri dari 2 baris yaitu di atas dan
dibawah (double) dan lebarnya kurang lebih 1 cm.
8) Kelim rol.
Dapat dibuat dengan dua cara :
a) Kelim yang dibuat dengan mesin serbaguna dengan
memakai sepatu rol serta setikan zig-zag.
b) Kelim juga dapat dibuat dengan cara manual,
dengan memakai jarum tangan dengan cara
menggulung kecil tiras, kemudian dijahit dengan
tusuk balut. Kegunaan adalah kelim rol untuk
mengelim pinggiran kain yang tipis, pinggiran baju
kerut/rimpel, ujung lengan pof, dsb.
112
Gambar 41. Kelim rol
9) Kelim som mesin
Kelim som mesin ini adalah kelim yang bekasnya di
bagian baik seperti som tangan tetapi dengan
menggunakan mesin, caranya :
a) Pinggir kain dikelim dengan jelujur sesuai dengan
yang diinginkan
b) Kemudian kelim dilipatkan dengan bagian keliman
kebawah sebesar keliman yang disisakan biasanya
0.2 cm
c) Dijahit pada sisa keliman dengan cara sepatu mesin
sedikit di angkat
d) Kemudian turunkan sepatu mesin dan jahit terus
berulang-ulang sampai selesai
e) Kelim som dapat dijahit dengan memakai mesin
serbaguna
f) Kelim som dapat juga dibuat dengan memakai mesin
khusus untuk garmen .
g) Mensom bahan-bahan yang tebal dan untuk
konveksi (garmen) agar pekerjaan lebih efektif dan
efisien.
Gambar 42. Kelim som mesin
113
b. Teknik menjahit depun, serip dan rompok
Menjahit depun, serip dan rompok pada umumnya dipakai
untuk penyelesaian leher, kerung lengan, dan sebagainya,
antara lain:
1) Depun
Depun yaitu lapisan menurut bentuk yang letaknya
kedalam kelim depun dapat diartikan melapis/mengelim
pinggiran kain dengan menggunakan kain lain yang sama
bentuknya atau (sama sebangun), jika yang akan dilapisi
bundar maka depaunya bundar juga, dan bila segi empat
depunnya segi empat juga. Dengan lebar keliman 3 atau 4
cm atau sesuai keinginan tapi harus diseimbangkan.
Caranya sbb :
a) Gunting depun sesuai dengan bentuk yang akan
didepun (leher).
b) Letakan baik depun berhadapan dengan baik
busana kemudian
dijahitkan tepat pada garis pola dengan bantuan
jarum pentul atau jelujuran
c). Rapikan tiras dan diretak-retak sampai batas jahitan
dengan jarak 1 s.d 2 cm.
d). Tindih dari atas depun dan arahkan tiras ke depun.
e). Pinggir depun di som dengan mengobras terlebih
dahulu atau melipatkan kedalam 2 cm
Gambar 43. Pemasangan depun
114
2) Serip
Serip yaitu lapisan menurut bentuk/kain serong yang
hasil lapisannya menghadap keluar. Serip berfungsi
untuk penyelesaian pinggiran busana, disamping itu
serip juga berfungsi untuk hiasan atau fariasi bagian
busana. Serip sering dipakai pada garis leher, kerung
lengan, ujung lengan, ataupun pinggir/bawah rok. Warna
kain yang digunakan untuk serip, bisa kombinasi atau
kain yang warnanya sepadan (serasi).
Cara menjahitnya:
a) Tehnik menjahit serip sama dengan menjahit
depun, tapi serip hasilnya menghadapnya keluar
dan kalau depun hasilnya menghadap kedalam.
Teknik meletakan bahan, waktu pemasangan
serip kain bagian baik menghadap ke bagian
buruk busana kemudian dijahit pada garis pola.
b) Tiras jahitan dirapikan dan digunting-gunting
kecil/halus dengan menggunakan ujung gunting.
c) Kampuh dijahit dengan posisi tiras diarahkan ke
luar (kampuh terjahit).
d) Dibalikan (diarahkan keluar) dan di pres dengan
seterika agar rapi
e) Penyelesaian serip setelah dilipatkan kedalam
lebih kurang 0.5 cm dijahit pada pinggir.
Gambar 44. Serip
3) Rompok
Rompok adalah penyelesain pinggir pakaian
dengan menggunakan kumai serong atau bisban.
Rompok sering digunakan untuk menyelesaikan lingkar
kerung lengan, garis leher dan sebagainya. Besarnya
hasil rompok untuk lingkar kerung lengan adalah 0.5 s.d
0.7 cm yang tampak dari bagian baik dan bagian buruk.
115
Kumai serong didapat dengan menggunting bahan
(kain) dengan arah serong (diagonal) dengan cara
melipat bahan/kain dengan sudut 45 derjat dengan
lebar lebih kurang 2.5 cm. Sedangkan bisban dapat
dibeli di pasaran. Bisban tersedia dengan bermacammacam
warna.
a) Cara membuat kumai serong, kain dilipat dengan
sudut 45 derajat, diukur sesuai dengan lebar
yang diinginkan, lalu digunting sesuai dengan
tanda.
b) Cara menyambung kain serong berbeda dengan
kain lurus. Menyambung kain serong harus
sesuai dengan arah benang.
c) Kegunaan rompok, selain untuk penyelesaian
pinggiran pakaian, juga dipakai sebagai variasi
atau hiasan pakaian yang biasa dipakai pada
bagian leher, kerung lengan, ujung lengan, pada
garis princes, garis empire atau pada kerah.
d) Cara menjahitkan rompok pada garis leher sbb:
Tempat memasangkan rompok pas pada tanda
pola (gambar a)
1) Jahitkan kain serong pada pinggir yang akan
dirompok lebih kurang 0.6 cm dari bagian
baik, bagian baik bahan berhadapan, dan
rapikan bis sesuai lebar yang diinginkan
(gambar b)
2) Dilipatkan kedalam dengan lebar yang
diinginkan dan dibagian dalam tiras kain
serong dilipatkan melebihi batas rompok
sebesar 1 mm (gambar c)
Gambar 45. Menjahit rompok
116
2. Pemasangan Lengan
Desain lengan ada bermacam-macam seperti lengan licin,
lengan kop, lengan poff, lengan kop poff, lengan reglan dan
sebagainya. Teknik pemasangan setiap jenis lengan ini juga
berbeda disesuaikan dengan model dan bentuknya, secara prinsip
ada 3 bentuk lengan: 1). lengan yang dijahitkan pada lingkar
kerung lengan, 2) lengan reglan yaitu lengan yang dijahitkan dari
garis leher menuju ketiak, 3). Lengan setali adalah lengan yang
menyatu dengan badan.
a) Lengan licin yaitu lengan yang bentuk lingkar kerung
lengannya licin, yang ada hanya kerutan semu pada lengan
yang tujuannya agar pemasangan lengan tidak kaku dan
enak dipakai, terutama pada puncak lengan. Cara
pemasangannya adalah sebagai berikut:
1) Siapkan badan yang sudah dijahit garis bahu dan garis
sisi.
2) Jahit puncak kerung lengan dengan setikan jarang dua
lajur, garis pola terletak diantara setikan, dengan jarak
antara setikan 0,5 cm.
3) Jahit sisi lengan
4) Ukur lingkar kerung lengan badan dan samakan dengan
ukuran lingkar kerung lengan pada lengan.
5) Pasangkan lengan, dengan posisi bagian baik badan
menghadap bagian baik lengan dengan bantuan jarum
pentul atau jelujuran dan posisikan garis bahu tepat
pada titik puncak lengan. Jahit sekeliling lingkar kerung
lengan pada garis kampuh.
Gambar 46. Teknik pemasangan lengan licin
117
b) Lengan poff
Lengan poff yaitu lengan yang mempunyai kerutan pada
puncak lengan, lengan ini banyak dipakai oleh wanita dan
anak-anak.
Cara pemasangannya adalah sebagai berikut :
1) Siapkan badan yang sudah dijahit garis bahu dan garis
sisi.
2) Jahit puncak kerung lengan dengan setikan jarang dua
lajur, garis pola terletak diantara setikan, dengan jarak
antara setikan 0,5 cm. Lalu dikerut sesuai
kebutuhan/desain
3) Jahit sisi lengan
4) Ukur lingkar kerung lengan badan dan samakan dengan
ukuran lingkar kerung lengan pada lengan.
5) Pasangkan lengan, dengan posisi bagian baik badan
menghadap bagian baik lengan dengan bantuan jarum
pentul atau jelujuran dan posisikan garis bahu tepat
pada titik puncak lengan. Jahit sekeliling lingkar kerung
lengan pada garis kampuh.
Gambar 47. Lengan poff
c) Lengan reglan adalah lengan yang tidak mempunyai lingkar
kerung lengan tetapi mempunyai garis serong dari leher
sampai ketiak (sisi badan) baik bentuk bagian muka
maupun bagian belakang.
Cara menjahitnya adalah :
1) Satukan badan muka dengan lengan muka
2) Satukan badan belakang dengan lengan belakang
3) Satukan sisi dari ujung lengan sampai batas bawah
busana kiri dan kanan.
118
Gambar 48. Lengan raglan
d) Lengan setali adalah lengan yang tidak mempunyai lingkar
kerung lengan. Lengan setali dibuat menyatu dengan
badan, ada yang mempunyai garis bahu dari leher sampai
panjang lengan atau tidak mempunyai garis bahu (garis
bahu dibuat pada lipatan kain)
Cara menjahitnya :
1) Satukan garis lengan bagian muka dengan bagian
belakang baik sebelah kiri ataupun sebelah kanan
kanan (untuk yang ada jahitan di bahu).
2) Jahit sisi lengan terus ke sisi badan dengan demikian
lengan sudah dibentuk
Gambar 49. Lengan setali
119
3. Pemasangan Kerah
Kerah merupakan salah satu penyelesaian pinggir pakaian
yang dipasangkan pada leher. Kerah mempunyai bermacammacam
bentuk, desain dan ukuran. Dari berbagai bentuk desain
kerah akan memberikan kesan atau nilai tersendiri bagi si pemakai.
Berikut ini akan dijelaskan beberapa teknik pemasangan kerah .
a. Pemasangan Kerah Memakai Lajur atau Serip
Pemilihan bentuk kerah haruslah disesuaikan dengan
bentuk muka, bentuk leher, dan bentuk tubuh seseorang
seperti, seorang mempunyai leher pendek dan gemuk tidak
cocok memakai kerah berdiri, akan tetapi orang ini akan
kelihatan menarik dan cantik dengan style kerah yang dilipatkan
keluar, dan pada lehernya diturunkan, seperti kemeja yang
kancingnya tidak dipasangkan pada penegak kerah.
Setiap jenis kerah mempunyai bagian-bagian seperti bagian
kerah atas dan bagian kerah bawah juga memakai pelapis
kerah. Pelapis kerah sekarang ini banyak pula jenis dan
macamnya. Dalam pemilihan pelapis yang harus diperhatikan
adalah bentuk (jenis) kerah, asal bahan seperti untuk kerah jas,
pelapis yang baik dipakai adalah pelapis yang tebal seperti
pelapis bulu kuda, dan jika untuk kerah rebah (kerah baby)
cukup dengan pelapis resin (staflek).
Dengan kemajuan teknologi sekarang ini, pelapis kerah
pada umumnya sudah memakai lem yaitu salah satu
permukaannya memakai resin thermo plastik, yang dapat
menempel pada bahan busana dengan cara memberi
pemanasan dan tekanan beberapa waktu seperti dengan
sterika prees atau mesin prees yang disebut juga fusing.
Teknik memotong pelapis kerah adalah sebatas pola (sama
dengan ukuran pola kerah) berarti tidak termasuk tiras, dan
dijahit dibatas pelapis dan ada juga yang sama dengan
lembaran kerah dan pelapis. Pemasangan pelapis dengan cara
menempelkan pelapis yang memakai lem pada bagian buruk
bahan kerah dengan tepat kemudian di press dengan mesin
press atau seterika press.
Kerah yang dipasang dengan memakai lajur atau serip
adalah kerah rebah, kerah mandarin, kerah matros (kelasi).
1) Kerah rebah ( kerah terletak)
Kerah rebah disebut juga kerah baby karena kerah ini
banyak dipakai untuk busana bayi, busana anak-anak, dan
busana wanita. Teknik menjahit kerah rebah adalah sama
untuk semua jenis, tetapi bentuknya saja yang berbeda
antara kerah rebah, kerah palerin dan kerah matros.
Teknik menjahitnya sama yaitu:
120
a) Kerah digunting sesuai pola ditambah kampuh 1 cm
b) Agar bentuknya bagus diberi pelapis vislin dengan
ukuran sama dengan pola.
c) Dijahit dengan setikan mesin selebar kampuh
kecuali pada bagian leher
d) Tirasnya digunting kecil-kecil sampai pada batas
setikan dengan jarak 1 s.d 2 cm, tujuannya agar
bentuk kerah tidak kaku (menurut bentuk) lalu di
press ( ketika menggunting tiras jangan sampai
tergunting benang setikan )
e) Pasangkan pada leher dengan depun (kumai
serong) dengan posisi badan atau (leher) bagian
baik, kerah dan depun.
f) Lalu dijahit dengan mesin pada sekeliling lingkar
leher sesuai dengan tanda pola.
g) Gunting kecil-kecil sekeliling leher dan ditindas
seperti memasang depun
h) Depun atau kumai serong di somkan ke badan
Gambar 49. Kerah rebah
2) Pemasangan kerah dengan sesama kerah
Teknik menjahit kerah sesama kerah antara lain adalah
kerah kemeja, dan kerah bord (kerah sanghai). Untuk kerah
ini selalu menggunakan pelapis kerah untuk menguatkan
dan membantu memperindah bentuk kerah.
Kerah kemeja adalah kombinasi dua kerah yaitu kerah
bediri dan kerah setengah berdiri. Kerah kemeja dengan
penegak biasa ditemukan pada kemeja pria dan dapat pula
digunakan pada jacket dan pakaian wanita. Jenis kerah ini
mempunyai dua bahagian yaitu bahagian kerah dan
bahagian penegak. Penegak bisa digunting terpisah atau
121
bisa sejalan dengan kerah. Penegak terpisah, pemasangan
kerah pada pakaian sama seperti kerah berdiri lainnya.
Pelapis kerah di pasangkan pada kerah bahagian bawah,
tetapi apabila bahan pakaian tembus terang atau sangat
tipis pelapis kerah dapat di pasangkan pada kerah bahagian
atas, untuk mencegah agar kampuh tidak kelihatan setelah
kerah selesai di jahit. Bahagian atas kerah dan penegak
boleh distik dengan mesin.
Cara menjahit kerah kemeja :
a) Gunting bahagian kerah dan penegak rangkap dua
dengan garis tengah belakang pada lipatan kain.
Beri tanda pola pada masing-masing bahagian
kerah.
b) Gunting pelapis satu rangkap, kemudian beri tanda
pola. Pasangkan pelapis pada bagian buruk kerah
bagian bawah atau kerah bagian atas atas
(sesuaikan dengan jenis bahan).
c) Dempetkan bagian baik kerah dan juga pada bagian
penegak atas dan kerah bawah, dengan posisi
bagian baik bahan berhadapan,semat dengan jarum
pentul, kemudian dijahit. Pada sudut-sudut kerah
selipkan beberapa helai benang yang berguna untuk
membalikkan kerah. Tiras di gunting-gunting halus
(agar menurut bentuk) sebelum dibalikan.
d) Balikkan kerah kearah bagian baik kerah, kemudian
tarik lambat-lambat benang yang diselipkan pada
sudut setelah ujung kerah rata dan bentuk ujung
kerah sudah sama, sebaiknya di pres untuk
mendapatkan hasil yang rapi dan bagus.
e) Jika diinginkan stik mesin garis pinngiran luar kerah.
f) Dempetkan bagian baik kerah bawah pada penegak
bahagian bawah. Dempetkan penegak bagian atas
pada kerah bagian atas kerah terletak antara
penegak kemudian jelujur
g) Jahit mesin sepanjang garis kampuh penegaknya.
Gunting-gunting kampuhnya seperti bentuk segitiga.
Bukakan kampuh dan press pada papan kerah.
h) Lipatkan penegak kearah bawah kerah sehingga
kampuh berada pada bagian dalam kerah.
i) Pentulkan pinggir penegak atas pada garis leher
kemudian jelujur.
j) Jahit dengan mesin bagian penegak yang dimulai
dari garis tengah belakang, terus ke bahagian atas
penegak, terus pada garis leher dan kembali
ketengah belakang.
122
3) Pemasangan kerah dengan lapisan
Kerah yang pemasangannya dilapisi adalah kerah
shiller, kerah jas dan kerah setali (Shal collor). Kerah shiller
(minamora) adalah kerah yang mana lapisan tengah muka
dilipatkan tanpa sambungan, bagian atasnya menjadi
bagian bawah dari kerah setelah dibalik, sama dengan
kerah jas, yang membedakannya adalah : kerah jas lapisan
tengah mukanya disambungkan pada tengah muka karena
ada pembentukan sesuai model pada river bagian
kerahnya.
Kerah setali (shal collor) yaitu yang dikontruksi sejalan
dengan pola bagian depan, garis luar kerah umumnya
dibuat melengkung, tetapi ada juga yang dibentuk seperti
kerah jas atau seperti kerah baju pramuka, bagian belakang
pada tengah muka memakai lapisan sampai kebagian kerah
dan yang tampak sebagai kerah itu adalah lapisannya.
Gambar 50. Kerah shiler, kerah setali, kerah jas
4) Pemasangan kerah Shiller
Kerah shiller yaitu kerah yang bagian atas dan kerah
bagian bawah terdiri dari satu potongan. Garis luar kerah
pada lipatan kain dan tidak ada kampuh, tetapi mempunyai
rever dan garis patahan kerah.
Cara mengerjakan:
a) Gunting kerah dengan meletakkan pinggiran luar
pola kerah pada lipatan arah panjang kain (menurut
serat kain) ditambah kampuh lebih kurang 1,5 cm.
Pelapis kerah sama dengan kerah bagian bawah.
b) Pasangkan pelapis kerah pada bagian buruk kerah
dengan cara di pres atau dijahit dengan mesin.
123
c) Lipat dua lebar kerah dengan bagian yang dilapis
berada sebelah atas kemudian jahit mesin kampuh
kedua ujung kerah.
d) Gunting miring kampuh sudut ujung kerah
e) Balikkan kerah kebagian luar dan rapikan bentuknya,
kemudian dipress
f) Pentulkan kedua bahagian kerah mulai dari garis
tengah belakang, bahu kiri dan bahu kanan sampai
batas tengah muka
g) Balikkan lapisan belahan pada bagian baik pakaian
sehingga menutup bagian kerah sampai garis bahu,
kemudian pentul dan jelujur.
h) Gunting kampuh kerah atas pada garis bahu kiri dan
kanan kemudian lipatkan kearah kerah.
i) Jahit mesin mulai dari ujung lidah belahan kiri
sampai ujung lidah belahan kanan. Untuk
mendapatkan hasil yang sesuai dengan bentuk
kerah, maka gunting-gunting kampuh dengan ujung
gunting, tetapi jangan sampai kena setikan.
j) Balikkan lapisan belahan kearah dalam pakaian dan
rapikan bentuk sudut lidah belahan.
k) Lipatkan garis kampuh kerah atas kearah dalam
kerah mulai dari garis bahu kiri sampai garis bahu
kanan, pentul dan jelujur.
l) Jahitkan kerah bagian atas pada kampuh kerah
bagian bawah dengan tusuk sum atau jahit mesin.
Jahitkan ujung lapisan belahan pada garis kampuh.
5) Pemasangan kerah setali (shall collor)
Cara mengerjakan:
a) Siapkan pola badan depan yang pada garis tengah
muka sudah berbentuk/pakai kerah
b) Gunting lapisan kerah sepanjang tengah muka.
c) Gunting pelapis (interlining) sesuai bentuk kerah dan
tengah muka badan kemudian interlining di press.
d) Pentulkan garis leher kerah bagian bawah pada
garis leher belakang
e) Sambungkan garis tengah belakang kerah bagian
bawah kemudian bukakan kampuhnya
f) Jelujur garis leher kerah bahagian bawah pada garis
leher belakang dari garis bahu kiri sampai garis bahu
kanan, kemudian jahit mesin
g) Gunting kedua sudut kampuh garis leher belakang
124
h) Sambungkan garis bahu lapisan leher belakang
dengan garis bahu kerah bagian atas terus kegaris
leher
i) Lipatkan pinggir dalam pelapis belahan kearah
bagian buruk kain dari pinggir bawah bagian kiri
sampai kanan blus
j) Pentulkan bagian baik kerah atas dengan bagian
baik kerah bagian bawah, jelujur, kemudian jahit
mesin sepanjang garis luar kerah sampai pinggir
bawah blus dan gunting-gunting kecil/halus tirasnya
k) Arahkan kampuh leher belakang pada kerah bawah
kemudian jahitkan kampuh pada kerah bawah lebih
kurang 1 mm dari sambungan garis leher
l) Balikkan kerah bagian atas kearah bagian dalam
pakaian kemudian jelujur miring garis luar kerah
sampai garis belahan
m) Lipatkan garis patahan kerah dan pentul mengikuti
garis lipatan
n) Lipatkan garis leher belakang kearah dalam kerah,
kemudian pentulkan garis leher belakang pada kerah
bagian bawah
o) Jahitkan pinggir luar lapisan belahan pada pakaian
dengan tusuk sum.
D. Belahan Busana
Belahan busana adalah guntingan pada pakaian yang berfungsi
untuk memudahkan membuka dan menutup pakaian. Disamping itu
juga berfungsi untuk hiasan atau variasi pada pakaian, karena pada
belahan nantinya akan dilengkapi dengan kancing/penutup belahan.
Belahan pada umumnya terdapat pada tengah muka, tengah belakang,
ujung lengan ataupun di tempat-tempat lain pada bagian-bagian
pakaian. Pemakaian belahan busana disesuaikan dengan model
busana atau desain.
Namun demikian teknik penyelesaian belahan ini berbeda-beda
sesuai dengan jenis serta letak dari belahan itu sendiri. Jenis-jenis atau
macam-macam belahan secara garis besarnya adalah belahan
langsung, belahan memakai lapisan, belahan kumai serong dan
belahan tutup tarik.
1. Belahan Langsung
Belahan langsung yaitu belahan dan lapisan belahan dibuat
sejalan dengan pola bagian badan. Pola belahan ini umumnya
dipakai untuk blus, kemeja, gaun ditengah muka atau ditengah
belakang.
Tekniknya sebagai berikut:
125
a. Menggunting belahan dilebihkan ± 2 cm dari tengah muka
dan langsung ditambahkan untuk lapisan belahan 5 cm,
dengan cara dilipatkan supaya bayangan cerminnya tepat
dan pas. Untuk melipatkannya ada yang kedalam ada yang
keluar.
b. Lipatkan lapisan belahan kearah dalam (bagian buruk),
belahan ini biasa dipakai untuk blus, gaun dan kemeja.
c. Lipatkan lapisan belahan ke arah luar (bagian baik), pakaian
kemudian dijahit dengan mesin sisi kiri dan sisi kanan
dengan hasil jadi 3 s.d 4 cm. Ini biasa dipakai untuk belahan
kemeja.
Gambar 51. a, b, c. Belahan langsung
2. Belahan berlapis
Belahan berlapis yaitu belahan yang dilapisi dengan kain.
Belahan yang dilapisi ini ada beberapa macam yaitu belahan
satu lajur belahan, dan belahan dua lajur, belahan kumai
serong dan belahan dilapis menurut bentuk.
Belahan yang dilapisi dengan lajur ada 2 bentuk yaitu dua lajur
sama dan satu lajur.
a. Belahan dua lajur
Belahan ini banyak dipakai untuk belahan blus, baju
kaos laki-laki, ujung lengan kemeja. Belahan dua lajur ini
juga ada yang sama bentuk dan ada pula yang tidak
sama bentuk. Maksudnya adalah, belahan dua lajur
yang sama bentuk bagian atas dan bagian bawah dan
lebarnya juga sama. Untuk yang tidak sama bentuk,
antara bagian atas dan bawah tidak sama lebarnya,
umumnya digunakan untuk ujung lengan kemeja.
b. Belahan dua lajur sama
Sediakan 2 lembar lajur dengan ukuran sama dengan
panjang belahan, ditambah 3,5 cm, untuk lajur belahan
lebarnya 2 kali lebar belahan ditambah kampuh 2 cm.
126
Cara menjahitnya :
1) Tentukan tempat belahan seperti gambar
(a), panjang belahan 10 cm, lebar belahan setelah
dijahit 2 cm
2) Berilah tanda kampuh pada sekeliling lajur, ujung
lajur ditipiskan, seperti gambar (b)
3) Letak lajur kanan pada sisi kanan dan lajur kiri pada
sisi kiri. Sematkan 1 cm ke kiri dan ke kanan dari
tempat yang akan digunting kemudian disetik dari a
ke b
4) Gunting belahan 1 cm sebelum ujung belahan, buat
guntingan menyudut atau segitiga, seperti gambar
(c)
5) Lipat lajur bagian buruk menurut tanda yang telah
ditentukan. Tepi lajur yang bertiras dibuat lipat
kedalam. Semat dengan jahit kelim atau dijahit
dengan mesin, seperti gambar (d)
6) Setik ujung belahan dengan mesin dari bagian baik,
selesaikan ujung belahan bagian buruk dengan
tusuk kelim.
Gambar 52. Belahan dua lajur sama
127
c. Belahan dua lajur tidak sama untuk manset kemeja.
Lajur luar lebarnya 2 cm dan lajur dalam 1 cm. belahan
dibuat ditengah pola ujung lengan bagian belakang ± 8 cm.
Cara menjahitnya:
1) Guntinglah tempat belahan sepanjang belahan, 1 cm
sebelum ujung belahan digunting menyudut (a)
2) Letakkan lajur yang jatuh dalam bagian baik
berhadapan dengan bagian buruk lengan, setiklah
sepanjang belahan.
3) Goreslah lajur yang letaknya di dalam, balik lajur ke
bagian baik. Sisi yang masih bertiras diberi lipatan
dalam ½ cm, lalu setiklah kedua kalinya tepat pada
jahitan pertama (b).
4) Letakkan lajur yang ukuran lebar pada bagian baik
berhadapan dengan bagian buruk lengan. Lalu setik
sepanjang belahan dengan kampuh ½ cm (c)
5) Balik lajur kebagian baik. Pada sisi yang masih
bertiras dibuat lipat dalam selebar ½ cm, lalu setik
tepat pada jahitan pertama (d).
6) Penyelesaian pada ujung belahan yang berbentuk
runcing disetik terakhir dan diteruskan dengan garis
batas panjang belahan.
7) Perhatikan guntingan segi tiga dan ujung lajur kecil
turut dijahit.
8) Jahit ujung belahan dua kali dengan posisi
melintang, jahitan ini berfungsi sebagai penguat.
Gambar 53. Belahan dua lajur tidak sama
128
d. Belahan dengan Kumai Serong
Belahan dengan memakai kumai serong pada
umumnya terdapat pada tengah muka pakaian.
Cara menjahitnya:
1) Sediakan kumai serong 2 lembar yang panjangnya
sama dengan panjang belahan ditambah 2 cm
untuk kampuh.
2) Tentukan tempat belahan (a)
3) Lebar lajur dilipat dua dan digores, letakkan lipatan
tersebut tepat pada tempat belahan, dengan posisi
bagian baik berhadapan dengan bagian baik.
Sematkan 1/2 cm bagian kiri dan bagian kanan dari
tempat belahan, kemudian disetik dengan mesin.
Gunting tepat pada belahan, 1 cm sebelum ujung
belahan digunting menyerong.
4) Lipatkan lajur kebagian buruk, aturlah rompoknya
selebar ½ cm sehingga belahan tadi tertutup. Sisi
lajur yang bertiras dibuat lipatan dalam dan dijelujur
tepat pada jahitan pertama. Kemudian disetik dari
bagian baik.
5) Lipat kecil pada ujung belahan, lalu dijahit dengan
tusuk balut.
6) Segi tiga pada ujung belahan disetik bersama
dengan lajur.
7) Ujung lajur yang bertiras diselesaikan dengan tusuk
feston supaya kelihatan rapi pada bagian buruk,
tepat pada ujung belahan dibuat kuku belalang atau
trens sebagai penguat.
Gambar 54. Belahan dengan kumai serong
e. Belahan dilapis menurut bentuk
Belahan dilapis menurut bentuk yaitu belahan dilapis
dengan kain lain yang sama bentuknya. Belahan ini banyak
digunakan pada tengah muka pakaian, tengah belakang
129
atau pun ujung lengan. Ada belahan yang dilapisi sepanjang
tengah muka, dan ada juga yang sebagian dari tengah
muka.
Belahan yang sepanjang tengah muka yaitu untuk
belahan jas yang memakai kerah river, kemudian belahan
blus atau kebaya yang memakai kancing sengkelit. Belahan
yang panjangnya beberapa cm saja seperti, ditengah muka,
diujung lengan, atau bagian ditengah belakang.
Gambar 55. Belahan dilapisi menurut bentuk
Ada beberapa teknik menjahit belahan antara lain adalah sebagai
berikut:
1. Teknik menjahit belahan tengah muka yang dilapisi, caranya
adalah :
a) Sediakan lapisan yang sesuai dengan tambahan kampuh,
dengan ukuran lebih kurang 1 cm.
b) Bagian baik lapisan menghadap bagian baik pakaian lalu
dijahit tepat pada garis pola dan kampuh digunting-gunting
halus dengan jarak 1 s.d 2 cm.
c) Pastikan lapisan pada bagian bawah berhimpit pada kain,
kemudian ditindih dan dipres agar hasilnya rapi.
2. Teknik menjahit belahan tengah muka yang memakai kancing
sengkelit, seperti pada kebaya (blus), teknik menjahit
pelapisnya sama dengan diatas (belahan tengah muka yang
dilapisi), cuma tepi kain diantara pelapis dan pakaian diletakkan
sengkelit dengan ukuran teratur dan jumlanya disesuaikan
dengan desain.l
3. Teknik menjahit belahan yang tidak sepanjang tengah muka
(seperti belahan baju kurung).
Cara pemasangan belahannya sama dengan pemasangan
depun. Perbedaannya terletak pada pola belahan, dengan
130
adanya belahan lapisan juga dilebihkan mengikuti belahan
kemudian dijahit mengikuti belahan lansung pada sekeliling
leher. Setelah itu tiras digunting-gunting halus dan
ditindis/dijahit pelapis lebih kurang 1mm dan tiras kain
diarahkan kepelapis
4. Belahan tutup tarik
Belahan tutup tarik adalah belahan yang dipasangkan tutup
tarik (retsleiting). belahan ini pada umumnya dipakai untuk
tengah belakang rok, gaun, baju kurung, celana, dan
sebagainya. Banyak bentuk (model) dari tutup tarik dan banyak
pula cara (teknik) pemasangannya yang disesuaikan dengan
fungsinya.
Fungsi utama dari tutup tarik adalah untuk memudahkan
membuka dan memakai pakaian, disamping itu tutup tarik juga
berfungsi untuk menambah keindahan pakaian tersebut
Alat utama untuk pemasangan tutup tarik agar lebih mudah
adalah dengan memakai sepatu khusus yaitu sepatu tutup
tarik.
Ada beberapa macam belahan tutup tarik, yaitu:
a. Belahan tutup tarik simetris
b. Belahan tutup tarik asimetris
c. Belahan tutup tarik tersembunyi
d. Belahan tutup tarik terpisah
e. belahan tutup tarik memakai golbi.
Bentuk (model) dari tutup tarik (retsleiting) ini juga
bermacam-macam, tetapi dalam pemakaiannya perlu
disesuaikan dengan teknik pemasangannya dan disesuaikan
pula dengan desain busana, bahan pakaian serta fungsinya.
Selanjutnya dibahas masing-masing teknik pemasanganya.
Gambar 56. Macam-macam tutup tarik (retsleiting)
131
a) Tutup tarik simetris
Tutup tarik simetris biasanya dipasangkan pada belahan
yang memakai kampuh seperti tengah belakang rok, blus, gaun,
dan ada juga yang ditengah muka atau sisi. Tutup
tarik/retsleiting yang dipakai adalah retsleiting biasa.
Teknik pemasangannya:
(1) Beri tanda panjang tutup tarik pada bagian dalam
pakaian
(2) Jahit kampuh pakaian sampai pada batas tutup tarik
(3) Bukakan kampuh dan pres
(4) Letakan tutup tarik pada bagian dalam pakaian, dan
jelujur dari bagian luar pakaian dengan jarak lebih
kurang 0.75 cm dari garis tengah belahan
(5) Jahit dengan mesin sisi pita tutup tarik pada kampuh kiri
dan kanan dari bagian dalam pakaian
(6) Jahit dengan mesin tutup tarik dari bagian luar pakaian
mulai dari sisi kiri terus kesisi kanan belahan sehingga
terdapat dua lidah yang sama besar.
Gambar 57. Tutup tarik simetris
b) Tutup tarik asimetris
Tempat pemasangan sama dengan tutup tarik simetris,
sama pada belahan yang pakai kampuh dan teknik
pemasangannya adalah sama dari langkah satu sampai
langkah ketiga dan pada langkah keempat.
(1) Tutup tarik di setik menelengkup pada bagian kiri lebih
kurang 2 mm dari tanda kampuh.
(2) Kembangkan kampuh dan rapikan (tekan dengan
sterika), kemudian setik bagian kanan lebih kurang ¾
s.d 1 cm dengan posisi tutup tarik bagian luar
menghadap keatas.
132
Gambar 58. Tutup tarik asimetris
c) Tutup tarik tersembunyi (tertutup)
Tutup tarik ini pada umumnya dipakai pada belahan
belakang baju kurung, gaun, rok, blus, dsb. Pemakaian tutup
tarik ini pada prinsipnya harus pada tempat belahan yang
memakai kampuh.
Jenis tutup tarik untuk ini adalah tutup tarik yang khusus,
yang sering disebut dalam istilah restleting jepang (restleiting
hilang) alat (sepatu mesin) yang dipakai adalah sepatu khusus
untuk tutup tarik jepang yang mempunyai dua lekukan
(terowong) gigi restleiting.
Kenapa dikatakan restleiting hilang karena kalau dilihat dari
luar tampaknya hanya seolah-olah sambungan kampuh saja, ini
banyak di pakai pada pakaian-pakaian yang berkualitas, karena
terkesan pemasangannya juga halus.
Teknik pemasangan sebagai berikut:
(1) Beri tanda panjang restleiting 3 cm dari titik bukaan, lalu
dijahit kampuh sisa
(2) Letakan tutup tarik pada bagian dalam pakaian dan
dijelujur bagian kiri dan bagian kanan tepat pada pinggir
gigi
(3) Lalu di jahit dengan memakai sepatu khusus dan gigi
restleiting tepat (masuk) ke tempat lekukan sepatu
mesin kiri, sampai ujung restleiting (3 cm) melewati titik
bukaan
(4) Jahitkan lagi yang bagian kanan seperti menjahitkan
yang bagian kiri.
d) Belahan tutup tarik celana
Teknik pemasangan tutup tarik celana berbeda dengan
teknik pemasangan tutup tarik lain nya. Untuk celana dengan
gulby dan klep yang terletak di tengah muka celana. Untuk
celana panjang pria gulbinya sebelah kiri dan klep nya sebelah
kanan (bagian kiri di atas, bagian kanan di bawah). Sedangkan
133
untuk celana panjang wanita gulbinya sebelah kanan dan
klepnya sebelah kiri (bagian kanan diatas dan bagian kiri
dibawah) atau kebalikan dari celana pria.
Teknik pemasangannya
(1) Sediakan bahan untuk celana dan belahan
(2) Celana bagian depan yang telah digunting
(3) Klep
(4) golbi
Gambar 59. Perlengkapan pemasangan tutup tarik
Penyelesaian klep
(a) Beri tanda panjang retsleiting, 1 cm dari pinggang pada
celana
(b) Dempetkan dengan bagian baik celana, kain menghadap
keatas dengan urutan; celana bahagian kanan, restleting
tertelungkup (menghadap celana) celana dan klep bagian
yang baiknya berhadapan
(c) Jahitlah 2 mm diluar garis. Hati-hati jarak retsleting dengan
setikan yang sama
(d) Klep dikembangakan kekanan dan dilipatkan sampai batas,
dan jahitlah dari bagian baik sebagai tindihan ( tindihan dari
klep ).
Gambar 60. Penyelesaian klep
c d
134
Penyelesaian golbi
(a) Jahitlah golbi rangkap dua pada bagian yang melengkung
retak-retaklah pada bagian yang melengkung dengan ujung
gunting yang tajam kemudian balikkan. Jahit tindas dari
bagian baik, kemudian buatlah jahitan sepenuh gulbi
dengan jarak ½ s.d ¾ cm
(b) Jahitlah gulbi pada celana kiri, dari pinggang 1 mm diluar
garis pola sampai keujungnya. Golbi diarahkan kekiri dan
ditindih.
Gambar 61. Penyelesaian golb i
Penyelesaian akhir
(a) Hubungan badan kiri dan kanan jahit pada bagian buruk
mulai dari pesak sampai retsleiting
(b) Jahitlah retsleiting yang sebelahnya lagi pada golbi dengan
mengatur jarak, supaya retsleiting terjahit dengan rapi
(c) Lipatlah golbi pada celana dan dijahit dari bagian luar
selebar 4 cm dengan bentuk yang baik (lihat gambar). Ingat
jangan terjahit klepnya.
(d) Pada bagian pesak dijahitkan sisa klep dengan dilipit kecil
sebesar 1 c, sebagai penguat pesak.
(e) Hasil akhir
Gambar 62. Penyelesaian klep
c d e
135
3. Membuat rumah Kancing dan Pemasangan
Kancing
Kancing dan rumah kancing dipakai untuk menutup belahan
yang terdiri atas 2 lapis yang bertumpukan yaitu pada bagian
kiri dan bagian kanan busana. Pemasangan kancing pada
umumnya di bagian tengah muka, tengah belakang dan ada
juga yang disisi ataupun pada bahu, letaknya tersebut
disesuaikan dengan desain.
Untuk busana wanita letak belahan yang bagian kanan
diatas dan bagian kiri dibawah atau rumah kancing terletak
sebelah kanan dan kancing baju terletah disebelah kiri.
Sedangkan untuk pria belahan bagian kiri diatas dan belahan
bagian kanan dibawah (kebalikan dari letak belahan pakaian
wanita).
Posisi rumah kancing ada yang memanjang dan ada
melebar/membujur, tergantung jenis belahannya. Belahan yang
pelapisnya mengarah kedalam, rumah kancingnya dibuat
melebar, sedangkan belahan yang pelapisnya mengarah
keluar, atau belahan yang memakai serip, letak lobang kancing
membujur.
Teknik membuatnya:
a. Jelujur garis tengah muka dan tentukan jarak atau
tempat lobang kancing.
b. Memberi tanda pada tempat yang akan dilobangi,
ukurannya dilebihkan 0,5 mm dari garis tengah kancing,
agar kancing leluasa keluar masuk. Kemudian tanda
tadi dilobangi dengan gunting yang tajam dengan
pendedel, lalu dijelujur rapat disekeliling lobang kancing
untuk penahan.
c. Kemudian lobang kancing dijahit dengan tusuk rumah
kancing
Rumah kancing ini ada 3 macam yaitu rumah kancing biasa,
rumah kancing possepoile dan rumah kancing sengkelit. rumah
kancing biasa dapat dibuat dengan tangan yaitu dengan
menggunakan teknik rumah kancing atau dengan tusuk
festoon, biasanya digunakan untuk blus wanita, kemeja, atau
busana anak-anak.
1) Rumah kancing biasa
Rumah kancing biasa, dibuat dengan mesin caranya sbb:
a). Menggunakan mesin biasa dengan tusukan lurus,
caranya dengan memasangkan alat pada mesin yang
membuat tusuk zig-zag adalah gerakan alat yang
136
bergerak kearah kiri dan kanan. Sementara tusukan
mesin tetap lurus sehingga hasilnya menjadi zig-zag.
b). Menggunakan mesin jahit khusus, lobang kancing ini
banyak dipergunakan untuk membuat rumah kancing
pada industri pakaian jadi (garmen).
c). Menggunakan mesin serbaguna, bila memakai mesin
serbaguna dengan cara menyetel setikan pada setikan
zig-zag atau memasangkan alat (suku cadang khusus)
atau mengikuti teknik dari mesin tersebut, karena mesin
serbaguna banyak sekali merek dan spesifikasinya.
Untuk melobanginya dengan bantuan tusukan
jarum pentul pada kedua ujung lobang kancing, lalu
digunting dengan ujung gunting atau pendedel sampai
batas ukuran lobang kancing. Fungsi jarum pentul disini
agar tidak robek melebihi ukuran lobang kancing.
Gambar 63. Proses menoreh rumah kancing dengan mesin
2) Rumah kancing passpoille (kumai serong).
Rumah kancing pass poile biasanya dipakai untuk
belahan busana kerja wanita dan pria, atau untuk busana yang
137
terbuat dari bahan-bahan yang agak tebal seperti polyester,
wool atau bahan campuran. Lebar bis lobang kancing berkisar
antara 0,4-0,5 cm, bis dibuat dari bahan yang sama dengan
memakai bahan serong.
Teknik menjahit nya:
a). Beri tanda rumah kancing dan dempetkan kumai serong
tepat di atas tanda dengan posisi bagian baik pakaian
keatas, dempetkan kumai serong bagian baik
menghadap bagian baik busana sesuai dengan ukuran
panjang lobang kancing (garis tengah kancing) dan
ditambah 3cm.
b). Pindahkan tanda panjang dan lebar lobang kancing
kebahan busana.
c). Jelujur dan jahit mesin sisi sebelah atas dan sisi sebelah
bawah belahan.
d). Gunting garis tengah belahan dengan cara menggunting
garis-garis tengah mulai dari tengah sampai 0,8 cm
sebelum ujung sampai kedua ujung dan dari sini di
gunting arah diagonal menuju sudut.
e). Balikkan bis kebahagian dalam pakaian dan rapikan
lebar bis, lalu rapatkan belahan dengan tusuk balut.
f). Jahitkan guntingan sudut segitiga pada bahagian dalam
pakaian lalu di stik mesin garis lebar bis pada kedua
sisinya dari bahagian luar pakaian.
g). Gunting celahan pada lapisan belahan bahagian dalam
pakaian sama lebar dengan lebar lobang kancing,
kemudian jahit dengan tusuk balut
Gambar 64. Rumah kancing passpoille
3) Rumah kancing sengkelit
Rumah kancing sengkelit yaitu rumah kancing yang di buat
dari kain serong berbentuk pipa. Rumah kancing ini di buat
untuk pakaian kebaya terbuat dari bahan renda seperti bahan
brokad dan pada belahan yang dilapisi menurut bentuk yang
digunakan pada tengah muka atau tengah belakang blus atau
138
gaun dan pada ujung lengan. Kancing yang digunakan paling
baik adalah kancing bulat atau kancing bola (ball buttons).
Rumah kancing sengkelit juga dapat di gunakan sebagai
variasi atau hiasan, baik diujung lengan, kerah saku, maupun
tengah muka seperti yang sering terdapat pada pakaian orang
cina. Rumah kancing ini dibuat sebelum belahan pakaian
diselesaikan karena pipa dipasangkan di antara lapisan
belahan. Langkah kerja adalah sebagai berikut:
a). Gunting kain serong dengan ukuran lebar 1,5 cm dan
panjang sesuai dengan keinginan.
b). Lipat dua lebar kain serong dengan bagian buruk kain
berada sebelah atas dan jahit mesin lebar pipa 0,3 s.d
0,5 cm.
c). Pasangkan benang yang besar pada jarum tangan.
d). Tusukkan jarum pada salah satu ujung pipa sampai
ujung terakhir (untuk membalikkan pipa).
e). Tarik jarum dan benang sehingga seluruh pipa
dibalikan pada bahagian baik kain.
Membentuk sengkelit pipa memakai tali.
Cara mengerjakan:
(1). Gunting kain serong dengan ukuran lebar diameter
tali ditambah 2,5 cm.
(2). Potong tali dengan ukuran panjang dua kali panjang
kain serong.
3. Lipat dua lebar kain serong dengan bahagian buruk
kain berada sebelah atas.
(4). Masukkan tali diantara kain serong dan jahit mesin
dengan menggunakan sepatu jahit khusus untuk
menjahit tutup tarik
(5). Rapikan dan kecilkan tiras.
(6). Tarik ujung tali sehingga semua pipa dibalikkan
pada bahagian baik kain
Gambar 65. Membalikkan sengkelit
139
Memasangkan sengkelit pipa pada belahan.
Cara mengerjakan:
1) Buat dua buah garis paralel pada kertas pertama 0,6 cm dari
pinggir dan kedua sama dengan ukuran diameter kancing.
2) Buat dua buah garis melintang dengan ukuran sama dengan
diameter kancing.
3) Letakkan pipa pada garis parallel, kemudian pentul pada
kedua garis melintang untuk menentukan panjang pipa dan
beri tanda.
4) Potong pipa sesuai dengan tanda panjang yang sudah
ditentukan, dan sejumlah yang dibutuhkan.
5) Buat tanda tempat pemasangan pipa pada belahan pakaian.
Pemasangan pipa ada yang rapat atau tidak berjarak antara
pipa yang pertama dengan pipa yang lainnya dan ada yang
diberi jarak.
6) Letakkan pipa pada tempat yang sudah diberi tanda dan jahit
dengan mesin pada tanda garis tengah belahan.
7) Dempetkan bagian baik lapisan belahan diatas pipa dan jahit
dengan mesin pada tanda garis tengah belahan.
8) Bukakan kampuhnya dan pres.
9) Balikkan lapisan kearah bagian dalam pakaian, dan jahit
mesin garis sambungannya.
10) Jahitkan pinggiran dalam lapisan dengan tusuk sum pada
pakaian.
Gambar 66. Rumah kancing sengkelit
E. Menyelesaikan Busana Dengan Alat Jahit Tangan
1. Memasang Kancing
Posisi pemasangan kancing hendaklah tepat digaris tengah
muka atau tengah belakang, maka dari itu untuk belahan biasa
yang sudah dilebihkan lidah belahannya 2 atau 1,5 cm maka jelujur
terlebih dahulu tepat pada garis tengah muka atau tengah
belakang, agar tepat.
140
Kancing berfungsi untuk mengancingkan belahan (penutup
belahan) atau juga untuk hiasan atau variasi busana. Bermacammacam
bentuk dan model kancing, yaitu kancing lobang dua, dan
kancing lobang empat, kancing bertangkai, kancing hias, kancing
jepret dan kancing kait.
a. Teknik memasang kancing lobang dua dan empat
Teknik pemasangannya yaitu membuat tusuk awal dengan
menyisipkan ujung benang diantara dua belahan dan membuat
satu atau dua tusukan kecil sebagai penguat kemudian
memasukkan jarum dari bawah pada lobang pertama dan
keluar pada lobang kedua, ulangi dengan cara yang sama
sampai 4 atau 5 kali dan putar kancing dengan pakaian dililitkan
agar berkaki. Kalau untuk lobang empat dapat dibuat dengan
dua garis sejajar atau garis silang diatas kancing dengan cara
mengeluarkan dan memasukkan jarum pada sudut yang
berhadapan tiga sampai empat kali, kemudian dibalut antara
kancing 1,2 dan 3 kali putar.benang yang merentang dekat
jarum pentul, setelah pentul tadi dicabut benang tersebut dibalut
untuk dijadikan kaki kancing.
Gambar 67. Pemasangan rumah kancing dua dan empat lobang
b. Teknik menjahit kancing bertangkai
Cara memasangnya yaitu dengan membuat tusuk pada
tanda tempat kancing, kemudian membuat 4 samapi 5 tusukan,
dan terakhir berikan tusukan penguat.
Gambar 68. Pemasangan kancing bertangkai
141
c. Teknik menjahit kancing jepret
Cara memasangnya yaitu kancing jepret dijahitkan dengan
tusuk balut atau dengan tusuk festoon. Setiap rumah kancing
dibuat 4 sampai 5 kali tusukan, dan usahakan tusukan tidak
tembus ke luar.
Untuk jenis busana yang berkualitas tinggi, biasanya
kancing jepret dibungkus dengan bahan yang tipis dan sewarna
dengan bahan busananya. Cara membungkus kancing jepret
dapat dilihat pada gambar berikut
Gambar 69. Pemasangan kancing jepret
d. Teknik menjahit kancing kait.
Biasanya kancing kait terdiri dari dua bagian, yaitu kaitan
dan matanya. Memasang kancing kait ini diselesaikan dengan
tusuk feston atau tusuk balut.
Gambar 70. Pemasangan kancing kait
F. Menyiapkan Tempat Kerja
Mengatur tempat kerja menjahit dengan tangan berbeda
dengan tempat kerja menjahit dengan mesin. Bekerja di sekolah
berbeda dengan tempat kerja di sebuah usaha busana, juga
berbeda dengan tempat kerja menjahit untuk ibu rumah tangga.
Suatu tempat kerja yang diatur teliti dengan mengingat tertib kerja
dan rasa keindahan, akan menyebabkan siswa yang sedang
142
mengikuti praktek busana atau karyawan sebuah usaha busana
dan seorang ibu rumah tangga yang sedang menjahit, tentu akan
bisa bekerja dengan senang. Ruang kerja dan alat yang diperlukan
yaitu yang ergonomik dengan kata lain alat yang sesuai dengan
kebutuhan.
Menjahit dengan tangan adalah segala kegiatan yang
pengerjaannya semata-mata dengan tangan, seperti memasang
kancing berlobang, kancing jepret, kancing kait dll.
Untuk itu di ruang menjahit dengan tangan, sebaiknya
disiapkan tempat kerja se asri mungkin, serta alat yang dibutuhkan
disusun sesuai dengan tertib kerja sehingga dapat menambah
keindahan dan dayaguna praktek menjahit. Dalam kegiatan
menjahit dengan tangan bagi siswa disekolah sebaiknya disiapkan
kotak jahitan yang isinya: gunting, jarum tangan, jarum pentul,
benang, cincin jari, pendedel, centimeter dan alat-alat yang
diperlukan untuk menjahit tangan lainnya yang sesuai dengan
kebutuhan. Untuk lebih jelasnya dibawah ini akan diuraikan
masing-masing alat tersebut:
1. Alat Menjahit Dengan Tangan.
a. Macam-macam gunting dan alat pemotong
Alat potong dalam jahit menjahit ada bermacam-macam
dengan fungsi yang berbeda-beda pula seperti: gunting kain
yaitu gunting yang digunakan untuk menggunting kain, gunting
zig zag , gunting rumah kancing, gunting bordir, gunting tiras,
gunting listrik, gunting benang jelujur, alat pembuka jahitan atau
pendedel.
Gunting kain paling banyak digunakan sedangkan yang
lainnya hanya sesuai dengan keperluan, gunting harus tajam,
untuk menguji ketajaman gunting dengan cara menggunting
perca pada bahagian seluruh mata gunting jika bekas guntingan
pada perca tidak berbulu berarti gunting itu cukup tajam untuk
kain.
Gambar 71. Alat pemotong
143
b. Alat ukur
Untuk proses pembuatan pakaian mulai dari persiapan pola
sampai penyelesaian diperlukan beberapa alat ukur, yang
penggunaan alat ini berbeda sesuai fungsinya. Ketelitian dalam
mengukur sangat memberikan sumbangan untuk memperoleh
hasil yang berkualitas,. Saat mengukur haruslah diusahakan
setepat mungkin.
Pita ukuran dalam perdagangan ada yang terbuat dari
plastik, kain, dan kertas, pita ukuran yang terbuat dari kertas
mudah robek. Garis-garis dan angka-angka pita ukuran harus
dicetak terang pada kedua sisinya, logam yang menjepit ujung
pita harus rapi.
Mistar dapat terbuat dari kayu, aluminium dan plastik, alat
pengukur panjang rok dapat distel dan alat ini lengkap dengan
alat penyemprot, sebelumnya juga dapat dilakukan dengan
centi meter (pita ukuran) kemudian ditandai dengan jarum
pentul ini sekarang masih banyak dipakai karena masih praktis
terutama bagi orang-orang yang sudah terampil.
Gambar 72. Alat-alat ukur
c. Alat pemberi tanda pada bahan
Alat-alat yang digunakan untuk memberi tanda pada bahan
adalah rader, karbon jahit, pensil kapur, Rader biasanya
digunakan berpasangan dengan karbon jahit, rader ada yang
memakai gigi dan ada yang licin. Waktu pemakaian rader
144
rodanya dapat dipergunakan dengan lancar dan tidak oleng dan
hasilnya dapat memberikan bekas yang rapi, karbon jahit yang
dipakai yaitu karbon jahit yang khusus untuk kain. Warna
karbon bermacam-macam ada berwarna putih, kuning, hijau,
merah. Jangan memakai karbon mesin tik karena karbon
mesin tik tidak dapat hilang walaupun sudah dicuci.
Kapur jahit, berbentuk segitiga dengan warna putih, merah,
kuning, biru, pensil jahit juga mempunyai isi kapur yang
mempunyai warna yang beraneka ragam memilih warna kapur
atau pensil kapur yang berbeda dengan warna kain.
Gambar 73. Alat pemberi tanda pada bahan
d. Jarum
Jarum-jarum mempunyai nomor menurut besarnya.
Pemilihan nomor jarum harus disesuaikan dengan bahan yang
akan dijahit. Pada umumnya syarat macam-macam jarum
adalah ujungnya cukup tajam bentuknya ramping dan tidak
berkarat. Dalam jahit menjahit perlengkapan menyemat dan
jarum terdiri atas jarum jahit mesin jarum tangan, jarum pentul,
pengait benang dan tempat penyimpan jarum. Jarum mesin
yang baik terbuat dari baja ujung tajam agar bahan yang dijahit
tidak rusak. Jarum tangan sama yaitu terbuat dari baja
mempunyai tingkatan nomor, jarum tangan yang baik panjang
dan ramping. Jarum jahit tangan digunakan untuk menghias
145
menyisip dan menjelujur. Jarum pentul yang baik juga terbuat
dari baja panjang 2,5 cm sampai 3 cm. jarum pentul yang
berkepala dengan warna bermacam-macam itulah yang tajam.
Pengait benang digunakan untuk pengait benang kelubang
jarum. Alat ini sangat berguna bagi mengalami kesulitan dalam
memasukkan benang ke lubang jarum karma penglihatan yang
kuran tajam.
e. Tempat menyimpan jarum
Tempat menyimpan jarum-jarum digunakan kotak atau
bantalan jarum, jarum pentul atau jarum mesin disematkan
pada bantalan jarum.
Gambar 74. Tempat menyimpan jarum
2. Perlengkapan memampat
Perlengkapan memampat atau mempres diperlukan untuk
memampat kampuh lengan, kampuh bahu dan kampuh bagian
busana lainya. Pekerjaan memampan sangat diperlukan ketika
menjahit pakaian agar hasil jahitan lebih rapi. Sebenarnya
keberhasilan dalam menjahit sangat tergantung dengan proses
146
kerja waktu menjahit. Perlakuan yang cermat dan hati-hati selama
tahapan pembuatan busana akan menghasilkan busana yang
tampak indah dan hanya membutuhkan sentuhan ringan sewaktu
penyelesaian anda akan temukan bahwa lebih cepat dan lebih
mudah ditemukan pada unit-unit begitu anda menjahitnya misalnya
tekanlah semua bentuk-bentuk atau penutup kantong dan lainnya.
a. Menyiapkan Tempat dan Alat Press (Pressing)
Pressing memberikan pengaruh yang besar pada tampilan
hasil pakaian, sehingga akan meningkatkan kwalitas dan harga
jual pakaian tersebut. Proses pressing dapat dibagi dua
kelompok yaitu:
1). Pengepressan selama pembuatan pakaian yang disebut
under pressing.
2). Pengepressan setelah pembuatan busana selesai disebut
top pressing.
Tujuan dari pressing adalah untuk menghilangkan
kerutan atau menghaluskan bekas-bekas lipatan yang tidak
diinginkan untuk membuat lipatan-lipatan yang dinginkan.
Untuk membentuk mencetak busana sesuai dengan lekuk
tubuh, untuk mempersiapkan busana ke proses berikutnya
dan untuk memberikan penyelesaian akhir pada busana
setelah proses pembuatan.
a). Alat-alat Pressing yang Dibutuhkan
1) Setrika uap
2) Alas plastic yang dilapisi busa tebal
3) Mesin leger, yang berfungsi untuk mengepres
busana dari paha ke atas (biasa digunakan di
garmen)
4) Mesin topper, yang berfungsi untuk mengepres
busana dari paha ke bawah (biasa digunakan di
garment)
5) Sterika press yang dapat distel suhunya dan
mempunyai semprotan airnya.
6) Meja sterika (papan sterika)
7) Papan lengan yang khusus untuk lengan dengan
ukuran papan, dimana lengan dapat dimasukkan
pada papan lengan.
8) Bantalan press yang berfungsi untuk membantu
menekan dan sebagai alas untuk mempress
puncak lengan.
9) Mesin press yang umum dipakai perusahaanperusahaan
garment (konveksi)
147
10) Mesin press juga banyak model atau tipenya, dan
fungsi utamanya untuk mempress.
G.Mengerjakan Pengepresan.
Pressing yaitu melakukan proses penekanan agar bahan lebih
rapi dan berkualitas tinggi, dengan cara kerjanya:
1). Memeriksa busana yang akan dipres agar jelas yang akan
dilakukan
2). Mempres bagian atas dan bawah
3). Mempres setikan kelim bawah
4). Mempres ban pinggang, saku atau bagian-bagian busana lainnya.
Pengaturan suhu sewaktu pengepresan disesuai-kan dengan bahan
yang akan di press.
(a). Pengepresan dengan strika press
Pada alat tersebut sudah ada tombol pengatur suhu. Suhu
maksimal 1100 watt. Tombol yang nomor 6 dengan panas
maksimal 1100 watt. Tombol nomor 1, 2 dan 3 pressnya sama
dengan memakai strika biasa tanpa uap air. Untuk tombol 4, 5
dan 6 dapat mempress dengan uap air. Untuk pakaian sintetis
dan silk panas maksimal sampai nomor 4, tapi harus memakai
uap air. Dan untuk katun dan lenan bisa lebih.
(b). Pengepressan dengan mesin press
Harus disesuaikan dengan tanda-tanda suhu mesin. Nomor 1
untuk nilon, nomor 2 untuk silk, nomor 3 untuk wool, nomor 4
untuk katun dan nomor 5 untuk linen. Untuk nomor 1 tanpa uap
air, untuk silk, wool, katun dan linen sudah memakai uap air.
Untuk lebih jelasnya lihat buku pedoman petunjuk pemakaian
mesin press, karena setiap tipe mesin press pengaturannya
sesuai dengan spesifikasinya masing-masing.
(c). Memakai Sterika Biasa
Bila memakai seterika biasa panasnya juga disesuaikan dengan
bahan yang akan dipress, kemudian dapat dipakai bahan katun
yang dibasahkan untuk alas pengepresaan agar hasilnya rapi
dan dapat mengatasi gosong pada pakaian. Pengaturan
suhunya nomor 2 untuk silk dan nilon, nomor 3 untuk poliester
dan rayon, nomor 4 untuk wool nomor 5 untuk katun dan nomor
6. untuk linen dengan strika yang panas maksimal 450 watt.
Seandainya memakai seterika yang panasnya 300 watt bisa
dengan panas maksimal untuk mengepres polyester dan rayon
dan dengan mengalas dengan kain katun basah.
148
Gambar 75. Teknik mempress dengan sterika
1. Teknik Pengepresan (Pressing)
Untuk mendapat kwalitas produk pakaian yang baik dengan
proses yang baik pula. Salah satunya teknik mempress atau
pressing ada dua tahap pengepressan
a. Pengepressan antara
Pengepressa antara yaitu pada saat proses penjahit
dilakukan pressing pada bagian-bagian pakaian yaitu
setiaplangkah menjahit di press seperti:
1) Pengepressan kampuh yaitu kampuh bahu dan kampuh
sisi, setelah bahu dan sisi disambungkan.
2) Pengepressan lipit seperti lipit pantas dan lipit-lipit lainya
bila ada.
3) Pengepressan lapisan (Interlining) pada tengah muka,
depun, krah dan sebagainya.
4) Pengepressan komponen-komponen seperti tutup
kantong sebelum dipasangkan dan persiapan bagianbagian
lainnya.
b. Pengepressan akhir
Pengepressan akhir yaitu pengepressan yang dilakukan
pada saat pakaian sudah siap (sudah jadi). Ini dapat dikerjakan
dengan sterika press dan untuk di garmen dengan produksi
yang besar dengan “Stream Doily atau stream tunnel“
149
2. Penyetrikaan atau pengepresan
Penyeterikaan dan prengepresan pakaian jadi dengan tujuan
menambah kerapian dan keindahan. Langkah kerja hendaklah
disesuaikan dengan desain busana, seperti contoh berikut:
a. Penyetrikaan kemeja terlebih dahulu di setrika bagian kerah
kemudian lengan dan sebagainya. Untuk kemeja lengan
pendek dapat disetrika dengan melanjutkan garis bahu
kelengan, tetapi untuk kemeja lengan panjang dengan
menyetrika mengikuti garis belahan manset lengan.
b. Untuk penyetrikaan celana dengan cara mendempetkan
kampuh sisi luar dengan sisi dalam lalu dipress berarti
patahannya ditengah muka dan tengah belakang pipa
celana. (cara ini dilakukan untuk celana yang kampuhnya
terbuka)
c. Pakaian wanita seperti rok pada saat proses menjahit,
kampuh dan lipit-lipitnya sudah dilakukan pengepresan,
sedangkan untuk penyetrikaan akhir, cara pertama adalah
menyetrika secara keseluruhan, kemudian bagian pinggang,
bagian kelim, khusus untuk pakaian kerja, baju kurung dan
blus yang mempunyai lengan licin (lengan suai)
penyetrikaan lengan tanpa patahan dari puncak lengan
tetapi patahannya sama dengan lengan kemeja lengan
panjang.
d. Pakaian anak-anak seperti gaun, atau rok yang
kembang/berkerut, di seterika dengan mengembangkan dan
jangan didempetkan kerutannya.
3. Pengemasan busana
Kemasan merupakan tampilan terakhir dari busana untuk
diserahkan pada konsumen bila ini merupakan pesanan. Sebelum
dikemas terlebih dahulu diberi label yang merupakan keterangan
atau isyarat untuk perawatan busana tersebut. Bentuk kemasan
yang baik mestinya sudah dirancang sebelumnya.
Rancangan kemasan harus disesuaikan dengan bentuk produk
dan tampilan yang diinginkan seperti untuk kemasan pakaian jadi
dengan produksi massal memakai kemasan plastik transparan atau
kotak plastik seperti kemasan untuk kemeja. Untuk kemasan jas
atau pakaian pengantin lainnya kemasan dengan gantungan yang
dilengkapi dengan sarung/plastiknya.
Fungsi kemasan disini adalah untuk keamanan, untuk
keindahan penampilan, dan untuk promosi. Dalam perancangan
kemasan ketiga unsur di atas perlu dipertimbangkan. Makin tinggi
kwalitas produk makin mewah pada kemasannya.
150
4. Penyimpanan busana
Penyimpanan busana sangat diperlukan agar busana tidak
rusak oleh ngengat, tempat penyimpanan diberi kamper. Busana
yang disimpan dalam lemari ada yang dilipat, ada yang digantung
seperti jas, pakaian kerja dan sebagainya. Khusus untuk pakaianpakaian
mewah seperti kebaya wanita yang terbuat dari tile (yang
lemas) dan dihiasi dengan payet-payet jangan digantung karena
akan mengakibatkan pakaian berubah ukuran menjadi lebih
panjang. Tetepi sebaliknya penyimpanan selendang yang
berjambul harus digantung, supaya jambulnya tidak berobah
bentuk. Penyimpanan kain songket tidak digantung dan tidak
dilipat, tetapi digulung dan dibalut dengan kertas koran/kertas pola
lalu dimasukan kedalam plastik yang diberi kamper.
Pengemasan pakaian dalam lemari hendaklah sejenis pada tiap
bagian lemari agar kelihatan rapi dan lebih mudah mencarinya.
Dianjurkan sekali seminggu lemari dibuka atau di anginkan agar
tidak pengap dan tidak lembab.
5. Merapikan Area dan Alat Kerja
Kerapian area kerja disaat bekerja/melakukan kegiatan
menjahit akan memberikan dorongan dalam bekerja sehingga
bekerja dapat lebih efektif dan efesien. Disamping itu juga akan
membantu keselamatan dalam bekerja.
Apa yang perlu dibudayakan dalam menata dan merapkan
area kerja adalah sebagai berikut, sesuai dengan budaya kerja 5 S
yang dikembangkan di Jepang. Konsep 5 S menitik beratkan akan
pentingnya penataan dan kebersihan di tempat kerja secara
berkesinambungan (kaizen) guna meningkatkan efesiensi proses
kerja. Istilah 5 S berasal dari huruf pertama istilah dalam bahasa
Jepang yaitu seiri, seiton, seiso, seiketsu, dan shitsuke.
Pengertian masing-masing elemen tersebut adalah sebagai
berikut :
a. Seiri yaitu ringkas.
Jadi menyusun barang-barang atau alat-alat dapat
mengelompokkan berdasarkan urutan tingkat
kepentingannya sehingga bekerja lebih ringkas.
b. Seiton yaitu rapi.
Menyimpan barang ditempat yang tepat yang telah
ditentukan sehingga dapat cepat ditemukan pada waktu
yang dibutuhkan.
c. Seiso yaitu resik.
Barang-barang, peralatan dan lokasi kerja ataupun
lingkungan kerja selalu dalam keadaan bersih.
d. Seiketsu yaitu rawat.
151
Melakukan pengulangan kegiatan ringkas, rapi dan resik
sebagai kebiasaan.
e. Shitsuke yaitu rajin.
Kegiatan ringkas, rapi, resik, rawat dilaksanakan secara
disiplin dan menjadi kebiasaan hidup atau menetap dalam
diri kita.
Manfaat dari bekerja dengan budaya kerja seperti di atas adalah
membuat tempat kerja menjadi lebih teratur dan efesien sehingga
melakukan pekerjaan lebih mudah dan memberikan rasa senang.
Untuk menjahit tangan seperti menjelujur, mensum atau memasang
kancing, siapkanlah alat-alat yang sesuai dengan keperluan seperti
jarum, kancing, benang, dan sebagainya. Semua alat dan bahan ini
ditempatkan pada satu kotak, dan diletakan pada tempat tertentu.
Bekerjalah pada tempat yang rapi dan bersih sehingga tidak ada
kemungkinan pakaian ternoda.
Bila akan mengepres pakaian, siapkanlah meja setrika dan
letakkan dekat dengan colokan listrik/stop kontak. Disamping itu perlu
juga disiapkan bantalan setrika dan spray n alat-alat lain yang dirasa
perlu.
H. Menerapkan Praktek K-3
Kesehatan, keselamatan dan keamanan kerja di sekolah perlu
mendapatkan perhatian dari semua pihak, baik guru, instruktur ataupun
siswa itu sendiri. Dengan menerapkan praktek kesehatan,
keselamatan dan keamanan kerja, diharapkan para pekerja/siswa akan
terlindung dari kemungkinan resiko kerja yang selalu mengancamnya,
baik yang disebabkan oleh lingkungan kerja maupun yang disebabkan
oleh pekerja/siswa itu sendiri. Pihak sekolah kejuruan secara hukum
berkewajiban untuk mengurangi resiko/kecelakaan kerja sekecil
mungkin. Jadikan keamanan kerja sebagai prioritas utama.
Untuk mencapai tujuan tersebut, siswa harus mematuhi panduan
keselamatan kerja, sehingga tidak membahayakan diri sendiri maupun
diri orang lain.
Ketika menjahit jika tidak berhati-hati siswa diancam oleh tusukan
jarum, gunting dan lain sebagainya. Untuk menghindari hal tersebut di
atas maka setiap bekerja harus diterapkan/dipraktekkan apa yang
dituntut oleh aturan-aturan K3. Hal tersebut sangat penting untuk
karena dapat meningkatkan kinerja sehingga siswa akan lebih produktif
dan professional dalam melakukan setiap pekerjaan menjahit atau
mempres.
Setiap siswa hendaklah selalu membiasakan diri untuk:
1). Mempelajari dan melaksanakan aturan dan instruksi keselamatan
kerja
2). Memberikan contoh cara kerja yang aman kepada siswa baru yang
kurang berpengalaman
152
3). Menunjukkan kesiapan dan minat untuk mempelajari dan melatih
diri terhadap kerja yang aman
4). Melakukan secara sungguh-sungguh tentang keselamatan kerja
pada setiap tugas pekerjaan.
Menerapkan praktek K3 dapat membantu kesuksesan dalam
bekerja, dan perlu juga disadari bahwa. kecelakaan-kecelakaan
yang terjadi ditempat kerja disebabkan karena persoalan teknis,
atau meletakkan alat disembarangan tempat.
Usaha untuk mencegah/memperkecil kecelakaan ditempat kerja, dapat
dilakukan dengan cara:
1). Mengadakan pengaturan tata cara kerja, menyediakan tempat alatalat
yang diperlukan
2). Menerapkan dan mematuhi peraturan sekolah dan disesuaikan
dengan jenis pekerjaan yang dilakukan, karena tempat bekerja
merupakan bagian yang penting begi siswa di sekolah, secara tidak
langsung tempat bekerja akan berpengaruh pada kesenangan,
kenyamanan dan keselamatan dari para siswa. Keadaan atau
suasana yang menyenangkan (comfortable) dan aman (safe) akan
menimbulkan gairah produktifitas kerja.
Rangkuman
Pengetahuan teknik menjahit busana sangat perlu bagi semua siswa
khususnya siswa SMK Jurusan Tata Busana. Teknik menjahit yang
benar akan menghasilkan busana yang berkualitas. Sehelai busana
dikatakan berkualitas apabila dikerjakan sesuai dengan teknik jahit
yang sesuai dengan desain, jenis bahan yang dipakai, dan lain
sebagainya.
Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
perkembangan zaman, maka desain busana berkembang dengan
pesat sekali. Perkembangan desain busana harus diimbangi dengan
teknik menjahit busana itu sendiri. Perkembangan desain seperti
berfariasinya desain kerah, desain lengan, desain rok, desain blus dan
lain sebagainya, mesti diiringi dengan teknik jahit yang sesuai dengan
desain masing-masing.
Untuk menerapkan teknik jahit yang benar dan sesuai dengan desain
busana, diperlukan pengetahuan tentang teknik dasar menjahit,
kampuh dasar (menggabungkan), teknik menjahit bagian-bagian
busana, teknik menjahit belahan busana.
Didalam kegiatan menjahit, siswa tata busana juga harus mampu
menyiapkan/menata tempat kerja yang sesuai dengan kegiatan yang
dilakukan, antara lain menyiapkan tempat untuk kegiatan menjahit
dengan mesin, mejahit dengan tangan, melakukan pengepresan, dan
merapikan area tempat kerja serta menerapkan kesehatan dan
keselamatan kerja
153
Evaluasi :
1. Jelaskan pengertian dari teknik dasar menjahit busana.
2. Jelaskan langkah kerja menjahit belahan dua lajur
3. Apa saja yang diperlukan didalam pekerjaan mempres dan
dimana tempat yang efektif diletakkan untuk mempres antara.
4. Kapan dilakukan pengepresan antara didalam proses
pembuatan busana.
5. Jelaskan manfaat melakukan pressing.
6. Jelaskan penerapan K3 dalam kegiatan mempres busana.
Kompetensi yang diharapkan dari materi diatas adalah :
1. Teknik dasar menjahit, kampuh dasar (menggabungkan),
Teknik menjahit bagian-bagian busana, terampil membuat
bermacam-macam belahan busana.
2. Mampu menyiapkan tempat dan alat pres, melakukan
pengepresan (pressing), mencakup kemampuan yang
dibutuhkan untuk pekerjaan pengepresan antara didalam
membuat busana.
3. Mampu menerapkan praktek Kesehatan dan keselamatan
kerja dalam mengepres.
154
LAMPIRAN A.1
DAFTAR PUSTAKA
2004. Busana Tingkat Dasar Terampil dan Mahir. Jakarta: Kawan
Pustaka.
1996. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia.
Ardiati Kamil, Sri. 1986. Fashion Design. Jakarta: CV Baru.
Adelina dkk. 1995. Etika Komunikasi. Bandung: Angkasa.
Bagyono. 2004. Mengikuti Prosedur Kesehatan dan Keamanan di Tempat
Kerja.
Cavandish, Marshall.1972 – 84. Encyclopedia of Dressmaking. London:
Cavendish Books Limited.
Du Bois, W.F Textielvezels, Wolter- Noordhoff Groningen, 1971
Pengetahuan Bahan tekstil. Dapartemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Elina Hasyim. Pengendalian Mula pada Industri Pakaian Jadi.
Falicitas Djawc, dkk. 1979. Pemeliharaan Busana dan Lenan Rumah
Tangga.
Jane Saddler, Textiles, Third Edition, The Macmillan Company/ Collier-
Macmillan Limited, London. Hollen, Norme and Saddler, Jane,
Textiles, The Mac Millan
Kumangai, Kujiro, 1988. Fashion Ilustration for ladies, Men & Children.
Tokyo: Graphic – sha Publishing
Nurseha, 2005. Mengikuti prosedur Kesehatan, Keselamatan, Keamanan
dalam bekerja. Jakarta. Direktorat Jenderal Pendidikan
Menengah, Departemen Pendidikan Nasional
Harpini Kadaraan, Syahandini Purnomo, Sri Kiswani. Tata Busana 3.
Heru Sulanto. Teknologi Pakaian Jadi.
Hollen, Norma and Risina Pamuntjak Sjahrial, cet. Ke V, Pradnya
Paramita, Jakarta, 1977.
LAMPIRAN A.2
Kujiro. 1988. Pesona wisata Klaten Kumangai, Fashion Ilustration. Tokyo:
Graphic – sha Publishing.
Mulyana, Deddy. 2004. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Purba, Rasita dan Farihah. 1997. Teknologi Busana.
Ramainas. 1989. Busana Pria. FPTK IKIP Padang
SINGER Sewing Reference Library Sewing Essentials
Soekarno Lanawati Basuki Panduan Membuat Desain Ilustrasi
Soedjono. 1985. Keselamatan Kerja. Jakarta: Bhratara Karya Aksara.
------------. 1985. Petunjuk Praktis Keselamatan Kerja jilid 2.Jakarta.
Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah.
Sri Kiswani, Harpini Kadaiaan, Yusmi Marjoko. Tata Btusana 2.
Sumakmur. 1997. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta :
Gunung Agung
Suyetty dan Gita kurniawan. 2000. Pelayanan Prima ( customer care)
Yudistira anggota Ikapi
Takawa, dkk. 2004. Ergonomic untuk Kesehatan Keselamatan Kerja dan
Produktivitas. Surakarta, UN, BA Pres.
Tim materi 5 S PMU SPSM. 2002. Budaya Kerja 5 S. Sucofindo.
Uchjana, Effendy Onang .2005. Komunikasi Teori dan Praktek.. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Undang-undang Nomor 1 tahun 1970. Diterbitkan oleh Proyek
Pengembangan Kondisi dan Lingkungan Kerja tahun 1990.
Direktorat Jenderal Bina Hubungan Ketenaga Kerjaan dan
Pengawasan Kerja.
Van Paassen, V,J,G Ruygrok.J.R, Pengetahuan Barang Tekstil
sederhana, disesuaikan untuk keperluan di Indonesia oleh Ny.
Vidya.L. Dra, B. Sc, 1976, Jakarta, Pengetahuan Barang Tekstil, FIP IKIP
Widya, D. Dra, D. Sc, Penyempurnaan Lahan Tekstil, Fakultas.
Wildati Zahri. 1993. Penyelesaian pakaian.
LAMPIRAN A.3
----------------. 1984. Menghias Busana, Fakultas Pendiikan Teknlogi dan
Kejuruan, IKIP.
Wisri Adi Pertiwi Mamdy. 2001. Menggambar Anatomi Modis untuk
Merancang Busana Indonesia Kartini. Jakarta. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan RI, Jakarta, 1978.
Yusmerita dkk. 2000. Desain Busana. UNP Padang Ilmu Pendidikan IKIP
Yusmerita dan Ernawati. 2000. Desain Busana. Padang: Jurusan
Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri
Padang.
LAMPIRAN A.4
LAMPIRAN B.1
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Perbandingan letak bagian-bagian tubuh menurut desain busana ......218
2. Ukuran pola standar ..............................................................................247
3. Penyesuaian pola standar ...................................................................249
LAMPIRAN B.2
2
LAMPIRAN C.1
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Macam-macam Tunik............................................................................ ..5
2. Kandis .................................................................................................... ..6
3. Kalasiris ............................................................................................... ..7
4. Bentuk Pakaian Bungkus .................................................................... ..8
5. Himation ................................................................................................ ..9
6. Chlamys............................................................................................... .. 10
7. Mantel/Shawl ........................................................................................ 11
8. Toga ..................................................................................................... 12
9. Palla ..................................................................................................... 13
10. Paludamentum, Sagum dan Abolla .................................................... . 14
11. Chiton ................................................................................................. .. 15
12. Peplos . ............................................................................................... .. 16
13. Cape/Cope........................................................................................... .. 17
14. Poncho ................................................................................................. 18
15. Beberapa contoh poncho bahu ........................................................... 19
16. Beberapa contoh poncho panggul ...................................................... 20
17. Bentuk dasar celana ............................................................................ 21
18. Macam-macam bentuk celana ............................................................ 22
19. Kaftan ................................................................................................... 23
20. Hidung berdarah .................................................................................. 90
21. Pendarahan hebat ................................................................................ 91
22. Membalut luka dengan kain kassa tebal ............................................... 91
23. Tusuk Jelujur..........................................................................................101
24. Tusuk Flanel ..........................................................................................102
25. Tusuk Feston.........................................................................................103
26. Tusuk Balut ............................................................................................103
27. Tusuk Batang/Tusuk tangkai .................................................................103
28. Tusuk Rantai..........................................................................................104
29. Tusuk Silang ..........................................................................................104
30. Tusuk Piguar..........................................................................................105
31. Kampuh Terbuka ...................................................................................106
32. Kampuh Balik.........................................................................................107
33. Kampuh Pipih.........................................................................................107
34. Kampuh Perancis ..................................................................................107
35. Kampuh Sarung.....................................................................................108
36. Mengelim ...............................................................................................109
37. Kelim Sungsang.....................................................................................109
38. Kelim Tusuk Flanel ................................................................................110
39. Kelim yang di rompok ............................................................................110
40. Kelim Palsu............................................................................................111
41. Kelim Rol................................................................................................112
LAMPIRAN C.2
42. Kelim Som Mesin................................................................................... 112
43. Pemasangan Depun.............................................................................. 113
44. Serip....................................................................................................... 114
45. Menjahit Rompok................................................................................... 115
46. Tusuk Pemasangan Lengan Licin......................................................... 126
47. Lengan Poff ........................................................................................... 127
48. Lengan Reglan...................................................................................... 128
49. Lengan Setali......................................................................................... 128
50. Kerah Rebah.......................................................................................... 120
51. Kerah Shiler, Kerah Setali, Kerah Jas .................................................. 122
52. Belahan Langsung................................................................................. 125
53. Belahan Dua Lajur Sama...................................................................... 126
54. Belahan Dua Lajur Tidak Sama............................................................ 127
55. Belahan Dengan Kumai Serong............................................................ 128
56. Belahan dilapis menurut bentuk............................................................ 129
57. Macam-macam tutup tarik (Resleting) .................................................. 130
58. Tutup Tarik Simetris .............................................................................. 131
59. Tutup Tarik A Simetris ........................................................................... 132
60. Perlengkapan Pemasangan Tutup Tarik .............................................. 133
61. Penyelesaian Klep................................................................................. 133
62. Penyelesaian Golbi................................................................................ 134
63. Penyelesaian Klep................................................................................. 134
64. Proses menoreh rumah kancing dengan mesin................................... 136
65. Rumah Kancing Passpoille ................................................................... 137
66. Membalikkan Sengkelit ......................................................................... 138
67. Rumah Kancing Sengkelit..................................................................... 139
68. Pemasangan Rumah Kancing Dua dan Empat Lobang....................... 140
69. Pemasangan Kancing Bertangkai......................................................... 140
70. Pemasangan Kancing Jepret................................................................ 141
71. Pemasangan Kancing Kait.................................................................... 141
72. Alat Pemotong ....................................................................................... 142
73. Alat-alat Ukur ......................................................................................... 143
74. Alat Memberi Tanda Pada Bahan......................................................... 144
75. Tempat Menyimpan Jarum ................................................................... 145
76. Teknik Mempres dengan Seterika ........................................................ 148
77. Contoh desain dengan siluet A............................................................. 197
78. Contoh desain dengan siluet Y............................................................. 197
79. Contoh desain dengan siluet I............................................................... 198
80. Contoh desain dengan siluet S ............................................................. 199
81. Contoh desain dengan siluet T ............................................................. 200
82. Value warna putih ke hitam ................................................................... 205
83. Value beberapa warna ke warna putih dan hitam ................................ 205
84. Lingkaran warna .................................................................................... 206
85. Warna primer......................................................................................... 207
86. Warna sekunder.................................................................................... 207
87. Mata terlihat dari depan......................................................................... 225
LAMPIRAN C.3
88. Mata menunduk .....................................................................................226
89. Mata terlihat dari samping .....................................................................226
90. Hidung tampak depan, tampak ¾, tampak samping dan hidung
Pada wajah menunduk..........................................................................227
91. Bibir dilihat dari beberapa arah .............................................................228
92. Telinga tampak depan, samping dan tiga perempat.............................228
93. Batas rambut..........................................................................................229
94. Beberapa pergerakan tangan ...............................................................230
95. Beberapa gerakan telapak tangan dan jari ...........................................230
96. Kaki dengan beberapa gaya berdiri ......................................................231
97. Kaki dengan alas kaki dari beberapa arah............................................232
98. Teknik merobah gaya dan gerak tubuh dengan rangka balok .............233
99. Hasil gerak dan gaya dengan teknik rangka balok ...............................234
100. Gerak tubuh dengan rangka elips .........................................................235
101. Beberapa desain kerah .........................................................................237
102. Beberapa model desain lengan ............................................................238
103. Beberapa desain blus............................................................................239
104. Beberapa model rok ..............................................................................240
105. Pola lengan…………………………………………………………...........247
106. Pola standar badan ……………………………………...........................248
107. Pola standar rok ................................................................... ...............248
108. Lingkar badan pola muka dan pola belakang yang telah dibesarkan. .250
109. Lingkar pinggang pola muka dan pola belakang yang telah dikecilkan250
110. Lebar muka dan lebar punggung yang telah dibesarkan......................251
111. Lingkar panggul pola rok muka dan belakang yang telah dibesarkan. 251
112. Panjang muka dan panjang punggung yang telah ditambah............... 252
113. Lingkar kerung lengan yang telah ditambah........................ ................252
114. Pita Ukuran............................................................................. .............253
115. Roldresmaker....................................................................... ................253
116. Garis-garis pola pada dressform/boneta jahit ................................ .....256
117. Arah serat ............................................................................................256
118. Bahan blaco.......................................................................... ...............257
119. Blaco pada posisi tengah muka ........................................... ...............257
120. Membentuk lipit kup pada pinggang................................................ ....258
121. Blaco pada posisi garis bahu dan leer ………………...........................259
122. Memberi kampuh ………………………………………….......................259
123. Blaco pada posisi tengah belakang ………………………....................260
124. Membentuk garis punggung dan lebar punggung ………....................260
125. Membentuk lipit kup pada pinggang …………………….......................261
126. Blaco pada posisi garis bahu dan leher …...........................................261
127. Posisi blaco pada pinggang dan panggul ………………......................262
128. Membuat lipit kup dan sisi rok ………………………………..................263
129. Cara mengambil ukuran sistem dressmaking ………………................265
130. Pola dasar badan ………………………………………………...............267
131. Pola lengan…………………………………………………….. ...............269
132. Pola rok muka dan belakang................................................ ...............270
LAMPIRAN C.4
133. Cara mengambil ukuran sistem Soen................................... ............... 271
134. Pola dasar badan.................................................................. ............... 272
135. Pola dasar lengan................................................................. ............... 274
136. Pola rok muka dan belakang............................................................... 276
137. Pola dasar pria...................................................................... ............... 278
138. Pola dasar Badan……………………………………..................……….280
139. Pola dasar lengan anak………………………………………................. 281
140. Pola dasar rok anak……………………………………………................ 282
141. Desain busana wanita…………………………………………................ 285
142. Pola badan………………………………………………………............... 288
143. Pola lengan……………………………………………………….............. 290
144. Pola kerah………………………………………………………................ 290
145. Pola celana wanita……………………………………………….............. 291
146. Desain busana pria...…………………………………………….............. 293
147. Pola kemeja……………………………………………………….............. 295
148. Pola lengan ………………………………………………………............. 297
149. Pola kerah kemeja …………………………………................ ............. 299
150. Pola manset dan klep manset................................................ ............. 299
151. Pola celana pria..................................................................... ............. 300
152. Desain busana anak.............................................................. .............. 303
153. Pola busana anak.................................................................. .............. 304
154. Pola lengan anak................................................................... .............. 305
155. Pola kerah.............................................................................. .............. 306
156. Desain busana pesta…………………………………………….............. 307
157. Pecah pola………………………………………………………............... 308
158. Pengembangan pecah pola …………………………………................. 309
159. Gabungan pola muka kiri dan kanan.................................... ............... 310
160. Menyampirkan kain pada dressform..................................... ............... 311
161. Mementulkan bahan pada bagian belakang......................... ............... 312
162. Membentuk lipit pada bagian sisi.......................................... ............... 312
163. Membentuk hiasan pada bagian dada………………………................ 313
164. Hasil teknik drapping pada bagian muka.............................. ............... 313
165. Pecah pola rok span............................................................. ............... 320
166. Pecah pola rok semi span.................................................................... 321
167. Pecah pola rok lipit hadap.................................................................... 321
168. Pecah pola rok pias 2 dikembangkan................................... ............... 322
169. Pecah pola rok pias enam .......................................................... ........ 323
170. Pecah pola rok lipit sungkup................................................. ............... 324
171. Pecah pola rok kerut............................................................. ............... 325
172. Pecah pola blus..................................................................... .............. 326
173. Pecah pola kerah dan pola lengan....................................... ............... 327
174. Pecah pola blus belahan asimetris...................................... ................ 327
175. Pecah pola lengan........................................................... .................... 328
176. Pecah pola blus yang dimasukkan ke dalam................... .................... 329
177. Pecah pola celana model jodh pure……………………….................... 331
178. Pecah pola celana model bell botton……………………...................... 332
LAMPIRAN C.5
179. Pecah pola celana knikers………………………………........................333
180. Pecah pola celana bermuda……………………………….....................334
181. Contoh rancangan bahan…………………………………......................347
182. Mesin potong bulat……………………………………….........................351
183. Mesin potong pita………………………………………….......................351
184. Mesin potong lupus………………………………………........................352
185. Alat-alat pemberi tanda pada bahan............................ ........................356
186. Pemakaian rader.......................................................... ........................357
187. Superimpased seams............................................................................360
188. Lap seam ...............................................................................................360
189. Lap felled seam .....................................................................................361
190. Bound seam...........................................................................................361
191. Flat seams .............................................................................................361
192 Decorative seams...................................................................................362
193. Edge neatening .....................................................................................362
194. Shirt buttonhole band ............................................................................362
195. Seam kelas 8 .........................................................................................363
196. Mesin jahit dan bagian-bagiannya........................................................363
197. Macam-macam jahitan.................................................. .......................364
198. Mesin jahit yang digerakkan dengan tangan................. .......................366
199. Mesin jahit yang digerakkan dengan kaki..................... .......................366
200. Dinamo mesin jahit........................................................ .......................367
201. Alat pemotong............................................................... .......................367
202. Alat-alat ukur................................................................. .......................368
203. Tempat menyimpan jarum....................................................................369
204. Boneka jahit (dressform)............................................... .......................370
205. Cara mengeluarkan benang bawah.............................. .......................372
206. Pengatur panjang tusukan............................................. ......................373
207. Menggulung benang sekoci ......................................... ......................374
208. Cara memasang sekoci ke kumparan............................ ......................375
209. Pemasangan benang atas.............................................. .....................375
210. Ketegangan benang hasil jahitan................................... ......................376
211. Mengatur ketegangan benang ..............................................................376
212. Keseimbangan simetris pada desain hiasan.................. ......................385
213. Keseimbangan asimetris pada desain hiasan............... .......................386
214. Bentuk ragam hias naturales……………………………........................387
215. Bentuk ragam hias geometris…………………………….......................388
216. Bentuk ragam hias dekoratif…………………………….........................389
217. Contoh stilasi……………………………………………….......................390
218. Contoh pola serak/pola tabur……………………………........................391
219. Contoh pola pinggiran berdiri......................................... ......................392
220. Contoh pola pinggiran bergantung................................. ......................393
221. Contoh pola pinggiran simetris........................................ .....................394
222. Contoh pola pinggiran berjalan........................................ ....................395
223. Contoh pola pinggiran memanjat..................................... ....................396
224. Contoh pola mengisi bidang segi empat.......................... ....................397
LAMPIRAN C.6
225. Contoh mengisi bidang segi empat...................................................... 398
226. Contoh pola mengisi bidang sama sisi.................................................399
227. Contoh pola mengisi bidang segi tiga siku........................................... 400
228. Contoh pola mengisi bidang lingkaran/oval...................... ................... 401
229. Contoh pola hias bebas.................................................... ................... 402
230. Contoh pola hias bebas.................................................... ................... 403
231. Desain sulaman fantasi.................................................... .................... 409
232. Desain sulaman fantasi dengan pola hias mengisi bidang
lingkaran............................................................................................... 409
233. Desain sulaman hongkong................................................................... 411
234. Desain sulaman aplikasi................................................. .................... 413
235. Desain sulaman melekatkan benang............................. .................... 415
236. Desain terawang hardanger............................................. .................... 417
237. Desain terawang inggris....................................................................... 418
LAMPIRAN D.1
GLOSARIUM
1. Cellulose : Serabut yang berasal dari tumbuh-tumbuhan
2. Center of interest : Pusat perhatian yang terdapat pada desain busana.
3.“Custom-made” : busana yang dibuat dengan sistem tailor maupun
couture untuk perorangan sesuai dengan desain
yang (couturis) exclusive.
4. Customer care : Pelayanan prima. Pelayanan yang terbaik untuk
pelanggan.
5. Depun : Penyelesaian dengan lapisan menurut bentuk yang
dijahit kebagian dalam.
6. Desain : Kerangka bentuk, rancangan, motif, model.
7. Drapping :Teknik pembuatan pola dengan cara
memulir/drapping.
8. Dress making : Pembuatan pakaian wanita.
9. Dressform : Boneka jahit
10. Dresssmaker : Penjahit busana wanita
11. Garis Empire : Garis hias yang melebar terdapat dibawah dada
12. Garis Princess : Garis dari bahu atau tengah ketiak sampai panjang
baju
13. Haute couture : Pembuatan busana tingkat tinggi.
14. Kampuh kostum : Kampuh yang diselesaikan dengan mesin pada
bagian buruk, kemudian tirasnya diselesaikan
dengan tangan.
15. Keterampilan-berlipat (multi-skilling).
:Proses dimana individu memperoleh tambahan
keterampilan yang luas dan spesifik.
16. Lipit kup : Garis lipatan untuk membentuk tubuh wanita
17. Management Contingency Skill
: Keterampilan mengelola kemungkinan/ketidak
aturan (solusi dalam menemukan masalah).
18. Measurement : Ukuran
19. Mesin jahit kabinet :Mesin jahit yang tertutup menyerupai meja/kotak.
20. Memarker : Membuat rancangan bahan sesuai ukuran
sebenarnya
21. Model : Peragawati/pemesan/pelanggan
22. OH&S : Occupational health dan safety
23. Pattern making : Pembuatan pola.
24. Pelanggan : Pemesan/konsumen/kolega.
25. Penilaian berdasarkan kompetensi
: Dalam sistem penilaian berdasarkan kompetensi,
penilaian didefinisikan sebagai proses
LAMPIRAN D.2
pengumpulan bukti dan pembuatan pertimbangan
untuk mengetahui apakah kompetensi telah
dicapai, yang mencakup elemen kopetensi
26. Quality Control : Pengawasan mutu.
27. Serabut sintetis : Serabut buatan
28. SOP : Standar Operasional Prosedur.
29. Standar : Level/tingkat yang digunakan untuk mengukur
unjuk kerja yang dapat diterima.
30. Sillhoutte : Bayangan atau garis luar dari pakaian
31. Tailored : Jahitan, penjahit atau busana untuk pria. Jahitan
busana pria (tailor-made lebih banyak digunakan
untuk pria dan dress making untuk wanita)
32. Unit kompetensi : Unit kompetensi merupakan komponen berbed
dalam standar kompetensi.
33. Tusuk Piqneer : Tusuk tulang ikan yang dibuat pada river atau
kerah mantel wanita
34. Kampuh kostum : Kampuh yang diselesaikan dengan mesin pada
bagian buruk, kemudian tirasnya diselesaikan
dengan tangan
35. Rompok : Hiasan tepi dengan kumai serong yang terlihat dari
luar dan dalam dengan ukuran yang sama.
36. Serip : Hiasan dengan lapisan menurut bentuk yang
dijahit kearah luar
37. Tunik : Pakaian yang panjang blusnya sampai diatas lutut
38. Trubenys : Kain pengeras untuk kerah
39. W H O : World Health Organization

0 komentar: