Wahyu Gatot Budiyanto dkk
KRIYA KERAMIK
SMK
JILID 1
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional
Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional
Dilindungi Undang-undang
KRIYA KERAMIK
Untuk SMK
JILID 1
Penulis : Wahyu Gatot Budiyanto
Sugihartono
Rohmat Sulistya
Fajar Prasudi
Taufiq Eko Yanto
Perancang Kulit : TIM
Ukuran Buku : 17,6 x 25 cm
Diterbitkan oleh
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional
Tahun 2008
BUD BUDIYANTO, Wahyu Gatot
k Kriya Keramik untuk SMK Jilid 1 /oleh Wahyu Gatot
Budiyanto, Sugihartono, Rohmat Sulistya, Fajar Prasudi, Taufiq
Eko Yanto ---- Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
xxxii, 148 hlm
Daftar Pustaka : LAMPIRAN A.
Glosarium : LAMPIRAN L.
ISBN : 978-602-8320-58-0
ISBN : 978-602-8320-59-7
KATA SAMBUTAN
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat
dan karunia Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen
Pendidikan Nasional, telah melaksanakan kegiatan penulisan
buku kejuruan sebagai bentuk dari kegiatan pembelian hak cipta
buku teks pelajaran kejuruan bagi siswa SMK. Karena buku-buku
pelajaran kejuruan sangat sulit di dapatkan di pasaran.
Buku teks pelajaran ini telah melalui proses penilaian oleh Badan
Standar Nasional Pendidikan sebagai buku teks pelajaran untuk
SMK dan telah dinyatakan memenuhi syarat kelayakan untuk
digunakan dalam proses pembelajaran melalui Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 45 Tahun 2008 tanggal 15 Agustus
2008.
Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada seluruh penulis yang telah berkenan mengalihkan hak
cipta karyanya kepada Departemen Pendidikan Nasional untuk
digunakan secara luas oleh para pendidik dan peserta didik SMK.
Buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada
Departemen Pendidikan Nasional ini, dapat diunduh (download),
digandakan, dicetak, dialihmediakan, atau difotokopi oleh
masyarakat. Namun untuk penggandaan yang bersifat komersial
harga penjualannya harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan
oleh Pemerintah. Dengan ditayangkan soft copy ini diharapkan
akan lebih memudahkan bagi masyarakat khsusnya para
pendidik dan peserta didik SMK di seluruh Indonesia maupun
sekolah Indonesia yang berada di luar negeri untuk mengakses
dan memanfaatkannya sebagai sumber belajar.
Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini.
Kepada para peserta didik kami ucapkan selamat belajar dan
semoga dapat memanfaatkan buku ini sebaik-baiknya. Kami
menyadari bahwa buku ini masih perlu ditingkatkan mutunya.
Oleh karena itu, saran dan kritik sangat kami harapkan.
Jakarta, 17 Agustus 2008
Direktur Pembinaan SMK
v
KATA PENGANTAR
PENYUSUN
Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk mempersiapkan sumber
daya manusia yang berkualitas, unggul, tangguh, berteknologi tinggi,
mampu berkompetisi, mempunyai kompetensi yang memadai dan mampu
bersaing secara global. Di dalam era global saat ini di satu sisi membawa
persaingan yang semakin ketat namun disisi lain membuka peluang
kerjasama. Untuk menghadapi persaingan dan memanfaatkan peluang
tersebut maka diperlukan sumber daya manusia yang mampu menguasai
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Pendidikan menengah kejuruan
memainkan peranan yang sangat penting untuk menyiapkan sumber daya
manusia di dalam era global tersebut, karena dengan lulusan yang memiliki
kompetensi akan menjadi tenaga kerja yang mampu berperan sebagai
faktor keunggulan yaitu tenaga kerja yang menguasai ilmu pengetahuan,
memiliki keterampilan tinggi, dan berperilaku profesional.
Proses pembelajaran di sekolah merupakan suatu proses transfer
pengetahuan, keterampilan, dan sikap dari guru kepada siswa. Demikian
juga proses pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) khususnya
program keahlian kriya keramik, bahwa penguasaan kompetensi
(pengetahuan, keterampilan, dan sikap) juga dapat berlangsung sehingga
lulusannya memiliki kompetensi yang benar-benar dikuasai untuk bekal
dalam kehidupannya.
Saat ini buku-buku penunjang mata pelajaran produktif kriya keramik masih
sangat jarang, kalaupun ada buku-buku tersebut ditulis dalam bahasa asing.
Mengingat pentingnya informasi tentang materi pembelajaran kriya keramik,
maka kami mencoba menulis buku kriya keramik yang dapat menjadi
pegangan untuk guru dan siswa dalam proses pembelajaran di sekolah.
Buku kriya keramik ini disusun berdasarkan Standar Kompetensi Nasional
(SKN) serta Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Program Keahlian Kriya
Keramik SMK. Isi buku ini meliputi materi menggambar yang meliputi
membuat nirmana, menggambar teknik, dan menggambar ornament serta
seluruh proses pembentukan keramik yang meliputi pengetahuan umum
tentang keramik; bahan baku tanah liat dan glasir; pengujian tanah liat;
penyiapan bahan tanah liat dan glasir; teknik pembentukan; penerapan
dekorasi dengan tanah liat, slip, dan glasir; teknik pengglasiran; serta
proses penyusunan dan pembakaran benda keramik. Buku kriya keramik ini
juga dilengkapi dengan informasi tentang sejarah keramik, daftar istilah
(glosarium), informasi tentang bahan keramik beracun, serta kesalahan
dalam pembuatan keramik dan perbaikannya. Dengan berpedoman pada
Standar Kompetensi Nasional (SKN) maka diharapkan buku kriya keramik
ini dapat memberikan informasi yang lebih lengkap tentang kompetensi yang
vi
ada pada pekerjaan bidang kriya keramik, untuk itu penguasaan kompetensi
(pengetahuan, keterampilan, dan sikap) diharapkan dapat dicapai melalui
informasi yang ada dalam buku kriya keramik ini. Kami mengharapkan buku
kriya keramik ini bermanfaat bagi guru maupun siswa untuk memahami,
mempelajari dan mempraktikkannya di sekolah
Mengingat banyak cakupan informasi tentang keramik, maka buku ini
mungkin belum dapat disajikan secara lengkap mengingat keterbatasan
yang ada, untuk itu masukan, saran, dan kritik yang membangun untuk
menambah lengkapya buku kriya keramik ini sangat kami harapkan
sehingga buku kriya keramik ini menjadi lebih sempurna dan bermakna bagi
siswa.
Akhir kata kami berharap semoga buku kriya keramik ini dapat bermanfaat
khususnya untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Program Keahlian
Kriya Keramik dalam rangka peningkatan penguasaan kompetensi.
Tim Penyusun
vii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA SAMBUTAN iii
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vii
SINOPSIS xix
DISKRIPSI KONSEP PENULISAN xxv
PETA KOMPETENSI xxix
JILID 1
1. MEMBUAT NIRMANA 1
1.1. Mengeksplortasi garis dan Bidang 6
1.1.1. Garis 6
1.1.2. Bidang 8
1.2. Menggambar huruf 11
1.2.1. Pemahaman terhadap jenis, karakter dan anatomi
masing-masing huruf
11
1.2.2. Menggambar Huruf, Logo, Inisial, dan Slogan 15
1.3. Menggambar Alam Benda 25
1.3.1. Alat dan bahan 25
1.3.2. Menggambar dengan memperhatikan arah cahaya 25
1.3.3. Menggambar dengan arsir/gelap terang 26
1.3.4. Menggambar dengan memperhatikan proporsi dan
komposisi dengan tepat.
27
1.4. Menggambar Flora Fauna 28
1.4.1. Pemahaman obyek-obyek sesuai bentuk dan
karakternya
28
1.4.2. Menggambar flora dan fauna sesuai bentuk, proporsi,
anatomi, dan karakternya.
29
viii
1.5. Menggambar Manusia 31
1.5.1. Menggambar manusia dengan proporsi 31
1.5.2. Menggambar bagian dari tubuh manusia 31
1.6. Membuat Nirmana Tiga Dimensi 33
1.6.1. Ruang lingkup bidang bersaf/berjajar dalam nirmanan
ruang.
33
1.6.2. Konstruksi dan Perakitan 38
2. MENGGAMBAR TEKNIK 41
2.1. Menggambar Proyeksi 43
2.2. Menggambar Perspektif 47
2.2.1. Gambar perspektif satu titik hilang 48
2.2.2. Gambar perspektif dua titik hilang 49
2.2.3. Gambar perspektif tiga titik hilang 49
2.3. Menggambar Gambar kerja 50
2.3.1. Gambar Proyeksi 50
2.3.2. Gambar perspektif 50
2.3.3. Menentukan garis, ukuran dan skala 51
2.3.4. Format penampilan gambar 59
3. MENGGAMBAR ORNAMEN 61
3.1. Menggambar Ornamen Primitif 61
3.1.1. Pengetahuan tentang ornamen Primitif 61
3.1.1. Penempatan ornament primitive pada sebuah bidang 62
3.1.2. Konsistensin pengulangan bentuk yang diterapkan
pada ornamen primitif
63
3.2. Menggambar Ornamen Tradisional dan Klasik 65
3.2.1. Latar belakang sejarah ornamen tradisional dan klasik 65
3.2.2. Ornamen Tradisional dan Klasik yang ada di Indonesia 66
3.3. Menggambar Ornamen Modern 70
4. PENDAHULUAN 75
ix
4.1. Keramik 75
4.2. Materi Buku 79
5. SEJARAH KERAMIK 83
5.1. Sejarah Singkat Keramik Dunia 86
5.2. Keramik Seni Kuno 88
5.3. Penemuan Keramik 88
5.4. Keramik di Beberapa Belahan dunia 89
5.4.1. Timur dekat (near east) 89
5.4.2. Timur jauh (far east) 93
5.5. Sejarah Keramik di Indonesia 98
5.5.1. Jaman Penjajahan Belanda 102
5.5.2. Jaman Pendudukan Tentara Jepang 103
5.5.3. Jaman Pemerintahan Republik Indonesia 103
6. TANAH LIAT 107
6.1. Asal-usul Usul Tanah Liat 107
6.1.1. Proses Pembentukan Tanah Liat secara Alami 107
6.1.2. Pembentukan Meneral-Mineral Kulit Bumi 108
6.1.3. Peranan Tenaga Endogen dan Eksogen terhadap
Pembentukan Tanah Liat
109
6.1.4. Proses Terbentuknya Tanah Liat Primer dan Sekunder 110
6.2. Jenis-Jenis Tanah Liat 115
6.2.1. Perubahan Fisika Tanah Liat Primer dan Sekunder
Setelah Dibakar
115
6.2.2. Sifat-Sifat Umum Tanah Liat 118
6.2.3. Jenis, Sifat, Fungsi Tanah Liat dan Bahan Lain 128
6.3. Pengembangan Formula Badan Tanah Liat 134
6.3.1. Campuran Sistem Garis (Line Blend) 135
6.3.2. Campuran Sistem Segitiga (Triaxial Blend) 135
6.4. Badan Tanah Liat 138
x
6.4.1. Badan Keramik Earthenware 138
6.4.2. Badan Keramik Stoneware 141
6.4.3. Badan Keramik Porselin 145
6.5. Problem Badan Tanah Liat dan Perbaikannya 147
JILID 2
7. PENGUJIAN DAN PENYIAPAN CLAY BODY 149
7.1. Peralatan dan Perlengkapan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
150
7.1.1. Peralatan 150
7.1.2. Perlengkapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 156
7.2. Bahan 156
7.3. Pengujian Clay Body 158
7.3.1. Pemilihan Formula (Campuran) Clay Body 159
7.3.2. Penyiapan Clay Body untuk Pengujian 161
7.3.3. Pengujian Plastisitas Clay Body 163
7.3.4. Pengujian Susut Kering Clay Body 166
7.3.5. Pengujian Suhu Kematangan Clay Body 170
7.3.6. Pengujian Susut Bakar Clay Body 177
7.3.7. Pengujian Porositas Clay Body 180
7.3.8. Analisis Hasil Pengujian Clay Body 182
7.4. Penyiapan Clay Body 183
7.4.1. Penyiapan Clay Body dari Tanah Liat Alam secara
Manual Basah
184
7.4.2. Penyiapan Clay Body dari Tanah Liat Alam secara
Manual Kering
187
7.4.3. Penyiapan Clay Body dari Tanah Liat Alam secara
Masinal Basah
189
7.4.4. Penyiapan Clay Body dari Prepared Hard Mineral
secara Masinal Basah
193
7.4.5. Penyiapan Clay Body untuk Teknik Pembentukan
Cetak Tuang
196
xi
8. PEMBENTUKAN BENDA KERAMIK 203
8.1. Peralatan Pembentukan 204
8.1.1. Alat Bantu 205
8.1.2. Alat Pokok 207
8.1.3. Perlengkapan 212
8.1.4. Perlengkapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 214
8.2. Bahan 215
8.2.1. Persyaratan Tanah Liat 216
8.2.2. Penyiapan Tanah Liat 216
8.3. Pembentukan dengan Teknik Pijit (Pinching) 219
8.3.1. Peralatan 221
8.3.2. Bahan 221
8.3.3. Proses Pembentukan 222
8.4. Pembentukan Teknik Pilin (Coiling) 224
8.4.1. Teknik Membuat Pilinan Tanah Liat 225
8.4.2. Peralatan 226
8.4.3. Bahan 226
8.4.4. Proses Pembentukan 226
8.5. Pembentukan Teknik Lempeng (Slab Building) 232
8.5.1. Peralatan 234
8.5.2. Bahan 235
8.5.3. Proses Pembetukan 235
8.6. Pembentukan dengan Teknik Putar Centering 245
8.6.1. Peralatan 247
8.6.2. Bahan 247
8.6.3. Fungsi Tangan dalam Pembentukan Teknik Putar 247
8.6.4. Pemasangan Alas Pembentukan 248
8.6.5. Tahap Pembentukan Teknik Putar 250
8.6.6. Pembentukan Silindris 252
8.6.7. Pembentukan Mangkok 257
8.6.8. Pembentukan Piring 264
xii
8.6.9. Pembentukan Vas 269
8.6.10. Pembentukan Wadah Bertutup 273
8.6.11. Bentuk Bibir Benda Keramik (Lip) 279
8.6.12. Bentuk Kaki Benda Keramik (Foot) 280
8.6.13. Trimming dan Turning 281
8.6.14. Penggabungan Dua Bentuk Hasil Putaran 282
8.6.15. Penggabungan Hasil Bentuk Putaran dengan Bagian
Lain
288
8.6.16. Problem Pembentukan Teknik Putar dan Perbaikannya 304
8.7. Pembentukan dengan Teknik Putar Pilin 307
8.7.1. Peralatan 307
8.7.2. Bahan 308
8.7.3. Proses Pembentukan 308
8.8. Pembentukan dengan Teknik Putar Tatap 313
8.8.1. Peralatan 314
8.8.2. Bahan 314
8.8.3. Proses Pembentukan 314
8.9. Pembentukan dengan Teknik Cetak 319
8.9.1. Peralatan 320
8.9.2. Bahan 320
8.9.3. Penyiapan Gips 322
8.10. Pembentukan dengan Teknik Cetak Tekan 323
8.10.1. Proses Pembuatan Model 324
8.10.2. Proses Pembuatan Cetakan 326
8.10.3. Proses Pencetakan 327
8.11. Pembentukan dengan Teknik Cetak Tuang 329
8.11.1. Peralatan 331
8.11.2. Bahan 332
8.11.3. Proses Pembentukan dengan Teknik Cetak Tuang
Model Bebas
332
8.11.4. Proses Pembuatan Model 334
8.11.5. Proses Pembuatan Cetakan Gips 335
xiii
8.11.6. Proses Pencetakan 338
8.11.7. Pembentukan dengan Teknik Cetak Tuang Model
Bubut
339
8.11.8. Proses Pembuatan Model Bubut 340
8.11.9. Proses Pembuatan Cetakan Gips 344
8.11.10. Proses Pencetakan Benda Keramik 347
8.12. Pembentukan dengan Teknik Jigger-Jolley 349
8.12.1. Bagian-bagian dari Alat jigger-jolley 351
8.12.2. Peralatan 353
8.12.3. Bahan 353
8.12.4. Proses Pembentukan 353
JILID 3
9. DEKORASI KERAMIK 359
9.1. Peralatan 360
9.1.1. Alat Bantu 360
9.1.2. Alat Pokok 365
9.1.3. Perlengkapan 366
9.1.4. Perlengkapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 368
9.2. Bahan 369
9.2.1. Tanah liat 369
9.2.2. Slip Tanah 370
9.2.3. Pewarna 371
9.2.4. Air 373
9.3. Dekorasi Pembentukan 374
9.3.1. Dekorasi Marbling body 375
9.3.2. Dekorasi Nerikomi 380
9.3.3. Dekorasi Agateware 383
9.4. Dekorasi Tanah Liat Plastis 386
9.4.1. Dekorasi Teknik Faceting 386
9.4.2. Dekorasi Teknik Combing 389
xiv
9.4.3. Dekorasi Teknik Feathering 391
9.4.4. Dekorasi Teknik Marbling 392
9.4.5. Dekorasi Teknik Impressing 393
9.4.6. Dekorasi Teknik Relief 396
9.5. Dekorasi Badan Tanah Liat Leather Hard 398
9.5.1. Dekorasi Teknik Sqraffito 398
9.5.2. Dekorasi Teknik Toreh Lapis (Inlay) 399
9.5.3. Dekorasi Teknik Engobe 402
9.5.4. Dekorasi Teknik Ukir (Carving) 405
9.5.5. Dekorasi Teknik Tembus (Piercing) 408
9.5.6. Dekorasi Teknik Gosok (Burnishing) 409
9.5.7. Dekorasi Teknik Embossing 411
9.6. Dekorasi Glasir 413
9.6.1. Dekorasi Underglaze 413
9.6.2. Dekorasi Over Glaze 415
9.6.3. Dekorasi In Glaze 417
10. GLASIR 421
10.1. Pengertian Glasir 421
10.2. Keseimbangan Glasir 422
10.3. Bahan Glasir 425
10.4. Bahan Pewarna Glasir 427
10.4.1. Oksida Pewarna 427
10.4.2. Pewarna Stain/Pigmen 431
10.5. Jenis-jenis glasir 432
10.5.1. Menurut Cara Pembuatan 432
10.5.2. Menurut Temperatur Pembakaran 432
10.5.3. Menurut Bahan yang Digunakan 433
10.5.4. Menurut Kondisi Pembakaran 433
10.5.5. Menurut Sifat Setelah Pembakaran: 433
10.6. RO Formula 434
10.6.1. Sumber RO 435
xv
10.6.2. Sumber R2O3 436
10.6.3. Sumber RO2 437
10.7. Resep dan Formula Glasir 437
10.7.1. Formula Glasir Suhu Rendah 438
10.7.2. Formula Glasir Suhu Menengah 439
10.7.3. Formula Glasir Suhu Tinggi 442
10.8. Campuran Glasir 443
10.9. Hitung Glasir 444
10.9.1. Rumus Seger 444
10.9.2. Unity Formula 444
10.9.3. Perhitungan Glasir Sederhana. 445
10.9.4. Perhitungan Glasir dari Formula ke Resep. 446
10.9.5. Perhitungan Glasir dari Resep ke Formula 447
10.9.6. Limit Formula 448
10.10. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Glasir 449
10.10.1. Bahan-bahan yang digunakan 449
10.10.2. Badan Tanah Liat untuk Barang Keramik 449
10.10.3. Panas dalam Ruang Pembakaran 450
10.10.4. Tipe Tungku dan Bahan Bakarnya 450
10.10.5. Atmosfer Tungku 450
10.10.6. Penerapan Glasir 451
11. PENYIAPAN GLASIR DAN PENGGLASIRAN 453
11.1. Peralatan dan Perlengkapan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
454
11.1.1. Peralatan 454
11.1.2. Perlengkapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 457
11.2. Bahan 458
11.2.1. Bahan Mentah Glasir 459
11.2.2. Bahan Pewarna Glasir 461
11.3. Penyusunan Campuran Glasir 463
xvi
11.3.1. Menurut Perbandingan Bahan-Bahan yang Dipakai 463
11.3.2. Menurut Perbandingan Rumus Unsur 463
11.3.3. Menurut Rumus Segger 464
11.4. Penyiapan Glasir 466
11.4.1. Bahan 468
11.4.2. Proses Penyiapan Glasir 469
11.5. Teknik Pengglasiran 471
11.5.1. Teknik Tuang (Pouring) 474
11.5.2. Teknik Celup (Dipping) 476
11.5.3. Teknik Semprot (Spraying) 477
11.5.4. Teknik Kuas (Brush) 478
11.6. Kesalahan dalam Pengglasiran dan Cara
Mengatasinya
481
12. TUNGKU DAN PEMBAKARAN 485
12.1. Tungku Pembakaran 485
12.1.1. Klasifikasi Tungku 487
12.1.2. Kiln Furniture 490
12.1.3. Pengukur Temperatur (Suhu) 493
12.2. Pembakaran 499
12.2.1. Pengertian Perubahan Keramik (Ceramic Change) 499
12.2.2. Perubahan yang Terjadi pada Pembakaran Keramik 500
12.2.3. Tahap Pembakaran Biskuit 501
12.2.4. Prinsip-Prinsip Reaksi Pembakaran 502
12.2.5. Pembakaran Tunggal Single Firing 504
12.2.6. Sirkulasi Api 505
12.2.7. Grafik Pembakaran 507
12.2.8. Problem Pembakaran Biskuit dan Pemecahannya. 508
12.3. Penyusunan dan Pembongkaran Benda dari dalam
Tungku Pembakaran
509
12.3.1. Peralatan dan Kiln Furniture 510
12.3.2. Perlengkapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 510
xvii
12.3.3. Bahan 511
12.3.4. Penyusunan Benda dalam Tungku Pembakaran 512
12.3.5. Pembongkaran Benda Keramik dari dalam Tungku
Pembakaran
514
12.3.6. Membereskan Pekerjaan 516
12.4. Pengoperasian Tungku Pembakaran 516
12.4.1. Pengoperasian Tungku Bahan Bakar Padat (Kayu) 516
12.4.2. Pengoperasian Tungku Bahan Bakar Cair (Minyak
Tanah)
519
12.4.3. Pengoperasian Tungku Bahan Bakar Gas 528
12.4.4. Mengoperasikan Tungku Bahan Bakar Listrik 533
12.5. Kesalahan dalam Pembakaran dan Cara Mengatasi 541
12.5.1. Beberapa Kesalahan pada Tahap Pembakaran 541
12.5.2. Penanggulangan Kesalahan pada Tahap Pembakaran 541
12.5.3. Lubang yang Muncul pada Permukaan (Spit out) 541
13. PENUTUP 543
LAMPIRAN
A. Daftar Pustaka
B. Daftar Tabel
C. Daftar Gambar
D. Produk Keramik
E. Bahan Keramik Beracun
F. Kesalahan-Kesalahan dalam Pembuatan Keramik dan
Perbaikannya
G. Unsur, simbol, dan Berat Atom (BA)
H. Formula dan Berat Ekuivalen Bahan-Bahan Keramik
I. Problem Badan Tanah Liat dan Perbaikannya
J. Kegunaan Bahan Tanah Liat dalam Badan Keramik
K. Sifat-Sifat Beberapa Jenis Tanah Liat Secara Umum
L. Glosarium
xviii
xix
SINOPSIS
Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam yang
merupakan potensi bahan baku untuk produk-produk kerajinan (kriya). Salah
satu potensi alam tersebut adalah tanah liat yang terdapat hampir di seluruh
Indonesia baik di Sumatera, Bangka, Belitung, Jawa, Kalimatan, Sulawesi,
Bali, Nusa Tenggara, bahkan di Papua. Tanah liat sebagai bahan utama
untuk pembuatan keramik sangat menguntungkan karena bahannya relatif
mudah di dapat dan hasil produknya sangat luas pemakaiannya.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Program Keahlian Kriya Keramik
sebagai salah satu jenjang pendidikan menengah bertujuan menyiapkan
sumber daya manusia yang terampil di bidang seni dan kriya diharapkan
dapat memanfaatkan potensi alam yang melimpah tersebut. Tujuan tersebut
dapat dicapai apabila dalam proses pembelajarannya didukung oleh
perangkat pembelajaran yang memadai, salah satunya adalah sarana
berupa materi pembelajaran berdasarkan standar kompetensi yang berlaku
dalam hal ini adalah Standar Kompetensi Nasional (SKN) Bidang Kriya
Keramik.
Buku Kriya keramik untuk SMK Program Keahlian Kriya Keramik ini disusun
berdasarkan Standar Kompetensi Nasional (SKN) Bidang Kriya Keramik dan
juga berpedoman pada Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar
(KD) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMK Program Keahlian Kriya
Keramik. Dengan demikian informasi yang terdapat dalam buku ini menjadi
lebih lengkap dan terstruktur.
Secara umum buku kriya keramik ini berisi tentang materi menggambar dan
keramik yang berupa pengetahuan yang bersifat teori maupun praktik
keterampilan dari alat dan bahan, proses penyiapan bahan, proses
pembentukan, proses dekorasi, dan proses pembakaran yang tertuang
dalam isi buku sebagai berikut:
A. Materi menggambar
1. Membuat Nirmana
Materi membuat nirmana ini berisi tentang mengeksplorasi garis
dan bidang, menggambar huruf, alam benda, flora fauna, menusia,
dan membuat nirmanan tiga dimensi.
2. Menggambar Teknik
Materi menggambar teknik menguraikan tentang menggmbar
proyeksi, perspektif, dan gambar kerja.
3. Menggambar Ornamen
Bagian ini menguraikan tentang menggambar ornamen baik primitif,
tradisional dan klasik, serta modern.
xx
B. Materi keramik
1. Pendahuluan
Bagian awal ini menguraikan secara umum tentang keramik,
pengertian, jenis, dan fungsi keramik
2. Sejarah Keramik
Sejarah keramik berisi tentang perkembangan keramik secara
singkat diberbagai belahan dunia dan Indonesia.
3. Tanah Liat
Bagian ini menguraikan tentang bahan baku khususnya yang
digunakan untuk membuat keramik, mulai dari asal usul, jenis,
pengembangan formula badan keramik, serta problem badan tanah
liat dan perbaikannya.
4. Pengujian dan Penyiapan Tanah Liat
Materi ini mempelajari tentang peralatan dan perlengkapan kerja,
bahan yang digunakan, proses pengujian tanah liat yang memenuhi
persyaratan untuk dapat diguakan untuk membuat keramik, serta
proses penyiapan (pengolahan) badan tanah liat.
5. Teknik Pembentukan
Merupakan materi praktik utama yang berisi tentang peralatan dan
perlengkapan kerja; bahan yang digunakan; dan teknik
pembentukan benda keramik yang meliputi teknik pijit (pinching),
teknik pilin (coiling), teknik lempeng (slab building), teknik putar
(throwing) yang terdiri dari teknik putar centering, teknik putar pilin,
dan teknik putar tatap, serta teknik cetak (mold) yang terdiri dari
teknik cetak tekan, teknik cetak tuang, dan teknik cetak jigger/jolley.
6. Dekorasi
Materi yang menguraikan tentang berbagai teknik dekorasi berupa
dekorasi pembentukan (marbling body, nerikomi, dan agateware);
dekorasi badan tanah liat plastis (faceting, combing, impressing,
dan relief); dekorasi badan tanah liat leather hard (carving, sgrafitto,
inlay, pierching, engobe, burnishing, dan embossing); dan dekorasi
glasir (over glaze, under glaze, dan in gaze).
7. Glasir
Menguraikan tentang glasir, keseimbangan glasir, bahan utama dan
bahan pewarna glasir, jenis glasir, RO formula, formula glasir,
campuran glasir, hitung glasir, dan faktor-faktor yang
mempengaruhi glasir.
8. Penyiapan Glasir dan Pengglasiran
Merupakan materi praktik yang meliputi peralatan dan
perlengkapan keselamatan dan kesehatan kerja; bahan yang
digunakan; penyusunan campuran glasir; penyiapan (pengolahan)
glasir; dan teknik pengglasiran yaitu teknik kuas (brush), teknik
tuang (pouring), teknik celup (dipping), dan teknik semprot
(spraying); serta kesalahan dalam pengglasiran dan cara
mengatasinya.
xxi
9. Tungku dan Pembakaran
Materi ini menguraikan tentang tungku pembakaran dan
perlengkapannya; teori pembakaran biskuit dan glasir; penyusunan
dan pembongkaran benda dalam tungku; pengoperasian tungku
pembakaran dengan bahan bakar padat, cair, gas, dan listrik;
kesalahan dalam pembakaran dan cara mengatasi.
xxii
xxv
DISKRIPSI KONSEP PENULISAN
Latar Belakang
Indonesia dengan keanekaragaman seni dan budaya merupakan salah satu
keunggulan yang belum tentu dimiliki oleh negara lain, dengan
keanekaragaman seni dan budaya tersebut melalui pendidikan seni budaya
dan kriya diharapkan dapat dilestarikan dan sekaligus dikembangkan
menjadi sumber penghidupan. Sumber daya alam yang melimpah yang
merupakan potensi bahan baku yang dapat dikembangkan menjadi bahan
utama produk kerajinan, sumber daya manusia merupakan potensi tenaga
kerja, serta sumber daya seni dan budaya (seni rupa, seni kriya, seni
pertunjukan, arsitektur, dan lainnya) merupakan potensi untuk
mengembangkan kreativitas yang tidak akan ada habisnya.
Mutu tenaga kerja tingkat menengah di bidang seni dan kriya sangat
tergantung pada mutu pendidikan kejuruan seni dan budaya yang juga
sangat erat kaitannya dengan proses pelaksanaan pembelajaran yang
dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain kurikulum, tenaga kependidikan,
proses pembelajaran, sarana-prasarana, alat-bahan, manajemen sekolah,
lingkungan kerja, dan kerjasama industri. Melalui pendidikan diharapkan
dapat meningkatkan wawasan dan penguasaan di bidang ilmu pengetahun,
teknologi, dan seni. Proses pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) merupakan suatu proses penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni, yang diarahkan pada penguasaan aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Pencapaian hasil pembelajaran pada aspek kognitif diarahkan
melalui kegiatan-kegiatan yang bersifat teoretik (pengetahuan), aspek afektif
pencapaiannya diamati melalui sikap selama proses pembelajaran
berlangsung, sedang aspek psikomotorik pencapaiannya melalui kegiatankegiatan
yang melibatkan gerak motorik keterampilan. Dengan demikian
dalam proses pembelajaran praktik kejuruan, ketiga aspek tersebut saling
berkaitan.
Landasan Penulisan Buku
Penulisan buku kriya keramik untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
merupakan satu satu usaha untuk mengembangkan sarana pembelajaran
produktif khususnya pengembangan materi pembelajaran baik teori maupun
praktik yang didasarkan pada Standar Kompetensi Nasional (SKN) bidang
kriya keramik. Dengan berdasarkan Standar Kompetensi Nasional (SKN)
bidang kriya keramik, penulisan buku ini menjadi lebih lengkap dan dapat
digunakan untuk mengembangkan materi pembelajaran yang ada di
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Program Keahlian Kriya Keramik yang
tersebar di Indonesia dengan masing-masing memiliki potensi yang
berbeda-beda sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) Program Keahlian Kriya Keramik untuk
xxvi
berkembang mengikuti kemajuan di bidang ilmu pengetahun, teknolgi, dan
seni.
Mata pelajaran produktif kriya keramik merupakan salah satu mata pelajaran
yang diharapkan mampu membekali siswa untuk menguasai kompetensi
yang dibutuhkan untuk melakukan atau melaksanakan pekerjaan yang
dilandasi oleh pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja, dengan demikian
lulusannya akan menguasai aspek teknis, terampil, memiliki wawasan,
disiplin kerja,dan sikap kerja.
Tujuan dan Sasaran
Buku kriya keramik ini berisi seluruh proses pembuatan benda keramik baik
bersifat teori maupun praktik keterampilan yang meliputi kelompok
kompetensi maupun unit kompetensi berdasarkan Standar Kompetensi
Nasional (SKN) dan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)
dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMK Program Keahlian Kriya
Keramik.
Buku kriya keramik ini memuat tentang teori dan petunjuk praktik
keterampilan sehingga tidak hanya pemahaman secara teori namun praktik
keterampilan dan sikap kerja yang sesungguhnya dalam bekerja. Dengan
demikian buku ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi yang
lengkap baik bagi guru dalam penyusunan dan pengembangan program
pembelajaran praktik keterampilan maupun bagi siswa dalam memahami
materi dan melaksanakan praktik keterampilan dengan sikap kerja yang
benar.
Materi
Materi buku ini berisi dua bagian, yaitu:
A. Materi Menggambar
1. Membuat Nirmana
2. Menggambar Teknik
3. Menggambar Ornamen
B. Materi Keramik
1. Pendahuluan
2. Sejarah Keramik
3. Pengetahuan Tanah Liat
4. Pengujian dan Penyiapan Tanah Liat
5. Teknik Pembentukan
6. Teknik Dekorasi
7. Pengetahuan Glasir
8. Penyiapan Glasir dan Pengglasiran
9. Tungku dan Pembakaran
xxvii
Dalam buku kriya keramik ini juga memuat kompetensi yang sesuai dengan
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan SMK Bidang Keahlian Kriya Keramik, yang meliputi:
1. Membuat nirmana
2. Menggambar teknik
3. Menggambar ornamen
4. Mengolah clay-body dari lempung alam secara manual basah
5. Mengolah clay-body dari lempung alam secara masinal basah
6. Mengolah clay-body untuk teknik pembentukan cetak tuang
7. Membuat cetakan gips untuk teknik cetak tekan satu sisi
8. Membentuk keramik dengan teknik pijit (pinch)
9. Membentuk keramik dengan teknik pilin (coil)
10. Membentuk keramik dengan teknik lempeng (slab)
11. Membentuk keramik dengan teknik putar
12. Membuat dekorasi keramik
13. Membakar keramik
xxviii
xxix
PETA KOMPETENSI
Diagram ini menunjukkan tahapan kelompok kompetensi dan unit
kompetensi yang merupakan suatu urutan proses pekerjaan bidang keramik.
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan Bidang Keahlian Kriya Keramik SMK menjadi arah dan
landasan untuk mengembangkan matei pokok, kegiatan pembelajaran, dan
indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.
Mengacu hal tersebut diatas maka Standar Kompetensi (SK) dan
Kompetensi Dasar (KD) sesuai nomor yang terdapat dalam Peta
Kompetensi di bawah.
xxx
Keterangan:
BAGIAN A
1. Membuat Nirmana
2. Menggambar Teknik
3. Menggambar Ornamen
BAGIAN B
1. Menyusun resep clay-body
2. Membuat lempengan dan menguji plastisitas, penyusutan, dan
porositas clay-body
3. Menyiapkan clay-body dari lempung alam secara manual basah
4. Menyiapkan clay-body dari lempung alam secara manual kering
5. Menyiapkan clay-body dari lempung alam secara masinal basah
6. Menyiapkan clay-body dari prepared hard mineral secara masinal
basah
7. Menyiapkan clay-body untuk teknik pembentukan cetak tuang
8. Menyusun formula dan resep glasir serta menganalisis hasil bakar
9. Menyiapkan/mencampur glasir (sesuai dengan resep)
10. Membuat model cetakan
11. Menyiapkan massa gips untuk membuat cetakan
12. Membuat cetakan gips untuk teknik cetak tekan satu sisi
13. Membuat cetakan gips untuk teknik cetak tuang dua sisi atau lebih
14. Menghomogenkan (menguli) clay-body
15. Membentuk dengan teknik pijit
16. Membentuk dengan teknik pilin
17. Membentuk dengan teknik lempeng
18. Membentuk dengan teknik putar centering
19. Membentuk dengan teknik putar pilin
20. Membentuk dengan teknik putar tatap
21. Membentuk dengan teknik cetak tekan
22. Membentuk dengan teknik cetak tuang
23. Membentuk dengan teknik cetak jigger/jolley
24. Menerapkan dekorasi pembentukan (marbling, nerikomi, dan agate
ware)
25. Menerapkan dekorasi clay-body plastis (faceting dan combing)
26. Menerapkan dekorasi clay-body plastis (impress dan relief)
27. Menerapkan dekorasi clay-body leather hard teknik carving (ukir)
28. Menerapkan dekorasi clay-body leather hard teknik sgraffito (toreh)
29. Menerapkan dekorasi clay-body leather hard teknik inlay (toreh isi)
30. Menerapkan dekorasi clay-body leather hard teknik piercing
(terawang)
31. Menerapkan dekorasi clay-body leather hard teknik engobe
32. Menerapkan dekorasi clay-body leather hard teknik burnish (gosok)
33. Menerapkan dekorasi clay-body leather hard teknik embossing
(etching)
xxxi
34. Menerapkan dekorasi glasir over glaze pada permukaan benda
mentah, biskuit dan berglasir
35. Menerapkan dekorasi glasir underglaze pada permukaan benda
mentah, biskuit dan berglasir
36. Menerapkan glasir dengan teknik tuang (pouring)
37. Menerapkan glasir dengan teknik celup (dipping)
38. Menerapkan glasir dengan teknik semprot (sparying)
39. Menerapkan glasir dengan teknik kuas (brush)
40. Menyusun benda dan membongkar benda di tungku
41. Mengoperasikan tungku bahan bakar padat
42. Mengoperasikan tungku bahan bakar cair
43. Mengoperasikan tungku bahan bakar gas
44. Mengoperasikan tungku bahan bakar listrik
Berdasarkan keterangan di atas, maka berbagai jenis pekerjaan di bidang
kriya keramik dapat dikelompokkan sebagai berikut:
I. Tenaga pengujian badan tanah liat dan glasir
II. Tenaga penyiapan badan tanah liat
III. Tenaga pembuatan model dan cetakan
IV. Tenaga pembentukan
V. Tenaga dekorasi
VI. Tenaga penyiapan glasir
VII. Tenaga pengglasiran
VIII. Tenaga pembakaran
xxxii
Kriya Keramik 1
Kehadiran seni dalam kehidupan manusia telah ada sejak manusia lahir,
dengan demikian dalam aktivitas kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat
lepas dari seni. Misalnya, dalam memilih pakaian, sepatu, perabot rumah
tangga, mobil, rumah, dan lain sebagainya. Dalam memilih tersebut
manusia tentu memperhitungan berbagai aspek, seperti: warna, motif,
bentuk, fungsi, komposisi, estetik, dan lain-lain. Dari hal tersebut di atas
manusia
Sebelum berkarya seni kriya, sudah seharusnya mengetahui unsure-unsur
yang terkandung dalam karya yang akan dibuat tersebut. Secara umum,
unsur-unsur seni rupa meliputi titik, garis, warna, bidang, ruang dan tekstur.
Jika unsure-unsur tersebut berdiri sendiri-sendiri kadang-kadang tidak
memiliki makna. Dalam seni rupa kadang mendengar istilah nirmana, apa
sebenarnya nirmana tersebut?. Nirmana merupakan kegiatan
pengorganisasian atau penyusunan elemen-elemen visual seni rupa seperti
titik, garis, warna, bidang, ruang dan tekstur menjadi satu kesatuan yang
harmonis. Nirmana dapat juga diartikan sebagai hasil angan-angan dalam
bentuk dwimatra (dua dimensi) dan trimatra (tiga dimensi) yang harus
mempunyai nilai keindahan. Nirmana (rupa dasar) merupakan ilmu yang
mempelajari berbagai hal yang berkaitan dengan persepsi, ruang, bentuk,
warna, dan bahan berwujud dua dimensi atau tiga dimensi. Unsur dasar
bentuk dua dimensi adalah segitiga, segi empat, lingkaran, dan bentuk
organik, sedangkan unsur dasar bentuk tiga dimensi adalah balok, prisma,
bola, dan wujud tak beraturan.
Unsur penciptaan rupa yang utama adalah gambar, melalui gambar
manusia dapat menuangkan imajinasi atau gagasan kreatifnya. Gambar
merupakan “bahasa” yang universal.
Gambar telah menjadi alat komunikasi selama berabad-abad, bahkan
hingga kini di era modern. Gambar memiliki fungsi yang sangat beragam,
untuk mewujudkan sebuah gambar agar berfungsi diperlukan unsur-unsur
seni rupa yang dapat dipahami semua orang.
Unsur-Unsur Seni Rupa
Ada beberapa unsur yang menjadi dasar terbentuknya wujud seni rupa,
yaitu : titik, garis, bidang, bentuk, warna, dan tekstur.
a. Titik
Titik adalah unsur seni rupa dua dimensi yang paling dasar (esensial), dari
sebuah titik dapat dikembangkan menjadi garis atau bidang. sebuah gambar
dalam bidang gambar akan berawal dari sebuah titik dan berhenti pada
sebuah titik juga.
1. MEMBUAT NIRMANA
2 Kriya Keramik
Gambar1.1. Titik
b. Garis
Garis adalah suatu hasil goresan nyata dan batas limit suatu benda, ruang,
rangkaian masa dan warna. Garis bisa panjang, pendek, tebal, tipis, lurus,
melengkung, berombak, vertikal, horizontal, diagonal, patah-patah, putusputus,
dan sebagainya. Berbagai macam garis tersebut memiliki karateristik
yang berbeda-beda.seperti; keras, kokoh, stabil, lembut, dinamis, gerak, dan
masih banyak lagi. Dengan media garis ini dapat dibuat tulisan, gambar,
coretan, simbol, dan lain-lain, sehingga garis menjadi unsur utama dalam
seni rupa.
Gambar 1.2. Bebagai macam garis
c. Bidang
Bidang merupakan suatu area yang dibuat oleh garis, mempunyai dimensi
pajang, lebar dan luas serta mempunyai kedudukan, arah dan dibatasi oleh
garis. Bentuk bidang sangat bervariaisi, dapat geometris, organis, bersudut,
tak teratur, dan bulat. Bidang-bidang yang datar tersebut apabila disusun
seolah-olah membentuk kesan tiga dimensi.
Kriya Keramik 3
Gambar 1.3. Berbagai macam bidang
d. Bentuk
Titik, garis, atau bidang akan menjadi bentuk apabila terlihat. Sebuah titik
betapapun kecilnya pasti mempunyai raut, ukuran, warna, dan tekstur.
Bentuk ada dua macam, yaitu:
• Bentuk dua dimensi yang memiliki dimensi panjang dan lebar
• Bentuk tiga dimensi yang memiliki dimensi panjang, lebar, dan
tebal/volume.
Gambar 1.4. Berbagai macam bentuk tiga dimensi
e. Warna
Warna merupakan kesan yang ditimbulkan oleh cahaya terhadap mata, oleh
karena itu warna tidak akan terbentuk jika tidak ada cahaya.
4 Kriya Keramik
Secara umum warna dapat digolongkan menadi tiga kelompok utama, yaitu:
1). Warna primer: merah, biru, dan kuning
2). Warna sekunder: warna hasil campuran yang seimbang antara warna
primer dengan warna primer.
• warna ungu (violet) campuran merah dan biru,
• warna orange campuran warna merah dan kuning, dan
• warna hijau campuran warna kuning dan biru.
3). Warna tersier: merupakan hasil campuran warna sekunder dengan
warna primer.
• warna merah ungu campuran warna merah dengan ungu
• warna ungu biru campuran warna ungu dengan biru
• warna hijau biru campuran warna hijau dengan biru
• warna kuning hijau campuran warna kuning dengan hijau
• warna orange kuning campuran warna orange dengan kuning
• warna merah orange campuran warna merah dengan orange
Disamping itu juga dikenal dengan istilah warna komplementer, yaitu dua
warna yang terletak tepat berseberangan atau berhadapan pada garis lurus
yang ditarik melalui titik pusat lingkaran warna.
Beberapa warna komplementer:
• Warna merah komplemen dengan warna hijau
• Warna kuning komplemen dengan warna ungu (violet)
• Warna biru komplemen dengan warna orange
Gambar 1.5. Lingkaran warna
Kriya Keramik 5
Dari sekian banyak warna, dapat dibagi dalam beberapa bagian yang sering
dinamakan dengan sistem warna Prang System yang ditemukan oleh Louis
Prang pada 1876 meliputi :
a. Hue, adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan nama dari suatu
warna, seperti merah, biru, hijau dsb.
b. Value, adalah dimensi kedua atau mengenai terang gelapnya warna.
Contohnya adalah tingkatan warna dari putih hingga hitam.
c. Intensity, seringkali disebut dengan chroma, adalah dimensi yang
berhubungan dengan cerah atau suramnya warna.
f. Tekstur
Tekstur adalah nilai raba dari suatu permukaan baik nyata maupun semu,
bisa halus, kasar, licin, dan sebagainya.
Berdasarkan hubungannya dengan indera penglihatan, tekstur dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Tekstur nyata, yaitu tekstur yang jika diraba maupun dilihat secara fisik
tersa kasar dan halusnya.
b. Tekstur semu, yaitu tekstur yang tidak memiliki kesan yang sama antara
yang dilihat dan diraba. Tekstur semu terjadi karena kesan perspektif
dan gelap terang.
Gambar 1.6. Berbagai macam tekstur
Prinsip penyusunan unsur seni rupa
Beberapa prinsip dalam mengolah seni rupa dasar secara umum adalah
sebagai berikut:
6 Kriya Keramik
• Kesatuan (unity)
Merupakan paduan dari berbagai unsur seni rupa yang membentuk suatu
konsep sehingga memberikan kesan satu bentuk yang utuh.
• Simetri (symetry)
Menggambarkan dua atau lebih unsur yang sama dalam suatu susunan
yang diletakkan sejajar atau unsur-unsur di bagian kiri sama dengan
bagian kanan.
• Irama,(rhythm)
Merupakan suatu pengulangan unsur-unsur seni rupa (garis, bentuk, atau
warna) secara berulang (terus menerus), teratur, dan dinamis.
• Keseimbangan (balance)
Merupakan penempatan unsur-unsur seni rupa ( warna, bidang, bentuk)
dalam suatu bidang baik secara teratur maupun acak. Keseimbangan
dapat diwujudkan melalaui penyusunan unsur seni rupa yang simetris
maupun asimetris. Keseimbangan memberikan tekanan pada stabilitas.
• Harmoni (harmony)
Merupakan keselarasan paduan unsur-unsur seni rupa yang
berdampingan, sedang hal sebaliknya (bertentangan) disebut kontras.
Harmoni terbentuk karena adanya unsure keseimbanganm keteraturan,
kesatuan, dan keterpaduan yang masing-masing saling mengisi.
1.1. Mengeksplorasi Garis dan Bidang
1.1.1. Garis
Garis merupakan kumpulan dari sejumlah titik yang memiliki dimensi
memanjang dan arah tertentu dengan kedua ujung yang terpisah. Dalam
gambar garis merupakan hasil goresan nyata dan batas limit suatu benda,
ruang, rangkaian masa dan warna. Garis bisa panjang, pendek, tebal, tipis,
lurus, melengkung, berombak, vertikal, horizontal, diagonal, dan
sebagainya.
Fungsi garis memberi kesan keselarasan, gerak, irama, sugesti, pesan
simbolik, tekstur, kode ilusi, dan bersifat maya.
Menurut wujudnya, garis dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
• Garis nyata, yaitu garis yang dihasilkan dari goresan langsung
• Garis semu, yaitu garis yang timbul karena adanya kesan bata (kontur)
dari suatu bidang, warna, atau ruang.
Kriya Keramik 7
Sifat garis
Garis vertikal, menggambarkan sifat
tegas, mempertinggi obyek, suatu yang
tak terbatas
Garis horizontal menggambarkan sifat
keluasan, lapang, lega, memperpendek
suatu obyek, memperluas ruang
Garis diagonal/miring, menggambarkan
sifat dinamis dan gerak
Garis patah-patah, menggambarkan
gerakan yang lebih dinamis dan ritmis
Garis lengkung, menggambarkan sifat
lemah lembut, gemulai, fleksibel, lentur,
dan tidak kaku
8 Kriya Keramik
1.1.2. Bidang
Bidang terbentuk karena adanya pertemuan garis yang membatasi suatu
bentuk, dalam hal ini garis sebagai pembatas. Demikian juga beberapa garis
yang saling berpotongan satu sama lain akan dapat membentuk beberapa
bidang. Bidang mempunyai dimensi pajang, lebar dan luas serta mempunyai
kedudukan, arah dan dibatasi oleh garis.
Seperti halnya garis, bidang juga mempunyai sifat yang ditimbulkannya,
misalnya: bidang rata dan lebar akan berkesan luas, bidang horizontal
berkesan tenang, bidang vertikal berkesan agung dan stabil, bidang
diagonal berkesan labil, bidand bergelombang berkesan gerak labil.
Beberapa bidang yang umum dikenal
Gambar 1.7. Beberapa bentuk bidang
Membuat komposisi garis dan bidang sesuai dengan karakternya.
Menyusun garis dan bidang harus memperhatikan estetika, susunan ini
diharapkan menjadi suatu komposisi yang menarik. Komposisi merupakan
susunan atau paduan beberapa unsur seni rupa yang memenuhi
persyaratan yang tertuju pada penciptaan nilai-nilai artistik berupa kesan
kesatuan, simetri, irama, keseimbangan, dan harmoni sehingga karya
menjadi terasa utuh, jelas, dan memikat. Dalam membuat komposisi garis
maupun bidang perlu mempertimbangkan komposisi. Komposisi garis atau
bidang dapat dilakukan dengan menempatkan gambar secara simetris,
asimetri, kontras, memusat, diagonal, acak, terpotong, berirama, bebas,
ataupun memperbesar obyek gambar.
Apabila diperhatikan paduan unsur-unsur garis atau bidang yang
berdampingan satu dengan yang lainnya akan menimbulkan kesan selaras
Kriya Keramik 9
(harmoni) atau kesan yang bertentangan (kontras), rangkaian kesan selaras
dan kontras menimbulkan irama, komposisi akan teras bagus kalau
mempunyai fokus (pusat perhatian). Disamping itu dalam komposisi kadang
juga ditambahkan aksen yang akan dapat memberikan daya tarik yang lebih
pada komposisi tersebut. Unsur-unsur yang disusun menjadi suatu
komposisi harus bersatupadu sehingga perbandingan bagian-bagian unsur
tersebut harus sesuai proporsi masing-masing secara tepat.
Beberapa contoh kompisisi garis:
Gambar 1.8. Komposisi garis horizontal dan vertikal
Gambar 1.9. Komposisi garis dinamis
Gambar 1.10. Komposisi garis repetisi
10 Kriya Keramik
Beberapa contoh komposisi bidang:
Gambar 1.11. Komposisi bidang
yang berirama
Gambar 1.12. Komposisi bidang
yang kontras
Gambar 1.13. Komposisi bidang
yang acak
Gambar 1.14. Komposisi bidang
yang simetris
Tugas:
1. Mengeksplorasi garis.
• Perhatikanlah sekali lagi macam-macam garis dan komposisi garis
tersebut diatas, gunakan sebagai acuan, kemudian anda berlatih
membuat berbagai jenis garis dengan berbagai komposisinya,
menggunakan jenis alat dan bahan seperti pensil, pastel, tinta, dan
arang.
2. Mengeksplorasi bidang
• Buatlah beberapa komposisi bidang berirama, kontras, acak dan
simetri seperti yang telah anda pelajari pada materi tersebut diatas.
• Gunakan kertas A4 dan pensil B, gambarlah beberapa alternative
dari semua komposisi bidang tersebut.
Kemudian pilihlah salah satu yang paling baik. Kemudian selesaikan
dengan pewarna.
Kriya Keramik 11
1.2. Menggambar Huruf
1.2.1. Pemahaman terhadap jenis, karakter dan anatomi masingmasing
huruf
Telah diketahui bahwa huruf memegang peranan penting dalam
menyampaikan pesan secara tertulis. Menggambar huruf (abjad),
merupakan merupakan keterampilan dasar untuk menyampaikan informasi
kepada masyarakat melalui media tulisan yang menarik dan informatif.
Menggambar huruf dan angka sangat bermanfaat dalam pembuatan
gambar teknik, dalam hal ini huruf yang digunakan adalah bentuk huruf yang
sederhana.
1.2.1.1. Jenis Huruf
Huruf-huruf yang digunakan dalam dunia grafika (cetak mencetak) sangat
banyak, huruf-huruf ini berlaku secara internasional. Dari beberapa jenis
huruf yang ada, dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis kelompok
huruf, yaitu:
• Huruf Serif
Huruf serif adalah kelompok jenis huruf yang memiliki “tangkai” (stem).
Persis mendekati ujung kaki-kaki hurufnya, baik di bagian atas maupun
bawah, terdapat pelebaran yang menyerupai penopang atau tangkai.
Contohnya:
• Huruf Sans Serif
Huruf sans serif adalah kelompok huruf tanpa sirip/serif, jadi huruf jenis
ini tidak memiliki sirip pada ujung hurufnya dan memiliki ketebalan huruf
yang sama atau hampir sama. Kesan yang ditimbulkan oleh huruf jenis
ini adalah modern, kontemporer dan efisien.
Contohnya:
12 Kriya Keramik
• Huruf Skrip dan Dekoratif
Huruf Skrip dan Dekoratif merupakan jenis huruf “sambung” dan huruf
“gaya bebas.” Huruf sambung atau script bisa juga biasa disebut “huruf
tulis tangan” (handwriting) karena menyerupai tulisan tangan orang.
Contohnya:
Beberapa jenis huruf yang populer dan sering digunakan dalam pembuatan
media publikasi, buku, majalah, surat kabar, dan produk-produk lain.
Contoh jenis huruf yang sering digunakan, diantaranya adalah:
Arial Garamond
Arial Black Gill Sans MT
Bodoni MT Haettenschweiler
Baskerville Old Face
Century Palatino Linotype
Cooper Black Times New Roman
1.2.1.2. Karakter huruf
Karakter huruf merupakan watak atau ciri khas suatu keluarga huruf dari A
sampai Z.
Contoh karakter huruf sebagai berikut:
• Huruf berat (bold)
• Huruf ringan (light)
Kriya Keramik 13
Gambar 1.15. Contoh huruf berat dan ringan
Karakter huruf berhubungan dengan tebal tipisnya, besar kecilnya, keras
lembutnya, tegakdan miringnya, lebar sempitnya, padat dan kontur,
Kekontrasan ini merupakan sifat berlawanan yang dinamis.
• Tebal tipisnya huruf, kekontrasan ini merupakan ukuran berat dan
ringannya huruf, dan kuat lemahnya huruf.
• Besar kecilnya huruf, merupkan kekontrasan pada ukuran besar kecilnya
skal perbandingan ukuran dengan satu tipe keluarga huruf.
BK BESAR KECIL
• Keras lembutnya huruf, terjadi karena perbedaan bentuk tipe huruf
KL KERAS LEMBUT
• Tegak dan miringnya huruf, kekontrasan terjadi pada penyusunan tegak
miringnya huruf.
TM TEGAK MIRING
TT TEBAL TIPIS
A . B . C
huruf besar
a . b. c
huruf kecil
14 Kriya Keramik
• Lebar sempitnya huruf, kekontrasan terjadi pada ukuran horizontal, dekat
ke jauh, sempit ke lebar, dan tinggi ke luas.
LS LEBAR SEMPIT
• Padat dan kontur huruf, kekontrasan terjadi pada padat tidaknya huruf
tersebut, pada kontur menunjukkan garis tepi huruf.
P PADAT
1.2.1.3. Anatomi huruf
Anatomi huruf mempunyai antomi yang berbeda-beda, baik tinggi, lebar,
maupun tebal-tipisnya. Pada umumnya setiap huruf mulai dari A – Z terdiri
dari huruf besar dan kecil.
Gambar 1.16. Bagian-bagian huruf
A B C D E F
G H I J K L
M N O P Q R
S T U V W X
Y Z
Kriya Keramik 15
Gambar 1.17. Huruf besar
a b c d e f
g h i j k l
m n o p q r
s t u v w x
y z
Gambar 1.18. Huruf kecil
1.2.2. Menggambar Huruf, Logo, Inisial, dan Slogan
1.2.2.1. Menggambar huruf
Menggambar huruf (abjad), merupakan usaha untuk menyampaikan
informasi kepada masyarakat melalui media tulisan yang menarik dan
informatif.
Sebelum melaksanakan pembuatan huruf, yang perlu untuk diketahui
adalah bahwa ukuran huruf sangat bervariasi, ada huruf normal
(perbandingan 3:5), huruf meninggi, huruf melebar. dan sebagainya.
Gambar 1.19. Huruf normal (perbandingan 3:5)
Gambar 1.20. Huruf meninggi (perbandingan 1:3)
16 Kriya Keramik
Gambar 1.21. Huruf melebar (perbandingan 1:1)
Proses menggambar huruf
Sebelum melaksanakan pembuatan gambar huruf, sebaiknya tentukan
terlebih dahulu jenis huruf yang akan dibuat, untuk latihan ini membuat huruf
dengan perbandingan 1 : 1.
a. Siapkan alat dan bahan
• Penggaris
• Jangka
• Penghapus
• Pensil
• Cat air/poster
• Kertas gambar
b. Langkah kerja
1. Menyiapkan kertas dan peralatan
untuk menggambar huruf
2. Membuat garis-garis pertolongan
yang berupa kotak bujur sangkar,
kemudian membuat garis-garis
huruf dengan garis tipis pada
kertas gambar menggunakan
pensil
Kriya Keramik 17
3. Membuat garis huruf dengan cara
menebalkan bagian-bagian garis
pertolongan sehingga membentuk
gambar huruf
4. Menghapus garis pertolongan
sehingga membentuk gambar
huruf,
5. Mewarnai gambar huruf dengan
cat air atau cat poster
1.2.1.2. Menggambar logo
Masyarakat awam menganggap logo tak jauh beda dengan bentuk atau
gambar yang berwarna-warni yang menjadi icon sebuah corporate, bentuk
usaha, ataupun sebuah produk. Logo merupakan icon yang mewakili
sesuatu, yang mampu menjelaskan secara singkat kepada masyarakat serta
mampu dengan mudah dipahami.
Logo dapat berupa huruf, gambar, atau lambang yang mengandung suatu
makna atau maksud. Logo dibuat dengan tujuan menarik minat seseorang
atau masyarakat, kebanyakan bentuk logo adalah kependekan atau
singkatan dari suatu nama sehingga mudah untuk diingat.
18 Kriya Keramik
Contoh:
Logo Depdiknas Logo PPPPTK Seni dan Budaya
Logo BNI Logo BRI
Gambar 1.22. Contoh beberapa gambar logo
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat logo, yaitu:
• Logo harus memiliki makna, ini memberikan nilai tambah pada
rancangan logo tersebut
• Logo harus unik dan menarik perhatian orang dan mudah diingat
• Logo harus mewakili sesuatu yang seharusnya diinginkan, jangan
menimbulkan salah pengertian
• Logo harus dibuat dengan memperhatikan perpaduan unsur-unsur seni
rupa yang ada, misal garis, bentuk, warna, huruf, dan lain-lain.
Proses membuat gambar logo
Sebelum melaksanakan pembuatan gambar logo, sebaiknya tentukan
terlebih dahulu membuat berbagai sketsa bentuk logo tersebut, setelah itu
tentukan gambar sketsa terpilih. Untuk latihan, membuat gambar logo
studio keramik.
a. Siapkan alat dan bahan
• Penggaris
• Jangka
• Penghapus
• Pensil
• Cat air/poster
• Kertas gambar
Kriya Keramik 19
b. Langkah kerja
1. Menyiapkan kertas dan peralatan
untuk menggambar logo
2. Membuat garis-garis pertolongan
yang berupa kotak bujur sangkar,
kemudian buat dua elips dengan
sumbu simetri garis diagonal
menggunakan pensil
3. Membuat elips pada pada bagian
atas kanan, sehingga membentuk
semacam guci yang miring ke
kanan.
4. Menghapus garis pertolongan
sehingga membentuk gambar
logo, kemudian mewarnai bagian
gambar logo menggunakan cat
poster coklat, sehingga
membentuk huruf C (Ceramic).
20 Kriya Keramik
5. Mewarnai bidang yang membentuk
huruf C dengan warna oranye,
kemudian buatlah tulisan studi
keramik.
1.2.2.3. Menggambar inisial
Gambar inisial merupakan gambar huruf awal (singkatan) dari nama
seseorang, huruf inisial dapat berupa satu huruf atau lebih. Gambar inisial
dapat juga huruf awal dari suatu paragraf.
Inisial GB Inisial EA
Inisial P pada awal paragraf Inisial P pada awal paragraph
Gambar 1.23. Contoh Inisial
Gambar inisial berupa huruf, saat ini banyak digunakan pada berbagai
media cetak seperti majalah, koran, tabloid, dapat juga ditemukan undangan
pernikahan yang merupakan singkatan calaon mempelai atau seseoarng
yang menggunakan inisial sebagai nama samaran.
Proses membuat gambar inisial
Sebelum melaksanakan pembuatan gambar logo, sebaiknya tentukan
terlebih dahulu membuat berbagai sketsa bentuk logo tersebut, setelah itu
Kriya Keramik 21
tentukan gambar sketsa terpilih. Untuk latihan, membuat gambar logo
studio keramik.
a. Siapkan alat dan bahan
• Penggaris
• Jangka
• Penghapus
• Pensil
• Cat air/poster
• Kertas gambar
b. Langkah kerja
1. Menyiapkan kertas dan peralatan
untuk menggambar inisial
2. Membuat garis-garis pertolongan,
kemudian buat dua huruf, misal
huruf G dan B menggunakan
pensil
3. Mengembangkan gabungan kedua
huruf G dan B, sehingga
membentuk satu rangkaian huruf.
22 Kriya Keramik
4. Menghapus garis pertolongan
sehingga membentuk gambar
inisial GB
5. Mewarnai bagian gambar/huruf
inisial GB menggunakan cat
poster.
1.2.2.4. Menggambar slogan
Slogan merupakan semboyan, biasanya berupa kalimat pendek yang
menarik dan mudah diingat dan dipahami sesuai pesan yang akan
disampaikan dengan tujuan menciptakan citra tertentu kepada masyarakat.
Menurut sifatnya slogan dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Slogan yang bersifat sosial, berupa ajakan, semboyan, atau himbauan
untuk melakukan sesuatu
2. Slogan yang bersifat komersial, biasanya penawaran berupa produk
atau jasa.
Gambar 1.24. Contoh slogan komersial
Kriya Keramik 23
Proses membuat gambar inisial
Sebelum melaksanakan pembuatan gambar logo, sebaiknya tentukan
terlebih dahulu membuat berbagai sketsa bentuk logo tersebut, setelah itu
tentukan gambar sketsa terpilih. Untuk latihan, membuat gambar logo
studio keramik.
a. Siapkan alat dan bahan
• Penggaris
• Jangka
• Penghapus
• Pensil
• Cat air/poster
• Kertas gambar
b. Langkah kerja
1. Menyiapkan kertas, peralatan
untuk menggambar slogan, dan
rencana slogan yang mau dibuat
2. Membuat garis-garis pertolongan,
kemudian membuat slogan
“Belajar untuk masa depan”.
3. Menghapus garis pertolongan
sehingga membentuk gambar
slogan
24 Kriya Keramik
4. Mewarnai bagian gambar sloganl
menggunakan cat poster.
Tugas:
1. Menggambar berbagai jenis huruf
• Menggambar berbagai jenis huruf, seperti pada materi yang telah
anda baca diatas.
• Gunakan kertas dan pensil 2B, kemudian berilah tinta hitam pada
huruf yang telah anda buat.
• Selanjutnya dengan kertas yan lain gambarlah huruf-huruf itu dalam
variasi ukurannya (besar dan kecil)
2. Menggambar logo
• Apakah anda telah memahami tentang logo? Cobalah baca sekali
lagi!. Jika belum jelas tanyakan kepada guru.
• Buatlah beberapa alternative tentang logo dari nama anda.
• Gunakan keras gambar dan pensil 2B. Pilihlan salah satu dari
alternative itu dan selesaikan dengan tinta.
3. Menggambar inisial
• Pahami materi tentang inisial, dan perhatikan pula beberapa gambar
inisial.
• Gunakan gambar tersebut sebagai acuan. Kemudian latihan
membuat beberapa inisial dari huruf depan nama anda .
• Pilihalah salah satu kemudian warnailah!
4. Menggamabar slogan
• Pilihlah sebuah slogan yang anda senangi
• Gambarlah slogan itu pada kertas A4 dengan salah satu jenis huruf,
gunakan pensil B,
• Perhatikan jarak dan spasinya. Selesaikan dengan tinta
menggunakan pena dan kuas.
Kriya Keramik 25
1.3. Menggambar Alam Benda
Menggambar adalah membuat goresan sebagai usaha menyajikan persepsi
visual (gambar) yang secara grafis memiliki kemiripan dengan suatu bentuk.
Sedang yang dimaksud dengan menggambar alam benda adalah
menggambar dengan cara melihat secara langsung bentuk-bentuk benda
yang dijadikan obyek gambar.
Dalam menggambar juga tidak lepas dari penggunaan unsur-unsur seni
rupa, yaitu: garis, bidang, bentuk, komposisi, dan arsir. Berbagai macam
obyek dapat digunakan sebagai bahan atau materi menggambar bentuk,
diantaranya adalah: alam benda, flora fauna, dan dan manusia. Obyek
dalam menggambar bentuk umumnya dapat dilihat oleh indera mata dan
sebagian besar dapat diraba. Obyek dalam menggambar alam benda
sangat luas, secara sederhana obyek tersebut dapat dikelompokkan
menjadi dua kelompok besar yaitu: benda dalam rumah dan luar rumah.
1.3.1. Alat dan bahan
Alat dan bahan yang digunakan untuk menggambar alam benda dengan
teknik kering dengan media pensil.
a. Pensil 2B-6B
b. Karet pengahpus
c. Kertas gambar A3
d. Model benda
1.3.2. Menggambar dengan memperhatikan arah cahaya
Cahaya sangat sangat berperan dalam aktivitas menggambar alam benda,
karena cahaya obyek tersebut dapat dilihat warnanya, bentuknya, dan
suasana yang ditimbulkannya. Jika diamati dengan teliti, tidak semua
permukaan benda terkena cahaya secara merata, ada bagian yang paling
terang, paling gelap, dan bagian antara terang dan gelap, hal ini
menimbulkan nada gelap-terang pada benda tersebut, disamping itu juga
terbentuk bayangan di belakang benda yang tidak terkena cahaya.
Berkaitan dengan hal tersebut. maka yang perlu diperhatikan adalah bagian
permukaan benda yang terkena cahaya, arah sumber cahaya, dan
bayangan benda.
26 Kriya Keramik
Gambar 1.25. Bola yang diterpa cahaya (Sumber: Atisah S.)
1.3.3. Menggambar dengan arsir/gelap terang
Arsir merupakan pengulangan garis yang bertujuan untuk mengisi bidang
atau bentuk dan ruang gambar yang kosong. Bentuk arsir dapat berupa
arsir serah, arsir silang, dan arsir acak, dismping itu juga ada arsir gradasi.
Dalam menggambar arsir berfungsi untuk:
1. Memberikan karakter dan tekstur benda
2. Memberikan kesan bentuk atau voleme benda.
3. Memberikan kesan jarak dan kedalaman (perspektif) pada gambar
4. Mengisi bidang kosong
5. Sentuhan akhir suatu gambar
Beberapa contoh arsir:
Gambar 1.26. Arsir searah (Sumber: Taufiq)
Gambar 1.27. Arsir searah (Sumber: Taufiq)
Kriya Keramik 27
Gambar 1.28. Arsir searah (Sumber: Taufiq)
Gambar 1.29. Arsir searah (Sumber: Taufiq)
1.3.4. Menggambar dengan memperhatikan proporsi dan
komposisi dengan tepat.
Dalam menggambar alam benda, berbagai macam benda benda dapat
digunakan sebagai obyek menggambar. Obyek gambar dapat satu benda,
dua benda, atau lebih dengan berbagai macam bentuk benda. Sebelum
menggambar, beberapa hal penting yang harus diperhatikan adalah
melakukan pengamatan terlebih dahulu struktur benda tersebut, jika benda
tersebut memiliki struktur geometris yang jelas, maka buatlah sketsa
geometrisnya terlebih dahulu, namun jika benda tersebut memiliki struktur
organis, buatlah konturnya lebih dahulu. Ini dilakukan untuk mempermudah
langkah-langkah dalam menggambar .
Untuk itu beberapa hal yang harus diperhatikan dalam praktek menggambar
alam benda adalah:
1. Proporsi, yaitu ukuran perbandingan antara bagian-bagian benda yang
digambar
2. Komposisi, yaitu susunan keseluruhan dari obyek atau benda yang
digambar dengan bidang gambar
3. Perspektif, yaitu pandangan kedalaman yang serasi dari obyek atau
benda yang digambar
28 Kriya Keramik
4. Terjemahan bahan atau tekstur, yaitu wujud permukaan dari obyek atau
benda yang digambar sesuai sifat bahannya.
Gambar 1.30. Contoh gambar
alam benda (Sumber: Taufiq)
Gambar 1.31. Contoh gambar
alam benda (Sumber: Taufiq)
Tugas:
Tugas Ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dalam memberi
kemantapan dalam membuat ilusi tiga dimensi dengan gelap terang dan
pewarnaan serta mengasah kepekaan rasa.
• Ambilah dua buah benda susunlah benda tersebut dalam komposisi yang
paling enak dipandang. Bualah sketsa kedua benda tersebut diatas
kertas gambar.
• Berilah arsiran tipis pada bagian-bagian benda yang gelap, kemudian
secara perlahan tebalkan bagian yang gelap tersebut.
• Gunakan bagian yang paling gelap untuk membandingkan tonasi gelap
terang pada bagian yang lain.
1.4. Menggambar Flora Fauna
1.4.1. Pemahaman obyek-obyek sesuai bentuk dan karakternya
Menggambar flora (tumbuhan) dan fauna (binatang) merupakan obyek
gambar yang menarik selain alam benda dan manusia. Jenis tumbuhan dan
binatang sangat beragam, hal akan memperkaya obyek gambar yang akan
dibuat. Obyek tumbuhan dapat berupa pohon, bunga, daun, buah, dan
Kriya Keramik 29
sebagainya, sedangkan obyek binatang dapat berupa binatang darat, air,
atau binatang terbang. Hampir sama dengan menggambar alam benda,
sebelum menggambar flora dan fauna, juga harus melakukan pengamatan
atu melihat obyek secar langsung, karena hal ini sangat efektif dibandingkan
dengan mengandalakn ingatan saja. Dengan melihat secara langsung
obyek maka akan dapat menggambarkan karakter dan proporsi secara
benar. Memang menggmabr fauna (binatang) lebih sulit karena binatang
cenderung untuk bergerak.
1.4.2. Menggambar flora dan fauna sesuai bentuk, proporsi,
anatomi, dan karakternya.
Sama halnya dengan menggambar alam benda, mulailah menggambar
tumbuhan atau binatang berupa sketsa dan garis bantu, hal ini dilakukan
untuk mempermudah dalam menangkap proporsi, bentuk, dan karakater
obyek gambar, selanjutnya dibuat kontur (garis luar) dari obyek tersebut.
Gambar 1.32. Daun (Sumber: Taufiq)
30 Kriya Keramik
Gambar 1.33. Buah-buahan (Sumber: Taufiq)
Gambar 1.34. Kuda (Sumber: Saraswati)
Gambar 1.35. Singa (Sumbrer: Agus Sachari)
Tugas:
Anda telah mengamati bentuk binatang dan cara menggambarnya,
sekarang lakukanlah latihan dibawah ini.
• Siapkan bahan dan alat gambar
• Tentukan jenis binatang yang akan digambar, seperti kucing, ayam,
marmot dan lainnya. .
• Mulailah menggambar binatang tersebut secara global, kemudian
bentuklah bagian-bagian dari badan binatang mulai dari kepala hingga
kaki secara global pula.
• Selanjutnya mulailah secara bertahap memberikan detail pada setiap
bagiannya.
• Lengkapilah suasana sekelilingnya dengan bentuk pepohonan atau yang
lainnya.
Kriya Keramik 31
1.5. Menggambar Manusia
Manusia merupakan salah satu obyek dalam menggambar bentuk,
menggambar manusia sangat menarik karena manusia mahluk hidup yang
memiliki usia, ekspresi, karakter, gerak, dan sebagainya. Beberapa hal
penting yang harus dipahami dalam menggambar manusia, yaitu: proporsi,
otot, jenis kelamin, dan posisi (sudut pandang)
1.5.1. Menggambar manusia dengan proporsi
Sebelum memulai menggambar manusia, harus mengetahui proporsi tubuh
manusia terlebih dahulu, yaitu perbandingan, antara kepala, badan, dan
anggota badan. Untuk laki-laki, wanita, dan anak-anak memiliki proporsi
yang bebeda-beda, proporsi tubuh laki-laki dewasa lebih tinggi dari wanita
dewasa. Secara teori ukuran tinggi manusia ditentukan oleh berapa kali
ukuram kepala. Pada umumnya ukuran tinggi orang Indonesia dewasa
tingginya 7 kali tinggi kepala, sedang orang barat (Eropa) 7 ½ - 8 kali tinggi
kepala.
Gambar 1.36. Proporsi tubuh manusia (Sumber: Mofit)
1.5.2. Menggambar bagian dari tubuh manusia
Bagian tubuh manusia sangat baik untuk berlatih menggambar manusia,
bagian-bagian yang umum yang sering digunkan sebagai obyek gambar
32 Kriya Keramik
adalah torso (badan), kepala, dan anggota badan lainnya (tangan, kaki, dan
sebagainya.
Gambar 1.37. Wajah (Sumber: Agus Sachari)
Gambar 1.38. Tangan (Sumber: Agus Sachari)
Tugas:
• Agar lebih mudah memahami bentuk tubuh manusia, perhatikanlah
bentuk tubuh anda sendiri dalam cermin.
• Lihatlah tiap-tiap bagiannya, sambil duduk coba menggambar bagianbagian
itu secara terpisah.
• Mulai dari kepala, badan, tangan dan kaki.
• Gunakan contoh sebagai acuan.
• Mulailah dari posisi yang paling mudah, misalnya kepala dari depan,
badan dari depan,
• Dan teruskan dengan variasi berbagai posisi.
Kriya Keramik 33
1.6. Membuat Nirmana 3 Dimensi
Mendesain karya nirmana ruang bertujuan mencapai keserasian karya rupa.
Mendesain nirmana ruang lebih sulit dari mendesain nirmana datar, karena
berbagai sudut pandangan harus dipertimbangkan.
Nirmana ruang merupakan satu kesatuan ruang yang sulit dan tidak
mudah digambarkan diatas kertas. Dalam mendesain bentuk nirmana ruang
harus dapat membayangkan keseluruhan bentuk sebuah benda, kedalaman
dan ruang atau rongga, massa dan sifat alami suatu bahan.
Dalam nirmana ruang terdapat tiga unsur:
• unsur konsep : titik, garis, bidang dan ruang
• unsur rupa: bentuk, ukuran , warna dan tekstur
• unsur pertalian : kedudukan, arah, ruang dan gaya berat.
Unsur konsep tidak brewujud tetapi seolah-olah ada. Unsur rupa dapat
dilihat dan menentukan penampilan akhir sebuah disain nirmana ruang.
Sedangkan unsur pertalian mengendalikan keseluruhan semua unsue rupa.
1.6.1. Ruang lingkup bidang bersaf/berjajar dalam nirmanan
ruang.
Bidang bersaf awalnya terjadi dari sebuah titik, garis, dan bidang. Jika
sejumlah titik dijajarkan membenrtuk garis.
Contoh:
Gambar 1.39. Garis berawal dari titik
Jika sejumlah garis dijajarkan membentuk bidang
Contoh:
Gambar 1.40. Bidang berawal dari garis
34 Kriya Keramik
Jika sejumlah bidang disejajarkan membentuk ruang
Contoh:
Gambar 1.41. Ruang berawal dari bidang
Dan jika sebuah ruang dinyatakan dengan sederet bidang, setiap bidang
merupakan irisan ruang tersebut.
Gambar 1.42. Ssederatan bidang yang membentuk ruang
1.6.1.1. Bidang berjajar
Bidang sejajar:
• Untuk membentuk ruang, kita bayangkan deretan irisan.atau cara bentuk
itu teriris tipis-tipis sehingga diperoleh bidang berjajar.
• Setiap bidang dapat dianggap sebagai bentuk yang dapat dipakai dalam
susunan pengulangan .
• Perulangan berhubungan dengan pengulangan bentuk dan ukuran.
Contoh gambar:
Kriya Keramik 35
Gambar 1.43. Pengulangan bidang
Gradasi berhubungan dengan bentuk yang beragam dengan berangsurangsur,
dan dapat digunakan dalam 3 cara dan ukuran.
1). Ukuran gradasi, bentuknya berulang.
Gambar 1.44. Ukuran gradasi bentuk berulang
2). Bentuknya gradasi, ukurannya berulang.
Gambar 1.45. Bentuk gradasi ukurannya berulang
3). Bentuk dan ukurannya gradasi
Gambar 1.46. Bentuk ukuran gradasi
36 Kriya Keramik
1.6.1.2. Ragam kedudukan
Kedudukan bertalian pertama-tama dengan jarak bidang Jika arah tidak
beragam, semua bidang akan berderat sejajar sama.
Contoh :
1). Semua bidang bujur sangkar dengan ukuran yang sama. Bidang yang
bersaf dengan lurus kedua lereng tegaknya akan merunut dua garis
lurus sejajar yang jaraknya sama dengan lintang bidang.
Gambar 1.47. Bidang bujur sangkar yang bersaf tegak
2). Jarak antar bidang dapat sempit atau lebar, dengan bentuk yang sama.
Jarak yang sempit mengesankan kepadatan, sedangkan jarak yang
lebar melemahkan kesan ruang.
Gambar 1.48. Jarak antar bidang ynag sempit
3). Begitu juga tanpa mengubah jarak antar bidang, kedudukan setiap
bidang dapat digeser naik turun dengan gradasi. Contoh ini mudah
dikerjakan jika bidang digantung di udara atau ditempatkan pada
sebuah alas sehingga diperoleh kesan membenam dengan gradasi.
Kriya Keramik 37
Gambar 1.49. Jarak antar bidang naik turun
1.6.1.3. Peragaman arah
Arah bidang dapat diubah dengan tiga cara:
1). Diputar pada sumbu tegak
Gambar 1.50. Bidang diputar pada sumbu tegak
2). Diputar pada sumbu datar
Gambar 1.51.Bidang diputar pada sumbu datar
3). Diputar pada bidang itu sendiri
Gambar 1.52. Bidang diputar pada bidang sendiri
Perputaran ini pasti berpengaruh pada kedudukan bidang karena setiap
perubahan arah dengan sendirinya akan mengubah kedudukan. Pada
38 Kriya Keramik
perubaha ini bidang dapat disusun memancar dan membentuk lingkaran
atau dapat pula berkelok-kelok.
Perhatikan gambar
Gambar 1.53. Bidang yang disusun membentuk lingkaran
Gambar 1.54. Bidang yang disusun berkelok-kelok
1.6.2. Konstruksi dan Perakitan
Teknik ini merupakan membangun bentuk dengan cara menggabungkan
sejumlah bagian sehingga tercipta struktur yang kokoh. Upaya untuk
membangun material itu memiliki struktur konstruksi dirangkai
menggunakan material penunjang seperti lem atau paku.
Berikut contoh beberapa karya nirmana ruang
Kriya Keramik 39
Gambar 1.55. Contoh karya nirmana ruang
(sumber: Agus Sachari)
Gambar 1.56. Contoh karya
nirmana ruang (sumber: Agus
Sachari)
Gambar 1.57. Contoh karya nirmana ruang
(sumber: Agus Sachari)
40 Kriya Keramik
Gambar1.58. Contoh karya
nirmana ruang (sumber: Agus
Sachari)
Gambar 1.59. Contoh karya nirmana ruang
(sumber: Agus Sachari)
Tugas:
1. Membuat nirmana ruang bidang berjajar
• Amati gambar nirmana ruang pada bidang berjajar.
• Siapkan bahan, alat dan tempat
• Buatlah rancangan desain berjajar bidang diatas kertas berserta
bentuk, ukuran dan gradasinya.
• Potonglah karton tebal persegi berukuran 12 x 12 cm sebanyak 20
keping. Selanjutnya tentukan gradasinya seperti pada acuan gambar
• Susunlan secara berjajar pada papan yang telah disiapkan untuk
menempatkan bidang tersebut.
2. Konsturksi dan perakitan
Membuat rongga-rongga segi empat dengan bahan karton dan teknik
rakit
• Buatlah sketsa wujud kubus dengan pensil
• Tentukan ukuran karton, 40 x 5 cm sebanyak 16 lembar
• Bagilah setiap lembar karton tsb menjadi 8 bagian (a 5 cm), cukup
ditandai dengan pensil.
• Buatlah celah sepanjang setengah dari lebar karton pada bagian
yang ditandai pensil tsb.
• Kaitkanlah lembar-lembar karton itu melalaui celah-celah yang telah
dibuat, dengan demikian , anda telah mendapatkan karya ronggarongga
segi empat.
Kriya Keramik 41
Gambar teknik adalah gambar yang secara umum banyak digunakan
dengan mengikuti aturan-aturan tertentu. Gambar teknik merupakan gambar
kerja yang sifatnya universal yang mempunyai arti sama di manapun,
sehingga gambar kerja dapat dibaca dan dipahami oleh oleh orang yang
membuatnya.
Gambar teknik sering disebut juga sebagai gambar kerja atau gambar
produksi yang tujuannya untuk menterjemahkan gambar desain menjadi
gambar terukur yang dapat dipahami oleh pelaksana atau bagian produksi
atau untuk mewujudkan ide atau gagasan dalam pembuatan suatu benda
atau produk. Gambar teknik buklanlah gambar yang dibuat menurut selera
dan pribadi pembuatnya seperti pada melukis, tetapi gambar teknik
merupakan gambar yang harus mengikuti aturan dan metode tertentu.
Gambar kerja akan menjadi pedoman seseorang yang akan membuat
benda atau produk tersebut, baik dari sisi ukuran, bahan, warna, tekstur,
penyelesaian akhir (finishing), dan lain-lain.
Gambar kerja dapat digunakan sebagai alat komunikasi seorang pembuat
gambar (drafter) dengan pembuat benda,
Alat dan bahan menggambar teknik
Beberapa alat dan bahan yang digunakan dalam menggambar teknik adalah
sebagai berikut:
1. Meja gambar
Pada umumnya meja gambar dibuat
dari bahan kayu yang memiliki daun
meja yang rata dan halus, meja ini
dapat diatur kemiringannya sesuai
penggunannya
23.. MMEENNGGGGAAMMBBAARR TTEEKKNNIIKK
42 Kriya Keramik
2. Potlot
Potlot yang digunakan memiliki seri
yang berbeda berdasarkan
kekerasannya yang ditandai dengan
huruf H, B, dan F, atau gabungan
dari huruf tersebut.
• Potlot seri H (hard) yang artinya
keras, semakin besar angkanya
akan semakin keras.
• Potlot seri B (black) yang artinya
hitam, memiliki sifat lunak,
semakin besar angkanya semakin
lunak.
• Potlot seri HB dan F (firm), memiliki sifat sedang (tidak keras dan tidak
lunak) sedang seri F memiliki sifat hampir sama dengan potlot HB
Dalam menggambar teknik digunakan potlot seri H (H-3H) sedang untuk
merancang biasa digunakan seri B (B-2B)
2. Mistar (penggaris)
Ada beberapa jenis mistar yang
digunakan dalam gambar teknik,
yaitu sepasang mistar segitiga dan
mistar ukur, keduanya memiliki
angka ukuran (cm dan inchi). Mistar
segitiga pertama dengan sudut 90,
30, dan 60, sedang segitiga kedua
dengan sudut 90, 45, dan 45. Mistar
segitiga ini digunakan untuk menarik
garis lurus, terutama garis tegak dan
membuat susut, sedang mistar ukur
digunakan untuk mengukur panjang,
bukan untuk menarik garis.
3. Jangka
Jangka merupakan satu kesatuan.
Jangka ini digunakan untuk
membuat garis lingkaran,
meggambar sudut, mengukur
panjang garis, membagi lingkaran
dan membagi garis.
Kriya Keramik 43
4. Rapidograf
Alat sejenis pulpen atau bolpoint
yang mempunyai pena bulat
berbentuk pipa, rapidograf memiliki
nomor seri yang berwarna sehingga
mudah dikenali, nomor seri
menunjukkan besarnya lubang pipa
rapido atau tebalnya garis yang
dihasilkan. Nomor seri mulai 0.1-
0.9, nomor seri 0.1 menghasilkan
garis setebal 1 mm, sedang nomor
seri 0.5 menghasilkan setebal 0.5
mm. Rapidograf dapat diisi ulang
dengan tinta khusus dan tersedia
dalam berbagai warna.
5. Sablon
Sablon merupakan alat cetak huruf,
angka, dan bentuk tertentu (segitiga,
segi emapt, lingkaran, elips, dll.)
yang digunakan untuk membuat
huruf, angka, dan bentuk secara
teratur dan rapi. Sablon ini
berbentuk lubang-lubang. Memiliki
berbagai macam ukuran sesuai
penggunaannya
6. Kertas
Jenis kertas untuk menggambar teknik banyak sekali jenisnya, diantaranya
adalah kertas HVS, manila, padalarang, BC, kalkir, dll. Kertas memiliki
berbagai ukuran dan ketebalan yang berbeda-beda. Secara umum ukuran
kertas dibedakan menjadi 2 dua, yaitu:
• Kertas ukuran A (A0-A10) yaitu ukuran kertas jadi yang dipakai sebagai
ukuran dasar
• Kertas ukuran B (B0-B10) yaitu ukuran kertas sebelum dipotong.
Ukuran kertas dalam mm: A0 (841x1189), A1 (594x841), A2 (420x594), A3
(297x420), A4 (210x297), A5 (148x210), A6 (105x148)
2.1. Menggambar Proyeksi
Gambar proyeksi merupakan dasar menggambar teknik untuk menyatakan
bentuk dan ukuran suatu obyek atau benda. Gambar proyeksi yang akan
44 Kriya Keramik
dipelajari ini merupakan gambar proyeksi orthogonal yang merupakan
gambar proyeksi yang sering digunakan dalam pembuatan gambar kerja.
Fungsi proyeksi adalah:
• Untuk mendapatkan ukuran garis yang sebenarnya
• Untuk membuat bentuk yang sebenarnya
• Untuk membuat gambar kerja
Secara umum dalam gambar proyeksi diperlukan tiga arah pandangan:
• Tampak atas
• Tampak depan
• Tampak sampinh kanan/kiri
Proyeksi Ortogonal
Metode gambar teknik yang paling mudah dan komunikatif untuk
menggambar masing-masing bagian dalam desain suatu produk adalah
menggambar berbagai sisi suatu objek dengan menarik garis lurus pada
setiap bidang. Proses penggambaran objek secara dua dimensi disebut
proyeksi orthografi/orthogonal. Dalam ilmu geometri, gambar orthogonal
menggunakan dua bidang proyeksi, yaitu bidang vertikal dan horisontal.
Proyeksi orthogonal sering disebut sebagai gambar proyeksi saja atau
gambar tampak. Jika sebuah benda digambarkan dengan cara proyeksi
orthogonal akan menghasilkan sebuah bidang saja yang tampak pada
bidang. Teori gambar proyeksi secara garis besar terbagi atas dua
kelompok, yaitu:
a. Proyeksi Eropa
Proyeksi cara ini beranggapan bahwa obyek atau benda yang akan
digambar atau diproyeksikan seolah-olah berada dalam suatu kubus.
Setiap pandangan menunjukkan benda yang terlihat pada bidang proyeksi
dengan melihat sisi benda yang terdekat dengan pengamat.
Urutan proyeksi Eropa: pengamat, obyek, dan bidang proyeksi (garis
proyeksi ditarik menjauhi pengamat)
Mata
A
A1
V
: pengamat
: obyek
: proyeksi obyek A
: bidang proyeksi
Gambar 2.1. Urutan proyeksi Eropa
Kriya Keramik 45
Gambar 2.2. Proyeksi Eropa
b. Proyeksi Amerika
Proyeksi cara ini beranggapan sebaliknya, yaitu seolah-olah obyek atau
benda berada di luar kubus. Asas proyeksi Amerika: bidang gambar (bidang
proyeksi) diletakkan di antara mata dan benda yang digambar, sedang
bidang gambar tersebut adalah bidang gambar yang bening, seperti kaca.
Setiap pandangan menunjukkan benda yang terlihat pada bidang proyeksi
dengan melihat sisi benda yang terjauh dengan pengamat.
Urutan proyeksi Amerika: pengamat, bidang proyeksi, dan obyek (garis
proyeksi ditarik menuju pengamat)
Gambar 2.3. Asas proyeksi Amerika
46 Kriya Keramik
Mata
A
A1
V
: pengamat
: obyek
: proyeksi obyek A
: bidang proyeksi
Gambar 2.4. Urutan proyeksi Eropa
Gambar 2.5. Proyeksi Amerika
Dalam proyeksi Amerika:
• bidang proyeksi tampak atas berada di atas,
• bidang proyeksi tampak muka berada di tengah,
• bidang proyeksi tampak kanan berada di sebelah kanan,dan
• bidang proyeksi tampak kiri berada di sebelah kiri
Kriya Keramik 47
Tugas:
Menggambar proyeksi
• Pilihlah gambar benda yang anda senangi
• Gambarlah benda itu pada kertas A4 dengan menggunakan metode
proyeksi Eropa
• Perhatikan gambar tampak depan, atas, samping, potongan dan
perspektifnya
• Perhatikan juga ukuran dan skala yang digunakan
• Selesaikan tugas tersebut dengan benar!
2.1. Menggambar Perspektif
Gambar perspektif adalah gambar teknik yang digunakan untuk
menggambarkan obyek berupa benda, ruang (interior), dan lingkungan
(eksterior) yang terlihat oleh mata manusia ke dalam bidang datar.
Kesan yang timbul dari perspektif (tiga dimensi) adalah keterbatasan
persepsi mata manusia menangkap obyek (benda) yang dilihat dan
digambar dalam bidang datar, semakin jauh obyek kelihatan semakin kecil
dan terlihat seperti titik. Titik ini dalam ilmu perspektif disebut titik hilang. Titik
hilang ini terletak pada garis mata yang sejajar dengan garis permukaan
bumi dan kaki langit.
Gambar perspektif dibangun oleh tiga unsure utama, yaitu: panjang, lebar,
dan kedalaman (volume), agar gambar lebih hidup dapat dilengkapi dengan
bayangan, warna, atau tekstur. Gambar perspektif dibuat agar obyek
(benda) yang digambar mudah dipahami dan dapat menciptakan kesan
yang mendalam terhadap gambar tersebut.
Kedua mata manusia memiliki sudut pandang pada bidang datar sehingga
membentuk garis khayal yang disebut garis horizon, karena keterbatasan
penglihatan manusia maka obyek yang jauh yang tidak dapat dilihat lagi
membentuk titik yang disebut titik hilang.
Posisi sudut pandang dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
• Sudut pandang normal yaitu posisi melihat obyek secara umum manusia
berdiri.
• Sudut pandang tinggi (mata burung) yaitu posisi melihat dari tempat yang
lebih tinggi dari obyek.
• Susut pandang rendah (mata kucing) yaitu posisi melihat dari tempat
yang lebih rendah.dari obyek
48 Kriya Keramik
Gambar perspektif dibuat berdasarkan kaidah-kaidah obyektif suatu gambar,
dengan satu titik hilang, dua titik hilang, tiga titik hilang, atau titik hilang di
luar bidang gambar.
2.2.1. Gambar perspektif satu titik hilang
Gambar perspektif dengan satu titik hilang terjadi apabila sebuah obyek atau
benda dilihat dengan garis pusat pandangan tegak lurus terhadap salah satu
permukaannya dan garis-garis vertikal dan horizontal sejajar dengan bidang
gambar tetap vertikal dan horizontal.
Garis-garis horizontal yang semakin menjauh apabila diperpanjang akan
tampak bertemu di satu titik pusat pandangan. Sebagai contoh rel kereta api
yang sebenarnya sejajar, akan tampak seperti bertemu di satu titik.
Contoh gambar perspektif dengan satu titik hilang:
Gambar 2.6. Perspektif satu titik hilang
2.2.2. Gambar perspektif dua titik hilang
Gambar perspektif dengan dua titik hilang menggunakan dua titik hilang
pada garis horizontal. Secara teknis hampir sama dengan perspektif satu
tititk hilang.
Gambar perspektif dua titik hilang dapat ditunjukkan apabila obyek atau
benda dilihat pada salah satu sudutnya, maka seolah-olah semua obyek
gambar tersebut terfokus pada dua titik disebelah kiri dan kanan.
Kriya Keramik 49
Contoh gambar perspektif dengan dua titik hilang:
Gambar 2.7. Perspektif dua titik hilang
2.2.3. Gambar perspektif tiga titik hilang
Gambar perspektif tiga titik hilang aka terjadi apabila obyek atau benda
dilihat dari tempat yang lebih tinggi atau lebih rendah, maka seolah-olah
obyek gambar tersebut terfokus pada tiga titik di sebelah kirim kanan, bawah
atau atas.
Contoh gambar perspektif dengan tiga titik hilang:
Gambar 2.8. Perspektif tiga titik hilang
50 Kriya Keramik
Tugas:
Menggambar perspektif
• Buatlah gambar perspektif satu titik hilang, dua titik hilang, dan tiga hilang
• Gambarlah benda itu pada kertas A4
• Perhatikan gambar tampak perspektifnya
• Selesaikan tugas tersebut dengan benar!
2.3. Menggambar Gambar Kerja
Gambar kerja pada umumnya merupakan gambar rencana sebuah produk
(benda) yang digunakan di studio/bengkel yang digunakan sebagai
pedoman pembuatannya. Untuk itu suatu gambar kerja harus dibuat
dengaan jelas dengan mencantumkan data-data yang memberi keterangan
lengkap dan tepat. Dalam gambar kerja memberi keterangan tentang ukuran
sangat penting, semua keterangan ukuran harus ada dengan lengkap, tepat
penempatannya dan jelas terbaca.
Misalnya:
• Bentuk
• Ukuran dan skala
• Konstruksi
• Bahan
Gambar kerja biasanya diwujudkan dalam bentuk gambar tampak, yaitu:
tampak depan, tampak samping, tampak atas, dan tampak perspektif. Agar
benda yang dibuat mudah diwujudkan maka gambar kerja sering dilengkapi
penjelasan lain seperti: gambar tampak penampang, gambar detail dari
benda, bahan yang digunakan, dan dilengkapi dengan ukuran dan skala.
2.3.1. Gambar Proyeksi
Seperti telah diterangkan di depan, dalam gambar kerja selalu ada gambar
proyeksi berupa proyeksi tegak, yang meliputi gambar tampak depan,
tampak samping, dan tampak atas.
2.3.2. Gambar perspektif
Gambar perspektif dalam gambar kerja dimaksudkan untuk
menunjukkan bentuk benda yang dibuat sehingga menimbulkan
kesan kedalaman atau kesan bentuk tiga dimensi.
Kriya Keramik 51
2.3.3. Menentukan garis, ukuran dan skala
2.3.3.1. Ketepatan garis
Dalam gambar teknik, digunakan beberapa jenis garis yang masing-masing
mempunyai arti dan kegunaan yang berbeda-beda. Agar dapat dibaca atau
dipahami dan tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda maka
ditentukan suatu aturan cara penggunaan garis dalam gambar teknik.
Jenis dan fungsi garis dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.1. Jenis dan fungsi garis
No Jenis garis Keterangan Fungsi
1 Garis lurus tebal
Tebal garis: 0.2 - 0.8
mm
• Garis nyata
• Garis benda
2 Garis lurus tipis
Tebal garis: 1/4 garis
bendal
• Garis bantu
• Garis arsir
• Garis ukuran
3 Garis putus-putus
Tebal garis: 1/2 garis
benda
• Garis bentuk nyata
Terhalang/garis tak
tampak
4 Garis strip titik strip
Tebal garis: 1/3 garis
benda
• Garis sumbu/as
• Garis simetri
• Garis batas potongan
5 Garis titik-titik • Garis batas benda yang
dihilangkan
Penggunaan beberapa jenis garis tersebut dapat ditunjukkan pada gambar
di bawah:
Gambar 2.9. Penggunaan garis tebal
52 Kriya Keramik
Gambar 2.10. Penggunaan garis tipis sbagai arsir
Gambar 2.11. Penggunaan garis putus-putus
Gambar 2.12. Penggunaan garis strip titik strip
Gambar 2.13.Penggunaan garis titik-titik
Kriya Keramik 53
2.3.3.2. Ketepatan ukuran
Dalam mempelajari gambar teknik, selain mempelajari cara menggambar
suatu bentuk atu obyek juga mempelajari cara mencantumkan ukuranukuran
dalam gambar teknik tersebut. Ketepatan ukuran benda dan cara
mencantumkan ukuran-ukuran benda sangat penting dan harus sesuai
dengan aturan-aturan gambar kerja. Yang dimaksud dengan ukuran disini
adalah ukuran untuk menyatakan ukuran panjang garis yang nyata atau
sebenarnya bukan ukuran dalam skala.
Ukuran dan garis ukuran mutlak dicantumkan dalam gambar kerja sebagai
pedoman untuk mewujudkan benda, maka penempatan dan ketepatan
ukuran dan garis ukuran harus jelas agar mudah dibaca dan diterjemahkan
dalam pembuatan benda. Penulisan angka untuk menyatakan ukuran
panjang, tinggi, atau lebar juga harus memenuhi aturan-aturan yang dtelah
disepakati dalam gambar kerja.
Contoh penulisan angka, garis ukuran, dan garis pemisah ditunjukkan dalam
gambar berikut:
Gambar 2.14. Penulisan angka ukuran, garis ukuran,
dan garis pemisah yang benar
Garis ukuran pada kedua ujungnya dinyatakan dengan anak panah yang
sesuai yang menunjukkan tepat pada garis pemisah. Cara membuat garis
ukuran dan anak panah tersebut adalah sebagai berikut:
54 Kriya Keramik
Gambar 2.15. Garis ukuran dengan anak panah
Panjang garis yang menyatakan panjang ukuran, ditentukan oleh angka
ukuran pada garis ukuran. Untuk garis-garis mendatar angka-angka ukuran
dituliskan di atas garis ukuran, sedang untuk garis-garis vertikal (tegak)
angka-angka ukuran harus dituliskan di sebelah kiri garis ukuran dan angka
tersebut ditulis tegak pula.
Untuk memisahkan garis-garis ukuran yang mendatar dari garis gambar,
maka dapat diletakkan di atas atau di bawah garis gambar, sedang untuk
garis-garis ukuran yang vertikal (tegak), garis tersebut diletakkan di sebelah
kiri atau kanan garis gambar.
Gambar 2.16. Penulisan angka ukuran yang salah
Gambar 2.17. Penulisan angka ukuran yang benar
Dalam gambar, kadang-kadang ada garis gambar yang pendek, maka arah
anak panah garis ukuran sebaiknya ke arah dalam, dan apabila garis ukuran
pendek sehingga angka ukuran tidak dapat dituliskan, maka angka tersebut
dituliskan di luar dengan ditunjukkan oleh anak panah.
Kriya Keramik 55
Gambar 2.18. Penulisan garis dan angka ukuran
untuk ukuran yang pendek
Untuk benda yang memiliki bentuk lingkaran, maka ukurannya dapat
dinyatakan dengan jari-jarinya atau garis tengahnya.
Gambar 2.19. Penulisan garis ukuran jari-jari lingkaran
Gambar 2.20. Penulisan garis ukuran garis tengah lingkaran
56 Kriya Keramik
2.3.3.3. Menentukan ukuran skala pada gambar
Skala adalah perbandingan ukuran antara ukuran gambar dengan ukuran
benda sebenarnya. Sebuah obyek atau benda mempunyai ukuran yang
berbeda-beda, ada yang kecil dan ada yang besar. Oleh karena itu sering
kali tidak memungkinkan menggambar sebuah benda dalam kertas gambar
dari ukuran tertentu, dalam ukuran sebenarnya.
• Jika benda yang digambar terlalu besar maka ukuran gambar harus
diperkecil,
• jika bendanya yang digambar terlalu kecil maka ukuran gambar harus
diperbesar, dan
• jika benda yang digambar memungkinkan untuk digambar sama
besarnya maka tidak diperlukan skala (digambar dengan skala 1 : 1).
Pengecilan atau pembesaran gambar dilakukan dengan skala tertentu.
Skala adalah perbandingan ukuran linier pada gambar terhadap ukuran
linier dari unsur yang sama dari benda.
Ada tiga macam skala gambar dan penunjukan skala, yaitu:
Tabel 2.2. Macam skala
Skala gambar Penunjukan skala
1. skala penuh 1 : 1 skala penuh (full-size)
2. skala pembesaran x : 1 skala pembesaran
3. skala pengecilan. 1 : x skala pengecilan
Skala-skala yang dianjurkan untuk gambar teknik diuraikan pada Tabel
sebagai berikut:
Tabel 2.3. Skala gambar yang dianjurkan
Golongan Skala yang dianjurkan
Skala pembesaran 50 : 1
5 : 1
20 : 1
2 : 1 10 : 1
Skala penuh 1 : 1
Skala pengecilan
1 : 2
1 : 20
1 : 200
1 : 2000
1 : 5
1 : 50
1 : 500
1 : 5000
1 : 10
1 : 100
1 : 1000
1 : 10000
Kriya Keramik 57
Contoh penggunaan skala sebuah garis
Ukuran panjang garis
sebenarnya
Skala 2 : 1
Skala 1 : 2
Skala 1 : 1
Skala 3 : 2
Gambar 2.21. Panjang garis sebenarnya dan panjang garis
dalam berbagai skala
Skala 1 : 1 Skala 1 : 2
Gambar 2.22. Bentuk persegi panjang sebenarnya
dan dalam skala 1 : 2
Skala 1 : 1 Skala 1 : 2
Gambar 2.23. Bentuk kubus sebenarnya dan
dalam skala 1 : 2
58 Kriya Keramik
2.3.3.4. Irisan
Bagian dari obyek tidak tampak oleh mata karena tertutup oleh bagian
obyek, maka batas-batas atau garis-garisnya dinyatakan dengan garis
putus-putus. Metode irisan atau penampang dimaksudkan untuk
mempermudah dalam membaca gambar kerja.
Dalam membuat gambar irisan atau penampanhg dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu:
• Irisan atau penampang penuh, irisan ini diperoleh apabila suatu benda
dipotong atau diiris melintang penuh atau seluruhnya.
• Irisan atau penampang setengah, irisan ini diperoleh apabila suatu benda
dipotong atau diiris stengah dari irisan penuh.
Gambar 2.24. Irisan penampang penuh
Gambar 2.25. Irisan penampang setengah
Kriya Keramik 59
2.3.4. Format penampilan gambar
Format penampilan gambar kerja sebaiknya dibuat standar, baik untuk
gambar vertikal maupun horizontal. Format penampilan gambar kerja
kadang-kadang berbeda diantara bidang keahlian atau pekerjaan. Namun
yang penting adalah bahwa gambar kerja harus dapat diajukan pedoman
atau acuan seseorang untuk mengerjakan pekerjaan tersebut.
Dalam gambar kerja selain menampilkan gambar tampak, ukuran, skala,
gambar detail, gampar potongan, juga perlu informasi siapa yang
menggambar, dan pembimbingnya.
Contoh format penampilan gambar kerja yang sederhana:
Gambar 2.26. Format penampilan gambar kerja
60 Kriya Keramik
Tugas:
Menggambar gambar kerja
Buatlah gambar kerja dengan ketentuan sebagai berikut:
• Siapkan bahan dan alat
• Menggunakan kertas A4
• Tentukan: bntuk benda, ukuran dan skala, konstruksi dan bahan
• Tampilkan gambar tampak depan, atas, samping, potongan dan
perspektif
• Gunakan ketepatan ukuran dan skala yang tepat
• Gambar perspektif sebaiknya di arsir gelap terangnya, sehingga dimensi
lebih tampak.
Kriya Keramik 61
Pengertian ornamen secara umum
Istilah ornamen berasal dari kata Ornare (bahasa Latin) yang berarti menghiasi.
Sedang dalam bahasa Inggris ornament berarti perhiasan. Secara umum ornamen
adalah suatu hiasan (elemen dekorasi) yang diperoleh dengan meniru atau
mengembangkan bentuk-bentuk yang ada di alam. Ornamen merupakan salah
satu bentuk karya seni rupa yang banyak dijumpai dalam masyarakat kita, baik
dalam bangunan, pakaian, peralatan rumah tangga, perhiasan benda dan produk
lainnya. Keberadaan ornamen telah ada sejak jaman prasejarah dan sampai
sekarang masih dibutuhkan kehadirannya sebagai alat untuk memuaskan
kebutuhan manusia akan rasa keindahan. Di samping tugasnya sebagai penghias
secara implisit menyangkut segi-segi keindahaan, misalnya untuk menambah
keindahan suatu barang sehingga lebih bagus dan menarik, di samping itu dalam
ornamen sering ditemukan pula nilai-nilai simbolik atau maksud-maksud tertentu
yang ada hubungannya dengan pandangan hidup (falsafah hidup) dari manusia
atau masyarakat pembuatnya, sehingga benda-benda yang diterapinya memiliki
arti dan makna yang mendalam, dengan disertai harapan-harapan yang tertentu
pula.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ornamen adalah ungkapan
perasaan yang diwujudkan dalam karya seni rupa yang diterapkan sebagai
pendukung konstruksi, pembatas, simbol, dengan tujuan utama menambah
keindahan benda yang ditempati. Sedangkan corak dari ornamen kebanyakan
lebih bersifat dekoratif (menghias)
3.1. Menggambar Ornamen Primitf
3.1.1. Pengetahuan tentang ornamen Primitif
Seni hias primitif berkembang pada zaman prasejarah, yang mana tingkat
kehidupan manusia pada masanya sangat sederhana sekali dan sekaligus
merupakan ciri utama, sehingga manusianya disebut orang primitif. Hal ini
berpengaruh dalam kebudayaan yang mereka hasilkan. Mereka menghuni goagoa,
hidup berpindah-pindah (nomaden) dan pekerjan berburu binatang.
Di bidang kesenian, seni hias yang dihasilkan juga sangat sederhana, namun
memiliki nilai tinggi sebagai ungkapan ekspresi mereka. Peninggalan karya seni
3. MENGGAMBAR ORNAMEN
62 Kriya Keramik
yang dihasilkan berupa lukisan binatang buruan, lukisan cap-cap tangan yang
terdapat pada dinding goa, seperti pada dinding goa Leang-leang di Sulawesi
Selatan. Selain karya lukisan, terdapat juga hiasan-hiasan pada alat-alat berburu
mereka yang berupa goresan-goresan sederhana.
Karya seni yang dihasilkan hanya merupakan ekspresi perasaan mereka terhadap
dunia misterius atau alam gaib yang merupakan simbolis dari perasaan-perasaan
tertentu, seperti perasaan takut, senang, sedih, dan perasaan damai. Ciri-ciri lain
dari seni premitif yaitu goresannya spontannitas, tanpa perspektif, dan warnawarnanya
terbatas pada warna merah, coklat, hitam, dan putih.
3.1.2. Penempatan ornament primitive pada sebuah bidang
Secara garis besar motif yang digunakan untuk menyusun sebuah ornamen
dibedakan menjadi dua, yakni motif geometris dan motif organis. Motif geometris
adalah bentuk-bentuk yang bersifat teratur, terstruktur, dan terukur. Contoh bentuk
geometris adalah segitiga, lingkaran, segiempat, polygon, swastika, garis,
meander, dan lain-lain.
Contoh motif geometrik :
Gambar 3.1. Motif Meander (Sumber: Sigit Purnomo)
Gambar 3.2.Motif Pilin (Sumber: Sigit Purnomo)
Kriya Keramik 63
Gambar 3.3. Motif Tumpal (Sumber: Sigit Purnomo)
3.1.3. Konsistensin pengulangan bentuk yang diterapkan pada
ornamen primitif
Teknik Full Repeat
Menciptakan ornamen dengan
menyusun motifnya melalui
pengulangan secara penuh dan
konsisten
Teknik Full Drop Repeat
Teknik penciptaan ornamen dengan
menyusun motifnya melalui
pengulangan yang
digeser/diturunkan kurang dari
setengahnya. Dalam arti
penempatan motif selalu diturunkan
kurang dari setengah posisi motif
sebelumnya
64 Kriya Keramik
Teknik Full Half Repeat
Teknik penciptaan ornamen dengan
menyusun motifnya melalui
pengulangan yang
digeser/diturunkan setengahnya.
Dalam arti penempatan motif selalu
diturunkan setengah dari posisi
motif sebelumnya.
Teknik Rotasi :
Teknik Penciptaan ornamen dengan
menyusun motifnya secara
berulang, memutar bertumpu pada
satu titik pusat.
Teknik Reverse
Teknik penyusunan motif pada
ornamen dengan cara berhadaphadapan
atau berlawanan arah
sejajar satu dengan yang lain
Teknik Interval
Teknik penyusunan ornamen
dengan menempatkan motifnya
secara selang-seling menggunakan
dua motif berbeda
Kriya Keramik 65
Teknik Random
Teknik penyusunan motif secara
acak tanpa ada ikatan pola tertentu.
Beberapa pola ditempatkan secara
menyebar bebas.
Tugas:
Menggambar ornament primitif
• Buatlah gamnbar ornamen primitif untuk menghias benda fungsional
• Pilihlah motif geometris atau alam
• Buatlah beberapa sketsa lebih dulu, pilih salah satu sketsa tersebut
• Gunakan kertas A4 dan pensil 2B
• Warnailah menggunakan pensil warna, cat air, atau cat poster
3.2. Menggambar Ornamen Tradisional dan Klasik
3.2.1. Latar belakang sejarah ornamen tradisional dan klasik
Sejarah kehidupan manusia menunjukkan bahwa perkembnagan seni sejalan
dengan perkembangan penalaran pandangan hidup manusia. Hal ini dibuktikan
dengan adanya warisan budaya yang turun temurun, diantaranya adalah seni
ornamnen atau seni hias yang mampu hidup dan berkembang ditengah
masyarakat dan memberikan manfaat bagi kehidupan manusia.
Seni ornamen merupakan suatu ungkapan perasaan yang diwujudkan dalam
bentuk visual sebagai pelengkap rasa estetika dan pengungkapan simbol-simbol
tertentu. Ornamen tradisional merupakan seni hias yang dalam teknik maupun
pengungkapannya dilaksanakan menurut aturan-aturan, norma-norma serta polapola
yang telah digariskan terlebih dahulu dan telah menjadi suau kesepakatan
bersama yang akirnya diwariskan secara turun temurun. Sesuai dengan
pengertian tersebut, maka setiap karya seni yang telah mengalami masa
perkembangan dan diakui serta diikuti nilainya oleh masyarakat merupakan suatu
tradisi, adat kebiasaaan dan pola aturan yang harus ditaati, baik teknik maupun
pengungkapannya.
66 Kriya Keramik
Perjalanan sejarah ornament tradisional sudah cukup lama berkembang, berbagai
macam pengaruh lngkungan dan budaya lain justru semakin menambah
perbendaharaan senirupa , khusunya sei ornament atau seni hias., sehngga
akhirnya muncullah berbagai ornament yang bersifat etnisdan memiliki cirri khas
tersendiri. Ornamen Tradisional yang masih hidup dimasyarakat, memiliki ciri khas
tertentu, antara lain:
a. Homogen (ada keseragaman)
b. Kolektif (sekumpulan motif dari beberapa daerah yang membentuk menjadi
satu kesatuan utuh sebagai motif daerah tertrntu)
c. Komunal (motif yang dimiliki oleh daerah tertentu)
d. Koperatif (kemiripan motif yang diapakai oleh masyarakat dalam daearah
tertentu)
e. Konsevatif
f. Intuitif
g. Ekologis
h. Sederhana
Ciri khas tersebut dapat dilihat dari penggunaan istilah motif geometris dan organis
yang diterapkan pada suatu bidang benda., baik dua dimensi maupun tiga dimensi.
Motif-motif tersebut memiliki fungsi sebagai elemen dekorasi dan sebagai simbolsimbol
tertentu. Bentuk seni ornamen dari masa ke masa mengalami perubahan,
seiring dengan tingkat perkembangan pola pikir manusia tentang seni dan budaya.
Dalam hal demikian terjadilah suatu proses seleksi budaya yang dipengaruhi oleh
peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Ornamen yang diminati
akhirnya tetap dilestarikan secara turun-temurun dan mejadi ornamen tradisional,
yaitu seni hias yang dalam teknik maupun pengungkapannya dilaksanakan
menurut peraturan, norma, dan pola yang telah digariskan lebih dahulu dan
menjadi kesepakatan bersama serta telah diwariskan secara turun-temurun.
3.2.2. Ornamen Tradisional dan Klasik yang ada di Indonesia
Bentuk seni ornamen dari masa ke masa mengalami perubahan, seiring dengan
tingkat perkembangan pola pikir manusia mengenai seni dan budaya. Dalam hal
demikian terjadilah suatu proses seleksi budaya,yang dipengaruhi oleh peraturan
dan norma-norma yang berlaku dimasyarakat. Konsekuensinya ialah adanya
bentuk ornamen yang tetap diakui dan diminati oleh masyarakat serta adanya
bentuk ornamen yang tidak diminati oleh masyarakat. Ornamen yang diminati
akhirnya tetap dilestarikan secara turun-temurun dan menjadi ornamen tradisional,
yaitu seni hias yang dalam teknik maupun pengungkapannya dilaksanakan
menurut peraturan, norma, dan pola yang telah digariskan lebih dahulu dan
menjadi kesepakatan bersama serta telah diwariskan secara turun-temurun. Motif
Geometris, merupakan jenis bentuk yang dipakai sebagai titik tolak/gagasan awal
dalam pembuatan ornamen, yang berfungsi untuk menunjukan perhatian,
mengenali, dan memberikan kesan perasaan.
Kriya Keramik 67
Contoh ornamen tradisional dengan motif geometris, ialah ornamen yang
diterapkan pada motif kain seperti: Motif Kawung, Parang Rusak, Truntum
Perhatikan berapa bentuk ornament tradisional yang ada didaerah di Indonesia,
berikut ini:
Gambar 3.4. Ornamen daerah
Bali (sumber: Ngurah Swastapa)
Gambar 3.5. Ornamen daerah
Jawa Timur (sumber: Ngurah
Swastapa)
Gambar 3.6. Ornamen daerah
Surakarta (sumber: Ngurah
Swastapa)
Gambar 3.7. Ornamen daerah
Yogyakarta (sumber: Ngurah
Swastapa)
68 Kriya Keramik
Gambar 3.8. Ornamen daerah
Yogyakarta (sumber: Ngurah
Swastapa)
Gambar 3.9. Ornamen dari
Pekalongan Jawa Tengah
(sumber: Ngurah Swastapa)
Gambar 3.10. Ornamen dari
Pajajaran Jawa barat (sumber:
Ngurah Swastapa)
Gambar 3.11. Ornamen dari
Jepara Jawa Tengah (sumber:
Ngurah Swastapa)
Kriya Keramik 69
Gambar 3.12. Ornamen dari Dayak
Kalimantan (sumber: Ngurah
Swastapa)
Gambar 3.13. Ornamen daerah
Sumatra (sumber: Ngurah
Swastapa)
Gambar 3.14. Ornamen dari Sulawesi
(sumber: Ngurah Swastapa)
Gambar 3.15. Ornamen daerah
Timor (sumber: Ngurah Swastapa)
70 Kriya Keramik
Gambar 3.16. Ornamen tradisional
(sumber: Wagiono)
Gambar 3.17. Ornamen tradisional
(sumber: Wagiono)
Tugas:
Menggambar ornament tradisional dan klasik
• Buatlah gamnbar ornamen tradisional atau klasik untuk menghias benda
fungsional
• Pilihlah motif geometris atau alam
• Buatlah beberapa sketsa lebih dulu, pilih salah satu sketsa tersebut
• Gunakan kertas A4 dan pensil 2B
• Warnailah menggunakan pensil warna, cat air, atau cat poster
3.3. Menggambar Ornamen Modern
Ornamen modern merupakan seni hias yang berkembang dari pembaharuanpembaharuan
atau suatu bentuk seni yang dalam penggarapannya didasarkan
atas cita rasa baru, proses kreatif dan penemuan. Ormanen modern merupakan
seni yang bersifat kreatif, tidak terbatas pada obyek-obyek tertentu, waktu dan
tempat, melainkan ditentukan oleh sikap batin penciptanya. Terlepas ikatan-ikatan
tradisi merupakan nafas baru dalam dunia imajinasi yang mendorong daya
kreatifitas dan mengajak seseorang ke suatu pemikiran baru.
Ciri-ciri ornamen modern adalah “multiplied” (tidak terikat pada satu aturan
tertentu), yaitu :
Kriya Keramik 71
1. Heterogen (tidak seragam)
2. Individual (menurut penciptanya).
3. Kompetitif (bersaing dalam mencipta untuk mencapai proses kreatif)
4. Progresif (tidak terikat pada aturan- aturan tertentu)
5. Conscious (sadar akan penciptanya, tidak terpengaruh)
6. Gradual (mencipta secara terus menerus)
7. Ekologis berantai (berputar secara berantai dan terjadi perubahanperubahan
dalam prosesnya)
8. Complicated (rumit)
9. Rasional (masuk akal)
Ciri khas tersebut dapat dilihat dan diamati dan penerapan teknik pengembangan
motif geometris dan organis pada suatu bidang karya dua dimensi atau tiga
dimensi. Penerapan motif tersebut kebanyakan berfungsi sebagai elemen dekorasi
dan simbol – simbol tertentu menurut penciptanya yang kemudian disahkan oleh
masyarakat tertentu.
Berbagai Komposisi elemen-elemen yang artistik dan estetik
Gambar 3.18. Ornamen modern
bentuk geometris (Sumber: Hery
Suhersono)
Gambar 3.19. Ornamen modern
bentuk organis (Sumber: Hery
Suhersono)
72 Kriya Keramik
Gambar 3.20. Ornamen modern
bentuk geometris (Sumber: Hery
Suhersono)
Gambar 3.21. Ornamen modern
bentuk organis (Sumber: Hery
Suhersono)
Gambar 3.22. Ornamen modern
motif manusia dan binatang (Sumber:
Hery Suhersono)
Gambar 3. 23. Seni hias modern,
bentuk organis (Sumber: Hery
Suhersono)
Kriya Keramik 73
Gambar 3.24. Ornamen modern
(sumber: Wagiono)
Gambar 3.25. Ornamen modern
(sumber: Wagiono)
Tugas:
Menggambar ornament modern
• Buatlah gamnbar ornamen modern untuk menghias benda fungsional
• Pilihlah motif geometris atau alam
• Buatlah beberapa sketsa lebih dulu, pilih salah satu sketsa tersebut
• Gunakan kertas A4 dan pensil 2B
• Warnailah menggunakan pensil warna, cat air, atau cat poster
74 Kriya Keramik
75
Kriya Keramik 75
4.1. Keramik
Keramik merupakan produk kerajinan tertua yang tercatat dalam peradaban dan
kebudayaan manusia. Menurut sejarah, keramik sudah dikenal oleh orang-orang
Afrika Timur pada 2,6 juta tahun yang lalu (Jaman Paleolitik). Tetapi
perkembangan keramik yang menyebar di hampir sebagian wilayah dunia baru
terjadi pada jaman Neolitik atau kira-kira 15 ribu-10 ribu tahun yang lalu. Bukti ini
dapat kita saksikan pada penemuan-penemuan benda-benda purbakala yang
tertanam didalam tanah, dimana sesuai penandaaan arkeologis dilakukan
memperkuat dugaan itu. Jenis benda yang ditemukan itu adalah benda-benda
keramik berupa wadah-wadah: guci, peralatan makan minum, alat sesaji dan lainlain;
disamping penemuan benda-benda yang terbuat dari batu. Orang-orang pada
jaman itu telah menguasai sebuah teknologi untuk mengubah seonggok tanah
yang rapuh menjadi produk-produk yang dapat digunakan untuk mempermudah
kehidupannya.
Gambar 4.1. Peralatan-peralatan dan salah satu gambar gua
pada jaman Paleolitik.(sumber: http://archeologia.ah.edu)
Yang lebih menakjubkan saat ini adalah material keramik merupakan material yang
terus dikembangkan dalam dimensi teknologi karena sifat-sifatnya yang khas dan
unggul yang tidak dimiliki oleh material lain. Walalupun keramik teknologi berbeda
dengan keramik yang dibuat pada jaman dulu, tetapi keduanya merupakan
material yang secara prinsip sama dalam hal pembuatannya. Keramik telah
bertahan menjadi bahan yang terus-menerus dikembangkan manusia selama
ribuan bahkan jutaan tahun.
Dengan adanya fakta tersebut maka dapat dikatakan bahwa keramik merupakan
suatu penanda peradaban manusia. Tingkat kemajuan manusia dari jaman ke
jaman dapat dilihat dari tingkat kemajuan teknologi keramik jaman itu.
4. PENDAHULUAN
76 76 Kriya Keramik
Gambar 4.2. Contoh dekorasi pada kepingan keramik dan contoh kendi keramik
China pada jaman neolitik. (sumber: http://archeologia.ah.edu)
Mendengar kata keramik biasanya sebagian masyarakat akan mengartikannya
secara terbatas pada barang-barang gerabah seperti periuk, belanga, kendi, dan
sebagainya, padahal barang-barang tersebut merupakan produk dari keramik
tradisional yang ruang lingkupnya masih sangat terbatas. Tetapi bagi kebanyakan
orang, istilah keramik bukan merupakan hal yang asing, baik dari istilah, persepsi
visual maupun pemahaman secara keseluruhan. Namun barangkali ada yang
sedikit mengalami kebingungan manakala mendengar istilah gerabah, pottery,
terracota, tile, greenware, stoneware, porselin, dan sebagainya. Sementara
pemanfaatan benda-benda keramik dalam kehidupan sehari-hari sudah semakin
luas dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan
demikian kiranya perlu adanya suatu tinjauan kembali tentang keramik agar
pemahaman kita tidak terjebak pada cakupan yang sempit. Istilah keramik berasal
dari bahasa Yunani ?e?aμ???? (keramos) yang berarti periuk atau belanga yang
dibuat dari tanah liat yang dibakar. Selanjutnya ditegaskan lagi bahwa keramik
merupakan barang yang dibuat dari tanah liat dengan melalui proses pembakaran.
Dalam kamus dan ensiklopedi keramik didefinisikan sebagai suatu hasil seni dan
teknologi untuk menghasilkan barang dari tanah liat yang dibakar, seperti gerabah,
genteng, porselin, dan sebagainya. Tetapi saat ini tidak semua keramik berasal
dari tanah liat. Definisi pengertian keramik terbaru mencakup semua bahan bukan
logam dan anorganik yang berbentuk padat. Keramik adalah suatu bahan yang
sangat berguna, karena sifat-sifat khusus/uniknya yang sangat luas.
Keramik yang merupakan bahan rapuh tapi sangat kuat ini dapat dibuat
menyerupai timbal yang berat atau dibuat seringan bahan yang terapung di air.
Dari definisi-definisi tersebut maka muncullah 2 penggolongan utama: keramik
tradisional (traditional ceramic) dan keramik modern/maju (advance ceramic).
Keramik tradisional adalah produk keramik yang berbahan utama tanah liat. Tanah
liat atau lempung merupakan salah satu mineral silikat (mineral yang didalamnya
mengandung SiO2). Dalam keramik tradisional ini tanah liat berfungsi sebagai
bahan pembentuk plastis. Semua benda keramik yang dibuat dari mineral silikat
dapat dikategorikan sebagai keramik tradisional misalnya: tungku gerabah,
tempayan, dan pottery, tableware, whiteware, barang-barang porselin, patung,
77
Kriya Keramik 77
benda saniter, semen, dan ubin lain-lain. Dengan kata lain keramik tradisional
adalah keramik berbasis silikat. Sedangkan keramik maju/modern tidak dibuat dari
bahan tanah liat atau material yang berbasis pada silikat, tetapi dibuat dari paduan
senyawaan oksida tertentu dan biasanya dihasilkan material sintetis yang tidak
ada di alam. Proses pembuatannya harus dijaga pada kondisi tertentu dan
dikontrol sangat ketat. Keramik modern tersebar luas pada berbagai aplikasi
misalnya biokeramik, superkonduktor, katalis, refraktori, optik, dan lain-lain.
Keramik modern dapat dipandang sebagai kelompok besar advance material, yang
dapat dibagi menjadi keramik, logam, polimer, komposit, dan material elektronik.
Gambar 4.3. Porselin dan superkonduktor: contoh produk keramik
tradisional dan keramik maju/modern. (sumber: chemstryland.com)
Keramik, dengan perjalanan waktu terus berkembang menjadi material yang
sangat penting hingga masa sekarang ini. Apa yang kita saksikan saat ini sudah
luar biasa perkembangannya. Hampir disetiap bagian produk teknologi ditemukan
material keramik. Bagian-bagian dari pesawat ruang angkasa milik Amerika serikat
terbuat dari keramik, karena keramiklah bahan yang tahan panas ketika pesawat
keluar-masuk atmosfer bumi. Atau ketika kita membuka sebuah CPU (Computer
Personal Unit), maka akan terlihat sebagian piranti-piranti itu terbuat dari keramik.
Hal ini disebabkan karena keramik mempunyai sifat-sifat yang khas yang tidak
dimiliki oleh bahan-bahan lain. Dibidang seni pun kita dapat menyaksikan
kemajuan keramik yang pesat. Kita dapat menyaksikan benda-benda keramik
berglasir yang sangat beragam. Glasir-glasir itu dibuat bukan hanya berdasar
pengalaman semata tapi adalah berdasarkan pada ilmu pengetahuan/science.
Indonesia, adalah negara yang sangat kaya akan bahan-bahan baku keramik.
Hampir di sebagian besar wilayah Indonesia, material tanah liat dapat dijumpai.
Dan hampir diseluruh Indonesia juga ditemui sentra-sentra kerajinan keramik.
Produk-produk yang dihasilkan sentra-sentra tersebut sangat beragam mulai batu
bata, genting, pot-pot, gerabah tradisional untuk keperluan rumah tangga, keramik
untuk bangunan, dan alat makan mimum. Sentra keramik di Indonesia tersebar di
Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali, dan Nusa Tenggara. Kita mengenal
sentra-sentra seperti Plered, Banjarnegara, Mayong, Kasongan, Malang,
Banyumulek, Takalar dan lain-lain. Semua daerah itu menghasilkan keramik yang
khas dan unik. Keunikan inilah yang mampu ’dijual’ sebagai suatu komoditi. Selain
sentra-sentra keramik rakyat, ada juga beberapa industri keramik besar yang
78 78 Kriya Keramik
memproduksi keramik whiteware untuk keperluan makan minum, saniter,
bangunan dan lain-lain. Ada juga industri yang khusus memproduksi keramik
lantai. Pembuatan keramik di pabrik-pabrik besar umumnya berbeda dengan
pembuatan keramik di sentra-sentra keramik tradisional, karena sudah
menggunakan mesin-mesin (masinal). Sedangkan proses pembuatan keramik
disentra-sentra keramik umumnya manual. Tapi justru inilah keunikan yang dapat
diunggulkan, karena nilai unik suatu produk handmade pasti lebih tinggi dari
produk pabrikan.
Gambar 4.4. Ragam produk keramik: dari batu bata sampai teaset porselin.
(sumber: berbagai sumber)
Keberadaan industri keramik di Indonesia sangat penting dan menguntungkan.
Inilah salah satu industri yang mengolah dan meningkatkan nilai tambah sumberdaya
mineral yang melimpah. Nilai perdagangan produk-produk berbahan dasar
lempung/tanah liat yang meliputi alat makan minum, ubin, alat laboratorium, alat
listrik, dan bahan bangunan mencapai lebih dari 5 triliun (BPS, 2002). Nilai ini
mengindikasikan bahwa industri keramik merupakan sektor riil yang mampu
menggerakkan ekonomi negara secara signifikan. Demikian juga kerajinan
keramik yang tersebar di hampir di seluruh wilayah Indonesia merupakan aset
bangsa yang harus terus dikembangkan. Dari segi ekonomi, sentra-sentra
kerajinan keramik telah banyak memberdayakan ekonomi rakyat,
meningkatkan pendapatan devisa, dan menciptakan lapangan pekerjaan yang
menyerap ribuan bahkan jutaan pekerja (sumber daya manusia).
79
Kriya Keramik 79
Gambar 4.5. Alat putar listrik ( sumber: www.baileypottery.com)
4.2. Materi Keramik
Buku ini menyajikan bahasan-bahasan yang menarik, menyangkut keseluruhan
aspek dalam kriya keramik. Aspek-aspek itu meliputi sejarah, desain, pengetahuan
bahan keramik, pengetahuan dan praktik keteknikan dalam keramik, dan aspek
keselamatan dan kesehatan kerja. Perjalanan perkembangan keramik merupakan
salah satu materi yang dibahas pada buku ini, yang diuraikan secara singkat pada
bab 2. Dalam bab 2 ini tercakup materi sejarah keramik dunia mulai jaman
prasejarah sampai jaman neolitik di beberapa belahan dunia yang penting seperti
Mesopotamia (Irak), Anatolia (Turki), Iran, Mesir, China, Korea, dan Jepang.
Perkembangan keramik Indonesia yang menguraikan keramik prasejarah, keramik
masa penjajahan Belanda dan Jepang hingga keramik pada massa kemerdekaan
juga tercakup dalam bab 2 ini. Selain memuat materi yang bersifat praktis/praktek,
buku ini juga memuat pengetahuan yang mendalam tentang tanah liat dan glasir
sebagai material baku dalam pembuatan keramik. Pengetahuan tanah liat dan
glasir sangat erat kaitannya dengan ranah ilmu lain terutama kimia, fisika, dan
geologi. Pengetahuan tanah liat yang meliputi sejarah pembentukan tanah liat,
jenis-jenis dan sifat tanah liat, bahan-bahan keramik yang lain, contoh-contoh
formula tanah liat sampai pada metode rekayasa dan perhitungan formula badan
keramik akan dibahas pada bab 3. Pada bab 4 menguraikan tentang metode
pengujian tanah liat dan proses pengolahan tanah liat menjadi badan keramik siap
pakai. Pada bahasan tentang pengetahuan glasir yaitu bab 7 akan dipelajari
materi bahan-bahan glasir, jenis-jenis glasir, cara menghitung resep glasir,
sedangkan praktek penyiapan glasir dan cara pengolahan glasir diuraikan pada
bab 8. Bahasan ini memerlukan dukungan penguasaan pengetahuan lain yaitu
ilmu kimia dan matematika.
80 80 Kriya Keramik
Gambar 4.6. Membakar keramik atau gerabah secara tradisional.
(sumber: Koleksi studio keramik)
Bahasan utama mengenai teknik pembentukan akan dibahas pada bab 5.
Bahasan ini mencakup semua keteknikan yang digunakan untuk membentuk
keramik mulai dari pembentukan tangan langsung (handbuildings): teknik pijit,
teknik pilin, dan teknik lempeng; pembentukan teknik putar (throwing),
pembentukan teknik cetak (casting), dan metode pembentukan lain yang sering
digunakan para perajin keramik seperti teknik putar tatap dll. Pembahasan pada
bab ini dilengkapi juga dengan pengenalan alat utama yang digunakan yaitu:
handtools, alat putar, dan alat pendukung lain. Penjelasan ini mencakup visual,
bagian-bagian alat, dan fungsi alat-alat tersebut.
Pada bagian yang membahas dekorasi yaitu bab 6 diuraikan jenis-jenis dekorasi
yaitu dekorasi selama proses pembentukan, dekorasi setelah pembentukan, dan
dekorasi setelah pembakaran. Pada bagian pengglasiran diuraikan cara
mengolah/mempersiapkan glasir dari resep menjadi formula glasir yang siap pakai.
Metode-metode pengglasiran juga diuraian secara lengkap dan jelas. Pada
bahasan tentang pembakaran keramik diuraikan pada bab 9, yang meliputi jenisjenis
tungku, jenis-jenis pembakaran keramik, dan tentu saja prosedur
pengoperasian tungku. Selain materi-materi utama akan disajikan juga materi
pelengkap yang dinilai penting yaitu proses desain serta kesehatan dan
keselamatan kerja.
81
Kriya Keramik 81
Gambar 4.7. Tungku pembakaran gas dan listrik yang lebih modern. (sumber:
www.baileypottery.com)
Saat ini kriya keramik bukanlah suatu kerajinan yang selalu tradisional. Pembuatan
produk keramik saat ini telah melalui proses desain secara modern. Pengolahan
bahan, pembentukan, pengglasiran dan pembakaran sudah dilakukan secara
modern bahkan computerized. Maka sangatlah tidak bijak apabila kita selalu
mengesankan sebagai kerajinan kuno. Produk yang dihasilkan pun saat ini sudah
luar biasa dari segi desain dan metode finishingnya. Maka mari belajar kriya
keramik, kita akan mendapatkan sesuatu yang menakjubkan.
82 82 Kriya Keramik
Kriya Keramik 8833
Keramik adalah salah satu hasil kerajinan tertua yang ada di muka bumi. Hal
ini dapat kita saksikan pada penemuan benda-benda purbakala yang
tertanam di dalam tanah. Salah satu jenis benda-benda yang ditemukan itu
adalah benda-benda keramik berupa wadah-wadah: guci, peralatan makan
minum, alat sesaji dan lain-lain; disamping penemuan benda-benda yangterbuat
dari batu dan logam. Ditemukan juga bentuk-bentuk figurin berupa
manusia dan binatang.
Gambar 5.1. Wadah kecil dari jaman prasejarah, dengan dekorasi
jejak-jejak jari tangan yang ditekan (kiri) dan sebuah pot dengan
bentuk unik ditemukan di Liguria, NW Italia (kanan).
(sumber: www.ceramicstudies.me.uk)
Hal ini membuktikan bahwa keramik-mungkin orang jaman dulu belum
menyebutnya keramik-adalah sebuah kreasi manusia pada jaman tersebut
yang sangat penting dan hal ini dapat dijadikan sebagai penanda peradaban
dari jaman ke jaman. Mengapa demikian? Karena tingkat kemajuan jaman
ternyata dapat dilihat dari apresiasi orang terhadap keramik. Istilah keramik
disini berarti umum, bukan semata keramik yang terbuat dari tanah liat
(keramik tradisional). Pada jaman dahulu orang membuat keramik sebagai
peralatan yang begitu sederhana. Hal ini dapat kita saksikan pada tembikartembikar/
gerabah yang ditemukan sebagai benda purbakala. Pada
jamannya benda-benda tembikar itu merupakan cermin hasil sebuah
kebudayaan.
5. SEJARAH KERAMIK
8484 Kriya Keramik
Gambar 5.2. Sebuah mangkok berdekorasi ditemukan
pada jaman tembaga di Inggris. Dekorasi yang
ditampilkan komplek dan jelas. (sumber: www.ceramicstudies.me.uk)
Mereka mampu membuat benda yang kuat dan kokoh dari tanah. Mereka
sudah menguasai teknologi bagaimana mengubah seonggok tanah yang
rapuh menjadi perkakas-perkakas yang berguna.
Gambar 5.3. Motif sederhana yang menggambarkan kepala kerbau,
ditemukan pada keramik Mesopotamia millennium ke-4 SM. (sumber:
www.ceramicstudies.me.uk)
Walaupun masih terlihat sederhana, tetapi aplikasi seni berupa motif-motif
hewan/tumbuhan ditambahkan untuk memperindah tampilan benda itu.
Bahkan tidak hanya tampil sebagai dekorasi, motif-motif tersebut
kadangkala menyiratkan simbol/kode yang menandakan kemajuan
peradaban pada masa itu.
Selama berabad-abad keramik dibentuk dengan tangan langsung; sampai
diperkirakan pada 3600 SM alat putar pertama ditemukan di Mesopotania,
yang kontruksinya mirip dengan alat putar jaman sekarang yang digunakan
untuk membentuk benda-benda keramik simeitris.
Kriya Keramik 8855
Gambar 5.4. Membuat keramik dengan teknik putar
pada zaman Neolitik. (sumber: ceramictoday.com)
Teknik-teknik pembuatan dan pola-pola/pattern pada berbagai tempat dan
perioda mempunyai kemiripan sepanjang jalur sutra dari Timur Jauh sampai
China. Sehingga pembagian jaman-jaman keramik seringkali sesuai
pola/pattern yang berkembang saat itu.
Keramik, selama ribuan tahun terus berkembang menjadi material yang
sangat penting hingga masa sekarang ini. Apa yang kita saksikan saat ini
sudah luar biasa perkembangannya. Hampir disetiap bagian produk
teknologi ditemukan material keramik. Bagian-bagian dari pesawat ruang
angkasa milik Amerika Serikat terbuat dari keramik, karena keramiklah
bahan yang tahan panas ketika pesawat keluar-masuk atmosfer bumi.
Gambar 5.5. Pesawat Discovery yang
menggunakan bahan keramik pada
beberapa suku cadangnya (kiri) dan
piranti computer yang beberapa
komponennya menggunakan keramik
(atas).
8686 Kriya Keramik
Atau ketika kita membuka sebuah CPU (Computer Personal Unit), maka
akan terlihat sebagian piranti-piranti itu terbuat dari keramik. Hal ini
disebabkan karena keramik mempunyai sifat-sifat yang khas yang tidak
dimiliki oleh bahan-bahan lain.
Dibidang seni pun kita dapat menyaksikan kemajuan keramik yang pesat.
Kita dapat menyaksikan benda-benda keramik berglasir yang sangat
beragam. Glasir-glasir itu dibuat bukan hanya berdasar pengalaman semata
tapi adalah berdasarkan pada ilmu pengetahuan/science.
5.1. Sejarah Singkat Keramik Dunia
Meskipun kemungkinan orang-orang Afrika Timur awal mula menggunakan
peralatan batu pada jaman Paleolitik (2,6 juta tahun yang lalu), namun
perkembangan budaya manusia baru terjadi pada jaman neolitik kira-kira
setelah 10.000 SM.
Cerita tentang keramik kemungkinan dimulai sejak 30 ribu tahun yang lalu.
Periode ini dalam sejarah disebut Jaman Palaeolithic atau Jaman Batu Kuno
(500 ribu–10 ribu SM) karena alat pemotong atau senjata tajam pada masa
itu terbuat dari batu. Penemuan tembaga, perunggu, dan besi masih jauh
dari jaman ini. Nenek moyang kita adalah pemburu dan peramu makanan
yang hidupnya berpindah-pindah. Mereka belajar bagaimana membuat api
untuk pertama kalinya sebagai upaya melindungi diri dari dingin, binatang
buas, memasak daging dan juga membakar tanah liat.
Gambar 5.6. Caves of Lascaux: Kuda jantan dengan
panah-panah disekelilingnya. (sumber: www.ceramicstudies.me.uk)
Kriya Keramik 8877
Gambar 5.7. Relief Bison pada
tanah liat liat, ditemukan pada
jaman batu di Tuc
d'Audoubert,
S.W. France. Diperkirakan
15,000 BC. (sumber:
www.ceramicstudies.me.uk)
Gambar 5.8. Lukisan Bison pada
jaman batu akhir,
diperkirakan 15000 tahun SM,
ditemukan di Altimira, Spanyol.
(sumber:
www.ceramicstudies.me.uk)
Bukti arkeologis menunjukkan bahwa orang-orang di jaman batu kuno di
sebagian belahan bumi telah membakar figurin dari tanah liat dan juga telah
membuat tungku pembakaran sederhana sekitar 30 ribu tahun yang lalu.
Gambar 5.9. Caves of
Lascaux: Ibex betina?
(sumber:
www.ceramicstudies.me.uk)
Walaupun gaya hidup mereka masih primitif, orang-orang di jaman batu
mampu membuat gambar-gambar hidup dan realis, sebagian besar
ditorehkan dan dipahat pada dinding batuan. Akan tetapi beberapa karya
mereka dimodelkan dengan tanah liat. Sebagian gambar-gambar tersebut
berupa gambar hewan yang mereka buru.
8888 Kriya Keramik
Lukisan jaman batu kuno yang sangat menakjubkan adalah Caves of
Lascaux di Perancis dan Caves of Altamira di Spanyol. Para ahli
memperkirakan lukisan tersebut sudah sangat tua dan kemungkinan
berumur 20 ribu tahun.
5.2. Keramik Seni Kuno
Meskipun lebih rapuh dibanding lukisan di gua, tetapi gambar-gambar pada
tanah liat mampu bertahan. Sebagian besar kemungkinan dibuat 20 ribu
tahun yang lalu. Banyak gambar yang mereka buat di gua yang sangat
dalam, sehingga membutuhkan cahaya buatan yang mungkin berasal dari
obor berbahan bakar lemak binatang. Tempat-tempat yang sulit dan rahasia
ini menunjukkan gambar-gambar yang mereka buat memiliki arti sangat
penting.
Gambar 5.10. Goresan kepala Bison
pada lumpur tanah liat, 15000 tahun
SM, ditemukan di Perancis. (sumber:
www.ceramicstudies.me.uk)
5.3.Penemuan Keramik
Penemuan yang menunjukkan api dapat mengubah lempung yang liat
menjadi bentuk permanen merupakan awal dari keramik. Sekarang sudah
terlihat bahwa hal tersebut terjadi dijaman batu, tetapi kapan dan dimana
pertama kali hal itu disadari masih merupakan misteri yang belum
terpecahkan.
Kriya Keramik 8899
Gambar 5.11. Dolni Vestonice “Venus”
dari situs prasejarah di Morovia dekat
Brno, diyakini sebagai figurin
keramik tertua. (sumber:
www.ceramicstudies.me.uk)
Para ahli arkeologi meyakini manusia menemukan prinsip menggunakan api
untuk membakar keramik pada 30 ribu tahun yang lalu, dengan
ditemukannya figurin kecil dari lempung pada situs prasejarah di Republik
Czech yang diperkirakan ada pada awal 27 ribu tahun SM. Figurines Tertua
berwarna hitam ini ditemukan bersama dengan benda-benda bakaran yang
lain.
Gambar 5.12. Peta ditemukannya figurin tertua.
(sumber: www.ceramicstudies.me.uk)
9090 Kriya Keramik
Campuran abu tulang dan lempung dibentuk menjadi figurin perempuan
atau binatang kemudian dibakar dalam sesuatu tempat yang bisa dikatakan
sebagai tungku sederhana di sebuah dusun pada jaman batu. Tingginya
sekitar 4½ inchi dikenal dengan Dolni Vestonice “Venus” dari situs
prasejarah di Morovia dekat Brno, di bagian selatan Republic Czech. Jika
penandaannya/penanggalannya benar, maka benda ini menjadi keramik
terkuno yang ditemukan sejauh ini.
Selain bentuk binatang dan orang, perkembangan pottery dari jaman ke
jaman mengalami perkembangan desain. Jika diperhatikan bentuk yang
berkembang merupakan pengembangan bentuk-bentuk bulat (setengah
bola), silinder dan tirus (kerucut terbalik). Berikut adalah rangkuman
perkembangan bentuk produk pada beberapa periode arkeologis:
Gambar 5.13. Karakteristik bentuk keramik pada beberapa
periode arkeologis.
(sumber: www.centuryone.org/pottery.html).
Kriya Keramik 9911
5.4. Keramik di Beberapa Belahan Dunia
5.4.1. Timur Dekat (Near East)
5.4.1.1. Mesopotamia, Anatolia, dan Iran
Benda keramik tertua di daerah ini ditemukan di Jericho (Palestina).
Penemuan yang lebih muda yaitu di Hacilar dan Anatolia (Turki) dimana
penanggalannya sekitar milenium ke-6 SM. Benda-benda ini dibuat dengan
tangan langsung berbentuk dasar silinder. Benda ini diberi hiasan berupa
goresan-goresan, garis-garis, zig-zag, dan diamon. Slip tanah liat warna
sudah digunakan untuk menambah warna/melukis. Penumuan lainnya
berturut-turut didaerah Samara (bagian utara Mesopotamia) dan Susa
(bagian timur Mesopotamia) pada abad ke-5 atau ke-4 SM.
Gambar 5.14. Kendi, pertengahan
millennium ke-6 SM B.C.; Hacilar I
type Anatolia (Turki) tengah
selatan Ceramic with paint; H. 6
1/8 in. (15.6 cm) Gift of Burton Y.
Berry, 1964 (64.286.5). (sumber:
www.metmuseum.org)
Pada abad itu juga mulai ditemukan benda-benda keramik berdinding tipis
berupa alat makan minum, vas, botol dll. Pola-pola geometris mulai terlihat
dilengkapi dengan hiasan gambar manusia, binatang, dan tumbuhtumbuhan.
Hiasan berwarna merah/hitam. Keramik yang berkembang di Iran
merupakan benda yang dibentuk dengan alat putar, dicat dengan slip.
Motof-motif yang dikembangkan adalah motif geometris bentuk bunga dan
binatang.
Gambar 5.15. Benda keramik
berdekorasi ditemukandi situs Susa,
Iran Barat, 4000 tahun SM. (sumber:
www.metmuseum.org)
9292 Kriya Keramik
Gambar 5.16. Kendi dengan
dekorasi kambing gunung , awal
millennium 4 SM; perioda
Chalcolithic, Sialk III 7 type; Iran
Tengah.
(sumber: www.metmuseum.org)
5.4.1.2. Mesir
Keramik kuno di Mesir berbentuk kasar, gelap, dibuat di wilayah Faiyum,
dataran rendah Lembah Nil pada periode Neolitik sekitar 4500 SM. Warna
hitam pada keramik Mesir terjadi karena cara pembakaran saat itu, dimana
posisi api berada diatas benda keramik, menyebabkan banyak abu yang
menutup benda, sehingga benda didalam kekurangan udara. Orang-orang
yang hidup pada delta sungai Nil kemungkinan telah mengenal tungku
pembakar yang lebih baik, terbukti keramik yang mereka hasilkan lebih
cerah yang dihiasi dengan gambar kapal, burung-burung, dan simbol-simbol
religius.
Pada awal perioda, bangsa Mesir telah mengenal glasir yang disebut
faience. Glasir ini terbuat dari silika dan soda dicambur dengan lempung dan
diberi warna dengan oksida kobalt atau tembaga.
Gambar 5.17. Kendi faience, Mesir,
tertanggal 100-200 M. Koleksi Freer
Gallery of Art, Smithsonian,
Washington D.C.
(www.answers.com)
Kriya Keramik 9933
Gambar 5.18. Benda keramik
berbentuk guci pada awal perioda
kedinastian, Dinasti 1, 2960–2770
SM. Tinggi x diameter: 8.6 x 3.9 cm
(3 3/8 x 1 9/16 in.) Glasir: Faience.
(sumber: www.mfa.org)
5.4.2. Timur Jauh (Far East)
Tradisi keramik di Asia Jauh didominasi oleh China. Keramik tertua,
perkakas Jomon Jepang, bertahun kira-kira 10.000 tahun SM. Di China
sendiri keramik tertua kemungkinan ada sebelum 4500 SM.
5.4.2.1. China
Perkembangan keramik di Asia cukup cepat. Keramik di Asia kemungkinan
ada pada jaman batu baru. Bukti-bukti kebudayaan neolitik juga ditemukan
pada keramik-keramik yang kemungkinan ada pada milenium ke-5 SM.
Keramik pada periode neolitik merupakan keramik hitam-beralas bundar dan
berdekorasi tekan/impress.
Gambar 5.19. Keramik pada kebudayaan Yang-Shao.
(sumber: www.ceramicstudies.me.uk)
9494 Kriya Keramik
Pada awal milenium 4 SM, keramik yang lebih maju, berdekorasi slip
ditemukan pada kebudayaan Yang-Shao di Propinsi Kanzu. Ada beberapa
macam produk kebudayaan Yang-Shao yang berujud jar, mangkok, ataupun
botol. Dekorasi berupa motif tumbuhan atau ikan. Warna yang dimunculkan
adalah hitam dan merah berasal dari slip mangan dan besi.
Berkembangnya keramik di China terutama di dorong oleh kebutuhan alatalat
upacara, antara lain upacara minum teh yang dianggap serius dan
membutuhkan peralatan yang khusus. Bahan baku untuk pembuatan
peralatan minum (keramik) yang ada di China sangat cocok dan
memungkinkan perkembangann lebih baik. Negeri China merupakan satusatunya
di dunia yang mengalami perkembangan berkesinambungan dalam
dunia keramik. China mengalami setiap tahap perkembangan yang harus
dilalui dalam teknik pembentukan keramik, mulai dari benda keramik
bakaran rendah, bakaran menengah sampai pada benda porselin bakaran
tinggi. Maka keindahan dan kesempurnaan teknik keramik China sampai
saat ini belum tertandingi oleh negara lain. Negeri ini telah mengalami
teknologi pembuatan porselin pada zaman dinasti Sung (600-900 M).
Gambar 5.20. Terracotta yang terkenal dari China: 8099 figure terracotta
tentara dengan ukuran sebenarnya. Di tempatkan di Mausoleum of the First
Qin Emperor. Figure ini ditemukan tahun 1974 di dekat Xian Propinsi
Shaanxi. (sumber: www.3info2u.com/info_terracotta_figures_china.htm)
Kriya Keramik 9955
Kebudayaan Lung-Shan menghasilkan keramik berciri diding tipis, hitam,
menggunakan dekorasi gosok, dan sudah menggunakan alat putar. Pusatpusat
kebudayaan neolitik ini dibedakan menurut hasil produk keramiknya
yaitu China Barat, China Pantai Timur, dan China Selatan. Keramik China
Selatan sudah ada yang menggunakan alat putar dan produknya diberi
hiasan gores. Keramik China Pantai Timur ditemukan milenium ke-3 SM;
berwarna hitam kelabu, ada yang merupakan hasil dari alat putar. Keramik
China Barat berciri dinding tipis, berupa benda-benda untuk ritual kematian.
Ditemukan juga keramik yang sudah menggunakan glasir feldspar yang
diketahui merupakan cikal bakar produksi porselain pada dinasti Sung (abad
ke-7). Produksi porselin sesungguhnya dimulai pada Dinasti Ming.
Gambar 5.21. Contoh Motif keramik pada kebudayaan Yang-Shao.
(sumber: www.ceramicstudies.me.uk)
Perkembangan keramik di China juga tidak lepas dari dinasti yang berkuasa
pada saat itu. Dinasti-dinasti yang terkenal yang sering dijadikan masa
periode perkembangan keramik adalah Dinasti Shang (1523-1028 BC);
Dinasti Chou dan Chin (1027-256 BC); Dinasti Tan (206–220 SM), dan
Dinasti Sung (960-1279)
Gambar 5.22 . Produk keramik dari
Dinasti Chou.
(sumber: www.artsmia.org/art-of
asia/ceramics/).
9696 Kriya Keramik
Gambar 5.23. Onta dari earthenware dengan
glasir sancai.Tang Dynasty, abad ke 7 atau
8 M. (sumber: www.artsmia.org/art-of
asia/ceramics/)
Gambar5.24. Produk
Keramik dari Dinasti Sung.
(sumber:
www.artsmia.org/art-of
asia/ceramics/)
5.4.2.2. Korea
Karena letaknya yang dekat dengan China, maka keramik Korea
dipengaruhi juga oleh perkembangan keramik China. Keramik Korea pada
jaman neolitik yang khas adalah earthenware merah untuk kegunaan seharihari:
mangkok, vas dengan leher lurus, dan kendi besar. Keramik di Korea
dimulai kira-kira 50 th SM. Pada masa awal sejarah Korea, wilayah Korea
terbagi menjadi beberapa kerajaan penting: Kokuryo (37 SM–668 M),
Paekche (18 SM–663 M) dan Silla Kuno (57 SM–668 M). Penyatuan Korea
sempat terjadi pada masa Silla (668–935 M). Kokuryo dan Paekche
memproduksi earthenware yang memperlihatkan pengaruh China.
Seiring pengaruh agama Buda dari China, benda keramik pun banyak
berupa perkakas untuk kematian dan kremasi. Masa keemasan keramik
Korea terjadi pada masa periode Koryo (918-1392). Meskipun banyak
dipengaruhi keramik China Dinasti Sung, tetapi keramik Korea
menghasilkan beberapa inovasi yang unik. Sebagai contoh ada sebuah
botol buatan China pada Dinasti Sung dikembangkan dengan dekorasi yang
khas dan glasir celadon.
Kriya Keramik 9977
Gambar 5.25. Botol celadon pada
perioda Koryo dengan desain inlay
Chrysanthemum dan kupu-kupu
Koryo Dynasty, abad ke 12-Korea
The Ho-Rim Museum. (sumber:
www.korean-arts.com)
Gambar 5.26. Keramik earthenware
Korea pada jaman neolitik. (sumber:
www.korean-arts.com)
5.4.2.3. Jepang
Pada masa sejarahnya Jepang adalah negara yang terisolasi dari induk
daratan Asia. Masa keramik Jepang terbagi-bagi dalam beberapa
perioda yaitu Haniwa (200-552); Asura, Nara, dan Heian; dan terakhir
Kamakura. Keramik tertua Jepang yang terkenal adalah keramik Jomon
dengan bentuknya yang unik. Perioda Jomon berlangsung 10000–200
tahun SM.
Gambar 5.27. Keramik dibentuk dengan pilin, Jepang,
Periode Jomon kira-kira 2500 SM. (atas) Keramik pada
jaman pertengahan Jomon (bergaya Daigi). (sumber: www.myspace.com)
9898 Kriya Keramik
5.5. Sejarah Keramik di Indonesia
Di Indonesia, keramik sudah dikenal sejak jaman Neolithikum, diperkirakan
rentang waktunya mulai dari 2500 SM–1000 SM. Peninggalan zaman ini
diperkirakan banyak dipengaruhi oleh para imigran dari Asia Tenggara
berupa: pengetahuan tentang kelautan, pertanian dan peternakan. Alat-alat
berupa gerabah dan alat pembuat pakaian kulit kayu. Kebutuhan manusia
dalam kehidupan sehari-hari selalu mengalami perubahan sesuai
perkembangan zaman. Awalnya manusia membuat alat bantu untuk
kebutuhan hidupnya, mulai dari membuat kapak dari batu. Seperti di
Sumatra ditemukan pecahan-pecahan periuk belanga di Bukit Kulit Kerang.
Meskipun pecahan tembikar tersebut kecil dan berkeping-keping namun
telah terlihat adanya bukti nyata membuat wadah dari tanah liat. Teknik
pembuatannya dilakukan dengan tangan, dan untuk memadatkan serta
menghaluskan digunakan benda keras seperti papan. Cara menghias
dilakukan dengan menekankan sebuah kayu berukir, atau menekan tali,
anyaman bambu, duri ikan, dan sebagainya, pada permukaan keramik
(mentah) setelah selesai pembentukan. Cara seperti ini paling banyak
dilakukan oleh perajin tradisional di berbagai daerah di pelosok tanah air.
Di pantai selatan Jawa tepatnya diantara Yogyakarta dan Pacitan
ditemukan pecahan tembikar yang berhiaskan teraan anyaman atau
tenunan seperti hasil tenun yang di buat di Sumba. Di daerah Melolo (P.
Sumba) ditemukan pula periuk belanga yang berisikan tulang-tulang
manusia. Peninggalan-peninggalan prasejarah ini juga ditemukan didaerah
Banyuwangi, Kelapa Dua-Bogor, Kalumpang serta Minanga di Sulawesi,
Gilimanuk di Bali dan juga penemuan pada waktu peninggalan arkeologis di
sekitar candi Borobudur dan di Trowulan-Mojokerto. Termasuk juga
peninggalan zaman Kerajaan Majapahit (abad 16 M) banyak di temukan
bata-bata dan genteng dari tanah liat yang dibakar sebagai bahan
bangunan, namun juga benda-benda seperti celengan. Pecahan-pecahan
tembikar juga ditemukan di situs Batujaya, di Karawang Jawa Barat.
Ditemukan juga fragmen yang terbuat dari terracotta. Sesuai penandaaan
maka tembikar-tembikar ini ada pada abad ke 3 atau 4 masehi.
Gambar 5.28. Tembikar-tembikar yang ditemukan di situs Batujaya.
(sumber: www.budpar.go.id)
Kriya Keramik 9999
Gambar 5.29. Fragmen terracotta yang ditemukan
di situs Batujaya. (sumber: www.budpar.go.id)
Gambar 5.30. Bentuk kepala terbuat dari terracotta pada
penanggalan abad ke 10. (sumber: heritage indonesia)
Gambar tembikar juga terdapat pada relief hiasan bangunan, dan patungpatung.
Ini memberikan indikasi bahwa tradisi pembuatan benda keramik
dengan teknologi sederhana telah lama berlangsung. Artefak lainnya di
gambarkan pada relief candi Borobudur yang menunjukkan motif wanita
yang sedang mengambil air dari kolam dengan periuk bulat dan kendi serta
memasak dengan kuali. Sedangkan relief candi Prambanan dan candi
Penataran (Blitar) melukiskan jambangan bunga dengan hiasan suluran dan
bunga-bungaan. Peninggalan ini juga menggambarkan akan adanya
kegiatan pembuatan keramik rakyat di pedesaan dan banyak hubungannya
dengan penemuan kebutuhan akan wadah. Keramik rakyat ini dari zaman
ke zaman berkembang secara evolusioner. Demikian pula dengan bentuk,
teknik pengolahan maupun pembakarannya, pembakaran dilakukan hanya
dengan menggunakan daun-daun atau ranting-ranting pohon yang telah
kering.
101000 Kriya Keramik
Gambar 5.31. Terracotta
peninggalan zaman Mojopahit.
(sumber: heritage indonesia)
Mereka lebih banyak memikirkan peralatan yang ada hubungannya dengan
rumah tangga. Untuk keperluan tersebut dibuatlah benda gerabah dari tanah
liat kemudian dibentuk dan setelah kering dibakar dengan pembakaran
sederhana. Penemuan keramik merangsang kreativitas manusia untuk
menciptakan berbagai macam benda keramik yang di buat dari bahan
tersebut.
Gambar 5.32. Adanya keramik di Indonesia sering dibuktikan
dengan relief candi. (sumber: heritage indonesia)
Kriya Keramik 101101
Pada perkembangan selanjutnya berbagai faktor turut menentukan
kemajuan keramik diberbagai daerah. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi
kemajuan keramik, mulai dari faktor keperluan hidup, persedian bahan baku
sampai kemajuan teknik pembakaran. Dari faktor-faktor tersebut, faktor
kebutuhan atau keperluan hidup yang merupakan pengaruh yang dominan,
sebagai contoh: negeri China.
Secara pasti sangatlah sulit untuk dikatakan daerah mana yang mula-mula
yang merupakan pusat perkembangan keramik di Indonesia. Dari segi teknik
pembuatannya benda-benda keramik yang oleh para ahli sejarah disebut
“paddle and anvil technique” atau teknik tatap batu, suatu teknik pembuatan
keramik tradisional yang saat ini masih dipergunakan di daerah-dareah di
Indonesia.
Meninjau hasil karya keramik dari beberapa daerah di Indonesia sangat
menarik karena terasa ada suatu karakteristik sangat khas yang menjiwai
benda-benda tersebut. Daerah tersebut antara lian Kalimantan dengan
keramik Singkawang yang menghasilkan guci-guci besar. Daerah ini
menghasilkan benda keramik dengan teknologi pembakaran tinggi mulai
abad XIX. Singkawang merupakan daerah migrasi orang-orang China
Hokkian, yang banyak keahliannya membuat guci.
Gambar 5.33. Membuat
keramik dengan teknik
putar tatap (paddle and
anvil technique)(sumber:
Koleksi studio keramik)
Sementara masyarakat tradisional tetap melakukan aktivitas untuk membuat
gerabah tradisional untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan kekuatan apa
adanya.
101022 Kriya Keramik
Gambar 5.34. Keramik Sung (China)
yang mempengaruhi perkembangan
keramik Indonesia (sumber:
www.britannica.com)
5.5.1. Jaman Penjajahan Belanda
Teknologi pembuatan keramik dapat dikatakan mulai berkembang dengan
didirikannya Laboratorium Keramik atau “Het Keramische Laboratorium”
pada tahun 1922 di Bandung. Fungsi utama laboratorium ini sebagai pusat
penelitian bahan bangunan seperti bata, genteng, saluran air dan
sebagainya yang terbuat dari tanah liat. Selain itu mengembangkan juga
teknologi glasir untuk barang gerabah halus yang disebut dengan
‘aardewerk’. Bahan glasir didatangkan dari Belanda. Selanjutnya di Plered
Purwakarta didirikan sebuah pabrik keramik dengan dilengkap alat-alat
produksi masinal untuk mengolah bahan tanah liat. Pabrik ini berfungsi
sebagi induk yang memberikan bimbingan dalam pembuatan bahan
bangunan dan gerabah halus berglasir kepada para perajin setempat.
Pabrik keramik di Pleret yang dimaksudkan sebagai pusat penyuluhan di
Jawa barat terpaksa gulung tikar. Sedangkan pusat induknya di Bandung
hidupnya masih belum menentu keberadaannya. Tetapi walaupun dengan
pemasukan teknologi impor ini, keramik Indonesia belum mengalami
kemajuan yang pesat. Pusat penyuluhan bidang keramik sasarannya pada
kehidupan gerabah pedesaan saja. Masyarakat kota belum banyak
mengenal keramik bakaran tinggi pada masa itu, dan lebih suka
menggunakan barang impor dari negeri China atau Eropa.
Kriya Keramik 101303
Gambar 5.35. Keramik Plered koleksi Istana
Negara Republik Indonesia.
5.5.2. Jaman Pendudukan Tentara Jepang
Dengan masuknya tentara Jepang , pabrik keramik di Bandung telah di
rubah namanya menjadi “Toki Shinkenjo”. Laboratorium ini berfungsi
sebagai balai penelitian yang meneliti dan mengembangkan serta
memproduksi barang-barang keramik dengan suhu bakar tinggi. Produknya
antara lain: bata tahan api, botol sake, dan sebagainya. Barang-barang
tersebut dibuat untuk keperluan bala tentara Jepang di Indonesia.
5.5.3. Jaman Pemerintah Republik Indonesia
Sejak pemerintahan dipegang pemerintah republik Indonesia, maka “Toki
Shinkenjo” berubah nama menjadi Balai Penyelidikan Keramik (BPK), dalam
operasionalnya dilengkapi dengan alat-alat pengujian dan alat-alat produksi
yang lebih modern. Fungsi dan tugas BPK semakin berkembang, tidak
hanya berporduksi barang-barang keramik, gelas, isolator listrik tetapi juga
aktif melakukan kegiatan penelitian barang-barang mentah keramik hasil
temuan bahan keramik di beberapa tempat.
Dengan diketemukannya bahan-bahan mentah yang melimpah seperti
kaolin, felspard, kwarsa dan sebagainya. maka sejak tahaun 1960-an
bermunculan pabrik-pabrik keramik dibebebrapa kota. Produknyapun
bermacam-macam seperti produk gerabah, stoneware dan porselin, jenis
produksinya antara lain peralatan makan dan minum, benda hias, barang
tahan api, bata tahan api, alat-alat teknik, gips, email, dan keramik bahan
bangunan.
Sekitar tahun 1969 BPK mencoba mengembangkan apa yang disebut
dengan keramik ‘biru putih’ yaitu imitasi keramik China yang pembakarannya
pada suhu 1300 derajat celcius. Dengan diperkenalkanya produk ala China
101044 Kriya Keramik
ini maka banyak perusahaan lain di kota Bandung memproduksinya; seperti
pabrik keramik di Kiara Condong, pabrik keramik Tanah Agung di kota
Malang, serta pabrik keramik di Plered-Purwakarta. Produk keramik dengan
corak biru putih tersebut ternyata banyak penggemarnya.
Pada masa Pelita ke dua munculah harapan-harapan baru untuk
penggunaan benda keramik di hotel-hotel di Jakarta dan di kota-kota lain.
Benda keramik tersebut berupa peralatan makan, hiasan dan tempat
bunga. Kemudian berlanjut ke masyarakat kota yang mulai terbiasa
menggunakan benda-benda keramik dan sedikit demi sedikit munculah
keinginan benda tersebut sebagai kebutuhan rumah tangga.
Kehidupan dunia keramik mulai bangkit dan tumbuhnya perusahaan kecil
dan menengah yang bergerak dibidang keramik seperti terdapat di
Bandung, Plered-Purwokweto, Klampok, Bayat-Klaten, Malang, Yogyakarta
dan lainnya daerah di luar Jawa.
Dengan perjalanan waktu, dan dengan adanya pendidikan tinggi seni rupa
seperti ITB Bandung, ASRI (ISI) Yogyakarta, ASTI (ISI) Surakarta dan
universitas lainnya mulai menelurkan seniman akademisi keramik yang turut
menghidupkan dunia keramik saat ini. Namun, ditengah kemajuan industri
keramik dunia, industri keramik Indonesia belum mengalami kemajuan yang
signifikan walaupun kemajuan dalam bidang keramik ini sudah menjadi
tuntutan pasar. Hal ini disebabkan karena sarana dan prasarana, berupa
alat-alat untuk mengembangkan industri keramik itu termasuk mahal. Selain
itu teknologi yang adapun sulit didapat. Sebab bahan-bahan untuk keramik
maju harus bahan yang lebih murni. Tetapi usaha-usaha untuk
mengembangkan industri keramik, berupa penelitian-penelitian tetap
dilakukan, kegiatan seperti ini telah menjadi kegiatan rutin seperti Balai
Besar Keramik di Bandung, juga kegiatan-kegiatan pengembangan desain
untuk benda keramik di industri seperti di Sango Semarang, industri keramik
di Tangerang dan di industri lainnya.
Gambar 5.36. Produk pabrik keramik Sango.
Kriya Keramik 101505
Dari hasil pembinaan dan bimbingan dari pemerintah dan pihak terkait, baik
produktivitas dan variasi bentuk juga pengalaman perajin semakin
meningkat. Perkembangan dari bentuk produk keramik yang masih melekat
ciri khas dari masing-masing daerah semakin menarik dan memperkaya
hasil budaya bangsa. Perkembangan dunia pariwisata yang makin maju
memberikan dampak yang sangat bagus bagi perkembangan keramik.
Dengan dicanangkannya desa wisata seperti: di desa Pager Jurang-Bayat
Klaten, desa Kasongan-Bantul, Klampok-Banjarnegara, Banyumulek-
Lombok semakin meningkatkan produktivitas dan kualitas juga pemasaran
produk keramik yang semakin berkembang hingga kini.
Gambar 5.37. Keramik Lombok (sumber: http://bidytour-lombok.com)
Gambar 5.38. Keramik Kasongan
(sumber: Album keramik Kasongan)
101066 Kriya Keramik
Kriya Keramik 110077
6.1. Asal Usul Tanah Liat
Tanah liat sebagai bahan utama pembuatan benda keramik terdapat hampir
di seluruh belahan dunia, namun demikian tanah liat tersebut satu sama lain
memiliki sifat yang berbeda-beda. Akan tetapi tanah liat yang dapat
digunakan untuk pembuatan benda keramik harus memenuhi persyaratan
tertentu. Salah satu sifat tanah liat yang dibutuhkan untuk dapat dibuat
benda keramik adalah memiliki daya kerja yang memungkinkan tanah liat
tersebut untuk dibentuk dan dapat mempertahankan bentuknya hingga
menjadi benda keramik melalui proses pemanasan (pembakaran). Tanah liat
(clay) merupakan bahan plastis yang dapat berubah menjadi keras dan
tahan terhadap air setelah mengalami proses pengeringan dan pembakaran.
Ada beberapa jenis tanah liat yang dapat langsung digunakan untuk
pembuatan benda keramik, sedangkan lainnya harus dimurnikan terlebih
dahulu atau harus dicampur dengan bahan lain agar dapat digunakan untuk
membuat benda keramik. Contoh tanah liat yang langsung dapat digunakan
tanpa mencampur dengan bahan lain adalah tanah liat earthenware dan
stoneware, sedang tanah jenis porselen harus dicampur dengan bahan lain
yang plastis (seperti: ballclay atau bentonite) agar mudah dibentuk. Tanah
liat dan mineral anorganik non logam adalah produk alam yang merupakan
bahan baku pembuatan benda keramik seperti: perangkat makan-minum,
bahan bangunan, bahan tahan api, alat elektronik, benda seni, benda
kerajinan dan sebagainya. Tanpa bahan-bahan alam tersebut produk
keramik tidak mungkin dibuat.
6.1.1. Proses Pembentukan Tanah Liat secara Alami
Hampir semua tanah liat yang ada di Indonesia disebut “lempung”. Lempung
merupakan produk alam, yaitu hasil pelapukan kulit bumi yang sebagian
besar terdiri dari batuan feldspatik, berupa batuan granit dan batuan beku.
Sebelum berpindah, tanah liat merupakan mineral murni yang terdapat pada
batuan panas dan padat yang kemudian larut. Batuan yang larut bukan lagi
batuan yang keras seperti aslinya namun sudah berubah menjadi batuan
yang lunak dan terurai serta berubah warna karena terbawa arus air. Hasil
peristiwa tersebut terbentuk partikel-partikel halus dan sebagian besar
dipindahkan oleh tenaga air, angin dan gletser ke suatu tempat yang lebih
rendah dan jauh dari batuan induk dengan ukuran partikel yang hampir
sama, sedangkan sebagian lagi tetap tinggal di lokasi dimana batuan induk
berada.
6. TANAH LIAT
110088 Kriya Keramik
Alam memproduksi tanah liat secara terus menerus, sehingga tidak
mengherankan jika tanah liat terdapat dimana-mana dan jumlahnya sangat
besar. Karena jumlahnya sangat besar, dapat dipastikan manusia tidak akan
mampu menghabiskannya. Sesungguhnya bentuk permukaan bumi selalu
berubah, terjadinya gunung-gunung, lembah-lembah, sungai-sungai, benuabenua,
pulau-pulau dan sebagainya tidak dalam waktu sekejap, tetapi
memakan waktu jutaan tahun.
Tanah tanah liat alam yang paling mumi masih mengandung butiran-butiran
bebas dan bahan-bahan pasir atau debu. Umumnya unsur-unsur tambahan
ini terdiri dari kwarsa, feldspar, besi dan sebagainya juga ada unsur organik
Iainnya menentukan sifat-sifat dari bermacam tanah liat dan penggunaannya
untuk tujuan-tujuan tertentu. Beberapa sifat tanah liat yang umum adalah
sifat untuk hancur dalam air, warna sebelum dan setelah dibakar, plastis
sebelum dibakar, keras dalam keadaan kering, padat dan kuat setelah
dibakar.
6.1.2. Pembentukan Meneral-Mineral Kulit Bumi
Permukaan bumi yang kita diami sekarang ini adalah hasil pendinginan kulit
bumi yang menutupi bagian dalam bumi yang masih sangat panas (magma).
Ketika bumi masih dalam masa lebur, bahan-bahan berat seperti unsur
logam cenderung mengendap ke tingkat terdalam. Karena proses
pengendapan, komposisi kimia kulit bumi di semua bagian mendekati
seragam. Semakin bumi mendingin, lapisan teratas yang disebut kulit bumi
akan memadat dan membatu. Batuan yang terbentuk karena proses
pendinginan disebut batuan beku (igneous rock). Komposisi kimia kulit bumi
yang terdiri atas batuan granit atau batuan beku sampai kedalaman 16 km,
sebagai berikut
SiO2 ………………... 59.14
Al2O3 ……………….15.38
Al2O3 + FeO ……..... 6.88
CaO ………………… 5.08
Na2O ………………. 3.84
MgO ……………….. 3.49
K2O ………………… 1.13
H2O ………………… 1.15
TiO2 ………………… 1.05
Lain-lain …………… 0.90
100.00
(sumber: Frank Hammer and Janet Hammer).
Yang menarik dari analisis kimia di atas, adalah sangat sedikit oksida besi
atau oksida logam lain yang membentuk kulit bumi, tetapi justru unsur-unsur
silika (SiO2) dan alumina (Al2O3) paling mendominasi pembentuk kulit bumi.
Kriya Keramik 110099
6.1.3. Peranan Tenaga Endogen dan Eksogen terhadap
Pembentukan Tanah Liat
Diperkirakan dua milyar tahun silam tenaga alam yang besar mulai
mengubah permukaan bumi pada batuan “Feldspatik”. Suatu interaksi
antara atmosfir bumi yang mengandung gas dengan permukaan bumi akan
saling memberikan pengaruh. Pada saat bumi mendingin, uap air di atmosfir
yang berbentuk gas mulai mengembun dan terjadilah hujan. Air hujan
kemudian mengisi cekungan-cekungan membentuk lautan dan memberikan
pengaruh pada permukaan daratan yang mempunyai garis permukaan lebih
tinggi.
Air merupakan salah satu faktor penting yang dapat merubah permukaan
bumi. Air dapat melarutkan bebatuan dalam jumlah banyak. Selama jutaan
bahkan milyaran tahun, air telah mengikis gunung-gunung dan meratakan
lembah-lembah. Adanya mineral garam di laut yang jumlahnya diperkirakan
1500 milyar ton membuktikan bahwa begitu besarnya kekuatan air yang
mengikis bebatuan dan melarutkan bahan-bahan alkali dan mineral lain
yang telah tergerus, serta mengalirkan ke tempat-tempat yang lebih rendah
dan akhirnya ke laut. Air dapat juga membelah bebatuan dengan cara
menyusup ke celah-celah retakan. Pada musim dingin dengan suhu
mencapai sekitar 0º, air yang berada di celah-celah batu tersebut akan
membeku dan mengembang akhirnya memecah bebatuan tadi menjadi
kepingan-kepingan lebih kecil. Selain air, tumbuhan juga dapat
menghancurkan bebatuan yang keras. Melalui tenaga rambat, akar-akarnya
dapat memasuki celah-celah retakan batu dan dalam pertumbuhannya
cenderung memecah batu tersebut menjadi unit yang lebih kecil. Angin dan
gletser juga dianggap sebagai tenaga alam yang hebat dandapat
memindahkan mineral tanah liat yang halus hasil pelapukan batuan
feldspatik ke tampat yang jauh dari batuan induknya.
Tenaga alam yang dapat merubah permukaan bumi dibedakan menjadi dua,
yaitu:
6.1.3.1. Tenaga Eksogen
Tenaga eksogen menyebabkan terjadinya perubahan pada permukaan bumi
karena pengaruh air, angin, gletser dan tumbuhan. Pada saat bola yang
membara mulai mendingin, terjadilah penyusutan. Akibatnya bahan-bahan
mineral yang ada di dalam bumi terdorong ke atas membentuk bukit-bukit
dan gunung-gunung. Oleh proses pelapukan dan erosi yang terus menerus
sepanjang zaman, bukit dan gunung tersapu bersih, mineral-mineral yang
berupa lumpur tanah liat mengalir bersama-sama air ke tempat rendah dan
akhirnya mengendap di danau-danau atau lautan.
111100 Kriya Keramik
6.1.3.2. Tenaga Endogen
Tenaga endogen menyebabkan terjadinya perubahan di dalam bumi oleh
karena pengaruh tenaga panas dan gempa bumi yang sangat hebat.
Lapisan endapan disorong lagi ke atas menjadi bukit-bukit dan gununggunung.
Demikian seterusnya yang dikeluarkan dari dalam bumi berupa uap
panas, tekanan gas, gempa bumi dan sebagainya itu disebut tenaga
endogen.
Proses pelapukan batuan granite dapat dijelaskan seperti pada gambar di
bawah ini.
Gambar 6.1. Proses pelapukan batuan granit.
(sumber: Frank Hammer and Janet Hammer).
6.1.4. Proses Terbentuknya Tanah Liat Primer dan Sekunder
Telah dijelaskan bahwa tanah liat merupakan mineral murni yang terdapat
pada batuan panas dan padat, karena terjadi pelapukan maka terbentuk
partikel-partikel halus dan sebagian besar dipindahkan oleh tenaga air,
angin dan gletser ke suatu tempat yang lebih rendah dan jauh dari batuan
induk dengan ukuran partikel yang hampir sama, sedangkan sebagian lagi
tetap tinggal di lokasi dimana batuan induk berada. Selama berpindah tanah
liat menjadi tidak murni, kehilangan mineral-mineral pengikatnya, hasilnya
berupa jenis tanah liat mulai dari yang kasar sampai halus dengan
kemungkinan terjadi perubahan warna dan komposisinya. Dari peristiwa
alam tersebut, maka terdapat tanah liat yang tidak berpindah tempat atau
terdapat di daerah asalnya, tanah liat ini disebut tanah liat primer yang
merupakan hasil akhir dari serangkaian proses yang juga disebut tanah liat
residu, contoh tanah liat yang umum adalah china clay atau kaolin.
Sedangkan tanah liat yang berpindah dari daerah asalnya dan mengendap
di daerah rendah disebut tanah liat sekunder atau tanah liat sedimen, seperti
ballclay, red marls (campuran tanah liat, pasir, dan kapur), stoneware, dll.
Kriya Keramik 111111
Gambar 6.2. Proses pembentukan tanah liat primer dan sekunder.
Tanah liat merupakan suatu mineral yang terbentuk dari struktur partikelpartikel
yang sangat kecil, terutama dari mineral-mineral yang disebut
Kaolinit, yaitu persenyawaan dari Oksida Alumina (Al2O3), dengan Oksida
Silika (SiO2) dan Air (H2O).
Bentuk partikel-partikelnya seperti lempengan kecil-kecil hampir berbentuk
segi enam (hexagonal) dengan permukaan yang datar yang tidak dapat
dilihat dengan mata secara langsung, dengan bentuk partikel seperti ini
menyebabkan tanah liat mempunyal sifat liat (plastis) dan mudah dibentuk
bila dicampur dengan air, hal ini karena partikel-partikel tersebut saling
meluncur satu dengan yang lain dengan air sebagai pelumasnya.
Gambar 6.3. Bentuk partikel tanah liat.
(sumber: F.H. Norton)
Tanah liat dalam ilmu kimia termasuk Hidrosilikat Alumina, yang dalam
keadaan murni mempunyai rumus:
Al2O3 2SiO2 2H2O
111122 Kriya Keramik
Satu partikel tanah liat dibuat dari satu molekul aluminium (2 atom Alumina
dan 3 atom Oksigen), dua molekul Silikat (2 atom Silika dan 2 atom
Oksigen), dan dua molekul Air (2 atom Hidrogen dan 1 atom Oksigen).
Formula tersebut terdiri dari:
39% Oksida Alumina
47% Oksida Silika
14% Air
Perubahan secara alamiah yang berlangsung terus menerus menyebabkan
terbentuknya tanah liat primer dan sekunder, yang juga menyebabkan
perbedaan tempat ditemukan (pengendapan) tanah liat tersebut, secara
sederhana asal-usul tanah liat dapat digambarkan seperti gambar berikut ini.
Gambar 6.4. Asal usul tanah liat secara sederhana.
(sumber: Frank Hammer and Janet Hammer).
Berdasarkan tempat pengendapannya, tanah liat dapat dikelompokkan
menjadi dua jenis sebagai berikut:
6.1.4.1. Tanah Liat Primer
Yang disebut tanah liat primer (residu) adalah jenis tanah liat yang
dihasilkan dari pelapukan batuan feldspatik oleh tenaga endogen yang tidak
berpindah dari batuan induk (batuan asalnya), karena tanah liat tidak
berpindah tempat sehingga sifatnya lebih murni dibandingkan dengan tanah
Kriya Keramik 111133
liat sekunder. Selain tenaga air, tenaga uap panas yang keluar dari dalam
bumi mempunyai andil dalam pembentukan tanah liat primer. Karena tidak
terbawa arus air dan tidak tercampur dengan bahan organik seperti humus,
ranting, atau daun busuk dan sebagainya, maka tanah liat berwarna putih
atau putih kusam. Suhu matang berkisar antara 13000C–1400 0C, bahkan
ada yang mencapai 17500C. Yang termasuk tanah liat primer antara lain:
kaolin, bentonite, feldspatik, kwarsa dan dolomite, biasanya terdapat di
tempat-tempat yang lebih tinggi daripada letak tanah sekunder. Pada
umumnya batuan keras basalt dan andesit akan memberikan lempung
merah sedangkan granit akan memberikan lempung putih. Mineral kwarsa
dan alumina dapat digolongkan sebagai jenis tanah liat primer karena
merupakan hasil samping pelapukan batuan feldspatik yang menghasilkan
tanah liat kaolinit.
Tanah liat primer memiliki ciri-ciri:
• warna putih sampai putih kusam
• cenderung berbutir kasar,
• tidak plastis,
• daya lebur tinggi,
• daya susut kecil
• bersifat tahan api
Dalam keadaan kering, tanah liat primer sangat rapuh sehingga mudah
ditumbuk menjadi tepung. Hal ini disebabkan partikelnya yang terbentuk
tidak simetris dan bersudut-sudut tidak seperti partikel tanah liat sekunder
yang berupa lempengan sejajar. Secara sederhana dapat dijelaskan melalui
gambar penampang irisan partikel kwarsa yang telah dibesarkan beberapa
ribu kali. Dalam gambar di bawah ini tampak kedua partikel dilapisi lapisan
air (water film), tetapi karena bentuknya tidak datar/asimetris, lapisan air
tidak saling bersambungan, akibatnya partikel-partikel tidak saling
menggelincir.
Gambar 6.5. Dua partikel kwarsa dengan lapisan air.
(sumber: F.H. Norton)
111144 Kriya Keramik
6.1.4.2. Tanah Liat Sekunder
Tanah liat sekunder atau sedimen (endapan) adalah jenis tanah liat hasil
pelapukan batuan feldspatik yang berpindah jauh dari batuan induknya
karena tenaga eksogen yang menyebabkan butiran-butiran tanah liat lepas
dan mengendap pada daerah rendah seperti lembah sungai, tanah rawa,
tanah marine, tanah danau. Dalam perjalanan karena air dan angina, tanah
liat bercampur dengan bahan-bahan organik maupun anorganik sehingga
merubah sifat-sifat kimia maupun fisika tanah liat menjadi partikel-partikel
yang menghasilkan tanah liat sekunder yang lebih halus dan lebih plastis.
Jumlah tanah liat sekunder lebih lebih banyak dari tanah liat primer.
Transportasi air mempunyai pengaruh khusus pada tanah liat, salah satunya
ialah gerakan arus air cenderung menggerus mineral tanah liat menjadi
partikel-partikel yang semakin mengecil.
Pada saat kecepatan arus melambat, partikel yang lebih berat akan
mengendap dan meninggalkan partikel yang halus dalam larutan. Pada saat
arus tenang, seperti di danau atau di laut, partikel-partikel yang halus akan
mengendap di dasarnya. Tanah liat yang dipindahkan bisaanya terbentuk
dari beberapa macam jenis tanah liat dan berasal dari beberapa sumber.
Dalam setiap sungai, endapan tanah liat dari beberapa situs cenderung
bercampur bersama. Kehadiran berbagai oksida logam seperti besi, nikel,
titan, mangan dan sebagainya, dari sudut ilmu keramik dianggap sebagai
bahan pengotor. Bahan organik seperti humus dan daun busuk juga
merupakan bahan pengotor tanah liat. Karena pembentukannya melalui
proses panjang dan bercampur dengan bahan pengotor, maka tanah liat
mempunyai sifat: berbutir halus, berwarna krem/abu-abu/coklat/merah
jambu/kuning, suhu matang antara 9000C-14000C. Pada umumnya tanah liat
sekunder lebih plastis dan mempunyai daya susut yang lebih besar daripada
tanah liat primer. Semakin tinggi suhu bakarnya semakin keras dan semakin
kecil porositasnya, sehingga benda keramik menjadi kedap air. Dibanding
dengan tanah liat primer, tanah liat sekunder mempunyai ciri tidak murni,
warna lebih gelap, berbutir lebih halus dan mempunyai titik lebur yang relatif
lebih rendah. Setelah dibakar tanah liat sekunder biasanya berwarna krem,
abu-abu muda sampai coklat muda ke tua.
Tanah lit sekunder memiliki ciri-ciri:
• Kurang murni
• cenderung berbutir halus,
• plastis,
• warna krem/abu-abu/coklat/merah jambu/kuning, kuning muda, kuning
kecoklatan, kemerahan, kehitaman
• daya susut tinggi,
• suhu bakar 12000C–13000C, ada yang sampai 14000C (fireclay,
stoneware, ballclay),
• suhu bakar rendah 9000C–11800C, ada yang sampai 12000C
(earthenware).
Kriya Keramik 111155
Gambar 6.6. Dua partikel tanah liat plastis dipisahkan
oleh lapisan air. (sumber: F.H. Norton)
Warna tanah tanah alami terjadi karena adanya unsur oksida besi dan unsur
organis, yang biasanya akan berwama bakar kuning kecoklatan, coklat,
merah, wama karat, atau coklat tua, tergantung dan jumlah oksida besi dan
kotoran-kotoran yang terkandung. Biasanya kandungan oksida besi sekitar
2%-5%, dengan adanya unsur tersebut tanah cenderung berwarna Iebih
gelap, biasanya matang pada suhu yang lebih rendah, kebalikannya adalah
tanah berwama lebih terang ataupun putih akan matang pada suhu yang
lebih tinggi. Menurut titik leburnya, tanah liat sekunder dapat dibagi menjadi
lima kelompok besar, yaitu: Tanah liat tahan api (fire clay), tanah liat
stoneware, ball clay, tanah liat merah (earthenware clay), dan tanah liat jenis
monmorilinit.
6.2. Jenis-Jenis Tanah Liat
6.2.1. Perubahan Fisika Tanah Liat Primer dan Sekunder setelah
Dibakar
Perubahan pertama yang terjadi dalam tanah liat primer maupun sekunder
ketika dibakar, ialah hilangnya air bebas. Khusus untuk tanah liat sekunder
akan diikuti oleh terbakarnya bahan-bahan organik lain, seperti humus,
daun, dan ranting yang terdapat di dalam tanah liat. Pada perubahan
selanjutnya kandungan air kimia akan hilang. Tanah liat primer dan
sekunder mengandung silika bebas dalam bentuk pasir, kwarsa, flint dan
kristal. Silika adalah subyek untuk merubah bentuk dan volume tanah liat
pada suhu tertentu. Beberapa perubahan bersifat tetap (konversi) dan yang
lain bersifat dapat berubah kembali (inversi).
Agar tanah liat dapat berubah menjadi keramik harus melalui proses
pembakaran dengan suhu melebihi 600ºC. Setelah melalui suhu tersebut
tanah liat akan mengalami perubahan menjadi suatu mineral yang padat,
111166 Kriya Keramik
keras dan permanen, perubahan ini disebut Cheramic change atau
perubahan keramik. Tabah liat yang dibakar kurang dari 600ºC belum
memiliki kematangan secara tepat walaupun sudah mengalami perubahan
keramik. Kematangan tanah liat atau vitrifikasi adalah kondisi keramik yang
telah mencapai suhu kematangan secara tepat tanpa mengalami perubahan
bentuk. Pada pembakaran dibawah suhu 800ºC, mineral silika bebas seperti
mineral karbonat akan berubah pula. Hal ini merupakan akibat dari
terbakarnya semua unsur karbon, disebut dengan proses kalsinasi.
Perubahan fisika terjadi diatas suhu 800ºC, yaitu pada saat bahan-bahan
alkali bertindak sebagai ‘flux’ atas silika dan alumina yang membentuk
sebuah jaringan kristal (mulia) dan gelas yang mengikat bahan-bahan yang
tidak dapat dilarutkan menjadi suatu massa yang kuat (pembakaran biskuit).
Saat tanah liat dibakar pada suhu 1300ºC, beberapa perubahan akan
terjadi, misalnya badan menjadi lebih keras ketika mendingin dan menjadi
kedap air. Tanah liat tersebut telah mengalami proses ‘vitrifikasi’, artinya
sebagian besar material, khususnya silika telah menggelas, memasuki poripori
dan mengikat semua partikel tanah liat dengan membentuk ikatan yang
dikenal dengan ikatan ‘Alumina Silika Hidroksida’.
Proses vitrifikasi ini dapat disertai dengan penyusutan volume, dimana
semakin tinggi suhu bakar semakin besar penyusutan tetapi semakin rendah
porositasnya atau dengan kata lain benda semakin padat dan kedap
air.Tanah liat yang tidak mengalami proses ‘vitrifikasi’ pada suhu tinggi (
1300ºC) dapat digolongkan kedalam jenis tanah liat ‘tahan api’ (refractory
clay).
Setiap tanah liat dapat dilebur bila suhu bakarnya cukup. Idealnya setiap
jenis tanah liat mempunyai titik vitrifikasi tanpa terjadi perubahan bentuk
(deformasi). Dalam praktik, vitrifikasi seringkali diikuti dengan perubahan
bentuk. Hal ini terjadi karena adanya tegangan-tegangan pada bagian
benda yang terlemah akibat dari meleburnya mineral-mineral tanah liat.
Perubahan warna api, suhu, dan kondisi yang terjadi pada tanah liat saat
proses pembakaran, seperti ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembakaran
a. Jangan membakar tanah liat terlalu cepat karena tanah liat akan
meledak berkeping-keping atau retak-retak. Hal ini disebabkan tidak
cukup waktu bagi air plastisitas untuk menguap.
b. Proses pendinginan jangan dilakukan secara cepat, tanah liat
mengalami perubahan volume yang seringkali sangat mendadak.
Pendinginan mendadak menyebabkan satu permukaan akan lebih panas
daripada permukaan lain, sehingga pada saat satu volume berubah
volume yang lain belum berubah.
Kriya Keramik 111177
Faktor inilah yang menyebabkan tanah liat yang dibakar menjadi pecah.
Oleh karena itu, sebaiknya proses pendinginan harus dilakukan selambat
dan semerata mungkin untuk mencegah pecahnya barang. Kesalahan ini
akan jarang terjadi bila tungku tidak dibuka sebelum suhu di dalam tungku
mencapai 100 0C.
Tabel 6.1. Heatwork: Perubahan bentuk material keramik oleh panas.
(sumber: www.users.stlcc.edu)
Warna
dalam
Tungku
Cone °F °C Uraian
Putih 14 2552° 1400° Porselin: cone 10-13
Kuning 10 2380° 1300° Bakaran tinggi/stoneware: cone 8-
10, rata-rata = cone10
6 2192° 1200° Glasir menengah: cone 2-7
04 1950° 1100° Bakaran rendah/earthenware:
cone 015-1, rata-rata = cone 04
Kuning
oranye
1000°
010 1650° 900°
Partikel tanah liat mulai mengkaca,
Biskuit temperatur paling rendah
(cone 010-04)
1450° 800°
Mulai vitrifikasi (mengkaca),
material mengandung karbon (zat
arang) mulai dibakar
Merah 018 1292° 700° Panas merah pijar
Merah
gelap
600°
1060° 500°
573°C, pembalikan (inverse)
kwarsa antara proses pemanasan
dan pendinginan
400°
Mulai 480°C -700°C, terjadi
penguapan (water smoking) air
kimia
300°
Mulai 300°C -800°C, material
mengandung zat arang
(carbonaceous) mulai dibakar.
. 439° 200°
220°C, perluasan cristobalite
(pemanasan), tekanan
(pendinginan)
Gelap 212° 100° Air berubah menjadi uap air
(steam)
111188 Kriya Keramik
6.2.2. Sifat-sifat Umum Tanah Liat
Dalam pembentukan benda keramik dengan berbagai keteknikan
membutuhkan tanah liat yang harus memiliki sifat-sifat yang dipersyaratkan,
yaitu yang betul-betul harus memenuhi persyaratan sebelum digunakan,
karena hal ini akan sangat berpengaruh pada waktu proses pembentukan
dan pada hasil akhir. Keberhasilan atau kegagalan dalam membuat benda
keramik akan tergantung pada bagaimana melakukan proses tersebut
diatas. Agar tanah liat dapat digunakan untuk membentuk benda keramik
maka harus sifat-sifat yang dipersyaratan.
6.2.2.1. Sifat Plastis
Sifat plastis atau plastisitas tanah liat merupakan kualitas hubungan antara
partikel tanah liat yang ditentukan oleh kandungan meniral dan kehalusan
butiran tanah liat. Plastisitas berfungsi sebagai pengikat dalam proses
pembentukan sehingga benda yang dibentuk tidak mengalami
keretakan/pecah atau berubah bentuk. Sifat plastis ini merupakan
persyaratan utama yang harus dipenuhi untuk mencapai tingkat keplastisan
yang dipersyaratkan tanah liat maka harus ditambah dengan bahan-bahan
yang plastis. Dua partikel rata yang bersebelahan akan saling melekat
sempurna ketika dilumasi dengan air dan memberikan kualitas tanah liat
yang plastis dan memiliki kekuatan, karena struktur partikel tanah liat
membentuk seperti susunan batu bata maka sukar untuk mengalami
keretakan, hal tersebut seperti ditunjukkan dalam gambar di bawah.
Gambar 6.7. Partikel dan struktur tanah liat plastis.
(sumber: Frank Hammer)
Plastisitas tanah liat dipengaruhi oleh :
• kehalusan partikel tanah liat
• bentuk partikel tanah liat
• zat organik (sisa tumbuhan dan binatang)
• jumlah air
• struktur (susunan partikel) tanah liat
• jenis tanah liat
Kriya Keramik 111199
Beberapa jenis tanah murni yang alami, seperti tanah stoneware adalah
tanah yang paling mudah untuk langsung digunakan, meskipun ada juga
tanah merah earthenware yang sifatnya sebaik tanah stoneware. Ball clay
biasanya terlalu plastis sehingga tidak mudah dikeringkan dan dibakar tanpa
berubah bentuk, sedang tanah kaolin untuk dibentuk terlalu “short”, yaitu
mudah berubah bentuk tidak kuat menahan beban berat badannya sendiri.
Sifat plastis pada tanah liat disebabkan antara lain oleh:
• Daya kohesi partikel-partikel tanah liat yang sangat halus dan bermuatan
listrik (-) dan (+) sehingga satu sama lain saling mengikat.
• Kandungan air plastisitas, jika dilihat dengan alat mikroskop melalui
perbesaran 50.000 kali struktur partikel tanah liat berbentuk lempengan
pipih yang mempunyai permukaan datar. Setiap lempengan dilapisi air
yang sangat tipis seperti film. Fungsi air pelapis partikel adalah
melicinkan permukaan lempengan-lempengan sehingga satu sama lain
dapat saling menggelincir khususnya pada saat tanah liat dibentuk atau
mendapat tekanan dan mengikat partikel-partikel secara bersama-sama
dan membentuk massa tanah liat yang padat.
6.2.2.2. Memiliki Kemampuan Bentuk
Tanah liat juga harus mempunyai kemampuan bentuk, yaitu kualitas
penopang bentuk selama proses pembentukan berlangsung yang berfungsi
sebagai penyangga. Tanah liat yang memiliki kemampuan bentuk akan
berdiri sendiri tanpa mengalami perubahan bentuk sewaktu proses
pembentukan berlangsung dan setelah pembentukan selesai. Tanah liat
yang dibentuk akan tetap mempertahankan bentuknya apabila mempunyai
plastisitas dan kemampuan bentuk yang baik, dalam hal ini dapat dikatakan
bahwa tanah liat tersebut memiliki daya kerja.
Gambar 6.8. Tanah liat yang memiliki daya kerja/plastisitas.
(sumber: Koleksi studio keramik)
112200 Kriya Keramik
Daya kerja tanah liat dipengaruhi oleh plastistasnya, tanah liat dengan
plastisitas yang tinggi atau sebaliknya plastisitasnya rendah cenderung
kurang memiliki daya kerja, untuk dapat digunakan maka tanah liat tersebut
harus diperlakukan secara khusus agar memiliki daya kerja, yaitu dengan
menambahkan fire clay atau grog atau mengurangi ball clay, sedang tanah
liat yang plastistasnya rendah dengan menambahkan ball clay atau
bentonite.
Yaitu sifat tanah liat dari badan benda keramik yang telah kering sehingga
cukup kuat untuk diangkat, disempurnakan, dan disusun dalam tungku
pemabakaran.
Tanah liat yang memiliki plastisitas tinggi akan tinggi pula kekuatan
keringnya.
Kekuatan kering dipengaruhi :
• Kehalusan butir
• Jumlah air pembentuk
• Pencampuran dengan bahan lain
• Teknik pembentukan
6.2.2.3. Susut Kering dan Susut Bakar
Tanah liat dalam keadaan plastis masih mengandung air sehingga mudah
dibentuk menjadi benda keramik. Setelah kering benda keramik tersebut
akan mengalami penyusutan. Hal ini terjadi karena menguapnya air
pembentuk dan air selaput pada badan dan permukaan benda keramik
sehingga menyebabkan butiran-butiran tanah liat menjadi rapat satu sama
lain. Tanah liat akan mengalami dua kali penyusutan, yaitu penyusutan
yang terjadi dari keadaan basah menjadi kering, disebut susut kering dan
penyusutan yang terjadi pada waktu proses pembakaran, disebut susut
bakar. Jumlah persentase penyusutan (susut kering dan susut bakar) yang
dipersyaratkan sebaiknya antara 5%–15%.
Tanah liat memiliki variasi penyusutan yang berbeda-beda, semakin tinggi
plastisitas tanah liat maka semakin tinggi pula penyusutannya. Tanah liat
yang terlalu plastis biasanya memiliki persentase penyusutan lebih dari
15%, sehingga apabila tanah liat tersebut dibentuk akan memiliki resiko
retak atau pecah yang tinggi. Penyusutan tanah liat yang terlalu tinggi dapat
diperbaiki dengan mengurangi ball clay atau menambahkan fire clay atau
grog.
Penyusutan tanah liat Singkawang Kalimatan Barat dari kondisi plastis,
kering, dan biskuit ditunjukkan pada gambar di bawah mulai.
Kriya Keramik 112211
Gambar 6.9. Tanah liat plastis, kering, dan biskuit.
(sumber: Koleksi studio keramik)
Penyusutan tanah liat melalui proses pengeringan maupun proses
pembakaran dapat dilihat seperti gambar di bawah.
Gambar 6.10. Tahap penyusutan kering tanah liat.
(sumber: Frank Hammer)
Gambar 6.11. Tahap penyusutan bakar tanah liat.
(sumber: Frank Hammer)
112222 Kriya Keramik
Besarnya angka persentase susut kering dan susut bakar dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
panjang plastis – panjang kering
Susut kering = X 100%
panjang plastis
panjang plastis – panjang bakar
Susut bakar = X 100%
panjang plastis
6.2.2.4. Suhu Kematangan (Vitrifikasi)
Suhu bakar keramik berkaitan langsung dengan suhu kematangan, yaitu
keadaan benda keramik yang telah mencapai kematangan secara tepat
tanpa mengalami perubahan bentuk. Agar tanah liat dapat berubah menjadi
keramik, maka tanah liat yang telah dibentuk tersebut harus melalui proses
pembakaran dengan suhu melebihi 600ºC. Setelah melalui suhu tesebut,
tanah liat akan mengalami perubahan menjadi suatu mineral yanga padat,
keras, dan permanen, perubahan ini disebut Cheramic change atau
perubahan keramik. Tanah liat yang dibakar kurang dari 600ºC belum
memiliki kematangan yang tepat walaupun sudah mengalami perubahan
keramik, suhu kematangan tanah liat atau vitrifikasi adalah kondisi keramik
yang telah mencapai suhu kematangan secara tepat tanpa mengalami
perubahan bentuk. Untuk itu sebelum melaksanakan proses pembakaran,
perlu diketahui terlebih dahulu jenis tanah liat yang digunakan untuk
membentuk benda keramik. Suhu kematangan tanah liat mempunyai
rentang yang cukup lebar, biasanya antara 50ºC-200ºC. Apabila tanah liat
yang dibakar pada temperatur rendah sudah mengkaca hal ini berarti
vitrifikasi tanah liat tersebut rendah, untuk memperbaikinya dapat dilakukan
dengan menambahkan kaolin atau silica.
Gambar 6.12. Efek vitrifikasi.
(sumber: Frank Hammer)
Kriya Keramik 112233
Suhu pembakaran sangat berpengaruh pada vitrifikasi dan kekuatan tanah
liat, kenaikan suhu (temperatur) bakar tanah liat earthenware dan stoneware
terhadap vitrifikasi dan kekuatan bakarnya. Namun apabila suhu bakar telah
mencapai total vitrifikasinya maka kekuatan tanah liat akan menjadi
menurun dan bahkan menjadi leleh.
Pada gambar berikut dijelaskan pengaruh kenaikan suhu bakar terhadap
vitrifikasi dan kekuatan tanah liat earthenware dan stoneware.
Gambar 6.13. Pengaruh suhu bakar terhadap vitrifikasi dan kekuatan.
(sumber: Frank Hammer)
6.2.2.5. Porositas
Sifat poros tanah liat merupakan sifat penyerapan air oleh badan benda
keramik atau bisa dikatakan tingkat kepadatan badan benda keramik setelah
dibakar. Sifat porositas sangat penting karena dengan adanya sifat ini akan
memungkinkan penguapan air pembentuk maupun air selaput keluar pada
waktu proses pengeringan dan pembakaran. Dalam poses pengglasiran
sifat ini juga berpengaruh terhadap penyerapan bahan glasir pada benda
keramik sehingga akan memiliki daya rekat sebelum proses pembakaran
glasir dilaksanakan.
112244 Kriya Keramik
Sifat porositas sangat dipengaruhi oleh kasar dan halusnya partikel-partikel
tanah liat yang membentuk badan keramik. Tanah liat mengandung partikelpartikel
pembentuk tanah yang terdiri dan partikel halus dan partikel kasar.
Perbandingan dan besar butir dalam tanah sangat mempengaruhi sifat
tanah tersebut. Tanah liat plastis pada umumnya mengandung partikel yang
lebih halus sehingga susut kering dan susut bakarnya akan tinggi dan hal ini
juga berpengaruh terhadap porositasnya, tanah liat plastis cenderung
memiliki sifat porositas yang rendah, sebailknya tanah liat yang kurang
plastis susut kering dan susut bakarnya rendah sehingga porositasnya tinggi
Tanah liat harus cukup porous, agar:
• air plastis (air pembentuk) yaitu sejumlah air yang ditambahkan pada
tanah liat untuk dapat dibentuk) dapat menguap dengan mudah pada
waktu proses pengeringan, sehingga terjadi susut kering.
• air kimia (air yang terikat secara kimia) yaitu air yang terkandung dalam
tanah liat secara alami dengan mudah dapat keluar pada awal proses
pembakaran sehingga terhindar dan letusan-letusan uap dan retak-retak.
• bermacam gas yang timbul karena proses pembakaran zat-zat organik
yang ada dalam tanah dapat keluar, pada saat proses pembakaran
terjadi lagi penyusutan yang disebut susut bakar.
Besarnya angka penyusutan (susut kering dan susut bakar) dari beberapa
macam tanah liat berbeda-beda tergantung dari kehalusan partikelnya,
semakin halus partikel tanah liat, maka semakin banyak air pembentuk yang
dibutuhkan sehingga makin besar pula angka penyusutannya.
Gambar 6.14. Porositas tanah liat setelah proses pembakaran.
(sumber: Frank Hammer)
Suhu pembakaran sangat berpengaruh terhadap porositas dan juga
kekuatan dari tanah liat yang dibakar, namun apabila suhu pembakaran
terus dinaikkan maka akan terjadi proses penggelasan pada tanah liat dan
kekuatannya menjadi berkurang. Hal tersebut seperti ditunjukkan pada
gambar berikut.
Kriya Keramik 112255
Gambar 6.15. Pengaruh suhu bakar terhadap porositas dan kekuatan
tanah liat (sumber: Frank Hammer)
Besarnya angka persentase porositas tanah liat dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut:
berat basah – berat kering
Porositas = X 100%
berat kering
6.2.2.6. Kekuatan Kering
Kekuatan kering merupakan sifat tanah liat dari badan benda keramik yang
telah kering, sifat ini sangat penting karena benda keramik harus cukup kuat
untuk diangkat, disempurnakan, dan disusun dalam tungku pembakaran.
Tanah liat yang memiliki plastisitas tinggi akan tinggi pula kekuatan
keringnya. Ballclay merupakan bahan yang memiliki kekuatan kering yang
baik, tetapi bila dibuat benda akan timbul retak-retak.
Kekuatan kering dipengaruhi:
• kehalusan butir
• plastisitas
• waktu pemeraman (ageing)
• jumlah air pembentuk
• pencampuran dengan bahan lain
• teknik pembentukan
112266 Kriya Keramik
6.2.2.7. Warna Bakar
Tanah liat dalam keadaan mentah yang diperoleh dari tempat asalnya
(deposit) memiliki berbagai warna seperti krem, kuning kecoklatan, merah
kecoklatan, abu-abu, dan hitam, perbedaan warna dipengaruhi oleh
perbandingan kadar kandungan bahan tanah liat antara lain campuran atau
kotoran humus (organik), oksida besi (Fe), dll. Setelah mengalami proses
pembakaran warna tanah liat akan muncul yang kadang berbeda dengan
warna dalam keadaan mentah, hal ini dipengaruhi oleh zat/bahan
terkandung didalamnya yang terikat secara kimiawi. Kotoran yang bersifat
organik akan terbakar habis pada waktu proses pembakaran berlangsung,
sedangkan bahan yang terikat secara kimiawi akan menyebabkan tanah liat
menjadi berwarna.
Warna tanah liat disebabkan oleh zat yang mengotorinya, warna abu-abu
sampai hitam mengandung zat arang dan sisa-sisa tumbuhan, warna merah
mengandung oksida besi (Fe) tetapi juga dapat dihasilkan dengan
menambahkan bahan pewarna seperti: cobalt (Co), cupper (Cu), chrom (Cr),
besi (Fe), mangaan (Mn). Pada umumnya jenis tanah liat earthenware paling
banyak mengandung Oksida besi (Fe).
Warna bakar (biskuit suhu 900oC) tanah liat murni Sukabumi, Pacitan,
Malang, Bojonegoro, dan Singkawang seperti terlihat pada gambar di
bawah.
Gambar 6.16. Perbedaan warna tanah liat setelah dibakar biskuit
suhu 900oC (sumber: Koleksi studio keramik)
6.2.2.8. Daya Suspensi
Daya bersuspensi adalah sifat yang memungkinkan suatu bahan atausuatu
campuran tetap dalam bentuk cairan, sifat ini sangat berkaitan dengan
plastisitas
Kriya Keramik 112277
Flokulan: suatu zat yang berfungsi untuk mempercepat pengendapan
butiran-butiran tanah liat, yaitu: magnesium sulfat
Deflokulan: suatu zat yang mempertinggi daya dispersi (menghablur)
sehingga butiran-butiran tanah liat tetap melayang-layang, yaitu:
waterglass/sodium silikat dan sodium carbonate. Deflokulan biasa dipakai
untuk tanah liat dengan pembentukan teknik cetak tuang.
6.2.2.9. Sifat Slaking
Sifat dari tanah liat untuk dapat hancur dalam air menjadi butiran-butiran
yang lebih halus dalam waktu tertentu dan pada suhu udara biasa. Bila
suatu lempung (tanah liat) dimasukkan ke dalam air, maka lempung menjadi
basah kemudian mengembang, selanjutnya lempung tersebut hancur
menjadi bagian-bagian kecil. Semakin kurang daya ikat tanah liat semakin
cepat hancurnya, lempung yang lunak dan porous cenderung lebih cepat
hancur dalam air dibandingkan dengan lempung yang keras. Sifat slaking ini
berhubungan dengan pelunakan dari tanah liat.
6.2.2.10. Struktur Tanah Liat
Perbandingan besar butiran dan bentuk butiran partikel-partikel tanah liat
akan berpengaruh pada plastisitas, kekuatan kering, penyusutan, porositas,
dan karakter benda setelah dibakar.t
Struktur tanah liat ;
• Struktur halus (plastis): tanah liat
• Struktur kasar (tidak plastis): pasir
Perbandingan lempung (clay), tanah endapan (silt) dan pasir (sand) dapat
dilihat pada gambar di bawah.
Gambar 6.17. Perbandingan antara lempung, tanah endapan, dan pasir
(sumber:Wheatonparkdistric.com)
112288 Kriya Keramik
Dari uraian di atas, bahwa tanah liat memliliki sifat-sifat yang berbeda-beda,
ada tanah liat yang plastisitasnya rendah/tinggi, daya kerjanya rendah/tinggi,
susutnya rendah/tinggi, suhu bakarnya rendah/tinggi, porositasnya
rendah/tinggi, warna bakarnya terang/gelap, agar memenuhi persyaratan
untuk dapat digunakan maka perlu memperbaiki sifat-sifat tanah yang
demikian yang dilakukan sebelum proses pembentukan. Yang perlu diingat
bahwa penambahan bahan akan saling mempengaruhi sifat-sifat tanah liat
tersebut.
• Sebagai bahan plastis adalah ball clay atau bentonit
• Sebagai bahan pengeras/pengisi adalah flint, grog/chamotte, pasir, talk
• Sebagai bahan pelebur/flux adalah feldspar, kapur, magnesia, dolomite
dan oksida besi.
6.2.3. Jenis, Sifat, Fungsi Tanah Liat dan Bahan lain
Jenis, sifat dan fungsi tanah liat dan bahan lain untuk membuat benda
keramik dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu:
6.2.3.1. Bahan Plastis
Kaolin (china clay)
Kaolin disebut juga china clay, termasuk jenis tanah liat primer (residu) yang
berfungsi sebagai komponen utama dalam membuat campuran porselin,
dan digunakan dalam keramik stoneware dan earthenware putih. Kaolin
berfungsi untuk pengikat dan penambah kekuatan badan keramik pada suhu
tinggi, porselin, barang-barang tahan api (refractory), juga digunakan
sebagai bahan pengeras dalam pembuatan glasir.
Sifat-sifat kaolin (china clay):
• berbutir kasar
• tidak plastis
• relatif murni
• warnanya putih
• titik leburnya tinggi yaitu 18000C.
Di Indonesia bahan ini terdapat di beberapa tempat seperti di Aceh,
Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera Selatan, Bangka,
Belitung, Sulawesi Tengah, Kalimantan.
Ball clay
Ball clay termasuk jenis tanah liat sekunder (sediment/endapan) yang
mempunyai partikel-partikel yang sangat halus sehingga tingkat plastisitas
dan kekuatan kering yang tinggi, banyak mengandung bahan organik.
Ball clay umumnya dipakai sebagai bahan campuran untuk membuat
keramik putih (keramik halus dan dalam email, juga untuk membuat slip
tanah liat tuang lebih encer. Dalam massa plastis dapat meningkatkan daya
kerja dan kuat kering.
Kriya Keramik 112299
Sifat-sifat ball clay:
• berbutir halus
• plastisitas sangat tinggi
• penyusutan tinggi 20 %
• kekuatan keing tinggi
• titik lebur suhu 1300 0C
• warna abu-abu
Ball clay ini terdapat di Jawa Barat, Riau, Kalimantan Brata, Kalimatan
Tengah, Kalimatan Selatan, Sulawesi Utara, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Bangka, Belitung dan juga bisa didapat dimana-mana (sawah, tegalan).
Stoneware
Stoneware adalah bahan tanah liat refraktoris yang bersifat plastis, termasuk
jenis tanah liat sekunder (sedimen) memiliki daya susut rendah, berbutir
halus dan banyak digunakan untuk membuat benda pengikat dan pewarna.
Stoneware akan menghasilkan benda yang padat dan kedap air apabila
dibakar pada suhu 12500C - 13000C tanpa mmengalami perubahan bentuk.
Stoneware ini sangat menguntungkan karena dapat langsung digunakan
untuk membuat benda keramik stoneware secara langsung (bahan tunggal)
tanpa mencampur dengan bahan lainnya dengan hasil yang memuaskan.
Sifat-sifat stoneware:
• berbutir halus,
• plastis,
• penyusutan rendah,
• porositas rendah,
• titik lebur tanah mencapai suhu 14000C,
• wama mentahnya abu-abu, kuning kotor,
• tahan api,
Tanah ini terdapat di Jawa Barat, Karimunjawa.
Earthenware
Earthenware termasuk tanah sekunder (sedimen), tanah liat ini mudah
ditemukan di berbagai daerah, plastis, berbutir halus dengan kandungan
besi yang cukup tinggi. Tanah liat ini memiliki tingkat plastisitas yang cukup,
sehingga mudah dibentuk, tapi juga mempunyai tingkat penyusutan yang
tinggi pula.
Setelah dibakar kekuatannya berkurang dan sangat berpori, absorpsi
(kemampuan menyerap) air lebih dan 3%, suhu bakar rendah antara 9000C-
10600C, warna bakar merah coklat dan titik leburnya sekitar 11000C-12000C.
Tanah liat merah banyak digunakan di industri genteng, bata dan gerabah
kasar dan halus. Warna alaminya tidak merah terang tetapi merah karat,
karena kandungan besinya mencapai 8%, bila diglasir warnanya akan lebih
kaya, khususnya dengan menggunakan glasir timbal (beracun).
Tanah liat earthenware banyak digunakan dalam pembuatan benda keramik
earthenware, gerabah, batu bata, genteng, dan dapat digunakan sebagai
pewarna pada glasir.
113300 Kriya Keramik
Sifat-sifat earthenware:
• plastis,
• berbutir halus
• kandungan besi yang cukup tinggi
• wama mentahnya merah, coklat, abu-abu, hitam,
• suhu bakar antara 9000C–10600C
Tanah liat earthenware banyak terdapat di daerah Sumutera Utara,
Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta,
Fire Clay
Fire Clay termasuk tanah sekunder (sedimen) merupakan jenis tanah liat
yang tahan terhadap panas dan tidak berubah bentuk, mempunyai titik lebur
yang tinggi yaitu 1600ºC-1750ºC. Kebanyakan tanah liat tahan api berwarna
terang (putih) ke abu-abu gelap menuju ke hitam dan ditemukan di alam
dalam bentuk bongkahan padat, beberapa diantaranya berkadar alumina
tinggi dan berkadar alkali rendah. Yang tergolong tanah liat tahan api ialah
tanah liat yang tahan dibakar pada suhu tinggi tanpa mengubah bentuk,
misalnya kaolin dan mineral tahan api seperti alumina dan silika. Fireclay
berfungsi sebagai bahan untuk membuat barang refractory seperti bata
tahan api, perlengkapan tungku, dalam badan keramik sebagai bahan
campuran untuk menambah kemampuan bentuk pembuatan produk
stoneware maupun porselin.
Sifat-sifat fire clay:
• cenderung tidak plastis ,
• butiran kasar,
• tingkat absorbsi rendah
• penyusutan menengah
• tahan terhadap suhu tinggi (refractory)
Bentonite
Bentonite juga termasuk tanah liat tanah sekunder (sedimen) yang sangat
plastis dan berbutir halus sehingga digunakan untuk menambah keplastisan
badan keramik dan dalam glasir berfungsi sebagai pengikat. Bentonite
termasuk jenis tanah liat monmorilinit berasal dari pelapukan batu vulkanis.
Bila dipergunakan untuk menambah plastisitas tanah liat satu bagian
bentonite biasanya sama dengan tiga bagian ballclay.
Sifat-sifat bentonite:
• sangat plastis.
• berbutir halus
• titik lebur 1200ºC
Bentonite di Indonesia banyak ditemukan di Jawa Barat, juga terdapat di
Aceh, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan, Bengkulu, Jawa Tengah,
Jawa Timur, Sulawesi Utara.
Kriya Keramik 113311
Kaolin Ballclay Stoneware
Earthenware Fireclay Bentonite
Gambar 6.18. Bahan-bahan keramik plastis.
(sumber: Koleksi studio keramik)
6.2.3.2. Bahan Tidak Plastis
Silika
Silika merupakan bahan yang banyak digunakan untuk membuat benda
keramik, glasir, gelas, dll. Bahan ini mempunyai sifat tidak plastis sehingga
apabila digunakan untuk membuat badan keramik akan mengurangi tingkat
plastisitas dan penyusutannya. Silika dalam badan benda keramik
digunakan untuk menambah kemampuan bentuk dan pengeras, sedangkan
dalam glasir berfungsi sebagai penggelas. Titik lebur silika adalah 1710ºC.
Kwarsa adalah bentuk lain dari silika yang memiliki kemurnian 100%. Silika
atau kwarsa dapat ditemukan dalam bahan oksida yang disebut silicates
seperti: kaolin/china clay, feldspar, nepheline syenite, lepidolite, petalite,
spodumene, pyrophylite, ball clay dll.
Bentuk lain dari silika adalah flint, bahan ini banyak dipakai untuk membuat
benda keramik, memiliki kemurnian yang tinggi. Endapan silika yang
ditemukan di alam biasanya bercampur dengan berbagai bahan-bahan
pengotor (impurities) yang akan mempengaruhi sifat-sifatnya baik dalam
keadaan mentah maupun setelah pembakaran.
Kegunaan silika:
• mengurangi plastisitas
• menguarangi penyusutan
• mengurangi retak-retak dalam proses pengeringan.
• menambah kemampuan bentuk dan pengeras
113322 Kriya Keramik
• merupakan rangka selama pembakaran.
• mengurangi retak-retak (crazing) dalam glasir.
Silika (kwarsa) terdapat di Jwa Barat, Aceh, Sumatera Utara,Sumatera
Selatan, Jambi, Bengkulu, Riau, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan
Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Papua.
Feldspar
Feldspar dihasilkan dari pelapukan batuan granit dan lava (igneous) dimana
tanah liat itu terbentuk, feldspar termasuk senyawa alumina silikat yang
mengandung satu atau lebih unsur-unsur seperti: K, Na, Ca . Sebagai bahan
yang tidak plastis, feldspar sangat penting dalam industri keramik karena
dapat berfungsi untuk mengurangi penyusutan pada waktu proses
pengeringan dan pembakaran, juga berfungsi sebagai flux (peleleh) pada
suhu diatas 12000C. Titik leburnya antara 11700C–12900C. Feldspar sangat
bermanfaat dalam pembuatan benda keramik pecah belah, stoneware,
porselin, dan juga bahan untuk membuat glasir.
Feldspar terdiri dari berbagai jenis, yaitu
• Potash feldspar (K2O Al2O3 6SiO2)
• Sodium feldspar (Na2O Al2O3 6SiO2)
Dilihat dari unsur-unsurnya maka feldspar mengadung bahan alumina
(Al2O3), silica (SiO2), dan flux (K2O atau Na2O), yang mengandung kalium
(K2O) biasanya dipakai untuk membuat badan keramik halus karena sangat
aktif melarutkan kwarsa, membentuk masa gelas yang sangat kental, dan
sebagai pelebur yang baik dalam badan keramik halus sehingga badan
keramik menjadi padat tanpa mengalami perubahan bentuk (deformasi),
sedang yang banyak mengandung natrium (Na2O) untuk membuat glasir.
Feldspar mengandung semua bahan-bahan penting untuk membentuk glasir
sehingga biasa disebut glasir alami, namun dalam glasir agar lebih
memuaskan perlu ditambahkan bahan lain seperti: flint, whiting atau kaolin.
Di Indonesia feldspar dapat ditemukan Jawa Barat, Jawa Tengah, Aceh,
Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, Sumtera Selatan, Lampung, Jawa
Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi
Selatan, Papua.
Whiting (Calcium Carbonate) (CaCO3)
Whiting digunakan pada campuran tanah liat bakaran suhu rendah dan
menengah. Whiting (calcium carbonate) ini berfungsi sebagai flux, yaitu
untuk menurunkan suhu bakar, dalam jumlah kecil dipakai sebagai bahan
pelebur dalam glasir. Unsur Ca (calcium) yang terkandung dalam whiting
banyak digunakan dalam badan keramik karena dapat menurunkan titik
leleh, membenkan wama putih dan mencegah lengkung. Ca dapat bertindak
sebagai flux pada suhu yang rendah. Dengan zinc dalam glasir akan
membentuk pemiukaan matt (dof), karena terjadi kristalisasi.
Kriya Keramik 113333
Dolomite
Dolomite merupakan bahan kombinasi antara calcium carbonate dengan
magnesium carbonate yang berfungsi sebagai flux atau penurun suhu dalam
campuran tanah liat, bahan ini termasuk bahan yang tidak plastis.
Aluminium (Al2O3)
Unsur aluminium (oksida alumina) tidak ditemukan dalam bentuk murni,
tetapi dalam kombinasi dengan unsur-unsur lain terutama dalam kaolin, ball
clay, dan feldspar. Alumina merupakan bahan yang sangat refractory dan
bahan yang sangat stabil baik secara fisika maupun kimia.
Dalam glasir aluminium berfungsi untuk mengontrol dan mengimbangi
pelelehan serta memberikan kekuatan pada badan keramik dan glasir,
sedang dalam badan keramik untuk meningkatkan viskositas, titik lebur
mencegah kristalisasi dan menstabilkan massa gelas. Dalam massa plastis
keramik, unsur kaolin akan memberikan Al2O3 tidak plastis tetapi cukup
murni sedangkan ball clay akan memberikan Al2O3 plastis tetapi tidak murni.
Talc
Talc merupakan campuran magnesium silicate hidrosid yang mempunyai
rumus kimia 3MgO 4SiO2 H2O, berfungsi sebagai flux (pelebur) pada
bakaran rendah dan menambah daya rekat glasir pada badan keramik
sekaligus mencegah timbulnya keretakan pada glasir. Talc banyak dipakai
sebagai bahan pengisi (filler) dan bahan penutup pada beberapa macam
industri keramik (terutama untuk dinding dan porselin China), hal ini
disebabkan karena badan keramik yang mengandung talc akan sangat
tahan terhadap perubahan ternperatur mendadak banyak dipakai untuk
pngembuatan alat-alat listrik, cooking ware, kapsel, alat bantu pembakaran
(refractory), juga dalam keramik seni dan badan keramik bakaran rendah.
Nepheline Syenite (KNaO.Al2O3.4 SiO2)
Nepheline syenite merupakan mineral keramik yang dapat dipakai sebagai
pengganti feldspar. Nepheline syenite mengandung silika (SiO2) lebih
sedikit dan alumina (Al2O3) lebih tinggi daripada feldspar. Bahan ini dapat
dipergunakan untuk glasir earthenware atau stoneware, bahan pembuatan
gelas sebagai sumber Al2O3.
Grog
Grog adalah bahan tanah liat yang telah dibakar biskuit dan kemudian
digiling halus, mempunyai butiran halus sampai kasar. Grog banyak
digunakan untuk membuat badan keramik terutama yang berukuran besar,
grog berfungsi untuk mengurangi plastisitas dan penyusutan sehingga dapat
melindungi benda terhadap perubahan bentuk. Dengan adanya grog
menyebabkan badan benda keramik menjadi lebih porous, namun dengan
kondisi ini memungkinkan terjadi penguapan, juga mencegah terjadinya
retak-retak dalam proses pengeringan dan pembakaran, tahan terhadap
perubahan suhu yang mendadak, serta memberikan tekstur permukaan
yang kasar. .
113344 Kriya Keramik
Silika/Kwarsa Feldspar Whiting
Dolomite Alumuniun Talc
Nepheline syenite Grog (dari biskuit) Grog
Gambar 6.19. Bahan-bahan keramik tidak plastis.
(sumber: Koleksi studio keramik)
6.3. Pengembangan Formula Badan Tanah Liat
Pengertian formula badan tanah liat menunjuk pada formula tertentu yang
tersusun dari beberapa jenis tanah liat atau bahan lain yang dicampur
menjadi suatu massa badan keramik. Angka-angka yang ada tersebut
menunjukkan persentase jumlah tanah liat atau bahan lain yang digunakan
untuk menyusun formula badan keramik.
Contoh:
Kriya Keramik 113355
Tanah liat earthenware 50.00
Ballclay 20.00
Feldspar 10.00
Kaolin 10.00
Kwarsa 10.00
100.00
Dalam pengembangan formula badan tanah liat dapat dilakukan dengan
merubah komposisi bahan atau mengurangi bahan lainnya.
Pengembangan formula tanah, dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
6.3.1. Campuran Sistem Garis (Line Blend)
Campuran system garis (line blend) merupakan campuran badan tanah liat
yang dikembangkan dengan cara mencampur dua tanah liat yang sejenis.
Pencampuran dua jenis tanah liat ini dilakukan dengan menambah atau
mengurangi persentase masing-masing jenis tanah liat yang digunakan
sehingga diperoleh beberapa formula yang memenuhi syarat untuk
pembuatan benda keramik.
Perhatikan metode pencampuran sistem garis di bawah ini
Tabel 6.2. Pencampuran sistem garis.
Jenis Tanah Liat I II III IV V
Tanah Liat A 100 75 50 25 0
Tanah Liat B 0 25 50 75 100
Pada diagram diatas terdapat lima formula campuran sebagai berikut:
• Formula I, terdiri dari 100% tanah liat A saja
• Formula II, terdiri dari 75% tanah liat A dan 25% tanah liat B
• Formula III, terdiri dari 50% tanah liat A dan 50% tanah liat B
• Formula IV, terdiri dari 25% tanah liat A dan 75% tanah liat B
• Formula V, terdiri dari 100% tanah liat B.
6.3.2. Campuran Sistem Segitiga (Triaxial Blend)
Campuran sistem segitga (triaxial blend) merupakan campuran badan tanah
liat yang dikembangkan dengan mencampur tiga tanah liat sejenis atau
bahan lain. Hal yang sama juga berlaku untuk campuran yang melibatkan
tiga tanah liat A, B dan C.
113366 Kriya Keramik
Perhatikan metode pencampuran sistem segitiga di bawah ini
Tanah liat A
Tanah liat B Tanah liat C
Gambar 6.20. Pencampuran sistem segitiga.
(sumber: Glenn C Nelson)
Pada diagram di atas terdapat 21 formula, namun pada campuran sistem
segitiga hanya ada 6.
Beberapa contoh formula yaitu
• Formula 5A hanya mengandung 100% tanah liat A
• Formula 3A 2B terdiri dari 60% tanah liat A dan 40% tanah liat B
• Formula 2A 2B 1C terdiri dari 40% tanah liat A, 40% tanah liat B dan
20% tanah liat C, dan seterusnya.
Disamping kedua jenis campuran tersebut, anda juga dapat
mengembangkan jenis campuran lain yang terdiri dari empat macam tanah
liat atau bahan mineral lainnya dengan cara merubah komposisi campuran.
Dengan demikian terdapat banyak sekali jenis formula yang dapat diperoleh
untuk bahan uji. Semua bahan yang digunakan harus disaring dengan
saringan mesh 50–80 dalam keadaan kering dan berbutir halus.
Contoh campuran jenis lain yang dikembangkan dapat dilihat pada table
berikut.
Kriya Keramik 113377
Tabel 6.3. Pencampuran yang dikembangkan.
No. Formula
Bahan I II III IV V
1 Tanah liat 30 45 50 60 75
2 Ballclay 30 25 20 15 -
3 Kaolin 20 15 20 20 15
4 Kwarsa 10 10 10 - -
5 Pasir 10 5 - 5 10
Jumlah 100 100 100 100 100
Dalam pembuatan suatu formula badan tanah liat baik earthenware,
stoneware maupun porselin yang penting adalah mengetahui persentase
kebutuhan untuk ketiga jenis badan keramik, seperti terlihat pada tabel
berikut.
Tabel 6 .4. Kegunaan tanah liat dalam badan keramik.
(sumber: John W. Conrad)
Bahan Kegunaan Persentase
Earthenware Stoneware Porselin
Kaolin Sumber pewarna
putih, tahan
terhadap
temperature tinggi
0 – 20 0 – 30 10 – 50
Ball clay Penambah
plastisitas 0 – 30 0 – 30 0 - 30
Fire clay Pengisi, sumber
pewarna, sumber
butiran, bahan
pengeras/penguat
0 – 20 0 – 35 -
Earthenware Sumber pewarna,
bahan pengisi
0 – 80 0 – 40 -
Bentonite Penambah
plastisitas 0 – 5 0 – 5 0 – 5
Iron, Ilminite Sumber pewarna,
pembuat tekstur 0 – 10 0 – 10 -
Flux
(Feldspar)
Bahan pengkaca 0 – 30 0 – 20 10 – 30
Flux
(Kwarsa)
Bahan pengeras
dan penguat 0 – 25 0 – 20 20 – 25
Grog Bahan pengeras
dan penguat,
pembuat pori-pori
badan keramik
0 – 10 0 – 15 0 – 5
113388 Kriya Keramik
6.4. Badan Tanah Liat
Secara umum benda keramik menurut bahan yang digunakan dan suhu
bakarnya dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
• earthenware (9000C–11800C),
• stoneware (12000C–13000C), dan
• porselin (12500C–14600C)
6.4.1. Badan Keramik Earthenware
Termasuk jenis tanah liat earthenware adalah tanah liat gerabah, pottery,
dan terracotta yang merupakan bahan utama yang digunakan untuk
membuat benda keramik bakaran rendah (9000C–1180 0C).
Tanah liat dalam keadaan mentah yang diperoleh dari tempat asalnya
(deposit) memiliki berbagai warna krem, kuning kecoklatan, merah
kecoklatan, abu-abu, dan hitam, perbedaan warna banyak dipengaruhi oleh
perbandingan kadar kandungan bahan tanah liat antara lain campuran atau
kotoran humus (organik), oksida besi (Fe), oksida mangaan (Mn), oksida
cupper (Cu), cksida cobalt (Co), dll.
Pada waktu proses pembakaran berlangsung kotoran yang bersifat organik
akan terbakar habis, sedangkan bahan yang terikat secara kimiawi akan
menyebabkan tanah liat menjadi berwarna. Pada umumnya tanah liat
earthenware paling banyak mengandung oksida besi (Fe).
Bentuk butiran atau partikel yang halus dan lembut akan memberikan sifat
lentur atau plastis jika mengandung air yang berfungsi sebagai pelumas.
Plastisitas tanah liat earthenware cukup tinggi sehingga susut kering dan
susut bakarnya juga tinggi, jadi semakin tinggi plastisitas tanah liat semakin
tinggi pula susut kering dan susut bakarnya. Sifat lain adalah porousitasnya
yang cukup tinggi setelah mengalami proses pembakaran hal ini disebabkan
karena tanah liat ini masih banyak mengandung pasir.
Dengan adanya sifat porous ini memungkinkan air pembentuk keluar dari
badan keramik selama proses pengeringan sehingga benda keramik tidak
mudah pecah atau retak.
Perubahan struktur tanah liat earthenware dari hasil proses pembakaran:
• Suhu bakar antara 7000C–9000C mudah pecah
• Suhu bakar antara 9000C–10500C aman
• Suhu bakar antara 10500C–11800C maksimal
• Suhu bakar di atas 11800C akan gosong bahkan meleleh.
Kriya Keramik 113399
Macam-macam Badan Tanah Liat Earthenware
Badan tanah liat merah (cone 06–04)
Tanah liat gerabah 90
Pasir halus/grog 10
Badan tanah liat oranye (cone 06 – 04)
Tanah liat gerabah 70
Pasir halus/grog 10
Ballclay 10
Talc 5
Nephelin syenite 5
Badan tanah liat pink muda (cone 06–04)
Fireclay 50
Ballclay 50
Badan tanah liat merah kekuningan (cone 06-04)
Tanah liat earthenware 30
Stoneware 30
Kwarsa 20
Ballclay 10
Feldspar 10
Badan tanah liat putih kusam (cone 03-2)
Ballclay 43.80
China clay/kaolin 28
Kwarsa/flint 19.80
Stoneware 8.40
Badan tanah liat putih kusam (cone 04-2)
Ballclay 42
China clay 30
Kwarsa 19
Pasir halus/grog 9
Badan tanah liat merah kekuningan (cone 04-2)
Tanah liat earthenware 30
Ballclay 30
Kaolin 20
Pasir halus 10
Kwarsa 10
114400 Kriya Keramik
Badan tanah earthenware
Tanah liat gerabah 80
Kaolin 20
Badan tanah earthenware
Tanah liat gerabah 50
Ballclay 20
Feldspar 10
Grog 10
Kwarsa 10
Badan tanah earthenware
Tanah liat gerabah 40
Ballclay 25
Kaolin 15
Kwarsa 10
Grog 10
Badan tanah earthenware
Tanah liat gèrabah 60
Ballclay 15
Kaolin 10
Kwarsa 5
Grog 5
Badan tanah earthenware
Tanah liat gerabah 60
Ballclay 20
Kwarsa 10
Feldspar 10
Badan tanah liat earthenware I II III
Tanah liat earthenware 50 45 45
Ballclay 20 25 25
Feldspar 10 10 7.50
Kaolin 10 10 15
Kwarsa 10 10 7.50
Berikut ini adalah contoh pengembangan formula badan tanah liat
earthenware yang dikembangkan dengan merubah komposisi bahan :
Kriya Keramik 114411
Tabel 6.5. Pengembangan formula badan tanah liat.
No
Formula
Bahan E1 E2 E3 E4 E5 E6 E7
1. Tl. Earthenware 30 40 52.5 60 65 65 70
2. Ballclay 30 25 20 15 15 15 10
3. Kaolin 20 15 10 10 10 10 10
4. Kwarsa 10 10 7.5 5 5 - -
5. Grog halus 10 10 10 10 5 5 -
6. Pasir halus - - - - - 5 10
Jumlah 100 100 100 100 100 100 100
6.4.2. Badan Keramik Stoneware
Keramik stoneware biasanya di bakar rata-rata pada cone 4-cone 11
(11860C-13150C), sehingga memiliki temperatur kematangan diantara
earthenware dan porselin. Stoneware dikenal sebagai badan tanah liat yang
bagus karena kekuatannya, memiliki warna-warna alami, bersifat keras dan
agak mengkaca. Seperti halnya porselin, stoneware jika dibakar pada suhu
dimana tanah liat tersebut menjadi mengkaca maka hasilnya akan menjadi
kedap air, tetapi pada umumnya stoneware tidak terlalu mengkaca. Glasir
dan badan stoneware masak pada suhu yang sama sehingga akan
membentuk ketepatan glasir yang sempurna.
Jenis-jenis stoneware yang berkembang di Eropa pada tahun 1600 dan
1700 menggunakan oksida cobalt dan mangaan untuk membuat stoneware
hitam, agateware (juga disebut marbleware atau variegatedware) adalah
suatu tiruan agatestone dan dihasilkan dengan kombinasi pewarna-pewarna
tanah liat yang berbeda dalam suatu badan tunggal.
Stoneware pada masa lampau biasanya dihasilkan dan tanah liat alami yang
mengandung feldspar dan silika yang dibakar sehingga menjadi padat dan
tidak porous. Tanah liat alami seperti halnya fireclay, tanah liat untuk pipapipa
air dan tanah liat untuk membuat bata dapat digunakan secara
langsung tanpa banyak penambahan bahan lain yang diperlukan serta dapat
digunakan untuk pembentukan dengan tangan atau putaran.
Sebagian besar tanah liat yang dipersiapkan untuk keperluan komersial
biasanya dibuat dan beberapa macam tanah liat seperti; feldspar, kaolin,
kwarsa, fireclay, dan ballclay yang dibuat dalam formula tertentu.
Warna bakar Stoneware diantaranya abu-abu, krem, coklat, coklat tua, dan
oranye. Biasanya tanah liat stoneware mengandung unsur besi (Fe),
titanium (Ti), zinc (Zn) dan ini yang membedakan antara stoneware dengan
Porselin karena Porselin tidak mengandung unsur besi sehingga
114422 Kriya Keramik
memberikan ciri khas Porselin berwarna putih. Kandungan besi alami yang
ada dalam tanah seperti besi, ilminite, atau mangaan akan merubah
permukaan glasirnya yang apabila dibakar menghasilkan efek spot-spot besi
berwarna kecoklatan.
Kelebihan stoneware:
a. Plastisitasnya yang memiliki keluasan penggunaan
b. Kuat tetapi tidak menggelas
c. Penyusutan yang rendah
d. Memiliki warna alami tanah
e. Memilki spot-spot besi
f. Memilki sifat pencegahan terhadap bloating (mengembang)
g. Padat dan kedap air
h. Memiliki sifat tahan terhadap kejut suhu
i. Memiliki sifat menyatu dengan glasirnya
Kebanyakan badan-badan keramik stoneware dibuat dan sejumlah bahan
atau material yang dipilih untuk maksud dan tujuan tertentu, antara lain:
a. Untuk meningkatkan plastisitas, dapat digunakan ballclay hingga 40%
atau tanah liat merah sampai 20%.
b. Untuk meningkatkan daya lebur pada umumnya digunakan flux
nonplastis seperti talc sebanyak 5% atau kapur (whiting) 10%.Untuk
meningkatkan kekerasan dapat digunakan kaolin, warsa sekitar 15%-
20%, pasir atau grog idealnya menggunakan remukan Kdan barang
biskuit atau menggunakan bubukan bata tahan api.
c. Untuk menghasilkan tanah liat warna dapat ditambahkan tanah liat
merah, ocher sekitar 5%-10% atau oksida logam 5%-10%
d. Untuk membentuk tekstur, dapat menggunakan grog, pasir, atau
remukan fireclay (bata tahan api) sampai sebanyak 25%.
Macam-macam Badan Tanah Liat Stoneware
Berikut ini adalah sejumlah formula badan tanah liat stoneware dengan suhu
bakar yang berbeda yang dapat dipakai:
Badan stoneware
Tanah liat stoneware 100
Badan stoneware
Tanah liat stoneware 50
Ballclay 50
Badan stoneware
Tanah liat stoneware 60
Ballclay 40
Kriya Keramik 114433
Badan stoneware (cone 8)
Ballclay 40
Fireclay 40
Tanah liat earthenware 20
Badan stoneware coklat (cone 6-7)
Kaolin 40
Fireclay 30
Grog halus 26
Red iron oxide 2
Bentonite 2
Badan stoneware merah kecoklatan (cone 6-7)
Fireclay 40
Ballclay 20
Grog halus 40
Badan stoneware ocher muda (cone 6)
Fireclay 40
Kaolin 20
Ballclay 20
Grog 20
Badan stoneware tanah liat merah (cone 8)
Tanah liat lokal 60
Kaolin 20
Kwarsa 10
Ballclay 10
Badan stoneware coklat muda (cone 8)
Kaolin 55
Potash feldspar 25
Kwarsa 15
Bentonite 5
Badan stoneware ocher (cone 8- 9)
Tanah liat merah 40
Kaolin 25
Fireclay 22.5
Kwarsa 12.5
Badan stoneware tuang (cone 5- 7)
Kaolin 50
Kwarsa 30
Soda feldspar 15
Bentonite 5
Waterglass 0.3
114444 Kriya Keramik
Badan stoneware
Tanah liat stoneware 25
Baliclay 25
Kaolin 25
Kwarsa 25
Badan stoneware
Tanah liat stoneware 25
Ballclay 25
Kaolin 15
Feldspar 15
Kwarsa 10
Badan stoneware
Tanah liat stoneware 30
BalIclay 25
Kaolin 20
Feldspar 15
Kwarsa 10
Badan stoneware
Tanah liat stoneware 35
Ballclay 25
Kaolin 20
Feldspar 10
Kwarsa 10
Badan stoneware (cetak tuang)
Tanah liat stoneware 40
Ballclay 25
Kaolin 15
Kwarsa 10
Feldspar 10
Sodium silikat 0.30
Badan stoneware (cetak tuang/slip)
Tanah liat stoneware 10.60
Kwarsa 38.80
BalIclay 28.80
Kaolin 27.60
Sodium silikat 0.30
Kriya Keramik 114455
6.4.3. Badan Keramik Porselin
Porselin merupakan badan keramik yang terbuat dari tanah liat dan bahan
halus lain berwarna yang putih. Badan ini setelah melalui proses
pembakaran akan yang akan menghasilkan benda putih yang padat, keras,
kedap air (porositasnya sangat kecil), seperti kaca dan transculent
(setengah transparan/tembus bayang) dengaan ketebalan 3 mm. Pada
umumnya temperatur bakar porselin berkisar antara 12500C–14600C.
Bahan utama porselin adalah kaolin, kata “kaolin“ berasal dan kata China
“Kao” (tinggi) dan “Ling” (bukit), jadi kaolin merupakan sebuah bukit tinggi
dimana lempung pertama kali ditemukan. Produk keramik biasanya terbuat
dari campuran bahan seperti kaolin, kwarsa, ballclay, dan feldspar namun
dengan bahan ballclay kadang-kadang mengakibatkan porselin menjadi
kurang putih, sebagai pengganti dapat digunakan bentonite.
Untuk membuat formula badan keramik porselen yang bagus memerlukan
waktu, kesabaran dan kemauan (usaha yang besar) untuk bereksperimen
dan melakukan penelitian.
Badan porselin dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok, yaitu:
• Porselin keras, merupakan campuran yang sangat ulet dan dibakar pada
temperatur tinggi 13800C–14600C.
Formulanya: Kaolin 50
Feldspar 25
Kwarsa 25
• Porselin lunak, sedikit resistant dengan temperatur bakar antara
12500C–13000C.
Formulanya: Kaolin 54
Potash Feldspar 26
Kwarsa 18
Bentonit 2
Tingkat plastisitas tanah liat tergantung pada ukuran partikelnya, semakin
kecil ukurannya, maka akan semakin plastis. Kaolin atau china clay
partikelnya berukuran 10 kali lebih besar dari ballclay karena itulah maka
kaolin tidak begitu plastis. Untuk menjaga keaslian sangatlah penting
kiranya bila kita memilih kaolin atau china clay yang mempunyai kandungan
besi.
Tingkat keplastisan sangat dipengaruhi ukuran partikelnya, cara
mempersiapkan, juga umur tanah liat itu. Karena alasan inilah maka bila kita
akan memakai bahan porselen plastis untuk pembentukan dengan teknik
putar maka perlu diperhatikan benar-benar bagaimana mempersiapkan
tanah liat tersebut, yang perlu diingat bahwa pemeraman tanah hat yang
disimpan selama beberapa bulan akan bersifat lebih kuat dari tanah liat
yang sama sekali belum pernah disimpan.
Macam-macam badan porselin
114466 Kriya Keramik
Badan porselin yang lain
a. Kaolin 50
Potash feldspar 25
Kwarsa 15
BalIclay 10
b. Kaolin 25
Potash feldspar 25
Kwarsa 25
Ballclay 25
c. Kaolin 30
Feldspar 35
Kwarsa 10
Ballclay 20
Nephsy 5
d. Kaolin 50
Feldspar 20
Kwarsa 15
Nephsy 10
Dolomite 5
Badan porselin tuang
Kaolin 35
Potash feldspar 40
Kwarsa 20
Calcium carbonate 5
Soda ash 0.2
Sodium bicarbonate 0.2
Badan porselin tuang
Kaolin 30
Ballclay 14
Potash feldspar 36
Kwarsa 20
Soda ash 0.3
Badan porselin tuang
Kaolin 17
Potash feldspar 27
Kwarsa 19
Ballclay 27
Soda ash 0.3
Kriya Keramik 114477
Badan porselin (cone 8-12)
Kaolin 27
Potash feldspar 27
Ballclay 27
Kwarsa 19
Badan porselin (cone 8-9)
Kaolin 30
Feldspar 36
Ballclay 14
Kwarsa 20
6.5. ProblemBadan Tanah Liat dan Perbaikannya
Tanah liat yang digunakan untuk pembuatan benda keramik ada yang
langsung dapat digunakan sehingga tidak menimbulkan problem, tetapi
kadang tanah liat tersebut harus diperbaiki sedemikian rupa sehingga
memenuhi syarat untuk dapat dipergunakan. Tabel di bawah ini perlu
dipahami dengan benar sehingga dapat memperbaiki bahan tanah liat
apabila timbul permasalahan.
Tabel 6.6. Problem badan tanah liat dan perbaikannya.
(sumber: John W. Conrad)
No Problem Perbaikannya
1 Terlalu lengket Kurangi ballclay atau tambahkan fireclay
2 Terlalu berpasir Disaring atau gunakan sedikit tanah liat
berpasir atau grog
3 Kurang plastis Tambahkan ballclay atau bentonite
4 Penyusutan tinggi Kurangi ballclay atau earthenware dan
tambahkan fireclay
5 Hasil bakarnya rapuh Bakarlah pada temperatur yang lebih
rendah, tambahkan kaolin dan
silica/kwarsa
6 Pada temperatur rendah sudah
mengkaca
Tambahkan kaolin atau silica/kwarsa
7 Warna terlalu gelap Kurangi bahan-bahan pewarnya, ganti
dengan fireclay, atau tambahkan dengan
bahan tanah liat yang muda warnanya
8 Warna terlalu terang atau muda Tambahkan dengan bahan-bahan
pewarna
114488 Kriya Keramik
LAMPIRAN A.1
Kriya Keramik
DAFTAR PUSTAKA
Agus Sachari. 2006. Seni rupa dan desain: untuk SMA keas X. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Agus Sachari. 2006. Seni rupa dan desain: untuk SMA keas XI. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Agus Sachari. 2006. Seni rupa dan desain: untuk SMA keas XII. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Ambar Astuti, Dra., MA. 1997. Pengetahuan keramik. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Birk, Tony.1993. The complete potters companion. London: Conrad
Octopus Limited.
Chaney, Charles dan Skee, Stanley. 1985. Plaster mold and model
making. Florida: Robert E. Krieger Publishing Company.
Chappelhow, Mary. 2002. Thrown pottery techniques revealed.
Singapore: A Quarto Book.
Chavarria, Joaquim. 1998. Ceramic class: Glazing techniques. New York:
Watson-Guptill Publication.
Christy, Geraldine & Pearch, Sara. 1992. Step by step art school
ceramics. London: Hamlyn.
Clark, Kenneth. 1983. The Potter’s Manual. London: Little Brown and
Company.
Clark, Kenneth. 1993. The Potters manual. London: Quatro Publishing Plc.
Conrad, John W, Ph.D. 1980. Contemporary ceramics formulas. New
York: Macmillan Publishing Co. Ltd.
Cosentino, Peter. 1998. The encyclopedia of pottery techniques.
London: Quatro Publishing plc..
Cosentino, Peter. 1993. Creative pottery: A complete guide to designing,
making and decorating ceramics. London: Tiger Books
International Plc.
Cowley, David. 1984. Moulded & slip casting pottery & ceramics.
London: B T Batsford.
Espi, Lorette. 1993. Step by step pottery and ceramics a creative guide.
London: New Holland.
Fournier, Robert. 1986. Illustrated dictionary of pottery decoration. New
York: Prentice Hall Press.
LAMPIRAN A.2
Kriya Keramik
Fournier, Robert. 1977. Illustrated dictionary of practical pottery. New
York: Van Nostrad Reinhold Company.
Freddy Adiono Basuki. 2000. Komunikasi Grafis: Untuk SMK bidang
keahlian seni rupa dan kriya. Jakarta: Depdiknas.
Hammer, Frank and Janet. 1986. The potters dictionary of materials and
techniques. London: A & C Black Publisher Limited.
Hery Suhersono. 2004. Desain Motif. Jakarta: Puspa Swara.
Hery Suhersono. 2005. Desain bordir motif geometris. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Hopper, Robin. 1986. Functional pottery: Form and aesthetic in pots of
purpose. Pennsylvania: Chilton Book Company.
Jones, Melanie. 1994. Pottery: A step by step guide to the craft of
pottery. London: Merehust Limited.
Kenny, John B. 1976. The complete book of pottery making. (2nd ed).
Pensylvania: Chilton Book Company.
Leach, Bernard. 1940. A potter’s book. London: Four the Potter Ltd.
Mattison, Steve. 1998. Two in one manual: Ceramics. London: Apple
Press.
Nelson, Glenn C. 1984. Ceramics a potter’s hand book. New York: CBS
Collage Publishing.
Ngurah Swstapa, Drs. 2002. Ornamen tradisional dan modern. Modul
diklat.PPPG Kesenian Yogyakarta.
Norton, F.H. 1955. Ceramic for thr artist potter. Addison: Wesley
Publishing Company. Inc.
Nosker, Hendrik. 1999. Refractories and kilns-for the self-reliant potter.
Eschborn, ViewegBraunschweig.
Paak, Carl E. 1981. The decorative touch, how to decorate, glaze, and
fire your pots. New Jersey: Prentice Hall, Inc.
Peterson, Susan. 1992. A complete potter`s handbook-The craft and art
of clay. (3th.ed.). London: Laurence King.
Phethean, Richard 1993. The complete potter-Throwing. London: B.T.
Batsford.
Prasidha Adhikriya. 1992/1993. Desain kerajinan keramik: Petunjuk
pelatihan keterampilan industri kerajinan keramik.. Depdikbud,
Ditjen dikdasmen, Dit. Dikmenjur.
Rhodes, Daniel. 1968. Kilns, design, contruction and operation. New
York: Pitman Publishing.
LAMPIRAN A.3
Kriya Keramik
Rhodes, Daniel. 1969. Clay glazes. London: Four the Potter Ltd.
Ronny Roesnady. Desain dan proses pembuatan cetakan dengan bahan
gips. Bandung: Balai Besar Industri Keramik.
Roy, Vincent A.1959. Ceramic. London :Mc Graw-Hill Book Company Inc.
Shafer, Thomas. 1976. Pottery decoration. New York: Watson Guptil
Publications.
Simon, Howard. 2007. Menggambar teknik. Semarang: Dahara Prize.
Soesilowati, Dra & Nuryanto, Ir. 1992. Glasir dan pewarna. Bandung: Balai
Besar Industri Keramik.
Soetardi. 1983. Menggambar teknik. Jakarta Ditjen Dikdasmen, Depdikbud.
Tri Suerni, Drs., M.Ds. 2005. Menggambar proyeksi orthogonal. Modul
diklat. PPPG Kesenian Yogyakarta.
Wagiono. 1998. Latihan menggambar ragam hias. Jakarta: Depdikbud.
Wanto EP. Ir. 1992. Tungku dan pembakaran. Bandung: Balai Besar
Keramik.
Wardell, Sasha. 1997. Slip casting. London: A& C Black
Warshaw, Josie & Phethean, Richard. 2000. Throwing pottery
masterclass-Practical techniques for modern ceramics.
London: Southwater.
Warshaw, Josie & Phethean, Richard. 2000. Throwing: pottery
masterclass. New York: Anness Publishing Limited.
Wucius Wong. 1986. Beberapa asa merancang dwimatra. Bandung:
Penerbit ITB.
Wucius Wong. 1986. Beberapa asa merancang trimatra. Bandung:
Penerbit ITB.
Zakin, Richard. 1981. Electric kiln ceramics-A potter’s guide to clay and
glazes. Pennsylvania: Chilton Book Company.
Sutardi. 1983. Menggambar teknik untuk SMSR. Jakarta: Depdikbud, Ditjen
Dikdasmen
………...1998. Clay, glazes, kilns, machenery and equipment. England:
Pot clay Ltd.
..............1998. Menggambar pola dengan motif. Bahan ajar Dasar
Kekriaan untuk SMK. Dir PMK-Depdikbud.
………...1986. Pedoman gambar kerja. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
…………1996. Mata pelajaran kreativitas: Petunjuk pelatihan
keterampilan kreativitas. Depdikbud, Ditjen dikdasmen, Dit.
Dikmenjur.
LAMPIRAN A.4
Kriya Keramik
Artikel
Clay Why It Acts The Way It Does by F.H. Norton This article first
appeared in Studio Potter, Volume 4, Number 2 (Winter 1975/76).
Copyright © 1976 by Studio Potter.
Internet
www.simply-crete.com/ the_thieves_kitchen.htm
www.negentropic.com/clay/ process/claymaking.shtml
student.philau.edu/ROSSI2/ project2/wedge.htm
www.louismulcahy.com/ touronemain0.html
Glaze mixing check sheet. http://www.goshen.edu/art/ DeptPgs/glazMIX.
html.
www.digitalfire.ab.ca/cermat/education/213.html,“Understandingthe
Deflocculation Process in Slip Casting”
http://www.lenham-pottery-models.co.uk/moldmaking/index_mold.html.
sumberilmu.info/2008/02/24/perkembangan-kesenian/
http://www.silaban.net/2006/12/17/membaca-patung-primitif-batak-sebagaiteks-
filsafat-tersembunyi/
http://www.geocities.com/sta5_ar530/data/05s.htm
LAMPIRAN B.1
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Jenis dan fungsi garis 51
Tabel 2.2. Macam skala 56
Tabel 2.3. Skala gambar yang dianjurkan 56
Tabel 6.1. Heatwork: Perubahan bentuk material keramik oleh
panas.(sumber: www.users.stlcc.edu)
117
Tabel 6.2. Pencampuran sistem garis 135
Tabel 6.3. Pencampuran yang dikembangkan 137
Tabel 6.4. Kegunaan tanah liat dalam badan keramik
(sumber:John W. Conrad)
137
Tabel 6.5. Pengembangan formula badan tanah liat 141
Tabel 6.6. Problem badan tanah liat dan perbaikannya
(sumber:John W. Conrad)
147
Tabel 7.1. Pencampuran tanah liat sistem garis. 159
Tabel 7.2. Pencampuran tanah liat yang dikembangkan. 161
Tabel 7.3. Format hasil pengujian plastisitas tanah liat 166
Tabel 7.4. Format hasil pengujian susut tanah liat 169
Tabel 7.5. Daftar pembakaran benda uji suhu kematangan
tanah liat.
173
Tabel 7.6. Perubahan Fisika dan Kimia dalam proses
pembakaran.
174
Tabel 7.7. Sifat-sifat fisika tanah liat sebelum dan sesudah
dibakar.
175
Tabel 7.8. Hasil pengujian suhu kematangan tanah liat. 176
Tabel 7.9. Hasil pengujian susut bakar tanah liat. 180
Tabel 7.10. Hasil pengujian porositas. 182
Tabel 7.11. Hasil pengujian tanah liat. 182
Tabel 8.1. Problem pembentukan teknik putar dan cara
perbaikan
304
Tabel 9. 1. Daftar pewarna oksida dan hasil bakar oksidasi. 371
Tabel 9. 2. Daftar kombinasi pewarna oksida dan hasil bakar
oksidasi.
372
Tabel 9. 3. Komposisi bahan engobe 402
Tabel 9. 4. Pewarna untuk engobe. 403
Tabel 10.1. Titik leleh mineral dan kombinasinya (sumber: Greg
Daly)
424
Tabel 10.2. Daftar pewarna oksida dan hasil bakar oksidasi 428
Tabel 10.3. Daftar pewarna oksida dan hasil bakar reduksi. 429
Tabel 10.4. Daftar kombinasi pewarna oksida dan hasil bakar
oksidasi.
430
Tabel 10.5. Daftar kombinasi pewarna oksida dan hasil bakar
reduksi.
430
Tabel 10.6. RO formula (sumber: Glenn Nelson) 434
LAMPIRAN B.2
Tabel 11.1. Kesalahan dalam pengglasiran dan cara mengatasi.
(sumber: Peter Cosentino)
482
Tabel 12.1. Daftar pyrometric cone (sumber: Glenn Nelson) 498
Tabel 12.2. Heatwork: Perubahan bentuk material keramik oleh
panas (sumber: www.users.stlcc.edu)
506
Tabel 12.3. Problem pembakaran biskuit dan pemecahannya.
(sumber: peter Cosentino)
508
Tabel 12.4. Trayek pembakaran biskuit dengan tungkubahan
bakar gas (sumber: Port-O kiln)
533
LAMPIRAN C.1
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1. Titik 2
Gambar 1.2. Bebagai macam garis 2
Gambar 1.3. Berbagai macam bidang 3
Gambar 1.4. Berbagai macam bentuk tiga dimensi 3
Gambar 1.5. Lingkaran warna 4
Gambar 1.6. Berbagai macam tekstur 5
Gambar 1.7. Beberapa bentuk bidang 8
Gambar 1.8. Komposisi garis horizontal dan vertikal 9
Gambar 1.9. Komposisi garis dinamis 9
Gambar 1.10. Komposisi garis repetisi 9
Gambar 1.11. Komposisi bidang yang berirama 10
Gambar 1.12. Komposisi bidang yang kontras 10
Gambar 1.13. Komposisi bidang yang acak 10
Gambar 1.14. Komposisi bidang yang simetris 10
Gambar 1.15. Contoh huruf berat dan ringan 13
Gambar 1.16. Bagian-bagian huruf 14
Gambar 1.17. Huruf besar 14
Gambar 1.18. Huruf kecil 15
Gambar 1.19. Huruf normal (perbandingan 3:5) 15
Gambar 1.20. Huruf meninggi (perbandingan 1:3) 15
Gambar 1.21. Huruf melebar (perbandingan 1:1) 16
Gambar 1.22. Contoh beberapa gambar logo 18
Gambar 1.23. Contoh Inisial 20
Gambar 1.24. Contoh Slogan 22
Gambar 1.25. Bola yang diterpa cahaya (Sumber: Atisah S.) 26
Gambar 1.26. Arsir searah (Sumber: Taufiq) 26
Gambar 1.27. Arsir searah (Sumber: Taufiq) 26
Gambar 1.28. Arsir searah (Sumber: Taufiq) 27
Gambar 1.29. Arsir searah (Sumber: Taufiq) 27
Gambar 1.30. Contoh gambar alam benda (Sumber: Taufiq) 28
Gambar 1.31. Contoh gambar alam benda (Sumber: Taufiq) 28
Gambar 1.32. Daun (Sumber: Taufiq) 29
Gambar 1.33. Buah-buahan (Sumber: Taufiq) 29
Gambar 1.34. Kuda (Sumber: Saraswati) 30
Gambar 1.35. Singa (Sumbrer: Agus Sachari) 30
Gambar 1.36. Proporsi tubuh manusia (Sumber: Mofit) 31
Gambar 1.37. Wajah (Sumber: Agus Sachari) 32
Gambar 1.38. Tangan (Sumber: Agus Sachari) 32
Gambar 1.39. Garis berawal dari titik 33
Gambar 1.40. Bidang berawal dari garis 33
Gambar 1.41. Ruang berawal dari bidang 34
Gambar 1.42. Sederatan bidang yang membentuk ruang 34
Gambar 1.43. Pengulangan bidang 34
LAMPIRAN C.2
Gambar 1.44. Ukuran gradasi bentuk berulang 35
Gambar 1.45. Bentuk gradasi ukurannya berulang 35
Gambar 1.46. Bentuk ukuran gradasi 35
Gambar 1.47. Bidang bujur sangkar yang bersaf tegak 36
Gambar 1.48. Jarak antar bidang ynag sempit 36
Gambar 1.49. Jarak antar bidang naik turun 36
Gambar 1.50. Bidang diputar pada sumbu tegak 37
Gambar 1.51. Bidang diputar pada sumbu datar 37
Gambar 1.52. Bidang diputar pada bidang sendiri 37
Gambar 1.53. Bidang yang disusun membentuk lingkaran 38
Gambar 1.54. Bidang yang disusun berkelok-kelok 38
Gambar 1.55. Contoh karya nirmana ruang (sumber: Agus
Sachari)
38
Gambar 1.56. Contoh karya nirmana ruang (sumber: Agus
Sachari)
39
Gambar 1.57. Contoh karya nirmana ruang (sumber: Agus
Sachari)
39
Gambar 1.58. Contoh karya nirmana ruang (sumber: Agus
Sachari)
39
Gambar 1.59. Contoh karya nirmana ruang (sumber: Agus
Sachari)
39
Gambar 2.1. Urutan proyeksi Eropa 44
Gambar 2.2. Proyeksi Eropa 45
Gambar 2.3. Asas proyeksi Amerika 45
Gambar 2.4. Urutan proyeksi Eropa 46
Gambar 2.5. Proyeksi Amerika 46
Gambar 2.6. Perspektif satu titik hilang 48
Gambar 2.7. Perspektif dua titik hilang 49
Gambar 2.8. Perspektif tiga titik hilang 49
Gambar 2.9. Penggunaan garis tebal 51
Gambar 2.10. Penggunaan garis tipis 52
Gambar 2.11. Penggunaan garis putus-putus 22
Gambar 2.12. Penggunaan garis strip titik strip 52
Gambar 2.13. Penggunaan garis titik-titik 52
Gambar 2.14. Penulisan angka ukuran, garis ukuran, dan garis
pemisah yang benar
53
Gambar 2.15. Garis ukuran dengan anak panah kiri atau kanan
garis gambar.
54
Gambar 2.16. Penulisan angka ukuran yang salah 54
Gambar 2.17. Penulisan angka ukuran yang benar 54
Gambar 2.18. Penulisan garis dan angka ukuran untuk ukuran
yang pendek
55
Gambar 2.19. Penulisan garis ukuran jari-jari lingkaran 55
Gambar 2.20. Penulisan garis ukuran garis tengah lingkaran 55
Gambar 2.21. Panjang garis sebenarnya dan panjang garis dalam
berbagai skala
57
LAMPIRAN C.3
Gambar 2.22. Bentuk persegi panjang sebenarnya dan dalam
skala 1 : 2
57
Gambar 2.23. Bentuk kubus sebenarnya dan dalam skala 1 : 2 57
Gambar 2.24. Irisan penampang penuh 58
Gambar 2.25. Irisan penampang setengah 58
Gambar 2.26. Format penampilan gambar kerja 59
Gambar 3.1. Motif Meander (Sumber: Sigit P) 62
Gambar 3.2. Motif Pilin (Sumber: Sigit P) 63
Gambar 3.3. Motif Tumpal (Sumber: Sigit P) 63
Gambar 3.4. Ornamen daerah Bali (sumber: Ngurah Swastapa) 67
Gambar 3.5. Ornamen daerah Jawa Timur (sumber: Ngurah
Swastapa)
67
Gambar 3.6. Ornamen daerah Surakarta (sumber: Ngurah
Swastapa)
67
Gambar 3.7. Ornamen daerah Yogyakarta (sumber: Ngurah
Swastapa)
67
Gambar 3.8. Ornamen daerah Yogyakarta (sumber: Ngurah
Swastapa)
68
Gambar 3.9. Ornamen dari Pekalongan Jawa Tengah (sumber:
Ngurah Swastapa)
68
Gambar 3.10. Ornamen dariPajajaran Jawa barat (sumber: Ngurah
Swastapa)
68
Gambar 3.11. Ornamen dari Jepara Jawa Tengah (sumber:
Ngurah Swastapa)
68
Gambar 3.12. Ornamen dari Dayak Kalimantan (sumber: Ngurah
Swastapa)
69
Gambar 3.13. Ornamen daerah Sumatra (sumber: Ngurah
Swastapa)
69
Gambar 3.14. Ornamen dari Sulawesi (sumber: Ngurah Swastapa) 69
Gambar 3.15. Ornamen daerah Timor (sumber: Ngurah Swastapa) 69
Gambar 3.16. Ornamen tradisional (sumber: Wagiono) 70
Gambar 3.17. Ornamen tradisional (sumber: Wagiono) 70
Gambar 3.18. Ornamen modern bentuk geometris (Sumber: Hery
Suhersono)
71
Gambar 3.19. Ornamen modern bentuk organis (Sumber: Hery
Suhersono)
71
Gambar 3.20. Ornamen modern bentuk geometris (Sumber: Hery
Suhersono)
72
Gambar 3.21. Ornamen modern bentuk organis (Sumber: Hery
Suhersono
72
Gambar 3.22. Ornamen modern
motif manusia dan binatang (Sumber: Hery
Suhersono)
72
Gambar 3.23. Seni hias modern, bentuk organis (Sumber: Hery
Suhersono)
72
Gambar 3.24. Ornamen modern (sumber: Wagiono) 73
LAMPIRAN C.4
Gambar 3.25. Ornamen modern (sumber: Wagiono) 73
Gambar 4.1. Peralatan-peralatan dan salah satu gambar gua
pada jaman Paleolitik.(sumber:
http://archeologia.ah. edu)
75
Gambar 4.2. Contoh dekorasi pada kepingan keramik dan contoh
kendi keramik China pada jaman neolitik. (sumber:
http://archeologia.ah.edu)
76
Gambar 4.3. Porselin dan superkonduktor: contoh produk
keramik
tradisional dan keramik maju/modern. (sumber:
chemstryland.com)
77
Gambar 4.4. Ragam produk keramik: dari batu bata sampai
teaset porselin. (sumber: berbagai sumber)
78
Gambar 4.5. Alat putar listrik ( sumber: www.baileypottery.com) 79
Gambar 4.6. Membakar keramik atau gerabah secara tradisional.
(sumber: Koleksi studio keramik)
80
Gambar 4.7. Tungku pembakaran gas dan listrik yang lebih
modern. (sumber: www.baileypottery.com)
81
Gambar 5.1. Wadah kecil dari jaman prasejarah, dengan
dekorasi jejak-jejak jari tangan yang ditekan (kiri)
dan sebuah pot dengan bentuk unik ditemukan di
Liguria, NW Italia (kanan) (sumber:
www.ceramicstudies.me.uk)
83
Gambar 5.2. Sebuah mangkok berdekorasi ditemukan pada
jaman tembaga di Inggris. Dekorasi yang
ditampilkan komplek dan jelas. (sumber:
www.ceramicstudies.me.uk)
84
Gambar 5.3. Motif sederhana yang menggambarkan kepala
kerbau, ditemukan pada keramik Mesopotamia
millennium ke-4 SM sumber:
www.ceramicstudies.me.uk)
84
Gambar 5.4. Membuat keramik dengan teknik putar(sumber:
ceramictoday.com)
85
Gambar 5.5. Pesawat Discovery yang menggunakan bahan
keramik pada beberapa suku cadangnya (kiri) dan
piranti computer yang beberapa komponennya
menggunakan keramik (atas)
85
Gambar 5.6. Caves of Lascaux: Kuda jantan dengan panahpanah
disekelilingnya (sumber:
www.ceramicstudies.me.uk)
86
Gambar 5.7. Relief Bison pada tanah liat liat, ditemukan pada
jaman batu di Tuc d' Audoubert, S.W. France.
Diperkirakan 15,000 BC. (sumber:
www.ceramicstudies.me.uk)
87
Gambar 5.8. Lukisan Bison pada jaman batu akhir,
diperkirakan 15000 tahun SM, ditemukan di Altimira,
87
LAMPIRAN C.5
Spanyol. (sumber: www.ceramicstudies.me.uk)
Gambar 5.9. Caves of Lascaux: Ibex betina? (sumber:
www.ceramicstudies.me.uk)
87
Gambar 5.10. Goresan kepala Bison pada lumpur tanah liat,
15000 tahun SM, ditemukan di Perancis. (sumber:
www.ceramicstudies.me.uk)
88
Gambar 5.11. Dolni Vestonice “Venus” dari situs prasejarah di
Morovia dekat Brno, diyakini sebagai figurin
keramik tertua. (sumber:
www.ceramicstudies.me.uk)
89
Gambar 5.12. Peta ditemukannya figurin tertua. (sumber:
www.ceramicstudies.me.uk)
89
Gambar 5.13. Karakteristik bentuk keramik pada beberapa
periode arkeologis sumber: www.centuryone.org/
pottery.html).
90
Gambar 5.14. Kendi, pertengahan millennium ke-6 SM B.C.;
Hacilar I type Anatolia (Turki) tengah selatan
Ceramic with paint; H. 6 1/8 in. (15.6 cm) Gift of
Burton Y. Berry, 1964 (64.286.5). . (sumber:
www.metmuseum.org).
91
Gambar 5.15. Benda keramik berdekorasi ditemukandi situs Susa,
Iran Barat, 4000 tahun SM. (sumber:
www.metmuseum.org).
91
Gambar 5.16. Kendi dengan dekorasi kambing gunung , awal
millennium 4 SM; perioda Chalcolithic, Sialk III 7
type; Iran Tengah. (sumber: www.metmuseum.org)
92
Gambar 5.17. Kendi faience, Mesir, tertanggal 100-200 M. Koleksi
Freer Gallery of Art, Smithsonian,
Washington D.C. (www.answers.com)
92
Gambar 5.18. Benda keramik berbentuk guci pada awal perioda
kedinastian, Dinasti 1, 2960–2770 SM. Tinggi x
diameter: 8.6 x 3.9 cm (3 3/8 x 1 9/16 in.) Glasir:
Faience. (sumber: www.mfa.org)
93
Gambar 5.19. Keramik pada kebudayaan Yang-Shao. (sumber:
www.ceramicstudies.me.uk)
93
Gambar 5.20. Terracotta yang terkenal dari China: 8099 figure
terracotta tentara dengan ukuran sebenarnya. Di
tempatkan di Mausoleum of the First Qin Emperor.
Figure ini ditemukan tahun 1974 di dekat Xian
Propinsi Shaanxi. (sumber: www.3info2u.com/info_
terracotta_figures_china.htm)
94
Gambar 5.21. Contoh Motif keramik pada kebudayaan Yang-Shao.
(sumber: www.ceramicstudies.me.uk)
95
Gambar 5.22. Produk keramik dari Dinasti Chou.
(sumber: www.artsmia.org/art-of asia/ceramics/)
95
Gambar 5.23. Gambar 5.23. Onta dari earthenware dengan glasir
sancai.Tang Dynasty, abad ke 7 atau 8 M.
96
LAMPIRAN C.6
(sumber: www.artsmia.org/art-of asia/ceramics/)
Gambar 5.24. Produk Keramik dari Dinasti Sung. (sumber:
www.artsmia.org/art-of asia/ceramics/)
96
Gambar 5.25. Botol celadon pada perioda Koryo dengan desain
inlay Chrysanthemum dan kupu-kupu Koryo
Dynasty, abad ke 12-Korea The Ho-Rim Museum.
(sumber: www.korean-arts.com)
97
Gambar 5.26. Keramik earthenware Korea pada jaman
neolitik(sumber: www.korean-arts.com)
97
Gambar 5.27. Keramik dibentuk dengan pilin, Jepang, Periode
Jomon kira-kira 2500 SM. (atas). Keramik pada
jaman pertengahan Jomon (bergaya Daigi) (sumber:
www.myspace.com)
97
Gambar 5.28. Tembikar-tembikar yang ditemukan di situs
Batujaya. (sumber: www.budpar.go.id)
98
Gambar 5.29. Fragmen terracotta yang ditemukan di situs
Batujaya. (sumber: www.budpar.go.id)
99
Gambar 5.30. Bentuk kepala terbuat dari terracotta pada
penanggalan abad ke 10. (sumber: heritage
indonesia)
99
Gambar 5.31. Terracotta peninggalan zaman Mojopahit. (sumber:
heritage indonesia)
100
Gambar 5.32. Adanya keramik di Indonesia sering dibuktikan
dengan relief candi. (sumber: heritage indonesia)
100
Gambar 5.33. Membuat keramik dengan teknik putar tatap (paddle
and anvil technique)(sumber: Koleksi studio
keramik)
101
Gambar 5.34. Keramik Sung (China) yang mempengaruhi
perkembangan keramik Indonesia (sumber:
www.britannica.com)
102
Gambar 5.35. Keramik Plered koleksi Istana Negara Republik
Indonesia.
103
Gambar 5.36. Produk pabrik keramik Sango 104
Gambar 5.37. Keramik Lombok (sumber: http://bidytourlombok.
com)
105
Gambar 5.38. Keramik Kasongan
(sumber: Album keramik Kasongan)
105
Gambar 6.1. Proses pelapukan batuan granit(sumber: Frank and
Janet Hammer)
109
Gambar 6.2. Proses pembentukan tanah liat primer dan sekunder 111
Gambar 6.3. Bentuk partikel tanah liat(sumber: F.H. Norton) 111
Gambar 6.4. Asal usul tanah liat secara sederhana (sumber:
Frank and Janet Hammer).
112
Gambar 6.5. Dua partikel kwarsa dengan lapisan air (sumber:
F.H. Norton)
113
Gambar 6.6. Dua partikel tanah liat plastis dipisahkan oleh
lapisan air (sumber: F.H. Norton)
115
LAMPIRAN C.7
Gambar 6.7. Partikel dan struktur tanah liat (sumber: Frank
Hammer and Janet Hammer)
118
Gambar 6.8. Tanah liat yang memiliki daya kerja (sumber:
Koleksi studio keramik)
119
Gambar 6.9. Tanah liat plastis, kering, dan biskuit (sumber:
Koleksi studio keramik)
121
Gambar 6.10. Tahap penyusutan kering tanah liat (sumber: Frank
and Janet Hammer)
121
Gambar 6.11. Tahap penyusutan bakar tanah liat (sumber: Frank r
and Janet Hammer)
121
Gambar 6.12. Efek vitrifikasi (sumber: Frank and Janet Hammer). 122
Gambar 6.13. Pengaruh suhu bakar terhadap vitrifikasi dan
kekuatan (sumber: Frank and Janet Hammer).
123
Gambar 6.14. Porositas tanah liat setelah proses pembakaran
(sumber: Frank and Janet Hammer).
124
Gambar 6.15. Pengaruh suhu bakar terhadap porositas dan
kekuatan tanah liat (sumber: Frank and Janet
Hammer).
125
Gambar 6.16. Perbedaan warna tanah liat setelah dibakar biskuit
suhu 900oC (sumber: Koleksi studio keramik)
126
Gambar 6.17. Perbandingan antara lempung, tanah endapan, dan
pasir (sumber: Wheatonparkdistric.com)
127
Gambar 6.18. Bahan-bahan keramik plastis (sumber: Koleksi
studio keramik)
131
Gambar 6.19. Bahan-bahan keramik tidak plastis (sumber: Koleksi
studio keramik)
134
Gambar 6.20. Pencampuran sistem segitiga (sumber: Glenn C
Nelson)
136
Gambar 7.1. Bahan tanah liat dan mineral terolah(sumber:
Koleksi sttudio keramik)
157
Gambar 7.2. Pencampuran tanah liat sistem segitiga (sumber:
Glenn C. Nelson)
160
Gambar 7.3. Bahan deflokulan waterglass dan soda abu 197
Gambar 8.1. Bagan proses pembentukan benda keramik 204
Gambar 8.2. Bagian-bagian alat putar listrik (sumber: Richard
Phethean).
210
Gambar 8.3. Tanah liat plastis (sumber: Koleksi studio keramik) 215
Gambar 8.4. Mangkok teknik pijit (sumber: Koleksi studio
keramik)
220
Gambar 8.5. Proses teknik pijit (sumber: Lorette Espi) 221
Gambar 8.6. Mangkok teknik pijit (sumber: (Koleksi studio
keramik)
223
Gambar 8.7. Vas teknik pilin (sumber: (Koleksi studio keramik) 224
Gambar 8.8. Botol teknik pilin (sumber: (Koleksi studio keramik) 225
Gambar 8.9. Botol teknik lempeng(sumber: (Koleksi studio
keramik)
233
LAMPIRAN C.8
Gambar 8.10. Kotak teknik lempeng (sumber: (Koleksi studio
keramik)
233
Gambar 8.11. Vas teknik lempeng (sumber: (Koleksi studio
keramik)
234
Gambar 8.12. Wadah bertutup teknik lempeng datar. (sumber:
(Koleksi studio keramik)
238
Gambar 8.13. Wadah bertutup teknik lempeng lengkung(sumber:
(Koleksi studio keramik)
242
Gambar 8.14. Piring teknik lempeng dengan acuan. (sumber:
Susan Peterson)
244
Gambar 8.15. Wadah bertutup teknik putar centering (sumber:
Koleksi studio keramik)
245
Gambar 8.16. Wadah bertutup teknik putar centering (sumber:
Koleksi studio keramik)
246
Gambar 8.17. Bagian-bagain dari telapak tangan (sumber:
Melanie Jones)
248
Gambar 8.18. Produk silinder teknik putar centering. (sumber:
Mary Chappelhow)
253
Gambar 8.19. Mangkok teknik putar centering. (sumber: Mary
Chappelhow)
257
Gambar 8.20. Bentuk-bentuk mangkok. (sumber: Daniel Rhodes). 264
Gambar 8.21. Piring teknik putar centering. (sumber: Katalog) 264
Gambar 8.22. Bentuk-bentuk piring. (sumber: Daniel Rhodes). 269
Gambar 8.23. Vas teknik putar centering. (sumber: Mary
Chappelhow)
269
Gambar 8.24. Wadah bertutup teknik putar centering (sumber:
Mary Chappelhow)
274
Gambar 8.25. Variasi bentuk bibir benda keramik. (sumber: Daniel
Rhodes)
279
Gambar 8.26. Variasi bentuk kaki benda keramik.(sumber: Robin
Hopper)
280
Gambar 8.27. Cara mengukur ketebalan dasar benda keramik.
(sumber: Richard Phethean)
281
Gambar 8.28. Vas, gabungan teknik putar centering. (sumber:
Josie Warshaw)
283
Gambar 8.29. Cara mengukur bagian benda yang akan disambung.
(sumber: Peter Cosentino)
284
Gambar 8.30. Bagian-bagian tutup benda keramik. (sumber:
Kenneth Clark)
288
Gambar 8.31. Variasi bentuk tutup benda keramik. (Sumber:
Kenneth Clark)
289
Gambar 8.32. Variasi bentuk handle. (sumber: Peter Cosentino) 292
Gambar 8.33. Variasi bentuk handle. (sumber: Peter Cosentino) 293
Gambar 8.34. Pola handle dengan extruder (sumber : Richard
Phethean)
296
Gambar 8.35. Pola handle dengan kawat (sumber: Richard
Phethean)
297
LAMPIRAN C.9
Gambar 8.36. Variasi bentuk knob. (sumber : Richard Phethean) 299
Gambar 8.37. Variasi bentuk spout benda keramik. (sumber:
Richard Phethean)
300
Gambar 8.38. Variasi bentuk lug. (sumber: Richard Phethean) 302
Gambar 8.39. Variasi bentuk lug (sumber: Richard Phethean) 302
Gambar 8.40. Produk teknik putar pilin. (sumber: Koleksi studio
keramik)
312
Gambar 8.41. Wadah bertutup teknik cetak tuang dengan model
bubut. (sumber: Koleksi studio keramik)
330
Gambar 8.42. Wadah bertutup teknik cetak tuang dengan model
bebas.(sumber: Koleksi studio keramik)
330
Gambar 8.43. Binatang cetak tuang. (sumber: Katalog) 333
Gambar 8.44. Model bentuk binatang dari gips. (sumber: Katalog) 333
Gambar 8.45. Wadah bertutup cetak tuang. (sumber: Koleksi
studio keramik)
340
Gambar 8.46. Model tanah liat dan gipss(sumber: Koleksi studio
keramik)
340
Gambar 8.47. Cetakan gips (sumber: Koleksi studio keramik) 346
Gambar 8.48. Cetakan (sumber: Koleksi studio keramik) 347
Gambar 8.49. Produk teknik jigger jolly (sumber: Axner.com) 350
Gambar 8.50. Produk teknik jigger jolly (sumber: Axner.com) 350
Gambar 8.51. Bagian-bagian jigger. (sumber: Frank Hammer) 351
Gambar 8.52. Bagian-bagian jolley (sumber: Frank Hammer) 352
Gambar 8.53. Alat jigger-jolley masinal. (sumber: www.gladstone.
htm)
352
Gambar 8.54. Piring teknik jigger. (sumber: Koleksi studio keramik) 357
Gambar 9.1. Tanah liat plastis dengan beberapa warna.(sumber:
Melanie Jones)
370
Gambar 9.2. Slip tanah liat (sumber: Koleksi studio keramik) 370
Gambar 9.3. Pewarna oksida.(sumber: Joaquim Chavarria) 373
Gambar 9.4. Pewarna stain (sumber: Joaquim Chavarria) 373
Gambar 9.5. Air (sumber:Morgen Hall) 374
Gambar 9.6. Beberapa contoh benda dengan hiasan marbling
body. (sumber: Tony Birk)
379
Gambar 9.7. Bentuk mangkok dengan dekorasi
nerikomi.(Sumber: Morgen Hall)
382
Gambar 9.8. Penerapan dekorasi nerikomi pada benda keramik.
(sumber: Tony Birk)
383
Gambar 9.9. Bentuk mangskok dengan hiasan teknik agate.
(Sumber: Peter Cosentino)
385
Gambar 9.10. Contoh dekorasi faceting. (sumber: Peter
Cosentino)
388
Gambar 9.11. Contoh dekorasi combing.(sumber: Peter
Cosentino)
389
Gambar 9.12. Piring dengan dekorasi marbling. (sumber: Peter
Cosentino)
391
LAMPIRAN C.10
Gambar 9.13. Contoh motif impress pada produk. (sumber: Peter
Cosentino)
394
Gambar 9.14. Contoh berbagai alat cap, bermotif organis yang
dibuat dari gips. (sumber: Robert Fournier)
394
Gambar 9.15. Contoh dekorasi relief. 396
Gambar 9.16. Guci dengan dekorasi sgrafitto. (sumber: Koleksi
studio keramik)
398
Gambar 9.17. Produk keramik dengan hiasan embossing.
(sumber: Koleksi studio keramik)
412
Gambar 9.18. Gambar 9.18. Bootol keramik dengan dekorasi
inglaze (sumber: Koleksi studio keramik)
419
Gambar 10.1. Bahan perwarna oksida.(sumber: Koleksi studio
keramik)
428
Gambar 10.2. Bahan pewarna stain. (sumber: Koleksi studio
keramik)
431
Gambar 11.1. Jenis-jenis glasir (sumber: Koleksi studio keramik) 459
Gambar 11.2. Bahan-bahan glasir (sumber: Koleksi studio
keramik)
460
Gambar 11.3. Pewarna oksida (sumber: Koleksi studio keramik) 461
Gambar 11.4. Pewarna stain (sumber: Koleksi studio keramik) 462
Gambar 11.5. Wadah bertutup dengan glasir warna (sumber: Mary
Chappelhow)
467
Gambar 11.6. Contoh hasil pengujian glasir rendah yang
diterapkan pada benda keramik stoneware.
(sumber: Koleksi studi keramik)
467
Gambar 11.7. Contoh hasil pengujian glasir menengah yang
diterapkan pada benda keramik stoneware.
(sumber: Koleksi studi keramik)
467
Gambar 11.8. Proses penghalusan bahan glasir dengan ballmill 468
Gambar 11.9. Produk keramik berglasir. (sumber: Koleksi studio
keramik)
473
Gambar 11.10. Produk keramik berglasir. (sumber: Mary
Chappelhow)
473
Gambar 11.11. Contoh beberapa kesalahan glasir (sumber:
Joaquim Chavarria)
484
Gambar 12.1. Tungku dengan sirkulasi api naik.(sumber: Prasidha
Adhikriya)
488
Gambar 12.2. Tungku dengan sirkulasi api berbalik Tungku
dengan sirkulasi api naik. (sumber: Prasidha
Adhikriya)
489
Gambar 12.3. Tungku dengan sirkulasi api mendatar Tungku
dengan sirkulasi api naik. (sumber: Prasidha
Adhikriya)
490
Gambar 12.4. Penampang thermocouple pada dinding tungku.
(sumber: Melanie Jones)
494
Gambar 12.5. Grafik pembakaran. (sumber: Steve Mattison) 505
Gambar 12.6. Cara menyusun mangkok yang berbeda ukuran 512
LAMPIRAN C.11
Cara menyusun piring (sumber: Daniel Rhodes)
Gambar 12.7. Cara menyusun mangkok dengan ukuran sama
Cara menyusun piring (sumber: Daniel Rhodes)
512
Gambar 12.8. Tungku bak terbuka.(sumber: Koleksi studio
keramik)
517
Gambar 12.9. Tungku catenary dengan bahan bakar minyak tanah
(sumber: Koleksi studio keramik)
520
Gambar 12.10. Bagian-bagian kompor kombrander dengan spuyer.
(sumber: Prasidha Adhikriya)
522
Gambar 12.11. Bagian-bagian kompor spiral tanpa udara tekan.
(sumber: Prasidha Adhikriya)
523
Gambar 12.12. Bagian-bagian kompor spiral dengan udara tekan.
(sumber: Prasidha Adhikriya)
523
Gambar 12.13. Bagian-bagian kompor udara tekan. (sumber: Sardi) 524
Gambar 12.14. Bagian-bagian dan sirkulasi api tungku catenary
(sumber: Prasidha Adhikriya)
525
Gambar 12.15. Bagian-bagian dan sirkulasi api tungku catenary
(sumber: Prasidha Adhikriya)
526
Gambar 12.16. Tungku gas. (sumber: www.beileypottery.com) 529
Gambar 12.17. Tungku listrik. (sumber: www.beileypottery.com) 534
Gambar 12.18. Bagian-bagian tungku listrik. Bagian-bagian tungku
listrik. (sumber: peter Cosentino)
535
Gambar 12.19. Cara memperbaiki kumparan kendur. (sumber:
Richard Zakin)
540
Gambar 12.20. Cara menyambung kumparan kendur putus.
(sumber: Richard Zakin)
540
LAMPIRAN C.12
LAMPIRAN D.1
PRODUK KERAMIK
Tempat bubur tradisional,
tinggi 19 cm diameter 21 cm,
mangkok tinggi 5 cm diameter
10 cm.
Stoneware clay, glasir dalam.
suhu 12000C. Teknik cetak
tuang.
PPPPTK Seni dan Budaya
Yogyakarta, 2000.
Tempat bubur tradisional,
tinggi 19 cm diameter 15,5
cm,
Stoneware clay, glasir
dalam. suhu 12000C.
Teknik cetak tuang.
PPPPTK Seni dan Budaya
Yogyakarta, 2000.
Tempat bubur tradisional,
kendil besar, tinggi 23 cm
diameter 19,5 cm, kendil
kecil, tinggi 19 cm diameter
17,5 cm
Earthenware clay, glasir
dalam. suhu 11000C.
Teknik putar.
PPPPTK Seni dan Budaya
Yogyakarta, 2000.
LAMPIRAN D.2
Tempat bubur tradisional,
kendil besar, tinggi 18 cm
diameter 22 cm, kendil kecil,
tinggi 13 cm diameter 14,5
cm
Stoneware clay, glasir
dalam. suhu 11000C. Teknik
cetak tuang.
PPPPTK Seni dan Budaya
Yogyakarta, 2000.
Tempat bubur tradisional,
kendil besar, tinggi 18 cm
diameter 22 cm, mangkok,
tinggi 7 cm diameter 12,5 cm
Stoneware clay, glasir dalam.
suhu 11000C. Teknik cetak
tuang.
PPPPTK Seni dan Budaya
Yogyakarta, 2000.
Tempat bubur tradisional,
tinggi 19 cm diameter 15,5 cm,
mangkok, tinggi 5 cm diameter
10 cm
Stoneware clay, glasir dalam.
suhu 11000C. Teknik cetak
tuang.
PPPPTK Seni dan Budaya
Yogyakarta, 2000.
LAMPIRAN D.3
Coil, raku, Vicki hardin.
http://vickihardin.com
David Frith Functional
StonewarecomVIRTUAL
CERAMIC GALLERY at The
Chapel of Art in Criccieth,
Gwynedd, GB North Wales, UK,
Europe
Sarah Jane WillisVIRTUAL
CERAMIC GALLERY at The
Chapel of Art in Criccieth,
Gwynedd, GB North Wales,
UK, Europe
LAMPIRAN D.4
Joy Tanner. Rice pot.
Copyright © 2002-2005
MudFire, Inc.
info@mudfire.com
Lidded preserve pot
10cm high.
Stoneware with celadon base
glaze and beautiful tenmoku wax
resist decoration.
Spoon hole in the main body.
Harry Davis - Crowan Pottery - A
gallery of pots.htm
Storage jar
Approx. 16cm high.
Stoneware with ground fitted lid.
Wax resist decoration .
Harry Davis - Crowan Pottery - A
gallery of pots.htm
LAMPIRAN D.5
Jan Lee. "naked raku" . Copyright ©
2002-2005 MudFire, Inc.
info@mudfire.com
Hand-built or thrown before being
burnished to create a smooth
surface. The design is made
using coloured slips before firing
to 1000 degrees Celsius.
VIRTUAL CERAMIC GALLERY
at The Chapel of Art in Criccieth,
Gwynedd, GB North Wales, UK,
Europe
Barry GreggCopyright ©
2002-2005 MudFire, Inc
mudfire.com
LAMPIRAN D.6
Bowl, 6 in. (16 cm) in height,
high-alumina body containing
10% red clay, soda glazed at
Cone 9–10, reduction cooled,
2003.
Gail Nichols: 'Soda, Clay
and Fire'
©2007 Ceramic Publications
Company A Subsidiary of the
American Ceramic Society
MORINO Hiroaki (1934-)
Jar, design of clouds and
waves
Japanese Traditional
Pottery.htm
Hand Made Pottery by Gloria
Singer.htm
LAMPIRAN D.7
Jane Hamlyn
Teapot, n.d., stoneware, salt
fired
Private collection
Jane Hamlyn.htm
This teapot stands about 21 cm
high and is glazed with my cobalt
blue, plus some wood ash for
added fluidity. The body was
thrown and then squared into a
box shape when the clay was still
soft. Feet have been added at the
four corners
steve@steveirvine.c
Copyright © 1999-2006, Steve
Irvine
'Teapot' by Jane Hamlyn
stoneware, salt fired
Private collection
Jane Hamlyn.htm
LAMPIRAN D.8
casserole dish..
steve@steveirvine.c
coffee mugs
steve@steveirvine.c
Jugs
5" dia x 17"
Blue Dome Artist Gallery Justin
Gerbich 5.htm
LAMPIRAN D.9
Frog Pond Pottery
Gallery_filesCopyright 2001, John
Hesselberth. All rights reserved.
Vase, 13 in. (33 cm) in height,
2001. Dolomite wadding was
used to set this vase in the kiln.
The form has softened and
distorted during the firing.
Gail Nichols: 'Soda, Clay and
Fire'
©2007 Ceramic Publications
Company A Subsidiary of the
American Ceramic Society
LAMPIRAN D.10
Tone von Krogh. VIRTUAL
CERAMIC GALLERY at The Chapel
of Art in Criccieth, Gwynedd, GB
North Wales, UK, Europe
Kim Dryden and Shino Glaze.
Copyright © 2002-2005 MudFire, Inc.
info@mudfire.com
lotus tokoname teapot, 400cc.
©copyright Gray & Seddon
1998 - 2005 last modified
Monday 02 October 2006
http://gray-seddontea.
com/tokoname.shtml
LAMPIRAN D.11
warm rain.Steve
Mattison Raku
Butter dish - T370
Richard Baxter
Terracotta potter.htm
Large jar and medium jar -
T300 T310
Richard Baxter Terracotta
LAMPIRAN D.12
Bottle by Neil PattersonCopyright
©1997, 2002 Clay Times Inc. Clay
Times Magazine
LAMPIRAN E.1
BAHAN KERAMIK BERACUN
Berbagai macam bahan yang digunakan dalam industri keramik apabila
tidak ditangani dengan baik dan benar akan dapat menimbulkan hal-hal
yang tidak diinginkan, karena itu beberapa langkah yang kiranya perlu untuk
ditindaklanjuti dalam rangka peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja,
diantaranya adalah:
1. Bahan-bahan yang berpotensi mendatangkan bahaya (racun) perlu
disimpan di tempat yang aman dan diberi label atau keterangan tentang
kemungkinan bahaya yang ditimbulkan.
2. Adanya petunjuk tertulis tentang penanganan bahan-bahan beracun
yang dapat menimbulkan bahaya.
3. Adanya petunjuk atau intruksi tentang penggunaan alat keselamatan dan
kesehatan kerja khususnya dalam menghadapi bahaya yang ditimbulkan
dalam pemakaian alat atau penggunaan bahan-bahan beracun.
4. Adanya petunjuk tertulis tentang tanda-tanda keracunan awal seperti
pusing kepala, mabuk, dan sebagainya dan langkah-langkah yang perlu
diambil dalam usha penyelamatan.
5. Adanya petunjuk atau rambu-rambu tentang penyimpanan dan
pembuangan bahan-bahan yang berpotensi mendatangkan bahaya.
6. Ruangan yang digunkan dalam pekerjaan pengolahan bahan,
pengglasiran dan pembakaran perlu ventilasi yang memadai.
7. Perlu adanya perlengkapan keselamatan dan kesehatan kerja seperti
pakaian kerja, masker, sarung tangan, kacamata terang dan gelap,
pemadam kebakaran, dll.
8. Penerangan yang cukup pada setiap ruangan.
9. Tersedianya air bersih pada bengkel produksi.
Beberapa bahan mentah yang digunakan dalam industri keramik
mempunyai tingkat kandungan racun yang berbeda-beda. Timbal, asbes,
arsen dan barium merupakan bahan yang dikenal secara luas sebagai
bahan yang paling berpotensi menimbulkan keracunan apabila sampai
terhirup atau tertelan. Efek yang dapat ditimbulkan oleh bahan-bahan
beracun tersebut pada umumnya adalah gangguan pada saluran
pernafasan, radang kulit, kerusakan syaraf, dan bahkan dapat
menyebabkan kelumpuhan.
LAMPIRAN E.2
Berikut daftar bahan-bahan keramik yang beracun:
No Bahan Bahaya yang ditimbulkan
1. Alumunium Debu alumunium yang terhirup dapat menimbulkan
radang pada saluran pernafasan dan apabila hal ini
terjadi secara terus-menerus dalam waktu lama akan
menyebabkan penyakit Emphysema dan
Pneumothorax yang berhubungan dengn penyakit
paru-paru dan saluran pernafasan. Penyakit,ini
dikatergorikan sebagai penyakit Aluminosis yaitu
penyakit paru-paru karena debu alumina.
2. Antimon Debu antimon yang terhirup dapat menyebabkan
peradangan kulit yang hebat (Dermatitis),
peradangan pada selaput mata (Conjunctivis)dan
radang hidung (Nasal Septum Ulceration).
3. Arsen Arsen dan garam-garamnya adalah bahan yang
sangat beracun, keracunan yang kronis dapat
menyebabkan tidak berfungsinya hati dan ginjal,
menghilangkan pigmen kulit, penyakit Herpes
(semacam penyakit kulit), dan peradangan pada
saluran perncernaan. Apabila telah akut dapat
menyebabkan stroke dan kematian.
4. Asbes Merupakan mineral yang berserat dan tahan
terhadap panas. Serat asbes yang terhirup dapat
menyebabkan penyakit Asbestosis yang berkaitan
dengan penyakit saluran pernafasan, paru-paru dan
kanker.
5. Barium Hampir semua senyawa barium adalah racun,
apabila debu barium terhirup atau tertelan dapat
menyebabkan diare hebat, gemetaran (Consulsive
Tremors) serta kelumpuhan pada otot.
6. Bismut
subnitrat
Bahan yang digunakan sebagai pewarna luster, bila
uap bahan ini terhirup dapat menimbulkan pusing
kepala yang hebat.
7. Borax Semua senyawa borax larut dalam air, apabila
senyawa borax terhirup atau tertelan dapat
menyebabkan muntah, diare, gemetaran dan mabuk.
8. Cadmium Cadmium sebagai bahan pewarna kuning yang larut
dalam asam lemah sehingga tidak digunakan dalam
glasir peralatan makan minum. Bahan ini bila tertelan
dapat menyebabkan muntah-muntah, diare, tidak
dapat bernafas dengan sempurna (Chocking) dan
apabila terhirup dapat menyebabkan batuk, pusing,
muntah-muntah dan kelelahan yang hebat.
9. Carbon Carbon monoksida merupakan hasil pembakaran
LAMPIRAN E.3
monoksida minyak atau kayu yang tidak sempurna, dalam ruang
tertutup asap carbon monoksida yang berat akan
terkonsentrasi dan apabila terhirup dapat
menyebabkan pusing, badan lemah dan mabuk.
Dalam keadaan akut dapat menyebabkan pingsan
dan kematian karena kekurangan oksigen.
10. Chlorine Chlorine dalam bentuk gas merupakan gas yang
berat yang keluar dari tungku pembakaran pada
proses pembakaran dengan glasir garam.
Konsentrasi gas chlorine yang besar bila
terkontaminasi dapat menyebabkan peradangan kulit
dan selaput saluran pernafasan.
11. Cobalt Cobalt apabila terkontaminasi dapat menyebabkan
radang kulit dan dapat menimbulkan gejala perasaan
tertekan.
12. Feldspar Debu feldspar yang mengandung silika bebas
apabila terhirup dapat menyebabkan melemahnya
mekanisme tubuh yang merupakan gejala penyakit
Silikosis.
13. Fiberglass Seperti halnya asbes, fiberglass dapat menyebabkan
radang kulit apabila terjadi kontak langsung dan
apabila terhirup menyebabkan peradangan saluran
pernafasan dan paru-paru.
14. Iron chromate Debu iron chromate jika terhirup dapat menyebabkan
radang paru-paru (Pneumonia).
15. Kaolin (China
clay)
Kaolin dan bahan lain seperti ball clay, fire clay,
stoneware mengandung silika bebas yang potensial
menyebabkan bahaya penyakit Silikosis yaitu jenis
penyakit paru-paru yang disebabkan oleh debu silika
yang mengendap dalam tubuh.
16. Timbal (Lead) Hampir semua senyawa timbal adalah racun kecuali
timbal tersebut di-frit. Debu timbal yang terhirup akan
sangat berbahaya, menggunakan peralatan makan
minum yang diglasir dengan bahan timbal mentah
secara terus menerus dapat menyebabkan
keracunan. Timbal yang larut dalam makanan atau
minuman akan menyebar ke peredaran darah
sehingga menyebabkan rasa mual, ingin muntah,
Anorexia, gemetaran hebat dan dapat menyebabkan
kerusakan pada syaraf otak serta menimbulkan
kematian.
17. Lithium Senyawa lithium apabila tertelan dapat menyebabkan
kerusakan pada otak.
18. Mangaan Debu mangaan yang terhirup dapat menyebabkan
LAMPIRAN E.4
rasa kantuk yang hebat dan apabila berlangsung
terus menerus dapat menyebabkan kelumpuhan
19. Mica Debu mica apabila terhirup dapat menyebabkan
peradangan pada saluran pernafasan.
20. Nickel Senyawa nickel apabila terkena langsung pada kulit
dapat menyebabkan penyakit Dematitis (peradangan
kulit).
21. Silenium Silenium digunakan sebagai bahan pewarna merah
pada suhu 10400C, apabila tubuh terkontaminasi
dapat menyebabkan gejala perasaan tertekan
(Depresi) dan radang kulit.
22. Silica Silika sebagai mineral yang berdiri sendiri maupun
sebagai silika bebas dalam feldspar atau tanah liat
lain apabila terhirup atau tertelan dapat
menyebabkan penyakit paru-paru yang kronis seperti
asma, batuk darah dsb.
23. Stanium
chlorida
Bahan yang digunakan untuk pengasapan dalam
tungku untuk mendapatkan warna mutiara, apabila
uapnya terkena mata dapat melukai selaput mata
dan apabila terhirup dapat melukai selaput saluran
pernafasan.
24. Uranium Garam-garam uranium adalah bahan yang sangat
beracun apabila terhirup atau tertelan dalam waktu
lama dapat menyebabkan penyakit memar kulit,
kerusakan ginjal, kanker, dan menimbulkan
kematian.
25. Vanadium
pentoxide
Vanadium pentoxide sebagai sumber warna kuning
apabila terhirup dapat menimbulkan radang pada
saluran pernafasan dan penyakit radang kulit.
26. Zinc oxide Zinc oxide dalam bentuk debu atau uap apabila
terhirup dapat menyebabkan penyakit pernafasan.
Sumber: Daniel Rhodes
H.W. Fowler and F.G. Fowler.
John W. Conrad
Robert Fournier
LAMPIRAN F.1
KESALAHAN-KESALAHAN DALAM KERAMIK DAN PERBAIKANNYA
Problem Diagnosa Pemecahan
Tanah liat
menempel di
tangan atau
permukaan benda
kerja
? Tanah liat terlalu lunak
? Permukaan tidak poros
? Keringkan tanah liat
pada meja gips
? Tutup benda kerja
dengan kertas
Benda kerja yang
belum selesai,
mengering secara
berlebihan pada
waktu dikerjakan
? Air dari tanah liat
menguap terlalu cepat
? Tutuplah benda kerja
yang belum selesai
dengan plastik atau
letakkan dalam almari
yang lembab. Jika
dibiarkan untuk waktu
yang lama tutuplah
benda kerja dengan kain
yang lembab dan plastik
Muncul retak-retak
pada benda kerja
sebelum
pembakaran
biskuit
? Benda kerja menering
terlalu cepat
? Keringkan benda kerja
secara perlahan-lahan.
Jauhkan benda kerja dari
aliran udara atau panas
secara langsung
? Tutuplah dengan plastik
jika perlu
Tanah liat tidak
dapat menyangga
bentuk sendiri
? Tanah liat terlalu basah
dan lembek
? Keringkan tanah liat
Tanah liat retak
atau terbelah
selama proses
pembentukan
? Tanah liat terlalu keras
dan kasar
? Gunakan tanah liat yang
lebih halus
TEKNIK PIJIT (PINCHING)
Problem Diagnosa Pemecahan
Benda teknik pijit
retak yang
membentuk
lingkaran pada
sambungan
selama proses
pengeringan
? Dua belahan yang tidak
di sambung degan baik
atau tidak asa lubang
keluar untuk udara
yang tertutup
? Jika tanah liat tidak
terlalu kering, potonglah
bagian tepinya dan
gabunglah kedua tepinya
dengan slip tanah liat
? Berilah sedikit lubang
untuk udara
LAMPIRAN F.2
TEKNIK PILIN (COILING)
Problem Diagnosa Pemecahan
Pilinan menjadi
rata pada waktu
digulung
? Gerakan menggulung
tidak merata
? Buatlah pilinan menjadi
bulat lagi dan lanjutkan
menggulung dengan
gulungan 3600C
Pilinan
menimbulkan
rongga atau retak
pada waktu
digulung
? Tanah liat terlalu
kering
? Gunakan tanah liat yang
lebih halus/plastis
Bentuk pilinan
roboh pada waktu
dilebarkan atau
disempitkan
? Tanah liat terlalu
lembek untuk
menyangga bentuk
berat benda kerja
? Gunakan tanah liat yang
sedikit lebih keras.
? Biarkan bagian dasar
benda kerja mengeras
sebelum menambah
pilinan
? Topanglah bentukbentuk
yang menyempit
dari dalam dengan kertas
koran
Retak-retak terjadi
sepanjang garis
sambungan
pilinan
? Pilinan tidak digabung
secara benar
? Pilinan memiliki
ketebalan yang tidak
sama merata
? Pilinan pada benda
kerja setengah jadi
terlalu lama dikeringkan
untuk dapat ditambah
dengan pilinan baru
yang masih lembek
? Satukan pilinan untuk
membentuk pilinan yang
bagus
? Gunakan pilinan dengan
ketebalan yang sama
? Gunakan goresan dan
slip tanah liat untuk
menggabungkan pilinan
pertama ke bagian dasar
benda
Pilinan menempel
pada permukaan
former (cetakan
untuk membentuk
benda)
? Permukaan former
tidak poros
? Tanah liat mengalami
penyusutan selam
proses pengeringan
? Tutuplah sekeliling
former dengan kertas
kotran
? Lepaskan former lebih
dulu sebelum tanah liat
mengering/mengeras
LAMPIRAN F.3
TEKNIK LEMPENG (SLABING)
Problem Diagnosa Pemecahan
Konstruksi slab
roboh
? Tanah liat terlalu
lembek
? Biarkan slab sedkit
mengeras sebelum
dikonstruksi
? Tambahkan grog
Bagian-bagian
slab retak selama
proses
pembentukan
? Tanah liat terlalu kering ? Gunakan tanah liat yang
lebih lunak, jika perlu
lengkungkan slab pada
saat masih basah
sampai mencapai bentuk
yang dikehendaki dan
biarkan mengeras
sebelum digabung
Slab robek pada
waktu diangkat
? Tanah liat letakkan
pada kain yang kasar
dan kuat (terpal)
? Tanah liat digulung
terlalu tipis
? Putarlah tanah liat
sesering mungkin
? Gulunglah lempengan
tanah liat yang lebih
tebal
Tanah liat
melengkung
selama proses
pengeringan atau
pembakaran
? Slab memiliki ketebalan
yang tidak merata
? Proses pengeringan
terlalu cepat
? Tanah liat yang
digunakan terlalu
plastis
? Gunakan roll kayu untuk
menggulung
? Keringkan secara
perlahan-lahan dari
aliran udara atau panas
langsung
? Tambahkan grog pada
tanah liat untuk
mengurangi plastisitas
TEKNIK PATUNG (SCULPTURE)
Problem Diagnosa Pemecahan
Benda kerja roboh ? Penyangga terlalu
lemah untuk menopang
berat massa tanah liat
? Salah
memperhitungkan
pusat gravitasi
? Buatlah model lebih
stabil
? Pilihlah postur dengan
penyangga yang lebih
banyak
LAMPIRAN F.4
PEMBUATAN CETAKAN (MAKING MOULD)
Problem Diagnosa Pemecahan
Gips tidak dapat
dibuat adonan
? Gips terlalu tua/lama
? Adonan mengandung
banyak air
? Gunakan gips baru.
Simpanlah gips pada
tempat kedap udara
? Tambahkan gips untuk
diaduk
Gunakan plaster
stick untuk
menuang model
? Gips mungkin caught in
undercuts
? Penggunaan zat
pengurai (releasing
agent) yang tidak cukup
? Periksa cetakan untuk
menetahui kemungkinan
terjadi undercuts
? Gunakan zat penguarai
yang lebih banyak
PEMBUATAN TANGKAI (HANDLES)
Problem Diagnosa Pemecahan
Handel patah ? Tekanan yang tidak
merata pada
permukaan sepanjang
handel
? Kurangi tekanan dan
berilah sentuhan yang
lebih halus
Handel retak
selama proses
pengeringan
? Handel mengering lebih
cepat dari pada benda
keramiknya
? Tutuplah handel
menggunkan plastik
sehingga handel
mengering secara
perlahan-lahan
Sambungan
handel retak
? Tanah liat untuk handel
lebih basah daripada
benda keramik
? Gunakan tanah liat yang
lebih keras untuk handel
? Sambung handel pada
saat benda kerja dalam
kondisi setengah kering
(leatherhard)
? Keringkan handel
dengan sangat pelan
Handel
berkembang tidak
merata
? Posisi tangan tiadak
benar
? Putarlah pergelangan
1800C pada setiap
tarikan secara berturutturut
Handel retak
selama
? Tanah liat disiapkan
tidak secara benar
? Ulilah tanah liat secara
sungguh-sungguh
LAMPIRAN F.5
TEKNIK PUTAR (THROWING)
Problem Diagnosa Pemecahan
Tanah liat tidak
bergerak ke
tengah pada
kepala putaran
? Tanah liat terlalu jauh
dari pusat kepala
putaran
? Tanah liat terlalu kering
? Pusatkan tanah liat pada
kepala putaran
? Gunakan tanah liat yang
lebih lembut
Tanah liat tidak
melekat pada
kepala putaran
? Kepala putaran terlalu
basah
? Keringkan kepala
putaran
Tanah liat tidak
memusat setelah
berbentuk kerucut
? Tanah liat terlalu keras
? Posisi tangan dan
lengan tidak benar
? Tangan melepas tanah
liat mendadak/tergesagesa
? Tanah liat agak sedikit
jauh dari pusat
? Gunakan tanah liat yang
lembut
? Periksa posisi tangan
dan lengan
? Lepas tekanan tangan
dengan pelan-pelan
? Sesuaikan hingga posisi
memusat kembali
Bentuk roboh saat
dibuka
? Dibuka melebihi lebar
bagian dasar
? Air mengumpul di
bagian dasar benda
? Buka tanah liat jangan
terlalu lebar
? Hilangkan air dengan
spon
Bagian tepi retak
pada waktu dibuka
? Tanah liat tidak
disiapkan secara benar
? Tanah liat terlalu keras
? Bentuk dibuka terlalu
cepat
? Siapkan tanah liat secara
benar
? Gunakan tanah liat yang
lembut
? Gunakan tekanan ke
bawah pada bagian tepi
pada waktu membuka
? Rapikan dengan jarum
Kuncup kecil-kecil
di pusat bagian
dasar
? Ibu jari tidak berada
tepat di bagian tengah
pada waktu tanah liat di
buka
? Ujung ibu jari bergerak
ke bawah bukan kearah
horizontal pada waktu
bagian dasar sebelah
dalam terbentuk
? Tekan ibu jari ke arah
vertikal ke bagian tengah
tanah liat
? Gerakkan Ibu jari
mendatar pada waktu
membuka
? Hilangkan kuncup degan
ibu jari, spon atau alat
lain
Ketebalan dinding
tidak merata
? Tanah liat terlalu jauh
dari tengah putaran
? Pastikan tanah liat
memusat sebelum
dibuka
LAMPIRAN F.6
Dinding robek
pada waktu
dinaikkan
? Terlalu banyak tanah
liat yang dinaikkan
? Terlalu banyak tekanan
selama dinaikkan
? Naikkan dinding secara
pelan-pelan dengan
berulang-ulang
? Kurangi tekanan pada
tanah liat
Tanah liat
melengkung
selama
membentuk leher
? Dinding tanah liat
terlalu tipis
? Tekanan terlalu besar
dan tergesa-gesa
? Tanah liat dikerjakan
melampui batas
? Lakukan pembentukan
leher dengan lebih cepat
? Beri tekanan secara
perlahan-lahan
tingkatkan sedikit
kecepatan putaran
? Gunakan sedikit mungkin
air untuk pelumasan
untuk mencegah
kejenuhan tanah liat
Bentuk yang tidak
merata dari tanah
liat yang
dipusatkan
dengan baik
? Posisi lengan dan
badan yang tidak tetap
? Letakkan lengan pada
baki alat putar untuk
menyangga siku ke arah
pinggang
Dinding tanah liat
jatuh pada bagain
dasar pada waktu
dinaikkan
? Terlalu banyak tekanan
yang tidak merata pada
waktu tanah liat
dinaikkan
? Dinding terlalu tipis
untuk mendukung berat
tanah liat
? Berilah tekanan yang
merata dan pelan-pelan
? Lakukan penarikan tanah
liat dengan berurutan
Bentuk cenderung
melebar pada
waktu dinaikkan
? Gerakan tangan
cenderung keluar
selama menaikkan
? Jari-jari tidak saling
menahan selama
menaikkan
? Periksa tanah liat benarbenar
vertikal sewaktu
menaikkan
? Jari-jari saling menahan
satu sama lain
Dinding roboh
pada bagian dasar
? Dinding bawah terlalu
tipis untuk menahan
tanah liat
? Terlalu banyak air pada
bagian dasar
? Biarkan dinding agak
tebal pada bagian dasar
? Hilangkan air dengan
spon
Bagian dasar
berlubang pada
waktu dipotong
? Bagian dasar terlalu
tipis
? Sisakan tanah liat untuk
dasar antara 1-1.5 cm
LAMPIRAN F.7
MENGIKIS (TRIMMING)
Problem Diagnosa Pemecahan
Benda bergoyang
saat diletakkan di
atas kepala
putaran
? Bagian tepi tidak rata ? Tegakkan benda,
pusatkan dan rapikan.
Alternatif lain tambahkan
pilinan tanah liat yang
lembek untuk meratakan
Benda kerja tidak
dapat dipusatkan
secara benar
? Benda kerja tidak
dipusatkan secara
benar pada waktu
diputar
? Pusatkan kembali sebaik
mungkin. Jika perlu
pusatkan kembali bagian
yang sedang dirapikan
Pola
bergelombang
”chattering”
muncul
dipermukaan
benda kerja
? Alat untuk merapikan
tumpul
? Alat dipegang terlalu
longgar
? Tanah liat terlalu
kering
? Tajamkan peralatan
? Letakkan lengan pada
baki alat putar untuk
menyangga dan pegan
alat dengan kuat
? Rapikan tanah liat
sebelum lewat setengah
kering (leather hard)
atau buat permukaan
benda menjadi lembab
sebelum diputar
Bagian dasar
masuk ke dalam
selama proses
merapikan
? Bagian dasaar terlalu
tipis
? Tekanan alat terlalu
kuat
? Periksa ketebalan
bagian dasar sebelum
merapikan
? Tambahkan lempengan
tanah liat pada bagian
dasar dengan
kelembaban yang sama
kemudian rapikan
Pada waktu
memotong alat
menusuk
permukaan benda
? Benda tidak memusat
dengan tepat
? Salah memegang alat
? Periksa benda agar
memusat dengan benar
? Gunakan lebih banyak
alat yang bulat atau
datar dan periksa posisi
alat
? Biarkan benda lebih
kering sebelum mengikis
Dinding lebih tipis
pada satu sisi
daripada sisi
lainnya
? Keramik tidak memusat
dengan tepat
? Pusatkan dan kikis
kembali jika ketebalan
dinding masih
memungkinkan
LAMPIRAN F.8
PEMBAKARAN BISKUIT (BISCUIT FIRING)
Problem Diagnosa Pemecahan
Benda kerja pecah
atau retak
? Benda kerja tidak
dikeringkan dengan
benar sebelum dibakar
? Benda kerja terlalu
tebal untuk tingkat
kenaikan temperatur
? Kantong-kantong udara
yang besar yang
terkandung dalam
tanah liat
? Benda kerja dibakar
terlalu cepat
? Keringkan benda kerja
lebih lama sebelum
pembakaran dan perlu
dilakukan pre heat load
(pemanasan awal
sebelum pembakaran)
? Keroklah bagian benda
yang tebal
? Pastikan adanya saluran
untuk keluarnya udara
? Bakarlah benda kerja
secara lambat sampai
suhu 2000C dan 6000C
Benda kerja
terbelah
? Adanya kantong udara
yang terkandung dalam
tanah liat
? Buatlah saluran udara
? untuk keluar udara dari
kantong udara yang ada
? Jika menggabungkan
permukaan tanah liat
selama proses
pengerjaan sambungan
harus kuat dengan
digores dan diberi slip
tanah liat
Muncul lubang
”spit-out” secara
tiba-tiba di
permukaan atau
setelah
pembakaran dan
menimbulkan
bubuk putih
? Adanya campuran
tidak murni tanah liat
(biasanya gips)
? Buanglah lempengan
gips dan cetakan yang
telah usang
? Bersihkan tanah liat dan
tidak terkontaminasi
bahan lain
? Gunakan lebih banyak
tanah liat yang bersih
Terjadi retak-retak
rambut
? Temperatur
pembakaran terlalu
lambat
? Dijemur terlalu cepat
? Tahap pembakaran
pertama terlalu cepat
? Bakarlah biskuit sampai
suhu 10000C
? Keringkan seluruh
bagian benda kerja
sebelum dibakar
? Lakukan pemanasan
awal dan bakarlah
secara perlahan-lahan
LAMPIRAN F.9
PENGGLASIRAN (GLAZING)
Problem Diagnosa Pemecahan
Benda kerja yang
telah dibakar
biskuit tidak
menyerap glasir
? Temperatur
pembakaran biskuit
terlalu tinggi
? Bakarlah benda kerja
dengan pembakran
biskuit pada temperatur
yang lebih rendah
? Hangatkan benda
sebelum mengglasir dan
bakarlah pada
temperatur yang lebih
tinggi
Muncul
gelembunggelembung
(bloating) dalam
badan keramik
? Terlalu banyak
pewarna oksida atau
karbon dalam tanah liat
? Dibakar terlalu lama
? Kurangi penggunaan
pewarna
? Tambahkan grog pada
tanah liat
? Bakarlah pada
temperatur glasir yang
lebih rendah
Dinding tanah liat
terbelah ketika
cullet (limbah
gelas) digunakan
untuk dekorasi
? Glasir menyusut dan
mengembang selama
proses pembakaran
pada tingkat yang
berbeda dari tanah liat
? Tebalkan dinding tanah
liat
? Kurangi penggunaan
cullet
Terjadi crawling
pada permukaan
glasir, glasir
berpisah menjadi
gumpalangumpalan
atau
berkerut
? Adanya minyak, lemak
atau debu pada
permukaan badan
keramik yang dibakar
biskuit
? Campuran glasir
mengandung tanah liat
plastis terlalu banyak
? Lapisan glasir retak
sebelum pembakaran
? Campuran glasir terlalu
kental atau pemakaian
glasir terlalu tebal
? Cucilah dengan benar
biskuit yang berdebu
dan keringkan sebelum
dibakar. Hindari untuk
memegang benda
biskuit terlalu sering
? Kurangi kandungan
tanah liat plastis pada
glasir dan ganti dengan
china clay atau kaolin
? Tambahkan air pada
glasir
? Kurangi ketebalan
pemakaian campuran
glasir
Terjadi crazing
pada permukaan
glasir, retakan
halus
? Penyusunan glasir
yang tidak sesuai
? Glasir atau badan yang
dibakar di bawah
temperatur (underfired)
? Pemakaian glasir yang
terlalu tebal
? Tambahkan kandungan
Silika pada glasir
? Dibakar pada temperatur
yang lebih tinggi
? Tambahkan air pada
campuran glasir
LAMPIRAN F.10
Benda-benda
yang diglasir
terbelah (dunting)
? Pemanasan atau
pendinginan yang
terlalu cepat
? Panaskan dan dinginkan
tungku secara perlahanlahan,
sekitar 2000C dan
6000C.
? Jangan membuka pintu
tungku sebelum
mencapai suhu dibawah
2000C
? Tambahkan grog pada
badan keramik
Permukaan yang
telah diglasir
terdapat lubanglubang
kecil
(pinholing)
? Glasir dibakar sedikit
dibawah temperatur
? Membakar glasir terlalu
cepat
? Gelembung udara
muncul dalam glasir
? Kelebihan whiting pada
glasir
? Bakar glasir pada
temperatur yang sedikit
lebih tinggi
? Bakarlah secara
perlahan-lahan
? Kurangi kandungan
silika pada glasir dan
tambahkan flux
? Kurangi penggunaan
whiting
Glasir mengelupas
dari permukaan
(peeling, shelling
atau shivering)
pada sekeliling
bagian tepi,
pinggiran dan
handel
? Tanah liat menyusut
terlalu banyak dari
pada glasir
? Turunkan sedikit
temperatur pembakaran
glasir
? Kurangi waktu
pencelupan dalam glasir
? Tambahkan alkaline frit
atau frit lain yang tinggi
pada glasir
? Kurangi kandungan
silika pada glasir
(sumber: Peter Cosentino)
LAMPIRAN G.1
UNSUR, SIMBOL, DAN BERAT ATOM (BA)
Unsur Simbol BA Unsur Simbol BA
Aluminium Al 27 Lithium Li 6,9
Antimon Sb 121,8 Magnesium Mg 24,3
Arsen As 74,9 Mangaan Ma 54,9
Barium Ba 137,4 Molibdenum Mo 96
Belerang S 32 Natrium (sodium) Na 23
Besi Fe 55,85 Nikel Ni 58,7
Bismuth Bi 209 Nitrogen N 14
Boron B 10,8 Oksigen O 16
Brom Br 79,9 Perak Ag 107,9
Cadmium Cd 112,4 Platina Pt 195,2
Calcium Ca 40,1 Raksa Hg 200,6
Carbon C 12 Selenium Se 79
Chlor Cl 35,5 Seng Zn 65,4
Crom Cr 52 Silikon Si 28,1
Cobalt Co 58,9 Strontium Sr 87,6
Emas Au 197,2 Tellurium Te 127,6
Flour F 19 Tembaga Cu 63,5
Fospor P 31 Timah putih Sn 118,7
Hidrogen H 1 Timbal Pb 207,2
Iridium Ir 193,1 Titanium Ti 47,9
Iodium I 126,9 Uranium U 238,1
Kalium
(potashium)
K 39,1 Zirconium Zr 91,2
(Sumber: Glenn Nelson)
LAMPIRAN G.2
LAMPIRAN H.1
FORMULA DAN BERAT EKUIVALEN BAHAN-BAHAN KERAMIK
Berat Ekuivalen
Bahan Formula Berat
Formula Oksida
Basa
Oksida
Netral
Oksida
Asarn
Alumina Al2O3 101.9 101.9
Aluminum
hydrate
Al2O3 3H2O 155.9 155.9
Ammonjum
carbonate
(NH4)2 CO3
H2O
114.1 114.1
Arsenjous oxide AS2 O 3 197.8 197.8
Barium
carbonate
BaCO3 197.4 123.7
Boracic acid B2O 3 3H2O 123.7 123.7
Boric oxide B2O3 69.6 69.6
Borax Na2B4O7 381.4 381.4 190.7
Calcium
carbonate
CaCO3 100.0 100.1
Calcium oxide
(lime)
CaO 56.1 56.1
Calcium fluoride CaF2 78.1 78.1
Chromic oxide Cr2O 3 152.0 76.0 152.0
Clay (kaolinite) Al2O3 2SiO2
2H2O
258.2 258.2 129.1
Clay (calcined) Al2P3 2SiO2 222.2 222.2 111.1
Cobaltic oxide CO2P3 166.9 83.0 165.9
Cryolite Na3ALF2 210.0 140.0 420.0
Cupric oxide CuO 79.6 79.6
Feldspar
(potash)
K2O Al2O3
6SiO2
556.8 556.8 556.8 92.9
Feldspar (soda) Na2O Al2O3
6SiO2
524.5 524.5 524.5 87.6
Flint (quartz) SiO2 60.1 60.1
Ferrous oxide FeO 71.8 71.8
Ferric oxide Fe2O3 159.7 79.8 159.7
Lead carbonate2 2 PbCO3
Pb(OH)2
775.6 258.5
Lead oxide3 Pb3O4 685.6 228.5
Lithium Li2CO3 73.9 73.9
LAMPIRAN H.2
carbonate
Magnesium
carbonate
MgCO3 84.3 84.3
Magnesium
oxide
MgO 40.3 40.3
Manganese
dioxide
MnO2 86.9 86.9
Nickel oxide NiO 74.7 74.7
Potassium
carbonate
K2CO3 138.0 138.0
Sodium
carbonate
Na2CO3 106. 0 106.0
Sodium nitrate4 NaNO3 85.0 170.0
Strontium
carbonate
SrCO3 147.6 147.6
Tin oxide SnO 150.7 150.7
Titanium dioxide TiO2 80.1 80.1
Zinc carbonate ZnCO2 125.4 125.4
Zinc oxide ZnO 81.4 81.4
Zirconium oxide ZrO2 123.0 123.0
(sumber: Glenn Nelson)
Keterangan:
1. Whiting (Kalkspat)
2. White lead
3. Red lead (Oksida besi merah)
4. Niter
LAMPIRAN I.1
PROBLEM BADAN TANAH LIAT DAN PERBAIKANNYA
Problem Perbaikan
Terlalu lengket Dikurangi ball clay atau tambahkan
fire clay atau grog
Terlalu berpasir Disaring atau kurangi penggunaan
tanah liat yang berpasir atau kurangi
penggunaan grog
Kurang plastis Tambahkan ball clay atau bentonite
Penyusutan tinggi atau mengalami
warping (menggeliat)
Kurangi ball clay atau tanah liat
earthenware dan tambahkan fire clay
atau grog
Hasil bakarnya rapuh Bakarlah pada suhu atau temperatur
yang lebih rendah, tambahkan kaolin
dan silica atau kurangi flux-nya
Pada temperatur rendah sudah
mengkaca
Tambahkan kaolin atau silica
Warna terlalu gelap Kurangi penggunaan bahan-bahan
pewarna, dapat diganti dengan fire
clay, tambahkan bahan-bahan tanah
liat yang muda warnanya
Warna terlalu terang atau muda Tambahkan atau perbanyak bahanbahan
pewarnanya
(sumber: John W. Conrad)
LAMPIRAN I.2
LAMPIRAN J.1
KEGUNAAN BAHAN TANAH LIAT DALAM BADAN KERAMIK
Persentase
Bahan Kegunaan
Earthenware Stoneware Porselin
Kaolin Sumber pewarna
putih, tahan
terhadap
temperature tinggi
0 – 20 0 – 30 10 – 50
Ball clay Penambah
plastisitas 0 – 30 0 – 30 0 - 30
Fire clay Pengisi, sumber
pewarna, sumber
butiran, bahan
pengeras/penguat
0 – 20 0 – 35 -
Earthenware Sumber pewarna,
bahan pengisi 0 – 80 0 – 40 -
Bentonite Penambah
plastisitas 0 – 5 0 – 5 0 – 5
Pewarna
(Iron,
Ilminite)
Sumber pewarna,
pembuat tekstur 0 – 10 0 – 10 -
Flux
(feldspar)
Bahan pengkaca 0 – 30 0 – 20 10 – 30
Flint
(kwarsa)
Bahan pengeras
dan penguat 0 – 25 0 – 20 20 – 25
Grog (pasir) Bahan pengeras
dan penguat,
pembuat pori-pori
badan keramik
0 – 10 0 – 15 0 – 5
(sumber: John W. Conrad)
LAMPIRAN J.2
LAMPIRAN K.1
SIFAT BEBERAPA JENIS TANAH LIAT SECARA UMUM
Jenis Plastisitas Titik lebur Sumber Warna bakar Absorpsi Penyusutan Butiran Fungsi
Kaolin rendah
sd.
menengah
16500C terutama
Residu
putih bersih rendah rendah
sd.
menengah
halus porselin tuang,
badan keramik
putih, cetak tuang
putih, badan
keramik putaran
Ball clay tinggi 12250C
sd.
14250C
Sedimen putih kusam,
abu-abu sedang
sedang tinggi halus menambah
plastisitas, badan
keramik putar
Fire clay rendah 12250C Sedimen coklat
kemerahan sd.
coklat terang
rendah sedang kasar plat tungku
(mullite)
Stoneware
(natural)
menengah
sd. tinggi
12800C
sd.
13000C
Sedimen coklat
kemerahan
terang, abu-abu,
coklat terang
rendah menengah
sd.
tinggi C.9
menengah dinnerware,
patung kecil
Brick rendah rata-rata
10900C
Sedimen merah sd. coklat rendah sedang semua sama bata, tegel,pot,
genteng, pipa air
Earthenware menengah 11800C Sedimen merah sd. coklat Tinggi sedang halus
sd.menengah
terracotta, figurin,
pottery, pewarna
stoneware
(sumber: John W. Conrad)
2
LAMPIRAN K.2
LAMPIRAN L.1
GLOSARIUM
A
Agateware
Dekorasi badan benda keramik yang dibuat dari dua atau lebih tanah liat
warna yang tidak bercampur secara merata yang sekaligus sebagai hiasan
(dekorasi).
Air brush
Alat yang digunakan untuk membuat dekorasi atau mengglasir benda
keramik dengan teknik semprot menggunakan tekanan udara dari
kompresor.
Alumina
Persenyawaan antara unsur alumunium dengan oksigen, alumina merupakan
salah satu senyawa yang harus ada di dalam tanah liat selain silikat dan air.
B
Ball clay
Jenis tanah liat sekunder yang sifatnya sangat plastis, dan mempunyai titik
lebur tinggi, ball clay dipergunakan untuk menambah keplastisan bodi/badan
keramik. Ball clay merupakan sumber alumina dan silica dalam pembuatan
glasir.
Ball mill
Alat yang berfungsi memutar malpot (jarmill) untuk menghaluskan dan
mencampur bahan-bahan glasir yang masih berbentuk tepung. Ballmill
digerakkan oleh tenaga listrik.
Banding wheel
Aat putar manual yang digunakan untuk alas membentuk benda keramik atau
alas benda pada saat menghias benda keramik.
Bidang gambar
permukaan bidang dua dimensi tempat meletakkan gambar proyeksi
Biscuit/bisque/ biskuit
Benda keramik hasil proses pembakaran pertama kali dengan suhu antara
8000C–9000C yang dimaksud untuk memperkeras badan keramik tetapi tidak
mematangkan badan keramik agar dapat diglasir. Biskuit merupakan
keramik yang dihasilkan belum cukup keras/kuat, porositas (daya serap
terhadap air) masih tinggi.
LAMPIRAN L.2
Bloating
Kerusakan glasir pada badan benda keramik berupa gelembung-gelembung
yang disebabkan terlalu banyak pewarna oksida atau karbon dalam tanah liat
atau pembakaran biskuit terlalu lama
Blunger
Alat pencampur bahan tanah liat yang dilengkapi dengan motor pengaduk
untuk menyiapkan slip tanah liat dalam jumlah besar.
Bodi keramik
Badan tanah liat atau campuran tanah liat dengan material lain yang
diformulasikan khusus untuk membentuk benda keramik.
Burnishing
Dekorasi pada badan benda keramik dengan tujuan memperkecil pori-pori
permukaan benda keramik dan memadatkan partikel keramik sehingga
hasilnya lebih mengkilap.
C
Cast/casting
Cara membentuk benda keramik dengan menuangkan cairan tanah liat (slip)
kedalam cetakan/mould dari bahan gips yang menyerap air hingga mencapai
ketebalan tertentu.
Centering
Tahap pemusatan tanah liat plastis diatas putaran dengan cara menekan
tanah liat menggunakan kedua tangan dengan tangan yang satu menekan
dari atas dan tangan yang lain menahan pada bagian samping sehingga
tanah liat benar-benar memusat tepat ditengah alat putar.
Cheramic change
Perubahan tanah liat menjadi suatu mineral yang padat, keras dan permanen
(tidak dapat berubah lagi), tidak dapat larut oleh air setelah melalui proses
pembakaran melebihi 6000C.
China clay/kaolin
Jenis tanah liat primer berwarna putih, tidak plastis dan mempunyai titik leleh
17400C–17850C. China clay adalah istilah lain untuk kaolin.
Chuck/chum
Benda silindris yang berfungsi sebagai dudukan atau penyangga benda
keramik pada saat proses pembuatan kaki atau alas benda keramik di atas
alat putar.
Clay body
Badan tanah liat yang merupakan campuran tanah liat dan material tanah
liat yang diformulasikan khusus untuk membentuk benda keramik.
LAMPIRAN L.3
Clay/tanah liat
Jenis tanah yang terbentuk dari pelapukan batuan granit oleh tenaga
eksogen dan endogen. Unsur utama yang harus dipenuhi adalah aluminat
(Al2O3), silikat (SiO2), dan hidrat (H2O).
Clay slip
Tanah liat dalam fasa timbal, baik karena kandungan air yang cukup besar,
atau karena hadirnya bahan deflocculant dalam lempung. Jika sifat cair
disebabkan oleh adanya bahan deflocculant, biasanya merupakan bahan
lumpur lempung untuk pembentukan dengan teknik cetak tuang.
Coiling
Teknik pembentukan tangan benda keramik dengan menggunakan tanah liat
yang dibuat pilinan.
Color stain
Bahan pewarna glasir atau lempung yang dibuat dari bahan-bahan oksida
logam yang telah dibakar dan distabilkan dengan mencampurkan bahan lain.
Combing
Teknik dekorasi berupa pola/motif slip tanah liat yang berbeda warna di atas
permukaan benda keramik dengan menggunakan jari tangan, sisir atau mata
gergaji yang dilakukan pada saat slip pada benda keramik masih dalam
kondisi basah.
Cone
Benda kecil berbentuk pyramid/kerucut yang digunakan untuk menandai
apakah keramik yang dibakar sudah matang. Pada saat suhu bakaran
tercapai, cone akan melengkung. Cone ini terbuat dari material keramik
terolah seperti kaolin, kuarsa, feldspar.
Coning
Tahap pembentukan tanah liat plastis menjadi bentuk seperti kerucut (cone)
pada teknik putar yang dimaksudkan agar gelembung udara dalam tanah liat
tersebut hilang.
Crackle
Glasir yang permukaannya retak-retak, sehingga memiliki fungsi dekorasi.
Retak-retak pada glasir crackle disebabkan oleh perbedaan ekspansi dan
kontraksi antara badan keramik dengan lapisan glasir.
Crawling
Jenis kegagalan glasir dengan terjadinya gumpalan-gumpalan atau kerutan
glasir, hal ini terjadi karena permukaan badan benda keramik terkena
minyak, lemak, keringat atau debu ketika diterapkan glasir, di samping
banyaknya kandungan material glasir yang memiliki sifat penyusutan tinggi
sehingga lapisan glasir meninggalkan permukaan keramik.
LAMPIRAN L.4
Crazing
Jenis kerusakan pada glasir dengan terjadinya retak-retak halus pada
permukaan badan benda keramik, hal ini dapat disebabkan karena
penyusunan larutan glasir tidak sesuai, perbedaan penyusutan antara badan
keramik dengan lapisan glasir atau lapisan glasir yang terlalu tebal.
D
Deflokulan/deflocculant
Bahan elektrolit seperti alkali dalam silicate (biasanya sodium) atau
carbonate (soda abu). Apabila ditambahkan pada slip tanah liat deflokulan
berfungsi untuk mempertahankan suspensi partikel tanah liat tetap
melayang dan tidak mengendap.
Dipping
Proses pengglasiran benda keramik yang dilakukan dengan cara
mencelupkan benda keramik kedalam campuran glasir menggunakan
dipping tong atau tangan langsung.
Dipping tongs
Tang penjepit yang digunkan untuk menjepit benda keramik pada saat
melakukan pengglasiran dengan teknik celup (dipping).
Dunting
Kerusakan pada badan benda keramik yang diglasir terbelah atau pecah,
hal ini disebabkan oleh pemanasan atau pendinginan yang terlalu
cepat/mendadak.
E
Earthenware
Jenis tanah liat sekunder bakaran rendah (gerabah) yang umumnya dibakar
pada suhu antara 9000C-11800C. Warna mentah tanah liatnya biasanya
cenderung merah sampai coklat tua.
Engobe
Suatu cairan atau slip tanah berwarna yang digunakan untuk melapisi
permukaan benda keramik yang agak basah, sebagai alas atau dasar untuk
dekorasi. Contoh: engobe dengan teknik lukis, marbling dll. Dahulu
pengertiannya adalah campuran tanah liat encer (slip) yang digunakan untuk
menutup seluruh permukaan benda keramik dengan tujuan menutup warna
asli benda keramik.
LAMPIRAN L.5
F
Faceting
Teknik dekorasi berupa bentuk-bentuk bersegi pada permukaan benda
keramik yang dilakukan dengan cara mengiris bagian luar dinding benda
keramik menggunakan kawat pemotong atau faceting tool pada saat benda
keramik masih dalam kondisi basah.
Faceting tool
Alat yang berfungsi sebagai pemotong dalam pembuatan dekorasi faceting,
alat ini dilengkapi dengan tangkai.
Feathering
Teknik dekorasi berupa pola/motif slip tanah liat berbeda warna menyerupai
bentuk bulu di atas permukaan benda keramik yang dilakukan pada saat
benda keramik masih dalam kondisi basah.
Feldspar
Jenis material keramik yang dihasilkan dari pelapukan batuan granit, yang
digunakan untuk membuat badan tanah liat maupun glasir. Ada dua macam
feldspar: sodium feldspar, potashium feldspar.
Finishing
Tahap akhir atau tahap penyelasaian dari suatu proses pembentukan benda
keramik sesuai bentuk yang dikehendaki.
Firing
Proses pembakaran benda keramik hingga mencapai suhu kematangan
(virtifikasi).
Fire clay
Lempung alam tahan bakaran tinggi, sampai 1400°C. Biasanya
dipergunakan sebagai bahan pembuat bahan-bahan refractory, seperti batu
bata tahan api.
Fixing
Proses menentukan posisi benda keramik secara terbalik di atas putaran
hingga benar-benar memusat untuk dibentuk kaki atau alas benda.
Forming
Tahap pembentukan tanah liat plastis menjadi suatu bentuk benda keramik
yang sesuai dengan gambar kerja.
Foot
Kaki atau bagian alas benda keramik yang berfungsi sebagai penyangga
benda.
LAMPIRAN L.6
Flux
Bahan peleleh pada campuran glasir yang memiliki titik leleh paling rendah
seperti: timah, borax, soda abu atau kapur dan termasuk potas atau soda
yang terkandung dalam feldspar.
Frit
Bahan yang dibuat dari campuran mineral keramik mentah yang dipanaskan
hingga meleleh, kemudian didinginkan dan digiling menjadi tepung. Hal ini
merupakan usaha untuk mengubah/ mengurangi bahan-bahan beracun
seperti timbal/lead (Pb) dan barium.
G
Garis proyeksi
garis maya yang digunakan sebagai alat bantu untuk memindahkan oyek
gambar ke dalam bidang gambar.
Gaya sentripetal
Gaya yang diterima tanah liat di atas meja putar yang disebabkan adanya
putaran dari meja putar tersebut.
Glasir/glaze
Material yang terdiri dari beberapa bahan tanah atau batuan silikat dimana
bahan-bahan tersebut selama proses pembakaran akan melebur dan
membentuk lapisan tipis seperti gelas yang melekat menjadi satu pada
permukaan badan keramik.
Greenware
Kondisi benda keramik yang sudah selesai dibuat tetapi belum cukup kering
untuk dibakar biskuit.
Grog
Tepung tanah liat yang telah dibakar biskuit yang dihaluskan, diigunakan
sebagai bahan untuk campuran badan benda keramik dengan tujuan
mengurangi susut dan menambah kekuatan.
I
Impressing
Teknik dekorasi menggunakan alat bantu berupa cap dari bahan gips, kayu
atau karet yang berupa pola/motif cap/tekan pada permukaan benda
keramik yang dilakukan pada saat benda keramik masih dalam kondisi
basah.
LAMPIRAN L.7
J
Jigger-Jolly
Teknik pembentuk cetak dengan menggunakan cetakan gips yang
diletakkan pada meja putar dengan bantuan pembentukan berupa profil
yang diletakkan pada tangan mekanik yang dapat diatur.
K
Kapsel (saggars)
Benda yang terbuat dari bahan tahan api membentuk ruangan tungku,
dimana disekelilingnya gas panas lewat dari kotak api menuju tungku
digunakan untuk menempatkan benda yang akan dibakar dalam tungku.
Tujuannya untuk melindungi benda dari panas/lidah api langsung dan
kotoran pembakaran yang timbul.
Kiln furniture
Perlengkapan tungku yang dibuat dari bahan-bahan refraktoris yang tahan
terhadap pengaruh spalling (tahan terhadap beban mekanis dalam keadaan
panas), tahan terhadap leburan untuk puluhan siklus pemakaian, seperti:
plat, penyangga, stilt, dll.
Kiln , tungku
Suatu tempat/ruangan yang dipergunakan untuk membakar benda-benda
keramik terbuat dari batu bata tahan api yang dapat dipanaskan dengan
bahan bakar atau listrik.
Kiln wash
Lapisan pelindung dari bahan tahan api (refractory) yang dilapiskan pada
permukaan plat, untuk mencegah kelebihan/lelehan glasir dalam
pembakaran glasir agar benda-benda yang diglasir tidak menempel pada
plat. Kiln wash dibuat dari campuran kaolin dan kuarsa dengan
perbandingan 1 : 1.
Kneading
Proses penyiapan tanah liat plastis secara manual dengan cara meremas -
remas (menguli) untuk menghasilkan masa tanah liat plastis, homogen,
halus, dan bebas dari gelembung udara sehingga siap dibentuk menjadi
benda keramik.
L
Leatherhard
Kondisi tanah liat dalam keadaan keras dan lembab tetapi tidak terlalu
plastis sehingga dapat di trimming, dipotong, dan ditambahkan tanpa
mengalami kerusakan.
LAMPIRAN L.8
Lips
Bibir atau bagian tepi atas benda keramik.
M
Malpot/Jar mill
Wadah yang terbuat dari porselin yang bentuknya seperti stopless, pada
saat digunakan malpot diisi bola-bola porselin yang akan menggerus/
menggiling dan menghaluskan bahan-bahan glasir ketika ball mill diputar.
Marbling body
Teknik dekorasi badan benda keramik menyerupai motif marmer yang dibuat
dengan cara mencampurkan dua atau lebih jenis tanah liat plastis yang
berbeda warna pada saat pengulian dan biasanya untuk pembentukan
teknik putar.
Marbling (slip)
Teknik dekorasi di atas permukaan badan benda keramik berupa pola/motif
menyerupai marmer menggunakan slip tanah liat yang berbeda warna yang
dituang pada saat benda keramik masih dalam kondisi basah.
Matt/Opaq
Istilah untuk menunjukkan sifat permukaan glasir yang tidak mengkilat.
Mortar dan pestle
Wadah yang berbentuk seperti mangkok yang dengan alu/penumbuk untuk
menggerus/menggiling dan menghaluskan bahan-bahan glasir. Biasanya
digunakan untuk menyiapkan bahan yang akan diuji coba. Mortar dan pestle
terbuat dari bahan porselin.
N
Nerikomi
Teknik dekorasi tanah liat warna dengan pola yang berulang-ulang. Istilah
yang berasal dari jepang untuk menyebut kreasi pola yang berulang-ulang
dari lempengan tanah liat yang berwarna kontras untuk membentuk benda
keramik.
O
Obyek gambar
benda yang akan dibuat gambar proyeksinya atau diproyeksikan.
Oksida/Oxide
Kombinasi (persenyawaan) suatu senyawa dengan oksigen. Didalam
keramik senyawa oksida digunakan dalam glasir dan sebagai sumber
pewarna.
LAMPIRAN L.9
Opening dan raising
Tahap melubangi dan menaikkan tanah liat hingga berbentuk silinder pada
proses pembentukan keramik dengan teknik putar.
Over glaze
Bahan glasir bakaran rendah yang diaplikasikan pada permukaan glasir.
Oxidation/oxidizing firing
Proses pembakaran benda keramik yang dilakukan dengan kondisi cukup
oksigen.
P
Pancang suhu/pancang seger/cone
Bahan atau alat untuk menentukan tinggi suhu bakar yang akan dicapai
dalam suatu pembakaran berdasarkan kode nomor yang menunjukkan titik
lebur bahan tersebut.
Peeling, shelling atau shivering
Kerusakan glasir yang mengelupas dari permukaan benda keramik oleh
karena badan tanah liat menyusut terlalu banyak sehingga tidak cukup kuat
ikatan antara lapisan glasirdengan badan keramik.
Plastisitas/plasticity
Merupakan kualitas hubungan antara partikel tanah liat yang ditentukan oleh
kandungan mineral dan kehalusan butiran tanah liat, plastisitas berfungsi
sebagai pengikat proses pembentukan sehingga benda yang dibentuk tidak
akan mengalami keretakan/pecah atau berubah bentuk dan
mempertahankan bentuk. Plastisitas dipengaruhi oleh jenis tanah, ukuran
butir partikel tanah, keberadaan zat-zat organis.
Porcelain/Porselin
Jenis badan keramik berwarna putih, porositas sangat kecil dan dapat
dibakar pada suhu tinggi (14000C) yang diformulasikan dari kaolin, kwarsa
dan feldspar.
Potters wheel
Alat putar manua maupun masinal yang digunakan untuk membentuk benda
keramik dengan teknik putar.
Porositas/porosity
Sifat penyerapan air oleh badan keramik atau tingkat kepadatan badan
benda keramik setelah dibakar atau kemampuan tanah liat/benda keramik
menyerap air. Sifat porositas sangat penting karena memungkinkan
penguapan air pembentuk maupun air selaput tersebut keluar pada waktu
proses pengeringan dan pembakaran.
LAMPIRAN L.10
Pouring
Teknik pengglasiran badan benda keramik yang dilakukan dengan cara
menuang campuran glasir pada bagian dalam atau bagian luar benda
keramik.
Proyeksi orthogonal
suatu metode menggambar objek dua dimensi dengan menampilkan dua
atau lebih pandangan/tampak terpisah pada bidang proyeksi yang
membentuk sudut siku-siku satu sama lain.
Proyeksi orthogonal kuadran pertama/proyeksi Eropa
proyeksi orthogonal yang memposisikan tampak atas terletak di bawah
tampak depan, tampak bawah terletak di atas tampak depan, tampak kanan
terletak di kiri tampak atas, dan tampak samping kiri terletak di kanan
tampak depan.
Proyeksi orthogonal kuadran ketiga/proyeksi Amerika
proyeksi orthogonal yang memposisikan tampak atas terletak di atas tampak
depan, tampak bawah terletak di bawah tampak depan, tampak samping
kanan terletak di kanan tampak depan dan tampak samping kiri terletak di
kiri tampak depan.
R
Raku
Teknik pembakaran keramik yang berasal dari Jepang, dan lebih bersifat
spiritual. Teknik raku yang banyak dikenal sebagai saat ini lebih mengacu
pada American raku, yaitu mereduksi dan mendinginkan benda keramik di
luar tungku segera setelah glasir matang. Jenis keramik Jepang, bakaran
rendah.
Reduksi, bakar reduksi
Kondisi atmosfir dalam tungku pada proses pembakaran ketika oksigen
tidak mencukupi. Pembakaran dengan oksigen terbatas (tidak cukup
oksigen).
Refining the contour
Tahap pengecekan atau pengontrolan dari sisi bentuk dan ukuran benda
keramik yang dibuat.
Refractory clay
Tanah liat tahan api, bisa dibakar diatas 14000C.
Refraktori
Kualitas daya tahan terhadap pengaruh temperatur yang tinggi, juga bahanbahan
yang memiliki aluminium dan silika yang tinggi digunakan untuk
membuat penyekat tungku, muffel/kapsel dan kiln furniture.
LAMPIRAN L.11
Relief
Teknik dekorasi berupa pola/motif pada permukaan benda keramik yang
berupa hiasan timbul dari hasil cetakan atau bentukan tangan secara
langsung yang dilakukan pada saat benda keramik masih dalam kondisi
basah.
Rolled decoration
Alat dekorasi berbentuk lingkaran dan diberi tangkai agar memudahkan
penggunaannya.
Roll guide
Sepasang bilah kayu untuk menentukan/penuntun dalam membuat
ketebalan lempengan tanah.
RO system
Formulasi glasir berdasarkan pengklasifikasian jumlah atom pada senyawa
kimia. RO system terdiri dari group RO, R2Oa dan RO2.
S
Silika/Kwarsa/Flint
Partikel yang tidak plastis dan merupakan unsur yang harus ada pada
badan benda keramik maupun glasir. Lambang unsurnya Si. Silikat memiliki
rumus SiO2 adalah persenyawaan silika dengan oksigen. Titik leburnya
17150 C.
Soaking
Menahan suhu pembakaran agar berada pada suhu tetap selama beberapa
waktu ketika suhu matang telah dicapai. Tujuannya untuk meratakan suhu
dalam tungku.
Spraybooth
Alat yang digunakan untuk tempat pengglasiran benda keramik. Bentuknya
ruangan yang dilengkapi dengan kipas sebagai penghisap dan pompa air
untuk mengalirkan air melalui lembaran logam atau plastik.
Spray gun/sprayer
Alat yang digunkan untuk mengglasir benda keramik dengan teknik semprot
menggunkan tekanan udara dari kompresor.
Slip
Suspensi/campuran tanah liat dan/atau mineral keramik dalam medium air.
Secara sederhana bisa dikatakan bubur tanah liat.
Stain
Bahan pewarna glasir atau tanah liat yang dibuat dari bahan-bahan oksida
logam yang telah dibakar dan distabilkan dengan bahan-bahan lain.
LAMPIRAN L.12
Stoneware
Jenis tanah liat yang bersifat plastis, refraktori, susutnya rendah, butirannya
halus, dapat dibakar pada kisaran suhu 12500C -13000C.
Susut
Berkurangnya ukuran karena pengeringan atau pembakaran. Susut ini
disebabkan karena hilangnya air yang mengisi rongga pada tanah liat dan
menyebabkan partikel tanah liat saling mendekat.
T
Terracotta
badan keramik dari tanah liat earthenware, berwarna merah dan
mengandung grog.
Terrasigillata
Cairan tanah liat yang sangat encer, dibuat dari tanah liat dan air. Campuran
tersebut menhasilkan lapisan atas yang encer dan lapisan bawah yang
pekat, yang digunakan sebagai bahan dekorasi adalah lapisan yang encer.
Thermocouple-pyrometer
Alat yang dibuat dari dua jenis kawat dengan kedua ujungnya dilebur dan
disatukan, dipasang dalam ruang bakar tungku untuk mendeteksi dan
menyalurkan suhu panas dari dalam tungku ke indikator pyrometer untuk
mengukur suhu dalam tungku pembakaran.
Throwing
Proses pembentukan benda keramik di atas alat putar yang berputar
dengan kecepatan konstan dengan cara membentuk bola tanah liat plastis
yang telah memusat dengan menggunakan tangan untuk menghasilkan
bentuk benda keramik.
Trimming -turning
Proses menghilangkan sebagian tanah liat pada bagian dasar benda
keramik hasil putaran (untuk membuat kaki benda keramik) menggunakan
alat yang tajam biasanya dari pita kawat pada saat berputar di atas putaran.
V
Viscometer
Alat yang digunakan untuk mengukur atau menandai kekentalan/konsistensi
massa slip tanah liat atau glasir.
Vitroeus/menggelas
Keadaan menyerupai gelas pada benda keramik yang diglasir yang dibakar
mencapai suhu matang akan tercapai kondisi dimana benda keramik akan
keras, padat, dan vitreous/menggelas.
Vitrifikasi
LAMPIRAN L.13
Kondisi badan benda keramik yang telah mencapai suhu kematangan
secara tepat tanpa mengalami perubahan bentuk.
W
Waterglass
Sodium silicate (substansi alkali atau elektrolit), merupakan jenis bahan
deflokulan yang sering digunakan untuk membuat slip.
Wedging
Proses penyiapan tanah liat yang berbeda kondisi atau warna secara
manual dengan cara pengulian dan pengirisan untuk menghasilkan masa
tanah liat yang homogen, halus, plastis dan bebas dari gelembung udara
sehingga siap untuk dibentuk benda keramik.
Wood Modeling tool
peralatan untuk membentuk model yang terdiri dari beberapa jenis dan
berbagai bentuk.
0 komentar:
Posting Komentar