Sri Hermawati D.A., dkk
SENI BUDAYA
JILID 1
SMK
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional
Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional
Dilindungi Undang-undang
SENI BUDAYA
JILID 1
Untuk SMK
Penulis Utama : Sri Hermawati Dwi Arini
Ataswarin Oetopo
Rahmida Setiawati
Deden Khairudin
Martin Renatus Nadapdap
Perancang Kulit : Tim
Ukuran Buku : 17,6 x 25 cm
Diterbitkan oleh
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional
Tahun 2008
ARN ARINI, Sri Hermawati Dwi
s Seni Budaya Jilid 1 untuk SMK oleh Sri Hermawati Dwi
Arini, Ataswarin Oetopo, Rahmida Setiawati, Deden Khairudin,
Martin Renatus Nadapdap ---- Jakarta : Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan
Nasional, 2008.
ix. 186 hlm
Daftar Pustaka : A1-A6
Glosarium : B1-B3
ISBN : 978-979-060-011-9
978-979-060-012-6
KATA SAMBUTAN
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat
dan karunia Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen
Pendidikan Nasional, telah melaksanakan kegiatan penulisan
buku kejuruan sebagai bentuk dari kegiatan pembelian hak cipta
buku teks pelajaran kejuruan bagi siswa SMK. Karena buku-buku
pelajaran kejuruan sangat sulit di dapatkan di pasaran.
Buku teks pelajaran ini telah melalui proses penilaian oleh Badan
Standar Nasional Pendidikan sebagai buku teks pelajaran untuk
SMK dan telah dinyatakan memenuhi syarat kelayakan untuk
digunakan dalam proses pembelajaran melalui Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 45 Tahun 2008 tanggal 15 Agustus
2008.
Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada seluruh penulis yang telah berkenan mengalihkan hak
cipta karyanya kepada Departemen Pendidikan Nasional untuk
digunakan secara luas oleh para pendidik dan peserta didik SMK.
Buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada
Departemen Pendidikan Nasional ini, dapat diunduh (download),
digandakan, dicetak, dialihmediakan, atau difotokopi oleh
masyarakat. Namun untuk penggandaan yang bersifat komersial
harga penjualannya harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan
oleh Pemerintah. Dengan ditayangkan soft copy ini diharapkan
akan lebih memudahkan bagi masyarakat khsusnya para
pendidik dan peserta didik SMK di seluruh Indonesia maupun
sekolah Indonesia yang berada di luar negeri untuk mengakses
dan memanfaatkannya sebagai sumber belajar.
Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini.
Kepada para peserta didik kami ucapkan selamat belajar dan
semoga dapat memanfaatkan buku ini sebaik-baiknya. Kami
menyadari bahwa buku ini masih perlu ditingkatkan mutunya.
Oleh karena itu, saran dan kritik sangat kami harapkan.
Jakarta, 17 Agustus 2008
Direktur Pembinaan SMK
ii
Pengantar Penulis
Mata pelajaran Seni Budaya pada dasarnya merupakan
pendidikan seni yang berbasis budaya, yang dimaksud budaya
meliputi budaya nusantara, asia dan periode klasik dan modern.
Khusus bahasan aspek budaya nusantara tidak dibahas terpisah
melainkan terintegrasi dengan seni. Yang dapat diartikan kesenian
yang berdasarkan nilai-nilai budaya nusantara yang beragam.
Dengan cara ini karakteristik kesenian Indonesia yang khas akan
muncul sebagai sebuah jati diri bangsa yang mampu berkompetisi
dalam percaturan kesenian dunia, pendidikan seni yang berakar dari
tradisi merupakan simbol kebanggaan, keluhuran dan harga diri
bangsa Indonesia.
Transformasi nilai-nilai seni ke dalam masyarakat luas
karena seni bisa menjadi penyejuk bagi kepesatan kemajuan sains
dan teknologi yang tidak jarang mengabaikan kehalusan rasa seni
dan pendidikan seni berperan sebagai filter bagi peradaban.
Topik atau materi yang dapat dikupas tidak dapat meliputi 33
propinsi dan kesenian yang dapat dikupas hanya terdiri dari
beberapa kesenian berdasarkan pertimbangan fenomena kesenian
yang hidup dimasyarakat atau dengan kata lain kesenian bermutu
yang mengandung banyak hal untuk mengungkap masalah seni
budaya, kesenian yang banyak mendapat respon dari bangsa
sendiri ataupun dari mancanegara. Topik ataupun materi terbagi
bagian apresiasi, ekspresi dan wirausaha.
Penjenjangan materi hanya dapat dilakukan pada bagian
ekspresi / keterampilan. Buku teks ini bukan hanya memberikan
wawasan namun juga keterampilan yang dapat dipilih sesuai minat,
kelebihan buku ini memberikan pengetahuan keragaman seni
budaya nusantara dan keterampilan yang sangat penting karena
penyebarannya yang luas atau sudah dikenal diberbagai wilayah,
serta mempunyai nilai sebagai bekal keterampilan dunia kerja dan
pengetahuan wirausaha.
Semoga buku ini akan memberikan sumbangan yang berarti
bagi anak didik kita dan merupakan pengetahuan tentang kekayaan,
kebudayaan dan kesenian milik bangsa kita Indonesia tercinta untuk
juga meningkatkan kebudayaan dan pariwisata kita.
Penulis
iii
KETUA TIM PENILAI BNSP
Drs. Pracoyo, M.Hum Dosen Institut Seni
Indonesia Yogyakarta Seni Rupa Murni
DAFTAR KONTRIBUTOR
Penulis
N a m a Institusi
Bidang
Keahlian
Tim Martin Renatus Nadapdap, S.Sn Dosen Universitas
Negeri Jakarta Seni Musik
Tim Dra. Clemy Ikasari I, M.Pd Dosen Universitas
Negeri Jakarta Seni Musik
Tim Dra. Bambang Pratjikno, M.Pd Dosen Universitas
Negeri Jakarta Seni Tari
Tim Dwi Kusumawardani, S.Sn, M.Pd Dosen Universitas
Negeri Jakarta Seni Tari
Tim Drs. Moh Muttaqin, M. Hum Dosen Universitas
Negeri Semarang Seni Musik
Tim Tardi Ruswandi, S.Kar, M.Hum Dosen STSI
Bandung Seni Musik
Tim Didin Supriadi, S.Sen, M.Pd. Dosen Universitas
Negeri Jakarta Seni Musik
Tim Dini Devi Triana, S.Sen. M.Pd. Dosen Universitas
Negeri Jakarta Seni Tari
Tim Saryanto, S.Kar Dosen Universitas
Negeri Jakarta Seni Musik
Tim Dwi Kurniadi, S.Pd Perguruan Cikini Seni Musik
EDITOR
Dra. Ayu Niza Machfauzia, M.Pd. Dosen Universitas
Negeri Yogya
Gitar dan Teori
Musik
DISAIN GRAFIS
Wafirul Aqli, ST Dosen Teknik Elektro
Universitas Muhamadiyah Jakarta
iv
DAFTAR ISI
Pengantar Direktur Pembinaan SMK .................................................. i
Pengantar Penulis............................................................................... ii
Daftar Tim Penyusun dan Nara Sumber ............................................. iii
Daftar Isi ............................................................................................. iv
Lembar Pengesahan........................................................................... viii
Peta Kompetensi................................................................................. ix
JILID 1
BAB I. DASAR-DASAR
1. Pengertian Kebudayan dan Seni............................... 1
1.1. Pengertian Kebudayaan ..................................... 1
1.2. Pengertian Seni .................................................. 10
1.3. Sifat Dasar Seni.................................................. 11
1.4. Struktur Seni....................................................... 12
1.5. Pengertian Nilai Seni ......................................... 13
1.6. Pengertian Ekspresi............................................ 14
1.7. Pengertian Genre/Fungsi Seni ........................... 14
1.8. Pengertian Apresiasi........................................... 17
BAB II. SENI MUSIK
2. Mengapresiasikan Karya Seni Musik ....................... 24
2.1. Pengertian Musik ............................................... 24
2.2. Sistem Nada ...................................................... 25
2.2.1. Awal Terbentuknya Sistem Nada
Diatonis ................................................... 25
2.2.2. Titi Laras Pentatonik ............................... 26
2.3. Musik Klasik........................................................ 29
2.3.1.1. Zaman Pertengahan................. 29
2.3.1.2. Zaman Renaisance .................. 30
2.3.1.3. Zaman Barok............................ 30
2.3.1.4. Zaman Rokoko......................... 31
2.3.1.5. Zaman Klasik............................ 32
2.3.1.6. Zaman Romantik...................... 37
2.3.1.7. A. Zaman Abad 20 .................... 39
B. Musik Jazz ............................ 40
2.4. Musik Tradisi Indonesia ...................................... 41
2.4.1. Musik Betawi .......................................... 41
2.4.2. Musik Bali................................................ 47
2.4.3. Gamelan.................................................. 49
2.4.4. Angklung ................................................. 58
2.5. Musik Non Barat ................................................ 71
2.5.1. Musik Afrika............................................. 71
2.5.2 Musik India ............................................. 72
2.5.3. Alat Musik Tiongkok dan Jepang ............ 73
v
2.5.4. Alat Musik Kultur Tinggi Timur
Tengah dan Kultur Tinggi Yunani............ 73
2.6. Ekspresi Melalui Kegiatan Bermusik
2.6.1. Vokal....................................................... 75
2.6.1.1. Asal Usul Vokal .......................... 75
2.6.1.2. Jenis Pernafasan ....................... 76
2.6.1.3. Wilayah Suara............................ 77
2.6.2. Tangganada............................................ 79
2.6.2.1 Tangganada Diatonis Mayor ....... 79
2.6.2.2 Tangganada Diatonis Minor ........ 82
2.6.2.3 Akor ............................................ 83
2.6.2.4 Cara Menentukan Akor Dalam
Sebuah Lagu............................... 85
2.6.3. Penerapan akor pada Instrumen
Keyboard................................................. 87
2.6.3.1 Mempelajari Tombol-tombol
Keyboard..................................... 88
2.6.3.2 Mempraktikan dengan Lagu........ 94
2.6.4. Teknik Memainkan Gambang Kromong.. 122
2.6.5. Teknik Memainkan Gamelan .................. 130
2.6.6. Teknik Memainkan Kacapi ...................... 137
2.6.6.1 Kacapi Fungsi Hiburan................ 137
2.6.6.2 Teknik Petikan Kacapi ................ 143
2.6.6.3 Mempraktikan Memetik Kacapi
Dengan Cacarakan ..................... 144
JILID 2
BAB III. SENI TARI
3. Mengapresiasikan Karya Seni Tari ........................... 158
3.1. Pengertian Seni Tari ........................................... 158
3.2. Unsur Pokok Tari................................................ 161
3.2.1 Gerak ..................................................... 161
3.2.2. Motif Gerak Tari ..................................... 164
3.2.3. Motif Gerak Tari Berpasangan
Atau Kelompok ....................................... 169
3.2.4. Ruang .................................................. 169
3.2.5. Tenaga .................................................. 175
3.2.6. Ekspresi ................................................. 176
3.2.7. Iringan Tari ............................................. 177
3.3 Unsur Komposisi Tari.... ..................................... 178
3.4. Penjiwaan Dalam Tari ........................................ 181
3.5 Pembelajaran Apresiasi Tari............................... 182
3.5.1. Kegiatan Apresiasi Tari ........................... 183
3.5.2. Pembelajaran Kreativitas ........................ 184
3.6. Tari Berdasarkan Konsep Garapan .................... 187
3.6.1. Tari Tradisional ...................................... 187
3.6.1.1. Tari Primitif ................................ 189
3.6.1.2. Tari Rakyat ............................... 190
3.6.1.3. Tari Klasik ................................. 194
3.6.2. Tari Non Tradisional................................ 195
vi
3.7. Tari Berdasarkan Orientasi Peran Fungsi ..........
Di Masyarakat .................................................. 197
3.7.1. Tari Upacara .......................................... 197
3.7.1.1. Tari Adat ................................... 197
3.7.1.2. Tari Agama ............................... 212
3.8. Tari Berdasarkan Orientasi Artistik ..................... 214
3.8.1. Tari Balet................................................. 214
3.8.2. Musical Dance......................................... 216
3.9. Fungsi Tari ......................................................... 216
3.9.1. Tari Sebagai Sarana Upacara................. 217
3.9.2. Tari Sebagai Sarana Hiburan.................. 219
3.10.Produksi Tari... .................................................. 221
3.11.Dasar Pijakan .................................................. 222
BAB IV. SENI TEATER
4. Sejarah Teater.............................................................. 228
4.1 Mengapresiasikan Karya Seni Teater................. 228
4.2. Pengertian Teater............................................... 229
4.2.1. Bentuk Teater Indonesia
Berdasarkan Penduduknya..................... 230
4.2.2. Fungsi-fungsi Teater Rakyat ................... 232
4.3. Seni Peran.......................................................... 234
4.4. Akting.................................................................. 236
4.5. Gaya Akting... ..................................................... 239
4.6. Beberapa Istilah Dalam Teater .............. ............ 240
4.7. Unsur-unsur lakon Teater................................... 241
4.8. Unsur-unsur Pementasan................................... 242
4.9. Naskah Drama ................................................... 255
4.9.1. Struktur Naskah Drama........................... 256
4.9.2. Struktur Dramatik .................................... 257
4.9.3. Pembuatan Naskah................................. 257
4.10. Penyutradaraan ............................................. 258
4.10.1. Pengertian Sutradara.............................. 259
4.10.2. Tugas Sutradara ..................................... 259
4.10.3. Tipe Sutradara............................. ........... 260
4.10.4. Cara Penyutradaan..................... ............ 260
4.11. Teknik Tata Panggung................................... 261
4.12. Tata Pentas.................................................... 263
4.13. Manajemen Produksi
Pertunjukan Teater......................................... 264
4.13.1 Tahapan Manajemen.. ........................ 264
BAB V. SENI RUPA
5.1. Pengantar Seni Rupa ......................................... 288
vii
5.1.1. Seni Murni............................................... 290
5.1.2. Desain..................................................... 291
5.2. Dasar-dasar Seni Rupa ...................................... 295
5.2.1. Unsur-unsur Seni Rupa........................... 295
5.2.2. Prinsip Penyusunan Karya Seni
Rupa........................................................ 305
5.3. Apresiasi Karya Seni Rupa................................. 310
5.3.1. Pengertian dan Fungsi Apresiasi ............ 310
5.3.2. Aliran-Aliran Dalam Seni Rupa.... ........... 311
5.3.3. Aspek-Aspek Penilaian Dalam
Apresiasi Karya Seni............................... 317
5.4. Pameran Karya Seni Rupa................................. 320
5.4.1 Kegunaan Pameran Seni Rupa
di Sekolah................................... ............ 320
5.4.2. Jenis-jenis Pameran................................ 320
5.4.3. Manfaat Pameran Seni Rupa
di Sekolah.................................... ........... 321
5.4.4. Syarat-syarat Penyelenggaraan
Pemeran Seni Rupa di Sekolah.............. 322
5.5. Ragam Hias Nusantara........................... ........... 323
5.6. Ekspresi Melalui Kreasi Seni Kriya..................... 326
5.7. Seni Kriya Batik....................................... ........... 327
5.7.1 Alat dan Bahan Batik............................... 331
5.7.2 Berkreasi Batik............................ ............ 341
5.8. Seni Kriya Ikat Celup(Tie Dye) ................ .......... 349
5.8.1 Kreasi Teknik Celup Ikat.............. ........... 350
BAB VI WIRAUSAHA
6.1. Usaha Kecil......................................................... 358
6.2. Menjadi Wirausaha Penyelenggaraan
Pertunjukan Musik..................................... ......... 360
6.3. Penata Musik Film/Sinetron/Kartun.......... .......... 364
6.4. Proses Manajemen Produksi Teater........ .......... 366
6.5. Kewirausahaan Dalam Seni Rupa...................... 369
6.6. Wirausaha Penyelengaraan Pameran
Seni Rupa................................................. .......... 371
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………..
GLOSARI …………….……………………………………………. ...
DAFTAR GAMBAR & DAFTAR TABEL ………………………………
A1-A6
B1-B3
C1-C9
ix
PETA KOMPETENSI
Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dikembangkan
sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan pengembangan program sekolah
berbasis pada kebutuhan dan kompetensi wilayah.
Materi pembelajaran berorientasi untuk mempersiapkan anak didik
menuju dunia kerja.
Pengembangan Program Materi Pada Bidang Seni
Seni
Seni Pertunjukan Seni Rupa
Pelaku Seni
Pemain
Penari
Penulis
Naskah
Kompetensi Seni Pertunjukkan
Pemandu
Jasa
Informasi
Penyelenggaraan
Menyiapkan
Jasa Penyelenggaraan
Pertunjukkan
Tim Kreatif
Penyutradaraan
Broadcasting
Kompetensi Seni Rupa
Seniman/Pengrajin
Produk Seni
Kewirausahaan
Menciptakan
Lapangan Kerja
Menghasilkan
Barang dan Jasa
Bab 1
Dasar-Dasar
PENGERTIAN KEBUDAYAAN DAN SENI
Pengertian Kebudayaan
Pengertian Seni
Sifat Dasar Seni
Struktur Seni
Pengertian Nilai Seni
Pengertian Genre (Fungsi Seni)
Pengertian Apresiasi Seni
Pengertian Ekspresi
1
BAB I
DASAR-DASAR
1. Pengertian Kebudayaan dan Seni
1.1. Pengertian Kebudayaan
Menurut Koentjoroningrat (1986), kebudayaan dibagi ke dalam tiga
sistem, pertama sistem budaya yang lazim disebut adat-istiadat, kedua
sistem sosial di mana merupakan suatu rangkaian tindakan yang berpola dari
manusia. Ketiga, sistem teknologi sebagai modal peralatan manusia untuk
menyambung keterbatasan jasmaniahnya.
Berdasarkan konteks budaya, ragam kesenian terjadi disebabkan
adanya sejarah dari zaman ke zaman. Jenis-jenis kesenian tertentu
mempunyai kelompok pendukung yang memiliki fungsi berbeda. Adanya
perubahan fungsi dapat menimbulkan perubahan yang hasil-hasil seninya
disebabkan oleh dinamika masyarakat, kreativitas, dan pola tingkah laku
dalam konteks kemasyarakatan.
Koentjoroningrat mengatakan, Kebudayaan Nasional Indonesia
adalah hasil karya putera Indonesia dari suku bangsa manapun asalnya,
yang penting khas dan bermutu sehingga sebagian besar orang Indonesia
bisa mengidentifikasikan diri dan merasa bangga dengan karyanya.
Kebudayaan Indonesia adalah satu kondisi majemuk karena ia
bermodalkan berbagai kebudayaan, yang berkembang menurut tuntutan
sejarahnya sendiri-sendiri. Pengalaman serta kemampuan daerah itu
memberikan jawaban terhadap masing-masing tantangan yang memberi
bentuk kesenian, yang merupakan bagian dari kebudayaan.
Untuk lebih jelas dapat diterangkan apa-apa saja yang
menggambarkan kebudayaan, misalnya ciri khas bentuk rumah adat daerah
yang berbeda satu dengan daerah lainnya, sebagai contoh ciri khas rumah
adat di Jawa mempergunakan joglo sedangkan rumah adat di Sumatera dan
rumah adat Hooi berbentuk panggung.
Sumber : Google@RumahAdat.com.
Gambar 1.1. Macam-macam Rumah Adat
2
2. Alat Musik
Seperti halnya rumah adat, alat musik di setiap daerah pun berbeda
dengan alat musik di daerah lainnya. Jika dilihat dari perbedaan jenis
bentuk serta motif ragam hiasnya beberapa alat musik sudah dikenal di
berbagai wilayah, pengetahuan kita bertambah setelah mengetahui alat
musik seperti yang terlihat di gambar berikut ini Grantang, Tifa dan
Sampe.
Sumber : Buku Lata Mahosadhi STSU Denpasar
Gambar 1.2. Gamelan Grantang Bali
Sumber : Koleksi Pribadi Sumber : Koleksi Pribadi
Gambar 1.3. Sampe Kalimantan Gambar 1.4. Tifa Maluku
Tengah
3
3. Seni Tari
Di samping rumah adat, alat musik, Indonesia juga memiliki
keanekaragaman Seni Tari, seperti tari Saman dari Aceh dan tari Merak
dari Jawa Barat.
Sumber : Koleksi Jurusan Tari UNJ Sumber : Majalah Kriya Dekranas
Gambar 1.5. Tari Saman Aceh Gambar 1.6. Tari Merak
4. Kriya Ragam Hias
Selain kaya akan keanekaragaman musik dan tarian tradisi, Indonesia
juga kaya akan keanekaragaman hiasan serta motif-motif tradisional.
Kriya ragam hias dengan motif-motif tradisional, dan batik yang sangat
beragam dari daerah tertentu, dibuat di atas media kain, dan kayu.
Gambar berikut adalah Kriya Ragam Hias.
Sumber : Majalah Kriya Dekranas Sumber : Majalah Kriya Dekranas
Gambar : 1.7. Motif Banjar Kalsel Gambar : 1.8. Motif NTT
4
Sumber : Google.wikipedia.sukutoraja.com
Gambar : 1.9. Motif Toraja
5. Properti Kesenian
Kesenian Indonesia memiliki beragam-ragam bentuk selain seni musik,
seni tari, seni teater, kesenian wayang golek dan topeng merupakan
ragam kesenian yang kita miliki. Wayang golek adalah salah satu bentuk
seni pertunjukan teater yang menggunakan media wayang, sedangkan
topeng adalah bentuk seni pertunjukan tari yang menggunakan topeng
untuk pendukung.
Sumber : Majalah Kriya Dekranas Sumber : Majalah Kriya Dekranas
Gambar 1.10. Wayang Golek Gambar 1.11. Topeng Cirebon
6. Pakaian Daerah
Setiap propinsi memiliki kesenian, pakaian dan benda seni yang berbeda
antara satu daerah dengan daerah lainnya. Gambar berikut adalah
pakaian daerah Kalimantan
5
Sumber : Koleksi Pribadi
Gambar 1.12. Pakaian Adat Kutai Kaltim
Sumber : Majalah Dekranas
Gambar 1.13. Pakaian Banjar Kalsel
7. Benda Seni
Kaya dan kreatif adalah sebutan yang sesuai untuk bangsa kita, karya
seni yang tidak dapat dihitung ragamnya, merupakan identitas dan
kebanggaan bangsa Indonesia. Benda seni atau souvenir yang terbuat
dari perak yang beasal dari Kota Gede di Yogyakarta adalah salah satu
karya seni bangsa yang menjadi ciri khas daerah Yogyakarta, karya seni
dapat menjadi sumber mata pencaharian dan objek wisata.
Sumber : Majalah Kriya Dekranas
Gambar 1.14. Souvenir Perak Kota Gede Yogyakarta
Kesenian khas yang mempunyai nilai-nilai filosofi misalnya kesenian
Ondel-ondel dianggap sebagai boneka raksasa mempunyai nilai filosofi
sebagai pelindung untuk menolak bala, nilai filosofi dari kesenian Reog
Ponorogo mempunyai nilai kepahlawanan yakni rombongan tentara
kerajaan Bantarangin (Ponorogo) yang akan melamar putri Kediri dapat
6
diartikan Ponorogo menjadi pahlawan dari serangan ancaman musuh,
selain hal-hal tersebut, adat istiadat, agama, mata pencaharian, sistem
kekerabatan dan sistem kemasyarakatan, makanan khas, juga
merupakan bagian dari kebudayaan.
Contoh beberapa kebudayaan yang memiliki daya tarik yang tinggi bagi
turis mancanegara dan turis lokal antara lain, adat istiadat di Tana Toraja,
kebiasaan perempuan suku Dayak di Kalimantan yang senang
menggunakan anting yang panjang, berat dan banyak, upacara ngaben
(pembakaran mayat) di Bali.
Berikut diuraikan contoh adat istiadat atau sistem kemasyarakatan di
Tana Toraja yang meliputi :
8. Adat Istiadat
1. Suku Toraja
Suku Toraja adalah suku yang menetap di pegunungan bagian
utara Sulawesi Selatan, Indonesia.
Nama Toraja mulanya diberikan oleh suku Bugis Sidenreng dan
dari Luwu. Orang Sidenreng menamakan penduduk daerah ini dengan
sebutan To Riaja, artinya “Orang yang berdiam di negeri atas atau
pegunungan”, sedangkan orang Luwu menyebutnya To Riajang, artinya
orang yang berdiam di sebelah barat. Ada juga versi lain kata Toraya. To
= Tau (orang), Raya = Maraya (besar), artinya orang orang besar,
bangsawan. Lama-kelamaan penyebutan tersebut menjadi Toraja, dan
kata Tana berarti negeri, sehingga tempat pemukiman suku Toraja
dikenal kemudian dengan Tana Toraja.
Di wilayah Tana Toraja juga digelar “Tondok Lili’na Lapongan
Bulan Tana Matari’ollo”, arti harfiahnya, “Negeri yang bulat seperti bulan
dan matahari”. Wilayah ini dihuni oleh satu etnis (Etnis Toraja).
Tana Toraja, Sulawesi Selatan
Sumber : Google.wikipedia@Toraja.com
Gambar 1.15. Rumah Adat Toraja
7
Tana Toraja memiliki kekhasan dan keunikan dalam tradisi
upacara pemakaman yang biasa disebut “Rambu Tuka”. Di Tana Toraja
mayat tidak di kubur melainkan diletakan di “Tongkanan“ untuk beberapa
waktu. Jangka waktu peletakan ini bisa lebih dari 10 tahun sampai
keluarganya memiliki cukup uang untuk melaksanakan upacara yang
pantas bagi si mayat. Setelah upacara, mayatnya dibawa ke
peristirahatan terakhir di dalam Goa atau dinding gunung.
Tengkorak-tengkorak itu menunjukan pada kita bahwa, mayat itu
tidak dikuburkan tapi hanya diletakan di batuan, atau dibawahnya, atau di
dalam lubang. Biasanya, musim festival pemakaman dimulai ketika padi
terakhir telah dipanen, sekitar akhir Juni atau Juli, paling lambat
September.
Peti mati yang digunakan dalam pemakaman dipahat menyerupai
hewan (Erong). Adat masyarakat Toraja antara lain, menyimpan jenazah
pada tebing/liang gua, atau dibuatkan sebuah rumah (Pa'tane).
Rante adalah tempat upacara pemakaman secara adat yang
dilengkapi dengan 100 buah “batu”, dalam Bahasa Toraja disebut
Simbuang Batu. Sebanyak 102 bilah batu yang berdiri dengan megah
terdiri dari 24 buah ukuran besar, 24 buah sedang, dan 54 buah kecil.
Ukuran batu ini mempunyai nilai adat yang sama, perbedaan tersebut
hanyalah faktor perbedaan situasi dan kondisi pada saat
pembuatan/pengambilan batu. Simbuang Batu hanya diadakan bila
pemuka masyarakat yang meninggal dunia dan upacaranya diadakan
dalam tingkat “Rapasan Sapurandanan” (kerbau yang dipotong sekurangkurangnya
24 ekor).
Sumber : Google@Rumah Adat.com
Gambar 1.16. Pa’tane
2. Ngaben - pembakaran Jenasah di Bali
Ngaben adalah upacara pembakaran mayat, khususnya oleh
mereka yang beragama Hindu, dimana Hindu adalah agama mayoritas di
Pulau Seribu Pura ini. Di dalam “Panca Yadnya”, upacara ini termasuk
dalam “Pitra Yadnya”, yaitu upacara yang ditujukan untuk roh lelulur
8
Makna upacara Ngaben pada intinya adalah, untuk mengembalikan roh
leluhur (orang yang sudah meninggal) ke tempat asalnya. Seorang
Pedanda mengatakan manusia memiliki Bayu, Sabda, Idep, dan setelah
meninggal Bayu, Sabda, Idep itu dikembalikan ke Brahma, Wisnu, Siwa.
Upacara Ngaben biasanya dilaksanakan oleh keluarga sanak
saudara dari orang yang meninggal, sebagai wujud rasa hormat seorang
anak terhadap orang tuanya. Dalam sekali upacara ini biasanya
menghabiskan dana antara 15 juta sampai 20 juta rupiah. Upacara ini
biasanya dilakukan dengan semarak, tidak ada isak tangis, karena di Bali
ada suatu keyakinan bahwa, kita tidak boleh menangisi orang yang telah
meninggal karena itu dapat menghambat perjalanan sang arwah menuju
tempatnya.
Hari pelaksanaan Ngaben ditentukan dengan mencari hari baik
yang biasanya ditentukan oleh Pedanda. Beberapa hari sebelum upacara
Ngaben dilaksanakan keluarga dibantu oleh masyarakat akan membuat
"Bade dan Lembu" yang sangat megah terbuat dari kayu, kertas warnawarni
dan bahan lainnya. "Bade dan Lembu" ini adalah, tempat
meletakkan mayat
Sumber : Google wiki pedia @ Ngaben.com Sumber : Google wiki pedia Q.Ngabe.com
Gambar 1.17. Lembu Gambar 1.18. Bade
Kemudian "Bade" diusung beramai-ramai ke tempat upacara
Ngaben, diiringi dengan "gamelan", dan diikuti seluruh keluarga dan
masyarakat. Di depan "Bade" terdapat kain putih panjang yang bermakna
sebagai pembuka jalan sang arwah menuju tempat asalnya. Di setiap
pertigaan atau perempatan, dan "Bade" akan diputar sebanyak 3 kali.
Upacara Ngaben diawali dengan upacara-upacara dan doa mantra dari
Ida Pedanda, kemudian "Lembu" dibakar sampai menjadi abu yang
kemudian dibuang ke laut atau sungai yang dianggap suci.
9
3. Suku Dayak
Sejak abad ke 17, Suku Dayak di Kalimantan mengenal tradisi
penandaan tubuh melalui tindik di daun telinga. Tak sembarangan orang
bisa menindik diri hanya pemimpin suku atau panglima perang yang
mengenakan tindik di kuping, sedangkan kaum wanita Dayak
menggunakan anting-anting pemberat untuk memperbesar kuping daung
daun telinga, menurut kepercayaan mereka, semakin besar pelebaran
lubang daun telinga semakin cantik, dan semakin tinggi status sosialnya
di masyarakat.
Sumber : Google Wki Pedia @ suku Dayak.com
Gambar 1.19. Gadis Suku Dayak
Kegiatan-kegiatan adat budaya ini selalu dikaitkan dengan
kejadian penting dalam kehidupan seseorang atau masyarakat. Berbagai
kegiatan adat budaya ini juga mengambil bentuk kegiatan-kegiatan seni
yang berkaitan dengan proses inisiasi perorangan seperti kelahiran,
perkawinan dan kematian ataupun acara-acara ritus serupa selalu ada
unsur musik, tari, sastra, seni rupa. Kegiatan-kegiatan adat budaya ini
disebut Pesta Budaya. Manifestasi dari aktivitas kehidupan budaya
masyarakat merupakan miniatur yang mencerminkan kehidupan sosial
yang luhur, gambaran wajah apresiasi keseniannya, gambaran identitas
budaya setempat.
Kegiatan adat budaya ini dilakukan secara turun temurun dari
zaman nenek moyang dan masih terus berlangsung sampai saat ini,
sehingga seni menjadi perekam dan penyambung sejarah.
Jadi, dapat disimpulkan yang disebut dengan kebudayaan adalah
pikiran, karya, teknologi dan rangkaian tindakan suatu kelompok
masyarakat.
Berbicara tentang apresiasi seni, kita ketahui terlebih dahulu yang
disebut seni dan klasifikasinya.
10
1.2. Pengertian Seni
Konsep seni terus berkembang sejalan dengan berkembangnya
kebudayaan dan kehidupan masyarakat yang dinamis.
Aristoteles mengemukakan bahwa, seni adalah kemampuan membuat
sesuatu dalam hubungannya dengan upaya mencapai suatu tujuan yang
telah ditentukan oleh gagasan tertentu, demikian juga dikemukakan oleh
sastrawan Rusia terkemuka Leo Tolstoy mengatakan bahwa, seni merupakan
kegiatan sadar manusia dengan perantaraan (medium) tertentu untuk
menyampaikan perasaan kepada orang lain. Menurut Ki Hajar Dewantara
seni adalah indah, menurutnya seni adalah segala perbuatan manusia yang
timbul dan hidup perasaannya dan bersifat indah hingga dapat
menggerakkan jiwa perasaan manusia lainnya, selanjutnya dikatakan oleh
Akhdiat K. Mihardja; seni adalah kegiatan manusia yang merefleksikan
kenyataan dalam sesuatu karya, yang berkat bentuk dan isinya mempunyai
daya untuk membangkitkan pengalaman tertentu dalam alam rohani si
penerimanya. Ungkapan seni menurut Erich Kahler; seni adalah suatu
kegiatan manusia yang menjelajahi, menciptakan realitas itu dengan simbol
atau kiasan tentang keutuhan “dunia kecil” yang mencerminkan “dunia
besar”.
Berdasarkan bentuk dan mediumnya seni dapat diklasifikasikan dalam
tiga kelompok : seni rupa, seni pertunjukan, dan seni sastra.
Tabel 1.1. Klasifikasi Seni
Seni
Seni Rupa
* Seni murni
* Seni terapan
* Design
* Kriya
Seni Pertunjukan
* Seni musik
* Seni teater
* Seni tari
* Film Sinematographi
* Pantomim
Seni Sastra
* Prosa
* Puisi
11
1.3. Sifat Dasar Seni
Berdasarkan hasil telaah terhadap teori-teori seni, disimpulkan bahwa seni
memiliki sekurang-kurangnya 5 ciri yang merupakan sifat dasar seni (Gie,
1976:41-46). Uraian mengenai sifat dasar seni adalah sebagai berikut:
a. Ciri pertama adalah sifat kreatif dari seni. Seni merupakan suatu
rangkaian kegiatan manusia yang selalu mencipta karya baru.
b. Ciri kedua adalah sifat individualitas dari seni. Karya seni yang diciptakan
oleh seorang seniman merupakan karya yang berciri personal, Subyektif
dan individual. Sebagai contoh, (1) Lagu ciptaan Iwan Fals terdengar
berbeda dari lagu ciptaan Ebiet G. Ade; (2) Lukisan Lucia hartini yang
bercorak Surrealisme menampilkan kekuatan daya fantasi atau imajinasi
alam mimpi melalui penguasaan teknik melukis yang piawai.
c. Ciri ketiga adalah seni memiliki nilai ekspresi atau perasaan. Dalam
mengapresiasi dan menilai suatu karya seni harus memakai kriteria atau
ukuran perasaan estetis. Seniman mengekspresikan perasaan estetisnya
ke dalam karya seninya lalu penikmat seni (apresiator) menghayati,
memahami dan mengapresiasi karya tersebut dengan perasaannya.
Sebagai contoh, (1) lagu “Imagine” karya John Lennon merupakan
ungkapan kepeduliannya terhadap nilai-nilai humanisme dan perdamaian
sehingga menggugah perasaan siapapun yang mendengar.
d. Ciri keempat adalah keabadian sebab seni dapat hidup sepanjang masa.
Konsep karya seni yang dihasilkan oleh seorang seniman dan diapresiasi
oleh masyarakat tidak dapat ditarik kembali atau terhapuskan oleh waktu.
Sebagai contoh, (1) lagu Indonesia Raya karangan WR. Supratman
sampai saat ini masih tetap abadi dan diapresiasi masyarakat walaupun
beliau telah wafat; (2) Karya-karya lukis S. Sudjojono dan Affandi sampai
saat ini masih diapresiasi oleh masyarakat dan sangat diminati oleh para
kolektor lukisan walaupun beliau telah wafat
e. Ciri kelima adalah semesta atau universal sebab seni berkembang di
seluruh dunia dan di sepanjang waktu. Seni tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan masyarakat. Sejak jaman pra sejarah hingga jaman modern ini
orang terus membuat karya seni dengan beragam fungsi dan wujudnya
sesuai dengan perkembangan masyarakatnya. Sebagai contoh, (1)
desain mode pakaian terus berkembang sesuai trend-mode yang selalu
berubnah dari waktu ke waktu dan banyak mempengaruhi gaya hidup
masyarakat metropolitan; (2) Di banyak negara di dunia seperti Belanda,
Inggris, Jepang, Cina, Indonesia dan sebagainya dijumpai produk keramik
dalam berbagai bentuk dan fungsinya.
12
1.4. Struktur Seni
The Liang Gie (1976-70) menjelaskan bahwa dalam semua jenis kesenian
terdapat unsur-unsur yang membangun karya seni sebagai berikut:
a. Struktur seni merupakan tata hubungan sejumlah unsur-unsur seni yang
membentuk suatu kesatuan karya seni yang utuh. Contoh struktur seni
dalam bidang seni rupa adalah garis, warna, bentuk, bidang dan tekstur.
Bidang seni musik adalah irama dan melodi. Bidang seni tari adalah
wirama, wirasa dan wiraga. Bidang seni teater adalah gerak, suara dan
lakon.
b. Tema merupakan ide pokok yang dipersoalkan dalam karya seni. Ide
pokok suatu karya seni dapat dipahami atau dikenal melalui pemilihan
subject matter (pokok soal) dan judul karya. Pokok soal dapat
berhubungan dengan niat estetis atau nilai kehidupan, yakni berupa:
objek alam, alam kebendaan, suasana atau peristiwa yang metafora atau
alegori. Namun tidak semua karya memiliki tema melainkan kritik.
c. Medium adalah sarana yang digunakan dalam mewujudkan gagasan
menjadi suatu karya seni melalui pemanfaatan material atau bahan dan
alat serta penguasaan teknik berkarya. Tana medium tak ada karya seni.
Pada seni rupa mediumnya adalah objek estetik dua dimensi (lukisan cat
air, etsa, cukil, kayu, dan lain-lain), objek estetik tita dimensi (patu batu,
relief logam, ukiran kayu). Semua jenis seni mempergunakan medium,
seni musik mempergunakan medium bunyi (nada), kalau seni tari
mempergunakan medium gerak, seni teater mempergunakan semua itu
oleh sebab itu teater dikatakan seni yang mempergunakan multimedia,
seni sastra mempergunakan keta-keta sebagai medium, seni lukis
mempergunakan garis, bidang dan warna, kalau seni sastra
menggunakan kataa sebagai medium. Kalau seni dapat dianggap sebagai
bahasa maka setiap cabang seni memiliki bahasa tersendiri, sastra
memiliki bahasa verbal, seni rupa memiliki bahasa plastis, seni tari
memiliki bahasa kinetis, seni musik bahasa audio, seni lukis memiliki
bahasa visual, begitu pula seni memiliki dimensi, seni musik mempunyai
dimensi waktu, seni tari memiliki dimensi gerak, dan seni rupa memiliki
dimensi ruang.
d. Gaya atau style dalam karya seni merupakan ciri ekspresi personal yang
khas dari si seniman dalam menyajikan karyanya. Menurut Soedarso SP
(1987:79), gaya adalah ciri bentuk luar yang melekat pada wujud karya
seni, sedangkan aliran berkaitan dengan isi karya seni yang
merefleksikan pandangan atau prinsip si seniman dalam menanggapi
sesuatu.
13
1.5. Pengertian Nilai Seni
Secara umum kata “nilai” diartikan sebagai harga, kadar, mutu atau
kualitas. Untuk mempunyai nilai maka sesuatu harus memiliki sifat-sifat yang
penting yang bermutu atau berguna dalam kehidupan manusia
(Purwadarminto, 1976:667). Dalam estetika, “nilai” diartikan sebagai
keberhargaan (worth) dan kebaikan (goodness). Menurut Koentjaraningrat,
“nilai” berarti suatu ide yang paling baik, yang menjunjung tinggi dan menjadi
pedoman manusia/masyarakat dalam bertingkah laku, mengapresiasi cinta,
keindahan, keadilan, dan sebagainya
Nilai seni dipahami dalam pengertian kualitas yang terdapat dalam
karya seni, baik kualitas yang bersifat kasat mata maupun yang tidak kasat
mata. Nilai-nilai yang dimiliki karya seni merupakan manifestasi dari nilai-nilai
yang dihayati oleh seniman/seniwati dalam lingkungan sosial budaya
masyarakat yang kemudian diekspresikan daam wujud karya seni dan
dikomunikasikan kepada penikmatnya (publik seni).
Ragam Nilai Seni
Peran keindahan selalu terkait dengan kehidupan sosial budaya
manusia sehari-hari, misalnya: dalam arsitektur rumah tinggal, menata
interior/eksterior, berbusana, menikmati keindahan musik dan sebagainya.
Manusia memerlukan keindahan karena memberikan kesenangan, kepuasan,
sesuatu yang menyentuh perasaan. Perasaan keindahan diperoleh dari alam
dan benda atau karya seni.
Namun dalam perkembangannya, karya seni dicptakan tidak selalu
untuk menyenangkan perasaan manusia. Karya seni dapat memberikan
perasaan terkejut, namun tetap memberikan nilai-nilai yang diperlukan
manusia, seperti perenungan, pemikiran, ajakan, penyadaran, pencerahan,
dan lain sebagainya.
Menurut The Liang Gie jenis nilai yang melekat pada seni mencakup:
1) nilai keindahan, 2) nilai pengetahuan, 3) nilai kehidupan, masing-masing
mempunyai pengertian sebagai berikut :
a. Nilai keindahan dapat pula disebut nilai estetis, merupakan salah satu
persoalan estetis yang menurut cakupan pengertiannya dapat dibedakan
menurut luasnya pengertian, yakni: a) keindahan dalam arti luas
(keindahan seni, keindahan alam, keindahan moral dan keindahan
intelektual), b) keindahan dalam arti estetis murni, b) keindhaan dalam arti
estetis murni, c) keindahan dalam arti terbatas dalam hubungannya
dengan penglihatan. Keindahan dalam arti terbatas dalam hubungannya
dengan penglihatan pada prinsipnya mengkaji tentang hakikat keindahan
dan kriteria keindahan yang terdapat di alam, dalam karya seni dan
benda-benda lainnya.
b. Dalam kecenderungan perkembangan seni dewasa ini, keindahan positif
tidak lagi menjadi tujuan yang paling penting dalam berkesenian. Sebagai
14
seniman beranggapan lebih penting menggoncang publik dengna nilai
estetis legatif (ugliness) daripada menyenangkan atau memuaskan
mereka (T.L. Gie, 1976:40). Fenomena semacam ini akan kita jumpai
pada karya-karya seni primitir atau karya seni lainnya yang tidak
mementingkan keidahan tampilan visual namun lebih mementingkan
makna simboliknya. “Ugliness” dalam karya seni termasuk nilai estetis
yang negatif. Jadi sesungguhnya dalam karya seni terdapat nilai estetis
yang positif dan negatif.
Contoh, pameran fotografi Anjasmara dan Isabele Yahya yang
bertemakan Adam dan Hawa yang dinilai sebagai kesenian yang bernilai
estetis negatif.
1.6. Pengertian Ekspresi
Ekspresi adalah proses ungkapan emosi atau perasaan di dalam
proses penciptaan karya seni, proses ekspresi bisa diaktualisasikan melalui
media. Media musik bunyi; media seni rupa adalah garis, bidang dan warna;
media tari adalah gerak, media teaer adalah gerak, suara dan lakon.
1.7. Pengertian Genre (Jenis/Fungsi) Seni
Menurut kritikus tari terkenal di Indonesia, Sal Murgiyanto aspek
penting lain yang harus diperhatikan adalah, fungsi atau tujuan sebuah
pertunjukan. Sebuah pertunjukan dapat dilakukan sebagai sebuah
persembahan/doa/puji kepada arwah leluhur, ungkapan bakti kepada Dewa,
Tuhan, atau penguasa semesta alam. Dapat juga dilakukan untuk menghibur
diri pelakunya dan atau orang lain, untuk meneguhkan identitas atau
menguatkan nilai-nilai yang diyakini seseorang atau sekelompok orang, dan
bagi kenikmatan ragawi (pleasure) pelaku dan penontonnya.
Fungsi kesenian dianggap tak berbeda dengan fungsi ritual.
Kerumitan bentuk-bentuk kesenian mendorong kita untuk memilih istilah,
kesenian ritual dan kesenian hiburan komersial. Kriteria klasifikasi ini dapat
dikatakan sebagai ungkapan jenis kesenian.
Sal Murgiyanto (2004) mengatakan, sesuatu karya harus indah.
Pandangan ini juga didukung oleh Liang Gie Bapak Estetika seni (1964) yang
menyatakan bahwa, ciri pokok seni adalah ekspresi, oleh karena itu,
penilaian terhadap karya seni harus dilakukan berdasarkan ukuran perasaan
estetis dan nilai-nilai.
15
Fungsi Seni
Fungsi-fungsi seni terdiri atas fungsi ritual, pendidikan, komunikasi,
hiburan, artistik dan fungsi guna.
Sumber : Endo Suanda
Gambar 1.20. Macam-macam Fungsi Seni
Bagaimana kita dapat mengidentifikasikan sebuah karya seni
khususnya kesenian tradisi berdasarkan fungsi-fungsinya. Berikut diuraikan
tentang fungsi-fungsi seni.
Fungsi Ritual
Suatu pertunjukan yang digunakan untuk sebuah upacara yang berhubungan
dengan upacara kelahiran, kematian, ataupun pernikahan.
Contoh : Gamelan yang dimainkan pada upacara Ngaben di Bali yakni
gamelan Luwang, Angklung, dan Gambang.
Gamelan di Jawa Gamelan Kodhok Ngorek, Monggang, dan
Ageng.
Fungsi Pendidikan
Seni sebagai media pendidikan misalnya musik.
Contoh : Ansambel karena didalamnya terdapat kerjasama, Angklung
dan Gamelan juga bernilai pendidikan dikarenakan kesenian
tersebut mempunyai nilai sosial, kerjasama, dan disiplin.
Fungsi Komunikasi
Suatu pertunjukan seni dapat digunakan sebagai komunikasi atau kritik sosial
melalui media seni tertentu seperti, wayang kulit, wayang orang dan seni
teater, dapat pula syair sebuah lagu yang mempunyai pesan.
FUNGSI
Hiburan
Pendidik
Ritual
Idealisme
Artistik
Kesenimanan
Forum
Dialog
Guna
Terapi
(Kesehatan)
16
Fungsi Hiburan
Seni yang berfungsi sebagai hiburan, sebuah pertunjukan khusus untuk
berekspresi atau mengandung hiburan, kesenian yang tanpa dikaitkan
dengan sebuah upacara ataupun dengan kesenian lain.
Fungsi Artistik
Seni yang berfungsi sebagai media ekspresi seniman dalam menyajikan
karyanya tidak untuk hal yang komersial, misalnya terdapat pada musik
kontemporer, tari kontemporer, dan seni rupa kontemporer, tidak bisa
dinikmati pendengar/pengunjung, hanya bisa dinikmati para seniman dan
komunitasnya.
Fungsi Guna (seni terapan)
Karya seni yang dibuat tanpa memperhitungkan kegunaannya kecuali
sebagai media ekspresi disebut sebagai karya seni murni, sebaliknya jika
dalam proses penciptaan seniman harus mempertimbangkan aspek
kegunaan, hasil karya seni ini disebut seni guna atau seni terapan.
Contoh : Kriya, karya seni yang dapat dipergunakan untuk perlengkapan/
peralatan rumah tangga adalah Gerabah dan Rotan.
Fungsi Seni untuk Kesehatan (Terapi)
Pengobatan untuk penderita gangguan physic ataupun medis dapat
distimulasi melalui terapi musik, jenis musik disesuaikan dengan latar
belakang kehidupan pasien.
Terapi musik telah terbukti mampu digunakan untuk menyembuhkan
penyandang autisme, gangguan psikologis trauma pada suatu kejadian, dan
lain-lain.
Seperti yang telah dikatakan Siegel (1999) menyatakan bahwa musik
klasik menghasilkan gelombang alfa yang menenangkan yang dapat
merangsang sistem limbic jarikan neuron otak. Selanjutnya dikatakan oleh
Gregorian bahwa gamelan dapat mempertajam pikiran.
17
1.8. Pengertian Apresiasi Seni
Menikmati, menghayati dan merasakan suatu objek atau karya seni
lebih tepat lagi dengan mencermati karya seni dengan mengerti dan peka
terhadap segi-segi estetiknya, sehingga mampu menikmati dan memaknai
karya-karya tersebut dengan semestinya.
Kegiatan apresiasi meliputi :
a. Persepsi
Kegiatan ini mengenalkan pada anak didik akan bentuk-bentuk karya
seni di Indonesia, misalnya, mengenalkan tari-tarian, musik, rupa, dan
teater yang berkembang di Indonesia, baik tradisi, maupun moderen.
Pada kegiatan persepsi kita dapat mengarahkan dan meningkatkan
kemampuan dengan mengidentifikasi bentuk seni.
b. Pengetahuan
Pada tahap ini pengetahuan sebagai dasar dalam mengapresiasi baik
tentang sejarah seni yang diperkenalkan, maupun istilah-istilah yang
biasa digunakan di masing-masing bidang seni.
c. Pengertian
Pada tingkat ini, diharapkan dapat membantu menerjemahkan tema
ke dalam berbagai wujud seni, berdasarkan pengalaman, dalam
kemampuannya dalam merasakan musik.
d. Analisis
Pada tahap ini, kita mulai mendeskripsikan salah satu bentuk seni
yang sedang dipelajari, menafsir objek yang diapresiasi.
e. Penilaian
Pada tahap ini, lebih ditekankan pada penilaian tehadap karya-karya
seni yang diapresiasi, baik secara subyektif maupun obyektif.
f. Apresiasi
Apresiasi merupakan bagian dari tujuan pendidikan seni di sekolah
yang terdiri dari tiga hal; value ( nilai ), empathy dan feeling. Value
adalah kegiatan menilai suatu keindahan seni, pengalaman estetis
dan makna / fungsi seni dalam masyarakat. Sedangkan empathy,
kegiatan memahami, dan menghargai. Sementara feeling, lebih pada
menghayati karya seni, sehingga dapat merasakan kesenangan pada
karya seni .
Sejalan dengan rumusan di atas S.E. Effendi mengungkapkan bahwa
apresiasi adalah mengenali karya sehingga menumbuhkan pengertian,
18
penghargaan, kepekaan untuk mencermati kelebihan dan kekurangan
terhadap karya.
Menurut Soedarso (1987) ada tiga pendekatan dalam melakukan apresiasi
yakni : 1). pendekatan aplikatif, 2). pendekatan kesejarahan, 3). pendekatan
problematik.
Pendekatan aplikatif, adalah pendekatan dengan cara melakukan
sendiri macam-macam kegiatan seni. Pendekatan kesejarahan adalah,
dengan cara menganalisis dari sisi periodisasi dan asal usulnya. Sedangkan
pendekatan problematik, dengan cara memahami permasalahan di dalam
seni.
Seorang pengamat akan berbeda dengan pengamat lainnya dalam
menilai sebuah pertunjukan seni. Hal ini didasarkan pada pengalaman
estetik, dan latar belakang pendidikan yang berbeda.
Bahasan kajian dalam mengapresiasi seni pada tingkatan awal dengan
pendekatan aplikatif adalah sebagai berikut:
Seni Musik Klasik
Ciri khas musiknya
Bentuk musik dari zamannya
Struktur musiknya
Gaya musiknya
Seni Musik Tradisi
Ciri-ciri khas musiknya : - Laras
- Pola tabuhan
- Instrumen yang dimainkan
- Struktur musiknya
- Gaya musiknya
Fungsi seni
Ekspresif (nilai-nilai keindahan)
Makna / pesan yang terkandung
Seni Tari Kreatif
Mencermati identifikasi gerak
Mencermati keharmonisan gerak dan musik
Mencermati kreativitas gerak
Mencermati kemampuan wiraga / kelenturan
Mengidentifikasi jenis tari berdasarkan garapan
Mengidentifikasi tari berdasarkan orientasi
Mengidentifikasi berdasarkan fungsinya
19
Seni Teater
Mengidentifikasi perbedaan teater dan film
Mengidentifikasi keberhasilan suatu pementasan
Mengidentifikasi nada ucapan dan makna dalam dialog
Mengidentifikasi plot lakon
Seni Rupa
Makna
Gaya
Material
Elemen
Estetika
20
TES FORMATIF
BAB I
Pilihlah jawaban yang tepat
1. Manakah pernyataan yang benar
a. Seni berbeda dengan kebudayaan
b. Seni sebagian dari kebudayaan
c. Seni adalah kebudayaan
d. Seni adalah wujud kebudayaan
2. Fungsi seni dapat juga diistilahkan dengan :
a. Genre
b. Esetika
c. Apresiasi
d. Ekspresi
3. Salah satu sifat dasar seni adalah ....
a. Indah
b. Kreatif
c. Style
d. Makna
4. Mengkaji keindahan di dalam seni adalah seni dalam konteks ....
a. Klasifikasi seni
b. Karya seni
c. Nilai seni
d. Sifat seni
5. Nilai estetis yang negatif yang tidak mementingkan keindahan
tampilan visual tetapi lebih mementingkan ....
a. Keindahan
b. Orisinalitas
c. Makna simbolik
d. Kreativitas
6. Medium pada seni rupa
a. Kayu, kain, batu, kanvas, dan lain-lain
b. Bunyi
c. Gerak
d. Gerak dan vokal
21
7. Medium pada seni musik ....
a. Kayu, kain, batu, kanvas dan lain-lain
b. Bunyi
c. Gerak
d. Gerak dan vokal
8. Medium pada seni tari ....
a. Kayu, kain, batu, kanvas dan lain-lain
b. Bunyi
c. Gerak
d. Gerak dan vokal
9. Relief patung adalah karya seni rupa berdimensi...
a. Dua dimensi
b. Tiga dimensi
c. Multi dimensi
d. Multi media
10. Seni musik, seni tari dan seni teater adalah bentuk seni yang
diklasifikasikan sebagi seni
a. Seni pertunjukan
b. Bahasa seni
c. Ragam seni
d. Sifat seni
Jawablah dengan penjelasan yang bermakna
1. Apa yang disebut kebudayaan ?
2. Apa yang dapat dikaji seni ?
3. Ada dua bahasan estetika dalam menilai seni, sebutkan dan
jelaskan !
4. Apa saja cabang-cabang seni ?
5. Sebutkan media dari seni musik, seni tarii, seni teater, dan seni
rupa.
Bab 2
Seni Musik
Mengapresiasikan Karya Seni Musik
APRESIASI
Pengertian Musik
KLasifikasi Instrumen
Sistem Nada
Musik Klasik
Musik Tradisi Indonesia
Musik Non Western
EKSPRESI
Vokal
Tangga Nada
Memainkan Keyboard
Teknik Memainkan Gambang Kromong
Teknik Memainkan Gamelan
Teknik Memainkan Kacapi
Bu
24
BAB II
SENI MUSIK
2. Mengapresiasi Karya Seni Musik
2.1. Pengertian Musik
Musik adalah hasil karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi
musik yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya, melalui
unsur-unsur musik yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk atau struktur lagu
dan ekspresi.
Klasifikasi alat musik menurut Curt Suchs dan Hornbostel :
Idiophone : Badan alat musik itu sendiri yang menghasilkan bunyi. Contoh
triangle, cabaza, marakas
Aerophone : Udara atau satuan udara yang berada dalam alat musik itu
sebagai penyebab bunyi. Contoh: recorder, seruling, saxsophone
Membranophone : Kulit atau selaput tipis yang ditegangkan sebagi
penyebab bunyi. Contoh : gendang, conga, drum
Chordophone : Senar (dawai) yang ditegangkan sebagai penyebab bunyi.
Contoh : piano, gitar, mandolin.
Electrophone : Alat musik yang ragam bunyi atau bunyinya dibantu atau
disebabkan adanya daya listrik. Contoh keyboard. Untuk dapat
mempelajari musik dengan baik kita membutuhkan notasi musik atau
sistem nada.
Contoh gambar di bawah ini :
Gambar 2.1. Instrumen Musik
25
2.2. Sistem Nada
2.2.1.Awal Terbentuknya Sistem Nada Diatonis
Berawal dari bangsa Yunani (sebelum 1100 SM) Terpander adalah
orang yang mengembangkan susunan nada semula 4 nada dan Polynertus
(700 SM) orang yang menggunakan system 7 nada. Tangga nada Diatonis
adalah tangga nada yang mempunyai jarak nada 1 dan ½.
Nada dalam tangga nada Diatonis, awalnya hanya mempunyai 4 nada,
yang disebut dengan Tetrachord 1, awalnya nada-nada ini dimainkan pada
instrumen Lyra, nada-nada tersebut ialah :
Tetrachord 1
Tetrachord 2
Nada-nada kemudian dikembangkan, nada-nada ini disebut Tetrachord
2, nada-nada tersebut adalah :
Dengan demikian jumlahnya menjadi 7 nada. Sehingga untuk
menghasilkan satu tangganada utuh dirangkaikan dua Tetrachord, 7 nada ini
yang disebut dengan tangganada Lydis, yang sampai saat ini dipergunakan.
TANGGA NADA MAYOR (asal dari tangganada Lydis)
Saat ini susunan nada musik Diatonis adalah sebagai berikut :
Bu
26
2.2.2. Titilaras Pentatonik (Musik Indonesia Asli)
Titilaras dalam seni musik biasanya sering disebut notasi, yakni
lambang-lambang untuk menunjukkan tinggi rendah suatu nada berupa
angka atau lambang lainnya. Dalam seni musik Karawitan, titilaras
memegang peranan yang penting dan praktis, sebab dengan menggunakan
titilaras kita dapat mencatat, mempelajari dan menyimpannya untuk dapat
dipelajari dari generasi ke generasi.
Notasi Pentatonik
Sistem notasi yang dipakai dalam gamelan Jawa adalah notasi
pentatonik yaitu hanya menggunakan 5 buah nada. Notasinya disebut notasi
kepatihan yang diciptakan oleh Raden Ngabehi Jaya Sudirga atau Wreksa
Diningrat sekitar tahun 1910. Karena notasi angka ditulis di kepatihan maka
notasi tersebut diberi nama notasi angka kepatihan.
Sebelum muncul notasi angka Demang Kartini telah menciptakan notasi
rante, karena dia tidak bisa menabuh gamelan maka diserahkan pada
Sudiradraka (Guna Sentika) lalu oleh Sudiradraka diserahkan ke Kepatihan
yaitu kepada Sasradiningrat IV, kemudian diserahkan kepada adiknya
Wreksodiningrat. Kemudian Wreksodiningrat punya ide yaitu memberi angka
pada bilah saron karena untuk pembelajaran menabuh gamelan dan
memindahkan notasi rante agar mudah dibaca pada tahun 1890.
Macam-macam nada dalam Notasi Kepatihan adalah sebagai berikut.
Penanggul yaitu nada 1 : siji dibaca ji
Gulu yaitu nada 2 : loro dibaca ro
Dhada yaitu nada 3 : telu dibaca lu
Pelog yaitu nada 4 : papat dibaca pat
Lima yaitu nada 5 : lima dibaca mo
Nem yaitu nada 6 : enem dibaca nem
Barang yaitu nada 7 : pitu dibaca pi
Gambar 2.2. Notasi Rante
Sumber : Demang Kartini, cuplikan melodi
lagu Ladiang Wilujeng bagian umpak
27
Laras
Tangga nada dalam bahasa Jawa secara umum disebut laras atau
secara lengkap disebut titi laras, istilah titi dapat diartikan sebagai angka,
tulis, tanda, notasi atau lambang sedangkan istilah laras dalam pengertian ini
berarti susunan nada. atau tangga nada. Dan dalam bahasa Indonesia
titilaras berarti tangganada.
Dengan demikian istilah titilaras mempunyai pengertian suatu notasi
tulis, huruf, angka atau lambang yang menunjuk pada ricikan tanda-tanda
nada menurut suatu nada tertentu.
Dalam penggunaan sehari-hari istilah titi laras sering disingkat
menjadi laras. Laras ini mempunyai 2 macam, yaitu ada 2 jenis titilaras yaitu:
a. Laras Slendro, secara umum suasana yang dihasilkan dari laras
slendro adalah suasana yang bersifat riang, ringan, gembira dan terasa
lebih ramai. Hal ini dibuktikan banyaknya adegan perang, perkelahian
atau baris diiringi gending laras slendro. Penggunaan laras slendro
dapat memberikan kesan sebaliknya, yaitu sendu, sedih atau romantis.
Misalnya pada gending yang menggunakan laras slendro miring. Nada
miring adalah nada laras slendro yang secara sengaja dimainkan tidak
tepat pada nada-nadanya. Oleh karena itu banyak adegan rindu,
percintaan kangen, sedih, sendu, kematian, merana diiringi gendhing
yang berlaras slendro miring.
b. Laras Pelog, secara umum menghasilkan suasana yang bersifat
memberikan kesan gagah, agung, keramat dan sakral khususnya pada
permainan gendhing yang menggunakan laras pelog nem. Oleh karena
itu banyak adegan persidangan agung yang menegangkan, adegan
masuknya seorang Raja ke sanggar pamelegan (tempat pemujaan).
adegan marah, adegan yang menyatakan sakit hati atau adegan yang
menyatakan dendam diiringi gendhing-gendhing laras pelog. Tetapi
pada permainan nada-nada tertentu laras pelog dapat juga memberi
kesan gembira, ringan dan semarak. misalnya pada gendhing yang
dimainkan pada laras pelog barang.
Laras pentatonik yaitu susunan nadanya tidak hanya mempunyai
jarak 1 dan ½, tetapi juga Titilaras yang ada antara lain :
1. Titilaras kepatihan, dibuat tahun (1910) oleh Kanjeng R.M Haryo
Wreksadiningrat di Keraton Surakarta.
2. Titilaras ding-dong, dibuat oleh pegawai di Singhamandawa 896 M tidak berupa
angka tapi berupa lambang :
/dong, deng, dung, dang, ding
yang digunakan untuk mencatat dan mempelajari gamelan Bali.
Bu
28
3. Titilaras daminatilada, yakni titilaras ciptaan R.M. Machjar Angga
Koesoemadinata untuk karawitan sunda (1916).
Titilaras berwujud angka 1 2 3 4 5 6 7 I sebagai pengganti nama
bilahan gamelan agar lebih mudah dicatat dan dipelajari, namun dibacanya ji
ro lu pat ma nem pi ji.
Tinggi rendah nada titilaras bagi laras slendro dan pelog berbeda.
Pada laras slendro tingkatan suara untuk tiap nada adalah sarna, setiap satu
oktaf dibagi menjadi 5 laras, tetapi pada gamelan laras pelog, tingkatan nada
masing-masing bilahan tidak sama.
Perbedaan antara laras slendro dan pelog dapat dilihat pada
tabel 2
Nada pada laras slendro dan pelog dapat kita lihat :
Slendro Pelog Nem Pelog Barang
Barang
1
Gulu/jangga
2
Dada/tengah
3
Lima
5
Nem
6
Panunggul (Bem) 1
Gulu/jangga 2
Dada/tengah 3
Lima 5
Nem 6
Barang 1
Gulu/jangga 2
Dada/tengah 3
Lima 5
Nem 6
Tabel 2. Laras Slendro dan Pelog
Notasi Barat (Diatonis) mempunyai jarak 1 dan ½.
Nada yang dihasilkan antara musik Diatonis dan Pentatonik jika diukur
dengan Stroboccon dan melograph tidak sama tinggi nadanya, sebagai
contoh walaupun sama-sama terdengar do, nada-nada yang dihasilkan dari
instrumen gamelan mempunyai perbedaan antara satu perangkat gamelan
yang satu dengan perangkat -gamelan yang lainnya tergantung dari
pembuatannya tetapi jika nada-nada pada instrumen gamelan dimainkan
nada yang terdengar pada laras :
Pelog seperti : do, mi, fa, sol, si, do.
Degung seperti : mi, fa, sol, si, do, mi
Slendro seperti : re, mi, sol, la, do, re
29
Hasil penelitian dari R. Machjar Angga Koesoemadinata dengan
Musicoloog Jaap Kunst selama 50 tahun (1916-1966) tentang tinggi nada
laras pentatonik.
* Raras Pelog ialah : do 200 re 200 mi 100 fa 200 sol 200 la 200 si 100
do' Murdararasnya atau raras-pokoknya ialah : do 400 mi 100 fa 200 sol
400 si 100 do', sedang raras re dan raras la hanyalah bertugas sebagai
raras-perhiasan saja. Jadi raras Pelog itu ialah modus mayor tanpa re
dan la.
* Raras Degung ialah : mi 100 fa 200 sol 400 si 100 do'400 mi', sedang
raras re dan apa lagi raras la dijadikan raras-perhiasan
(uparenggararas). Jadi raras degung itu ialah modus Doris dari musik Yunani
tanpa raras re dan raras la.
Musik tradisi banyak mengalami evolusi, sebagai contoh fungsi
angklung, dahulu berfungsi sebagai ritual penanaman padi dalam acara
mengarak padi dari sawah, namun saat ini disajikan sebagai bentuk seni
pertunjukan. Musik gamelan pun dahulu hanya dimainkan dalam keraton
sebagai sahnya upacara, namun kini telah bergeser fungsi sebagai kesenian
hiburan dan kesenian pendidikan.
2.3. Musik Klasik
Christine Ammer berpendapat, musik klasik adalah musik yang serius.
Scholes mempertegas bahwa, musik klasik adalah musik pada akhir abad
XVI-XVIII. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa, musik klasik digunakan sebagai
label bagi musik yang permanen atau tidak berubah-ubah dan mempunyai
nilai konstan. Ditekankan lagi oleh Rieman; musik klasik adalah hasil karya
seni yang telah terbukti abadi.
Karakter Musik Klasik
Menurut Ammer, musik klasik adalah musik yang anggun, berkesan formal,
mempunyai aturan, yang dimaksud adalah musik klasik tidak dapat
dimainkan sekehendak hati pemainnya, setiap bagian harus dimainkan
sesuai aslinya dan diikuti secara mendetail.
2.3.1 Periode musik klasik
1. Zaman Pertengahan
2. Zaman Renaisance
3. Zaman Barok
4. Zaman Rokoko (pra Klasik)
5. Zaman Klasik
6. Zaman Romantik
7. Abad 20
2.3.1.1 Pertengahan 1300
Gregorion Chant : Acapela
Organum : Tradisional
1500 The Notre Dame Mass : Monofonik, paduan suara, sejenis suara
(1 suara)
Bu
30
2.3.1.2. Zaman Renaisance (1450 – 1600)
Pada zaman ini vokal lebih dipentingkan daripada instrumen,
sehingga komposer lebih memperhatikan syair untuk meningkatkan kualitas
syair dan emosi lagu.
Ciri khas musik “renaissance” adalah, Acappella bernyanyi tanpa diiringi
instrumen dengan teknik dan harmonisasi yang bagus.
Choral music yang bertipe 4,5,6 suara
Polyphonic (banyak suara) contohnya menyanyi dalam kelompok
dengan melodi beragam dalam satu kesatuan
Texturenya Homophonic dengan rentetan akor
Wilayah nada lebih dari 4 oktaf
Musik Ibadah : Josquin des Prez (vokal)
Kemudian dibakukan Molet
Komonis : Palestina; Pope Marcellus Mass
Thomas Morley
Instrumen Andrea Gabrieli: Karyanya Ricercar in Twelth Mode
2.3.1.3. Zaman Barok (1600 – 1750)
Karakteristik musik
Bas Kontinuo adalah suatu ciri khas musik Barok pada awal sampai
akhir masa itu, kontinuo lengkap dengan bas berangka.
Tekstur musiknya yang polifonik harmonik, suara-suara yang terpenting
dalam musik Barok adalah sopran dan bas. Bas merupakan dasar dari
semua akor, suara bas dimainkan dengan alat musik melodik, seperti viol
atau cello dengan akor-akor, bas atau iringan disuarakan oleh instrumen
harpa, harpsichord atau orgel pipa.
Munculnya ornamen (not hias)
Mempelopori dinamik yang berangsur-angsur dari lembut sekali
sampai lembutnya sedang yang disimbolkan (ppp – mp)
Lahirnya opera dan orkestra.
Komponis : - Antonio vivaldi
- Johan Sebastian Bach
- George Frideric Handel
Musik Bach
Musik Bach adalah paling unik, komposisi Bach bertekstur polyfonik.
Yang dimaksud tesktur adalah rajutan musikal atau cara menjalin alur melodi
yang terbagi monofonik, polifonik dan homofonik.
Komposisi Bach yang bertekstur polifonik artinya adalah masingmasing
suara gerakan melodinya mandiri, lebih dari satu suara maksimal 2
atau 3 suara untuk instrumen dan vokal untuk solo performance, bukan
sebagai pengiring.
Teknik untuk membuat polifonik disebut Kontrapung, contohnya canon
dan fuga (bersahut-sahutan dan suara imitasi).
31
Canon : Komposisi vokal ataupun instrumen yang suara imitasinya dalam
Tonika, contoh sebagai berikut :
J.S. Bach: - Karyanya Brandenburg Concerto No. 1-6
- Opera Claudio Monteverdi Orteo
- Sonata Barok Vivaldi : The Four Season
Suara pokok
Suara imitasi
Fuga : Komposisi untuk instrumen, hanya pada Fuga, terdiri dari suara pokok
dalam Tonika, suara imitasi dalam Dominan, suara 3 kembali dalam
Tonika.
2.3.1.4. Zaman Rokoko (Pra Klasik)
Perbedaan-perbedaan pokok antara Gaya Barok dan Gaya Rokoko :
- Bas tidak lagi terdapat sebagai suara yang bebas, tekstur polifonik
berangsur-angsur menjadi homofonik yakni (melodi dan iringan akor
dalam satu komposisi)
- Pemakaian Kontinuo masih berfungsi dalam musik Gerejawi.
- Pada Zaman Barok motif yang pendek diperpanjang melalui kontrapung
dan sekuens, dalam Zaman Rokoko melodi-melodi berbentuk dalam
frase-frase sepanjang 6 birama dengan banyak kadens.
- Gaya Rokoko melodinya kontras terjadi perubahan nuansa.
Bu
32
KOMPONIS ZAMAN BAROK
Sumber : An Appreciation Music Sumber : An Appreciation Music
Gb. 2.3. Antonio Vivaldi Gb. 2.4. Johan Sebastian Bach
2.3.1.5. Zaman Klasik (1750 – 1820)
Komposisi instrumen periode klasik terdiri dari beberapa bagian yang
kontras dari tempo dan karakter.
Karakteristik gaya musik klasik :
Kontras di tema, perubahan nuansa dalam dinamik dengan gaya
berangsur-angsur dari lembut berangsur-angsur keras kemudian melambat
lagi ataupun dari keras tiba-tiba menjadi lembut, ungkapan ekspresi begitu
pula pada pola ritme, penggunaan tanda istirahat, sinkop, perubahan not
panjang ke not pendek.
Teksturnya homofonik, komposisinya bukan untuk sebagai pengiring,
tetapi untuk permainan solo, kontras pada ritme misal dari melodi dan iringan
sederhana, kemudian berubah menjadi komposisi yang sulit pada bagian
berikutnya.
Dinamik : munculnya crescendo dan decresendo.
Berakhirnya komposisi bas continue.
Vienna
Vienna adalah pusat tempat kegiatan musik Eropa sepanjang zaman
periode klasik, Vienna adalah penyelenggara kegiatan musik yang
berorientasi komersial.
Pada zaman klasik muncul bentuk komposisi musik yang disebut
sonata dan simfoni, Sonata adalah karya musik untuk permainan solo,
sedangkan simfoni adalah sonata untuk orkestra, bentuknya sama dengan
Sonata hanya simfoni biasanya dilengkapi dengan bagian sisipan yang
disebut minuet, trio dan scherzo.
33
Bentuk Komposisi Musik Klasik
Karya musik yang terdiri atas empat bagian satu kesatuan yang utuh,
masing-masing dirancang dalam rangkaian tempo cepat, lambat kemudian
nuansa tempo seperti musik dansa, kembali lagi ke bagian 1 dengan tempo
cepat sebagai penutup.
Bentuk Musik Klasik
1. Fast movement
2. Slow movement
3. Dance related movement
4. Fast movement
Bentuk Komposisi Sonata akan dijelaskan sebagai berikut :
Sonata
Sonata adalah karya musik yang terdiri dari atas 3 bagian, satu
kesatuan yang utuh, masing-masing dirancang dalam rangkaian tempo cepat,
lambat dan kembali ke tempo cepat.
Sonata terbagi atas 4 bagian yakni :
- Eksposisi
- Pengembangan
- Rekapitulasi
- Coda
Bagian Eksposisi
Yang dimaksud eksposisi adalah bagian yang menggambarkan
nuansa penuh semangat, kuat eksposisi terbagi atas tema pokok, bridge,
tema ke II, dan tema penutup, yang dimaksud tema pokok, adalah memuat
pola ritmis dan melodis yang dikenal dengan motif, tema pokok dimainkan
dalam tonik.
Jembatan, berfungsi untuk mengatur perubahan tangganada (modulasi) jika
gerakan berada dalam tangganada Mayor maka tangganada kontras ada
pada dominan, jika gerakan berada dalam tangganada Minor maka
tangganada kontras ada pada relatifnya.
Tema II, bernuansa lebih liris (ekspresif) dan berisi nyanyian yang bersifat
melodis.
Tema penutup, memiliki 1 atau beberapa tema dapat pula mengacu pada
tema ke II yang berfungsi untuk menutup bagian eksposisi.
Bu
34
Pengembangan
Bagian ini mengandung uraian tema dari eksposisi dibentuk kedalam
motif-motif.
Rekapitulasi
Merupakan sebuah pernyataan kembali bagian eksposisi, tetapi
dengan modifikasi-modifikasi tertentu, Pada Rekapitulasi Tema ke II dan
Tema Penutup menggunakan tangganada Tonika bukan tangganada yang
kontras.
Coda
Pada bagian akhir dari sebuah sonata, umumnya menggunakan coda
sebagai penutup, coda merupakan penutup dari seluruh rangkaian, bagian ini
biasanya diawali dengan dominan, apabila awal lagu dalam mayor apabila
awal lagu dimulai dengan minor, dan berakhir pada tonik tetapi apabila akhir
sebuah sonata tidak kembali ke tonika, rangkaian lagu tersebut disebut
Atonal.
Jika digambarkan gerakan komposisi bentuk karya musik sonata adalah :
Eksposisi Pengembangan Rekapitulasi Penutup
(tema pokok) (pengembangan tema pokok) (koda)
Komponisnya yang terkenal antara lain :
W.A. Mozart
Beethoven
J. Haydn
Instrumen Piano muncul pada zaman Klasik.
Piano
Pada zaman sebelumnya(zaman pra klasik) sebelum menjadi Piano
cikal bakal bentuk instrumennya adalah Harpsichord, kemudian pada tahun
1775, lahirlah Piano seperti yang kita kenal saat ini.
35
Zaman klasik sebagai zaman yang mewakili periode pembabakan musik
klasik dikarenakan musiknya yang unik, menegaskan struktur musik yang
jelas, mengalami kemajuan pesat dari karya-karyanya yang menjadi dasar
perkembangan periode musik selanjutnya.
Sumber : Buku An Appreciation Music
Gambar 2.5. Harpsichord
Sumber : Buku Pono Banoe
Gambar 2.6. Grand Piano
Piano penting di pelajari karena merupakan induk dari semua Instrumen
1. Piano dalam ukuran yang standard memliki 88 bilah nada 52 putih dan 32
hitam yang tersusun rapih dalam suatu papan nada dengan wilayah nada
yang menjangkaui 7 ¼ oktaf, suatu jangkauan yang tidak dapat dicapai
oleh alat musik manapun juga, sehingga piano merupakan musik yang
mutlak harus dikuasai oleh setiap guru yang bertugas sebagai pendidik
musik.
2. Susunan papan bilah nada, merupakan susunan yang paling sederhana
sebagai alat visual, dari musik diatonis. Hal ini tidak dapat ditampilkan
pada alat musik lain, sehingga nada menjadi suatu yang nyata.
3. Dengan piano, kita dapat bermain musik secara utuh, dengan
menampilkan melodi, irama dan harmoni sekaligus.
Tahun 1707, Bartolomeo Christofori
menciptakan (Harpsichord) cikal bakal
sebelum menjadi piano, yang mempunyai
bilah nada bertingkat, bilah nada masih
terbuat dari kayu, dan jangkauan oktafnya
belum luas.
Bu
36
4. Dapat dipergunakan untuk menjelaskan semua teori musik dengan
mudah dan nyata.
5. Dalam memproduksi suara menurut dinamika yang dituntut, diatur lemah
lembutnya melalui sentuhan jari serta pengaturan pedal kaki.
Sumber : Buku Beyer
Gambar 2.7. Papan Bilah Nada
37
Sumber : An Apreciation Music
Gb. 2.8. J. Haydn
Sumber : An Apreciation Music
Gb. 2.9. W. A. Mozart
Sumber : An Apreciation Music
Gb. 2.10. L. V. Beethoven
KOMPONIS ZAMAN KLASIK
Opera Mozart Dun Giovanni
W.A. Mozart : Simfoni No. 40 in G minor K 550
J. Haydn Simfoni No. 103 in Es Mayor (Drum Roll)
LV. Beethoven : 9 simfoni, yang terkenal yang bernomor ganjil
2.3.1.6. Zaman Romantik (1820 – 1900)
Musik pada zaman ini menggambarkan nasionalisme , lebih universal, pada
komposisi orkestra terdapat tambahan pemakaian cymbal, triangle dan
harpa.
Piano merupakan pentatonik terfavorit pada zaman pentatonik dan mulai
menjadi musik keluarga
Ciri khas musiknya
Chromatik
Dinamik yang ekstrim ff x pp
ff artinya nada dimainkan keras sekali, kemudian pp, nada dimainkan
lembut sekali yang dilambangkan pp.
Bu
38
Accelerando ritardando
Kebebasan tempo dapat diatur oleh sipemain sendiri, guna penyajian
ekspresi.
Claude Debussy : karya-karyanya adalah Atonal yakni akhir lagu tidak
kembali ke tonik, Debussy gaya musiknya memadu
modus gereja dan pentatonik musik Jawa, Debussy
pernah menyaksikan permainan gamelan Jawa,
sehingga mengadopsi musik Jawa ke dalam karya
musiknya.
Romantik
(Awal Romantik)
Schubert : Simfoni No. 8 unvinished in b minor
Franst List : Concerto No. 1 Piano dan orkestra in Es Mayor
(Akhir Romantik)
P.I. Tchaikovsky karyanya karyanya Piano Concerto No. 1 in Bes mayor
J. Brahms, Simfoni No. 1-4
Impresionisme
C Debussy : Prelude to The Afternoon of a Faun
Maurice Rafel : Bolero
Gambar : An Apreciation Music
Gb. 2.11. F. CHOPIN
Gambar : An Apreciation Music
Gb. 2.12. J. BRAHMS CORBIS
Gambar : An Apreciation Music
Gb. 2.13. F. MENDELSSOHN
KOMPONIS ZAMAN ROMANTIK
39
2.3.1.7. Awal Abad 20
Ekspresionisme
Arnold Schoeberg : Five Pieces for Orchestra op. 16
Aturan-aturan kategori musik abad 20, dilihat dari gaya musik yang baru
terlepas dari estetika zaman romantik, sistem tangganada baru, sistem
harmoni baru, pola ritmik yang beraneka ragam, pada zaman ini instrumen
perkusi dalam orchestra lebih mempunyai peran.
2.3.1.7.A. Abad 20
Perubahan besar-besaran terjadi pada musik zaman ini, nada, ritme,
mendobrak tradisi kelaziman, mengherankan, menakjubkan sebuah karya
master piece.
Stravinsky dan Copland Komposisinya menggunakan ritme jazz.
Bela Bartok Komposisinya menggunakan struktur ritme yang bebas.
Mikrokosmos Dance in Bulgarian Rhythm No. 2
Brahms dan Schoenberg mempelopori penggunaan struktur frase yang
tidak sama, karya Brahms Rhapsody No. 2 opus 79 in G minor
George Gershwin, karya-karya komposisinya terkenal dengan style jazz.
Contoh Prelude I in Bes Mayor dan Prelude III in Es Minor.
Karakteristiik musik abad 20 adalah :
Warna nada : - memakai komposisi dengan munculnya alterasi
- Munculnya teknik pentatonik
Harmoni : - Kreasi harmoni baru yang disebut polychord yang
artinya kombinasi 2 akor, atau akor progresif.
Modulasi
Ritmik : - Komposisi pada zaman ini karyanya beraneka
nuansa yakni terdiri dari nuansa jazz nuansa dari
berbagai Negara.
Poliritmik : - Ritme yang kontras, kaya akan variasi ritmik.
KOMPONIS ZAMAN ABAD 20
Sumber : An Apreciation Music
Gb. 2.14. C. DEBUSSY
Sumber : An Apreciation Music
Gb. 2.15. BELLA BARTOK
Sumber : An Apreciation Music
Gb. 2.16. G. GERSHWIN
Bu
40
2.3.1.7.B. Musik Jazz (1910)
Musik yang berasal dari Afrika Amerika, ini adalah musik improvisasi
dan ritme yang sinkop, beat yang mantap, warna musik yang berbeda dan
menunjukkan teknik yang khas, kekhasan musik jazz dapat dilihat dari uraian
berikut :
Ritmik
Ritmik merupakan salah satu pondasi dasar yang membentuk suatu jenis
aliran musik. Seperti dalam musik jazz, ritmik dijadikan kekuatan yang
digunakan untuk membangun suasana. Hal ini dipengaruhi juga dari
akulturasi musik tribal dari Afrika yang kaya akan pola ritmik dan memiliki
ritmik yang sangat kompleks. Beberapa ritmik yang perlu diketahui dalam
melakukan improvisasi adalah sebagai berikut :
a. Time Feel : ketukan yang dilakukan tepat dengan birama atau biasa
disebut dengan on-beat/down beat, seperti yang dilihat pada contoh
gambar berikut :
b. A-head: ketukan yang dilakukan tidak persis tepat pada hitungan
melainkan terjadi percepatan hitungan.
c. Swing Feel : mengetuk birama dengan merasakan triplet. Swing feel
merupakan hal yang sangat mendasar dalam permainan musik jazz.
Penulisan swing feel :
Cara menyanyikan swing feel :
d. Sinkop : ketukan yang dilakukan tepat pada hitungan gantung, istilah
sinkop juga dapat disebut dengan up-beat.
e. Laying back: ketukan yang dilakukan tidak persis tepat pada hitungan
melainkan terjadi penundaan hitungan.
Akar Jazz, Ragtime, dan Blues
Awalnya style jazz adalah style Ragtime, the king of ragtime adalah
Scott Joplin (1868-1917).
Style Blues mempengaruhi perkembangan rhytm rock and roll dan soul.
41
2.4. Musik Tradisi Indonesia
Kesenian yang berdasarkan nilai-nilai budaya nusantara yang
beragam, seni yang berakar dari tradisi. Topik atau materi yang dibahas tidak
dapat meliputi keseluruhan propinsi, musik tradisi yang dapat dikupas hanya
terdiri dari beberapa kesenian berdasarkan pertimbangan belum semua
propinsi mendata kesenian daerahnya, beberapa kesenian telah dikenal luas,
tebanya (namanya) telah mendunia seperti Gamelan Jawa dan Kesenian
Bali, kesenian ini juga mengandung banyak hal dari keragaman seni
budayanya.
Kesenian yang akan dibahas adalah :
A. Musik Betawi
B. Musik Bali
C. Gamelan Jawa
D. Angklung sebagai salah satu kesenian Jawa Barat
E. Sampe sebagai salah satu kesenian Kalimantan Timur
Berikut ini akan diuraikan satu persatu musik tradisi tersebut.
2.4.1. Musik Betawi
Sumber : Ikhtisar Kesenian Betawi
Gambar 2.17. Ondel-Ondel
Kesenian yang “representative” mewakili Betawi adalah, Ondel-ondel.
Sejarah kesenian ondel-ondel dimulai pada 1605, iring-iringan Pangeran
Jayakarta untuk ikut merayakan pesta khitanan Pangeran Abdul Mafakhit
(Pangeran Banten), Pangeran Jayakarta membawa boneka berbentuk
Bu
42
raksasa yang sekarang kita kenal sebagai “ondel-ondel” yang dianggap
sebagai pelindung untuk menolak bala.
Keanekaragaman musik Betawi dapat kita lihat antara lain pada orkes
gambang kromong, yang sangat kental dengan entat Cina , pengaruh
Eropa jelas terlihat pada musik tanjidor, entat melayu tampak entaton
pada orkes samrah, dan musik Betawi yang bernafaskan Islam terlihat pada
musik yang umumnya menggunakan alat rebana.
Seni musik Betawi antara lain gambang kromong, tanjidor, keroncong
tugu, gamelan ajeng, gamelan topeng, gamelan rancag, samrah dan macammacam
rebana.
2.4.1.1. Gambang Kromong
Sumber : Ikhtisar Kesenian Betawi
Gambar 2.18. Gambang Kromong
Gambang Kromong diambil dari nama dua buah alat musik yaitu
gambang dan kromong, bilahan gambang berjumlah 18 buah terbuat dari
kayu suangking, kromong terbuat dari perunggu berjumlah 10 buah
berbentuk pencon, pengaruh Cina tampak pada alat musik Tehyan
Kongahyan dan Sukong, alat musik lainnya adalah gendang, kecrek dan
gong.
Gambang Kromong selain dapat dimainkan sebagai kesenian mandiri,
juga adalah musik pengiring Lenong.
Gambang Kromong dapat berkembang dikarenakan mempunyai 2
bentuk yaitu “Gambang Kromong Asli dan Gambang Kromong Kombinasi”,
gambang kromong asli ialah alat musik berlaras pakem entatonic namun
agar dapat dinikmati masyarakat yang heterogen alat musiknya dapat
dikombinasikan dengan alat musik elektronik seperti bass, organ, saxophone,
drum, namun warna suara gambang kromong masih tetap terdengar.
Keunikan gambang kromong memiliki pola iringan yang baku.
43
Kongahyan, Tehyan, Sukong
Adalah alat musik gesek berdawai dua yang direntangkan pada
tabung resonansi terbuat dari tempurung bertangkai panjang yang kecil
disebut kongahyan yang tengah tehyan dan yang terbesar disebut Sukong.
Lagu-lagu yang selalu dinyanyikan Gambang Kromong disebut lagu
sayur yaitu lagu Jali-Jali, Sirih Kuning, Kicir-Kicir.
Instumentalia musik yang dimainkan tanpa nyanyian disebut Phobin
Sumber : Peta Seni Budaya Betawi
Gambar 2.19. Kongahyan, Tehyan dan Sukong
2.4.1.2. Tanjidor
Sumber : Ikhtisar Kesenian Betawi
Gambar 2.20. Tanjidor
Tanjidor adalah sejenis orkes rakyat Betawi yang menggunakan alatalat
musik barat terutama alat tiup. Tanjidor berkembang sejak abad ke
sembilan belas.
Bu
44
Pada umumnya alat-alat musik pada orkes tanjidor terdiri dari alat
musik tiup seperti piston (cornet a piston) trombone, tenor, clarinet, bass,
dilengkapi dengan alat musik tambur dan gendering, yang termasuk dalam
golongan instrumen membranophone.
Tanjidor adalah orkes untuk pengiring pawai atau arak-arak
pengantin. Lagu-lagu yang biasa dibawakan oleh orkes tanjidor adalah
batalion, kramton dan bananas. Pada perkembangan kemudian lagu yang
dibawakan ialah lagu seperti surilang dan jali-jali.
2.4.1.3. Samrah
Sumber : Ikhtisar Kesenian Betawi
Gambar 2.21. Samrah
Samrah Betawi adalah suatu ansambel musik yang hidup di Betawi
yang dipengaruhi oleh musik Arab dan Melayu, dengan alat-alat bunyibunyian
Harmonium, Biola sebagai Waditra utama.
Samrah lahir pada tahun 1918, dan berasal dari Dulmuluk Riau, lagulagu
Samrah Betawi dipengaruhi oleh Japin, India, Cina dan Arab
Gaya Lagu
Lagu-lagu Melayu terdapat Melayu Riau, Melayu Betawi. Disebutkan
pula bahwa lagu-lagu Samrah Betawi dipengaruhi oleh Japin, India, Cina dan
Arab. Di sini dapat dibuktikan bahwa susunan nada yang khas Melayu
sebagai berikut : 6 5 4 4 3 2 1. Di dalam lagu-lagu Samrah sangat banyak
melodi yang bersusunan nada seperti di atas. Dan akan lebih terdengar lagi
pada gereneknya (cengkok) bila disajikan.
45
- Susunan nada Gaya India : 1 6 6 5 4 3 2 1, contoh lagu Irama
India sebagai berikut 2/4, sedang.
Jika sebuah lagu mengandung bagian-bagian lagu menurut susunan
nada Gaya India di atas, maka lagu tersebut dinamakan lagu berirama India.
Yang menonjol pada lagu mandiri lagi irama India.
Sedangkan susunan nadanya menjadi skonder.
- Susunan nada Gaya Cina : 1 6 5 3 2 1
Contoh lagu Gaya Cina 4/4, sedang.
Lagu-lagu yang berirama Lagu Cina sangat terbatas di dalam Musik Samrah,
yaitu lagu Senandung Cina.
- Susunan nada Melayu dalam Tangganada Mayor seperti di bawah ini ; 4/4,
Lambat.
Apabila lagu-lagu Musik Samrah Betawi dipengaruhi Lagu Melayu,
maka susunan nada yang dipergunakan seperti di atas. Dan ini sangat
banyak dipergunakan di dalam lagu-lagu Samrah. Dengan demikian jelas
lagu-lagu Samrah dipengaruhi Lagu-lagu Melayu terutama tentang susunan
nadanya. Ini dapat kita lihat di dalam lampiran.
- Susunan Nada Irama Arab : 1 7 5 4 3 2
Birama 4/4, Lambat
Pada umumnya lagu-lagu yang bersusunan nada seperti di atas
terdapat pada lagu-lagu Orkes Gambus. Kemudian masuk ke Irama Japin.
Sedangkan Japin mempengaruhi juga terhadap lagu-lagu Samrah. Dengan
demikian, tidak asing lagi Irama Samrah diilhami oleh irama Japin.
Bu
46
2.4.1.4. Keroncong Tugu
Sumber : Ikhtisar Kesenian Betawi
Gambar 2.22. Keroncong Tugu
Dahulu dimainkan pada upacara “Pesta Panen”, pesta pertemuan
keluarga, alat musik keroncong terdiri dari biola, okulele, banyo, gitar, rebana,
kempil dan cello, Moresco”, kostum yang dipergunakan untuk laki-laki adalah
baju koko, sedangkan untuk wanita menggunakan kain kebaya.
2.4.1.5. Gambang Rancag
Gambang Rancag adalah kesenian yang dipergunakan untuk
mengiringi cerita-cerita Betawi seperti Pitung yang dibawakan dalam bentuk
pantun berkait.
Rancag artinya tutur dan pantun berkait.
Alat musiknya adalah gambang, kromong, tehyah gendang, kecrek, gong dan
suling.
2.4.1.6. Rebana
Rebana Betawi terdiri dari bermacam-macam jenis dan nama; rebana
ketimpring, rebana ngarak, rebana mauled, rebana birdah, rebana dor dan
rebana biang.
Rebana Ketimpring : terdiri dari 3 buah rebana fungsinya sebagai arakarakan
pada perayaan maulid.
47
Rebana Hadroh : terdiri dari 3 atau 4 buah rebana, digunakan untuk
mengiringi syair-syair hadroh.
Rebana Dor : pada rebana dor terdapat lubang-lubang kecil untuk
tempat jari, biasa digunakan untuk mengiringi lagulagu
dari timur tengah, karena digunakan untuk
mengiringi nyanyi maka disebut pula rebana lagu.
Rebana Kasidah : merupakan perkembangan lebih lanjut dari rebana
dor, dewasa ini lazimnya dimainkan oleh kaum
wanita, dapat dimainkan pada perayaan
keagamaan.
Rebana Maulid : fungsi rebana kasidah adalah sama dengan rebana
maulid.
Rebana Birdah : rebana yang berfungsi membawakan qarda (puisi
arab) pada umumnya lagu-lagu yang dinyanyikan/
dimainkan berirama 4/4 dimainkan sambil duduk
bersila, sedangkan lagu-lagu yang berirama lebih
cepat yang disebut Fansub dimainkan sambil
berdiri.
Rebana Biang : mengiringi tarian Blenggo, seperti rebana-rebana
lainnya, rebana biang biasanya untuk memeriahkan
berbagai perayaan, khitanan, pernikahan.
2.4.2. Musik Bali
Seni Indonesia dalam hal ini fungsi kesenian dianggap tak berbeda
dengan fungsi ritual, kerumitan bentuk-bentuk kesenian mendorong kita untuk
memilih istilah kesenian ritual. Di Bali setiap kegiatan mempunyai kesenian
khusus yang ditampilkan ketika melakukan ritual. Di Bali istilah gamelan
adalah Gambelan.
2.4.2.1. Gamelan untuk upacara
Gambelan sakral untuk Ngaben adalah :
Gambelan Luwang (pelog 7 nada)
Gambelan Angklung (slendro 4 nada)
Gambang
2.4.2.2. Gambelan untuk hiburan :
Gong Gede
Gong Gede adalah gamelan terbesar di Bali yang terdiri dari 46
instrumen yakni termasuk trompong, reyong, kempyung, gangsa jongkok
(saron), penyacah jegogan, jublag, drums (kendang) kempur, gong besar dan
cymbal / ceng – ceng.
Bu
48
Gamelan ini dimainkan pada upacara tahun baru, pada gamelan ini
yang berperan sebagai melodi adalah trompang, gamelan ini dapat pula
sebagai pengiring tari topeng, tari baris dan rejang, gamelan gong gede
mempunyai laras pelog.
Sumber : Buku Lata Mahosadhi STSI Denpasar
Gambar 2.23. Gamelan Gong Gede
2.4.2.3. Gambelan Joged Bumbung (Grantang)
Gambelan ini berlaras slendro (5 nada), gambelan ini khusus untuk
mengiringi tari jogged bumbung, penonton dapat berekspresi dan
berimprovisasi gerak dan banyak mendapat pengaruh dari tari legong, fungsi
seninya dahulu adalah untuk panen padi.
Gambelan jogged bumbung disebut juga gambelan gegeran tangan,
karena pokok-pokok instrumennya adalah gerantang, yaitu gender terbuat
dari bambu berbentuk bumbung, instrumennya terdiri :
Gerantang 4-8 buah, 4 gerantang gede, 4 gerantang kecil berfungsi
sebagai pembawa melodi, kemodong berfungsi sebagai gong dan berfungsi
sebagai penutup lagu kempul, berfungsi sebagai gong kecil, kelentang, rincik/
cengceng berfungsi sebagai pemanis lagu, kendang sebagai penentu irama,
suling 4 buah untuk pemanis lagu.
Sumber : Buku Lata Mahosadhi STSI Denpasar
Gambar 2.24. Gamelan Joged Bumbung (Gantang)
49
2.4.2.4. Gambelan Gambuh
Gambelan di Bali merupakan sumber dari beberapa gamelan lainnya,
dari segi sistem nada.
Gambelan ini bersifat gending yang ditarikan, kaya akan gending dan
juga ada penyanyi (tandak) sebagai pengubah suasana sedih, gembira, lucu
dan marah.
2.4.3. Gamelan
Gamelan atau gangsa adalah campuran dari perkataan tembaga ditambah
rejasa. Tembaga dan rejasa adalah nama logam yang dicampur dengan cara
dipanasi. Selain dari tembaga juga dapat dibuat dari jenis logam lain seperti
kuningan dan besi, namun agar dapat menghasilkan kualitas suara yang
baik, gamelan dibuat dengan cara ditempa.
Gamelan tebanya (gaungnya) telah mendunia, komponis abad 20
Debussy, pernah mengadopsi laras gamelan (Pentatonik) untuk
komposisinya.
Festival Gamelan Dunia I diadakan di Vancouver Canada pada tanggal
18-21 Agustus 1986, di Indonesia festival Gamelan I baru diadakan di
Yogyakarta pada tanggal 2-4 Juli 1995.
Gamelan ada yang berlaras pelog dan yang berlaras slendro, Gamelan
yang berlaras pelog disebut Gamelan Pelog dan Gamelan yang berlaras
Slendro disebut Gamelan Slendro, perangkat gamelan ini adalah merupakan
bagian-bagian dari Gamelan Ageng yang mempunyai Fungsi Hiburan.
Sumber : Central Javanese gamelan instruments (From JT Titon [ed.]. Worlds of Music 235)
Gambar 2.25. Perangkat Gamelan Jawa
Bu
50
Perangkat-perangkat Gamelan :
Bilahan : gambang, gender, saron, slentem.
Pencon : gong, kempul, ketuk, kenong, bonang.
Kebukan : Kendhang
Sebulan : Seruling
Dawai : Rebab, siter
1. Bonang :
Bonang Penerus/Babarangan :
Berlaras satu oktaf lebih tinggi tetapi
bentuknya lebih kecil dari bonang barung.
Bonang Barung :
Yang bersuara rendah, bentuknya lebih besar.
Bonang Penembung :
Larasnya lebih rendah dan bentuknya lebih
besar dari Bonang Barung.
Sumber : Central Javanese gamelan instruments (From JT Titon [ed.]. Worlds of Music 235)
Gambar 2.26. Bonang
Perbedaan Saron, Gender dan Slentem
2. Saron
Saron Demung :
Berlaras paling rendah dari saron Barung.
Saron Barung :
berlaras lebih tinggi dari saron Demung.
Saron Penerus :
berlaras paling tinggi dari saron Demung
dan Barung.
Sumber : Central Javanese gamelan instruments (From JT Titon [ed.]. Worlds of Music 235)
Gambar 2.27. Saron
51
2. Gender
Bilahan yang digantung, bilahan gender berjumlah lebih kecil
ukurannya dan jumlahnya lebih banyak (13 bilahan), jenis gender hanya 3
macam.
Gender Barung :
Gender Penerus : lebih tinggi 1 oktaf
Sumber : Central Javanese gamelan instruments (From JT Titon [ed.]. Worlds of Music 235)
Gambar 2.28. Gender
3. Slentem
Bilahan yang digantung, bilahan slentem lebih besar dari bilahan
Gender, jumlahnya lebih sedikit dari jumlah bilahan Gender yakni hanya
berjumlah (7 buah).
Sumber : Central Javanese gamelan instruments (From JT Titon [ed.]. Worlds of Music 235)
Gambar 2.29. Slentem
Bu
52
Fungsi dalam permainan :
sebagai pemangku lagu / pemanis
4 Gong terbagi :
Terbesar : Gong Suwukan
Sedang : Kempul
Kecil : Bende
Fungsi bagian-bagian gamelan
Pemimpin irama : Kendhang
Pemangku irama : Ketuk kenong, kempul, gong, kempyang
Pemimpin lagu : Bonang
Pemangku lagu : Slentem, gender, gambang
Pembuka lagu : Rebab
Penghias lagu : Suling, siter, kecer.
Membudayanya Musik Gamelan di Tanah Air
Propinsi di Indonesia ± 58% mempergunakan gamelan sebagai musik
tradisinya, adapun propinsi yang mempergunakan gamelan sebagai musik
utama dapat dilihat pada tabel 3.
Propinsi yang menggunakan gamelan :
Propinsi Nama Gamelan
Lampung
Sumatera Selatan
Jambi
Sumatera Barat
Kalimantan Selatan
Kalimantan Tengah
Jawa Tengah
Jawa Barat
Jawa Timur
Yogyakarta
Bali
NTB (Kabupaten Lombok)
Kabupaten Lombok
Kabupaten Sumbawa
Kabupaten Bima
Talo Balak
Kelintang 12
Kelintang/Tauh
Talempong
Gamelan Banjar
Gandang Garantung
Gamelan
Degung
Gamelan
Gamelan
Gamelan
Gamelan Lombok
Gamelan Gendrung
Gamelan Sumbawa
Gamelan Bima
53
Tabel 4
Penggunaan Bonang dan sebutannya di berbagai Propinsi
Propinsi Nama instrumen jenis Bonang
DKI
Sumbar
Jambi
Lampung
Sumatera Selatan
Riau
NTB
Kalbar
Kaltim
Kalteng
Sulteng
Maluku
Jawa Timur
Jawa Barat
Jawa Tengah
Yogya
Bali
Kromong
Talempong
Kelintang
Kulintang
Kelintang
Tetawak
Trompong
Geremong
Klentangan
Kangkanong
Kandengo-dengo
Totobuang
Bonang
Bonang
Bonang
Bonang
Trompong/Reyong
Dari macam-macam gamelan seperti gamelan Kodhok Ngorek,
Monggang, Carabalen, Sekaten dan gamelan Ageng.
Kerumitan bentuk-bentuk kesenian mendorong kita untuk memilih
istilah kesenian agama begitu pula gamelan ada yang dimainkan untuk
upacara, ada juga gamelan untuk hiburan, ada pula gamelan untuk pengiring
dan mandiri.
2.4.3.1. Gamelan untuk hiburan :
1. Gamelan Ageng
2.4.3.2. Gamelan untuk upacara :
1. Gamelan Kodhok ngorek (upacara pernikahan masyarakat)
2. Gamelan Monggang (upacara keraton)
3. Gamelan Sekaten (upacara maulidan dan keraton)
4. Gamelan Carabalen mempunyai dwifungsi yaitu untuk upacara
dan hiburan.
Bu
54
Gamelan Carabalen
Sumber : Buku Bothekan Karawitan I
Gambar 2.30 Gamelan Carabalen
Gamelan ini memiliki fungsi yang pasti yaitu untuk menghormati kedatangan
tamu. Gamelan ini pada umumnya dimiliki oleh perorangan maupun lembaga.
Gamelan ini berlaras pelog dan terdiri dari sepasang kendhang, satu
rancak, gambyong, satu rancak bonang, sebuah penonthong, sebuah
kenong, sebuah kempul dan gong.
Menurut Kunst bahwa nama Carabalen memiliki makna filosofis yang
berhubungan dengan siklus hidup manusia. Berikut ini denah penempatan
ricikan-ricikan perangkat gamelan Carabalen.
Sumber : Buku Bothekan Karawitan I
Gambar 2.31. Penempatan Ricikan Gamelan Carabalen
55
Gamelan Ageng
Perangkat gamelan ini dapat dikatakan sebagai perangkat gamelan
standar. Gamelan ini dipergunakan untuk berbagai keperluan yaitu hiburan,
ritual, untuk berbagai ekspresi seperti pengiring wayang, tari, teater.
Rincikan pada perangkat gamelan ageng adalah :
a. Rebab : terdapat satu atau dua buah rebab. Biasanya rebab ponthang
untuk slendro dan rebab byur untuk pelog, dimainkan oleh seorang
pengrawit.
b. Kendhang : terdiri dari satu kendhang ageng, satu kendhang ketipung,
satu kendhang penunthung, satu kendhang ciblon dan satu kendhang
wayangan, ditabuh satu atau dua pengrawit.
c. Gender : satu gender slendro, satu gender pelog nem (atau bem) dan
satu gender pelog barang. Semuanya berbilah 12 s/d 14 buah, ditabuh
oleh seorang pengrawit.
d. Gender penerus : satu rancak gender penerus slendro, satu gender
penerus pelog nem (bem), dan satu gender penerus pelog barang, semua
berbilah antara 12 s/d 14 buah, ditabuh oleh seorang pengrawit.
e. Bonang barung : satu rancak bonang barung slendro dengan 10 dan 12
pencon dan satu rancak bonang barung pelog, terdiri dari 14 pencon,
ditabuh oleh seorang pengrawit.
f. Bonang penerus : satu rancak bonang penerus slendro dengan 10 atau
12 pencon dan satu rancak bonang penerus pelog, terdiri dari 14 pencon,
ditabuh oleh seorang pengrawit.
g. Gambang: satu rancak gambang slendro, satu rancak gambang pelog
nem dan satu rancak gambang pelog barang, semua berbilah antara 18
s.d. 21 buah, ditabuh oleh seorang pengrawit.
h. Slenthem: satu slenthem slendro dan satu slenthem pelog, masingmasing
berbilah tujuh, ditabuh oleh seorang pengrawit.
i. Demung: satu demung slendro dan satu demung pelog, masing-masing
berbilah tujuh, ditabuh oleh seorang pengrawit.
j. Saron barung: dua saron slendro dan dua saron pelog, masing-masing
berbilah tujuh. Kadang-kadang salah satu saron slendronya dibuat
dengan sembilan bilah. Saron sembilan bilah adalah saron yang biasa
digunakan untuk keperluan wayangan, ditabuh masing masing oleh
seorang pengrawit.
k. Saron penerus: satu saron penerus slendro dan satu saron pene-rus
pelog, masing-masing berbilah tujuh, ditabuh oleh seorang pangrawit.
l. Kethuk-kempyang: satu set untuk slendro dengan kempyang berlaras
barang dan kethuk berlaras gulu serta satu set untuk pelog. Kempyang
berlaras nem tinggi dan kethuk berlaras nem rendah, ditabuh oleh
seorang pengrawit.
Bu
56
m. Kenong: tiga sampai enam pencon untuk slendro dan tiga sampai tujuh
pencon untuk pelog, ditabuh oleh seorang pengrawit.
n. Kempul: tiga sampai enam pencon untuk slendro dan tiga sampai tujuh pencon
untuk pelog.
o. Gong suwukan: satu sampai dua pencon untuk slendro dan satu sampai tiga
pencon untuk pelog. Suwukan laras barang sering disebut dengan gong siyem.
p. Gong ageng atau gong besar: satu sampai tiga gong besar yang berlaras nem
sampai gulu rendah. Kebanyakan gong ageng dilaras lima.
q. Siter atau celempung: ada satu siter atau celempung slendro dan satu siter
atau celempung untuk pelog. Sekarang terdapat satu siter yang dapat
digunakan untuk slendro dan pelog. Siter two in one tersebut disebut dengan
siter wolak-walik, ditabuh oleh seorang pengrawit.
r. Suling: satu suling berlubang empat untuk slendro dan satu suling berlubang
lima untuk pelog, dimainkan oleh seorang pengrawit
Ageng
Sumber : Buku Bothekan Karawitan I
Gambar 2.32. Penempatan Ricikan Gamelan Ageng
57
Bervariasinya pengaturan ricikan gamelan terutama atas pertimbangan
fungsinya sebagai musik mandiri atau sebagai sebagai musik iringan.
Sumber : Buku Bothekan Karawitan I
Gambar 2.33 Gamelan Ageng
Tabuhan gamelan mempunyai 2 gaya yakni gaya Solo dan gaya Yogyakarta,
yang masing-masing mempunyai kekhasan.
Perbedaan ciri musiknya adalah :
1) Pola tabuhan kendhang. Ada kebiasaan yang berbeda dalam menyebut
pola tabuhan kendhang di kedua daerah inL Seperti kita ketahui bahwa
tabuhan kendhang sangat terkait dengan bentuk gendhing; yang
semuanya berbentuk kethuk kalih kerep minggah sekawan, seorang
pengendhang "boleh" ngendhangi gendhing-gendhing tersebut dengan
menggunakan pola yang sama. Kebiasaan seperti itulah seperti yang
diberlakukan pada gaya Solo. Kebiasaan di Yogya lebih suka menyebut
nama dari salah satu gendhing sebagai model garapan kendhang untuk
gendhing-gendhing lainnya yang memiliki bentuk yang sama.
Pola kendhangan kedua daerah memang berbeda. Saya cenderung
mengatakan bahwa kendhangan gaya Yogya pada umumnya lebih sigrak
(animatif) daripada Solo. Yogya banyak menggunakan garapan yang
sinkopatif, sedangkan kendhangan gaya Solo relatif lebih sederhana dan
tenang namun dalam.
2) Bonang. Bonangan Yogya juga lebih sigrak dibandhing dengan
permainan rekannya yang di Solo. Yogya sering menggunakan bonangan
tronjolan, sinkopasi yang berkesan nyrimpet. Bonangan Yogya di satu
segi tidak begitu mempedulikan alur melodik, tidak masalah bila ia
meloncat dari daerah suara tinggi ke rendah atau sebaliknya, sedangkan
di Solo, kemulusan atau kehalusan alur melodik sangat diperhatikan
sehingga ketika seorang pembonang mendapati alur lagu (balungan)
Bu
58
yang meloncat, ia harus menemukan cara agar loncatan tersebut tidak
nyeklek (patah), biasanya seorang pengrawit harus mele-watinya dengan
menggunakan pola nggembyang dan/atau menggunakan rambatan atau
peralihan dengan menggunakan pola-pola lagu dengan variasi khusus.
3) Balungan. Perbedaan auditif yang paling gampang diidentifi-kasikan
adalah lewat tabuhan saron penerus. Tabuhan saron penerus Yogya
mendahului tabuhan balungan pokok, sedangkan tabuhan saron penerus
Solo mengikuti balungan pokok. Tabuhan balungan gaya Yogya
cenderung lebih keras dengan menggunakan pola dan teknik yang lebih
dikembangkan. Mereka memiliki berbagai teknik tabuhan balungan yang
lebih kaya, di antaranya nggenjot, ngencot, kecekan, dan sebagainya.
Kebalikannya, karawitan gaya Yogyakarta cenderung memilih
tempo/irama/laya yang lambat, sedangkan karawitan gaya Surakarta
cenderung menggunakan tempo yang lebih cepat.
2.4.4. Angklung
Angklung di Jawa Barat
Sumber : Buku Angklung di Jawa Barat sebuah perbandingan Buku I
Gambar 2.34. Angklung
Pada zaman kejayaan kerajaan Pajajaran, angklung disamping
sebagai alat upacara pertanian, juga dipergunakan sebagai alat musik bagi
bala tentara kerajaan dimana untuk menambah semangat tempur dalam
menghadapi musuh sebagai alat musik perang pada zaman kerajaan
Pajajaran. Kemudian fungsi angklung bergeser sebagai ritual penanaman
padi dalam acara mengarak padi dari sawah, di desa lain angklung
dipergunakan sebagai sarana penyebaran agama dan kegiatan yang
59
berhubungan dengan pemerintah, kini angklung disajikan sebagai bentuk
seni pertunjukan.
Daeng Sutigna (Pengembang Angklung)
Angklung mulai terangkat diawal tahun 1938 ketika seorang putra ahli
musik Tatar Sunda kelahiran Garut yaitu Daeng Soetigna (13 Mei 1908 - 8
April 1984) memperkenalkan alat musik tersebut. la berguru kepada Bapak
Jaya dari Kuningan, seorang ahli pembuat angklung.
Nada-nada yang dipergunakan yakni dari yang paling rendah G-C 3
dengan penadaan standar internasional yaitu A - 440.
Daeng Sutigna merupakan orang pertama yang mengembangkan
angklung sistem tangganada diatonis yang disebut Angklung Indonesia, yang
bersifat melodis, murid Pak Daeng adalah Pak Udjo, pengembangan yang
dilakukan pak Udjo adalah membuat Angklung tradisi berlaras slendro, pelog
yang bersifat ritmis.
Laras Angklung
Untuk laras slendro, susunan nada C D E G A C, sedangkan laras
pelog dipakai susunan nada C E F G B C untuk laras madenda
dipakai susunan nada C E F A B C.
Laras Diatonis, memiliki 7 yaitu nada C D E F G A B C.
Macam-macam Angklung
1. Angklung Modern (pengembang Daeng Soetigna) menggunakan nada
diatonis atau disebut juga Angklung Indonesia.
2. Angklung Tradisi Sunda (pengembang Udjo Ngalagena) murid pak
Daeng, angklung ini berlaras slendro, pelog.
Angklung modern cenderung lebih mengutamakan unsur melodi atau lagu.
Angklung Sunda terdiri dari 24 buah angklung melodi 10 buah rincik, 5 buah,
angklung 4 buah dan pengiring 5 buah.
Angklung Indonesia terdiri dari 73 buah.
28 angklung melodi berukuran kecil, 11 angklung melodi berukuran besar, 17
angklung iringan, 17 penghias.
Pembelajaran angklung pak Daeng dilakukan dengan cara membaca
Notasi dengan gambar
Notasi dengan sistem nomor
Notasi dengan jari
Bu
60
Elang = do
Burung = ti
Capung = la
Tikus = so
Kucing = fa
Ayam jago = mi
Bebek = re
Ikan = do
Sumber : Buku Angklung Pa Daeng
Gambar 2.35. Notasi Gambar
Jadi angklung-angklung yang akan dimainkan diberi atau ditempeli telebih
dahulu gambar-gambar tersebut.
Tabel 2.3.
Belajar Musik Angklung Sistem Nomor
Lagu Halo-halo Bandung 4/4
Do = F
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Fis G Gis A Ais B C Cis D Dis E F Fis G Gis A
Not 2 3 4 5 6 7 1 2
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Ais B C Cis D Dis E F Fis G Gis A Ais B C Cis
3 4 5 6 7 1 2 3 4 5
No. Urut
Angklung
Notasi Angka
11 1 = [do] rendah
13 2 = [re]
16 3 = [mi]
17 4 = [fa]
19 5 = [sol]
21 6 = [la]
22 7 = [si]
23 1 = [do] tinggi
61
Angklung Udjo
Pak Udjo mengembangkan angklung bertangganada pentatonik juga
diatonis.
Laras pentatonik adalah Slendro C D E G A C
Pelog C E F G B C
Madenda C E F A B C
Pola Permainan
Angklung Udjo meliputi jenis permainan angklung, yaitu angklung ‘tradisi’ dan
angklung Indonesia. Yang dimaksud dengan angklung tradisi adalah
permainan angklung dengan pola-pola tabuhan tradisi yang bersifat ritmis,
seperti halnya tabuhan jenis-jenis angklung tradisi pada umumnya. Pola
tabuhannya masih tetap berbentuk terputus-putus dengan teknik dimainkan
dengan digoyang. Bedanya dengan angklung-angklung tradisi lainnya,
angklung tradisi Udjo sudah lebih dikembangkan dari segi pengolahan
bunyinya. Bunyi yang dihasilkan dari permainan digoyangkan sudah
cenderung merupakan pengulangan melodi pendek-pendek yang dihiasi
dengan bunyi panjang unik yang terlahir dari bunyi sebuah angklung yang
dimainkan (digoyangkan) secara terus menerus tanpa berhenti.
Bu
62
Berikut adalah contoh motif-motif tabuhan angklung tradisi Udjo.
Pada tempat pelatihan angklung (Saung) Pak Udjo dalam pembelajarannya
juga menggunakan notasi nomor ataupun kode tangan.
Sumber : education deakin.edv.do/music.ed/history/curwen.html
Gambar 2.36. Pembelajaran Musik Angklung dengan Kode Tangan
(1) (7)
( 7 )
(6)
( 5 )
( 4 )
(4)
(2)
(1)
(3)
(5)
(as adapted by Kodaly
63
Bu
64
65
Latihlah lagu-lagu ini
Bu
66
67
Bu
68
2.4.5. Sampe
Alat Musik Tradisional Daerah Kalimantan Timur
Bentuk Kebudayaan Kalimantan Timur sangat sederhana dan
keseniannya terjadi karena kerja sama antar individu, yang pada saat tertentu
memperoleh inspirasi karena persentuhannya dengan alam sekitarnya.
Perasaan dan pikiran yang diungkapkan adalah manifestasi yang
menjadi milik kolektif, karena mereka pula bersama-sama mengerjakan
ciptaan tersebut. Dari sinilah terciptanya seni musik dan seni tari tradisional;
dan terbentuk dalam pola-pola tertentu lalu berkembang dari masa ke masa,
bergandengan erat dengan adat-istiadat, agama, dan kebiasaan-kebiasaan
masyarakat dan dengan demikian menjadi suatu ciri khas daripada
seni/budaya daerah Kalimantan Timur.
Musik Tradisional Suku Dayak Kenyah
Suku Dayak Kenyah adalah salah satu suku di antara suku Dayak
lainnya yang ada di Kalimantan Timur.
Jenis Alat Musik Tradisional Suku Dayak Kenyah adalah
Sampe
Sampe adalah sejenis alat musik yang dipetik (semacam gitar)
mempunyai dawai/tali, kadang-kadang tiga ataupun empat da-wai
(tergantung dari kesenangan pemiliknya/pemainnya).
Bentuk dan ukurannya
Panjang sampe - kurang lebih 1.25 meter (termasuk ukuran untuk
kepalanya).
Lebar bagian bahu: + 25 cm/30 cm, bagian bawah ± 15 cm.
Bentuknya dapat dilihat pada gambar 2.35.
Sumber : Koleksi Pribadi
Gambar 2.37. Sampe
69
Karakteristik Sampe
a. Sampe adalah sejenis alat musik yang dipetik (sejenis gitar) yang
mempunyai dawai/tali, ada yang menggunakan tiga dawai dan ada
pula yang menggunakan empat dawai tergantung dari kesenangan si
pernain.
Sampe yang berdawai tiga, mempunyai nada masing-masing:
- Dawai pertama = C ( 1 )
- Dawai kedua = sama dengan dawai pertama
- Dawai ketiga = G ( 5 )
Sedangkan yang empat snaar :
- Dawai pertama = C(l)
- Dawai kedua = sama dengan dawai pertama
- Dawai ketiga = E (3)
- Dawai keempat = G (5)
Pada mulanya dawai itu dibuat dari tali sejenis pohon enau (aren).
Sudah tentu dapat kita maklumi bahwa suara yang dihasilkan tidak
sebagus jika menggunakan dawai seperti gitar, akan tetapi yang
dernikian itu merupakan ciri khas suara sampe. Kemudian setelah
keadaan berkembang, pengaruh dari luar tentu akan mengubah pula
keadaanya . Dawai dari pohon enau diganti dengan kawat baja (bekas
kawat slang), hingga sampai saat ini masih dipergunakan kawat
tersebut; kadang-kadang dawai gitar (E) yang dipakai untuk ke-3 (4)
dawai sampe tersebut.
b. Khusus pada dawai pertama (C), di bawah dawai itu dibuat tanggatangga
nada (not). Tangga-tangga ini terbuat dari rotan yang sudah di
potong-potong (+ 1 cm panjangnya) dan bentuknya mulai tebal hingga
menipis.
Jika akan memainkan lagu lain dan kemungkinan not berbeda dengan
not yang sudah disusun tadi, maka rotan tersebut terpaksa harus digeser
untuk dilaras dengan lagu lain (berbeda dengan gitar, yang kolom-kolomnya
tersebut permanen).
Cara melaras sampe (dawai 1), dawai pertama ini dibagi dua yaitu :
C (i) dan C (1).
Gambar 2.38. Penampang Resonatur dan Dawai Sampe
Bu
70
Dari C kemudian dibuat jarak untuk tangga-tangga berikutnya (2 3 4 5 6 …
dst) sesuai dengan keperluan. Dan dari dasar ini (C) sebagai permulaan,
dimulai memainkan irama dari lagu tersebut (yang akornya 5 – 3 – 1 – 1) atau
(5 – 1 – 1).
Salah satu contoh not dari sebuah lagu sebagai pengiring tarian-tarian leleng:
Ket. : dawai I melodi – Dawai 2 – (3) – 4 – Pengiring (irama)
Dengan melihat not tersebut kita dapat melaras sampe sebagai berikut :
Gambar : 2.39. Cara Melaras Dawai Sampe
71
Cara memainkan sampe :
Seperti halnya pada gitar, fungsi tangan kanan adalah untuk memetik nada,
sedangkan tangan kiri menekan dawai (dawai I). Kadang-kadang tangan kiri
(jari) ikut memetik pula, sambil menekan nada-nada yang dibunyikan sebagai
varasi suara.
Musik sampe ini dapat dimainkan dengan dua atau tiga sampe bersamaan
dengan pembagian tugas sebagai berikut :
1. Sampe 1 khususnya untuk melodi
2. Sampe 2 khusus untuk irama/pengiring
3. Sampe 3 khusus variasi (bahasa daerah : Tingkah).
Biasanya alat ini dimainkan :
1. Sebagai pengiring tari-tarian di dalam pesta keramaian (tari gong,
burung enggang, tari perang, tari leleng).
2. Untuk mengisi waktu senggang.
2.5. Musik Non Barat
2.5.1. Musik Afrika
Masing-masing kebudayaan mempunyai karakteristik instrumen,
performance, sistem nada, pola ritmik, ada negara yang memiliki kedua jenis
musik, yakni musik tradisi negara tersebut dan musik popular, ini merupakan
kekayaan bermusik yang menakjubkan.
Musik ini merupakan sumber inspirasi bagi perkembangan musik
abad 20, komponis yang mengadopsi / terinspirasi dalam komposisinya yakni
komponis Prancis, bintang rock Inggirs Band The Beatles (George Harrison),
Artis Jazz Amerika John Coltrane.
Sumber : An Appreciation Music
Gambar 2.40. Singing dan Instrumentation into African
Bu
72
Karakteristik Musik Afrika
Kesenian Afrika selalu berbentuk musik perkusi, tarian juga
nyanyiannya berbentuk polifonik (bersahut-sahutan) ataupun dengan
menyanyi tanpa kata-kata dengan hum ataupun berteriak dan selalu dalam
bentuk kelompok.
Instrumen Afrika
Karakteristik musik Afrika adalah permainan ansambel yang terdiri
dari 20 orang pemain, instrumen perkusinya adalah bell, instrumen melodinya
flute, trumpet, xylophone dan drum.
Keunikannya adalah penyajian musiknya, dalam setiap tari dan alat
musik perkusi ditampilkan dalam satu kesatuan
2.5.2. Musik India
Komponis terbesarnya adalah Tyagaraja (1767-1847) Muthuswamy
Dikshitar (1775-1835) dan Shyama Sastri (1762-1827)
Alat musik khas India adalah :
- Alat musik dawai chordophone disebut sitar
- Alat musik tabuh membranophone disebut tambura
- Alat musik sepasang drum disebut tabla
Dibawah ini contoh alat musik sitar dan tabla :
Ciri khas musik India :
Pergerakan interval, langkah
setengah nada
Banyak menggunakan ornamen
Penuh nuansa karena
perubahan tempo
Pola notnya disebut raga, not
yang berinterval kadang naik
kadang turun.
Sumber : An Apreciation Music
Gambar 2.41. Musik India
Struktur ritmiknya disebut (Tala)
Beat yang terdiri dari 2 – 3 – 2 – 3 disebut Haptal.
| 1 2 | 3 4 5 | 6 7 | 8 9 10 |
Beat yang terdiri dari 4 – 2 – 4 disebut Shultal
| 1 2 3 4 | 5 6 | 7 8 9 10 |
Tala adalah permainan Tempo dari lambat sampai sangat cepat.
73
2.5.3. Alat-alat Musik Tiongkok dan Jepang
Kultur tinggi Tiongkok didalam sejarah tercatat dalam 5 dynasti yaitu
Dynasti Huang – Ti, Dynasti H Sia, Dynasti Shang, Dynasti Chou dan Dynasti
Han.
Alat musik yang menonjol sampai saat ini adalah alat musik K’in
sejenis Zither kecapi dengan 5 senar sudah ada sejak zaman Dynasti H Sia
(1800 – 1500 SM).
Alat musik serupa ini di Jepang disebut Koto.
Di bawah ini contoh alat musik sejenis Zither, di Jepang disebut Koto.
Sumber : An Apreciation Music
Gambar 2.42. Fusako Yoshida, is a “master of koto”
2.5.4. Alat musik Kultur Tinggi Timur Tengah dan Kultur Tinggi
Yunani
Alat musik Kultur Tinggi Timur Tengah (Palestina)
Kinnor, alat musik yang dipergunakan oleh raja Daud sejenis Harpa,
lebih tepat disebut Leier senarnya sangat terbatas (5-9 senar)
Kinnor adalah cikal bakal gitar hasil kebudayaan pengaruh dari bangsa Semit
di Mesir.
Alat Musik Kultur Tinggi Yunani
- Phorminx termasuk instrumen jenis Leier
- Kithara adalah pengembangan Phorminx yang bersenar 7
- Lyra merupakan pengembangan Kithara, jumlah senar Lyra adalah 7
buah
Bu
74
- Harpa adalah pengembangan dari Harpa Siku dari Italia
Sumber : Buku Pono Banoe
Gambar 2.43. Instrumen Musik Yunani
75
2.6. Ekspresi Melalui Kegiatan Bermusik
2.6.1. Vokal
2.6.1.1. Asal Usul Vokal
Musik vokal dianggap lahir dari adanya usaha manusia untuk
berkomunikasi antar sesamanya, musik vokal muncul pada zaman
periode Renaissance adalah, Acappella bernyanyi tanpa diiringi
instrumen dengan teknik dan harmonisasi yang bagus.
Pada zaman Renaissance vokal lebih dipentingkan daripada
instrumen, sehingga composer lebih memperhatikan syair untuk
meningkatkan kualitas syair dan emosi lagu.
Musik adalah salah satu seni yang bersifat universal, artinya
dapat digemari, dinikmati, didengar oleh semua lapisan masyarakat.
Di dalam musik terdapat musik instrumental dan musik vokal yang
dapat didengar, dirasakan dan dihayati keindahannya melalui
beragam jenis lagu. Antara lain seperti seriosa, jazz, pop, keroncong
dan dangdut.
Suara manusia merupakan instrumen yang telah ada sejak
lahir mempunyai materi suara manusia itu sendiri, dan ini merupakan
alat yang kemanapun seseorang itu pergi akan dibawanya dan
dipergunakan baik dalam berbicara atau dalam musik vokal. Baik
buruknya suara manusia tersebut tergantung pada keadaan dan
kualitas materi suara.
1. Produksi suara
Alat musik seorang penyanyi ada pada tubuhnya sendiri yang
terdiri dari selaput suara/ pita suara sebagai sumber bunyi, badan
dengan rongga kepala, kerongkongan, mulut, rongga perut,
rongga dada diafragma. Suara yang bagus adalah hasil daripada
cara pembentukan bunyi yang benar, sekaligus juga karena
resonator yang baik. Dalam tubuh manusia terdapat beberapa
tempat resonator; dada,mulut, hidung, kerongkongan dan kepala.
Udara yang keluar akan menggetarkan pita suara dan melibatkan
resonator turut bergetar sehingga menghasilkan bunyi.
2. Teknik Pernafasan
Pernafasan merupakan unsur penting dalam memproduksi suara.
Tanpa pernafasan yang baik dan benar seseorang tidak dapat
bernyanyi dengan baik.
Bu
76
2.6.1.2. Jenis-jenis Pernafasan
a. Pernafasan dada
Dengan cara mengisi udara dalam paru-paru bagian atas.
Pernafasan ini sangat pendek dan tidak cocok untuk digunakan
dalam vokal.
b. Pernafasan Perut
Dengan cara membuat perut berongga besar sehingga udara luar
dapat masuk. Pernafasan ini kurang efektif untuk vokal, karena
udara dengan cepat dapat ke luar sehingga paru-paru menjadi
lemah dan cepat letih.
c. Penafasan Diafragma
Saat diafragma menegang atau lurus maka rongga dada dan
rongga perut menjadi longgar dan “volume” menjadi bertambah.
Volume yang bertambah ini mengakibatkan tekanan berkurang
sehingga udara dari luar dapat masuk ke paru-paru, dan nafas
yang dikeluarkan dapat diatur secara sadar oleh diafragma dan
otot-otot bagian samping kiri. Pernafasan ini paling cocok untuk
bernyanyi karena dapat mengambil nafas sebanyak-banyaknya
dan mengeluarkan secara perlahan-lahan dan teratur.
Keterangan Gambar :
1. Parietal Bone ( Tulang Ubun-ubun)
2. Frontal Bone (Tulang Dahi)
3. Frontal Sinus ( Rongga Kepala )
4. Nasal Cavity ( Rongga Hidung )
5. Hard Palate ( Langit-langit keras )
6. Soft Palate ( Langit-langit lunak )
7. Teeth-gigi
8. Tongue-lidah
9. Hyoid Bone ( Tulang Hyoid )
10. Epiglottis (Katup celah suara )
11. Larynx (Pangkal Tenggorok )
12. Tachea ( Batang Tenggorok )
13. Bronchi ( Saluran Pernafasan )
14. Speroid Sinus ( Rongga Speroid )
15. Decipital Bone ( Tulang Belakang )
16. Nasal Pharynx
Lobang tenggorokan yang
berhubungan dengan rongga hidung
17. Oral Pharynx
Lobang tenggorokan yang
berhubungan dengan rongga mulut
18. Laryngeal Pharynx
Lobang pangkal tenggorokan
19. Vocal Cords ( Pita suara )
20. Esophagus ( Paru-paru )
21. Lungs ( Paru-paru )
22. Diaphragm (Diafragma )
23. Abdominal muscles ( Otot-otot perut)
Sumber : Teknik Vokal
Gambar 2.44 Bagian Tubuh Manusia
77
2.6.1.3. Wilayah suara
Pada umumnya jenis suara orang dewasa terbagi atas Sopran, Alto,
Tenor, dan Bas. Jenis suara perempuan yaitu Sopran dan Alto,
sedangkan untuk jenis suara laki-laki Tenor dan Bas.
Suara manusia dewasa :
Perempuan
Alto : F kecil – D2
Mezzo sopran : A kecil – F2
Sopran : C1 – A2
Laki-laki :
Tenor : C kecil – A1
Bariton : A kecil – F1
Bas : F bas – D1
Sumber : An Apreciation Music
Gambar 2.45. Wilayah Suara Manusia
Bu
78
Yang harus diperhatikan dalam belajar menyanyi :
1. Artikulasi/pengucapan :
Pengucapan kata harus tepat dan jelas, sebab bila kurang jelas akan
menimbulkan pengertian yang salah. Pengucapan yang jelas dan baik
akan membantu tercapainya keindahan suara dan kejernihan suara,
berikut ini teknik berlatih artikulasi.
Menyanyi dengan benar akan
menghasilkan suara dan lagu yang
dibawakan dapat dinikmati, dalam
berlatih bernyanyi disamping berlatih
vokalisasi, kita sebaiknya juga
melatih artikulasi.
2. Frasering
Dalam lagu ada yang disebut
“frasering” yaitu panjang /
pendeknya kalimat dan kesatuan
arti.Adanya frasering ini akan
memudahkan pengucapan dan
pengungkapan makna.
3. Ekspresi/penjiwaan
Untuk menyanyikan sebuah lagu,
seorang penyanyi harus
menampilkan sesuatu yang menarik
sesuai syair lagunya, penjiwaan
penyanyi ini disebut ekspresi.
4. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam vokal :
a. Memberikan pelemasan artinya
sebelum mulai dengan vokal seluruh
anggota badan harus lemas atau
tidak boleh tegang, caranya dengan
memberi olah raga kecil.
b. Pemanasan: pernafasan, intonasi,
interval, tangganada mayor dan
minor, melodi pendek dan panjang,
ucapan.
c. Gabungan antara praktek dan
teori dalam bernyanyi dimulai
vokalisi dan etude dari Concone,
Vaccai, Keel dan Sieber.
Sumber: Teknik Vokal
Gambar 2.46. Artikulasi
79
2.6.2. TANGGA NADA
Diatonis Mayor: Susunan nada yang mempunyai 7 nada dan memiliki jarak
1-1-½ -1-1-1-½.
Natural : adalah nada-nadanya belum terkena tanda naik, tanda turun
ataupun tanda mengembalikan ke nada semula.
Tanda untuk menaikan ½ nada : # disebut kruis(Palang/Sharp).
Tanda untuk menurunkan ½ nada : disebut Mol(Flat/Dur).
2.6.2.1. Tangganada Diatonis Mayor
Tangganada Mayor Kruis, Palang atau Sharp ( # )
Untuk membuat tangganada mayor yang baru, adalah dengan mengambil
nada ke 5 dari tangganada mayor (sebelumnya) sebagai nada dasar dari
tangganada mayor baru tersebut.
Sebagai contoh, cara membuat tangganada G Mayor (1#)
1. Susunlah tangganada natural C Mayor
C D E F G A B C
1 1 ½ 1 1 1 ½
2. Ambil nada ke 5 dari tangganada tersebut (C Mayor) yaitu nada G
G A B C D E F G
1 1 ½ 1 1 ½ 1
Pada susunan tangganada tersebut, jarak nada E – F dan F - G belum
benar, karena jarak nada-nada tersebut seharusnya berjarak 1 dan ½.
Untuk itu maka nada F harus dinaikkan ½ laras sehingga menjadi Fis
(F#).
3. Susunlah tangganada Mayor yang baru
G A B C D E F G
1 1 ½ 1 1 1 ½
Contoh penulisan nada F menjadi Fis (F#) pada paranada kunci G dan
F adalah sebagai berikut
Tanda alterasi yang menyebabkan
nada F menjadi Fis
Dapat diambil kesimpulan bahwa langkah awal dalam menentukan
nada dasar sebuah tangganada yang baru adalah dengan
#
Bu
80
mengambil/melihat nada ke 5 dari tangganada sebelumnya. Kemudian
susunlah menjadi sebuah tangganada baru.
Menentukan tangganada 2#
Nada dasar dari tangganada 2# ialah nada ke 5 dari tangganada
sebelumnya (G Mayor) yaitu nada D.
1. Selanjutnya kita susun urutan nadanya
D E F# G A B C D
Nada F tetap menjadi Fis
2. Selanjutnya kita cocokan jaraknya
D E F# G A B C D
1 1 ½ 1 1 1
B-C seharusnya berjarak 1 oleh karenanya C menjadi Cis
3. Susunan nada menjadi
D E F# G A B C# D
1 1 ½ 1 1 1 ½
Contoh penulisan nada Fis, dan Cis, pada Paranada Kunci G dan F
adalah sebagai berikut :
Tangganada Mayor Mol, Flat atau Dur ( )
Langkah-langkah atau cara untuk membuat tangganada baru pada
1tidak jauh berbeda dengan langkah atau cara membuat
tangganada 1#. Pada pembuatan tangga nada 1 nada dasar diambil
dari nada ke 4 tangganada sebelumnya .
Berikut cara pembuatan tangganada tersebut :
1. Susunlah tangganada natural C Mayor
C D E F G A B C
1 1 ½ 1 1 1 ½
2. Ambil nada ke 4 dari tangganada tersebut, yaitu nada F.
81
3. Susun tangganada baru (F Mayor) dan seterusnya
F G A B C D E F
1 1
Seharusnya jarak A-B adalah ½ agar sesuai dengan rumus jarak
tangganada Mayor yaitu 1-1-½-1-1-1-½. Maka nada B harus diturunkan
½ nada, sehingga B B (Bes)
4. Cocokan jaraknya dengan pola 1 – 1 - ½ - 1 – 1 – 1 – ½
F G A Bes C D E F
1 1 ½ 1 1 1 ½
Tanda alterasi yang menyebabkan
B menjadi Bes.
Tangganada selanjutnya adalah 2, nada dasar diambil dari nada ke 4
tangganada sebelumnya(F Mayor) yaitu Bes. Maka tangganada 2 adalah
Bes Mayor.
Berikut cara pembuatan tangganada tersebut :
1. Susunlah terlebih dahulu susunan nadanya
Bes C D E F G A B C
2. Cocokan jaraknya agar berpola 1 – 1 – ½ - 1 – 1 – 1 – ½
Bes C D E
1 1
Seharusnya jarak D-E adalah ½, agar dapat berjarak ½ maka nada E
diturunkan ½ maka menjadi E ( Es )
3. Tangganada Bes yang benar adalah :
Bes C D Es F G A Bes
1 1 ½ 1 1 1 ½
2.6.2.2. Tangganada Diatonis Minor
Bu
82
Tangga nada minor terdiri atas minor asli, harmonis dan melodis. Salah
satu contoh yang sering dipergunakan yakni tangganada minor
harmonis
Susunan nadanya =
A B C D E F G# A
la si do re mi fa sel la
1 ½ 1 1 ½ 1 ½ ½
Cara membuat tangganada minor :
1. Nada ke 5 dari tangganada minor sebelumnya, dijadikan nada pertama
dari tangganada minor baru.
2. Cara yang kedua adalah nada dasar dari tangganada G mayor
diturunkan 1 ½ laras(relatif minor dari G Mayor).
.
G Mayor
Turun 1 ½ nada
E F G
½ 1
Jadi Tangganada selanjutnya nada dasarnya adalah E minor
Cara ini disebut mencari relatif minor.
3. Cocokan dahulu jaraknya
Jarak untuk tanggganada minor:
1 – ½ - 1 – 1 – 1 – 1 – ½ - ½
4. Susunan nadanya menjadi
E F# G A B C D# E
1 ½ 1 1 ½ 1 ½ ½
2.6.2.3. AKOR
83
Akor merupakan sekumpulan nada yang terdiri atas tiga nada atau
lebih yang disusun secara vertikal serta dibunyikan bersama-sama.
1. Trinada
Sekumpulan nada yang disusun secara vertikal dan berdasarkan
interval terts.
a. Susunan Trinada
Terdiri dari dasar, terts dan kuint
Dasar merupakan not yang penting sebagai dasar dari akor.
Sedangkan terts dan kuint adalah not-not berinterval terts dan kuint
diatas dasar.
b. Macam-macam Trinada :
Ada 4 macam trinada yaitu trinada mayor, minor, diminished dan
augmenthed.
- Trinada mayor dibentuk oleh not-not yang berinterval Terts
mayor dan terts minor.
Interval c – e adalah terts mayor
Interval e – g adalah terts minor
- Trinada minor dibentuk oleh not-not yang berinterval Terts minor
dan terts mayor.
Interval d – f adalah Terts minor
Interval f – a adalah Terts mayor
- Trinada diminished dibentuk oleh not-not yang berinterval terts
minor dan terts minor.
Bu
84
Interval d – f adalah Terts minor
Interval f – as adalah Terts mayor
- Trinada augmenthed dibentuk oleh not-not yang berinterval terts
mayor dan terts mayor.
Interval f – a adalah Terts mayor
Interval a – cis adalah Terts mayor
c. Susunan Trinada dalam tangga nada Mayor.
Nama tingkatan akor :
I. Tonik V. Dominan
II. Supertonik VI. Submediant
III. Mediant VII. Leading not
IV. Subdominant
Susunan Trinada dalam tangga nada Minor Harmonik
2. Akor 7 (caturnada) / akor Septim
Sebuah trinada yang mendapat tambahan sebuah not diatasnya yang
interval antara dasar dan not ke tujuh adalah septim.
85
a. Akor septim dalam tangga nada Mayor
b. Akor septim dalam tangga nada Minor Harmonik
2.6.2.4. Cara menentukan akor pada lagu
Pertama yang harus kita lakukan adalah melihat dulu nada dasar dari
lagu yang akan dicari akornya, dengan melihat akhir lagu dan sesuaikan
dengan tanda mulanya.
Misalnya ada sebuah lagu ditulis do = C maka berarti lagu tersebut akan
menggunakan Akor-akor yang terdapat dalam tangganada C Mayor : C
– D – E – F – G – A – B – C.
C Dm Em F G Am ( Bo )
atau jika ditulis dalam bentuk tingkatan nada adalah :
I II III IV V VI ( VIIo)
ini adalah sudah seperti rumusan yang berarti berlaku untuk setiap nada
dasar.
o = adalah diminished
Tingkat I, IV, dan V adalah akor mayor
Tingkat ke II, III, dan VI adalah akor minor
Tingkat VII membentuk akor diminished dan seterusnya sesuai dengan
urutan nadanya.
Contoh : Jika terdapat sebuah lagu dengan nada dasar do=G, maka akorakor
yang dapat digunakan pada lagu tersebut adalah :
Tingkat I nya adalah G berarti akor G
Bu
86
Tingkat II nya adalah A berarti akor Am
Tingkat III nya adalah B berarti akor Bm
Tingkat IV nya adalah C berarti akor C …. dan seterusnya.
Jika kita lihat akor-akor utama / mayor yang terbentuk di dalam satu tangga
nada tersebut adalah di tingkat I. IV dan V yang berarti kalau do = C maka
akor-akor utamanya adalah akor C, F dan G. Jika do = G berarti akor-akor
utamanya adalah (tingkat I, IV dan V) akor G, C dan D dan seterusnya
berlaku sama untuk setiap tangganada.
Sekarang akor-akor itulah yang akan digunakan untuk sebuah lagu.
1. Pertama-tama kita dapat dengan mudah menentukan akor awal / akor
pertama dari sebuah lagu. Yakni dengan melihat akor pertama dan
terakhir dari lagu tersebut. Akor awal adalah akor pertama dari lagu yaitu
ketukan ke Satu dari lagu atau garis bar pertama dan akor terakhir adalah
ketukan ke Satu dari bar / kotak terakhir pada lagu dan artinya akord itu
merupakan nada dasar dari lagu tersebut. Hal ini dapat kita amati pada
bar awal dan akhir dari contoh lagu berikut ini:
Awal lagu
Akhir lagu
2. Pada melodi yang belum ada akornya akan kita gunakan akor-akor yang
ada di tangganada dasar dari lagu tersebut, prioritas adalah
menggunakan akor-akor tingkat I, IV dan V. Apabila menurut kita akorakor
tersebut tidak sesuai dengan melodinya maka kita harus
menggunakan akor minor yang terdapat di tangganada dasar lagu yang
bersangkutan, yaitu tingkat II, III, dan VI. Cara meletakan akornya adalah
bisa kemungkinannya :
- satu akor di tiap bar
- dua akor di dalam satu bar
- bisa juga satu akor lebih dari satu bar
(misalnya satu akor memakai dua bar / lebih).
Salah satu cara menentukan akor apa yang dipakai adalah dengan
melihat nada yang tepat jatuh pada ketukan yang disebut ketukan “strong
beat” yaitu nada yang jatuh pada ketukan ke satu dan ke tiga dalam satu
bar, juga dengan cara melihat/menganalisa nada-nada di tiap ketuk yang
87
terdapat didalam bar/kotak yang akan kita cari akornya lebih dominan
membentuk ke akor apa saja.
2.6.3. Penerapan Akor pada Instrumen Keyboard
Pertimbangan dimasukannya Keyboard dalam kurikulum dikarenakan
pertimbangan fenomena kesenian yang hidup di masyarakat atau telah
dikenal luas di masyarakat, serta karena sifat kepraktisan dalam
pembelajaran yang tidak membutuhkan waktu yang bertahun-tahun.
Program keahlian keyboard adalah kompetensi yang dibutuhkan dunia kerja
pada bidang musik.
Tabel. 2.1. Kompetensi Keterampilan Keyboard
Standar kompetensi Level kualifikasi Jenjang pendidikan
A. Memainkan keyboard Pemain tingkat Madya
S M K
B. Mengoperasikan
program MIDI
Operator
Alat Musik Elektronik
Alat musik electrophone adalah alat musik yang ragam bunyi atau
penguat bunyinya disebabkan adanya daya listrik.
Keyboard dalam kaitannya dengan penampilan panggung pertunjukan musik
pop tentulah membutuhkan kekhususan. Alat musik ini dirancang untuk sajian
musik bagi jangkauan jumlah besar penonton di lapangan terbuka atau dalam
ruangan luas. Alat-alat elektronik kini menjadi jawaban atas kepentingankepentingan
tersebut, alat musik inipun diciptakan memiliki produksi suara,
instrumen macam-macam, praktis, yakni memainkan alat ini pemain dapat
menciptakan permainan bersifat band ataupun orchestra kecil.
Sebelum kita memainkan keyboard kita terlebih dahulu mengenal
tombol-tombol keyboard, keterangan di bawah ini adalah khusus untuk
keyboard merk Yamaha, pengoperasian setiap keyboard berbeda tergantung
dari jenis produk dan jenis serinya.
Bu
88
2.6.3.1. Mempelajari Tombol-tombol Keyboard
1. TOMBOL VOICE terbagi menjadi 3 yaitu : A. main voice }
B. layer voice } upper
C. left voice } lower
A. Main voice (right 1) : Tombol yang memfungsikan kerjanya
Suara satu pada keyboard (pilihan
suaranya sangat banyak, tergantung
dari kategori instrumen yang kita pilih).
B. Layer voice (right 2) : Tombol yang memfungsikan kerjanya
Suara dua pada keyboard, jadi dengan
itu kita bisa tekan tuts keyboard
bersamaan disatu tempat dengan suara
89
instrumen beda (dobel) sehingga layer
voice menjadi suara kedua dari main
voice (sama halnya dengan main voice,
pilihan suaranya sama banyaknya dan
bisa diatur sesuai kemauan kita menurut
instrumen yang kita pilih).
C. Left voice : Tombol yang memfungsikan kerjanya
suara keyboard pada bagian kiri dengan
batas range tertentu dan pilihan kategori
suara instrumen tertentu yang dibatasi
split point (sama halnya dengan main
voice dan layer voice pilihan suaranya
sama banyaknya juga bisa diatur sesuai
kemauan kita menurut instrumen yang
kita pilih).
2. STYLE (Irama) : Permainan rhythm (iringan) sekaligus
background (accompaniment/latar) musik yang
terdiri dari beragam jenis musik, dan bisa juga
dibilang musik pengiring yang digunakan saat
kita memainkan melodi dengan tangan kanan,
dan akor berikut rhythm dengan tangan kiri. Di
dalam style ini sendiri terdapat channel-channel
yang berisi permainan drum rhythm.
Bagian-bagian Style :
- Accompaniment : tombol untuk mengaktifkan background musik
yang sesuai dengan style pilihan kita.
- Break : variasi permainan drum rhythm untuk style yang pada tiap
masanya sama.
- Intro : musik pada awal lagu sebelum masuk melodi lagu.
- Main : pilihan variasi musik untuk style agar permainan semakin
lengkap dan penuh.
- Ending : musik pada akhir lagu dan menjadi tanda berakhirnya lagu
setelah melodi lagu.
Bu
90
- Auto fill in : variasi rhythm yang fungsinya sama seperti break dan
akan aktif pada saat menekan main.
- OTS Link : tombol yang secara otomatis mengubah voice disaat
memainkan main pada one touch setting.
- Sync stop : tombol yang menghentikan musik sesaat setelah kita
mengangkat akor yang dimainkan.
- Sync start : tombol yang mengaktifkan style saat akor dimatikan.
- Start + stop : tombol yang menyebabkan style akan aktif langsung
untuk memulai.
3. MEMILIH STYLE DAN USER :
Tempat yang dipakai untuk menyimpan data hasil modifikasi atau
buatan kita sendiri.
User terdiri dari : User style
User song
4. ONE TOUCH SETTING
Tombol yang jika kita tekan maka beberapa pilihan setting suara yang
sesuai dengan style yang kita pilih akan tersedia secara otomatis.
5. MUSIC FINDER
Music finder : tombol yang berfungsi untuk setting otomatis sebuah lagu
yang ingin kita mainkan, jadi bukan hanya setting suara, tapi juga
91
setting style, tempo, efek dan sebagainya (kita bisa menyimpan 400
setting dan bisa kita pilih sendiri sesuai lagu yang akan dimainkan).
6. REGISTRATION MEMORY
Tempat penyimpanan setting yang aman, terdiri dari 8 tempat memory
yang ditulis dalam urutan angka.
7. TRANSPOSE
Tombol yang berfungsi sebagai pengubah nada dasar, jika ingin
memainkan ½ nada kita tekan + satu kali, jika ingin menurunkan ½
nada kita tekan – satu kali.
8. SONG
Lagu jadi yang sudah dibuat, sehingga kita hanya menekan tombol
Play, dan dengarkan menurut pilihan lagu yang kita pilih. Lagu yang
dimaksud disini adalah midifile. Midifile tersebut bisa diperoleh dari
Sample Song di dalam keyboard, download file dari internet, atau hasil
Bu
92
rekaman permainan sendiri, teman atau guru anda, yang disimpan
dalam smart card atau floppy disk.
9. MULTI PAD
Multi Pad bisa digunakan untuk memainkan sebuah permainan pendek
yang berupa rhythm atau rangkaian melodi, yang dapat menambah
variasi permainan kita. Multi Pad dikelompokkan dalam grup-grup atau
“BANK” dimana tiap-tiap BANK berisi 4 tipe permainan.
10. METRONOME
Metronome yang terdapat di
keyboard akan memberi
panduan menghitung birama
saat belajar musik. Panduan
tersebut berupa suara klik
yang berbunyi seiring ketukan
birama dan tempo yang sudah
anda tentukan.
11. SCORE
Anda bisa melihat notasi dari lagu yang telah anda pilih dengan
menggunakan fungsi SCORE, dengan melihat notasi lagu midifile yang
93
telah anda pilih, anda berlatih atau memainkan lagu tersebut tanpa
memerlukan buku atau cetakan lagu tersebut.
223.263.13 .2 Mempraktikan dengan lagu
Bu
94
95
Bu
96
97
Bu
98
99
Bu
100
101
Bu
102
103
Bu
104
105
Bu
106
107
Bu
108
109
Bu
110
111
Bu
112
113
Bu
114
115
Bu
116
117
Bu
118
119
Bu
120
121
2.6.4. Teknik Memainkan Gambang Kromong
Nada Gambang
. . . . . . . . . . . .
5 6 1 2 3 5 6 5 6 1 2 3 5 6 5 6 1 2 3 5 6
Nada yang digunakan sebgai standar dalam gambang adalah nada D.
Terdiri dari 18 bilah kayu yang merupakan oktaf (gembyang) yang berulang,
dari nada yang rendah sampai ke nada tinggi, lebih kurang 3 ½ oktaf
(gemyang).
Pola iringan gambang kromong adalah baku.
Pola iringan nada 1 (Do) adalah :
__ __ __ __
15 35 05 35
__ __ __ __
16 36 06 36
Pola iringan nada 2 (Re) adalah :
__ __ __ __
25 25 05 25
__ __ __ __
25 35 05 35
Pola iringan nada 3 (Mi) adalah :
__ __ __ __
35 35 05 35
__ __ __ __
36 36 06 36
Pola iringan nada 5 (Sol) adalah :
__ __ __ __
55 35 05 35
Pola iringan nada 6 (La) adalah :
__ __ __ __
66 36 06 36
Ragam Tabuhan
Dilagu
Dicaruk (dikotek)
Di gemyang
Bu
122
Pola Kotekan Kromong
Nada pada Kromong
Pencon bagian atas 6 5 3 2 1
Pencon bagian bawah 2 3 1 5 6
Pola nada 1 (Do)
__ __ __ __
15 35 05 35
__ __ __ __
16 36 06 36
Pola nada 2 (Re) adalah :
__ __ __ __
25 25 05 25
__ __ __ __
25 35 05 35
Pola nada 3 (Mi) adalah :
__ __ __ __
35 35 05 35
__ __ __ __
36 36 06 36
Pola nada 5 (Sol) adalah :
__ __ __ __
55 35 05 35
Pola iringan nada 6 (La) adalah :
__ __ __ __
66 36 06 36
Lagu yang selalu dinyanyikan dalam setiap permainan gambang Kromong
disebut lagu Sayur, instrumentalia musik yang dimainkan tanpa nyanyian
disebut Phobin.
PRAKTIK MEMAINKAN GAMBANG KROMONG
1. GAMBANG KROMONG
Seperti telah dibahas pada Bab sebelumnya bahwa ansambel
Gambang Kromong terdiri dari instrumen pokok Gambang, Kromong,
Gong, Kempul, Kecrek serta alat musik gesek seperti Tehyan,
Kongahyan dan Sukong. Tetapi dewasa ini sudah mulai ada perubahan
alat seperti Ningnong (digantung), gitas Bas, Drum dan Keyboard. Pada
bahasan akan dibahas alat pokoknya saja. Dengan contoh lagu Kicirkicir
diharapkan bisa mewakili untuk memainkan lagu-lagu Gambang
Kromong yang lain. Syair lagu yang terdapat dalam lagu kicir-kicir
berupa sajak. Bisa AB-AB atau AA-BB.
Kerangka lagu kicir-kicir adalah sebagai berikut :
123
Intro :
__ __ __ __ P P
03 35 | 3 . 2 22 3 ||: (2) . . . | 3 . . . |
P P P P
| (1) . . . | 3 . . . | (6) . . . | 3 . . . |
P P
| (5) . . . | 3 . . . :||
Jalannya sajian adalah sebagai berikut, intro dilakukan oleh instrumen
Gambang dan Kromong secara berbarengan nada intro adalah :
__ __ __ __
03 35 3 . 2 22 3 (2)
Instrumen lain masuk dan nada 2 (re). Pada bagian lagu akan dibahas
satu persatu cara memainkannya.
GAMBANG, setelah melakukan intro instrumen Gambang memainkan
lagu dengan pola kotekan yang mengacu pada jatuhnya nada . pola
kotekan adalah sebagai berikut 05 35 dan 06 36 untuk jatuh nada 1
(do), 2 (re), 3 (mi) dan 5 (sol) pola kotekannya menggunakan 05 35
sedangkan untuk jatuh nada 6 pola kotekannya menggunakan 06 36.
Nada yang ada dalam instrumen Gambang adalah sebagai berikut
dimulai dari sebelah kiri atau nada paling rendah.
5 6 1 2 3 5 6 1 2 3 5 6 1 2 3 5 6 1
untuk lebih jelasnya lihat pertitur lagu dan tabuhan Gambang di bawah
ini :
__ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __
| 03 35 | 3 .2 22 3 | (2)5 35 . 5 35 | 35 35 .5 35 |
__ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __
| (1)5 35 .5 35 | 35 35 .5 35 | (6)6 36 .6 36 | 36 36 .6 36 |
| (5)5 35 .5 35 | 35 35 .5 35 |
Wilayah jatuhnya nada Wilayah nada untuk kotekan
Jatuhnya nada Pola kotekan
Bu
124
KROMONG, nada yang terdapat dalam instrumen Kromong adalah :
Cara memainkannya sama dengan instrumen Gambang yaitu dengan
pola kotekan
Nada untuk kotekan adalah nada yang terdapat dalam instrumen di
atas, sedangkan nada jatuhnya adalah nada yang ada dibawah. Berikut
tabuhan instrumen kromong :
__ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __
| 03 35 | 3 .2 22 3 | (2)5 35 . 5 35 | 35 35 .5 35 |
__ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __
| (1)5 35 .5 35 | 35 35 .5 35 | (6)6 36 .6 36 | 36 36 .6 36 |
| (5)5 35 .5 35 | 35 35 .5 35 |
GONG dan kempul untuk pola tabuhan Kempul dan Gong lihat pada
kerangka lagu kicir-kicir di atas. Tanda P diatas not menunjukkan
tabuhan Kempul sedangkan tanda ( . ) adalah tabuhan Gong. Setiap
satu gong terdiri dari 2 tabuhan kempul.
Wilayah nada untuk kotekan
6 5 3 2 1
2 3 1 5 6
Wilayah jatuhnya nada
Jatuhnya nada Pola kotekan
125
KECREK, pola tabuhan kecrek adalah sebagai berikut : .x xx .x xx .x
xx dan seterusnya sama. Lihat penerapannya pada cuplikan lagu kicirkicir.
__ __ __ __
03 35 3 .2 22 3 (2) . . . 3 . . .
__ __ __ __ __ __ __ __
Kecrek : xx .x xx .x xx .x xx .x
Mulai menabuhnya dan nada 2 (re) yang dipukul dua kali, penekanan
pukulannya pada hitungan ke I dan ke III.
NINGNONG, adalah sejenis kempul yang ukurannya lebih kecil.
Instrumen ini letaknya dengan cara digantung. Urutan nada yang diatas
dari kiri adalah nada 1, nada 6 dan nada 5 lalu yang dibawah nada 3,
nada 2 dan nada 1 rendah. Tabuhan Ningnong kita simbulkan dengan
tanda N diatas not. Ningnong berfungsi untuk menguatkan rasa seleh
atau jatuhnya nada aksen. Lihat penerapannya pada lagu kicir-kicir di
bawah ini :
__ __ __ __ N N
03 35 | 3 .2 22 3 ||: (2) . . . 3 . . .
N N N N
|(1) . . . | 3 . . . | (6) . . . | 3 . . . |
N N
|(5) . . . | 3 . . . :||
KENDHANG, fungsinya sebagai pengatur tempo/irama. Pola
tabuhannya adalah seperti bahasan di atas. Penerapannya dalam lagu
Kicir-kicir adalah :
__ __ __ __
03 35 3 .2 22 3 (2) . . . 3 . . . 1
Bu
126
Jali-Jali
Transkrip oleh Tuti Tarwiyah
127
Sirih Kuning
Transkrip oleh Tuti Tarwiyah
Bu
128
Kicir-Kicir
Transkrip oleh Tuti Tarwiyah
129
2.6.5. Teknik Memainkan Gamelan
Untuk tahap awal menabuh gamelan Jawa dapat dimulai dalam
bentuk Gendhing yang sederhana yaitu bentuk Lancaran. Lancaran sifatnya
riang dan bisa menceritakan suasana gembira. Kemudian dalam bentuk
Lancaran ada yang tidak memakai vokal (instrumentalia) dan ada yang
memakai vokal.
Di bawah ini penjelasan cara memainkan gamelan :
Lancaran Kebo Giro berfungsi untuk penyambutan tamu besan,
pada upacara resepsi pernikahan adat jawa. Jalan sajiannya adalah sebagai
berikut:
Bagian Buka, buka ialah nada yang ditabuh untuk memulai suatu gendhing
dan biasanya dilakukan oleh ricikan Rebab, Gender, Kendhang dan Barung
Barung.
Pada gendhing bentuk lancaran buka dilakukan oleh rincikan Bonang Barung,
titik atas dan titik bawah pada not menunjukkan pukulan dimana saat
melakukan buka. Jadi bila ada not titik bawah artinya nada yang dipukul juga
nada yang ada diricikan bawah. Susunan nada dalam Bonang Barung Pelog
adalah sebagai berikut :
4 6 5 3 2 1 7
7 1 2 3 5 6 4
Atas
Bawah
Bu
130
Setiap bentuk Lancaran gatra terakhir sudah mulai dengan gembyang
cegatan, lihat contohnya :
Nada awal ditabuh satu-satu sesuai not dan letaknya kemudian di gatra
terakhir atau gatra keempat sudah gembyang cegatan. Instrumen kedua yang
masuk adalah instrumen kendhang mulai dari gatra ke tiga, lihat contohnya :
Setelah itu semua instrumen masuk dan nada 5 atau paling belakang. Jadi
kesimpulannya adalah pada bagian buka dilakukan oleh Bonang Barung lalu
diteruskan oleh Kendhang dan semua instrumen baru masuk pada nada
terakhir. Bagian gendhing, Lancaran Kebo Giro terdiri dari 4 baris dimulai dari
baris 1 sampai keempat lalu balik ke baris 1 dan begitu seterusnya sampai
pada suwuk (berhenti).
Dibagian gendhing kita mulai pembahasan dan instrumen :
1. Bonang Barung, setelah melakukan buka kemudian Bonang Barung
memainkan lagu dengan pola gembyang cegatan, yaitu setiap gatra
ditabuh dua kali dengan patokan gembyangnya nada yang dibelakang.
Lihat contoh di bawah ini :
131
Pukulan Bonang Barung tidak berbarengan dengan ricikan Balungan
(Demung, Saron, Slenthem) jika dalam memukulnya berbarengan maka
tabuhan Bonang Barung salah. Begitu seterusnya sampai gendhingnya
berhenti.
2. Bonang Penerus, pola tabuhan dalam bentuk lancaran irama lancaran
sama dengan pola pada Bonang Barung yaitu Gembyang cegatan,
tetapi praktek menabuhnya tentu saja tidak sama cuma namanya saja
yang sama. Untuk lebih jelasnya, lihat di bawah ini :
Bu
132
3. Kendhang, kendhang bertugas sebagai pamurba irama, artinya cepatlambat,
mulai-berhentinya sebuah sajian gendhing tergantung pada
kendhang. Untuk bentuk lancaran pola kendhangan ada 4 macam yaitu
cengkok A, B, C dan D (lihat pada bab di atas). Kemudian
penerapannya pada lancaran Kebo Giro adalah sebagai berikut :
setelah buka baris I dengan pola A, baris II dengan pola B III dengan
pola B dan baris IV dengan pola C ini pada putaran pertama, kemudian
pada putaran kedua dan seterusnya baris I dengan pola B, baris II
dengan pola B, baris III dengan pola B dan baris IV dengan pola C,
artinya pola A hanya dipakai sekali setelah buka. Untuk lebih jelasnya
dapat dirumuskan sebagai berikut :
Putaran 1 : A,B,B,C
Putaran II dan seterusnya : B, B, B, C
Kebetulan Lancaran Kebo Giro hanya terdiri dan dan 4 baris jadi
gambaran pola kendhangannya seperti tersebut di atas. Kalau misalnya
ada lancaran yang terdiri dari 3 baris berarti pola kendhangannya
adalah :
Putaran 1 : A,B,C
Putaran II dan seterusnya : B, B, C
Begitu juga apabila bentuk lancaran yang terdiri dan 5 baris berarti
dapat dirumuskan sebagai berikut:
Putaran 1 : A,B,B,B,C
Putaran II dan seterusnya : B, B, B, B, C
Pola C dinamakan juga cengkok salahan artinya untuk memantapkan
rasa seleh dan hanya digunakan pada baris terakhir tapi bentuk
lancaran. Kemudian pola D atau suwukat digunakan untuk
133
memberhentikan gendhing. Pola D penggunaanya pada baris terakhir,
yaitu jika kendhang sudah menggunakan pola D maka tidak lagi
menggunakan pola C dan artinya gendhing tersebut akan berhenti
dengan ciri pada baris terakhir tempo semakin pelan yang tentu saja
diatur oleh kendhang.
4. Gong, termasuk dalam golongan ricikan struktural artinya
penempatannya dalam sebuah gendhing mempengaruhi jenis gendhing
tersebut. Ricikan Gong terdiri dan 2 macam yaitu gong gedhe dan gong
suwukan. Gong gedhe nadanya 3 dan 5 sedangkan gong suwukan
nadanya 2, 6, 1 dan 7. Dalam jenis Lancaran kita bisa memakai Gong
Gedhe salah satu dan Gong Suwukan dengan nada 2 saja. Gong
Gedhe ditabuh hanya setelah buka dan pada baris terakhir nada
terakhir, sedangkan Gong Suwukan ditabuh pada tiap akhir baris
kecuali baris terakhir. Untuk lebih jelasnya lihat penerapannya pada
bentuk Lancaran Kebo Giro di bawah ini :
Ket : hal ini brlaku untuk setiap bentuk lancaran
5. Kempul, Kempul Laras Pelog terdiri dari nada 6, nada 5, nada 3, nada 1
dan nada 7. Dalam lancaran Kebo Giro kita bisa memakai kempul
dengan nada 6 saja dan cara menabuhnya berbarengan dengan
jatuhnya nada. Tabuhan kempul bisa disimbolkan dengan tanda atau P
yang terletak di atas not. Contoh :
Bu
134
6. Kenong, nada dalam Kenong Laras Pelog adalah nada 6, nada 5, nada
3, nada 2, nada 1 dan nada 7. Setiap satu baris terdiri dan 4 kali
tabuhan dan menabuhnya mengikuti jatuhnya nada atau mengikuti nada
di bawah tanda symbol Kenong. Tabuhan Kenong biasa disimbolkan
dengan tanda atau N yang terletak di atas not Contoh: 5 berarti nada
yang ditabuh kenong juga nada 5 atau 2 berarti nada yang ditabuh
kenong adalah nada 2 dan seterusnya. Lihat penerapannya pada
Lancaran Kebo Giro di bawah ini :
7. Demung, Saron dan Slenthem, termasuk dalam jenis ricikan balungan,
nada-nada yang ada didalamnya adalah : 1 2 3 4 5 6 7 untuk laras
pelog sedangkan untuk laras slendro nadanya adalah; 6123561. Cara
menabuhnya adalah tangan kanan untuk menabuh sedangkan tangan
kiri untuk "mathet" atau memegang setelah nada ditabuh. Tetapi tidak
setelah ditabuh langsung dipegang melainkan berbarengan dengan
tangan kanan menabuh nada berikutnya. Contoh : .6.5 .3.2 .3.2 .6.5
pertama tangan kanan menabuh nada 6 terus nabuh nada 5, pada saat
tangan kanan nabuh nada 5 maka tangan kiri memegang nada 6,
selanjutnya tangan kanan menabuh nada 3 baru tangan kiri memegang
nada 5 dan seterusnya. Jadi tangan kiri mengikuti kemana tangan
kanan menabuh nada.
Di atas sudah dibahas Jenis Lancaran yang tidak memakai vokal,
sekarang akan kita bahas jenis Lancaran yang memakai vokal. Jenis
Lancaran mi pola tabuhan instrumen Balungan, Gong dan Kendhang
tetap sama. Untuk Bonang Barung, Bonang Penerus, Kenong dan
Kempul, tabuhan dan pola sama tetapi yang berbeda hanya nadanya
saja. Untuk jenis gendhing yang memakai vokal kita pakai Lancaran
Gugur Gunung di bawah ini :
135
Untuk ricikan Bonang Barung, Bonang Penerus, Kempul dan Kenong
cara menafsirkan nada tabuhannya adalah tiap 2 gatra. Kalau yang
tidak memakai vokal penafsiran nada tabuhannya tiap 1 gatra.
Bu
136
2.6.6. Teknik Memainkan Kacapi
Perkembangan dimasukannya Kacapi sebagai kurikulum
dikarenakan pertimbangan fenomena kesenian yang hidup di masyarakat,
atau dikenal luas di masyarakat.
Tabel. 6.2. Peta Unit Kompetensi Keterampilan Kacapi
Level Jenjang Pendidikan
Purwana
Yuwana
Madya
S M K
Madya
Utama
Purna
Diploma
Kacapi merupakan alat musik petik (waditra) yang memiliki (dawai)
sebanyak 7 sampai 20, bahkan bisa lebih, karena pengaruh keperluan teknik
terutama kreasi Mang Koko kacapi dapat berjumlah 22 s/d 26 senar,
resonator mengacu dari kayu dan alat petik tersebut ada yang disebut
jentreng, kacapi perahu, kacapi rincik, dan kacapi siter.
Kacapi adalah bentuk akulturasi dari alat musik K’in dari Cina dan
Koto di Jepang. Berikut diuraikan jenis kacapi :
2.6.6.1 Kacapi Yang Mempunyai Fungsi Hiburan
Kacapi Yang Mempunyai Fungsi Hiburan
Kacapi suling
Kacapi suling instrumennya terdiri dari kacapi dan suling,
kacapinya adalah kacapi kawih/siter, sulingnya berlaras da-mi-na-ti-lada
dengan 6 lubang. Kacapi kawih/siter dapat pula dimainkan untuk
permainan individu.
Kesenian kacapi suling: adalah memainkan lagu-lagu
instrumentalia dan pop Sunda. Kacapi berlaras pelog dan slendro atau
berlaras da-mi-na-ti-la-da. Yang berlaras pelog bernuansa lembut dan
yang berlaras slendro bernuansa China, gembira, berlaras lebih tinggi,
oleh karenanya warna suaranya berbeda.
Fungsi seninya :
- Dahulu untuk pengiring upacara siraman dan dahulu untuk
dinikmati bangsawan Cianjur
- Saat ini untuk hiburan
137
Sumber : RRI Jakarta
Gambar 2.47.Kacapi Kawih/Siter berlaras pelog dan slendro
Sumber : RRI Jakarta
Gambar 2.48. Gambar Kacapi Suling
1. Permainan Kacapi Suling Secara Mandiri
Tinjauan dari permainan kacapi yang dapat dimainkan secara
mandiri adalah:
- Kacapi tembang Cianjuran
Fungsi seni tembang Cianjuran adalah sebagai pengiring, berlaras
pelog, slendro dan madenda.
Perangkat instrumennya :
Kacapi perahu (indung): berfungsi sebagai tangan kiri, iringan
atau bas.
Bu
138
Kacapi Rincik :
1) Sebagai melodi
2) Sebagai ketukan irama/tempo
Kacapi Indung sebagai ritem dan bas Sedangkan kacapi
Rincik yang lebih kecil berfungsi sebagai melodi dan sulingnya
sebagai pembawa lagu. Sedangkan permaianan kacapi yang ada
vokalnya atau mamaos disebut kacapi tembang sunda cianjuran.
Salah satu contoh lagu tembang cianjuran seperti lagu “Papatet”
yang dibawakan oleh juru tembang atau disebut siden [juru
mamaos] dalam kacapi tembang
Lagu-lagu dalam tembang sunda seperti lagu “Papatet “ ini
bisa disajikan dengan vokal atau bahkan bisa disajikan dengan
suling saja, yang disebut kacapi suling instrumental.
Sumber : RRI Jakarta
Gambar 2.49. Kacapi Rincik Melodi dan Birama
Sumber STSI Bandung
Gambar 2.50. Kacapi Perahu
139
- Celempungan
Celempungan adalah permainan satu atau dua buah kacapi
siter ditambah instrumen Rebab sebagai pembawa melodi lagu,
instrument kendang yang terbuat dari kayu dan kulit sebagai
pembawa irama, vocal atau juru sinden sebagai pembawa lagu,
dan instrumen gong sebagai pemanteb. Dalam penyajiannya
celempungan biasanya membawakan lagu-lagu yang terikat oleh
birama atau tempo, seperti misalnya lagu “Eslilin” atau “Manuk
Dadali” dan sebagainya.
Sumber : RRI Jakarta
Gambar 2.51. Musik Celempungan
Wanda anyar
Yang dimaksud wanda anyar disini adalah permainan
kacapi kreasi baru, dan permainan kacapi wanda anyar ini lebih
banyak dimainkan pada alat kacapi siter elektrik dua sampai tiga
buah kacapi siter dan dan dalam penyajiannya lebih banyak
membawakan lagu-lagu yang lagi populer ngetren pada jamannya.
Misalnya lagu “Kalangkang” dan “Cinta Ketok Mejik”.
Permainan kacapi instrumental wanda anyar menunjukkan teknik
petikan kacapi dan macam-macam tekniknya.
Ciri khas dari petikan wanda anyar ini adalah :
Aransemen dan gelanyu sebagai jembatan antar melodi
Bu
140
Aransemen yang disukai kaum muda, ekspresif nada-nadanya,
penuh kreasi.
Kaya akan hiasan lagu
Memiliki etude petikan kacapi
Kacapi yang dimainkan adalah kacapi kawih/siter.
2. Permainan Sebagai Pengiring
Petikan-petikan kacapi indung dalam tembang Sunda atau kacapi
suling sangat berperan terutama dalam mengiringi lagu-lagu,
papantunan, jejemplangan, dedegungan dan penambih.
Yang dimaksud dengan papantunan, jejemplangan dan
dedegungan adalah bentuk syair lagu yang dibawakan atau
dinyanyikan secara bebas atau merdeka yang tidak terikat oleh
birama maupun temponya. Contonya : Jenis papantunan dalam
lagu “Papatet”
Daweung di ajar ludeung
Gunung Galunggung kapungkur
Gunung Sumedang katunjang
Talaga sok kawahyahna
Rangkecik ditengah leuweung
Ulah pundung kudisungkun ulah melang teu diteang
Tarima raga wayahna ngancik di nagara deungeun
Sedangkan yang dimaksud dengan panambih adalah lagu
tambahan dari jenis lagu di atas yang dinyanyikan secara teratur
dan terikat oleh aturan birama maupun temponya. Contohnya lagu
“Eslilin”
A. Penjarian
Yang dimaksud penjarian adalah penggunaan jari-jari tangan baik
kanan maupun kiri pada waktu memetik senar kacapi. Untuk
mempermudah dalam penulisannya, tangan kanan dilambangkan
dengan hurup A (besar) dan tangan kiri dengan hurup B (besar).
Sedangkan jari-jarinya baik kanan maupun kiri dilambangkan dengan
huruf-huruf kecil yaitu : Ibu jari (jempol) = a, Telunjuk = b, Jari tengah =
c, jari manis = d dan kelingking = e. Penulisan lambang-lambang jari ini
biasanya diletakkan disebelah kiri susunan nada (melodi gending) yang
akan dimainkan.
B. Sistem dan Nilai Nada
Sistem nada yang digunakan dalam alat petik (kacapi) pada umumnya
meliputi laras salendro, degung (pelog), dan madenda (sorong).
Menurut teori Machyar, yang membedakan tinggi rendah nada dalam
setiap laras, terletak pada intervalnya. Untuk lebih jelasnya perbedaan
141
tersebut lihat figure di bawah dengan menggunakan notasi da-mi-na-tila
(1-2-3-4-5).
.
Laras salendro : 1 . . 5 . . 4 . . 3 . . 2 . . 1 . . 5
. .
Laras degung : 2 1 . . . . 5 4 . . 3 . . . . 2 1 . .
Laras madenda : 4 3 . . . . 2 1 . . . . 5 . . 4 3 . .
. . .
Sedangkan susunan nada yang digunakan dalam alat petik (kacapi)
umumnya dimulai dari nada 1 (da) tinggi (titik satu di bawah). Apabila
disusun sebanyak 20 nada (ke samping dan ke atas) seperti di bawah
ini :
. . . . . .. .. .. .. ..
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
. . . . .
___________ ___________ ___________ ___________
Oktaf tinggi oktaf sedang oktaf rendah oktaf lebih rendah
Nilai nada yang digunakan dalam suatu permainan kacapi kalau ditulis
dengan not angka (notasi da-mi-na-ti-la) adalah sebagai berikut :
1. Not yang berdiri sendiri, bernilai satu ketukan. Contohnya 1 2 3 4
2. Not yang diberi garis satu di atasnya, bernilai setengah ketukan.
Contohnya 1 2 3 4.
3. Not yang diberi garis dua di atasnya, bernilai seperempat ketukan.
Contohnya 1 2 3 4
Bu
142
Tanda lain yang sering digunakan dalam penulisan notasi gending
kacapi adalah titik ( . ) yaitu untuk memperpanjang nada dan tanda
istirahat ( 0 ) yaitu tanda untuk berhenti mengeluarkan suara atau
berhenti membunyikan nada. Sedangkan nilai dari kedua tanda tersebut
dalam penulisannya sama seperti notasi pada nomor 1, 2 dan 3.
Khusus mengenai titik, apabila diletakkan di belakang not atau di
samping kanan not, maka nilai not tersebut akan bertambah. Contohnya
1 . berarti 1 nilainya menjadi dua ketukan. Apabila penulisan seperti
1 . 0 berarti nilai 1 menjadi satu setengah ketukan, sebab nilai titik dan
tanda istirahat masing-masing setengah ketukan. Dengan demikian
jelaslah bahwa panjang pendeknya nada yang dilambangkan oleh not
angka akan bergantung pada nilainya, seperti telah dicontohkan di atas.
2.6.6.2. TEKNIK PETIKAN KACAPI
Yang dimaksud teknik petikan kacapi ialah cara memainkan kacapi
untuk nenghasilkan komposisi nada (gending) secara optimal. Cara tersebut
meiliputi banyaknya jari-jari tangan yang digunakan serta posisi dan gerakan
jari-jari tangan ketika memetik senar (kawat).
Teknik petikan kacapi yang sering dipergunakan terutama dalam
Celempungan, Jenaka Sunda, Kawih Kacapian, dan Cianjuran, secara global
ada 3 macam yaitu sintreuk-toel dijambret, dan dijeungkalan. Yang
membedakan antara tenik yang satu dengan lainnya, seperti telah disebutkan
di atas, selain banyaknya jari yang digunakan juga posisi dan gerakan jari-jari
tangan ketika memetik senar. Sehingga dengan demikian nada-nada
(gending) yang dihasilkan jari-jari tangan tersebut akan berbeda pu!a. Untuk
lebih jelasnya ketiga teknik tersebut di atas, akan penulis jelaskan satu
persatu berikut contoh latihannya dalam bentuk cacarakan (cara-cara petikan
kacapi), yang materinya mengacu pada tujuan umum yaitu mendidik
mahasiswa agar dapat mendemontrasikan teknik-teknik petikan kacapi ke
dalam bentuk aransemen (instrumental) dan pirigan lagu (iringan lagu).
Adapun penjelasan dan latihannya adalah sebagai berikut:
A. Teknik Sintreuk-toel
1. Pembahasan
Sintreuk-toel adalah teknik petikan kacapi dengan menggunakan dua
jari yaitu telunjuk kanan dan telunjuk kiri. Posisi dan gerakan jarinya adalah:
(1) telunjuk kanan melipat ke daiam, ujung kukunya menyentuh senar dengan
gerakan nyintreuk (menjentik); dan (2) telunjuk kiri agak lengkung ke bawah,
ujung kukunya menyentuh senar dengan gerakan noel (sentuhan dengan
ujung jari), sehingga gerakan dari kedua jari itu menghasilkan komposisi nada
(gending) yang diinginkan. Gerakan tersebut ada yang searah dalam nada
gembyang (oktaf) atau kempyung (akor), ada yang berlawanan dengan nada
yang berlainan, dan ada pula yang seperti saling bersahutan antara telunjuk
143
kanan dan kiri. Fungsi dari masing-masing jari di atas adalah: ada yang
sama-sama sebagai penyaji melodi, ada pula yang telunjuk kanan sebagai
penyaji melodi serta telunjuk kiri sebagai penyaji bass dan lain-lain. Artinya
tergantung pada kebutuhan musikainya.
2.6.6.3. Mempraktikan Memetik Kacapi dengan Melatih Cacarakan
Dalam latihan ini materi-materinya disebut Cacarakan. Sedangkan
tingkat kesulitan dari materinya disusun secara bertahap, yang pada akhirnya
diharapkan mahasiswa itu mampu menyajikan aransemen. Adapun susunan
cacarakannya seperti di bawah ini :
Bu
144
145
Bu
146
147
Bu
148
Taknik sintreuk-toel yang diaplikasikan ke dalam bentuk Cacarakan 1 - 10, di
dalarnnya sudah mencakup teknik penjarian (posisi dan gerakan jari) dan
teknik petikan (ketepatan jari dalam menghasilkan bunyi yang bersih dari
senar yang disentuhnya). Kedua teknik ini pada dasarnya bertujuan melatih
keterampilan tangan untuk sampai pada garap aransemen (gending macakal)
secara baik dan benar.
B. Teknik Dijambret
Teknik Dijambret adalah petikan kacapi yang posisi dan gerakan
jarinya terutama jari-jari tangan kanan, seperti menjambret2 yaitu
membunyikan tiga buah nada secara bersamaan, dengan menggunakan ibu
jari, t elunjuK, dan jari tengah. Sedangkan posisi dan gerakan tangan kiri (ibu
jari dan telunjuk) seperti ngajeungkalan. Fungsi dari kedua tangan tersebut
masing-masing sebagai penyaji iringan (tangan kanan) dan penyaji bass
149
(tangan kiri). Teknik dijambret biasanya digunakan untuk mengiringi lagu-lagu
Sunda yang berirama mars (tempo cepat).
Secara praktis, teknik dijambret hanya memiliki satu motif. Oleh sebab
itu dalam cacarakannya hanya akan berorientasi pada nada yang akan
dimainkan saja, yang dalam istilah tradisinya disebut kenongan. Misalnya
teknik dijambret dalam kenongan 5 (la).
Yang perlu diketahui oleh mahasiswa sebelum mempraktikkan teknik
dijambret adalah pasangan nada dari nada yang dijadikan kenongan.
Pasangan nada tersebut seperti di bawah ini:
Gembyang : 1 2 3 4 5
Pasangan : 3/4 5/4 1/5 2/1 2/3
Kenongan 1 2 3 4 5
Kelompok nada di atas dapat pula dijadikan dasar dalam menentukan
pasangan nada pada petikan tangan kiri di setiap pirigan lagu.
Bu
150
C. Permainan Kacapi Gaya Celempungan dalam lagu Banjaran (laras
pelog), gerakan sedang
151
Keterangan : Pirigan disajikan berulang-ulang sesuai dengan kebutuhan
Bu
152
TES FORMATIF
BAB II
Pilihlah jawaban yang tepat !
1. Tangganada diatonis berasal dari tangga nada ....
a. Yunani
b. Lydis
c. Dons-Frigis
d. Tetrachord
2. Apa yang disebut tangganada diatonis?
a. Susunan nada yang mempunyai jarak 1 dan ½
b. Susunan nada yang bernada 5
c. Susunan nada yang berjarak 2, 1 dan ½
d. Susunan nada yang berjarak ½
3. Notasi pentatonik adalah asli milik bangsa Indonesia yang dibuat oleh ....
a. Machjar Angga Koesoemadinata
b. Haryo Wreksadiningrat
c. Demang Kartini
d. W.R. Supratman
4. Cikal bakal instruen piano yang bernama Harpsichord diciptakan pada
tahun 1707 oleh ....
a. Bartolomeo Christofori
b. Aristoteles
c. Steinway
d. Grand
5. Kesenian gambang kromong, kenong dan tanjidor adalah kesenian khas
daerah ....
a. Jawa Tengah
b. Bali
c. Betawi
d. Kalimantan
6. Gambang kromong adalah kesenian yang mendapat pengaruh dari....
a. India
b. Arab
c. Cina
d. Melayu
153
7. Talempong adalah alat musik tradisional seperti gamelan yang berasal
dari propinsi ....
a. Jawa Tengah
b. Sumatera Barat
c. Lampung
d. Bali
8. Angklung berlaras diatonis disebut juga ....
a. Angklung tradisi Sunda
b. Angklung Pak Poeng
c. Angklung Indonesia
d. Angklung Pak Udjo
9. Alat musik tradisional Indonesia serumpun alat musik Koto adalah....
a. Kacapi
b. Sample
c. Sitar
d. Granting
10. Perbedaan gender dan slentem adalah pada ....
a. Jumlah bilahan
b. Bentuk bilahan
c. Fungsi dalam permainan
d. Cara memainkan
Bu
154
Apresiasi :
1. Apa yang kamu rasakan ketika mendengar suara yang beraturan seperti
suara tetesan air dari ledeng ?
2. Apa yang kamu rasakan jika terdengar suara keras dan cepat, seperti
suara drum yang ditabuh dengan bersemangat ?
3. Bagaimana cara kamu mengenali musik yang kamu dengar adalah musk
Melayu (Riau)
4. Bagaimana cara kamu mengenali musik khas darah Sunda?
5. Bagaimana cara kamu mengenali gamelan yang kamu dengar adalah
gamelan daerah :
- Bali
- Jawa Tengah
- Sumatera Barat
6. Dapatkah kamu mengidentiikasi yang mana musik yang merupakan karya
Bach, dari lagu-lagu yang guru perdengarkan?
A1
Daftar Pustaka
Abdurahman, Maman. 2000. Peranan Kacapi dalam tari Sunda. Bandung:
Sekolah Tinggi Seni Indonesia.
Anas, Biranul. 1995. “Indonesia Indah, Kain-kain Non Tenun Indonesia”,
Jakarta : Yayasan Harapan Kita – BP3 Taman Mini Indonesia Indah.
Anderson, Ronald. 1976. Selecting and Development Media for instruction.
Wiscosin : American Society for Training and Development.
Anim, Suyatna. 1996. Menjadi aktor, Bandung : STB.
Autard-Jaqualine Smith. 1996. Dance composition (ed 3). London : A&B
Black.
___________. 1994. The art of dance in education. London : A&B Black.
___________. 1993 . Teater untuk dilakoni. Bandung : STB.
___________. 2002. Menjadi sutradara. Bandung : STSI.
Balitbang Kerajinan dan Batik. 1991. Pengetahuan teknologi batik.
Yogyakarta.
Balitbang Kerajinan dan Batik. 1991. Teknologi warna batik. Yogyakarta.
Balitbang Kerajinan dan Batik. 2000. Katalog batik Indonesia. Yogyakarta.
Bambang, Yudhoyono. 1984. Gamelan Jawa asal mula makna dan masa
depannya. Jakarta : PT. Karya Unipress.
Bandem, I Made. 1983. Ensiklopedi gambelan Bali Denpasar : Proyek
Penggalian Seni Tradisional dan Kesenian Baru Pemerintah Daerah
Tingkat I Bali.
Bangun, Sem.C. 1997. Aplikasi Estetika Dalam Seni Rupa. Jakarta: Fakulas
Pendidikan Bahasa dan Seni Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Banoe. Pono. 1984. Pengantar Pengetahuan Alat Musik. Jakarta : CV. Baru.
Bram, Palgunadi. 2002. Serat Kanda Karawitan Jawa, Mengenal seni
Karawitan Jawa. Bandung : ITB.
A2
Chandra, Purdi. 2001. Menjadi entrepreneur sukses. Jakarta : PT. Grasindo.
Dewantara, Ki Hadjar. 1967. Kebudayaan II A, Yogyakarta: Majelis Luhur
Persatuan Taman Siswa.
Dewantara, Ki Hadjar. 1977. Pendidikan Edisi I Cetakan ke 2. Yogyakarta:
Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa.
Devi Triana, Dinny, dkk. 2001. Pendidikan seni tari di Sekolah Menengah
Umum. Jakarta : Seminar dan Lokakarya Pendidikan Seni.
Dieter Mack. 1995. Sejarah Musik 2. Yogyakarta : Yayasan Pustaka
Nusantara.
Dwi Kusumawardani. 2005. Metode Pengembangan Seni. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Edi Sedyawati, dkk. 1986. Pengetahuan Elemener Tari dan Beberapa
Masalah Tari. Jakarta: Direktorat Kesenian, Proyek Pengembangan
Kesenian Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Fraser, Lynch Diane. 1991. Discovering and Developing Creativity.
Americans : A Dance Horizons Book Princeton Book Company, Publisher.
Hadi Sumandiyo. 1996. Aspek-aspek dasar komposisi kelompok Yogyakarta :
Manthili. Yogyakarta.
Harimawan. 1993. Dramaturgi, Bandung : CV. Remaja Rosda Karya.
Harmoko. 1993. Tari tradisional Indonesia. Jakarta : Yayasan Harapan Kita,
Jakarta.
Hawkins. Alma M. 1990. Mencipta Lewat Tari. Terjemahan
Y.Sumandiyohadi. Yogyakarta; ISI Yogyakarta.
Herdiati, Dian. 2001. Diktat Kuliah Teori Musik Jurusan Musik UNJ.
Humprey, Doris. 1964. The Art of Making Dances. New York: Charles F.
Woodford and Barbara Pollack.
Humphrey, Doris. 1983. Seni Menata Tari. Terjemahan Sal Murgiyanto.
Jakarta : Dewan Kesenian Jakarta.
I Jzerdraat, Bernard dan Suhendro Sosrowarno. 1954. Bentara Seni Suara
Indonesia. Jakarta : JB Wolters.
A3
I Wayan. 2004. Dibia Pragina. Malang: Sasa Media.
Jacob Sumarjo. 2000. Filsafat Seni. Bandung : IBT Bandung.
Jamalus, 1988. Pengajaran musik melalui pengalaman musik. Jakarta :
Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
Dirjen Dikti, Depdikbud.
Jamal Mld, 1982. Tari pasambahan dan galombang di pesisir selatan.
Padang Panjang : ASKI Padang Panjang.
Jazuli, M. 1994. Telaah teoretis seni tari. Semarang : IKIP Semarang Press.
Kamin, Roger. 2002. An appreciation music. Fourth edition. New York : Mc
Graw Hill.
Kerlogue, Fiona. 2004. The book of batik. Singapore : Archipelago Press.
Koentjaraningrat. 1974. Kebudayaan Mentalitet dan Pembangunan. Jakarta:
Gramedia.
Koesoemadinata R. Machjar Angga. 1969. Ilmu Seni Raras. Jakarta : Pradya
Paramita.
Kraus, Richard. 1969. History of the dance in art an education. Englewood
Cliffs, New Jersey : Prentice Hall. Inc.
Kriya Indonesia Craft. 2007. DEKRANAS.
Kusmayati, 2001. Perubahan seni pertunjukan untuk apa, untuk siapa.
Yogyakarta : Jurnal Penelitian ISI Yogyakarta Vol. 3.
Laban, Rudolf. 1975. Modern education dance. London : MacDonald and
Evans.
La Meri. 1965. Dance composition : The basic elements. Massachusetta :
Jacob’s Pillow Dance Festival, Inc.
Langer, Zussane. 1988. Problematika seni. Terjemahan FX Widaryanto.
Bandung; ISI Bandung.
Lata Mahosadhi. 1997. Art documentation center. Sekolah Tinggi Seni
Indonesia. Denpasar.
A4
Masunah, Juju dan Kawan-kawan. 1998. Perbandingan jenis-jenis angklung
di Jawa Barat. Buku I. Bandung : IKIP Bandung.
Muchlis dan Azmi, 1995. Lagu-lagu untuk sekolah dasar dan lanjutan,
Jakarta; Mustika.
Muhadjir. 1986. Peta Seni Budaya Betawi. Jakarta : Dinas Kebudayaan DKI
Jakarta.
Munandar, Utami. 1996. Mengembangkan bakat dan kreativitas anak
sekolah. Petunjuk bagi para guru dan orang tua. Jakarta : Gramedia
Widiasarana Indonesia Jakarta.
Murgiyanto. Sal. 1983. Koreografi : Pengetahuan Dasar Komposisi Tari.
Jakarta; Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen
Pendidikan Nasional Jakarta.
__________, 1979/80. Topeng Malang Pertunjukan Drama Tari di Daerah
Kabupaten Malang. Jakarta : Proyek Sarana Budaya Departemen
Pendidikan Nasional.
MC Neill, Rhoderick, 1998. Sejarah Musik 1. Jakarta : BPK Gunung Mulia.
Noor Fitrihana. 2007. Proses Batik. http:/batikyogya.wordpress.com/
tag/teknologi.
Parani, Yulianti. 1975. Pengantar Pengetahuan Tari. Jakarta : LPKJ.
Permas, Achsan. 2003. Manajemen Seni Pertunjukan. Jakarta; PPM Jakarta.
Rambat Lupiyoadi. 2002. Enterpreneurship from minset to strategy. Jakarta:
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Riswandi, Tardi. 2002. Diklat Kuliah alat petik kacapi. Departemen
Pendidikan Nasional, Sekolah tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung.
Ruchiat, Rachmat, Singgih Wibisono, Rachmat Syamsudin. 2003. Ikhtisar
Kesenian Betawi. Cetakan Kedua. Jakarta: Dinas Kebudayaan dan
Permuseuman Propinsi DKI Jakarta
Rumadi, A. (Editor). 1991. Kumpulan Drama Remaja. Jakarta: Grasindo,
Gramedia Widiasarana Indonesia.
Rofik, Arif, 2002. Pestetika Tari Warok dalam Perkembangan Budaya Warok
di Ponorogo. Denpasar : Tesis Pasca Sarjana Universitas Udayana.
Sabana, Setiawan. 2007. Makalah Sasaran Pendidikan Tinggi Seni di
Indonesia, Seminar Pendidikan Apresiasi Seni Universitas Negeri Jakarta,
Akademi Jakarta.
A5
Sachari, Agus. 2004. Seni rupa dan desain : membangun kreativitas dan
kompetensi. Jakarta : Erlangga Penerbit.
Samah, Ardi. 1983. Tari rakyat Minangkabau. Padang : Pengembangan
Kesenian Sumatra Barat.
Santoso Hadi. 1993. Gamelan, Edisi Revisi. Semarang : Drahara Prize.
Sanyoto, Sadjiman, Ebdi. 2005. Dasar-dasar tata rupa dan desain (Nirmana)
Yogyakarta : CV. Arti Bumi Intan.
Sejarah batik Indonesia. http:/batikindonesia.info/2005/04/18/ sejarah batikindonesia.
Slater, Wendy. 1990. Teaching modern educational dance. Plyamonth :
Norttoc house.
Smith, Jacquline. 1985. Komposisi tari ; sebuah petunjuk praktis bagi guru.
Terj. Ben Suharto. Yogyakarta : Ikalasti.
Smith. M. Jaquline. 1985. Dance Compisition Practical Guide for Teacher.
London: A&C Block.
Soedarsono. 1977. Tari-tarian Indonesia I. Jakarta: Dirjen Kebudayaan,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
----------. 1986. Elemen-elemen Dasar Komposisi Tari (terj). Yogyakarta:
Lagaligo.
----------. 1998. Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
----------. 1997. Tari Tradisional Indonesia. Jakarta: Harapan Kita
----------.1992. Penganar Apresiasi Seni Tari. Jakarta: Balai Pustaka.
----------. 1976. Pengantar Komposisi Tari. Yogyakarta: ASTI Yogyakiarta.
Soedarsono. 1998. Seni pertunjukan Indonesia di era globalisasi. Jakarta :
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Soedarso SP. 1987. Tinjauan seni : sebuah pengantar untuk apresiasi seni.
Yogyakarta; Suku Dayak Sana.
Suanda, Endo. 2007. Makalah Pendidikan Seni Berbasis Budaya. Seminar
Pendidikan Apresiasi Seni Universitas Negeri Jakarta, Akademi Jakarta.
Sukatmo, Tuti dan Udin Saripudin. 1994. Teori Belajar dan Model
Pembelajaran. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional Jakarta.
A6
Sumarsam. 2003. Gamelan. Intreaksi budaya dan perkembangan musical
Indonesia. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Yogyakarta.
Supanggah, Rahayu. 2002. Bothekan Karawitan I. Jakarta, Masyarakat seni
pertunjukan Indonesia.
Surya Dewi, Ina. 2003. Pengantar tari pendidikan. Makalah Kuliah Perdana
Jurusan Seni Tari FBS Universitas Negeri Jakarta.
Syafi Jatmiko. 2003. Materi dan pembelajaran kertakesi. Jakarta : Universitas
Terbuka Jakarta.
Syarif, Mustika. 1991. Tari rakyat Minangkabau (Makalah) Padang : Makalah
Uniersitas Padang Panjang.
Tambayong. 1999. Dasar-dasar dramaturgi. Bandung : Pustaka Kimia.
Tridjata S. Caecilia. 2005. Dasar-dasar estetika. Fakultas Bahasa dan Seni,
Universitas Negeri Jakarta
Tumbidjo, Datuk. 1984. Seni gerak minangkabau. Padang : Pengembangan
Kesenian Sumatra Barat.
Waluyo, Herman. 2001. Drama, tari dan pengajarannya. Yogyakarta:
Hanindita Graha.
Wardhani, Cut Kamaril dan Ratna Panggabean, 2003, “Tekstil”. Buku Piloting
PSN, Jakarta : Penerbit Semi Nusantara (PSN).
Wiramihardja. Obby AR. 2005. Diktat Angklung. Pa Daeng. Bandung :
Masyarakat musik Angklung.
Wiyanto, Asul. 2008. Terampil Bermain Drama. Jakarta: Grasindo, Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Wong, Wucius. 1994. Principal of two dimensional design. New York: Van
Nostrand Reinhold.
Yampolsky, Philips. 2001. Konsep pendidikan apresiasi seni nusantara.
Makalah Seminar dan Lokakarya Pendidikan Seni 18-20 April.
B1
Glosari
Aesteties : bersifat indah, karya seni yang indah, nilai-nilai
keindahan.
Aliran : ciri ekspresi personal yang khas dari seniman dalam
menyajikan karyanya – isi karya (makna).
Alur : rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin dengan
seksama dan menggerakkan jalan cerita melalui
kerumitan cerita kearah klimaks dan penyelesaian.
Antagonis : tokoh pertentangan, lawan tokoh protagonist.
Anti Tips Casting : pemilihan pemain berlawanan dengan sifat asli pemain.
Art Seni : kepandaian, sesuatu yang indah, kagunan, anggitan.
Atmos : suasana perasaan yang bersifat imajinatif dalam
naskah drama yang diciptakan pengarangnya. Atau
suasana berkarakter yang tercipta dalam pergelaran
drama.
Babak : bagian besar dari suatu drama atau lakon (terdiri atas
beberapa adegan).
Balance : keseimbangan unsur rupa.
Basics design : dasar-dasar desain, nirmana.
Basics visual : dasar-dasar rupa, rupa dasar.
Blocking : teknik pengaturan langkah-langkah para pemain di
panggung dalam membawakan sebuah cerita drama.
Caarakan : cara-cara petikan kacapi.
Casting : cara pemilihan pemain untuk memerankan suatu tokoh.
Casting by ability : pemilihan pemain berdasarkan kecerdasan,
kepandaian dan keterampilan calon pemain.
Casting by type : pemilihan pemain atas kesesuaian tokoh dengan calon
pemain baik fisik maupun tingkah lakunya.
Casting motional
Temperament : pemilihan pemain berdasarkan kondisi emosi dan
perasaan calon pemain.
Close value : value yang berdekatan/bersamaan dan kelihatan
lembut dan terang.
Colour : warna, color
Colour image : skema warna
Complementer : 2 warna yang berlawanan dalam lingkaran warna
Composition : komposisi unsur rupa
Contrast : tingkat kecerlangan, cerlang.
Craft : kerajinan, keterampilan, seni kriya.
Creativity : bersifat kreatif, dunia kreatif
Cultural identity : jatidiri budaya, identitas budaya
Design : rancangan, karya rancangan, penggambaran, gagas
rancangan, pemecahan rupa, susunan rupa, tata rupa,
konsep rupa, bahas rupa.
Design principles : asas-asas desain.
Diatonis : susunan nada yang mempunyai jarak 1 dan ½
Ekplorasi : latihan-latihan pencarian untuk kebutuhan karya seni.
Eksposisi : bagian awal sebuah lakon atau karya sastra yang berisi
keterangan tentang tokoh dan latar pemaparanpengenalan.
Ekspresionisme : aliran seni yang menampilkan kondisi kedalaman hati/
perasaan.
Empati : keterlibatan kedalam bentuk atau larut dalam perasaan
tokoh.
Expression : mimik, emosi wajah.
Gaya : ciri bentuk luar yang melekat pada wujud karya seni.
Genre kesenian : jenis / bentuk / fungsi seni sebuah pertunjukan
dilakukan.
Gestikuised : bagian aktor memanfaatkan gerak/isyarat tangan untuk
menegaskan apa yang dibicarakan.
Improvisasi gerak : imajinasi spontanitas gerak.
Industrial design : disain produk industri, disain produk, disain industri.
Intensity chroma : kualitas cerah atau suramnya warna.
Karakter : sifat-sifat kejiwaan ahlak atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dengan yang lain, tabiat,
watak.
Komedi : lakon gembira, atau suka cita.
Konflik : berselisih, pertentangan, ketegangan dalam cerita atau
lakon (dua kekuatan atau dua tokoh).
Konsentrasi : pemusatan pikiran.
Konvensional : aliran atau gaya penampilan yang biasa-biasa saja
sesuai dengan kebiasaan yang berlaku.
Lancaran : bentuk lagu yang menentukan letak dan pola tabuhan
semua instrumen dalam gamelan Jawa.
Laku Dramatik : penggayaan kegiatan atau prilaku sehari-hari sehingga
menampilkan sesuatu yang lebih bermakna.
Line : garis
Low value : nilai yang berada dibawahnya.
Musik Internal : musik yang berasal dari tubuh penari itu sendiri (seperti
tepuk tangan, teriakan, hentakan kaki, petikan jari,
dsb).
Musik Eksternal : musik pengiring tari yang berasal dari luar penari
(seperti seperangkat gamelan, orkestra/bunyi-bunyian
yang dimainkan orang lain).
Ostinato : pengulangan pola musik yang sama pada suara bas
(iringan).
Panggung
Proscenium : panggung di gedung pertunjukan yang hanya dapat
dinikmati dari satu arah pandang yaitu dari depan.
B3
Pentatonis : susunan nada yang mempunyai 5 nada, susunan nada
yang berlaras :
Pelog terdengar seperti nada do-mi-fa-sol-si-do.
Slendro terdengan seperti nada re-mi-so-la-do-re.
Pesta Rakyat : kegiatan-kegiatan adat budaya selalu dikaitkan dengan
kejadian penting misalnya : kelahiran, perkawinan dan
kematian dalam suatu masyarakat tertentu dengan
bentuk-bentuk kegiatan seni.
Point of view : titik fokus.
Proportion : proporsi, kepatutan bentuk, idealisasi rupa.
Ricikan : penggolongan instrumen berdasarkan bentuk dan
fungsi dalam komposisinya.
Rubato : perubahan variasi ritme irama dan dinamik sebagai
ungkapan ekspresi pemain (dimainkan sekehendak
pemain)
Seni : kegiatan sadar manusia dengan perantaraan/medium
tertentu untuk menyampaikan perasaan kepada orang
lain.
Skenario : Adalah susunan garis-garis besar lakon drama yagn
akan diperagakan para pemain.
Shade : value warna yang lebih gelap dari warna normal.
Shape : bangun atau bentuk plastis (form)
Stilasi : menyederhanakan gerak dengan meniru gerak alami
(seperti gerak bermain, gerak bekerja, dan lain-lain).
Tarawangsa : istilah satu set perangkat gamelan sunda.
Tari teatrikal : tari yang dikemas untuk pertunjukan yang memiliki nilai
artisitik yang tinggi.
Texture : barik, kondisi permukaan suatu benda atau bahan.
Three dimensional
design : bentuk tiga dimensi, nirmana tiga dimensi.
Tint : value warna yang lebih terang dari warna normal.
Traditional art : Seni tradisi.
Two dimensional
design : bentuk dua dimensi, nirmana dua dimensi, datar.
Unity : kesatuan rupa.
Velue : nilai, bobot.
Visual art : seni rupa
Visual culture : budaya rupa, dunia kesenirupaan.
Visual principles : prinsip-prinsip rupa.
Vituosned : kemahiran luar biasa dalam menguasai teknik
memainkan, membawakan peran.
C1
DAFTAR GAMBAR SENI MUSIK
Bab I
Gambar 1.1. Rumah-Rumah Adat .......................... 1
1.2. Perangkat alat Musik Gamelan Joged
Bumbung (Grantang).......................... 2
1.3. Alat Musik Sampe .............................. 2
1.4. Tifa Maluku ......................................... 2
1.5. Tari Tradisional Saman ...................... 3
1.6. Tari Merak .......................................... 3
1.7. Motif Banjar Kalimantan Selatan ........ 3
1.8. Motif Nusatenggara Timur .................. 3
1.9. Motif Toraja......................................... 4
1.10. Wayang Golek .................................... 4
1.11. Topeng Cirebon.................................. 4
1.12. Pakaian Adat Kalimantan Timur ......... 5
1.13. Pakaian Adat Banjar Kalimanta Selatan 5
1.14. Perak Kota Gede Yogyakarta ............. 5
1.15. Rumah Adat Toraja ............................ 6
1.16. Patane (Rumah Menyimpan Jenazah/
Adat Toraja) ........................................ 7
1.17. Lembu : Tempat Meletakan Mayat di Bali 8
1.18. Bade: Tempat Meletakan Mayat di Bali 8
1.19. Gadis Suku Dayak.............................. 9
1.20. Fungsi Seni......................................... 15
Bab II
Gambar 2.1. Instrumen Musik ................................. 26
2.2. Notasi Rante (Gamelan) ..................... 26
2.3. Komponis Antonio Vivaldi ................... 32
2.4. Komponis Johan Sebastian Buch....... 32
2.5. Harpsichord ........................................ 35
2.6. Grand Piano........................................ 35
2.7. Papan Bilah Nada............................... 36
2.8. Komponis J. Haydn............................. 37
2.9. Komponis W.A. Mozart ....................... 37
2.10. Komponis L.V. Beethoven .................. 37
2.11. Komponis F. Chopin ........................... 38
2.11. Komponis J. Brahms Corbis ............... 38
2.13. Komponis F. Mendeshon.................... 38
2.14. Komponis C. Debussy ........................ 39
2.15. Komponis Bella Bartok ....................... 39
2.16. Komponis G. Gershwin....................... 39
2.17. Ondel-Ondel ....................................... 41
C2
2.18. Gambang Kromong ............................ 42
2.19. Kongahyan, Tehyan dan Sukong ....... 43
2.20. Tanjidor............................................... 43
2.21. Samrah ............................................... 43
2.22. Keroncong Tugu ................................. 46
2.23. Gamelan Gong Gede.......................... 48
2.24. Gamelan Joged Bumbung (Grantang) 48
2.25. Perangkat Gamelan Jawa .................. 49
2.26. Bonang ............................................... 50
2.27. Saron .................................................. 51
2.28. Gender................................................ 51
2.29. Slentem............................................... 51
2.30. Gamelan Carabalen............................ 54
2.31. Denah Penempatan Ricikan Perangkat
Gamelan Carabalen............................ 54
2.32. Denah Penempatan Ricikan Perangkat
Gamelan Ageng.................................. 55
2.33. Perangkat Gamelan Ageng ................ 57
2.34. Angklung............................................. 58
2.35. Notasi Gambar untuk Pembelajaran
Angklung............................................. 60
2.36. Metode Curwen Untuk Pembelajaran
Angklung............................................. 62
2.37. Alat Musik Sampe Kalimantan Timur.. 68
2.38. Penampang Resonator dan Dawai
Sampe ................................................ 69
2.39. Cara Melaras Dawai Sampe............... 70
2.40. Musik Afrika ........................................ 71
2.41. Alat Musik India .................................. 72
2.42. Alat Musik Koto................................... 73
2.43. Alat Musik Yunani............................... 74
2.44. Bagian Tubuh Manusia....................... 76
2.45. Wilayah Suara Manusia...................... 77
2.46. Artikulasi ............................................. 78
2.47. Kacapi Kauh/Siter ............................... 138
2.48. Musik Kacapi Suling............................ 138
2.49. Kacapi Rincik, Melodi, dan Rincik Birama 139
2.50. Kecapi Perahu...................................... 139
2.51. Musik Celempungan............................. 140
C3
DAFTAR GAMBAR SENI TARI
Bab III
Gambar
3.2. Penggunaan Properti.......................... 162
3.3. Mengeksplore Gerak Tubuh untuk
Ruang Gerak ...................................... 162
3.4. Gerak Lari Jingkit (Tridik).................... 162
3.5. Pengolahan Ruang Tari dalam Pentas
Tari ..................................................... 163
3.6. Imitasi Gerak Tari Topeng .................. 163
3.7. Imitasi Gerak Tari Topeng .................. 163
3.8. Gerak Pencak Silat ............................. 163
3.9. Sikap Dasar Tari ................................. 163
3.10. Sikap Kuda-kuda ................................ 164
3.11. Pelemasan Anggota Gerak Tubuh ..... 170
3.12. Eksplorasi Gerak ................................ 170
3.13. Gerak Desain Tertunda ...................... 170
3.14. Penari Mengolah Ruang..................... 170
3.15. Penguasaan Ruang Pentas dan
Ruang Gerak ...................................... 170
3.16. Pengolahan Properti ........................... 172
3.17. Gerak Dalam Memiliki Kesan Dalam.. 172
3.18. Gerak Sedang..................................... 172
3.19. Gerak di Udara ................................... 173
3.20. Gerak Selit .......................................... 173
3.21. Gerak Teknik Sirkile............................ 174
3.22. Gerak Teknik Split .............................. 174
3.23. Gerak Respons................................... 175
3.24. Gerak Sedang..................................... 175
3.25. Kekuatan Lompatan............................ 175
3.26. Penghayatan Tumpukan Kaki............. 176
3.27. Pelebaran Ruang Gerak..................... 176
3.28. Penghayatan Mata.............................. 177
3.29. Penghayatan Gerak............................ 177
3.30. Instrumen Iringan Tari (Bonang)......... 177
3.31. Gerak Tari Terpulout........................... 188
3.32. Gerak Tari Terpulout........................... 188
3.33. Tari Panggung Jati.............................. 188
3.34. Konsep Tradisi Pengembangan ......... 188
3.35. Konsep Tradisi Pengembangan ......... 188
3.36. Konsep Teater Topeng....................... 189
3.37. Tari Perang......................................... 189
3.38. Tari Gejolak ........................................ 190
3.39. Tari Tano Doang................................. 190
C4
3.40. Tari Jepang Rebana ........................... 190
3.41. Tari Seudati ........................................ 191
3.42. Tari Saman ......................................... 191
3.43. Tari Turun Kavih Vhen........................ 191
3.44. Tari Rampak dinan Jombang.............. 192
3.45. Tari Rampak dinan Jombang.............. 192
3.46. Tari Payung ........................................ 192
3.47. Tari Barabah....................................... 193
3.48. Tari Kranag......................................... 193
3.49. Tari Pendet (Bali)................................ 194
3.50. Kresno Baladewa................................ 194
3.51. Topeng Bali......................................... 194
3.52. Merak.................................................. 195
3.53. Pakarena ............................................ 195
3.54. Gambyong .......................................... 195
3.55. Sequence............................................ 196
3.56. Quilinte................................................ 196
3.57. Flash Time.......................................... 196
3.58. Bratasena ........................................... 196
3.59. Cinta Bunda........................................ 196
3.60. Squestrall............................................ 197
3.61. Sekapur Sirih ...................................... 198
3.62. Rangguk ............................................. 198
3.63. Rabot .................................................. 198
3.64. Ngelajau.............................................. 199
3.65. Agon Yamuniku .................................. 199
3.66. Merak.................................................. 199
3.67. Badaran .............................................. 200
3.68. Merak.................................................. 200
3.69. Topeng................................................ 200
3.70. Teater Topeng .................................... 200
3.71. Teater Topeng .................................... 200
3.72. Nyi Kembang ...................................... 200
3.73. Tebal Gempita .................................... 201
3.74. Bahairan ............................................. 201
3.75. Trunajaya............................................ 201
3.76. Topeng................................................ 201
3.77. Gimyak Banyumasa............................ 202
3.78. Polalak ................................................ 202
3.79. Gambyong .......................................... 202
3.80. Gagahan............................................. 203
3.81. Klono Topeng ..................................... 203
3.82. Mbya................................................... 203
3.83. Warok ................................................. 204
3.84. Ngremo............................................... 204
3.85. Ngremo............................................... 204
C5
3.86. Topeng Rangde.................................. 205
3.87. Manukrawa ......................................... 205
3.88. Oleg Tablingan ................................... 205
3.89. Trunajaya............................................ 205
3.90. Abike Aniku......................................... 206
3.91. Abike Aniku......................................... 206
3.92. Kalubu................................................. 207
3.93. Pamilau............................................... 207
3.94. Pamilau............................................... 207
3.95. Assay.................................................. 208
3.96. Laninse ............................................... 208
3.97. Laninse ............................................... 208
3.98. Pakarena ............................................ 209
3.99. Pakarena ............................................ 209
3.100. Perang ................................................ 209
3.101. Jipeng Rebana.................................... 209
3.102. Perang ................................................ 210
3.103. Giring-giring ........................................ 210
3.104. Giring-giring ........................................ 211
3.105. Pamekik .............................................. 211
3.106. Bambu Gila ......................................... 211
3.107. Mbui Dong Po..................................... 212
3.108. Ndaitita................................................ 212
3.109. Tuan Pamekik..................................... 213
3.110. Kecak.................................................. 213
3.111. Sekapur Sirih ...................................... 213
3.112. Sekapur Sirih ...................................... 214
3.113. Ranggak ............................................. 214
3.114. Time Load........................................... 214
3.115. Sequence............................................ 214
3.116. Squarel ............................................... 215
3.117. All Fine................................................ 215
3.118. Time Load........................................... 215
3.119. Ebegan ............................................... 216
3.120. Hung Myung ....................................... 219
3.121. Squarel ............................................... 219
3.122. Baris.................................................... 219
3.123. Cinta Bunda........................................ 220
3.124. Fatamorgana ...................................... 220
3.125. Manuk Rawa....................................... 220
C6
DAFTAR GAMBAR SENI TEATER
Bab IV
Gambar 4.1. Orang Baru.............................................. 230
4.2. Ludruk ..................................................... 230
4.3. Wayang Golek......................................... 231
4.4. Cinta Robot ............................................. 231
4.5. Pramuwisma Stories ............................... 232
4.6. Pertunjukan Teater Arja Bali ................... 233
4.7. Kekawen – Kawin.................................... 234
4.8. Pelajaran ................................................. 235
4.9. Kekawen Kawin....................................... 236
4.10. Lawan Catur ............................................ 238
4.11. Tabib Gadungan...................................... 256
4.12. Kurikulum 2000 ....................................... 257
4.13. Lautan Bernyanyi .................................... 258
4.14. Buruh Tenun............................................ 260
4.15. Raja Mati ................................................. 262
4.16. Petang Di Taiwan .................................... 263
4.17. Si Gila dari Chailote................................. 264
4.18. Pertunjukan “Attac Theatre” .................... 265
DAFTAR GAMBAR SENI RUPA
Bab V
5.1 Seni Lukis............................................................... 290
5.2 Seni Patung............................................................ 290
5.3 Seni Lukis............................................................... 291
5.4 Seni Patung............................................................ 291
5.5 Kursi Hasil Design Produksi................................... 292
5.6 Poster Hasil Design Grafis ..................................... 292
5.7 Perkantoran Hasil Desain Arsitektur Modern ......... 294
5.8 Design Interior........................................................ 293
C7
5.9 Batik Sebagai Seni Kriya........................................ 294
5.10 Macam Jenis dan Karakter Garis ...................... 296
5.11 Bentuk 3 Dimensi yang Dinamis........................ 296
5.12 Figuratif.............................................................. 296
5.13 Bentuk yang Diabstraktif.................................... 299
5.14 Bentuk Non Figuratif(Abstrak).. ......................... 299
5.15 Ruang Positif dan Negatif.................................. 300
5.16 Hue dalam Lingkaran Warna ............................ 301
5.17 Contoh Intensitas Warna .................................. 302
5.18 Tekstur Halus ................................................... 304
5.19 Keserasian Proporsi sebuah Bentuk Trimatra .. 305
5.20 Keseimbangan Warna pada Sebuah Kursi.. ..... 305
5.21 Keseimbangan Simetris .................................... 306
5.22 Keseimbangan Simetris yang Dinamis.............. 307
5.23 Keseimbangan Bentuk dan Warna ................... 307
5.24 Irama pada Bangku Panjang ............................ 308
5.25 Kontras Warna .................................................. 308
5.26 Klimaks pada Karya .......................................... 309
5.27 Lukisan Naturalisme.. ........................................ 311
5.28 Lukisan Realisme ................................................ 311
5.29 Lukisan Romantisme......................................... 312
5.30 Lukisan Impresionisme...................................... 312
5.31 Lukisan Ekspresionisme.................................... 313
5.32 Lukisan Kubisme.. ............................................. 314
5.33 Lukisan Konstruksifisme.................................... 314
5.34 Lukisan Abstrakisme.. ....................................... 315
5.35 Lukisan Dadaisme.. ........................................... 315
5.36 Lukisan Surealisme.. ......................................... 316
5.37 Lukisan Elektisisme.. ......................................... 316
5.38 Lukisan Elektisisme.. ......................................... 317
5.39 Motif Meandur.................................................... 324
5.40 Pembentukan motif pada kain.. ......................... 325
5.41 Contoh Ragam Hias.. ........................................ 325
5.42 Karya dari Kriya Batik.. ...................................... 328
5.43 Kain Non Tenun Indonesia.. .............................. 329
5.44 Bagian-bagian Canting.. .................................... 331
5.45 Ngrengrengi....................................................... 341
5.46 Membolei.. ......................................................... 342
5.47 Memasukan Warna.. ......................................... 342
5.48 Pencelupan........................................................ 342
5.49 Kain Ditiriskan.................................................... 343
5.50 Napthol dan Soda.............................................. 343
5.51 Pencampuran Air Panas.................................... 343
5.52 Larutan ASG + Soda.. ....................................... 344
5.53 Pencelupan ke larutan garam............................ 344
5.54 Pencelupan sampai warna.. .............................. 345
C8
5.55 Bahan-bahan pewarna... ................................... 345
5.56 Pewarnaan kain dengan kuas.. ......................... 346
5.57 Pelorodan.. ........................................................ 347
5.58 Kain diisi kelereng.. ........................................... 350
5.59 Pencelupan ke larutan garam............................ 350
5.60 Meratakan.......................................................... 351
5.61 Pembukaan ikatan jelujur.. ................................ 351
5.62 Pencelupan ke dalam malam... ......................... 352
5.63 Hasil Akhir.. ....................................................... 352
DAFTAR TABEL DAN BAGAN SENI MUSIK
Bab I
Tabel 1.1. Klasifikasi Seni .......................................... 10
Bab II
Tabel 2.1. Laras Slendro dan Pelog ........................... 28
2.3. Propinsi yang Menggunakan Gamelan...... 52
2.2. Penggunaan Bonang dan Sebutannya di
Berbagai Propinsi ...................................... 53
2.3. Belajar Musik Angklung Sistem Nomor ..... 60
DAFTAR TABEL SENI TARI
Bab III
Tabel 3.1. Tabel Gerak Tari Individu............................. 164
3.2. Motif Gerak Tari Berkelompok ..................... 169
3.3. Tabel Hubungan Tari dengan Aktivitas
Manusia ....................................................... 217
DAFTAR TABEL DAN BAGAN SENI RUPA
C9
Bab V
Tabel 5.1 Aspek-aspek Penilaian dalam Apresiasi
Karya Seni Rupa.......................................... 320
Tabel 5.2 Jenis Malam / Lilin ....................................... 324
5.3 Jenis Warna................................................. 335
5.4 Warna Napthol ............................................. 336
5.5 Warna Indigosol ........................................... 337
Bagan 5.1 Cabang-cabang Seni Rupa.......................... 289
DAFTAR TABEL BAB VI
Bab VI
Tabel 6.1. Kaitan Faktor-Faktor Karakter Seorang
Wirausaha ................................................. 357
6.2. Perencanaan Pengembangan Seorang
Wirausaha ................................................. 358
6.3. Struktur Organisasi Persiapan Penyelenggaraan
Pertunjukan ................................... 360
6.4. Struktur Uraian Kegiatan Persiapan
Penyelenggaraan Pertunjukan .................. 360
6.5. Kisi-Kisi Penilaian Hasil Pertunjukan
362
6.6. Struktur Organisasi Grup Teater..................
0 komentar:
Posting Komentar