____ Baca Baca: SMK 10 Teknik Bodi Otomotif_Gunadi Html BSE_______welcome
Share |

Minggu, 28 Februari 2010

SMK 10 Teknik Bodi Otomotif_Gunadi Html














Gunadi
TEKNIK BODI
OTOMOTIF
JILID 1
SMK
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional
Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional
Dilindungi Undang-undang
TEKNIK BODI
OTOMOTIF
JILID 1
Untuk SMK
Penulis Utama : Gunadi
Ukuran Buku : 17,6 x 25 cm
Diterbitkan oleh
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional
Tahun 2008
GUN GUNADI
t Teknik Bodi Otomotif Jilid 1 untuk SMK /oleh Gunadi ----
Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan,
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah,
Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
ix. 159 hlm
Daftar Pustaka : A1-A3
Glosarium : B1-B7
ISBN : 978-979-060-051-5
978-979-060-052-2
KATA SAMBUTAN
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar
dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional, telah melaksanakan
kegiatan penulisan buku kejuruan sebagai bentuk dari kegiatan
pembelian hak cipta buku teks pelajaran kejuruan bagi siswa SMK.
Karena buku-buku pelajaran kejuruan sangat sulit di dapatkan di pasaran.
Buku teks pelajaran ini telah melalui proses penilaian oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan sebagai buku teks pelajaran untuk SMK dan telah
dinyatakan memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses
pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 45
Tahun 2008 tanggal 15 Agustus 2008.
Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
seluruh penulis yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya
kepada Departemen Pendidikan Nasional untuk digunakan secara luas
oleh para pendidik dan peserta didik SMK.
Buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada
Departemen Pendidikan Nasional ini, dapat diunduh (download),
digandakan, dicetak, dialihmediakan, atau difotokopi oleh masyarakat.
Namun untuk penggandaan yang bersifat komersial harga penjualannya
harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Dengan
ditayangkan soft copy ini diharapkan akan lebih memudahkan bagi
masyarakat khsusnya para pendidik dan peserta didik SMK di seluruh
Indonesia maupun sekolah Indonesia yang berada di luar negeri untuk
mengakses dan memanfaatkannya sebagai sumber belajar.
Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini. Kepada
para peserta didik kami ucapkan selamat belajar dan semoga dapat
memanfaatkan buku ini sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa buku ini
masih perlu ditingkatkan mutunya. Oleh karena itu, saran dan kritik
sangat kami harapkan.
Jakarta, 17 Agustus 2008
Direktur Pembinaan SMK
ii
Pengantar Penulis
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
hanya atas kehendak dan ridho-Nya maka Buku Teknik Bodi Otomotif
yang dirancang untuk siswa SMK Program Keahlian Teknik Bodi Otomotif
ini dapat terselesaikan. Buku ini disusun sesuai dengan kurikulum SMK
2004 yang menerapkan prinsip-prinsip pemelajaran berbasis kompetensi.
Kemajuan teknologi dibidang teknologi otomotif yang diiringi
dengan meningkatnya perekonomian masyarakat menyebabkan jumlah
kendaraan bertambah dengan cepat. Untuk melakukan perawatan dan
perbaikan kendaraan diperlukan tenaga kerja yang kompeten di
bidangnya. Di masa yang akan datang, tentunya peluang teknisi
khususnya di bidang perbaikan bodi otomotif menjadi lebih terbuka dan
luas dimasa yang akan datang.
Dengan mempelajari buku ini diharapkan dapat mewujudkan
lulusan SMK Program Keahlian Teknik Bodi Otomotif menjadi tenaga
kerja yang mandiri, mampu berwirausaha, mampu mengembangkan
pelayanan sebagai teknisi bodi otomotif yang ada di dunia usaha dan
dunia industri, dan mampu melakukan pekerjaan sebagai teknisi bodi
otomotif yang profesional.
Buku ini terdiri dari pokok bahasan dasar-dasar bodi kendaraan,
peralatan yang digunakan dalam perbaikan bodi kendaraan, teknik
pengelasan, teknik perbaikan bodi, fiberglass, sampai dengan
pengecatan. Dengan menguasai materi dalam buku ini, diharapkan akan
membantu siswa menjadi tenaga kerja yang memiliki kompetensi di
bidang bodi kendaraan untuk memasuki dunia kerja, atau sebagai bekal
melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi.
Penulis menyadari, dalam penyusunan buku Teknik Bodi
Otomotif ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis dengan
ikhlas bersedia menerima kritik dan saran demi lebih sempurnanya buku
ini.
Akhirnya penulis menghaturkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah ikut membantu menyelesaikan buku ini, dan semoga
buku ini bermanfaat.
Penulis
iii iii
Daftar Isi
Pengantar Direktur Pembinaan SMK ..................................... i
Pengantar Penulis ............................................................... ii
Daftar Isi ................................................................................. iii
Peta Kompetensi ................................................................... viii
JILID 1
1. Pendahuluan................................................................... 1
1.1. Sejarah Bodi Kendaraan ............................................ 2
1.2. Konstruksi Bodi Kendaraan ........................................ 4
1.3. Desain Bodi Kendaraan.............................................. 9
1.4. Mesin .......................................................................... 13
1.5. Metode Sambungan ................................................... 16
1.6. Metode Perbaikan Bodi .............................................. 18
1.7. Pengecatan ................................................................ 19
2. Keselamatan dan Keselamatan Kerja........................... 22
2.1. Sebab-sebab Kecelakaan Kerja ................................. 23
2.2. Bahaya Terjadinya Kebakaran ................................... 30
3. Menggambar Teknik....................................................... 40
3.1. Peralatan gambar ....................................................... 40
3.2. Dasar Menggambar Teknik ........................................ 46
3.3. Proyeksi...................................................................... 49
3.4. Ukuran ........................................................................ 52
3.5. Toleransi..................................................................... 54
3.6. Simbol-simbol ............................................................. 55
4. Alat-alat Ukur .................................................................. 57
4.1. Penggaris (Mistar) ...................................................... 57
4.2. Penggaris Siku ........................................................... 59
4.3. Straightedge ............................................................... 60
4.4. Meter Pita ................................................................... 60
4.5. Busur derajat .............................................................. 61
4.6. Screw Pitch Gauge..................................................... 62
4.7. Jangka sorong ............................................................ 62
4.8. Dial indicator............................................................... 64
4.9. Spooring ..................................................................... 66
4.10. Tram gauge ................................................................ 67
4.11. Wheel Balancer .......................................................... 67
4.12. Tyre gauge ................................................................. 69
4.13. Tracking...................................................................... 69
5. Alat-alat Tangan.............................................................. 71
5.1. Obeng......................................................................... 72
iv iv
5.2. Kunci pas dan ring...................................................... 74
5.3. Kunci Shock................................................................ 75
5.4. Kunci hexagonal dan kunci bintang........................... 79
5.5. Kunci Inggris............................................................... 80
5.6. Kunci pipa................................................................... 82
5.7. Kunci momen.............................................................. 82
5.8. Tang ........................................................................... 84
5.9. Gunting dan pemotong plat ........................................ 85
5.10. Palu ............................................................................ 86
5.11. Dolly............................................................................ 90
5.12. Body spoon................................................................. 92
5.13. Gergaji ........................................................................ 92
5.14. Kikir............................................................................. 94
5.15. Pahat .......................................................................... 95
5.16. Penitik......................................................................... 97
5.17. Penggores .................................................................. 97
5.18. Jangka penggores ...................................................... 98
5.19. Skrap .......................................................................... 100
5.20. Ragum/ cekam ........................................................... 100
5.21. Sikat logam................................................................. 102
5.22. Kape dempul .............................................................. 103
5.23. Tap dan snei............................................................... 103
5.24. Bolt Ectractor .............................................................. 107
6. Alat-alat Hidrolik ............................................................. 108
6.1. Pengertian ................................................................. 109
6.2. Alat-alat Pengangkat .................................................. 110
6.3. Hydraulic Power Jack ................................................. 114
6.4. Atachment .................................................................. 117
6.5. Peralatan Tekan ......................................................... 120
6.6. Peralatan Tarik ........................................................... 121
6.7. Body-Frame Straighteners ......................................... 123
6.8. Anchor pots ................................................................ 127
6.9. Keselamatan kerja dengan peralatan hidrolik ............ 132
JILID 2
7. Las Oxyacetylene ........................................................... 133
7.1. Teori Dasar Las Oxyacetylene ................................... 133
7.2. Acetylene.................................................................... 134
7.3. Oksigen ...................................................................... 137
7.4. Api Oxyacetylene........................................................ 137
7.5. Peralatan Las Oxyacetylene....................................... 141
7.6. Bahan tambah ............................................................ 162
7.7. Prosedur pengelasan dengan Oxyacetylene.............. 162
7.8. Pemotongan dengan Oxyacetylene ........................... 180
8. Las Busur Nyala Listrik.................................................. 188
8.1. Klasifikasi las busur nyala listrik ................................. 188
v v
8.2. Prinsip las busur nyala listrik ...................................... 189
8.3. Parameter pengelasan ............................................... 192
8.4. Peralatan las busur nyala listrik.................................. 195
8.5. Perlengkapan mengelas............................................. 203
8.6. Prosedur pengelasan busur nyala listrik .................... 206
9. Teknik Pematrian............................................................ 229
9.1. Proses terjadinya ikatan patri ..................................... 232
9.2. Prosedur dan aturan dasar pematrian........................ 234
9.3. Klasifikasi pematrian secara umum............................ 244
9.4. Peralatan pematrian ................................................... 250
9.5. Pematrian lunak pada logam berat............................. 252
9.6. Pematrian Keras pada logam berat............................ 253
9.7. Aplikasi Sambungan Pematrian pada beberapa
Konstruksi...................................................................
260
9.8. Keseamatan Kerja ...................................................... 266
10. Metode Sambungan ....................................................... 268
10.1. Rivets (keling)............................................................. 268
10.2. Sekrup (screw) ........................................................... 275
10.3. Baut dan mur .............................................................. 277
10.4. Push-On clip ............................................................... 299
10.5. Perekat/Adhesive ....................................................... 306
JILID 3
11. Abrasive dan Peralatan.................................................. 315
11.1. Material abrasive ........................................................ 315
11.2. Peralatan abrasive...................................................... 318
11.3. Peralatan Pendukung ................................................. 325
11.4. Keselamatan Kerja dan Prosedur menggerinda......... 331
12. Fiberglass........................................................................ 334
12.1. Bahan pembuat fiberglass.......................................... 336
12.2. Peralatan Fiberglass................................................... 339
12.3. Pembuatan fiberglass................................................. 340
12.4. Perbaikan bodi fiberglass ........................................... 343
12.5. Keselamatan kerja...................................................... 344
13. Komponen Bodi Kendaraan .......................................... 345
13.1. Konstruksi Luar........................................................... 345
13.2. Konstruksi Dalam ....................................................... 346
13.3. Lantai.......................................................................... 347
13.4. Engine hood ............................................................... 348
13.5. Fender ........................................................................ 352
13.6. Cowl dan Dash Panel ................................................. 354
13.7. Atap Kendaraan.......................................................... 354
13.8. Bodi Belakang ............................................................ 356
vi vi
13.9. Pillar Tengah .............................................................. 356
13.10. Pintu Kendaraan ............................................ 357
13.11. Deck Lid................................................................... 361
13.12. Bumper .................................................................... 363
13.13. Kaca Kendaraan ...................................................... 364
13.14. Plafon Kendaraan .................................................... 365
13.15. Tempat Duduk ......................................................... 368
13.16. Dashboard Kendaraan............................................. 370
13.17. Grill dan Moulding .................................................... 372
14. Kaca Kendaraan ............................................................. 373
14.1. Peralatan, perawatan dan perbaikan kaca ................. 374
14.2. Adhesive (perekat) ..................................................... 376
14.3. Windshield .................................................................. 380
14.4. Kaca Belakang ........................................................... 386
14.5. Kaca samping............................................................. 389
15. Teknik Perbaikan Bodi................................................... 392
15.1. Tegangan dan Ragangan........................................... 394
15.2. Teknik vacuum cup..................................................... 399
15.3. Teknik Batang Penarik dengan sliding hammer ......... 400
15.4. Teknik Perbaikan dengan alat hidrolik........................ 402
15.5. Teknik batang pengungkit (pry bar)............................ 403
15.6. Teknik On-Dolly Hammering ...................................... 403
15.7. Teknik Off-Dolly Hammering ...................................... 406
15.8. Teknik Pengikiran ....................................................... 406
15.9. Teknik Hot Shrinking .................................................. 407
15.10. Teknik Pemotongan bodi ......................................... 408
16. Kelistrikan Bodi .............................................................. 410
16.1. Baterai ........................................................................ 410
16.2. Jaringan Kabel............................................................ 412
16.3. Kawat dan kabel ......................................................... 412
16.4. Komponen Pelindung ................................................. 413
16.5. Komponen Penghubung............................................. 413
16.6. Baut massa................................................................. 415
16.7. Sambungan (connector) ............................................. 416
16.8. Pengaman sirkuit........................................................ 417
16.9. Switch dan rellay ........................................................ 419
16.10. Wiring Diagram ........................................................ 421
16.11. Sistem Penerangan ................................................. 422
16.12. Wiper dan Washer ................................................... 430
16.13. Meter kombinasi....................................................... 435
16.14. Air Conditioner (AC)................................................. 439
17. Peralatan Pengecatan .................................................... 442
vii vii
17.1. Kompresor Udara ....................................................... 442
17.2. Air Transformer/Regulator .......................................... 444
17.3. Selang Udara.............................................................. 445
17.4. Ruang Cat (Spray Booths) ......................................... 446
17.5. Ruang Pemanas (Oven)............................................. 448
17.6. Spray Gun .................................................................. 449
17.7. Air brush pen kit.......................................................... 459
17.8. Blok Tangan ............................................................... 459
17.9. Sander ........................................................................ 460
17.10.Pengaduk/Paddle ...................................................... 461
17.11.Spatula (Kape) .......................................................... 461
17.12. Pistol Udara ............................................................. 462
17.13. Papan Pencampur ................................................... 462
17.14. Kertas Masking ........................................................ 462
17.15. Masker Pernafasan.................................................. 463
18. Bahan-bahan Pengecatan.............................................. 464
18.1. Refinishing Material .................................................... 464
18.2. Cat .............................................................................. 468
18.3. Masking ...................................................................... 471
19. Proses Pengecatan ........................................................ 476
19.1. Persiapan Permukaan ................................................ 476
19.2. Aplikasi Dempul.......................................................... 477
19.3. Pengamplasan............................................................ 477
19.4. Prosedur Masking....................................................... 478
19.5. Pengoperasian Spraygun ........................................... 489
19.6. Pengecatan Akhir ....................................................... 494
19.7. Spot Repainting .......................................................... 497
19.8. Membersihkan spraygun ............................................ 497
19.9. Pengkilapan dan pemolesan ...................................... 498
Daftar Pustaka ................................................................
Glosarium .......................................................................
A1-A3
B1-B7
Teknik Bodi Otomotif
viii viii
DIAGRAM PENCAPAIAN KOMPETENSI
Diagram ini menunjukan tahapan atau tata urutan kompetensi yang diajarkan dan dilatihkan kepada peserta didik
dalam kurun waktu yang dibutuhkan serta kemungkinan multi exit-multi entry yang dapat diterapkan.
Teknik Bodi Otomotif
ix ix
KETERANGAN
OPKR 10-009B Pembacaan dan pemahaman gambar teknik
OPKR-10-018B Kontribusi komunikasi di tempat kerja
OPKR 10-016C Mengikuti Prosedur Keselamatan, Kesehatan Kerja
dan Lingkungan.
OPKR 10-017C Penggunaan dan Pemeliharaan Peralatan dan
Perlengkapan Tempat Kerja.
OPKR 10-010C Penggunaan dan Pemeliharaan Alat Ukur.
OPKR 10-013C Pelaksanaan pemeriksaan keamanan/kelayakan
kendaraan
OPKR 10-006C Melaksanakan prosedur pengelasan, pematrian,
pemotongan dengan panas dan pemanasan
OPKR 60-002C Melaksanakan pekerjaan sebelum perbaikan
OPKR 60-006C Melepas, menyimpan dan mengganti/memasang
panel-panel bodi kendaraan, bagian-bagian panel
dan perangkat tambahannya
OPKR 60-012C Mempersiapkan permukaan untuk pengecatan ulang
OPKR 60-007C Melepas dan mengganti/mengepas pelindung
moulding, transfer/gambar-gambar hiasan, stiker dan
decal/lis, spoiler
OPKR 60-008C Melepas dan mengganti rangkaian/listrik/unit
elektronik
OPKR 60-013C Mempersiapkan bahan dan peralatan pengecatan
OPKR 60-011C Melaksanakan prosedur masking
OPKR 60-009C Memasang perapat komponen kendaraan
OPKR 60-016C Mempersiapkan komponen kendaraan untuk
perbaikan pengecatan kecil
OPKR 60-037A Mempersiapkan dan mengecat komponen-komponen
plastik
OPKR 60-018C Pelaksanaan pengkilatan dan pemolesan
OPKR 60-019C Memilih dan menggunakan hiasan/trim berperekat
OPKR 60-029A Membuat (fabrikasi) komponen fiberglas/bahan
komposit
OPKR 60-030A Memperbaiki komponen fiberglas/bahan komposit
OPKR 60-031A Memperbaiki komponen bodi menggunakan dempul
timah (lead wiping)
OPKR 60-038A Melaksanakan pemasangan anti karat dan peredam
suara
OPKR 60-050A Membersihkan permukaan kaca
OPKR 60-051A Melakukan pembersihan setempat permukaan
luar/dalam

1
endaraan bermotor merupakan salah satu alat bantu
transportasi yang digunakan manusia untuk berpindah dari
tempat yang satu ke tempat lainnya. Awal abad 19-an,
kendaraan hanya difungsikan sebagai alat transportasi belaka, tak heran
bila proses pembuatannya belum menjamah aspek estetika dan
kenyamanan. Yang penting roda bisa berputar, sehingga pengguna bisa
mencapai tujuan dengan waktu yang lebih singkat.
Gambar 1.1 Konstruksii Bodi Otomotif
Kemajuan jaman dan berkembangnya teknologi otomotif,
membuat kehidupan dunia otomotif semakin dinamis. Hal ini terlihat dari
sekarang kendaraan bermotor tidak hanya sebagai alat transportasi, tetapi
berkembang menjadi sarana berkreasi dan meraih prestasi, bahkan
kendaraan akhirnya menjadi simbol status seseorang.
Jika dilihat dari segi bentuk, kendaraan dahulu hanya berbentuk
kotak dengan tujuan bisa untuk mengangkut penumpang ataupun barang.
K
PPeennddaahhuulluuaann
Teknik Bodi Otomotif
2
Namun sekarang, bentuk kendaraan berkembang sangat bervariasi, yaitu
kendaraan dengan bodi yang aerodinamis, memiliki banyak asesoris dan
kelengkapan, dan kadang kendaraan sengaja didisain yang memiliki ciri
khas dari pabrik pembuatnya.
Bahan yang digunakan untuk membuat mobil waktu itu masih
berupa kayu, kemudian berganti menjadi besi baja yang memiliki
kekuatan baik, akan tetapi memiliki kelemahan bobot yang berat.
Kemudian bergeser menggunakan bahan plat eyser, berkembang
menggunakan bodi alumunium, maupun sekarang tren dengan bodi
fiberglass yang memiliki bobot sangat ringan.
Gambar 1.2 Bentuk mobil modern
1.1. Sejarah Bodi Kendaraan
Sekitar tahun 1896 – 1910, bodi kendaraan masih terbuat dari
kayu untuk bagian chassis maupun bodinya. Hal ini masih terpengaruh
dengan bodi kereta kuda saat itu. Kayu yang digunakan memiliki
ketebalan sekitar 10 mm. Sambungan antar komponen menggunakan
paku yang terbuat dari besi tempa. Untuk bagian atap kendaraan, ada
yang menggunakan kain biasa, kain kanvas, namun ada juga yang
menggunakan kayu dengan tujuan agar bodi bisa kuat.
Pada tahun 1921, Weymann memperkenalkan konstruksi lantai
yang menjadi penopang komponen bodi yang lain, seperti dinding
kendaraan serta kursi kendaraan. Lantai sengaja dibuat dari bahan yang
kuat, sedangkan komponen yang lain bisa dibuat dari komponen yang
ringan. Sambungan dinding dengan lantai menggunakan plat baja yang
dibaut, dan untuk menghilangkan celah antar sambungan biasanya
digunakan kayu. Panel-panel terbuat dari kain, kanvas dan bagian luar
menggunakan kulit. Akan tetapi bahan ini memiliki umur yang pendek.
Pendahuluan
3
Setelah permintaan kendaraan semakin meningkat, maka
diperlukan suatu proses pembuatan bodi yang cepat dan dapat diproduksi
massal. Perkembangan teknologi logam saat itu ikut mempercepat
perkembangan teknologi bodi kendaraan, dimana besi bisa diolah dan
dibentuk dengan menggunakan mesin press.
Baru pada tahun 1927 (lihat gambar 1.3) secara keseluruhan bodi
kendaraan terbuat dari logam, dimana bodi kendaraan yang terdiri dari
berbagai komponen telah dibuat dari lembaran plat yang dibentuk/
dipress. Dengan perkembangan cara pengolahan logam yang semakin
meningkat, maka produksi produksi kendaraan juga dapat meningkat.
Gambar 1.3. Kendaraan berbahan plat
Permintaan kendaraan yang terus meningkat, menyebabkan
terjadi persaingan antar perusahaan dalam memproduksi kendaraan. Ahliahli
teknik bodi tiap perusahaan berusaha menciptakan bodi kendaraan
sesuai dengan kebutuhan, ergonomi dan dan memiliki kenyamanan bagi
pengemudi dan penumpangnya.
Perkembangan teknologi bodi di bagian chassis dari tahun ke
tahun juga mengalami kemajuan. Sebagai contoh, roda kendaraan yang
semula memiliki diameter yang tidak sama, roda belakang lebih besar dari
pada roda depan, jari-jari terbuat dari bahan kayu dan roda dilapis logam
baja menjadi roda yang sudah menggunakan karet dan velg logam baik
besi ataupun alumunium. Bahkan sekarang teknologi ban sudah tidak
memakai ban dalam (tubeless tire) yang lebih aman dan mudah
penggunaannya.
Atap kendaraan (head lining) yang semula hanya terbuat dari
kain, kemudian bergeser terbuat dari vinil maupun plastik yang lebih
Teknik Bodi Otomotif
4
menarik bentuknya dan mudah dibersihkan. Proses pemasangannya pun
relatif mudah dengan menggunakan adhesive (lem).
Kenyamanan penumpang dalam berkendara juga selalu
ditingkatkan, misalnya tempat duduk yang memiliki pegas dan dapat
diatur posisinya, interior seperti door trim, panel-panel, dashboard yang
terbuat dari bahan vinil atau plastik bahkan lantai karpet yang mudah
dibersihkan. Sistem kemudi yang dahulu menggunakan tongkat berubah
menjadi roda kemudi, tuas pemindah gigi percepatan juga menyesuaikan
kenyamanan pengemudi dan masih banyak kemajuan lainnya.
Sistem kelistrikan juga mulai dikembangkan. Pada awalnya lampu
kendaraan menggunakan minyak, kemudian berkembang menggunakan
acetylene (karbit) dan sekarang menggunakan baterai sebagai sumber
listrik. Fungsi lampu yang dahulu hanya sebagai alat penerangan di
malam hari, saat ini lampu juga dijadikan sebagai isyarat dan ramburambu
dalam usaha meningkatkan keselamatan dalam berkendara.
Lampu-lampu juga menjadi kepentingan asesoris kendaraan untuk
meningkatkan tampilan kendaraan.
Perkembangan bodi kendaraan, juga memegang peranan penting
dalam hal kemampuan kendaraan. Pertama kali kendaraan mesin uap
Cugnot diciptakan, hanya bisa berjalan sekitar 5 km/jam, akan tetapi saat
ini kendaraan sudah bisa berjalan dengan kecepatan diatas 100 km/jam
namun tetap nyaman, aman dan tidak berisik. Kebanyakan orang mungkin
hanya berpendapat bahwa kecepatan tergantung dari mesinnya, akan
tetapi saat ini orang mulai menyadari bahwa kecepatan kendaraan juga
dipengaruhi oleh stabilitas kendaraan serta bentuk dan permukaan bodi
kendaraan. Seperti di arena balap, aerodinamika suatu kendaraan
sangatlah penting untuk mencapai kecepatan dan kestabilan kendaraaan,
demikian halnya dengan kendaraan biasa, sekarang bodi menjadi salah
satu hal yang sangat penting dan selalu dilakukan pengembangan.
1.2. Konstruksi Bodi Kendaraan
Bagian mobil terbagi dalam 2 kelompok besar, yaitu bodi dan
chassis. Bodi adalah bagian dari kendaraan yang dibentuk sedemikian
rupa, (pada umumnya) terbuat dari bahan plat logam (steel plate) yang
tebalnya antara 0,6 mm – 0,9 mm sebagai tempat penumpang ataupun
barang.
Chassis adalah bagian dari kendaraan yang berfungsi sebagai
penopang bodi dan terdiri dari frame (rangka), engine (mesin), power train
(pemindah tenaga), wheels (roda-roda), steering system (sistem kemudi),
suspension system (sistem suspensi), brake system (sistem rem) dan
kelengkapan lainnya.
Pendahuluan
5
Berdasar pada konstruksi menempelnya bodi pada rangka, maka
terdapat 2 jenis konstruksi bodi kendaraan, yaitu konstruksi composite
(terpisah) dan konstruksi monocoq (menyatu).
Gambar 1.4. Assembly (merakit) kendaraan
Rangka merupakan tempat menempel-nya semua komponen
kendaraan termasuk bodi. Rangka harus kuat, ringan, kukuh dan tahan
terhadap getaran, atau goncangan yang diterima dari kondisi jalan. Agar
kuat maka konstruksi rangka ada yang kotak,bentuk U atau pipa, yang
pada umumnya terdiri dari dua batang yang memanjang dan dihubungkan
dengan bagian yang melintang. Pada awal perkembangan teknologi bodi
dan rangka kendaraan, bodi dan rangka dibuat secara terpisah
(composite body) namun akhir-akhir ini bodi dan rangka dibuat menyatu
(monocoque body, atau disebut juga integral body) khususnya pada
kendaraan sedan.
Konstruksi Terpisah (Composite)
Merupakan jenis konstruksi bodi kendaraan dimana bodi dan rangkanya
terpisah. Pertautan/penyambungan antara bodi dan rangka menggunakan
baut dan mur. Untuk meningkatkan kenyamanan saat digunakan, maka
diantara bodi dan rangka dipasang karet sebagai alat peredam getaran.
Teknik Bodi Otomotif
6
Konstruksi bodi dan rangka yang terpisah ini memberikan kemudahan
dalam penggantian bagian bodi kendaraan yang mengalami kerusakan,
terutama bodi bagian bawah atau putusnya rangka. Konstruksi ini
biasanya digunakan pada kendaraan sedan tipe lama, kendaraan
penumpang dan mobil angkutan barang. (misal truck, bus, pick up dan
lain sebagainya).
Gambar 1.5. Konstruksi composite body
Konstruksi Menyatu (Monocoque)
Merupakan jenis konstruksi bodi kendaraan dimana bodi dan rangka
tersusun menjadi satu kesatuan. Konstruksi ini menggunakan prinsip kulit
telur, yaitu merupakan satu kesatuan yang utuh sehingga semua beban
terbagi merata pada semua bagian kulit. Pertautan antara bodi dan
rangka menggunakan las.
Karena bodi dan rangka menyatu, maka bentuknya dapat menjadi lebih
rendah dibanding dengan tipe composite sehingga titik berat gravitasi
lebih rendah menyebabkan kendaraan akan lebih stabil. Konstruksi ini
digunakan pada sedan, bahkan beberapa kendaraan MPV (Multi Purpose
Vehicle) mulai menerapkan konstruksi monocoq body.
Pendahuluan
7
Gambar 1.6. Konstruksi Bodi Integral (Monocoque Body)
Jenis-jenis Rangka
Berdasarkan bentuknya, rangka kendaraan dibedakan menjadi beberapa
macam, yaitu : (a) rangka bentuk H, (b) rangka perimeter, (c) rangka
bentuk X, (d) rangka bentuk tulang punggung (backbone), dan rangka
bentuk lantai (platform frame).
Rangka bentuk H.
Konstruksinya sangat sederhana, mudah dibuat, banyak digunakan untuk
kendaraan bus, truck.
Gambar 1.7. Konstruksi Rangka Bentuk H
Rangka Perimeter.
Rangka perimeter merupakan penyempurnaan bentuk H, bodi menempel
pada pinggir rangka sehingga posisi lantai dapat diturunkan. Penurunan
Teknik Bodi Otomotif
8
lantai kendaraan akan menurunkan titik pusat berat kendaraan dan tinggi
kendaraan berkurang sehingga pengemudian mantap, ruang penumpang
menjadi lebih leluasa, banyak digunakan untuk sedan.
Gambar 1.8. Konstruksi Rangka Perimeter
Rangka bentuk X.
Konstruksi rangka balok terdiri atas dua batang rangka utama berbentuk
balok memanjang disatukan dibagian tengah. Tempat pertautan dengan
bodi dan pintu dapat dibuat rendah sehingga memudahkan keluar-masuk
kendaraan, kuat terhadap putaran, digunakan untuk sedan tipe lama.
Gambar 1.9. Konstruksi Rangka Bentuk X
Rangka bentuk Tulang Punggung (Back Bone).
Konstruksi rangka merupakan rangka model tunggal, bagian tengah
memikul beban (punggung) dan lengan yang menonjol sebagai pemegang
bodi. Konstruksi rangka semacam ini juga memungkinkan titik pusat berat
kendaraan dibuat lebih rendah. Konstruksi rangka model ini sering
digunakan untuk mobil penumpang dan truck.
Pendahuluan
9
Gambar 1.10. Konstruksi Rangka Bentuk Back Bone
Rangka Model Lantai (Platform Frame).
Bodi dan rangka dilas menjadi satu, sehingga merupakan bentuk yang
diintegrasikan, memungkinkan ruang interior dibuat luas. Kelebihan lain
penggunaan konstruksi rangka model ini adalah memiliki ketahanan yang
cukup baik terhadap bengkokan dan puntiran.
1.3. Desain Bodi Kendaraan
Gambar 1.11. Mendesain kendaraan tempo dulu
Pada awal kendaraan diciptakan, bodi kendaraan hanya berfungsi
sebagai tempat penumpang agar terlindung dari panas dan hujan
sehingga bentuknya sederhana. Karena dipengaruhi oleh perkembangan
teknologi motor dan trend yang semakin maju, maka desain kendaraan
mulai diperhatikan. Di industri pembuatan mobil, desain dari sebuah
produk dirancang oleh bererapa ahli dari berbagai disiplin ilmu.
Teknik Bodi Otomotif
10
Dalam mendesain kendaraan, perkembangan ilmu dari gambar
teknik sangatlah cepat. Dari gambar teknik secara manual (gambar 1.7)
berubah menjadi gambar teknik dengan komputer desain (misalnya Auto
CAD). Bahkan rancangan tersebut sudah dapat disimulasikan apabila
sudah dibuat sesungguhnya, baik dari bentuk, warna, struktur bodi
maupun aerodinamikanya. Dengan teknologi komputer ini menyebabkan
proses mendesain bodi kendaraan akan lebih cepat dan hasilnya akan
maksimal.
Gambar 1.12. Menggambar model mobil
Gambar 1.13. Desain kendaraan dengan komputer dan bentuk jadinya
Setelah digambar, maka kendaraan yang akan dibuat massal
tersebut, kemudian dibuat prototipenya. Prototipe pada awalnya dibuat
dari bahan kayu, kemudian berkembang dibuat dari wax (lilin) dan clay
(tanah liat, lempung) yang relatif mudah dibentuk.
Pendahuluan
11
Gambar 1.14. Prototipe mobil
Ukuran dari prototipe bisa dibuat dengan ukuran sesungguhnya,
atau juga dapat dibuat dengan skala (biasanya diperkecil). Selama
membuat prototipe tersebut, diperlukan ketelitian untuk mendapatkan
hasil yang sebaik mungkin, bahkan sampai pada tiap sudut kecil dari
kendaraan.
Terdapat tiga komponen penting dalam perancangan bodi
kendaraan, yaitu:
􀂃 desain eksterior,
􀂃 desain interior, dan
􀂃 desain warna dan trim
Seorang perancang bodi eksterior bertanggung jawab mendesain
bodi secara keseluruhan yang terlihat dari luar, baik depan, belakang
samping kanan dan kiri, atas maupun bawah dari kendaraan.
Gambar 1.15. Menggambar desain eksterior di komputer touch screen
Perancang bodi interior bertanggung jawab mengembangkan
bagian dalam kendaraan seperti kursi, ruangan, dasbord, trim dan
sebagainya. Rancangan tersebut harus memenuhi aspek ergonomi,
Teknik Bodi Otomotif
12
estetika dan kenyamanan penumpang. Seperti halnya dengan eksterior,
bagian interior juga dibuat prototipe terlebih dahulu. Dengan cara ini,
diharapkan kendaraan yang akan dibuat nanti memenuhi rancangan
sebelumnya, dan bisa mencoba untuk dirasakan. Berikut ini teknisi yang
sedang membuat desain interior.
Gambar 1.16 Pembuatan model interior mobil
Sedangkan perancang warna dan trim bertanggung jawab
meneliti, mendesain dan mengembangkan warna dan bahan yang
digunakan dalam eksterior maupun interior kendaraan. Termasuk
didalamnya adalah cat dan pengecatan serta bahan-bahan yang
digunakan seperti plastik, karet, vinil, kulit, headliner, karpet, fiberglass
dan lain sebagainya. Ketiga tim desainer ini harus bekerja sama untuk
membuat sebuah kendaraan yang kompak.
Gambar 1.17. Interior dan eksterior Kendaraan
Pendahuluan
13
1.4. Mesin
Mesin atau motor merupakan sumber tenaga dari kendaraan.
Dilihat dari jenisnya, motor terdiri dari motor listrik, motor nuklir, motor
bakar dan lain sebagainya. Khusus untuk motor bakar, berdasarkan lokasi
terjadinya pembakaran, mesin dibagi menjadi 2 jenis, yaitu: mesin
pembakaran luar (external combustion engine) seperti pada mesin uap,
dan mesin pembakaran dalam (internal combustion engine) seperti mesin
bensin, mesin diesel, dan mesin wankel. Kebanyakan mesin pada mobil
menggunakan mesin pembakaran dalam dengan memanfaatkan piston,
dan yang selalu dikembangkan saat ini adalah mesin bensin dan mesin
diesel.
Untuk mendapatkan tenaga gerak kendaraan, diperlukan energi
panas yang diperoleh dari proses pembakaran. Untuk menimbulkan
energi gerak tersebut dibutuhkan beberapa elemen pendukung, yaitu:
• .Udara , bahan bakar, panas
• Gerak bolak balik & gerak berputar
• Kompresi pada campuran udara - bahan bakar
• Siklus mesin
Syarat terjadi pembakaran meliputi bahan bakar (premium, solar,
biodiesel dan lainnya), oksigen dan panas (sistem pengapian pada mesin
bensin atau panas kompresi pada mesin diesel). Proses pembakaran ini
akan berlangsung secara berurutan dalam suatu siklus kerja yang akan
berulang-ulang. Siklus kerja ini terdiri dari:
1. Mengisi silinder dengan campuran yang mudah terbakar
(langkah isap)
2. Menekan campuran tersebut sampai pada volume tertentu
(langkah kompresi)
3. Menyalakan campuran sehingga mengembang dan
menghasilkan tenaga (langkah usaha)
4. Mengeluarkan gas - gas yang telah terbakar dari dalam silinder
(langkah buang)
Teknik Bodi Otomotif
14
Gambar 1.18. Skema mesin 4 dan 2 langkah (tak)
Keempat langkah tersebut secara berurutan adalah langkah isap,
kompresi, usaha, buang. Silkus mesin sendiri dibagi menjadi 2, yaitu
siklus mesin 4 langkah/ tak dan mesin 2 langkah/tak. Mesin 4 langkah
dalam satu siklusnya terdapat 4 kali langkah piston , 2 ke atas dan 2 ke
bawah. Sehingga dalam satu siklusnya tercapai dalam 2 putaran poros
engkol. Sedang mesin 2 langkah dalam satu siklus terdapat 2 kali langkah
piston , 1 ke atas dan 1 ke bawah, dicapai dalam 1 putaran poros engkol.
Besarnya tenaga daya motor yang dihasilkan oleh suatu mesin
tergantung dari:
􀂙 Volume silinder
􀂙 Diameter silinder
􀂙 Perbandingan kompresi
􀂙 Efisiensi volumetric
􀂙 Efisiensi thermis
􀂙 Efisiensi mekanis
Kapasitas mesin dinyatakan dalam satuan cc (centimeter cubic) atau juga
liter. Kapasitas mesin ini juga bisa dijadikan indikator besarnya tenaga
gerak yang akan dihasilkan, walaupun demikian untuk cc yang sama
belum tentu memiliki tenaga yang sama. Terdapat variabel diameter
piston, langkah engkol, maupun konstruksi dari mesin itu sendiri.
Kapasitas silinder diperoleh dari rumus:
Pendahuluan
15
KS= (􀊌/4) D2 L n, dimana:
KS = kapasitas silinder
D = diameter silinder
L = langkah piston
n = jumlah silinder
Dari rumus di atas, besarnya diamater silinder akan menyebabkan
kapasitas semakin besar (karena D dikuadratkan) sehingga daya motor
juga akan semakin besar. Berdasarkan perbandingan diameter dan
langkah, mesin dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
a. Square Engine = diameter sama dengan langkah
b. Oversquare Engine = diameter lebih besar dari pada langkah
c. Longstroke Engine = diameter lebih kecil dari pada langkah
Sedangkan daya secara teoritis (daya kuda indikator) dapat
dihitung dengan rumus:
P L A N K
Dki = -------------- TK
60 x 75
• P = tekanan efektif rata-rata (kg/cm2)
• L = langkah torak (m)
• A = luas penampang silinder (cm2)
• N = putaran motor
• K = jumlah silinder
Rumus di atas bersifat teoritis, karena daya motor sesungguhnya
dipengaruhi juga oleh efisiensi volumetris, kerugian gesekan, kerugian
panas dan lainnya.
Saat ini mesin yang terus dikembangkan ada dua kelompok besar,
yaitu mesin bensin dan mesin diesel. Perkembangan mesin ini terus
bersaing. Pada mesin bensin, komponen yang mendukung adalah sistem
bahan bakar, sistem pengapian, sistem pelumasan, sistem pendinginan,
sistem pengisian dan sistem kelistrikan. Sedangkan pada motor diesel
hampir sama, hanya tanpa sistem pengapian, pembakaran memanfaatkan
panas akibat tekanan yang tinggi di ruang bakar. Kemajuan yang terus
Teknik Bodi Otomotif
16
dilakukan adalah peningkatan efisiensi konsumsi bahan bakar serta
penguarangan emisi gas buang.
Gambar 1.19. Mesin mobil yang semakin kompak
1.5. Metode Penyambungan
Dalam teknik bodi otomotif, merakit atau merangkai berbagai
komponen kendaraan banyak menggunakan berbagai metode
penyambungan, agar dua atau beberapa komponen menjadi satu bagian.
Pada buku ini juga akan dibahas berbagai sambungan yang digunakan,
dari sambungan mati seperti pengelasan, maupun sambungan yang bisa
dibongkar pasang seperti rivets atau keling, baut dan mur, adhesif/ lem
perekat, nut maupun push on clip yang banyak digunakan pada
pemasangan trim.
Gambar 1.20 Penggunaan rivet (keling) dan nut
Pendahuluan
17
Metode sambungan pengelasan banyak digunakan untuk
menyambung bodi kendaraan yang terdiri dari rangka dan bodi plat
kendaraan. Pengelasan merupakan proses menyambung bahan serupa
satu sama lain (dalam hal ini tentunya logam) dalam keadaan kental atau
meleleh dengan memanfaatkan panas baik dengan atau tanpa bahan
tambah (kawat las maupun elektroda). Apabila proses yang dilakukan
ketika mengelas itu benar, maka kekuatan pengelasan akan sama dengan
kekuatan bahan dasar.
Gambar 1.21. Pengelasan listrik
Keuntungan metode pengelasan ini dapat dilakukan dengan cepat,
tidak menambah bobot secara drastis.
Gambar 1.22. Pengelasan bodi mobil dengan robot
Teknik Bodi Otomotif
18
1.6. Metode Perbaikan Bodi
Semakin bertambahnya jumlah kendaraan bermotor dan tidak
seimbangannya pembangunan jalan raya, maka kini kemungkinan mobil
mengalami kerusakan bodi akibat saling tabrak dan saling bersenggolan
semakin sering terjadi. Oleh karena itu, kompetensi siswa SMK untuk
perbaikan bodi dan cat semakin dibutuhkan. Selain didukung dengan
fasilitas yang memadai, teknik perbaikan bodi juga perlu dipelajari
sehingga kualitas pekerjaan perbaikan bodi kendaraan akan semakin
baik.
Dengan teknisi muda yang dididik melalui pendidikan secara
benar dan sistematik, diharapkan dapat dihasilkan lulusan/ mekanik yang
berkualitas dalam hal perbaikan bodi dan pengecatan.
Gambar 1.23. Perbaikan bodi mobil
Banyak kebiasaan lama yang salah kini malah dikoreksi oleh
system dan teknologi baru. Sebagai contoh, dulu bila ada bagian bodi
yang penyot maka pelat dibagian tersebut dipanas sampai merah, disiram
air dingin dan kemudian akan diketok agar bentuknya pulih mendekati
aslinya. Dengan cara ini diharapan ketika didempul, dempulnya tidak
terlalu tebal. Permukaan pelat bodi memang pulih dan lapisan dempul
tipis, akan tetapi pelat yang panas ternyata rusak dan akhirnya mudah
menjadi karat.
Dengan menggunakan teknologi maju, maka pelat tidak dipanasi
lagi. Permukaan pelat yang penyot diperbaiki dengan menggunakan dasar
seperti palu dan dolly, peralatan hidrolik dan sebagainya. Untuk
memperbaiki bagian yang rusak akibat tabrakan, kini teknisi lebih banyak
menggunakan ketok dan tarik tanpa pemanasan. Hasilnya, selain
kekuatan pelat tidak berubah permukaan catpun menjadi lebih cemerlang.
Pendahuluan
19
Dalam bab selanjutnya akan dibahas berbagai macam teknik perbaikan
bodi kendaraan.
1.7. Pengecatan
Setelah perbaikan seluruh bodi selesai dilakukan, termasuk rangka
maupun pintu, engine hood, atap, fender atau apapun yang mengalami
kerusakan, yang diperbaiki melalui pengentengan atau perbaikan lainnya
menggunakan berbagai alat yang diperlukan baik alat-alat tangan, alat
hidrolik dan sebagainya, maka tiba saatnya sebuah kendaraan dipermanis
dengan pengecatan untuk menimbulkan kesan manis.
Kini, proses pengecatan membutuhkan ruangan khusus, yang
dikenal dengan painting room (ruang cat). Bahan cat yang berkualitas
tinggi, membutuhkan pula teknik dan pendukung yang baik. Pengecatan
tidak bisa dilakukan di ruangan terbuka, karena sisa- sisa cat akan
kembali melekat pada permukaan yang dicat, yang mengakibatkan
permukaan cat tidak bisa halus. Debu dan binatang kecil yang hinggap
sulit dihilangkan karena cat cepat mengering. Oleh karena itu, pengecatan
dilakukan di ruang pengecatan yang memiliki sirkulasi udara yang bagus.
Udara yang disaring, diisap dari luar akan kembali dikeluarkan lewat
saluran lain. Sehingga terjadi perputaran udara. Kabut cat akan spontan
terisap keluar sehingga tidak ada kesempatan menimpa permukaan yang
baru dicat.
Pekerjaan pengecatan dimulai dari pengamplasan permukaan bodi
menggunakan amplas yang kasar, sampai dengan amplas halus. Jika
diperlukan dilakukan pendempulan untuk memperoleh hasil yang
maksimal. Pengecatan merupakan kegiatan praktik yang menyenangkan,
karena merupakan pekerjaan terakhir sebelum kendaraan bisa digunakan.
Sebelum pekerjaan pengecatan dimulai, terlebih dahulu
persiapkan peralatan yang diperlukan. Seperti kompresor udara (sebagai
sumber udara), slang-slang tekanan tinggi termasuk sambungansambungannya
yang rapat, spray gun, kertas masking, baju khusus
pengecatan, masker udara (untuk melindungi pernafasan kita) cat yang
akan digunakan dan kelengkapannya, serta peralatan lainnya. Untuk
melindungi komponen yang tidak akan dicat perlu dimasking terlebih
dahulu. Kemudian kendaraan dibawa ke ruangan khusus pengecatan
(spray booth). Hal ini dilakukan agar saat melakukan pengecatan, tidak
terganggu oleh debu dan kotoran disekitar pengecatan.
Teknik Bodi Otomotif
20
Gambar 1.24. Pengecatan bodi mobil
Selama melaksanakan pengecatan, diperlukan teknik pengecatan
yang tepat, agar memperoleh hasil yang maksimal. Sebagai contoh,
pencampuran warna harus tepat. Apalagi kita melakukan spot repainting
atau nyepet, maka cat lama dengan cat baru juga harus sama. Selain itu,
pengaturan jumlah cat dan udara harus tepat sehingga menimbulkan
campuran yang tepat. Jarak pengecatan juga harus disesuaikan dengan
kondisi campuran cat dan thinnernya, overlapping pengecatan juga harus
baik. Dengan menggunakan teknik yang tepat, maka hasil pengecatan
akan maksimal.
Setelah pengecatan selesai, maka kendaraan dibawa ke ruang
khusus untuk dipanaskan. Pemanasan ini penting untuk mempercepat
proses pengeringan cat. Sumber dari panas bisa menggunakan lampu
pemanas biasa atau sekarang sudah banyak menggunakan ruangan
pemanas oven.
Pendahuluan
21
Gambar 1.25. Ruang pemanas (oven)
Setelah selesai pengecatan, agar kendaraan lebih mengkilap dan
cat benar-benar rata, maka dilakukan polishing atau poles cat. Poles
dapat dilakukan dengan menggunakan mesin, dapat juga menggunakan
tangan. Khusus memoles kendaraan setelah selesai pengecatan,
disarankan memoles dengan menggunakan mesin untuk menimbulkan
kilau yang beraturan (melingkar).
Gambar 1.26. Polishing menghilangkan goresan pada cat
Proses polish juga bisa dilaksanakan tidak hanya sehabis
pengecatan, akan tetapi bisa dilakukan apabila terdapat goresan yang
terdapat pada cat, namun tidak terlalu dalam. Proses pengerjaannya
sama dengan setelah pengecatan, sampai didapatkan hasil yang baik.
Tugas:
1. Identifikasilah jenis-jenis rangka dari 5 mobil dari kendaraan
penumpang/ sedan dan 5 mobil kendaraan barang!
2. Buatlah perbandingan fitur interior dan eksterior dari 5 kendaraan!

22
eselamatan dan kesehatan kerja (K3) bagi pekerja atau
teknisi sangat diperlukan ketika sedang bekerja. Namun
tidak hanya untuk subyek pekerja (manusia) saja, tetapi K3
juga penting untuk obyek (material) yaitu benda-benda yang dikenai
pekerjaan, alat-alat serta lingkungan tempat bekerja. Oleh karena itu
sangat diperlukan kepedulian manusia sebagai personil yang bisa
berperan aktif dalam mewujudkan keselamatan dan kesehatan kerja.
Gambar 2.1 Bekerja harus memperhatikan K3
Sesuai dengan tujuannya, maka K3 mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Melindungi tenaga kerja dalam melaksanakan pekerjaan untuk
memperoleh keselamatan dan kesehatan serta kesejahteraan
hidup.
2. Menjamin tenaga kerja dalam meningkatkan produktifitas
3. Menjamin dan melindungi tenaga kerja dan lingkungannya
4. Menjamin sumber-sumber produksi dan perlatan yang digunakan
5. Mencegah dan atau mengurangi terjadinya kecelakaan kerja di
tempat kerja dan lingkungannya
6. Mengurangi resiko kebakaran
7. Mencegah dan mengurangi kerugian yang diderita oleh semua
pihak
K
KKeesseellaamaattaann ddaann KKeesseehhaattaann
KKeerrjjaa
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
23
8. Memberi perlindungan hukum dan moral bagi tenaga kerja dan
manajemen perusahaan
9. Memberi pertolongan dini bagi pekerja bila terjadi kecelakaan
Peraturan mengenai syarat-syarat keselamatan kerja diatur dalam
perundangan Republik Indonesia, yaitu UU No. 1 Tahun 1970. Syaratsyarat
keselamatan kerja yaitu:
a. mencegah dan mengurangi kecelakaan;
b. mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
c. mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
d. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;
e. memberi pertolongan pada kecelakaan;
f. memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
g. mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya
suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan
angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran;
h. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja
baik physik maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan;
i. memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
j. menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;
k. menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
l. memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
m. memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja,
lingkungan, cara dan proses kerjanya;
n. mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang,
tanaman atau barang;
o. mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
p. mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar-muat,
perlakuan dan penyimpanan barang;
q. mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
r. menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada
pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
2.1. Sebab-sebab Kecelakaan Kerja
Peristiwa kecelakaan kerja merupakan suatu kondisi yang tidak
diinginkan oleh semua pihak. Karena hal ini akan menimbulkan kerugian
dan pembiayaan yang besar. Untuk menghindari kecelakaan kerja, maka
kita perlu mempelajari sebab-sebab kecelakaan kerja, sehingga bisa
mengeliminir angka kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja dapat bersumber
dari faktor manusia sendiri, maupun dari faktor lingkungan.
Teknik Bodi Otomotif
24
Gambar 2.2 Kecerobohan mengakibatkan kecelakaan
1. Faktor manusia
Kecelakaan kerja yang disebabkan oleh kesalahan manusia
diantaranya:
a. Ketidaktahuan
Dalam menjalankan mesin-mesin dan peralatan otomotif
diperlukan pengetahuan yang cukup oleh teknisi. Apabila tidak
maka dapat menjadi penyebab kecelakaan kerja.
Pengetahuan dari operator dalam menjalankan peralatan
kerja, memahami karakter dari masing-masing mesin dan
sebagainya, menjadi hal yang sangat penting, mengingat
apabila hal tersebut asal-asalan, maka akan membahayakan
peralatan dan manusia itu sendiri.
Gambar 2.3 Pahami karakter pekerjaan anda
b. Kemampuan yang kurang
Tingkat pendidikan teknisi otomotif sangat dibutuhkan untuk
proses produksi dan proses maintenance atau perawatan.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
25
Orang yang memiliki kemampuan tinggi biasanya akan
bekerja dengan lebih baik serta memperhatikan faktor
keslamatan kerja pada pekerjannya. Oleh sebab itu, untuk
selalu mengasah kemampuan akan menjadi lebih baik.
c. Ketrampilan yang kurang
Setelah kemampuan pengetahuan teknisi baik, maka
diperlukan latihan secara terus-menerus. Hal ini untuk lebih
selalu mengembangkan ketrampilan guna semakin
meminimalkan kesalahan dalam bekerja dan mengurangi
angka kecelakaan kerja. Di dunia keteknikan, kegiatan latihan
ini sering disebut dengan training.
d. Konsentrasi yang kurang
Dalam melaksanakan pekerjaan dituntut konsentrasi tinggi.
Mesin-mesin yang beroperasi, berputar, atau bergerak tidak
memiliki toleransi apabila kita salah dalam mengoperasikan
atau menjalankan mesin tersebut. Banyak sekali hal yang
dapat menyebabkan hilangnya konsentrasi manusia, seperti
masalah pribadi atau keluarga, tekanan ekonomi, maupun
faktor-faktor yang datangnya dari lingkungan seperti kondisi
ruangan yang panas, atau terlalu dingin, suara yang berisik,
mesin yang bising dan lain sebagainya. Oleh karena itu, faktor
psikologis manusia dan lingkungan harus dikondisikan agar
manusia nyaman dalam bekerja sehingga mengurangi angka
kecelakaan kerja.
e. Bermain-main
Karakter seseorang yang suka bermain-main dalam bekerja,
bisa menjadi salah satu penyebab terjadinya angka
kecelakaan kerja. Demikian juga dalam bekerja sering
tergesa-gesa dan sembrono juga bisa menyebabkan
kecelakaan kerja. Oleh karena itu, dalam setiap melakukan
pekerjaan sebaiknya dilaksanakan dengan cermat, teliti, dan
hati-hati agar keselamatan kerja selalu bisa terwujud. Terlebih
lagi untuk pekerjaan yang menuntut adanya ketelitian,
kesabaran dan kecermatan, tidak bisa dilaksanakan dengan
berkerja sambil bermain.
Teknik Bodi Otomotif
26
Gambar 2.4 Kecerobohan berakibat fatal
f. Bekerja tanpa peralatan keselamatan
Pekerjaan tertentu, mengharuskan pekerja menggunakan
peralatan keselamatan kerja. Peralatan keselamatan kerja
dirancang untuk melindungi pekerja dari bahaya yang
diakibatkan dari pekerjaan yang baru dilaksanakan. Dengan
berkembangnya teknologi, saat ini telah dibuat peralatan
keselamatan yang nyaman dan aman ketika digunakan.
Perlatan keselamatan tersebut diantaranya pakaian kerja
(wearpack), helm pengaman, kacamata, kacamata las, sarung
tangan, sepatu kerja, masker penutup debu, penutup telinga
dari kebisingan, tali pengaman untuk pekerja di ketinggian dan
sebaginya. Terkadang orang yang sudah merasa mahir justru
tidak menggunakan peralatan keselamatan, misal dalam
mengelas tidak menggunakan topeng las. Hal ini sangatlah
salah, pekerja yang mahir dan profesional justru selalu
menggunakan peralatan keselamatan kerja untuk menjaga
kualitas pekerjaan yang terbaik serta keselamatan dan
kesehatan dirinya selama bekerja.
g. Mengambil resiko yang tidak tepat
Karena tidak mau repot dalam bekerja, orang kadang
melakukan hal-hal yang tidak mencerminkan tindakan yang
selamat. Sebagai contoh, pekerja malas mengambil topeng
las di rak keselamatan kerja, langsung mengelas tanpa
pelindung mata. Tanpa di duga, ada percikan api las yang
mengenai mata. Setelah dilakukan pengobatan, ternyata
besarnya biaya pengobatan tidak sebanding dengan beberapa
detik mengambil peralatan keselamatan kerja. Demikian juga
dengan mesin, sudah tahu bahwa oli sudah waktunya diganti,
karena hanya menyisakan pekerjaan sedikit saja, oli mesin
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
27
tidak diganti. Ternyata dengan kualitas oli yang jelek, justru
mesin menjadi panas (overheating) dan harus turun
mesin,dengan biaya yang jauh lebih tinggi, ditambah tetap
harus mengganti oli.
2. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan juga andil dalam terjadinya kecelakaan kerja.
a. Tempat kerja yang tidak layak
Tempat kerja harus memenuhi syarat-syarat keselamatan
kerja, seperti ukuran ruangan tempat kerja, penerangan,
ventilasi udara, suhu tempat kerja, lantai dan kebersihan
luangan, kelistrikan ruang, pewarnaan, gudang dan lain
sebagainya. Jika tempat kerja tidak memenuhi persyaratan
yang telah ditentukan, maka kecelakaan kerja sangat mungkin
terjadi.
Gambar 2.5 Tempat kerja yang tidak layak
b. Kondisi peralatan yang berbahaya
Mesin-mesin dan peralatan kerja pada dasarnya mengandung
bahaya dan menjadi sumber terjadinya kecelakaan kerja.
Misalnya karena mesin atau peralatan yang berputar,
bergerak, bergesekan, bergerak bolak-balik, belt atau sabuk
yang berjalan, roda gigi yang bergerak, transmisi serta
peralatan lainnya. Oleh karena itu, mesin dan perlatan yang
potensial menyebabkan kecelakaan kerja harus diberi
pelindung agar tidak membahayakan operator atau ,manusia.
Teknik Bodi Otomotif
28
Gambar 2.6 Peralatan pemotong plat
c. Bahan-bahan dan peralatan yang bergerak
Pemindahan barang-barang yang berat atau yang berbahaya
(mudah meledak, pelumas, dan lainnya) dari satu tempat ke
tempat yang lain sangat memungkinkan terjadi kecelakaan
kerja. Untuk menghindari kecelakaan kerja tersebut, perlu
dilakukan pemikiran dan perhitungan yang matang, baik
metode memindahkannya, alat yang digunakan, jalur yang
akan di lalui, siapa yang bisa memindahkan dan lain
sebagainya. Untuk bahan dan peralatan yang berat diperlukan
alat bantu seperti forklift. Orang yang akan mengoperasikan
alat bantu ini harus mengerti benar cara menggunakan forklift,
karena jika tidak, kemungkinan akan timbul kesalahan dan
mengancam keselamatan lingkungan maupun tenaga kerja
lainnya.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
29
Gambar 2.7 Utamakan keselamatan
d. Transportasi
Kecelakaan kerja yang diakibatkan dari penggunaan alat
transportasi juga cukup banyak. Dari penggunaan alat yang
tidak tepat (asal-asalan), beban yang berlebihan (overloading),
jalan yang tidak baik (turunan, gelombang, licin, sempit),
kecepatan kendaraan yang berlebihan, penempatan beban
yang tidak baik, semuanya bisa berpotensi untuk terjadinya
kecelakaan kerja.
Upaya untuk mengatasi hal tersebut di atas, diantaranya
adalah memastikan jenis transportasi yang tepat dan aman,
melaksanakan operasi sesuai dengan standart operational
procedure (SOP), jalan yang cukup, penambahan tanda-tanda
keselamatan, pembatasan kecepatan, jalur khusus untuk
transportasi (misal dengan warna cat) dan lain sebagainya.
Gambar 2.8 Hati-hati terhadap transportasi bergerak
Teknik Bodi Otomotif
30
2.2. Bahaya Terjadinya Kebakaran
Menurut National Fire Protection Assosiation dalam buku Storm
(1993:92) dijelaskan klasifikasi kebakaran menjadi 4 kategori:
a. tipe A adalah kebakaran untuk kayu, kertas, kain serta bahan-bahan
yang berasal dari jenis tersebut dan alat yang digunakan sebagai
pemadam adalah tabung bersimbol A dalam segitiga warna hijau;
b. tipe B adalah kebakaran untuk bahan bakar bensin, oli, ter, terpentin,
cat dan yang sejenis dan alat yang digunakan sebagai pemadam
adalah tabung bersimbol B dalam segitiga warna merah;
c. tipe C adalah kebakaran untuk peralatan kelistrikan, panel-panel
listrik, motor listrik dan alat yang digunakan sebagai pemadam adalah
tabung bersimbol C dalam segitiga warna biru; dan
d. tipe D adalah kebakaran untuk logam seperti magnesium, sodium,
titanium, lithium dan yang sejenis dan alat yang digunakan sebagai
pemadam adalah tabung bersimbol D dalam segitiga warna kuning.
Sedangkan di Indonesia sendiri, tipe D jarang digunakan, karena
masih jarangnya pengolahan logam yang berbahaya.
Dalam bengkel kerja juga diberlakukan sistem pengkodean warna
untuk keselamatan. Lebih lanjut Storm (1993) menjelaskan: (a) warna
merah mengindikasikan bahaya atau berhenti beroperasi; (b) warna
orange, untuk bagian komponen dari mesin yang berbahaya, misal bagian
pemotong, pengangkat, berputar dan sebagainya; (c) warna kuning
sebagai tanda peringatan karena bagian atau komponen yang berbahaya;
(d) warna hitam didalam kuning, berarti terdapat bahaya radiasi; (e) warna
hijau, berarti daerah aman misal tempat kotak P3K dan peralatan
keselamatan kerja; dan (f) warna biru sebagai rambu-rambu informasi.
a. Sumber api
Kebakaran merupakan salah satu bentuk kecelakaan industri dan
masyarakat umum, yang sering terjadi di Indonesia. Peristiwa
kebakaran menimbulkan banyak kerugian dan korban harta benda
dan jiwa. Karena itu perlu mendapat perhatian untuk dicari
pencegahannya.
Dari mana sumber kebakaran ini berasal (mula-mula) di bawah ini
diinventarisir:
1. Adanya api yang luput dari pengamatan.
Ini dapat terjadi misalnya api yang berasal dari puntung rokok
yang dilempar begitu saja oleh perokok yang lalai. Ia melempar
puntung rokok tanpa disadari di tempat dimana terdapat
bahan-bahan yang mudah terbakar. Akibatnya sangatlah fatal,
yaitu kebakaran itu sendiri.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
31
2. Salah pakai dan kesalahan pada instalasi listrik.
Kesalahan tersebut mengakibatkan hubungan singkat ataupun
terjadinya api listrik yang mengakibatkan awal api/ kebakaran.
Jika api listrik terjadi pada bahan-bahan yang mudah terbkar,
maka akan menjadi sumber api awal/ sumber kebakaran.
Gambar 2.9 Pastikan rangkaian kelistrikan aman
3. Adanya bahan-bahan yang mudah terbakar.
Bahan-bahan yang mudah terbakar di industri dan di tempattempat
kerja, merupakan sumber api/ kebakaran. Apabila
bahan-bahan itu berkumpul dengan unsur lain yang menjadi
bahan terjadinya api, maka terjadilah api/ kebakaran. Oleh
karena itu bahan-bahan yang mudah terbakar
penyimpanannya pada tempat tersendiri dan harus jauh dari
sumber api.
4. Api las gas acetylen.
Pesawat gas acetylen dan aparat las acetylen haruslah betulbetul
terjaga kerapatan pada sambungannya, agar bebas dari
kebocoran gas acetylen. Karena gas acetylen yang bercampur
dengan udara (O2) menjadi sangat mudah terbakar.
Pemeriksaan secara periodik, terutama sebelum dan sesudah
bekerja sangatlah penting sebagai tindakan penjagaan.
5. Instalasi minyak/ bahan bakar cair.
Minyak dan bahan bakar cair merupakan bahan bakar yang
jelas mudah terbakar. Karena itu instalasi minyak dan bahan
bakar cair haruslah aman dari bocoran-bocoran pada
sambungan-sambungannya. Api/ sumber api harus dijauhkan
dari instalais minyak dan bahan bakar cair. Tanda-tanda
peringatan bahaya api harus dipasang, agar menjadi perhatian
orang dan diindahkan/ ditaati aturan-aturan larangan merokok
dan sebagainya.
6. Api berasal dari panas mekanis/ loncatan api mekanik.
Panas/ api dapat muncul akibat panas mekanis, yaitu pada
pekerjaan-pekerjaan menggerinda, memahat, membentuk
dengan palu, menggergaji, mebubut, memasah pahat,
mengasah pisau-pisau/ pahat bubut, dan lain sebagainya.
Teknik Bodi Otomotif
32
Maka pada tempat yang potensial menghasilkan panas
mekanis harus bersih dari bahan yang mudah terbakar.
7. Adanya anak yang bermain api.
Bermain baik dilakukan oleh orang dewasa maupun anak-anak
sangatlah berbahaya. Lebih-lebih dilakukan oleh anak-anak di
tempat yang banyak terdapat bahan yang mudah terbakar.
Tentu menjadi sangat berbahaya.
8. Instalasi bahan bakar gas.
Instalais bahan bakar gas haruslah bebas dari bocoranbocoran
pada sambungan-sambungannya. Pemeriksaan
secara periodik semua sambungan dan pipa-pipa instalasi
haruslah dilakukan dengan teliti. Api/ sumber api harus
dijauhkan dari istalasi bahan bakar gas.
9. Nyala api terbuka.
Nyala api terbuka hendaknya jauh dari bahan-bahan yang
mudah terbakar. Api nyala terbuka hendaknya dilengkapi
dengan cerobong/ penghisap tarikan udara. Hal itu
dimaksudkan agar api tidak mengarah ke tempat lain, tetapi ke
arah cerobong, untuk selanjutnya gas-gas bekasnya dibuang
keluar melalui cerobong tersebut.
10. Api berasal dari sampah yang tertimbun.
Sampah yang tertimbun, karena proses penimbunan terjadi
reaksi yang menimbulkan panas. Panas ini bisa menjadi
sumber pembakaran. Apabila kemudian ada sumber bahan
yang mudah terbakar dan adanya api penyulut maka bisa
menjadi sumber kebakaran.
b. Terjadinya api
Api terjadi karena adanya tiga unsur, yaitu:
Gambar 2.10 Unsur terjadinya pembakaran
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
33
1. Bahan bakar (fuel)
Yang dimaksud bahan bakar disini adalah semua bahan-bahan
yang dapat terbakar/ mudah terbakar, yang dipergunakan di
industri maupun masyarakat pada umumnya.
2. Panas (heat)
Panas ini akan menjadikan bahan bakar tersebut diatas
suhunya naik. Apabila naiknya suhu karena panas sampai
kepada suhu nyala maka bila ada sumber api maka akan
mudah menyala, jika ada unsur yang ke 3 yaitu:
3. Udara (oxygen)
Oksigen (O2) yang terdapat dalam udara merupakan unsur
yang diperlukan dalam pembakaran/ terjadinya api. Apabila
udara cukup, maka pembakaran bahan bakar dapat
berlangsung dengan sempurna.
Dari uraian di atas dapatlah dipahami bahwa api/
kebakaran terjadi apabila ketiga unsur di atas lengkap. Maka
apabila unsur itu tidak terpenuhi maka api tidak akan terjadi. Oleh
karena itu, penanggulangan kebakaran yaitu memadamkan api/
kebakaran ditempuh dengan meniadakan salah satu atau dua atau
ketiga unsur pembuat api.
Untuk meniadakan bahan bakar, yaitu dengan usaha agar
bahan-bahan yang terbakar tidak bertambah, maka diusahakan
dengan memisahkan dan menjuhkan bahan-bahan lain yang depat
menambah bahan yang terbakar.
Untuk meniadakan panas atau menurunkan suhu, sehingga
panasnya/ suhunya dapat turun tidak mencapai suhu penyalaan
maka diusahakan dengan menyiram, maksudnya untuk
menurunkan suhu/ panasnya agar tidak mencapai suhu penyalaan
dari bahan bakar/ bahan-bahan yang terbakar.
Untuk meniadakan udara (O2), maka diupayakan dengan
jalan mengisolasi api, sehingga suplai O2 tidak cukup untuk
pembakaran, atau dengan pemadam karbon dioksida, dan
pemadam lainnya sehingga suplai O2 tidak ada lagi, atau
kebutuhan O2 untuk api tidak cukup lagi, sehingga api menjadi
mati.
c. Pencegahan kebakaran
Pencegahan api/ kebakaran ditempuh dengan cara antara lain:
1. Pengaturan (manajemen) kerumahtanggaan (house keeping)
yang baik.
2. Menempatkan bahan-bahan yang mudah terbakar pada tempat
tersendiri, jauh dari api/ sumber api.
Teknik Bodi Otomotif
34
3. Mencegah campuran yang mudah terbakar/ meledak, jangan
sampai berada di tempat kerja, dekat dengan api/ sumber api.
4. Menghilangkan sumber-sumber api/ nyala api.
5. Pengawasan dan pemeriksaan periodik terhadap kemungkinan
terjadinya kebakaran.
Gambar 2.11 Jagalah bahan-bahan yang berbahaya
d. Persiapan penanggulangan kebakaran
Hal-hal yang perlu diperhatikan sebagai tindakan persiapan
penanggulangan kebakaran/ terjadinya api adalah antara lain
tindakan-tindakan:
1. Perencanaan instalasi pemadam kebakaran
Perencanaan ini dibuat sekaligus pada waktu perencanaan
gedung/ tempat kerja, berupa:
a) Instalasi pemadam kebakaran dengan pancaran air,
memanfaatkan tekanan air dari menara air yang tinggi,
dengan pipa-pipa hidran di beberapa tempat sesuai
jangkauan semburan airnya.
b) Instalasi pemadam kebakaran dengan air, dengan
menggunakan pompa-pompa air, menggunakan motor
sebagai penggerak pompanya atau dengan motor listrik.
Instalasi pemadam kebakaran dengan air tersebut perlu dicoba
dan dimanfaatkan airnya, yaitu pada musim kering/ kemarau
dapat digunaka untuk menyiram/membuat hujan lokal, untuk
menyiram tanaman dan halaman.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
35
Gambar 2.12 Instalasi pemadam kebakaran
2. Menyediakan pemadam kebakaran yang dapat dibawa/ dibawa
dengan mudah sesuai keperluan. Yaitu jenis pemadam api
busa (foam), pemadam api kering (dry powder extinguisher),
pemadam api carbon dioksida/ gas CO, dan lain-lain, yang
penggunaannya sesuai dengan jenis.
Teknik Bodi Otomotif
36
Gambar 2.13 Tabung pemadam dan tanda bahaya
3. Adanya sistem tanda bahaya (sirine) di perusahaan, baik
sistem tidak otomatis maupun sistem yang otomatis.
4. Adanya pintu-pintu darurat dan jalan-jalan untuk
menyelamatkan diri.
Gambar 2.14 Tanda keluar ketika terjadi kebakaran
5. Adanya tangga biasa disamping elevator dan lift untuk
menyelamatkan diri.
6. Dan lain-lain tindakan yang dapat dikembangkan, seperti
pendidikan akan bahaya kebakaran dan cara penanggulangan
kepada anak.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
37
Gambar 2.15 Pendidikan bahaya kebakaran kepada anak
e. Peralatan Pencegahan Kebakaran
1. APAR / Fire Extinguishers / Racun Api
Peralatan ini merupakan peralatan reaksi cepat yang multi
guna karena dapat dipakai untuk jenis kebakaran A,B dan C.
Peralatan ini mempunyai berbagai ukuran beratnya, sehingga
dapat ditempatkan sesuai dengan besar-kecilnya resiko
kebakaran yang mungkin timbul dari daerah tersebut,
misalnya tempat penimbunan bahan bakar terasa tidak
rasional bila di situ kita tempatkan racun api dengan ukuran
1,2 Kg dengan jumlah satu tabung. Bahan yang ada dalam
tabung pemadam api tersebut ada yang dari bahan kinia
kering, foam/ busa dan CO2, untuk Halon tidak diperkenankan
dipakai di Indonesia.
Gambar 2.16 Memadamkan kebakaran dengan APAR
Teknik Bodi Otomotif
38
2. Hydran
Ada 3 jenis hydran, yaitu hydran gedung, hydran halaman
dan hydran kota, sesuai namanya hydran gedung
ditempatkan dalam gedung, untuk hydran halaman
ditempatkan di halaman, sedangkan hydran kota biasanya
ditempatkan pada beberapa titik yang memungkinkan Unit
Pemadam Kebakaran suatu kota mengambil cadangan air.
3. Detektor Asap / Smoke Detector
Peralatan yang memungkinkan secara otomatis akan
memberitahukan kepada setiap orang apabila ada asap pada
suatu daerah maka alat ini akan berbunyi, khusus untuk
pemakaian dalam gedung.
4. Fire Alarm
Peralatan yang dipergunakan untuk memberitahukan kepada
setiap orang akan adanya bahaya kebakaran pada suatu
tempat
5. Sprinkler
Peralatan yang dipergunakan khusus dalam gedung, yang
akan memancarkan air secara otomatis apabila terjadi
pemanasan pada suatu suhu tertentu pada daerah di mana
ada sprinkler tersebut
f. Pencegahan Kebakaran
Setelah kita mengetahui pengklasifikasian, prinsip
pemadaman dan perlengkapan pemadaman suatu kebakaran
maka kita harus bisa mengelola kesemuanya itu menjadi suatu
sistem manajemen /pengelolaan pencegahan bahaya kebakaran.
Kita mengambil contoh dari pengelolaan pencegahan
kebakaran pada bangunan tinggi.
1. Identifikasi bahaya yang dapat mengakibatkan kebakaran
pada gedung itu.
a) Bahan Mudah Terbakar, seperti karpet, kertas, karet,
dan lain-lain
b) Sumber Panas, seperti Listrik, Listrik statis, nyala api
rokok dan lain-lain
2. Penilaian Resiko
Resiko tinggi karena merupakan bangunan tinggi yang banyak
orang
3. Monitoring
Inspeksi Listrik, Inspeksi Bangunan, Inspeksi Peralatan
Pemadam Kebakaran, Training, Fire Drill / Latihan Kebakaran
dan lain-lain
4. Recovery / Pemulihan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
39
Emergency Response Plan / Rencana Tindakan Tanggap
Darurat, P3K, Prosedur-Prosedur, dan lain-lain.
g. Bahan eksplosif
Bahan-bahan yang mudah terbakar bisa menjadi sumber api
pertama kali (sumber kebakaran), antara lain:
1. Amonia
2. Acetylen
3. Aseton
4. Gasolin
5. Benzen
6. Etel alkohol
7. Etil eter
8. Eter minyak
9. Hidrogen
10. Kamper
11. Karbon disulfida
12. Karbon monoksida
13. Kloretan
14. Minyak katsroli
15. Minyak linsid
16. Minyak tanah
17. Parafin
Pada industri-industri tertentu, bahan-bahan berikut menjadi
sumber bahaya kebakaran:
1. Kapas, pada industri tekstil
2. Alkohol, ester, dan lain-lain, pada industri kimia, farmasi,
industri pernis dan perlak.
3. Benzena dan homolog, pada industri karet.
4. Minyak linsid, pada industri pembuatan tahan air.
5. Formaldehid, pelarut dan lain-lain, pada industri plastik.
6. Pelarut, seperti n-heksan, n-heptan, dan n-pentan, pada
industri ekstrasi pelarut.
7. Bubuk kayu, pada industri kayu.
8. Karbon disulfida, pada industri rayon viskos.
9. Bahan yang mengandung selulosa, pada industri kertas.
10. Dan lain-lain.
Tugas:
Lakukan kunjungan ke dinas pemadam kebakaran di lokasi terdekat,
kemudian buatlah laporan proses penanganan terhadap terjadinya
kebakaran!
Teknik Bodi Otomotif
40
enggambar teknik tidak bisa dilepaskan dalam teknik bodi
otomotif. Bodi kendaraan dari mulai dirancang oleh
desainer bodi kendaraan sampai dengan perbaikan bodi
oleh teknisi pun tetap menggunakan teknik menggambar.
3.1. Peralatan Gambar
a. Pensil
Pensil merupakan peralatan gambar yang paling mendasar dan
digunakan pada saat memulai menggambar. Pensil untuk menggambar
teknik ada yang keras, dan ada pula yang lunak. Untuk memulai
menggambar sebaiknya dipilih pensil yang keras, sebab bila menggunakan
pensil lunak akan menyebabkan gambar yang dibuat akan lebih
mudah kotor ketika dihapus.
Pensil dibedakan menurut komposisinya. Huruf B
menginformasikan ketebalan warna hitamnya (boldness), berarti
kandungan grafitnya lebih banyak. Sementara huruf H menginformasikan
kekerasan komposisi leadnya, yang berarti kandungan tanah liatnya lebih
banyak. Pensil dengan tanda F berarti komposisinya sangat tepat untuk
diraut hingga keruncingan maksimal. Angka di depan huruf
memperlihatkan tingkat ketebalan atau kekerasan komposisi suatu pensil.
Misalnya 2H akan lebih keras daripada H, atau 2B akan lebih lembut dan
tebal dibandingkan B. HB berarti pensil memiliki kedua sifat keras dan
tebal. Selengkapnya tentang macam-macam pensil tersebut adalah :
􀂃 Pensil H (H = hard = keras)
Di depan huruf H terdapat angka yang menunjukkan tingkat
kekerasannya. Makin besar angkanya maka akan makin keras
sifatnya.
Misal : H, 2H, 3H, ................. 9H
Untuk keperluan menggambar teknik dipakai pensil-pensil yang
bersifat keras.
􀂃 Pensil B (B = black = hitam, tetapi lunak)
M
Meennggggaambbaarr TTeekknniikk
Menggambar Teknik
41
Angka di depan huruf B yang lebih besar menunjukkan sifat yang lebih
lunak dan hitam.
Misal : B, 2B, 3B, ………….. 8B (yang paling lunak dan hitam)
􀂃 Pensil HB (HB = hard black = keras dan agak hitam)
Gambar 3.1. Pensil
Untuk menghasilkan garis yang baik, maka ujung dari pensil haruslah
runcing. Pada gambar berikut ini dapat dilihat berbagai alat yang
berhubungan dengan pensil, seperti misalnya untuk keperluan meraut/
mengasah dan menghapus. Seorang juru gambar sebaiknya memiliki
perlengkapan ini.
Gambar 3.2. Rautan
Teknik Bodi Otomotif
42
Gambar 3.3. Penghapus
b. Mistar Segitiga
Ukuran mistar segitiga yang dipergunakan hendaknya disesuaikan
dengan luas bidang yang gambar. Akan tidak efisien apabila
dipergunakan mistar segitiga kecil untuk gambar yang besar, demikian
pula sebaliknya.
Gambar 3.4. Mistar Segitiga
c. Jangka
Jangka adalah alat untuk menggambar lingkaran atau busur.
Jangka biasanya terbuat dari besi, dan terdiri dari dua bagian/ kaki yang
dihubungkan oleh engsel dan bisa diatur pembukaannya. Salah satu kaki
mempunyai jarum di ujungnya, dan pensil di kaki yang lain, atau bisa juga
memakai pena. Lingkaran bisa dibuat dengan menancapkan kaki yang
berjarum di atas kertas dan menyentuhkan pensil ke permukaan kertas,
lalu memutar pensil dengan tumpuan kaki berjarum sambil menjaga sudut
Menggambar Teknik
43
engsel untuk tidak berubah. Jari-jari lingkaran bisa diubah dengan
mengubah sudut yang dibentuk oleh engsel.
Gambar 3.5. Satu Set Jangka
Gambar 3.6. Jangka Utama
d. Sablon dan Mal
Alat-alat ini berguna untuk mempermudah dan mempercepat
penggambaran bentuk garis yang agak sulit dibuat dengan menggunakan
alat gambar lainnya. Walaupun demikian untuk keperluan latihan lebih
dianjurkan untuk lebih menggunakan jangka.
Teknik Bodi Otomotif
44
Gambar 3.7. Sablon Huruf
Gambar 3.8. Mal Garis
e. Mesin Gambar
Dengan mesin gambar sebagai tempat membuat gambar teknik,
umumnya alat-alat seperti mistar, busur derajat tidak diperlukan lagi
karena pada mesin tersebut terdapat instrumen yang dapat menggantikan
fungsi alat-alat tersebut. Instrumen gambar ini bekerja dengan lebih
praktis dan cepat.
Menggambar Teknik
45
Gambar 3.9. Mesin Gambar
f. Kertas Gambar
Kertas gambar yang beredar di pasaran ada bermacam-macam
kualitasnya, ada yang halus, kasar, tebal, dan tipis. Kertas gambar yang
kasar akan menyebabkan gambar lebih cepat kotor bila tidak berhati-hati
dalam menggambar. Oleh karena itu sebaiknya dipilih kertas gambar yang
halus, putih dan cukup tebal untuk memperoleh gambar yang baik.
Untuk menyempurnakan gambar dengan menggunakan tinta,
biasa dipakai kertas kalkir. Kertas kalkir adalah kertas yang transparan
dan permukaannya halus. Kertas ini tidak akan rusak bila gambar
dihapus, sebab daya lekat molekul-molekulnya cukup kuat. Kertas kalkir
juga ada yang tebal dan ada yang tipis. Ukuran kertas kalkir yang beredar
di pasaran biasanya dinyatakan dengan beratnya (miligram).
Menggambar dengan kertas kalkir dilakukan dengan cara
menumpangkannya di atas gambar pensil yang telah dibuat pada kertas
gambar biasa. Gambar pensil tersebut tidak perlu diselesaikan dengan
sempurna. Bagian-bagian yang mudah digambarkan seperti angka
ukuran, garis arsir dan lain-lain dapat langsung digambarkan pada kertas
kalkir.
Ukuran dasar kertas gambar adalah 1 m2. Selanjutnya untuk
memperoleh ukuran panjang dan lebar yang serasi ditentukan panjang
kertas gambar berbanding lebarnya = 2 : 1. Ukuran kertas gambar
terbesar yang dipergunakan biasanya A0 dan terkecil A4.
Teknik Bodi Otomotif
46
3.2. Dasar Menggambar Teknik
a. Huruf Gambar
Bentuk huruf atau angka gambar pada gambar teknik dibuat
menurut normalisasi ISO seperti ditunjukkan gambar berikut ini. Posisi
huruf seperti terlihat pada gambar 2.11 adalah mriring dengan sudut 15o
bila diukur dari garis tegak. Untuk posisi huruf yang tegak lurus dapat
dilihat pada gambar 2.12, dan keduanya dapat dipakai.
Gambar 3.10. Huruf Miring
Gambar 3.11. Huruf Tegak
Menggambar Teknik
47
Untuk taraf latihan, disarankan dalam membuat huruf-huruf dengan
tangan, walaupun sudah disediakan sablon huruf. Di samping itu, sebelum
mulai membuat huruf harap memperhatikan ukuran-ukuran huruf tersebut,
terutama ukuran tebalnya untuk menentukan ukuran rapido yang akan
dipergunakan. Perbandingan ukuran huruf dapat dilihat tabel berikut ini.
Tabel 1. Perbandingan ukuran huruf
Tinggi huruf besar 3,5 5 7 10 14
Tinggi huruf kecil 2,5 3,5 5 7 10
Jarak antar huruf 0,7 1 1,4 2 2,8
Jarak minimum tiap baris 5 7 10 14 20
Jarak minimum antar suku kata 1,5 2,1 3 4,2 6
Tebal huruf/angka 0,35 0,5 0,7 1 1,4
b. Etiket
Gambar mesin otomotif merupakan suatu susunan yang sangat
kompleks. Konstruksi komponen mesin yang akan dibuat, bahan, ukuran,
dan sebagainya semuanya harus dinyatakan pada gambar tersebut
dengan sejelas-jelasnya. Dengan sendirinya suatu ukuran yang seragam
diperlukan agar gambar tersebut dapat dipahami oleh semua pihak yang
berkepentingan dengan gambar tersebut.
Kendati demikian tidak mungkin semua hal yang dimaksud oleh
gambar tersebut dinyatakan dengan teliti. Oleh karena itu, kita
memerlukan sebuah etiket yang akan memberikan penjelasan tentang hal
yang tidak dapat dinyatakan oleh gambar. Bentuk etiket tidak terikat oleh
suatu peraturan saja. Setiap organisasi/ perusahaan/ pabrik biasanya
mempunyai format masing-masing. Hanya perlu diingat, kendati bentuk
etiket ini boleh berbeda-beda namun hal-hal yang prinsip harus seteliti
mungkin dinyatakan dalam etiket dengan sejelas-jelasnya.
Penulisan huruf dan angka pada etiket hendaknya dibuat seserasi
mungkin. Ukuran huruf, jarak antar huruf dibuat dengan normalisasi.
Dibawah ini ditampilkan contoh etiket yang berbeda antara sekolah dan
industri yang memberikan informasi pemakaian bahan, kalkulasi alat/
komponen yang akan dibuat berdasarkan masukan designer (perancang).
Teknik Bodi Otomotif
48
Gambar 3.12. Contoh etiket 1
Gambar 3.13. Contoh etiket 2
c. Lukisan Dasar
Garis-garis pembentuk dalam gambar teknik dibedakan bentuk dan
ukurannya menurut bermacam-macam fungsi. Oleh karena itu pada
lukisan-lukisan dasar yang akan dibuat hendaknya mulai menerapkan
aturan ini.
Pembagian garis-garis gambar tersebut adalah sebagai berikut :
Menggambar Teknik
49
Gambar 3.14. Pembagian Garis-Garis Gambar
3.3. Proyeksi
Proyeksi merupakan bagian dari ilmu menggambar yang penting
sekali dan harus dipahami. Oleh karena itu, latihan-latihan membuat dan
membaca gambar dengan cara proyeksi ini harus sering dilakukan.
Proyeksi adalah gambar bayangan dari suatu benda, yang dihasilkan dari
pandangan terhadap benda tersebut dengan cara tertentu.
Gambar berikut memperlihatkan salah satu dari sekian banyak cara
yang dipergunakan dalam ilmu proyeksi.
Teknik Bodi Otomotif
50
Gambar 3.15. Proyeksi
P adalah pemandang (dapat juga diumpamakan sebagai sumber
cahaya). Q adalah benda yang dipandang (diproyeksikan) dan R adalah
hasil dari aktifitas ini yang berupa bayangan (proyeksi).
a. Sistem Proyeksi Amerika
Untuk sistem proyeksi Amerika, hasil proyeksi terletak di antara
pemandang dengan benda yang dipandang. Pandangan utama yang
diambil biasanya adalah pandangan muka, samping kanan, dan
pandangan atas. Pandangan-pandangan lainnya hanya digambarkan
untuk memperjelas bagian-bagian yang tidak dapat dijelaskan oleh ketiga
pandangan utama tersebut.
Gambar 3.16. Proyeksi Amerika
Menggambar Teknik
51
Gambar 3.17. Hasil Proyeksi Amerika
b. Sistem Proyeksi Eropa
Untuk sistem proyeksi Eropa, hasil proyeksi terletak di urutan ke
tiga setelah pemandang dan benda yang dipandang. Pandangan utama
dari proyeksi Eropa ini adalah pandangan muka, pandangan samping kiri,
dan pandangan atas.
Gambar 3.18. Proyeksi Eropa
Teknik Bodi Otomotif
52
Gambar 3.19. Hasil Proyeksi Eropa
3.4. Ukuran
Penentuan ukuran pada pembuatan gambar suatu alat/komponen
mesin merupakan salah satu hal yang paling penting, dan ini hendaknya
dibuat teliti sehingga alat/komponen yang dihasilkan nantinya dapat
berfungsi dengan baik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada
pemberian ukuran adalah :
1. Ukuran-ukuran harus dibuat sejelas dan sesederhana mungkin
sehingga mudah dibaca.
2. Ukuran harus menyatakan semua bagian dari suatu konstruksi mesin
dengan lengkap, sehingga operator tidak akan bertanya lagi.
3. Pemberian ukuran harus disesuaikan dengan prosedur pengerjaannya
di bengkel.
4. Ukuran-ukuran harus dibedakan menurut fungsinya masing-masing.
Untuk memberikan ukuran pada suatu gambar diperlukan : garis
ukuran, garis batas ukuran, angka ukuran, simbol ukuran, anak panah,
dan kadang-kadang garis pembantu ukuran.
Menggambar Teknik
53
Gambar 3.20. Penunjukan Ukuran
Untuk letak ukuran yang mendatar, angka ukuran dituliskan di atas garis
ukuran dan posisinya di tengah, sehingga dapat dibaca dari sebelah
bawah gambar. Untuk letak ukuran yang vertikal, angka ukuran dituliskan
di sebelah kiri garis ukuran sehingga dapat dibaca dari sebelah kanan
gambar.
Gambar 3.21. Penunjukan Ukuran Yang Mendatar
Teknik Bodi Otomotif
54
3.5. Toleransi
Setiap jenis pekerjaan teknik mempunyai syarat ketelitian yang
berbeda-beda. Konstruksi beton misalnya, diijinkan memiliki
penyimpangan ukuran (toleransi) yang lebih besar daripada ukuranukuran
pada konstruksi mesin. Dengan toleransi yang besar ini maka
ukuran-ukuran gambar bangunan gedung tidak perlu dibubuhi ukuran
toleransi. Lain halnya pada konstruksi mesin, mesin umumnya dibuat dari
logam yang memiliki kepadatan/ massa tinggi, sehingga ukuran-ukuran
konstruksi mesin tidak diijinkan bertoleransi besar.
Pada hakekatnya yang diinginkan itu adalah ukuran sebenarnya.
Akan tetapi ukuran sebenarnya ini tidak mungkin dapat dicapai karena
faktor pengerjaan di bengkel. Dengan demikian toleransi dimaksudkan
untuk memudahkan pekerjaan operator di bengkel. Pekerjaan boleh
dihentikan manakala ukurannya telah mencapai daerah toleransi. Sejak
Perang Dunia II, sistem toleransi dilanjutkan pengembangannya oleh ISO
(International Organisation for Standarization) yang sebelumnya diatur
oleh ISA (International Federation of The National Standardizing
Association).
Istilah-istilah Toleransi
a. Ukuran nominal
Ukuran nominal adalah ukuran dasar, yaitu ukuran yang tertulis,
tanpa dibaca dengan angka toleransinya.
b. Angka toleransi
Angka toleransi menunjukkan ukuran/ kualitas dari toleransi. Makin
kecil angka toleransi, makin baik pula kualitasnya. Ukuran toleransi
dipengaruhi pula oleh ukuran nominalnya. Makin besar ukuran nominal,
maka makin besar pula ukuran toleransinya, pada kualitas yang sama.
Gambar 3.22. Toleransi
Menggambar Teknik
55
Pada gambar di atas, 20 adalah ukuran nominal, +0.1 dan -0.2
adalah ukuran toleransi. Dengan demikian, ukuran terbesar : 20 + 0.1 =
20.1, ukuran terkecil : 20 – 0.2 = 19.8, dan besar toleransi : 0.1 + 0.2 =
0.3.
c. Penyimpangan membesar
Penyimpangan membesar adalah penyimpangan ke arah ukuran
terbesar, yang dalam contoh di atas ádalah + 0.1.
d. Penyimpangan mengecil
Penyimpangan mengecil adalah penyimpangan ke arah ukuran
terkecil, yang dalam contoh di atas ádalah -0.2.
e. Kelonggaran
Kelonggaran atau clearance adalah selisih ukuran antara lubang
dan poros (ukuran lubang lebih besar daripada ukuran poros).
f. Kesesakan
Kesesakan (interference) ádalah selisih ukuran antara poros dan
lubang (ukuran poros lebih besar daripada ukuran lubang).
3.6. Simbol-simbol
Pengerjaan dengan mesin atau dengan tangan menghasilkan
permukaan yang berbeda-beda kualitasnya, ada yang kasar dan ada pula
yang halus. Oleh karena itu pada gambar mesin sering dijumpai beberapa
simbol/tanda pengerjaan yang menyatakan tingkat kekasaran atau
kehalusan. Sebagai contoh, dapat dibandingkan hasil pekerjaan dengan
menggunakan kikir kasar dan kikir halus. Tingkat kekasaran yang
dihasilkan oleh kikir halus dengan sendirinya lebih rendah daripada yang
dikerjakan dengan kikir kasar.
Pada statu alat atau mesin biasanya terdapat beberapa tingkat
kekasaran dari permukaan-permukaan bidangnya. Untuk permukaan yang
tidak memerlukan kehalusan, tidak perla kita bersusah payah
mengerjakannya sampai halus sekali, karena hal ini merupakan
pemborosan. Sebaliknya bagian-bagian yang khusus biasanya
memerlukan pertimbangan yang telita untuk menentukan tingkat
kekasaran yang diijinkan.
Tingkat kekasaran dinyatakan dengan kode huruf ”N” yang disertai
dengan angka di belakangnya. Makin besar angkanya, makin kasar
permukaan benda yang dibubuhi simbol/tanda pengerjaan tersebut.
Teknik Bodi Otomotif
56
Contoh :
N1 menyatakan permukaan benda yang paling halus, N2 menyatakan
permukaan benda yang sudah berkurang kehalusannya. Demikian
seterusnya secara berturut-turut sampai N12, yang menyatakan
permukaan benda yang paling kasar.
Pertanyaan:
1. Sebutkan peralatan menggambar teknik!
2. Apakah yang dimaksud dengan proyeksi?
3. Buatlah tabel perbedaan antara proyeksi Amerika dan proyeksi
Eropa!
4. Mengapa dalam teknik otomotif memerlukan toleransi ukuran
yang sangat kecil?

57
alam mendesain atau menggambar bodi kendaraan
diperlukan ukuran yang tepat. Selanjutnya pembuatan bodi
kendaraan juga menggunakan ukuran yang sangat presisi.
Ketika terjadi kerusakan dan memerlukan perbaikan dan penyetelan
komponen kendaraan, juga harus dilaksanakan menggunakan ukuran
yang tepat, agar bodi kendaraan dapat kembali seperti aslinya, sehingga
tetap nyaman dan aman ketika dikendarai. Oleh karena itu beberapa
peralatan pengukuran diperlukan untuk pekerjaan bodi kendaraan.
Setiap teknisi atau mekanik harus menguasai dasar-dasar
pengukuran, sehingga kompetensi memperbaiki kendaraan dapat dicapai.
Dari beberapa peralatan yang akan dibahas kemungkinan ada beberapa
yang tidak hanya digunakan pada perbaikan bodi kendaraan, tetapi umum
digunakan di otomotif. Berbagai alat tersebut digunakan pada proses
pembuatan dan perbaikan bodi, yang meliputi karakteristik dari alat ukur,
cara penggunaan dan perawatannya.
4.1. Penggaris (Mistar)
Penggaris atau mistar adalah alat ukur yang digunakan untuk
mengetahui jarak antara dua titik atau dua garis. Proses membandingkan
jarak dengan alat ukur yang standar disebut dengan pengukuran.
Penggaris yang standar terbuat dari logam baja yang dikeraskan
dan dipanaskan sampai kondisi tertentu, agar bahan tersebut tidak terjadi
pemuaian yang bisa menyebabkan skala jarak yang ada di lembaran
penggaris berubah dari pengaruh temperatur. Penggaris juga mempunyai
kelenturan (elastis). Coba Anda bayangkan apabila penggaris terbuat dari
bahan alumunium, ketika panas penggaris alumunium akan bertambah
panjang, sedangkan pada saat dingin akan bertambah pendek.
Penggaris ini dibedakan menjadi 2, yaitu penggaris tetap, dan
penggaris yang dapat lipat. Skala yang digunakan pada penggaris bisa
menggunakan sistem british (inchi) atau menggunakan sistem metriks
(mm). Biasanya kita lebih terbiasa menggunakan sistem metriks.
D
Allaatt--aallaatt Ukkuurr
Teknik Bodi Otomotif
58
Gambar 4.1. Penggaris Segitiga
Gambar 4.2. Penggaris dengan skala metrik dan inchi
Ketika menggunakan penggaris, pastikan penggaris berada
sedekat mungkin dengan permukaan benda yang diukur. Pembacaan
skala ukur pada penggaris harus tegak lurus dengan permukaan bidang
yang diukur, sehingga tidak terjadi kesalahan ‘paralaks’. Kesalahan
paralaks adalah kesalahan membaca hasil pengukuran yang disebabkan
oleh posisi pandangan mata yang salah karena membentuk sudut tertentu
(tidak tegak lurus/900). Penggaris harus bebas dari kotoran, oli, karet dan
lain sebagainya, karena bisa mengganggu pengukuran.
Alat-alat Ukur
59
Gambar 4.3. Cara Pengukuran
4.2. Penggaris Siku
Penggaris siku merupakan alat yang umum digunakan untuk
mengukur siku (sudut 900) dari dua sambungan, baik siku bagian dalam
ataupun siku bagian luar. Penggaris siku biasanya terbuat dari 2 buah
bagian yang berbeda yang disatukan.
Gambar 4.4. Penggaris Siku dan penggunaannya
Penggaris siku terdiri dari bagian lengan dan bilah yang memiliki
skala ukur seperti penggaris biasa. Biasanya pembuatan bagian lengan
dibuat alur untuk memasukkan bilah.
Penggunaan penggaris siku dilakukan dengan memastikan salah
satu bagian menjadi acuan. Kemudian tempelkan dengan kuat lengan
pada bidang acuan tersebut, perhatikan pada sisi bilahnya. Apabila
terdapat rongga atau celah pada bagian ujung bilah, berarti sudut benda
kerja lebih dari 900, akan tetapi bila terdapat rongga atau celah pada
bagian pangkal bilah (pertemuan lengan dengan bilah), berarti sudut
benda kerja kurang dari 900.
Teknik Bodi Otomotif
60
4.3. Straightedge
Straightedge adalah alat yang digunakan untuk mengukur
kerataan suatu permukaan. Ketidakrataan diketahui dari membandingkan
permukaan yang akan diukur dengan menempelkan straightedge di atas
permukaan tersebut untuk mengetahui ketidakrataan atau
penyimpangannya. Terdapat dua tipe straightedge ditinjau dari bahan
pembuatnya. Tipe yang pertama terbuat dari baja berkualitas baik yang
dikeraskan dan dipanaskan dengan ketebalan 1/8 inchi (3,175 mm) dan
panjang sekitar 1,8 m. Tipe yang kedua terbuat dari besi tuang yang
bagian tepinya dihaluskan (dibuat rata) dengan panjang 30 cm – 250 cm.
Tipe yang kedua ini lebih berat sehingga kemungkinan melengkung
sangat kecil.
Pengujian kerataan dilakukan dengan menempelkan straightedge
pada permukaan benda yang akan diukur, kemudian digerak-gerakkan ke
berbagai arah dan dilihat penyimpangan atau ketidakrataan. Kadang kita
menggunakan bantuan feeler gauge untuk mengetahui besarnya
penyimpangan tersebut. Straightedge juga digunakan untuk pemasangan
komponen-komponen kendaraan yang memerlukan kerataan yang tinggi
(presisi). Straightedge tidak boleh digunakan untuk tujuan selain yang
disebutkan diatas, misalnya untuk memukul, mengungkit atau mengganjal
suatu benda yang lain.
Gambar 4.5. Straightedge
4.4. Meter Pita
Gambar 4.6. Meter Pita
Alat-alat Ukur
61
Meter pita terbuat dari pita baja tipis yang lentur dan bisa
memegas, bisa digulung supaya mudah dibawa dan tidak membutuhkan
tempat yang banyak meskipun relatif panjang. Fungsinya untuk
mengukur jarak, jangkauannya lebih panjang yaitu 3 – 7 meter. Pada
ujung pita dilengkapi dengan pengait dan diberi magnet supaya lebih
mudah dalam melakukan pengukuran, pita tidak lepas saat mengukur.
Ada dua skala yaitu skala metrik dan british/inchi.
Cara menggunakannya adalah dengan mengaitkan ujung dari
meteran pita, kemudian menarik meteran secukupnya di bawah panjang
meteran tersebut (biasanya panjang maksimal ditulis pada bodi meteran).
Selama proses pembacaan, meteran dapat dikunci, dan setelah diketahui
ukuran, pengunci dilepas dan meteran dapat digulung kembali. Perawatan
yang perlu dilakukan adalah jangan menarik meteran melebihi unkuran
maksimal, dan jangan membiarkan ada air yang masuk ke bodi meteran,
karena akan menyebabkan karat dan rusaknya alat ini.
4.5. Busur derajat
Busur derajat merupakan sebuah lingkaran atau setengah
lingkaran yang diberi tanda ukuran sudut dalam skala derajat, fungsinya
adalah untuk mengukur kerataan sudut suatu permukaan dan
menentukan besarnya sudut. Saat mengukur sudut tersebut biasanya
bersamaan dengan dial indikator supaya lebih presisi. Busur derajat ada
juga yang dilengkapi dengan bilah yang dapat digeser sesuai dengan
sudut yang diinginkan.
Pada penyetelan bodi dan rangka serta perbaikannya, busur
derajat digunakan untuk mengukur gear ratio roda kemudi, lengan pit man
dan sebagainya. Hal ini penting dilakukan untuk kenyamanan dan
keamanan kendaraan.
Gambar 4.7. Busur Derajat
Teknik Bodi Otomotif
62
4.6. Screw Pitch Gauge
Screw Pitch Gauge adalah alat yang digunakan untuk mengukur
pitch (jarak antar ulir) yang ada pada mur atau baut. Hal ini diperlukan
supaya tidak terjadi kesalahan saat penggantian mur atau baut, karena
pitch ulir mempunyai standar ukuran tertentu yang berbeda-beda sesuai
dengan kebutuhannya. Screw pitch dalam satu set terdapat beberapa
bilah ukur dan tercantum angka ukuran ulirnya. Terdapat dua satuan
ukuran ulir yaitu inchi dan metrik. Proses pengukuran dilakukan beberapa
kali dengan memilih bilah ukur yang tepat supaya hasil pengukuran tepat.
Gambar 4.8. Screwpitch Gauge dan penggunaannya
4.7. Jangka Sorong
Jangka sorong/mistar geser atau vernier caliper merupakan alat
ukur yang mampu menentukan ukuran diameter luar silinder, diameter
dalam sebuah lubang atau kedalaman suatu lubang. Pada jangka sorong
terdapat rahang bawah untuk mengukur diamater luar, rahang atas untuk
diameter dalam serta batang pengukur kedalaman. Ketiganya dapat
bergeser bersamaan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Gambar 4.9. Jangka sorong dan bagian-bagiannya
Alat-alat Ukur
63
Pada jangka sorong terdapat dua buah skala ukuran yaitu: skala
utama/ skala diam yang terdapat pada body utama dan skala verneir/
skala geser terdapat pada bagian yang bergeser/rahang geser. Pada
rahang geser terdapat mekanisme pengunci untuk mempermudah dan
menghindari kesalahan pembacaan skala ukur karena bergeser. Pada
jangka sorong tertera dua satuan ukuran yaitu metrik dan inchi.
Pada perkembangannya jangka sorong sudah menggunakan
display angka baik dengan dial ataupun digital untuk mempermudah
pambacaan hasil ukur.
Gambar 4.10. Jangka Sorong Dial
Gambar 4.11. Jangka Sorong Digital
Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang baik perlu diperhatikan
posisi pengukuran harus tegak lurus dengan benda kerja, kebersihan alat
ukur dan benda yang diukur serta kecermatan dalam pembacaan skala.
Teknik Bodi Otomotif
64
Gambar 4.12. Penggunaan jangka sorong
Gambar 4.13. Jangka sorong untuk mengukur kedalaman silinder
4.8. Dial indicator
Dial indicator mempunyai nilai ketelitaian sangat tinggi sampai
0,0005 mm. Bisa digunakan untuk mengukur kerataan, kesejajaran,
keolengan, kehalusan permukaan, kebengkokan dan ketirusan benda
kerja. Akan tetapi, untuk perbaikan bodi otomotif tidak perlu menggunakan
dial dengan ketelitian tinggi. Dengan ukuran 1/10 mm saja, sudah cukup.
Dial indikator terdiri dari sensor yang bersentuhan langsung
dengan benda yang diukur, jarum indikator, skala jam, serta stand
penopang yang yang dapat disetel/digeser sesuai kebutuhan dilengkapi
dudukan blok magnet sehingga lebih mudah dalam penempatan selama
proses pengukuran. Skala jam pada dial indikator dapat diputar untuk
menentukan awal pengukuran atau angka nol(0).
Alat-alat Ukur
65
Gambar 4.14. Dial Indikator
Melakukan pengukuran dengan dial indikator perlu diperhatikan
juga posisi sensor atau batang peraba supaya tegak lurus dengan benda
kerja, kebersihan alat ukur dan benda kerja serta kecermatan dalam
membaca skala. Menggunakan dial indikator harus lebih berhati-hati
karena sangat peka terhadap goncangan ataupun benturan.
Gambar 4.15. Penggunaan dial
Gambar 4.16. Mengukur backlash dan kelurusan dengan dial
Teknik Bodi Otomotif
66
4.9. Spooring
Spooring atau dengan istilah lain Wheel alignment instrument
adalah seperangkat alat yang mampu mendeteksi sudut-sudut geometri
kemudi yaitu camber, caster, toe-in toe-out dan kingpin inclination (KPI).
Dengan alat ini ketidaksesuaian sudut geometri kemudi tersebut dapat
diketahui dan bisa dietel kembali sesuai dengan spesifikasinya.
Gambar 4.17. Wheel Alignment
Alat ini dilengkapi dengan sepasang turn table sebagai alas roda
depan sehingga roda dapat bergeser untuk mempermudah saat
melakukan penyetelan sudut-sudut geometri kemudi
Gambar 4.18. Spooring unit dan turning table
Alat-alat Ukur
67
Spooring dibedakan menjadi dua tipe menurut cara kerjanya :
Tipe mekanis sudah jarang digunakan lagi karena dianggap kurang
presisi, penunjuknya berupa skala dan jarum penunjuk
Saat ini yang banyak digunakan adalah yang tipe optik, yaitu dengan
memanfaatkan sinar infra merah yang ditembakkan pada layar yang
dilengkapi skala supaya dapat diketahui sudut geometri rodanya. Tipe
optikal saat ini lebih modern lagi karena sudah menggunakan program
komputer yang dilengkapi dengan sensor-sensor yang dapat memberikan
input data pada komputer sehingga data yang ditampilkan lebih akurat.
4.10. Tram Gauge
Tram gauge adalah alat yang dapat mengetahui sudut-sudut
geometri roda kendaraan secara manual, sehingga jika terjadi
ketidaksesuaian dapat disetel kembali. Gejala dari ketidaksesuaian
tersebut dapat terasa saat pengemudian. Kendaraan cenderung belok ke
salah satu arah, susah mengontrol atau terjadi keausan ban pada satu sisi
saja. Penyetelan sudut-sudut geometri roda tersebut biasa dinamakan
spooring.
Gambar 4.19. Tram Gauge
4.11. Wheel Balancer
Roda pada kendaraan tidak selalu melalui jalan yang halus dan
rata, kadang juga melewati jalan berbatu atau bahkan berlubang. Oleh
sebab itu pelek atau rim roda akan mengalami perubahan bentuk atau
Teknik Bodi Otomotif
68
penyok karena benturan atau beban yang berlebihan sehingga
berputarnya tidak halus, mengakibatkan roda tidak seimbang. Pada
kecepatan diatas 50 km/jam roda kendaraan akan bergetar (bahkan
kadang-kadang terasa sampai roda kemudi) sehingga mengganggu
pengemudian dan kenyamanan di dalam ruang penumpang.
Selain mempengaruhi pengemudian, akibat ban tidak rata bisa
menyebabkan bodi kendaraan (khususnya kabin belakang) akan ikut
bergetar. Jika kondisi kedua hal tersebut tidak segera diatasi maka ball
joint, tie rod, long tie rod dan wheel bearing akan lebih cepat mengalami
kerusakan/aus.
Wheel balancer adalah seperangkat alat yang mampu mendeteksi
ketidakseimbangan sebuah roda. Wheel balancer terdiri dari poros untuk
menempatkan dan memutar roda, display untuk menampilkan titik sebelah
mana dan seberapa berat ketidakseimbangan dari roda, pengukur lebar
rim atau pelek, pengukur diameter pelek serta pemberat untuk
penyeimbang dari bahan timbal yang bisa ditempelkan pada rim roda.
Sebuah roda akan dipasangkan pada poros dan diputar, setelah itu pada
display akan tampil di titik mana dan seberapa berat harus ditambahkan
pemberat. Setelah diketahui berat dan titiknya maka pemberat akan
ditempelkan pada rim/ pelek yang ditunjukkan tadi sehingga berat roda
seimbang dan dapat berputar dengan normal kembali.
Gambar 4.20. Balancer Roda dan tang pengungkit
Alat-alat Ukur
69
4.12. Tyre pressure gauge
Tyre pressure gauge adalah alat untuk mengukur tekanan angin,
supaya tekanan angin ban sesuai dengan batas yang dijinkan. Tire
pressure gauge ada yang terpisah sendiri dan ada yang dirangkaian
dengan katup dan selang angin dari kompresor sehingga saat pengisian
angin dapat langsung terukur. Saat ini sudah banyak juga tyre gauge yang
menggunakan display digital untuk lebih mempermudah pembacaan.
Gambar 4.21. Pengukur Tekanan Ban
Setelah alat ini terangkai dengan krompresor, maka tinggal
memasukkan ke pentil dari ban. Besarnya tekanan ban akan langsung
terbaca ketika trigger tidak ditekan. Untuk menambah tekanan udara pada
ban, tarik trigger atau pemicu.
4.13. Tracking
Tracking atau sering dikenal dengan nama camber tool, adalah
alat untuk mengukur kemiringan roda depan terhadap arah vertikal
kendaraan jika dipandang dari depan. Kalau misalnya roda pada
kendaraan terjadi kondisi bagian atas roda masuk ke dalam bodi mobil,
berarti mobil tersebut memiliki chamber negatif. Sebaliknya jika roda pada
bagian atas keluar dari bodi, maka disebut camber positif.
Ukuran camber ini menentukan kestabilan pengendaraan. Camber
positif yang cukup besar akan menyebabkan kendaraan cenderung tidak
stabil ketika dijalan lurus, namun mudah belok ketika ditikungan (over
steer). Sedangkan kalau cambernya negatif, mobil akan cenderung stabil
di jalan lurus, tetapi agak sulit dibelokkan (under steer).
Teknik Bodi Otomotif
70
Gambar 4.22. Tracking
Cara menggunakan alat ini sangat sederhana, yaitu menempatkan
kendaraan ditempat yang rata. Pasang alat pada poros roda dan bacalah
hasil dari pengukuran. Untuk menyesuaikan dengan ukuran yang
diinginkan, stel sesuai dengan sistem suspensinya. Ada kendaraan yang
menggunakan shim (plat tipis) yang dipasang pada bagian atas (upper
arm) untuk melakukan penyetelah camber. Ada juga yang mengubah
posisi nok pada bagian bawah (lower arm) untuk menyetel camber.
Bahan diskusi:
1. Satuan ukuran metris dan british.
2. Prosedur melakukan spooring dan balancing di industri kendaraan.
3. Peralatan ukur yang digunakan untuk perbaikan kendaraan.
4. Peralatan ukur yang menunjang kestabilan kendaraan.
71
eorang teknisi auto bodi memerlukan berbagai macam alat
bantu dalam mengerjakan perbaikan kendaraan. Dalam
bengkel bodi kendaraan (auto body) biasanya memiliki
peralatan kerja hidrolik, pneumatik, car lift, peralatan kelistrikan maupun
alat-alat tangan. Jumlah dari peralatan tidak hanya bijian, namun kadang
ratusan alat yang dimiliki. Namun demikian penataan alat sangat
diperhatikan dan dimasukkan dalam kategori tempat yang sudah
ditentukan. Misalnya saja, alat tangan dikumpulkan dan disimpan dalam
kotak alat tertentu, alat-alat penumatik dalam kotak tersendiri dan lain
sebagainya. Dengan penataan ini maka dalam menggunakan maupun
merawat alat akan lebih baik.
Gambar 5.1.Tool Set Box
Alat tangan adalah alat bantu yang sangat penting dan selalu
digunakan oleh mekanik dalam melaksanakan pekerjaan servis ketika
membuka, mengencangkan, melepaskan, merakit, maupun menyetel
berbagai komponen kendaraan. Peralatan tangan pada perbaikan bodi
kendaraan yang utama adalah palu dan dolly. Walaupun peralatan lain
S
AAllaatt--aallaatt TTaannggaann
Teknik Bodi Otomotif
72
banyak yang digunakan, namun seorang ahli perbaikan bodi, haruslah
menguasai ketrampilan dalam menggunakan palu dan dolly. Untuk
mempermudah pekerjaan, kemudian peralatan tangan bertambah banyak
untuk kesempurnaan dan kemudahan dalam perbaikan bodi.
Bab ini menguraikan beberapa alat tangan yang sering digunakan
dalam pekerjaan bodi kendaraan, meliputi obeng, kunci-kunci, alat
pemotong, palu, dolly, pahat, penitik, skrap, ragum dan sebagainya. Untuk
menjaga keawetan alat tangan ini, diperlukan pengetahuan dari mekanik
terhadap karakteristik alat, cara menggunakan alat serta perawatan alat
yang dilakukan.
5.1. Obeng
Fungsi dari obeng adalah alat tangan untuk mengencangkan atau
melepaskan baut atau sekrup pada bidang tertentu.
Gambar 5.2. Variasi Obeng
Ada 3 jenis obeng, yaitu obeng biasa, obeng offset dan obeng
ketok. Ketiga jenis obeng ini memiliki ujung positif (+) dan ujung negatif
(-), dengan beberapa ukuran, lancip, sedang dan tumpul.
Gambar 5.3. Bagian dari Obeng
Alat-alat Tangan
73
Obeng biasa memiliki konstruksi yang terdiri dari pemegang,
batang dan ujung (kepala). Pemegang dari obeng ada yang fixed atau
mati, tetapi ada pula yang dapat dilepas. Demikian pula ujung dari obeng,
saat ini banyak beredar obeng yang dapat diganti ujungnya, sedangkan
pemegang dan batangnya fixed. Dalam menggunakan obeng, gunakan
jenis dan ukuran yang tepat, karena bila tidak, maka akan merusak atau
membuat cacat baut, skrup atau bahkan obeng itu sendiri.
Obeng offset merupakan obeng khusus, dimana bilahnya
sekaligus menjadi tangkai. Kedua ujung dari obeng ini memiliki mata
dengan bentuk positif (+) dan ujung negatif (-). Obeng jenis ini digunakan
untuk membuka atau mengencangkan baut/ mur pada daerah yang sulit
dijangkau dengan obeng biasa.
Gambar 5.4. Bentuk Mata Obeng
Obeng ketok memiliki fungsi yang sama dengan obeng lainnya,
namun digunakan untuk membuka atau mengencangkan baut dan mur
yang memiliki kekencangan pengerasan yang tinggi. Prinsipnya adalah
menggunakan tenaga kejut dalam membuka baut atau mur dari
komponen. Konstruksinya terdiri dari pemegang yang mempunyai
penyetel untuk mengencangkan atau mengendorkan baut, kemudian hub
(sambungan) dan mata obeng, juga dengan beberapa ukuran, tumpul,
sedang dan lancip. Cara menggunakan obeng ketok adalah dengan
memastikan mata obeng terpasang kuat pada baut/ mur kemudian
memasang hub dan pemegang, serta memukul pemegang obeng dengan
mendadak sehingga mata obeng akan berputar untuk mengencangkan
atau membuka baut.
Teknik Bodi Otomotif
74
Gambar 5.5. Penggunaan Ketok
5.2. Kunci Pas dan Ring
Gambar 5.6. Jenis Kunci Ring dan Pas
Kunci pas dan kunci ring digunakan untuk mengencangkan atau
membuka baut atau mur yang berbentuk segi enam (hexagonal) dari
komponen kendaraan. Ukuran kunci pas dan ring biasanya memiliki
ukuran metrik dengan kombinasi (dalam mm) 6-7, 8-9, 10-11, 12-13, 14-
15, 16-17, 18-19, 20-22, dan 24-27. Namun ada juga kombinasi kunci
bawaan kendaraan memiliki kombinasi (dalam mm) terdiri dari 10-12, 14-
17. Ada juga ukuran kunci dalam satuan inggris inchi (in).
Alat-alat Tangan
75
Gambar 5.7. Pilih Kunci yang Pas
Pada penggunaannnya, usahakan selalu menggunakan kunci
sesuai dengan ukuran yang tepat, karena jika tidak maka akan merusak
kepala baut atau mur, bahkan kunci sendiri juga bisa mengalami
kerusakan. Selain itu, sebisa mungkin menggunakan kunci ring terlebih
dahulu sebelum kunci pas kalau memungkinkan, sebab kunci ring
memiliki persinggungan 6 titik pada kepala baut/ mur, sedangkan pada
kunci pas hanya 2 titik.
5.3. Kunci Sock
Seperti halnya alat tangan diatas, kunci sock juga berfungsi untuk
membuka atau mengencangkan baut dan mur yang memiliki torsi
pengencangan yang tinggi. Penggunaannya harus menggunakan handle
(pegangan) tersendiri.
Dalam satu box kunci sock, terdiri dari mata sock, handle serta
sambungan-sambungan dan joint.
Teknik Bodi Otomotif
76
Gambar 5.8. Kunci Sock Set
a. Mata sock
Mata sock terdiri dari sock segi duabelas, segi delapan dan segi
enam. Sedangkan variasi bentuknya, ada yang panjang maupun pendek.
Biasanya mata sock memiliki ukuran 10-33 mm atau 7/16W-1/4W dan
3/16W-3/4W.
Gambar 5.9. Jenis Mata Sock
Alat-alat Tangan
77
Gambar 5.10. Kunci Sock
b. Sliding handle
Sliding handle merupakan salah satu alat pemegang mata sock
yang yang bisa digeser posisinya sepanjang batang handle. Hal ini
menguntungkan apabila digunakan pada area kerja yang sempit.
Gambar 5.11. Sliding handle
c. Speed handle
Speed handle memiliki keuntungan bisa memutar baut dengan
cepat, karena prinsipnya sama dengan menggunakan bor tangan manual.
Untuk baut-baut yang panjang, tidak perlu melepas dan memasang
handle pada mata sock.
Gambar 5.12. Speed handle
Teknik Bodi Otomotif
78
Gambar 5.13. Penggunaan speed handle
d. Ratchet handle
Pemegang mata sock jenis ini memiliki penyetel arah putaran
yang mengunci, digunakan untuk membuka atau mengencangkan baut
Gambar 5.14. Rachet handle
e. Extension
Alat ini hanya merupakan alat bantu penyambung antara
pemegang (handle) dengan mata sock. Extension ini memiliki panjang
yang bervariasi misal 3, 6 dan 12 inchi.
Gambar 5.15. extension
Alat-alat Tangan
79
Gambar 5.16. extension
f. Nut spinner
Merupakan alat pemegang (handle) yang memiliki ujung bebas
bergerak, yang memudahkan untuk mengencangkan atau membuka bautbaut
yang rumit.
Gambar 5.17. Nut spinner
g. Universal joint
Kadang kita menemui suatu keadaan dimana saat
mengencangkan atau membuka tidak dalam posisi tegak lurus dan
kesulitan dalam memutar, hal ini dapat diantisipasi menggunakan
universal joint, yang merupakan sambungan multi engsel.
Gambar 5.18. Universal Joint
5.4. Kunci Heksagonal dan Kunci Bintang
Kunci heksaginal dan kunci bintang pada prinsipnya hampir sama
dengan kunci sock atau obeng, berfungsi untuk membuka dan melepas
baut/sekrup dengan bentuk kepala heksagonal atau berbentuk bintang.
Kunci tipe ini mempunyai ukuran bebrapa ukuran dan menganut standar
metrik dan inchi. Didalam prakteknya penggunaan baut atau sekrup ini
sudah sangat luas dalam kontruksi permesinan.
Teknik Bodi Otomotif
80
Gambar 5.18. Kunci Heksagonal (kunci L)
Gambar 5.19. Kunci Bintang
5.5. Kunci Inggris
Kunci inggris adalah kunci untuk melepas atau memasang
mur/baut yang dapat disetel menyempit atau melebar menyesuaikan
dengan ukuran mur atau bautnya. konstruksinya terdiri dari rahang diam,
rahang geser ulir penyetel dan lengan. Apabila ulir penyetel diputar
rahang geser akan bergerak menyempit atau melebar.
Alat-alat Tangan
81
Gambar 5.20. Kunci Inggris
Gambar 5.21. Variasi kunci Inggris
Gambar 5.22. Penggunaan Kunci Inggris yang Salah
Teknik Bodi Otomotif
82
Penggunaan kunci ini sangat tidak dianjurkan, digunakan hanya
pada saat tertentu saja. Melepas atau memasang mur/baut dianjurkan
dengan kunci ring atau kunci sock, karena jika terlalu sering
menggunakan kunci inggris dapat mengakibatkan sudut heksagonal mur
atau kepala baut lebih cepat tumpul sehingga menjadi bundar (selek).
Kunci inggris juga mempunyai nomor ukuran yang menunjukan lebar
jangkauan rahangnya.
5.6. Kunci Pipa
Kunci pipa biasa digunakan untuk melapas dan memasang pipa
dengan sambungan ulir atau memgang benda silindris lainnya,
konstruksinya hampir sama dengan kunci inggris, mempunyai rahang
diam dan rahang geser serta ulir penyetel. Perbedaanya pada kedua
rahang kunci pipa mempunyai gerigi untuk menahan pipa supaya tidak
bergeser/lepas saat dijepit oleh kunci.
Gambar 5.23. Kunci Pipa
Gambar 5.24. Penggunaan Kunci Pipa
5.7. Kunci Momen (Torque wrench)
Pada kendaraan, baut dan mur harus dikencangkan sesuai
dengan kebutuhan, karena apabila ikatannya tidak kuat maka ikatan akan
lepas dan menimbulkan kecelakaan. Demikian juga bila ikatan terlalu kuat
melebihi batas yang diijinkan, baut atau mur akan melebihi batas
elastisitasnya dan memungkinkan patah, sehingga juga bisa menimbulkan
kecelakaan.
Alat-alat Tangan
83
Untuk mengetahui apakah besarnya momen pengerasan sudah
tepat atau belum, maka dapat dilakukan menggunakan kunci momen.
Sebelum menggunakan kunci momen, baut atau mur terlebih dahulu
dikencangkan dengan kunci sesuai dengan kekuatan tangan saja. Saat ini
terdapat 3 jenis kunci momen, yaitu tipe penyetel mikrometer (micrometer
setting), model batang jarum (deflecting beam), dan model dial indikator
(dial indicating).
Gambar 5.25. Kunci Momen Mikrometer
Tipe penyetel mikrometer diatas memiliki konstruksi hub mata
sock, penyetel arah putaran, batang, skala ukur (yang mirip dengan dial
indikator) sistem Inggris ataupun metrik, pegangan kunci momen dan
pengunci sekaligus alat pemutar yang disembunyikan masuk dalam
pegangan kunci momen. Apabila kita menginginkan torsi pengencangan 6
kg/cm2, maka pada ujung pemegang terdapat pengunci yang tarik keluar
dan kemudian sekaligus untuk memutar penyetel, sampai menunjukkan
angka 6 kg/cm2, setelah itu kunci dimasukkan kembali. Apabila torsi
pengencangan telah melebihi torsi yang kita tetapkan, maka akan terjadi
loss (bunyi thek-thek) pada kunci momen tersebut.
Gambar 5.26. Kunci Momen Jarum
Tipe batang jarum memiliki konstruksi hub mata sock, jarum
penunjuk, skala ukur dan pegangan. Baut yang kencangkan sampai pada
skala ukur tertentu, langsung dibaca pada kunci momen yang ditunjukkan
oleh jarum. Oleh karena itu perlu ketelitian dan kecermatan dalam
mengencangkan baut, sekaligus melihat ukuran torsi pengencangan pada
alat.
Teknik Bodi Otomotif
84
Gambar 5.27. Kunci Momen Dial
Tipe yang ketiga di atas adalah dial indikator memiliki konstruksi
hub mata sock, dial indikator dan pegangan. Hampir sama dengan model
batang jarum, torsi pengencangan langsung dibaca pada dial ketika
sedang mengencangkan baut atau mur.
Gambar 5.28. Penggunaan Kunci Momen
5.8. Tang
Tang merupakan salah satu peralatan bengkel yang spesial,
karena merupakan salah satu kunci yang dapat distel atau diatur. Fungsi
dari tang adalah untuk memegang, memotong, melepas dan memasang
komponen dan lain sebagainya. Penggunaan tang yang tidak sesuai,
misal dipukul, akan merusak alat itu sendiri maupun komponen yang
dilakukan perbaikan.
Terdapat beberapa jenis tang diantaranya adalah tang betet (vise
grip) untuk menahan atau menjepit, menyatukan saat menyambung
dengan las, tang potong untuk memotong kawat dan sebagainya, tang
poligrip untuk melepas kepala baut yang sudah aus, tang snap ring atau
circlip untuk melepas atau memasang circlip, ada dua macam yaitu circlip
internal dan circlip external, tang moncong panjang (long nose/needle
nose) untuk menjepit saat melepas/memasang benda-benda kecil yang
sulit dipegang oleh tangan, tang kombinasi mempunyai fungsi lebih
beragam bisa memotong, menjepit dan sebagainya merupakan gabungan
dari fungsi berbagai jenis tang.
Alat-alat Tangan
85
Berikut ini berbagai macam tang dan penggunaannya
Gambar 5.29. Tang Kombinasi dan Pemotong Sisi
Gambar 5.30. Tang lancip dan tang rivet
Gambar 5.31. Tang Betet dan tang Balancer
Gambar 5.32. Tang Baterai
5.9. Gunting dan Pemotong Plat
Pemotong plat ini bisa berbentuk gunting atau cutter atau pisau,
yang digunakan untuk memotong plat-plat yang tipis. Dalam proses
perbaikan bodi kendaraan, pemotong plat ini sangat diperlukan bila
melakukan perbaikan-perbaikan kecil atau memperbaiki bodi yang
keropos.
Teknik Bodi Otomotif
86
Sedangkan untuk pemotongan lembaran plat yang tebal
menggunakan alat khusus.
Ada berbagai macam gunting, baik untuk memotong lurus atau
memotong yang berbentuk kurva.
Gambar 5.33. Gunting Lurus
Gambar 5.34. Gunting Kurva
Gambar 5.35. Gunting lengkung
5.10. Palu
Palu adalah alat bantu untuk memukul benda kerja yang aman,
konstruksinya terdiri dari kepala palu yang keras terbuat dari baja karbon
(0.60-0.80%) tersedia dalam beberapa ukuran antara 150-1500 gr, Serta
gagang yang disesuaikan dengan ukuran kepala palu. Kepala palu terdiri
dari dua permukaan yang bisa dipergunakan untuk memukul.
Alat-alat Tangan
87
Gambar 5.36. Palu kepala ball-pen
Gambar 5.37. Palu kepala cross pen
Bentuk, model, dan ukuran berat palu berbeda-beda sesuai
dengan kebutuhan penggunaanya. Model dan ukuran palu dibedakan
menjadi dua kelompok, model umum dan model khusus. Model yang
umum dipakai adalah palu model ujung bulat (ball-pein), palu model ujung
menyilang (cross-pein) dan palu model ujung lurus (stright-pein).
Gambar 5.38. Palu Cakar
Teknik Bodi Otomotif
88
Gambar 5.39. Palu Martil
Palu model khusus dibuat untuk penggunaan khusus misalnya
perbaikan bodi kendaraan, untuk menempa, meratakan plat atau
membentuk plat.
Palu khusus lainnya yaitu kepala palu lunak yang terbuat dari
tembaga, kuningan, kaleng, timbal, plastik, karet, kayu dan sebagainya.
Digunakan untuk memukul benda-benda yang permukaanya halus
sehingga tidak rusak saat dikerjakan.
Gambar 5.40. Palu Karet
Gambar 5.41. Palu Plastik
Gambar 5.42. Palu Kayu
Alat-alat Tangan
89
Palu khusus pekerjaan bodi mempunyai bentuk dan ukuran yang
lebih beragam, biasanya palu bentuk tertentu digunakan bersama-sama
dengan dolly.
Gambar 5.43. Shrinking hammer
Gambar 5.44. Pick hammer
Gambar 5.45. Standar bumping hammer
Teknik Bodi Otomotif
90
Gambar 5.46. Contoh Penggunaan Palu Khusus untuk Perbaikan Bodi
5.11. Dolly
Dolly adalah pasangan dari palu sebagai alas/landasan saat
memukul atau membentuk benda kerja pada pekerjaan body, terbuat dari
baja karbon yang sangat keras. Bentuk dan ukuranya disesuaikan dengan
kebutuhan, bentuk permukaan rata, menyiku, melengkung, bulat, kerucut
dan sebagainya. Ada jenis dolly duduk yang serbaguna berukuran besar
dan berat untuk membentuk plat yang lebih tebal, menekuk besi pejal,
bahkan bisa untuk menempa dan kerja bangku lainnya
Dollly untuk membentuk permukaan plat yang melengkung/cembung
Gambar 5.47. Berbagai macam dolly
Alat-alat Tangan
91
Penggunaan palu dan dollly dalam perbaikan body kendaraan
dicontohkan seperti gambar berikut:
Gambar 5.48. Contoh penggunaan palu dan dolly untuk meratakan permukaan
plat yang melengkung
Gambar 5.49. Metode perataan on-dolly, plat bodi dialasi dolli kemudian dipukul
pelan dengan palu
Gambar 5.50. Metode perataan off-dolly, dolly hanya sebagai penahan plat bodi
saja, palu tidak langsung dipukulkan pada dolly
Teknik Bodi Otomotif
92
5.12. Body Spoon
Body spoon mempunyai fungsi hampir sama dengan palu dan
dolly, sebagai alat perata bagian bodi kendaraan yang berlekuk atau
bentuk-bentuk tetentu yang tidak memungkinkan menggunakan dolly,
yaitu dengan cara dicungkil atau sebagai alas pukul pada body yang
sempit. Bentuknya seperti sendok terdiri dari batang sebagai
peganganatau pengungkit dan bagian kepala sebagai permukaan untuk
mencongkel atau alas.
Gambar 5.51. Bentuk dan ukuran body spoon
Gambar 5.52. Penggunaan Body Spoon
5.13. Gergaji
Menggergaji merupakan salah satu metode dalam memotong
benda kerja, gergaji terdiri rangka dan bilah. Rangka gergaji sebagai
tempat bilah gergaji dikaitkan dan diklem/dijepit supaya aman serta
mudah dalam melepas dan memasang.
Alat-alat Tangan
93
Gambar 5.54. Sengkang Gergaji
Gambar 5.55. Gergaji Mini
Bilah gergaji mempunyai gerigi, gerigi tersebut mempunyai ukuran
tertentu yaitu 18 tpi, 24 tpi dan 32 tpi (teeth per inch) atau jumlah mata gigi
dalam satu inchi, pemilihan jumlah mata disesuaikan dengan bahan yang
akan dipotong. Misalnya 18 tpi sesuai digunakan untuk memotong bahan
yang cukup keras dengan ketebalan lebih dari 5 mm, semakin keras atau
tipis bahan yang akan dipotong maka digunakan bilah gergaji yang lebih
besar tpi-nya. Pemasangan bilah gergaji adalah mata gigi yang lurus
mengarah ke depan.
Gambar 5.56. Cara Menggunakan Gergaji yang benar
Teknik Bodi Otomotif
94
5.14. Kikir
Pekerjaan mengikir adalah kerja bangku yang belum dapat
tergantikan oleh mesin, dengan kikir bisa membentuk atau hanya
menghaluskan bagian tertentu dari benda kerja.
Gambar 5.57. Mata Kikir
Gambar 5.58. Gagang kikir
Kikir terdiri dari bilah kikir sebagai permukaan untuk mengikis
benda kerja dipasangkan dengan gagang/handle dari kayu atau plastik.
Bilah kikir mempunyai bentuk dan ukuran berbeda disesuaikan dengan
bentuk benda yang dikerjakan, begitu pula dengan kekasaran permukaan
kikisnya. Ukuranya dinyatakan dalam angka yang menunjukan ukuran
panjang dalam inchi. Ukuran yang umum 6”,8”,10”,12” dan 14”.
Gambar 5.59. Jenis Alur Kikir
Alur permukaan pada kikir mempunyai dua jenis yaitu single cut
yang mempunyai satu alur saja pada pemukaan kikis nya dan yang paling
banyak dipakai adalah alur double cut yang mempunyai dua alur yang
saling menyilang.
Terdiri dari bermacam bentuk dasar bilah :
􀂃 Kikir plat berbentuk rata dan lebar di kedua permukaan, untuk
mengikir benda yang permukaanya lebar dan rata.
Alat-alat Tangan
95
􀂃 Kikir bilah persegi untuk mengikir sudut siku
􀂃 Kikir bilah bulat untuk mengikir lubang berbentuk bulat pada benda
kerja.
􀂃 Kikir bilah segi tiga untuk mengikir lubang bersudut pada benda
kerja
􀂃 Kikir jarum berfungsi untuk mengikir benda kerja yang kecil atau
lubang-lubang sempit
􀂃 Kikir bodi digunakan untuk mengikir pada pekerjaan bodi misalnya
meratakan permukaan dempul dan sebagainya, kikir bodi
mempunyai rangka yang dapat disetel melengkung atau rata sesuai
permukaan yang akan dikerjakan.
Gambar 5.60. Jenis Kikir Bodi
Cara penggunaan kikir body dengan menggunakan dua tangan,
langkah pengikisan saat kikir bergerak maju
5.15. Pahat
Dalam kerja bangku pahat dapat digunakan untuk memotong plat
tipis, memotong mur/baut yang berkarat, membuka rivet atau paku keling.
Pahat dibuat dari batang baja yang sangat keras (baja tuang atau baja
karbon 0,80-0,90%), ujung mata potong/penyayat berbentuk pipih tajam
dan dikeraskan sebagai permukaan potong sedangkan kepalanya untuk
menerima tekanan pukul dari palu.
Teknik Bodi Otomotif
96
Gambar 5.61. Pahat Set
Gambar 5.62. Jenis pahat
Tersedia dalam berbagai bentuk ukuran disesuaikan dengan
benda yang dikerjakan. Ujung penyayat akan menjadi tumpul apabila
sering dipergunakan, maka bisa dibuat tajam lagi dengan cara digerinda.
Begitu juga dengan ujung lainnya karena selalu menerima tekanan dari
palu maka pada ujung akan mengembang, maka perlu digerinda untuk
mengembalikan ke bentuk semula.
Gambar 5.63. Perbaikan pahat dengan gerinda
Alat-alat Tangan
97
Gambar 5.64.Contoh penggunaan pahat
5.16. Penitik
Penitik berfungsi untuk memberi tanda berupa titik pada benda
kerja supaya tidak tertukar, tanda garis yang akan dikerjakan/dipotong,
pertemuan dua garis gambar atau tanda titik tengah (senter) saat akan
mulai melubangi dengan mata bor. Penitik mempunyai kepala, dan ujung
lancip untuk memberi tanda titik apabila kepalanya dipukul oleh palu,
sudut lancip penitik ada dua macam yaitu sudut 45º dan 60º.
Gambar 5.65. Penitik
5.17. Penggores
Penggores adalah alat untuk memberikan tanda garis atau
menggambar pada benda yang akan dikerjakan, misalnya memberi tanda
untuk dilipat, dipotong, dilubangi dan sebagainya.
Untuk memberi tanda yang lurus digunakan penggores perata
yang dilengkapi stand yang dapat disetel sesuai kebutuhan. Penggores
Teknik Bodi Otomotif
98
dan benda kerja diletakan pada meja perata, kemudian penggores
digeserkan maka garus lurus akan terbentuk pada benda kerja.
Gambar 5.66. Penggores biasa, penggores ballpoint, dan penggores perata
Gambar 5.67. Contoh Penggunaan Penggores
Gambar 5.68. Contoh Penggunaan Penggores perata
5.18. Jangka penggores
Jangka penggores mempunyai fungsi yang sama dengan
penggores biasa, kelebihannya yaitu bisa membuat dua garis lurus yang
sejajar, hal ini untuk memudahkan saat memberi tanda pada benda kerja
Alat-alat Tangan
99
dengan ukuran yang sama. Terdiri dari tiga jenis jangka penggores yaitu
jangka penggores lurus untuk menandai garis sejajar diatas permukaan.
Jangka penggores permukaan dalam (inside) untuk membuat garis kedua
permukaan pada bagian dalam caontohnya pada besi profil U. Jangka
penggores permukaan luar (out side) untuk memberi garis pada kedua
permukaan benda kerja tepi kanan dan kiri.
Gambar 5.69. Jangka penggores biasa
Gambar 5.70. Jangka penggores out side
Gambar 5.71. Jangka penggores in side
Teknik Bodi Otomotif
100
5.19. Skrapper
Skrapper atau skrap fungsinya untuk mengaplikasikan dempul
apada permukaan bodi kendaraan yang tidak rata, selain itu juga bisa
untuk mengikis bekas gasket yang lengket pada blok mesin dan
sebagainya.
Gambar 5.72. Skrap
5.20. Ragum/Cekam
Ragum digunakan untuk membantu pekerjaan memotong,
mengikir, mengelas dan sebagainya dengan cara dicekam supaya
pekerjaan menjadi lebih mudah dan aman. Ragum terbuat dari baja cor
yang keras, tersedia dalam berbagai ukuran sesuai dengan kebutuhan.
Ragum biasanya ditempatkan pada bangku kerja dengan cara dibautkan
langsung (ragum tetap) namun adapula yang hanya dijepitkan dengan
klem ulir saja sehingga lebih mudah untuk dipindah-pindahkan (ragum
portable). Pada mesin bor terdapat ragum khusus yang mudah digesergeserkan
pada meja mesin bor supaya lebih mudah dalam proses
pelubangan yang lebih dari satu titik pada benda kerja yang dicekam.
Gambar 5.73. Ragum meja
Alat-alat Tangan
101
Gambar 5.74. Ragum portabel
Gambar 5.75. Pelapis penjepit ragum
Gambar 5.76. Ragum benda kerja yang akan di bor
Bagian permukaan untuk menjepit bisa dilepas dan diganti
sesuai dengan benda kerjanya, apabila benda kerja yang akan dijepit
lebih lunak maka permukaan untuk menjepitnya juga bisa diganti atau
dilapisi bahan yang lebih lunak supaya permukaan benda kerja tidak
rusak saat dikerjakan.
Teknik Bodi Otomotif
102
5.21. Sikat Logam
Sikat berfungsi untuk membersihkan permukaan benda kerja dari
karat atau setelah pekerjaan mengikir, mengelas, menyekrap dan
sebagainya. Sikat pada kerja bangku ada bebrapa macam berdasarkan
bahan kawatnya : sikat kawat baja, sikat kawat kuningan sikat kawat
tembaga dan sebagainya
Gambar 5.77. Sikat Kawat
Adapula sikat yang dapat diputar menggunakan bor listrik untuk
membersihakan permukaan plat dari karat atau bekas cat dan dempul,
pemasangannya sama dengan sama dengan pemasangan mata bor.
Gambar 5.78. Sikat khusus untuk mesin
Alat-alat Tangan
103
Gambar 5.79. Sikat kawat tembaga
5.22. Kape Dempul
Kape dempul atau biasa disebut kape berfungsi untuk mengaduk
dempul dengan hardener dan memoleskannya pada permukaan yang rata
yang akan diberi dempul. Pisau dempul harus selalu dibersihkan setelah
dipakai sebelum dempul mengering karena akan membuat permukaan
pisau tidak rata saat digunakan kembali untuk mendempul.
Gambar 5.80. Kape dempul
Ukuran dari kape dempul bervariasi, yang terdiri dari ukuran sesuai
lebarnya, yaitu: 100 mm, 80 mm, 60 mm, 40 mm maupun 20 mm.
5.23. Tap dan Snai
Tap dan snai adalah alat tangan yang berfungsi untuk membuat
ulir atau memperbaiki ulir yang rusak. Tap adalah untuk membuat ulir
dalam atau ulir pada mur sedangkan snai untuk membuat ulir luar atau ulir
pada baut.
Tap dan snai mempunyai ukuran standar yaitu satuan metrik dan
satuan inchi. Jika kita akan membuat atau memperbaiki ulir sebuah mur
atau baut harus disesuaikan terlebih dahulu ukuran yang tepat.
Teknik Bodi Otomotif
104
Gambar 5.81. Tap dan ukurannya
Ketika akan membuat mengetap untuk membuat ulir pada besi
pejal, maka kita harus melakukan pengeboran terlebih dahulu dengan
diameter yang lebih kecil dari ulir yang akan dibuat. Kemudian
menggunakan ulir kasar nomor 3, nomor 2 dan finishing, seperti diuraikan
berikut ini.
Gambar 5.82. Tap ulir whitwort
Alat-alat Tangan
105
Gambar 5.83. Tap ulir metris
Tap dan snai terdiri dari tiga bagian bagian pertama yaitu tap
pembentuk, pada ujungnya lebih tirus dan alur ulir pemakannya lebih
dangkal karena hanya sebagai pembentuk alur saja untuk mempermudah
proses berikutnya.
Bagian yang kedua adalah tap menengah, ulir pemakanannya
lebih dalam sudah mulai membentuk alur ulir.
Bagian ketiga adalah tap akhir yang berfungsi sebagai penghalus
alur sehingga bisa sesuai dengan ulir pasangannya. Selain menggunakan
tap dan snai pembuatan ulir bisa dilakukan dengan menggunakan mesin
bubut.
Untuk membuat tap, maka tap dipasangkan pada pemegang/
handle tap, kemudian dikencangkan dengan memutar handle yang juga
berfungsi seperti ulir. Setelah kiat mencengkeram, baru tap digunakan.
Gambar 5.84. Gagang tap
Teknik Bodi Otomotif
106
Sedangkan untuk snei, juga dipasang pada handel, kemudian
dikunci dengan mur pengunci.
Gambar 5.85. Gagang snei
Ulir mempunyai standar dan ukuran tertentu, ada 3 jenis standar ulir yaitu:
ulir metris, ulir whitwort dan ulir UNC.
Gambar 5.86. Snei ulir metris
Gambar 5.87. Snei ulir whitwort
Alat-alat Tangan
107
Gambar 5.88. Snei ulir UNC
Pada snei maupun tap terdapat tanda jenis ulir dan ukuranya, misalnya : ¾”-10
UNC. Maksudnya :
¾” = diameter luar dalam inchi
10 = menunjukan jumlah kisaran ulir setiap inchi (kekasaran)
UNC = menunjukan ulir jenis UNC
Contoh lain :
M10x1,5
M = menunjukan ulir jenis metris
10 = menunjukan diameter dalam mm
1,5 = menunjukan jarak kisar ulir 1,5 mm
5.24. Bolt extractor
Bolt extractor adalah alat yang digunakan untuk mencabut baut
yang patah. Alat ini penting untuk perbaikan bodi kendaraan, karena
biasanya baut yang tidak pernah dibuka, kemungkinan sering terjadi
patah. Caranya adalah dengan mengebor baut yang patah dengan
diameter yang lebih kecil, kemudian Bolt extractor yang sesuai dengan
ukurannya dibautkan. Konstruksi alat ini memiliki ulir kiri (kebalikan dari
baut-baut biasanya) sehingga akan mengangkat baut yang patah tadi
keluar.
Gambar 5.89. Bolt extractor
Pertanyaan:
1. Apakah fungsi pahat dan pekerjaan apa saja yang bias
menggunakan pahat?
2. Sebutkan jenis dan fungsi dari tang!
3. Sebutkan jenis-jenis palu biasa dan palu khusus perbaikan bodi
kendaraan dan fungsinya!

108
erusakan bodi akibat benturan atau tabrakan terkadang
tidak hanya merusakkan bodi kendaraan bagian luar saja,
namun tidak menutup kemungkinan kerusakan terjadi juga
pada chassis/ rangka kendaraan. Kerusakan pada rangka kendaraan
memerlukan perbaikan yang ekstra teliti, dikarenakan rangka memiliki
konstruksi yang kuat dan sangat menentukan kestabilan, keamanan dan
kenyamanan dari sebuah kendaraan.
Sebagai akibat dari tabrakan (seperti gambar 6.1), bodi kendaraan
bisa dimungkinkan ada bagian kendaraan yang rusak, mengkerut, mulur,
bengkok dan lain sebagainya. Untuk perbaikan bodi yang rusak tersebut,
kadang tidak bisa dilakukan bagian per bagian, akan tetapi bersamasama.
Hal ini memerlukan beberapa peralatan yang dapat bekerja secara
kompak dan bersama-sama.
Khusus pada bab ini, akan dijelaskan beberapa perlatan hidrolik
yang digunakan untuk memperbaiki kerusakan bodi kendaraan. Proses
perbaikan pada kendaraan maupun lama waktu perbaikan bodi
tergantung dari jenis kerusakan.
Gambar 6.1. Kerusakan bodi ketika tabrakan
K
AAllaatt--aallaatt HHiiddrroolliikk
Alat-alat Hirolik
109
6.1. Pengertian
Kata hidrolik berasal dari bahasa Inggris hydraulic yang berarti
cairan atau minyak. Prinsip dari peralatan hidrolik memanfaatkan konsep
tekanan, yaitu tekanan yang diberikan pada salah satu silinder akan
diteruskan ke silinder yang lain., sesuai dengan hukum Pascal.
Peralatan hidrolik untuk memperbaiki bodi kendaraan memiliki
ukuran yang sangat bervariasi, dari peralatan yang hanya memiliki
kekuatan sekitar 1 ton, sampai dengan 50 ton. Jenis yang digunakan
disesuaikan dengan kerusakan yang terjadi. Jenisnya juga beragam dan
beberapa alat dapat saling dikombinasikan.
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, maka perlu diperhaikan
prosedur perbaikan dengan alat hidrolik.
Gambar 6.2. Prinsip kerja hidrolik
Dalam penggunaan berbagai peralatan hidrolik, biasanya kita
sering menggunakan oli sebagai perantara untuk menyalurkan tekanan.
Jadi, perbaikan bodi kendaraan memanfaatkan oli untuk membantu
pekerjaan kita. Konsep dari hidrolik banyak digunakan pada pemakaian
sistem rem kendaraan, dongkrak kendaraan, alat pengangkat mobil ketika
dicuci, juga pada berbagai alat berat seperti back hoe, excavator dan lain
sebagainya.
Dalam perbaikan bodi kendaraan, baik kerusakan ringan maupun
kerusakan berat, sering diperlukan peralatan hidrolik untuk memperbaiki
kerusakan tersebut. Peralatan hidrolik yang sering digunakan adalah alat
pengangkat mobil (car lift), dongkrak lantai, ram atau dongkrak tenaga
serta alat-alat penarik dan penekan.
Teknik Bodi Otomotif
110
Gambar 6.3. Penggunaan alat hidrolik untuk perbaikan bodi mobil
6.2. Alat-alat Pengangkat (Car Lift)
Car lift terdiri dari beberapa jenis, single post, double post ataupun
four post car lift. Tenaga yang digunakan untuk mengalirkan oli
menggunakan pompa yang digerakkan oleh tenaga manusia langsung,
pompa yang digerakkan motor listrik, ataupun dengan pompa yang
digerakkan dengan udara tekan. Aliran fluida dari pompa dialirkan ke
silinder, yang menyebabkan piston akan terangkat ke atas dan penyangga
akan mengangkat kendaraan.
Gambar 6.4. Tekanan hidrolik
Alat-alat Hirolik
111
Pada car lift tipe single post terdapat empat lengan yang dapat
diatur sedemikian rupa baik panjang-pendeknya serta arah lengannya,
sehingga mobil dapat terangkat dengan aman. Jenis ini banyak digunakan
untuk membuka bengkel pencucian kendaraan, karena dapat menjangkau
beberapa bagian mesin dengan leluasa. Namun untuk perbaikan bodi
ataupun kaki-kaki kendaraan, faktor keamanannya kurang baik bila
dibandingkan dengan jenis car lift yang lainnya.
Apabila bekerja di bawah car lift jenis ini, perlu hati-hati ketika
dibawah kendaraan.
Gambar 6.5. Single post car-lift
Demikian juga untuk car lift jenis double post car lift juga memiliki
landasan penyangga kendaraan yang dapat diatur untuk menyesuaikan
dengan bodi/ rangka kendaraan. Alat pengangkat kendaraan ini cocok
untuk perbaikan bodi khususnya kaki-kaki (roda) karena roda
menggantung dan lebih aman daripada jenis single post car lift.
Gambar 6.6. Two post car-lift
Teknik Bodi Otomotif
112
Sedangkan untuk tipe four post car lift, memiliki tingkat keamanan
yang paling baik. Akan tetapi tidak cocok untuk perbaikan kaki-kaki
kendaraan, dan lebih cocok untuk pekerjaan dibawah kendaraan seperti
perbaikan transmisi, differensial (gardan), sistem rem dan sebagainya.
Gambar 6.7. Four post car-lift
Ketika mengoperasikan car lift dilarang membawa penumpang
atau ada orang didalam kendaraan. Pintu kendaraanpun juga harus
tertutup rapat atau lebih aman terkunci. Apabila car lift memiliki kunci
tambahan sebagai pengaman ketika sedang digunakan, maka kunci
harap dipasang. Apabila peralatan tidak bisa berfungsi dengan sempurna,
maka alat tersebut jangan digunakan. Lakukan terlebih dahulu perbaikan,
termasuk jika alat sudah tidak bisa bekerja cepat seperti biasanya,
mungkin minyak pelumas perlu dicek, atau terdapat kebocoran pada
sistem.
Dongkrak
Dongkrak lantai atau sering disebut dengan dongkrak saja,
digunakan untuk mengangkat sebagian dari bodi kendaraan. Dongkrak
dioperasikan dengan cara memompa silinder dengan tangan melalui
handle (tuas pemompa). Pada dongkrak juga dilengkapi katup pembebas,
yang digunakan untuk mengembalikan posisi piston pada kondisi semula.
Ketika sedang menggunakan dongkrak, penyangga harus pada posisi
yang tepat pada kendaraan, sebab bila tidak, maka dongkrak bisa
terguling dan dapat menyebabkan bodi kendaraan terguling dan
memungkinkan kerusakan.
Alat-alat Hirolik
113
Gambar 6.8. Dongkrak
Dongkrak dibedakan berdasar besar kekuatan yang dimilikinya.
Terdapat salah satu jenis dongkrak yang memiliki kekuatan yang besar
disebut dengan dongkrak buaya. Untuk tindakan keamanan, gunakan
penyangga tambahan (jack stand) dibawah kendaraan pada chasis atau
komponen yang kuat menahan beban mobil, agar kita aman bekerja
dibawah kendaraan.
Gambar 6.9. Dongkrak buaya
Portable Crane
Portable crane adalah alat yang digunakan untuk mengangkat
mesin yang akan dikeluarkan dari kendaraan yang dapat berpindah
tempat (portable). Alat ini terdiri dari bagian bawah yang dilengkapi roda,
tiang utama, pompa hidrolis, katu pembebas, serta tangkai pengangkat
yang bisa diatur panjang-pendeknya sesuai kebutuhan.
Teknik Bodi Otomotif
114
Alat ini dapat bekerja secara hidrolik juga, yaitu dengan cara
memompa dengan menggunakan tangan pada tuas pemompa, sehingga
piston dalam silinder akan mengangkat tangkai pengangkat.
Gambar 6.10. Portable crane
Ketika bekerja menggunakan crane pastikan bahwa mesin yang
akan diangkat sudah benar-benar bebas dari kendaraan, termasuk bautbaut
pengikat, engine mounting (dudukan mesin), kabel-kabel, selang dan
komponen lainnya. Setelah terangkat, segera letakkan komponen yang
diangkat pada tempat yang aman, baru kemudian mengerjakan
perbaikan.
Crane juga bisa digunakan untuk keperluan lain selain
mengangkat mesin, misalnya mengangkat benda-benda berat yang harus
diangkat atau dipindahkan. Tentunya, dengan memperhatikan kekuatan
maksimum dari crane yang bersangkutan.
6.3. Hydraulic Power Jack
Peralatan hidrolik ini sering digunakan pada pekerjaan bodi
kendaraan, pada umumnya memiliki bagian-bagian utama, yaitu:
Alat-alat Hirolik
115
Gambar 6.11. Hydraulic power jack set
Pompa hidrolik, yang berfungsi menghasilkan tekanan hidrolik yang
digunakan untuk menarik, menekan, mencekam sesuai dengan ram yang
digunakan. Pompa hidrolik ini terdiri dari reservoir (penampung oli),
lengan pengungkit dan lubang untuk selang fleksibel high pressure serta
katup pembebas (release valve).
Komponen ini merupakan peralatan yang paling pokok pada pekerjaan
yang menggunakan peralatan hidrolik.
Gambar 6.12. Pump hydraulic power jack
Slang fleksibel high-pressure, sebagai saluran untuk mengalirkan oli
dari pompa hidrolik ke ram, sesuai dengan fungsi ram masing-masing.
Selang ini terbuat dari bahan karet yang dibungkus anyaman kabel, kain
dan karet pada bagian luarnya. Pada bagian ujung selang terdapat
coupler (penyambung) yang bisa dipasang atau dilepas dengan mudah
tangan.
Teknik Bodi Otomotif
116
Gambar 6.13. Slang dan bagiannya
Ram, berfungsi untuk menekan, menarik, mencekam dan pekerjaan lain
sesuai pekerjaan yang diinginkan dengan tingkat kekuatan yang berbedabeda.
Gambar 6.14. Ram dan bagiannya
Gerak utama pada ram hanyalah mendorong atau menarik
piston dengan memanfaatkan tekanan hidrolis. Pada push-ram berfungsi
untuk mendorong piston keluar, ditandai dengan lubang masuk aliran oli
berada dibawah silinder. Sedangkan pada pull-ram berfungsi menarik
piston kedalam, karena posisi lubang aliran oli berada di atas dari silinder.
Pemanfaatan masing-masing ram dilakukan dengan cara memasang
adaptor (penyambung) seseuai perbaikan bodi kendaraan yang dilakukan.
Gambar 6.15. Push ram dan pull ram
Alat-alat Hirolik
117
6.4. Attachment (Peralatan Tambahan)
Untuk keperluan perbaikan kendaraan, penggunaan hydraulic jack,
pada bagian ram dilengkapi dengan landasan. Bagian bawah biasanya
dipasang landasan rata bila berada pada permukaan rata, tapi bisa juga
menyesuaikan bentuk landasan. Pada bagian lainnya dipasang kepala
yang menyesuaikan dengan bidang tekannya. Untuk bagian bodi yang
tidak boleh tergores, maka dipasang kepala menggunakan karet.
Gambar 6.16. Ram dan peralatan tambahan
Sedangkan untuk peralatan tarik, diperlukan peralatan tambahan
seperti pada gambar berikut ini:
Gambar 6.17. Attachment
Berikut ini merupakan contoh dari beberapa penggunaan
attachment (peralatan tambahan) yang digunakan pada perbaikan bodi
kendaraan. Selain menggunakan pengait, biasanya juga digunakan
kombinasi rantai.
Teknik Bodi Otomotif
118
Gambar 6.18. Penggunaan beberapa pengait pada rangka dan bodi
Gambar 6.19. Menarik rangka dari lubang yang dipasang ulir
Gambar 6.20. Mencekam rangka kendaraan pada anchor pots di lantai
Gambar 6.21. Menarik rangka menggunakan pengait L pada lubang rangka
Alat-alat Hirolik
119
Gambar 6.22. Arah menarik plat bodi kendaraan yang penyok
Gambar 6.23. setelah plat ditarik, kemudian di palu untuk mempercepat proses
Gambar 6.24. Mencekam bodi pada bagian plat pada kedua sisi
Gambar 6.25. Penggunaan pengait yang dibaut untuk menarik bodi
Teknik Bodi Otomotif
120
6.5. Peralatan Tekan
Pada perbaikan bodi kendaraan yang mengalami perubahan
struktur dari bodi aslinya, kita bisa menggunakan alat penekan yang
memanfaatkan sistem hidrolik.
Berikut ini beberapa peralatan tekan yang digunakan dalam
perbaikan bodi kendaraan:
Gambar 6.26. Adaptor
Adaptor digunakan untuk menyambung ram dengan dudukan
(ujung) dari ram yang digunakan untuk perbaikan bodi kendaraan.
Gambar 6.27. Push ram dan variasi peralatan tambahan
Alat-alat Hirolik
121
Gambar 6.28. Ram khusus berkekuatan besar
6.6. Peralatan Tarik
Perbaikan bodi kendaraan dengan menggunakan alat hidrolik yang
menggunakan peralatan tarik. Tabrakan yang menyebabkan bodi rusak,
salah satu caranya adalah ditarik.
Gambar 6.29. Prinsip penarikan dengan pull ram
Teknik Bodi Otomotif
122
Gambar 6.30. Pull ram dan variasi peralatan tambahan
Dengan menggunakan bantuan rantai dengan berbagai macam bentuk:
Gambar 6.31. Alat bantu rantai untuk pull ram
Alat-alat Hirolik
123
6.7. Body-Frame Straighteners (Pelurus Rangka dan Bodi
Kendaraan)
Pekerjaan yang banyak dikerjakan pada perbaikan bodi kendaraan
adalah menarik atau menekan pada permukaan bodi yang penyok atau
rangka yang bengkok menjadi lurus kembali. Oleh karena itu, kita harus
terbiasa menggunakan berbagai macam peralatan mekanik, pneumatik
ataupun hidrolik dalam memperbaiki bodi kendaraan. Namun, kebanyakan
peralatan body-frame straighteners banyak yang menggunakan hidrolik,
karena memiliki daya yang besar.
Setiap kerusakan yang terjadi pada bodi kendaraan memiliki
bentuk dan kasus yang selalu berbeda-beda. Tidak ada dalam sejarah,
terjadinya tabrakan suatu kendaraan yang sama persis, sehingga pasti
akan menyebabkan kerusakan yang tidak sama juga. Oleh karena itu
pemilihan peralatan body-frame straighteners yang digunakan juga harus
tepat sesuai dengan kerusakan yang terjadi.
Gambar 6.32. Konsep hidrolik pada body-frame straighteners
Biasanya pekerjaan perbaikan bodi kendaraan diawali dengan
menganalisis proses terjadinya kerusakan bodi kendaraan. Untuk
memperjelas, biasanya pada bodi kendaraan yang mengalami kerusakan,
diberi gambar gaya atau arah dimana terjadinya tumbukan yang
menyebabkan kerusakan, kemudian arah penyebaran tumbukan, serta
cara yang digunakan untuk mengembalikan kerusakan tersebut.
Kemudian kita menentukan alat yang akan digunakan. Bodi kendaraan
tidak bisa kembali seperti semula hanya dengan menggunakan peralatan
body-frame straighteners saja, namun dalam proses pengerjaannya,
ketika proses menarik bodi kendaraan berlangsung, teknisi juga
Teknik Bodi Otomotif
124
menggunakan beberapa peralatan kerja bodi lainnya, atau bahkan
mengkombinasikannya, sehingga proses perbaikan menjadi lebih efektif.
Peralatan lainnya itu seperti palu, dolly atau bahkan las acetylene untuk
pemanasan.
Gambar 6.33. Menarik dengan klem disertai teknik memukul
Pada dasarnya, peralatan body-frame straighteners dibagi menjadi
dua kelompok, yaitu yang bersifat:
1. portable body-frame straighteners (peralatan ini dapat dipindahpindah
sesuai dengan keinginan)
Gambar 6.34. portable body-frame straigttener
Alat-alat Hirolik
125
2. stasionary body-frame straighteners (peralatan ini tidak dapat
dipindah-pindah, bersifat tetap).
Gambar 6.35. Stationey body-frame straighteners
Berikut ini contoh peralatan portable body-frame straighteners
yang digunakan untuk menarik bodi kendaraan yang mengalami tabrakan
pada bagian belakangnya. Body-frame straighteners jenis ini bisa
dipindah-pindah, dengan panjang landasan bisa diatur sesuai dengan
panjang kendaraan atau keperluan perbaikan yang akan dilakukan. Ketika
sedang digunakan, alat ini dikaitkan ke lantai dengan peralatan tambahan
yaitu anchor pots (jangkar pengait) yang telah ditanam dilantai.
Gambar 6.36. Menarik bodi belakang dengan dengan hydraulic jack
Teknik Bodi Otomotif
126
Gambar 6.37. Menarik pojok deck lid dengan dengan hydraulic jack
Gambar 6.38. Menarik atap kendaraan dengan dengan hydraulic jack
Gambar 6.39. Meluruskan rangka bodi komposit dengan dengan hydraulic jack
Alat-alat Hirolik
127
Gambar 6.40. Meluruskan rangka bodi monocoq dengan dengan hydraulic jack
6.8. Anchor Pots
Bengkel yang didesain khusus untuk perbaikan bodi, biasanya
telah memasang anchor pots yang ada dilantai bengkel. Anchor Pots
digunakan untuk mengaitkan rantai yang digunakan untuk menahan
peralatan portable body-frame straighteners, sehingga ketika sedang
digunakan, peralatan portable body-frame straighteners akan tetap pada
posisinya dan tidak berpindah tempat.
Gambar 6.41. Posisi anchor pots pada lantai kendaraan
Teknik Bodi Otomotif
128
Gambar 6.42. Anchor pots , rantai dan penutupnya
Anchor pot yang ditanam dilantai bengkel tersebut terdiri dari
silinder plat besi yang dilengkapi dengan rantai pengait yang dilengkapi
dengan tutup (ketika sedang tidak digunakan). Pada bagian bawah dari
silinder anchor pot terdapat coakan yang akan semakin membuka ketika
rantai ditarik, dan semakin mengikat lantai dengan kuat.
Apabila pemasangan anchor pots dilakukan pada lantai yang
sudah jadi (lantai lama), maka dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
􀂃 perlu membuat lubang pada lantai dengan cara mengebornya terlebih
dahulu, sama dengan diameter dari anchor pots,
􀂃 kemudian anchor pots dimasukkan dengan paksa.
􀂃 Setelah itu anchor pots ditarik dengan peralatan hidrolik, maka anchor
pots akan mengunci.
􀂃 Semakin besar tarikan yang diberikan, maka bagian bawah dari
anchor pots akan semakin kuat mencekeram.
Alat-alat Hirolik
129
Gambar 6.43. Pemasangan anchor pots pada lantai ‘lama’
Sedangkan untuk pemasangan anchor pots dari awal
pembangunan lantai bengkel, maka dapat dilakukan dengan membuat
pengait, misalnya baut pada dinding anchor pots yang akan ditanam pada
lantai beton tersebut.
Gambar 6.44. Pemasangan anchor pots pada lantai ‘baru’
Teknik Bodi Otomotif
130
Gambar 6.45. Arah tarikan dan arah kuncian dari anchor pin
Gambar di atas menunjukkan arah ikatan anchor pot yang ada
dilantai. Rantai yang terdapat pada anchor pot digunakan untuk
mengaitkan peralatan perbaikan bodi yang digunakan.
Berikut ini beberapa cara penggunaan dari anchor pots .
Gambar 6.46. Contoh penggunaan anchor pots
Pada jenis stasionary body-frame straighteners, peralatan ini tidak
bisa dipindah-pindah. Ada dua jenis stasionary body-frame straighteners
Alat-alat Hirolik
131
yang digunakan, yaitu peralatan tetap (tidak bisa dipindah) berada diatas
lantai dan satunya adalah peralatan yang ditanam pada lantai.
Jenis yang pertama, rangkaian besi untuk menahan alat-alat yang
digunakan untuk menarik, menjepit atau menekan bodi kendaraan terlihat
dari luar.
Gambar 6.47. Stasionary body-frame straighteners tipe 1
Sedangkan pada jenis yang kedua, rangkaian pelurus bodi ini tidak
tampak dari luar (rata dengan lantai bengkel). Ketika tidak digunakan,
maka alur yang ada pada stasionary body-frame straighteners ini ditutup
dengan menggunakan penutup plastik khusus yang elastis. Penutup ini
akan menjaga alur tetap bersih dan menghindari benda yang jatuh dan
masuk dalam rel.
Gambar 6.48. Stasionary body-frame straighteners tipe 2
Teknik Bodi Otomotif
132
6.9. Keselamatan Kerja dengan Peralatan Hidrolik
Sebagian besar peralatan hidrolik yang digunakan untuk
memperbaiki bodi kendaraan yang rusak, memanfaatkan prinsip tarikan.
Ketika peralatan hidrolik sedang digunakan untuk menarik bodi kendaraan
(biasanya menggunakan rantai tambahan), rantai akan menegang dengan
kekuatan lebih dari 2 ton. Apabila klem tidak terpasang dengan benar,
pengait lepas dari dudukannya, rantai yang putus, atau bodi/rangka
kendaraan yang putus, maka dapat membahayakan teknisi yang sedang
melaksanakan perbaikan. Oleh karena itu, bekerja dengan menggunakan
peralatan hidrolik perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. jika menggunakan klem, pastikan klem dapat mencengkeram kuat
pada bodi kendaraan yang tepat
b. pastikan bahwa gerigi dari klem bersih, sehingga dapat
mencengkeram kuat. Bila perlu bersihkan dengan sikat baja.
c. periksa rantai dari kemungkinan cacat sebelum digunakan.
d. jika bodi atau rangka yang akan ditarik tersebut sudah keropos, hatihati
menarik pada bagian ini. Lakukan pengelasan tambahan
(misalnya dengan plat) terlebih dahulu.
e. apabila perbaikan kendaraan menggunakan alat-alat penyangga,
pastikan kendaraan diikat dengan kuat, sehingga tidak menyebabkan
kendaraan terguling.
f. untuk melakukan penarikan pada bagian bodi/rangka yang kuat,
gunakan dua rantai sekaligus
g. bila perlu, rantai dan klep dibungkus dengan pembungkus yang kuat
sehingga bila putus maka tidak menyebabkan kecelakaan kerja
h. janganlah berdiri searah dengan rantai yang digunakan untuk menarik
bodi/rangka kendaraan.
Pertanyaan:
1. Sebutkan macam dari alat-alat pengangkat, dan berikan
penjelasan!
2. Apakah yang dimaksud dengan pump hydraulic power jack, pull
ram, push ram dan attachment?
3. Bagaimanakan cara memasang anchor pots sebagai alat bantu
memperbaiki bodi kendaraan?

A1
Daftar Pustaka
A. Robinson. (1973). The Repair of Vehicle Bodies. London: Heinemann
Educational Books Ltd
A.G. Deroche and Hildebrand. (tth). The Principle of Auto Body Repairing
and Repainting. New Jersey: Prentice-Hall Inc
Alexandrou, Andreas. (2001). Principles of Fluid Mechanics. New Jersey:
Prentice Hall, Inc.
Anderson, John D., Jr. (1986). Fundamentals of Aerodynamics. New
York:McGraw Hill.
Anglin, Donald L. (1980). Automobiles Bodies Maintenance and Repair.
USA: Mc Graw-Hill
Anonim. (1988). Welding of Stainless Steels and Other Joining Methods
: A Designer Handbook Series No. 9 002. USA : The Nickel
Development Institute.
Crouse, William Harry. (1980). Automotive Body Repair and Refinishing.
USA: Mc Graw-Hill
Eka Yogaswara dan H. Rikam. (2006). Menggunakan Perkakas Tangan
Bertenaga/ Operasi Digenggam. Bandung: Armico
http: //www.stanford.edu/group/prl/documents/html/OAweld.htm download
29 Oktober 2007
http://en.wikipedia.org/wiki/Sandpaper.htm
http://news.thomasnet.com/news/1184/20
http://uniweld.com/catalog/oxyacetylene/patriot/welding_brazing/k23c-t.htm
http://www. europa-lehrmittel.de/4dcgi/page?responsePage
http://www.abrasivematerials.saint-gobain.com/Data/Element/Node/Market/
http://www.abrasiveproducts.com.au/
http://www.achprivets.com/solid-rivets
http://www.advantagefabricatedmetals.com/welding.html
http://www.alcoa.com/fastening_systems/aerospace/en/home.asp
http://www.americanbeautytools.com/soldering tool
http://www.autobodyonline.com/products/product_guide.cfm
A2
http://www.cfi1.com/anchor-bolts.htm download 22 Oktober 2007
http://www.donmet.com.ua/eng/cutting_2.php
http://www.emhart.com/products/pop.asp
http://www.engineershandbook.com/MfgMethods/fastening&joining.htm
download 22 Oktober 2007
http://www.esabna.com/EUWeb/MIG_handbook/592mig1_1.htm
http://www.gison.com.tw/product/waterfed-tools.htm
http://www.hand-tools-manufacturers.com/engineering-tools.html
http://www.huck.com/marsoncorp/Types.htm (blind rivets)
http://www.inductionatmospheres.com/brazing_overview.html download
22 Oktober 2007
http://www.justoffbase.co.uk/Tool-Shop/Oxy-Acetylene-Welding-Cutting 6
November 2007
http://www.key-to-metals.com/Article136.htm download 22 Oktober 2007
http://www.lucasmilhaupt.com/htmdocs/brazing_support/everything_about_b
razing/what_brazing_about.html download 22 Oktober 2007
http://www.lucasmilhaupt.com/htmdocs/brazing_support/everything_about_b
razing/when_think_braze.html download 22 Oktober 2007
http://www.lucasmilhaupt.com/htmdocs/brazing_support/everything_about_b
razing/principles_joint_design.html download 22 Oktober 2007
http://www.lucasmilhaupt.com/htmdocs/brazing_support/everything_about_b
razing/6_basic_steps_braze.html download 22 Oktober 2007
http://www.lucasmilhaupt.com/htmdocs/brazing_support/everything_about_b
razing/materials_comp_chart.html download 22 Oktober 2007
http://www.lucasmilhaupt.com/htmdocs/brazing_support/everything_about_b
razing/handy_flux_temp_chart.html download 22 Oktober 2007
http://www.lucasmilhaupt.com/htmdocs/brazing_support/everything_about_b
razing/6_safety_braze_tips.html download 22 Oktober 2007
http://www.lucasmilhaupt.com/htmdocs/brazing_support/everything_about_b
razing/pickling_solutions_chart.html download 22 Oktober 2007
http://www.millerwelds.com/education/articles/article105.html
http://www.millerwelds.com/education/dictionary.html
http://www.millerwelds.com/resources/improving-your-skills/stick/
A3
http://www.norstate.com/arc_fund.html download 28 September 2007
http://www.norstate.com/proguide.html
http://www.otua.org/publication_case-study-welding-method.htm
http://www.otua.org/publication_case-study-welding-processes.htm
download 22 Oktober 2007
http://www.weldingengineer.com/
Hucho, Wolf-Heinrich. (1987). Aerodynamics of Road Vehicles. 1st ed.
London: Butterworths.
I Nyoman Sutantra. (2001). Teknologi Otomotif: Teori dan Aplikasinya.
Surabaya: Guna Widya
Sutantra, I Nyoman. (2001). Teknologi Otomotif. Surabaya: Penerbit Guna
Widya.
Team Toyota. (1995). NEW STEP 1: Training Manual. Jakarta: Toyota
Astra Motor PT
Team Toyota. (1995). Pedoman Pengecatan: Training Manual. Jakarta:
Toyota Astra Motor PT
Team Toyota. (1995). TOYOTA STEP 2: Materi Pelajaran Chassis Group.
Jakarta: Toyota Astra Motor PT
Wong, Jo Yung. (1978). Theory of Ground Vehicles. New York: John Wiley
& Sons, Inc.

B1
Glossarium
abrasive – bahan yang digunakan untuk memotong, menggrenda atau
memoles logam
acetone – (aseton) cairan yang berwarna bening untuk mencairkan resin
yang akan dibuat menjadi komponen fiberglass.
acrylic – bahan kimia jernih yang digunakan pada cat semprot dan
memberi pengaruh mengkilap
adhesive – bahan perekat (lem)
aki – sumber listrik yang digunakan pada kendaraan untuk berbagai
sistem kerja, seperti sistem pengapian, kelistrikan bodi,
assesoris dan lainnya.
arm rest – komponen bodi otomotif sebagai penyangga (sandaran) lengan
pada kendaraan, misalnya sandaran tangan pada kursi, juga
pada door trim.
attachment – perangkat atau peralatan tambahan untuk mempermudah
pekerjaan perbaikan kendaraan
auto stop – komponen yang berfungsi untuk menghentikan sistem kerja
pada kendaraan pada kondisi tertentu.
axle – batang yang digunakan sebagai poros pada roda-roda kendaraan
belt – sabuk
bracket – konstruksi rangka yang digunakan untuk memasang komponen
lainnya.
bumper arm – komponen penyangga bumper pada mobil (lengan) yang
menghubungkan bumper kendaraan dengan rangka-chassis
bumper sub – sambungan bumper kendaraan, biasanya di bagian
samping.
center pillar – bagian bodi kendaraan untuk menopang atap kendaraan, di
sedan, digunakan untuk memisahkan pintu depan dan pintu
belakang
chassis – rangka kendaraan yang digunakan sebagai menempelkan
komponen yang lain.
clip – komponen pengunci untuk menempelkan komponen yang satu ke
komponen yang lain, misal trim ke bodi kendaraan
cobalt - Cairan kimia berwarna kebiru-biruan sebagai bahan aktif
pencampur katalis agar cepat kering, terutama apabila kualitas
katalisnya kurang baik dan terlalu encer
B2
coil – lilitan atau kumparan dari kabel seperti pada koil pengapian atau
transformator.
cold soldering – menyatukan beberapa komponen dengan cara
menempelkannya dengan .timah.
coloumn switch – panel yang berisi saklar-saklar pada kemudi digunakan
untuk mengoperasikan berbagai sistem oleh pengemudi.
composite – konstruksi rangka kendaraan dimana antara bodi kendaraan
dan rangkanya terpisah dan banyak digunakan pada
kendaraan lama dan pangangkut beban seperti bus dan truck.
constant voltage relay – komponen yang mengatur pembatasan tegangan
untuk keamanan dari sirkuit kelistrikan.
crane – alat yang digunakan untuk memindahkan komponen yang berat,
biasanya menggunakan konsep hidrolik/dongkrak.
crank arm – komponen sistem kemudi sebagai lengan yang menempelkan
batang-batang kemudi dengan rangka kendaraan.
cutter – alat pemotong
dash panel – bagian bodi kendaraan bagian depan kendaraan yang
memisahkan ruang mesin dengan ruang penumpang
deck lid – komponen bodi kendaraan sebagai tempat mengangkut barang
(bagasi) di bagian belakang kendaraan.
distorsi – perubahan yang terjadi karena adanya pengaruh lain atau
karena adanya perlakukan.
dolly – peralatan terbuat dari logam dengan bentuk dan ukuran bervariasi
digunakan untuk melakukan perbaikan bodi kendaraan, seperti
fender dan bodi lainnya
door regulator handle – alat untuk memutar kaca pintu pada kendaraan.
door trim – penutup pintu bagian dalam dari sebuah kendaraan, sekaligus
sebagai pemanis atau hiasan dan difungsikan untuk
menempelkan komponen-komponen lainnya.
epoxy – bahan untuk meratakan permukaan dari logam yang berbahan
dasar plastik
ergonomi – suatu ilmu yang mempelajari kesesuaian antara alat bantu
manusia dengan struktur tubuh manusia sehingga nyaman
digunakan dan mengurangi kelelahan.
erosil – bahan seperti bedak putih, sebagai perekat mat agar fiberglass
menjadi kuat dan tidak mudah patah/pecah
evaporator – pengubah panas dalam sistem AC yaitu merubah dari cair ke
gas dan menyerap panas dari lingkungan sekitar
B3
fading – perubahan warna dari aslinya sebagai akibat dari cuaca
fiberglass – bahan yang dibuat dari gabuangan beberapa zat kimia (bahan
komposit) yang akan mengeras setelah waktu tertentu.
frame – struktur dari bodi kendaraan yang terbuat dari logam sebagai
dudukan dari mesin, roda-roda, dan kabin
fuel gauge – alat (sensor) yang digunakan untuk mengukur jumlah bensin
di dalam tanki
fuse – komponen yang didesain (dibuat) untuk membuka sirkuat
kelistrikan ketika terjadi hubungan singkat untuk mencegah
kebakaran
fusible link – komponen kelistrikan yang terdiri dari kabel yang mudah
putus ketika dilalui oleh arus yang besar, berfungsi untuk
keamanan apabila terjadi hubung singkat.
grease – bahan padat yang digunakan untuk memberikan pelumasan
pada komponen-komponen kendaraan yang bergerak.
halogen – salah satu jenis lampu depan kendaraan yang memiliki sinar
lebih terang dari pada lampu biasa.
handle – merupakan alat pemegang, bisa berfungsi untuk memegang
alat-alat tangan atau komponen kendaraan yang berfungsi
untuk membuka pintu kendaraan.
hard soldering – menyatukan beberapa komponen dengan cara
memberikan perlakuan panas, sehingga kedua bahan mencair
bersama untuk membuat ikatan., misal las
hardwood – merupakan komponen kendaraan yang terbuat dari bahan
adonan kayu yang dipress sehingga menjadi keras.
head lights – lampu-lampu pada bagian kendaraan untuk memberikan
sinar yang cerah di depan kendaraan
headlining – bagian kendaraan yang berfungsi sebagai hiasan atap
kendaraan bagian alam atau plafon kendaraan.
hood – bagian dari bodi kendaraan yang dipasang di atas mesin sekaligus
melindungi mesin
hydraulics – penggunaan zat cair bertekanan untuk memindahkan tenaga
atau menaikkan tenaga
infra lamp – lampu infra untuk membantu proses pencampuran warna cat.
inside door handle – pegangan pintu bagian dalam dari kendaraan, juga
berfungsi untuk membuka pintu dari arah dalam.
integral – konstruksi yang menyatu
B4
jackstand – alat yang digunakan untuk menyangga kendaraan saat
melakukan perbaikan dan dapat distel ketinggiannya.
junction block – komponen dari sirkuit kelistrikan yang berisi sambungan
dari kabel baterai ke sistem-sistem lainnya.
katalis - cairan jernih dengan bau menyengat berfungsi sebagai pengering
agar resin lebih cepat mengeras.
knuckle arm – komponen sistem kemudi yang berfungsi sebagai engsel
yang menopang roda-roda depan agar tetap bisa dibelokkan.
laminated – bahan yang terbuat dari lembaran tipis
lid hange – gantungan dari lid (kap)
masking – bahan yang digunakan untuk menutup bodi kendaraan,
biasanya melindungi bodi kendaraan yang tidak akan dicat.
mat - anyaman mirip kain (model anyaman halus/ kasar/ atau besar dan
jarang-jarang berfungsi sebagai pelapis campuran/adonan
dasar fiberglass, sehingga sewaktu unsur kimia tersebut
bersenyawa dan mengeras.
metallurgi – ilmu yang mempelajari tentang logam atau metal
mirror – kaca spion untuk bodi kendaraan atau cairan kimia kebiruan
menyerupai spiritus untuk melapis antara master mal/cetakan
dengan bahan fiberglass agar tidak lengket dicetakannya.
monocoq – konstruksi rangka kendaraan dimana antara bodi kendaraan
dan rangkanya menyatu dan banyak digunakan pada
kendaraan sedan.
moulding – komponen bodi kendaraan sebagai pelindung bodi kendaraan,
misal moulding pada pintu, melindungi pintu dari goresan
ketika dibuka.
mounting bolt – baut dudukan mesin
packing – bahan yang digunakan untuk menempelkan komponen yang
satu dengan lainnya terbuat dari kertas atau kertas khusus.
pigment – zat yang digunakan untuk memberikan warna pada bahan lain,
seperti cat atau fiberglass.
polisher – alat yang digunakan untuk memoles bodi kendaraan yang
digerakkan oleh motor listrik
polyurethena – bahan membuat busa pada kursi kendaraan.
porous – proses pengeroposan dari plat bodi kendaraan.
power steering – sistem pegemudian yang menggunakan tekanan hidrolik
untuk meringankan kerja pengemudi ketika akan membelok
B5
putty – bahan tipis yang digunakan untuk mengisi permukaan yang tidak
rata pada bodi kendaraan (dempul)
ram – silinder yang berisi piston yang digerkkan menggunakan tekanan
oli/ hidrolik yang digunakan untuk memperbaiki rangka dan
bodi kendaraan
refrigerant – cairan yang digunakan untuk menyerap panas pada sistem
AC
regulator – pengatur
relay – komponen kelistrikan untuk memperpendek sirkuti kelistrikan dan
memperkuat arus yang mengalir
relay block – kumpulan relay
relay rod – batang penyambung
repainting – pengecatan ulang
reserve masking – melaksanakan penutupan pada bagian bodi kendaraan
untuk pengecatan dengan jalan melipat masking kearah dalam
untuk menghindari membentuknya batas cat lama dengan cat
baru.
resin - bahan berbentuk cairan kental seperti lem, berkelir hitam atau
bening yang berfungsi untuk mengencerkan semua bahan –
bahan untuk membuat fiberglass
retainer – alat yang digunakan untuk menahan komponen lain, seperti kap
mesin.
roof – atap kendaraan
rotary vane – jenis dari pompa yang memanfaatkan sirip-sirip (sudu), dan
karena putaran menimbulkan gaya sentrifugal.
safety glass – kaca yang didesain untuk kendaraan yang memiliki sifat
tidak membahayakan penumpang bila terjadi kecelakaan.
sander – mesin pengamplas yang digerakkan oleh listrik atau udara
dengan gerakan lurus atau melingkar
sealed beam – lampu kendaraan yang terbungkus kaca tetap sehingga
kalau bolamnya putus harus diganti sekalian rumahnya.
sealer – bahan kendaraan sebagai perekat komponen baik berbentuk cair
ataupun padat.
shaft – poros
shielded metal arc welding/smaw – cara pengelasan busur nyala listrik
dengan elektrode terbungkus..
B6
shim – lembaran tipis yang digunakan untuk memberikan ketebalan
tertentu.
soldering – proses menempelkan beberapa komponen dengan cara
memanaskannya
solvent – bahan kimia cair yang digunakan untuk mengencerkan cat
spot repainting – pengecatan sebagian pada bodi kendaraan yang cacat
atau rusak, dan harus sama dengan warna secara
keseluruhan.
spray booth – ruangan yang digunakan untuk melakukan pengecatan
dilengkapi dengan cahaya dan ventilasi yang cukup
steering gear – roda-roda gigi yang terdapat pada rumah roda kemudi.
steering linkage – sambungan-sambungan dari sistem kemudi.
steering main shaft – batang utama kemudi.
steering shaft center – pusat batang kemudi kendaraan
steering wheel – roda kemudi untuk membelokkan kendaraan.
stream lining – permukaan bodi kendaraan yang dapat meminimalkan
hambatan sehingga mengurangi beban kendaraan
tack weld – melakukan pengelasan awal dengan jalan membuat las titik
pada dua plat atau logam.
tensile strength – kekuatan tarik
thermistor – komponen yang berfungsi sebagai sensor dari sistem tertentu
yang memiliki tahanan yang berubah-ubah tergantung panas.
tie rod – komponen sistem kemudi paling luar yang dekat dengan roda
dan dapat distel untuk menentukan besarnya toe in/out.
tie root – batang yang menghubungkan pitman arm dan knuckle arm atau
komponen yang menghubungkan roda depan kendaraan
dengan mekanisme kemudi
tilt handle – pengatur ketinggian batang kemudi kendaraan.
track – penjejakan roda kendaraan
tubeless tire – roda kendaraan yang tidak memerlukan ban dalam.
vacuum – tekanan negatif di bawah tekanan udara atmosfer
vinil – bahan yang terbuat dari kain untuk interior kendaraan.
washer – alat yang digunakan untuk memompa air untuk membersihkan
kaca ketika wiper dihidupkan.
B7
welding – proses menyambung beberapa logam dengan jalan
menyatukannya dengan panas
winshield – kaca depan kendaraan
wiper – alat yang digunakan untuk membersihkan kaca kendaraan.
wiring harness – kumpulan dari kabel-kabel dalam kendaraan yang
disatukan untuk mempermudah perawatan dan perbaikan serta
terlihat rapi.
C1
Daftar Gambar
Gambar 1.1. Konstruksi Bodi Otomotif ............................................... 1
Gambar 1.2. Bentuk mobil modern..................................................... 2
Gambar 1.3. Kendaraan berbahan plat .............................................. 3
Gambar 1.4. Proses assembly (merakit) kendaraan ......................... 5
Gambar 1.5. Konstruksi Composite body........................................... 5
Gambar 1.6. Konstruksi Bodi Integral (monocoq) .............................. 6
Gambar 1.7. Konstruksi Rangka Bentuk H......................................... 7
Gambar 1.8. Konstruksi Rangka Perimeter........................................ 8
Gambar 1.9. Konstruksi Rangka Bentuk X ........................................ 8
Gambar 1.10. Konstruksi Rangka Bentuk Back Bone........................ 9
Gambar 1.11. Mendesain kendaraan tempo dulu .............................. 9
Gambar 1.12. Menggambar model mobil........................................... 10
Gambar 1.13. Desain komputer dan bentuk jadinya .......................... 10
Gambar 1.14. Prototipe mobil............................................................. 11
Gambar 1.15. Menggambar desain eksterior ..................................... 11
Gambar 1.16. Pembuatan model interior mobil.................................. 12
Gambar 1.17. Interior dan eksterior Kendaraan................................. 12
Gambar 1.18. Skema mesin 4 dan 2 langkah .................................... 14
Gambar 1.19. Mesin mobil yang semakin kompak............................. 16
Gambar 1.20. Penggunaan rivet dan nut ........................................... 16
Gambar 1.21. Pengelasan listrik ........................................................ 17
Gambar 1.22. Pengelasan bodi mobil dengan robot .......................... 17
Gambar 1.23. Perbaikan bodi mobil .................................................. 18
Gambar 1.24. Pengecatan bodi mobil ............................................... 20
Gambar 1.25. Ruang pemanas .......................................................... 21
Gambar 1.26. Polishing menghilangkan goresan pada cat................ 21
Gambar 2.1. Bekerja harus memperhatikan K3 ................................. 22
Gambar 2.2. Kecerobohan mengakibatkan kecelakaan..................... 24
Gambar 2.3. Pahami karakter pekerjaan anda................................... 24
Gambar 2.4. Kecerobohan berakibat fatal.......................................... 26
Gambar 2.5. Tempat kerja yang tidak layak....................................... 27
Gambar 2.6. Peralatan pemotong plat ............................................... 28
Gambar 2.7. Utamakan keselamatan................................................. 29
Gambar 2.8. Hati-hati terhadap transportasi bergerak ....................... 29
Gambar 2.9. Pastikan rangkaian kelistrikan aman ............................. 31
Gambar 2.10. Unsur terjadinya pembakaran ..................................... 32
Gambar 2.11. Jagalah bahan-bahan yang berbahaya....................... 34
Gambar 2.12. Instalasi pemadam kebakaran..................................... 35
Gambar 2.13. Tabung pemadam dan tanda bahaya.......................... 36
Gambar 2.14. Tanda keluar ketika terjadi kebakaran......................... 36
Gambar 2.15. Pendidikan bahaya kebakaran kepada anak............... 37
Gambar 2.16. Memadamkan kebakaran dengan APAR .................... 37
C2
Gambar 3.1 Pensil ............................................................................ 41
Gambar 3.2 Rautan........................................................................... 41
Gambar 3.3 Penghapus .................................................................... 42
Gambar 3.4. Mistar segitiga ............................................................... 42
Gambar 3.5. Satu Set Jangka ........................................................... 43
Gambar 3.6. Jangka Utama ............................................................... 43
Gambar 3.7. Sablon Huruf.................................................................. 44
Gambar 3.8. Mal Garis ...................................................................... 44
Gambar 3.9. Mesin Gambar .............................................................. 45
Gambar 3.10. Huruf Miring ................................................................ 46
Gambar 3.11. Huruf Tegak ................................................................ 46
Gambar 3.12. Etiket 1......................................................................... 48
Gambar 3.13. Etiket 2......................................................................... 48
Gambar 3.14. Pembagian Garis-Garis Gambar ................................. 49
Gambar 3.15. Proyeksi....................................................................... 50
Gambar 3.16. Proyeksi Amerika ........................................................ 50
Gambar 3.17. Hasil Proyeksi Amerika................................................ 51
Gambar 3.18. Proyeksi Eropa ............................................................ 51
Gambar 3.19. Hasil Proyeksi Eropa ................................................... 52
Gambar 3.20. Penunjukan Ukuran..................................................... 53
Gambar 3.21. Penunjukan Ukuran Mendatar .................................... 53
Gambar 3.22. Toleransi...................................................................... 54
Gambar 4.1. Penggaris Segitiga ........................................................ 58
Gambar 4.2. Penggaris dengan skala metrik dan inchi...................... 58
Gambar 4.3. Cara Pengukuran .......................................................... 59
Gambar 4.4. Penggaris Siku dan penggunannya............................... 59
Gambar 4.5. Straightedge .................................................................. 60
Gambar 4.6. Meter Pita ...................................................................... 60
Gambar 4.7. Busur Derajat ................................................................ 61
Gambar 4.8. Screwpitch Gauge dan penggunaannya ....................... 62
Gambar 4.9 Jangka sorong dan bagan-bagiannya ............................ 62
Gambar 4.10 Jangka Sorong Dial ..................................................... 63
Gambar 4.11 Jangka Sorong Digital .................................................. 63
Gambar 4.12 Penggunaan jangka sorong.......................................... 64
Gambar 4.13 Jangka sorong mengukur kedalaman .......................... 64
Gambar 4.14 Dial Indikator ................................................................ 65
Gambar 4.15 Penggunaan dial indikator ............................................ 65
Gambar 4.16 Mengukur backlash dan kelurusan .............................. 65
Gambar 4.17. Wheel Alignment ........................................................ 66
Gambar 4.18. Spooring unit dan turning table.................................... 66
Gambar 4.19. Tram Gauge ............................................................... 67
Gambar 4.20. Balancer Roda dan tang pengungkit ........................... 68
Gambar 4.21. Pengukur Tekanan Ban .............................................. 69
Gambar 4.22. Tracking ...................................................................... 70
Gambar 5.1.Tool Set Box .................................................................. 71
C3
Gambar 5.2. Variasi Obeng ............................................................... 72
Gambar 5.3. Bagian dari Obeng ........................................................ 72
Gambar 5.4. Bentuk Mata Obeng ...................................................... 73
Gambar 5.5. Penggunaan Ketok........................................................ 74
Gambar 5.6. Jenis Kunci Ring dan Pas ............................................. 74
Gambar 5.7. Pilih Kunci yang Pas ..................................................... 75
Gambar 5.8. Kunci Sock Set ............................................................. 76
Gambar 5.9. Jenis Mata Sock ........................................................... 76
Gambar 5.10. Kunci Sock................................................................... 77
Gambar 5.11. Sliding handle ............................................................. 77
Gambar 5.12. Speed handle ............................................................. 77
Gambar 5.13. Penggunaan speed handle ......................................... 78
Gambar 5.14. Rachet handle ............................................................ 78
Gambar 5.15. Short extension............................................................ 78
Gambar 5.16. Long extension ............................................................ 79
Gambar 5.17. Nut Spnner ................................................................. 79
Gambar 5.18. Universal Joint ............................................................ 79
Gambar 5.19. Kunci Heksagonal (kunci L) & kunci bintang ............... 80
Gambar 5.20. Kunci Inggris ............................................................... 81
Gambar 5.21. Kunci Inggris ............................................................... 81
Gambar 5.22. Penggunaan Kunci Inggris yang Salah ...................... 81
Gambar 5.23. Kunci Pipa .................................................................. 82
Gambar 5.24. Penggunaan Kunci Pipa ............................................. 82
Gambar 5.25. Kunci Momen Mikrometer ........................................... 83
Gambar 5.26. Kunci Momen Jarum ................................................... 83
Gambar 5.27. Kunci Momen Dial ...................................................... 84
Gambar 5.28. Penggunaan Kunci Momen ........................................ 84
Gambar 5.29. Tang Kombinasi dan pemotong sisi ........................... 85
Gambar 5.30. Tang Lancip dan Rivet ................................................ 85
Gambar 5.31. Tang Betet dan balancer ............................................. 85
Gambar 5.32. Tang Baterai ............................................................... 85
Gambar 5.33. Gunting Lurus ............................................................. 86
Gambar 5.34. Gunting Kurva.............................................................. 86
Gambar 5.35. Gunting lengkung ........................................................ 86
Gambar 5.36. Palu kepala ball-pen .................................................... 87
Gambar 5.37. Palu kepala cross pen ................................................. 87
Gambar 5.38. Palu Cakar .................................................................. 87
Gambar 5.39. Palu Martil ................................................................... 88
Gambar 5.40. Palu Karet ................................................................... 88
Gambar 5.41. Palu Plastik ................................................................. 88
Gambar 5.42. Palu Kayu ................................................................... 88
Gambar 5.43. Shrinking hammer ...................................................... 89
Gambar 5.44. Pick hammer ............................................................... 89
Gambar 5.45. Standar bumping hammer .......................................... 89
Gambar 5.46. Penggunaan Palu Khusus........................................... 90
Gambar 5.47. Berbagai macam dolly ............................................... 90
C4
Gambar 5.48. Contoh penggunaan palu dan dolly............................. 91
Gambar 5.49. Metode perataan on-dolly........................................... 91
Gambar 5.50. Metode perataan off-dolly, .......................................... 91
Gambar 5.51. Bentuk dan ukuran body spoon .................................. 92
Gambar 5.52. Penggunaan Body Spoon ........................................... 92
Gambar 5.54. Sengkang Gergaji ....................................................... 93
Gambar 5.55. Gergaji Mini ................................................................ 93
Gambar 5.56. Cara Menggunakan Gergaji yang benar .................... 93
Gambar 5.57. Mata Kikir .................................................................... 94
Gambar 5.58. Gagang kikir ............................................................... 94
Gambar 5.59. Jenis Alur Kikir ............................................................ 94
Gambar 5.60. Jenis Kikir Bodi ........................................................... 95
Gambar 5.61. Pahat Set .................................................................... 96
Gambar 5.62. Jenis pahat ................................................................. 96
Gambar 5.63. Perbaikan pahat dengan gerinda ............................... 96
Gambar 5.64. Contoh penggunaan pahat ......................................... 97
Gambar 5.65. Penitik ......................................................................... 97
Gambar 5.66. Penggores biasa, ballpoint, dan perata ...................... 98
Gambar 5.67. Contoh Penggunaan Penggores ................................ 98
Gambar 5.68. Contoh Penggunaan Penggores perata ..................... 98
Gambar 5.69. Jangka ........................................................................ 99
Gambar 5.70. Jangka penggores out side ........................................ 99
Gambar 5.71. Jangka penggores in side............................................ 99
Gambar 5.72. Skrap .......................................................................... 100
Gambar 5.73. Ragum meja ............................................................... 100
Gambar 5.74. Ragum portabel .......................................................... 101
Gambar 5.75. Pelapis penjepit ragum ............................................... 101
Gambar 5.76. Ragum benda kerja yang akan di bor ......................... 101
Gambar 5.77. Sikat Kawat ................................................................. 102
Gambar 5.78. Sikat khusus untuk mesin ........................................... 102
Gambar 5.79. Sikat kawat tembaga .................................................. 103
Gambar 5.80. Kape dempul ............................................................... 103
Gambar 5.81. Tap dan ukurannya ..................................................... 104
Gambar 5.82. Tap ulir whitwort ......................................................... 104
Gambar 5.83. Tap ulir metris ............................................................. 105
Gambar 5.84. Gagang tap ................................................................. 105
Gambar 5.85. Gagang snei ............................................................... 106
Gambar 5.86. Snei ulir metris ............................................................ 106
Gambar 5.87. Snei ulir whitwort ........................................................ 106
Gambar 5.88. Snei ulir UNC .............................................................. 107
Gambar 5.89. Bolt extractor ............................................................. 107
Gambar 6.1. Kerusakan bodi ketika tabrakan ................................... 108
Gambar 6.2. Prinsip kerja hidrolik ...................................................... 109
Gambar 6.3. Penggunaan alat hidrolik ............................................... 110
Gambar 6.4. Tekanan hidrolik ........................................................... 110
Gambar 6.5. Single post car-lift ......................................................... 111
C5
Gambar 6.6. Two post car-lift ............................................................ 111
Gambar 6.7. Four post car-lift ............................................................ 112
Gambar 6.8. Dongkrak ...................................................................... 113
Gambar 6.9. Dongkrak buaya ........................................................... 113
Gambar 6.10. Portable crane ............................................................. 114
Gambar 6.11. Hydraulic power jack set ............................................ 115
Gambar 6.12. Pump hydraulic power jack.......................................... 115
Gambar 6.13. Slang dan bagiannya .................................................. 116
Gambar 6.14. Ram dan bagiannya ................................................... 116
Gambar 6.15. Push ram dan pull ram ................................................ 116
Gambar 6.16. Ram dan peralatan tambahan..................................... 117
Gambar 6.17. Atachment .................................................................. 117
Gambar 6.18. Penggunaan pengait pada rangka .............................. 118
Gambar 6.19. Menarik rangka dari lubang dipasangi ulir................... 118
Gambar 6.20. Mencekam rangka pada anchor pot ............................ 118
Gambar 6.21. Menarik rangka menggunakan pengait L .................... 118
Gambar 6.22. Arah menarik plat bodi................................................. 119
Gambar 6.23. Ditarik dan di pukul ...................................................... 119
Gambar 6.24. Mencekam bodi pada kedua sisi ................................. 119
Gambar 6.25. Penggunaan pengait untuk menarik bodi .................. 119
Gambar 6.26. Adaptor........................................................................ 120
Gambar 6.27. Push ram .................................................................... 120
Gambar 6.28. Ram khusus berkekuatan besar.................................. 121
Gambar 6.29. Prinsip penarikan dengan pull ram ............................. 121
Gambar 6.30. Pull ram dan variasi peralatan tambahan ................... 122
Gambar 6.31. Alat bantu rantai untuk pull ram................................... 122
Gambar 6.32. Konsep hidrolik body-frame traighteners .................... 123
Gambar 6.33. Menarik dengan klem .................................................. 124
Gambar 6.34. Portable body-frame straigttener ................................ 124
Gambar 6.35. Stationey body-frame straighteners ............................ 125
Gambar 6.36. Menarik bodi dengan hydraulic jack ........................... 125
Gambar 6.37. Menarik deck lid dengan hydraulic jack ...................... 126
Gambar 6.38. Menarik atap dengan hydraulic jack ........................... 126
Gambar 6.39. Meluruskan rangka bodi komposit............................... 126
Gambar 6.40. Meluruskan rangka bodi monocoq .............................. 127
Gambar 6.41. Posisi anchor pots pada lantai kendaraan .................. 127
Gambar 6.42. Anchor pots , rantai dan penutupnya .......................... 128
Gambar 6.43. Anchor pots pada lantai ‘lama’ .................................... 129
Gambar 6.44. Anchor pots pada lantai ‘baru’ ..................................... 129
Gambar 6.45. Arah mengunci anchor pots......................................... 130
Gambar 6.46. Contoh penggunaan anchor pots ............................... 130
Gambar 6.47. Stasionary body-frame straighteners tipe 1 ................ 131
Gambar 6.48. Stasionary body-frame straighteners tipe 2 ................ 131
Gambar 7.1. Pekerjaan Mengelas Oxy-acetylene ............................. 133
Gambar 7.2. Generator untuk Memproduksi Gas Acetylene.............. 136
Gambar 7.3. Proses Nyala Oxy-acetylene ........................................ 138
C6
Gambar 7.4. Temperatur Nyala Api ................................................... 138
Gambar 7.5. Bentuk Nyala Inti dan Karakteristiknya.......................... 139
Gambar 7.6. Api Carburizing ............................................................. 140
Gambar 7.7. Api Oxidizing.................................................................. 141
Gambar 7.8. Api Netral....................................................................... 141
Gambar 7.9. Ilustrasi pembuatan Acetylene ...................................... 142
Gambar 7.10. Tabung Acetylene........................................................ 143
Gambar 7.11. Penampang Tabung oksigen ...................................... 144
Gambar 7.12. Katup Tabung Oksigen ............................................... 145
Gambar 7.13. Penyimpanan Acetylene dan Oksigen......................... 146
Gambar 7.14. Regulator Acetylene & Oksigen .................................. 147
Gambar 7.15. Membuang Kotoran Katup Tabung Oksigen ............... 147
Gambar 7.16. Kunci Pembuka Katup Tabung.................................... 148
Gambar 7.17. Manometer .................................................................. 149
Gambar 7.18. Selang Las................................................................... 149
Gambar 7.19. Konstruksi Selang Las................................................. 150
Gambar 7.20. Brander Las ................................................................. 151
Gambar 7.21. Penampang Brander Las............................................. 152
Gambar 7.22. Pembersih Moncong Brander...................................... 153
Gambar 7.23. Kunci Air Generator Acetylene .................................... 154
Gambar 7.24. Skema Kerja Kunci Air................................................. 155
Gambar 7.25. Katup Pengaman Nyala Balik ..................................... 156
Gambar 7.26. Instalasi Las Oxy-acetylene Portabel .......................... 157
Gambar 7.27. Appron dan Sarung Tangan Las ................................. 158
Gambar 7.28. Kacamata Las Oxy-acetylene ..................................... 158
Gambar 7.29. Korek Api Las .............................................................. 159
Gambar 7.30. Alat Pembersih Ujung Moncong Brander .................... 159
Gambar 7.31. Pembersihan Ujung Moncong Brander ....................... 160
Gambar 7.32. Kereta Dorong untuk Peralatan Las Portabel.............. 160
Gambar 7.33. Pembersihan Terak ..................................................... 161
Gambar 7.34. Sikat Kawat.................................................................. 161
Gambar 7.35. Tang Penjepit .............................................................. 161
Gambar 7.36. Alat Penghisap Asap Pengelasan ............................... 162
Gambar 7.37. Posisi Pemeriksaan Kebocoran Instalasi Las.............. 163
Gambar 7.38. Jarak Nyala Api dan Temperatur Las ......................... 165
Gambar 7.39. Teknik Ayunan Nozzle................................................. 167
Gambar 7.40. Mengelas Tanpa Bahan Tambah ................................ 168
Gambar 7.41. Mengelas Kampuh I Pada Posisi Flat ......................... 169
Gambar 7.42. Mengelas Kampuh V Posisi Flat.................................. 170
Gambar 7.43. Mengelas Sambungan Berimpit .................................. 170
Gambar 7.44. Mengelas Kampuh T Posisi Flat.................................. 171
Gambar 7.45. Mengelas Kampuh Sudut Luar Posisi Flat .................. 172
Gambar 7.46. Mengelas Posisi Horisontal Arah Maju (Kiri) ............... 173
Gambar 7.47. Mengelas Horisontal Arah Mundur .............................. 173
Gambar 7.48. Posisi Nozzle & Bahan Tambah Vertikal ................... 174
Gambar 7.49. Memulai Pengelasan Posisi Vertikal ........................... 174
C7
Gambar 7.50. Gerakan Nozzle & Bahan Tambah Vertikal................. 175
Gambar 7.51. Jalur Lasan Posisi Vertikal ......................................... 175
Gambar 7.52. Pengelasan Arah Maju Posisi Overhead..................... 176
Gambar 7.53. Pengelasan Arah Mundur Posisi Overhead ................ 176
Gambar 7.54. Dorongan Nyala Api Terhadap Kawah Lasan ............. 177
Gambar 7.55. Mal Rigi-rigi.................................................................. 178
Gambar 7.56. Pengujian Ukuran Rigi-Rigi Lasan............................... 179
Gambar 7.57. Pengujian Magnetis ..................................................... 179
Gambar 7.58. Pengujian dengan Rontgen......................................... 180
Gambar 7.59. Pemotongan dengan oxyacetylene. ............................ 180
Gambar 7.60. Brander Potong ........................................................... 181
Gambar 7.61. Proses Pemotongan.................................................... 181
Gambar 7.62. Menyalakan Nyala Api Acetylene ............................... 183
Gambar 7.63. Jenis Nyala Api Potong ............................................... 183
Gambar 7.64. Pemanasan dan Pemotongan..................................... 184
Gambar 7.65. Pemotongan Logam Tebal .......................................... 185
Gambar 7.66. Pemotongan Besi Tuang ............................................ 185
Gambar 8.1. Pekerjaan Mengelas busur nyala listrik ......................... 189
Gambar 8.2. Skema Dasar Las Busur Nyala Listrik .......................... 189
Gambar 8.3. Pembentukan Busur Nyala Listrik ............................... 190
Gambar 8.4. Peleburan Butiran Logam Busur Nyala Listrik............... 191
Gambar 8.5. Peleburan Butiran Logam Elektroda.............................. 191
Gambar 8.6. Kawah Lasan dan Sambungan Las............................... 192
Gambar 8.7. Kecepatan,Busur Nyala dan Arus Pengelasan ............. 194
Gambar 8.8. Mesin Las Busur Nyala Listrik ....................................... 196
Gambar.8.9. Penurunan Tegangan Oleh Transformator.................... 196
Gambar.8.10. Penyearahan Output Oleh Rectifier............................. 197
Gambar.8.11. Perataan dan Penstabilan Tegangan.......................... 197
Gambar 8.12. Proses Kerja Mesin Las............................................... 198
Gambar 8.13. Mesin Las Busur Nyala Listrik ..................................... 198
Gambar 8.14. Jenis Elektroda Las Busur Nyala Listrik ...................... 200
Gambar 8.15. Elektroda Terbungkus ................................................. 200
Gambar 8.16. Pakaian Kerja dan Sarung Tangan Las....................... 203
Gambar 8.17. Topeng Las Busur Listrik............................................. 204
Gambar 8.18. Sikat Kawat & Palu Terak........................................... 204
Gambar 8.19. Melaksanakan pengelasan.......................................... 205
Gambar 8.20. Teknik Penyalaan Ayun............................................... 206
Gambar 8.21. Teknik Penyalaan Ketuk.............................................. 207
Gambar 8.22. Posisi Elektroda pada sambungan celah .................... 207
Gambar 8.23. Posisi Elektroda pada sambungan fillet....................... 208
Gambar 8.24. Pola Ayunan Elektroda................................................ 209
Gambar 8.25. Pengaruh sudut elektroda ........................................... 209
Gambar 8.26. Pengaruh panjang busur nyala elektroda.................... 210
Gambar 8.27. Pengaruh kecepatan elektroda.................................... 210
Gambar 8.28. Karakter kualitas lasan yang buruk ............................. 210
Gambar 8.29. Karakter kualitas lasan yang baik................................ 211
C8
Gambar 8.30. Posisi Pengelasan Flat dan Horisontal........................ 211
Gambar 8.31. Posisi Pengelasan Vertikal dan Atas Kepala............... 212
Gambar 8.32. Pengelasan Posisi Datar Sambungan Ujung .............. 213
Gambar 8.33. Pengelasan Posisi Datar Sambungan T...................... 214
Gambar 8.34. Pengelasan Datar Sambungan Tumpang ................... 214
Gambar 8.36.a. Pengelasan Posisi Horisontal I................................. 215
Gambar 8.36.b. Pengelasan Posisi Horisontal II................................ 215
Gambar 8.37. Pengelasan Posisi Vertikal Satu Jalur ........................ 216
Gambar 8.38. Pengelasan Posisi Vertikal Lapis ................................ 217
Gambar 8.39. Pengelasan Posisi Vertikal Sambungan T .................. 218
Gambar 8.40. Pengelasan Posisi Vertikal Tumpang.......................... 219
Gambar 8.41. Pengelasan Posisi Atas Kepala................................... 220
Gambar 8.42. Pengelasan Posisi Atas Kepala Ujung ........................ 221
Gambar 9.1. Teknik Pematrian .......................................................... 229
Gambar 9.2. Prinsip Pematrian ......................................................... 231
Gambar 9.3. Bagan proses terjadinya ikatan patri ............................ 232
Gambar 9.4. Ikatan Pada Pematrian ................................................. 233
Gambar 9.5. Lapisan Suatu Ikatan Patri Normal................................ 233
Gambar 9.6. Grafik Pengaruh Besar Celah Pematrian ...................... 234
Gambar 9.7. Lebar Celah Pematrian.................................................. 235
Gambar 9.8. Perbandingan Celah Pematrian .................................... 235
Gambar 9.9. Pengaturan Celah Pematrian ........................................ 236
Gambar 9.10. Proses Kerja Bahan Pelumer ...................................... 238
Gambar 9.11. Bahan Pelumer pada Pematrian ................................. 239
Gambar 9.12. Pematrian dengan Gas Pelindung .............................. 241
Gambar 9.13. Tahap Lebur Patri ....................................................... 241
Gambar 9.14. Pematrian Celah.......................................................... 245
Gambar 9.15. Pematrian Sambungan................................................ 245
Gambar 9.16. Pematrian dengan Tuas Patri...................................... 246
Gambar 9.17. Pematrian dengan Api ................................................ 246
Gambar 9.18. Pematrian Tungku ...................................................... 247
Gambar 9.19. Pematrian Tahanan .................................................... 248
Gambar 9.20. Pematrian Imbas ........................................................ 249
Gambar 9.21. Tuas Patri .................................................................... 251
Gambar 9.22. Tuas Patri Listrik (Solder Listrik).................................. 251
Gambar 9.23. Berbagai Model Mesin Patri Otomatis ......................... 252
Gambar 9.24. Sambungan Pekerjaan Pematrian Keras .................. 255
Gambar 9.25. Perbandingan Celah Patri Kuningan & Perak ............. 256
Gambar 9.26. Pematrian keras di udara bebas.................................. 259
Gambar 9.27. Pematrian keras Pada Ruang .................................... 259
Gambar 9.28. Pematrian Baja dengan Gas Argon ............................ 259
Gambar 9.29. Pematrian dengan Sepatu Kabel................................. 264
Gambar 9.30. Pematrian Ujung-ujung Kawat dan Kabel.................... 265
Gambar 10.1. Sambungan Tumpang................................................. 269
Gambar 10.2. Sambungan Ujung....................................................... 269
Gambar 10.3. Solid Rivets.................................................................. 270
C9
Gambar 10.4. Prosedur pengelingan ................................................. 273
Gambar 10.5. Konstruksi Blind Rivets................................................ 274
Gambar 10.6. Pozidriv Head Self-Tapping Screws.......................... 275
Gambar 10.7. Spat System Screws ................................................... 276
Gambar 10.8. Screw Nails.................................................................. 276
Gambar 10.9. Steel Hammer Driven Screws ..................................... 277
Gambar 10.10. Set Screws ................................................................ 277
Gambar 10.11. Clinch Nut (Hank Rivet Bushes) ................................ 284
Gambar 10.12. Proses pemasangan clinch nut ................................. 284
Gambar 10.13. Plastic Nuts................................................................ 285
Gambar 10.14. Konstruksi Nyloc& Clevelock Nuts ............................ 285
Gambar 10.15. Konstruksi Spire Speed Nuts..................................... 286
Gambar 10.16. Konstruksi Captive Nut “U” – Type ............................ 288
Gambar 10.17. Konstruksi Captive nut “J” – type............................... 290
Gambar 10.18. Beberapa jenis Captive nut “J” – type ....................... 290
Gambar 10.19. Konstruksi dan Pemasangan Grip Nuts ................... 291
Gambar 10.20. Konstruksi dan Pemasangan Cable Clips ................. 291
Gambar 10.21. The Avdelok System.................................................. 294
Gambar 10.22. Proses Pemasangan Avdelok system ....................... 295
Gambar 10.23. The Avlok system ...................................................... 296
Gambar 10.24. Proses Pemasangan Avlok system........................... 297
Gambar 10.25. Konstruksi Nutsert system......................................... 298
Gambar 10.26. Konstruksi Jo-bolt System......................................... 299
Gambar 10.27. Simple Push-On Clips ............................................... 300
Gambar 10.28. Konstruksi Tubular clips Blanked-types) ................... 301
Gambar 10.29. Pin & grommet........................................................... 302
Gambar 10.30. Posisi Pin & grommet ................................................ 302
Gambar 10.31. Push Button............................................................... 303
Gambar 10.32. Cable Retainers......................................................... 306
Gambar 10.33. Peralatan dan Aplikasi Adhesif ................................. 308
Gambar 10.34. Aplikasi sealer pada body kendaraan........................ 309
Gambar 10.35. Aplikasi precuring sealer dan sealer biasa ............... 310
Gambar 10.36. Alur pekerjaan aplikasi sealer ................................... 310
Gambar 10.37. Menajamkan nozzle dan tempat aplikasinya............. 311
Gambar 10.38. Bentuk ujung nozzle catridge dan hasilnya. .............. 311
Gambar 10.39. Aplikasi sealer ........................................................... 312
Gambar 10.40. Hasil sealer yang baik ............................................... 313
Gambar 10.41. Penekanan dan kecepatan aplikasi sealer................ 313
Gambar 10.42. Arah aplikasi sealer. .................................................. 313
Gambar 10.43. Sudut aplikasi sealer. ................................................ 314
Gambar 11.1. Pekerjaan dengan Peralatan Abrasif......................... 315
Gambar 11.2. Material Abrasif............................................................ 316
Gambar 11.3. Polisher........................................................................ 317
Gambar 11.4. Pelekatan Lapisan Terbuka......................................... 319
Gambar 11.5. Pelekatan Lapisan Tertutup........................................ 319
Gambar 11.6. Amplas Berbentuk Lembaran ..................................... 321
C10
Gambar 11.7. Amplas sabuk dan Belt Sander ................................... 321
Gambar 11.8. Amplas Spiral (Roll)..................................................... 322
Gambar 11.9. Grinding wheel............................................................. 322
Gambar 11.10. Pemasangan Roda gerinda....................................... 323
Gambar 11.11. Berbagai Material Abrasif Roda gerinda.................... 323
Gambar 11.12. Roda gerinda Dari Bahan Diamond .......................... 324
Gambar 11.13. Roda gerinda Bahan Cubic Boron Nitride ................. 324
Gambar 11.14. Hand Block ................................................................ 325
Gambar 11.15. Pneumatic Sander..................................................... 326
Gambar 11.16. Single Action Sander ................................................. 326
Gambar 11.17. Orbital Action Sander ................................................ 327
Gambar 11.18. Dual Action Sander.................................................... 327
Gambar 11.19. Mesin Gerinda Tangan.............................................. 328
Gambar 11.20. Pekerjaan Menggerinda ............................................ 329
Gambar 11.21. Mesin Gerinda Duduk................................................ 329
Gambar 11.22. Mesin Gerinda Potong............................................... 330
Gambar 11.23. Menggunakan Mesin Gerinda Potong ....................... 330
Gambar 11.24.Sarung Tangan Kulit................................................... 331
Gambar 11.25 Kacamata Gerinda...................................................... 332
Gambar 11.26. Menyetel Dudukan Gerinda ...................................... 332
Gambar 12.1. Komponen bodi yang terbuat dari fiberglass .............. 335
Gambar 12.2. Resin .......................................................................... 336
Gambar 12.3. Katalis ......................................................................... 337
Gambar 12.4. Mat .............................................................................. 337
Gambar 12.5. Mirror .......................................................................... 339
Gambar 12.6. Kuas ............................................................................ 339
Gambar 12.7. Gunting ....................................................................... 340
Gambar 12.8. Adonan fiberglass ....................................................... 341
Gambar 12.9. Adonan Fiberglass Diratakan ................................... 343
Gambar 13.1 Konstruksi Luar Bodi Sedan ......................................... 345
Gambar 13.2 Konstruksi rangka......................................................... 346
Gambar 13.3 Konstruksi Lantai (Under Body).................................... 347
Gambar 13.4 Konstruksi pengunci engine hood ............................... 348
Gambar 13.5 Engine hood ................................................................ 349
Gambar 13.7 Konstruksi engsel engine hood .................................... 350
Gambar 13.8 Penyetelan hood lock ................................................... 351
Gambar 13.9. Konstruksi fender......................................................... 353
Gambar 13.10 Komponen Fender...................................................... 354
Gambar 13.11 Konstruksi Cowl dan Dash ......................................... 355
Gambar 13.12 Konstruksi Atap (Roof) ............................................... 355
Gambar 13.13 Konstruksi Pillar Tengah............................................. 356
Gambar 13.14 Konstruksi Pintu Depan dan Belakang ....................... 357
Gambar 13.15 Konstruksi Pintu.......................................................... 358
Gambar 13.17 Konstruksi door glass, regulator dan door.................. 361
Gambar 13.16 Penyetelan engsel dan lock striker pintu .................... 361
Gambar 13.18 Konstruksi Deck lid lock.............................................. 362
C11
Gambar 13.19 Konstruksi Deck lid/Boot Lid....................................... 363
Gambar 13.21 Konstruksi Bumper ..................................................... 364
Gambar 13.22 Wind shield................................................................. 365
Gambar 13.23 Konstruksi Pemasangan Roof Head lining ................. 366
Gambar 13.24 Bagian headlining roof yang dilem ............................. 367
Gambar 13.25 Pemasangan retainer ................................................. 368
Gambar 13.25 Penempelan roof headlining pada bodi ...................... 368
Gambar 13.26 Seats .......................................................................... 369
Gambar 13.27 Konstruksi Tempat duduk........................................... 370
Gambar 13.28 Konstruksi Panel Instrumen........................................ 371
Gambar 13.29 Konstruksi Grill dan Moulding..................................... 372
Gambar 14.1 Laminated glass .......................................................... 374
Gambar 14.2 Peralatan perbaikan kaca............................................. 376
Gambar 14.3 Sealent gun .................................................................. 377
Gambar 14.4 Sealent temperatur rendah dan tinggi ......................... 377
Gambar 14.5 Tipe pipih, oval dan bulat.............................................. 377
Gambar 14.6 Tipe khusus dan adaptor .............................................. 378
Gambar 14.7 Peralatan mengebor kaca untuk injeksi........................ 378
Gambar 14.8 Peralatan perbaikan kaca............................................. 379
Gambar 14.9 Macam sealent dan sealent gun tipe listrik................... 379
Gambar 14.10 Komponen kaca depan............................................... 380
Gambar 14.11 Retainer...................................................................... 381
Gambar 14.12 Melepas moulding ...................................................... 381
Gambar 14.13 Melepas weatherstrip dengan pemanas..................... 381
Gambar 14.14 Melepas karet kaca dengan pisau razor..................... 382
Gambar 14.15 Melepas karet kaca .................................................... 382
Gambar 14.16 Pemotongan bisa dilakukan sendiri............................ 382
Gambar 14.17 Pelepasan Kaca ......................................................... 383
Gambar 14.18 Tambang untuk pemasangan kaca depan ................. 383
Gambar 14.19 Cara menggunakan sealant gun ................................ 384
Gambar 14.20 Ujung dari sealant disesuaikan................................... 384
Gambar 14.21 Posisi tambang saat akan pemasangan..................... 384
Gambar 14.22 Memasukkan tambang ke karet kaca......................... 385
Gambar 14.23 Pemukulan kaca ke flange bodi.................................. 385
Gambar 14.24 Komponen kaca belakang.......................................... 386
Gambar 14.25 Melepas kaca belakang.............................................. 387
Gambar 14.26 Mengangkat kaca dengan vacuum cup...................... 388
Gambar 14.27 Alat pengangkat vacuum cup ..................................... 388
Gambar 14.28 Defogger pada kaca belakang.................................... 389
Gambar 14.29 Konstruksi kaca pintu ................................................. 389
Gambar 14.30 Konstruksi kaca tetap ................................................. 390
Gambar 14.31 Regulator kaca samping............................................. 390
Gambar 14.32 Konstruksi kaca membuka samping........................... 391
Gambar 15.1 Tegangan normal dan tegangan geser ....................... 394
Gambar 15.2 Regangan linier dan regangan geser ........................... 395
Gambar 15.3 Diagram regangan tegangan ....................................... 396
C12
Gambar 15.4 Kerusakan bodi akibat tabrakan .................................. 397
Gambar 15.5 Proses menekuk........................................................... 397
Gambar 15.6 Bagian tekukan memiliki konstruksi lebih kuat ............. 398
Gambar 15.7 Bagian dilas dan kompresi akan menjadi kuat ............. 398
Gambar 15.8 Menggunakan vacuum cup .......................................... 400
Gambar 15.9 Menggunakan bumping spoon ..................................... 400
Gambar 15.10 Menarik dengan melubangi panel .............................. 401
Gambar 15.11 Peralatan perbaikan bodi hidrolik ............................... 402
Gambar 15.12 Panel ditarik dengan baut atau dilubangi ................... 402
Gambar 15.13 Menggunakan pry bar................................................. 403
Gambar 15.14 Teknik on-dolly hammering ........................................ 404
Gambar 15.15 Urutan memukul teknik on-dolly hammer ................... 404
Gambar 15.16 Melatih pukulan .......................................................... 405
Gambar 15.17 Meratakan plat............................................................ 406
Gambar 15.18 Teknik off-dolly hammer ............................................. 406
Gambar 15.19 Arah pengikiran .......................................................... 407
Gambar 15.20 Teknik hot shrinking.................................................... 407
Gambar 15.21 Bentuk plat yang dipanasi .......................................... 408
Gambar 16.1. Baterai ......................................................................... 411
Gambar 16.2. Konstruksi kabel tegangan rendah.............................. 412
Gambar 16.3. Kabel pengapian.......................................................... 412
Gambar 16.4. Konstruksi kabel berisolasi .......................................... 413
Gambar 16.5 Pelindung Kabel ........................................................... 413
Gambar 16.6. Junction Block dan rellay block ................................... 414
Gambar 16.7. Pengaman fusible link, relay dan fuse......................... 414
Gambar 16.8. Baut massa pada bodi................................................. 415
Gambar 16.9. Pemasangan fuse ....................................................... 416
Gambar 16.10. Macam Konektor ....................................................... 416
Gambar 16.11. Sekring catridge dan blade........................................ 417
Gambar 16.12. Fusible link................................................................. 418
Gambar 16.13. Circuit breaker ........................................................... 419
Gambar 16.14. Switch (saklar) ........................................................... 420
Gambar 16.15. Relay ......................................................................... 420
Gambar 16.16. Relay, konstruksi dan simbolnya ............................... 420
Gambar 16.17. Aplikasi relay pada lampu utama............................... 421
Gambar 16.18. Wiring Diagram Sederhana ....................................... 421
Gambar 16.19. Contoh simbol-simbol komponen elektronik.............. 422
Gambar 16.20. Lampu penerangan ................................................... 422
Gambar 16.21. Lampu belakang........................................................ 423
Gambar 16.22. Dimmer switch ........................................................... 423
Gambar 16.23. Lampu utama tipe sealed .......................................... 424
Gambar 16.24. Konstruksi Bola Lampu Biasa dan Halogen .............. 424
Gambar 16.25. Coloumb Switch ........................................................ 425
Gambar 16.26. Lampu rem ................................................................ 425
Gambar 16.27 Lampu sein ketika bekerja.......................................... 426
Gambar 16.28. Lampu kota dan plat nomor ...................................... 426
C13
Gambar 16.29. Lampu hazard ketika bekerja .................................... 427
Gambar 16.30. Lampu mundur ketika bekerja ................................... 427
Gambar 16.31. Lampu ruangan ketika bekerja ................................. 427
Gambar 16.32 .Lampu depan............................................................. 428
Gambar 16.33. Menyetel jarak lampu ................................................ 428
Gambar 16.34. Lampu Kombinasi...................................................... 430
Gambar 16.35. Konstruksi wiper depan dan belakang....................... 430
Gambar 16.36. Motor wiper................................................................ 431
Gambar 16.37. Gerakan wiper ........................................................... 431
Gambar 16.38. Tuas Wiper ................................................................ 432
Gambar 16.39. Wiper Blade............................................................... 432
Gambar 16.40. Washer ...................................................................... 433
Gambar 16.41.Tangki Washer ........................................................... 433
Gambar 16.42. Motor Washer............................................................ 434
Gambar 16.43. Circuit diagram motor wiper....................................... 435
Gambar 16.44. Meter Kombinasi........................................................ 436
Gambar 16.45. Fuel gauge unit (sensor) dan fuel gauge................... 437
Gambar 16.46. Temperatur gauge ..................................................... 438
Gambar 16.47. Diagram alir refrigrant................................................ 440
Gambar 17.1. Kompresor two stage................................................... 442
Gambar 17.2. Unit kompresor berpenggerak motor listrik.................. 443
Gambar 17.3. Unit kompresor dengan penggerak motor ................... 443
Gambar 17.4. Air pipe line/ saluran pemipaan ................................... 444
Gambar 17.5. Regulator dan Filter Udara (Transformer) ................... 445
Gambar 17.6. Selang Fleksibel spiral................................................. 446
Gambar 17.7. Selang Fleksibel roll .................................................... 446
Gambar 17.8. Bagian dalam ruang cat (Spray Booths)...................... 447
Gambar 17.9. Ruang Cat (Spray Booths) .......................................... 447
Gambar 17.10 Ruang multi fungsi untuk pengecatan dan oven ........ 448
Gambar 17.11 Lampu pemanas pada oven....................................... 449
Gambar 17.12 Prinsip kevakuman ..................................................... 449
Gambar 17.13 Atomisasi cat .............................................................. 450
Gambar 17.14 Tipe spraygun............................................................. 450
Gambar 17.15 Konstruksi Spraygun .................................................. 451
Gambar 17.16 Setelan fluida.............................................................. 451
Gambar 17.17 Fan spreader .............................................................. 452
Gambar 17.18 Setelan Udara............................................................. 452
Gambar 17.19 Fluid tip ....................................................................... 453
Gambar 17.20 Cap............................................................................. 453
Gambar 17.21 Kipas........................................................................... 454
Gambar 17.22 Kerja spraygun ........................................................... 454
Gambar 17.23 Konstruksi spraygun................................................... 455
Gambar 17.24 Spraygun model pressure-feed .................................. 456
Gambar 17.25 Kerugian spraygun model pressure-feed ................... 457
Gambar 17.26 Spraygun model grafity-feed ...................................... 457
Gambar 17.27 Spraygun model pressure-feed .................................. 458
C14
Gambar 17.28 Aliran Spraygun Model Pressure-feed........................ 458
Gambar 17.29 Tangki Cat Spraygun model Pressure-feed ............... 459
Gambar 17.30 Pen Brush Kit.............................................................. 459
Gambar 17.31 Blok Tangan ............................................................... 460
Gambar 17.32 Sanders Tipe Elektrik ................................................. 460
Gambar 17.33 Sanders Tipe Pneumatic ............................................ 460
Gambar 17.34 Batang pengaduk/paddle............................................ 461
Gambar 17.35 Spatula/pisau dempul/kape ........................................ 461
Gambar 17.36 Pistol Udara/Duster ................................................... 462
Gambar 17.37 Mixing Plate ................................................................ 462
Gambar 17.38 Kertas Masking dan Mesin Pemotongnya .................. 463
Gambar 17.39 Masker Pernafasan .................................................... 463
Gambar 18.1 Amplas tipe rol dan lembaran....................................... 465
Gambar 18.2 Permukaan kikis amplas............................................... 466
Gambar 18.3 Amplas fiber.................................................................. 467
Gambar 18.4 Air Polisher ................................................................... 468
Gambar 18.5 Masking Paper.............................................................. 472
Gambar 18.6 Spesial Masking Cover................................................. 473
Gambar 18.7 Masking Tape............................................................... 474
Gambar 18.8 Gap Tape...................................................................... 475
Gambar 18.9 Masking untuk weatherstrip......................................... 475
Gambar 19.1 Spot Repainting............................................................ 479
Gambar 19.2 Spot RepaintingReverse Masking ................................ 479
Gambar 19.3 Masking pintu ............................................................... 479
Gambar 19.4 Masking Blok Repainting .............................................. 480
Gambar 19.5 Masking quarter panel .................................................. 480
Gambar 19.6 Masking Ujung Kendaraan ........................................... 481
Gambar 19.7 Border pada gap diantara panel-panel ......................... 481
Gambar 19.8. Border pada body sealer ............................................. 482
Gambar 19.9 Masking tape pada lebar body sealer........................... 482
Gambar 19.10 Border pada garis karakter ......................................... 483
Gambar 19.11 Border pada bagian yang rata .................................... 483
Gambar 19.12 Bagian Kendaraan yg dimasking lepas ...................... 484
Gambar 19.13 Border Masking pintu belakang .................................. 484
Gambar 19.14 Masking pada handel luar pintu belakang .................. 484
Gambar 19.15 Masking bagian lipatan pintu belakang ...................... 485
Gambar 19.16 Masking area belt molding.......................................... 486
Gambar 19.17 Masking bagian luar pintu belakang........................... 486
Gambar 19.18 Masking area flange depan pintu belakang................ 487
Gambar 19.19 Masking bagian dalam pintu depan............................ 487
Gambar 19.20 Pemasangan vinyl sheet ............................................ 488
Gambar 19.21 Masking tepi belakang pintu depan............................ 488
Gambar 19.22 Masking kaca pintu belakang. .................................... 488
Gambar 19.23 Masking quarter panel kendaraan.............................. 489
Gambar 19.24 Masking rumah roda dan roda.................................... 489
C15
Gambar 19.25 Menggerakkan Spray Gun ..........................................490
Gambar 19.26 Jarak yang sesuai .......................................................490
Gambar 19.27 Jarak pengecatan........................................................491
Gambar 19.28 Posisi penyemprotan...................................................491
Gambar 19.29 Kecepatan konstan .....................................................492
Gambar 19.30 Over lapping vertikal ...................................................493
Gambar 19.31 Over lapping horizontal ...............................................493
Gambar 19.32 Pengecatan sudut .......................................................494
Gambar 19.33 Over lapping pada sambungan ...................................494
Gambar 19.34 Spot repainting`...........................................................497
Gambar 19.35 Membersihkan spraygun.............................................497

0 komentar: