I Wayan Suardana, dkk.
KRIYA KULIT
JILID 1
SMK
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional
Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional
Dilindungi Undang-undang
KRIYA KULIT
JILID 1
Untuk SMK
Penulis : I wayan Suardana
I Made Sudiadnyana Putra
Rubiyanto
Perancang Kulit : TIM
Ukuran Buku : 17,6 x 25 cm
Diterbitkan oleh
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional
Tahun 2008
SUA SUARDANA, I Wayan
k Kriya Kulit Jilid 1 untuk SMK /oleh I Wayan Suardana, I
Made Sudiadnyana Putra, Rubiyanto ---- Jakarta : Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen
Pendidikan Nasional, 2008.
iii … 63hlm
Daftar Pustaka : A1
Glosarium : B1
Daftar Gambar : C1
ISBN : 978-602-8320-62-7
ISBN : 978-602-8320-63-4
KATA SAMBUTAN
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat
dan karunia Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen
Pendidikan Nasional, telah melaksanakan kegiatan penulisan
buku kejuruan sebagai bentuk dari kegiatan pembelian hak cipta
buku teks pelajaran kejuruan bagi siswa SMK. Karena buku-buku
pelajaran kejuruan sangat sulit di dapatkan di pasaran.
Buku teks pelajaran ini telah melalui proses penilaian oleh Badan
Standar Nasional Pendidikan sebagai buku teks pelajaran untuk
SMK dan telah dinyatakan memenuhi syarat kelayakan untuk
digunakan dalam proses pembelajaran melalui Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 45 Tahun 2008 tanggal 15 Agustus
2008.
Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada seluruh penulis yang telah berkenan mengalihkan hak
cipta karyanya kepada Departemen Pendidikan Nasional untuk
digunakan secara luas oleh para pendidik dan peserta didik SMK.
Buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada
Departemen Pendidikan Nasional ini, dapat diunduh (download),
digandakan, dicetak, dialihmediakan, atau difotokopi oleh
masyarakat. Namun untuk penggandaan yang bersifat komersial
harga penjualannya harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan
oleh Pemerintah. Dengan ditayangkan soft copy ini diharapkan
akan lebih memudahkan bagi masyarakat khsusnya para
pendidik dan peserta didik SMK di seluruh Indonesia maupun
sekolah Indonesia yang berada di luar negeri untuk mengakses
dan memanfaatkannya sebagai sumber belajar.
Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini.
Kepada para peserta didik kami ucapkan selamat belajar dan
semoga dapat memanfaatkan buku ini sebaik-baiknya. Kami
menyadari bahwa buku ini masih perlu ditingkatkan mutunya.
Oleh karena itu, saran dan kritik sangat kami harapkan.
Jakarta, 17 Agustus 2008
Direktur Pembinaan SMK
ii
PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha
Esa, yang telah melimpahkan rahmat-Nya, sehingga Buku Kriya Kulit ini
dapat terselesaikan , walaupun masih banyak kekurangannya dan masih
jauh dari sempurna.
Penulis menyadari sepenuhnya, tanpa bantuan serta dorongan
dari berbagai pihak, buku ini tidak akan terwujud. Untuk itu dengan
kerendahan hati penulis sampaikan terima kasih kepada Direktorat
Pendidikan Menengah Kejuruan Depdiknas, serta pihak lain yang telah
membantu kelancaran dalam penulisan ini yang tak dapat penulis
sebutkan satu persatu.
Atas amal dan pengorbannya, penulis ucapkan banyak
terimakasih, semoga mendapat pahala yang setimpal dari-Nya.
Penulis.
Daftar Isi
JILID 1
Kata sambutan i
Kata Pengantar ii
BAB 1
Pendahuluan 1
A. Sejarah dan Ruang Lingkup 1
B. Pengertian Kulit 4
C. Histologi 5
D. Macam Dan Jenis Kulit 6
E. kerusakan Kulit Mentah 11
F. cacat Kulit dan Penyebabnya 16
BAB 2
1. Membuat Nirmana 21
2. Menggambar Ornamen 34
3. membuat, membaca dan memahami Gambar Teknik 41
JILID 2
BAB 3
Membuat Produk Alas Kaki 47
1. Mempersiapka produk alas kaki 47
2. Alat pembentukan produk sepatu 51
BAB 4
Produk Kulit Non Alas Kaki dan Non Busana 99
A. Persiapan Bahan, alat dan Keteknikan 99
B. Proses pembuatan Produk kulit Tersamak 116
C. Pembuatan Gantungan Kunci 188
BAB 5
Mencetak Kulit dengan Mesin Press 205
BAB 6
A. Menyeset Kulit dengan Pisau Seset Manual dan Seset Masinal 212
1. Persiapan Bahan, Alat Dan Keteknikan 212
2. Perawatan Alat 219
3. Proses Penyesetan Manual 220
4. Penyetan Masinal 225
5. Spesifikasi Sesetan 225
6. Penyesetan Pembuatan Sepatu 227
7. Proses Pelipatan 231
B. Proses Pembuatan Produk Kulit Tersamak 231
1. Alat dan Bahan 231
2. Penyesetan 232
3. Pemotongan 237
JILID 3
BAB 7
Menjahit Kulit Dengan Tangan 242
A. Penjahitan 242
a. Pengertian Jahit Tangan 249
b. Macam jahitan 249
BAB 8
Menjahit kulit Dengan Mesin 272
1. Penjahitan 272
BAB 9
Memasang Assesoris 276
BAB 10
Membentuk Produk Alas Kaki dari Bahan Kulit secara Manual 278
1. Menyiapkan tempat, bahan, dan peralatan 278
2. Membentuk Sepatu 284
3. Mencetak Manua Sepatu 293
4. Mengencangkan Cetakan 300
BAB 11
Membentuk Produk alas Kaki dari bahan kulit secara manua 302
A. Peyiapan Tempat 302
B. Penyiapan Bahan 302
C. Alat Bahan Dan Keteknikan 306
BAB 12
Membentuk Produk Non Alas Kaki dan Non Busana 309
BAB 13
Penyelesaian Akhir Produk Kulit 315
A. Mempersiapkan Kulit 315
B. Pengolahan Kulit mentah 327
C. Bentuk Tatahan dan Teknik Menathan Kriya Kulit Perkamen 349
D. Teknik Menyunggung Kriya Kulit Perkamen 387
E. Produk Kerajinan Kulit perkamen 399
Lampiran A
Daftar Pustaka A1
Lampiran B
Daftra Istilah/Glossary B1
1
BAB I
PENDAHULUAN
Penulisan buku kriya kulit ini, diharapkan para pemerhati kriya kulit
serta pembaca memiliki wawasan kemampuan, apresiasi, dan keterampilan
dalam memahami landasan, konsep, tujuan, dan ruang lingkup pembelajaran
kriya kulit meliputi: pengetahuan dari pemilihan bahan baku kulit mulai dari
penyamakan kulit, pembuatan desain (gambar), pembuatan kriya kulit,
perkamen (kulit mentah,) mulai cara memahat dan tatah sungging wayang,
asesoris, kap lampu, hiasan dinding. Pembuatan kriya kulit tersamak yaitu
pembuatan kerajinan ikat pinggang, dompet, tas, sepatu sand al, sepatu
dengan memiliki kompetensi ini pembaca diharapkan dapat mengaplikasikan
pengetahuan dan ketrampilan dalam pembelajaran kriya kulit secara nyata
sesuai konteks sekolah dan daerah.
Bagi pembaca terutama guru, memiliki dasar pijakan yang jelas
dalam melaksanakan pembelajaran keterampilan kriya kulit, serta memahami
tentang konsep dasar, tujuan, ruang lingkup, keteknikan dan pengembangan
desain kerajinan kulit yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan siswa dan
masyarakat.
A. Sejarah dan Ruang Lingkup
Dalam sejarahnya penggunaan kulit binatang sebagai bahan
kerajinan, sudah digunakan sejak dahulu oleh nenek moyang kita, namun
belum ditemukannya sumber yang pasti mengenai sejak kapan kulit dijadikan
barang kerajinan, kalau dilihat dari fakta sejarah, dalam kehidupan zaman pra
sejarah nenek moyang kita sudah menggunakan bahan kulit untuk menutupi
bagian-bagian tubuh mereka, sehingga terhindar dari serangan cuaca.
Meskipun dibuat dalam bentuk yang sederhana dan bahkan belum mengenai
proses penyamakan, sehingga kulit yang digunakan adalah kulit mentah.
Pada zaman sekarang kegunaan kulit boleh dikatakan sudah tidak asing lagi
untuk kebutuhan sehari-hari seperti dibuat sepatu, tas, jaket dan barang
untuk hiasan souvenir dan lain sebagainya.
Kegunaan kulit pada jaman dahulu, di samping untuk menghindari
cuaca juga diperkirakan terjadi karena digunakan untuk membungkus lukalukanya
dengan kulit, kaki berdarah, memar terantuk batu, atau karena
panas padang pasir, dengan demikian terjadilah bentuk sepatu yang
2
pertama kali. Tujuan untuk perlindungan dan enak dipakai, lagi pula orang
dapat berburu lebih mudah dan dengan cepat dapat menjelajahi daerahdaerah
yang amat luas. Pemanfaatan kulit semakin berkembang, sehingga
timbul keinginan untuk mempelajari bagaimana cara -cara pengolahan dan
pemanfaatan kulit secara lebih luas. Barang-barang dari kulit sudah ditemukan di
Mesir berumur lebih kurang 33 abad, dan bangsa Arab Kuno telah
memanfaatkan kulit sebagai perlengkapan sehari-hari. Bahkan, resep
penyamakannya sudah digunakan berabad-abad dan turun-temurun sampai
sekarang. Kulit mula-mula diberi tepung dan garam selama tiga hari, kemudian
tangkai dari pohon Gholga ditumbuk dengan batu dan direndam dalam air.
Kemudian kulit bagian dalam diberi air rendaman tadi selama sehari dan ini
diulang beberapa kali. Bangsa Arab adalah bangsa yang mempunyai imajinasi
yang kuat, terkenal sebagai pembuat pelana yang indah. Demikian juga bangsa
Yahudi mengatakan mereka sebagai penemu pertama bahan-bahan penyamak,
dan cara penyamakan yang sama baik dengan penyamakan modern di Amerika.
Cara-cara kuno lainnya ialah proses Shamoying, dalam proses ini pori-pori
dibuka dengan pencucian yang berulang-ulang, kemudian memasukkan minyak
pada pori-pori kulit (penggemukan) dan pementangan pada frime. Kul it yang
empuk (lemas) disebut shamoy dan seluruh pakaian kulit pada abad itu terbuat
dari kulit shamoy.
Bangsa Yunani meletakkan penyamakan kulit di luar dinding tembok
kota, kulit yang basah dibuka dan dibentangkan di tanah agar diinjak-injak orang,
dengan tujuan agar kulit menjadi lemas. Bangsa -bangsa Yunani, Romawi dan
Mesir penyamakannya semua menggunakan air kapur untuk menghilangkan
bulu dari kulit. Mereka telah menggunakan pisau pembersih dan balok sebagai
kelengkapan kerja, serta penggunaan getah pe nyamak dalam penyamakan
kulit, kulit dilipat dengan ditaburi bubukan kulit pohon di dalamnya, kadang -
kadang akar dan buah bermacam-macam ditambahkan, kemudian kulit
diletakkan di "ickle" beberapa bulan.
Di negara-negara beriklim dingin kulit merupakan bara ng yang sangat
vital terutama sebagai bahan pakaian untuk melindungi tubuh dari cuaca dingin.
Pada zaman modern sekarang digunakan untuk pembuatan jas dan jaket, pada
prinsipnya adalah adaptasi dari pakaian zaman dahulu. Memori-memori yang
diketemukan, bangsa Yunani kuno telah menggunakan kulit secara meluas
untuk baju, sepatu, hem, celana dan sebagainya. Demikian juga bangsa Anglo
Sakson telah menggunakan dengan dekorasi dari bahan logam. Marcopolo
penjelajah yang terkenal dari Venesia pada abad ke 13 adalah orang Eropa yang
pertama kali menerobos sampai ke benua Asia yaitu sampai di Tiongkok dan
Mongolia. Pada jaman dahulu diceritakan bahwa serdadu-serdadu Kubilai Khan
kerajaan Tartar dan China yang terbesar menggunakan pakaian dari kulit (baju
besi). Ketika Marcopolo mengunjungi India ia menemukan penutup bet dibuat
dari kulit yang ben/varna merah dan biru serta disulam dengan logam dan emas.
Ketika bangsa Arab dan Moors menaklukkan Spanyol mereka memperkenalkan
ke Eropa kerajinan kulit berupa pelana pad a abad ke 15. Pelana Arab
mempunyai ornament yang indah dan waktu terjadi kolonialisasi di Amerika
Selatan dan Mexico seni ini dikembangkan disana oleh orang Spanyol. Pada
3
abad pertengahan industri-industri mulai diorganisir demikian juga industri
kerajinan kulit. Di Perancis tahun 1397 didirikan industri kulit dan diawasi oleh
gereja, sedangkan di Inggris industri kulit mulai dikembangkan. Cordova adalah
pusat industri dan perdagangan kulit di Spanyol dan nama Cordovan diberikan
pada kulit yang digunakan oleh orang Moors dan Arab populer sampai sekarang.
Selama abad pertengahan penggunaan kulit semakin meluas dan
orang-orang Mesir, Yahudi menggunakan kulit untuk menulis berbagai buku
dimana diberi dekorasi dengan logam emas, dan warna yang indah. Buku-buku
ditulis dan diberi ilustrasi dengan tangan, pembuatannya memerlukan proses
yang lama maka harus dipilih dari bahan-bahan yang memenuhi syarat, dan
pilihan itu jatuh pada kulit.
Pada waktu di Amerika diketemukan, orang -orang Indian telah
mengalami bermacam-macam cara penyamakan. Mereka menggunakan kulit
untuk bermacam-macam keperluan yaitu untuk pakaian, sampan, tenda dan
sebagainya. Barang-barang dari kulit yang dibuat orang Indian terkenal dengan
"buchskintan" yang sangat empuk dan tidak tembus air. Wanita -wanita India
sangat ahli dalam pembuatan pakaian dari kulit.
Sampai pada akhir abad ke 18 tak ada seorangpun yang membuat studi
tentang proses penyamakan, hanya sebuah buku menguraikan penyamakan
kulit dengan buku dihilangkan dan diberi bahan penyamak dar i tumbuhtumbuhan.
Sir Humphrey Davy ilmuwan Inggris di Amerika menemukan bahanbahan
penyamak yang terdapat pada macam-macam pohon yang banyak
tumbuh di Amerika. Hal ini sangat penting untuk mensuplai kebutuhan bahan
penyamak dan perkembangan industri di Amerika.
Revolusi penemuan yang terkenal pada abad 19, ialah ditemukannya
penyamakan dengan chrome dan alumunium. Ahli kimia Amerika Agustus
Schultz menemukan garam Chromium yang khusus dihasilkan untuk kulit.
Proses baru ini mengakibatkan kulit menjadi ku at serat-seratnya dan biru
warnanya. Penyamak muda Philadelpia Robert Foerderer mempelajari obat
penyamakan chrome dengan sabun dan minyak, sekarang terkenal dengan
"fatliquoring" agar kulit menjadi lemas atau lentur/elastis dan kuat.
Kurang lebih tahun 18 09 ditemukannya dan patenkan oleh Samuel
Parker Newburyport Massachusetts mesin pembelah kulit. Penemuan ini maka
kesulitan berat kulit dapat teratasi, demikian juga tahun 1840 Mellen Bray
menemukan mesin penyetrika. Dengan adanya penemuan -penemuan dan
penyelidikan industri kulit dan cara-cara penyamakan meluas keseluruh dunia.
Industri-industri penyamakan sekarang merupakan bagian penting dalam
kehidupan industri dan ekonomi kita.
Pada umumnya bahan baku kulit di Indonesia, sangat berkecukupan,
yang digunakan sebagai bahan utama dalam industri
perkulitan dan karya seni. Bahan kulit ini ada yang diolah menjadi perkamen.
namun ada pula yang digunakan setelah mengalami proses penyamakan,
sehingga menjadi kulit-jadi (leather).
Pemanfaatan kulit sebagai bahan kriya kulit mengalami kemajuan yang
sangat pesat, sehingga bermunculan industri perkulitan dan kriya kulit di wilayah
Indonesia ini didukung oleh berbagai faktor, salah satunya adalah
4
pertanian/peternakan. Kulit dihasilkan dari binatang ternak. sehingga selama
orang masih memelihara atau memanfaatkan dan mengonsumsi daging binatang
ternak tersebut, kulit akan tetap tersedia.
Industri perkulitan dapat dikelompokkan menjadi dua. yaitu industri
perkulitan yang menggunakan bahan baku kulit perkamen. dan industri perkulitan
yang menggunakan bahan kulit tersamak (kulit-jadi). Kedua kelompok ini
memiliki karakter yang berbeda satu dengan lainnya. Namun, dalam
perkembangannya yang berkaitan dengan dunia seni. keduanya dapat
disatukan dalam seni kontemporer.
B. Pengertian Kulit
Sebelum mempelajari lebih jauh mengenai struktur jaringan kulit dan
bagian kulit yang digunakan, terlebih dahulu kita mempelajari pengertian kulit.
Kulit adalah bagian terluar dari struktur manusia, hewan atau tumbuhan. Kulit
yang bisa digunakan dalam pembuatan produk adalah kulit jadi, yaitu kulit yang
sudah disamak atau diproses menggunakan bahan kimia dengan takaran dan
perhitungan waktu tertentu. Kulit mempunyai sifat dan ciri yang unik yang tidak
dimiliki oleh bahan yang lain. Satu lembar kulit bisa memiliki sifat yang tidak
sama. Oleh sebab itu, pengetahuan untuk dapat menentukan kualitas kulit
sangat diperlukan.
Kulit adalah lapisan luar tubuh binatang yang merupakan suatu
kerangka luar, tempat bulu binatang itu tumbuh. Dalam Ensiklopedi Indonesia,
dijelaskan bahwa kulit adalah lapisan luar badan yang melindungi badan atau
tubuh binatang dari pengaruh-pengaru.h luar. misalnya panas. pengaruh yang
bersifat mekanis, kimiawi, serta merupakan alat penghantar suhu.
Pada saat hidup, kulit mempunyai fungsi antara lain -sebagai indra perasa.
tempat pengeluaran hasil pembakaran (gegetahan). sebagai pelindung dari
kerusakan bakteri kulit, sebagai buffer terhadap pukulan, sebagai penyaring
sinar matahari, serta sebagai alat pengatur peralatan tubuh hewan".
Seperti telah disampaikan di muka, dalam dunia perkulitan, jika dilihat
dari sisi bahannya, dikenal ada dua kelompok besar kulit. Pertama, kulit yang
telah mengalami proses pengolahan penyamakan kulit. yang kemudian disebut
leather atau kulit-jadi (kulit tersamak). Jenis kulit ini digunakan sebagai
bahan baku industri persepatuan dan nonpersepatuan, yang pada umumnya
merupakan barang-barang terpakai (fungsional). Kedua, kulit yang belum
mengalami pengolahan
dengan bahan kimiawi. sehingga masih alami dan merupakan bahan mentah.
Jenis kulit yang kedua ini digunakan dalam seni tatah sungging sebagai bahan
utama. Kulit yang masih alami ini dalam dunia perkulitan dikenal dengan sebutan
kulit perkamen atau kulit mentah. Setiap kulit binatang (hewan). dari jenis yang
berbeda. mempunyai sifat dan karakter yang berbeda pula. Oleh karena itu. kulit
binatang dapat dibedakan kualitasnya menurut faktor-faktor berikut.
5
1. Macam/Jenis binatang (ternak).
Kulit kerbau berbeda dengan kulit sapi (lembu). kulit kambing berbeda
dengan kulit domba.
2. Area geografi (asal) ternak.
Kulit sapi madura berbeda dengan kulit sapi fries holland.
3. Aktivitas ternak.
Kulit sapi perah berbeda dengan kulit sapi potong.
4. Masalah kesehatan ternak
5. Usia ternak.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut di atas, tidak semua kulit binatang
memenuhi persyaratan sebagai bahan baku industri perkulitan, terutama dalam
industri yang menggunakan bahan kulit alami.
C. Histologi
Kulit merupakan satuan tenunan jaringan tubuh hewan (binatang), yang
terbentuk dari sel-sel hidup dan merupakan satu kesatuan yang saling mengait.
Ditinjau secara Histologi (ilmu jaringan tubuh), kulit terdiri atas tiga lapisan, yaitu:
lapisan Epidermis, lapisan Corium (Derma), dan lapisan Hypodermis (Subcutis)
Dalam buku Teknik Penyamakan Kulit untuk Pedesaan, dijelaskan sebagai
berikut.
1. Lapisan Epidermis
Jaringan ini merupakan lapisan luar kulit yang terdiri atas lapisan-lapisan
epitel yang dapat berkembang biak dengan sendirinya. Pada lapisan Epidermis ini
tidak terdapat pembuluh darah. Zat makanan yang dibutuhkan diper -oleh dari
pembuluh darah lapisan Corium. Sel-sel ephitel tidak hanya tumbuh sebagai
lapisan luar kulit, tetapi menjadi rambut, kelenjar Sudoriferius, dan kelenjar
Sebaceous. Sel-sel yang terdapat pada lapisa n Epidermis selalu tumbuh
membentuk sel baru. Pertumbuhannya secara konstan dan mengarah keluar,
sehingga mendorong lapisan sel yang berbeda di atasnya. Kemudian lapisan sel
yang berada di atasnya semakin lama semakin kering karena kekurangan zat
makanan, sehingga menjadi kerak (semacam ketombe yang biasa terdapat pada
kulit kepala). Jaringan terdalam dari lapisan ini mengandung butir-butir pigmen
yang memberi warna pada rambut maupun kulit.
2. Lapisan Corium (Derma)
Bagian pokok dari kulit dinamakan lapisan Corium (Derma). Istilah
Corium berasal dari kata Latin yang berarti kulit as//. Corium sebagian besar
tersusun dari serat tenunan pengikat, yang terdiri atas tiga macam tipe tenunan,
yaitu tenunan Collagen, tenunan Elastin, dan tenunan Reticular. Tenunan
Collagen merupakan penyusun utama Corium. Corium (Derma) mempunyai dua
lapisan, yaitu lapisan Thermostat (rajah) dan lapisan Retic'da atau Corwm asli.
Lapisan rajah merupakan lapisan kulit teratas. Pada lapisan ini, terdapat akar
rambut, kelenjar-kelenjar, dan urat daging. Lapisan rajah merupakan bagian
kecil dari seluruh kulit, yang secara persentatis besar kecilnya tergantung pada
tipe kulitnya. Pada kulit binatang kecil, persentasenya akan lebih besar
6
dibandingkan pada jenis kulit binatang besar. Serat tenunan yang terdapat pada
lapisan rajah umumnya kecil, halus, dan susunannya tidak teratur. Gambaran
rajah yang dihasilkan oleh lubang-lubang rambut berbeda pada masing-masing
spesies. Perbedaan itu nampak pada permukaan kulit. Gambaran rajah dapat
mempermudah pengenalan kulit hewan asalnya, misalnya kulit kambing, sapi
muda, sapi de-wasa, kuda, dan lain sebagainya
Lapisan Reticular sebagian besar terdiri atas anyaman Collagen yang
tersusun secara berkas-berkas. Serat-seratnya lebih besar bila dibandin gkan
dengan serat Collagen yang terdapat pada rajah. Serat Collagen merupa-kan
benang-benang halus yang berkelok -kelok, dalam berkas-berkas yang
terbungkus lembaran anyaman atau tenunan Reticular, yang akan menge-ras
bila dikeringkan. Lapisan Reticular pada kulit binatang besar meliputi 70% - 80%,
sedangkan pada kulit binatang kecil antara 45% - 50% dari seluruh volume kulit.
3. Lapisan Hypodermis (Subcutis)
Tenunan Subcutis merupakan tenunan pengikat longgar yang menghubungkan
Corium dengan bagian-bagian lain dari tubuh. Hypodermis
sebagian besar terdiri atas serat-serat Collagen dan Elastin. Susunan
longgar yang berupa tenunan lemak merupakan tempat timbunan lemak,
yang pada umum-nya disebut lapisan daging. Lapisan Hypodermis ini
dihilangkan sebelum
a. Epidermis
b. Corium (Derma)
c. Hypodermis (Subcutis)
Gambar 1. Penampang Kuli
Rambut
1. Lubang rambut
2. Kelenjar lemak
3. Kantong rambut
4. Kelenjar keringat
5. sel lemak
6. Pembuluh darah
7. Syaraf
8. Serat Collagen
9. Tenunan lemak
Kulit akan digunakan. Bila kulit tersebut akan disamak, maka lapisan ini
dihilangkan pada saat proses fleshing.
D. MACAM DAN JENIS KULIT
1. Jenis Kulit Berdasarkan Asal Hewan
a). Hewan ternak : sapi, kerbau, kuda, Kambing, domba, babi.
b). Hewan melata : buaya, biawak, komodo, ular, kodok
c). Hewan air: ikan pari, ikan kakap, ikan tuna
I
7
d). Hewan liar: gajah, harimau
e). Burung : burung unta, ayam
2. Pembagian Kelompok Kulit
1. Kulit besar (Sapi,kerbau, kuda, gajah)
2. Kulit kecil (kambing, domba, kijang, kelinci)
3. Kulit reptil (ular, buaya, biawak, kadal, kodok)
4. Kulit ikan (pari, hiu, tuna).
Kulit merupakan hasil sampingan dari hewan yang dagingnya
dikonsumsi. Kulit yang dihasilkan dari binatang yang dagingnya dikonsumsi
harganya terjangkau. Sebaliknya, kulit binatang yang dagi ngnya tidak
dikonsumsi harganya cukup mahal seperti kulit buaya, biawak dsb. Ada jenis
binatang langka yang dilindungi dan dilarang untuk diburu misalnya gajah,
buaya, harimau dsb, sehinngga kulit dari jenis binatang ini juga langka.
Kulit dagingnya di konsumsi dan kualitasnya :
a. Kulit Sapi
Sapi banyak dikonsumsi masyarakat luas, kulitnya banyak
dibutuhkan dalam industri kerajinan, karena kepadatan kulitnya yang
memberikan kekuatan, ukurannya lebih lebar, tebal dan hasilnya lebih
mengkilat. Dengan demikian harganya pun relatif lebih mahal. Bahkan
bagian dalam kulit hasil split dapat diperdagangkan secara terpisah,
misalnya untuk pakaian dalam yang tipis tetapi cukup kuat.
b. KulitKerbau
Kulit kerbau tidak jauh beda dengan kulit sapi, baik dari ukuran,
kekuatan, dan keuletannya. Hanya saja kulit kerbau lebih tebal sedikit
dibanding kulit sapi.
c. Kulit Kambing
Kulit kambing banyak terdapat di Indonesia dan digunakan sebagai
bahan baku pembuatan barang kerajinan. Karena tidak asing bagi
masyarakat luas dan mudah dicari hasil samakanya di toko-toko, harganya
pun menjadi agak murah. Ukurannya tidak terlalu lebar, sekitar 28 x 28 cm
dengan hasil samakan mengkilap dan ada pula yang berwarna.
Kualitasnya berbeda-beda berdasarkan jenis kulit hasil pengolahannya.
Kulit ini disukai para pengusaha (kerajinan) kulit sebab mudah dalam
penggarapannya.
d. Kulit Domba
Selain ukurannya yang agak kecil dan bentuknya memanjang, kulit
domba tidak banyak berbeda dengan kulit kambing. Kulit ini juga mudah
didapati toko-toko kulit dalam aneka warna.
8
3. Jenis Kulit dalam Industri Perkulitan
Di dalam industri perkulitan banyak dijumpai jenis, corak,
warna dan ketebalan kulit yang digunakan untuk proses produksi.
Kadang-kadang masih banyak konsumen yang kurang mengerti
tentang keadaan kulit dilihat dari penggolongan hasi! jadinya.
Beberapa jenis kulit yang dihasilkan dari proses pengolahan kulit
adalah :
a. Kulit full grain
Kulit yang disamak dengan zat penyamak full krom dengan nerf atau
rajah yang masih asli, tidak dibelah atau digosok. Jenis kulit seperti ini
mempunyai kualitas tinggi sehingga dapat menaikkan harga kulit.
b. Kulit Corrected Grain
Kulit yang disamak dengan zat penyamak krom, minyak, dsb karena
kualitas kulit tidak baik yang disebabkan oleh cacat alami seperti
dicambuk, penyakit cacar, ditusuk, dsb sehingga menimbulkan cacat
pada permukaannya.Untuk mengantisipasi cacat yang ada pada
permukaan kulit, maka kulit dihaluskan dengan mesin amplas sampai
halus, kemudian dicat dengan menggunakan cat sintetis. Kualitas kulit ini
kurang baik dan agak kaku.
c. Kulit light buffing
Kulit ini proses pengerjaannya hampir sama dengan
kulitcorrected_hanya bedanya kulit "light buffing" di amplas ringan pada
permukaannya, jadi kulit ini kualitasnya lebih baik.
d. Kulit Artificial
Kulit ini keindahannya terletak pada proses penyelesaian akhir, yaitu
dengan cara memberi motif tertentu, misal buaya, biawak, ular, motif kulit
jeruk dsb.Tujuan pemberian motif adalah untuk menutupi cacat yang
diakibatkan oleh cacat alami atau mekanis. Kulit artificial sering
menyerupai aslinya atau disebut kulit buatan.
4. Jenis Kulit Berdasarkan Istilahnya
a. Kulit Batik
Kulit jadi dibuat dari domba/kambing saoi.
b. Kulit Beledu
Kulit jadi dari kerbau, sapi, kuda, domba, kambing, dsb. yang disamak
krom yang bagian nerf (permukaannya) diamplas halus; biasanya
digunakan untuk sepatu, jaket, dll.
c. Kulit Boks (Full grain, corrected grain).
Kulit jadi yang umumnya dibuat dari kulit sapi dan lazim digunakan untuk
kulit sepatu bagian atas (upperleather).
d. Kulit Garaman
pengurai.
9
e. Kulit Split
Kulit jadi dari sapi, kuda, kerbau, yang dibelah dengan mesin belah yang
menghasilkan 2 bagian atau lebih, yaitu bagian nerf (grain split) dan
daging (flesh split) yang digunakan untuk sepatu, sandal, ikat pinggang,
dan sebagainya.
f. Kulit Glace
Kulit matang dari kulit sapi, kuda, kerbau, domba, kambing yang
disamak krom yang biasa digunakan untuk pembuatan sepatu wanita.
g. Kulit Jaket
Kulit jadi/matang yang umumnya dibuat dari kulit domba, kambing yang
lazim disamak krom dan umumnya digunakan untuk jaket.
h. Kulit Kering
Kulit segar yang telah dikeringkan, biasanya dengan cara dijemur pada
sinar matahari.
i. Kulit Lapis (Lining)
Kulit jadi/matang dari kulit domba, kambing, sapi, kerbau yang lazim
disamak nabati, diwarna atau tidak diwarna yang digunakan untuk
pelapisan.
j. Kulit Lap
Kulit jadi dari kulit domba, kambing yang disamak minyak dan
diamplas pada bagian nerf hingga menghasilkan kulit lunak, rata dan
lemas; biasanya digunakan untuk lap kaca, optik, dll.
k. Kulit Perkamen
Kulit mentah yang sudah dalam keadaan kering dan digunakan untuk
pembuatan wayang, kap lampu, penyekat, kipas, bedug, dan
sebabainya.
l. Kulit Print
Kulit yang dicetak sesuai dengan gambar yang dikehendaki, misal
motif kulit jeruk, buaya, biawak, dan sebabainya.
m. Kulit Samak Bulu
Kulit dari sapi, kerbau, kuda, kambing, dsb. yang disamak krom atau
kombinasi dengan tidak dilepas bulunya dan digunakan untuk
jokmobil, jaket, mebel, dan lain-lain.
n. Kulit Sarung Tangan
Kulit jadi/matang yang dibuat dari kulit sapi, domba, kambing yang
disamak krom dan hanya digunakan untuk sarung tangan.
10
o. Kulit Sol
Kulit jadi/matang yang dibuat dari kulit sapi, kerbau yang disamak
dengan bahan nabati, biasanya digunakan untuk sepatu bagian
bawah, pelana kuda, tempat kamera dan lain-lain.
p. Kulit Tas atau Koper.
Kulit jadi/matang yang dibuat dari kulit sapi, kuda, kerbau yang
disamak nabati dan digunakan untuk pakaian kuda, tas, koper, ikat
pinggang.
q. Kulit untuk alat olah raga.
Kulit jadi/matang dari kulit sapi, kuda, kerbau, domba, kambing yang
digunakan untuk alat olah raga, misal kulit untuk bola, sepatu bola,
shuttle cock, sarung tinju, dan lain-lain.
5. Jenis Kulit Berdasarkan Kualitasnya
a. Bagian punggung
Bagian kulit yang letaknya ada pada punggung dan mempunyai
jaringan struktur yang paling kompak; luasnya 40 % dari seluruh
luas kulit
b. Bagian leher
Kulitnya agak tebal, sangat kompak tetapi ada beberapa kerutan
c. Bagian bahu
Kulitnya lebih tipis, kualitasnya bagus, hanya terkadang ada
kerutan yang dapat mengurangi kualitas
d. Bagian perut dan paha
Struktur jaringan kurang kompak, kulit tipis dan mulur.
Walaupun proses pengolahan atau pengawetan kulit telah dilakukan
dengan hati-hati dan menurut ketentuan yang benar, namun ternyata hasilnya
tidak selalu seperti yang diharapkan. Kemungkinan setelah kering, kulit menjadi
tidak sama kualitasnya. Dalam perdagangan, kulit dapat dikelom -
pokkan/dikelaskan berdasarkan kualitas dan beratnya
11
Gambar 2. Sketsa bagian-bagian kulit
A. Daerah Pipi
B. Daerah Pundak
C. Daerah Croupon
D. Daerah Badan
E. Daerah Pinggul
F. Daerah Perut
E. Kerusakan Kulit Mentah
Kulit binatang ada yang bermutu baik, namun ada pula yang kurang
bermutu. Hal ini dapat terjadi karena kerusakan -kerusakan pada kulit tersebut,
yang mengakibatkan menurunnya kualitas. Kerusakan kulit mentah pada
dasamya dibedakan menjadi dua macam, yaitu: kerusakan ante-mortem dan
post-mortem
12
1. Kerusakan ante-Mortem
Kerusakan ante-mortem adalah kerusakan kulit mentah yang terjadi
pada saat hewan (binatang) masih hidup. Kerusakan kulit dapat disebabkan oleh
beberapa macam, antara lain sebagai berikut.
a. Parasit
Jenis sumber kerusakan ini misalnya: saroptik, demodex atau demodecosis,
caplak, dan kutu. Beberapa jenis parasit ini mengakibatkan rusaknya rajah
pada kulit binatang, yang ditandai dengan adanya lubang-lubang kecil, tidak
ratanya permukaan kulit atau adanya lekukan-lekukan kecil.
b. Penyakit
Banyak faktor yang menyebabkan binatang menjadi sakit, misalnya
akibat kurang baik dalam pemeliharaan. Bila penyakit tidak segera diobati, - akan
berpengaruh terhadap kualitas kulitnya, yang kadang sulit diperbaiki. Penyakit
demam yang berkepanjangan, misalnya sampar lembu dan trypono-somiosis
akan menyebabkan struktur jaringan kulit menjadi lunak. Lalat hypoderma bowis,
menyebabkan kulit berlubang-lubang keril yang tersebar di seluruh bagian luar
kulit. Kemudian, kerusakan yang disebabkan oleh kutu busuk, ditandai dengan
adanya benjolan-benjclan kecil yang keras pada bagian bulu. Bila kulit
mengalami kerusakan baik struktur maupun permuka -annya, akan
menyebabkan kualitas kulit menjadi rendah. Di samping penyakit hewan seperti
tersebut di atas, terdapat pula bermacam bakteri, virus, jamur (fungi) yang
membuat kerusakan-kerusakan lokal yang sangat sulit untuk diperbaiki.
Kerusakan yang diakibatkan oleh bakteri adalah kulit men -jadi busuk, dan
kerusakan ini terjadi pada kulit sebelum diawetkan. Ada pula penyakit musiman
yang dapat membuat kerusakan besar pada kulit.
c. Umur tua
Binatang yang berumur tua, memiliki kulit yang berkualitas rendah.
Pada kulit b inatang yang telah mati sebelum dipotong, akan terdapat
pembekuan-pembekuan darah yang tidak mungkin dihilangkan.
d. Sebab mekanis
Ada beberapa kegiatan yang dilakukan terhadap binatang, yang dapat
menurunkan kualitas kulitnya. Cap bakar yang dipakai dalam identifikasi atau
pengobatan, akan mengakibatkan rusaknya kulit yang tidak mungkin untuk
diperbaiki. Cap bakar, menyebabkan Corium menjadi keras atau kaku dan tidak
akan hilang. Goresan-goresan duri, kawat berduri, tanduk, berbagai tekanan,
sabetan cemeti (cambuk), alat-alat pengendali, dan lain sebagainya, juga dapat
menyebabkan kerusakan kulit. Kerusakan kulit mekanis ini sering dijumpai pada
binatang piaraan yang digunakan dalam kepentingan pertanian atau industri.
Namun, kerusakan mekanis ini tidak separah kerusakan yang diakibatkan oleh
penyakit. Di samping itu, pukulan -pukulan yang dilakukan terhadap binatang
sebelum dipotong, dapat menyebabkan memar pada kulit, sehingga darah akan
13
menggumpal. Karena penggumpalan darah itu, pem -buluh darah akan
mengalami kerusakan, sehingga kulit menjadi berwarna merah kehitam -
hitaman. Bila hal ini terjadi, maka akan memudahkan pembusukan pada saat
proses pengeringan.
2. Kerusakan post-Mortem
Kerusakan post-mortem adalah kerusakan kulit yang terjadi pada saat
pengolahan kulit, misalnya pada proses pengulitan, pengawetan, penyimpanan,
dan pengangkutan.
a. Pengulitan
Pengulitan merupakan proses pemisahan kulit dari tubuh binatang
dengan cara pemotongan serabut kulit lunak. Oleh karena itu, dalam pengulitan
ini dibutuhkan keahlian khusus. Pada kegiatan ini, kerasakan kulit dapat terjadi
karena kesalahan dalam penggunaan peralatan, misalnya pisau. Hal ini dapat
disebabkan karena kurang ahlinya orang yang menggunakan peralatan pada
proses pengulitan ini.
Pemotongan dan pengulitan harus dilakukan pada tempat yang
memenuhi persyaratan, jangan sampai dilakukan di lantai yang kasar, yang
dapat mengakibatkan kerusakan rajah kulit akibat pergesekan. Kebersihan
binatang sebelum dipotong juga perlu diperhatikan, karena merup akan salah
satu faktor penentu mutu kulit yang dihasilkan. Bila pelaksanaan pengulitan
ini tidak sesuai dengan aturan, akan berakibat bentuk kulit tidak baik dan
tidak normal. Dalam pengulitan ini, pembersihan kulit dari sisa -sisa daging
yang melekat pada Corium harus dilakukan sebaik mungkin, karena sisa
daging yang tertinggal dapat menjadi sumber tumbuhnya bakteri pembusuk
kulit, yang dapat menyebabkan terjadinya pembusukan kulit.
b. Pengawetan
Kerusakan kulit dapat terjadi pula pada saat pengawetan. Misalnya,
pengawetan dengan sinar matahari yang dilakukan di atas tanah akan
menurunkan kualitas kulit, karena proses pengeringan tidak merata. Kulit
bagian luar terlalu kering. sedangkan bagian tengah dan dalam masili basah,
sehingga dengan demikian masih memungkinkan mikroorganisnic pembusuk
(flek busuk) yang disebut dengan sun-blister tetap hidup dan berkembang
biak. Sebaliknya, kulit bagian luar yang lerlalu kering akan membuat rajah
menjadi pecah-pccah dan bila dibiarkan dalam kondisi demikian kulit ak an
berkerut (nglnnlhung).
Mengeringkan kulit pada saat panas matahari dalam kondisi puncak
(pada siang hari), akan mengakibatkan Collagen terbakar dan mengalami
perubahan sifat (glue-forming), sehingga akan menjadi penghalang dalam ;
pengolahan kulit selan jutnya. tcrutama dalam proses perendaman.
Kerusakan kulit yang diawetkan dengan garam kering, ditandai dengan
adanya flek biru, hijau. atau cokelat pada rajah. Kerusakan ini disebabkan
pemakaian garam dengan konsentrasi yang kurang tepat. Flek-flek tersebut
tidak dapal dihilangkan.Penvinipcinan
14
Sambil mcnunggu proses selanjutnva. kulit yang telah diawetkan ter -
sebui harus disimpan. Penyimpanan harus dilakukan dengan baik. karena
dalam penyiinpanan ini tetap ada kemungkinan terjadi kerusakan.
Penyimpanan yang terlalu lama di dalam ruang berasap, dapat menurunkan
kualitas kulit. Kontaminasi asap dengan rajah kulit akan mempengaruhi
warna dan menyebabkan permukaan rajah menjadi kasar. Kulit yang
diawelkan dengan penggaraman basah. bila disimpan terlalu lama ak an
rusak karena bakteri pembusuk. Kulit yang disimpan di tempat yang basah
atau lembap, lama -kelamaan akan ditumbuhi jamurdi permukaannya,
sehingga mudah menjadi suram dan bila dicat tidak dapat rata.
c. Transportasi (pengangkutan)
Dalam pengangkutan kulit dapat pula timbul kerusakan yang
merugikan misalnya, terjadinya gesekan-gesekan pada waktu
pengangkutan yang dapat menyebabkan kerusakan pada rajah kulit. Apalagi bila
menggunakan kawat untuk mengikat kulit, maka akan timbul bekas pada rajah
yang sulit dihilangkan. Pengangkutan dengan kapal laut daiam waktu yang lama,
akan menyebabkan kulit lembap, bercendawan. dan akhirnya busuk.
3. Kerusakan dan Mutu Kulit
Kerusakan akan sangat berpengaruh pada kualitas atau mutu kulit yang
dihasilkan. Ada kerusakan yang mengakibatkan cacat-cacat kulit sehingga
menurunkan mutunya, tetapi ada pula kerusakan yang hanya menurunkan
mutunya saja. Dalam Buku Penuntun tentang Penyamakan Kulit dijelaskan
sebagai berikut.
a. Busuk (rusak) yang terjadi pada kulit mentah, akan semakin parah pada
saat proses perendaman dilakukan. Bila pengolahan dilanjutkan, maka
akan dihasilkan kulit yang berkualitas rendah (jelek).
b. Irisan-irisan dalam yang terjadi pada saat pengulitan, akan menimbul-kan
luka yang berbekas (tidak bisa hilang) dan membuat kulit mudah robek. Kulit
yang demikian dikelompokkan dalam kulit berkualitas rendah.
c. Cacat yang disebabkan oleh penyakit kulit raisalnya kudis, akan menyebabkan
timbulnya benjolan keras atau lekukan-lekukan pada permukaan
kulit yang sulit dihilan gkan. Bila diadakan pewarnaan, warna tidak akan
dapat merata, dan cat pada bagian kulit yang cacat tersebut mudah pecah
dan terkelupas. Kulit dengan cacat seperti ini sangat terbatas pemanfaatannya.
d. Flek darah adalah cacat yang disebabkan oleh pukulan, ca mbukan, atau
sebab mekanis lain, yang mengenai tubuh binatang pada masa hidupnya.
Cacat flek darah ini dapat terjadi pula pada kulit yang berasal dari binatang
yang mati sebelum dipotong. Kulit yang demikian, bila digu -nakan sebagai
kulit perkamen, tidak akan banyak berpengaruh karena kekuatan kulit masih
15
sama, hanya dengan warna yang kunuig menarik. Namun, bila kulit tersebut
disamak, akan menjadi leather (kulit-jadi) yang tidak rata, karena
permukaan kulit yang tidak cacat akan berwarna mengkilap, tetapi bagian
kulit yang cacat, akan buram.
d. Struktur Kulit
Secara umum, istilah struktur berarti susunan. Namun dalam dunia perkulitan,
yang dimaksudkan dengan struktur kulit ialah kondisi susunan serat kulit
yang kosong atau padat, dan bukan mengenai tebal atau tipisnya lembaran kulit.
Dengan kata lain, menilai kepadatan jaringan kulit menurut kondisi asal (belum
tersentuh pengolahan). Struktur kulit dapat di bedakan menjadi lima kelompok
berikut :
1. Kulit berstuktur Baik
Kulit yang berstruktur baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
o Perbandingan antara berat, tebal, dan luasnya seimbang. Perbedaan
tebal antara bagian croupon, leher, dan perut hanya sedikit, dan
bagian-bagian tersebut permukaannya rata.
o Kulit terasa padat (berisi)
2. Kulit berstruktur buntal (Gedrongen)
Kulit yang berstruktur buntal memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
o Kulit tampak tebal, bila dilihat dari perbandingan natara berat dengan
luas permukaan kulitnya.
o Perbedaan anatara croupun, leher, dan perut hanya sedikit.
3. Kulit berstruktu cukup baik.
Kulit yang berstruktu cukup baik memiliki ciri-cir sebagai berikut :
o Kkulit tidak begitu tebal, bila dilihat dari perbandingan antara betrat
dengan luas permukaan kulit.
o Kulit berisi dan tebalnya merata
4. Kulit berstruktur kurang baik
Kulit yang berstruktu kurang baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
o Bagian croupun dan perut agak tipis, sedangkan bagian leher cukup
tebal.
o Peralihan dari bagian kulit yang tebal ke bagian kulit yang tipis
tampak begitu menyolok.
o Luas bagian perut agak berlebihan, sehingga bagian croupun
luasnya berkurang.
5. Kulit brstruktur buruk
Kulit yang vberstruktur buruk memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
o Bagian croupon tampak tipis dan kulit tidak berisi, sedangkan kulit
bagian perut dan leher agak tebal.
o Pada umumnya berasal dari kulit binatang yang berusia tua, luas
croupon agak berkurang dan bagian perut lebar.
16
F. CACAT KULIT DAN PENYEBABNYA
Kulit binatang sangat besar manfaatnya dan tinggi nilai harganya dalam
pembuatan produk dari kulit untuk kebutuhan manusia. Karena besarnya manfaat
dan tingginya harga kuiit binatang ini, maka faktor-faktor yang mempengaruhi
peternakan hewan terhadap kualitas kulit binatang perlu diperhatikan, seperti
pengaruh iklim, perkembangbiakan, makanan ternak, perawatan, dsb. Uraian
berikut menjelaskan ada beberapa faktor yang berkaitan dengan kualitas kulit
binatang agar tidak mengalami kecacatan dan berkualitas baik.
1. Pengaruh usaha ternak terhadap kualitas kulit
Pada dasarnya usaha peternakan ditujukan untuk menghasilkan bahan
makanan berupa daging, susu, bagi kebutuhan manusia. Akan tetapi usaha,
usaha peternakan juga bisa menghasilkan kulit yang merupakan komoditas
unggulan dan sejajar dengan hasil yang berupa bahan makanan. Karena
harganya yang cukup tinggi, maka sekarang usaha peterna kan juga sangat
memperhatikan faktor-faktor yang bisa meningkatkan kualitas kulit.
2. Pengaruh Keadaan Kulit terhadap Kualitas Kulit
Kulit yang berkualitas baik adalah kulit yang dihasilkan dari hewan yang
sehat dan gizinya baik, sehingga menghasilkan kulit yang lemas dan dapat
dilipat. Sedangkan kulit yang kualitasnya kurang adalah kulit yang dihasilkan dari
hewan yang sakit atau kondisinya tidak sehat, sehingga kondisi kulit menjadi
kaku dan kering. Bila kita memotong hewan yang akan diambil dagingnya, maka
hewan tersebut harus dalam keadaan sehat, sehingga kulitnya pun berkualitas
baik.
3. Pengaruh Iklim terhadap Kualitas Kulit
Temperatur, tekanan udara, kelembaban dan sebagainya merupakan
faktor-faktor yang periu diperhatikan sebagai pengaruh iklim terhadap kualitas
kulit. Peternakan hewan yang bertujuan untuk menghasilkan kulit binatang
harus memperhatikan faktor-faktor tersebut agar kualitas kulit yang dihasilkan
tetap baik. Setiap daerah mempunyai iklimnya sendiri, sehingga temak yang
kulitnya akan diambil harus dipelihara sesuai dengan iklim yang cocok
untuknya.
4. Pengaruh Adaptasi terhadap Kualitas Kulit
Perpindahan tempat akan berpengaruh terhadap hewan yang kulitnya
akan diambil. Ada kalanya hewan tidak tahan terhadap bibit penyakit yang ada
pada suatu daerah tempat ia berpindah. Hewan yang terkena penyakit akan
menghasilkan kulit yang tidak berkualitas juga. Untuk itu, adaptasi hewan
terhadap tempat baru juga harus mendapatkan perhatian.
17
5. Pengaruh Makanan terhadap Kualitas Kulit
Makanan yang baik akan berpengaruh terhadap berat badan hewan dan
kesehatannya. Berat badan hewan berpengaruh terhadap kualitas kulit yang
dihasilkannya.
6. Pengaruh Perawatan terhadap Kualitas Kulit
Kerusakan kulit juga merupakan akibat dari perawatan yang tidak baik
terhadap hewan. Hal hal yang menyebabkan nilai kulit menurun misalnya
hewan dicambuk, dipukul, terkena duri atau kawat, terbentur, dan sebagainya.
Perlakuan semacam itu terhadap hewan akan berakibat peradangan atau luka
pada kulit hewan, sehingga pada proses penyamakan akan menimbulkan
tanda atau cacat yang mengurangi kualitas kulit.
Dalam penentuan kualitas kulit hewan, di samping faktor-faktor yang
disebutkan di atas, ada faktor-faktor lain yang juga menentukan, yaitu
pemotongan hewan, pengulitan dan proses penyamakan.
Contoh-contoh penurunan kualitas kulit yang menyebabkan kecacatan
kulit antara lain:
1. Pemeliharaan
Hewan tidak dirawat dengan baik
Kesehatan hewan tidak diperhatikan
2. Makanan
Hewan tidak mendapatkan makanan secara teratur
Makanan hewan tidak bergizi
3. Perlakuan
Hewan dicambuk sampai luka
Hewan luka karena penyakit
Hewan tidak diobati
4. Pengulitan
Cara pengulitan hewan tidak benar
Pisau sayat tidak tajam/tumpul
5. Penyamakan
Proses pengawetan yang tidak benar
Terjadinya kesalahan pada proses penyamakan
7. Proses Pengolahan Kulit Mentah
Kulit mentah ialah kulit binatang yang belum disamak (diawetkan
dengan menggunakan obat penyamak). Kulit yang digunakan sebagai bahan
baku kerajinan kulit biasanya berasal dar i kerbau dan sapi. Cara menentukan
dan memilih bahan disesuaikan dengan bentuk dan kegunaan barang yang
dibuat.
Kulit perlu diolah terlebih dahulu sehingga menjadi bahan yang siap
untuk dipakai menjadi bahan kerajinan kulit mentah. Bahan untuk kerajinan kulit
mentah perlu disiapkan melalui proses: mengeringkan dan meratakan kulit
mentah tersebut dapat dipergunakan sebagai bahan kerajinan kulit mentah.
18
Proses Pengolahan Kulit Mentah (Perkamen)
a. Alat
1. Jemuaran/gawangan
2. tali (dpat digunakan bahan bambu yang dipilin, plastik dan
ijuk)
3. pisau
4. batu asah
5. ampelas
6. kain lap
b. Bahan
1. kulit kerbau
2. kulit sapi
8. Langkah-langkah pengolahan kulit mentah
a. Merendam
Kulit yang kering dan kaku perlu direndam di dalm bak, sungai atau
di dalam Lumpur selama sekitar 12 jam. Maksud perendaman ialah
untuk menjadikan kulit lunak seperti baru sehingga nantinya mudah
direntang. Kulit segar tidak perlu. Kulit yang direntangkan akan
menjadi rata permukaannya.
b. Mellubangi
kulit direntangkan di tanah kemudian dilubangi pada bagian tepi
dengan menggunakan pisau untuk memasukkan tempat tali.
c. Merentang
Kulit direntangkan dengan cara mengikatkan tali pada kulit dengan
gawangan atau jemuran agar kulit menjadi mulur.
d. Membuang daging
Setelah kulit direntangkan, sisa daging yang masih melekat pada
kulit dihilangkan dengan menggunakan pisau sest. Bila terlalu
kering dan sulit untuk diambil dagingnya, kulit disiram dengan air
terlebih dahulu.
e. Mengeringkan kulit
Setelah daging dihilangkan, posisi tali dikencangkan dan kulit
dikeringkan dibawah sinar matahari. Pada pagi hari, pengeringan
antara jam 07.-10.00. dan pada sore hari antara jam 14.00 -16.00
19
f. Mengerok
Setelah kulit kering, pengerokan mulai dilakukan pada bagian dalam
dengan arah pengerokan dari atas ke bawah. Setelah itu pengerokan
dilakukan pada bagian luar dengan arah pengerokan dari atas ke
bawah. Pengerokan dilakukan sampai kulit kelihatan bersih dan
transparan.
g. Membersihan dan mengampelas
Setelah selesai pengerokan bagian dalam dan
luar, kulit diampelas dan dilap menggunakan
kain yang dibasahi dengan air.
h. Mengiris
Setelah semua bersih dan sama tebalnya,
kulit siap untuk diiris keliling dengan tujuan
untuk melepas kulit dari rentangan dan
menghilangkan bekas sisa-sisa lubang di
bagian tepi dengan pisau seset.
i. Menggulung Kulit
Kulit digulung dengan cara menggulung bagian daging ke dalam.
j. Menyimpan
Setelah digulung, kulit siap disimpan atau siap dipergunakan.
20
9. Pembagian Kelas Kulit Berdasarkan Berat
Perbedaan kelas kulit mentah baik kulit sapi ataupun kerbau dapat diketahui
melalui berat tiap-tiap lembar kulit. Untuk menentukan tingkatan berat ini
digunakan tanda abjad (alfabet). Adapun penggolongan kulit berdasarkan
beratnya dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Kelas A: kulit yang beratnya 0 kg - 3 kg/lembar.
2. Kelas B: kulit yang beratnya 3 kg - 5 kg/lembar.
3. Kelas C: kulit yang beratnya 5 kg - 7 kg/lembar.
4. Kelas D; kulit yang beratnya 7 kg - 9 kg/lembar.
5. Kelas E: kulit yang beratnya 9 kg/lembar atau lebih,
sedangkanuntuk menunjukkan kulit sapi diberi tanda Z.
Pembagian kelas kulit mentah sapi dan kerbau berdasar beratnya, juga
dapat dilakukan sebagai berikut.
a. Kelas ringan :kulit yang beratnya 1 kg - 6 kg/lembar.
b. Kelas sedang I :kulit yang beratnya 6 kg - 8 kg/lembar
c. Kelas sedang II. :kulit yang beratnya 8 kg -10 kg/lembar.
d. Kelas berat I :kulit yang beratnya 10 kg -15 kg/lembar.
e. Kelas berat II:kulit yang beratnya lebih dari 15 kg/lembar.
Kualitus Kulit Kambing/Domba
Persyaratan penentuan kelas kuR kambing/domba, secara garis besar
tidak jauh berbeda dengan penentuan kelas pada kulit sapi dan kerbau. Na-mun
kulit kambing tidak ditentukan berdasarkan beratnya, melainkan ber-dasarkan
panjapg tengah-tengah dari ekor hingga leher, dan lebarnya kulit. Oleh karena
itu pembagian kelas kamb'f'g/domba dapat dibedakan sebagai berikut.
1. Kelas I
2. Kelas II
3. Kelas III
4. Kelas IV
5. Kelas V
6. Kelas afkir
kulit yang panjangnya 100 cm, lebar 70 cm. kulit yang panjangnya 100 cm, lebar
60 cm. kulit yang panjangnya 90 cm, lebar 55 cm. kulit yang panjangnya 80 cm,
lebar 50. kulit yang panjangnya 70 cm, lebar 45 cm. kulit yang panjangnya kurang
dari 70 cm.
21
BAB II
Membuat nirmana
1) Mengekplorasi garis dan bidang
a. Pengertian Garis
Menurut Sidik dan Prayitno (1981:4) pengertian garis dijelaskan sebagai
berikut:
1) Garis adalah suatu goresan.
2) Garis adalah batas limit dari suatu benda, massa, ruang, warna, dan
lain-lain.
Garis hanya berdimensi memanjang serta mempunyai arah, mempunyai
sifat-sifat seperti: pendek, panjang, vertikal, horisontal, lurus,
melengkung, dan seterusnya. Garis terjadi andaikata suatu titik dapat
bergerak dan membekaskan jejaknya. Terjadinya suatu garis disebabkan
oleh hasil daya gerak. Kualitas khas dari suatu garis adalah akibat dari
efek ekspresinya bergantung kepada tiga faktor pokok yaitu: sifat dari
orang yang membuat garis tersebut, alat dan medium yang
memproduksinya, dan permukaan yang menerimanya.
Seperti yang dikemukakan oleh Read (terj. Soedarso SP. 2000:20)
bahwa:
Seni rupa yang ada di gua-gua, bermula juga dari garis contur.
Seni rupa bertolak dari keinginan untuk menggaris ... garis adalah
elemen terpenting dalam seni rupa, sehingga beberapa seniman
dengan tidak ragu-ragu menganggapnya sebagai elemen pokok
bagi semua seni rupa. ... Garis dapat mengekspresikan baik
gerakan maupun massa ... bagaimanapun juga harus diingat
bahwa garis itu sendiri tidak bergerak ataupun menari-nari, kita
sendiri yang membayangkan diri kita menari-nari sepanjang jalur
garis itu.
Kualitas garis yang paling menarik adalah kapasitasnya untuk
mensugestikan massa atau bentuk tiga dimensional.
Bending upright line : garis tegak yang membengkok, memberisugesti
sedih, lesu dan duka.
Upward swirls ; qlakan - olakan keatas memberi sugesti aspirasi ke
kuatan spirituil dan semangat yang menyala, hasrat yang keras berkobar
- kobar.
Rhytmic horizontals horizontal - horizontal berirama, memberi-sugesti
malas, tidur. , ketenangan yang menyenangkan.
Upward spray, pancaran keatas, memberi sugesti pertumbuhan,
iidealisme, spontanitas.
22
Diminishing perspective, perspectif yang melenyap, memberi sugesti
adanya jarak,kejauhan dan kerinduan.
b. Pengertian Bidang
Bidang adalah keluasan, yang mempunyai bentuk dua dimensional
atau tiga dimensional, keluasan positif atau negative yang dibatasi oleh
limit. Selain mempunyai sifat-sifat yang sama seperti garis, ruang
mempunyai 2 dimensi tambahan yaitu lebar dan dalam yang
menyebabkan berbeda dengan garis. Hal ini berarti selain bahwa ruang
dapat mempunyai gerakan arah (horizontal, diagonal, tegak, lurus, dan
seterusnya) dapat mempunyai cirri-ciri umum seperti berglombang, lurus,
melengkung dan lain-lain, dapat panjang atau pendek dan disamping
dimensi-dimensi ini semua dapat memiliki lebar dan dalam yang
membantu kemungkinan-kemungkinan sebagai variasi yang besar sekali
dalam shapenya seperti bulat, persegi, runcing, sempit, lebar, datar,
kubus
2) Menggambar huruf
Menggambar huruf sangat penting dalam dunia periklanan , huruf
berfungsi sebagai penyampaian pesan tertulis yang memudahkan
berkominikasi, dalam kriya kulit berguna untuk menghias, karena huruf
mempunyai banyak karakter dan bentuk huruf yang artistik. Menggambar
huruf harus disesuaikan dengan desain, model huruf antara lain :
Gambar 1. : Model Huruf,
(dok.Sukimin : 2005 : 62)
23
Gambar 2. : Perbandingan huruf M dan W, (Sukimin : 2005 : 63)
Gambar 3.: Monogram, (Sukimin : 2005 : 63)
3) Menggambar alam benda
Menggambar alam benda yang dimaksud adalah, menggambar dengan
menirukan objek benda alam disekitar
Pada umumnya timbul anggapan bahwa menggambar sesuatu
benda merupakan sesuatu hal yang menjemukan. Anggapan ini boleh
dianggap benar, barangkali orang ingin segera dapat melukis dengan
bebas. Sedangkan dalam menggambar disyaratkan mengutamakan
kecermatan dan ketepatan, sehingga pandangan mata mesti terpusat
kepada benda yang digambar itu. Bagi yang baru mulai belajar
menggambar mereka lebih banyak disibukkan dengan karet penghapus
dan mistar, sebentar menggosok dengan karet penghapusnya itu
kemudian mulai menarik garis lagi, sungguh menjemukan dan mereka
juga kurang puas dengan hasilnya.Tetapi masa-masa seperti ini perlu
segera dilewati mengingat menggambar merupakan dasar dari senirupa
pada umumnya. Barangkali yang amat perlu disini adalah mengenalkan
keunikan benda-benda disekitar kita. Dengan perkenalan itu akan tumbuh
24
ketertarikan dan minat untuk menggambarkannya. Banyak benda di
sekitar kita yang memiliki bentuk unik dalam pengalaman sehari-hari
namun hal itu tidak pernah disadari sebelumnya oleh siapapun.
Pengamatan dimulai dari yang terdekat dimana kita berada, di dalam
rumah biasanya kita meletakkan sesuatu dengan sembarangan, sepatu,
tas, dompet yang tergeletak begitu saja, beberapa botol minuman yang
tergeletak di dapur, saus yang tumpah dari botolnya, pakaian yang
dengan tergesa-gesa dilemparkan ke kursi. Semuanya tampak sangat
indah dalam keadaan yang tidak tertata seperti itu.
Dengan mengamati hal-hal yang tidak terduga semacam itu
pengalaman kita akan bertambah, bukan saja mengenai fungsi praktis
dari benda-benda itu melainkan juga bahwa benda-benda itu dalam
situasi dan kondisi tertentu dapat memberikan pengalaman estetis dan
memberikan kesenangan kepada kita. Dalam hubungan dengan keriya
kulit kita
Dari banyaknya benda-benda di sekitar kita telah memberikan
rasa senang itu, kita coba mengambilnya dan meletakkannya di tempat
yang cukup cahayanya. Misalnya botol yang tergeletak di dapur tadi kita
tempatkan di depan jendela. Posisinya sebuah botol berdiri dan sebuah
lagi tergeletak. Kalau cahaya dapat merambat menembus botol kaca
yang bening itu akan menciptakan cahaya gemerlap yang indah. Sayursayuran
di dapur juga dapat dijadikan obyek yang menarik untuk
digambar. Seikat kacang panjang, sebuah siyem dan beberapa butir
tomat merah yang dipadukan dengan keranjang. Bila ditata dengan baik
di atas meja tentu akan dapat memberi pengayaan pada pengalaman kita
serta memberi kesan tertentu. jenis-jenis sayuran itu amatlah banyak
yang tersimpan di dapur serta bentuk dan warnanya bermacam-macam,
warna hijau misalnya buncis, bayam, pare dan sawi. Warna putih
misalnya kobis, labu dan bunga turi. Sedangkan warna kuning
ditunjukkan oleh wortel.
Tampaknya buah-buahan tetap menjadi objek yang banyak
disukai oleh pelukis. Barangkali karena buah-buahan itu bentuk dan
warnanya lebih menarik selain rasanya yang segar dan enak. Buahbuahan
juga memiliki citra kemewahan setidaknya hal itu terdapat pada
bua peer, apel merah dan anggur hijau. Buah-buahan yang harganya
murah juga dapat menarik perhatian misalnya pepaya yang dibelah
sebagian dan belahannya itu diletakkan didekat pepaya yang dibelah
tadi. Hal ini dapat pula dilakukan terhadap buah melon, blewah dan
semangka. Dari semua buah-buahan yang dibelah tadi rupanya
semangka paling banyak disukai, barangkali karena warnanya yang
merah segar dan paduan garis putih yang membingkai warna merah
serta tebaran biji yang hitam banyak menarik minat pelukis.
Penyusunan buah-buahan itu dapat dilakukan dengan beberapa
macam buah-buahan tetapi perlu dipikirkan penggabungan itu hendaklah
diusahakan variatif. Besar dan kecilnya buah, warna serta sifat-sifatnya.
25
Melon dan semangka hampir sama besar dan bentuknya hendaknya
penggabungan itu jangan melibatkan terlalu banyak kedua macam buah
itu. Variasi besar dan kecil sangat dianjurkan, umpamanya sebuah
semangka, beberapa blimbing dan rambutan serta jambu air. Paduan itu
sangat memperhatikan varian jenis buah dan karakternya, dengan
menjanjikan karakter itu dimaksudkan dapat lebih memperdalam
metrampilan menggambar bermacam-macam sifat-sifat buah.
Kadang-kadang paduan itu mengambil benda-benda yang lain
sebagai llatar belakangnya atau hanya dimaksudkan untuk melengkapi
saja. Guji atau keramik Cina merupakan pelengkap yang amat indah
dapat dipadukan di bagian belakang buah-buahan itu manakala guci itu
lebih tinggi dari susunan buah. Adakalanya kain juga dapat dipadukan
disitu, sebaiknya kain yang disajikan adalah kain dengan sedikit saja
motif atau tanpa motif. Apabila motif yang ada pada kain tersebut sangat
banyak dan njlimet, maka fokus utama yakni buah-buahan itu akan
menjadi benda-benda yang kurang diperhatikan. Penataan kain
diupayakan sedemikian rupa dengan memperhatikan arah lekukanllekuan
dan lipatan. Pada bermacam-macam model lipatan kain itulah
gambar akan dapat menjadi menarik. Gambar benda-benda yang sangat
menarik untuk digambar berkaitan dengan kriya kulit seperti gambar
sepatu, tas, sandal, jaket kulit, topi dan lain sebagainya, contoh
Gb. 4.Tas
26
Gb 5. Sepatu
4) Menggambar flora fauna
Menggambar flora adalah menggambar tumbuh-tumbuhan
sesuai dengan bentuknya yang nantinya diaplikasikan ke kriya
kulit, contoh gambar flora :
Gb.6.Plora
27
Gb 7..Burung
Gb.8
28
Gb.9.
Gb. 10
29
5) Menggambar manusia
Gb 11. Manusia laki-laki
30
Gb.12. Manusia
31
Gb.13. Posisi manusia
6) Membuat nirmana 3 dimensi bentuk geometris dan
organis
32
Gb. 14
Gb. 15. Bidang Giometris
33
Gb. 16. Bidang nongiometris
Gb.17
c. Pengertian Bentuk
Menurut Sahman (1993:29) diungkapkan bahwa yang disebut dengan
bentuk adalah: “Wujud lahiriah/indrawi yang secara langsung
mengungkapkan atau mengobjektivasikan pengalaman batiniah”.
Menurut Read (lewat Soedarso SP,2000:11) dinyatakan bahwa bentuk
mempunyai pengertian Shape berarti bentuk (gatra) sedangkan form
dapat diartikan sebagai wujud. Pengertian ini dapat dijelaskan sebagai
berikut:
Bentuk dari suatu hasil seni tidak lain adalah gatranya, susunanbagian-
bagiannya, demikian pula apabila terdapat dua atau lebih
bagian-bagian yang bergabung menjadi satu akan membentuk
suatu susunan.Tetapi dalam membicarakan bentuk suatu hasil
seni tentu saja yang di maksud adalah bentuk yang khas bentuk
yang dalam beberapa hal mempengaruhi kita.
34
Bentuk dalam hal ini adalah shape, sedangkan dalam strukturnya
kedudukan bentuk sama dengan unsur visual: warna, garis, dan tekstur.
Sementara bagian bentuk mungkin berupa, pohon, binatang, dan
manusia. Kemudian wujud adalah form yaitu: susunan bagian-bagian
aspek visual, dan wujud hasil seni tidak lain adalah bentuk susunan
bagian-bagiannya.
Untuk memahami atau mengerti tentang wujud hasil karya seni
diperlukan penjelasan atau pengemukaan rupa atau bentuk yang
kelihatan tersebut, yang berarti bahwa wujud di sini adalah bagaimana
kita dapat mengemukakan aspek visual yang menyangkut bagian-bagian
yang tersusun dalam sebuah karya.
2. SK : Menggambar ornamen
KD :
Menggambar ornamen, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
dijelaskan bahwa “ Ornamen merupakan hiasan yang dibuat
dengan cara menggambar atau memahat pada candi atau
bangunan” (1995 : 700) Ornamen itu sendiri terdiri atas beberapa
motif hias dimana beberapa dari motif hias tersebut dapat
diidentifikasikan asal motif dari daerah mana yang menunjukan
karakteristik motif itu sendiri, Soepratno (1997 : 11)” Ornamen itu
sendiri terdiri dari beberapa jenis motif dan motif itulah yang
digunakan sebagai penghias suatu ornamen. Semula ornamenornamen
tersebut berupa garis seperti : garis lurus, garis
lengkung, garis patah, garis miring, garis zigzag, lingkaran dan
sebagainya yang kemudian berkembang menjadi bermacammacam
bentuk yang beraneka ragam coraknya. Jenis motif
dibedakan antara lain :
a. Motif geometris berupa garis lurus, garis patah, garis
sejajar, garis lengkung, lingkaran dan sebagainya
b. Motif naturalistik berupa tumbuh-tumbuhan, binatang,
manusia dan lain sebagainya, Soepratno (1997 : 11)
Mengidentifikasi bahan dan peralatan gambar
Untuk menggambar dengan baik, membutuhkan bahan dan
alat, guna mendukung pelaksanaannya sehingga kita
menghasilkan apa yang kita harapkan. Ada beberapa macam
bahan dan alat pokok yang perlu diketahuai yaitu : Pastel, tinta
cina, cat dengan pelarut air, cat poster, acrylic. Alat
menggambar pensil, kuas, pena, penghapus karet, penggaris,
kertas gambar, palet cat air dan lain-lain.
35
2.1. Menggambar pola ornamen
Hal-hal yang selalu berkaitan dengan ornamen ialah pola dan
motif. Pola yang didalam bahasa Inggris disebut “pattren” ,
bahwa pola ialah penyebaran garis dan warna dalam suatu
bentuk ulangan tertentu. Selanjutnya apabila pola yang telah
diperoleh itu diterapkan atau dijadikan hiasan pada suatu
benda misalnya dengan jalan dipahatkan (contohnya pada
sebuah kursi), maka kedudukannya ialah sebagai ornamen
dari kursi tersebut. Motip yang menjadi pangkal atau pokok
dari suatu pola, dimana setelah motip itu mengalami proses
penyusunan dan ditebarkan secara berulang-ulang akan
memperoleh sebuah pola. Kemudian setelah pola tersebut
diterapkan pada benda lain maka jadilah suatu ornamen,
Gustami (1984 : 7)
Pola ornamen wayang
Gb. 18. Bentuk pola dan barang jadi wayang kulit
Gb. 19. Memola bentuk yang dimaksud
36
Gb. 20. Menggunting pola
2.2. Membuat eksperimen warna primer, skunder, tersier dan
gradasi warna untuk membentuk keindahan ornamen
Pengertian Warna
Warna dalam seni rupa dapat mengekspresikan senang, susah gembira
dan lain-lain, yang lebih di kenal dengan simbolisasi dari warna atau
warna dijadikan simbol untuk mengungkapkan perasaannya misalnya:
warna merah berarti berani dan putih berarti suci dalam simbol bendera
kebangsaan Indonesia. Seperti yang diungkapkan oleh Read (Terj.
Soedarso SP,2000:25) bahwa:
Dalam cara ini warna dimanfaatkan untuk kepentingan simbolis.
Seorang anak misalnya: sekiranya ia berkesempatan untuk
memilih warna selalu akan melukis pohon dengan warna hijau,
gunung berapi merah, dan langit dengan biru, sekalipun kita tahu
bahwa pohon bisa saja berwarna coklat, gunung berapi hitam dan
langit-langit kadang-kadang berwarna abu-abu.
Dalam hal ini Sidik dan Prayitno (1981:10) menjelaskan tentang batasan
mengenai warna sebagai berikut:
1) Warna menurut ilmu fisika adalah kesan yang ditimbulkan oleh
cahaya pada mata.
2) Warna menurut ilmu bahan adalah berupa pigmen. Pigmen utama
adalah merah, kuning, biru, dan bila dua warna dicampur
menghasilkan warna sekunder.
Warna dapat digunakan untuk sampai pada kesesuaian dengan
kenyataan objek yang akan dilukis seperti pelukis realis dan naturalis,
dan ada beberapa pelukis menerapkan warna sebagai warna itu sendiri
tidak demi bentuk untuk pengekspresiannya. Peranan utama dalam
37
warna adalah sejauh mana warna tersebut dapat mempengaruhi mata
sehingga getaran-getarannya dapat membangkitkan emosi penikmatnya.
Peranan warna dalam seni rupa memang sangatlah esensial. Dalam hal
ini warna dapat menyatakan berbagai maksud dan tujuan yang diinginkan
oleh perupa, sehingga apa yang diinginkan atau dipikirkan dapat terwakili
oleh warna tersebut..
Jenis warna, antara lain .
1) Warna primer (warna dasar), seperti kuning (yellow), biru (cyan blue),
dan merah (magenta red).
2) Warna sekunder, seperti hijau, jingga, dan unggu (violet).
3) Warna tersier, yaitu warna campuran lebih dari dua warna (campuran
warna primer dengan sekunder atau sekunder dengan sekunder).
Misalnya, warna merah kejinggaan, hijau kekuningan, merah
keunguan, jingga kekuningan, biru kehijauan, dan ungu kebiruan.
3) Warna netral ialah warna sumber putih dan warna tidak bersinar atau
gelap (hitam).
.Gradasi warna menurut tingkatan warna yaitu :
1) Hue adalah macam warna dalam satu jenis warna. Misalnya, jenis
warna merah memiliki bermacam-macam, seperti merah darah,
merah jambu, merah rose, merah hati, merah jernih, dan merah
jingga.
2) Gelap terang (value) adalah tingkat gelap terangnya warna. Warna
paling terang ialah putih. Warna paling gelap adalah hitam.
3) Intensitas warna (intensity) atau kua-litas warna adalah tingkat
kecerahan dan kemuraman warna. Warna cerah adalah cerah
bersinar (spot light) dan warna muram ialah warna kusam atau tidak
bersinar.
4) Kontras (contras) adalah j aj aran dua warna atau lebih yang sangat
ber-beda hue.
4) Komplementer (complement) adalah dua warna yang berhadapan
5) dalam peta warna.
Contoh: merah >< hijau biru >< jingga kuning >< ungu
6) Monokrom (monocrome) adalah warna yang memiliki kesamaan hue
atau warna sejenis (sekeluarga). Warna yang memiliki kesamaan
hue, misalnya keluarga warna merah, terdiri atas warna merah hitam,
merah cokelat, merah gelap, merah jernih (primer), merah muda,
merah jambu, merah jambu muda, dan merah jambu keputihan.
7) Monoton (monotone) adalah warna yang memiliki nuansa sama
(senada), misalnya warna-warna gelap, meliputi cokelat, hijau tua,
biru naptul atau tua, dan kelabu gelap. Warna terang meliputi krem,
kelabu, kuning gading (muda), jambu (pink), biru laut, dan hijau
pupus.
38
8) Warna bertetangga atau berdekatan (analog) adalah warna yang
tidak kontras, tidak komplementer, dan apabila dicampur menjadi
warna yang bagus atau
monokrom, Sukimin, (2005 : 34-36)
2.4. Membuat finising gambar sesuai dengan pola motif
Gb. 21.Menatah pola yang telah dibuat , bisa juga dengan
cara digores, ( Sumber, Gunarto, 1980 : 46)
Gb.22. Menghaluskan bidang kulit yang telah selesai ditatah
, ( Sumber, Gunarto, 1980 : 46)
39
Gb.23. Memberi isian pada tiap-tiap sunggingan dan bentuk
bagian muka wayang, ( Sumber, Gunarto, 1980 : 46)
Gb. 24. Memasang bagian tangan yang dapat digerakan
, ( Sumber, Gunarto, 1980 : 46)
40
Gb.25.Memasang kerangka bagian badan
, ( Sumber, Gunarto, 1980 : 46)
Gb. 26.Memasang tangkai bagian tangan
, ( Sumber, Gunarto, 1980 : 47)
41
Gb. 27. Barang yang telah selesai dibuat
, ( Sumber, Gunarto, 1980 : 47)
3. SK : Membuat, membaca, dan memahami gambar teknik
KD :
3.1. Memahami konsep gambar teknik
Gambar teknik merupakan suatu gambar yang pada intinya
menyangkut masalah metode/cara menggambar dirancang
sedemikian rupa, biasanya digunakan dalam dunia arstektur yaitu
dalam pembuatan suatu bangunan, arstek harus paham dengan
gambar teknik lengkap dengan penghitungan-penghitungan secara
detail. Dihubungkan dengan seni kerajinan yaitu keriya kulit
digunakan untuk merancang dan mencipta kerajinan dengan
menggunakan perhitungan yang matang.
42
3.2. Menggambar proyeksi
Proyeksi adalah ilmu yang mempelajari cara penggambaran titik,
garis, bidang maupun benda-benda dalam sebuah ruang dan mengetahui
letak benda maupun ukuran-ukurannya.
Ilmu proyeksi sangat diperlukan dalam pekerjaan-pekerjaan
perbengkelan yang membutuhkan gambar kerja yang rinci, teknis dan
informatif, seperti gambar kerja furniture/mebel, perancangan ruang
maupun perancangan desain produk.
Di dalam ilmu proyeksi dipelajari cara menggambarkan
penampang benda dilihat dari beberapa sisi beserta ukuran sebenarnya
pada gambar.
Dalam diktat ini akan dibahas secara sistematis mulai dari proyeksi titik,
garis, bidang dan benda bervolume dari berbagai arah pandangan bidang
datar atau Bidang Proyeksi.
Ilmu proyeksi dapat kita pelajari dalam dua cara, yakni cara Eropa dan
Cara Amerika. Yang kita pelajari nanti adalah Cara Eropa karena relatif
lebih mudah dipahami.
B. BIDANG PROYEKSI
Untuk menggambarkan benda-benda secara Proyeksi, kita
mempergunakan bidang - bidang datar yang disebut Bidang Proyeksi.
Disini kita menggunakan tiga bidang proyeksi yakni:
1. Bidang Proyeksi I : Bidang mendatar
2. Bidang Proyeksi II: Bidang yang tegak lurus dengan Bidang
Proyeksi I
3. Bidang Proyeksi III: Bidang yang tegak lurus dengan Bidang
Proyeksi Idan tegak Lurus dengan Bidang Proyeksi II
4. Bidang Proyeksi I : Bidang mendatar (letak paling bawah)
5. Bidang Proyeksi II : Bidang Proyeksi I
6. Bidang Proyeksi III : Bidang Proyeksi I dan 1 Bidang Proyeksi II
Gb. 27. Bidang-bidang Proyeksi dalam bentuk Perspektif
43
Bidang I, II, III masing-masing berpotongan pada suatu garis yang
disebut SUMBU-SUMBU PROYEKSI yaitu:
- sumbu O-X, adalah perpotongan antara Bidang I dan Bidang II
- sumbu O-Y, adalah perpotongan antara Bidang II dan Bidang
III
- sumbu O_Z, adalah perpotongan antara Bidang I dan Bidang
III
Titik 0 adalah pertemuan antara ke tiga sumbu tersebut.
Proyeksi titik
Untuk memperjelas teori proyeksi, berikut akan dijelaskan bidang
proyeksi titik terlebih dahulu. Ini berarti kita mencari dimana letak titik
pada ruang itu dan bagaimana penggambaran proyeksinya pada bidang
I, II dan III
Gb.28.Titik pada ruang
Dari gambar di atas tampak P adalah titik yang terletak pada
ruang
P 1 proyeksi titik P di bidang I
P 2 proyeksi titik P di bidang II
P 3 proyeksi titik P di bidang III
Kemudian bidang diatas dibentangkan datar untuk dapat tergambar
proyeksi titik tersebut dalam bidang datar. Sehingga terlihat seperti
gambar berikut ini.
44
Gb.29. Titik dalam bidang proyeksi
PERSPEKTIF
Perspektif berasal dari kata bahasa italic "Prospettiva yang berarti
gambar pandangan. Konstruksi perspektif memungkinkan kita untuk
menggambarkan sebuah benda , obyek, atau ruang secara nyata diatas
sebuah bidang datar (bidang gambar). Dan dalam mempelajari ilmu
perspektif tentu tidak lepas dari penggambaran dalam bidang datar. Ilmu
Perspektif dikenal juga dengan ilmu melihat (doorizh kunde), sehingga
penggambaran perspektif pada dasarnya merupakan sebuah cara untuk
menginterpretasikan dunia visual diatas bidang linier/datar.
KEGUNAAN ILMU PERSPEKTIF
Gambar perspektif menjadi sesuatu yang penting dalam semua
bidang ilmu yang menggunakan gambar sebagai media. Dalam bidang
arsitektur dan interior ilmu Perspektif menjadi hal yang harus -dikuasai
untuk dapat memberikan gambar dan ide dalam visualisasi perencanaan
kerja yang jelas.
Pada Pendidikan di tingkat Menengah, ilmu ini juga dipelajari
dalam bidang ilmu Matematika dalam pembahasan bangun dan ruang,
tentu ini sangat bermanfaat untuk mempelajari interpretasi terhadap
sebuah bentuk ruang dan dari sudut mana bentuk itu dipandang. Pada
awalnya buku pelajaran pertama mengenai perspektif dutulis oleh Piero
defli Franceschi (1420-1492) oleh seorang pelukis dan ahli matematika
yang kemudian dilanjutkan oleh Leonardo Da Vinci (1499) dengan
bukunya De Devina Proportione. Hal tersebut juga membuktikan bahwa
ilmu perspektif bukanlah ilmu teknis semata, akan tetapi menjadi acuan
awal bagi pelukis-pelukis kenamaan di dunia semenjak Renaisance,
Rokoko sampai sekarang. Bahkan Leonardo Da Vinci pada sebuah
tulisannya I menyebutkan " Perspective is of such a nature thai it makes
what is flat appear in relief, and-what is ini relief appear flat". \ Kenapa
perspektif juga penting bagi bidang seni rupa khususnya kriya kulit,
karena ilmu ini akan bermanfaat dalam kemampuan dasar menangkap
obyek untuk seorang calon perupa/pengrajin. Perspektif juga penting
45
dalam kriya kulit, dalam kriya kulit perspektif berguna untuk menentukan
besar kecil, kemudian menentukan pemilihan bentuk kerajinan yang
sesusai dengan rencana, juga mengenai warna (kekaburannya), ini
banyak berguna bagi lukisan realis dan naturalis. Untuk dekoratif
terkadang perspektif diterapkan dengan penggambaran keatas, posisi
yang jauh ada di atasnya tanpa membuat perbedaan besar bentuk
lukisannya. (dalam lukisan Bali tradisional, wayang beber dsb).
Hal tersebut menunjukkan bahwa perspektif menjadi hal yang ingin
diungkapkan dalam karya lukisan meskipun tidak terukur dengan detail.
MENGGAMBAR PERSPEKTIF
Perspektif dalam hal ini dibagi menjadi 2 hal yang mendasar, (1) gambar
perspektif terukur (2) perspektif tidak terukur/ gambar tangan
(1) Perspektif terukur digunakan dalam gambar kerja yang membutuhkan
ketepatan ukuran untuk dipakaidalam mengartikan suatu bentuk
benda atau obyek yang akurat. Untuk itu diperlukan alat-alat gambar,
skala-skala ukuran yang diambil langsung dari gambar
rencana.(biasanya dari gambar proyeksi).
(2) Perspektif tidak terukur/gambar tangan biasanya dipakai untuk
menjelaskan gambar. Kedudukan obyek biasanya didapat dari system
kira-kira atau tebak dengan perkiraan yang hampir tepat sehingga
tetap terbaca dengan jelas meski tidak dengan ukuran yang tepat dan
akurat. Menggambar Perspektif pada dasarnya mengambar apa yang
kita lihat dengan benar, dan hasil gambar itu bisa
mengkomunikasikan bentuk yang sama dengan seperti apa yang
dilihat oleh mata kita.
Ketika kita melihat pada suatu obyek, rnaka kita akan menangkap
banyak hal dari obyek tersebut, dari bentuknya, warna, ukuran dan
banyak hal. Akan tetapi kita tidak dapat menginformasikannya secara
keseluruhan obyek dalam satu gambar saja. Sebuah obyek yang sama.
akan terlihat berbeda tergantung dari sudut mana obyek itu dilihat.
Perhatikan ilustrasi dibawah ini.
46
Gb.30. Sudut Pandang berbeda
Dari apa yang tergambar diatas dapat dilihat bahwa bentuk obyek
dalam penggambaran akan berbeda tergantung dari sudut mana obyek
tersebut dilihat. Dilihat dari sudutnya sudut dimana sebuah obyek
dipandang melalui bidang gambar merupakan factor yang sangat penting
dalam menentukan metode penggambaran pandangan perspektif
Lampiran A
A1
DAFTAR PUSTAKA
Aller Doris, Sunset Leather Craft Book. Lone Publishing Co, Menlo Park,
California.
Anonimous, 1962, Penggunaan dari Kulit Tersamak. Balai Penelitian dan
Pengembangan Industri Barang Kulit, Karet, dan Plastik,
Yogyakarta..
Balai Penelitian Kulit Yogyakarta, 1980, Teknik-Teknik Menyamak Nabati
Kulit Sol, Balai Penelitian Kulit Yogyakarta, Indonesia
California: Lane Books1993/1994. Desain Kerajinan Kulit
.
Dahar Prize, Kerajinan Kulit, Penerbit Effhar O’ffset, Semarang
Departemen Pendidikan Nasional, 2005, Membuat Potongan Komponen
Kulit Dengan Tangan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan Direktorat Jendral manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah
Dome David. Easy-To-Do Leathercraft Projects, with Full-size Templates.
Dover Publication, Inc. New York. 1976
Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, 1979, Pengetahuan
Teknologi
Dwi Asdono Basuki. 1991. Tekitologi Sepatu II. Yogyakarta
AkademiTeknologi Kulit. Yogyakarta.
Eddy Purnomo,2002, Penyamakan Kulit Ikan Pari, Kanisius, Yogyakarta
Fred W. Zimmerman. 1975
Gunarto G. Sugiyono, 1979, Pengetahuan Teknologi Kerajinan Kulit.
Direktorat Menengah Kejuruan, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Haryanto,S, 1991, Seni Kriya Wayang Kulit “Seni Rupa Tatahan dan
Sunggingan, Penerbit PT.Pustaka Utama Grafiti
Lattief Abdul, Iswari Diah,2005 Membuat Sandal dan Sepatu Santai
Untuk Wirausaha, puspa Swara Jakarta
Laszlo Vass & Magda Molnar, Herrenschuhe Handgearbeitet, Konemann
Lampiran A
A2
Maria M. di Valentin, Leathercraft, Collier Books, Division Of Macmillan
Publishing Co, Inc, New York
Mulyono Jodoamodjojo, 1984,Teknik Penyamakan Kulit Untuk Pedesaan,
Penerbit Angkasa Bandung.
Meilach Dona Z, 1979, Contenporary Leather, Art and Accessories Tools
and Tekniques, Henry Regnery Company, Chicago.
Osborne Richard, 1985 ,Kerajinnn Kulit, Ketrampilan Membuat Barang
Kulit. Dahara Prize, Semarang.
Prasidha Adhikriya PT, 1995,Desain Kerajinan Kulit, Petunjuk
Ketrampilan Industri Kerajinan Kulit. Direktorat Pendidikan
Menengah Kejuruan, Proyek peningkatan Pendidikan Kejuruan Non
Teknis II, Jakarta.
Pusat Pelayanan Promosi, 1980.Pengawetan Kulit Mentah untuk Industri
Rumah Tangga. BIPIK, Bagian Proyek Sandang dan Kulit,
Direktorat industri kecil, Departemen Perindustrian
Richard Osborne,Things To Make With Leather Techniques & Projects,
Lane Books. Menlo Park, California
Saraswati, 1986, Seni Mengempa Kulit, Penerbit Bhatara Karya Aksara,
Jakarta
Sagio, Samsugi, 1991,Wayang kulit gagrag Yogyakarta, Morfologi,
Tatahan, Sung- gingan dan Teknik Pembuatannya. CV Haji
Masagung, Jakarta
Soedjono,2000, Berkreasi Dengan Kulit, Penerbit PT.Remaja Rosdakarya
Bandung
Soejoto R, . 1959, Buku Penuntun tentang Penyainakan Kulit. Balai
Penyidikan Kulit, Yogyakarta.
Soehatmanto RM. Memperhatikan Wayang Kulit Purwa, sebagai bagian
Sent Rupa Indonesia. Pidato Dies Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia
"ASRI" XX, Yogyakarta. 1970.
Soemitro Djojowidagdo. Aspek Teknologis Penggunaan Kulit Hewan dan
Proses Pembuatan Wayang Kulit. Lembaga Javanologi "Panunggalan",
Yogyakarta. 1986.
Suardana I Wayan, 2004, Kerajinan Kulit,1 dan 2, Diktat Pend,Seni Rupa
FBS UNY
Surya Alam, 2001, Ketrampilan Kulit Tersamak, Aneka Ilmu,Semarang
Lampiran A
A3
Sunarto. Wayang Kulit PurwaGaya Yogyakarta. Balai Pustaka, Jakarta.
1989.
————-. Mengenal Tatah Sungging Kulit. Departemen Pendidikan dan
Ke-budayaan, Proyek Peningkatan Pengembangan Institut Seni
Indonesia, Yogyakarta. 1986.
—————. Pengantar Pengetahuan Bahan dan Teknik Kriya Minat
Utama Kriya Kulit. Jurusan Kriya, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni
Indonesia, Yogyakarta. 1996.
Sukimin. Edy Sutandur, 2005, Kesenian Seni Rupa dan Desain, PT.Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri, Solo
Sylvia Grainger, Leatherwork, J.B. Lippincott Company/ Philadelphia And
New York
Tim Bengkel Kulit,1999/2000, Program Keahlian Kria Kulit, Departemen
Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan
Menengah Pusat Pengembangan Penataran Guru Kesenian
W.A. Attwater, 1981, The Technique Of Leathercraft, B.T. Batsford Ltd,
London
Wiyono Ign, Soedjono, 1983, Kerajinan Kulit, Penerbit Nur Cahaya
Yogyakarta
Willcox Donald. Modem Leather Design. Wistson-Guptill Publication, New
York, Pitman Publishing, London. 1975.
Riikn Katalog Mesin Persepatuan. \ 990/1 991. Yogyakarta. BBKKP
Lampiran A
A4
Biodata Penulis
I Wayan Suardana, Lahir di Bali, 31 Desember 1961, Lulus Sarjana
FSRD ISI Yogyakarta Tahun 1988. Lulus Magister Seni Murni ITB
Bandung Tahun 2001. Sampai sekarang sebagai Staf Pengajar Jurusan
Seni Rupa Fakultas Bahasa Dan Seni UNY
Lampiran B
B1
Daftar Istilah/ Glossary
A
Acuan, Cetakan kaki, Las: Cetakan tiga dimensi menyerupai bentuk
kaki yang dijadikan acuan/ cetakan dalam pembuatan alas kaki.
Atasan, bagian atas alas Kaki: Seluruh bagian atas alas kaki yang
biasanya terdiri dari beberapa bentuk pola yang disatukan.
B
Balesi: yaitu garis hitam untuk menghias bentuk sunggingan pada tepi
warna dan menhias bludiran.
C
Cacat Material Kulit : Kerusakan yang terjadi pada material kulit dalam
segala jenis dan bentuknya.
Corekan: berfungsi untuk nyorek yaitu menggambar diatas kulit
perkamen dengan cara menguratkan coretan tersebut.
D
Daftar Bundel kerja: Daftar bahan-bahan yang akan diproduksi,
bersama spesifikasi dan jumlahnya, yang diberikan kepada operator yang
bersangkutan.
Drenjem: Proses pembuatan titik-titik atau garis titik-titik pada ornamen
patran atau mas-masan
F
Fatliquoring: Obat penyamakan chrome dengan sabun dan minyak agar
kulit menjadi lemas atau lentur/elastis dan kuat.
G
Ganden: Palu kayu sebagai alat pemukul yang digunakan dalam proses
pemahatan kulit.
Gapit: Benda yang terbuat dari tanduk binatang sebagai pegangan pada
wayang kulit yang di bentuk disesuaikan dengan bentuk wayang.
K
Kulit : Material kulit alami yang diambil dari berbagai jenis kulit binatang.
Konstruksi alas kaki, sepatu/sandal: Pilihan jenis struktur/konstruksi
yang memperkuat dan membentuk sebuah alas kaki.
M
Malam: Bahan yang degunakan untuk melicinkan mata pahat sebelum
digunakan memahat agar mata pahat mudah dicabut dari kulit
Lampiran B
B2
Manual dengan Tangan: Proses produksi sederhana dengan alat
tangan (tidak menggunakan mesin-mesin berat).
Masinal dengan Mesin: Proses produksi yang menggunakan alat Bantu
mesin-mesin berat bertenaga listrik.
Melubang: Melubang merupakan proses pemberian lubang pada bagian
yang dijahit yaitu menggunakan proses pemberian lubang pada bagian
yang dijahit yaitu menggunakan jahit tangan atau menggunakan mesin
jahit (tanpa melubangi).
Membentuk Sepatu(alas kaki): Membentuk bagian atas dan midsole
alas kaki menggunakan cetakan khusus kaki (last)
Mencawi: yaitu menghias warna-warna sunggingan.
Mengerok: Proses pembersihan kulit dari daging yang masih tersisa
sampai kulit kelihatan bersih dan transparan.
Menjahit: Proses menyatukan dua bidang komponen lunak
menggunakanbenang dan jarum.
Menyeset, Menyisit: Proses menipiskan bidang pinggir material kulit
yang dilakukan sebelum kulit dilipat dan atau disambungkan.
Mencetak: Proses membentuk sebuah permukaan menjadi bentuk
tertentu dengan alat bantu cetakan dan mesin cetak.
N
Nyaweni (cawen): yaitu proses garis sejajar rapi mengikuti bentuk
pahatan
P
Panduk: Sering juga dinamakan pandukan yaitu alat yang fungsinya
sebagai alas atau landasan pada waktu memahat.
Penthengan: Alat ini terbuat dari kayu bulat berbentuk segi empat dapat
juga dari bambu. Fungsinya untuk merentangkan kulit dalam proses
pengeringan
Penyelesaian: Proses akhir dalam produksi ditujukan untuk
menyempurnakan bentuk yang dibuat.
Perkamen: Kulit mentah yang sudah dalam keadaan kering dan
digunakan untuk pembuatan wayang, kap lampu, penyekat, kipas, bedug,
dsb.
Pethel: Adalah kapak kecil yang digunakan untuk menipiskan
(mengerok) kulit
Pola Dasar: Pola dalam bentuk terentu yang dijadikan acuan dalam
pemotongan bagian-bagian material kulit dan sejenisnya.
Produk Alas Kaki Kulit: Produk yang digunakan sebagai alas kaki dan
terbuat sebagian atau seluruhnya dari kulit, dan tidak terbatas pada
sendal dan sepatu.
Produk Kulit non Alas Kaki, non busana: Produk pakai yang terbuat
dari kulit namum tidak termasuk produk alas kaki dan busana (baju dan
celamna) termasuk dan tidak terbatas pada tas dan dompet.
Lampiran B
B3
Prototip, sample: Produk contoh pertama dalam industri kulit biasanya
dibuat oleh seorang sample maker dan desainer.
S
Split: Kulit jadi dari sapi, kuda, kerbau, domba, kambing yang dibelah
dengan mesin belah yang menghasilkan 2 bagian atau lebih.
Standar Nasional Indonesia (SNI): Standar kerja atau produksi yang
secara resmi teklah disetujui dan mendapat sertifikasi SNI
Surat Perintah Kerja: Surat perintah pengerjaan yang biasanya
disertakan bersama bundle pekerjaan dan diserahkan kepada operator
yang bersangkutan.
Sungging: Proses memperindah bentuk-bentuk tatahan pada suatu
karya kulit perkamen. Menyungging ini merupakan pemberian warna dari
warna muda hingga warna tua atau warna gradasi.
T
Tindhih: Alat ini biasanya berupa besi fungsinya utuk menindih kulit agar
permukaannya menenpel pada panduk.
U
Uncek: Sebagai pelubang kulit sekaligus sebagai alat gambar dalam
proses pengerjaan kulit.
Lampiran C
C1
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR GAMBAR
BAB Keterangan
I Gambar 1. Penampang Kulit
Gambar 2. Sketsa bagian-bagian kulit
Gambar 1 Model huruf
Gambar 2. Perbandingan huruf
Gambar 3. Monogram
Gambar 4. Tas
Gambar 5 . Sepatu
Gambar 6. Plora
Gambar 7. Kambing
Gambar 8. Kerbau
Gamhar 9. Manusia laki-laki
Gambar 10. Manusia
Gambar 11. Nirmana 3 demensi
Gambar 12. Bidang geometris
Gambar 13. Bidang nongiometris
Gambar 14. Trimatra
Gambar 15. Bentuk pola dan barang jadi kulit
Gambar 16 . Memola bentuk yang dimaksud
Gambar 17. Menggunting pola
Gambar 18. Menatah pola
Cambar 19. Menghaluskan bidang kulit.
Gambar 20. Memberi isian pada tiap sunggingan dan
bentuk bagian muka wayang
Gambar 21 . Memasang bagian tangan yang dapat
digerakan
Gambar 22. Memasang tangkai bagian tangan
Gamb ar24 . Barang yang telah selesai dibuat
Gambar 25. Bidbentuk perspektif bidang-bidang proyeksi
dalam dalam bentuk perspektif
Gambar 26. Gambar titik pada ruang
Gambar 27. Gambar titik dalam bidang proyeksi
Gambar 28. Sudut pandang berbeda
Gambar 1. Model sepatu
Gambar 2. Kulit samak krom
Gambar 3. Kulit buaya
Gambar 4. Atasan sepatu
Gambar 5. Kulit sapi
Lampiran C
C2
Gambar 6. Strutur kulit
Gambar 7. Lem kentang
Gambar 8. Tang zwicken
Gambar 9. Paku pembentukan sepatu
Gambar 10. Catut
Gambar 11. Pukul besi
Gambar 12. Bahan untuk sol dalam dan penguat sepatu
Gambar 13. Pisau potong dan alat penajam pisau
Gambar 14. Memola bahan sol bagian dalam
Gambar 15. Memotong bahan sol bagian dalam
Gambar 17. Meratakan bahan sol dalam dengan
pecahan kaca
Gambar 18. Menempel bahan sol dalam pada acuan
sepatu
Gambar 19. Memotong sol dalam sesuai acuan.
Gambar 20. Sepatu model derby
Gambar 21. Bagian vamp sepatu
Gambar 18. Sesetan miring
Gambar 21. Sesetan datar
Gambar 22. Sesetan cekung
Gambar 23. Sesetan miring tipis
Gambar 24. Bagian quarter
Gambar 25. Bagian seset miring/tipis dan rata untuk
lipatan
Gambar 26. Bagian seset miring /tebal
Gambar 27. Bagian seset miring/tebal bagian belakang
Gambar 28. Bagian seset miring/tebal pencetakan
bagian atas sepatu
Gambar 29. Seset miring/tipis melipat dibagian quarter
Gambar 30. Penguat sepatu
Gambar 31. Cetakan penguat sepatu
Gambar 32. Menyeset bahan penguat belakang
Gambar 33. Mengeringkan penguat sepatu
Gambar 34. Cetakan penguat belakang sepatu
Gambar 35. Penguat/pengeras yang telah tercetak
Gambar 36. Atasan sepatu
Gambar 37. Memasang sol dalam
Gambar 38. Memasang atasan sepatu
Gambar 39. Memasang penguat belakang
Gambar 40. Menaburi bedak
Gambar 42. Zwicken dasar awal
Gambar 43. Zwicken dasar lanjutan
Gambar 44. Zwicken lanjutan
Lampiran C
C3
Gambar 45. Memasang sisa lipatan
Gambar 46. Membengkokan paku dengan palu besi
Gambar 47. Mengopen lapis depan
Gambar 48. Memasang penguat depan
Gambar 49. Memplastiskan bentuk
Gambar 50. Pita dipotong dengan sudut 45 derajat
bahan-bahan yang dijahityaitu atasan sol
Gambar 54. Pita (rahmen)
Gambar 55. Alat pelubang jahit pita (tengah)
Gambar 56. Benang pechdraht
Gambar 57. Melapisi benang dengan lilin/malam
Gambar 58. Bahan pembuat lilin/malam
Gambar 59. Tatah kulit perkamen
Gambar 60. Benang jahit pita
Gambar 61. Jahit pita (rahmen) mulai dari batas hak
depan
Gambar 62. Menarik jarum dengan catut
Gambar 63. Menjahit pita sepatu
Gambar 64. Meratakan material dari atasan dan pita
Gambar 65. Memukul permukaan insol, pita dan benang
jahitan
Gambar 66. Meluruskan pita dengan tang zwichen
Gambar 67. Memadatkan pita dengan pisau tulang
Gambar 68. Corekan
Gambar 69. Pahat bubukan putren
Pahat bubukan bambangan
Pahat bubukan gagahan
Gambar 70. Paku pasak/nagel
Gambar 71. Membuat lubang pasak
Gambar 72. Memotong kelebhan pita
Gambar 73. Memaku pasak lanjutan
Gambar 74. Kulit untuk hiasan sepatu
Gambar 75. Proses merapikan potongan kulit
Gambar 76. Potongan kulit untuk hiasan
Gambar 77. Memotong kulit dengan alat potong hias
Gambar 78. Membuat lubang variasi
Gambar 79. Potongan kulit yang sudah di seset
Gambar 80. Perakitan, mengukur dan melubangi
Gambar 81. Menjahit
Gambar 82. Posisi tangan saat menjahit
Gambar 83. Posisi jarum mesin jahit saat menjahit
Gambar 84. Menjahit bagian pinggir
Gambar 85. Mengontrol bagian dalam kulit
Lampiran C
C4
Gambar 86. Pembuatan lu hiasan
Gambar 87. Bagian atas sepatu
Gambar 88. Pembuatan alas bawah
Gambar 89. Melubangi bagian bawah untuk di paku
Gambar 90. Melubangi, memberi pasak dan
menyeset/meratakan
Gambar 91. Merapikan bagian bawah sepatu
Gambar 92. Pemberian warna bagian bawah sepatu
Gambar 93. Proses menghaluskan bagian bawah sepatu
Gambar 94. Penempatan acuan untuk mencari ukuran
Gambar 95. Acuan
Gambar 96. Meratakan bagian dalam sepatu
Gambar 1 Jenis-jenis sesetan
Gambar 2. Seset tradisional
Gambar 3. Pisau seset biasa
Gambar 4 Pisau seset modern
Gambar 5 Pisau seset safety beveler atau skife
Gambar 6 Pisau seset berbentuk ketam
Gambar 7 Penyesetan dengan pisau seset biasa
Gambar 8 Penyesetan dengan skife
Gambar 9. Penyesetan dengan skife (pisau ditarik ke
arah tubuh)
Gambar 10 Seset lurus
Gambar 11 Seset datar
Gambar 12 Seset miring
Gambar 13 Seset cekung
Gambar Mesin seset
Gambar 14 Sesetan datar
Gambar 15 Sesetan miring
Gambar 16 Sesetan alur
Gambar 17 Penjepit atau kuda-kuda
Gambar 18 Rader atau plong
Gambar 19 Penggaris dan jangka
Gambar 20 Memberi tanda tusukan
Gambar 21 Melubangi kulit mengikuti tanda tusukan
Gambar 22 Memasukan benang pada jarum
Gambar 23 Posisi benang pada jarum
Gambar 24 Uncek pipih
Gambar 25 Posisi uncek
Gambar 26 Posisi benang
Gambar 27 Posisi lubang
Gambar 28 Posisi jarum dengan benang
Gambar 29 Posisi benang seimbang
Lampiran C
C5
Gambar Posisi tegak lurus
Gambar Posisi arah jahitan
Gambar Posisi mengunci benang
Gambar Contoh penjahitan manual
Gambar Mencorek lurus dan melingkar.
Gambar Langgat lurus calon srunen
Gambar Memahat inten srunen
Gambar Penegasan Garis pola
Gambar Pemahatan Wayang
Gambar Pemahatan dengan pahat diisi malam
Gambar Aneka pahatan
Gambar Aneka ukiran untuk asesoris
Gambar Tokoh wayang tatahan belum belum
diwarna
Gambar Gunungan tatahan perkamen
Gambar Sket tokoh wayang 1
Gambar Sket tokoh wayang 2
Gambar Proses 1,2,3,4,5 teknik sungging motif
tlacapan
Gambar Proses 1,2,3,4 teknik sungging motif
Sawutan
Gambar Mewarna dasar
Gambar Mewarna Emas
Gambar Mewarna putih
Gambar Gradasi Merah
Gambar Mewarna gradasi hijau
Gambar Mewarna gradasi jingga
Gambar Mewarna gradasi warna biru
Gambar Mewarna gradasi warna violet
Gambar Menempel kuwil mas
Gambar Mengolesi perekat kuwil mas
Gambar Menempel kuwil mas
Gambar Mengedus bludiran
Gambar Balesi dan mencawi
Gambar Bayu mangsi
Gambar . Motif Sunggingan Tlacapan
Gambar motif Sunggingan Tlacapan pada wayang
Gambar sketsa Penyekat Ruang (Sketsel
Gambar sketsa Jam Dinding
Gambar sketsa Lampu Gantung
Gambar Pemindahan Pola dari Kertas Karton ke
Kertas Kalkir
Gambar Pola pada Kulit Perkamen
Lampiran C
C6
Gambar Peralatan Sungging.
Gambar Peralatan Finishing Akhi
Gambar Proses Penghalusan kulit perkamen
Gambar Proses Finishing Akhir
Gambar Tanduk Kerbau
Gambar Macam alat pembuat tangkai
Gambar gergaji gawangan
Gambar pisau penyisik dan penyerut
Gambar Patar grigi
Gambar Bu Erek
Gambar Tanduk yang sudah dibelah
Gambar patar cembung
Gambar penyerut gapit
Gambar Kompor pelurus gapit
Gambar Amplas kain dan Daun amplas
Gambar Air pendingin gapit
Gambar Suasana penyertiran tanduk
Gambar Tanduk
Gambar Gapit
Gambar Gambar 187. Potongan-potongan gapit
diikat yang nantinya digunakan untuk
asesoris yang kecil-kecil
Gambar Gambar 188. Gapit, sudah siap untuk di
gunakan, ada gapit berwarna hitam, putih,
coklat, tergantung jenis sapi/kerbau yang
digunakan.
Gambar Gambar 189. Penghaluskan Gapit, dengan
cara dilap berkali-kali, kemudian dipanaskan
lagi dan seterusnya.
Gambar Gambar 190. Gapit, dengan warna
kecoklatan ditengah-tengahnya terdapat
garis kehitam-hitaman.
Gambar Gambar 191. Gapit yang sudah dibelah,
biasanya disesuaikan dengan tokoh yang
diharapkan, masing-masing tokoh wayang
berbeda-beda.
Gambar Gambar 192. Ujung pentolan gapit,
gunanya untuk gapit wayang dan
memudahkan untuk mengikatnya.
Gambar Pemanasan apit dengan menggunakan
lampu, untuk melemaskan gapit supaya
dengan mudah untuk dibentuk
menggunakan tanduk.
Gambar Membentuk gapit dengan menyesuaikan
Lampiran C
C7
bentuk dan karakter wayang
Gambar Melubangi bagian gapit, guna proses
perakitan
Gambar Memberi tali pada gapit yang kemudian
disesuaikan dengan wayang/tokoh yang
dikehendaki
Gambar Pemasangan gapit pada wayang, dilakukan
dengan sangat hati-hati, sebab kadangkadang
gapit sangat kaku dan sulit untuk
diolah.
Gambar Pemanasan gapit dilakukan untuk
membentuk posisi wayang yang akan diisi
gapit, supaya sesuai dengan tokoh yang
dikehendaki.
Gambar Perakitan, wayang dengan gapit secara ber
ulang-ulang dipanasi untuk mendapatkan
hasil sesuai dengan bentuk wayang, kater
jarum dengan benangnya digunakan untuk
merangkai supaya bisa kuat.
Gambar pisau kater, benang lengkap dengan jarum,
juga lem untuk merekatkan
Gambar Posisi tangan pada saat merakit, gapit
dimasukan pada wayang mulai dari bawah
ke atas sampai di atas baru diikat, juga
disisipkan benang untuk penguat.
Gambar Menggapit tangan wayang, sesuai dengan
tokoh yang dikehendaki.
Gambar Kap Lampu Duduk
Gambar Kap Lampu
Gambar Tempat Lilin
Gambar Tempat Lilin dan Kap Lampu
Gambar Pembatas Buku
Gambar Wayang Kulit Belum di Warnai
Gambar Wayang Kulit Sudah di sungging
Gambar Hiasan Dinding
Gambar Mahkota Untuk Tarian Bali Tampak Depan
Gambar Mahkota Untuk Tarian Bali Tampak
Samping
Gambar Sabuk Busana Tarian Bali
Gambar Asisoris Tarian Bali
Lampiran C
CA
0 komentar:
Posting Komentar