____ Baca Baca: SMK 10 Perancangan Sistem KI Html BSE_______welcome
Share |

Kamis, 25 Februari 2010

SMK 10 Perancangan Sistem KI Html














Bambang Suhardi
PERANCANGAN
SISTEM KERJA
DAN ERGONOMI
INDUSTRI
JILID 1
SMK
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional
Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional
Dilindungi Undang-undang
PERANCANGAN
SISTEM KERJA
DAN ERGONOMI
INDUSTRI
JILID 1
Untuk SMK
Penulis : Bambang Suhardi
Perancang Kulit : TIM
Ukuran Buku : 17,6 x 25 cm
Diterbitkan oleh
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional
Tahun 2008
SUH SUHARDI, Bambang
p Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Industri Jilid 1
untuk SMK oleh Bambang Suhardi ---- Jakarta : Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen
Pendidikan Nasional, 2008.
vi, 168 hlm
Daftar Pustaka : Lampiran. A
Daftar Istilah : Lampiran. B
Daftar Tabel : Lampiran. C
Daftar Gambar : Lampiran. D
ISBN : 978-979-060-000-5
ISBN : 978-979-060-001-0
KATA SAMBUTAN
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat
dan karunia Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen
Pendidikan Nasional, telah melaksanakan kegiatan penulisan
buku kejuruan sebagai bentuk dari kegiatan pembelian hak cipta
buku teks pelajaran kejuruan bagi siswa SMK. Karena buku-buku
pelajaran kejuruan sangat sulit di dapatkan di pasaran.
Buku teks pelajaran ini telah melalui proses penilaian oleh Badan
Standar Nasional Pendidikan sebagai buku teks pelajaran untuk
SMK dan telah dinyatakan memenuhi syarat kelayakan untuk
digunakan dalam proses pembelajaran melalui Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 45 Tahun 2008 tanggal 15 Agustus
2008.
Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada seluruh penulis yang telah berkenan mengalihkan hak
cipta karyanya kepada Departemen Pendidikan Nasional untuk
digunakan secara luas oleh para pendidik dan peserta didik SMK.
Buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada
Departemen Pendidikan Nasional ini, dapat diunduh (download),
digandakan, dicetak, dialihmediakan, atau difotokopi oleh
masyarakat. Namun untuk penggandaan yang bersifat komersial
harga penjualannya harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan
oleh Pemerintah. Dengan ditayangkan soft copy ini diharapkan
akan lebih memudahkan bagi masyarakat khsusnya para
pendidik dan peserta didik SMK di seluruh Indonesia maupun
sekolah Indonesia yang berada di luar negeri untuk mengakses
dan memanfaatkannya sebagai sumber belajar.
Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini.
Kepada para peserta didik kami ucapkan selamat belajar dan
semoga dapat memanfaatkan buku ini sebaik-baiknya. Kami
menyadari bahwa buku ini masih perlu ditingkatkan mutunya.
Oleh karena itu, saran dan kritik sangat kami harapkan.
Jakarta, 17 Agustus 2008
Direktur Pembinaan SMK
i
KATA PENGANTAR
Hanya karena petunjuk Allah SWT buku ini dapat diwujudkan.
Penerapan ilmu Ergonomi dalam dunia industri di Indonesia masih
jauh dari harapan. Banyak faktor yang menyebabkan kurang
membudayanya penerapan ergonomi, salah satunya karena masih
minimnya buku-buku ergonomi berbahasa Indonesia. Kondisi ini
menyebabkan terhambatnya sosialisasi pembudayaan penerapan
Ergonomi di masyarakat. Hal inilah yang mendorong penulis untuk
mencoba menulis buku perancangan sistem kerja dan ergonomi
industri.
Dalam penulisan buku ini penulis mencoba mengkaitkan ilmu
ergonomi dengan perancangan sistem kerja di industri. Sehingga
pembaca diharapkan bisa melihat peranan ilmu ergonomi dalam dunia
kerja.
Buku ini disusun untuk dipergunakan bagi siswa Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK). Dalam penyajiannya, penulis berusaha
untuk menulis secara sistematis dan banyak menggunakan gambargambar
sehingga pembaca menjadi lebih tertarik untuk mempelajari
buku ini. Buku ini disusun menjadi 2 jilid, dimana jilid 1 terdiri dari 5
bab dan jilid 2 terdiri dari 4 bab.
Penulis menyadari bahwa buku perancangan sistem kerja dan
ergonomi inustri ini masih perlu disempurnakan, untuk itu berbagai
kritik dan saran yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan
buku ini. Semoga buku ini bisa memberikan banyak manfaat bagi
semua pihak.
Bambang Suhardi
ii
DAFTAR ISI
Halaman
Sambutan Direktur Pembinaan SMK
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
JILID 1
Bab I SISTEM PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS I - 1
1.1 Pendahuluan 1
1.2 Konsep Dasar Sistem Produksi 2
1.2.1 Input 3
1.2.2 Proses Transformasi 5
1.2.3 Output 5
1.3 Produktivitas Kerja 6
1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas 11
1.5 Cara Mengukur Produktivitas Kerja 12
1.6 Rangkuman 13
1.7 Soal 14
Bab II ANALISA PERANCANGAN KERJA II – 1
2.1 Pendahuluan 1
2.2 Peta Kerja 1
2.2.1 Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan 2
2.2.2 Peta Aliran Proses 10
2.2.3 Peta Proses Regu Kerja 14
2.3 Pengukuran Kerja 15
2.4 Penentuan Ukuran Sampel 18
2.5 Rangkuman 21
2.6 Soal 21
Bab III ERGONOMI III – 1
3.1 Pendahuluan 1
3.2 Ergonomi 2
3.2.1 Ruang Lingkup Ergonomi 3
3.2.2 Resiko Karena Kesalahan Ergonomi 3
3.2.3 Identifikasi Resiko 5
3.2.4 Cumulative Trauma Disorder 6
3.2.5 Sikap Tubuh 9
3.2.6 Posisi Kerja 10
iii
3.2.7 Mengenali Sumber Penyebab Keluhan Muskuloskeletal 15
3.3 Konsep Antropometri 16
3.3.1 Alat Ukur Antropometri 17
3.3.2 Cara Pengukuran 19
3.3.3 Data Antropometri 21
3.3.4 Antropometri pada Posisi Duduk 27
3.3.5 Persentile 35
3.3.6 Data Antropometri untuk Perancangan Produk 37
3.4 Rangkuman 38
3.5 Soal 38
Bab IV TELAAH METODE IV – 1
4.1 Pendahuluan 1
4.2 Prinsip-prinsip Ekonomi Gerakan 2
4.2.1 Tubuh Manusia dan Gerakan-gerakannya 3
4.2.2 Tata Letak Tempat Kerja dan Gerakan-gerakan 4
4.2.3 Perancangan Peralatan dan Gerakan-gerakan 5
4.3 Penerapan Ekonomi Gerakan 8
4.3.1 Eliminasi Kegiatan 8
4.3.2 Kombinasi Gerakan atau Aktivitas Kerja 9
4.3.3 Penyederhanaan Kegiatan 9
4.4 Studi Gerakan untuk Menganalisa Kerja 10
4.5 Perbaikan dengan Ekonomi Gerakan 29
4.5.1 Mengurangi Jumlah Gerakan 30
4.5.2 Lakukan Gerakan Bersamaan Waktunya 39
4.5.3 Mempermudah Gerakan 45
4.6 Contoh Aplikasi Perbaikan Kerja 48
4.6.1 Penyederhanaan 48
4.6.2 Penggabungan 49
4.6.3 Penghapusan 52
4.6.4 Penataan Tempat Kerja 53
4.6.5 Pemborosan Karena Proses 59
4.7 Rangkuman 60
4.8 Soal 61
Bab V WAKTU SET UP V - 1
5.1 Pendahuluan 1
5.2 Pengurangan Waktu Set Up 2
5.3 Teknik Kecepatan Set Up 3
5.3.1 Pisahkan Kegiatan Set Up Eksternal dan Internal 3
5.3.2 Memperbaiki Kegiatan Set Up Internal 4
5.3.3 Memperbaiki Kegiatan Set Up Eksternal 9
5.4 Rangkuman 11
5.5 Soal 11
iv
JILID 2
Bab VI MATERIAL HANDLING VI – 1
6.1 Pendahuluan 1
6.2 Peralatan Material Handling 2
6.2.1 Conveyor 2
6.2.2 Cranes dan Hoists 4
6.2.3 Truck 6
6.3 Manual Material Handling 8
6.3.1 Manual Material Handling Menurut OSHA 9
6.3.2 Batasan Beban yang Boleh Diangkat 13
6.3.3 Pemindahan Material Secara Teknis 15
6.3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi MMH 16
6.3.5 Cara Mengangkat Beban 18
6.3.6 Faktor Resiko Kecelakaan Kerja MMH 23
6.3.7 Penanganan Resiko Kerja MMH 23
6.4 Metode Analisa Postur Kerja OWAS 24
6.5 Material Handling Bahan Kimia Berbahaya 33
6.6 Rangkuman 34
6.7 Soal 35
Bab VII LINGKUNGAN KERJA FISIK VII – 1
7.1 Pendahuluan 1
7.2 Temperatur 1
7.2.1 Lingkungan Kerja Panas 2
7.2.2 Pengaruh Temperatur Terhadap Kesehatan dan
Keselamatan Kerja 4
7.2.3 Penilaian Lingkungan Kerja Panas 5
7.2.4 Pengendalian Lingkungan Kerja Panas 7
7.3 Kebisingan 9
7.3.1 Seberapa Keras Suara yang Terlalu Keras? 10
7.3.2 Anatomi Telinga Manusia 10
7.3.3 Suara di Tempat Kerja 11
7.3.4 Jenis Kebisingan 14
7.3.5 Nilai Ambang Batas 16
7.3.6 Pengaruh Kebisingan 17
7.3.7 Sumber Kebisingan 18
7.3.8 Pengukuran Kebisingan 20
7.3.9 Mengendalikan Tingkat Kebisingan 22
7.4 Pencahayaan 26
7.4.1 Definisi dan Istilah yang Dipakai 27
7.4.2 Hukum Kuadrat Terbalik 29
7.4.3 Jenis-jenis Sistim Pencahayaan 30
7.4.4 Komponen Pencahayaan 34
7.4.5 Dampak Penerangan yang Tidak Baik 37
7.4.6 Merancang Sistem Pencahayaan 37
7.4.7 Pendekatan Aplikasi Penerangan di Tempat Kerja 39
7.4.8 Pemasangan Lampu Penerangan 41
v
7.5 Getaran 42
7.5.1 Pengaruh Getaran 43
7.5.2 NAB Getaran 43
7.5.3 Pengendalian Getaran 44
7.6 Bau-bauan 45
7.7 Radiasi Non Ionisasi 46
7.7.1 Gelombang Mikro 46
7.7.2 Sinar Ultraviolet 47
7.7.3 Sinar Infra Merah 48
7.7.4 Sinar Laser 48
7.8 Ventilasi 49
7.8.1 Prinsip Sistem Ventilasi 49
7.8.2 Tempat Kerja Berbahaya 50
7.8.3 Permasalahan Ventilasi di Industri 50
7.9 Bahan Berbahaya Beracun 59
7.9.1 Penanganan Bahan Kimia Berbahaya 60
7.9.2 Penyimpanan Bahan Kimia Berbahaya 61
7.9.3 Dampak Jangka Pendek dan Jangka Panjang 63
7.9.4 Label Bahan Kimia 66
7.9.5 Lembar Data Keselamatan Bahan 67
7.10 Rangkuman 69
7.11 Soal 69
Bab VIII ALAT PELINDUNG DIRI VIII – 1
8.1 Pendahuluan 1
8.2 Bahaya di Tempat Kerja 1
8.3 Evaluasi Bahaya di Tempat Kerja 3
8.4 Aktivitas Kerja di Industri 3
8.5 Pemilihan APD di Perusahaan 6
8.6 Jenis-jenis APD 7
8.6.1 Alat Pelindung Kepala 8
8.6.2 Hats/Cap 9
8.6.3 Kacamata 10
8.6.4 Goggles 11
8.6.5 Perisai Muka 12
8.6.6 Alat Pelindung Telinga 14
8.6.7 Alat Pelindung Pernapasan 18
8.6.8 Alat Pelindung Tangan 22
8.6.9 Alat Pelindung Kaki 25
8.6.10 Pakaian Pelindung 28
8.6.11 Sabuk Pengaman 29
8.6.12 Alat Pelindung untuk Pekerjaan Las 31
8.6.13 Alat Pelindung Lutut 35
8.6.14 Back and Lumbar Support Belts 36
8.7 Pemeliharaan APD 37
8.8 Rangkuman 37
8.9 Soal 38
vi
Bab IX STASIUN KERJA KOMPUTER IX – 1
9.1 Pendahuluan 1
9.2 Gangguan Kesehatan Pemakaian Komputer 2
9.2.1 Gangguan pada Bagian Mata dan Kepala 3
9.2.2 Gangguan pada Lengan dan Tangan 3
9.2.3 Gangguan pada Leher, Pundak dan Punggung 5
9.3 Cara Menanggulangi Gangguan Kesehatan/Kelelahan 5
9.3.1 Menghindari CTS 5
9.3.2 Menghindari Kelelahan 5
9.4 Peralatan pada Stasiun Kerja Komputer 15
9.4.1 Mouse 16
9.4.2 Layar Komputer 16
9.4.3 Keyboard 17
9.4.4 Meja Komputer 18
9.5 Sikap Kerja Tidak Benar 19
9.6 Pengaturan Stasiun Kerja Komputer 21
9.6.1 Tempat Kerja 22
9.6.2 Keyboard 23
9.6.3 Mouse 26
9.6.4 Monitor 29
9.6.5 Kursi 30
9.6.6 Penopang Kaki 32
9.6.7 Bantalan Punggung 33
9.6.8 Pemegang Dokumen 34
9.6.9 Tudung Pelindung 34
9.7 Pandangan Menyilaukan 35
9.8 Cara Berkomputer 37
9.9 Kebisingan dan Radiasi 37
9.10 Rangkuman 38
9.11 Soal 39
LAMPIRAN :
Daftar Pustaka A
Daftar Istilah B
Daftar Gambar C
Daftar Tabel D
Bab I
1
BAB I
SISTEM PRODUKSI DAN
PRODUKTIVITAS
1.1 Pendahuluan
Banyak hal telah dilakukan manusia dalam usahanya
untuk meningkatkan produktivitas kerja. Dengan peningkatan
produktivitas tersebut mengakibatkan banyak industri yang
mengganti tenaga manusia dengan mesin dan peralatan
produksi yang lebih modern. Kondisi ini banyak terjadi pada
negara-negara maju. Untuk negara berkembang, pengertian
mengenai produktivitas selalu dikaitkan dan diarahkan pada
segala usaha yang dilakukan dengan memanfaatkan sumber
daya manusia yang ada. Semua usaha untuk meningkatkan
produktivitas dilakukan tanpa dikaitkan dengan penanaman
modal. Modal ini digunakan untuk membeli mesin dan peralatan
yang lebih modern, sehingga produktivitas kerja bisa meningkat
secara spektakuler.
Masalah produktivitas pada dasarnya tidak bisa terlepas
dengan sistem produksi, yaitu sistem dimana faktor-faktor:
􀂙 Manusia sebagai tenaga kerja (tenaga kerja langsung
dan tidak langsung).
􀂙 Modal / kapital yang terdiri dari: mesin, perkakas bantu,
bahan baku, bangunan pendukung, dan lain-lain.
Dikelola dengan suatu cara yang terorganisasi dengan baik,
lebih produktif karena dikelola secara efektif dan efisien.
Bab I
2
Untuk meningkatkan produktivitas , maka kita tidak bisa
terpaku pada salah satu faktor saja. Meskipun teknologi yang
dimiliki sudah modern tapi kalau tidak didukung dengan
sumberdaya manusia yang terampil, maka produktivitas juga
belum tentu meningkat bahkan sebaliknya. Untuk memahami
persoalan yang berkaitan dengan peningkatan produktivitas di
sektor industri ini maka perlu dipahami dulu tentang apa yang
dimaksud dengan sistem produksi dan produktivitas.
Siswa setelah membaca bab ini diharapkan memahami
konsep dasar sistem produksi, arti produktivitas kerja dan bisa
mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja
dan memahami cara mengukur produktivitas kerja pada suatu
industri.
1.2 Konsep Dasar Sistem Produksi
Sistem produksi adalah serangkaian aktivitas yang
dilakukan untuk mengolah atau mengubah sejumlah masukan
(input) menjadi sejumlah keluaran (output) yang memiliki nilai
tambah. Pengolahan yang terjadi bisa secara fisik maupun
nonfisik. Sedangkan nilai tambah adalah nilai dari keluaran yang
bertambah dalam pengertian nilai guna atau nilai ekonomisnya.
Proses produksi ini bisa digambarkan dalam bentuk bagan input
output (gambar 1.1). Gambar 1.1 menunjukkan bahwa elemenelemen
utama dalam sistem produksi adalah: input, proses
transformasi dan output. Proses transformasi akan mengubah
masukan/input menjadi keluaran/output. Proses ini biasanya
dilengkapi dengan kegiatan umpan balik untuk memastikan
bahwa keluaran yang diperoleh sesuai dengan yang diinginkan.
Tidak menutup kemungkinan bahwa proses transformasi ini juga
dipakai sebagai pengendali sistem produksi agar mampu
meningkatkan perbaikan terus-menerus.
Sistem produksi memiliki komponen atau elemen
struktural dan fungsional yang berperan penting menunjang
kontinuitas operasional sistem produksi ini. Komponen atau
elemen struktural yang membentuk sistem produksi terdiri dari:
Bab I
3
material, mesin dan peralatan, tenaga kerja, modal, energi,
informasi , tanah, dan lain-lain. Elemen fungsional terdiri dari:
supervisi, perencanaan, pengendalian, koordinasi, dan
kepemimpinan. Elemen fungsional berkaitan dengan manajemen
dan organisasi.
1.2.1 Input
Dalam sistem produksi terdapat beberapa input sebagai
berikut:
1. Tenaga kerja. Operasi sistem produksi membutuhkan
intervensi manusia dan orang-orang yang terlibat dalam
sistem produksi dianggap sebagai input tenaga kerja.
2. Mesin. Untuk mengubah bahan baku menjadi produk
jadi, maka sebuah sistem produksi membutuhkan
mesin.
3. Material. Agar sistem produksi dapat menghasilkan
produk manufaktur, diperlukan material atau bahan
baku.
4. Modal. Operasi sistem produksi membutuhkan modal.
Fasilitas peralatan, mesin produksi, bangunan pabrik,
gudang dan lain-lain dianggap sebagai barang modal.
5. Metoda. Aktivitas sistem produksi untuk mengubah
material menjadi barang jadi memerlukan teknologi.
Teknologi tersebut harus bisa dioperasikan. Cara untuk
mengoperasikan teknologi disebut dengan metoda.
6. Energi. Mesin-mesin produksi dan aktivitas pabrik
lainnya membutuhkan energi untuk menjalankan
aktivitas itu. Berbagai macam bahan bakar, minyak
pelumas, tenaga listrik, air untuk keperluan pabrik, dll,
dianggap sebagai input energi.
7. Informasi. Dalam industri modern, informasi telah
dipandang sebagai input. Berbagai macam informasi
tentang: kebutuhan pelanggan, kuantitas permintaan
pasar, perilaku pesaing, dll, dianggap sebagai input
informasi.
8. Manajerial. Sistem industri modern yang berada dalam
lingkungan pasar global yang sangat kompetitif
Bab I
4
membutuhkan: supervisi, perencanaan, pengendalian,
koordinasi, dan kepemimpinan yang efektif untuk
meningkatkan performansi sistem itu secara terusmenerus.
9. Tanah. Sistem produksi manufaktur membutuhkan
lokasi untuk mendirikan pabrik, gudang, dan lain-lain.
Umpan Balik
Gambar 1.1 Bagan Input Output
INPUT:
Manusia
Mesin
Material
Modal
Metoda
Energi
Informasi
Manajerial
Tanah
PROSES
TRANSFORMASI
OUTPUT:
Barang /
Jasa
Limbah
Informasi
Bab I
5
1.2.2 Proses Transformasi
Proses transformasi dalam sistem produksi dapat
didefinisikan sebagai integrasi sekuensial dari tenaga kerja,
material, informasi, metode kerja, dan mesin atau peralatan,
dalam suatu lingkungan guna menghasilkan nilai tambah bagi
produk agar dapat dijual dengan harga kompetitif di pasar.
Contoh proses transformasi, bayangkan sebuah pabrik
perakitan mobil yang menggunakan bahan baku dalam bentuk
parts dan komponen. Material ini secara bersama-sama dengan
peralatan modal, tenaga kerja, energi, informasi, manajerial, dan
lain-lain, ditransformasikan menjadi mobil. Hasil transformasi ini
berupa sebuah mobil.
Suatu tugas atau aktivitas dikatakan memiliki nilai tambah
apabila penambahan beberapa input pada tugas itu akan
memberikan nilai tambah produk sesuai dengan keinginan
konsumen. Contoh dari tugas yang memiliki nilai tambah:
1. Pengoperasian peralatan bor untuk mengubah sepotong
logam tanpa cacat.
2. Pengujian material untuk meyakinkan bahwa material itu
sesuai standar yang ditetapkan.
3. Menerbangkan sebuah pesawat terbang dengan baik.
1.2.3 Output
Output dari proses dalam sistem produksi dapat berupa
barang atau jasa yang disebut sebagai produk. Selain produk
hasil output dari sebuah sistem produksi adalah limbah dan
informasi. Pengukuran karakteristik output sebaiknya
mengacu kepada kebutuhan pelanggan dalam pasar. Berikut ini
beberapa contoh sistem produksi jasa dan manufaktur.
Bab I
6
Tabel 1.1 Beberapa Contoh Sistem Produksi Jasa dan Manufaktur
No Sistem Input Output
1 Bank Karyawan, fasilitas
gedung dan peralatan,
kantor, modal, energi,
informasi, manajerial, dll
Pelayanan
finansial bagi
nasabah
2 Rumah Sakit Dokter, perawat,
karyawan, fasilitas gedung
dan peralatan medik,
laboratorium, modal,
energi, informasi,
manajerial, dll
Pelayanan
medik bagi
pasien, dll
3 Rumah Makan Koki, pelayan, bahan,
peralatan, ruangan,
bumbu, modal, energi,
informasi, manajerial dll
Pelayanan
makanan,
hiburan
kenyamanan,
dll
4 Transportasi
Udara
Pilot, pramugari, tenaga
mekanik, karyawan,
pesawat terbang, fasilitas
gedung dan peralatan
kantor, energi, informasi,
manajerial, dll
Transportasi
udara bagi
orang dan
barang dari
satu lokasi ke
lokasi lain
5 Manufaktur Karyawan, fasilitas
gedung dan peralatan
pabrik, material, modal,
energi, informasi,
manajerial, dll
Barang jadi,
limbah, dll
Catatan: istilah sistem produksi dalam industri manufaktur serupa dengan
sistem produksi pada industri jasa
1.3 Produktivitas Kerja
Pengertian produktivitas secara umum adalah rasio
antara output dibagi dengan input. Sementara pendekatan dalam
studi produktivitas sering kali hanya menekankan pada aspek
ekonomi tertentu saja. Kenyataannya studi produktivitas juga
mencakup aspek-aspek non ekonomi, yang kadang-kadang lebih
besar peranannya dalam peningkatan produktivitas. AspekBab
I
7
aspek non ekonomi, seperti manajemen dan organisasi, kualitas
kerja, perlindungan dan keselamatan kerja, motivasi, dan lain
sebagainya yang berperan dalam menggerakkan, mendorong
dan mengkoordinasikan para individu atau kelompok individu
lainnya yang terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan pada
setiap unit ekonomi untuk bekerja lebih efektif dan efisien.
Kesadaran akan peningkatan produktivitas semakin
meningkat karena adanya suatu keyakinan bahwa perbaikan
produktivitas akan memberikan kontribusi positif dalam
perbaikan ekonomi. Pandangan bahwa kehidupan hari ini harus
lebih baik dari kehidupan hari kemarin dan kehidupan hari esok
harus lebih dari hari ini, merupakan suatu pandangan yang
memberi dorongan pemikiran ke arah produktivitas.
Manfaat positif apakah yang bisa dicapai dengan
terjadinya peningkatan produktivitas dari suatu aktivitas produksi.
Agar bisa memberikan suatu ilustrasi yang jelas, Gambar 1.2. a
dan 1.2.b menunjukkan hal-hal positif tersebut.
Gambar 1.2 a. Kurva Kenaikan Produktivitas
Bab I
8
Gambar 1.2. b Kurva Penurunan Biaya
Gambar 1.2 a dan 1.2.b memperlihatkan bahwa adanya
peningkatan produktivitas yang ditunjukkan dengan kurva P akan
menyebabkan terjadinya penurunan biaya produksi perunitnya
seperti yang ditunjukkan oleh kurva C. Produktivitas adalah rasio
output per input. Bilamana output dalam hal ini adalah berupa
unit keluaran yang dihasilkan oleh proses produksi dan semua
masukan yang diperlukan dikonversikan dalam unit satuan
moneter (rupiah), maka:
Pi = Total output selama periode t1 / Total input selama periode t1 ....1.1
Dengan formulasi ini, peningkatan produktivitas akan terjadi
bilamana output berhasil naik (bertambah besar) atau tetap dan
di sisi lain input dalam hal ini bisa lebih ditekan lagi seminimal
Bab I
9
mungkin. Dengan demikian arah kurva P akan cenderung naik
seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 1.2 a.
Naiknya produktivitas (Unit/Rp) ternyata akan membawa
konsekuensi terhadap penurunan biaya produksi per unitnya
(Rp/Unit). Formula Ci = 1/Pi sehingga:
Total biaya input yang dikeluarkan selama periode ti
Ci = ---------------------------------------------------------------------- .....1.2
Total output yang dikeluarkan selama periode ti
Berdasarkan formulasi ini, maka arah kurva C akan cenderung
turun bilamana produktivitas bisa dinaikkan seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar 1.2 b. Dampak akibat kenaikan
produktivitas menyebabkan penurunan biaya per unitnya akan
mampu meningkatkan daya saing output yang dihasilkan oleh
industri.
Produktivitas tidak sama dengan produksi, tetapi
produksi, performansi kualitas, hasil-hasil, merupakan komponen
dari usaha produktivitas. Dengan demikian, produktivitas
merupakan suatu kombinasi dari efektivitas dan efisiensi. Secara
umum produktivitas dapat dinyatakan sebagai rasio antara
keluaran terhadap masukan, atau rasio hasil yang diperoleh
terhadap sumber daya yang dipakai.
Produktivitas = Output / Input ...........................................1.3
Jika dalam rasio itu masukan yang dipakai untuk menghasilkan
keluaran dihitung seluruhnya maka disebut produktivitas total.
Rumus yang digunakan untuk menghitung produktivitas total
sebagai berikut:
Output
Produktivitas total = -------------------------------------------------- ........1.4
(tenaga kerja + mesin + material,dsb)
Bab I
10
Produktivitas total digunakan untuk mengukur perubahan
efisiensi dari kegiatan operasi. Untuk mengukur perubahan
produktivitas total dalam suatu periode waktu, semua faktor yang
berkaitan dengan kuantitas keluaran dan masukan yang dipakai
selama periode tadi diperhitungkan. Faktor-faktor itu meliputi
manusia, mesin, modal, material, dan energi.
Jika yang dihitung sebagai masukan hanya komponen
tertentu saja maka disebut produktivitas parsial. Rumus yang
digunakan sebagai berikut:
Produktivitas parsial (misalnya tenaga kerja)
Keluaran Keluaran
Produktivitas = -------------------------- atau ---------------------- ......1.5
Biaya tenaga kerja jam kerja orang
Produktivitas perusahaan akan meningkat jika:
1. Keluaran meningkat tapi masukan tetap atau menurun.
2. Keluaran tetap tetapi masukan menurun
3. Keluaran meningkat dan masukan meningkat tetapi
perbedaan keluaran lebih besar dari kenaikan masukan.
Produktivitas dapat diukur dalam berbagai bentuk. Tabel
1.2 menunjukkan contoh ukuran produktivitas dalam berbagai
bentuk:
Tabel 1.2 Ukuran Produktivitas
No Ukuran Produktivitas
1 Jumlah Produksi / Jumlah Penggunaan Tenaga Kerja
2 Jumlah Produksi / Jumlah Penggunaan Material
3 Jumlah Produksi / Jumlah Penggunaan Energi
4 Jam Kerja Aktual / Jam Kerja Standar
5 Jam Kerja Setup Produksi / Jam Kerja Aktual Produksi
6 Jumlah Produk Cacat / Jumlah Produksi
Bab I
11
1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Produktivitas
Pada hakikatnya produktivitas kerja akan banyak
ditentukan oleh dua faktor utama:
a. Faktor Teknis: merupakan faktor yang berhubungan
dengan pemakaian dan penerapan fasilitas produksi
secara lebih baik, penerapan metode kerja yang lebih
efektif dan efisien, dan atau penggunaan bahan baku
yang lebih ekonomis.
b. Faktor Manusia: merupakan faktor yang mempunyai
pengaruh terhadap usaha-usaha yang dilakukan
manusia di dalam menyelesaikan pekerjaan. Faktor ini
meliputi: sikap mental, motivasi, disiplin, dan etos kerja.
Pada industri yang bersifat mekanisasi atau otomatisasi
dalam proses produksinya, maka faktor teknis yang paling
berpengaruh dalam upaya peningkatan produktivitas. Industri
yang bersifat otomatisasi ini maka penelitian produktivitas akan
ditekankan pada aspek teknis. Sedangkan untuk industri yang
masih bersifat padat karya, maka upaya peningkatan
produktivitas harus ditekankan pada aspek manusianya.
Contoh:
Untuk industri pengecoran logam di daerah Ceper, Klaten
yang bersifat padat karya, maka upaya peningkatan produktivitas
kerjanya dilakukan dengan cara mengembangkan kemampuan
dari tenaga kerjanya. Sedangkan untuk industri yang bersifat
otomatisasi misalnya PT. Astra Honda Motor, peningkatan
produktivitas kerja lebih difokuskan pada aspek teknis, dengan
jalan memperbaharui teknologi yang dimilikinya.
Bab I
12
1.5 Cara Mengukur Produktivitas Kerja
Suatu kelompok kerja terdiri dari 8 tenaga kerja, pada
bulan pertama mampu menghasilkan produk sebesar 900 unit.
Dalam satu bulan mereka bekerja selama 25 hari, dan tiap hari
bekerja selama 8 jam. Bahan baku yang digunakan dalam
proses produksi sebesar 400 unit. Bulan berikutnya mereka
hanya bekerja selama 20 hari dalam satu bulan. Namun mereka
mampu menghasilkan produk sebesar 1000 unit. Bahan baku
yang digunakan meningkat menjadi 500 unit. Tingkat
produktivitas kelompok kerja di atas dapat dilakukan pengukuran
sebagai berikut:
a. Produktivitas pada bulan pertama
Produktivitas dilihat dari tenaga kerja saja adalah:
112,5
8
Pr oduktivitas 􀀠 900 􀀠
Produktivitas dilihat dari jumlah jam kerja yang dipakai
0.562
8 25 8
Pr 􀀠 900 􀀠
x x
oduktivitas
Produktivitas total
oduktivita s 2,205 atau
8 400
Pr 900 􀀠
􀀎
􀀠
0,45
1600 400
Pr 900 􀀠
􀀎
oduktivitas 􀀠
b. Produktivitas pada bulan kedua
Produktivitas dilihat dari tenaga kerja saja adalah:
Bab I
13
125
8
Pr oduktivitas 􀀠 1000 􀀠
Produktivitas dilihat dari jumlah jam kerja yang dipakai
0,781
8 20 8
Pr 􀀠 1000 􀀠
x x
oduktivitas
Produktivitas total
1,96
8 500
Pr 1000 􀀠
􀀎
oduktivitas 􀀠 atau
0,562
1280 500
Pr 1000 􀀠
􀀎
oduktivitas 􀀠
1.6 Rangkuman
Dalam sistem produksi dapat dibagi menjadi tiga bagian,
yaitu bagian input, proses transformasi, dan output. Input terdiri
dari manusia, mesin, material, modal, metoda, energi, informasi,
manajerial, dan tanah. Proses transformasi merupakan sebuah
aktivitas yang terintegrasi dari komponen input dalam suatu
lingkungan guna menghasilkan nilai tambah bagi produk. Output
dari sistem produksi berupa barang atau jasa, informasi, dan
limbah.
Produktivitas adalah rasio antara output dibagi dengan
input. Produktivitas ada dua, yaitu produktivitas total dan
produktivitas parsial. Produktivitas total dipakai untuk mengukur
perubahan efisiensi dari kegiatan operasi. Produktivitas parsial
jika input yang dimasukkan hanya komponen tertentu saja.
Pada dasarnya ada dua factor yang bisa mempengaruhi
produktivitas kerja. Faktor tersebut adalah faktor teknis dan
faktor manusia. Faktor teknis sangat berpengaruh pada
Bab I
14
peningkatan produktivitas untuk industri yang bersifat
otomatisasi, sedangkan aspek manusia sangat berperan pada
industri yang bersifat padat karya.
1.7 Soal
1. Sebutkan komponen input pada industri pengecoran
logam.
2. Sebutkan komponen output pada industri perakitan
sepeda motor.
3. Faktor apa sajakah yang paling dominan mempengaruhi
produktivitas kerja pada industri padat karya, misalnya
industri konveksi.
4. PT. Paijem memiliki data output yang dihasilkan dan
input yang dipakai (dalam juta rupiah) selama tahun
2007, sebagai berikut:
Output total (nilai produksi) = 1500
Input:
- Input tenaga kerja = 200
- Input material = 200
- Input modal = 300
- Input energi = 100
- Input lain-lain = 100
Hitung produktivitas total dan produktivitas parsial untuk
masing-masing input.
Bab II
1
BAB II
ANALISA PERANCANGAN
KERJA
2.1 Pendahuluan
Pada proses produksi, perancangan stasiun kerja dan
metode kerja bukan hal mudah. Kesalahan dalam perancangan
maupun metode kerja akan berdampak buruk pada proses
secara keseluruhan. Evaluasi perancangan harus dilakukan
secara terus menerus untuk mendapatkan metode terbaik. Salah
satu cara untuk mengevaluasi metode kerja adalah dengan
menggunakan peta kerja dan pengukuran waktu standar.
Dengan mempelajari bab ini, para siswa diharapkan
mengetahui bentuk peta kerja, khususnya peta tangan kiri dan
tangan kanan, peta aliran proses, dan peta regu kerja. Selain itu
siswa memahami fungsi dari masing-masing peta kerja tersebut.
Kemampuan lain para siswa diharapkan mampu menghitung
waktu standar dengan menggunakan studi waktu.
2.2 Peta Kerja
Pendekatan tradisional yang sering digunakan untuk
menganalisis metode kerja adalah peta kerja. Peta kerja
merupakan suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja
secara sistematis dan jelas. Dengan peta kerja kita bisa melihat
semua langkah atau kejadian yang dialami oleh suatu benda
kerja dari mulai masuk proses sampai menjadi produk. Beberapa
peta kerja yang sering digunakan untuk analisis metode kerja,
yaitu: peta tangan kiri dan tangan kanan, peta aliran proses, dan
peta regu kerja.
Bab II
2
2.2.1 Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan
Untuk memperjelas peta tangan kiri dan tangan kanan ini,
maka perlu diperhatikan proses perakitan steker di bawah ini.
Pada proses perakitan ini dibagi menjadi tiga stasiun kerja.
Masing-masing stasiun kerja mempunyai tugas yang berbeda.
Gambar 2.1 ini memperlihatkan aliran proses produksi, yang
dimulai dari stasiun kerja 1 menuju stasiun kerja 2 dan terakhir di
stasiun kerja 3.
Gambar 2.1 Aktivitas Sistem Kerja
Sumber: Madyana, 1996
Bab II
3
Gambar 2.2 memperlihatkan aktivitas pada stasiun kerja 1.
Aktivitas pada stasiun kerja 1 ini adaah operator akan merakit
steker.
Gambar 2.2 Stasiun Kerja 1
Sumber: Madyana, 1996
Keterangan:
1. Kotak Baut
2. Kotak Badan Steker
3. Kotak Kaki Steker
4. Kotak Badan Steker
5. Kotak Mur
6. Kotak Komponen Produk Cacat
Bab II
4
Operator pada stasiun kerja 2 akan melakukan pekerjaan
memasukkan steker ke dalam doos kecil. Proses kerja seperti
pada gambar di bawah ini.
Gambar 2.3 Stasiun Kerja 2
Sumber: Madyana, 1996
Setelah proses selesai dilakukan pada stasiun kerja 2,
maka tahapan berikutnya adalah masuk ke stasiun kerja 3. Pada
stasiun kerja 3 ini, operator akan memasukkan doos kecil ke
dalam doos besar. Cara kerja pada stasiun ini seperti terlihat
pada gambar 2.4 berikut ini
Bab II
5
Gambar 2.4 Stasiun Kerja 3
Sumber: Madyana, 1996
Keterangan:
1. Doos Besar Kosong
2. Label
3. Lem Perekat
4. Doos Isi 6 Steker
5. Doos Besar Sedang Diisi
6. Doos Besar Berisi Steker
Pada stasiun kerja 3 operator yang bertugas ada 2 orang.
Operator 1 memasang label pada doos kecil sekaligus
memasukkan doos kecil ke dalam doos besar. Operator 2
mengangkat doos besar untuk dibawa ke gudang.
Sistem perakitan steker di atas dapat dipecah menjadi
tiga peta tangan kiri dan tangan kanan. Peta ini menggambarkan
semua gerakan-gerakan saat bekerja dan waktu menganggur
yang dilakukan oleh tangan kiri dan tangan kanan, juga
menunjukkan perbandingan antara tugas yang dibebankan pada
Bab II
6
tangan kiri dan tangan kanan ketika melakukan pekerjaan.
Dengan peta ini kita bisa melihat semua operasi secara cukup
lengkap, yang berarti mempermudah perbaikan operasi tersebut.
Pada dasarnya peta tangan kiri dan tangan kanan ini
mempunyai kegunaan yang lebih khusus, yaitu:
1. Menyeimbangkan gerakan kedua tangan dan
mengurangi kelelahan.
2. Menghilangkan atau mengurangi gerakan-gerakan yang
tidak efisien dan tidak produktif, sehingga mempersingkat
waktu kerja.
3. Alat untuk melatih pekerja baru, dengan cara kerja yang
ideal.
Peta tangan kiri dan tangan kanan pada perakitan steker
ini ada tiga buah, yaitu:
1. Peta tangan kiri dan tangan kanan pada departemen 1
dengan pekerjaan merakit steker ( gambar 2.5 ).
2. Peta tangan kiri dan tangan kanan pada departemen 2
dengan pekerjaan membungkus steker dalam kotak kecil
( gambar 2.6 ).
3. Peta tangan kiri dan tangan kanan pada departemen 3
dengan pekerjaan memasukkan kotak kecil dalam dos
besar ( gambar 2.7 ).
Bab II
7
PETA TANGAN KIRI DAN TANGAN KANAN
PEKERJAAN : Merakit steker
Departemen : I
Nomor Peta :
SEKARANG ( ) : USULAN ( )
DIPETAKAN OLEH :
TANGGAL DIPETAKAN :
Tangan Kiri Jarak
cm
Waktu
detik
LAMBANG Jarak
cm
Waktu
detik
Tangan
Kanan
Ambil tutup
steker, rakit
50 2 50 2 Ambil kaki
steker, rakit
Pegang,
arahkan
3,5 50 3,5 Ambil tutup
steker, rakit
Pegang,
arahkan
6,9 6,9 Ambil baut,
pasang
Ambil mur 50 1,9 25 1,9 Ambil obeng
Pegang,
arahkan
5,7 5,7 Kencangkan
baut
Letakkan
steker pada
conveyor
50 2 2 Tunggu
TOTAL 150 22 125 22
Ringkasan
Waktu tiap siklus : 22 detik
Jumlah produk tiap siklus : 1
Waktu untuk membuat satu produk : 22 detik
Gambar 2.5 Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan Departemen 1
Sumber: Madyana, 1996
Peta tangan kiri dan tangan kanan pada departemen 1 ini
menunjukkan ternyata jarak perpindahan yang dilakukan tangan
kiri sebesar 150 cm dan waktu yang dipergunakan 22 detik.
Tangan kanan melakukan perpindahan sebesar 125 cm dan
waktu yang dipergunakan 22 detik. Waktu 22 detik pada tangan
kanan ini terdiri dari aktivitas bekerja dan aktivitas untuk
menunggu. Jadi pembagian kerja antara tangan kiri dan tangan
kanan pada departemen 1 bisa dikatakan hampir seimbang.
Bab II
8
PETA TANGAN KIRI DAN TANGAN KANAN
PEKERJAAN : Membungkus steker dalam kotak kecil
Departemen : II
Nomor Peta :
SEKARANG ( ) : USULAN ( )
DIPETAKAN OLEH :
TANGGAL DIPETAKAN :
Tangan Kiri Jarak
cm
Waktu
detik
LAMBANG Jarak
cm
Waktu
detik
Tangan
Kanan
Ambil kotak 46 3 61 3 Ambil sekat
Buka kotak 2,4 2,4 Buka kardus
Pegang 1,9 25 1,9 Ambil sekat
Pegang 5,8 5,8 Pasang
sekat
Pegang 11 58 11 Ambil steker
Tutup kotak 3,2 3,2 Tutup kotak
Tunggu 0,6 42 0,6 Letakkan di
ban
TOTAL 46 27,9 186 27,9
Ringkasan
Waktu tiap siklus : 27,9 detik
Jumlah produk tiap siklus : 1
Waktu untuk membuat satu produk : 27,9 detik
Gambar 2.6 Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan Departemen 2
Sumber: Madyana, 1996
Ringkasan dari peta tangan kiri dan tangan kanan pada
departemen 2 adalah sebagai berikut. Total jarak jangkauan
yang dilakukan oleh tangan kiri sebesar 46 cm sedangkan
tangan kanan sebesar 186 cm. Sedangkan pembagian waktu
kerja untuk kedua tangan bisa dikatakan seimbang. Waktu kerja
untuk tangan kiri 27,9 detik dan tangan kanan 27,9 detik.
Meskipun ada waktu sebesar 0,6 detik di tangan kiri untuk
menunggu tangan kanan selesai meletakkan kardus ke ban
berjalan.
Bab II
9
PETA TANGAN KIRI DAN TANGAN KANAN
PEKERJAAN : Memasukkan kotak kecil ke dalam dos besar
Departemen : III
Nomor Peta :
SEKARANG ( ) : USULAN ( )
DIPETAKAN OLEH :
TANGGAL DIPETAKAN :
Tangan Kiri Jarak
cm
Waktu
detik
LAMBANG Jarak
cm
Waktu
detik
Tangan Kanan
Ambil kotak
kecil
40 2 40 2 Ambil kotak
besar
Buka kotak
besar
4,5 4,5 Buka kotak
besar
Ambil kotak
kecil
30 2 30 2 Ambil label
Pegang
label
1,3 1,3 Ambil lem
Pegang
label
2,5 2,5 Label diolesi
lem
Pegang
label
1,5 1,5 Mengembalikan
lem
Tempel label 3 3 Label ditempel
Masukkan
ke kotak
besar
20 3 20 3 Masukkan
kotak kecil ke
kotak besar
Ulangi 3 kali 13,3 x
3
13,3 x
5
Ulangi 5 kali
Tutup kotak
besar
4 4 Tutup kotak
besar
Bawa kotak
besar
50 2 50 2 Bawa kotak
besar
Letakkan
kotak besar
2 2 Letakkan kotak
besar
TOTAL 140 67,7 140 76,7
Ringkasan
Waktu tiap siklus : 76,7 detik
Jumlah produk tiap siklus : 1
Waktu untuk membuat satu produk : 76,7 detik
Gambar 2.7 Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan Departemen 3
Sumber: Madyana, 1996
Bab II
10
Pekerjaan yang dilakukan oleh tangan kiri dan tangan kanan
pada departemen 3 adalah memasukkan doos kecil ke dalam
doos besar. Total jarak yang ditempuh oleh tangan kiri sebesar
140 cm sedangkan untuk tangan kanan 140 cm. Lamanya waktu
kerja untuk kedua tangan tidak sama. Tangan kiri selama 67,7
detik sedangkan tangan kanan 76,7 detik.
2.2.2 Peta Aliran Proses
Peta aliran proses adalah sebuah peta yang
menggambarkan urutan operasi, baik gerakan pekerja maupun
aliran material. Peta ini memperlihatkan bagian proses yang
tidak produktif, seperti delay, penyimpanan sementara, dan
untuk mengetahui panjang pendeknya jarak yang ditempuh.
Contoh peta aliran proses ada pada gambar 2.8, 2.9, dan 2.10.
Gambar 2.8 menggambarkan peta aliran proses untuk
jenis pekerjaan merakit steker. Pada peta aliran proses bagian
ini terdiri dari aktivitas operasi dan transportasi. Perinciannya
sebagai berikut: aktivitas operasi sebanyak 5 kegiatan
sedangkan aktivitas transportasi hanya sekali. Dengan
memperhatikan peta aliran proses pada bagian ini bisa
disimpulkan bahwa aktivitas merakit steker ini cara kerjanya
sudah benar.
Gambar 2.9 menggambarkan peta aliran proses
membungkus steker. Pada peta ini terdiri dari 7 aktivitas operasi.
Semua kegiatan pada bagian ini termasuk kategori kegiatan
produktif. Berarti cara kerja membungkus steker ini termasuk
cara kerja yang sudah benar.
Gambar 2.10 adalah peta aliran proses yang
menggambarkan aktivitas memasukkan doos kecil ke dalam
doos besar. Pada kegiatan ini terdiri dari aktivitas operasi
sebanyak 9. Cara kerja pada bagian ini sangat efektif, sebab
semua aktivitas yang terjadi merupakan aktivitas yang produktif.
Bab II
11
Gambar 2.8 Peta Aliran Proses Merakit Steker
Sumber: Madyana, 1996
Bab II
12
Gambar 2.9 Peta Aliran Proses Membungkus Steker
Sumber: Madyana, 1996
Bab II
13
Gambar 2.10 Peta Aliran Proses Memasukkan Kotak Kecil dalam Dos
Besar
Sumber: Madyana, 1996
Bab II
14
2.2.3 Peta Proses Regu Kerja
Peta ini digunakan dalam suatu tempat kerja dimana
untuk melakukan pekerjaan tersebut memerlukan kerjasama
yang baik dari sekelompok pekerja. Peta ini merupakan
kumpulan dari peta aliran proses dimana tiap peta aliran proses
tersebut menunjukkan satu seri kerja dari seorang operator.
Berikut gambar peta proses regu kerja.
Gambar 2.11 Peta Proses Regu Kerja
Sumber: Madyana, 1996
Bab II
15
Fungsi utama dari peta proses regu kerja adalah untuk
meminimumkan waktu menunggu.
2.3 Pengukuran Kerja
Pengukuran kerja adalah suatu aktivitas untuk
menentukan lamanya sebuah pekerjaan bisa diselesaikan.
Pengukuran kerja berkaitan dengan penentuan waktu standar.
Waktu standar adalah waktu yang diperlukan oleh seorang
pekerja terlatih untuk menyelesaikan suatu tugas tertentu,
bekerja pada tingkat kecepatan yang berlanjut, serta
menggunakan metode, mesin dan peralatan, material, dan
pengaturan tempat kerja tertentu.
Penentuan waktu standar merupakan masukan penting
bagi perencanaan proses produksi. Salah satu cara yang sering
digunakan untuk menentukan waktu standar adalah dengan cara
studi waktu.
Studi waktu dilaksanakan dengan menggunakan alat jam
henti ( stop watch ) untuk mengamati waktu tugas. Waktu
standar dihitung berdasarkan pengamatan terhadap seorang
pekerja yang melaksanakan siklus tugasnya berulang-ulang.
Setelah ditetapkan, waktu standar itu diberlakukan bagi seluruh
pekerja lain yang melaksanakan pekerjaan serupa. Pekerja yang
dipilih adalah pekerja yang mengerti benar ( terlatih ) tentang
tugas yang sedang diamati dan bekerja dengan menggunakan
metode yang sesuai.
Tahap dalam Studi Waktu
Tahap-tahap dalam menentukan waktu standar, sebagai berikut:
1. Tentukan pekerjaan yang akan diamati dan beri tahu
pekerja yang dipilih tentang tujuan studi. Langkah ini
diperlukan agar pekerja yang diamati ataupun
Bab II
16
penyelianya tidak curiga, melainkan malah membantu
kelancaran pengamatan.
2. Tentukan jumlah siklus kerja ( ukuran sampel, n ) yang
akan diamati. Jumlah siklus kerja tergantung pada
standar deviasi dari waktu yang diamati, ketelitian, dan
tingkat kepercayaan yang diinginkan.
3. Catat seluruh hasil pengamatan dan hitung rata-rata
waktu yang diamati.
n
X
X i 􀂦 􀀠
_
.............................................. 2.1
4. Tetapkan peringkat kinerja ( PR, performance rating )
pekerja yang bersangkutan, lalu hitung waktu normal (
NT, normal time ) dengan menggunakan rumus, sebagai
berikut:
100
.
_ NT 􀀠 X PR .............................................. 2.2
dimana:
PR = peringkat kinerja ( dalam persen )
Peringkat kinerja diperlukan untuk penyesuaian
waktu yang diperoleh dari pengamatan terhadap satu
orang pekerja menjadi waktu normal yang berlaku bagi
seluruh pekerja. Peringkat kinerja untuk rata-rata pekerja
sebesar 100%. Pekerja yang memiliki keterampilan /
kecakapan lebih dari rata-rata pekerja lainnya memiliki
peringkat kinerja di atas 100%. Pekerja yang
keterampilannya di bawah rata-rata memiliki peringkat
kinerja di bawah 100%.
Peringkat kinerja ini hanya berlaku untuk satu
jenis kegiatan, tidak diberlakukan secara umum. Dengan
demikian, bisa saja untuk satu jenis kegiatan, seorang
pekerja mempunyai peringkat kinerja di bawah rata-rata
Bab II
17
karyawan lain, tetapi untuk jenis kegiatan yang lain
peringkatnya di atas rata-rata.
Waktu normal diartikan sebagai waktu yang
diperlukan oleh seorang pekerja yang berpengalaman
untuk menyelesaikan elemen-elemen tugas yang penting,
dan bekerja pada kecepatan normal.
5. Tetapkan faktor kelonggaran ( AF, allowance factor ).
Faktor kelonggaran diperlukan untuk mencakup interupsi
/ penundaan yang terjadi karena keperluan pribadi
pekerja ( untuk minum, ke kamar kecil atau istirahat
karena letih ) atau penundaan yang tidak bisa dihindari (
seperti mesin / peralatan rusak, material terhambat, atau
gangguan listrik ).
Untuk faktor kelonggaran yang dinyatakan
sebagai persentase dari waktu tugas:
AF 􀀠 1􀀎 A ..................................................... 2.3
dimana:
A = toleransi kelonggaran ( dalam persen )
Untuk faktor kelonggaran yang dinyatakan
sebagai persentase dari waktu kerja:
(1 )
1
A
AF
􀀐
􀀠 ............................................ 2.4
6. Selanjutnya hitung waktu standar ( ST, standard time )
dengan rumus:
ST = NT x AF ............................................... 2.5
Waktu standar ini yang selanjutnya dipakai
sebagai acuan dalam perencanaan produksi dan
penentuan sistem insentif baik bagi karyawan yang
berprestasi maupun untuk keperluan perencanaan lain.
Bab II
18
2.4 Penentuan Ukuran Sampel ( n )
Ukuran sampel ( jumlah siklus kerja ) bergantung pada
standar deviasi dari waktu yang diamati, ketelitian ( maksimum
penyimpangan ) dari nilai sebenarnya, dan tingkat kepercayaan
yang diinginkan. Analisis studi waktu biasanya menggunakan
pengamatan pendahuluan dengan sejumlah sembarang sampel,
selanjutnya menggunakan pendekatan statistik sehingga n dapat
dicari dengan rumus, sebagai berikut:
2
_
.
.
􀂻 􀂻
􀂼
􀂺
􀂫 􀂫
􀂬
􀂪
􀀠
a X
n Z s ................................................ 2.6
di mana:
Z = tingkat kepercayaan yang diinginkan
s = standar deviasi dari data pengamatan
a = ketelitian yang diinginkan ( dalam % dari nilai rata-rata )
_X
= rata-rata hitung dari data pengamatan
Apabila ketelitian yang diinginkan dinyatakan dalam unit
waktu, persamaan tersebut menjadi:
2 .
􀂻 􀂼
􀂺
􀂫 􀂬
􀀠 􀂪
e
n Z s ................................................ 2.7
di mana:
e = ketelitian ( dalam unit waktu )
Nilai Z diperoleh dari distribusi normal. Nilai Z yang biasa
dipakai, seperti berikut ini.
Tabel 2.1 Nilai Z
Tingkat Kepercayaan ( % ) Nilai Z
90
95
99
1,645
1,960
2,575
Bab II
19
Sedangkan standar deviasi dapat dicari dengan menggunakan
rumus berikut ini:
1
( )
_
2
􀀐
􀀐
􀀠
n
s Xi X ..................................................... 2.8
di mana:
s = standar deviasi
Xi = nilai pengamatan
_X
= rata-rata nilai pengamatan
n = jumlah pengamatan
Contoh 1
Seorang analis studi waktu akan mengamati waktu yang
diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu. Dari
pengamatan pendahuluan diperoleh data bahwa rata-rata hitung
waktu tugas 6,6 menit dengan standar deviasi 1,1 menit. Tingkat
kepercayaan yang diinginkan 95%. Apabila maksimum
kesalahan ditentukan sebesar 􀁲 10% dari rata-rata waktu
pengamatan, jumlah sampel yang diperlukan dapat dihitung,
sebagai berikut.
2
_ 􀂻 􀂻
􀂼
􀂺
􀂫 􀂫
􀂬
􀂪
􀀠
a X
n Zs =
2
0,1 6,6
1,96 1,1
􀂻 􀂼 􀂺
􀂫 􀂬
􀂪
x
x
= 10,67
Angka 10,67 dibulatkan menjadi 11
Contoh 2
Hasil pengamatan terhadap lama suatu tugas selama
lima siklus berturut-turut menghasilkan data sebagai berikut: 10,
9, 10, 11, 10 menit. Apabila peringkat kinerja dari pekerja yang
bersangkutan 110% dan toleransi kelonggaran ditetapkan
Bab II
20
sebesar 20% dari waktu tugas, waktu standar untuk tugas itu
dapat dihitung, sebagai berikut:
_X
= ( 10 + 9 + 10 + 11 + 10 ) / 5 = 10 menit
NT =
_X
x PR/100 = 10 x ( 110/100) = 11 menit
ST = NT x ( 1 + A ) = 11 x ( 1 + 0,2 ) = 13,2 menit
Pekerja yang bersangkutan dapat menyelesaikan setiap
siklus tugas rata-rata selama 10 menit. Waktu yang diperlukan
oleh pekerja itu lebih cepat dari rata-rata pekerja lain karena
pekerja itu mempunyai kinerja yang lebih baik dari rata-rata
pekerja lain. Waktu normal untuk tugas tersebut 11 menit, artinya
rata-rata pekerja dapat menyelesaikan pekerjaan dalam 11
menit. Untuk menjadikan sebagai waktu standar, perlu
dimasukkan faktor kelonggaran, sehingga waktu standar menjadi
13,2 menit untuk setiap siklus.
Contoh 3
Apabila toleransi kelonggaran dalam contoh 2 di atas
bukan berupa persentase dari waktu tugas melainkan dalam
bentuk keperluan personal 30 menit/hari, untuk perawatan mesin
10 menit/hari, dan untuk hal-hal lainnya 8 menit/hari, dan bila
waktu kerja per hari selama 8 jam, maka perhitungan waktu
standarnya, sebagai berikut:
0,1
480 /
(30 10 8) / 􀀠
􀀎 􀀎
􀀠
menit hari
A menit hari
menit unit
A
ST NT 12 /
1 0,1
11
1
􀀠
􀀐
􀀠
􀀐
􀀠
Bab II
21
2.5 Rangkuman
Bab II ini membahas mengenai peta kerja dan
pengukuran kerja. Peta kerja adalah suatu alat yang
menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan jelas.
Peta kerja yang dipelajari meliputi: peta tangan kiri dan tangan
kanan, peta aliran proses, dan peta regu kerja.
Peta tangan kiri dan tangan kanan ini menggambarkan
semua gerakan-gerakan saat bekerja dan saat menganggur
yang dilakukan oleh tangan kiri dan tangan kanan. Peta aliran
proses menggambarkan urutan operasi, baik gerakan pekerja
maupun aliran material. Peta ini juga memperlihatkan bagian
proses yang tidak produktif, seperti delay, dan penyimpanan
sementara. Sedangkan peta regu kerja adalah menggambarkan
satu seri kerja dari seorang operator dibandingkan dengan
operator lainnya.
Pengukuran kerja adalah suatu aktivitas untuk
menentukan waktu standar. Waktu standar adalah waktu yang
diperlukan oleh seorang pekerja terlatih untuk menyelesaikan
suatu tugas tertentu, dengan tingkat kecepatan berlanjut dan
menggunakan cara kerja dan peralatan tertentu. Salah satu cara
dalam pengukuran kerja ini adalah dengan studi waktu.
2.6 Soal
1. Sebutkan fungsi dari peta kerja di bawah ini:
a. Peta tangan kiri dan tangan kanan
b. Peta aliran proses
c. Peta regu kerja
2. Buat peta tangan kiri dan tangan kanan ketika melakukan
aktivitas membongkar karburator sepeda motor?
Bab II
22
3. Dari pengamatan pendahuluan diperoleh data bahwa
rata-rata hitung waktu tugas 10 menit dengan standar
deviasi 1,5 menit. Tingkat kepercayaan yang diinginkan
90 %. Jika maksimum kesalahan ditentukan sebesar 20%
dari rata-rata waktu pengamatan, tentukan jumlah sampel
yang diperlukan.
Bab III
1
BAB III
ERGONOMI
3.1 Pendahuluan
Perkembangan teknologi saat ini begitu pesatnya,
sehingga peralatan sudah menjadi kebutuhan pokok pada
berbagai lapangan pekerjaan. Artinya peralatan dan teknologi
merupakan penunjang yang penting dalam upaya meningkatkan
produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan. Disamping itu disisi
lain akan terjadi dampak negatifnya, bila kita kurang waspada
menghadapi bahaya potensial yang mungkin timbul. Hal ini tidak
akan terjadi jika dapat diantisipasi pelbagai risiko yang
mempengaruhi kehidupan para pekerja. Pelbagai risiko tersebut
adalah kemungkinan terjadinya Penyakit Akibat Kerja. Penyakit
yang berhubungan dengan pekerjaan dan Kecelakaan Akibat
Kerja yang dapat menyebabkan kecacatan atau kematian.
Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara
penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja.
Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan ergonomi.
Bab ini akan membahas tiga sub bab, yaitu ergonomi,
antropometri dan metode pengolahan data. Sub bab ergonomi
meliputi pembahasan gambaran umum ergonomi, ruang lingkup
ergonomi dalam dunia kerja, resiko yang timbul akibat kesalahan
ergonomi, identifikasi resiko yang berkaitan dengan
Cummulative Trauma Dissorder, sikap tubuh, posisi kerja,
mengenali penyebab keluhan muskuloskeletal serta
pengendalian ergonomi untuk kesehatan dan keselamatan kerja.
Sub bab antropometri akan membahas definisi antropometri, alat
ukur yang dipergunakan, cara-cara pengukuran, data-data
antropometri yang digunakan dalam perancangan produk, dan
persentil.
Bab III
2
Dengan mempelajari bab ini diharapkan para siswa
memahami dan mampu menerapkan ergonomi dalam dunia
kerja. Selain itu siswa diharapkan mengetahui kegunaan datadata
antropometri dalam merancang produk.
3.2 Ergonomi
Ergonomi atau Ergonomics (bahasa Inggrisnya)
sebenarnya berasal dari kata Yunani yaitu Ergo yang berarti
kerja dan Nomos yang berarti aturan atau hukum. Ergonomi
mempunyai berbagai batasan arti, di Indonesia disepakati bahwa
ergonomi adalah ilmu serta penerapannya yang berusaha untuk
menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau
sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktifitas dan efisiensi
yang setinggi-tingginya melalui pemanfaatan manusia seoptimaloptimalnya
(Nurmianto, 1996).
Pendekatan khusus dalam disiplin ergonomi ialah aplikasi
sistematis dari segala informasi yang releven yang berkaitan
dengan karakteristik dan perilaku manusia dalam perancangan
peralatan, fasilitas dan lingkungan kerja yang dipakai. Analisis
dan penelitian ergonomi meliputi hal-hal yang berkaitan, yaitu:
a. Anatomi (struktur), fisiologi (bekerjanya), dan antropometri
(ukuran) tubuh manusia.
b. Psikologi yang fisiologis mengenai berfungsinya otak dan
sistem syaraf yang berperan dalam tingkah laku manusia.
c. Kondisi-kondisi kerja yang dapat mencederai baik dalam
waktu yang pendek maupun panjang ataupun membuat
celaka manusia dan sebaliknya kondisi-kondisi kerja yang
membuat nyaman kerja manusia.
Memperhatikan hal-hal tersebut maka penelitian dan
pengembangan ergonomi akan memerlukan dukungan dari
berbagai disiplin ilmu seperti psikologi, antropometri, anatomi
anthropologi, faal, dan teknologi.
Bab III
3
3.2.1 Ruang Lingkup Ergonomi
Dalam lapangan kerja, ergonomi ini juga mempunyai
peranan yang cukup besar. Semua bidang pekerjaan selalu
menggunakan ergonomi. Ergonomi ini diterapkan pada dunia
kerja supaya pekerja merasa nyaman dalam melakukan
pekerjaannya. Dengan adanya rasa nyaman tersebut maka
produktivitas kerja diharapkan menjadi meningkat. Secara garis
besar ergonomi dalam dunia kerja akan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
1. Bagaimana orang mengerjakan pekerjaannya.
2. Bagaimana posisi dan gerakan tubuh yang digunakan
ketika bekerja.
3. Peralatan apa yang mereka gunakan.
4. Apa efek dari faktor-faktor diatas bagi kesehatan dan
kenyamanan pekerja.
3.2.2 Resiko Karena Kesalahan Ergonomi
Sering dijumpai pada sebuah industri terjadi kecelakaan
kerja. Kecelakaan kerja tersebut disebabkan oleh faktor dari
pekerja sendiri atau dari pihak menajemen perusahaan.
Kecelakaan yang disebabkan oleh pihak pekerja sendiri, karena
pekerja tidak hati-hati atau mereka tidak mengindahkan
peraturan kerja yang telah dibuat oleh pihak manajemen.
Sedangkan faktor penyebab yang ditimbulkan dari pihak
manajemen, biasanya tidak adanya alat-alat keselamatan kerja
atau bahkan cara kerja yang dibuat oleh pihak manajemen
masih belum mempertimbangkan segi ergonominya. Misalnya
pekerjaan mengangkat benda kerja di atas 50 Kg tanpa
menggunakan alat bantu. Kondisi ini bisa menimbulkan cidera
pada pekerja.
Bab III
4
Untuk menghindari cedera, pertama-tama yang dapat
dilakukan adalah mengidentifikasi resiko yang bisa terjadi akibat
cara kerja yang salah. Setelah jenis pekerjaan tersebut
diidentifikasi, maka langkah selanjutnya adalah menghilangkan
cara kerja yang bisa mengakibatkan cidera.
Tabel 3.1. Tabel Resiko
FAKTOR RESIKO DEFINISI JALAN KELUAR
Pengulangan yang
banyak
Menjalankan gerakan
yang sama berulangulang
Desain kembali cara
kerja untuk
mengurangi jumlah
pengulangan gerakan
atau meningkatkan
waktu jeda antara
ulangan, atau
menggilirnya dengan
pekerjaan lain
Beban berat Beban fisik yang
berlebihan selama
kerja (menarik,
memukul,
mendorong). Semakin
banyak day yang
harus dikeluarkan,
semakin berat beban
bagi tubuh
Mengurangi gaya
yang diperlukan untuk
melakukan kerja,
mendesain kembali
cara kerja, menambah
jumlah pekerja pada
pekerjaan tersebut,
menggunakan
peralatan mekanik.
Postur yang kaku Menekuk atau
memutar bagian tubuh
Mendesain cara kerja
dan peralatan yang
dipakai hingga postur
tubuh selama kerja
lebih nyaman
Beban statis Bertahan lama pada
satu postur sehingga
menyebabkan
kontraksi otot
Mendesain cara kerja
untuk menghindari
terlalu lama bertahan
pada satu postur,
memberi kesempatn
untuk mengubah
posisi
Bab III
5
Tabel 3.1 Lanjutan
FAKTOR RESIKO DEFINISI JALAN KELUAR
Tekanan Tubuh tertekan pada
suatu permukaan atau
tepian
Memperbaiki
peralatan yang ada
untuk menghilangkan
tekanan, atau
memberikan bantalan
Getaran Menggunakan
peralatan yang
bergetar
Mengisolasi tangan
dari getaran
Dingin atau panas
yang ekstrim
Dingin mengurangi
daya raba, arus
darah, kekuatan dan
keseimbangan. Panas
menyebabkan
kelelahan
Atur suhu ruangan,
beri insulasi pada
tubuh
Organisasi kerja
yang buruk
Termasuk bekerja
dengan irama mesin,
istirahat yang tidak
cukup, kerja monoton,
beberapa pekerjaan
yang harus dikerjakan
dalam satu waktu
Beban kerja yang
layak, istirahat yang
cukup, pekerjaan
yang bervariasi,
otonomi individu
3.2.3 Identifikasi Resiko
Apakah pekerjaan anda membuat anda melakukan hal
dibawah ini berulang-ulang:
􀂃 Membengkokkan dan/atau memutar pergelangan
tangan?
􀂃 Menahan siku jauh dari badan?
􀂃 Meraih di belakang tubuh anda?
􀂃 Mengangkat atau melempar sesuatu diatas bahu?
Bab III
6
􀂃 Mengangkat sesuatu dari bawah lutut?
􀂃 Menggunakan jepitan jari?
􀂃 Bekerja dengan leher tertekuk?
􀂃 Memotong daging dengan keras?
􀂃 Mengangkat barang berat?
􀂃 Menggunakan satu jari atau jempol untuk
mengoperasikan alat?
􀂃 Menggunakan alat dengan ujung tang keras dan
tajam?
􀂃 Menggunakan alat yang bergetar?
􀂃 Menggunakan peralatan tangan seperti palu?
􀂃 Bekerja dalam ruangan yang dingin?
Jika anda menjawab ”ya” pada salah satu pertanyaan di atas,
anda mungkin berada dalam resiko untuk mengalami kelainan
karena mengalami trauma yang terus menerus (cumulative
trauma disorder – CTD).
3.2.4 Cumulative Trauma Disorder (CTD)
CTD dapat diterjemahkan sebagai kerusakan trauma
kumulative. Penyakit ini timbul karena terkumpulnya kerusakankerusakan
kecil akibat trauma berulang yang membentuk
kerusakan yang cukup besar dan menimbulkan rasa sakit. Hal ini
sebagai akibat penumpukan cedera kecil yang setiap kali tidak
sembuh total dalam jangka waktu tertentu yang bisa pendek dan
bisa lama, tergantung dari berat ringannya trauma setiap hari,
yang diekspresikan sebagai rasa nyeri, kesemutan, bengkak dan
gejala lainnya.
Bab III
7
Gejala CTD biasanya muncul pada jenis pekerjaan yang
monoton, sikap kerja yang tidak alamiah, penggunaan atau
pengerahan otot yang melebihi kemampuannya. Biasanya gejala
yang muncul dianggap sepele atau dianggap tidak ada. Trauma
pada jaringan tubuh antara lain disebabkan: over exertion, over
stretching, dan over compressor.
CTD dapat digolongkan sebagai penyakit akibat kerja,
apabila dapat dibuktikan terdapat pemaparan dari dua atau lebih
faktor resiko ergonomi di tempat kerja. Ada beberapa faktor
resiko untuk terjadinya CTD, yaitu:
1. Terdapat posture atau sikap tubuh yang janggal.
2. Gaya yang melebihi kemampuan jaringan.
3. Lamanya waktu pada saat melakukan posisi janggal.
4. Frekuensi siklus gerakan dengan posture janggal per
menit.
Beberapa contoh CTD:
a. Tendinitis, adalah tendon yang meradang. Gejala
yang muncul: sakit, bengkak, nyeri tekan, lemah
di tempat yang terpapar (siku, bahu). Gambar 3.1
merupakan contoh CTD.
b. Rotator cuff tendinitis, satu atau lebih dari empat
rotator cuff tendonitis pada bahu meradang.
Gejala yang muncul: sakit, gerakan terbatas pada
bahu.
c. Tenosynovitis, pembengkakan pada tendon dan
sarung yang menutupi tendon. Gejalanya:
pembengkakan, nyeri tekan, sakit pada tempat
yang terpapar (siku, tangan, lengan).
d. Carpal tunnel syndrome, tekanan yang terlalu
berat pada syaraf medianus yang melalui
Bab III
8
pergelangan tangan. Gejalanya: mati rasa,
kesemutan, pegal, dan sakit pada pergelangan
tangan.
e. Tennis elbow, peradangan pada tendon di siku.
Gejala yang muncul: sakit, sedikit bengkak, dan
lemah.
f. White finger, pembuluh darah di jari-jari rusak.
Gejalanya pucat di jari-jari, mati rasa, dan
perasaan seakan jari terbakar.
Gambar 3.1 Cumulative Trauma Disorder
Bab III
9
3.2.5 Sikap Tubuh
Hubungan tenaga kerja dalam sikap dan interaksinya
terhadap sarana kerja akan menentukan efisiensi, efektivitas dan
produktivitas kerja. Sikap tubuh yang tidak alamiah dalam
bekerja, misalnya sikap menjangkau barang yang melebihi
jangkauan tangannya harus dihindarkan. Apabila hal ini tidak
memungkinkan maka harus diupayakan agar beban statiknya
diperkecil. Penggunaan meja dan kursi kerja ukuran baku oleh
orang yang mempunyai ukuran tubuh yang lebih tinggi atau
sikap duduk yang terlalu tinggi sedikit banyak akan berpengaruh
terhadap hasil kerjanya. Pada waktu bekerja diusahakan agar
bersikap secara alamiah dan bergerak optimal. Berikut ini sikap
tubuh yang baik dan tidak baik.
Best: Arm by Side Elbow at 900 Better: Arm Below Shoulder
Gambar 3.2 Sikap Tubuh Paling Baik
Bab III
10
Sedangkan gambar 3.3 berikut ini menggambarkan sikap tubuh
yang tidak baik. Karena tangan dipaksa untuk menjangkau
benda yang berada di ketinggian.
Gambar 3.3 Bad: Arm above Shoulder
3.2.6 Posisi Kerja
Gambar 3.4 menggambarkan seorang pekerja yang
bekerja dengan posisi kepala mendongak. Cara kerja seperti
pada gambar diperbolehkan dengan syarat waktu kerja tidak
melebihi 2 jam per harinya. Kondisi kerja ini bisa mengakibatkan
rasa sakit pada leher, tangan dan bahu.
Bab III
11
Gambar 3.4 Posisi Kerja Mendongak
Gambar 3.5 menggambarkan pekerja sedang memotong ranting
pohon dengan posisi tangan yang dipaksakan untuk menjangkau
ke depan.
Gambar 3.5 Posisi Kerja Menjangkau
Bab III
12
Posisi kerja seperti gambar 3.5 akan mengakibatkan rasa sakit
pada siku dan bahu.
Sedangkan bekerja dengan menundukkan leher atau
membungkukkan punggung melebihi sudut 300 (gambar 3.6 dan
gambar 3.7) diperbolehkan asal jam kerja tidak melebihi 2 jam
per harinya. Cara kerja ini akan mengakibatkan rasa sakit pada
leher dan tulang belakang.
Gambar 3.6 Pekerjaan Menunduk
Gambar 3.7 Pekerjaan Membungkuk
Bab III
13
Gambar 3.8 menggambarkan seorang pekerja yang bekerja
dengan cara jongkok. Posisi kerja dengan jongkok ini juga akan
menimbulkan rasa tidak nyaman pada diri pekerja. Kondisi kerja
ini diperbolehkan asal tidak melebihi 2 jam per harinya. Gambar
3.9 memperlihatkan pekerja yang menyelesaikan pekerjaan
dengan cara berlutut. Cara kerja ini diperbolehkan dengan syarat
waktu kerja tidak melebihi 2 jam per harinya.
Gambar 3.8 Pekerjaan Dengan Jongkok
Gambar 3.9 Pekerjaan Dengan Berlutut
Bab III
14
Pekerjaan dengan menggunakan kekuatan tangan yang
cukup besar, seperti mengambil benda dengan menjepit dan
memencet benda kerja ini juga ada batasannya. Jenis pekerjaan
yang menggunakan kekuatan tangan secara terus menerus ini
dipersyaratkan tidak lebih dari 2 jam per harinya. Untuk
pekerjaan mengambil benda kerja dengan cara menjepit ini
batasannya adalah berat tidak melebihi 2 pounds. Sedangkan
untuk memencet/meremas batasannya tidak lebih dari 10
pounds beratnya.
Gambar 3.10 Mengambil Benda Dengan Jari
Gambar 3.11 Gerakan Meremas
Bab III
15
3.2.7 Mengenali Sumber Penyebab Keluhan
Muskuloskeletal
Ada beberapa cara yang telah diperkenalkan dalam
melakukan evaluasi ergonomi untuk mengetahui hubungan
antara tekanan fisik dengan resiko keluhan otot skeletal.
Pengukuran terhadap tekanan fisik ini cukup sulit karena
melibatkan berbagai faktor subjektif seperti kinerja, motivasi,
harapan dan toleransi kelelahan.
Salah satu alat ukur ergonomik sederhana yang dapat
digunakan untuk mengenali sumber penyebab keluhan
muskuloskeletal adalah nordic body map. Melalui nordic body
map dapat diketahui bagian-bagian otot yang mengalami
keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak nyaman
(agak sakit) sampai sangat sakit. Kuesioner nordic body map
ada pada lampiran bab 3.
3.2.8 Pengendalian Ergonomi
Pengendalian ergonomi dipakai untuk menyesuaikan
tempat kerja dengan pekerja. Pengendalian ergonomi berusaha
mengatur agar tubuh pekerja berada di posisi yang baik dan
mengurangi resiko kerja. Pengendalian ini harus dapat
mengakomodasi segala macam pekerja. Pengendalian ergonomi
dikelompokkan dalam tiga katagori utama, yang disusun sesuai
dengan metoda yang lebih baik dalam mencegah dan
mengendalikan resiko ergonomi.
1. Pengendalian teknik adalah metoda yang lebih diutamakan
karena lebih permanen dan efektif dalam menghilangkan
resiko ergonomi. Pengendalian teknik yang bisa dilakukan
adalah memodifikasi, mendesain kembali atau mengganti
tempat kerja, bahan, obyek, desain tempat penyimpanan dan
pengoperasian peralatan.
2. Pengendalian administratif. Pengendalian ini berhubungan
dengan bagaimana pekerjaan disusun, seperti:
Bab III
16
􀂃 Jadwal kerja
􀂃 Penggiliran kerja dan waktu istirahat
􀂃 Program pelatihan
􀂃 Program perawatan dan perbaikan
3. Cara kerja. Pengendalian cara kerja berfokus pada cara
pekerjaan dilakukan, yakni :
􀂃 menggunakan mekanik tubuh yang baik
􀂃 menjaga tubuh untuk berada pada posisi netral
3.3 Konsep Antropometri
Istilah antropometri berasal dari “anthro” yang berarti
manusia dan “metri” yang berarti ukuran. Antropometri adalah
pengetahuan yang menyangkut pengukuran tubuh manusia
khususnya dimensi tubuh. Antropometri secara luas akan
digunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan ergonomis
dalam proses perancangan (design) produk maupun sistem kerja
yang akan memerlukan interaksi manusia.
Manusia pada umumnya berbeda-beda dalam hal bentuk
dan dimensi ukuran tubuhnya. Beberapa faktor yang
mempengaruhi ukuran tubuh manusia, yaitu:
1. Umur,
Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir
sampai sekitar 20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk
wanita. Setelah itu, tidak lagi akan terjadi pertumbuhan
bahkan justru akan cenderung berubah menjadi pertumbuhan
menurun ataupun penyusutan yang dimulai sekitar umur 40
tahunan.
2. Jenis kelamin (sex),
Jenis kelamin pria umumnya memiliki dimensi tubuh yang
lebih besar kecuali dada dan pinggul.
3. Suku bangsa (etnik),
Setiap suku bangsa ataupun kelompok etnik tertentu akan
memiliki karakteristik fisik yang berbeda satu dengan yang
lainnya.
Bab III
17
4. Sosio ekonomi,
Tingkat sosio ekonomi sangat mempengaruhi dimensi tubuh
manusia. Pada negara-negara maju dengan tingkat sosio
ekonomi tinggi, penduduknya mempunyai dimensi tubuh yang
besar dibandingkan dengan negara-negara berkembang.
5. Posisi tubuh (posture),
Sikap ataupun posisi tubuh akan berpengaruh terhadap
ukuran tubuh oleh karena itu harus posisi tubuh standar
harus diterapkan untuk survei pengukuran.
3.3.1 Alat Ukur Antropometri
Peralatan yang digunakan untuk mendapatkan data-data
antropometri adalah sebagai berikut:
Gambar 3.12 Goniometer Untuk Mengukur Sudut
Goniometer ini dipakai untuk mengukur lekukan-lekukan tubuh
manusia.
Sedangkan gambar 3.13 memperlihatkan berbagai
macam antropometer. Alat ini dipakai untuk mengukur bagianbagian
tubuh manusia.
Bab III
18
Gambar 3.13 Jenis-jenis Antropometer
Kursi antropometri seperti pada gambar 3.14 ini dipakai untuk
mengukur data-data antropometri manusia dalam posisi duduk.
Data yang diperoleh biasanya dipakai untuk merancang kursi
dan ketinggian meja kerja serta untuk perancangan fasilitas kerja
yang berhubungan dengan manusia pemakainya. Orang yang
akan diukur data antropometrinya harus duduk di kursi ini.
Bab III
19
Gambar 3.14 Kursi Antropometri
3.3.2 Cara Pengukuran
Secara umum deskripsi dari pengukuran data
antropometrik terdiri dari setidaknya tiga buah tipe terminology
dasar yaitu :
1. Locator yang mengidentifikasikan suatu titik atau daerah dari
tubuh yang menjadi dasar pengukuran titik atau bidang.
2. Orientator yang mengidentifikasikan arah atau tujuan dari
suatu dimensi tubuh.
3. Potensioner yang menandakan asumsi dari posisi tubuh
subyek dalam pengukuran, seperti posisi duduk.
Berikut ini cara-cara pengukuran yang sering digunakan:
Bab III
20
Gambar 3.15 Mengukur Lebar Telapak Tangan
Gambar 3.16 Penggunaan Antropometer Papan Kepala Bergeser
(Sliding Head Board)
Bab III
21
Gambar 3.17 Penggunaan Antropometer Dengan Sistem Grid dan
Board di Sudut
3.3.3 Data Antropometri
Dimensi tubuh manusia untuk perancangan produk terdiri
dari dua jenis, yaitu struktural dan fungsional. Dimensi tubuh
struktural yaitu pengukuran tubuh manusia dalam keadaan tidak
bergerak. Sedangkan dimensi tubuh fungsional adalah
pengukuran tubuh manusia dalam keadaan bergerak. Secara
umum data antropometri yang sering digunakan untuk
merancang produk dan stasiun kerja ada pada gambar 3.18
A. Antropometri Struktural
Pengukuran manusia pada posisi diam dan linier pada
permukaan tubuh. Ada beberapa metode pengukuran tertentu
agar hasilnya representative. Disebut juga pengukuran dimensi
struktur tubuh dimana tubuh diukur dalam berbagai posisi
standar dan tidak bergerak (tetap tegak sempurna). Dimensi
tubuh yang diukur dengan posisi tetap antara lain meliputi berat
Bab III
22
badan, tinggi tubuh dalam posisi berdiri maupun duduk, ukuran
kepala, tinggi atau panjang lutut pada saat berdiri atau duduk,
panjang lengan, dan sebagainya.
Gambar 3.18 Ukuran Tubuh Manusia yang Sering Digunakan Untuk
Merancang Produk
Bab III
23
Gambar 3.19 di bawah ini memperlihatkan antropometri
struktural. Antropometri struktural ini diantaranya: tinggi
selangkang, tinggi siku, tinggi mata, rentang bahu, tinggi
pertengahan pundak pada posisi duduk, jarak pantat-ibu jari
kaki, dan tinggi mata pada posisi duduk.
Gambar 3.19 Antropometri Struktural Posisi Berdiri dan Duduk
Bab III
24
Dimensi Kepala, Wajah, Tangan dan Kaki
Penerapan data ini untuk merancang terali untuk
keamanan, jeruji, panel visual dan pencapaian panel, peralatan
rekreasi, pengaturan dan peralatan tempat penyimpanan sepatu
di rumah, dan sebagainya.
Gambar 3.20 Antropometri Struktural Kepala, Wajah, Tangan dan Kaki
Bab III
25
B. Antropometri Fungsional
Antropometri fungsional adalah pengukuran keadaan dan
ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan bergerak atau
memperhatikan gerakan-gerakan yang mungkin terjadi saat
pekerja tersebut melaksanakan kegiatannya. Hasil yang
diperoleh merupakan ukuran tubuh yang nantinya akan berkaitan
erat dengan gerakan-gerakan nyata yang diperlukan tubuh untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu. Antropometri dalam
posisi tubuh melaksanakan fungsinya yang dinamis akan banyak
diaplikasikan dalam proses perancangan fasilitas ataupun ruang
kerja.
a
Bab III
26
b
Gambar.3.21 (a,b) Antropometri Fungsional/dinamis
Posisi Kerja
Data ini berfungsi untuk merancang ruang mekanik dan
utilitas, ruang latihan fisik, ruang terapi fisik, dan area sejenis
lainnya.
Bab III
27
Gambar 3.22 Antropometri Fungsional Posisi Kerja
3.3.4 ANTROPOMETRI PADA POSISI DUDUK
Dinamika posisi duduk dapat lebih mudah digambarkan
dengan mempelajari mekanika sistem penyangga dan
keseluruhan struktur tulang yang terlibat di dalam geraknya.
Sumbu penyangga dari batang tubuh yang diletakkan dalam
posisi duduk adalah sebuah garis pada bidang datar koronal,
melalui titik terendah dari tulang duduk (ischial tuberosities) di
atas permukaan tempat duduk. Gambar berikut memperlihatkan
tuberosities.
Bab III
28
Gambar 3.23 Tulang Duduk (Ischial Tuberosities) dalam Posisi Duduk
Gambar 3.24 Potongan Tulang Duduk Pada Bagian Posterior
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa sekitar 75% dari
keseluruhan berat badan hanya disangga oleh daerah seluas 4
inci persegi atau 26 cm persegi dari tulang duduk ini. Kondisi ini
memperjelas bahwa berat badan yang diterima, disebarkan
hanya pada daerah yang kecil saja. Akibatnya, terjadi tegangan
yang sangat besar pada daerah pantat di bawahnya.
Bab III
29
Tekanan-tekanan ini menimbulkan perasaan lelah dan
tidak nyaman. Bertahan pada posisi duduk dalam jangka waktu
yang lama tanpa mengubah-ubah posisinya, di bawah kondisi
tekanan kompresi yang terjadi, dapat menyebabkan kurangnya
aliran darah pada suatu daerah, gangguan pada sirkulasi darah,
menyebabkan nyeri, sakit dan rasa kebal.
Suatu perancangan tempat duduk harus diupayakan
sedemikian rupa sehingga berat badan yang disangga oleh
tulang duduk tersebar pada daerah yang cukup luas. Alas yang
tepat pada landasan tempat duduk dapat memenuhi kebutuhan
tersebut. Harus diupayakan agar subyek yang sedang duduk di
atas tempat duduk tersebut dapat mengubah-ubah posisi atau
postur tubuhnya untuk mengurangi rasa ketidaknyamanannya.
Kondisi ini mendasari diperlukannya data antropometri yang
tepat. Berikut ini data-data antropometri untuk perancangan
kursi.
Gambar 3.25 Dimensi Antropometri untuk Perancangan Kursi
Bab III
30
Keterangan:
A = Tinggi lipatan dalam lutut
B = Jarak pantat-lipatan dalam lutut
C = Tinggi siku posisi istirahat
D = Tinggi bahu
E = Tinggi duduk normal
F = Rentang antar siku
G = Rentang panggul
H = Rentang bahu
I = Tinggi lumbar
Tinggi Tempat Duduk
Salah satu pertimbangan dasar dalam perancangan
suatu tempat duduk adalah tinggi permukaan bagian atas dari
landasan tempat duduk diukur dari permukaan lantai. Jika suatu
landasan tempat duduk terlalu tinggi letaknya, bagian bawah
paha akan tertekan seperti pada gambar di bawah ini.
Gambar 3.26 Tempat Duduk Terlalu Tinggi
Bab III
31
Landasan tempat duduk yang letaknya terlalu tinggi
dapat menyebabkan paha tertekan dan peredaran darah
terhambat. Sebagai, tambahan pula, telapak kaki tidak dapat
menapak dengan baik di atas permukaan lantai yang
mengakibatkan melemahnya stabilitas tubuh.
Jika, letak suatu landasan tempat duduk terlalu rendah
seperti gambar berikut ini.
Gambar 3.27 Tempat Duduk Terlalu Rendah
Landasan tempat duduk yang letaknya terlalu rendah dapat
menyebabkan kaki condong terjulur ke depan, menjauhkan
tubuh dari keadaan stabil. Sebagai tambahan pula, pergerakan
tubuh ke depan akan menjauhkan punggung dari sandaran
sehingga penopangan lumbar tidak terjaga dengan tepat. Bagi
orang yang bertubuh tinggi akan dapat lebih merasa nyaman
walau menggunakan kursi dengan landasan tempat duduk yang
rendah dibandingkan dengan seseorang yang bertubuh pendek
menggunakan kursi yang landasan duduknya terlalu tinggi.
Bab III
32
Secara antropometrik, tinggi lipatan dalam lutut haruslah
menjadi ukuran pada data yang digunakan untuk menentukan
tinggi landasan tempat duduk. Rentang data terkecil, misal data
persentil ke-5, akan menjadi pedoman yang tepat karena data ini
mencakup bagian populasi mereka yang berukuran tubuh paling
kecil. Alasannya jelas, seperti yang telah dikemukakan
terdahulu, bahwa tinggi duduk yang dapat mengakomodasi
mereka dengan ukuran tinggi lipatan lutut paling pendek, juga
dapat mengakomodasi mereka dengan ukuran tinggi lipatan lutut
yang lebih tinggi.
Kedalaman Tempat Duduk
Pertimbangan dasar lain dari perancangan sebuah kursi
adalah kedalaman landasan tempat duduk (jarak yang diukur
dari bagian depan sampai bagian belakang sebuah tempat
duduk). Bila kedalaman landasan tempat duduk terlalu besar,
bagian depan dari permukaan atau ujung dari tempat duduk
tersebut akan menekan daerah tepat di belakang lutut,
memotong peredaran darah di bagian kaki, seperti pada gambar
berikut ini.
Gambar 3.28 Landasan Tempat Duduk Terlalu Lebar
Bab III
33
Tekanan pada jaringan-jaringan akan menyebabkan
iritasi dan ketidaknyamanan. Bahaya lebih besar ialah terjadinya
penggumpalan darah jika subyek tidak mengubah posisi
tubuhnya. Untuk menghindarkan ketidaknyamanan pada bagian
kaki, subyek akan memajukan posisi pantatnya dan hal ini
menyebabkan bagian punggungnya tidak dapat bersandar
sehingga stabilitas tubuh melemah dan tenaga otot yang
diperlukan menjadi semakin besar sebagai upaya untuk menjaga
keseimbangan. Hasilnya adalah kelelahan, ketidaknyamanan
dan sakit di bagian punggung.
Bila kedalaman landasan tempat duduk terlalu sempit,
seperti pada gambar di bawah ini, akan menimbulkan situasi
yang buruk. Kondisi ini dapat menimbulkan perasaan terjatuh
atau terjungkal dari kursi. Sebagai akibatnya, kedalaman
landasan tempat duduk yang terlalu sempit akan menyebabkan
berkurangnya penopangan pada bagian bawah paha.
Gambar 3.29 Landasan Tempat Duduk Terlalu Sempit
Secara antropometri, jarak dari pantat ke lipatan dalam lutut
merupakan pedoman penentuan kedalaman tempat duduk yang
tepat.
Bab III
34
Sandaran Punggung
Fungsi utama dari sandaran punggung adalah untuk
mengadakan penopangan bagi daerah lumbar, atau bagian kecil
dari punggung, yaitu bagian bawah yang berbentuk cekung
dimulai dari bagian pinggang sampai pertengahan punggung.
Konfigurasi dari sandaran punggung harus dapat menyokong
sesuai profil dari tulang belakang, terutama pada daerah lumbar
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.30, namun harus
diperhatikan supaya tidak membuatnya terlalu pas untuk
menghindarkan pemakai mengubah-ubah posisinya.
Keseluruhan tinggi sandaran punggung dapat bervariasi
sesuai dengan jenis dan maksud pemakaian suatu kursi. Sebuah
kursi untuk sekertaris lebih cocok bila penopang lumbarnya
hanya pada suatu daerah kecil saja. Kursi santai akan lebih
cocok bila sandarannya mencapai bagian belakang kepala
ataupun tengkuk. Perlu diingat untuk menyediakan ruang
tambahan bagi penonjolan daerah pantat. Jarak bersih ini dapat
berupa daerah terbuka berbentuk ceruk antara permukaan
tempat duduk dan penopang lumbar. Bantalan yang empuk pada
bagian ini akan mengakomodasi penonjolan bagian pantat ini.
Gambar 3.30 Sandaran Punggung
Bab III
35
Sandaran Lengan
Sandaran lengan ini memiliki beberapa fungsi. Sandaran
ini menopang berat dari lengan dan membantu pemakai ketika
akan duduk atau bangkit dari tempat duduknya. Jika suatu kursi
digunakan untuk suatu kegiatan tertentu, misalnya bagi
seseorang yang bertugas dengan putaran-putaran tuts yang
sensitif atau panel kontrol, maka sandaran tangan tersebut dapat
berfungsi untuk menjaga agar lengan tetap stabil sepanjang
pelaksanaan pekerjaannya. Tinggi siku pada posisi istirahat
adalah pengukuran antropometri yang tepat sebagai pedoman
bagi penentuan tinggi sandaran lengan.
Bantalan
Tujuan dari pemberian bantalan pada dasarnya adalah
sebagai upaya penyebaran tekanan, sehubungan dengan berat
badan pada titik persinggungan antar permukaan dengan daerah
yang lebih luas. Bahayanya, seorang perancang seringkali
beranggapan bahwa makin empuk, dalam, dan lembut suatu
bantalan, akan semakin besar kenyamanan yang dihasilkannya.
Padahal bukan demikian kenyataannya. Seringkali justru sebuah
kursi yang tampaknya terlalu empuk justru dapat menyebabkan
kelelahan, ketidaknyamanan dan rasa sakit.
3.3.5 Persentil
Persentil adalah suatu nilai yang menunjukkan
persentase tertentu dari orang yang memiliki ukuran pada atau
dibawah nilai tersebut. Sebagai contoh, persentil ke-95 akan
menunjukkan 95% populasi akan berada pada atau dibawah
ukuran tersebut, sedangkan persentil ke-5 akan menunjukkan
5% populasi akan berada pada atau dibawah ukuran itu. Dalam
antropometri, angka persentil ke-95 akan menggambarkan
ukuran manusia yang “terbesar” dan persentil ke-5 sebaliknya
akan menunjukkan ukuran “terkecil”. Bilamana diharapkan
ukuran yang mampu mengakomodasikan 95% dari populasi
Bab III
36
yang ada, maka diambil rentang 2.5-th dan 97.5-th persentil
sebagai batas-batasnya.
Pemakaian nilai-nilai persentil yang umum diaplikasikan
dalam perhitungan data antropometri ada pada tabel berikut.
Tabel 3.2 Persentil dan Perhitungan
Persentil Perhitungan
Ke-1 x 􀀐 2.325􀁖 x
Ke-2,5 x x 􀀐1.96􀁖
Ke-5 x x 􀀐1.645􀁖
Ke-10 x x 􀀐1.28􀁖
Ke-50 x
Ke-90 x x 􀀎1.28􀁖
Ke-95 x x 􀀎 1.645􀁖
Ke-97,5 x x 􀀎1.96􀁖
Ke-99 x x 􀀎 2.325􀁖
Contoh Perhitungan Persentil
Dari hasil pengukuran tubuh manusia Indonesia (dewasa,
laki-laki, usia antara 18 – 45 tahun) diperoleh data dengan
distribusi normal, tinggi rata-rata 165 cm dan standard deviasi
6,5 cm. Berapakah ukuran persentil 90.
Jawab
90-th ukuran =
􀀐
X 􀀎 1 , 28 􀁖 x
= 165 + 1,28 (6,5) = 173,32 cm
Bab III
37
3.3.6 Data Antropometri Untuk Perancangan
Produk
Penggunaan data antropometri dalam penentuan ukuran
produk harus mempertimbangkan prinsip-prinsip di bawah ini
agar produk yang dirancang bisa sesuai dengan ukuran tubuh
pengguna sebagai berikut :
1. Prinsip perancangan produk bagi individu dengan ukuran
ekstrim. Rancangan produk dibuat agar bisa memenuhi 2
sasaran produk, yaitu :
a. Sesuai dengan ukuran tubuh manusia yang mengikuti
klasifikasi ekstrim.
b. Tetap digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain
(mayoritas dari populasi yang ada).
Agar dapat memenuhi sasaran pokok tersebut maka ukuran
diaplikasikan yaitu:
a. Dimensi minimum yang harus ditetapkan dari suatu
rancangan produk umumnya didasarkan pada nilai
percentile terbesar misalnya 90-th, 95-th, atau 99-th
percentile.
b. Dimensi maksimum yang harus ditetapkan diambil
berdasarkan percentile terkecil misalnya 1-th, 5-th, atau
10-th percentile
2. Prinsip perancangan produk yang bisa dioperasikan diantara
rentang ukuran tertentu (adjustable). Produk dirancang
dengan ukuran yang dapat diubah-ubah sehingga cukup
fleksible untuk dioperasikan oleh setiap orang yang memiliki
berbagai macam ukuran tubuh. Mendapatkan rancangan
yang fleksibel semacam ini maka data antropometri yang
umum diaplikasikan adalah dalam rentang nilai 5-th sampai
dengan 95-th.
Bab III
38
3. Prinsip perancangan produk dengan ukuran rata-rata.
Produk dirancang berdasarkan pada ukuran rata-rata tubuh
manusia atau dalam rentang 50-th percentile.
3.4 Rangkuman
Ergonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu ergo yang
berarti kerja dan nomos yang berarti aturan atau hukum. Jadi
ergonomi adalah aturan-aturan mengenai keserasian dalam
mengerjakan sebuah pekerjaan. Ergonomi memerlukan
dukungan dari berbagai disiplin ilmu seperti psikologi,
antropometri, antropologi, faal, anatomi, dan teknologi.
Pengendalian ergonomi ada tiga kelompok utama untuk
mengendalikan resiko. Pengendalian itu adalah sebagai berikut:
􀁸 Pengendalian teknik
􀁸 Pengendalian administratif
􀁸 Cara kerja
Antropometri adalah pengetahuan yang menyangkut
pengukuran tubuh manusia khususnya dimensi tubuh.
Antropometri ini digunakan sebagai dasar pertimbangan
ergonomis dalam perancangan produk maupun sistem kerja
yang memerlukan interaksi manusia.
3.5 Soal
a. Sebutkan 4 macam produk rancangan fasilitas kerja yang
saudara bisa identifikasikan melanggar prinsip-prinsip
ergonomi.
b. Untuk mendapatkan data antropometri tinggi tubuh
manusia Indonesia (laki-laki, umur 20 – 30 tahun), telah
dilakukan pengukuran terhadap 30 mahasiswa yang
Bab III
39
memberikan data pengukuran sebagai berikut (dalam
cm):
169 165 170 167 168 165
170 164 164 165 167 170
169 165 167 164 173 165
171 174 175 165 157 160
160 164 165 170 175 180
160 160 165 165 170 185
Berdasarkan data tersebut hitunglah berapa ukuran
persentil 5, persentil 50, persentil 95?
Bab III
40
Lampiran Bab 3
Nordic Body Map
Nordic Body Map ini dipakai untuk mengetahui keluhankeluhan
yang dirasakan oleh para pekerja. Kuesioner ini
diberikan sebelum dan setelah melakukan pekerjaan.
Tabel 3.3 Kuesioner Nordic Body Map
No Bagian Tubuh Ya Tidak
0 Sakit pada leher bagian atas
1 Sakit pada leher bagian bawah
2 Sakit pada bahu kiri
3 Sakit pada bahu kanan
4 Sakit pada lengan atas bagian kiri
5 Sakit pada bagian punggung
6 Sakit pada lengan atas bagian kanan
7 Sakit pada daerah pinggang ke belakang
8 Sakit pada daerah pinggul ke belakang
9 Sakit pada daerah pantat
10 Sakit pada siku kiri
11 Sakit pada siku kanan
12 Sakit pada lengan bawah bagian kiri
13 Sakit pada lengan bawah bagian kanan
14 Sakit pada pergelangan tangan kiri
15 Sakit pada pergelangan tangan kanan
16 Sakit pada telapak tangan bagian kiri
17 Sakit pada telapak tangan bagian kanan
18 Sakit pada paha kiri
19 Sakit pada paha kanan
Bab III
41
20 Sakit pada lutut kiri
21 Sakit pada lutut kanan
22 Sakit pada betis kiri
23 Sakit pada betis kanan
24 Sakit pada pergelangan kaki kiri
25 Sakit pada pergelangan kaki kanan
26 Sakit pada telapak kaki kiri
27 Sakit pada telapak kaki kanan
Gambar 3.31 Nordic Body Map
Bab IV
1
BAB IV
TELAAH METODE
4.1 Pendahuluan
Telaah metode adalah kegiatan pencatatan secara sistematis
dan pemeriksaan dengan seksama mengenai cara-cara yang berlaku
atau diusulkan untuk melaksanakan kerja. Sasaran pokok dan
efektifitas ini adalah mencari, mengembangkan dan menerapkan
metode kerja yang lebih efektif dan efisien; dengan tujuan akhir adalah
waktu penyelesaian pekerjaan akan bisa Iebih singkat/cepat. Dengan
telaah metode kerja - atau bahasa asingnya lazim disebut dengan
istilah “methods analysis” - maka hal ini dimaksudkan untuk
mempelajari prinsip-prinsip dan teknik-teknik pengaturan kerja yang
optimal dalam suatu sistem kerja. Sistem kerja adalah suatu sistem
dimana komponen-komponen kerja seperti manusia (operator), mesin
dan/atau fasilitas kerja lainnya, material Iingkungan kerja fisik akan
berinteraksi. Hubungan ini ditunjukkan seperti gambar 4.1.
Untuk mendapatkan hasil kerja yang baik, diperlukan sistem
kerja yang baik pula, oleh karena itu sistem kerja tersebut harus
dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan karya yang
diinginkan.
Dengan mempelajari bab ini para siswa diharapkan bisa
menerapkan cara kerja yang benar sesuai dengan prinsip ekonomi
gerakan. Selain itu para siswa diharapkan bisa memperbaiki
kesalahan-kesalahan cara kerja berdasarkan prinsip ekonomi gerakan.
Bab IV
2
Gambar 4.1 Tahapan Dalam Telaah Metode Kerja
4.2 Prinsip-Prinsip Ekonomi Gerakan
Prinsip ekonomi gerakan bisa dipergunakan untuk menganalisa
gerakan-gerakan kerja setempat yang terjadi dalam sebuah stasiun
kerja dan bisa juga untuk kegiatan-kegiatan kerja yang berlangsung
secara menyeluruh dari satu stasiun kerja ke stasiun kerja yang
lainnya. Secara ringkas prinsip ekonomi gerakan, ini akan membahas:
􀁸 Tubuh manusia dan gerakan-gerakannya.
􀁸 Tata letak tempat kerja dan gerakan-gerakannya.
􀁸 Perancangan peralatan dan gerakan-gerakannya.
􀁸 Pekerja
􀁸 Material
􀁸 Mesin &
Peralatan
􀁸 Lingkungan
Fisik Kerja
Telaah Metode
PILIH
Efektif
SISTEM KERJA Efisien
BEBERAPA
ALTERNATIF
SISTEM KERJA
Bab IV
3
4.2.1 Tubuh Manusia dan Gerakan-Gerakannya
Ekonomi gerakan yang dihubungkan dengan penggunaan
anggota tubuh manusia:
􀂙 Manusia memiliki kondisi fisik dan struktur tubuh yang memberi
keterbatasan dalam melaksanakan kerja
􀂙 Kedua tangan sebaiknya memulai dan mengakhiri gerakan
pada saat yang bersamaan
Gambar 4.2 Distribusi Beban Kegiatan Kerja antara Tangan dan Kaki
Guna Mengoperasikan Suatu Peralatan Kerja
Sumber: Sritomo Wignjosoebroto, 2000
􀂙 Kedua tangan sebaiknya tidak menganggur pada saat yang
sama kecuali pada waktu istirahat.
Bab IV
4
􀂙 Gerakan tangan harus simetris dan berlawanan arah.
􀂙 Gerakan tangan atau badan sebaiknya dihemat, yaitu hanya
menggerakkan tangan atau bagian badan yang diperlukan saja
untuk melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya.
􀂙 Sebaiknya memanfaatkan momentum untuk membantu
pekerjaan, yaitu dengan mengurangi kerja otot.
􀂙 Hindari gerakan patah-patah karena akan mempercepat
menimbulkan kelelahan.
􀂙 Pekerjaan harus diatur sedemikian rupa sehingga gerak mata
terbatas pada bidang yang menyenangkan tanpa perlu sering
mengubah fokus.
􀂙 Gerakan balistik akan lebih cepat dan menyenangkan serta
lebih teliti dan pada gerakan yang dikendalikan.
􀂙 Pekerjaan sebaiknya dirancang semudah-mudahnya dan jika
memungkinkan irama kerjanya alamiah.
4.2.2. Tata Letak Tempat Kerja dan Gerakan-
Gerakannya
Prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan tempat kerja
berlangsung:
Tempat-tempat tertentu yang tidak sering dipindah-pindah
harus disediakan untuk semua alat dan bahan sehingga dapat
menimbulkan kebiasaan tetap (gerak rutin).
Letakkan bahan dan peralatan pada jarak yang dapat dengan
mudah dan nyaman dicapai pekerja sehingga mengurangi
usaha mencari-cari. Berikut contoh meletakkan material benda
kerja yang memungkinkan gerakan kerja normal dan standard
jangkauan dan pekerja yang umum dipergunakan didalam
mengatur penempatan material atau peralatan kerja (Gambar
4.3).
Bab IV
5
Penyimpanan bahan/parts yang akan dikerjakan sebaiknya
memanfaatkan prinsip gaya berat (gravitasi).
Sebaiknya untuk menyalurkan obyek yang sudah selesai
dirancang dengan menggunakan mekanisme yang baik.
Tata letak bahan dan peralatan kerja diatur sedemikian rupa
sehingga memungkinkan urut-urutan gerakan yang terbaik.
Tinggi tempat kerja (mesin, meja kerja, dan lain-lain) harus
sesuai dengan ukuran tubuh manusia sehingga pekerja dapat
melaksanakan kegiatannya dengan mudah dan nyaman. Di sini
prinsip-prinsip anthropometri mutlak harus dipelajari pada saat
akan merancang fasilitas kerja tersebut.
Tinggi tempat kerja dan kursi sebaiknya sedemikian rupa,
sehingga berdiri atau duduk dalam menghadapi pekerjaan
merupakan suatu hal yang menyenangkan.
Tipe dan tinggi kursi harus sedemikian rupa, agar sikap atau
postur tubuh badan menjadi baik.
Kondisi ruangan pekerja seperti penerangan. temperatur,
kebersihan, ventilasi udara, dan lain-lain yang berkaitan
dengan persyaratan ergonomis harus pula diperhatikan benarbenar
sehingga dapat diperoleh area kerja yang lebih baik.
4.2.3 Perancangan Peralatan dan Gerakan-Gerakan
Kurangi sebanyak mungkin pekerjaan tubuh (manual), apabila
hal tersebut dapat dilaksanakan dengan peralatan kerja.
Usahakan menggunakan peralatan kerja yang dapat
melaksanakan berbagai macam pekerjaan sekaligus, baik yang
sejenis maupun yang berlainan, Gambar 4.4
Bab IV
6
Gambar 4.3 Dimensi Standard dari Normal dan Maksimum Area Kerja dalam
Tiga Dimensi
Sebaiknya penggunaan perkakas pembantu (jig & fixture) atau
alat-alat yang digerakan dengan kaki ditingkatkan.
Sebaiknya peralatan dirancang sedemikian rupa, agar
mempunyai lebih dari satu kegunaan.
Peralatan sebaiknya dipasang sedemikian rupa, sehingga
memudahkan dalam pemegangan dan penyimpanan.
Bab IV
7
Pendistribusian beban disesuaikan dengan kekuatan jaritangan
ataupun kaki.
Roda tangan, palang dan peralatan yang sejenis dengan itu
sebaiknya diatur sedemikian rupa, sehingga badan dapat
melayaninya dengan posisi yang baik dan dengan tenaga yang
minimum.
Gambar 4.4 Multiple Spindle Air Operated yang Mampu Mengencangkan 5
Buah Mur Sekaligus dalam Satu Langkah Kerja
Sumber: Sritomo Wignjosoebroto, 2000
Untuk mencari hal-hal yang akan diperbaiki atau mencari ideide
perbaikan dalam ekonomi gerakan, dapat dilakukan pencarian
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, misalnya sebagai
berikut:
Pertanyaan-pertanyaan yang bisa diajukan untuk mencari ide
perbaikan:
Bab IV
8
􀂙 Bagaimana kalau proses produksi dibalikkan
􀂙 Bagaimana kalau proses produksi dipermudah
􀂙 Apakah pekerjaan dapat disatukan
􀂙 Apakah Jig dapat disatukan
􀂙 Apakah dapat dihentikan
􀂙 Apakah bisa bekerja dengan menggunakan dua tangan
􀂙 Apakah dapat dihilangkan.
4.3 Penerapan Ekonomi Gerakan
Penerapan ekonomi gerakan dalam suatu stasiun kerja atau
aktivitas bisa dilakukan dengan beberapa cara, seperti: eliminasi
kegiatan, kombinasi gerakan atau aktivitas kerja, dan penyederhanaan
kegiatan.
4.3.1 Eliminasi Kegiatan
􀁸 Eliminasi semua kegiatan/aktivitas yang memungkinkan,
langkah-langkah atau gerakan-gerakan (dalam hal ini banyak
berkaitan dengan aplikasi anggota badan, kaki, lengan, tangan,
dll)
􀁸 Eliminasi kondisi yang tak beraturan dalam setiap kegiatan.
Letakkan segala fasilitas kerja dan material/komponen pada
lokasi yang tetap (hal ini akan bisa rnenyebabkan gerakangerakan
kerja yang otomatis).
􀁸 Eliminasi penggunaan tangan (baik satu atau keduanya)
sebagai “holding device”, karena hal ini merupakan aktivitas
Bab IV
9
tidak produktif yang menyebabkan kerja kedua tangan tidak
seimbang.
􀁸 Eliminasi penggunaan tenaga otot untuk melaksanakan
kegiatan statis atau fixed position. Demikian pula sebisa
mungkin untuk menggunakan tenaga mesin (mekanisasi)
seperti rower tools, power feeds. Material handling equipment,
dll untuk menggantikan tenaga otot.
􀁸 Eliminasi waktu kosong (idle time) atau waktu menunggu
(delay time) dengan membuat perencanaan/penjadwalan kerja
sebaik-baiknya. Idle/delay time bisa ditolerir bilamana hal
tersebut diperuntukkan secara terencana guna melepaskan
lelah.
4.3.2 Kombinasi Gerakan atau Aktivitas Kerja
􀁸 Gantikan/kombinasikan gerakan-gerakan kerja yang
berlangsung pendek atau terputus-putus dan cenderung
berubah-ubah arahnya dengan sebuah gerakan yang kontinyu,
tidak patah-patah serta cenderung membentuk sebuah kurva.
􀁸 Kombinasikan beberapa aktivitas/fungsi yang mampu ditangani
oleh sebuah peralatan kerja dengan membuat desain yang
“multi purpose”
􀁸 Distribusikan kegiatan dengan membuat keseimbangan kerja
antara kedua tangan. Pola gerakan kerja yang simultan dan
simetris akan memberi gerakan yang paling efektif. Bilamana
kegiatan dilaksanakan secara kelompok maka diupayakan agar
supaya terjadi beban kerja yang merata di antara anggota
kelompok.
4.3.3 Penyederhanaan Kegiatan
􀁸 Laksanakan setiap aktivitas/kegiatan kerja dengan prinsip
kebutuhan energi otot yang digunakan minimal.
Bab IV
10
􀁸 Kurangi kegiatan mencari-cari obyek kerja (peralatan kerja,
material, dIl) dengan meletakkannya dalam tempat yang tidak
berubah-ubah.
􀁸 Eliminasi gerakan-gerakan yang tidak semestinya, abnormal,
dll. Hindari pula gerakan-gerakan yang membahayakan dan
melanggar prinsip-prinsip keselamatan atau kesehatan kerja
berubah-ubah.
􀁸 Letakkan fasilitas kerja berada dalam jangkauan tangan yang
normal. Hal ini akan menyebabkan gerakan tangan berada
pada jarak yang sependek-pendeknya.
􀁸 Sesuaikan letak dan gandles, pedals, levers, buttons, dll
dengan memperhatikan dimensi- tubuh manusia
(anthropometri) dan kekuatan otot yang dibutuhkan.
4.4 Studi Gerakan untuk Menganalisa Kerja
Studi gerakan yang lebih dikenal dengan ´´motion study´´
adalah suatu studi tentang gerakan-gerakan yang dilakukan pekerja
untuk menyelesaikan pekerjaannya. Tujuan dari studi ini ingin
diperoleh gerakan-gerakan standar untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan. Gerakan standar ini adalah gerakan-gerakan yang efektif
dan efisien. Oleh karena itu, maka perlu dilakukan kegiatan untuk
mengamati kondisi pekerjaan yang ada. Studi mengenai ini dikenal
sebagai studi ekonomi gerakan yaitu studi yang menitik-beratkan pada
penerapan prinsip-prinsip ekonomi gerakan.
Orang-orang yang berjasa dalam mengembangkan studi
gerakan ini adalah Frank dan Lillian Gilberth. Gilberth telah mengawali
studi gerakan manual dan memgembangkan prinsip-prinsip dasar
ekonomi gerakan yang sampai sekarang masih dipertimbangkan
sebagai landasan pokok untuk melakukan studi gerakan. Disamping
itu Gilberth juga berhasil menciptakan teknik-teknik perekaman
gambar-gambar detail yang dikenal sebagai micromotion studies
(bermanfaat di dalam usaha mempelajari gerakan kerja manual yang
dilakukan secara cepat dan berulang-ulang). Frank dan Lillian Gilberth
Bab IV
11
menciptakan simbol-simbol yang dikenal dengan nama 'Therbligs'.
Elemen gerakan therbligs ini terdiri dari 17 gerakan dasar. Berikut ini
penjelasan mengenai gerakan-gerakan dasar tersebut. Elemen
gerakan dan simbol secara lengkap ada pada tabel 4.1.
Mencari (Search)
Elemen gerakan mencari merupakan gerakan dasar dari
pekerja untuk menemukan lokasi obyek. Pada gerakan ini yang
bekerja adalah mata. Gerakan ini dimulai pada saat mata bergerak
mencari obyek dan berakhir bila obyek sudah ditemukan. Tujuan dari
analisa therblig ini adalah untuk menghilangkan sedapat mungkin
gerak yang tidak perlu. Mencari merupakan gerak yang tidak efektif
dan masih dapat dihindarkan misalnya dengan menyimpan peralatan
atau bahan-bahan pada tempat yang tetap sehingga proses mencari
dapat dihilangkan.
Gambar 4.5 Pekerja Sedang Mencari Peralatan Obeng
Untuk mengurangi atau menghilangkan waktu untuk mencaricari
maka seorang perancang kerja harus memperhatikan beberapa
pertanyaan berikut:
Bab IV
12
􀂙 Sudah jelaskah ciri-ciri obyek yang akan diambil? Pemasangan
label dan warna-warna tertentu diharapkan akan
mempermudah proses mencari obyak.
􀂙 Apakah tata letak (layout) area kerja sudah diatur sebaikbaiknya
sehingga mampu mengeleminir proses mencari?
Pengaturan letak material, peralatan atau fasilitas kerja lainnya
harus ditempatkan sedemikian rupa dan tidak berubah-ubah
sehingga tidak ada waktu terbuang untuk mencari (gerakan
tangan otomatis tanpa harus menggerakkan mata).
􀂙 Dapatkah dipakai tempat obyek yang tembus pandang?
Dengan tempat tembus pandang, obyek akan terlihat dengan
jelas sekalipun dilihat dari luar. Dengan demikian akan
mempermudah pencarian.
􀂙 Apakah pencahayaan untuk area kerja yang ada sudah
memenuhi persyaratan ergonoinis yang seharusnya ? Cahaya
merupakan faktor yang sangat penting dalam gerakan mencari
karena menentulcan terlihat tidaknya obyek secara jelas.
􀂙 Sudah tetapkah tempatnya? Obyek yang sudah ditempatkan
secara tetap akan memudahkan pencariannya. Hal ini kadangkadang
dapat menghilangkan gerakan mencari karena bila
obyek sudah tertentu tempatnya, tangan dengan sendirinya
akan langsung mengambil obyek tanpa harus mencari-cari
terlebih dahulu.
Memilih (Select)
Memilih adalah elemen Therbligs yang merupakan gerakan
kerja menemukan/memilih suatu obyek di antara dua atau lebih obyek
yang sama lainnya. Elemen Therbligs ini dimulai pada saat tangan dan
mata mulai bergerak memilih dan berakhir bila obyek yang
dikehendaki sudah ditemukan. Elemen memilih biasanya mengikuti
langsung elemen therbligs mencari (search). Batas antara memulai
memilih dan akhir dari mencari agak sulit untuk ditentukan karena ada
pembaharuan pakerjaan di antara dua gerakan tersebut yaitu gerakan
yang dilakukan oleh mata. Gambar 4.6 memperlihatkan aktivitas
memilih.
Bab IV
13
Tabel 4.1 Elemen Gerakan Therbligs
Bab IV
14
Gambar 4.6 Aktivitas Memilih Obeng
Untuk menghindarkan elemen gerakan memilih ini maka
beberapa pertanyaan berikut ini bisa dipakai pedoman motion analysis
yaitu:
Apakah obyek-obyek (part) yang berbeda ditempatkan dalam
tempat yang sama ? Gerakan memilih dapat dihilangkan bila
obyek yang berbeda diletakkan secara terpisah tidak tercampur
lagi.
Dapatkah permukaan wadah diperluas? Makin luas permukaan
wadah akan makin memudahkan pemilihan karena tangan
akan lebih leluasa bergerak dan memudahkan mata membantu
pelaksanaan elemen gerakan ini.
Apakah obyek yang sama telah memenuhi persyaratan
interchangeability ? Part atau obyek seharusnya standard
Bab IV
15
sehingga tidak ada perbedaan antara obyek yang satu dengan
lain. Di sini mereka memiliki kemampuan untuk dipertukarkan
(interchange ability) tanpa ada pengerjaan tambahan.
Dapatkah dipakai tempat yang tembus pandang? Selain
berguna untuk memudahkan mencari, tempat yang tembus
pandang juga akan memudahkan elemen gerakan memilih. Hal
ini terjadi karena obyek dapat terlihat dari luar meskipin obyek
yang dipilih berada di bawah dalam satu tumpukan.
Dapatkah dipergunakan suatu tempat material (rack atau tray)
yang mampu mengatur posisi obyek sedeinikian rupa sehingga
tidak menyulitkan pada saat mengambil tanpa harus memilih
lagi?.
Memegang (Grasp)
Memegang adalah gerakan untuk memegang obyek, biasanya
didahului oleh gerakan menjangkau dan dilanjutkan oleh gerakan
membawa. Memegang adalah termasuk elemen Therbligs yang
diklasifikasikan sebagai elemen gerakan efektif yang biasanya dapat
dihilangkan akan tetapi dalam beberapa hal bisa diperbaiki. Gambar
4.7 merupakan aktivitas memegang.
Gambar 4.7 Aktivitas Memegang
Bab IV
16
Untuk memperbaiki elemen gerak memegang ini beberapa pertanyaan
di bawah ini bisa dipakai sebagai berikut :
􀂙 Dapatkah beberapa obyek dipegang sekaligus pada saat yang
bersamaan ? Jika hal ini memungkinkan maka waktu kerja
yang ada akan bisa dihemat dan pekerjaan bisa diselesaikan
lebih cepat.
􀂙 Dapatkah obyek tersebut digelincirkan? Bila obyek dapat
digelincirkan, tangan tidak usah membawa secara penuh ke
tempat kerja selanjutnya, sehingga memegang lebih bersifat
kontak-kontak antara tangan dengan obyek dari pada
memegang sepenuhnya.
􀂙 Dapatkah obyek yang akan dipegang diletakkan sedemikian
rupa sehingga memudahkan usaha gerakan memegang ?
Letak yang teratur memungkinkan pemegangan obyek lebih
mudah dibandingkan kalau letak dan obyek tersebut
berserakan.
􀂙 Dapatkah dipergunakan peralatan-peralatan pembantu
(vacuum, magnet, rubber fingertip, dan lain-lain). Untuk
mempermudah gerakan-gerakan memegang obyek ? Bila ada
peralatan yang dapat dipakai untuk mengganti fungsi tangan,
untuk memegang, maka perbaikan akan dipenoleh untuk
elemen gerakan ini karena dengan demikian kerja anggota
badan bisa dikurangi, sehingga datangnya kelelahan dapat
ditunda lebih lama lagi.
Menjangkau/membawa tanpa beban (Transport Empty)
Menjangkau adalah elemen gerak Therbligs yang
menggambarkan gerakan tangan berpindah tempat tanpa beban atau
hambatan (resistence) baik gerakan menuju atau menjauhi obyek atau
lokasi tujuan lainnya dan berakhir segera disaat tangan berhenti
bergerak setelah mencapai obyek tujuannya. Elemen gerakan ini
biasanya didahului oleh gerakan melepas (release) dan diikuti oleh
gerakan memegang (grasp). Waktu yang diperIukan untuk
melaksanakan elemen gerak menjangkau akan sangat tergantung
dengan jarak gerakan tangan yang dilakukan kearah obyek yang dituju
dan tipe gerakan menjangkaunya. Seperti halnya dengan elemen
Bab IV
17
gerakan memegang (grasp), maka elemen menjangkau ini dapat
diklasifikasikan sebagai elemen Therbligs yang efektif dan sulit untuk
dihilangkan secara keseluruhan dari siklus kerja yang ada. Meskipun
demikian masih bisa dimungkinkan untuk diperbaiki dengan cara
memperpendek jarak jangkauan serta memberikan lokasi yang tetap
untuk obyek yang harus dicapai selama siklus berlangsung.
Gambar 4.8 Gerakan Menjangkau
Membawa Dengan Beban (Transport Loaded)
Elemen gerakan membawa adalah juga merupakan gerak
perpindahan tangan, hanya saja di sini tangan bergerak dalam kondisi
membawa beban (obyek). Elemen gerakan ini diawali dan diakhiri
pada saat yang sama dengan elemen gerakan menjangkau (reach)
hanya saja di sini tangan dalam kondisi membawa beban (obyek).
Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu gerakannya pun hampir
sama yaitu jarak perpindahan tangan, tipe gerakan dan berat ringan
beban dibawa oleh tangan.
Bab IV
18
Gambar 4.9 Gerakan Membawa Dengan Beban
Elemen gerakan membawa biasanya didahului oleh elemen
gerakan memegang (grasp) dan dilanjutkan oleh elemen gerakan
melepas (release) atau mengarahkan (position). Elemen gerak
membawa termasuk Therbligs yang efektif yang sulit sekali dieliminir
dari siklus kerja yang berlangsung. Meskipun demikian waktu yang
diperlukan untuk melaksanakan elemen gerak ini bisa dihemat dengan
cara mengurangi jarak perpindahan, meringankan beban yang harus
dipindahkan, dan memperbaiki tipe pemindahan beban dengan
rnenggunakan prinsip gravitasi atau memakai peralatan material
handling lainnya Elemen gerakan menjangkau atau membawa dapat
diperbaiki dengan mengikuti pedoman-pedoman berikut ini:
􀂙 Dapatkah jarak perpindahan obyek diperpendek ? Penyusunan
tata letak bahan sangat berpengaruh pada jarak tempuh ini.
Bab IV
19
Harus diusahakan agar obyek yang paling sering dipakai
diletakkan paling dekat.
􀂙 Apakah cara yang terbaik sudah dipakai ? Membawa atau
memindahkan obyek dari satu lokasi ke lokasi yang lain bisa
dilaksanakan dengan berbagai cara baik - secara manual
maupun menggunakan peralatan material handling (conveyor,
crane, kereta dorong dan lain-lain).
􀂙 Apakah anggota badan - seharusnya digerakkan sudah tepat ?
Dengan hanya menggerakkan anggota badan yang diperlukan,
jari-jari, pergelangan tangan, bahu, kaki dan lain-lain),
diharapkan tidak akan’terjadi pemborosan tenaga sehingga
waktu dapat pula dihemat.
􀂙 Dapatkah waktu dikurangi dengan mengangkut sekaligus
banyak? Dengan mengangkat sekaligus beberapa obyek maka
waktu yang diperlukan untuk memindahkan per unit obyek
lebih kecil.
􀂙 Dapatkah perubahan arah gerak yang mendadak dihindari ?
Perubahan arah gerak mengakibatkan pertambahan jarak yang
harus dilakukan oleh tangan, dengan demikian waktu gerakpun
akan bertambah. Selain itu ada pula faktor kelambatan yang
diakibatkan oleh perubahan arah gerak tadi.
􀂙 Dapatkah obyek yang harus dipindahkan ini digelincirkan
(manfaat prinsip gravitasi) ?. Bila obyek dapat bergerak sendiri
atau berguling (tergelincir) karena pengaruh gravitasi, maka
tenaga yang seharusnya digunakan untuk memindahkan obyek
ini dapat dihemat. Tenaga yang diperlukan di sini mungkin
hanya dibutuhkan untuk mendorong obyek tersebut.
Memegang Untuk Memakai (Hold)
Pengertian memegang untuk memakai disini adalah
memegang tanpa menggerakkan obyek yang dipegang tersebut;
perbedaannya dengan memegang yang terdahulu adalah pada
perlakuan pada obyek yang dipegang. Pada memegang, pemegangan
dilanjutkan dengan gerak membawa, sedangkan memegang untuk
memakai tidak demikian.
Bab IV
20
Gambar 4.10 Gerakan Memegang untuk Memakai
Therblig ini merupakan gerakan yang tidak efektif, dengan
demikian sedapat mungkin harus dihilangkan atau paling tidak
dikurangi. Gerakan ini sering dijumpai pada pekerjaan perakitan, satu
tangan memegang untuk memakai dan satu tangan lagi melakukan
pekerjaan memasang. Satu contoh lain adalah pada waktu melakukan
pekerjaan memasang buah kancing, tangan kiri tidak bergerak
memegang kancing sedangkan tangan kanan bekerja menggerakgerakkan
jarum. Dalam hal ini tangan kiri melakukan elemen gerak
memegang untuk memakai. Untuk melakukan perbaikan sehubungan
dengan therblig diatas, pertanyaan-pertanyaan berikut ini bisa dipakai
sebagai pedoman:
Dapatkah pemegangan dilakukan oleh peralatan? Dengan
mengganti tangan oleh peralatan dalam therblig ini berarti ada
kemungkinan untuk meningkatkan produktivitas kerja karena
Bab IV
21
tangan yang tadinya dipakai untuk memegang sekarang dapat
melakukan pekerjaan lain. Contoh pemakaian jig.
Dapatkah diusahakan suatu penyangga tangan? Bila tidak
memungkinkan memakai peralatan sebagai alat pemegang,
maka tangan harus diusahakan tidak cepat mengalami
kelelahan. Tangan dapat dibantu dengan alat penyangga.
Melepas (Release Load)
Elemen gerak melepas terjadi pada saat tangan operator
melepaskan obyek yang dipegang sebelumnya. Dengan demikian
elemen gerak ini diawali sesaat jari-jari tangan membuka lepas dan
obyek yang dibawa dan berakhir secara begitu semua jari jelas tidak
menyentuh atau memegang obyek lagi.
Gambar 4.11 Gerakan Tangan Melepas Mur
Bila dibandingkan dengan elemen-elemen gerak Therbligs
lainnya, gerakan melepas merupakan gerakan yang relatif singkat.
Elemen gerak melepas ini biasanya didahului oleh gerakan
Bab IV
22
menjangkau (reach). Elemen gerak melepas termasuk elemen
Therbligs yang efektif dan bisa diperbaiki dengan memperhatikan
peranyaan-pertanyaan berikut :
􀂙 Dapatkah gerakan ini dilaksanakan bersamaan dengan
gerakan membawa (move) ? Di sini obyek dibawa dan
sekaligus dilepas sehingga dengan demikian akan dapat
mengefisiensikan waktu.
􀂙 Apakah tempat obyek setelah dilepas telah dirancang dengan
baik? Bila faktor kehati-hatian untuk melepas dapat dihilangkan
pada waktu melepas, waktu yang diperlukan untuk therblig ini
akan menjadi lebih singkat. Hal ini tercapai misalnya dengan
memberi landasan yang lunak (busa) pada tempat obyek
setelah dilepas, sehingga dengan demikian pekerja tidak usah
terlalu hati-hati untuk melepaskan obyek yang dipegangnya.
􀂙 Dapatkah peralatan dipakai untuk melepas? Fungsi tangan
untuk melepas dapat diganti oleh suatu alat misalnya dengan
pelontar mekanis.
Mengarahkan (Position)
Therblig ini merupakan gerakan mengarahkan suatu obyek
pada suatu lokasi tertentu. Gerakan mengarahkan ini biasanya
didahului oleh elemen gerakan (move) dan diikuti oleh
gerakan merakit (assembling) atau melepas (release). Gerakan
dimulai sejak tangan memegang/mengontrol obyek tersebut kearah
lokasi yang dituju dan berakhir pada saat gerakan berakhir atau
melepas/memakai dimulai.
Waktu yang diperlukan untuk gerak mengarahkan ini juga
dipengaruhi oleh kerja mata, karena selama tangan mengarahkan
obyek, mata tentu mengontrol (elemen mencari paling tidak ikut
berperan pula di sini) agar obyek dapat dengan mudah ditempatkan
pada lokasi yang telah ditetápkan. Elemen gerak mengarahkan ini
termasuk elemen therblig yang tidak efektif, sehingga untuk itu harus
diusahakan menghilangkannya.
Bab IV
23
Gambar 4.12 Gerakan Mengarahkan Mur & Clamp
Waktu untuk mengarahkan sering bisa diefisienkan dengan
memperhatikan pedoman-pedoman berikut ini :
Apakah pengarahan diperlukan? Untuk obyek-obyek yang
tidak memerlukan pengarahan, misalnya karena boleh
diletakkan secara tidak beraturan, proses pengarahan
sebaiknya dihilangkan karena dengan tidak adanya elemen
gerak mengarahkan, elemen gerak membawa akan menjadi
lebih singkat.
Apakah obyek yang akan dipegang telah diletakkan
sedemikian rupa sehingga memudahkan pengarahan? Bila
obyek telah diletakkan sedemikian rupa sehingga untuk
pengarahan tidak diperlukan gerak yang banyak, maka akan
diperoleh penghematan waktu kerja karena berkurangnya
waktu pengarahan.
Dapatkah dipakai peralatan sebagai penuntun obyek yang
akan ditempatkan? Dengan adanya penuntun, diharapkan
waktu untuk pengarahan dapat dikurangi. Penuntun disini
Bab IV
24
adalah salah satu peralatan yang termasuk perkakas
pembantu (jig).
Mengarahkan Sementara (Pre-Position)
Elemen gerak mengarahkan awal adalah elemen kerja
therbligs yang mengarahkan obyek pada suatu tempat sementara
sehingga pada saat kerja mengarahkan obyek benar-benar dilakukan
maka obyek tersebut dengan mudah akan bisa dipegang dan dibawa
kearah tujuan yang dikehendaki. Elemen therbligs ini sering terjadi
bersamaan dengan therblig yang diantaranya adalah membawa
(move) dan melepaskan (release). Untuk mengurangi waktu kerja
mengarahkan awal bisa dilakukan dengan merancang peralatan
pembantu untuk memegang (holding device) perkakas kerja atau
obyek pada arah gerakan kerja yang semestinya. Berikut ini uraian
perbedaan antara therblig mengarahkan dengan therblig mengarahkan
sementara.
Tabel 4.2 Uraian Gerakan Menulis
Langkah Dalam Penulisan Nama Gerakan
Mengambil pulpen Menjangkau
Memegang pulpen Memegang
Membawa pulpen ke kertas Membawa
Mengarahkan pulpen untuk menulis Mengarahkan
Menulis Menamai
Mengembalikan pulpen ke tempatnya Membawa
Memasukkan pulpen ke dalam
tempatnya
Mengarahkan sementara
Melepaskan pulpen Melepas
Menggerakkan kembali tangan ke kertas Menjangkau (transport empty)
Bab IV
25
Memeriksa (Inspect)
Elemen therblig ini termasuk cara kerja untuk menjamin bahwa
obyek telah memenuhi persyaratan kualitas yang ditetapkan. Gerakan
kerja dilaksanakan dengan pengecekan secara rutin oleh operator
selama proses kerja berlangsung. Elemen dapat berupa gerakan
melihat seperti memeriksa warna, meraba seperti memeriksa
kehalusan permukaan benda kerja dan lain-lain. Aktivitas yang
prinsipnya memeriksa obyek kerja untuk dibandingkan dengan
standard yang ada. Waktu yang diperlukan untuk kegiatan memeriksa
ini akan bergantung kepada kecepatan operator menemukan
perbedaan antara obyek dengan performansi standard yang
dibandingkan. Elemen kerja ini terrnasuk dalam elemen Therbligs
yang tidak efektif dan dapat dihindari dengan mengikuti petunjukpetunjuk
berikut:
􀂙 Dapatkah gerakan ini dilakukan sekaligus bersamaan dengan
therblig yang lain? Dengan adanya kombinasi operasi antara
pemeriksaan dengan gerak yang lain, berarti waktu
pemeriksaan secara tersendiri dapat dihindarkan.
􀂙 Dapatkah dipakai suatu alat yang dapat memeriksa beberapa
obyek sekaligus?
􀂙 Apakah penambahan cahaya dapat mempercepat
pemeriksaan?
􀂙 Apakah jarak obyek yang diperiksa sudah tepat dari mata
operator? Jarak penglihatan manusia sangat terbatas
kemampuannya. Jarak yang lebih dekat atau lebih jauh dari
jarak optimal bagi seseorang akan mengakibatkan ketidak
jelasan penglihatan bagi orang tersebut, dan pada saatnya
akan mengakibatkan kerusakan pada mata.
􀂙 Apakah dapat dimanfaatkan peralatan khusus untuk inspeksi
yang dapat membantu atau menggantikan fungsi bagian tubuh
(tangan, mata, dan lain-lain ?) Adanya lensa pembesar,
peralatan elektronik ataupun mekanik untuk pemeriksaan, dan
lain-lain akan bisa diaplikasikan guna melakukan pemeriksaan
secara lebih mudah dan teliti.
Bab IV
26
Merakit (Assemble)
Perakitan adalah gerakan untuk menggabungkan satu obyek
dengan obyek yang lain sehingga menjadi satu kesatuan. Gerakan ini
biasanya didahului oleh salah satu therblig membawa atau
mengarahkan dan dilanjutkan oleh therblig melepas. Pekerjaan
perakitan dimulai bila obyek sudah siap dipasang dan berakhir bila
obyek tersebut sudah tergabung secara sempurna.
Gambar 4.13 Merakit
Mengurai Rakit (Diassembly)
Elemen gerak ini merupakan kebalikan dari elemen therblig
merakit (assemble). Di sini dilakukan gerakan memisahkan atau
menguraikan dua obyek yang tergabung satu menjadi obyek-obyek
terpisah. Gerakan mengurai rakit biasanya diawali oleh elemen
memegang (grasp) dan dilanjutkan dengan membawa (move) atau
melepas (release). Gerakan ini dimulai pada saat pemegangan atas
obyek telah selesai yang dilanjutkan dengan usaha memisahkan dan
berakhir di saat obyek telah terurai sempurna (biasanya terus diikuti
dengan gerakan Therblig Iainnya yaitu membawa atau melepas).
Bab IV
27
Gambar 4.14 Melepas Rakit
Memakai (Use)
Memakai adalah elemen gerakan therblig dimana salah satu
atau kedua tangan digunakan untuk memakai/mengontrol suatu
alat/obyek untuk tujuan-tujuan tertentu selama kerja berlangsung.
Lama waktu yang dipergunakan untuk gerakan ini tergantung pada
jenis pekerjaan atau kecakapan operator untuk menyelesaikan
pekerjaan tersebut.
Merakit, mengurai rakit dan memakai dapat diperbaiki dengan
mempertanyakan hal-hal berikut ini:
Dapatkah dipakai perkakas bantu (Jig & Fixture)? Pemakaian
alat-alat ini akan meringankan dan memudahkan kerja tangan.
Dengan demikian diharapkan produktivitas kerja akan
meningkat.
Bab IV
28
Dapatkah aktivitas pekerjaan dilakukan oleh peralatan secara
otomatis?
Dapatkah melakukan perakitan dengan beberapa unit
sekaligus? Bila keadaan ini memungkinkan, maka akan
mempersingkat waktu kerja.
Apakah mesin atau peralatan kerja telah dijalankan secara
efisien sesuai dengan kapasitas dan spesifikasi yang dimiliki?.
Untuk mencapai tingkat efisiensi yang tinggi, maka pekerjaan
harus dilakukan dalam kondisi yang optimal. Mesin perkakas
misalnya harus dijalankan pada pemilihan kecepatan potong
(cutting speed), pemakanan (feed) dan kondisi-kondisi
pemotongan lainnya yang seoptimal mungkin.
Kelambatan Yang Tak Terhindarkan (Unavoidable Delay)
Kelambatan yang dimaksudkan disini adalah kelambatan yang
diakibatkan oleh hal-hal yang terjadi diluar kemampuan pengendalian
pekerja. Hal ini timbul karena ketentuan cara kerja yang
mengakibatkan satu tangan menganggur sedangkan tangan yang
lainnya bekerja.
Misalnya operator mesin drill, menurut ketentuan cara kerja
yang ditetapkan, sebagai akibat dari sifat pekerjaannya hanya
memungkinkan satu tangan bekerja. Gangguan-gangguan yang terjadi
seperti padamnya listrik, rusaknya alat dan lain-lain menyebabkan
kelambatan juga. Kelambatan ini dapat dikurangi dengan mengadakan
perubahan atau perbaikan pada proses operasi.
Kelambatan Yang Dapat Dihindarkan (Avoidable Delay)
Setiap waktu menganggur (idle time) yang terjadi pada siklus
kerja yang berlangsung merupakan tanggung jawab operator baik
secara sengaja maupun tidak sengaja akan diklasifikasikan sebagai
kelambatan yang bisa dihindarkan. Kegiatan ini menunjukkan situasi
yang tidak produktif yang dilakukan oleh operator (merokok,
mengobrol, mondar-mandir tanpa tujuan jelas, dan lain-lain) sehingga
perbaikan/penanggulangan yang perlu dilakukan lebih ditujukan
kepada operatornya sendiri tanpa harus mengubah proses operasi
kerjanya.
Bab IV
29
Merencanakan (Plan)
Merencana merupakan proses mental, dimana operator
berpikir untuk menentukan tindakan yang akan diambil selanjutnya.
Waktu untuk therblig ini lebih sering terjadi pada seorang pekerja baru.
Cara untuk memperbaiki adalah dengan jalan melatih atau training
terhadap karyawan baru.
Istirahat Untuk Menghilangkan Lelah (Rest To Overcome
Fatigue)
Elemen ini tidak terjadi pada setiap siklus kerja akan tetapi
berlangsung secara periodik. Waktu untuk memulihkan kondisi badan
dan kelelahan fisik akibat kerja berbeda-beda, tidak saja tergantung
pada karakteristik pekerjaan yang ada tetapi juga tergantung individu
pekerjanya. Untuk memperbaiki elemen-elemen therblig yang
diklasifikasikan sebagai nilai bisa dilaksanakan dengan
memperhatikan faktor-faktor ergonomi yang secara signifikan
berpengaruh besar terhadap performans kerja manusia.
4.5 Perbaikan Dengan Ekonomi Gerakan
Melakukan pekerjaan dengan gerakan gerakan yang lebih
efisien adalah merupakan dasar utama perbaikan yang harus
dipraktekkan dalam melakukan pekerjaan sehari-hari. Untuk
memperdalam pengertian dan mempermudah penerapannya, maka
berikut ini akan dijelaskan secara sederhana disertai contoh-contoh
berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi gerakan.
Bab IV
30
4.5.1 Mengurangi Jumlah Gerakan
Aktivitas yang bisa dikerjakan dalam perbaikan ekonomi
gerakan yang berkaitan dengan mengurangi jumlah gerakan adalah:
A. Mengenai Cara Gerakan
Menghapus Gerakan yang Tidak Perlu
Tabel 4.3 Penilaian Gerakan
Macam Gerakan Penilaian Gerakan
Gerakan yang diperlukan dalam
pekerjaan:
Angkut, Tangan kosong, Pegang,
Pakai, Gabungkan, Uraikan,
Letakkan, Lepas
Memang diperlukan, tapi
terus dipikirkan, bisakah
dihilangkan dengan cara
proses tertentu, urutan atau
penggabungan gerakan.
Terus dipikirkan, bisakah
dilakukan lebih mudah dan
cepat
Gerakan bantu yang cenderung
memperlambat kerja:
Cari, Temukan, Siapkan, Pilih, Pikir,
Periksa
Merupakan kerja psikologis.
Jadi perlu dipikirkan, agar
tata letak, pemakaian jig atau
mesin sedemikian rupa,
sehingga pekerja tidak perlu
mempertimbangkan perlunya
melakukan gerakan-gerakan
tersebut
Gerakan tidak perlu atau tidak kerja Merupakan gerakan yang
hanya memperlambat.
Segera pikirkan perubahan
cara kerja, pemakaian jig dan
sebagainya.
Bab IV
31
􀂙 Satukan perhitungan dengan menggunakan kotak penghitung
􀂙 Menghilangkan pelengkungan terminal dengan menggunakan
tangan kiri
Mengurangi / Memperkecil Gerakan Mata
Mata berfungsi untuk memastikan benda-benda yang
memberikan reaksi terhadap tubuh kita, ia bergerak melalui gerakan
tangan atau kaki. Jadi jika wilayah gerakan mata terlalu besar
Bab IV
32
akibatnya akan memperlambat gerakan yang lain. Gerakan mata
terbagi dua; “pandangan langsung “memastikan benda tanpa
mengatur fokus pandang” dan “pandangan tidak langsung”
memastikan “benda tanpa mengatur fokus pandang”. Jika banyak
gerakan pandang langsung akan menimbulkan keterlambatan
gerakan. Maka posisi benda perlu diatur dalam wilayah dimana benda
bisa dilihat dengan pandangan tak langsung. Jika benda-benda bisa
dilihat dengan pandangan tak langsung, maka kepala, tubuh dan lainlainnya
akan bergerak mengikuti, akibatnya waktu bekerja menjadi
lebih cepat.
􀂙 Kurangi wilayah penglihatan dengan penggunaan cermin
Menggabungkan Dua atau Lebih Gerakan Menjadi Satu Gerakan
Suatu gerakan yang memiliki lebih dari satu tujuan secara
bersamaan merupakan gerakan rasional dan memperpendek waktu
kerja. Berikut ini aktivitas untuk penggabungan gerakan:
Bab IV
33
􀂙 Kurangi pengecapan dengan menggabungkan dua stempel
􀂙 Sinkronkan pemotongan dua kawat timah dengan memakai
mata pisau yang lebih panjang.
Bab IV
34
B. Mengenai Tempat Kerja
Beberapa perbaikan yang bisa dilakukan berkaitan dengan
tempat kerja adalah sebagai berikut:
Meletakkan Material atau Peralatan di Tempat Tertentu di Depan
Pekerja
Jika benda yang diperlukan ada di depan pekerja, di tempat
yang sudah ditentukan, dan dalam wilayah jangkauan tangannya,
maka pekerja tidak perlu mencari-cari lagi.
Contoh:
􀂙 Lokalisir kembali seal stock untuk mengurangi gerakan tubuh
Bab IV
35
Meletakkan Material dan Peralatan pada Tempatnya
Material dan peralatan harus diusahakan untuk ditempatkan
pada tempat yang mudah diambil, diarahkan dan mudah dibawa atau
pada kepentingan yang mudah dijangkau.
Contoh:
􀂙 Pemakaian holder akan mempermudah pemegangan tang/
gunting
Bab IV
36
Peletakan Material atau Peralatan pada Tempat yang Urutannnya
Sama dengan Urutan Langkah Kerja
Gerakan mencari atau mengangkut bisa dieliminir apabila
material dan peralatan telah ditempatkan menurut urutan cara kerja.
Sehingga pekerja tidak kebingungan lagi dalam mencari material atau
peralatan.
C. Jig dan Mesin
Menggunakan Tempat Material untuk Mempermudah Pengambilan
Material
Tempat material akan berbeda tergantung kepada bentuk atau
berat material. Gerakan “mengambil pada umumnya merupakan
gerakan tambahan, jadi harus dipikirkan cara termudah untuk
melakukannya. Untuk itu, waktu menjulurkan tangan atau
rnenggenggam, hendaknya benda itu bisa terambil secara gampang
tanpa memerlukan perhatian dan penyesuaian lagi, karena benda itu
selalu berada didepan pekerja.
Bab IV
37
Lebih mudah mengambil part yang keluar dari saluran
Lebih mudah mengambil part tipis dengan papan
bergelombang
Menggabungkan Dua atau Lebih Suatu Alat Menjadi Satu
Dengan menggabungkan alat-alat yang tingkat pemakaiannya
tinggi dapat mengurangi frekuensi penanganan alat atau gerakan
mencari alat tersebut.
Bab IV
38
Contoh:
Gabungkan alat-alat yang sering dipakai; gunting kaleng
dengan pembuka tutup botol
Gabungkan alat berbentuk sama; bolpoint warna-warni
Gabungkan alat yang diperlukan dalam kerja; pensil dengan
penghapus, palu dengan pengungkit paku
Menggunakan Mekanisme yang Sedikit Gerakannya untuk
Pemasangan pada Jig
Gerakan pemasangan pada jig merupakan gerakan ikutan.
Karena itu hendaknya dipilih alat pemasangan yang sederhana
pemakaiannya dan memuaskan hasilnya.
Contoh
Daftar perbandingan waktu (jig pada mesin).
Cara Pasang Jig Waktu ( 1/10.000 menit )
Pasang dengan mur 787
Pasang dengan skrup kupu 569
Pasang dengan clamp 191
Sederhanakan pengencangan dengan mengubah sebuah
skrup menjadi sebuah clamp
Bab IV
39
Buat Mekanisme Agar Menjalankan Mesin Dapat Dilakukan Dengan
Satu Gerakan
Pengoperasian mesin biasa dilakukan memakai tombol atau
tuas (level). Tapi ada yang memerlukan banyak gerakan ada juga
yang sedikit saja tergantung dan mekanisme yang dipakai. Perlu
dipikirkan mekanisme yang sederhana yang tidak banyak memrlukan
waktu. Misalnya, jenis tombol model rotasi (tuas, lever) merupakan
jenis yang bisa diubah jadi tombol model tekan.
Contoh jenis tombol
4.5.2 Lakukan Gerakan Bersamaan Waktunya
Sering terihat salah satu tangan menggantikan alat pemegang
yang sebenarnya sia-sia. Perlu dipikirkan perbaikan keadaan, tempat
ker ja dan jig agar kedua belah tangan bisa dipakai bersamaan
waktunya. Begitu juga akan efektif bila ada alat yang dipergunakan
dengan memakai kaki.
Bab IV
40
A. Mengenai Cara Gerakan
Kedua Tangan Mulai dan Berakhir Secara Bersamaan
Sebelah tangan yang menganggur bukan saja suatu kesiasiaan
tetapi juga menyebabkan beban yang tak seimbang bagi
sebelah tangan lainnya, ini penyebab ketidakseimbangan gerakan.
Jadi sedapat mungkin usaha penggunaan kedua tangan bersamaan
waktunya. Dilihat dan segi ekonomi gerakan, diluar waktu istirahat
sebetulnya kedua belah tangan tidak dalam keadaan istirahat. Pada
saat “diam” hendaknya dicari alasan nya yang tepat dan jelas, perbaiki
sebab-sebab dan usahakan penyamaan waktu gerakan kedua belah
tangan. Perlu diusahakan agar gerakan tangan tidak terganggu akibat
tangan lain yang diam. Berikut ini diperlihatkan daftar kesukaran
gerakan bersamaan kedua belah tangan. Kita perlu memikirkan cara
termudah dengan melihat daftar ini.
Tabel 4.4 Derajat Kesukaran Gerakan Dua Tangan Secara Bersamaan
Kanan
Kiri
Kosong Angkut Pegang Siapkan Gabung Uraikan Lepas
Kosong
Angkut
Pegang
Siapkan
Gabung
Uraikan
Lepas
Bab IV
41
Keterangan warna:
Sukar Perlu latihan Kedua tangan mampu bersamaan
􀂙 Sisipkan Parts Dengan Kedua Tangan
􀂙 Periksa Parts Dengan Kedua Tangan
Bab IV
42
Gerakan Kedua Tangan Ke arah Berlawanan, Simetris
Dilihat dan kemudahannya, gerakan badan berulang mengikuti
jejak gerakan yang sama adalah gerakan yang alamiah, jika arah
gerakannya berlawanan atau simetris maka akan diperoleh
keseimbangan dan timbul irama gerakan. Kemudian, akan hilang
selisih waktu gerakan dan bisa dicegah timbulnya kekeliruan kerja.
􀂙 Rekatkan part dengan kedua tangan.
􀂙 Gabungkan baut dan washer dengan kedua tangan dengan
memakai sponge board
Bab IV
43
B. Mengenai Tempat Kerja
Letakkan Tempat Part Sedemikian, Agar Dua Tangan Bisa Bergerak
Bersamaan.
Penempatan parts secara simetris memungkinkan kedua tangan
bekerja
C. Mengenai Jig dan Mesin
Menggunakan Alat Pemegang Benda, bila ada Gerakan Memegang
Benda untuk Waktu yang Lama
􀂙 Gunakan kaki untuk pekerjaan sederhana atau pekerjaan yang
memerlukan tenaga
Bab IV
44
Memikirkan Jig yang Memungkinkan Penggunaan Kedua Tangan
Bersamaan
Perlu ada pengaturan letak di wilayah kerja, agar kedua tangan
dapat bergerak bersamaan, dan jig yang tidak menimbulkan adanya
tangan yang menganggur. Bersamaan dengan itu perlu dipikirkan jig
yang pemasukan materialnya mudah serta kedudukan jig yang sesuai
dengan keadaan fisik pekerja.
Bab IV
45
􀂙 Lengkungkan terminal washer dengan kedua tangan dan
memakai jig khusus
4.5.3 Mempermudah Gerakan
Mempermudah gerakan adalah mengusahakan agar dalam
gerakan itu sedapat mungkin dihilangkan gerakan ‘mengontrol’,
berhati-hati atau ‘menghentikan gerakan’ atau juga ‘ menyesuaikan
posisi’ dan sebagainya. Paling umum adalah mengusahakan agar
tidak perlu memegang benda-benda berat. Kita perlu secara aktif
menggunakan perlengkapan pemegang alat atau pemegang parts,
atau menggunakan stopper serta memanfaatkan gaya berat, spring
dan juga tekanan udara.
A. Mengenai Cara Gerakan
􀂙 Perbaikan aturan prosedur kerja menjadikannya lebih mudah
untuk menggulung pita gelas.
Bab IV
46
􀂙 Perbaikan prosedur kerja menjadikannya lebih mudah untuk
mencantumkan pita insulasi.
Bab IV
47
Menggunakan Gaya Berat Atau Tenaga/Gaya Lain.
Membuat ujung palu memiliki sifat magnetis dapat
menghilangkan gerakan ‘memegang paku’ oleh tangan, adalah
merupakan contoh pemanfaatan gaya/tenaga lain yang sering
digunakan. Contoh yang lainnya : pemanfaatan spring (pegas),
tekanan hidraulis, tekanan udara (atmosfir).
Contoh penggunaan gaya magnit
Memegang, menggantungkan, mengangkut benda-benda logam besi
dengan magnit.
Contoh pemakaian tekanan udara dan hidraulis
Menghimpit, mengangkat benda, menggerakkan mesin. Atau juga
menghembus sampah dengan tekanan udara atau menghisapnya
dengan tabung vakum.
B. Mengenai Tempat Kerja
Membuat Ketinggian Tempat Kerja yang Tepat
Tinggi meja kerja berbeda-beda tergantung dari jenis pekerjaan
yang dilakukan. Artinya, penting kita mempertimbangkan jenis
pekerjaan yang memerlukan tenaga besar, pekerjaan yang
memerlukan lengan atau jari dan sebagainya. Berdasarkan jenis
pekerjaan itulah kita menentukan tinggi meja kerja. Jika melakukan
kerja sambil duduk, perlu kita perlukan sandaran dan tempat menaruh
kaki.
Bab IV
48
4.6 Contoh Aplikasi Perbaikan Kerja
Berikut ini beberapa cara yang bisa dilakukan untuk perbaikan
kerja. Cara yang dipakai antara lain: penyederhanaan, penggabungan
, penghapusan, penataan tempat kerja, metode penyimpanan, kontrol
visual. Penjelasan masing-masing metode ada di bawah ini.
4.6.1 Penyederhanaan
Kasus: di sebuah operasi pemasangan, seorang operator
memasang dua komponen yang berbeda. Karena komponen itu mirip
satu sama lain, seringkali terjadi kekeliruan pemasangan. Pemecahan
sederhana dapat dikembangkan untuk mengurangi kerancuan
pemasangan komponen itu. Setiap kotak tempat komponen dicat
dengan warna yang berbeda. Warna yang dipakai pada wadah
komponen sesuai dengan warna yang tertera di lembar perintah kerja.
Bab IV
49
Gambar 4.15 Kode Warna Menghindari Kesalahan
4.6.2 Penggabungan
Kasus: suatu proses pengolahan logam dijalankan dengan
menggunakan dua mesin, masing-masing dilayani oleh seorang
operator. Tugas operator hanyalah memasang dan mengambil benda
kerja ke/dari mesin, tugas mengerjakan produk pada dasarnya
dilakukan oleh mesin otomatis ini. Karena satu mesin dilayani oleh
satu operator, maka pemanfaatan waktu operator menjadi kurang
efektif. Mereka menghabiskan banyak waktu hanya untuk mengawasi
bagaimana mesin itu bekerja mengolah benda kerja tanpa memberi
nilai tambah apapun. Supaya kondisi ini menjadi lebih baik, maka
mesin perlu ditata ulang. Letak kedua mesin didekatkan, sehingga
operator dapat melayani kedua mesin sekaligus dan tetap
menghasilkan volume kerja yang sama pada saat dilayani dua
operator.
Bab IV
50
Gambar 4.16 Menangani Beberapa Mesin Sekaligus
Kasus: pada suatu kegiatan penyetelan mesin karena
pergantian produksi (set up); cetakan (die) yang lama harus
dipindahkan sebelum cetakan baru digunakan. Pelaksanaannya
memerlukan 4 langkah untuk pemasangan yang sempurna. Sebuah
rencana baru disusun, yaitu dengan menggabungkan kegiatan
pemindahan cetakan lama dan kegiatan pemasangan cetakan baru
dengan menggunakan kereta rel yang dirancang khusus. Metode baru
ini menghapuskan 3 langkah operasi dan mengurangi waktu yang
dibutuhkan untuk set up secara drastis.
Bab IV
51
Gambar 4.17 Pergantian Cetakan dengan Cepat
Kasus: gagasan yang dikembangkan untuk set up operasi
mesin cetakan injeksi plastik. Cetakan yang akan menggantikan
cetakan terpasang dipanaskan lebih dulu dengan panas yang berasal
dari mesin. Metode ini menghemat waktu karena dengan pemanasan
awal tidak diperlukan lagi proses penyesuaian panas cetakan baru.
Namun untuk itu perlu dicari teknik yang memadai agar penanganan
mudah. Salah satu pemecahan adalah dengan menempatkan cetakan
pengganti persis di bawah cetakan terpasang menggunakan ikatan
rantai. Selanjutnya, pada saat penggantian dilakukan, satu gerakan ke
atas mesin derek cukup untuk menarik dan melepas cetakan
terpasang sekaligus menempatkan cetakan pengganti pada posisi
yang tepat.
Bab IV
52
Gambar 4.18 Set-up Cepat pada Mesin Injeksi Plastik
4.6.3 Penghapusan
Kasus: pada aktivitas pemindahan barang antar proses yang
berurutan, usaha yang tidak perlu sering terbuang percuma, seperti
untuk penanganan barang, mengambil, mengangkut, dan meletakkan
pada kereta dorong. Pemborosan ini dapat dihilangkan dengan
merangkai proses yang berurutan agar terjadi aliran produksi satu
demi satu, melewati satu pos kerja ke pos kerja berikutnya.
Gambar di bawah ini memperlihatkan penghapusan kegiatan
penanganan barang dan transportasi yang tidak perlu. Penghapusan
ini bukan hanya sekedar menghemat waktu produksi tetapi juga
mengurangi persediaan antar proses, mengurangi kebutuhan tempat
persediaan maupun waktu ancang-ancang produksi secara drastis.
Bab IV
53
Gambar 4.19 Menghapuskan Transportasi yang Tidak Perlu
4.6.4 Penataan Tempat Kerja
Pemeliharaan tempat kerja erat kaitannya dengan penataan
tempat kerja yang lebih baik. Apa yang kita ingin capai bukan hanya
lantai yang bersih dan rak-rak yang rapi. Sasaran utama kegiatan ini
justru untuk mengurangi biaya produksi. Sebagai contoh, dalam
mengatur cetakan, menumpuk begitu saja cetakan yang ada, adalah
tidak masuk akal. Lebih baik jika cetakan yang paling sering dipakaii
disimpan dekat mesin untuk memudahkan pengambilannya. Penataan
tempat kerja ternyata mempunyai basis ekonomi.
Bab IV
54
Lantai, peralatan dan mesin dibersihkan bukan sekedar untuk
memperbaiki penampilan. Lebih dari itu, dengan permukaan yang
bersih, masalah potensial seperti kebocoran oli atau keretakan mesin
akan lebih mudah terlihat dan tindakan perbaikan dapat dilakukan
sedini mungkin.
Gambar 4. 20 Lembar Periksa
Metode Penyimpanan
Gunakan rak atau wadah untuk menyimpan berbagai alat
maupun lembar instruksi operator yang berkaitan pada mesin
Lembar Periksa untuk Pemeliharaan dan Penataan Tempat
Kerja
Untuk lantai, mesin, alat bantu kerja, instrumen, cetakan, komponen
dan dokumen, daftar periksa ini dapat digunakan.
Penataan: Menata barang-barang pada tempat yang telah
ditetapkan.
Kerapihan: Menetapkan penempatan barang dengan sistem
alamat menggunakan garis batas, kode warna dan
sebagainya
Kebersihan: Menyapu, mengepel dan memelihara pada
kondisi yang terbaik
Keselamatan Kerja: Perhatian terhadap keselamatan kerja
dan kemudahan kerja terkait dengan pribadi pekerja.
Disiplin: Usahakan agar tindak disiplin dapat teramati semua
orang, sehingga kebiasaan baik dapat ditingkatkan.
Penyederhanaan: Singkirkan barang yang tidak perlu
sehingga terjadi penyederhanaan lingkungan kerja.
Bab IV
55
Gambar 4.21 Petunjuk Kerja maupun Alat Kerja Tersedia
Simpan alat kerja dekat tempat penggunaan
Gambar 4.22 Alat Bantu Kerja Berada di dekat Lokasi Kegiatan
Bab IV
56
Gantunglah alat-alat yang sering digunakan di tempat yang
mudah dijangkau agar tidak menghabiskan waktu untuk
mengambil dan mengembalikan.
Gambar 4.23 Alat Kerja Digantung
Tentukan tempat untuk menyimpan barang persediaan, kereta
dorong, dan lain-lain
Gambar 4.24 Tempat Khusus Untuk Setiap Benda
Bab IV
57
Kontrol Visual
Kontrol visual ini diperlukan untuk mengetahui kesalahankesalahan
yang terjadai pada aktivitas proses produksi.
Bila ada penyimpangan terhadap standar, maka hal ini harus tampak bagi semua
orang agar tindakan perbaikan dapat dilakukan.
Gambar 4.25 Kontrol Visual
Contoh Penerapan
Identifikasi dari kondisi-kondisi operasi. Indikator jarum,
meteran, alat ukur, katup pengontrol dan berbagai alat lain, diberi
tanda tertentu untuk menunjukkan kondisi operasi yang normal
sehingga setiap orang dapat memahaminya. Meteran dengan indikator
jarum untuk mengukur tekanan diberi kode warna untuk menunjukkan
mana daerah kondisi operasi normal. Katup pengontrol diberi label
kartu untuk mengungkapkan bagaimana katup harus dipasang pada
kondisi normal. Lebih jauh lagi, nama orang yang bertanggung jawab
dan nomor telepon ditempel agar semua orang yang melihat timbulnya
masalah dapat melapor secepatnya.
Bab IV
58
Gambar 4.26 Penerapan Kontrol Visual untuk Standard Produksi
Bila alat kerja disimpan pada lokasi menurut selera masingmasing
operator, maka yang biasa terjadi adalah kebingungan dan
hilangnya waktu bagi yang ingin menggunakannya, karena mereka
harus mencarinya lebih dahulu.
Gambar 4.27 Penerapan Kontrol Visual pada Penataan Alat Kerja
Bab IV
59
Gambar 4.28 Kontrol Visual Untuk Material Handling
4.6.5 Pemborosan karena Proses
Metode pengolahan produksi dapat menjadi sumber dari
pemborosan yang seharusnya tidak perlu ada. Sebagai contoh, pada
suatu operasi pembuatan benda kerja dengan proses cetak tuang.
Tenaga kerja tambahan mungkin dibutuhkan untuk mengikir dan
menghaluskan permukaan hasil produksi. Pada dasarnya, tenaga
tambahan untuk penyelesaian akhir ini dapat saja dihilangkan, yaitu
bila fasilitas produksi berupa cetakan selalu terpelihara dengan baik,
lagi pula kehalusan permukaan cetakan sudah dipertimbangkan pada
saat merancang produk maupun prosesnya.
Suatu contoh dari perbaikan operasi pengeboran untuk
menghilangkan pemborosan karena proses digambarkan pada peraga
berikut.
Bab IV
60
Tabel 4. 5 Perbaikan Proses Pengeboran
No Waktu Operasi Uraian
1 Bor tangan
2 Bor tangan dengan penjepit benda
3 Bor mesin stasioner dengan tuas
4 Penggunaan tangan hanya untuk
memasang
dan membongkar benda kerja
5 Penerapan perkakas pelempar benda
(ejection/unloading)
6 Penerapan otomatisasi loadingunloading
7 ? Perubahan desain, misalnya tidak lagi
diperlukan lubang
Catatan
Kerja operator
Kerja mesin
4.7 Rangkuman
Telaah metode adalah kegiatan pencatatan secara sistematis
dan pemeriksaan dengan seksama mengenai cara-cara yang berlaku
atau diusulkan untuk melaksanakan kerja. Sasaran adalah mencari,
mengembangkan dan menerapkan metode kerja yang lebih efektif dan
efisien dengan tujuan untuk mencari waktu penyelesaian pekerjaan
menjadi lebih cepat.
Salah satu metode adalah dengan menggunakan prinsip
ekonomi gerakan. Prinsip ini dipakai untuk menganalisa gerakangerakan
kerja setempat yang terjadi dalam sebuah stasiun kerja dan
Bab IV
61
bisa juga untuk kegiatan kerja yang berlangsung secara menyeluruh
dari satu stasiun kerja ke stasiun kerja yang lainnya. Prinsip ekonomi
gerakan ini akan membahas: tubuh manusia dan gerakan-gerakannya,
tata letak tempat kerja dan gerakan-gerakannya serta perancangan
peralatan dan gerakan-gerakannya.
Penerapan ekonomi gerakan dalam suatu stasiun kerja atau
aktivitas bisa dilakukan dengan beberapa cara, seperti: eliminasi
kegiatan, kombinasi gerakan atau aktivitas kerja, dan penyederhanaan
kegiatan. Motion study adalah suatu studi tentang gerakan-gerakan
yang dilakukan pekerja untuk menyelesaikan pekerjaannya. Ada 17
elemen gerakan dasar yang disebut dengan therbligs. Perbaikan
dengan ekonomi gerakan bisa dilakukan dengan berbagai cara,
misalnya: mengurangi jumlah gerakan, lakukan gerakan bersamaan
waktunya, mempermudah gerakan
4.8 Soal
􀂙 Apakah yang dimaksud dengan penyederhanaan kerja?
􀂙 Apakah yang dimaksud dengan elemen-elemen Therbligs itu?
􀂙 Uraikan elemen-elemen gerakan pada saat membuka mur
pada baut?
Bab V
1
BAB V
WAKTU SET-UP
5.1 Pendahuluan
Setiap perusahaan/industri dituntut untuk memberikan
pelayanan yang sesuai dengan permintaan konsumen dengan
tujuan untuk memenuhi kepuasan konsumen. Konsumen
menghendaki waktu penyelesaian order yang cepat dan waktu
pengiriman yang singkat. Untuk memenuhi hal tersebut,
perusahaan harus meningkatkan kecepatan pelayanannya. Jika
suatu perusahaan tidak meningkatkan kecepatan pelayanannya,
maka perusahaan tersebut tidak dapat bersaing dengan
perusahaan yang lain. Karena konsumen akan lebih memilih
perusahaan yang memberikan pelayanan dengan cepat.
Untuk meningkatkan kecepatan pelayanan terhadap
konsumen, perusahaan harus mengkaji beberapa faktor yang
mempengaruhi produktivitas perusahaan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi antara lain adalah waktu setup, waktu proses,
kondisi mesin dan lain-lain. Waktu setup dan waktu proses
sangat mempengaruhi waktu siklus pembuatan suatu produk.
Untuk meningkatkan kecepatan pelayanan, perusahaan harus
bisa meminimalisasi waktu set-up dan waktu proses, sehingga
permintaan konsumen dapat terpenuhi dan kepuasan konsumen
akan tercapai.
Bab ini akan membahas pengurangan waktu set-up,
teknik kecepatan set-up. Setelah mempelajari bab ini para siswa
diharapkan mampu untuk mempercepat waktu set-up.
Bab V
2
5.2 Pengurangan Waktu Set-Up
Kebanyakan operator, spesialis set-up, dan supervisor,
tidak menyukai kegiatan set-up yang biasanya dilakukan pada
saat penggantian jenis produk atau produk change over.
Perancang mesin, pembuat perkakas, perekayasa peralatan dan
cetakan serta para insinyur rekayasa produk tidak banyak
memberikan perhatian pada kegiatan set-up secara umum.
Celakanya, hal ini berlangsung terus menerus walaupun variasi
permintaan pasar telah menjadi semakin rumit.
Karena banyaknya variasi produk untuk memenuhi
berbagai selera, industri seringkali bersaing dengan
menawarkan pilihan produk yang cukup beragam. Walaupun
jumlah variasi produk meningkat, total volume untuk satu jenis
produksi tidak harus meningkat secara proporsional pula. Oleh
karena itu jelas, ukuran lot produksi untuk setiap jenis produk
sebaiknya dikurangi.
Di masa kompetisi seperti ini, mempercepat waktu set-up
adalah suatu keharusan. Dengan mempersingkat waktu set-up,
ada peluang untuk mengurangi ukuran lot dan tingkat
persediaan, di samping juga mengurangi lead time produksi.
Dampaknya, operasi pabrik menjadi fleksibel dan mampu
menanggapi setiap perubahan pasar. Menurunkan ukuran lot
juga akan memudahkan pengendalian prioritas kerja. Inilah
alasan utama yang mendasari mengapa kita harus melakukan
pengurangan waktu set-up. Peningkatan kapasitas bukanlah
alasan utama untuk menurunkan waktu set-up. Tetapi justru
pengaruhnya pada bisnis secara menyeluruh.
Tabel 5.1 Pemilahan Kegiatan External dan Internal Set-Up
Kegiatan External Set-Up Kegiatan Internal Set-Up
Persiapan cetakan, alat bantu dan
sebagainya
Bongkar dan pasang pada mesin
Pemindahan cetakan Penyetelan lokasi, ketinggian,
tekanan dan sebagainya
Bab V
3
Bagaimana, kemudian kita dapat mengurangi waktu set-up?
􀂃 Langkah pertama, adalah memisahkan pekerjaan
set-up yang harus diselesaikan selagi mesin
berhenti (internal set-up) terhadap pekerjaan yang
dapat dikerjakan selagi mesin beroperasi (external
set-up).
􀂃 Langkah kedua, adalah mengurangi internal set-up
dengan mengerjakan lebih banyak external set-up
(contohnya persiapan cetakan, pemindahan
cetakan, peralatan dll)
􀂃 Langkah ketiga, adalah mengurangi internal set-up
dengan mengurangi kegiatan penyesuaian,
menyederhanakan alat bantu dan kegiatan bongkar
pasang, menambah personil pembantu, dan
sebagainya.
􀂃 Langkah keempat, adalah mengurangi total waktu
untuk seluruh pekerjaan set-up, baik internal
maupun eksternal.
Proyek pengurangan waktu set-up yang baik dilaksanakan
dengan melibatkan operator, teknisi, tim perawatan, dan petugas
pengendalian kualitas akan meningkatkan semangat mereka.
Waktu set-up kurang dari 10 menit, dalam banyak kasus
biasanya dapat dicapai, bila secara serius diusahakan.
5.3 Teknik Kecepatan Set-Up
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk
mengurangi waktu set-up ini. Cara-cara tersebut antara lain:
5.3.1 Pisahkan Kegiatan Set-Up Eksternal dan
Internal
Dalam mengkaji kegiatan set-up, kita seringkali
menemukan kesalahan umum yang biasa dilakukan orang, yaitu
ketidak mampuan membedakan kegiatan set-up internal dan
Bab V
4
eksternal. Dalam banyak hal, keduanya dicampur aduk dan
diperlakukan sebagai kegiatan set-up internal. Oleh karenanya,
langkah pertama yang penting adalah melihat kembali kegiatan
set-up secara menyeluruh dan merinci setiap komponen
kegiatannya sehingga kegiatan set-up internal maupun eksternal
dapat dipisahkan.
5.3.2 Memperbaiki Kegiatan Set-Up Internal
Walaupun kegiatan set up eksternal dan internal telah
dipisahkan, masih ada saja beberapa kegiatan set-up internal
yang ternyata terbukti dapat dikerjakan secara eksternal.
Sebagai contoh, kegiatan pemanasan cetakan untuk mesin
cetak tuang atau mesin injeksi plastik ternyata dapat dialihkan
dari set-up internal menjadi set-up eksternal sehingga produksi
menjadi makin efektif.
Mengurangi kegiatan penyesuaian atau penyetelan
adalah cara lain untuk mengurangi kegiatan internal set-up.
Dalam beberapa kasus kegiatan penyetelan dapat mencapai
40% sampai 50% dari waktu set-up secara menyeluruh.
Kuncinya bukan sekedar mengurangi penyetelan tetapi bila
mungkin justru melenyapkannya sama sekali, yaitu dengan
menerapkan berbagai gagasan baru yang kreatif. Gambar
berikut menunjukkan dua contoh.
Gambar 5.1 Pengurangan Kegiatan Penyetelan
Bab V
5
Gambar 5.2 menunjukkan dua contoh praktis, yaitu
tentang cara melenyapkan kegiatan penyetelan yang dilakukan
dengan membakukan (standarisasi) alat bantu. Contoh pertama,
waktu set-up mesin numerical control (NC) dan mesin computer
numerical control (CNC) telah dikurangi dari beberapa jam
menjadi beberapa menit. Hal ini dicapai setelah dipersiapkan
landasan benda kerja yang koordinat X-Y nya telah ditentukan.
Pada contoh kedua , alat bantu mesin produksi injeksi plastik di
salah satu pabrik menerapkan cassete set-up, yaitu dengan
menyiapkan landasan cetakan yang berbentuk cassete yang
praktis dan mudah dibongkar pasang.
Gambar 5.2 Penerapan Standarisasi Alat Bantu
Operasi paralel adalah cara lain untuk mengurangi
internal set-up, seperti yang diperlihatkan dalam Gambar di
bawah ini. Petugas set-up seringkali harus mondar-mandir
selama kegiatan set-up untuk berbagai keperluan. Dengan
tambahan petugas, khususnya selama periode internal set-up,
waktu set-up dapat dikurangi. Di samping itu, operasi secara
Bab V
6
paralel juga meningkatkan semangat kerja kelompok dan kerja
sama.
Gambar 5.3 Penerapan Operasi Set-Up Paralel di Tempat Kegiatan
Jaringan kerja dapat membantu dalam mengembangkan
kegiatan set-up paralel. Dengan jaringan kerja ini bisa diketahui
urutan aktivitas sebuah kegiatan. Selain itu dengan jaringan
kerja bisa diketahui waktu penyelesaian aktivitas atau kegiatan
tersebut. Gambar berikut ini mengungkapkan bagaimana
menerapkan teknik ini. Pada kasus ini, waktu yang dibutuhkan
untuk kegiatan set-up internal (waktu mesin tidak beroperasi)
dikurangi dari 57 menit menjadi 10 menit, padahal jam orang
yang digunakan tidak bertambah. Metode jaringan kerja juga
membantu menemukan lintasan kritis selama kegiatan set-up
internal sehingga membantu usaha analisis guna mengurangi
waktu lintasan kritis.
Bab V
7
Sebelum dilakukan perbaikan (Total waktu internal set-up 57
menit)
1 2 3 4 5 6 7
Mesin Mesin
Dihentikan Dijalankan
Langkah
Ke
Kegiatan
Operasi
Internal/
External
Waktu
(menit)
Pelaksana
1
2
3
4
5
67
Mencari cetakan
baru
Memindahkan
cetakan baru
Memindahkan
cetakan bekas
Memasang cetakan
baru
Menyiapkan
material baru
Menyetel
Mengembalikan
cetakan bekas
I
I
I
I
I
II
3
10
2
2
10
20
10
Operator
Operator
Operator
Operator
Operator
Operator
Operator
Setelah dilakukan perbaikan (Total waktu internal set-up: 10
menit)
1 2 5 4 6 a 7 asisten
3 6 b operator
Instruksi mesin mesin dijalankan
set-up dihentikan kembali
Bab V
8
Langkah
Ke
Kegiatan
Operasi
Internal/
External
Waktu
(menit)
Pelaksana
1
2
5
4
6a
3
6b
7
Mencari cetakan baru
Memindahkan
cetakan baru
Menyiapkan material
baru
Memasang cetakan
baru*
Penyetelan cetakan**
Memindahkan
cetakan bekas*
Menyetel kembali**
Mengembalikan
cetakan bekas
E
E
E
I
II
IE
3
10
10
2
72
8
10
Asisten
Asisten
Asisten
Asisten
Operator
Operator
Operator
Asisten
Catatan: *, ** kegiatan dilakukan serempak oleh operator dan asisten
Gambar 5.4 Kegiatan Set-Up Paralel pada Mesin Kempa
Metode jepit dan cengkam benda kerja (clamping) dapat
diperbaiki untuk mengurangi waktu bongkar/pasang. Contohnya,
mengurangi jumlah baut, penyamaan bentuk kepala baut, baut
dengan ulir pendek dan sebagainya.
Bab V
9
Gambar 5.5 Perbaikan Cara Bongkar Pasang
5.3.3 Memperbaiki Kegiatan Set-Up Eksternal
Penataan tempat kerja adalah kunci untuk mengurangi
kegiatan set-up eksternal. Dalam penilaian kembali kegiatan setup,
seringkali terungkap banyaknya waktu yang terbuang untuk
mencari alat kerja, cetakan maupun berbagai alat bantu lainnya.
Penetapan sistem alamat penempatan dan penerapan kode
warna untuk setiap lokasi penyimpanan, adalah langkah pertama
yng sangat mendasar. Di samping mengurangi kegiatan
mencari, perbaikan ini juga mengurngi terbuangnya waktu dan
usaha untuk kegiatan pindah memindahkan cetakan serta
peralatan. Seringkali pula cetakan yang tidak dipakai disimpan
didekat mesin sehingga mengurangi keleluasaan gerak. Dengan
penataan tempat kerja yang baik, keadaan seperti ini dapat
dihilangkan (Gambar 5.6).
Bab V
10
Penggunaan kereta dorong khusus yang dirancang
dengan menerapkan roller conveyor di atasnya ternyata sangat
membantu. Kereta dorong cetakan ini di samping mengurangi
waktu kegiatan set-up eksternal, juga mengurangi penggunaan
mesin pengangkat barang atau derek (Gambar 5.7).
Gambar 5.6 Penataan Tempat Kerja
Gambar 5.7 Kereta Khusus untuk Cetakan
Bab V
11
5.4 Rangkuman
Dalam era yang serba cepat ini, industri harus bisa
berpacu dengan waktu. Konsumen menghendaki pelayanan
yang serba cepat dan produk yang berkualitas tinggi. Pihak
industri harus selalu mengantisipasi perubahan ini kalau mau
bersaing. Salah satu cara untuk meningkatkan pelayanan
kepada konsumen adalah dengan cara mengurangi waktu siklus
pembuatan produk.
Pengurangan waktu siklus pembuatan produk ini bisa
dilakukan dengan cara mempercepat waktu set-up. Waktu set-up
adalah waktu yang diperlukan untuk mengganti mesin apabila
terjadi pergantian produk yang akan dibuat. Teknik mempercepat
waktu set-up ada 3 cara, yaitu: memisahkan kegiatan set-up
eksternal dan internal, memperbaiki kegiatan set-up internal,
memperbaiki kegiatan set-up eksternal.
5.5 Soal
􀂙 Apa yang dimaksud dengan kegiatan set-up internal.
􀂙 Apa yang dimaksud dengan kegiatan set-up eksternal.
􀂙 Sebutkan ada berapa cara teknik untuk mempercepat
kegiatan set-up dan masing-masing beri contoh.
Lampiran : A
A - 1
DAFTAR PUSTAKA
Alexander, David C., 1986, The Practice and Management of Industrial
Ergonomics New Jersey : Prentice Hall Inc.
A.M., Madyana., 1996, Analisis Perancangan Kerja., Jilid 1,
Yogyakarta, Penerbit Universitas Atma Jaya
Bridger, R. S., 1995, Introduction to Ergonomics. New York: McGraw-
Hill
Chaffin, Don B., Anderson, Gunnar B.J., 1991, Occupational
Biomechanics, Second Edition, New York, John Wiley & Sons.Inc
DHHS (NIOSH) Publication.1997, Musculoskeletal Disorders and
Workplace Factors : A Critical Review of Epidemiologic Evidence
for Work-Related Musculoskeletal Disorders of the Neck, Upper
Extremity, and Low Back, U.S. Department of Health And
Human Services
Fagarasanu, M and Kumar, S., 2002, Measurement instrument and
Data Collection of Construct and Bias in Ergonomics Research,
INDUSTRIAL ERGONOMICS. 30 (2002). Page 355-369.
Herjanto, Eddy., 1999, Manajemen Produksi & Operasi, Edisi Kedua,
Jakarta, Grasindo
Kansal, A., Pennathur, A., Mital, A. 1999, Nonfatal Occupational
injuries in The United States Part II - Back Injurtes. INDUSTRIAL
ERGONOMICS. 25 (1999). Page 131-150.
Karhu, O., Harkonen, R., Sorvali, P. and Vepsailanen, P., 1981,
Observing Working Posture in Industry: Example of OWAS
Application, APPLIED ERGONOMICS. 12 (1981). Page 13-17.
Kroemer, Karl H.E., Kroemer, Anne D., 2001, Office Ergonomics, New
York, Taylor & Francis
Lampiran : A
A - 2
Leclerc, A., Niedhammer, I., Sandret, N., Roy, O.H., 1999, Manual
Material Handling and Related Occupational Hazards: A National
Survey in France.,INDUSTRIAL ERGONOMICS. 24 (1999).
Page 365-377
McCormick, E.J. and M.S, Sanders. Human Factors in Engineering
and Design 7th ed. New York : McGraw-Hill Inc, 1993.
Nurmianto, Eko.,1996, Ergonomi, Konsep Dasar Dan Aplikasinya,
Edisi Pertama, Jakarta, Guna Widya
Panero, Julius., Zelnik, Martin., 2003, Dimensi Manusia & Ruang
Interior, Jakarta, Erlangga
Pulat, B.M., Alexander, David C., 1992, Industrial Ergonomics Case
Studies, Singapore, McGraw-Hill, Inc
Pulat, B Mustafa., 1992, Fundamentals of Industrial Ergonomics,
Oklahoma, School of Industrial Engineering University of
Oklahoma
Purnomo, Hari., 2004, Perencanaan & Perancangan Fasilitas,
Yogyakarta, Graha Ilmu
Suma’mur, P.K., 1984, Higine Perusahaan dan Kesehatan Kerja.
Jakarta: CV Masagung
Suhardi, Bambang., Astuti, R.D., Jatmiko, Brury., 2005, Analisis
Pengaruh Kebisingan, Temperatur dan Pencahayaan Terhadap
Produktivitas Kerja Pengeleman Amplop Secara Manual,
Penelitian Jurusan Teknik Industri UNS, Unpublished
Suhardi, Bambang., Astuti, R.D., Triyono, 2006, Analisis Sikap Kerja
Pekerja Manual Material Handling UD. Tetap Semangat Dengan
Metode OWAS, Surakarta, Penelitian Jurusan Teknik Industri
UNS, Unpublished
Suhardi, Bambang., Astuti, R.D., Purwaningtyas, Yunita., 2007,
Perancangan Sikap Kerja Manual Material Handling di Bagian
Gudang PT. Sukoharjo Makmur Abadi Dengan Metode OWAS
Lampiran : A
A - 3
dan Rula, Surakarta, Penelitian Jurusan Teknik Industri UNS,
Unpublished
Suhardi, Bambang., Astuti, R.D., Handayani, Indri., 2007,
Perancangan Kursi Operator Mesin Inspeksi Dengan
Pendekatan Antropometri, Surakarta, Penelitian Jurusan Teknik
Industri UNS, Unpublished
Suhardi, Bambang., Astuti, R.D., Kuswidianto, Aries., 2007, Usulan
Rancangan Meja dan Kursi Operator Bor Stasiun Handwork
Dengan Pendekatan Antropometri, Surakarta, Penelitian Jurusan
Teknik Industri UNS, Unpublished
Sutalaksana dkk., 2006, Teknik Tata Cara Kerja, Bandung, Jurusan
Teknik Industri ITB
Suzaki, Kiyoshi., 1992, Tantangan Industri Manufaktur, Penerapan
Perbaikan Berkesinambungan, Jakarta, PQM Consultants
Tambunan, Sihar Tigor Benjamin., 2005, Kebisingan di Tempat Kerja
(Occupational Noise), Yogyakarta, Penerbit Andi
Tarwaka, Solichul Bakri, Lilik Sudiajeng. Ergonomi Untuk
Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktifitas. Surakarta:
Uniba Press, 2004
Tim Penulis, 2003, Bunga Rampai, Hiperkes & KK, Semarang, BP
Undip
Wignjosoebroto, Sritomo. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu.
Surabaya: Guna Widya 1995
Lampiran : B
B - 1
DAFTAR ISTILAH
Antropometri = Pengetahuan yang menyangkut pengukuran
tubuh manusia khususnya dimensi tubuh
Awkward posture = Sikap kerja yang salah, canggung, di luar
Kebiasaan, dan beresiko menimbulkan
kecelakaan kerja
Brightness distribution = Menunjukkan jangkauan dari luminansi
dalam daerah penglihatan
Carpals = Tulang pada pergelangan tangan
Cartilage = Sambungan tulang rawan
Cervical = Bagian tulang belakang paling atas berjumlah
7 ruas
Coccygeal = Bagian tulang belakang paling bawah
berjumlah 4 ruas
Coding postures = Proses transformasi dari data video atau
gambar menjadi kode sikap kerja sesuai
dengan metode OWAS
Cumulative Trauma = Penyakit yang timbul akibat akumulasi dari
Disorder kerusakan kecil pada jaringan tubuh yang
terjadi berulang-ulang
Ergonomi = Suatu aturan atau norma dalam sistem kerja
Fibula = Tulang betis
Femur = Tulang paha
Lampiran : B
B - 2
Glare = Cahaya yang menyilaukan
Low back pain (LBP) = Rasa nyeri pada bagian punggung bawah
Lux = Satuan metric ukuran cahaya pada suatu
permukaan
Manual material handling = Bentuk transportasi barang yang dikerjakan
dengan tenaga manusia untuk melakukan
pengangkatan, mendorong, menarik, dan
membawa barang
Material handling = Kegiatan untuk melakukan pemindahan
Barang
Musculoskeletal = Cedera pada otot, urat syaraf, urat daging,
disorder tulang, persendian tulang, tulang rawan yang
disebabkan oleh aktivitas kerja
Musculoskeletal system = Sistem gerak anggota tubuh yang tersusun
oleh sistem otot dan sistem tulang
Metacarpals = Tulang pada telapak tangan
Nilai Ambang Batas = Intensitas suara tertinggi yang merupakan
Kebisingan nilai rata-rata yang masih dapat diterima
pekerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya
dengar yang menetap untuk waktu kerja
terus menerus tidak lebih dari 8 jam
sehari dan 40 jam seminggu
Patella = Tempurung lutut
Pelvis = Tulang pinggul
Persentil = Nilai yang menunjukkan persentase tertentu
dari orang yang memiliki ukuran pada atau
Lampiran : B
B - 3
dibawah nilai tersebut
Twisting = Sikap kerja dengan posisi tulang belakang
berputar ke samping kanan dan kiri
Lampiran : C
C - 1
DAFTAR TABEL
1.1 Beberapa Contoh Sistem Produksi Jasa dan Manufaktur
1.2 Ukuran Produktivitas
2.1 Nilai Z
3.1 Tabel Resiko
3.2 Persentil dan Perhitungan
3.3 Kuesioner Nordic Body Map
4.1 Elemen Gerakan Therbligs
4.2 Uraian Gerakan Menulis
4.3 Penilaian Gerakan
4.4 Derajat Kesukaran Gerakan Dua Tangan Secara Bersamaan
4.5 Perbaikan Proses Pengeboran
5.1 Pemilahan Kegiatan External dan Internal Set Up
6.1 Tindakan yang Harus Dilakukan Sesuai Dengan Batas Angkat
6.2 Tindakan yang Harus Dilakukan Sesuai Dengan Batas Angkat
6.3 Skor Bagian Belakang (Back)
6.4 Skor Bagian Lengan (Arms)
6.5 Skor Bagian Kaki (legs)
6.6 Skor Berat Beban OWAS
6.7 Empat Level Sikap Kerja
6.8 Kategori Tindakan Kerja OWAS
7.1 Batas Waktu Pemaparan Kebisingan Per hari Kerja
7.2 Reflektan sebagai Persentase Cahaya
7.3 Karakteristik Kinerja Pencahayaan dari Luminer yang Umum digunakan
7.4 Area Kegiatan dan Tingkat Penerangan
7.5 Nilai Ambang Batas Getaran untuk Pemajanan Lengan dan Tangan
7.6 NAB Frekuensi Radio/Gelobang Mikro
7.7 Waktu Pemajanan Radiasi Sinar Ultra Violet yang Diperkenankan
7.8 Gejala dan Penyebab
7.9 Dosis: Apa yang Mempengaruhi Resiko
7.10 Lembar Data Keselamatan Bahan
8.1 Bahaya di Tempat Kerja
Lampiran : D
D - 1
DAFTAR GAMBAR
1.1 Bagan Input Output
1.2 A. Kurva Kenaikan Produktivitas
B. Kurva Penurunan Biaya
2.1 Aktivitas Sistem Kerja
2.2 Stasiun Kerja 1
2.3 Stasiun Kerja 2
2.4 Stasiun Kerja 3
2.5 Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan Departemen 1
2.6 Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan Departemen 2
2.7 Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan Departemen 3
2.8 Peta Aliran Proses Merakit Steker
2.9 Peta Aliran Proses Membungkus Steker
2.10 Peta Aliran Proses Memasukkan Kotak Kecil dalam Dos Besar
2.11 Peta Proses Regu Kerja
3.1 Contoh CTD
3.2 Sikap Tubuh Paling Baik
3.3 Bad: Arm above Shoulder (Sikap Tubuh Tidak Baik)
3.4 Posisi Kerja Mendongak
3.5 Posisi Kerja Menjangkau
3.6 Posisi Kerja Menunduk
3.7 Pekerjaan Membungkuk
3.8 Pekerjaan Dengan Jongkok
3.9 Pekerjaan Dengan Berlutut
3.10 Mengambil Benda Dengan Jari
3.11 Gerakan Meremas
3.12 Goniometer Untuk Mengukur Sudut
3.13 Jenis-jenis Antropometer
3.14 Kursi Antropometeri
3.15 Mengukur Lebar Telapak Tangan
3.16 Penggunaan Antropometer Papan Kepala Bergeser
3.17 Penggunaan Antropometer Dengan Sistem Grid dan Board di Sudut
3.18 Ukuran Tubuh Manusia yang Sering Digunakan untuk Merancang Produk
3.19 Antropometri Struktural Posisi Berdiri dan Duduk
3.20 Antropometri Struktural Kepala, Wajah, Tangan dan Kaki
3.21 Antropometri Fungsional/Dinamis
3.22 Antropometri Fungsional Posisi Kerja
3.23 Tulang Duduk dalam Posisi Duduk
3.24 Potongan Tulang Duduk pada Bagian Posterior
3.25 Dimensi Antropometri untuk Perancangan Kursi
3.26 Tempat Duduk Terlalu Tinggi
3.27 Tempat Duduk Terlalu Rendah
3.28 Landasan Tempat Duduk Terlalu Lebar
Lampiran : D
D - 2
3.29 Landasan Tempat Duduk Terlalu Sempit
3.30 Sandaran Punggung
3.31 Nordic Body Map
4.1 Tahapan dalam Telaah Metode Kerja
4.2 Distribusi Beban Kegiatan Kerja antara Tangan & Kaki Guna
Mengoperasikan Suatu Peralatan Kerja
4.3 Dimensi Standard dari Normal dan Maksimum Area Kerja dalam 3 Dimensi
4.4 Multiple Spindle Air Operated yang Mampu Mengencangkan 5 Buah Mur
Sekaligus dalam Satu Langkah Kerja
4.5 Pekerja Sedang Mencari Peralatan Obeng
4.6 Aktivitas Memilih Obeng
4.7 Aktivitas Memegang
4.8 Gerakan Menjangkau
4.9 Gerakan Membawa dengan Beban
4.10 Gerakan Memegang untuk Memakai
4.11 Gerakan Tangan Melepas Mur
4.12 Gerakan Mengarahkan Mur dan Clamp
4.13 Merakit
4.14 Melepas Rakit
4.15 Kode Warna Menghindari Kesalahan
4.16 Menangani Beberapa Mesin Sekaligus
4.17 Pergantian Cetakan dengan Cepat
4.18 Set Up Cepat pada Mesin Injeksi Plastik
4.19 Menghapuskan Transportasi yang Tidak Perlu
4.20 Lembar Periksa
4.21 Petunjuk Kerja Maupun Alat Kerja Tersedia
4.22 Alat Bantu Kerja Berada di Dekat Lokasi Kegiatan
4.23 Alat Kerja Digantung
4.24 Tempat Khusus untuk Setiap Benda
4.25 Kontrol Visual
4.26 Penerapan Kontrol Visual untuk Standard Produksi
4.27 Penerapan Kontrol Visual pada Penataan Alat Kerja
4.28 Kontrol Visual untuk Material Handling
5.1 Pengurangan Kegiatan Penyetelan
5.2 Penerapan Standarisasi Alat Bantu
5.3 Penerapan Operasi Set Up Paralel di tempat Kegiatan
5.4 Kegiatan Set Up Paralel pada Mesin Kempa
5.5 Perbaikan Cara Bongkar Pasang
5.6 Penataan Tempat Kerja
5.7 Kereta Khusus untuk Cetakan
6.1 Conveyor
6.2 Crane
6.3 Hoists
6.4 Hand Truck
6.5 Fork Lift Truck
6.6 AGV
6.7 Kegiatan Mengangkat/Menurunkan
6.8 Kegiatan Mendorong/Menarik
6.9 Kegiatan Memutar
6.10 Kegiatan Membawa
6.11 Kegiatan Menahan
Lampiran : D
D - 3
6.12 Cara Mengangkat yang Salah
6.13 Cara Mengangkat yang Benar
6.14 Postur Tubuh Bagian Belakang
6.15 Postur Tubuh Bagian Lengan
6.16 Postur Tubuh Bagian Kaki
6.17 Ukuran Beban
6.18 Posisi Sikap Pekerja
7.1 Pekerja Mengawasi Tungku Peleburan Logam
7.2 Mengambil Cairan Logam dari Tungku
7.3 Termometer Ruangan Digital
7.4 Struktur Telinga Manusia
7.5 Mesin Penyerut Kayu
7.6 Aktivitas Memotong Besi
7.7 Kegiatan Menggerinda
7.8 Jenis Kebisingan
7.9 Belokan Tajam akan Menambah Kebisingan Aliran
7.10 Penambahan Sudut Kemiringan Pembelokan Aliran
7.11 Sound Level Meter
7.12 Noise Dosimeter
7.13 Penggantian Riveting dengan Welding
7.14 Lampu Pijar dan Diagram Alir Energi Lampu Pijar
7.15 Lampu Halogen Tungsten
7.16 Lampu Neon
7.17 Diagram Alir Energi Lampu Neon
7.18 Pencahayaan Siang Hari dengan Polycarbon
7.19 Atrium dengan Kubah FRP
7.20 Kombinasi Lampu Utama dan Tambahan
7.21 Lampu Dipasang di Atas Pekerja
7.22 Pemasangan Canopyhood
7.23 Ventilasi Sistem Slot
7.24 Ductwork
7.25 Pipa Membelok
7.26 Bentuk Pipa Cabang
7.27 Ventilasi di Pabrik
7.28 Fan
8.1 Peleburan Logam
8.2 Pande Besi
8.3 Pekerjaan Las
8.4 Menggerinda
8.5 Pekerja Memakai Helm
8.6 APD Helm
8.7 APD Hats/Cap
8.8 Pekerja Memakai Kacamata
8.9 APD Kacamata
8.10 Pekerja Memakai Goggles
8.11 APD Goggles
8.12 Pekerja Memakai Perisai Muka
8.13 APD Perisai Muka
8.14 Pekerja Memakai Pelindung Telinga
8.15 Ear Plugs Sekali Pakai
8.16 Reusable Plug
Lampiran : D
D - 4
8.17 Macam-macam Ear Muff
8.18 Pekerja Memakai Masker
8.19 Pekerja Memakai Respirator
8.20 APD Respirator
8.21 Bagian-bagian Respirator dan Cara Pemakaian
8.22 Sarung Tangan Mekanik
8.23 General Purpose Gloves
8.24 Sarung Tangan untuk Pekerjaan Kimia
8.25 Pekerja Memakai Sepatu
8.26 APD Sepatu
8.27 Pekerja Memakai Pakaian Pelindung
8.28 Model Pakaian Pelindung
8.29 Safety Harneses
8.30 Roofers and Construction Fall Protection Kits
8.31 Anchorage Connectors
8.32 Carabiners
8.33 Sarung Tangan untuk Pekerjaan Las
8.34 Perisai Muka
8.35 Kacamata Las
8.36 Model Jaket Las
8.37 Model Pelindung Lutut
8.38 Back and Lumbar Support Belts
9.1 Perangkat Komputer
9.2 Carpal Tunnel Syndrome
9.3 Aktivitas yang Menyebabkan CTS
9.4 Gerakan Tangan untuk Menghindari CTS
9.5 Gerakan Bahu
9.6 Bernafas dan Mengontrol Sikap Tubuh
9.7 Penarikan Leher
9.8 Rangkulan Bertekanan pada Punggung Bagian Tengah
9.9 Perputaran dan Peregangan Pergelangan Tangan
9.10 Kepalan dan Regangan Jari
9.11 Regangan Punggung Bagian Bawah
9.12 Gerakan Melingkar, Melentur dan Menunjuk pada Mata Kaki
9.13 Penyembunyian
9.14 Mengejapkan Mata
9.15 Pemfokusan Kembali
9.16 Mouse
9.17 Monitor
9.18 Keyboard
9.19 Meja Komputer
9.20 Posisi Kerja Membungkuk
9.21 Posisi Kerja Duduk Tegak dengan Kepala Menunduk
9.22 Letak Keyboard Terlalu Jauh
9.23 Letak Keyboard Terlalu dekat
9.24 Keyboard QWERTY
9.25 Orang Gemuk dengan Keyboard QWERTY
9.26 Keyboard Split
9.27 Posisi Papan Keyboard
9.28 Perluasan Peregangan Tangan yang Tidak Diinginkan
9.29 Posisi Pergelangan Tangan yang Baik
Lampiran : D
D - 5
9.30 Posisi Monitor Terhadap Mata
9.31 Posisi Duduk yang Baik
9.32 Penopang Kaki
9.33 Bantalan Punggung
9.34 Pemegang Dokumen
9.35 Tudung Monitor
9.36 Sumber Silau

0 komentar: