____ Baca Baca: Februari 2010 BSE_______welcome
Share |

Minggu, 28 Februari 2010

SMK 10 Teknik Pemeliharaan Dan Perbaikan Sistem Elektronika_peni Html














Peni Handayani, dkk.
TEKNIK
PEMELIHARAAN
DAN PERBAIKAN
SISTEM
ELEKTRONIKA
JILID 1
SMK
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional
Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional
Dilindungi Undang-undang
TEKNIK
PEMELIHARAAN
DAN PERBAIKAN
SISTEM
ELEKTRONIKA
JILID 1
Untuk SMK
Penulis : Peni Handayani
Trisno Yuwono Putro
Perancang Kulit : TIM
Ukuran Buku : 17,6 x 25 cm
Diterbitkan oleh
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional
Tahun 2008
HAN HANDAYANI, Peni
t Teknik Pemeliharaan dan Perbaikan Sistem Elektronika
Jilid 1 untuk SMK /oleh Peni Handayani, Trisno Yuwono Putro ----
Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan,
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah,
Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
vi, 146 hlm
Daftar Pustaka : Lampiran. A
Daftar Vendor : Lampiran. B
Daftar Tabel : Lampiran. C
Daftar Gambar : Lampiran. D
ISBN : 978-979-060-111-6
ISBN : 978-979-060-112-3
KATA SAMBUTAN
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat
dan karunia Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen
Pendidikan Nasional, telah melaksanakan kegiatan penulisan
buku kejuruan sebagai bentuk dari kegiatan pembelian hak cipta
buku teks pelajaran kejuruan bagi siswa SMK. Karena buku-buku
pelajaran kejuruan sangat sulit di dapatkan di pasaran.
Buku teks pelajaran ini telah melalui proses penilaian oleh Badan
Standar Nasional Pendidikan sebagai buku teks pelajaran untuk
SMK dan telah dinyatakan memenuhi syarat kelayakan untuk
digunakan dalam proses pembelajaran melalui Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 45 Tahun 2008 tanggal 15 Agustus
2008.
Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada seluruh penulis yang telah berkenan mengalihkan hak
cipta karyanya kepada Departemen Pendidikan Nasional untuk
digunakan secara luas oleh para pendidik dan peserta didik SMK.
Buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada
Departemen Pendidikan Nasional ini, dapat diunduh (download),
digandakan, dicetak, dialihmediakan, atau difotokopi oleh
masyarakat. Namun untuk penggandaan yang bersifat komersial
harga penjualannya harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan
oleh Pemerintah. Dengan ditayangkan soft copy ini diharapkan
akan lebih memudahkan bagi masyarakat khsusnya para
pendidik dan peserta didik SMK di seluruh Indonesia maupun
sekolah Indonesia yang berada di luar negeri untuk mengakses
dan memanfaatkannya sebagai sumber belajar.
Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini.
Kepada para peserta didik kami ucapkan selamat belajar dan
semoga dapat memanfaatkan buku ini sebaik-baiknya. Kami
menyadari bahwa buku ini masih perlu ditingkatkan mutunya.
Oleh karena itu, saran dan kritik sangat kami harapkan.
Jakarta, 17 Agustus 2008
Direktur Pembinaan SMK
PENGANTAR
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mengalami ketidaknyamanan, misalnya
saat hujan dan harus menyeberang jalan tiba-tiba atap pada jembatan penyeberang
jalan bocor; saat perlu menggunakan telepon umum ternyata telepon
tidak berfungsi karena rusak; saat akan pergi kendaraan kita atau ken-daraan
umum yang kita tumpangi tiba-tiba mogok atau remnya tidak berfungsi, dan
masih banyak lagi masalah yang kita bisa lihat dan rasakan. Hal- tersebut antara
lain karena orang pada umumnya kurang memperhatikan masalah pemeliharaan,
sehingga gangguan kecil pada peralatan yang digunakan tidak terdeteksi.
Gangguan kecil ini jika dibiarkan tentunya akan mempengaruhi kinerja alat
atau sistem secara keseluruhan. Oleh karena itu, pencegahan adalah tindakan
yang tepat. Jika masalah pemeliharaan dan perbaikan ini dapat dikelola dengan
baik akan memberikan manfaat yang besar bagi kita, antara lain: biaya pemeliharaan
dan perbaikan dapat ditekan secara optimal, kegiatan kita tidak terhenti
karena alat rusak, waktu kerja kita menjadi lebih efektif dan efisien, usia alat akan
lebih panjang. Buku ini akan memberikan pengetahuan tentang pengelolaan
masalah pemeliharaan dan perbaikan, masalah kesehatan dan keselamatan kerja,
serta teknik pemeliharaan khususnya untuk peralatan dan sistem elektronika.
Masalah kesehatan dan keselamatan kerja juga merupakan masalah yang tak
kalah penting, karena selain menyangkut keselamatan diri sendri, juga
menyangkut kese;amatan orang lain dan keamanan alat itu sendiri. Masalah ini
dibahas pada bagian akhir bab 1. Pada bab-bab lain, masalah kesehatan dan
keselamatan kerja juga akan disinggung secara langsung jika sangat erat
dengan penggunaan peralatn itu sendiri.
Akhirnya, kami penulis mengucapkan terimakasih kepada editor dan tim penilai
dari BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan), atas sumbang saran yang
telah diberikan kepada kami untuk kesempurnaan tulisan ini.
Ucapan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kami sampaikan
kepada Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktort Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.
Penulis
ii
TEKNIK PEMELIHARAAN DAN
PERBAIKAN PERALATAN DAN SISTEM
ELEKTRONIKA
PRAKATA
DAFTAR ISI
Kata Sambutan Direktur Pembinaan SMK
Kata Pengantar ................................................................. i
Daftar Isi ............................................................................ ii
JILID 1
1. PEMELIHARAAN, PERBAIKAN, KESEHATAN DAN
KESELAMATAN KERJA
1.1. Pemeliharaan dan Perbaikan........................................ 1
1.2. Kegiatan Pemeliharaan dan Perbaikan ....................... 1
1.3. Sistem Manajemen Pemeliharaan dan Perbaikan ....... 9
1.4. Sistem Manajemen Pemeliharaan dan Perbaikan
Berbantuan Komputer .................................................. 14
1.5. Kesehatan dan Keselamatan Kerja ............................. 19
1.6. Organisasi Keselamatan Kerja ................. ................... 29
Rangkuman ......................................................................... 30
Soal Latihan Bab 1............................................................... 32
2. PRINSIP PELACAKAN KERUSAKAN /KEGAGALAN
(PRINCIPLES of TROUBLESHOOTING)
2.1. Proses Pemeliharaan di Industri .................................. 34
2.2. Spesifikasi .................................................................... 40
2.3. Keandalan dan Kegagalan ........................................... 47
2.4. Metode-Metode Pelacakan Kerusakan ........................ 63
2.5. Analisis Problem-Solving ............................................. 71
2.6. Pengujian Komponen Aktif ........................................... 77
2.7. Pengecekan dan Pengujian Rangkaian ....................... 81
Rangkuman.......................................................................... 84
Soal Latihan Bab 2 .............................................................. 85
Tugas Kelompok ................................................................ 87
3. MENGENALI KERUSAKAN KOMPONEN ELEKTRONIKA
3.1. Pendahuluan ................................................................ 88
3.2. Resistor Tetap .............................................................. 88
3.3. Kegagalan-Kegagalan pada Resistor Tetap ................ 89
3.4. Resistor Variabel (Potensiometer) ............................... 91
iii
3.5. Kegagalan-Kegagalan pada Resistor Variabel ............ 93
3.6. Kapasitor ...................................................................... 93
3.7. Kegagalan pada Kapasitor ........................................... 94
3.8. Komponen Semikonduktor ........................................... 95
3.9. Kerusakan pada Komponen Semikonduktor ............... 95
3.10. Pencegahan-Pencegahan Ketika Menangani dan
Menguji Komponen .................................................... 96
3.11. Rangkaian Tes Komponen ........................................ 97
3.12. Pengujian Sederhana untuk Komponen
Elektronika ................................................................. 98
3.13. Pengukuran Akurat Komponen Elektronika ............... 102
3.14. Pengukuran Komponen Aktif ..................................... 104
3.15. Komponen Elektronika Optik ..................................... 112
Rangkuman ........................................................................ 113
Soal Latihan Bab 3 ............................................................. 113
Tugas Kelompok ................................................................ 114
4. PEMELIHARAAN MOTOR dan GENERATOR LISTRIK
4.1. Mesin Listrik ................................................................. 115
4.2. Mesin-mesin DC .......................................................... 118
4.3. Generator ..................................................................... 119
4.4. Motor DC ...................................................................... 127
4.5. Generator AC - Sinkron ............................................... 131
4.6. Motor Induksi 3 Fasa ................................................... 132
4.7. Motor AC Sinkron ......................................................... 134
4.8. Pemeliharaan Motor dan Geneator............................... 135
Rangkuman.......................................................................... 144
Soal Latihan ......................................................................... 146
Tugas Kelompok.................................................................. 146
JILID 2
5. PELACAKAN KERUSAKAN RANGKAIAN DIGITAL
5.1. Pendahuluan ................................................................ 147
5.2. Karakteristik Keluarga IC Digital .................................. 148
5.3. Rangkaian-Rangkaian Bistable, Counter dan
Register ........................................................................ 151
5.4. Peralatan Bantu Pelacakan Kerusakan Rangkaian
Digital ........................................................................... 159
5.5. Teknik Pelacakan Kerusakan Rangkaian Digital ......... 166
5.6. Contoh Kasus Kerusakan Rangkaian Digital ............... 170
Rangkuman ........................................................................ 173
Soal Latihan Bab 5 ............................................................. 173
Tugas Kelompok ................................................................ 173
iv
6. PELACAKAN KERUSAKAN SISTEM ANALOG
6.1. Catu Daya Teregulasi Linier ........................................ 174
6.2. Catu Daya Switching (System Mode Power Unit,
SMPU) ......................................................................... 192
6.3. Sistem Penguat Stereo ................................................ 198
6.4. Penerima TV Warna .................................................... 226
6.5. Rangkaian IC Linear dan Kasusnya ............................ 243
6.6. Transformator ............................................................... 263
Rangkuman ........................................................................ 265
Soal Latihan Bab 6 ............................................................. 266
Tugas Kelompok ................................................................ 266
7. PELACAKAN KERUSAKAN ALAT KONTROL INDUSTRI
7.1. Pengetahuan Peralatan Kontrol Indutri ........................ 268
7.2. Pemeriksaan Sinyal Input dan Output ......................... 274
7.3. Menggunakan Teknik Sympton Function
(Gejala/Fungsi) ............................................................ 275
7.4. Pembatasan Sinyal Tracing ......................................... 278
7.5. Menggunakan Teknik Resistansi-Tegangan ................ 278
7.6. Mencari Kerusakan Komponen .................................... 280
7.7. Masalah Utama yang Ditemukan Dalam Kontrol
Industri ......................................................................... 281
7.8. Metode Terakhir untuk Troubleshooting Kontrol
Industri ......................................................................... 282
7.9. Contoh Kasus .............................................................. 284
Rangkuman ........................................................................ 290
Soal Latihan Bab 7 .............................................................. 291
Tugas Kelompok ................................................................ 291
JILID 3
8. PEMELIHARAAN SISTEM PENGAWATAN PERANGKAT
INDUSTRI
8.1. Pengelompokan Pengawatan ...................................... 292
8.2. Kelistrikan Lokomotip ................................................... 294
8.3. Data Teknik Lokomotif ................................................. 294
8.4. Modul Elektronik ........................................................... 295
8.5. Prinsip kerja Lokomotip Diesel Elektrik ........................ 297
8.6. Pengaturan tegangan .................................................. 301
8.7. Sinyal Umpan Balik ...................................................... 310
v
8.8. Piranti Pengaturan Beban ............................................ 311
8.9. Silicon Controler Rectifier ............................................ 312
8.10. Sistem Pengaman Slip ............................................... 314
8.11. Pemeliharaan Traksi Motor ........................................ 326
8.12. Kesalahan Utama Gangguan Traksi Motor ................ 331
Rangkuman ......................................................................... 333
Soal Latihan Bab 8 .............................................................. 334
Tugas Kelompok.................................................................. 335
9. PERALATAN ELEKTRONIK BERBASIS MIKROPROSESOR
9.1. Konsep & Struktur Dasar Mikroprosesor ..................... 336
9.2. Prinsip Dasar sebuah Sistem di Bidang Teknik ........... 337
9.3. Dasar Sistem Berbasis Mikroprosesor ......................... 338
9.4. Komunikasi I/O ............................................................. 338
9.5. Aplikasi Sistem Berbasis Mikroprosesor pada Robot
Sensor ......................................................................... 342
9.6. Operator Gerak & Sensor ............................................ 344
9.7. Diagnostik Awal Kerusakan Sistem ............................. 347
9.8. Identifikasi Gangguan pada Sistem Kontrol Robotik .... 350
9.9. Jalur Kontrol dan Lup Kontol ....................................... 351
Rangkuman.......................................................................... 356
Soal Latihan ......................................................................... 357
10. PEMELIHARAAN SISTEM BERBASIS MIKROKOMPUTER
10.1. Diagram-blok Mikrokomputer ..................................... 358
10.2. Prinsip Kerja Mikrokomputer....................................... 360
10.3. Jenis Kerusakan pada Komputer................................ 361
10.4. Cara Diagnosis dan Perbaikan .................................. 363
Rangakuman ....................................................................... 376
Soal Latihan ........................................................................ 377
11. PELACAKAN KERUSAKAN PERALATAN BERBASIS PLC
11.1. Pengenalan PLC ........................................................ 378
11.2. Prinsip Dasar dan Cara Kerja PLC ............................ 380
11.3. Tipe PLC ..................................................................... 388
11.4. Bahasa Pemrograman PLC ........................................ 390
11.5. Kelistrikan dan Keamanan PLC.................................. 396
11.6. Modul-Modul I/O ........................................................ 400
11.7. Pemeliharaan Perangkat Lunak PLC ......................... 417
11.8. Pemeliharaan Timer ................................................... 423
11.9. Pemeliharaan Pencacah (Counter) ............................ 429
11.10. Pemeliharaan Program Comparason-Convers ........ 433
11.11. Pelacakan Kesalahan dengan BDC.......................... 438
vi
11.12. Pemeliharaan Program dengan Indikator Modul ..... 438
11.13. Pemeliharaan Program Kontrol................................. 443
11.14. Instruksi Subroutin ................................................... 445
11.13. Pemeliharaan Alamat Tidak Langsung dan
Indeks ...................................................................... 443
LAMPIRAN :
DAFTAR PUSTAKA ................................................................... A
DAFTAR VENDOR DAN CMMS ………………………………... B
DAFTAR TABEL ........................................................................ C
DAFAR GAMBAR .................................................................... D
RIWAYAT PENULIS ................................................................... E
PEMELIHARAAN, PERBAIKAN, KESEHATAN & KESELAMATAN KERJA
1
Pada bab ini akan dibahas sasaran dan tujuan serta prinsip manajemen
(pengelolaan) pemeliharaan dan perbaikan secara umum. Masalah
kesehatan dan keselamatan kerja akan dibahas pada akhir bab ini.
Sasaran dan Tujuan Pemeliharaan & Perbaikan
Pada dasarnya sasaran dan tujuan manajemen pemeliharaan &
perbaikan sangat tergantung dari misi (hal yang ingin dicapai) oleh
suatu organisasi. Tentu saja misi ini akan berbeda antara organisasi
satu (misalnya sekolah) dengan organisasi lainnya (misalnya misi industri
perakitan mobil).
Tujuan pemeliharaann dan perbaikan di sekolah umumnya hanya untuk
memperpanjang usia pakai alat. Banyak sekolah yang belum
mempunyai unit khusus untuk penanganan pemeliharaan dan perbaikan
peralatan maupun fasilitas lainnya.
Bagi sebagian industri, masalah pemeliharaan dan perbaikan secara
umum selalu dikaitkan dengan tanggungjawabnya terhadap produk
yang berkualitas, tepat waktu dan mempunyai nilai ekonomis yang
tinggi. Beberapa industri atau organisasi yang besar bahkan mempunyai
misi yang selalu dikaitkan dengan aset dan investasi. Jadi kegiatan
pemeliharaan & perbaikan alat & fasilitas lain diperhitungkan sebagai
bagian dari aset & investasi.
Oleh karena itu, bagian atau unit pemeliharaan & perbaikan merupakan
bagian yang sangat penting dari organisiasi semacam ini.
1.2. Kegiatan Pemeliharaan & Perbaikan
Sebelum membahas lebih jauh tentang manajemen pemeliharaan dan
perbaikan, lebih dahulu perlu memahami sifat pekerjaan atau kegiatan
pemeliharaan dan perbaikan secara umum.
I. PEMELIHARAAN, PERBAIKAN,
KESEHATAN DAN KESELAMATAN
KERJA
1.1. Pemeliharaan & Perbaikan
PEMELIHARAAN, PERBAIKAN, KESEHATAN & KESELAMATAN KERJA
2
Pemeliharaan
Tidak
Direncanakan
Darurat
Direncanakan
Korektif Preventif
Tidak
Terjadwal
Terjadwal Pemantauan
Kondisi
Gambar 1.2: Jenis Pekerjaan Pemeliharaan
Joel Levitt, 2002,
Gambar 1.1. Kegiatan Pemeliharaan & Perbaikan
Pemeliharaan dan perbaikan meliputi berbagai aktifitas atau kegiatan,
seperti ditunjukkan pada Gambar 1.1. Pada umumnya aktifitas tersebut
dapat dibagi menjadi dua yaitu: kegiatan yang dapat direncanakan
dan kegiatan yang tidak terduga atau tidak dapat direncanakan.
Kegiatan pemeliharaan & perbaikan yang bersifat rutin merupakan kegiatan
yang dapat direncanakan, sedangkan kegiatan yang bersifat
darurat, misalnya kerusakan alat akibat kecelakaan (misalnya terjatuh.
Kena petir, dan lain-lain) merupakan kegiatan yang tidak dapat diduga.
Namun demikian, hal-hal semacam ini harus dapat diantisipasi.
Minimal kita tahu apa yang harus kita lakukan pada saat terjadi gangguan
semacam itu.
Tugas 1-1.
Buatlah daftar semua peralatan ukur yang kalian gunakan dalam satu
bulan terakhir ini. Lalu beri catatan atau tanda pada alat ukur yang
kerjanya tidak baik, misalnya dengan memberikan tanda * untuk alat
ukur yang mengalami gangguan ringan (misalnya satu range pengukuran
tidak bekerja dengan baik), ** untuk alat ukur yang sering mengalami
gangguan, dan *** untuk alat ukur yang tidak berfungsi. Berikan
catatan tersebut kepada guru atau teknisi yang menangani peralatan
laboratorium.
PEMELIHARAAN, PERBAIKAN, KESEHATAN & KESELAMATAN KERJA
3
Daftar peralatan yang kalian buat dapat digunakan sebagai laporan
hasil pemantauan terhadap kinerja peralatan di laboratorium. Dengan
pemantauan semacam ini, maka waktu dan biaya pemeliharaan dapat
ditekan menjadi sekecil mungkin. Jika kerusakan atau gangguan kecil
tidak ditangani dengan dengan baik, bisa mengakibatkan gangguan atau
kerusakan yang lebih parah lagi. Jika ini terjadi maka biaya yang
digunakan untuk perbaikan lebih mahal, dan waktu perbaikan juga lebih
lama. Secara keseluruhan hal ini tentu akan mengganggu proses
belajar. Di industri, pemantauan kondisi peralatan sangatlah penting,
karena jika terjadi gangguan yang lebih besar, bukan hanya akan meganggu
produktifitas, tetapi juga akan menaikkan biaya, baik biaya
perbaikan alat maupun biaya produksi, karena untuk mengganti waktu
yang hilang pekerja harus melakukan kerja lembur.
1.2.1. Pemeliharaan Preventif
Dalam pengertian yang luas, pemeliharaan preventif meliputi aspek rekayasa
(engneering) dan manajemen. Di bidang rekayasa, pemeliharaan
preventif meliputi: mendeteksi dan atau mengoreksi penggunaan
peralatan yang ada saat ini, melalui analisa statistik kegagalan atau
kesalahan yang ada atau berdasarkan catatan perbaikan yang ada.
Pekerjaan ini harus dapat dilakukan secara tepat oleh orang yang benar-
benar ahli dibidangnya dan dengan frekuensi yang tepat pula (misalnya
dua kali dalam setahun).
Pemakaian normal
Awal Pemakaian
Alat rusak
Jumlah Kerusakan
Gambar 1.2: Pola Kerusakan Alat
pada Umumnya
t
X Titik kritis
waktu
Joel Levitt, 2002,
Jika terlalu sering, maka
bukan saja akan menambah
biaya pemeliharaan,
tetapi juga akan
menurunkan produktifitas
dan efisiensi kerja
perusahaan. Data pada
Gambar 1.2. menunjukkan,
bahwa kerusakan
banyak terjadi pada awal
pemakaian alat. Hal
ini dapat disebabkan oleh
kelalaian pekerja
dan atau kerusakan internal
komponen dari
pabrik pembuat alat (ini
disebut kegagalan produk).
Tingkat kerusakan
PEMELIHARAAN, PERBAIKAN, KESEHATAN & KESELAMATAN KERJA
4
No Jenis Pekerjaan Contoh
1 Inspeksi Pemeriksaan cacat sinyal output pada
sistem penguat audio
2 Pemeliharaan Pemeriksaan semua sambungan
listrik dengan infrared
3 Pembersihan Membersihkan sistem dari debu
4 Pemeriksaan kualitas
suara
Melalui loud speaker ucapkan
beberapa kata pendek, misalnya
satu…tes…
5 Menanyakan pada
operator
Bagaimana kinerja penguat
6 Analisis Buat riwayat pemeliharaan penguat.
sakan alat akan menurun setelah pekerja mulai terbiasa menggunakan
alat tersebut. Setelah melewati masa kritis, alat akan semakin sering
mengalami gangguan, sehingga perbaikan akan semakin sering
dilakukan, sampai masa pakai alat tersebut habis. Pada masa ini artinya
alat sudah tidak mungkin diperbaiki lagi.
Di bidang manajemen, kegiatan pemeliharaan meiputi: membuat daftar
pekerjaan, menentukan jumlah dan kualifikasi (bidang keahlian)
teknisi yang diperlukan, memperkirakan berapa lama pekerjaan tersebut
dilaksanakan, merencanakan jadwal pelaksanaan pekerjaan, serta
memprediksi biaya pemeliharaan dan perbaikan. Semua kegiatan
ini biasanya dicantumkan dalam sebuah lembar kontrol.
Hal paling utama dalam pemeliharaan preventif adalah menentukan
Daftar Pekerjaan. Tujuan utama dibuatnya daftar pekerjaan adalah untuk
mengingatkan pekerja tentang: alat apa yang harus diservis, apa
yang harus dilakukan oleh teknisi atau pekerja (misalnya mengukur atau
menguji arus atau tegangan pada titik tertentu, membersihkan alat,
mengganti komponen, dan sebagainya. ), Dalam daftar ini juga akan
tercantum prosedur pelaksanaan pemeliharaan yang harus dilakukan.
tercantum:
Daftar pekerjaan sebaiknya disusun oleh berbagai stakeholder (manufaktur,
ahli mekanik, tenaga ahli, kontraktor, perusahaan asuransi, pemerintah,
asosiasi terkait, distributor, konsultan dan berbagai kalangan
pengguna produk).
Tabel 1.1 : Jenis Pekerjaan & Contohnya
Daniel L Metzger, 1981
PEMELIHARAAN, PERBAIKAN, KESEHATAN & KESELAMATAN KERJA
5
1.2.2. Pemeliharaan Korektif
Pemeliharaan yang bersifat memperbaiki (corrective maintenance) akan
berkaitan dengan deteksi kerusakan, penentuan lokasi kerusakan,
dan perbaikan atau penggantian bagian yang rusak. Tahapan pemeliharaan
korektif dapat dilihat seperti pada Gambar 1.3.
Deteksi:
- cek fungsi
- cek kinerja
- bandingkan
dg spesifikasi
alat/sistem
Menentukan Lokasi:
- cek fungsi tiap blok
(bagian dari sistem)
- cek komponen pada
blok yang tidak
bekerja dg baik
Perbaikan:
Perbaiki atau
ganti komponen
yang rusak
dengan yang
baru
Gambar 1.3. Tahapan Pemeliharaan Korektif
Alat Bantu Kerja.
Alat bantu kerja adalah semua alat
yang dapat digunakan oleh teknisi
atau tenaga ahli untuk menentukan
jenis dan lokasi ke-rusakan sistem
yang diperiksa. Ini bisa berupa buku
manual pe-meliharaan, peralatan
uji (multi-meter, osiloskop, logic
probe, dan sebagainya), dan atau
per-alatan khusus (misalnya untuk
kalibrasi alat ukur). Peralatan uji
dapat kalian pelajari secara khusus
pada bab lain di buku ini. Pada saat
kita membeli peralatan elektronik
(dan juga alat lainnya), misalnya radio
tape, biasanya diberi
Multimeter
Gambar 1.4: Peralatan Bantu
Diagnosis (contoh)
Buku Manual untuk petunjuk operasi dan petunjuk pemeliharaan atau
cara mengatasi gangguan pada alat tersebut. Bentuk dan format
manual pemeliharaan sangat bervariasi, tergantung dari pabrik pembuat
alat tersebut. Contoh format manual pemeliharaan tersebut dapat
dilihat pada Tabel 1.2.
PEMELIHARAAN, PERBAIKAN, KESEHATAN & KESELAMATAN KERJA
6
Gejala Kerusakan Diagnosis Kerusakan
􀁸 Kecepatan putar terlalu
lambat, atau kapstan tidak
berputar
􀁸 Motor, sabuk pemutar, idler,
roda-pemutar, kapstan, atau
penggulung mekanik
􀁸 Distorsi besar, treble jelek,
output rendah/lemah
􀁸 Head kotor (bersihkan dg
isopropyl alkohol), atau posisi
tidak tepat, atau rangkaian
penguat rusak (demagnitize
head)
􀁸 Erase jelek 􀁸 Erase head rusak/kotor
(bersihkan head)
􀁸 Fast Forward atau Rewind
tidak bekerja
􀁸 Sabuk pemutar rusak (ganti),
atau idle motor, wadah
(rumah) rusak
􀁸 Rel pengambilan kendor 􀁸 Sabuk pemutar rusak (ganti),
atau penggulung mekanik
(bersihkan atau lumasi)
􀁸 Saklar Eject tidak bekerja
dengan baik
􀁸 Periksa pegas, perangkat
mekanik, atau posisi tidak
tepat (misaligment)
Tabel 1.2. Contoh Manual Pemeliharaan Tape-player
Manual pemeliharaan juga ada yang berupa diagram alir, seperti ditunjukkan
pada Gambar 1.6. Sistem yang akan dianalisis dalam contoh
ini misalnya adalah sebuah regulator. Gambar 1.5 adalah blok diagram
regulator yang akan diperiksa.
Transformer
& peyearah
30V± Regulator
2V
+12V
- 12V
+ 5V
0 V
Input
Utama
Sekering
Lampu
Indikator
Gambar 1.5: Contoh Sistem yang akan didiagnose
Daniel L Metzger, 1981
PEMELIHARAAN, PERBAIKAN, KESEHATAN & KESELAMATAN KERJA
7
Sistem tidak bekerja, tampilan
digital Off. Diduga telah terjadi
kerusakan pada catu daya
On-kan saklar power, lihat
lampu indikator catu daya
Lampu
menyala?
Periksa sekering utama
Putus?
Dugaan: ada masalah
pada sambungan
utama melalui plug &
kabel. Ukur tegangan
AC pada input utama
Hasil
pengukuran
sesuai ?
Ukur output DC dari
blok Trafo dan
penyearah
Hasil
pengukuran
sesuai ?
Kerusakan diduga
pada bagian
regulator. Periksa,
ganti komponen
yang rusak
Periksa blok
transformer &
penyearah
Terdapat
kerusakan pada
rangkaian / sistem
Lokalisir
kerusakannya
sebelum
menggantikannya
dengan sekering
yang baru
Kenali gejala
kerusakan
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Ya
Saklar
Utama rusak.
Ganti !
Ganti kabel atau
buat sambungan
baru
Tidak
Ya
Selesai
Periksa, ganti
komponen yang
rusak dengan
yang baru
Gambar 1.6. Manual Perbaikan dalam Bentuk
Diagram Alir
PEMELIHARAAN, PERBAIKAN, KESEHATAN & KESELAMATAN KERJA
8
Manual yang baik berisi:
􀁸 Diskripsi sistem dan cara mengoperasikannya
􀁸 Spesifikasi kinerja sistem
􀁸 Teori Operasi (sistem, blok diagram dan atau rangkaian)
􀁸 Cara pemeliharaan (preventif & cara mengatasi kondisi darurat)
􀁸 Daftar suku cadang
􀁸 Tata letak mekanis
Cara Melokalisir Kerusakan.
Melokalisir Kerusakan pada Rangkaian Sederhana
Kerusakan komponen dapat dikenali
melalui gejala kerusakan
yang ada. Tugas teknisi adalah
menginterpretasikan gejala kerusakan
tersebut. Pengetahuan
yang diperlukan disini adalah
karakteristik tiap komponen.
Penguat
IN Audio OUT
Gambar 1.7a: Kondisi Normal
Tiap kerusakan menunjukkan gejala
yang unik, misalnya ada perubahan
operasi rangkaian, perubahan
pada sinyal output, level
bias d.c, dsb, seperti ditunjukkan
pada Gambar 1-7a dan Gambar
1-7b.
Penguat
IN Audio OUT
Gambar 1.7b: Kondisi Rusak
Melokalisir Kerusakan pada Rangkaian yang Kompleks
Pada dasarnya sistem yang kompleks terdiri dari beberapa blok
rangkaian (sub-sistem) yang mempunyai fungsi yang berbedabeda.
PEMELIHARAAN, PERBAIKAN, KESEHATAN & KESELAMATAN KERJA
9
Untuk menentukan kerusakan komponen pada rangkaian yang terdiri
dari ratusan atau ribuan komponen pastilah tidak mudah. Oleh
karena itu bagilah sistem tersebut menjadi beberapa blok sesuai dengan
fungsi tiap blok, seperti contoh Gambar 1-8: Rangkaian
Generator Sinyal RF berikut ini. Ujilah kinerja setiap blok. Mulailah
menguji dari sumber dayanya, dilanjutkan ke blok-blok berikutnya.
Dengan cara ini jika ada blok yang tidak berfungsi dengan baik akan
mudah dikenali.
Tugas 1-2
Carilah manual dari sebuah sistem elektronik, misalnya TV, Video
player atau lainnya. Lihat gambar rangkaiannya. Dari rangkaian tersebut
buatlah blok diagramnya, lalu tunjukkan pada guru kalian, tanyakan,
apakah kalian telah benar menggambarkannya. Untuk menambah
wawasan, kalian bisa saling bertukar gambar dengan teman
kalian yang mempunyai gambar yang berbeda.
4
Attenuator
tersaklar
Attenuator
6
Catu
Daya
1
+
-
Osilator
Frekuensi
Audio (400
5
+ -
Osilator RF
(variabel)
+ - 2
Penguat &
Modulator
+ - 3
Mod
Saklar
CW
Output
AF
Output
RF
Gambar 1.8: Diagram Blok Rangkaian Generator RF
1.3. Sistem Manajemen Pemeliharaan dan
Perbaikan
Masalah pemeliharaan dan perbaikan jika tidak ditangani dengan baik
akan menimbulkan banyak kerugian, antara lain:
- rugi waktu karena pekerjaan yang tertunda (akibat kerusakan
peralatan atau gedung atau sarana lainnya),
- produktifitas turun
- efisiensi turun,
- menambah biaya operasional, dan sebagainya.
PEMELIHARAAN, PERBAIKAN, KESEHATAN & KESELAMATAN KERJA
10
Oleh karena itu perlu menerapkan sistem pemeliharaan & perbaikan
yang baik. Sistem pemeliharaan & perbaikan yang baik pada dasarnya
merupakan penerapan sistem manajemen untuk seluruh pekerjaan pemeliharaan
dan perbaikan. Gambar 1.9. menunjukkan unsur-unsur
manajemen secara umum, yang dapat diterapkan pada sistem pemeliharaan
& perbaikan.
1.3.1. Prinsip Manajemen Pemeliharaan dan
Perbaikan
Perencanaan
Pengorganisasian
Pelaksanaan Pekerjaan
Pelaksanaan Pekerjaan
Audit Pemeliharaan
Manajemen
PP
Gambar 1.9. Prinsip-prinsip Manajemen
Untuk mendapatkan hasil yang baik, suatu pekerjaan pemeliharaan
harus direncanakan dengan baik. Dalam sebuah perusahaan atau industri
biasanya telah ada format khusus yang digunakan untuk membuat
perencanaan tersebut. Bentuk format perencanaan antara industri
yang satu dengan industri lainnya dapat berbeda, tergantung dari
kebutuhan masing-masing. Tetapi secara umum format perencanaan
pekerjaan tersebut memuat isi tentang:
a). Jenis atau tipe pekerjaan
b). Sifat atau level pekerjaan
c). Tenaga pelaksana yang diperlukan
d). Material atau suku cadang yang diperlukan
e). Waktu atau lama pengerjaan, dan sebagainya
1.3.2. Perencanaan Pekerjaan dan Tenaga
PEMELIHARAAN, PERBAIKAN, KESEHATAN & KESELAMATAN KERJA
11
Tipe pekerjaan meliputi: pekerjaan perbaikan biasa, pemeliharaan
yang bersifat rutin atau pebaikan berat. Ini perlu diketahui oleh perencana
dan teknisi agar dapat diperkirakan berapa lama waktu yang diperlukan
untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.
Dalam kenyataan, bisa terjadi kondisi, dimana dalam waktu yang
bersamaan terjadi banyak sekali pekerjaan pemeliharaan yang harus
diselesaikan, sedangkan tenaga teknisi terbatas. Dalam kondisi ini,
maka perlu dibuat skala prioritas, dengan cara melihat urgensi (tingkat
kedaruratan) pekerjaan. Level pekerjaan yang bersifat darurat atau
kritis harus mendapat prioritas. Pekerjaan ini harus dapat diselesaikan
dalam waktu paling lama 24 jam.
Prioritas Pekerjaan
Darurat
Kritikal (24 jam)
Perbaikan besar
(Shutdown)
Pemeliharaan
Preventif
Perbaikan Rusak
Berat
Tipe Pekerjaan
Pekerjaan
perbaikan biasa,
Pekerjaan
servis ringan
Pemeliharaan rutin
Suatu pekerjaan pemeliharaan harus dikoordinasikan dengan baik, karena
meyangkut beberapa bagian dari suatu organisasi, misalnya bagian
front office yang menerima barang yang akan diperbaiki atau diservis,
bagian perbaikan atau bengkel sebagai tempat perbaikan dan
pemeliharaan, bagian gudang yang menyimpan suku cadang, bagian
keuangan, dan sebagainya. Untuk mempermudah pekerjaan, seorang
perencana biasanya membuat suatu mekanisme kerja pemeliharaan
dengan menggunakan sarana yang disebut Perintah Kerja (Work Order).
Seluruh prosedur pelaksanaan pekerjaan harus ditaati oleh seluruh
karyawan.
Gambar 1.10. Tipe dan Level Pekerjaan Pemeliharaan & Perbaikan pada Umumnya
1.3.3. Pengorganisasian Pelaksanaan Pekerjaan
PEMELIHARAAN, PERBAIKAN, KESEHATAN & KESELAMATAN KERJA
12
Work Request
(W.R)
Work Order
(W.O)
Rencana
Kerja
􀁸 Volume Pekerjaan
(Man-Hours),
􀁸 Pelaksana (Craft),
􀁸 Material
Jadwal
Kerja
Gambar 1.11: Proses Pembuatan Rencana Kerja Pemeliharaan
Prosedur kerja dimulai dari diterimanya permintaan pekerjaan (Work
Request atau W.R, ditandatangani oleh manajemen). W.R yang telah
disetujui akan menjadi perintah kerja (Work Order atau W.O).
W.O akan dipelajari oleh perencana untuk selanjutnya dibuat rencana
kerja lengkap, lalu dibuat jadwal pelaksanaan pemeliharaan.
Sebuah W.O yang baik setidaknya mengandung informasi tentang:
- Jenis Aset/barang/peralatan yang akan dikerjakan
- Deskripsi pekerjaan pemeliharaan & perbaikan yang jelas
- Sejarah pemeliharaan peralatan tersebut
Tgl: 21 Juli 2007
No. Aset : 0051.32.2001 Tipe aset: Tape Player Merk/thn: ABC/2000
No. Pekj: 100 Jenis Pekj: Servis biasa
Gejala kerusakan: Tgl selesai: 22 Juli 2007
- putaran tidak stabil
- suara lemah Teknisi : Sandi
Pemberi Order Penerima Order
………………… ………………………
Gambar 1.12. Contoh sebuah W.R sederhana
PEMELIHARAAN, PERBAIKAN, KESEHATAN & KESELAMATAN KERJA
13
Tugas 1-3.
Buatlah sebuah kelompok kerja yang terdiri dari 3-5 orang. Coba adakan
kunjungan ke sebuah tempat servis, misalnya servis TV, pusat
servis motor atau servis mobil resmi. Mintalah contoh selembar kertas
permintaan servis (W.R), selembar kertas perintah kerja (W.O). Lalu
perhatikan bagaimana mereka membuat jadwal pekerjaan. Catatlah
semua hasil pengamatan kalian, buatlah laporan singkat atas kunjungan
kerja kalian kali ini.
Pelaporan merupakan salah satu hal penting dalam pelaksanaan pekerjaan
pemeliharan & perbaikan. Ada 2 masalah utama yang perlu
dilaporkan ke manajemen: yaitu masalah volume pekerjaan (lama
waktu pengejaan & jumlah pekerja yang diperlukan) dan masalah material
atau bahan. Masalah volume pekerjaan bagi manajemen diperlukan
untuk memperkirakan adanya upah lembur. Sedangkan masalah
bahan atau material sangat berkaitan dengan ketersediaan suku cadang
di gudang. Kedua informasi ini dapat digunakan oleh manajemen
untuk memberikan informasi kepada pelanggan atau pemberi pekerjaan
kapan pekerjaan tersebut selesai.
Setelah seluruh pekerjaan pemeliharaan & perbaikan selesai
dikerjakan, sebaiknya diadakan evaluasi kinerja yang menyeluruh,
mulai dari front office, teknisi sebagai tenaga pelaksana, bagian
gudang dan material, bagian keuangan, bagian pengolah data, dan
sebagainya. Hal ini perlu untuk selalu menjaga kualitas dan kinerja
perusahaan atau industri secara menyeluruh.
Dalam manajemen pemeliharaan, W.O adalah ujung tombak
kesuksesan sistem manajemen pemeliharaan & perbaikan.
Catatan Backlog
File aktif berisi semua catatan W.O disimpan sebagai catatan Backlog.
Catatan Backlog dapat digunakan oleh manajemen untuk menentukan
jumlah pelaksana, membuat prioritas pekerjaan, membuat status
keselamatan kerja, memprediksi biaya, dan sebagainya. Bagi seorang
analis, catatan Backlog dapat digunakan untuk membantu menentukan
tingkatan staf dan mengurangi overhead cost (biaya yang tidak
perlu).
1.3.4. Pelaksanaan Pekerjaan & Pelaporan
1.3.5. Audit dan Evaluasi
PEMELIHARAAN, PERBAIKAN, KESEHATAN & KESELAMATAN KERJA
14
1.4. Sistem Manajemen Pemeliharaan dan
Perbaikan Berbantuan Komputer
Sistem Manajemen Perawatan dan Perbaikan yang telah dijelaskan
pada bab sebelumnya dilaksanakan secara manual. Sistem tersebut
dapat dilaksanakan dengan menggunakan komputer.
Sistem Manajemen Perawatan berbantuan Komputer, biasa disingkat
CMMS (Computerized Maintenance Management Systems) merupakan
sebuah perangkat lunak yang berisi semua aspek kehidupan suatu
organisasi. Banyak vendor yang menawarkan perangkat lunak ini secara
gratis. Perangkat lunak tersebut pada umumnya masih harus dimodifikasi
agar sesuai dengan kondisi atau kebutuhan organisasi sebagai
pengguna.
Level Biaya
saat ini
Penghematan
waktu
Penggunaan
CMMS
Peningkatan
Biaya
Biaya pemeliharaan
Gambar 1.13: Reduksi Biaya Pemeliharaan
setelah menggunakan CMMS
Komputerisasi manajemen
pemeliharaan
dan perbaikan
memungkinkan tersedianya
semua informasi
di semua
bagian yang terkait
dengan fungsi pemeliharan,
seperti
manajer, supervisor,
perencana, personal
gudang, dan bagian
akunting
Terry Wireman, 1986, hal 54
Keunggulan Komputerisasi Manajemen Pemeliharaan
􀁸 Meningkatkan efisiensi
􀁸 Mengurangi Biaya Perawatan
􀁸 Mengurangi biaya down-time (waktu perbaikan) peralatan
􀁸 Menaikkan masa pakai alat
􀁸 Menghasilkan rekaman sejarah pemeliharaan suatau alat,
untuk mempermudah membuat perencanaan pemeliharaan
dan biaya perbaikan
􀁸 Menghasilkan laporan hasil pemeliharaan dengan format yang
diperlukan oleh pemakai maupun manajemen
PEMELIHARAAN, PERBAIKAN, KESEHATAN & KESELAMATAN KERJA
15
CMMS dapat digunakan untuk memantau semua biaya pemeliharaan
dan perbaikan alat melalui:
1. Pemantauan (monitoring) biaya W.O melalui jadwal
pelaksanaan W.O
2. Pemantauan inventarisasi dan pembelian barang, untuk menghindari
penumpukan barang di gudang. Bagi vendor, informasi
ini digunakan untuk menentukan waktu pengiriman barang
yang paling tepat.
3. Pemantauan Jadwal Pemeliharaan Preventif (JPP), agar tidak
terjadi pemeliharaan secara berlebihan (overmaintenance),
dan dapat menaikkan up-time serta memperpanjang usia pakai
peralatan.
Pada umumnya CMMS terdiri dari 4 modul, yaitu:
1. Perencanaan Work Order dan penjadwalan
2. Kontrol Inventaris Pemeliharaan
3. Modul untuk pembaharu (up date) data Pemeliharaan Preventif
4. Laporan Pemeliharaan
1.4.1. Modul Perencanaan W.O dan Penjadwalan.
Komputerisasi W.O berisi dokumen-dokumen detail dari pekerjaan
pemeliharaan. Proses komputerisasi diawali dengan W.O entry, yaitu
memasukkan informasi tentang permintaan W.O. ke dalam sistem
Mamajemen PP dan berakhir dengan penyimpanan W.O Backlog.
Proses lengkap dari perencanaan W.O dapat dilihat pada Gambar
1.14, sedangkan contoh tampilan W.O Entry di layar monitor dapat dilihat
pada Gambar 1.15..Pemutakhiran data dapat langsung dilakukan
saat W.O sedang aktif.
Work Request
(W.R)
Work Order
(W.O)
Perencanaan
W.O
Penampilan
W.O
Pemutakhiran
W.O (update
W.O)
Penjadualan
W.O
Penyempurnaan
W.O
Penyimpanan
W.O
Gambar 1.14: Aliran Sistem Work Order
PEMELIHARAAN, PERBAIKAN, KESEHATAN & KESELAMATAN KERJA
16
ADD A WORK ORDER
MM/DD/YY/HH:MM:SS
WO no.(A): 12123
WO type : (S,P,R, 􀃅)
Equip ID(A): 110CRANE
Ref no.(A):
Rep Job(A): Priority: 3
Supervisor: PDB Stat Cd:
Planner: MS Delete :
Dept (A): 32
Cost Ctr (A): 4810-3101
Date Originated: 01/01/89/01:30:25
Comp (Act): 00/00/00
Comp (Est): 02/02/89
Needed : 02/10/89
Approved : 01/30/89
Down Time (N): 0000.0
Cause Code (A):
Est-Cost - Labor: 0000000450
- Material: 000000001500
- Cont/Oth-1: 0000000125
Wait: A P E M S C Go: RS IP CA CO
Code: Code: Y Status: (Y, 􀃅)
Title Desc: REPAIR DB HOIST CONTACTOR Narrative History (Y/􀃅): Y
NEW WORK ORDER – ADD DETAIL
F1=ADD F2=CHG F4=DEL F6=TOP SCRN F8=PG DN F10=HELP
ESC=EXIT 􀃅 = ENTR/RETURN CNTRL END=BLANK OUT SHIFT 􀃆‖= SKIPS BACK
Gambar 1.15: Contoh Tampilan Work Order Entry pada layar
monitor komputer (Coustesy of ABC Management
System
Modifikasi dari Terry Wireman, 1986, hal 58
W.O. Backlog
W.O Backlog adalah master file di dalam memori komputer untuk
semua W.O aktif. Ini berarti, jika W.O telah di enter, maka W.O telah
masuk ke dalam memori sistem komputer manajemen pemeliharaan,
dan akan ada terus hingga data ini dihapus dari memori. Dengan
menggunakan fungsi untuk mencari backlog, orang dapat melihat
semua W.O aktif, misalnya: jumlah alat, prioritas, perencana, supervisor,
klasifikasi pekerjaan, material yang diperlukan, dan sebagainya.
1.4.2. Modul Kontrol Inventaris
Modul ini digunakan untuk menjejak biaya pemakaian bahan atau
material, ketersediaan material di gudang, baik untuk pemeliharaan
terencana maupun untuk cadangan jika terdapat pekerjaan darurat,
dan untuk mengetahui jadwal pemesanan suku cadang atau material
PEMELIHARAAN, PERBAIKAN, KESEHATAN & KESELAMATAN KERJA
17
1.4.3. Modul Pemutakhiran Data (up-date)
Modul ini digunakan untuk mengubah atau meng-up date informasi
jadwal pemeliharaan preventif. Pemilihan jadwal diserahkan kepada
pemakai (pelanggan), apakah akan menggunakan kalender atau
pembacaan meter.
Modul ini harus dapat menunjukkan:
􀁸 Jenis pekerjaan, tenaga kerja yang diperlukan dan alat yang
diperlukan
􀁸 Jadwal pemeliharaan yang dapat dibuat harian, mingguan, atau
tahunan untuk memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan pekerjaan tersebut
􀁸 Instruksi detail
Contoh tampilan format pemeliharaan preventif dapat dilihat pada
Gambar 1.16.
έć Preventive Maintenance Task - x
Task No 100 Brief Task desc Tone arm/support PM
Tools Req’d
Manual Req’d
Srew (-) (+),
List Detail Comments Meterbase Links Part
Maintenance Manual
Variance Amount .o Actual Precentage 0.00 Task Level (A-Z)
Detail Description 1. Stereo Inspection
1.1. Inspect Tone arm
1.2. Inspect Idler wheel. motor, drive surfaces.
1.3. Dial cord
1.4. Output Amplifier/driver
Admin
Gambar 1.16: Contoh tampilan pada monitor komputer tentang kegiatan
Pemeliharaan Preventif
Modifikasi dari Joel Levitt, 2003, hal 42
PEMELIHARAAN, PERBAIKAN, KESEHATAN & KESELAMATAN KERJA
18
1.4.4. Modul Laporan Pemeliharaan
Modul ini dapat digunakan manajer untuk mengoptimalkan organisasi.
Garis besar isi modul laporan manajemen berisi rangkuman tentang:
Daftar Analisis Prioritas W.O, Kinerja Perencana, Kinerja Supervisor
W.O, Laporan Biaya W.O, Backlog W.O, Riwayat Perbaikan Alat, Biaya
Pemeliharaan Alat, Laporan biaya khusus perbaikan Alat, Keamanan
W.O Backlog, Laporan sisi pemakaian item, Laporan antrian W.O,
Laporan Keterlambatan Pemeliharaan Preventif.
έć Report Wizard - x
Selection Setup Output Field Sort By Filter Output
Selected the field
you wish to
appear on the
report from the
available field
column
Active Report
Gambar 1.17: Contoh Tampilan Monitor Komputer pada Modul Laporan
Pemeliharaan
Modifikasi dari Joel Levitt, 2003, hal 47
+
+
+
-
Comp.Info
PM
Task
Work
Action
Asset.ID
Asset.Desc
Building
Available Field Selected Field
PMFreq_Type
PM PMFreq
PM LastDate
PM Nextdate
TaskDesc
Work_WO
Work_workDesc
Work_TaskNo
CompInfo Asset
CompInfoComp_ID
Work_TaskNo
Show All Field Field Properties
PM Task
Nnnn
pppNnnn
pppp
PEMELIHARAAN, PERBAIKAN, K3
19
1.5. Kesehatan & Keselamatan Kerja
Keselamatan Kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin,
pesawat alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, tempat
kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan
Kerja juga merupakan sarana utama untuk pencegahan
kecelakaan, cacat, dan kematian sebagai akibat dari kecelakaan kerja.
(Dr. Suma’mur.P.K, M.Sc, 1981, hal 1,2).
Mengapa perlu dibuat ketentuan tentang K3?
K3 dibuat dengan tujuan:
1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam
melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan
produksi dan produktifitas nasional.
2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di
tempat kerja tersebut
3. Memelihara sumber produksi agar dapat digunakan secara
aman dan efisien.
Kecelakaan
Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga (tidak ada unsur kesengajaan)
dan tidak diharapkan karena mengakibatkan kerugian, ba-ik
material maupun penderitaanbagi yang mengalaminya. Oleh karena
itu, sabotase atau kriminal merupakan tindakan diluar lingkup kecelakaan
yang sebenarnya.
Kerugian akibat kecelakaan kerja.
Kecelakaan kerja dapat mengakibatkan 5 kerugian (5K):
1. Kerusakan
2. Kekacauan organisasi
3. Keluhan dan kesedihan
4. Kelainan dan cacat
5. Kematian
1.5.1. Klasifikasi Kecelakaan
1. Menurut jenis kecelakaan:
a. Terjatuh
b. Tertimpa benda jatuh
c. Tertumbuk atau terkena benda lain kecuali benda jatuh
d. Terjepit oleh bende
e. Gerakan yang melebihi kemampuan
PEMELIHARAAN, PERBAIKAN, K3
20
f. Pengaruh suhu tinggi
g. Terkena sengatan arus listrik
h. Tersambar petir
i. Kontak dengan bahan-bahan berbahaya
j. Terkena radiasi, dan lain-lain
2. Menurut sumber atau penyebab kecelakaan
a. Dari mesin: pembangkit tenaga, mesin-mesin penyalur,
pengerjaan logam, mesin pertanian, pertambangan, dan lainlain.
b. Alat angkut dan alat angkat: kreta, mobil, pesawat terbang,
kapal laut, crane, dan sebagainya.
c. Alat lain: bejana bertekanan, instalasi dan peralatan listrik,
dan sebagainya.
d. Bahan/zat berbahaya dan radiasi: bahan peledak, radiasi sinar
UV, radiasi nuklir, debu dan gas beracun, dan sebagainya.
e. Lingkungan kerja: di dalam/ di luar gedung, di bawah tanah
3. Menurut sifat luka atau kelainan
Patah tulang, memar, gegar otak, luka bakar, keracunan mendadak,
akibat cuaca, dan sebagainya.
Dari hasil penelitian, sebagian besar kecelakaan (80%-85%) disebabkan
oleh kelalaian manusia. (Dr. Suma’mur, 1981, hal 9). Kesalahan tersebut
bisa disebabkan oleh perencana, pekerja, teknisi pemeliharaan & perbaikan
mesin atau alat lainnya, instalatir listrik, dan bisa juga disebabkan
oleh pengguna.
1.5.2. Pencegahan Kecelakaan
Kecelakaan-kecelakaan akibat kerja dapat dihindari dengan:
1. Menerapkan peraturan perundangan dengan penuh disiplin
2. Menerapkan standarisasi kerja yang telah digunakan secara
resmi, misalnya standar tentang konstruksi, standar higene,
standar instalasi peralatan industri & rumah tangga, menggunakan
baju perlindungan kerja (kacamata las, jas-lab, sepatu
karet untuk menghindari barang-barang tajam (pecahan kaca
atau paku, dan zat cair bernahaya lainnya.
3. Melakukan pengawasan dengan baik.
4. Memasang tanda-tanda peringatan
5. Melakukan pendidikan dan penyuluhan kepada masyarakat agar
tumbuh kesadaran tentang pentingnya menghindari kecelakaan
baik untuk diri sendiri maupun orang lain.
PEMELIHARAAN, PERBAIKAN, K3
21
1.5.3. Penanggulangan Kecelakaan
a). Penaggulangan Kebakaran
􀁸 Jangan membuang puntung rokok yang masih menyala di tempat-
tempat yang mengandung bahan yang mudah terbakar,
misalnya di SPBU, di lingkungan hutan, di tempat penyimpanan
bahan kimia, dan sebagainya.
􀁸 Hilangkan sumber-sumber menyala ditempat terbuka, seperti
rokok yang menyala, nyala api, logam pijar di dekat bejana
yang masih mengandung bahan yang mudah meledak, listrik
statis yang bisa menimbulkan percikan bunga api, gesekan
benda yang akan menimbulkan panas dan percikan bunga api.
􀁸 Hindari awan debu yang mudah meledak dengan membangun
pabrik bebas debu, pemasangan ventilasi yang baik, sehingga
aliran debu bisa keluar dengan baik, menjaga lingkungan industri
tetap bersih.
Perlengkapan Pemadam Kebakaran
Alat-alat pemadam dan penanggulangan kebakaran terdiri dari dua
jenis:
1). Terpasang tetap ditempat
2). Dapat bergerak atau dibawa
1). Alat pemadam kebakaran yang terpasang tetap
Alat penanggulangan kebakaran jenis ini meliputi:
1. Pemancar air otomatis
2. Pompa air
3. Pipa-pipa dan slang-slang untuk aliran air
4. Alat pemadam kebakaran dengan bahan kering CO2 atau busa
Alat-alat pemadam kebakaran jenis 1-3 digunakan untuk penanggulangan
kebakaran yang relatif kecil, terdapat sumber air di lokasi kebakaran
dan lokasi dapat dijangkau oleh peralatan tersebut. Sedangkan
alat jenis ke-4 digunakan jika kebakaran relatif besar, lokasi kebakaran
sulit dijangkau alat pemadam, dan atau tidak terdapat sumber
air yang cukup, atau terdapat instalasi atau peralatan listrik, dan atau
terdapat tempat penyimpanan cairan yang mudah terbakar.
PEMELIHARAAN, PERBAIKAN, K3
22
Gambar (a) menunjukkan rumah
(almari) tempat penyimpanan peralatan
pemadam kebakaran. Disebelah
kiri adalah tempat gulungan pipa
untuk aliran air, sedangkan disebelah
kanan berisi alat pemadam
kebakaran yang dapat dibawa. Alat
jenis ini bisa berisi bahan pemadam
kering atau busa.
Gambar (b) adalah alat pemadam
kebakaran jenis pompa air. Alat ini
biasanya dipasang di pinggir jalan
dan di gang antar rumah di suatu
komplek perumahan. Jika terjadi
kebakaran disekitar tempat tersebut,
mobil kebakaran akan mengambil
air dari alat ini. Air akan disemprotkan
ke lokasi kebakaran
melalui mobil pemadam kebakaran.
Gambar (c) adalah alat pemadan
kebakaran jenis pemancar air otomatis.
Alat ini biasanya dipasang di
dalam ruangan. Elemen berwarna
merah adalah penyumbat air yang
dilapisi kaca khusus. Jika terjadi
kebakaran disekitar atau di dalam
ruangan, maka suhu ruangan akan
naik. Jika suhu udara disekitar alat
tersebut telah mencapai tingkat tertentu
(misalnya 800) kaca pelindung
elemen penyumbat akan pecah
dan secara otomatis air akan terpancar
dari alat tersebut.
(a)
(b)
(c)
Jika terjadi kebakaran di sekitar Anda, segera lapor ke Dinas
Kebakaran atau kantor Polisi terdekat. Bantulah petugas
pemadam kebakaran & Polisi dengan membebaskan
jalan sekitar lokasi kebakaran dari kerumunan orang atau
kendaraan lain selain kendaraan petugas kebakaran dan
atau Polisi.
Gambar 1.18. Beberapa Jenis Alat
Pemadam Kebakaran
PEMELIHARAAN, PERBAIKAN, K3
23
b). Penanggulangan Kebakaran Akibat Instalasi Listrik dan
Petir
􀁸 Buat instalasi listrik sesuai dengan peraturan yang berlaku antara
lain PUIL-2000 (Persyaratan Umum Instalasi Listrik-2000)
􀁸 Gunakan sekering/MCB sesuai dengan ukuran yang diperlukan.
􀁸 Gunakan kabel yang berstandar keamanan baik (LMK/SPLN)
􀁸 Ganti kabel yang telah usang atau cacat pada instalasi atau
peralatan listrik lainnya
􀁸 Hindari percabangan sambungan antar rumah
􀁸 Hindari penggunaan percabangan pada stop kontak
􀁸 Lakukan pengukuran kontinuitas penghantar, tahanan isolasi
dan tahanan pentanahan secara berkala
􀁸 Gunakan instalasi penyalur petir sesuai dengan standar
c). Penanggulaan Kecelakaan di dalam Lift
􀁸 Pasang rambu-rambu & petunjuk yang mudah dibaca oleh
pengguna jika terjadi keadaan darurat (listrik terputus atau padam,
kebakaran, gempa).
􀁸 Jangan memberi muatan lift melebihi kapasitasnya
􀁸 Jangan membawa sumber api terbuka di dalam lift
􀁸 Jangan merokok dan membuang puntung rokok di dalam lift
􀁸 Jika terjadi pemutusan aliran listrik, maka lift akan berhenti di
lantai terdekat dan pintu lift segera terbuka sesaat setelah berhenti.
Segera keluarlah dari lift dengan hati-hati.
2). Alat pemadam kebakaran yang dapat dibawa.
Alat ini seharusnya tetap tersedia di setiap kantor bahkan rumah tangga.
Pemasangan alat hendaknya ditempat yang paling mungkin terjadi
kebakaran, tetapi tidak terlalu dekat dengan tempat kebakaran, dan
mudah dijangkau saat terjadi kebakaran.
Cara menggunakan alat-alat pemadam kebakaran tersebut dapat dilihat
pada label yang terdapat pada setiap jenis alat. Setiap produk
mempunyai urutan cara penggunaan yang berbeda-beda.
d). Penanggulangan Kecelakaan terhadap Zat Berbahaya
Bahan-bahan berbahaya adalah bahan-bahan yang selama pembuatannya,
pengolahannya, pengangkutannya, penyimpanannya dan
penggunaannya dapat menimbulkan iritasi, kebakaran, ledakan,
PEMELIHARAAN, PERBAIKAN, K3
24
ledakan, korosi, mati lemas, keracunan dan bahaya-bahaya lainnya
terhadap gangguan kesehatan orang yang bersangkutan dengannya
atau menyebabkan kerusakan benda atau harta kekayaan.(Suma’mur.
P.K, MSc, 1981, hal 268).
1. Bahan-bahan eksplosif
Adalah bahan-bahan yang mudah meledak. Ini merupakan bahan
yang paling berbahaya. Bahan ini bukan hanya bahan peledak, tetapi
juga semua bahan yang secara sendiri atau dalam campuran
tertentu atau jika mengalami pemanasan, kekerasan, atau gesekan
dapat mengakibatkan ledakan yang biasanya diikuti dengan kebakaran.
Contoh: garam logam yang dapat meledak karena oksidasi
diri, tanpa pengaruh tertentu dari luar.
2. Bahan-bahan yang mengoksidasi.
Bahan ini kaya akan oksigen, sehingga resiko kebakarannya sangat
tinggi. Contoh: chlorat dan permangant yang dapat menyebabkan
nyala api pada bubuk kayu, atau jerami yang mengalami
gesekan; asam sulfat dan nitrat dapat menyebabkan kebakaran
jika bersentuhan dengan bahan-bahan organik.
3. Bahan-bahan yang mudah terbakar
Tingkat bahaya bahan-bahan ini ditentukan oleh titik bakarnya.
Makin rendah titik bakarnya makin berbahaya.
4. Bahan-bahan beracun.
Bahan ini bisa berupa cair, bubuk, gas, uap, awan, bisa berbau
atau tidak berbau. Proses keracunan bisa terjadi karena tertelan,
terhirup, kontak dengan kulit, mata dan sebagainya. Contoh: NaCl
bahan yang digunakan dalam proses pembuatan PCB. Bahan ini
seringkali akan menimbulkan gatal-gatal bahkan iritasi jika tersentuh
kulit.
5. Bahan korosif.
Bahan ini meliputi asam-asam, alkali-alkali, atau bahan-bahan kuat
lainnya yang dapat menyebabkan kebakaran pada kulit yang tersentuh.
6. Bahan-bahan radioaktif
Bahan ini meliputi isotop-isotop radioaktif dan semua persenyawaan
yang mengandung bahan radioaktif. Contoh cat bersinar.
PEMELIHARAAN, PERBAIKAN, K3
25
Tindakan pencegahan
􀁸 Pemasangan Label dan tanda peringatan
􀁸 Pengolahan, pengangkutan dan penyimpanan harus sesuai
dengan ketentuan dan aturan yang ada.
􀁸 Simpanlah bahan-bahan berbahaya di tempat yang memenuhi
syarat keamanan bagi penyimpnan bahan tersebut.
Simbol-simbol tanda bahaya
a. Bahaya Ledakan b. Bahaya Oksidasi
e. Bahaya Korosi
f. Bahaya Pencemaran
Lingkungan
Gambar 1.19. (a-h). Simbol-simbol Bahaya
g. Bahaya Iritasi h. Bahaya Radiasi Ion
Fachkunde Elektrotechnik, 2006, hal 15
c. Bahaya Kebakaran
d. Bahaya Beracun
T : beracun
T+ : sangat
beracun
PEMELIHARAAN, PERBAIKAN, K3
26
b) Ketatarumahtanggaan yang baik dan teratur.
􀁸 Menempatkan barang-barang ditempat yang semestinya, tidak
menempatkan barang di tempat yang digunakan untuk lalu-lintas
orang dan jalur-jalur yang digunakan untuk penyelamatan
kondisi darurat.
􀁸 Menjaga kebersihan lingkungan dari barang/bahan berbahaya,
misalnya hindari tumpahan oli pada lantai atau jalur lalulintas
pejalan kaki.
a). Perencanaan
Keselamatan kerja hendaknya sudah diperhitungkan sejak tahap
perencanaan berdirinya organisasi (sekolah, kantor, industri, perusahaan).
Hal-hal yang perlu diperhitungkan antara lain: lokasi, fasilitas
penyimpanan, tempat pengolahan, pembuangan limbah, penerangan,
dan sebagainya.
1.5.4. Pendekatan Keselamatan Lain
Tanda-tanda untuk keselamatan di tempat kerja
(a). Tanda Bahaya (b). Tanda Anjuran
(c). Tanda Darurat
(d). Tanda Perlindungan
terhadap Kebakaran
(e). Rumah Sakit atau Klinik (f). Tanda Larangan
Kesehatan
PEMELIHARAAN, PERBAIKAN, K3
27
(g). Tanda Peringatan
terhadap Bahaya
Tegangan Listrik
(h). Tanda Peringatan
untuk Tidak meng-ONkan
Saklar
Gambar 1.19. Tanda-tanda Keselamatan di Tempat Kerja
Tabel 1.3. Bentuk dan Warna untuk Simbol Keselamatan
Bentuk geometris
Warna
merah
kuning
hijau
biru
Larangan
Anjuran
Peringatan
Hati-hati
Darurat
Pertolongan
Pertama
Bahan &
Semangat
juang
Petunjuk
Pengarah
Fachkunde Elektrotechnik, 2006, hal 16
c). Pakaian Kerja
􀁸 Hindari pakaian yang terlalu longgar, banyak tali, baju berdasi,
baju sobek, kunci/ gelang berantai, jika anda bekerja dengan
barang-barang yang berputar atau mesin-mesin yang bergerak
misalnya mesin penggilingan, mesin pintal, dan sebagainya
􀁸 Hindari pakaian dari bahan seluloid jika anda bekerja dengan
bahan-bahan yang mudah meledak atau mudah terbakar.
􀁸 Hindari membawa atau menyimpan di kantong baju barang-barang
yang runcing, benda tajam, bahan yang mudah meledak,
dan atau cairan yang mudah terbakar.
PEMELIHARAAN, PERBAIKAN, K3
28
d). Peralatan Perlindungan Diri
1. Kacamata. Gunakan kacamata yang sesuai dengan pekerjaan
yang anda tangani, misalnya untuk pekerjaan las diperlukan
kacamata dengan kaca yang dapat menyaring sinar las; kacamata
renang digunakan untuk melindungi mata dari air dan zatzat
berbahaya yang terkandung di dalam air.
2. Sepatu. Gunakan sepatu yang dapat melindungi kaki dari beban
berat yang menimpa kaki, paku atau benda tajam lain, logam,
benda pijar dan asam yang mungkin terinjak. Sepatu untuk pekerja
listrik harus berbahan non-konduktor, tanpa paku logam.
3. Sarung tangan. Gunakan sarung tangan yang tidak menghalangi
gerak jari dan tangan. Pilih sarung tangan dengan bahan
yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang ditangani, misalnya
sarung tangan untuk melindungi diri dari tusukan atau sayatan,
bahan kimia berbahaya, panas, sengatan listrik, atau radiasi
tentu berbeda bahannya.
Gambar 1.20. Peralatan Perlindungan Diri
(a). Kacamata
Pelindung
(b). Sepatu
Pelindung
(c). Sarung Tangan
& Pelindung Lainnya
(d). Topi
Pelindung
(e). Baju Pelindung
(Tanpa Lengan)
(f). Baju Pelindung
(Lengan Panjang)
PEMELIHARAAN, PERBAIKAN, K3
29
1.6. Organisasi Keselamatan Kerja
Tujuan utama dibentuknya organisasi keselamatan kerja ialah untuk
mengurangi tingkat kecelakaan, sakit, cacat dan kematian akibat kerja,
dengan lingkungan kerja yang bersih, sehat, aman dan nyaman.
Organisasi bisa dibentuk di tingkat pemerintah, perusahaan atau oleh
kelompok atau serikat pekerja. Di Amerika Serikat, organisasi keselamatan
kerja bagi pekerja swasta dibentuk dibawah Departemen tenaga
kerja dan disebut OSHA (Occupational Safety and Health Administration).
OSHA membuat peraturan-peraturan yang berkaitan dengan
keselamatan dan kesehatan kerja. Diagram organisasi OSHA
dapat dilihat pada Gambar 1.20. Organisasi ini terdiri dari 4 bagian:
Bagian Perencanaan, Operasi, Logistik dan bagian keuangan. Personil
organisasi bisa terdiri dari pemerintah, kepolisian, dokter, psikolog,
tenaga ahli teknik, ahli jiwa, dan sebagainya. Di Indonesia, organisasi
pemerintah yang menangani masalah keselamatan kerja di
tingkat pusat dibentuk dibawah Direktorat Pembinaan Norma Keselamatan
dan Kesehatan Kerja. Disamping itu, organisasi semacam ini
juga dibentuk di perusahaan-perusahaan, dan ikatan ahli tertentu.
. Helm pengaman. Gunakan topi yang dapat melindungi kepala
dari tertimpa benda jatuh atau benda lain yang bergerak, tetapi
tetap ringan.
5. Alat perlindungan telinga untuk melindungi pekerja dari kebisingan,
benda bergerak, percikan bahan berbahaya.
6. Alat perlindungan paru-paru, untuk melindungi pekerja dari
bahaya polusi udara, gas beracun, atau kemungkinan dari kekurangan
oksigen.
7. Alat perlindungan lainnya, seperti tali pengaman untuk melindungi
pekerja dari kemungkinan terjatuh.
PEMELIHARAAN, PERBAIKAN, K3
30
Rangkuman
􀁸 Pemeliharaan dan perbaikan dilakukan untuk berbagai tujuan, antara
lain untuk: memperpanjang usia alat, meningkatkan kualitas
pelayanan, meningkatkan produktifitas, memelihara aset, dan
sebagainya.
􀁸 Sifat pemeliharaan dan perbaikan (PP) pada dasarnya dapat dibedakan
menjadi PP yang direncanakan (PP preventif maupun korektif)
dan PP yang tidak dapat direncanakan (PP yang bersifat
darurat).
Diagram Organisasi Sistem Komando Kecelakaan OSHA
Komandan Kecelakaan
Bagian
Perencanaan
Unit Sumber Daya
Unit Situasi
Unit Dokumentasi
Unit Demobilisasi
Ahli Teknik
Bagian
Operasi
Bagian
Logistik
Bagian
Keuangan
Dir.Op.Darat
Divisi/Grup
Tim Serbu
Tim Pokja
S.Daya Tunggal
Dir.Op.Udara
Tim Pendukung
Udara
Manajer Basis
Heli
Manajer Bidik
Heli
Grup Penyerang
Udara
Koord. Helikopter
Koord. Tanker Udara
Unit Komunikasi
Dir. Servis
Unit Medikal
Unit Makanan
Dir. Pendukung
Unit Supply
Unit Fasilitas
Unit Pendukung
Darat
Time Unit
Unit Usaha
Unit Klaim
Kompensasi
Unit Biaya
Gambar 1.21. Organisasi OSHA
www.wikipedia.org, OSHA
PEMELIHARAAN, PERBAIKAN, K3
31
􀁸 Untuk membantu pelaksanaan kegiatan PP diperlukan alat-alat
bantu, seperti manual PP, multimeter, probe, dan lain-lain.
􀁸 Kegiatan PP perlu dikelola dengan baik agar mendapatkan hasil
yang optimal, yaitu biaya murah alat dapat bekerja dengan baik.
Oleh karena itu, maka dibuat sebuah sistem manajemen PP, yang
prinsipnya adalah: merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan,
mengontrol dan mengevaluasi seluruh kegiatan PP.
􀁸 Dalam sistem manajemen PP, kegiatan PP dimulai dari adanya
permintaan pekerjaan PP (W.R), diikuti dengan perintah kerja
(W.O), dan diakhiri dengan penyimpanan file Backlog W.O.
Sistem ini dapat dilaksanakan secara manual (semua tahap PP
dikerjakan oleh masing-masing petugas), atau dapat juga dilaksanakan
dengan bantuan komputer. Sistem manajemen berbantuan
komputer biasanya disebut CMMS (Computerized Maintenance
Management System).
􀁸 Pada umumnya, CMMS terdiri dari 4 modul: 1) Modul perencanaan
W.O & penjadwalan; 2) Modul kontrol inventaris pemeliharaan;
3) Modul up-date data untuk pemeliharaan preventif; 4) Modul laporan
pemeliharaan.
􀁸 Perangkat lunak CMMS dapat diunduh secara gratis dari internet.
Tetapi untuk menggunakannya biasanya diperlukan modifikasi sesuai
dengan kebutuhan organisasi pengguna.
􀁸 Masalah kesehatan dan keselamatan kerja pada dasarnya ditujukan
untuk perlindungan para pekerja, orang lain atau peralatan
yang digunakan untuk bekerja.
􀁸 Kecelakaan dapat mengakibatkan 5K (kerusakan, kekacauan, keluhan
dan penderitaan atau kesedihan, kelainan atau cacat, dan
kematian.
􀁸 Kecelakaan dapat diklasifikasikan berdasarkan:1) jenis kecelakaan;
2) sumber atau penyebab kecelakaan; 3) Sifat luka
􀁸 Pecegahan dan penanganan kecelakaan merupakan sebuah upaya
untuk menghindari kecelakaan dan memperkecil resiko atau
akibat dari suatu kecelakaan. Pencegahan tersebut dilakukan antara
lain dengan melindungi diri terhadap sumber penyebab kecelakaan,
misalnya dengan menggunakan pakaian dan atau peralatan
perlindungan diri, disiplin dalam bekerja, selalu menjaga keberPEMELIHARAAN,
PERBAIKAN, K3
32
sihan lingkungan kerja agar tercipta suasana kerja yang aman
dan nyaman.
􀁸 Organisasi keselamatan kerja perlu dibentuk untuk melindungi para
pekerja dari 5K. Ini dapat dibentuk oleh pemerintah, perusahaan,
ikatan berbagai profesi, atau gabungan dari semua unsur tersebut.
Di Amerika Serikat, organisasi keselamatan & kesehatan
kerja (OSHA) mengatur semua aspek yang berkaitan dengan
keselamatan & kesehatan para pekerja dan pemberi kerja, mulai
dari pengaturan tentang penyimpanan, pengolahan, pembuangan
bahan berbahaya hingga prosedur penyelamatan darurat jika
terjadi kecelakaan kerja.
Latihan Soal Bab 1
Soal Pemeliharaan
1. Apa sasaran dan tujuan pemeliharaan dan perbaikan?
2. Apa yang dimaksud dengan pemeliharaan preventif? Beri contoh!
3. Apa perbedan antara pemeliharaan preventi dan korektif?
4. Jelaskan pula apa yang dimaksud dengan pemeliharaan darurat?
Beri contohnya!
5. Sebutkan minimal 3 alat bantu pemeliharaan.
6. Bagimanakah proses atau tahapan pemeliharaan itu?
7. Mengapa kegiatan pemeliharaan & perbaikan perlu dibuat sistem?
8. Mengapa perlu Backlog pemeliharaan?
9. Apa keuntungan sistem manajemen PP berbantuan komputer?
10. Coba lakukan pengamatan sistem manajemen PP di sekolah kalian,
lalu buatlah laporan singkat tentang apa yang kalian amati.
Soal K3
1. Apa yang dimaksud dengan keselamatan kerja?
2. Mengapa perlu dibuat ketentuan tentang K3
3. Apa yang dimaksud dengan kecelakaan?
4. Sebutkan akibat dari kecelakaan, yang dikenal dengan 5K!
5. Sebutkan jenis kecelakaan yang kalian ketahui!
6. Sebutkan sumber-sumber kecelakaan yang kalian ketahui!
7. Apa saja yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan
kerja?
Tugas kelompok:
Rencanakan sebuah program kegiatan dan tentukan target kegiatan untuk
menyelamatkan lingkungan kelas dan sekolah kalian dari:
a) Pencemaran udara,
b) Bahan limbah berbahaya,
c) Bahaya longsor dan atau banjir.
PEMELIHARAAN, PERBAIKAN, K3
33
Saran:
Program dapat dibuat menjadi beberapa tahap, misalnya tahap sosialisasi,
tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi secara
keseluruhan. Tentukan target untuk setiap tahapan. Mintalah du-kungan
dari seluruh warga disekolah kalian (guru, teman-teman, tena-ga
kebersihan, koperasi, penyelenggara kantin, dan sebagainya). Buatlah
evaluasi pada setiap akhir tahapan dengan melihat apakah target yang
kalian harapkan telah tercapai. Jika belum, carilah apa kira-kira
kendalanya, lalu mintalah saran dari guru kalian.
Prinsip Pelacakan Kerusakan / Kegagalan
34
2. PRINSIP PELACAKAN
KERUSAKAN / KEGAGALAN
2.1.1. Pendahuluan
Gambar 2.1: Contoh Alat Komunikasi
Sebuah Sistem
Sebagai contoh sebuah sistem secara
umum adalah : manusia, alat ukur
elektronika, alat komunikasi, mobil,
peralatan elektronika dalam
rumah tangga, peralatan dalam industri
dan lain-lain.
Coba kalian pikirkan mengapa dibutuhkan
suatu bagian pemeliharaan
dan perbaikan ? Hal ini perlu agar:
􀁸 􀀃Peralatan tetap dalam kondisi kerja
normal.
􀁸 Menghindari kesalahan proses.
􀁸 Meningkatkan kualitas layanan jasa.
􀁸 Meningkatkan kualitas produksi.
􀁸 Meningkatkan kepuasan pelanggan.
􀁸 Memenuhi kebutuhan keamanan,
kenyamanan, dan keselamatan.
Rumusnya diberikan:
M(t) 􀀠1 􀀐 e􀀐 􀁐t 􀀠1 􀀐 e􀀐t /MTTR
dimana:
M (t) adalah Maintainability
t adalah waktu yang diizinkan
untuk pemeliharaan (jam).
MTTR adalah waktu rata-rata
perbaikan (jam).
􀂗 adalah kecepatan perbaikan
(per jam).
Gambar 2.2: Pemeliharaan
DEFINISI SISTEM:
Gabungan dari beberapa bagian atau
komponen yang saling berhubungan
satu dengan yang lainnya
secara lengkap dan teratur dan
membentuk suatu fungsi.
Tujuan pemeliharaan adalah
untuk mencapai tingkat kepuasan
dari availability (keberadaan)
sistem dengan biaya
yang layak/wajar dan efisiensi.
Definisi Maintainability
(kemampuan pemeliharaan)
Kemungkinan suatu sistem
yang rusak dikembalikan pada
kondisi kerja penuh dalam suatu
perioda waktu yang telah
ditentukan.
2.1. Proses Pemeliharaan di Industri
Prinsip Pelacakan Kerusakan / Kegagalan
35
Prinsip pemeliharaan bergantung pada
beberapa faktor:
● Tipe sistem
● Tempat dan kerja sistem.
● Kondisi lingkungan.
● Tingkat keandalan sistem yang
diinginkan.
Semuanya ini berkaitan erat dengan keahlian
dari staf pemeliharaan dan perlengkapan
komponen.
Ada dua cara pemeliharaan:
Pada Preventive maintenance penggantian
dilakukan sebelum komponen
benar-benar rusak (aus karena pemakaian)
sehingga keandalan sistem dapat
diperbesar. Sebagai contoh, komponen
dari bagian yang bergerak dan
digunakan secara terus menerus sebaiknya
diganti sebelum rusak misalnya
servo potensiometer, motor dan
sikatnya kontak pada relay dan saklar
atau lampu pijar (filamen).
Gambar 2.3: Lampu Pijar Umurnya Tak
Panjang
Suatu sistem yang menggunakan sejumlah
besar lampu indikator, memiliki
grafik kerusakan seperti Gambar 2.4.
1.Preventive Maintenance (pemeliharaan
untuk pencegahan): mengganti
bagian-bagian / komponen
yang hampir rusak, serta kalibrasi.
2. Corrective Maintenance (pemeliharaan
untuk perbaikan): mengganti
komponen yang rusak.
2.1.2. Prinsip-Prinsip
Pemeliharaan
Waktu
1000 jam
Kegagalan
Gambar 2.4: Grafik Kerusakan Lampu
Indikator
Grafik kegagalan menunjukkan
bahwa puncak kegagalan terjadi
pada 1000 jam. Kemungkinan
suatu lampu indikator mengalami
kegagalan sebelum 1000 jam adalah
0,5 (50 %). Jadi, bila lampu
diganti setelah 1000 jam, kemungkinan
setiap lampu mengalami
kegagalan selama waktu itu
adalah 0,5 (50 %). Apabila semua
lampu diganti pada waktu
yang bersamaan dalam standar
deviasi sebelum umur rata-ratanya,
maka hal ini akan membuat
tingkat keandalannya lebih baik.
Kesulitannya adalah memperki
rakan dengan tepat periode keausan
untuk komponen pada bagian
dalam, sehingga menjadi tidak
ekonomis untuk melaksanakan
pemeliharaan preventif.
Kerugiannya adalah gangguangangguan
yang terjadi selama
pengerjaan pemeliharaan preventif
tersebut, sehingga dapat
menyebabkan terjadinya kerusakan
pada alat itu sendiri.
Gambar 2.5: Memperkirakan Keausan
Itu Sulit
Prinsip Pelacakan Kerusakan / Kegagalan
36
Pemeliharaan yang bersifat memperbaiki
(corrective maintenance) adalah
aktivitas pelayanan sistem elektronika
selama penggunaannya, jika terjadi
kerusakan komponen yang tidak dapat
diperkirakan dan tidak dapat ditanggulangi
dengan pemeriksaan. Dalam
kenyataannya, pemeriksaan suatu
kerusakan lebih disukai daripada pencegahan.
Sebagai gambaran, Gambar 2.6 memperlihatkan
hubungan antara ongkos
pemeliharaan dan ongkos perbaikan
serta tersedianya perlengkapan itu
sendiri.
1
3
4
6
2
5
Rendah Kesiapan Perlengkapan 100 %
Ongkos
Gambar 2.6: Hubungan Antara Ongkos Pemeliharaan
Dan Ongkos Perbaikan Serta
Tersedianya Perlengkapan
Keterangan:
1. Jumlah ongkos-ongkos pemeli
haraan dan perbaikan.
2. Ongkos-ongkos perbaikan +
kerugian kerusakan (kerugian
produksi, tenaga kerja yang
mengganggur dsb).
3. Ongkos-ongkos perbaikan.
4. Ongkos-ongkos pemeliharaan.
5. Regangan optimum dimana
jumlah biaya harus diberikan
(batas-batas tidak mutlak dan
mungkin berbeda dari masalah
ke masalah).
6. Optimasi tersedianya perleng
kapan.
Dapat terlihat dengan jelas bahwa
ada rentangan optimum yaitu
usaha pemeliharaan itu dapat ditentukan
secara ekonomis. Sebaliknya,
ongkos pemeliharaan
meningkat sedemikian rupa sehingga
tak seorangpun dapat
mengatasinya.
Gambar 2.7:Ongkos Pemeliharaan yang
Tak Menentu
Tiga tingkatan dalam perbaikan:
Pengamatan Kerusakan:
● Catat gejala-gejalanya
● Bandingkan dengan spesifikasi
Menentukan tempat kerusakan
(Lokalisasi)
Perbaikan
Kerusakan
Prinsip Pelacakan Kerusakan / Kegagalan
37
Tujuan menjalankan dan membentuk
suatu perusahaan industri adalah
mencari suatu keuntungan.
Untuk mencapai itu semua perusahaan
harus:
● Memperhatikan dengan cermat
manajemen perusahaan.
● Mengorganisasikan dan meng -
koordinasikan seluruh kegiatan
didalam suatu perusahaan untuk
meningkatkan keuntungan usaha
Gambar 2.8: Kedisiplinan terhadap Waktu
Termasuk dalam Koordinasi Perusahaan
Suatu perusahaan tidak hanya
memproduksi barang-barang yang
dapat dijual, tetapi juga harus siap
menghadapi persaingan. Untuk itu,
barang-barang tersebut harus
memenuhi:
􀂃 harga wajar;
􀂃 berkualitas;
􀂃 produksi dan distribusi tepat
waktu .
Untuk memenuhi produksi harus
dilaksanakan:
● Efisien dan ekonomis: semua
peralatan harus beroperasi secara
efisien dan akurat pada
tingkat produksi yang disyaratkan.
● Penjadwalan waktu istirahat
direncanakan secara cermat.
● Pengembangan produksi harus
terus dilakukan dengan
menghasilkan produk baru dan
berstandar serta berkualitas.
Melalui teknis, proses, sistem,
metoda serta optimalisasi.
Gambar 2.9: Pengembangan Produksi
Maka bagian pemeliharaan:
● Harus maju sesuai dengan
teknik mutakhir yang dipakai.
● Harus merencanakan pemeliharaan
secara teratur tidak
mengganggu jadwal produksi
sehingga waktu tunggu dan
kerugian menjadi minimal.
Pemeliharaan yang tidak memadai
dapat menimbulkan kerusakan dengan
biaya tinggi dan tidak ha-nya
dalam perbaikan saja tetapi juga
kerugian jumlah produksi.
2.1.3. Pemeliharaan di
Industri
Prinsip Pelacakan Kerusakan / Kegagalan
38
Suatu bentuk pelayanan umum tidak
untuk mencari keuntungan. Fungsi
utama mereka untuk menyediakan
pelayanan bagi masyarakat (konsumen).
Misalnya kantor dan hotel komersial
menyediakan pemanas, spa,
lift dan sebagainya.
Gambar 2.10: Kolam Air Panas
Kerusakan dari pelayanan bagian
manapun, mungkin secara tak langsung
akan menyebabkan kerugian
karena dihubungkan dengan reputasi
perusahaan yang akhirnya akan
mempengaruhi bisnis.
Gambar 2.11: Kerugian Karena Kerusakan
Pelayanan
Dan tentunya sebagai konsumen seharusnya
kita ikut menjaga fasilitas
umum tersebut, karena semuanya
itu untuk kepentingan dan kelancaran
bersama .
Banyak situasi lain bahwa kegagalan
teknik dalam pelayanan pemeliharaannya
tidak dapat semata-mata
ditaksir dalam hal keuangan, dijelaskan
di bawah ini.
● Rumah sakit yang berfungsi
terus menerus, kerusakan dan
pengangguran perlengkapan
tertentu dapat berakibat fatal.
Dalam hal semacam ini, diperlukan
bagian yang siap untuk
memasang perlengkapan, untuk
melaksanakan perbaikan
dan pemeliharaan secara rutin.
Sistem pemeliharaan awal adalah
menjamin perlengkapan
tersebut dapat dipercaya setiap
waktu.
Gambar 2.12: Peralatan Rumah Sakit
Yang Perlu Dipelihara
● Kegagalan pelayanan darurat
pada sekolah, perpustakaan
dan kantor tidak akan menyebabkan
malapetaka atau keru
gian hasil, tetapi hal ini akan
menyebabkan ketidaksenangan
atau ketidaknyamanan.
Jadi, pemeliharaan bagian pelayanan
yang bersifat umum juga
harus diperhatikan, karena secara
tak langsung berhubungan dengan
kelangsungan atau kelancaran perusahaan
itu sendiri.
2.1.4. Pemeliharaan dalam
Pelayanan Umum
Prinsip Pelacakan Kerusakan / Kegagalan
39
Pemeliharaan yang terprogram dapat
diterapkan dengan baik pada semua
jenis industri, tetapi efek dan keuntungan-
keuntungannya akan berbedabeda.
Hal ini tergantung pada industri,
kondisi lokal dan juga bentuk penerapannya.
Pemeliharaan terprogram bukanlah
satu-satunya cara mengatasi semua
kesullitan untuk setiap persoalan pemeliharaan.
Pemeliharaan terprogram ini tak akan
menyelesaikan masalah bila:
● Bagian ketrampilannya lemah
● Kekurangan peralatan
● Rancangan peralatan yang jelek
atau pengoperasian peralatan
yang salah.
Gambar 2.13: Pemeliharaan yang Terprogram
Keuntungan pemeliharaan terprogram
adalah:
􀁸 Tersedianya material yang
le-bih besar, dengan cara:
• memperkecil kerusakan
yang akan timbul pada pabrik
yang secara teratur
dan benar-benar dipelihara
• pemeliharaan akan dilaksanakan
bila hal itu paling
menguntungkan dan akan
menyebabkan kerugian
produksi yang minimum;
• tuntutan komponen dan
perlengkapan diketahui sebelumnya
dan tersedia bila
perlu.
􀁸 Pelayanan yang diprogram
dan penyesuaian memelihara
hasil pabrik yang terusmenerus;
􀁸 Pelayanan yang rutin lebih
murah dari pada perbaikan
yang tiba-tiba; menggunakan
tenaga lebih banyak tapi
efektif;
􀁸 Penyesuaian perlengkapan
dapat dimasukkan dalam
program;
􀁸 Dapat membatasi ongkos
pemeliharaan dan perbaikan
secara optimum.
Gambar 2.14: Segala Sesuatu Harus
Direncanakan
2.1.5. Keuntungan
Pemeliharaan yang
Direncanakan
Pemeliharaan yang terprogram
adalah perencanaan suatu perusahaan
dalam mengoptimasikan
sumberdaya manusia, biaya, bahan,
dan mesin sebagai penunjang.
Prinsip Pelacakan Kerusakan / Kegagalan
40
Manfaat mengatahui Spesifikasi
(spec):
Bagi Perusahaan: untuk mencapai
spec. standard yang lebih baik lagi.
Bagi Konsumen: untuk membandingkan
kelebihan / kekurangan dengan
produk yang lain (memilih yang
terbaik dan ekonomis)
Gambar 2.15:Bandingkan Sebelum Membeli
Pemeliharaan peralatan yang ada
dalam suatu perusahaan ataupun
pembuatan suatu peralatan, tak luput
dengan spesifikasi alat tersebut,
sehingga kita dapat memeliharanya
dengan betul.
Spesifikasi suatu komponen seharusnya
juga diketahui oleh pembuat
suatu peralatan, sehingga dalam perancangannya
dapat mempergunakan
komponen yang paling efektif
dan murah untuk suatu aplikasi tertentu.
Sebelum kita melihat spesifikasi
yang sebenarnya, kita harus terlebih
dahulu memperhatikan berbagai
komponen yang dipergunakan dalam
industri elektronika.
Komponen ini dapat dikelompok
kan sebagai berikut:
􀂃 bagian mekanik, seperti casis
logam dan siku-siku, kawat, papan
rangkaian tercetak (selanjutnya
disebut PCB), konektor,
plug dan soket;
􀂃 komponen pasif, seperti resistor
tetap dan variabel, kapasitor
tetap dan variabel, induktor;
􀂃 komponen aktif, seperti dioda,
transistor, thyristor, FETdan IC.
Perancang harus mempergunakan
spesifikasi untuk memilih
komponen yang paling cocok.
Untuk aplikasi tertentu spesifikasi
komponen bergantung
pula pada:
- Harga disesuaikan produk.
- Ketersediaan suku cadang.
- Standarisasi dalam organisasi.
Format untuk Spesifikasi Komponen
dapat dibagi sebagai berikut:
1. Piranti, tipe dan keluarga
2. Gambaran singkat tentang
piranti dan aplikasi yang diharapkan,
untuk menunjang dalam
pilihan ini.
3. Penggambaran outline yang
menunjukan dimensi mekanis
dan sambungan.
4. Penjelasan terperinci singkat
tentang karakteristik kelistrikan
yang terpenting dan batas
maksimum nilai mutlak dari
tegangan, arus dan daya.
5. Data kelistrikan lengkap termasuk
angka-angka, grafik
yang diperlukan dan kurva
karakteristik.
6. Perincian tentang metoda pemeriksaan
pabrikasi.
7. Angka-angka tentang reliabi
litas atau batas kegagalan.
2.2. Spesifikasi
Definisi Spesifikasi:
Pernyataan terperinci dari karakteristik
yang dikehendaki suatu perlengkapan,
peralatan, sistem, produk
atau proses.
2.2.1. Pendahuluan
2.2.2. Spesifikasi
Komponen
Prinsip Pelacakan Kerusakan / Kegagalan
41
Pada Gambar 2.16 diberikan contoh lembaran spesifikasi sebuah komponen
potensiometer adalah:
GC Loveday,1980, 6
Gambar 2.16: Spesifikasi potensiometer
Perlu dicatat bahwa maksud lembar spesifikasi di atas adalah untuk menunjukkan
dengan jelas tentang pemakaiannya, batas maksimum mutlak,
dan batas data kelistrikan penting lainnya, sehingga komponen ini dapat
digunakan dengan benar. Contoh di atas hanya untuk memberikan ilustrasi
format yang biasanya dijumpai.
Untuk menilai spesifikasi komponen selengkapnya, cara yang terbaik adalah
mencari sumber dari buku data pabrik yang bersangkutan. Dalam
buku data ini selalu terdapat informasi yang penting dan berguna.
Prinsip Pelacakan Kerusakan / Kegagalan
42
Terlepas dari masalah harga, kita harus memperhatikan semua aspek
yang berikut ini:
1. Dimensi fisik : yaitu panjang, diameter, bentuk kawat penyambung
dan bentuknya sendiri.
2. Rentangan resistansi : nilai maksimum dan minimumnya.
3. Toleransi seleksi : nilai seleksi maksimum dan minimum dari resistor,
misalnya ± 2 %, ± 5 %, ± 10 % atau ± 20 % .
4. Rating daya : daya maksimum dalam watt yang dapat didisipasikan
biasanya dinyatakan pada temporatur 70° C (komersial), 125°
(militer).
5. Koefisien temperatur : perubahan resistansi menurut temperatur dinyatakan
dalam bagian-bagian per sejuta (ppm) per °C. Oleh karena
"koefisien" menunjukan bahwa terjadi fungsi linier, maka istilah karakteristik
sekarang lebih disukai.
6. Koefisien tegangan : perubahan resistansi menurut tegangan yang
terpasang dinyatakan dalam ppm per volt.
7. Tegangan kerja maksimum : tegangan maksimum yang dapat dipasangkan
pada ujung-ujung resistor.
8. Tegangan breakdown : tegangan maksimum yang dapat dipasang
diantara badan resistor dan menyentuh konduktor luar, yaitu
tegangan breakdown dari pelapis yang mengisolasi resistor itu.
9. Resistansi penyekat (insulation resistance): resistansi dari pelapis
yang mengisolasi.
10 Stabilitas umur pembebanan : perubahan resistansi setelah waktu
operasi yang disebutkan, dengan beban penuh pada 70° C. Waktu
operasi biasanya diambil 1000 jam.
11 Shelf stability : perubahan resistansi selama disimpan biasanya dinyatakan
untuk 1 tahun.
12 Range temperatur kerja : nilai-nilai ini minimum dan maksimum yang
diizinkan untuk temperatur ambient.
13 Temperatur permukaan maksimum : nilai temperatur maksimum
dan minimum yang diizinkan untuk badan resistor, kadang-kadang
disebut "HOT SPOT TEMPERATURE".
14 Noise : noise (desah) kelistrikan vang disebabkan oleh tegangan
yang terpasang yang menekan resistor dinyatakan 􀂗 v/y
15 Klasifikasi kelembaban : perubahan resistansi dalam mengikuti suatu
temperatur standar yang tinggi dan test siklus waktu kelembaban.
Perubahan itu harus berada dalam limit tertentu.
16 Efek penyolderan : perubahan resistansi yang diakibatkan oleh test
penyolderan standar.
Setelah melihat berbagai parameter yang harus diperhatikan, maka sangatlah
berguna untuk membandingknn berbagai tipe resistor yang secara
fisik kira-kira ukurannya sama. Ini ditunjukkan pada tabel 2-1. Angkaangka
yang diberikan disitu adalah contoh-contoh dalam kebanyakan hal,
terlepas dari beberapa nilai maksimum.
Prinsip Pelacakan Kerusakan / Kegagalan
43
Dengan mempelajari tabel, nyatalah bahwa resistor untuk aplikasi yang
profesional harus jenis rnetal oxide atau metal glaze (cermet), karena resistor-
resistor jenis itu mempunyai rentangan resistansi yang lebar, stabilitas
yang baik, dan koefisien temperatur yang rendah.
Untuk aplikasi yang khusus, perancang harus Iebih mendalami spesifikasi
khusus dari tipe komponen, tetapi jelas menguntungkan jika kita mempunyai
data pendek seperti pada tabel karena hal ini membantu kita dalam
mempersempit daerah pemilihan untuk mendapatkan komponen yang
benar.
Tabel 2.1: Perbandingan Jenis-Jenis yang Umum dari Resistor Kegunaan
Umum
Resistor
Type
Carbon
Composition
Carbon
Film
Metal
Oxide
Metal
Glaze
General
Purpose
Wire-
Wound
Range 10 􀈍 to 22 M􀈍 10􀈍 - 2 M􀈍 10􀈍 -1 M􀈍 10 􀈍 - 1 M􀈍 0.25􀈍 -10 K􀈍
Toleransi ± 10 % ± 5 % ± 2 % ± 2 % ± 5 %
Rating Daya 250 mW 250 mW 500 mW 500 mW 2.5 W
Kestabilan
Beban
10 % 2 % 1 % 0.5 % 1 %
Teg. Max. 150 V 200 V 350 V 250 V 200 V
R Penyekat 109 􀈍 1010 􀈍 1010 􀈍 1010 􀈍 1010 􀈍
Tegangan 500 V 500 V 1 KV 500 V 500 V
Breakdown
Koefisien
Tegangan
2000 ppm/V 100
ppm/Vb
10 ppm/V 10 ppm/V 1 ppm/V
Daerah - 40 oC s/d - 40 oC s/d - 55 oC s/d - 55 oC s/d - 55 oC s/d
temp.ambang + 105 oC + 125 oC + 150 oC + 150 oC + 185 oC
Koefisien ± 1200 ppm/oC ±1200 ± 250 ± 100 ± 200 ppm/oC
Temperatur ppm/oC ppm/oC ppm/oC
Noise 1 K􀈍 2 􀂗V/V 1 􀂗V/V 0.1 􀂗V/V 0.1 􀂗V/V 0.01 􀂗V/V
10 M􀈍 6 􀂗V/V
Efek 2 % 0.5 % 0.15 % 0.15 % 0.05 %
Penyolderan
Shelf life 5 % max 2 % max 0.1 % max 0.1 % max 0.1 % max
1 year
Damp heat 15 % max 4 % max 1 % 1 % 0.1 %
95% RH
GC Loveday,1980, 8
Langkah-langkah yang diperlukan dalam memilih komponen yang benar
adalah sebagai berikut :
a. Tentukan secara definitif aplikasinya: keperluannya untuk apa
b. Buatlah daftar untuk persyaratan:seperti dimensi, nilai, toleransi dsb.
c. Ceklah lembar data singkat untuk mendapatkan tipe yang cocok.
d. Perhatikan batas-batas lainnya yang mungkin: ada tidaknya, harga dll.
e. Ceklah spesifikasi komponen yang lengkap
f. Evaluasi
Prinsip Pelacakan Kerusakan / Kegagalan
44
Format standard dari spesifikasi
suatu perlengkapan elektronika
adalah :
harus dikerjakan oleh
instrumen itu dan maksud
aplikasinya.
volt ac, fasa tunggal,
frekuensi 50 Hz sampai 60 Hz
dengan daya 250 Watt.
Beberapa perlengkapan elektro
nika yang dipakai secara umum
dapat diklasifikasikan sbb (lihat
gambar disamping):
● Instrumen ukur elektronika
● Instrumen pembangkit sinyal
● Sumber-sumber daya
● Perlengkapan komunikasi
● Instrumen pengolah data
● Elektronika konsumen
● Sistem kontrol
2.2.3. Spesifikasi
Perlengkapan
Gambar 2.17: Contoh Alat Ukur
Gambar 2.18: Contoh Sumber Daya
Gambar 2.19: Contoh Alat Komunikasi
Gambar 2.20: Contoh Pengolah Data
Gambar 2.21: Contoh Elektonik Konsumen
Gambar 2.22: Contoh Sistem Kontrol
1. Diskripsi dan nomor tipe
Sebuah catatan singkat yang
menyatakan dengan jelas apa
yang harus dikerjakan oleh instrumen
itu dan maksud aplikasinya.
2. Data kelistrikan
(a) Karakteristik prinsip, misalnya
Output,
taraf tegangan,
Frekuensi,
Impedansi,
Rentangan,
Akurasi,
Distorsi,
Karakteristik temperatur.
(b) Kebutuhan daya
Sumber tegangan: 120 V atau
240 volt ac, fasa tunggal, frekuensi
50 Hz sampai 60 Hz dengan
daya 250 Watt.
3. Data lingkungan
Rentangan temperatur kerja,
Kelembaban,
Klasifikasi,
Test getaran,
Angka untuk MTBF.
4. Data mekanik
Dimensi,
Bobot.
Prinsip Pelacakan Kerusakan / Kegagalan
45
Tabel 2.2: Contoh Spesifikasi sebuah Catu Daya dan Multimeter Digital
(A) Stabilished D.C.
Power Supply
Brench
Type (B) Digital Multimeter 3½ digits
Parameter of Function Typical value Parameter of function Typical value
Output Voltage 0 to 50 V Ranges:
Output current 1 A max d.c. and a.c. 200 mV to 1 KV
Load regulation 0.02 % zero voltages
to full load d.c. and a.c. 200 􀂗A to 1 A
Line regulation 0.01 % for 10 % Current
Mains change Resistance 200 􀈍 to 20 M􀈍
Ripple and Noise 5 mV pk-pk Accuracy (90 days)
Output impedance 10 M􀈍 at 1 KHz d.c. ± 0.3 % of reading
Temperature ± 0.01 % per 0C ± 1 digit
coefficient a.c. ± 0.5 % of reading
Current limit 110 % of full load ± 1 digit
Resistance ± 0.2 % of reading
± 1 digit
Response time d.c. 0.5 sec
a.c. 3 sec
Temperature coeff. ± 300 ppm/0C
Input impedance 10 M􀈍 in
parallel with 100
pF
GC Loveday,1980, 13
Penting untuk memiliki pemahaman yang baik tentang berbagai istilah
dan pernyataan-pernyataan dalam sebuah spesifikasi, apalagi saat
membeli sebuah instrumen baru yang tidak begitu dikenal. Jikalau ada
keraguan arti dari beberapa spesifikasi, mintalah penjelasan dari pabrik
atau pergunakanlah buku petunjuk spesifikasi standar dari instrumen
tersebut. Tidak ada untungnya dengan berpura-pura sudah mengerti.
Dalam sebuah industri elektronika tentunya tak luput dari pengetesan
peralatan yang diproduksi, dan ini dilakukan oleh ahli tes pada bagian
perbaikan. Untuk itu tentunya diperlukan sebuah informasi cara
pengetesan suatu peralatan dengan menggunakan spesifikasi tes.
Spesifikasi test tentunya merupakan dokumen yang perlu pemahaman,
ini mencakup semua aspek dari karakteristik instrumen, hal-hal yang
harus dicek, disetel, diukur, dan direkam (dicatat).
2.2.4. Spesifikasi Tes
Definisi Spesifikasi Tes:
adalah informasi yang diperlukan oleh bagian test, perbaikan, atau ahliahli
instalasi agar mereka dapat mencek apakah instrumen atau sistim
memenuhi standar penampilan yang dipersyaratkan.
Prinsip Pelacakan Kerusakan / Kegagalan
46
Yang penting lagi seorang ahli tes
harus menjaga keselamatan kerja,
menjaga instrumen-instrumen tes
dan mempunyai catatan-catatan.
Kebijakan pemeliharaan tipe tertentu
suatu sistem dapat mencakup program
detail tentang kalibrasi ulang
dan langkah-langkah pencegahan
lainnya.
Kalibrasi ulang merupakan jenis pemeliharaan
untuk mempertahankan
keandalan kerja peralatan sesuai
kelasnya. Hal ini dilakukan karena
adanya penyimpangan dari batas
toleransi spesifikasi peralatan tersebut.
Kalibrasi sangat penting dilakukan
untuk instrumen ukur, misalnya
osiloskop, digital multi-meter, alatalat
ukur elektronik kedokteran dan
lain-lain. Karena adanya penyimpangan
spesifikasi bisa mengakibatkan
penyimpangan saat pengukuran,
serta bila dibiarkan akan membuat
alat ukur tersebut rusak. Untuk
kalibrasi ulang biasanya tidak ada
komponen yang diganti dan dilakukan
dalam interval waktu yang tertentu
(maksimum 1 tahun sekali)
pada setiap peralatan (terutama peralatan
ukur).
Gambar 2.23: Kalibrasi Hal Yang Penting.
2.2.5.Kalibrasi Peralatan
Yang dimaksud kalibrasi ulang
adalah menseting kembali peralatan
yang sudah dipakai selama periode
atau waktu tertentu dengan cara
membandingkan peralatan yang
sama dan masih standar, sehingga
alat tersebut dapat berjalan normal
kembali.
Lembaran standar untuk menuliskan
spesifikasi tes yang logis
tentang test dan penyetelan sebagai
berikut :
(a) Judul, nomor tipe instrumen,
nomor seri, spesifikasi, tanggal
pengeluaran
(b) Daftar perlengkapan test yang
diperlukan untuk melaksanakan
test
(c) Pemeriksaan kesinambungan,
isolasi, dan resistansi (dengan
daya dipadamkan)
(d) Penyetelan taraf sinyal dan tegangan,
pengukuran, dan pencatatan-
pencatatan mengenai
masing-masing perakitan sub.
Beberapa dari test-test ini
mungkin dapat dilakukan sebelum
test akhir. (catu daya
hidup).
(e) Test penampilan sistem dan
instrumen
(f) Burn - in test (kadang-kadang
disebut SOAK TEST).
Untuk menjamin agar unit produksi
memenuhi semua aspek penampilan
produksi yang telah disetujui,
merupakan tugas para ahli test itu.
Untuk itu diperlukan suatu ketrampilan
dalam pengukuran dan mencari
gangguan dengan cepat. Bila
beberapa bagian dari instrumen
yang tidak bekerja sesuai dengan
spesifikasi, maka ahli test itu harus
menemukan sebab dari kesalahan
secepat mungkin dan kemudian
menyerahkan instrumen itu, atau
bagian rakitan itu kepada bagian
produksi untuk diperbaiki. Disamping
pengukuran dan mencari
gangguan, ahli itu harus mencatat
data yang diperlukan dengan teliti
dari instrumen yang ditest.
Prinsip Pelacakan Kerusakan / Kegagalan
47
Kalian pasti sudah mengetahui, bahwa setiap peralatan elektronika setelah
beberapa waktu akan mengalami kemunduran kinerja atau bahkan
mengalami kerusakan, karena tidak ada peralatan yang dapat bekerja
secara sempurna sepanjang waktu, meskipun kualitas dan teknologinya
canggih. Misalnya satelit membutuhkan keandalan sangat tinggi sehingga
sampai batas waktu yang ditentukan tetap bekerja dengan baik, karena
kerusakan pada satelit akan sangat kesulitan untuk mereparasinya dan
membutuhkan biaya yang sangat tinggi. Tetapi tetap saja satelit tersebut
harus diganti dengan yang baru setelah batas waktunya sebelum kerusakan
itu terjadi, sehingga semua jenis komunikasi tak terganggu.
2.3.1.Pendahuluan
Keandalan dan kualitas suatu peralatan
akan mempengaruhi usia kerja
alat tersebut. Suatu peralatan elektronika
yang dibuat dengan mempertahankan
faktor kualitas akan beroperasi
dengan baik dalam jangka waktu
yang lebih lama daripada suatu alat
sistem yang dikerjakan dengan kurang
memperhatikan faktor kualitas.
Untuk dapat meramalkan seberapa
jauh keandalan suatu alat, maka
definisi tentang keandalan itu sendiri
harus diketahui. Keandalan adalah
kemampuan suatu item untuk melaksanakan
suatu fungsi yang dipersyaratkan
dibawah suatu kondisi yang
ditentukan dalam periode waktu tertentu.
Dalam hal ini item berarti komponen,
instrumen atau sistem.
Angka keandalan tidak dapat diramalkan
tanpa mengkhususkan
waktu dan kondisi operasinya.
Hal-hal lebih rinci yang menyangkut
keandalan akan dibahas pada
sub-bab tersendiri pada buku ini.
Untuk mengetahui gambaran
yang lebih lengkap, karena keandalan
sangat erat hubungannya
dengan kegagalan, maka perlu
disimak suatu definisi kegagalan.
Kegagalan adalah akhir kemampuan
suatu item untuk melaksanakan
fungsi yang dipersyaratkan.
Kualitas adalah kemampuan suatu item agar memenuhi
spesifikasinya, sedangkan keandalan merupakan pengembangan
dari kualitas terhadap waktu.
2.3. Keandalan dan Kegagalan
Prinsip Pelacakan Kerusakan / Kegagalan
48
Dari dua defenisi tersebut diatas, maka dapat dilihat hubungan antara
keandalan dan kegagalan. Bila suatu item menunjukkan penurunan
keandalannya, maka ini menunjukkan adanya gejala kegagalan.
Ada tiga tahap kegagalan selama
usia pakai suatu peralatan.
Tahap pertama disebut dengan
kegagalan dini (infant mortality),
yakni kegagalan peralatan sesaat
setelah alat tersebut dibuat dan
dikirimkan ke pelanggan. Kegagalan
selama tahap ini disebabkan
oleh kerusakan komponen yang
telah dipasang pada peralatan tersebut.
Biasanya kondisi operasi
alat tidak berlangsung lama. Peralatan
biasanya masih berada dalam
garansi perusahaan dan perbaikan
menjadi tanggung jawab perusahaan.
Penyebab lain dari kegagalan
yang terlalu dini adalah kesalahan
perancangan yang terlalu menitikberatkan
pada satu bagian dari
peralatan tersebut. Hal ini hanya
mungkin terjadi pada produk yang
baru dirancang dan ketidakmampuan
perusahaan menyelesaikan
semua kelemahan produk tersebut.
Tahap kedua adalah kegagalan
normal usia kerja peralatan. Laju
kegagalan pada waktu tersebut
adalah paling rendah.
Tahap ketiga adalah periode suatu
peralatan mengalami laju kegagalan
paling tinggi, yang disebabkan
oleh usia kerja alat sudah berakhir.
Selama waktu ini, semua tampak
salah.
Cepat tidaknya suatu peralatan memasuki
tahap ini tergantung pada
cara pemeliharaan peralatan selama
digunakan. Misalnya, jika telah
diketahui suatu komponen telah habis
masa pakainya, maka sebaiknya
komponen cepat diganti sebelum
menyebabkan kegagalan pada
peralatan tersebut.
Hubungan antara usia peralatan
dengan laju kegagalan dapat dilihat
pada Gambar 2.24
Kegagalan
Dini
Kegagalan
Karena
Usia
BURN IN USIA KERJA WAKTU
LAJU KEGAGALAN
Kegagalan
Normal
Gambar 2.25: Semua Peralatan Harus
Dipelihara
Gambar 2.24: Hubungan Usia
Peralatan Dan Laju Kegagalan
Tahap kegagalan
Prinsip Pelacakan Kerusakan / Kegagalan
49
b
Tingkat Kegagalan
Sebagian
Tingkat Kegagalan
Kegagalan Sebagian atau Parsial adalah kegagalan akibat adanya
deviasi karakteristik atau parameter di luar batas spesifikasi, tapi tidak
sampai mengurangi fungsi alat secara menyeluruh. Contohnya :
generator fungsi yang masih dapat menghasilkan sinyal, tapi frekuensinya
tidak sesuai dengan posisi batas ukurnya, TV yang hilang
warna hijaunya dll.
Kegagalan Menyeluruh atau Total disebabkan oleh adanya deviasi
karakteristik atau parameter diluar batas spesifikasi sehingga secara
menyeluruh mengurangi fungsi peralatan. Contohnya generator fungsi
yang tidak dapat menghasilkan seluruh bentuk gelombang, TV
yang tak mau hidup dll.
Kegagalan salah pemakaian adalah kesalahan yang disebabkan oleh
pemakaian di luar batas kemampuan komponen atau alat tersebut.
Contohnya: multimeter yang digunakan untuk mengukur tegangan AC tetapi
dipasang pada posisi tegangan DC.
Kelemahan yang ada dalam item (komponen, peralatan ataupun
sistem) walaupun dioperasikan dalam batas kemampuannya dapat juga
menjadi penyebab kegagalan. Contohnya multimeter yang sedang
digunakan untuk mengukur tegangan, tiba- tiba rusak walaupun pemakaiannya
sudah benar.
Penyebab kegagalan
Menyeluruh
Gambar 2.26:
Contoh Gagal
Sebagian warna
hijaunya hilang.
Gambar 2.27: Contoh
Gagal Menyeluruh
TV mati total.
Prinsip Pelacakan Kerusakan / Kegagalan
50
Waktu kegagalan
Perancangan dan Pengembangan
Produksi
Penyimpanan dan Transportasi
Operasi
Waktu kegagalan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
􀂃 Kegagalan tiba-tiba, yakni kegagalan yang tidak dapat diduga melalui
pengujian sebelumnya. Contohnya: TV yang sedang dioperasikan
dan tiba- tiba rusak tanpa sebab yang jelas.
􀂃 Kegagalan bertahap, yakni kegagalan yang dapat diduga melalui
pengujian sebelumnya. Contohnya: TV pada bagian volumenya mulai
derau saat dibesarkan atau dikecilkan potensio volumenya.
Kombinasi Kegagalan
Kegagalan fatal (catastrophic) = kegagalan tiba-tiba + menyeluruh.
Contohnya : TV yang sedang dioperasikan dan tiba- tiba rusak sendiri.
Kegagalan degadrasi = kegagalan bertahap + tidak menyeluruh
(sebagian), contohnya: TV yang volumenya mulai derau saat dibesarkan
atau dikecilkan potensio volumenya.
Keandalan suatu alat atau instrumen elektronik tidak lepas dari faktor
yang mempengaruhinya selama siklus hidup peralatan. Siklus hidup
tersebut, dapat dibagi menjadi empat tahap, yakni :
2.3.2. Faktor yang Mempengaruhi Keandalan
Prinsip Pelacakan Kerusakan / Kegagalan
51
Secara lebih detailnya untuk mencapai target keandalan yang diinginkan
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
Rancangan:
Pemilihan komponen
Analisis tekanan dan
kegagalan
Tata letak komponen
Test prototipe
Pembelian komponen
secara besar-besaran.
Pemeriksaan barang-barang
yang datang.
Penyimpanan komponen
Umur Operasi
Lingkungan operasi
Penjagaan dalam operasi
Kebijaksanaan pemeliharaan
Pengepakan
Penyimpanan
Transportasi.
Umpan Balik
Manufaktur
Ketrampilan dan keterlibatan
tenaga kerja.
Skema training.
Alat-alat dan perlengkapan
Lingkungan kerja.
Pemeriksaan dan test
Umpan
Balik
Prinsip Pelacakan Kerusakan / Kegagalan
52
Pada tahap ini harus sudah disiapkan
keandalan yang ingin dicapai, sehingga
pada langkah berikutnya para ahli
rancang akan diarahkan untuk mencapai
target.
Adapun pekerjaan pada tahap ini
meliputi:
● Merancang rangkaian menentukan
tata letak komponen, dan
menguji prototype secara menyeluruh.
● Merancang rangkaian dan memilih
komponen yang tepat, sehingga
tidak akan ada penitik-beratan
hanya pada salah satu
komponen saja. Untuk memilih
komponen yang tepat, dilakukan
pemeriksaan setiap komponen atas
peluang kegagalannya dalam
rangkaian yang dirancang.
Langkah ini disebut Analisis
Kesalahan dan Titik-Berat.
● Menentukan tata letak komponen,
perakitan dan panel-panelnya.
Pemasangan komponen hendaknya
dilakukan dengan hati-hati agar
tidak mengalami tekanan mekanis
dan panas yang berlebihan.
● Pengaruh lingkungan dimana alat
tersebut akan dioperasikan, harus
diperhitungkan dan harus dibuat
proteksi untuk melawannya.
Langkah proteksi ini mencakup
penutupan yang rapat, penekanan
dengan udara dingin, pemasangan
anti getar atau pemasangan
senyawa isolasi.
● Pengujian prototipe secara
menyeluruh dilakukan untuk
melihat, apakah rancangan
tersebut sudah memenuhi
spesifikasi keandalan dan
rujuk kerja yang telah ditentukan.
● Komponen harus terjamin
baik dan disimpan sesingkat
mungkin. Untuk jumlah
yang kecil dapat dilakukan
pemeriksaan seluruhnya.
Tetapi untuk jumlah yang
besar, pemeriksaan dapat
dilakukan dengan mengambil
contoh produk (sample)
dan dengan metode analisis
statistik.
● Kerjasama dan ketrampilan
karyawan. Setiap karyawan,
pembuat alat, ahli produksi
dan metode, operator perakitan,
ahli test dan pemeriksaan
membentuk mata rantai
produksi dan dapat membantu
menghasilkan produk
berkualitas.
● Kerangka pelatihan yang
baik akan menjamin karyawan
mampu menggunakan
teknik produksi dengan benar
dan lebih efektif.
● Peralatan produksi sesuai
standart yang disyaratkan,
dan dipelihara dengan baik.
Tahap Perancangan
dan Pengembangan
Produksi
Prinsip Pelacakan Kerusakan / Kegagalan
53
● Kondisi lingkungan kerja atau
perakitan yang nyaman, seperti
ventilasi udara yang baik, penerangan
yang baik, temperatur
ruang yang nyaman untuk pekerja
dan alat, serta bebas debu
untuk menjamin kondisi yang
nyaman.
● Peralatan test otomatis dapat
digunakan untuk memeriksa
alat hubung singkat atau terbuka
pada jalur rangkaian.
Soak test perlu dilakukan bila
instrument dioperasikan pada
temperatur yang diubah–
ubah, dan siklus temperatur
akan membantu mengenali
komponen–komponen yang
lemah.
Penyimpanan dan Transportasi
● Metode penyimpanan akan mempengaruhi keandalan operasi
instrumen tersebut.
● Metode pengepakan harus diperhitungkan dalam spesifikasi
keandalan. Pengepakan harus dapat melindungi instrumen
dari korosi dan bahaya kerusakan mekanis, temperatur penyimpanan
dan tingkat kelembaban harus selalu dikontrol.
● Transportasi pada saat dijual, instrument harus diangkut dan
hal ini akan mengalami getaran, kejutan mekanis, perubahan
temperatur, kelembapan dan tekanan. Harus dikhususkan.
● Kondisi lingkungan yang cocok.
● Cara pengoperasian yang benar. Petunjuk operasi
yang ditulis dengan baik harus dapat menjamin
bahwa tidak akan ada kesalahan pemakaian.
Operasi
Prinsip Pelacakan Kerusakan / Kegagalan
54
2.3.3.Pertimbangan Biaya Keandalan
Setelah beberapa tahun kemudian,
biaya operasi dan pemeliharaan
sering kali melebihi
biaya modal, karena untuk
mempertahankan keandalan
diperlukan biaya yang sangat
tinggi.
Hubungan antara biaya dan
keandalan dapat dilihat pada
Gambar 2.28 a dan 2.28 b.
Biaya
Keandalan Optimum Keandalan
Produksi
Desain
Perbaikan Dalam
Garansi
Biaya Pemilikan
Total
Titik
Biaya
Teren
dah
Keandalan Optimum Keandalan
Titik
Biaya
Teren
dah
Biaya
Perawatan Dsb
Harga Beli
Biaya Total
Operasi
GC Loveday,1980, 22
a b
Gambar 2.28: a. Biaya Manufaktur Terhadap Keandalan
b. Biaya Pemilikan Terhadap Keandalan
Gambar 2.28a memperlihatkan pada biaya terendah (breakdown cost)
sepanjang pembuatan, jika keandalan diperbaiki, biaya produksi dan
perancangan naik, sementara biaya perbaikan dan penggantian gratis
selama garansi turun. Perlu dicatat, bahwa grafik tersebut mempunyai
titik biaya terendah. Dengan kata lain, suatu pabrik yang memproduksi
produk dengan keandalan rendah mungkin akan mudah tersisih dalam
bisnis, karena biaya yang harus dikeluarkan untuk menghasilkan produk
secara total akan sangat tinggi. Gambar 2.28.b merupakan jumlah dari
biaya pembelian dan biaya perawatan. Biaya tersebut akan menurun
dengan semakin baiknya keandalan. Grafik biaya pemilikan total juga
mempunyai titik minimum, walaupun titik tersebut berada di sebelah
kanan titik biaya minimum manufaktur. Jadi, pelanggan akan lebih
memilih keandalan yang lebih baik dengan membayar harga untuk
keandalan tersebut daripada mengharapkan suatu pabrik untuk
menyediakan instrumen yang andal.
BIAYA PRODUKSI
BIAYA MODAL
BIAYA OPERASI
&
PEMELIHARAAN
Prinsip Pelacakan Kerusakan / Kegagalan
55
Belajar tentang keandalan pada hakekatnya
adalah belajar kegagalan
komponen dan sistem. Mengapa
komponen harus gagal? Jawabnya
tentu saja, semua barang buatan
manusia mempunyai batas umur.
Apapun barangnya, lama kelamaan
akan menyebabkan barang atau
komponen mengalami kegagalan
/kerusakan.
Pada peralatan elektronik, tekanantekanan
yang menyebabkan kegagalan
adalah:
.
Kecepatan kegagalan (Failure
Rate / FR) dari komponen dapat
ditemukan dengan mengoperasi
kan sejumlah besar komponen
dalam suatu periode yang lama
dan mencatat kegagalan yang
terjadi. Periode awal kecepatan
kegagalan yang tinggi dikenal dengan
istilah Burn-in atau Early
Failure, yang diikuti dengan suatu
periode dimana kecepatan kegagalan
menuju nilai yang hampir
konstan. Periode ini dikenal sebagai
Ramdom Failure Period atau
Useful Life. Disini kegagalan akan
menjadi acak, karena suatu yang
kebetulan saja. Dengan menggunakan
laju kegagalan sepanjang
periode Useful Life, dapat dibuat
suatu ramalan keandalan dengan
menggunakan teori kemungkinan.
Bila pengujian dilanjutkan di atas
periode useful life, maka derajat
kecepatan kegagalannya akan
naik, gagal satu persatu karena
proses usia, ini disebut periode
wear out.
Variasi kecepatan kegagalan me
nurut waktu ditunjukkan secara
grafis pada Gambar 2.24. Karena
bentuknya seringkali disebut
"bathtub curve".
2.3.4.Peluang Keandalan
Kondisi operasi rancangan
● Penggunaan tegangan
dan arus.
● Disipasi daya.
● Tekanan mekanis yang
disebabkan oleh metode
yang telah ditetapkan.
Kondisi lingkungan
● Temperatur tinggi atau
rendah.
● Siklus temperatur, kelembaban
yang tinggi.
● Getaran dan kejutan mekanis.
● Tekanan rendah atau
tinggi.
● Lingkungan yang menimbulkan
karatan, radiasi
debu, serangan serangga
atau jamur.
2.3.5.Kecepatan
Kegagalan
DEFINISI
Kecepatan kegagalan / FR
(FAILURE RATE) adalah banyaknya
kegagalan per banyaknya
jam komponen.
Prinsip Pelacakan Kerusakan / Kegagalan
56
Tabel 2.3 berikut ini hanya merupakan suatu pedoman yang menunjukkan
laju kegagalan dari komponen elektronik yang sering digunakan.
Tabel 2.3 : Kecepatan Kegagalan (FR) komponen
Komponen Tipe Kecepatan kegagalan
(x 10-6/h)
Kapasitor Paper
Polyester
Ceramic
Electrolytic (1. foil)
Tantalum (solid)
1
0.1
0.1
1.5
0.5
Resistor Carbon composition
Carbon film
Metal film
Oxide film
Wire-wound
Variable
0.05
0.2
0.03
0.02
0.1
3
Hubungan Solder
Crimped
Wrapped
Plug and sockets
0.01
0.02
0.001
0.05
Semikonduk
-tor (Si)
Diodes (signal)
Diodes (regulator)
Rectifiers
Transistor < 1 Watt
> 1 Watt
Digital IC (plastic
DIL)
Linear IC(plastic DIL)
0.05
0.1
0.5
0.08
0.8
0.2
0.3
Komponen
lilitan
Audio inductors
R.F. coils
Power transformers
(each winding)
0.5
0.8
0.4
Saklar (per contact) 0.1
Lampu &
indikator
Filament
LED
5
0.1
Valves (Thermionic) 5
GC Loveday,1980, 25
Prinsip Pelacakan Kerusakan / Kegagalan
57
Rumusnya:
Sebagai contoh:
Sebuah resistor karbon film, dari tabel
FR didapat = 0,2 x 10 –6 / jam,
maka akan didapat umur komponen
tersebut :
MTTF = 1 / FR = 1 / 0,2 x 10-6
= 5 x 106 jam = 208333,3 hari
Hal ini menunjukkan usia yang sangat
panjang untuk sebuah komponen
yang berdiri sendiri (belum menyatu
dalam sebuah rangkaian).
Rumusnya:
FR(rangkaian) = FR(A) + FR(B) + FR(C)
FR(rangkaian) = 􀈜.
Maka:
Sebagai contoh:
Suatu rangkaian mempunyai
komponen : 4 resistor karbon
film, 2 kapasitor elektrolit, 2 LED
dan 2 transistor < 1 Watt, maka:
FR(rangkaian) = ( 0,8 + 3 + 0,2 +
0,16) x 10-6/ jam = 4,16 x 10-6/jam
Jadi:
M T B F = 1 / 4,16 x 10-6 / jam
= 240384,615 jam
= 10016 hari.
Jadi kalau sudah dalam rangkaian
maka tingkat kegagalan / kerusakan
akan jauh lebih kecil
dibandingkan kegagalan sebuah
komponen saja.
Definisi
MTTF (Mean Time To Fail) adalah
lamanya pemakaian komponen
sampai dicapai kegagalan
1
MTTF = ———
F R
Catatan:
MTTF ini untuk item-item yang
tidak dapat direparasi, seperti
komponen.
Definisi
MTBF (Mean Time Between
Failures) adalah lamanya pemakaian
suatu sistem sampai
dicapai kegagalan
Catatan:
MTBF digunakan untuk item
yang dapat diperbaiki, seperti
instrumen dan sistem.
MTBF(rangkaian) = 1/ 􀈜
2.3.6. M T T F & M T B F
Prinsip Pelacakan Kerusakan / Kegagalan
58
Hubungan antara keandalan (R) dan
laju kegagalan sistem (􀈜) dituliskan
dengan persamaan :
Dengan:
t = waktu operasi (jam)
􀈜 = kecepatan kegagalan sistem
adalah jumlah dari semua
kegagalan komponen (per jam);
e = basis logaritma,
R = keandalan dalam waktu t.
Maksud dari rumus itu ialah, bahwa
peluang dari tidak adanya kegagalan
sistem dalam waktu t merupakan
fungsi eksponensial dari waktu tersebut.
Dengan kata lain, makin lama
sistem dioperasikan, keandalannya
akan menjadi berkurang dan peluang
kegagalannya akan naik.
Peluang kegagalan (Q) =1–R =1-e-􀈜t
Karena MTBF atau m = 1/􀈜 maka
R = e-t/m
Gambar 2.29 berikut menunjukkan
grafik R terhadap t yang terbagi dalam
interval m, menunjukkan bila t =
m, yakni waktu operasi sama dengan
MTBF, peluang keberhasilan operasi
akan turun mendekati 0.37 atau 37%.
Hanya bila waktu operasi relatif lebih
pendek daripada MTBF, maka
keandalan menjadi tinggi.
2.3.7.Hukum Eksponen
Keandalan
R = e-􀈜t
0.2
0.4
0.6
0.8
1
m 2m 3m
Waktu(t)
Gambar 2.29: Grafik R terhadap t
Sebagai contoh, suatu sistem
radar angkatan laut mempunyai
estimasi MTBF 10.000 jam. Berapa
peluang keberhasilan untuk
waktu misi 100, 2000 dan 5000
jam?
Untuk:
t =100 jam, R =e-0,01 =0,99
(99%)
t = 2000 jam, R = e-0,2 = 0,819
(81.9%)
t = 5000 jam, R = e–0,5 = 0,607
(60.7%)
Jadi R tak mungkin berharga 1
karena itu berarti tak pernah
gagal
● Derating :
mengoperasikan komponen
dibawah batas maksimumnya.
Contohnya:
menggunakan resistor ½
Watt untuk rangkaian yang
sebenarnya hanya butuh
resistor ¼ Watt.
Beberapa cara untuk memper
baiki Keandalan ( R ) adalah
dengan :
Prinsip Pelacakan Kerusakan / Kegagalan
59
● Redundancy:
Menyambungkan suatu unit ke
unit yang lain yang sama fungsinya,
sehingga kalau yang satu
gagal yang lain akan mengambil
alih fungsinya. Biasanya
unit ini terpasang secara
parallel.
Ada dua cara redundancy:
Aktif : bila suatu unit stand by
hidup mengikuti suatu kegagalan.
Contohnya: UPS terpasang
pada komputer, lampu
darurat AC yang selalu siap
menyala apabila tegangan AC
mati dll.
Gambar 2.30: UPS Sebuah
Redudancy Aktif
Pasif :bila elemen-elemennya
bersekutu membagi beban
atau melaksanakan fungsinya
secara terpisah. Contohnya :
generator pada gedung perkantoran
yang tersedia tapi tidak
dijalankan dan tidak otomatis.
Gambar 2.31: Masalah Karena Redudancy
Pasif
Untuk menghitung Keandalan ( R )
jika dua unit / sistem masing-masing
keandalannya Rx dan Ry
terpasang:
● Paralel :
Rxy = Rx + Ry – Rx.Ry atau
Qxy = Qx . Qy, dimana
Qx = 1- Rx.
● Seri :
Rxy = Rx . Ry
Contohnya :
Sebuah catu daya, osilator dan
penguat, semua digunakan dalam
suatu sistem sederhana dipasang
seri. Hitung keandalan masingmasing
unit dan sistem untuk periode
operasi 1000 jam, jika MTBF
nya 20.000 jam, 100.000 dan
50.000 jam.
Jawab:
keandalan catu daya untuk 1000
jam adalah
R p = e-t/m = e-0.05 = 0.95
Keandalan osilator
R o = e-t/m = e-0.01 = 0.99
Keandalan penguat
R a = e-t/m = e-0.02 = 0.98
Karena unit-unit dipasang secara
seri, maka keandalan seluruh sistem:
Rs = Rp x Ro x Ra
= 0,95 x 0.99 x 0,98
= 0.922
Jadi keandalan sistem adalah
92 2% untuk 1000 jam operasi
X
Y
X Y
Prinsip Pelacakan Kerusakan / Kegagalan
60
Efek lingkungan utama yang berhubungan dengan kehandalan suatu item
adalah:
Gambar 2.32: Efek Lingkungan Yang Mempengaruhi Keandalan
Sebagaimana telah diketahui, kondisi lingkungan dimana suatu
instrumen atau sistem bekerja akan mempengaruhi keandalan
sistem tersebut. Hal ini benar, sepanjang instrumen tersebut sedang
dioperasikan (aktif), tidak dioperasikan (statis) atau dalam keadaan
tersimpan. Dalam kenyataan, bila tidak dioperasikan efek
lingkungan mungkin juga akan merusak, karena tidak terdapat
pembangkit panas pada sistem tersebut.
ITEM: komponen /
sistem/ instrument/
peralatan
Elemen
diatmosfer yang
bersifat
mengoksidasi
Tekanan yang
berubah ubah Getaran Mekanik
dan Kejutan
Temperaturtemperatur
ekstrim
Radiasi sinar teta
dan sinar X
Serangan jamur
dan insek
Taraf
kelembaban
tinggi
2.3.8. Efek Lingkungan Terhadap Keandalan
Prinsip Pelacakan Kerusakan / Kegagalan
61
Secara garis besar diberikan Tabel 2.4 efek lingkungan terhadap suatu
“ITEM” dan tindakan desain yang dapat dilakukan, adalah sebagai
berikut:
Tabel 2.4: Efek lingkungan terhadap item.
LINGKUNGAN EFEK UTAMA TINDAKAN DESAIN
Temperatur
tinggi
● Melampaui batas
daya dari komponen
● Pemuaian dan
menjadi lunak. Pe
ristiwa kimia naik:
tak awet
● Heatsink dan ventilasi
udara yang
ditiupkan
● Memilih komponen
dengan pemuaian
kecil dan karakteristik
temp. rendah
Temperatur
rendah
● Pergeseran, keregasan,
kehilangan
penguatan dan
efisiensi
● Pemanasan dengan
temperatur yang terkontrol.
Pemilihan
bahan yang benar.
Siklus
temperatur
● Tekanan berat /
kegagalan
● Penundaan termal
yang besar
Kelembaban ● Mengurangi
resistansi, isolasi,
perkaratan, jamur
● Gunakan isolasi yg
tidak menyerap air,
gunakan silicon, silicon
gel.
Getaran /
kejutan
● Memperlemah
baut baut kawat
penghubung, dll
● Bingkai anti getar,
ring per, pernis
Tekanan turun ● Turunnya tegangan
jatuh antara
kontak - kontak
● Jarak konduktor
konduktor dinaikkan
dan dijaga dari debu
dan kotoran
Prinsip Pelacakan Kerusakan / Kegagalan
62
Setiap perlengkapan / sistem diinginkan dapat dipakai secara maksimum,
kegagalan / kerusakan rendah dan waktu reparasi (down type) pendek.
2.3.9. Availability ( Keberadaan )
MTTR ( Mean Time To
Repair )
Adalah waktu rata rata yang
dipergunakan untuk reparasi.
Avaliability = MTBF / (MTBF + MTTR)
Faktor - faktor
yang
mempengaruhi
MTTR
Lokasi instrument / sistem yang
berhubungan dengan fasilitas servis
Ada tidaknya
suku cadang
Ada tidaknya instrumen-instrumen
diagnosis
Ketrampilan
teknisi
servis
Prinsip Pelacakan Kerusakan / Kegagalan
63
Kalian tahu bahwa banyak teknik pencarian kerusakan dapat diterapkan
dalam bidang elektronika. Teknik tersebut antara lain: pengujian komponen,
pemeriksaan input output tiap blok. Metoda lain yaitu melakukan
sendiri dengan memeriksa input dan output dari tiap blok fungsi. Metoda
manakah yang baik? Itu tergantung pada jenis kerusakan sistem yang
sedang diamati. Yang penting diperhatikan adalah bagaimana mencari
kerusakan secara efisien (cepat dan tepat) karena disini berlaku Waktu
adalah Uang.
Metoda yang dipilih untuk mencari
kerusakan akan dapat menentukan
efisiensi kerja. Anda harus berusaha
mencari sebanyak mungkin kerusakan
atau ketidakberesan itu sendiri.
Untuk menghemat waktu, ada baiknya
bila kita menanyakan kepada orang
yang mengetahui adanya gangguan
pada alat tersebut, melalui beberapa
pertanyaan seperti ditunjukkan pada
Tabel 2.5 berikut ini.
Gambar 2.33: Waktu Adalah Uang
Ketika pemilik suatu hi-fi set
mengatakan alat tidak berfungsi
dengan baik, ini sangat minim
informasinya.
Maka untuk memperjelas masalahnya
dilakukan langkah pertanyaan
sbb:
● Saat bagaimana alat tidak
bekerja dengan baik atau
bagian mana yang tidak
baik? Misal salah satu kanal
sistem stereo lebih lemah
dibanding yang lain. Ini akan
mempersempit masalah
hingga menuju kesalah satu
penguat kanal untuk diukur.
● Pertanyaan kedua bertujuan
untuk memfokuskan kesalahan.
Pada contoh diatas,
kita menanyakan pada pemilik
apakah dia telah mencoba
mengatur volume,
Tabel 2.5: Pertanyaan
1. Apakah yang sebenarnya salah ?
2. Bagaimana ciri fisik rusaknya?
3. Apakah selalu terjadi demikian ?
4. Jika memang benar, pada
kondisi bagaimana?
5. Adakah penyalahgunaan? (getaran,
goncangan, panas, dll)
6. Apakah kerusakkan terjadi secara
tiba-tiba atau berangsur-angsur ?
7. Apakah kerusakkan terjadi selama
pengoperasian perlengkapan ?
8. Apakah kerusakkan terlihat
mempengaruhi fungsi yang lain ?
9. Adakah keterangan-keterangan
tambahan ?
10. Adakah orang yang telah mencoba
memperbaikinya ?
2.4.1. Pendahuluan
2.4.2.Cara Memilih Metoda
yang Tepat
2.4. Metoda-Metoda Pelacakan Kerusakan
Prinsip Pelacakan Kerusakan / Kegagalan
64
pengatur loudness, tone control,
atau balance.
● Pertanyaan ketiga bertujuan untuk
mengetahui apakah kerusakan
tersebut terjadi secara terus
menerus atau kadang-kadang
saja, apakah tergantung pengaruh
luar. Apakah rusaknya total.
● Pertanyaan keempat, untuk me
ngetahui dalam kondisi bagaimana
kerusakan itu muncul. Seringkali
kerusakan terjadi pada saat
terjadi getaran, suhu tinggi, mendapat
kejutan (terjatuh, terbentur)
atau beberapa efek lainnya.
● Pertanyaan kelima yaitu bantuan
kita untuk mengetahui apakah
kerusakan hanya tampak setelah
jatuh, terkena getaran (saat dibawa
dengan mobil), terkena suhu
terlalu tinggi dll.
Gambar 2.34:Teliti Dahulu Sebelum Bekerja
● Pertanyaan keenam, membantu
kita untuk menemukan apakah
kerusakan tersebut disebabkan
oleh usia atau kerusakan tibatiba.
● Pertanyaan ketujuh, untuk mengetahui
apakah kerusakan terjadi
pada saat alat / sistem tersebut
beroperasi atau mati.
● Pertanyaan kedelapan, Kadangkadang
kerusakan pada salah
satu fungsi juga dapat mempengaruhi
bagian lainnya. Misalnya,
gangguan pada catu
daya (filter yang kurang baik)
akan mempengaruhi bagian
lain.
● Pertanyaan kesembilan akan
membantu kita untuk menen
tukan lokasi kerusakan, dengan
menambahkan detail
dari alat tersebut misalnya
cacat gambar pada TV ada
lah sejenis dengan operasi
sebuah pembersih vakum
(vacum cleaner).
● Akhirnya, pertanyaan kesepuluh
adalah untuk mengatasi
kerusakan.
Penggunaan teknik yang cocok
untuk masalah tertentu sangat
efisisen dalam proses troubleshooting.
Ada beberapa teknik
yang bisa digunakan :
􀀹 Symptom-function : untuk
mengisolir kerusakan pada
bagian tertentu.
􀀹 Signal-tracing : untuk menemukan
blok tertentu penyebab
kegagalan pemakaian.
􀀹 Metoda tegangan dan
hambatan untuk mengisolasi
kerusakan komponen atau
daerah rangkaian tertentu.
􀀹 Metoda Half-splitting: untuk
rangkaian dengan blok-blok
tersusun seri.
􀀹 Metoda Pemutusan Lup:
untuk sistem lup tertutup pada
industri-industri.
􀀹 Metoda substitusi:
mencoba menyolderkan
komponen yang sama pada
bagian yang rusak.
Prinsip Pelacakan Kerusakan / Kegagalan
65
Symptom-function (fungsi gejala)
sudah digunakan dalam kehidupan
sehari-hari.
Contoh, saat kita menyalakan
lampu belajar dan tidak menyala
(gejalanya) maka yang diperiksa
(fungsinya) adalah:
- Kabel powernya terhubung atau
terputus,
- Lampunya mati atau hidup,
- jika masih tidak menyala mungkin
switchnya tidak bekerja dengan
baik dan seterusnya.
Gambar 2.35:Mengamati Gejala
Kerusakan
Pada Gambar 2.36a, ditunjukkan sejumlah
masukan yang berbeda menuju
satu keluaran (konvergensi). Contohnya:
sistem HI-FI lengkap.
Tentu saja anda dapat mengisolasi
kerusakan secara efektif, bila anda
tahu masukan mana yang tidak menunjukkan
adanya gejala keluaran.
Gambar 2.36a: Multi masukan-satu keluaran
KELUARAN
MASUKAN KELUARAN
KELUARAN
Gambar 2.36b: Satu masukan-multi keluaran
Gambar 2.36b menunjukkan prinsip
kerja alat dengan satu masukan dan
mempunyai beberapa keluaran yang
berbeda (divergensi). Contohnya: TV
berwarna.
Disini anda juga dapat mengisolasi
kerusakan secara efektif dengan mengamati
keluaran mana yang bekerja
dan tidak bekerja.
Dengan melihat gejala kerusakannya,
dapat diperkirakan jenis
dan letak kerusakan alat tersebut
Dengan mengetahui prinsip kerja
alat dan berdasarkan pengamatan
kerja alat, memungkinkan
diketahui kerusakannya, tanpa
menggunakan alat ukur dan tanpa
melakukan pengukuran.
2.4.3. Kapan dan
Bagaimana
Menggunakan
Teknik Symptom-
Function.
MASUKAN
MASUKAN
MASUKAN
KELUARAN
Prinsip Pelacakan Kerusakan / Kegagalan
66
Gambar 2.37 menggambarkan prinsip
dari sinyal-tracing pada suatu penguat
sederhana.Generator sinyal
dengan hambatan dalam RG memberikan
sinyal input pada penguat,
dan dapat dilihat apakah penguat
akan menguatkan sinyal DC, audio,
video atau IF. Amplitudo dari sinyal
input yang terukur pada Vi ketika
diukur pada impedansi input R1.
Output dari penguat terukur oleh Vo
ketika diukur pada beban resistor RL
Walter, 1983,26
Gambar 2.37: Sinyal-Tracing Sebuah
Penguat Sederhana
● Dengan membandingkan pembacaan
Vi dan Vo, kita dapat menentukan
penguatannya. Metoda
ini disebut juga Metoda Input-
Output / Metoda Output-Input.
● Dengan merubah amplitudo keluaran
dari generator sinyal, kita
dapat melihat apakah penguat
linear didaerah sinyal input.
● Dengan variasi impedansi beban
RL, kita dapat melihat apakah penguatan
linear terhadap perubahan
beban.
● Dengan merubah frekuensi generator
sinyal, kita dapat menentukan
respon frekuensi dari penguat.
Dengan pengaturan yang sederhana
ini, karakteristik yang penting dari
penguat dapat diukur dengan sistem
signal-tracing, pada amplitudo dan
frekuensi, dari input ke output penguat.
Pada beberapa peralatan elektronik,
pemberian sinyal dari luar ini
tidak selalu diperlukan, terutama
bila sinyal yang seharusnya ada
pada peralatan tersebut dapat dengan
mudah diketahui. Metode ini
disebut dengan metode signaltracing
pasif. Misalnya: memeriksa
sebuah catu daya seperti
Gambar 2.38 berikut ini:
Walter, 1983, 27
Gambar 2.38: Metoda Signal Tracing Pasif
Sebuah Catu Daya
● Tegangan jala-jala diukur dengan
voltmeter AC pada stop
kontak dinding, pada sekring,
dan pada saklar. Bila ada tegangan
AC 220 V pada ujung primer
transformator, maka da-pat
dipastikan, bahwa plug, kabel,
sekring dan saklar dalam kondisi
baik.
● Sinyal AC pada sekunder trafo
dapat diukur pada masing-masing
sisi (sekunder trafo ada
CT) terhadap ground. Bila ada
tegangan pada sekunder trafo
yang besarnya sesuai, maka
dapat dipastikan bahwa trafo
dalam keadaan baik.
● Selanjutnya, gunakan saklar
meter pada skala DC. Ukur tegangan
pada C1 dan pada C2.
bila tidak ada tegangan DC pada
C1 maupun C2 berarti kapasitor
tersebut terhubung singkat.
Bila lilitan L terbuka, maka
hanya ada tegangan DC pada
C1, tetapi tak ada pada C2.
2.4.4. Kapan dan
Bagaimana
Menggunakan Teknik
Signal-Tracing.
Vi
Prinsip Pelacakan Kerusakan / Kegagalan
67
Bila C1 dan C2 terbuka (putus), atau bila penyearah CR1 dan CR2 terbuka,
atau keduanya terhubung-singkat, maka tegangan DC yang terukur
tidak benar. Dalam kondisi seperti itu, perlu dilakukan pengukran
resistansi untuk memastikan komponen yang rusak.
● Cara kedua merupakan kebalikan dari cara pertama, yakni dimulai
dari pengukuran tegangan DC pada kapasitor C2, dilanjutkan dengan
pengukuran tegangan DC pada kapasitor C1 dst. Hasilnya sama saja
karena pengukuran hanya menggunakan voltmeter saja.
Contoh berikut ini sebuah radio FM yang blok diagramnya ditunjukkan pada
Gambar 2.39 tidak bekerja. Pemeriksaan catu daya dan tegangan pada
kondisi statis rangkaian telah dilakukan. Kerusakan ada di daerah antara
antenna dan penguat audio. Pada metoda pasif, sinyal normal dianggap
telah ada atau diketahui. Akan tetapi, karena antenna dan tuning
(yang dianggap dapat memberikan sinyal normal ke sistem) berada di dalam
sistem itu sendiri, maka harus diberikan sinyal dari luar sebagai sinyal
normal dan menggunakan speaker sebagai indikator sinyal. Cara ini
disebut metoda signal-tracing aktif atau injeksi sinyal.
Walter, 1983, 28
Gambar 2.39: Metode Signal-Tracing Aktif Radio FM Cara Pertama
Cara pertama:
● Generator sinyal dihubungkan ke tuner RF, dan antena dilepas; generator
sinyal dan tuner diatur pada frekuensi yang sama. Bila tidak terdengar
sesuatu apapun di loudspeaker, pindahkan generator sinyal
pada titik A. ubah frekuensi sinyal generator pada frekuensi 10.7 MHz
(Standar untuk radio FM). Bila sekarang terdengar suara (tone dari
sinyal generator), ini berarti kerusakan ada pada bagian RF tuner.
● Bila tidak terdengar sesuatu, pindahkan sinyal generator pada keluaran
penguat tengah (IF amplifier), yakni pada titik B. Pada titik ini, amplitudo
sinyal generator harus dinaikkan untuk mengkompensasi penguatan
dari penguat tengah.
● Di titik C, sinyal normal berupa sinyal audio. Karena itu, sinyal generator
yang dimasukkan melalui titik ini harus pada frekuensi audio.
● Pada titik D sinyal generator seharusnya cukup kuat untuk menggerakkan
loudspeaker. Loudspeaker dapat diuji dengan memeriksa tegangan
pada driver amplifier dan menguranginya sesaat dengan resistor
yang sesuai antara tegangan dan ground. Hal ini harus menghasilkan
suara klik pada loudspeaker.
RF Tuner IF Amp FM
Detektor
Audio
Amp
Sinyal
Generator
Prinsip Pelacakan Kerusakan / Kegagalan
68
Walter, 1983,29
Gambar 2.40: Metode Signal- Tracing Aktif Radio FM Cara Kedua
Cara kedua:
● Pemeriksaan dilakukan dari speaker menuju ke tuner. Untuk menentukan
apakah mengguna-kan cara pertama atau kedua dapat dilakukan
pemeriksaan awal. Misalnya, dengan menghubung-singkat masukan
kepenguat audio dengan ground, dengan menggunakan obeng
atau ujung klip. Hal ini harus menghasilkan bunyi klik pada loudspeaker,
bila loudspeaker dan penguat audio bekerja dengan baik.
● Bila tidak terdengar suara, maka cara kedua merupakan pilihan terbaik,
karena kerusakan pasti ada di antara loudspeaker dan penguat
audio.
● Bila terdengar bunyi klik, anda masih dapat meneruskan pemeriksaan
dengan cara kedua mulai titik C, atau dengan cara pertama, karena
keduanya mempunyai peluang kecepatan pemeriksaan yang sama.
● Pada umumnya pengukuran tegangan dan resistansi dilakukan untuk
memeriksa jaringan atau komponen yang dicurigai rusak. Pengukuran
tegangan memerlukan peralatan dengan kondisi ON, sedangkan
pengukuran resistansi dilakukan pada saat peralatan dalam kondisi
OFF.
● Biasanya diagram rangkaian dan lembar data menunjukkan tegangan
yang diperlukan untuk kondisi operasi normal pada titik tes tertentu.
Dengan melakukan pengukuran seperti itu, biasanya lokasi kerusakan
pada jaringan dan komponen dapat diketahui.
● Pengukuran resistansi merupakan satu metoda yang sangat bermanfaat
untuk memeriksa komponen elektronika. Suatu pengukuran resistansi
sederhana dapat digunakan untuk meyakinkan kesinambungan
pengawatan, pendekatan nilai yang benar dari transformator, induktor,
lilitan sebagaimana pendekatan nilai pada kapasitor ukuran besar.
KESIMPULAN:
Metoda signal-tracing memerlukan sinyal masukan pada daerah yang
dicurigai dan dapat diukur keluarannya dengan teliti. Signal-tracing selalu
memerlukan sedikitnya satu peralatan test dan pada umumnya dua.
2.4.5. Metoda Tegangan dan Hambatan
RF IF Amp
Tuner
FM
Detektor
Audio
Amp
Sinyal
Generator
Prinsip Pelacakan Kerusakan / Kegagalan
69
● Mayoritas resistor digunakan
pada peralatan elektronik adalah
tipe komposisi karbon dan mereka
cenderung untuk berubah nilainya
karena usia dan panas.
Ketika ini sering terjadi mungkin
pengukuran tahanan resistor
atau komponen lain pada rangkaian,
harus meyakinkan dengan
pemeriksaan pada gambar
rangkaian. Impedansi paralel tidak
memberikan suatu pengukuran
yang salah, ketika suatu
resistor bertambah besar hambatannya
maupun terbuka, tentu
relatif sederhana untuk menentukan
ini.
Teknik Tegangan dan Hambatan
sering digunakan dimanapun setelah
teknik symptom-function menunjuk
pada rangkaian atau komponen
tertentu sebagai sumber kerusakan,
atau ketika suatu teknik signaltracing
telah melokalisir suatu kerusakan
dengan cara ini.
Gambar 2.41: Data Perusahaan
● Metoda ini cocok digunakan
untuk rangkaian dengan blokblok
yang seri (memanjang)
karena akan menjadi sangat
cepat saat mencari kerusakannya.
Misalnya: rangkaian generator
fungsi, pemancar / penerima
radio dsb.
● Langkahnya: dimulai dari bagian
tengah sistem, dan berturutturut
pada setiap bagian tengah
dari setengah bagian sistem
yang telah dipisah sampai ditemukan
kerusakannya.
Contohnya: rangkaian dengan
blok-blok sbb:
Gambar 2.42:8 Blok Sub Sistem Tersusun
Seri
- Cek keluaran blok 4, jika bekerja
baik, berarti blok 1 sampai
dengan 4 tak ada masalah.
1 3 4 blok pertama tak masalah
Jika tak bekerja, maka cek keluaran
blok 2 (tengah-tengah
blok 1 – 4), jika bagus berarti
cek keluaran blok 3 dan bagus
berarti blok 4 rusak.
- Cek Keluaran blok 8, jika bekerja
baik, berarti blok 5 sampai
dengan blok 8 tak ada masalah.
KESIMPULAN:
Metoda Tegangan dan Hambatan
digunakan untuk menunjukkan
dengan tepat suatu
komponen atau kerusakan
rangkaian dan pada umumnya
memerlukan data perusahaan
untuk nilai-nilai komponen dan
tegangan.
2.4.6. Metoda Half-
Splitting (Pemisahan
Bagian
Tengah)
1 2 3 4
5 6 7 8
2 4
Prinsip Pelacakan Kerusakan / Kegagalan
70
-
4 blok terakhir tak ada masalah
Jika tak bekerja, maka cek keluaran
blok 6 (tengah-tengah blok
1 – 4), jika bagus berarti cek keluaran
blok 7 dan bagus berarti
blok 8 rusak.
Gambar 2.43: Kerusakan Radio Cocok
Dengan Metoda Half-Splitting.
● Sistem atau subsistem elektronik dengan umpan-balik sangat sulit dilacak
kerusakannya tanpa memutus lup. Tegangan DC yang sesuai
atau sinyal harus diinjeksikan pada titik, tempat lup diputus.
● Tegangan dan sinyal yang melalui rangkaian seharusnya dapat digunakan
untuk memonitor kesalahan.
● Tegangan atau sinyal yang diinjeksikan dapat diubah untuk melihat
perubahan respon rangkaian dari keadaan normal.
● Biasanya lup diputus pada titik tempat sinyal dengan daya kecil sehingga
dapat diinjeksikan dengan baik.
Teknik ini dapat digunakan misalnya pada sebuah PLL (phase lock loop),
seperti Gambar 2.44.
Pembagi
frekuensi
Osilator VCO
referensi
filter lolos
bawah
pembanding
fasa
Keluaran pembanding fasa injeksi tegangan DC variabel
Gambar 2.44: Contoh Pemutusan Lup.
Catu daya dan keluaran osilator referensi seharusnya diperiksa dahulu
sebelum lup diputuskan. Dalam hal ini keluaran seharusnya tidak normal
atau tidak stabil atau hilang, sehingga anda dapat memastikan, bahwa
VCO tidak bagus. Selanjutnya dapat anda lakukan pemutusan lup pada
titik yang sesuai.
Jadi pemutusan lup disini belum tentu bagian umpan baliknya, tapi dicari
di daerah sinyal kecil yang mudah di suntik dengan peralatan yang ada.
2.4.7. Metoda Pemutusan Lup
5 6 7 8
Pembagi
Frekuensi
Osilator
Referensi
Pembanding
Fasa
Filter Lolos
Bawah
VCO
Keluaran Pembanding
Fasa
Injeksi Tegangan DC
variabel
Prinsip Pelacakan Kerusakan / Kegagalan
71
● Dalam metoda ini biasanya diperlukan
penyolderan atau pengganti
an komponen sebagai tahap akhir
dari proses pelacakan kerusakan.
● Ada dua tahap pokok dalam metoda
substitusi yang harus dilakukan,
yakni gunakan komponen pengganti
yang benar dan hubungkan
secara benar pada rangkaian.
● Sebelum melakukan penggantian,
disarankan untuk melakukan pemeriksaan
dengan metoda lain, seperti
yang telah diuraikan sebelumnya,
sehingga yakin komponen
mana yang mengalami kerusakan.
● Lakukan pengukuran tegangan
untuk meyakinkan apakah tegangan
yang seharusnya ada memang
benar-benar ada.
Pemeriksaan tegangan yang dilakukan
pada komponen gabungan
resistor dan kapasitor, akan dapat
menunjukkan apakah keduanya
rusak atau hanya salah satu saja.
● Dalam praktek, biasanya anda sangat
sulit mencari pengganti komponen
berupa IC, transistor dan
dioda yang sama persis dengan
komponen yang diganti. Untuk mengatasi
hal ini, anda perlu mencari
data ekivalen tipe IC, transistor atau
dioda pada buku petunjuk semikonduktor.
● Bila komponen yang diganti
mempunyai tipe khusus, misalnya
transformator, coildeflection
yoke, dan komponen
khusus lain, maka perlu
dicari komponen pengganti
yang benar-benar sesuai
(tak ada ekivalennya).
Metoda yang telah diuraikan di
atas sangat cocok untuk melokalisasi
kerusakan yang bersifat
spesifik, hubung-singkat,
terputus atau kerusakan komponen.
Akan tetapi, bila anda
menghadapi sistem elektronik
yang kompleks atau kerusakan
yang berulang, cara tersebut di
atas belum cukup. Anda perlu
cara atau metoda yang lebih
canggih / teliti lagi sbb:
Gambar 2.45:Rangkaian Makin
Komplek Analisis Makin Rumit.
2.4.8. Metoda Substitusi
Analisis kesalahan
Analisis sinyal
Analisis logika
Diagnosa rutin
Diagnosa dengan program
komputer
2.5. Analisa
Problem Solving
Prinsip Pelacakan Kerusakan / Kegagalan
72
Dua metode pertama dapat dipakai
untuk semua tipe sistem; tiga metode
terakhir itu terbatas untuk sistem
digital dan dapat dipakai khusus untuk
macam-macam komputer digital.
Metode analisis kegagalan digunakan
ketika kegagalan berulang pada
suatu rangkaian dan menekankan
pada penyebab kerusakan dari pada
kerusakan komponen / perangkat
itu sendiri.
Tiga langkah pentingnya adalah:
Contoh yang paling sederhana adalah
rangkaian dasar regulator DC
seperti ditunjukkan pada Gambar 2-
20, yang terdiri dari sebuah transistor
daya Q1 sebagai pengontrol arus
DC.
Q1 selalu mengalami kerusakan setelah
diganti dua kali.
Bagaimana harus menyelidiki dan
bagaimana komponen tersebut selalu
rusak ?
Gambar 2.46: Kebingungan Awal Bencana
TEREGULASI
DC
TIDAK TEREGULASI
DC
R2 R1
R5
R4
R3
Q1
Q2
D
Walter, 1983, 40
Gambar 2.47: Contoh Analisis Kesalahan
pada Regulator DC
● Untuk transistor daya, kegagalan
seringkali disebabkan
oleh arus yang berlebih, dan
panas yang bertambah.
● Arus berlebih, terjadi karena
hubung singkat atau kelebihan
beban pada output DC regulasi.
kombinasi dari R2 dan dioda
D akan mengcut offkan Q2
dan juga Q1. sehingga tegangan
DC regulasi akan menuju
level bawah. Jadi arus lebih
karena kelebihan beban sangat
kecil kemungkinannya.
● Melakukan pengukuran arus
melalui Q1, temperatur pendingin
/ Q1 , serta nilai resistansi
setiap resistor. Secara
cepat analisis akan dapat menunjukkan
bahwa ripel tegangan
AC yang ada pada DC
mungkin merupakan salah satu
factor penyebab beban lebih
Q1. Singkatnya, dalam menganalisis
kerusakan pada regulator
DC seperti Gambar 2.47
tersebut harus dipertimbangkan
semua aspek rangkaian
karakteristik Q1 dan Q2 untuk
mencari penyebab kerusakan
yang sering terjadi pada Q1.
2.5.1. Analisis Kegagalan
Analisis cara kerja rangkaian
Melakukan pengukuran
Mempelajari data produk
Prinsip Pelacakan Kerusakan / Kegagalan
73
● Metoda analisis sinyal dapat membantu
dalam membuat analisis, bila
sinyal yang anda amati dapat
memberikan petunjuk tentang lokasi
kerusakan. Metode ini biasanya
memerlukan sebuah osiloskop memori,
atau peralatan lain yang dapat
menvisualisasikan sinyal.
Gambar 2.48: Analisis Sinyal Tanpa Alat Bantu
Akan Membingungkan
Contohnya ditemui pada pengujian perekam
kaset video (VCR). Pada pesawat
video rumah, mungkin akan sulit
menentukan , bagian yang tidak benar
kerjanya bila hasil rekaman tidak berwarna.
Kemungkinan penyebabnya adalah:
● Transmisi dari studio yang rusak .
● Alat perekam yang rusak sehingga
tidak dapat merekam gambar dengan
sempurna.
● Ataukah kerusakan terletak pada
penerima TV kita.
● Bila pesawat penerima TV bekerja
dengan baik, maka dapat direkam
sinyal tes dari masukan video perekam,
dan menampilkannya bersama-
sama dengan keluaran video
perekam. Dapat dianalisa perbedaan
sinyal masukan dan keluaran
bila perekam itu sendiri bekerja dengan
baik. Sinyal tes terekam akan
dapat memberikan petunjuk seberapa
jauh kerusakan VCR.
● Analisis logika terbatas untuk
rangkaian digital dan
dapat menangani analisis
dari yang paling sederhana,
pengujian bit-per-bit untuk
Test-Word dan dengan
menggunakan peralatan
otomatis penganalisis logika.
Metoda ini menggunakan
sinyal digital satu dan
nol, untuk menentukan
fungsi logika yang mengalami
kerusakan.
Gambar 2.49 menunjukkan
contoh apa yang dapat dilakukan
dengan analisis logika.
a. 8-Bit Shift Register
TEST WORD A
TEST WORD B TEST WORD C
b. Output Paralel Dengan Input
Parallel Dan Seri.
Walter, 1983, 45
Gambar 2.49: Contoh Analisis Logika
Pada Shift Register.
2.5.2. Analisis Sinyal 2.5.3. Analisis Logika
1 0 1 0 1 0 1 0
1 0 1 0 1 0 1 0
1 0 1 0 1 0 1 0
Input
P.In/P.Out
S.In/P.Out
0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 1 0 1 0 1 0 0
0 1 0 1 0 1 0 1
1 1 1 1 1 1 1 0
1 1 1 1 1 1 1 1
Prinsip Pelacakan Kerusakan / Kegagalan
74
● Register 8 bit (Gambar 2.49a) ini
data masukannya dapat dimasukkan
secara seri maupun parallel.
Keluarannya selalu paralel.
● Gambar 2.49b menunjukkan test
word masukan dan hasilnya. Testword
tersebut dapat dimasukkan
secara seri atau paralel. Pada testword
A LSB-nya nol, test-word A
tampak benar, baik dimasukkan
secara seri maupun paralel.
● Pada test-word B, yang mempunyai
LSB 1, tampak ada kesalahan
pada LSB keluarannya, bila data
masukan dimasukkan secara paralel,
tetapi akan benar bila data masukan
dimasukkan secara seri.
● Test-word C yang semua terdiri
dari logic 1, tampak benar keluarannya,
bila data masukan dimasukkan
secara seri, sedangkan bila
data masukan dimasukkan secara
paralel, maka data keluarannya
akan tampak salah (lihat LSB-nya).
Melalui analisis logika di atas, anda
dapat mengatakan secara umum,
bahwa kerusakan terjadi pada
rangkaian gerbang masukan
parallel, di bagian LSB. Sebuah logika
nol yang salah dapat terjadi
bila data dimasukkan ke register 8-
bit.
● Jadi IC 8 bit register ini rusak bagian
LSB, kalau bagian LSB ini merupakan
IC sendiri mala dapat diganti
bagian LSB saja.
Gambar 2.50: Analisis Dengan Logika
● Diagnosa rutin adalah bagian
program tes-diri komputer
dan dapat dipanggil untuk
membuat pemeriksaan secara
cepat pada bagian sistem
komputer. Harus diketahui
bagian atau peripheral yang
harus dites agar dapat dipilih
diagnosa rutin yang tepat.
Gambar 2.51: Tes-diri Komputer
● Diagnosa rutin juga dapat
mengetahui bagian dasar dari
sistem komputer yang menga
lami gangguan. Diagnosa rutin
hanya dapat dibuat pada
sistem yang minimum mempunyai
sebuah mikroprosesor
yang dapat diprogram.
Pada Bab 10 Gambar 10.1 menunjukkan
blok diagram sebuah
komputer yang terdiri dari unit
pengolah pusat (CPU), berupa
sebuah IC tersendiri dan sebuah
port masukan / keluaran (I/O).
Semua bagian yang terhubung
dengan bus eksternal adalah peripheral,
sedangkan bus eksternal
itu sendiri adalah berupa saluran
parallel yang berasal dari
I/O yang dihubungkan ke setiap
peripheral. Bus ini membawa informasi
dari CPU ke peripheral atau
sebaliknya.
2.5.4. Diagnosa Rutin
Prinsip Pelacakan Kerusakan / Kegagalan
75
Pada contoh kali ini akan dibahas kerusakan CD–ROM yang paling sering
dijumpai, yaitu CD-ROM tak dapat membaca. Semua ini terlepas dari
media disk yang sedang digunakan, jadi disk dianggap bagus. Memang
CD-ROM yang digunakan dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan
pembacaan data tersendat-sendat, bahwa ini disebabkan semakin
melemahnya kerja optic, yang mengakibatkan CD-ROM tersebut tidak
dapat membaca disk dengan baik. Bila dimasukkan disk pada CD-ROM,
CPU akan mengeluarkan pesan secara seri pada CD-ROM, yang pada
gilirannya akan memeriksa semua pengontrol CD-ROM. Dapat diperiksa
gangguan pada CD-ROM dengan membentuk diagnosa rutin pada CPU.
CPU akan mengirim pesan–pesan pada CD-ROM untuk melakukan
langkah berikut :
Gambar 2.52: Diagram Alir Tes-Diri CD-ROM
CPU akan mencatatnya dan akan memberhentikan pemeriksaan pada titik-
titik tersebut, dan itu tak membutuhkan waktu yang lama.
Apakah Optik
CD-ROM
Melemah ?
Kalibrasi trimpot optik
untuk mempercepat
putaran disk
Tidak
Ya
Tidak
Regulator
bekerja ?
Periksa IC regulator,
sekring pembatas arus dan
komponen disekitar
regulator
Buffer dan
pengontrol
bekerja ?
Motor disk
bagus ?
Cek IC pengontrol
dan buffer
Bagus Ganti motor disk CD-ROM
Ya
Tidak
Ya
Ya Tidak
Prinsip Pelacakan Kerusakan / Kegagalan
76
● Program diagnosa komputer digunakan
untuk mengetest semua bagian
komputer dan membantu menentukan
hardware atau software
yang rusak. Self-test program ini
dapat digunakan hanya jika beberapa
bagian essential pada komputer
seperti power supply, CPU,
bus dan memories device (disc)
yang memegang test program beroperasi
secara benar.
Gambar 2.53: Program Diagnosa Komputer
● Semua komputer dilengkapi dengan
sejumlah program. Beberapa
diantaranya diperlukan dalam sistem
dan disebut dengan operating
system. Beberapa diantara sistem
operasi berfungsi untuk pemelharaan,
seperti mereset register,
membersihkan memori sementara,
dan melakukan track secara umum
pada pengoperasian komputer.
● Sekarang ini banyak dijumpai program
komputer untuk mendiagnosa
kerusakan, baik kerusakan program
software maupun kerusakan
fisik komputer dan komponen, misalnya
program untuk memeriksa
IC TTL, transisitor, printer dan
lain-lain.
Perlu diingat bahwa diagnosa
ini dapat digunakan
bila sebagian besar elemen
komputer berfungsi dengan
baik.
Gambar 2.54:Elemen Komputer Masih
Berfungsi
● CPU harus menerima catu
daya yang sesuai, sistem
clock dan timingnya harus
bekerja serta bus harus berfungsi
dengan baik. Bila salah
satu dari bagian pokok
tersebut tidak bekerja, maka
tidak mungkin program
diagnosa ini dapat digunakan.
● Dan bila ini yang terjadi,
maka anda perlu mengguna
kan cara sederhana seperti
dijelaskan pada bagian sebelumnya
(6 cara pertama).
Disamping itu anda masih
selalu membutuhkan buku
petunjuk melacak kerusakan
dari pabrik.
Gambar 2.55: Keberhasilan Ada
Ditangan Anda
2.5.5. Diagnosa dengan
Program Komputer
Prinsip Pelacakan Kerusakan / Kegagalan
77
Pengujian yang akan dilakukan disini
sebagian besar adalah pengujian saat
ada tegangan kerja (pada suatu rangkaian),
sehingga jika ada kerusakan
pada suatu rangkaian, tidak tergesagesa
melepas solderan suatu komponen
tapi bisa dilakukan pengukuran
terlebih dahulu untuk meyakinkannya.
● Tegangan maju dioda silicon, germanium,
Schottky, tunel, dan zener
harusnya tidak lebih dari 1,1V
(dalam rangkaian). Tetapi bila lebih
dari nilai tersebut menandai adanya
dioda terbuka, yang harus dilepaskan,
diuji, dan diganti.
● Jika suatu dioda mengalirkan arus
tetapi drop tegangan dioda nol atau
hanya beberapa milivolt, berarti
dioda hubung singkat. Pindahkan,
uji, dan ganti.
● Dioda penyearah yang hubung
singkat dapat merusak dioda lain ,
kapasitor filter, dan trafo daya, maka
harus dicek sebelum memberikan
catu daya.
● Transistor yang menunjukkan tegangan
maju basis-emitter lebih
dari 1,1V (basis positif untuk NPN,
basis negatif untuk PNP) mempunyai
junction base-emitter yang
terbuka dan harus diganti.
● Transistor yang telah melewati tahap
pengetesan dapat diputuskan
bahwa transistor tersebut dalam
keadaaan baik. Cara pengetesannya
sbb:
2.6. Pengujian
Komponen Aktif
2.6.1. Dioda.
2.6.2. Transistor
Daniel L. Metzger, 1981, 465
Gambar 2.56(a): Hubung singkat
antara basis ke emiter
menyebabkan tegangan kolektor
menjadi naik dan sama dengan
VCC dan VRC turun ke nol, kecuali
jika transistor dibiaskan secara
normal pada cut off.
Daniel L. Metzger, 1981, 465
Vrc
drop
s
Vce
Rises
Vcc
short
short
Rc
Vcc
Gambar 2.56(b): Jika beban kolektor
mempunyai resistansi
yang mendekati nol, arus turun
pada resistor emiter. Hubung
singkat antara B-E menyebabkan
VRE turun, kecuali jika transistor
dibiaskan secara normal
pada cut off.
VRE
drop
Prinsip Pelacakan Kerusakan / Kegagalan
78
Short Short
VRC
drops
Vcc
Daniel L. Metzger, 1981, 465
Daniel L. Metzger, 1981, 465
Short
1
Vcc
Short
2
1. Rise
2.Drop
Daniel L. Metzger, 1981, 465
Gambar 2.56(c): Jika dua
transistor diparalel, kedua-
duanya harus dioffkan
untuk mengamati turunnya
VRC.
Gambar 2.56(d): Jika transistor
dihentikan pemberian
bias-nya dan VC = VCC, resistor
ditambahkan dari VCC ke
basis untuk mengonkan
transistor . Hitung R untuk
memastikan bahwa IB< 1 mA
untuk sinyal yang kecil dan
IB< 100 mA untuk transistor
daya. Penambahan RB
menyebabkan VC turun.
Gambar 2.56(e): Jika basis diatur
secara langsung oleh transistor,
maka diperlukan meng-off-kan Q1
sebelum Q2 dapat diuji oleh metoda
( a) atau ( d).
Vcc
1 Vp-p
100􀀺 0.1􀁐F
Daniel L. Metzger, 1981, 465
Gambar 2.56(f): Pada rangkaian
transistor aktif, sinyal kolektor
terbalik dari sinyal basis walau
pun distorsi. Jika penurunan tegangan
kolektor ketika tegangan
basis naik, dan sebaliknya, pada
dasarnya transistor berfungsi.
Vcc
VCE
drops
RB
RC
mA
Vcc
1
􀀠
mA
Vcc
100
􀀠
Small Signal
High power
RB
RB
Sedangkan pengetesan transistor tanpa bias dapat dilihat pada BAB 4
Prinsip Pelacakan Kerusakan / Kegagalan
79
● Kerusakan FET seringkali ditandai
dengan adanya tegangan
gate yang tidak normal.
Pentrigeran gate ditentukan dari
jaringan resistif yang sederhana
dan tegangan yang diharapkan
dapat dihitung, karena untuk FET
yang baik memiliki IG = 0 (arus
pada gate = 0), seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 2.57.
Jangan lupa efek beban pada
meter. Deviasi yang besar dari
VG yang diinginkan menunjukkan
arus gate mengalir. Jika FET
tersebut merupakan FET insulated-
gate, itu artinya FET tersebut
rusak. Hal itu terjadi jika sambungan
pada FET rusak, atau
diberi trigger maju pada gatesource.
Periksa tegangan VGS
0.6V.
15 V
dc
+20 V
10􀀰􀀺
10􀀰􀀺
10􀀰􀀺
+18 V
Rin =
VG = V 6V
15
18 5 􀀠
􀀰􀀺
􀀰􀀺
VG 0f 15V-shorted gate
Daniel L. Metzger, 1981, 468
Gambar 2.57: Pengetesan FET
● Tes beda phase dapat digunakan
Gambar 2.56 (f) .
● Junction FET dapat dites diluar
rangkaian dengan ohm
meter antara gate dan source
(R kecil pada satu polaritas
dan R besar jika sebaliknya).
Dengan menghubung singkat
kan gate-source, resistansi
beberapa ratus ohm antara
drain-source, polaritas manapun.
● FET insulated-gate dapat diperiksa
untuk substratesource
dan untuk resistansi gatesource.
Resistansi drainsource
(gate dihubungkan ke
source) harus berkisar dari
beberapa ratus ohm untuk
jenis depletion dan tak hingga
untuk jenis enhancement.
● SCR yang ON harus menunjukkan
tegangan 0,1V hingga
1,5V antara anoda dan katodanya
atau ketika konduksi
anoda-katoda positif. SCR
rusak hubung singkat bila tegangannya
mendekati nol.
● VGK seharusnya tidak pernah
di atas +1,2V saat ada tegangan
kerja. Jika terjadi, berarti
gate rusak terbuka.
● Terjadinya hubung singkat
antara gate-katoda menyebabkan
SCR tetap ditrigger,
melewatkan tegangan positif
dari anoda-katoda seperti pada
gambar 2.58. Jika tegangan
positif tidak muncul saat
diberi sinyal sinus antara anoda
dan katodanya, berarti beban
terbuka atau SCR yang
hubung singkat.
2.6.3. FET
2.6.4. S C R
IG
Prinsip Pelacakan Kerusakan / Kegagalan
80
CRO me
nunjukkan
½ gel. +
Short
Daniel L. Metzger, 1981, 468
Gambar 2.58: Pengetesan SCR
● Dengan Ohmmeter seharusnya
SCR menunjukkan hubungan seperti
sebuah dioda antara gatekatoda
(satu polaritas hambatannya
kecil dan sebaliknya), dan
hambatan amat besar (terbuka)
untuk kedua polaritas anoda-katoda.
Lihat gambar 2.59.
Selalu besar untuk
semua polaritas
Ohmmeter
Hubungan
dioda
Gambar 2.59: Pengetesan SCR dengan
Ohmmeter
Dengan Ohmmeter dapat juga dilakukan
sebagai berikut: polaritas
+ Ohmmeter ke anoda SCR dan
satunya lagi ke katoda menunjukkan
harga besar sekali, kemudian
dalam kondisi demikian hubung-
Kan sebentar colok pada anoda
(tanpa terlepas dari
anodanya) ke gate, maka
penunjukan Ohmmeter akan
kecil (beberapa puluh Ohm).
2.6.5. U J T
● Biasanya rusak karena tegangan
emiter tidak dapat
mencapai tingkat penembakan
atau karena rangkaian
pengisian memberi terlalu
banyak arus sehingga UJT
menahannya.
● Sebaiknya kaki emiter tidak
disolder dan ukur VC seperti
yang ditunjukkan pada gambar
2.60. Jika tegangan tersebut
tidak lebih dari 0,85VB2
periksa rangkaian pengisian
dan C. Selanjutnya, hubungkan
milliameter dari C ke B1.
Jika arus melebihi spesifikasi
arus lembah UJT, maka
rangkaian pengisian memberi
banyak arus, sehingga
UJT on.
I
v
Vcc
Daniel L. Metzger, 1981, 468
Gambar 2.60: Rangkaian osilator
sebagai pengetes UJT.
Prinsip Pelacakan Kerusakan / Kegagalan
81
● Sejumlah masalah dapat diketahui
dengan pemeriksaan jalur PCB memiliki
resistansi mendekati nol.
Ohmmeter dengan skala Rx1 dapat
digunakan untuk ini.
● Dengan alat penguji yang dapat didengar
seperti gambar 2.61 mata
dapat terus mengawasi rangkaian.
Gunakan penunjuk jarum untuk menembus
lapisan oksida yang membentuk
isolator, dan pastikan bahwa
instrumen yang diuji sedang mati.
Berikut adalah beberapa kemungkinan
tempat-tempat untuk kerusakkan kesinambungan
:
􀀹 Dua ujung kabel (konduktor atau konektor
yang patah).
􀀹 Kaki IC dan jalur rangkaian pada
PCB menjadikan koneksi yang tidak
baik, terutama jika IC menggunakan
soket.
􀀹 Dua ujung jalur yang panjang dan tipis
pada PCB.
􀀹 Kontak saklar atau relay yang di am
atau bergerak (kontak saklar yang
bengkok, patah atau berkarat).
Gambar 2.61(a) sampai (c) menunjukkan
distribusi tegangan pada rangkaian
seri di bawah keadaan normal,
kondisi hubung singkat, dan terbuka.
● Untuk mengetrace rangkaian seri
yang hubung singkat atau terbuka,
dengan osiloskop atau voltmeter dari
ground ke A, gerakkan ke B, C, D,
E, dan F. Tegangan yang mengedrop
hingga menuju tegangan nol
diamati pada titik F.
470􀀺 100􀀮􀀺 47􀀮􀀺
0.01􀁐F 0.01􀁐F
G
Daniel L. Metzger, 1981, 469
Gambar 2.61: Alat Tester
Kesinambungan Dengan Audio
1􀀮􀀺 1.8􀀮􀀺
1􀀮􀀺 1􀀮􀀺
A B C
F E D
5 V
+
-
+5 V
0 V +1 V +2 V
+4 V +2.2 V
200􀀺
a. Rangkaian seri normal dan
tegangan ke ground
1􀀮􀀺 1.8􀀮􀀺
1􀀮􀀺 1􀀮􀀺
A B C
F E D
5 V
+
-
+5 V
0 V
200􀀺
+2.5 V +2.5 V
+2.5 V +2.5 V
b. Rangkaian di hubung singkat
menunjukkan tidak ada tegangan
yang melewati elemen yang
dihubung singkat
A B C
F E D
5 V
+
-
+5 V
0 V
+5 V +5 V
0 V +5 V
Break
c. Rangkaian terbuka mendrop semua
tegangan yang melewati rangkaian
yang diputus
2.7. Pengecekan dan
Pengujian Rangkaian
2.7.1. Pengujian
Kesinambungan
2.7.2. Hubung Singkat dan
Terbuka
Prinsip Pelacakan Kerusakan / Kegagalan
82
Jika tidak ada drop tegangan melalui beberapa elemen hingga tegangan
yang masuk didrop, mungkin ada suatu retakan di rangkaian, antara D
dan E pada gambar 2.61(c).
● Gambar 2.61.d: menunjukkan tegangan yang menghasilkan daya pada
resistansi. Resistor yang ditemukan untuk mendissipasikan daya
yang lebih, maka menjadi hubung singkat. Dissipasi resistor daya
yang kurang dari ¼ nilai dayanya kemungkinan besar adalah rangkaian
yang terbuka.
500
200
100
50
20
10
5
2
1
1 2 5 10 20 50 100 200 500 1k 2k 5k 10k
Volt
Resistansi
10W
1W
1/4W
d. Grafik Untuk Menentukan Daya Resistor Secara Cepat.
Jika satu atau lebih elemen memiliki te gangan yang kecil / nol , maka dicurigai
hubung singkat, tapi tak berlaku untuk :
􀀹 Elemen sekering, thermistor dan koil menunjukkan tegangan drop yang
sangat kecil, karena mempunyai resistansi sangat rendah.
􀀹 Resistor yang bernilai kecil akan me ngedrop tegangan yang kecil, tapi
nilai pada range 100􀀺 biasanya diguna kan secara seri pada input dan
output amplifier frekuensi tinggi untuk men cegah osilasi. Hal ini menunjukkan
ti dak ada tegangan drop pada frekuensi sinyal dan dc.
Resistor decoupling catu daya (gambar 2.62) pada range 100􀀺 hingga
1K􀀺 juga menunjukkan tidak adanya drop pada dc.
Gambar 2.62: Rs Sebagai Resistor Decoupling Pada Catu Daya
Prinsip Pelacakan Kerusakan / Kegagalan
83
􀀹 Resistor tertentu tidak ada tegangan di bawah kondisi sinyal tertentu
tetapi menunjukkan tegangan di bawah kondisi yang lain. Misalnya: resistor
emiter pada penguat daya komplementary-simetris (gambar 2.63)
atau penguat pushpull kelas B tidak ada drop, tapi akan menge-drop
pada tegangan satu volt atau lebih pada sinyal penuh.
Gambar 2.63: Re Pada Penguat Komplementary-Simetris
Schmitt trigger, one shot, dan flip-flop (gambar 2.64) akan menunjukkan
tidak ada drop yang melewati resistor kolektor ketika drop hampir
sebesar VCC melewati yang lainnya.
Gambar 2.64: Rc Pada Flip-Flop
Prinsip Pelacakan Kerusakan / Kegagalan
84
􀁸 Bagian pemeliharaan sangat diperlukan untuk:
o Menjaga agar peralatan tetap dalam kondisi kerja yang baik
o Menjaga kelangsungan suatu perusahaan
o Ikut berperan mencapai keuntungan yang diharapkan oleh
perusahaan.
􀁸 Pemeliharaan harus direncanakan dengan baik, tapi juga harus
ditunjang dengan ketrampilan sumber daya manusia dan
kelengkapan peralatan.
􀁸 Pengetahuan spesifikasi sangat penting untuk membuat dalam hal
membuat suatu alat atau menjaga alat tersebut, sehingga dihasilkan
suatu alat yang cukup handal dan kita bisa memeliharanya dengan
baik serta benar.
􀁸 Kalibrasi ulang suatu peralatan perlu dilakukan terhadap peralatan
ukur, untuk mencegah kerusakan atau kesalahan ukur alat tersebut
tadi, kalibrasi ulang dimaksudkan untuk menigkatkan keandalan juga.
􀁸 Keandalan adalah kemampuan suatu item untuk melaksanakan suatu
fungsi yang disyaratkan (tanpa kegagalan) di bawah kondisi yang
ditentukan dalam periode waktu tertentu.
􀁸 Kegagalan adalah akhir kemampuan suatu item untuk melaksanakan
fungsi yang disyaratkan.
􀁸 Laju Kegagalan (FR) =
Jumlah kegagalan
(per jam)
Jumlah jam komponen
􀁸 MTTF (Mean Time To Failure) ini menunjukan lamanya pemakaian komponen
sampai dicapai kegagalan, MTTF ini untuk item yang tidak
dapat direparasi.
􀁸 MTTF = 1 / FR (jam)
􀁸 MTBF (Mean Time Between Failure) menunjukan lamanya
pemakaian suatu sistem dan biasanya untuk item yang dapat
direparasi.
􀁸 MTBF = 1 / FR total (jam)
􀁸 Apabila berlaku kecepatan kegagalan yang konstan yaitu kegagalankegagalannya
random, maka berlaku rumus:
R = e-t/m atau R = e-􀈜t
Dimana R = keandalan / reliabilitas, m = MTBF dan 􀈜 = FR total
Ketidak reliabilitasannya Q = 1 - R = 1 - e-t/m.
􀁸 Hukum Hasilkali Reliabilitas. Untuk unit-unit yang berada pada posisi
seri, kegagalan dari satu bagian berarti kegagalan seluruh sistem.
Rs = RX . Ry .......Rn
􀁸 Redudancy : dipergunakan untuk memperbaiki reliabilitas sistem
dengan menempatkan secara paralel.
Rp = 1-Qp
Dengan Qp adalah ketidak reliabilitasan sistem paralel
Rangkuman
Prinsip Pelacakan Kerusakan / Kegagalan
85
Qp = QA . QB ......... Qn
Untuk hal yang khusus, dua buah unit paralel:
Rp = RX + Ry - Rx . Ry
􀁸 Faktor-faktor yang rnempenqaruhi Reliabilitas:
Rancangan dan pengembangan: pemilihan komponen, derating,
tata letak mekanik, tes prototipe.
Produksi: ketrampilan, kerjasama dan pelatihan tenaga kerja,
perlengkapan pruduksi, lingkungan kerja yang nyaman (ventilasi dan
penerangan), peralatan tes otomatis .
Penyimpanan dan pengiriman: pengepakan, penyimpanan dan cara
pengiriman.
Operasi: kondisi lingkungan yang cocok, cara pengoperasian yang
benar.
􀁸 Lingkungan yang mempengaruhi keandalan : temperatur, tekanan,
kelembaban, oksidasi, getaran / kejutan, radiasi sinar, jamur dan
insek.
􀁸 Avaliability (keberadaan) = MTBF / (MTBF + MTTR)
􀁸 Banyak metoda untuk melacak kerusakan dari yang paling sederhana
sampai suatu sistem yang komplek, dan ini harus dipilih secara tepat
sehingga kecepatan dan tingkat keberhasilannya tinggi.
􀁸 Pengujian komponen aktif secara sederhana harus dapat kita
lakukan, demikian juga untuk pengujian dan pengecekan terbuka atau
hubung singkatnya suatu rangkaian.
1. Apakah perbedaan perbedaan pemeliharaan dengan perbaikan? Beri
contohnya!
2. Sebutkan pentingnya pemeliharaan di suatu industri!
3. Sebutkan pentingnya pemeliharaan disuatu tempat pelayanan umum!
4. Sebutkan keuntungan pemeliharaan yang direncanakan, beri contoh
nyata!
5. Sebutkan langkah-langkah pemeliharaan yang terpogram!
6. Apakah spesifikasi itu?
7. Sebutkan pentingnya kita mengetahui spesifikasi suatu peralatan ukur
bila kita sebagai:
a. perusahaan.
b. pembeli.
8. Sebutkan pentingnya kita menetahui kalibrasi untuk suatu peralatan
ukur dan beri contohnya!
9. Apa yang dimaksud dengan kalibrasi ulang itu!
10. Sebuah pesawat televise yang sedang beroperasi/bekeria, tiba-tiba
suaranya hilang, tetapi gambar masih tampak normal. Setelah
diperiksa ternyata IC pada bagian penguat audionya rusak. Termasuk
jenis kegagalan apakah kejadian tersubut diatas dilihat dari:
Soal latihan Bab 2
Prinsip Pelacakan Kerusakan / Kegagalan
86
a. Tingkat Kegagalan. b. Sebab kegagalan. c. Waktu kegagalan
11. Apa yang saudara ketahui tentang
a. Keandalan
b. Kegagalan catastrophic
c. MTBF
d. Random Failure Period
12. Keandalan tiga buah unit peralatan masing-masing sbb: Ra = 0,75 ;
Rb = 0,9 ; Rc = 0,85. Carilah keandalan total, bila masing-masing
dihubungkan seperti gambar di bawah ini:
13. Hitung MTBF suatu unit elektronika yang terdiri dari komponenkomponen
sebagai berikut :
14. Sebuah instrumen elektronik mempunyai laju kegagalan total (FR
total) = 2.5 x 10-6 per jam. Hitung MTBF dan keandalannya bila
dioperasikan 10.000 jam.
15. Sebutkan macam-macam metoda mencari kerusakan yang anda
ketahui!
16. Jelaskan dengan singkat apa perbedaan metode aktif dan pasif signal
tracing. Berikan masing-masing satu contoh!
17. Sebutkan langkah-langkah praktis mencari kerusakan tanpa
menggunakan alat ukur!
18. Bila anda mempunyai alat pembagi frekuensi yang terdiri dari blokblok
frekuensi yang berurutan, metode apa saja yang paling sesuai
Prinsip Pelacakan Kerusakan / Kegagalan
87
untuk mencari kerusakannya bila alat ini mengalami gangguan atau
kerusakan ?
19. Suatu rangkaian sistem pengaturan kecepatan motor otomatis
mempunyai blok diagram sebagai berikut :
Tegangan
referensi +
-
UMPAN BALIK
Penguat
dan
Kontrol
Bila terjadi kerusakan pada alat, misalnya alat tiba-tiba tidak bekerja,
langkah apa yang paling tepat untuk mendeteksi kerusakan, sebelum
langkah-langkah perbaikan ditempuh?
20. Apa maksud pemeriksaan kondisi statis? Kapan hal ini harus dilakukan?
21. Jelaskan kapan anda menggunakan metoda dibawah ini untuk mencari
kerusakan, dan apa syaratnya, sebutkan bila ada.
a. Metoda membandingkan
b. Metoda resistansi dan tegangan
c. Metoda analisis kesalahan
d. Metoda analisis logika
e. Metoda diagnosa rutin
Cobalah buat beberapa kelompok dalam satu kelas (misal 5 anak perkelompok)
dan kerjakanlah bahan-bahan di bawah ini.
1. Jika anda mendapati sebuah kapasitor elektrolit, tuliskan apa saja
spesifikasi yang anda ketahui tentang kapasitor tersebut.
2. Amatilah peralatan-peralatan elektronik disekitar anda, catatlah
beberapa peralatan tersebut (minimum 5 buah). Menurut anda
manakah yang lebih andal? Mengapa? Manakah pula peralatan yang
memerlukan biaya perawatan lebih besar untuk memperoleh kualitas
yang sama ?
3. Carilah peralatan elektronik disekitar anda terutama yang tidak
berfungsi dengan baik. Buatlah daftar untuk mengidentifikasi
kerusakannya. Kemudian tulislah langkah apa saja yang akan anda
lakukan untuk mencari kerusakan, alat apa saja yang anda perlukan.
Konsultasikan dengan instruktur atau pembimbing praktikum.
Tacho
generator
motor
Tugas Kelompok
Mengenali Kerusakan Komponen Elektronika
88
3.1. Pendahuluan
Jika anda memahami dengan baik tentang komponen dan keterbatasanketerbatasannya
ini adalah bagian yang penting dalam mencari
kerusakan rangkaian elektronika. Misalnya: mengetahui bahwa pada
umumnya sangat tidak mungkin sebuah resistor dari jenis manapun
mempunyai kerusakan sambung singkat, sehingga bila ada kecurigaan
kerusakan sambung-singkat tak perlu lagi mencek resistor-resistor pada
rangkaian tersebut. Segi lain yang perlu diperhatikan, bahwa banyak
kerusakan komponen disebabkan oleh kesalahan pemakaian (orangnya),
diperkirakan 40% kerusakan karena salah pemakaian biasanya disebab
kan saat mengoperasikan komponen diluar batas kemampuan kom
ponen tersebut atau penanganan yang buruk pada komponen.
3. MENGENALI KERUSAKAN
KOMPONEN ELEKTRONIKA
Ada juga nilai dan toleransi resistor
dicetak pada badan resistor
kadang-kadang dinyatakan
langsung, misalnya 1,82k 1%
(1820 ohm ± 1%) atau dalam
bentuk kode seperti 1821 F.
Gambar 3.1: Jenis-Jenis Resistor
Tetap
Nilai diatas 100 ohm, ditunjukkan
tiga buah digit diikuti oleh
digit ke empat yang menyatakan
banyaknya nol yang mengikutinya.
Untuk nilai-nilai dibawah
100 ohm huruf R menyatakan
titik desimal dengan semua
digit signifikan. Sesudah kode
nilai, ditambahkan sebuah huruf
untuk menyatakan toleransi :
F = ±1%, G = ±2%, J = ±5%,
K = ±10%, M = ±20%
Berbagai tipe resistor tetap
meliputi :
Gambarnya dapat dilihat pada
Gambar 3.1.Jenis film-logam,
oksida logam, atau cermet (metal
glase) banyak dipilih dalam
pemakaian, karena tipe-tipe itu
mempunyai stabilitas yang baik,
dalam penyimpanan maupun
dalam kondisi beroperasi.
Perhatikan bahwa resistor-resistor
yang toleransi 5, 10, atau
toleransi 20% diberi kode warna
dengan dua ban signifikan, diikuti
oleh sejumlah bannol (atau
pelipat desimal) dan ban toleransi
(lihat tabel 3.1).
3.2. Resistor Tetap
RESISTOR
SENYAWA
KARBON
FILM
KARBON
OKSIDA
LOGAM
METAL
GLASE
GULUNGAN
KAWAT
Mengenali Kerusakan Komponen Elektronika
89
Setiap resistor ketika beroperasi akan
mendisipasikan dayanya. Kenaikan
temperatur yang disebabkan oleh
daya yang didisipasikan akan
maksimum ditengah-tengah badan
resistor, ini disebut “Hot spot
temperature”.
Harus ditekankan disini, bahwa resistor
pada umumnya menunjukkan
kecepatan kegagalan yang rendah
atau resistor itu sangat dapat diandalkan
(reliable).
Kegagalan dan penyebab-penyebabnya
terdapat dalam tabel 3.2.
Tabel 3.1: Signifikasi Angka-Angka Warna Umum Resistor
Toleransi
Pengali Resistor Singkatan
Warna
Resistor
MIL
resistor
(±)%
EIA
resistor
(±)%
MILSTD
EIA
3
huruf
EIA
alternatif
HITAM 1 20 BLK Blk BK
COKLAT 10 1 1 BRN Brn BR
MERAH 102 2 2 RED Red R,RD
ORANGE 103 ORN Orn O,OR
KUNING 104 YEL Yel Y
HIJAU 105 0,5 GRN Grn GN,G
BIRU 106 0,25 BLU Blu BL
UNGU 107 0,1 VIO Vio V
ABUABU
0,05 GY Gra GY
PUTIH WHT Wht WH,W
EMAS 10-1 5 5 (a) Gld
PERAK 10-2 10 10 SIL Sil
Contohnya:
R 33 M = 0.33 ohm ± 20%
4701 F = 4700 ohm ± 1%
6804 M = 6.8 M ohm ± 20%
2202 K = 22000 ohm ± 10%
3.3 Kegagalan-
Kegagalan pada
Resistor Tetap
Pemasangan resistor dan perhitungannya
adalah:
􀁸 Dipasang seri:
R1 R2
Rs = R1 + R2
􀁸 Dipasang paralel:
R1
R2
1/Rp = 1/R1 + 1/R2
􀁸 Pada Hukum Ohm dan
pembagi tegangan:
I R1 R2
V
I = V / (R1 + R2)
VR1 = R1.V / (R1 + R2)
Mengenali Kerusakan Komponen Elektronika
90
Tabel 3.2: Kegagalan-Kegagalan Pada Resistor-Resistor Tetap
Tipe Resistor Kegagalan Kemungkinan Penyebab
Komposisi karbon
Berubah membesar
Sirkit terputus
● Perubahan karbon atau zat
pengikat di bawah pengaruh
panas, tegangan atau kelembaban.
● Penyerapan udara lembab
menyebabkan pembengkakan,
dan menjadikan pertikelpartikel
karbon untuk memisahkan
diri .
● Panas berlebih membakar
tengah-tengah resistor.
● Tekanan-tekanan mekanik
menyebabkan retak-retak pada
resistor.
● Kap-kap ujungnya terlepas
karena montase yang buruk
pada papan.
● Kawat putus karena pembengkokan
yang berulangulang.`
Resistor-resistor
film.(karbon, oksida
logam,film logam,
metal glase)
Sirkit terputus ● Film terkelupas karena temperatur
tinggi atau tegangan
tinggi.
● Lapisan film tergores atau terkikis
ketika di fabrikasi.
● Pada nilai-nilai resistansi
yang tinggi (lebih besar 1
mega ohm) spiral resistan sinyal
harus tipis dan karenanya
kegagalan sirkit terbuka
lebih besar kemungkinannya.
● Kontak-kontak ujungnya buruk.
Biasanya disebabkan oleh
tekanan mekanik karena
montase yang jelek pada
sirkit.
Wire wound (resistor
kawat)
Sirkit terputus ● Keretakan kawat, terutama
bila digunakan kawat kecil ,
karena ketidakmurnian menyebabkan
keretakan.
● Perkaratan kawat yang dise
babkan oleh elektrolitis yang
ditimbulkan oleh udara lembab
yang terserap.
● Kegagalan sambungan-sambungan
yang dilas.
Mengenali Kerusakan Komponen Elektronika
91
Potensiometer dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok utama
bergantung pada bahan resistif yang dipergunakan, yaitu:
a. Karbon senyawaan, karbon yang dituang berbentuk jalur
padat atau lapisan karbon ditambah zat pengisi. dituang
pada suatu substrat atau dasar.
b. Gulunqan kawat Nikhrom atau kawat resistansi lainnya
yang digulung pada sebuah bentuk isolasi biasanya berbentuk
pipa kecil.
c. Cermet suatu lapisan film tebal pada sebuah substrat atau
dasar keramik.
Potensiometer yang dijual umum ada dua tipe, yaitu: tipe A
yang perubahan resistansinya bersifat logaritmis bila diputar
dan tipe B yang perubahan resistansinya bersifat linier bila
diputar.
GC Loveday,1980, 40
Gambar 3.2: Konstruksi Dasar Potensiometer
3.4. Resistor Variable (Potensiometer)
Mengenali Kerusakan Komponen Elektronika
92
Pada umumnya persyaratan potensiometer berada dalam tiga
kategori:
● Preset atau trimmer (gambar 3.3.a)
● Kontrol kegunaan umum (gambar 3.3.b)
● Kontrol presisi
Contoh-contoh dengan persyaratannya diberikan pada Tabel
3.3.
Gambar 3.3: Bentuk Potensiometer
Tabel 3.3: Aplikasi Resistor Variabel
Tipe
Contoh
Aplikasi
Tole
ran
si
Kelini
eran
Stabi
litas
Putaran
yang
diharap
kan
Gulung
an
Preset
atau
Trimmer
pengaturan
lebar pulsa
yang tetap
dari mono
stabil
±
20%
Tak
penting
Tinggi
±2%
Kurang
dari 50
Tunggal
atau
banyak
Kontrol
kegunaan
umum
(pasang
pada
panel)
Kontrol
kecemerlangan
pada osiloskop
±
20% ±10% Medium
±10% 10.000 Tunggal
Kontrol
kepresisian
(pasang
pada
panel)
Tegangan
Output yang
terkalibrasi
dari sebuah
catu daya
laboratorium
±3% ±0.5% Tinggi
± 0.5% 50.000
Tunggal
atau
banyak
(b)
(b)
(a)
Mengenali Kerusakan Komponen Elektronika
93
● Kenaikan resistansi kontak
menimbulkan kenaikan noise
kelistrikan.
● Kontak yang terputus-putus,
ini dapat disebabkan oleh
partikel-partikel debu, minyak
gemuk (pelumas) atau bahan-
bahan ampelas yang terkumpul
antara kontak geser
dan jalur.
Gangguan tadi dapat dihilangkan
dengan bahan pembersih seperti
contact cleaner.
● Merupakan sirkit terbuka
dian tara jalur dan sambungan
ujung-ujungnya atau
antara kontak geser dan jalur.
Hal ini dapat disebabkan oleh
perkaratan bagian-bagian logam
karena kelembaban, atau pembengkakan
logam-logam / plastik
yang terjadi saat penuangan jalur
yang menggunakan temperatur
tinggi.
Sebuah kapasitor terdiri dari dua pelat
konduktor yang terpisah oleh suatu
isolator dielektrika. Rumus terkenal untuk
kapasitansi C adalah :
d
C A r 􀁛 􀁛 0 􀀠
Dengan :
􀄰0 adalah permitivitas mutlak
􀄰r adalah konstanta dielektrika
A adalah luas plat (m2)
d adalah jarak antara plat-plat, yaitu
tebal dielektrika (m)
Luas plat, kontanta dielektrika harus
tinggi, dan tebal dielektrika yang kecil
untuk mendapatkan C yang cukup besar.
Ukuran efisiensi sebuah kapasitor
ditentukan oleh muatan listrik (Q=C.V)
total yang dapat disimpan.
Jenis-jenis kapasitor dapat dilihat
pada gambar 3.4. Pada baris teratas
adalah kapasitor elektrolit termasuk
jenis polar (mempunyai kutub + dan -),
sedang baris kedua adalah kapasitor
plastik film dan baris ketiga adalah kapasitor
keramik. Kedua-duanya termasuk
jenis kapasitor non polar (pemasangannya
bebas karena tak ada kutub-
kutubnya). Besar harga sebuah kapasitor
terbaca pada badan kapasitor.
Gambar 3.4: Macam-Macam Kapasitor Tetap
dan Variable
Ingat rumus perhitungan C seri dan C
paralel terbalik dengan rumus pada
resistor (lihat Hal. 3-2).
Kerusakan sebagian :
Kecepatan kegagalannya lebih
tinggi dari pada jenis resistor
tetap, untuk potensiometer mempunyai
kecepatan kegagalan
kira-kira 3 x 10-6 perjam sudah
umum, tetapi angka-angka itu
berubah bergantung pada metode
yang digunakan oleh pabriknya.
Kerusakan yang terjadi pada
sebuah potensiometer bisa
sebagian atau total.
Kerusakan total :
3.5. Kegagalan-
Kegagalan pada
Resistor Variable
3.6. Kapasitor
Mengenali Kerusakan Komponen Elektronika
94
Tabel 3.3: Kerusakan Kapasitor dan Penyebabnya
JENIS C KERUSAKAN KEMUNGKIN PENYEBABNYA
Kertas 􀆔 Kering bahan renda
man, menimbulkan
sambung singkat
● Sirkuit terbuka.
􀆔 Kebocoran seal. Kejutan mekanik,
termal atau perubahan-perubahan
tekanan.
􀆔 Kejutan mekanik / thermal.
Keramik 􀆔 Sambung singkat
􀆔 Sirkuit terbuka
􀆔 Perubahan-perubah
an kapasitansi
􀆔 Pecahnya dielektrika karena kejutan
atau getaran
􀆔 Pecahnya sambungan
􀆔 Elektroda perak tidak melekat benar
pada perak
Film plastik 􀆔 Sirkuit terbuka 􀆔 Kerusakan pada semprotan diujung,
ketika fabrikasi atau asembeling.
Alumunium
Elektrolit
􀆔 Sambung singkat,
karena bocor.
􀆔 Kapasitansi mengecil.
􀆔 Sirkuit terbuka
􀆔 Hilangnya dielektrika. Temperatur
tinggi.
􀆔 Hilangnya elektrolit karena tekanan,
kejutan mekanik atau temperatur.
􀆔 Pecahnya sambungan internal.
Mika 􀆔 Sambung singkat
􀆔 Sirkuit terbuka.
􀆔 Perpindahan perak disebabkan oleh
kelembaban yang tinggi.
􀆔 Perak tidak menempel ke mika.
Kapasitor merupakan komponen
yang dapat diandalkan, menunjuk
kan kegagalan yang rendah teruta
ma bila diderating (lihat Bab 2.3.7).
Umur kapasitor dapat diperpanjang
dengan cara:
a) Dioperasikan dibawah batas
tegangan yang diperbolehkan.
b) Dioperasikan pada temperatur
ambient yang rendah, dengan
menurunkan temperatur 10ºC
dapat melipatkan umurnya dua
kali lebih panjang.
Kerusakan yang mungkin terjadi :
Katastrofik (mendadak & total):
1. Hubung singkat : tembus dielektrikanya
2. Sirkit terbuka : kerusakan pada
penyambung ujungnya.
Degradasi (berangsur-angsur
dan sebagian) :
1. Penurunan resistansi dari isolasi
atau kenaikan arus bocor pada
jenis elektrolit secara berangsurangsur.
2.Kenaikan resistansi seri, yaitu
suatu kenaikan faktor disipasi .
Beberapa penyebab kerusakan
adalah:
a). Kerusakan ketika fabrikasi :
kontaminasi chloride pada elektrolit,
akan menimbulkan perka
ratan pada sambungan internal,
kerusakan mekanis pada ujung
dari kapasitor berlapis logam,
menimbulkan panas berlebih dan
sirkit terbuka.
b). Salah pakai:
Kapasitor digunakan melebihi tegangan
yang tertulis, atau teknik
assembling yang jelek menimbul
kan tekanan mekanis terhadap
penyambung-penyambung ujung
dan selubung (Seal).
c) Lingkungan :
Kejutan-kejutan mekanik, getaran
mekanik, temperatur tinggi /
rendah, dan kelembaban.
Daftar kerusakan dan kemungkinan
penyebab untuk beberapa jenis kapasitor
terlihat pada tabel 3.3.
3.7. Kegagalan pada
Kapasitor
Mengenali Kerusakan Komponen Elektronika
95
KERUSAKAN MEKANIS
SAAT FABRIKASI :
􀂾 Proses-proses difusi
􀂾 Proses Metalisasi
􀂾 Proses Mekanis
\
t;
Klasifikasi semikonduktor:
Kedua semikonduktor ini mudah
rusak kalau mendapat beban
lebih.
Kemungkinan kerusakan yang
terjadi adalah:
- Hubung singkat: pada
junction BE, BC atau CE.
- Terbuka: pada junction BE
atau BC.
Beberapa penyebab kerusakan
semikonduktor adalah :
3.8. Piranti-Piranti
Semikonduktor
SEMIKONDUKTOR
􀆔 Transistor
􀆔 Dioda
􀆔 UJT
􀆔 IC Logika
􀆔 IC Linear
􀆔 FET
􀆔 Mosfet
􀆔 VMOS
􀆔 CMOS
􀆔 IC Linear
BIPOLAR UNIPOLAR
3.9. Kerusakan pada
Semikonduktor
SALAH PEMAKAIAN
􀂾 Melewati tegangan catu,
arus dan daya
maksimumnya
􀂾 Memasukan / mencabut
IC saat tegangan hidup
BAHAYA LINGKUNGAN
􀂾 Interferensi kelistrikan
􀂾 Kejutan tegangan oleh
mesin atau relay
􀂾 Medan magnetik
Mengenali Kerusakan Komponen Elektronika
96
Membengkokkan
kawat penghubung:
● Jangan berkali-kali
● Jangan terlalu dekat
dengan badan komponen
(3-5 mm)
Kejutan Mekanis
● Jatuhnya komponen semikonduktor
● Memotong kawat penyambung
● Mengerik permukaan komponen
Kejutan termal
● Solder 20-50 Watt
● Suhu solder maksimum 300°-
400°C
● Lama menyolder 5 detik
● Gunakan “Solder Wick” atau
“Atraktor” untuk melepas konponen
dengan menggunakan solder.
Kejutan elektrostatik
(juga pada MOS)
● Gunakan tes probe yang kecil
● Pemasangan komponen MOS
paling akhir
● Pucuk solder harus tak bertegangan.
● Jangan memasukkan / melepas
komponen semikonduktor saat
catu daya hidup
● Hindari tegangan kejut dari relay
atau saat saklar on.
● Sinyal tak terpasang ke input saat
catu daya padam.
● Gunakan gelang / pakaian anti
static (di pabrik) saat memasang
IC MOS (gambar 3.5).
3.10.Pencegahan-Pencegahan Ketika
Menangani dan Mentest Komponen-
Komponen
Gambar 3.5: Gelang Anti Statik
Salah Benar
Mengenali Kerusakan Komponen Elektronika
97
Verifikasi(pembuktian kembali):
● mengukur resistor dengan
menggunakan Ohmmeter.
● Mencek apakah transistor
yang satu-rasi menjadi tidak
konduk kalau junction basisemiter
disambung singkat.
Test Go atau No-go :
menentukan beberapa parameter
atau karakteristik sebuah
komponen berada dalam
batas-batas spesifikasi.
Pengukuran yang relatif akurat pada parameter komponen:
Biasanya dilakukan di Laboratorium-laboratorium untuk pengujian
ketahanan sebuah komponen yang akan dipergunakan pada
sebuah produk yang baru akan diluncurkan. Agar benar-benar
dihasilkan rangkaian / peralatan yang sesuai dengan yang
diharapkan. Hampir semua parameter / karakteristik komponen
tersebut diuji disini.
Catatan : Biasanya pada perkakas test dan servis,
tujuannya adalah untuk mencari kesalahan secara cepat,
dan karena itu metoda pertama dan kedua digunakan Iebih
sering dari pada yang ketiga.
3.11. Rangkaian Test untuk Komponen-
Komponen
Mengenali Kerusakan Komponen Elektronika
98
Test untuk menentukan suatu sirkit
sambung singkat ataupun sirkit
terbuka,dipergunakan fungsi
ohm pada sebuah multimeter, tetapi
untuk memeriksa sirkit terbuka
perlu melepaskan solderan satu
ujung kawat penyambung komponen
dan diangkat dari lubang
kemudian baru diukur, jika tidak
demikian, komponen-komponen
yang tersambung paralel dengan
komponen yang dicurigai akan
memberikan hasil pengukuran resistansi
yang salah. Suatu alternatif
lain yang dipakai untuk mencek
suatu resistor sirkit terbuka
(putus) ialah dengan menjembatani
resistor yang dicurigai dengan
resistor yang diketahui nilainya
kemudian cek kembali resistansi
sirkitnya.Kapasitor bocor juga
dapat ditest menggunakan
ohm meter, sekali iagi dengan
melepaskan sambungan satu ujung
kapasitor itu dari sirkitnya.
Sebuah kapasitor elektrolit harus
menunjukan resistansi rendah
mula-mula, ketika kapasitor itu
mengisi muatan listriknya, tetapi
resistansinya harus dengan cepat
kembali mencapai nilai tak terhingga.
Kapasitor yang putus atau
sirkit terbuka,dapat ditentukan
dengan memasang kapasitor lain
secara paralel dan melakukan pengecekan
sirkit dalam keadaan
beroperasi, atau terlepas kapasitor
itu dan melakukan pengetesan
pada sebuah susunan pentest
yang sederhana seperti pada
gambar 3.6 dengan mempergunakan
sebuah audiogenerator 1
kHz dan dua buah meter.
Dalam hal ini Cx = ½ 􀊌fVo dengan
ketelitian ±10% untuk
nilai-nilai kapasitif 1000pF
sampai 1 uF.
Gambar 3.6: Rangkaian sederhana
untuk mengukur kapasitansi.
Cara yang lebih baik ialah
dengan mempergunakan sebuah
jembatan ac seperti pada
gambar 3.7 untuk membandingkan
kapasitor yang
tak diketahui nilainya dengan
sebuah kapasitor standar.
Pada keadaan setimbang
berlaku: C1 = (R2/R1)C2
Gambar 3.7: Jembatan
kapasitansi ( indikator nol
dapat osi loskop atau meter ac
yang peka)
3.12 Pentesan
Komponen
Sederhana
Mengenali Kerusakan Komponen Elektronika
99
Mentest dioda, transistor dan semikonduktor lainnya
dapat pula dilakukan dengan menggunakan
fungsi ohm dari multimeter. Yang penting adalah
mengetahui kedudukan polaritas baterai dalam
meter, dalam sebuah meter tertentu terminal persekutuannya
(ditandai dengan hitam) mempunyai
tegangan positif pada fungsi ohm.
Jika kalian tidak mengetahui sambungan baterai dalam
meter yang kalian pakai, polaritasnya dapat kalian tentukan
dengan menyambungkan multimeter lain pada fungsi
tegangan, atau dengan mengukur resistansi arah maju atau
arah balik sebuah semikonduktor, dioda atau transistor yang
diketahui polaritasnya lihat gambar 3.8. Sesudah kalian
menentukan polaritas ohm meter, kalian dapat mengukur /
menentukan banyak hal tentang transistor.
Gambar 3.8: Pemakaian
dioda semikonduktor untuk
menentukan polaritas
multimeter pada fungsi
ohm. Meter menunjukkan
resistansi rendah, berarti
bahwa terminal hitamnya
berhubungan dengan terminal
positif baterai
didalamnya.
Mengenali Kerusakan Komponen Elektronika
100
Langkah-langkah mentes sebuah Transistor dengan menggunakan
multimeter (Ohmmeter) adalah:
Gambar 3.9: Mengukur
resistansi junction sebuah
transistor npn mempergunakan
multimeter. Bias arah
maju pada basis-emiter,
harus menunjukkan resistansi
rendah. Biasanya kurang
dari 1 k ohm.
Gambar 3.10: Bias arah maju
pada basis kolektor harus
menunjukan resistansi rendah
(kurang dari 1 k ohm)
Gambar 3.11: Bias arah balik pada
emiter basis harus menunjukkan
resistansi tinggi (lebih besar dari
100 k ohm)
Gambar 3.12: Bias arah balik
pada kolektor basis harus
menunjukkan resistansi tinggi
(lebih besar dari 100 k ohm).
Mengenali Kerusakan Komponen Elektronika
101
Apabila melakukan pengetesan komponen, dan dilakukan terhadap
transistor, FET dan IC maka seharusnya :
Klaus Tkotz,2006
Periksa catu daya dekat pada komponen-komponen
yang sebenarnya, dan untuk IC langsung pada pin-pin
yang bersangkutan.
Jangan mempergunakan test probe
yang besar, karena test probe
yang terlalu besar mudah menimbulkan
hubung singkat
Hindarilah pemakaian
panas yang berlebihan
ketika melepas solderan
komponen dan jangan
melepaskan ketika
unit hidup catu dayanya
Jangan sekali-kali melepaskan atau
memasukkan piranti tanpa terlebih
dulu mematikan catu daya.
Komponen-komponen dapat rusak
dengan mudah, karena adanya
kejutan arus yang berlebihan
INGAT-INGAT !
Mengenali Kerusakan Komponen Elektronika
102
Pada suatu saat diperlukan pengukuran
yang akurat atau teliti tentang
data suatu komponen atau piranti,
dan perlu dipahami prinsip-prinsip
umum yang bersangkutan. Untuk
ketelitian yang baik (± 0,1%) metoda
jembatanlah yang dipergunakan untuk
membandingkan yang tidak diketahui
dengan yang standar. Susunan
jembatan Wheatstone (gambar 3.13)
dapat dipergunakan untuk pengukuran
resistansi dan ada dalam
keadaan setimbang bilamana Ra/Rb
= Rx/Rs. Penunjukkan detektor D
adalah minimum. Hal ini dikarenakan
tegangan jatuh pada ujungujung
Rb sama dengan tegangan
jatuh pada Rs. Titik balans (setimbangnya
tidak, bergantung pada nilai
tegangan catu dan setiap indikator
nol yang peka dapat digunakan.
Ketelitiannya bergantung pada toleransi
dan stabilitas dari resistor
pembanding Ra, Rb dan resistor
standar Rs. Pada keadaan setimbang,
ketika Ra dan Rb telah distel
pada penujukkan nol.
Ra/Rb = Rx/Rs
Berarti bahwa
GC Loveday,1980, 59
Gambar 3.13: Jembatan Wheatstone
Pada jembatan RCL universal dan
komersial, dipergunakan tiga buah
sirkit jembatan (gambar 3.14).
Frekuensi catu daya untuk jembatan
biasanya 1 kHz, dan detektor
ac yang sangat sensitif biasanya
dipergunakan sebuah penguat
yang ditala pada 1 kHz dengan
outputnya mencatu sebu-ah meter
kumparan putar lewat penyearah.
Dalam keadaan balance (setimbang)
nilai komponen dinyatakan
dalam bentuk digital agar mudah
dibaca.
GC Loveday,1980, 59
Gambar 3.14: Sirkit AC untuk L, C, R
3.13. Pengukuran
Akurat Komponen
Mengenali Kerusakan Komponen Elektronika
103
Untuk sebuah contoh yang spesifik buat jembatan pemakaian umum
adalah :
Terlepas dari jembatan yang tidak sering diperlukan dalam situasi servis,
ada beberapa metoda yang baik dan cepat untuk pengukuran komponen.
Dua hal perlu diperhatikan :
a). Efek setiap arus pengukuran atau tegangan pengukuran terhadap
komponen, jika arus pengukuran terlalu tinggi akan menimbulkan disipasi
daya yang terlalu besar dalam piranti yang diukur atau suatu tegangan
test akan menimbulkan kerusakan tembus (jebol).
b). Sumber kesalahan yang terdapat dalam pengukuran yaitu kesalahankesalahan
seperti ketidak telitian meter dan efek pembebanan, induktansi
kawat penyambung, kapasitansi kawat penyambung, resistansi
kawat penyambung. Pada umumnya test lead harus sependek mungkin,
terutama jika nilai-nilai rendah diukur, dan lebih-lebih kalau pengukuran
itu dilakukan pada frekuensi tinggi.
Peralatan yang dijual dipasaran untuk mengukur kapasitansi dan induktansi
juga termasuk akurat walau harus secara manual, dapat dilihat pada
gambar 3.15.
Gambar 3.15: Kapasitansi / Induktansi Meter.
Induktansi 1 hH sampai 100 H
Kapasitansi 1 pF sampai 1000 μF
Resistansi 10 m ohm sampai 10 M ohm
Faktor
Q(kumparan) 0 sampai 10 pada 1 kHz
Faktor Disipasi
(Kondensator) 0 sampai 0,1 pada 1 kHz
Ketelitian pada
semua
pengukuran
0,5%
Mengenali Kerusakan Komponen Elektronika
104
Untuk berbagai semikonduktor diskrit parameter-parameter yang terpenting
diberikan pada tabel 3.5.
Tabel 3.5: Parameter-Parameter Penting Semikonduktor Diskrit
DIODA
Zener atau
dioda
Referensi
Transistor
Bipolar FET SCR
VF tegangan
jatuh
arah maju
VZ tegangan
tembus
hFE penguatan
arus dc.
Yfs
transkonduktansi
VT tegangan
jatuh
arah maju.
IGT arus pacu
gerbang
VGT tegangan
pacu
gerbang
IR arus bocor
arah
balik
ZZ Impedansi
dinamis
V CE(sat)
saturasi
kolektoremiter
VGS(off)'
tegangan
gerbangsource
yang mengnonkonduksikan
pengukuran
praktis dari
pinch-off(Vp). IH arus hold
V(BR) tegangan
tembus arah
balik
V(BR)CEO
tegang -
an tembus
kolek -
tor emiter
(basis
sirkit terbuka)
ICBO arus bocor
(Emiter sirkit
terbuka)
IDSS arus drain
dengan VGS=0
VDRM repetitive
peak off-state
voltage
Menswitch
dioda: trr
recovery time
arah balik
ICEO arus bocor
(basis sirkit
terbuka)
IDS (on)
resistansi
drain ke
source dengan
VGS=0
IR arus arah
balik
3.14. Pengukuran Komponen Aktif
Mengenali Kerusakan Komponen Elektronika
105
Test sederhana dioda untuk memeriksa apakah nilai-nilai VF dan V(BR)
berada dalam batas-batasnya, dapat dilakukan dengan mempergunakan
sumber arus konstan. hampir pada seluruh pengukuran jenis ini, arusnya
harus diusahakan konstan untuk menghindari panas berlebihan dan kemungkinan
kerusakan komponen. Sebuah karakteristik dioda misalnya 5
mA, dilakukan pada sebuah dioda dan VF terbaca dengan Voltmeter ternyata
off.
Gambar 3.16: Karakteristik Dioda Semikonduktor
Jikalau karakteristik IF/VF diperlukan, sebuah sirkit dapat digunakan untuk
memperagakannya, pada osiloskop dan harus mempergunakan ramp generator,
itu dapat dilihat pada gambar 3.17.
GC Loveday,1980, 64
Gambar 3.17: Sirkit RAMP untuk Sirkit TEST, dan Menggunakan CRO untuk
Memperagakan Karakteristik Dioda Arah Maju.
Mengenali Kerusakan Komponen Elektronika
106
Tegangan tembus semikonduktor harus selalu juga diukur dengan sumber
arus konstan. Pada keadaan tembus, yang umumnya merupakan
"avalanche effect",kenaikan arus yang cepat terjadi bila tegangan naik .
Sebuah sirkit pentest "Break down"(tembus) pada gambar 3.18 dapat
dipergunakan tanpa merusak dioda yaitu untuk V(BR), VZ, V(BR)CEO dan
sebagainya. Sirkit itu sesungguhnya sebuah pembangkit arus konstan
yang dihasilkan oleh sirkit Q1.
Basis Ql dipertahankan pada tegangan 5,6 V oleh dioda zener, sehingga
VE kira-kira 5V. Arus emiter dan arus kolektor, dapat distel dengan
mengubah-ubah resistansi emiter RV1
GC Loveday,1980, 64
Gambar 3.18: Rangkaian Penguji Tembus Arah
Balik Dioda dan Macam-Macam Dioda
Arus akan cukup konstan sepanjang
perubahan-perubahan
tegangan kolektor dari 10V
sampai 200V. Perhatikan bahwa
arus maksimum kira-kira 1
mA, cukup rendah dan tidak
menimbulkan kerusakan. Kalau
sebuah komponen diperiksa
batas tembusnya, switch
test ditekan dan tegangan pada
ujung-ujung komponen akan
naik sampai nilai tembusnya
dimana arusnya dibatasi.
Tegangan pada ujung-ujung
piranti yang ditest dapat dibaca
dengan multimeter.
Pengujian dioda tembus arah
balik ini dapat dilakukan untuk
semua jenis dioda yang tersedia,
dari dioda penyearah,
LED maupun dioda zener seperti
gambar disamping. Hanya
harus disediakan catu daya
DC dengan tegangan yang
dapat diatur dan tegangan
yang tersedia minimum 250
Volt DC.
Dioda
yang
dites
Mengenali Kerusakan Komponen Elektronika
107
Dilihat bentuk fisiknya, transistor mempunyai berbagai macam bentuk.
Gambar 3.19 menunjukkan bentuk transistor yang sering dijumpai di pasaran.
Klaus Tkotz,2006
Gambar 3.19: Bermacam-macam Bentuk Transistor
Transistor beroperasi secara normal bila antara emitter dan basis diberi
tegangan maju (forward), sedang antara kolektor dan emiternya diberi tegangan
mundur (reverse). Dalam rangkaian sederhana digambarkan sebagai
berikut:
Gambar 3.20: Tegangan Kerja Normal Transistor NPN dan PNP
Mengenali Kerusakan Komponen Elektronika
108
Gambar 3.16 Sirkit untuk mengukur
B
E
B
C
FE I
I
I
I
h 􀀠 􀁼
Pentestan-pentestan hFE pada umumnya digunakan sebagai petunjuk operasi
transistor dan sebuah sirkit sederhana untuk mengukur itu ditunjukkan pada
gambar 3.16. perhatikan bahwa hFE adalah sinyal dc yang besar penguatan
"Common emiter atau emiter terbumi :
GC Loveday,1980, 65
Gambar 3.21: Rangkaian untuk Mengukur
B
E
B
C
FE I
I
I
h 􀀠 I 􀁼
Pentestan-pentestan hFE pada umumnya digunakan sebagai petunjuk operasi
transistor dan sebuah rangkaian sederhana untuk mengukur itu ditunjukkan
pada gambar 3.21. perhatikan bahwa hFE adalah sinyal dc yang
besar penguatan "Common emiter atau emiter terbumi :
B
C
FE I
h 􀀠 I
Pada nilai-nilai tertentu dari VCE dan IC.
Berbagai sirkit dapat dibangun untuk mengukur dengan tepat, misalnya
hFE, hfe maupun parameter-parameter h yang lainnya, tetapi merupakan
pertanyaan.
Barangkali lebih baik, jika kita membuat kurva karakteristik menggunakan
misalnga "XY plotter" untuk secara otomatis menghasilkan kurva
(gambar 3.22).
VCE(sat) biasanya ditentukan dengan IC/IB = 10 : 1. Jadi untuk menswitch
transistor-transistor sebuah sirkit pentest go/no-go seperti pada
Gambar 3.23 dengan mudah dapat dibuat dan nilai-nilai VCE(sat) pada
nilai-nilai IC tertentu diukur dengan voltmeter digital.
Supply B
Mengenali Kerusakan Komponen Elektronika
109
GC Loveday,1980, 66
Gambar 3.22: Pemakaian XY Plotter untuk Mendapatkan Karakteristik Transistor.
GC Loveday,1980, 66
Gambar 3.23: Pengukuran VCE(sat)
IC = 10 mA perhatikan bawah RB : RC = 10 : 1
Pengukuran VCE(sat) pada nilai-nilai IC diperoleh dengan mengubah-ubah
nilai RB dan RC.
Untuk FET, parameter-parameter dapat dibuktikan kembali
dengan V kons tan
I
Y I DS
GS
D
fs 􀀖 􀀖 􀀖
􀀧
􀀧
􀁼
IDSS, arus drain dengan VGS = 0 dan VDS = VP
Mengenali Kerusakan Komponen Elektronika
110
Sirkit untuk memeriksa nilai-nilai tersebut diatas ditunjukkan pada gambar
3.24. Untuk Yfs (atau juga disebut gm) transkonduktansi, sirkit itu
mempunyai taraf bias tetap yang diset sedemikian rupa sehingga dapat
ditetapkan suatu titik kerja. Kemudian VGS divariasikan oleh sinyal. dari
sumber ac dan perubahan yang dihasilkan pada arus drain dicatat. Harga
Yfs akan sebesar 2 milliSiemen.
GC Loveday,1980, 66
a) Pengukuran Idss b) Mengukur Yfs atau gm
Gambar 3.24: Pengukuran FET
Yfs = Vout
Vin . RL
Akhirnya untuk komponen diskrit thyristor ditunjukkan sebuah sirkit pentest
pada gambar 3.25. Sirkit ini dapat memeriksa benar tidaknya operasi
FET dengan memasangkan nilai-nilai khusus dari IGT dan VGT ke gerbang
thyristor. Mula-mula R2diset pada minimum, S1 ditutup arus meter I
harus rendah (50u A) dan voltmeter harus menunjukkan 24 V. Ini disebabkan
oleh karena thyristor memblok arah maju, jadi nonkonduksi. M1
harus menunjukkkan kira-kira 100 mA, dan M2 menunjukkan kira-kira 1V.
Selanjutnya bila R2 dinaikkan nilai arusnya berangsur-angsur menurun
sampai tercapai suatu titik nonkonduksi dari thyristor itu. Arus yang ditunjukkan
tepat sebelum nonkonduksi adalah arus hold (holding current) IH.
GC Loveday,1980
Gambar 3.25: Rangkaian untuk Menguji Thyristor
Mengenali Kerusakan Komponen Elektronika
111
GC Loveday,1980,67
a) Rangkaian Test IC OP-AMP (b) Rangkaian tes CMOS NAND CD 4011
Gambar 3.27: Contoh Rangkaian Test IC
Test pada IC linier dan digital
Mentest IC linear dan digital dapat
juga dilakukan dengan teliti pada semua
parameter, tetapi lebih umum
menunjukkan fungsi sirkit lebih diperlukan.
Dengan perkataan lain apakah
sebuah op-amp mempunyai
penguatan atau apakah sebuah IC
counter dapat membagi dengan benar
? Dengan memasangkan IC kedalam
sebuah "TEST JIG" yang
mengharuskan IC itu berosilasi atau
melaksanakan fungsi logik, piranti -
piranti yang baik dapat disimpan
dan dipisahkan dari yang buruk atau
rusak. Prosedur ini dapat pula dipergunakan
untuk mentest tiap piranti
aktif seperti transistor, unijunction
dan thyristor.
Klaus Tkotz,2006
Gambar 3.26: Macam-macam Bentuk IC
Linear dan Digital
Dua buah contoh metoda ini ditunjukkan
pada gambar 3.27. Yang
pertama menunjukkan bagaimana
sebuah IC linier dari jenis DIP, 8
pin dapat diperiksa dengan pemeriksaan
fungsional. Komponenkomponen
disekitar IC akan membentuk
osilator frekuensi rendah
(2Hz). Kalau IC dimasukkan kedalam
soket "test jig" dengan benar,
LED akan menyala hidup-mati.
Sebuah CMOS Quad 2 input positive
(I/p) NAND gates (4011B)
dapat juga dicek dengan merangkaikan
komponen-komponen sekitar
soket (14 pin) sehingga terjadi
osilasi frekuensi rendah. Pemeriksaan
tambahan terhadap
gerbang internal dapat dilakukan
dengan mengaperasikan kedua
"Inhibit switches" Sl dan S2.
Mengenali Kerusakan Komponen Elektronika
112
Suatu hal yang sangat menarik buat kalian di dalam mempelajari komponen
elektronika adalah mendalami tentang komponen elektronika optik,
yang lebih dikenal dengan istilah optoelektronik. Mengapa demikian ?
Karena semua komponen optoelektronik selalu berhubungan dengan cahaya,
baik komponen tersebut bekerja karena ada cahaya, atau menghasilkan
cahaya atau mengubah cahaya.
Baik sebagai pengingat kembali kita mulai dari pengertiannya lebih dahulu,
bahwa komponen optoelektronik adalah komponen-komponen yang
dipengaruhi sinar (optolistrik), komponen-komponen pembangkit cahaya
(light-emitting) dan komponen-komponen yang mempengaruhi atau mengubah
sinar.
Komponen optolistrik dapat dikatagorikan sebagai:
􀁸 Foto emisi: disini radiasi yang mengenai katoda menyebabkan elektron-
elektron diemisikan dari permukaan katoda itu, contohnya: tabung
pengganda foto, LED (Light Emitting Diode), LCD ( Liquid Crystal
Dinamic) dan dioda laser (Light Amplification by Stimulated
Emission of Radiation)
􀁸 Foto konduktif: disini bila komponen disinari maka resistansi bahan
berubah, contohnya: dioda foto (diberi tegangan mundur) dan LDR.
􀁸 Foto voltaik: komponen ini akan membangkitkan tegangan pada
output yang sebanding dengan kekuatan radiasi, contohnya: dioda
foto (tanpa diberi tegangan), solar cell, transistor foto, darlington foto,
FET foto dan opto electronic coupler.
Semua jenis foto emisi biasanya menghasilkan sinar, perpendaran
(menjadi cemerlang) sampai menghasilkan sinar yang amat kuat yang
dapat mengelas logam. Pada LED akan menghasilkan sinar yang bermacam-
macam warnanya tergantung dari jenis semikonduktor yang digunakan
dan komponen ini umurnya panjang dan kuat sehingga saat ini banyak
digunakan sebagai pengganti lampu rem pada mobil atau sepeda
motor. Sedangkan perkembangan LCD sangat pesat dan banyak digunakan
sebagai pengganti layar tabung monitor komputer atau TV. Pada
sinar laser banyak digunakan juga pada kedokteran, pengukuran yang
presisi pada industri dan lain-lain.
Untuk foto konduktif komponen ini akan mempunyai resistansi sangat
besar (di atas 100 K Ohm) saat tidak disinari dan hanya beberapa ratus
ohm saat disinari, biasanya digunakan pada lampu taman otomatis. Coba
sebagai tugas: buat / cari rangkaian taman otomatis dengan menggunakan
LDR dimana saat mulai senja maka lampu ditaman atau diteras rumah
mulai menyala secara otomatis. Terangkan cara kerja rangkaian tersebut
mengapa bisa demikian.
Untuk komponen foto voltaik akan menghasilkan tegangan / arus jika
disinari, yang paling banyak digunakan saat ini adalah solar cell dipakai
sebagai penghasil tegangan untuk pengisian baterai sebagai pengganti
sumber daya saat listrik AC padam. Coba kalian cari tahu tentang hal itu.
3.15. Komponen Elektronika Optik
Mengenali Kerusakan Komponen Elektronika
113
􀁸 Untuk mengurangi kemungkinan sebuah komponen rusak maka kita
harus memahami keterbatasan masing-masing komponen tersebut.
􀁸 Kegagalan resistor tetap maupun variabel bisa terjadi secara berangsur-
angsur dan berubah nilainya menjadi besar ataupun secara
tiba-tiba terputus karena penggunaan yang salah, tetapi resistor tetap
mempunyai laju kegagalan yang rendah sekali (sangat andal) dibandingkan
dengan resistor variabel maupun komponen lainnya.
􀁸 Kegagalan pada kapasitor bisa terbuka atau hubung-singkat dan
masing-masing jenisnya kemungkinan penyebabnya dapat berbedabeda.
􀁸 Pada komponen semikonduktor tingkat kegagalannya cukup tinggi terutama
pada saat fabrikasi, karena banyak proses yang harus dijalani
yang cukup rumit.
􀁸 Kegagalan pada komponen semikonduktor bisa terbuka maupun hubung-
singkat, dan komponen ini lebih peka bila dibandingkan dengan
komponen pasif, jadi penanganannya harus lebih hati-hati.
􀁸 Pencegahan agar komponen tidak cepat rusak saat digunakan perlu
diketahui dan diperhatikan, sehingga komponen tidak rusak dahulu
sebelum dipergunakan.
􀁸 Komponen perlu juga diuji untuk meyakinkan keberadaannya, apakah
masih dapat dipakai atau tidak. Pengujian dapat dilakukan secara sederhana
maupun secara lebih akurat lagi dengan menggunakan rangkaian
sederhana yang dapat kita rangkai sendiri.
􀁸 Komponen elektronika optik adalah komponen-komponen yang dipengaruhi
sinar (optolistrik), komponen-komponen pembangkit cahaya
(light-emitting) dan komponen-komponen yang mempengaruhi atau
mengubah sinar. Terdiri dari tiga kategori, yaitu: foto emisi, foto
konduksi dan foto voltaik.
1.Mengapa kita perlu memahami keterbatasan sebuah komponen?
Berilah contohnya!
2.Sebutkan kegagalan yang dapat terjadi pada resistor tetap, dan apa
penyebabnya!
3.Berilah penjelasan mengapa pada potensiometer dapat terjadi
kegagala sebagian!
4.Sebutkan penyebab terjadinya kerusakan, baik terbuka maupun
hubung-singkat pada kapasitor elektrolit yang banyak kita gunakan!
5.Sebutkan penyebab kegagalan pada semikonduktor saat fabrikasi
secara singkat!
Rangkuman
Soal latihan Bab 3
Mengenali Kerusakan Komponen Elektronika
114
6.Apa yang perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya kerusakan ketika
kita sedang menangani komponen terutama komponen semikonduktor!
7.Sebutkan hal-hal penting apa saja yang perlu kita lakukan saat
menangani komponen MOS!
8.Pengujian komponen dibagi dalam tiga bidang utama, sebutkan!
9.Buatlah rangkaian yang dapat memperagakan karakteristik dioda arah
maju! Terangkan secara singkat bagaimana kerjanya!
Coba anda rancang secara berkelompok (maksimum 3 orang) tugas di
bawah ini:
Buatlah sebuah rangkaian TEST JIG untuk IC Op-Amp, dan terangkan
dengan singkat bagaimana kerjanya!
Setelah kelompok anda yakin dengan rancangan tersebut, bisa anda
realisasikan saat pelajaran praktek dengan bantuan instruktur praktek
yang ada.
Tugas Kelompok
PELACAKAN KERUSAKAN PADA MOTOR DAN GENERATOR LISTRIK
115
4. PEMELIHARAAN MOTOR dan
GENERATOR LISTRIK
4.1. Mesin Listrik
Di bidang listrik, mesin merupakan sebuah perangkat berupa motorgenerator.
Perbedaan istilah tersebut dibuat berdasarkan perbedaan
fungsi operasinya. Motor ialah alat yang mengubah energi listrik
menjadi energi mekanik putaran. Sedangkan generator adalah alat
yang mengubah energi mekanik menjadi energi listrik. Jadi, sebuah
mesin listrik dapat difungsikan sebagai generataor, atau sebagai
motor.
Terdapat dua jenis motor:
1) motor DC,
2) motor AC
Demikian pula dengan generator. Terdapat dua jenis generator:
1) generator AC,
2) generator DC
Bagian utama mesin listrik terdiri
dari dua bagian: yaitu bagian
bergerak yang disebut Rotor,
dan bagian diam yang disebut
Stator. Masing-masing bagian
mempunyai lilitan kawat. Pada
Stator, lilitan kawat berfungsi sebagai
pembangkit medan magnet,
sedangkan pada Rotor, lilitan
berfungsi sebagai pembangkit
gaya gerak listrik.
4.1.1. Pengertian Mesin Listrik
4.1.2. Konstruksi Dasar Mesin Listrik
Poros
Kutub
Magnet STATOR
ROTOR
Lilitan
Rotor
Lilitan
Stator
Gambar 4.1: Konstruksi Dasar Mesin Listrik
Fachkunde Elektrotechnik, 2006, hal 427
PELACAKAN KERUSAKAN PADA MOTOR DAN GENERATOR LISTRIK
116
4.1.3. Prinsip Kerja Motor dan Generator
Prinsip Arah Putaran Motor
Untuk menentukan arah putaran motor,
digunakan kaedah Flamming tangan
kiri. Kutub-kutub magnet akan
menghasilkan medan magnet dengan
arah dari kutub utara ke kutub
selatan. Jika medan magnet ini memotong
sebuah kawat penghantar
yang dialiri arus searah dengan empat
jari, maka akan timbul gaya gerak
searah ibu jari. Gaya ini disebut gaya
Lorentz, yang bersarnya sama
dengan F.
F = B.I 􀆐 .z (Newton) F = Arah gaya penghantar
(Newton)
B = kerapatan flux magnet
(weber)
􀆐 = panjang kawat
penghantar (meter)
I = Arus DC (Ampere)
z = Jumlah penghantar
Prinsip motor: aliran arus di dalam
penghantar yang berada di dalam
pengaruh medan magnet akan
menghasilkan gerakan
Arah
arus
Medan
magnet
Arah
gaya
gerak
Gambar 4.2: Hukum tangan kiri
untuk motor
Fachkunde Elektrotechnik, 2006, hal 92
Contoh 4-1: sebuah motor DC mempunyai kerapatan medan magnet
0,8T. Dibawah pengaruh medan magnet terdapat 400 kawat penghantar
dengan arus 10 A. Jika panjang penghantar seluruhnya 150 mm,
tentukan gaya yang ada pada anker.
Jawab:
F = B.I.􀆐.z = 0,8 (Vs/m2). 10A. 0,15 m.400
= 480 (Vs.A/m)
= 480 (Ws/m) = 480 N.
Besarnya gaya pada penghantar akan bertambah besar jika arus
yang melalui penghantar bertambah besar.
PELACAKAN KERUSAKAN PADA MOTOR DAN GENERATOR LISTRIK
117
Prinsip Pembangkitan Tegangan
pada Generator
Sepotong penghantar yang dialiri arus
dan bergerak dengan kecepatan
v didalam pengaruh medan magnet,
akan menimbulkan tegangan induksi
sebesar V.
Untuk menentukan besarnya tegangan
induksi yang ditimbulkan oleh arah
gerakan penghantar tersebut digunakan
kaedah Flamming tangan
kanan.
Medan magnet mempunyai arah dari
kutub utara ke kutub selatan. Arus di
dalam penghantar searah dengan
empat jari, sedangkan arah gerakan
searah dengan ibu jari, seperti ditunjukkan
pada Gambar 4.3.
V = B. 􀆐. v.z (volt)
V = tegangan induksi (volt)
B = kerapatan flux magnet
(weber)
􀆐 = panjang kawat
penghantar (meter)
z = jumlah penghantar
v = kec. gerak kawat (m/s)
Prinsip generator: Medan magnet dan gerakan sepotong penghantar
yang dialiri arus akan menimbulkan tegangan
Arah
arus
Arah
gerak
Medan
magnet
Gambar 4.3: Hukum tangan
kanan untuk generator
Fachkunde Elektrotechnik, 2006, hal 95
Contoh 4-2. Kerapatan magnet sebuah generator diketahui = 0.85 T
dipotong oleh 500 kawat penghantar, dan bergerak dengan kecepatan
5 m/s. Jika panjang penghantar keseluruhan adalah 100 mm, berapakah
besarnya tegangan induksi yang dihasilkan?
Jawab:
V = B.􀆐.v.z = 0.85 T. 0.1 m. 5 m/s. 500
= 212.5 Volt
PELACAKAN KERUSAKAN PADA MOTOR DAN GENERATOR LISTRIK
118
4.2. Mesin-mesin DC
Sebuah mesin DC terdiri dari bagian stator, yang terdiri dari set-magnet
dengan cincin baja dan lilitan kawat yang menonjol dengan inti
kutub utama, sepatu kutub yang terbuat dari lempeng-elektro serta
lilitan kawat penguat eksitasi seperti, dan inti-kutub bantu seperti
ditunjukkan pada Gambar 4.4. Konstruksi ini biasanya terdapat pada
mesin DC berdaya maksimum 20 kW. Mesin jenis ini akan bekerja sepanjang
ada magnetisasi. Untuk mesin dengan daya hingga 1 kW, terdiri
dari sebuah komutator berkutub utama, yang terbuat dari baja atau
lempeng elektro dengan lilitan kawat. Sepatu-sepatu kutub dari kutubutama
terdapat lilitan kompensasi.
Bagian rotor (pada mesin DC seringkali
disebut jangkar) terbuat
dari poros baja beralur dan lilitan
kawat pada alur-alur tersebut. Gambar
4.4 menunjukkan potongan sebuah
mesin DC, dengan komutator
di ujung motor. Sikat arang (carbon
brush) adalah bagian dari stator. Sikat
ini ditahan oleh pemegang sikat
(brush holder)
Sebuah komutator terdiri dari segmen-
segmen tembaga, dimana setiap
ujungnya disambungkan dengan
ujung lilitan rotor. Komutator adalah
bagian mesin listrik yang perlu
sering dirawat dan dibersihkan. Bagian
ini bersinggungan dengan sikat
arang untuk memasukkan arus dari
jala-jala ke rotor. Gambar 4.6 menunjukkan
bagian dari sebuah komutator
dan bagian lain yang saling
berkaitan.
Gambar 4.4: Startor
Mesin DC,
Inti kutub bantu
Inti kutub
utama
Fchkunde Elektrotechnik, 2006, hal 450
Rotor
Komutator
Sikat
arang
Papan
terminal
Celah
Udara
Gambar 4.5: Potongan Mesin DC
Fchkunde Elektrotechnik, 2006, hal 450
PELACAKAN KERUSAKAN PADA MOTOR DAN GENERATOR LISTRIK
119
Salah satu kelemahan dari mesin
DC adalah kontak mekanis antara
komutator dan sikat arang yang harus
terjaga dan secara rutin dilakukan
pemeliharaan. Tetapi mesin
DC juga memiliki keunggulan khususnya
untuk mendapatkan pengaturan
kecepatan yang stabil dan halus.
Motor DC ba-nyak dipakai di
industri kertas, tekstil, kereta api diesel
elektrik dan sebagainya.
Generator merupakan sebuah perangkat yang mengubah energi
mkanis menjadi energi listrik. Generator digunakan di bidang yang
sangat luas: di banda udara, di rumah sakit, di transportasi, komputer,
di bidang konstruksi, proses industri, dan lainnya.
Pada dasarnya terdapat dua macam generator, yaitu generator AC
dan DC. Pada dasarnya terdapat dua macam generator, yaitu generator
AC dan generator DC. Karena generator AC menghasilkan arus
AC, maka sering juga disebut sebagai alternator. Generator DC
menghasilkan arus DC
Tipe Genetaor
4.3.1. Generator DC
Generator DC dibedakan menjadi beberapa tipe berdasarkan dari
rangkaian belitan magnet atau penguat eksitasinya terhadap jangkar
(anker).
Tipe generator DC:
1. Generator penguat terpisah
2. Generator shunt
3. Generator kompon
4.3. Generator
Poros
sikat
Rumah sikat Komutator
Tangkai
pemegang
sikat
Gambar 4.6: Komutator &
Pemegang Sikat
Fachkunde Elektrotechnik, 2006, hal 450
PELACAKAN KERUSAKAN PADA MOTOR DAN GENERATOR LISTRIK
120
.
1). Konstruksi Generator DC
Pembangkitan tegangan induksi oleh sebuah generator diperoleh melalui
dua cara:
1) dengan menggunakan cincin-seret;
2) dengan menggunakan komutator.
Cara 1) menghasilkan tegangan induksi bolak-balik. Sedangkan cara 2)
menghasilkan tegangan DC. Proses pembangkitan tegangan-te-gangan
induksi tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.8 dan Gambar 4.9.
Pada umumnya generator dibuat dengan menggunakan magnet permanen
dengan 4-kutub rotor, regulator tegangan digital, proteksi
terhadap beban lebih, startor eksitasi, penyearah, bearing dan rumah
generator atau casis, serta bagian rotor. Gambar 4.7 menunjukkan
gambar potongan melintang konstruksi generator DC Generator DC
terdiri dua bagian, yaitu stator, yaitu bagian mesin DC yang diam, dan
bagian rotor, yaitu bagian mesin DC yang berputar. Bagian stator
terdiri atas : rangka motor, belitan stator, sikat arang, beraing, terminal
box. Bagian rotor terdiri : komutator, belitan rotor, kipas rotor, poros
rotor.
2). Prinsip kerja Generator DC
Bagian yang harus menjadi
perhatian untuk perawatan secara
rutin adalah sikat arang
yang akan memendek dan harus
diganti secara periodik. Komutator
harus dibersihkan dari
kotoran sisa sikat arang yang
menempel dan serbuk arang
yang mengisi celah-celah komutator,
gunakan amplas halus
untuk membersihkan noda bekas
sikat arang.
Komutator
Penguat
eksitasi
Papan
terminal
Jangkar
Lubang
angin
Poros
penggerak
Gambar 4.7: Konstruksi
Generator DC
Fachkunde Elektrotechnik 2006 hal 453
PELACAKAN KERUSAKAN PADA MOTOR DAN GENERATOR LISTRIK
121
.
(a) (b) (c)
Gambar 4.8: Pembangkitan Tegangan Induksi
Gambar 4.9: Tegangan Rotor yang dihasilkan melalui cincin-seret dan komutator
(a) (b) (c)
(a) (b) (c)
(1)
(2)
Jika ujung belitan rotor dihubungkan dengan slipring berupa dua cincin
(ini disebut cincin seret), seperti ditunjukkan Gambar 4.9.(1), maka
dihasilkan listrik AC berbentuk sinusoidal.
Bila ujung belitan rotor dihubungkan dengan komutator satu cincin
Gambar 4.9.(2) dengan dua belahan, maka dihasilkan listrik DC dengan
dua gelombang positip
Jika rotor diputar dalam pengaruh medan magnet, maka akan terjadi
perpotongan medan magnet oleh lilitan kawat pada rotor. Hal ini akan
menimbulkan tegangan induksi. Tegangan induksi terbesar terjadi saat
rotor menempati posisi seperti Gambar 4.8 (a) dan (c). Pada posisi ini
terjadi perpotongan medan magnet (oleh penghantar) maksimum. Sedangkan
posisi jangkar pada Gambar 4.8.(b), akan menghasilkan
tegangan induksi nol. Hal ini karena tidak adanya perpotongan medan
magnet dengan penghantar pada jangkar atau rotor. Daerah medan ini
disebut daerah netral.
Fachkunde Elektrotechnik, 2006, hal 451
Fachkunde Elektrotechnik, 2006, hal 451
PELACAKAN KERUSAKAN PADA MOTOR DAN GENERATOR LISTRIK
122
Rotor dari generator DC akan menghasilkan tegangan induksi bolakbalik.
Sebuah komutator berfungsi sebagai penyearah tegangan AC
Besarnya tegangan yang dihasilkan oleh sebuah generator DC
sebanding banyaknya putaran dan besarnya arus eksitasi (arus
penguat medan).
Pada generator terpisah, belitan
eksitasi (penguat eksitasi) tidak
terhubung menjadi satu dengan
rotor.
Terdapat dua jenis generator
penguat terpisah:
1) Penguat elektromagnetik
(Gambar 4.10.a);
2) Magnet permanen (Gambar
4.10.b).
Energi listrik yang dihasilkan oleh
penguat elektromagnet dapat diatur
melalui pengaturan tegangan
eksitasi. Pengaturan dapat dilakukan
secara elektronik atau magnetik.
Generator ini bekerja dengan
catu daya DC dari luar yang dimasukkan
melalui belitan F1-F2.
Penguat dengan magnet permanen menghasilkan tegangan output
generator yang konstan dari terminal rotor A1-A2. Karakteritik tegangan
V relatif konstan dan tegangan akan menurun sedikit ketika
arus beban I dinaikkan mendekati harga nominalnya.
4.3.2. Generator Penguat Terpisah
Gambar 4.10: Generator Penguat
Terpisah
Fachkunde Elektrotechnik, 2006, hal 452
PELACAKAN KERUSAKAN PADA MOTOR DAN GENERATOR LISTRIK
123
Pada generator shunt, penguat eksitasi
E1-E2 terhubung paralel dengan
rotor (A1-A2). Tegangan awal
generator diperoleh dari magnet sisa
yang terdapat pada medan magnet
stator. Rotor berputar dalam
medan magnet yang lemah, dihasilkan
tegangan yang akan memperkuat
medan magnet stator, sampai
dicapai tegangan nominalnya.
Pengaturan arus eksitasi yang melewati
belitan shunt E1-E2 diatur
oleh tahanan geser. Makin besar arus
eksitasi shunt, makin besar medan
penguat shunt yang dihasilkan,
dan tegangan terminal meningkat
sampai mencapai tegangan nominalnya.
Diagram rangkaian generator
shunt dapat dilihat pada Gambar
4.12.
Gambar 4.11 menunjukkan karakteristik
generator penguat terpisah
saat eksitasi penuh (Ie
100%) dan saat eksitasi setengah
penuh (Ie 50%). Ie adalah
arus eksitasi, I adalah arus
beban.Tegangan output generator
akan sedikit turun jika a-rus
beban semakin besar. (2) Kerugian
tegangan akibat reaksi
jangkar; (3).Perurunan tegangan
akibat resistansi jangkar dan reaksi
jangkar, selanjutnya mengakibatkan
turunnya pasokan arus
penguat ke medan magnet
sehingga teganganl induksi
menjadi kecil.
4.3.3. Generator Shunt
Gambar 4.12: Diagram
Rangkaian Generator Shunt
Fachkunde Elektrotechnic, 2006, hal 542
Gambar 4.11: Karakteristik
Generator Penguat Terpisah
V
I
Fachkunde Elektrotechnik, 2006, hal 452
PELACAKAN KERUSAKAN PADA MOTOR DAN GENERATOR LISTRIK
124
Jika generator shunt tidak mendapatkan arus eksitasi, maka sisa
megnetisasi tidak akan ada, atau jika belitan eksitasi salah sambung
atau jika arah putaran terbalik, atau rotor terhubung-singkat, maka
tidak akan ada tegangan atau energi listrik yang dihasilkan oleh
generator tersebut.
Kelemahan dari kedua tipe generator
diatas (tegangan output akan
turun jika arus beban naik), diperbaiki
dengan menggunakan generator
kompon.
Generator kompon mempunyai dua
penguat eksitasi pada inti kutub
utama yang sama. Satu penguat
eksitasi merupakan penguat shunt,
dan lainnya merupakan penguat
seri. Diagram rangkaian generator
kompon ditunjukkan pada Gambar
4.14. Pengatur medan magnet (D1
-D2) terletak di depan belitan
shunt.
Karakteristik Generator Shunt.
Generator shunt mempunyai karakteristik
seperti ditunjukkan pada
Gambar 4.12. Tegangan output
akan turun lebih banyak dibandingkan
output generator terpisah
untuk kenaikan arus beban
yang sama. Sebagai sumber tegangan,
karakteristik ini tentu kurang
baik. Seharusnya generatorgenerator
tersebut diatas mempunyai
tegangan output konstan.
4.3.4. Generator Kompon
Gambar 4.13: Karakteristik
Generator shunt
V
I
Fachkunde Elektrotechnic, 2006, hal 452
Gambar 4.14: Diagram Rangkaian
Generator kompon
Fachkunde Elektrotechnik, 2006, hal 452
PELACAKAN KERUSAKAN PADA MOTOR DAN GENERATOR LISTRIK
125
Jangkar adalah tempat lilitan pada rotor yang berbentuk silinder beralur.
Belitan tersebut merupakan tempat terbentuknya tegangan induksi.
Pada umumnya jangkar terbuat dari bahan yang kuat mempunyai
sifat feromagnetik dengan permiabilitas yang cukup besar.
Gambar 4.16: Jangkar Generator DC
Karakteristik Generator Kompon.
Gambar 4.15 menunjukkan karakteristik
generator kompon. Tegangan
output generator terlihat konstan
dengan pertambahan arus beban,
baik pada arus eksitasi penuh maupun
eksitasi 50%. Hal ini disebabkan
oleh adanya penguatan lilitan
seri, yang cenderung naik tegangannya
jika arus beban bertambah
besar. Jadi ini merupakan kompensasi
dari generator shunt, yang cenderung
turun tegangannya jika arus
bebannya naik.
Permiabilitas yang besar diperlukan
agar lilitan jangkar terletak
pada derah yang induksi
magnetnya besar, sehingga tegangan
induksi yang ditimbulkan
juga besar. Belitan jangkar
terdiri dari beberapa kumparan
yang dipasang di dalam alur
jangkar. Tiap-tiap kumparan terdiri
dari lilitan kawat atau lilitan
batang.
4.3.5. Jangkar Generator DC
4.3.6. Reaksi Jangkar
Fluks magnet yang ditimbulkan oleh kutub-kutub utama dari sebuah
generator saat tanpa beban disebut Fluks Medan Utama (Gambar
4.17) .
Gambar 4.15: Karakteristik
Generator Kompon
V
I
Fachkunde Elektrotechnik, 2006, hal 452
PELACAKAN KERUSAKAN PADA MOTOR DAN GENERATOR LISTRIK
126
Gambar 4.17: Medan
Eksitasi Generator DC
Daerah
Netral
Gambar 4.18: Medan
Jangkar dari Generator DC
Gambar 4.19: Reaksi Jangkar
Pergeseran
Daerah Netral
Fluks ini memotong lilitan jangkar sehingga
timbul tegangan induksi. Bila
generator dibebani maka pada penghantar
jangkar timbul arus jangkar. Arus
jangkar ini menyebabkan timbulnya
fluks pada penghantar jangkar
tersebut dan biasa disebut FIuks Medan
Jangkar (Gambar 4.18). Munculnya
medan jangkar akan memperlemah
medan utama yang terletak
disebelah kiri kutub utara, dan akan
memperkuat medan utama yang terletak
di sebelah kanan kutub utara.
Pengaruh adanya interaksi antara
medan utama dan medan jangkar ini
disebut reaksi jangkar. Reaksi jangkar
ini mengakibatkan medan utama
tidak tegak lurus pada garis netral n,
tetapi bergeser sebesar sudut 􀁄. Dengan
kata lain, garis netral akan bergeser.
Pergeseran garis netral akan
melemahkan tegangan nominal generator.
Untuk mengembalikan garis
netral ke posisi awal, dipasangkan
medan magnet bantu (interpole atau
kutub bantu), seperti ditunjukkan pada
Gambar 4.20(a). Lilitan magnet
bantu berupa kutub magnet yang ukuran
fisiknya lebih kecil dari kutub utama.
Dengan bergesernya garis netral,
maka sikat yang diletakkan pada
permukaan komutator dan tepat terletak
pada garis netral n juga akan
bergeser. Jika sikat dipertahankan
pada posisi semula (garis netral),
maka akan timbul percikan bunga
api, dan ini sangat berpotensi menimbulkan
kebakaran atau bahaya lainnya.
Oleh karena itu, sikat juga harus
digeser sesuai de-ngan pergeseran
garis netral. Bila sikat tidak digeser
maka komutasi akan jelek, sebab
sikat terhubung dengan penghantar
yang mengandung tegangan.
Fachkunde Elektrotechnik, 2006, hal 454
Gambar 4.20(a): Generator
dengan Kutub Bantu
Medan
memadat
Daerah
netral
Kutub
bantu
Kutub
utama
Fachkunde Elektrotechnik, 2006, hal 455
PELACAKAN KERUSAKAN PADA MOTOR DAN GENERATOR LISTRIK
127
4.4. Motor DC
4.4.1. Tipe Motor DC
Sebuah motor listrik adalah mesin listrik yang mengubah energi listrik
menjadi energi mekanik. Konstruksi motor dan generator pada dasarnya
adalah sama. Motor DC mengembangkan momen yang besar dan memungkinkan
pengaturan jumlah putaran tanpa tahapan. Jumlah putaran
motor dapat melebihi medan putarnya.
Berdasarkan sumber arus kemagnetan untuk kutub magnet, maka motor
listrik dibedakan menjadi dua tipe, yaitu:
1) Motor DC dengan peguat terpisah, bila arus untuk lilitan kutub
magnet berasal dari sumber arus searah yang terletak di luar
motor.
2) Motor DC dengan penguat sendiri, bila arus untuk lilitan kutub
magnet berasal dari motor itu sendiri.
Sedangkan berdasarkan hubungan lilitan penguat magnit terhadap li-litan
jangkar untuk motor dengan pennguat sendiri dapat dikelompokkan
menjadi :
1) Motor Shunt
2) Motor Seri
Gambar 4.20(b): Generator Kutub
Utama, Kutub Bantu, Belitan
Kompensasi
Reaksi jangkar ini dapat juga diatasi
dengan kompensasi yang dipasangkan
pada kaki kutub utama baik pada
lilitan kutub utara maupun kutub
selatan. Kini dalam rangkaian generator
DC memiliki tiga lilitan magnet,
yaitu lilitan magnet utama, lilitan
magnet bantu (interpole) dan lilitan
magnet kompensasi.
Gambar 4.20 (a) dan (b) menunjukkan
generator dengan komutator
dan lilitan kompensasinya.
Belitan
kompensasi
Kutub
bantu
Kutub
utama
PELACAKAN KERUSAKAN PADA MOTOR DAN GENERATOR LISTRIK
128
.
4.4.2. Prinsip Kerja Motor DC
Mesin DC dapat difungsikan sebagai generator DC maupun sebagai
motor DC. Saat sebagai generator DC fungsinya mengubah energi
mekanik menjadi energi listrik. Sedangkan sebagai motor DC mengubah
energi listrik menjadi energi mekanik.
Secara umum konstruksi motor
dan generator DC adalah sama,
yaitu terdiri dari stator dan rotor.
Motor-motor DC pada awalnya
membutuhkan momen gerak (gaya
torsi) yang besar dan tidak memerlukan
kontrol kecepatan putar.
Kecepatan putar motor selanjutnya
akan dikontrol oleh medan magnet.
Pada motor DC dengan penguat
terpisah, sumber eksitasi didapat
dari luar, misalnya dari aki.
Terjadinya gaya torsi pada jangkar
disebabkan oleh hasil interaksi dua
garis medan magnet. Kutub magnet
menghasilkan garis medan
magnet dari utara-selatan melewati
jangkar. Lilitan jangkar yang
dialiri arus listrik DC mengasilkan
magnet dengan arah kekiri ditunjukkan
anak panah (Gambar 4.22).
Interaksi kedua magnet berasal dari stator dengan magnet yang dihasilkan
jangkar mengakibarkan jangkar mendapatkan gaya torsi putar
berlawanan arah jarus jam. Untuk mendapatkan medan magnet stator
yang dapat diatur, maka dibuat belitan elektromagnet yang da-pat diatur
besarnya arus eksitasinya.
Gambar 4.21: Medan
Eksitasi dan Medan
Jangkar
Kutub
utama
Jangkar
Komutator
dengan sikat
Celah
Daerah
netral
Gambar 4.22: Medan Eksitasi
dan Medan Jangkar
Poros medan
jangkar
Poros medan
eksitasi
Fachkunde Elektrotechnik, 2006
PELACAKAN KERUSAKAN PADA MOTOR DAN GENERATOR LISTRIK
129
4.4.3. Starting dan Kontrol Kecepatan Motor DC
Motor-motor DC mempunyai resistansi
jangkar sangat kecil. Jika
motor ini seketika dihubungkan
pada tegangan yang besar, maka
arus yang mengalir pada resistansi
jangkar (RA) akan sangat
besar, dan ini akan menimbulkan
hentakan. Oleh karena itu, pada
motor-motor DC yang besar diperlukan
starting resistansi (Rv)
yang digunakan untuk menghambat
arus starting. Besarnya Rv =
R – RA, dimana R = resistansi
total pada jangkar.
Gambar 4.23. Rangkaian
Ekivalen Jangkar
Fachkunde Elektrotechnik, 2006, hal 458
Contoh 4-3. Sebuah motor DC mempunyai resistansi jangkar 0.5 􀀺.
Arus jangkar IA terukur 10 A pada tegangan jangkar 220 V. Jika
besarnya kelipatan arus jangkar adalah 1.5 IA, berapakah resistansi
starting yang diperlukan?
Jawab:
Resistansi total jangkar, R = 220 V / (1,5 . 10A) = 14,7 􀀺
Resistansi starting yang diperlukan: Rv = R–RA = 14,7 – 0,5 = 14,2􀀺
VA
1,5 . IA
=
4.4.4. Karakteristik Motor DC
a). Karakteristik Motor Penguat Terpisah
Pada motor dengan penguat terpisah, arus eksitasinya tidak tergantung
dari sumber tegangan yang mencatunya. Putaran jangkar akan
turun dengan naiknya momen torsi, seperti ditunjukkan pada Gambar
4.25b.
b). Karakteristik Motor Shunt
Rangkaian eksitasi motor shunt terletak paralel dengan jangkar.
Putaran akan turun dengan naik-nya momen torsi. Pada kondisi tanpa
beban, karakteristik motor shunt mirip dengan motor dengan penguat
terpisah.
Medan
Eksitasi
Jangkar
PELACAKAN KERUSAKAN PADA MOTOR DAN GENERATOR LISTRIK
130
Gambar 4.24. Karakteristik Motor Penguat Terpisah
Fachkunde Elektrotechnik, 2206, hal 460
c). Karakteristik Motor Seri.
Rangkaian eksitasi motor seri dipasang secara seri terhadap jangkar.
Diantara jenis motor DC lainnya, motor seri memerlukan momen torsi
awal paling besar. Hal yang perlu diperhatikan, bahwa motor seri
tidak boleh dioperasikan dalam kondisi tanpa beban.
d). Krarakterisrik Motor Kompon
Pada motor kompon, kutub utama berisi rangkaian seri dan paralel.
Dalam kondisi tanpa beban, motor kompon mempunyai sifat seperti
motor shunt. Pada kondisi beban terpasang, dengan momen torsi yang
sama, akan didapat putaran sedikit lebih tinggi.
a. Rangkaian Ekivalen Motor
Penguat Terpisah
b. Karakteristik Motor
Penguat Terpisah
Gambar 4.25. Karakteristik Motor Shunt
a. Rangkaian Ekivalen Motor
Penguat Shunt
b. Karakteristik Motor
Penguat Shunt
PELACAKAN KERUSAKAN PADA MOTOR DAN GENERATOR LISTRIK
131
4.5. Generator (AC) Sinkron
Generator sinkron merupakan mesin yang menghasilkan energi listrik
AC. Seperti halnya motor, generator juga mempunyai konstruksi yang
terdiri dari bagian yang diam (stator) dan Bagiann yang bergerak (rotor).
Gambar 4.23 adalah rotor dari generator sinkron.
Tegangan induksi yang dihasilkan oleh generator sinkron tergantung pada
arus eksitasi dan jumlah putaran. Frekuensi tegangan AC yang dihasikan
tergantung dari jumlah putaran radial kutub. Tegangan dapat diatur
melalui pengaturan arus eksitasi.
Gambar 4.28: Tipe Rotor dari Generator
Sinkron, (a) 3-kutub, (b) 1-kutub
(a) (b)
Fachkunde Elektrotechnik, 2006, hal 448
Fachkunde Elektrotechnik, 2206, hal 460
Gambar 4.26. Karakteristik Motor Seri
a). Rangkaian Ekivalen
Motor Seri
a). Karakteristik Motor Seri
Gambar 4.27. Karakteristik Motor Kompon
a). Rangkaian Ekivalen
Motor Kompon
a). Karakteristik Motor
Kompon
PELACAKAN KERUSAKAN PADA MOTOR DAN GENERATOR LISTRIK
132
Besarnya tegangan AC yang dihasilkan oleh generator sinkron ditentukan
oleh jumlah putaran rotor dan oleh besarnya arus eksitasi.
Sedangkan frekuensi tegangan AC ditentukan oleh jumlah putaran
radial rotor.
4.6. Motor Induksi Tiga Fasa
Motor-motor induksi merupakan motor asinkron. Motor asinkron ada-lah
motor yang paling penting. Stator medan putar akan menginduksi rotor
dengan suatu nilai tegangan. Melalui tegangan tersebut rotor dapat
berputar. Tipe motor asinkron dibedakan berdasarkan kons-truksi
rotornya.
Gambar 4.29. Generator Sinkron 6 Kutub
Fachkunde Elektrotechnik, 2006, hal 448
Generator-Sinkron Shunt
Sebuah generator (AC) sinkron dapat disambungkan secara paralel ke
ge-nerator sinkron lainnya) atau ke tegangan jala-jala jika tegangan
sesaat (tegangan ac) keduanya sama dengan tegangan generator
yang di-sambungkan. Dengan generator yang tersambung paralel,
maka ge-nerator-generator tersebut akan mempunyai tegangan
dengan fase sama, frekuensi sama dan nilai efektif yang sama pula.
PELACAKAN KERUSAKAN PADA MOTOR DAN GENERATOR LISTRIK
133
4.6.1. Konstruksi Motor dengan Rotor Terhubungsingkat.
Sebuah motor induksi secara umum
terdiri dari bagian stator dan
Rotor. Bagian stator terdiri dari
rumah stator dan lilitan stator.
Konstruksi stator berlapis-lapis
dan membentuk alur untuk lilitan
kawat. Ujung kumparan dihubungkan
ke terminal untuk memudahkan
penyambungan dengan sumber
tegangan. Setiap lilitan stator
mempunyai beberapa kutub. Jumlah
kutub akan menentukan kecepatan
motor. Bagian rotor terdiri
dari sangkar beralur dan lapisan
lilitan yang terpasang menyatu.
Rotor terbuat dari aluminium atau
tembaga.
Motor-motor asinkron adalah motor induksi. Arus rotor didapatkan
dari induksi lilitan stator
Prinsip kerja motor induksi atau terjadinya putaran pada motor, bisa dijelaskan
sebagai berikut :
􀁸 Bila kumparan stator diberi suplai tegangan tiga fasa , maka akan
terjadi medan putar dengan kecepatan
P
Ns 􀀠 120.f
Ns = jumlah putaran atau kecepatan motor (rpm)
f = frekuensi sumber daya (Hz)
P = jumlah kutub-magnet
􀁸 Medan putar stator tersebut akan menginduksi penghantar yang ada
pada rotor, sehingga pada rotor timbul tegangan induksi.
􀁸 Tegangan yang terjadi pada rotor menyebabkan timbulnya arus pada
penghantar rotor.
􀁸 Selanjutnya arus di dalam medan magnet menimbulkan gaya (F)
pada rotor.
4.6.2. Prinsip Kerja
Belitan
Stator
Lapis
Stator
Kotak
terminal
Batang
rotor
Poros
Cincin
hubungsingkat
Celah
udara
Gambar 4.30: Gambar
Potongan Arus Putar-Rotor dari
Motor Terhubung-singkat
Fachkunde Elektrotechnik 2006 hal 428
PELACAKAN KERUSAKAN PADA MOTOR DAN GENERATOR LISTRIK
134
􀁸 Bila kopel mula yang dihasilkan oleh gaya (F) pada rotor cukup
besar untuk menanggung kopel beban, maka rotor akan berputar
searah dengan medan putar stator.
􀁸 Supaya timbul tegangan induksi pada rotor, maka harus ada perbedaan
relatif antara kecepatan medan putar stator(Ns) dengan
kecepatan putar rotor (Nr). Perbedaan kecepatan antara Nr dengan
Ns disebut Slip (S) , dan dinyatakan dengan persamaan
x100%
Ns
S Ns Nr
􀀐
􀀠
S = Slip
Ns = jumlah putaran motor atau kecepatan motor
Nr = jumlah putaran stator
􀁸 Bila Nr = Ns tegangan tidak akan terinduksi dan arus tidak
mengalir pada kumparan jangkar rotor, sehingga tidak dihasilkan
kopel. Kopel pada motor akan terjadi bila Nr lebih kecil dari Ns.
Motor-motor asinkron memerlukan slip untuk membangkitkan
indusksi arus pada rotornya.
4.7. Motor Sinkron
Konstruksi motor sinkron adalah
sama dengan motor asinkron. Di
dalam stator terdapat lilitan arus
putar untuk membangkitkan medan-
putar magnet. Rotor dengan
kepingan-kepingan inti kutub berisi
lilitan eksitasi melalui cincinseret
arus searah. Rotor ini akan
menjadi elektro-magnet (radialkutub).
Jumlah kutub sama besarnya
dengan jumlah lilitan
stator kutub tersebut.
Gambar 4.31: Pemberian Daya
pada Rotor
Fachkunde Elektrotechnik, 2006, hal 439
Contoh 4-4. Sebuah motor putar 4-kutub untuk frekuensi 50 Hz,
mempunyai kecepatan puter 1440 1/mnt. Berapakah besarnya slip?
Jawab: ns = f/p = (50 Hz)/2 = 25 1/s = 1500 1/mnt
s = (ns – n)/ns x 100% = (1500 – 1440)/1500 x 100% = 4%
PELACAKAN KERUSAKAN PADA MOTOR DAN GENERATOR LISTRIK
135
Keunggulan dari motor sinkron ialah bila diputar menjadi generator
sinkron. Untuk mulai berputar, sebuah motor sinkron memerlukan
bantuan putaran awal.
4.8. Pemeliharaan Motor dan Generator
4.8.1. Pemeliharaan Motor
Saat mendeteksi kerusakan pada motor, penting bagi seorang teknisi
untuk mengikuti prosedur, sehingga akan menghemat waktu perbaikan,
pengecekan, dan penggantian suku cadang. Kerusakan pada motor biasanya
mudah diketahui melalui pengecekan komponen secara sederhana.
Untuk itu seorang teknisi harus mengerti betul fungsi-fungsi
dari setiap komponen sehingga ia dapat menganalisis dan memperbaiki
kerusakan motor tersebut.
Analisis kerusakan motor sebaiknya diawali dengan mendengar atau
inspeksi visual. Pertama, periksalah motor dari kerusakan yang mudah
terlihat, misalnya pecahnya bel, cangkang motor, lubang tangkai
rotor yang menciut atau membeku, atau belitan kawat yang terbakar.
Semua problem ini dapat segera diatasi dengan mengisolasi bagian
yang rusak. Suara berisik motor atau lubang tangkai rotor yang membeku
biasanya menjadi tanda-tanda utama dari kerusakan bearing. Periksa
motor dari adanya kerusakan bearing dengan cara memutar tangkai
rotor, kemudian cobalah untuk menggerakkan tangkai rotor tersebut
naik turun. Tangkai rotor yang tidak berputar, terasa seret, atau bermasalah
saat bergerak mungkin mengindikasikan adanya kerusakan
bearing.
Teknik dasar yang digunakan dalam pemeriksaan kerusakan motor
listrik meliputi:
1). Test lamp
2). Pengukuran arus,
3). Growler, dan
4). Megohmeter.
PELACAKAN KERUSAKAN PADA MOTOR DAN GENERATOR LISTRIK
136
Gambar 4.33: Test-lamp (open
circuit test)
Test Lead
Gambar 4.32: Pengecekan Motor
untuk Pentanahan (gound) dengan
test-lamp
Test Lead
1). Pengujian Test-Lamp
Untuk mengecek motor dari pentanahan, hubungkan sebuah lead tes
lampu dengan salah satu dari lead motor. Kemudian, sambungkan
test lamp yang lain (teknik test lamp) ke stator atau rangka motor.
Lampu menyala mengindikasikan motor dalam keadaan terhubung
ke ground. Gambar 4.33 mengilustrasikan prosedur pengecekan ini.
Rangkaian terbuka menyebabkan berhentinya pergerakan motor
karena aliran arus ter-henti. Motor tidak akan berjalan dengan
rangkaian terbuka. Biasanya, jika salah satu dari tiga fasa terbuka
maka motor tidak akan bergerak. Untuk menentukan apakah ada
rangkaian terbuka di motor tersebut hubungkan test lamp lead ke
kawat lead motor. Jika lampu tidak menyala, itu berarti ada rangkaian
terbuka di dalam motor. Namun jika lampu menyala, maka rangkaian
tertutup dengan baik. Gambar 4.34 mengilustrasikan prosedur ini.
Sirkuit pendek di motor dise-babkan oleh kerusakan di motor karena
dua kawat di motor terhu-bung dan menyebabkan hubungan arus
pendek (korsleting). Jika bacaan di amperage melebihi ampere yang
tertera di plat nama mo-tor, motor mungkin mengalami korsleting.
Tetaplah mempertimbang-kan faktor-faktor lain seperti low-line
voltage, kerusakan laker, atau motor mengalami beban yang terlalu
berat, dapat menyebabkan motor menarik arus berlebih.
Sebelum teknisi mencoba menjalankan
motor, ia sebaiknya mengetes terlebih
dahulu motornya untuk men-cek kerusakan
rangkaian seperti rangkaian yang
mengalami ground, hubungan pendek,
dan rangkaian terbuka. Dalam penjelasan
sebelumnya, hasil ground dari
winding membuat kontak elektrikal dengan
semua bagian berbahan metal di
motor tersebut. Hasil ground yang buruk
akan menginsulasi hubungan kawat
antara stator dan bel peringatan. Motor
yang mempunyai ground winding
mungkin disebabkan oleh reaksi se-kering,
panas berlebih, atau kekurangan
daya. Shock dapat disebabkan oleh
motor yang mengalami pentanahan
(grounded). Oleh karena itu, perawatan
harus sering dilakukan saat pengecekan
grounded motor.
PELACAKAN KERUSAKAN PADA MOTOR DAN GENERATOR LISTRIK
137
2). Pengujian Megohmmeter
Selain dengan cara-cara tersebut, pengecekan motor paling baik
dilakukan dengan mehgometer (gambar 4.28). Untuk pengecekan
motor yang mengalami ground, hubungkan salah satu ujung
mehgometer ke rangka motor (motor frame) dan ujung lainnya ke
salah satu terminal motor. Motor yang mengalami ground akan
terbaca sebagai nol atau sekitar nol di penunjuk mehgometer. Untuk
pengecekan rangkaian terbuka hubungkan mehgometer ke setiap
bagian fasa motor. Motor yang mengalami rangkaian terbuka akan
menunjukkan angka tinggi di mehgometer. Ohmmeter juga dapat
digunakan untuk pengecekan motor ground dan rangkaian terbuka.
Gambar 4.34: Pengujian Ground
dengan Megohmmeter
Test Lead
Motor berasap dikarenakan suhu tinggi menyebabkan korsleting
pada fasa. Motor dengan sirkuit pendek da-pat mengalami kenaikan
suhu, panas motor, gagal dihidupkan, atau berjalan pelan. Suara
gerungan kerap ada pada motor kecil. Jika power dialirkan ke motor
satu fasa dan saat itu motor menggerung, putarlah shaft dengan
tangan anda. Jika motor mulai berputar, maka masalah ada pada
rangkaian untuk starting. Jika motor bergerak ti-dak teratur, bergerak
pelan, kemudian mulai lagi, problem berasal dari sirkuit penggerak.
PELACAKAN KERUSAKAN PADA MOTOR DAN GENERATOR LISTRIK
138
Gambar 4.35: Pengujian open circuit dengan Megohmmeter
Test Lead
Cara lain untuk mengecek field windings untuk hubungan pendek adalah
membongkar motor dan memberikan voltasi kecil ke stator winding.
Setiap koil sekarang berfungsi sebagai elektromagnet. Tempatkan gagang
obeng di setiap koil dan tariklah keluar secara perlahan dengan
memperhatikan tarikan magnetik yang ditimbulkan. Setiap koil seharusnya
memiliki besar tarikan magnet yang sama. Koil yang tarikan
magnetnya paling rendah mungkin mengalami hubungan pendek.
Jika anda menyentuh setiap koil dan menemukan bahwa salah satunya
lebih panas dari yang lain, maka koil terpanas itu mungkin mengalami
hubungan pendek.
Sebelum membongkar motor, tandai dua end bell dan rangka seba-gai
referensi untuk yang lainnya. Biasanya, dua tanda ini satunya
mengindikasikan bagian depan motor, dan satunya lagi mengindikasikan
bagian belakang motor. Menandai motor akan memudah-kan
teknisi memasang kembali bagian-bagian dari motor tersebut. Shaft
bagian depan juga sebaiknya diberi tanda. Hal ini dapat dilakukan
dengan memberikan tanda X pada ujung shaft. Bodi juga harus diberi
tanda sebagai referensi pada bagian depan motor. Banyak teknisi
menggoreskan tanda di shaft rotor dengan meng-gunakan pisau atau
kikir kecil, mengindikasikan posisi sebenarnya dari rotor. Tanda ini
biasanya ditempatkan di bagian depan shaft yang lebih dekat dari
bagian belakang bell.
Untuk memeriksa pentanahan (ground) pada motor, biasanya kita perlu
membongkar motor dan mencatat lilitan untuk meletakkan bagian dari
rangkaian yang berhubungan dengan metal-metal pada motor. Setelah
menempatkan dan mengkoreksi masalah, bersihkan lilitan jika kotor
atau berarang. Bersihkan lilitan dengan cairan pela-rut (solvent).
Penginsulasian kembali lilitan dengan menyemprotkan coat epoxy atau
air-drying lain yang menginsulasi enamel. Jika coat epoxy tampak,
berarti motor tersebut lembab. Keringkan dengan warm oven atau kipas
angin.
PELACAKAN KERUSAKAN PADA MOTOR DAN GENERATOR LISTRIK
139
Sumber penyebab rangkaian terbuka
an-tara lain cacat saklar atau
sentrifugal saklar yang tidak sempurna,
cacat ka-pasitor, atau kerusakan kawat
di rangkaian motor. Dalam penempatan
rangkaian ter-buka di motor yang
memiliki kapasitor, periksalah terlebih
dahulu kapasitornya. Ada beberapa
cara untuk mengecek kondisi kapasitor.
Pertama, dengan ca-ra mengganti
kapasitor tersebut dengan kapasitor
baru yang mempunyai rating yang
sama. Jikarangkaian terbuka tidak
berfungsi, berarti kapasitor yang digunakan
salah. Cara lain untuk mengetes
kapasitor adalah dengan spark test.
Hubungkan kapasitor melewati terminal
yang dialiri tegangan jala-jala 115 V
selama sedetik.
Setelah memindahkan tegangan 115 V, gunakan ujung obeng untuk
menghubungkan dua terminal di kapasitor tersebut.
Kapasitor yang baik akan menunjukkan gemercik api. Ketiadaan gemercik
api mengindikasikan kecacatan kapasitor.
Lamp test dapat digunakan untuk mengecek pentanahan kapasitor.
Hubungkan salah satu dari lead test lamp ke salah satu terminal
kapasitor. Hubungkan test lamp yang lain dengan metal case kapasitor.
Jika lampu menyala berarti kapasitor berada dalam keadaan
ground sehingga tidak bisa digunakan. Metode lain yang digunakan
untuk pengecekan kapasitor bisa juga menggunakan ohmmeter, tester
kapasitor, dan kombinasi ammeter dan voltmeter. Sentrifugal saklar
kadang-kadang menyebabkan motor satu fasa terbuka. Saklar harus
dicek terlebih dahulu untuk melihat apakah kontaknya bisa menutup
atau tidak. Jika kontak terbuka, washer mungkin perlu ditambahkan ke
shaft rotor. Periksa juga kondisi saklar sentrifugal, karena mungkin
saja saklar sentrifugal mengalami kerusakan dan perlu diganti.
Lilitan motor seharusnya juga diperiksa dari kemungkinan kerusakan.
Kerusakan kawat sebanyak satu atau bahkan lebih dapat menyebabkan
rangakaian terbuka. Jika lilitan terbakar, atau rusak dan membutuhkan
perbaikan, sebaiknya dilakukan penggantian lilitan pada motor
tersebut.
Gambar 4.36: Pengujian
Hubung-singkat untuk stator
Daniel R.Tomal, 1993, hal 75
PELACAKAN KERUSAKAN PADA MOTOR DAN GENERATOR LISTRIK
140
Hubungan di lilitan stator dapat
dicek dengan internal growler.
Tempatkan growler pada laminasi
stator dan bagian belakang koil.
Saat itu growler dan koil berfungsi
sebagai transformer. Growler yang
memiliki ujung peraba built-in, akan
bergetar kencang saat ditempatkan
di koil yang bermasalah
(gambar 4.30). Saat terdapat indikasi
tersebut, segera ganti lilitan
statornya. Kerusakan koil dari armatur
biasanya ditandai dengan
perubahan warna dan kerusakan
insulasi.
Gambar 4.37: Pengujian Hubungsingkat
untuk Jangkar
Jangkar (armatur) motor dapat diperiksa kerusakannya dengan menggunakan
internal growler. Tempatkan jangkar (armatur) pada growler
dengan strip metalnya ditempatkan di bagian atas jangkar (armatur).
Putarlah jangkar (armatur) tersbut. Jika strip metal bergetar dengan
cepat, menandakan jangkar (armatur) tersebut mengalami kerusakan.
Gambar 4.31 mengilustrasikan prinsip penggnaan internal growler dan
hacksaw blade.
Pengecekan ground terhadap jangkar (armatur) dapat dilakukan
dengan test lamp. Hubungkan salah satu ujung test lamp pada
komutator dengan ujung Motor yang mengalami kerusakan jangkar
(armatur) bertenaga buruk, bergetar, menderum, tidak berfungsi, atau
memancarkan fusi. lainnya pada shaft jangkar (armatur). Jika lampu
menyala, berarti jangkar (armatur) dalam keadaan ground.
Percobaan untuk mengecek apakah lilitan jangkar berfungsi dengan
baik, tidak ada yang putus atau hubungsingkat dengan inti jangkarnya,
periksa Gambar 4-32. Poros jangkar ditempatkan pada dudukan yang
bisa berputar bebas.
3). Pengujian Lilitan Jangkar
Daniel R.Tomal, 1993, hal 77
PELACAKAN KERUSAKAN PADA MOTOR DAN GENERATOR LISTRIK
141
Alirkan listrik DC melalui komutator,
dekatkan sebuah kompas dengan
jangkar, lakukan pengamatan
jarum kompas akan berputar
kearah jangkar. Hal ini membuktikan
adanya medan elektromagnet
pada jangkar, artinya lilitan
jangkar berfungsi baik. Tetapi jika
jarum kompas diam tidak bereaksi,
artinya tidak terjadi elektromagnet
karena belitan putus atau hubungsingkat
ke inti jangkar.
4.8.2. Pemeliharaan Generator
Gambar 4.39: Prosedur untuk
Pengukuran Rugi-rugi Inti
Pemeliharaan dan perbaikan generator
hampir sama dengan pemeliharaan
motor listrik. Masalah utama pada
generator ialah terbakarnya sekering,
regulator tidak bekerja, output tegangan
rendah atau tinggi, tegangan yang
tidak stabil (berfluktuasi).
Prosedur pertama lakukan pemeriksaan
visual terhadap konektor, terminalterminal
terhadap karat, atau terkontaminasi
dengan cairan, debu, dan
lain-lain.
Dapat dilakukan dengan mematikan catu daya, ukurresistansi terminal-
terminal yang dicurigai. Jika nilai resistansi nol, maka terjadi
hubung singkat, sebaliknya jika nilai resistansi sangat besar, maka ini
berarti sambungan tersebut terbuka.
1). Pengujian hubung singkat
Gambar 4.38: Pengujian
Hubungsingkat pada Jangkar
Fachkunde Elektrotechnik, 2006, hal 457
Daniel R.Tomal, 1993, hal 83
PELACAKAN KERUSAKAN PADA MOTOR DAN GENERATOR LISTRIK
142
Jika regulator tidak bekerja.
Lakukan pengaturan. Jika tetap tidak
bekerja maka ganti dengan
yang baru. Masalah yang ada pada
umumnya adalah ketika beban dipasangkan
pada generator dan tegangan
output terlalu rendah atau
berfluktuasi, maka akan menyebabkan
kerusakan pada regulator.
Dengan asumsi bahwa alat ukur
yang digunakan baik, akurat dan
tidak ada sambungan yang terputus,
maka mungkin generator perlu
dibongkar, lalu dites komponenkomponennya.
Gambar 4.40: Pembongkaran
Exciter (Penguat Eksitasi) dengan
Derek dan Tali Pengikat
􀁸 Matikan sumber daya
􀁸 Beri tanda dan identifikasikan semua kabel dan bagian yang
dibongkar agar nanti mudah memasangnya.
􀁸 Gunakan derek dan tali pengikat yang sesuai
􀁸 Lepaskan semua pengikat dan semus bagian atau komponen
yang terkait untuk menghindari kerusakan yang lebih luas,
khususnya untuk generator ukuran besar dan berat.
􀁸 Periksa stator dari kemungkinan terlepas, terurai, atau belitan
yang terbakar
􀁸 Ukur resistansi antar lead, cocokkan dengan data dari pabrik.
Misalnya untuk nilai 20 ohm mungkin masih bagus. Jika nilai
resistansinya nol, maka terdapat hubung singkat pada lilitannya,
dan jika nilainya tak terhingga maka belitan terbuka.
􀁸 Lakukan uji pentanahan antara kerangka dan lilitan dengan
menggunakan megohmmeter.
Kerusakan juga sering terjadi pada diode generator. Oleh sebab itu,
lakukan juga mengecekan resistansi pada diode. Jika rusak (terbakar/
terhubung singkat/ terbuka) ganti dengan yang baru.
2). Pengujian Regulator
3). Prosedur membongkar dan memeriksa generator.
Tali
Pengikat
Daniel R.Tomal, 1993, hal 84
PELACAKAN KERUSAKAN PADA MOTOR DAN GENERATOR LISTRIK
143
4). Perawatan Bearing
Pemobongkaran Rotor
Untuk membongkar rotor dari generator
yang besar dan berat, gunakan
kombinasi derek dan pembongkar
khusus, seperti ditunjukkan
pada Gambar 4.35. Lepaskan
rotor dengan hati-hati, tanpa menyentuh
bagian-bagian yang terkait
untuk mencegah kerusakan pada
rotor atau lilitannya. Pada umumnya
kerusakan terjadi pada diode.
Pengujian diode dapat dilakukan
dengan metode uji resistansi, dengan
menggunakan ohmmeter.
Resistansi diode harus terbaca besar
dari satu arah pengukuran, dan
terbaca kecil pada arah pengukuran
sebaliknya
Gambar 4.41: Pembongkaran
Penguat Eksitasi Menggunakan
Derek dan Pembongkar Khusus
Periksa secara periodik kondisi
bearing. Jika rusak ganti dengan
yang baru. Gunakan cakram pencabut
bearing yang sesuai. Ganti
pelumas di dalam bearing dengan
yang baru. Isikan pelumas
yang baru melalui lubang tutup.
Pengisian hendaknya jangan melebihi
lubang tutup ini. .
4.8.3. Pemeliharaan Preventif
Pemeliharaan terhadap kotoran atau debu.
Usia mesin-mesin listrik ditentukan oleh cara pemeliharaannya. Pemeliharaan
yang kurang baik ditandai dengan adanya debu tebal, karatan,
atau adanya bekas tertempel cairan atau bahan kimia lainnya, dan
sebagainya.
Gambar 4.42: Melepas Bearing
dengan Pencabut dan Pemanas.
Daniel R.Tomal, 1993, hal 85
Daniel R.Tomal, 1993, hal 86
PELACAKAN KERUSAKAN PADA MOTOR DAN GENERATOR LISTRIK
144
Rangkuman
􀁸 Mesin-mesin listrik terdiri dari mesin statis (transformator) dan
mesin dinamis (motor dan generator). Dalam pembahasan buku
ini, yang dimaksud dengan mesin listrik adalah generator atau
motor.
􀁸 Konstruksi motor dan generator pada dasarnya adalah sama,
yaitu terdiri dari Stator (bagian yang tidak bergerak atau diam),
dan Rotor (bagian yang bergerak).
􀁸 Prinsip kerja motor mengikuti hukum tangan kiri Flamming, yaitu
jika medan magnet yang dihasilkan oleh kutub utara-selatan
magnet dimotong oleh kawat penghantar yang dialiri arus searah
dengan empat jari, maka akan timbul gaya gerak searah ibu jari.
Gaya ini disebut gaya Lorentz, yang bersarnya sama dengan F
[Newton]. Sedangkan generator pada dasarnya bekerja sesuai
dengan hukum tangan kanan Flamming, yaitu jika sepotong penghantar
yang dialiri arus searah dengan empat jari tangan memotong
medan magnet yang dihasilkan kutub utara-selatan, maka
akan menimbulkan gerakan searah dengan ibu jari.
Pemeliharaan preventif, seperti pemeriksaan berkala, pencatatan dan
servis komponen, penggantian bearing, pembersihan motor, penggantian
oli dan sebagainya akan mengurangi biaya dan waktu perbaikan.
Semua kegiatan pemeliharaan tersebut sebaiknya dicatat dalam
buku catatan pemeliharaan yang disebut logbook atau backlog.
Debu, karat atau kontaminasi benda lainnya dapat mengakibatkan tertutupnya
lubang angin pada generator, dan ini dapat mengakibatkan
komutator konduksi. Cipratan air dapat mengakibatkan belitan terhubung
singkat atau jangkar tersambung pada ground, sehingga motor
menjadi break-down.
Untuk motor-motor repulsif, perlu dilakukan pemeliharaan sikat dan
komutator secara periodik. Periksa ketegangan sikat, lalu atur sikat
dan pemegangnya.
Pemeriksaan poros.
Poros rotor harus diperiksa secara berkala. Periksa derajat kelurusan
poros dengan dial indikator. Bersihkan semua kontak dan saklar dengan
kertas amplas halus atau dengan contact cleaner.
Pemeriksaan mur dan baut.
Lakukan pemeriksaan semua baut dan mur, kencangkan jika ada
yang kendor, jika ada yang pecah atau retak, maka ganti dengan yang
baru. Periksa juga semua isolasi lilitan. Perbaiki jika ada yang rusak.
PELACAKAN KERUSAKAN PADA MOTOR DAN GENERATOR LISTRIK
145
􀁸 Pada dasarnya terdapat dua macam generator, yaitu generator
DC dan generator AC. Demikian pula dengan motor, terdapat
motor DC dan motor AC.
􀁸 Terdapat dua jenis motor DC, yaitu: motor penguat terpisah, dan
motor penguat sendiri. Motor penguat sendiri meliputi:motor seri,
motor shunt dan motor kompon yang merupakan kombinasi
antara motor seri dan motor shunt. Sedangkan generator pada
dasarnya adalah sama, tetapi yang sering digunakan adalah jenis
generator terpisah.
􀁸 Karakteristik Motor Penguat Terpisah: arus eksitasinya tidak tergantung
dari sumber tegangan yang mencatunya. Putaran jangkar
akan turun jika momen torsinya naik.
􀁸 Karakteristik Motor Shunt: Rangkaian eksitasi motor shunt terletak
paralel dengan jangkar. Putaran akan turun dengan naiknya
momen torsi. Pada kondisi tanpa beban, karakteristik motor shunt
mirip dengan motor dengan penguat terpisah.
􀁸 Karakteristik Motor Seri: Rangkaian eksitasi motor seri dipasang
secara seri terhadap jangkar. Diantara jenis motor DC lainnya,
motor seri memerlukan momen torsi awal paling besar. Hal yang
perlu diperhatikan, bahwa motor seri tidak boleh dioperasikan
dalam kondisi tanpa beban.
􀁸 Krarakterisrik Motor Kompon. Pada motor kompon, kutub utama
berisi rangkaian seri dan paralel. Dalam kondisi tanpa beban,
motor kompon mempunyai sifat seperti motor shunt. Pada kondisi
beban terpasang, dengan momen torsi yang sama, akan didapat
putaran sedikit lebih tinggi.
􀁸 Pemeliharaan mesin-mesin listrik pada umumnya ditujukan untuk
memperpanjang usia pakai mesin. Ini dapat dilakukan melalui pemeliharaan
preventif. Untuk industri berskala besar, pemeliharaan
telah dianggap sebagai suatu investasi perusahaan, sehingga
masalah pemeliharaan perlu direncanakan dan dibuatkan sistem
secara khusus. Hal-hal yang dapat dilakukan dalam pemeliharaan
Preventif antara lain: pembersihan mesin dari kotoran debu, karat,
dan se-bagainya; pengecekan sambungan-sambungan kabel atau
lilitan kawat penghantar, sikat arang dan sambungan lainnya; pengecekan
tahanan isolasi; pemeriksaan bearing, poros, pemeriksaan
mur-baut, dan sebagainya.
􀁸 Teknik dasar yang digunakan dalam pemeriksaan kerusakan
motor listrik meliputi:
1). Test lamp
2). Pengukuran arus,
3). Growler, dan
4). Megohmeter.
PELACAKAN KERUSAKAN PADA MOTOR DAN GENERATOR LISTRIK
146
Latihan Soal
1. Sebutkan apa saja yang termasuk dalam mesin-mesin listrik?
2. Sebutkan bagaimana bunyi kaedah tangan kiri Flamming? Dan
sebutkan pula bagaimana kaedah tangan kanan Flamming?
3. Jelaskan prinsip kerja sebuah motor! Jelaskan pula prinsip kerja
sebuah generator!
4. Gambarkan konstruksi dasar sebuah motor listrik yang Anda
ketahui. Apakah ada perbedaan antara konstruksi dasar motor
dan generator? Jika ada sebutkan!
5. Jelaskan bagaimana karakteristik dari mesin-mesin listrik berikut
ini: motor shunt, motor seri dan motor kompon!
6. Apa gunanya test lamp pada motor? Jelaskan prosedur untuk
pengujian motor dengan test lamp.
7. Apa gunanya pengujian megohm? Bagaimana prosedur pengujian
motor dengan megohm?
8. Jelaskan bagaimana prosedur pengujian lilitan jangkar pada
motor?
Tugas Kelompok:
Buatlah kelompok belajar yang terdiri dari 3-5 orang per kelompok.
Masing-masing kelompok mencari sebuah kasus kerusakan dari sebuah
mesin lsitrik (misalnya trafo, kipas angin, hair dryer, mesin cuci, dan lainlain).
Cari manual peralatan yang rusak tersebut. Dengan pengawasan
guru, lakukan pengetesan dan pengukuran, sehingga Anda mengetahui
penyebab kerusakan mesin tersebut.
A-1
LAMPIRAN A:
DAFTAR PUSTAKA
1. Albert D Helfrick, Practical Repair and Maintenance of
Communication Equiment, PHI, 1983
2. Curtis Johnson, Process Control Instrumentation Technology,
4th edition, PHI, 1997
3. Daniel L. Metzger, Electronic Component, Instruments, And
Troubleshooting, PHI, 1981
4. Daniel R Tomal & Neal S Widmer, Electronic Troubleshooting,
Mc Graw Hill, 1993
5. David A. Bell. Electronic Instrumentation and Measurement,
PHI, 1983
6. Ernest O. Doebelin, Sistem Pengukuran Aplikasi dan
Perancangan, 2nd Edition, Erlangga, 1992
7. Fachkunde Mechatronics, Europa, Lehrmittel, 2005
8. Friedrich, Tabellenbuch Electrotechnik Elektronik, Ümmer-
Bonn, 1998
9. Frans Gunterus, Falsafah Dasar Sistem Pengendalian Proses,
Elex Media Komputindo, 1977
10. Function Generator Instruction Manual, Good Will Instrument Co,
Ltd.
11. GC Loveday, Electronic Fault Diagnosis, , Pitman Publishing
Limited, 1977
12. GC Loveday, Electronic Testing And Fault Diagnosis, Pitman
Publishing Limited, 1980
13. Günter Wellenrcuther, Steuerungstechnik mit SPS, Viewgs,
Fachbücher der Technik, 1995
14. I.J. Nagrath, Electric Machines, McGraw-Hill, 1985
15. James, A. Rehg, Programmable Logic Controllers, PHI, 2007
16. Japan Manual Instruction Railway, 1978
17. Joel Levitt, Preventive and Predictive Maintenance, Industrial
Press, 2002
18. Klaus Tkotz, Fachkunde Elektrotecchnik, Europa, Lehrmittel,
2006
19. Luces M. Faulkenberry, System Troubleshooting Handbook,
John Wiley & Sons, 1986
20. Richard E. Gaspereni, Digital Troubleshooting, Movonics
Company, 1976
21. Robert C. Brenner, IBM PC Trobleshooting and Repair Guide
(terjemahan), Slawson Communications, Inc, 1986.
22. Robert J Hoss, Fiber Optic Communication Design Handbook,
PHI, 1990
23. Schuler-McNamee, Modern Industrial Electronics, McGraw-Hill,
International Edition, 1993
A-2
24. Sofyan, Mencari Dan Memperbaiki Kerusakan Pada Tv
Berwarna, Depok, Kawan Pustaka, 2004
25. S.R Majumdar, Oil Hydraulic Systems Principles and
Maintenance, Tata Mcraw-Hill, 2001
26. Terry Wireman, Computerized Maintenance Management
System, Industrial Press Inc. 1986
27. Thomas Krist, Dines Ginting, Hidraulika, Ringkas dan Jelas,
Erlangga, 1991
28. Walter H. Buchsbaum, ScD, Tested Electronics
Troubleshooting Methods, The Prntice Hall Library, 1983
29. Wasito S., Tehnik Televisi Warna, Karya Utama, 1979
30. Wasito S., Penguat Frekuensi Tinggi, Cetakan ke 5, Karya
Utama, 1981
31. Wasito S., Tehnik Transmisi, Cetakan ke 2, Karya Utama, 1979
32. Wiliam Stallings, Data and Computer Communication, 5th
edition. PHI, 1997
LAMPIRAN : B
B-1
Daftar Vendor dan CMMS
Vendor : ABC Management system, Inc.
Address : Suit 3
Dupont Street
Bellingham, WA 98225
Phone : 206-671-5170
System Name : ABCMM
Operating System : Main Frames, Minis, Micros
System Price : N/A
System Description : Labor and Timesheets
Work Order Planing and Scheduling
Finite Net Capacity, Estimating, Timeslots,
Backlog
Performance Control
Maintenance Budget Control
Equipment History, Nameplates, and spares
Data
Stores and Inventory Management
Preventive Maintenance
Dates/Crafts/Capacity/Timeslots
Vendor : ACME Visible Records Inc.
Address :
Phone : 800-368-2077
System Name : Media-flek Software PM System
Operating System : any MS/ PC-DOS System
System Price : $ 3,995.00-$10,000.00
System Description : Master Equipment Record
Preventive Maintenance/Repairs Record
Procedure Description Record
Scheduling System
Work Order
Bar Coding for Inventory
Vendor : Advanced Business Strategies
Address : 6465 Monroe Street
Phone : 419-882-4285
System Name : MAINTAINATROL
Operating System : IBM PC/XT, Digital, Zenith
System Price : $ 3,995.00
System Description : Work Order Selection
Preventive Maintenance
MRO Iventory
LAMPIRAN : B
B-2
Maintenance Reports
Time/Job Cards
Order/Receive Materials
Vendor : Anibis Inc.
Address : 5859 Skinner Road
Stillman Valley, IL 61084
Phone : 815-234-5341
System Name : ALLY
Operating System : IBM Mainframe with DLI, IDMS, IMS, VSAM,
or Total
System Price : N/A
System Description : Integrates maintenance, stores, and accounting
information
Vendor : Anwan Computer Services
Address : 19 Winterberry Lane
Rehoboth, MA 02769
Phone : 617-252-4537
System Name : PM-Status II
Operating System : IBM PC
System Price : $ 395.00
System Description : Keeps PM records and print report when
requested
Vendor : Applied System Technology and Resources, Inc
Address : 1140 Hammond Drive
Suite 1110
Atlanta, GA 30328
Phone : 404-394-0436
System Name : MAPCON
Operating System : PC/MS DOS Micros 512K, 10M hard disk
System Price : $ 8,000.00-$11,000.00
System Description : Purchasing
Inventory Control
Material Issue System
Master Equipment List
Work Oreder (allow entry of job steps)
Preventive Maintenance
Personnel (files personal information for each
Employee)
LAMPIRAN : B
B-3
Vendor : Arthur Anderson &Co.
Address : Suite 2200
1201 Elm Street
Dallas, TX 75270
System Name : M3S
Operating System : IBM PC or copatible
System Price : N/A
System Description : Work Order Planning
Work Order Control
Inventory and Purchase Order Control
Equipment History
Timekeeping
Management Reports
Vendor : Auto Tell Services, Inc.
Address : 600 Clark Ave.
P.O. Box 1350
King of Prussia, PA 19406
Phone : 800-523-5103
System Name : ATS
Operating System : IBM Mainframe and also the IBM XT and AT
System Price : $ 10,000.00-$ 35,000.00
System Description : Maintenance Management
Predective Maintenance
Planned Maintenance
Equipment History
Manpower
Planning and Scheduling
Inventory Control
Energy Analysis and Conservation
Vendor : Babcock & Wilcox
Address : Fossil Fuel Engineering & Services Departement
20 S. Van Buren Avnue
Barberton, OH 44203
Phone : 216-860-6440
System Name : Managed Maintenance Program
Operating System : N/A
System Price : N/A
System Description : Preventive Maintenance
Predictive Maintenance
Plant Performance Monitoring
Master Equipment Files
Work Order
LAMPIRAN : B
B-4
Equipment History
Failure Analysis Data
Material Requisitions
Vendor : Balfour Kilpatrick-USA
Address : One Lincoln Center-Suite 200
5400 LBj Freeway
Dallas, TX 75240
Phone : 214-233-3977
System Name : WIMS
Operating System : MS/PC DOS
System Price : N/A
System Description : Asset Management
Energy Management
Stock Control and Purchase Orders
Redecorations
Budget Monitoring
Annual Maintenance Plans
Property Management
Conditional Appraisal
Planned Maintenance Optimization
Vendor : Barber-Coleman Company
Address : 1300 Rock Street
Rockford, IL 61101
Phone : 815-877-0241
System Name : ECON VI
Operating System : N/A
System Price : N/A
System Description : Tends to be an energy management system
Vendor : Bently-Nevada
Address : P.O. Box 157
Minden, NV 89423
Phone : 800-227-5514
System Name : Data Manager
Operating System : N/A
System Price : N/A
System Description : N/A
Vendor : James K. Bludell Associates
Address : 4816 Kendall Drive
LAMPIRAN : B
B-5
Independence, MO 64055
Phone : 816-373-6668
System Name : MANIAC
Operating System : MS-DOS Micros
System Price : N/A
System Description : Equipmqnt File
Spare Parts Inventory
Manpower Planning File
Maintenance Coded Repairs
Maintenance Scheduling
Work Order Backlog
Work Order Management
Machine History and Reports
Vendor : Boeing Computer Services
Address : Mail Stop 6K-86
P.O. Box 24346
Seattle, WA 98124
Phone : 206-656-9233
System Name : MMS Maintenance and Material Management
Operating System : N/A
System Price : N/A
System Description : Material Structure
Work Order Control
Inventory Control
Material Planning
Requisition Control
Purchase Order Control
Accounting Interface
Vendor : Bonner & Moore
Address : 2727 Allen Parkway
Houston, TX 77019
Phone : 713-522-6800
System Name : COMPASS
Operating System : IBM mainframes
System Price : N/A
System Description : Work Order
Job Planning
Inventory Control and Purchasing
Equipment Records
Personnel Data
Preventive Maintenance
LAMPIRAN : B
B-6
Vendor : Catalytic , Inc.
Address : Centre Square West
1500 Market Street
Philadelphia, PA 19102
Phone : 215-864-8000
System Name : TRAC
Operating System : N/A
System Price : N/A
System Description : Work Order
Schedules
Accounting
Support Systems
Vendor : Charles Brooks and Associates
Address : 723 Sharon Aminity Road
Charlotte, NC 28211
Phone : 919-274-6960
System Name : COMMS
Operating System : IBM mini and micros
System Price : N/A
System Description : Work Planning and Control
Inventory Planning and Control
Performance Management
Purchasing and Supplier
Vendor : Centaurus Software Inc.
Address : 4425 Cass Street
Suite A
San Diego, CA 92109
Phone : 619-270-4552
System Name : Peagus
Operating System : IBM XT
System Price : $6,500.00
System Description : Planning Analysis and Historical Tracking
Vendor : Comac System, Inc.
Address : 6290 Sunset Blvd.
Suite 1126
San Diego, CA 90028
Phone : 213-463-5635
System Name : COMAC
LAMPIRAN : B
B-7
Operating System : IBM XT, AT, or compatibles; hard disk required
System Price : $ 20,000.00+
System Description : Asset Register
Maintenance Plan
Work in Progress
Plant History
Resources
*Condition Base - used to predict time to
failure
*Defect Analysis - used to help identify cause
of failure
*System Flexibility-allows modification of
System
(*Denotes additional cost for module)
Vendor : Computer Analysts International
Address : P.O. Box 650156
Houston, TX 77065-0156
Phone : 713-688-8150
System Name : FREFIX
Operating System : PC/MS-DOS systems
System Price : N/A
System Description : Preventive Maintenance
Repair Maintenance
Work Order Control
Inventory
Reports
Vendor : Crothall System, Inc.
Address : 203 Commonwealth Building
University Office Plaza
Newark, DE 19702
Phone : 302-998-1121
System Name : EPIX
Operating System : IBM PC/XT
System Price : N/A
System Description : Equipment Description
Weekly Work Schedule
Work Order
Cost History/Control Sheets
(primarily a preventive maintenance system)
Vendor : Daniel
LAMPIRAN : B
B-8
Address : Daniel Building
Greenville, SC 29602
Phone : 803-298-3500
System Name : CMMS (large) or MTS (smaller)
Operating System : Mainframes, Micros
System Price : Depends on System Size
System Description : Work Order
Equipment Parts Catalog
Stores Inventory
Purchase Order Status
Preventive Maintenance
Equipment History
Vendor : The Data Groups Corporation
Address : 80 Hayden Ave.
Lexington, MA 02173
Phone : 800-247-1300
System Name : SHOPWATCH
Operating System : N/A
System Price : N/A
System Description : Planning and Scheduling
Work Order Processing
Procurement and Storeroom Control
Bill of Material and Storeroom Control
Bill of Material and Tool room Control
Equipment Catalog and History
Employee Trade and Skills
Management Alerts and Workorder Tracking
Report Writer and Inquiry System
Vendor : Datatend, Inc.
Address : 3914 Beau d”Rue Drive
Eagan, MN 55122
Phone : 612-454-1526
System Name : Mainta-gard
Operating System : N/A
System Price : N/A
System Description : A computerized preventive maintenance
Program
Vendor : DDS Incorporated
Address : 5155 Mercury Point
San Diego, CA 92111
LAMPIRAN : B
B-9
Phone : 714-565-9166
System Name : Fleet Maintenance System
Operating System : N/A
System Price : N/A
System Description : A preventive maintenance system for vehicle
fleets
Vendor : Decision Dynamics
Address : No. 295
The Water Tower
Portland, OR 97201
Phone : 503-248-9125
System Name : DYNASTAR
Operating System : IBM PC or compatible
System Price : N/A
System Description : Job Scheduling
Time Analysis
Machine History
Parts Inventory
Vendor : Demar Service, Inc.
Address : 2326 Lyons Ave.
Suite 219
Newhall, CA 91321
Phone : 805-255-1005
System Name : E.M.C.O.
Operating System : Mainframe and Micro
System Price : $ 17,000.00-$47,500.00
System Description : Demar Security System
Equipment Maintenance and Control On-Line
Inventory System
Purchase Order System
Vendor System
Personnel System
Reporting System
Proferty Management System
Accounts Payable System
Vendor : Diagonal Data Corporation
Address : 2000 E. Edgewood Drive
Lakeland, FL 33803
Phone : 813-666-2330
LAMPIRAN : B
B-10
System Name : Fleet-Maint
Operating System : IBM XT or PC
System Price : $4,950.00-$ 11,950.00
System Description : Vehicle inspection and preventive maintenance
software
[ Note: Purchased Vertimax]
System Name : MicroMaint
Operating System : IBM XT or compatible
System Price : $ 3,750.00
System Description : Work Orders
Equipment History
Parts Inventory
Preventive Maintenance
Vendor : DP System and Services
Address : P.O. Box 7287
2120 Pinecraft Road
Greensboro, NC 27417-7287
Phone : 919-852-0455
System Name : MMS-The Maintenance Management System
Operating System : IBM-XT
System Description :
Contains the following selections : Machines (Equipment)
Storeroom Parts
Work Routines (PM)
Work Order
Order and Order Problem
History (history)
Parts and Forecast Labor (a
Preventive maintenance labor
And spares forecast)
Project Maintenance (used to
Track large work orders)
Reports
Vendor : DLSA, Inc.
Address : Box 496W
Waquoit, MA 02536
Phone : 617-540-7405
System Name : REPMAIN II
Operating System : Mainframe and Micro
System Price : $ 8,500.00-$ 30,000.00
LAMPIRAN : B
B-11
System Description : Engineering
Spares
Work Order
Labor
Purchasing
Vendor : EFAX Corporation
Address : 444 North York Blvd.
Elmhurst, IL 60126
Phone : 312-279-9292
System Name : PROBE III
Operating System : AT or compatible
System Price : $25,000.00-$125,000.00
System Description : Inventory
Stockroom
Work Order
Equipment
Tradesman
Purchasing
Vendor : ELKE Corporation
Address : P.O. Box 41915
Plymounth, MN 55442
Phone : 612-559-9394
System Name : MAIN/TRACKER
Operating System : IBM 36
System Price : $ 24,000.00+10% annual mantenance fee
System Description : Equipment/Specification Tracking Module
Preventive/Predective Maintenance
Component Refair
Equipment Cost tracking
Refair Parts Inventory and Purchasing
Vendor : Energy Incorporated
Address : P.O. Box 736
Idaho Falls, ID 83402
Phone : 208-529-1000
System Name : MICRO-SIMS
Operating System : IBM PC or compatible
System Price : N/A
System Description : Equipment Information Management
Work Request
Work order Planning
LAMPIRAN : B
B-12
Equipment History
Preventive Maintenance
Vendor : EMA, Inc.
Address : 270 Metro Square
St. Paul, MN 55101
Phone : 612-298-1992
System Name : MAINTENANCE MANAGER
Operating System : N/A
System Price : N/A
System Description : Work Order
Preventive Maintenance
Inventory and Purchasing
System Reports
Vendor : Engineering Planning and management Inc.
Address : Point West Office Center
Three Speen Street
Framingham, MA 01701
Phone : 617-875-2121
System Name : PLANSITE-FACTSITE
Operating System : HP3000
System Price : $20,000.00
System Description : Inventory
Purchasing and Receiving
Work Order Tracking and Manpower Planning
Preventive Maintenance
Vendor : G.K. Flemming & Associates
Address : 1118 Roland Street
Thunder Bay, Ontario
Canada P7M 5M4
Phone : 807-623-2310
System Name : Plant Maintenance Information System
Operating System : N/A
System Price : N/A
System Description : Maintenance Planning
Work Scheduling
Equipment Management
Inventory Control
Purchasing
Cost Control
Financial Reporting
LAMPIRAN : B
B-13
Vendor : General Physics Corporation
Address : 10650 Hickory Ridge Road
Columbia, MD 21044
Phone : 800-638-3838
System Name : PEM (Plant Equipment management)
Operating System : Prime/Ultimate, IBM
System Price : N/A
System Description : Plant maintenance Program
Material Management Control
Purchasing Program
Equipment Data Program
Vendor : Global Software Consultants
Address : 307 4th Ave.
P.O. Box 15626
Minneapolis, MN 55415
Phone : 612-757-2305
System Name : Taskmaster
Operating System : IBM XT or compotible
System Price : $ 6,000.00. Some Small add ons
System Description : Master Equipment
Special Intruktions File
Cost Center File
Maintenance Intruktions File
Inventory File
Vendor File
Equipment Component File
Employee Performance File
History File
Vendor : Grumman Data System Corporation
Address : 1000 Woodbury Road
Woodbury, NY 11797
Phone : 800-GDS-INFO
System Name : The Maintenance management System
Operating System : N/A
System Price : N/A
System Description : Work Order Generation
Spare Parts Inventory
Preventive Maintenance
Report information
LAMPIRAN : B
B-14
Vendor : Hawlett Packard
Address : 2033 Branham Lane
San Jose, CA 95124
Phone : 408-559-5438
System Name : HP Maintenance management
Operating System : HP 3000
System Price : Mid $30,000.00’s to 70,000.00
System Description : Work Order Control
PM Scheduling
Equipment and Work Order History
Task and Craft Scheduling
Graphics Reporting
Parts Catalog
Issue/Receipts
Vendor
Purchase order tracking
Vendor : HRL Associates Inc.
Address : 2102-B Gallows Road
Viena, VA 22180
Phone : 703-448-1442
System Name : TMS Maintenance Manager
Operating System : PC/MS-DOS
System Price : Approx. $6,500.00
System Description : Computer-Generated Preventive maintenance
Work Order
Computer-Generated Corrective Work Order
Computer-Generated Maintenance
Management reports
Inventory Usage
Vendor : Impell Pacific
Address : 2345 waukegan Rd.
Bannockburn, II.60015
Phone :312-940-2000
System Name : Maintenance management System
Operating System : IBM Mainframe
System Price : $20,000.00-$180,000.00
System Description : Work Order System
Equipment System
Preventive Maintenance system
Personnel Control System
Budgeting and Accounting System
LAMPIRAN : B
B-15
Planning System
Vendor : INDECON Inc.
Address : 935 Merchants.Plaza East
Indianapolis, IN 46204
Phone : 317-634-9482
System Name : The Maintenance Management Information System
Operating System : N/A
System Price : N/A
System Description : Work Order
Stores and Purchasing
System Maintenance
System Reports
Preventive Maintenance
Vendor : Intec System, Inc.
Address : 400 Australian Avenue
West Palm Beach, FL 33401
Phone : 305-832-3799
System Name : EMIS (Equipment Management Information service)
Operating System : IBM 370, 30XX, 43XX, Micro-compatible also
System Price : N/A
System Description :
For fleet maintenance: Equipment Inventory Master File-
Equipment Records
Fuel File-All fuel transaction for
Equipment
Repair File-All equipment repair
Vendor : J.B. system
Address : 21600 Oxnard Street
Suite 640
Woodland Hills, CA 91367
Phone : 213-340-9430
System Name : MAINSAVER
Operating System : PC/MS-DOS and DEC/VAX
System Price : $3,000.00-$28,000.00
System Description : Work Order Module
Budget Module
Maintenance History Module
Inventory History module
Preventive Maintenance modul
LAMPIRAN : B
B-16
Vendor : Jentech Control, Inc.
Address : RT.i Box 93
Gresham, WI 54128
Phone : 715-787-3795
System Name : Jentech Maintenance Management System
Operating System : IBM PC or XT or Apple IIe
System Price : $849.00
System Description : Equipment Information
Preventive Maintenance
Equipment Run Hours
Work History
Inventory
(Note: Good for only 500 pieces of
Equipment)
Vendor : Johnson Controls
Address : 507 E. Michigan Street
P.O. Box 423
Wilwaukee, WI53201
Phone : 414-274-4000
System Name : JC/85
Operating System : N/A
System Price : N/A
System Description : Work Orders
Management reports
Downtime Scheduling
Vendor : Josalli Inc.
Address : P.O.Box 460
Enka, NC 28728
Phone :704-252-9146
System Name :PMS (Preventive Maintenance System)
Operating System :IBM PC or XT or compatible
System Price : $495.00
System Description : Equipment Inventory
Preventive Maintenance
Job Posting
Equipment History
System Reports
Vendor : Keith Steven
Address : 9531 West 78th Street
LAMPIRAN : B
B-17
Edeen Prairie, MN 55344
Phone : 612-941-0770
System Name : MCS
Operating System : DEC VAX, Prime, HP
System Price : N/A
System Description : Routine Maintenance
Preventive Maintenance
Stores/Inventory
Purchasing
Vendor : Kellogg Plant service
Address : Three Greenway Plaza East
Houston, TX 77046
Phone : 713-960-2000
System Name : KELCAM
Operating System : N/A
System Price : N/A
System Description : Work Oreder Tracking
Equipment History
Nameplate Tracking
Job Planning
Inventory Control
Preventive Maintenance Tracking
Purchase Order Tracking
Personnel tracking
Vendor : KRM Software Develoment Company
Address : 6851 South Holy Circle
Suite 160
Englewood, CO 80112
Phone : 303-793-0226
System Name : ESCAPE
Operating System : N/A
System Price : $25,000.00 + 10% annual maintenance
System Description : Employee Data
Preventive Maintenance
Work Orders
Vendor : Maintenance Automation Corporation
Address : 400 South Dixie Highway
Hallandale, FL 33009
Phone : 305-454-9997
System Name : The Chief
LAMPIRAN : B
B-18
Operating System : IBM Micros
System Price : $5,400.00 but add ons could increase to $10,000.00
System Description : Preventive Maintenance
Records
Reports
Rountine and Special Work Orders
Labor and Material Costs
Vendor : Maintenance Control System
Address : 7530 Gallup Street
Littleton, CO 80120
Phone : 303-798-3575
System Name : MCSI
Operating System : IBM PC, XT, AT
System Price : $2,500.00
System Description : Work Order Planning
Preventive Maintenance Scheduling
Mean-Time-to-Failure Tracking
Equipment reports
Accounting Summary
Spare Parts Inventory
Vendor : Marshall System
Address : 383 N. Kings Highway
Cherry Hill, NJ 08034
Phone : 609-779-1187
System Name : MACS
Operating System : IBM-PC
System Price : $8,000.00 for system; $4,000.00 for training
System Description : Storeroom Control System
Maintenance Scheduling
Maintenance Evaluation and Planning
Vendor : H.B. Maynard and Company, Inc.
Address : 235 Alpha Drive
Pittsburgh, PA 15238
Phone : 412-963-8100
System Name : AUTOMAINT
Operating System : IBM PC or XT
System Price : N/A
System Description : Preventive Maintenance
Corrective Maintenance
Inventory Management
LAMPIRAN : B
B-19
Labor Reporting
Management Control
Vendor : MCC POWERS
Address : 2942 MacArthur Blvd.
Noorthbrook, IL 60062
Phone : 312-272-9555
System Name : MCC
Operating System : Mini Computers PDP-II
System Price : $10,000.00-$25,000.00
System Description : Work Order
Stores and Purchasing
System Maintenance
System Reports
Preventive Maintenance
Vendor : Micro Business Applications
Address : 24293 Telegraph Rd.
Southfield, MI 48034
Phone : 313-358-3366
System Name : Asset Information Management System
Operating System : MS-DOS
System Price : $10,000.00-$50,000.00
System Description : Preventive Maintenance
Corrective Maintenance
Equipment History
Personnel Time Management
Purchase Order and Budget Control
Vendor : Mineral Services, Inc.
Address : 711 Marion Building
1276 West Third Street
Cleveland, OH 44113
Phone : 216-621-0886
System Name : MSI Maintenance System
Operating System : N/A
System Price : N/A
System Description : N/A
Vendor : MIS/R Systems, Inc
Address : P.O. Box 303
Montchanin, DE 19710-9990
LAMPIRAN : B
B-20
Phone : 302-995-6340
System Name : MIS/R
Operating System : IBM, DEC, HP, WANG, Apple, Micros
System Price : $6,900.00-$9,600.00
System Description : Equipment Inventory
Preventive Maintenance
History reports
Manpower Usage Reports
Inventory
Budget reports
Vendor : Modern Management Inc.
Address : 7301 Carmel Executive Park
Charlotte, NC 28226
Phone : 704-542-6546
System Name : MODCAM
Operating System : MS/PC DOS System; also HP1000
System Price : $20,000.00 + $1,000.00/yr renewal fee
System Description : Work Oreder Tracking
Preventive Maintenance
Name Plate Tracking (vendor, spare parts,
other information)
Equipment History
Inventory Control
Job Planning
( Note: This system uses a series of
benchmarks or sample maintenance job to
assist in determining times to do jobs.
They claim to specially tailor system to
Clint’s needs )
Vendor : National Southwire Alumunium
Address : BOX 500
Hawesville, KY 42348
Phone : 502-927-6921
System Name : CAMS
Operating System : N/A
System Price : N/A
System Description : Work Order
Equipment
Maintenance Labor
Preventive Maintenance
Spare Parts
Engineering Drawings
LAMPIRAN : B
B-21
Vendor : NUS Operating Service Corporation
Address : 910 Clopper Road
Gaithersburg, MD 20878-1399
Phone : 301-258-6000
System Name : Maintenance Management Program
Operating System : PC/MS-DOS, IBM 36, and DEC/VAX
System Price : $10,000.00 (Mainframe $50,000.00 and up)
System Description : Equipment Data Base
Corrective Maintenance Work Order
Preventive Maintenance Work Order
Maintenance History Files
Vendor : OMNI Software System
Address : 146 North Board Street
Grifttith, IN 46319
Phone : 219-924-33522
System Name : Preventive Maintenance System
Operating System : IBM PC or Compatible
System Price : $250.00
System Description : N/A
Vendor : Penguin Computer Consultants
Address : P.O. Box 20485
San Jose, CA 95160
Phone : 408-997-7703
System Name : Maintenance and Inpection System
Operating System : IBM XT or AT
System Price : $2,750.00
System Description : Primarily a preventive maintenance system
Also has an inventory expansion module
Vendor : Penton Software
Address : 420 Lexington Ave.
Suite 2846
New York, NY 10017
Phone : 800-221-3414
System Name : MAINTENANCE MASTER (Version I-IV)
Operating System : IBM PC or XT
System Price : $2,995.00-9,495.00
System Description : Preventive Maintenance
Maintenance Planning, Scheduling,and Control
LAMPIRAN : B
B-22
Maintenance Inventory Control
Equipment History
Fixed Asset System
(Voice Recognition in 1985)
Vendor : Performance Technology, Inc.
Address : P.O. Box 5000-410
Danville, CA 94526
Phone : 415-838-7464
System Name : Performance Pro
Operating System : N/A
System Price : N/A
System Description : Inventory Control
Maintenance
Operations
Reporting
Vendor : Planned Maintenance Systems
Address : 5707 Seminary Road
Falls Church, VA 22041
Phone : 703-931-8090
System Name : Facility Management System
Operating System : Mainframe, micro, mini
System Price : $3,000.00-$60,000.00
System Description : Work management System
Equipment management System
Materials Management System
Time Accounting System
Project management
Budget and Accounting Program
Swift On-Line Report Developer
Vendor : PM Associates (Note: Purchased by AT&T)
Address : 54 Cruch Street
P.O. Box 310
Le Roy, NY 14482
Phone : 716-768-2111
System Name : PM- Maintenance management System
Operating System : IBM PC, XT, AT
System Price : $20,000.00
System Description : Work Order Information and Retrieval
Priority Determination and Evaluation
Planning and Scheduling Support
LAMPIRAN : B
B-23
Multiple Steps and Work Type
Work Order Extraction and Sorting
Equipment Information and Retrieval
Vendor : PMS System Corporation
Address : 2800 West 28th St.
Santa Monica, CA 90405
Phone : 213-450-1452
System Name : SMART/MMS
Operating System : IBM 360/370/30XX/43XX, DEC/VAX, HP3000
System Price : $60,000.00-$100,000.00
System Description : Preventive Maintenance
Work Order
Equipment Tracking
Program Management
Vendor : Project Software and Develoment, Inc.
Address : 20 University Road
Cambridge, MA 02138
Phone : 617-661-1444
System Name : MAXIMO
Operating System : IBM XT or AT
System Price : $17,900.00
System Description : Work Order Tracking
Preventive Maintenance
Inventory Control
Equipment History
Security System
Report Writer
Mouse Support
Vendor : Albert Raymond & Associates
Address : Newport Office Center Suite 600
5005 Newport Drive
Rolling Meadows, IL 60008
Phone : 312-577-6868
System Name : RAMPS
Operating System : IBM, WANG, NCR Minis, VAX, PC/36
System Price : $18,750.00-$37,500.00
System Description : Work Order
Preventive Maintenance
Equipment History
Parts Inventory
LAMPIRAN : B
B-24
Vendor : Revere Technology and Consulting Company
Address : Route 5
Revere Road
Scottsboro, AL 35768
Phone : 205-259-4561
System Name : Revere Dynamic System
Operating System : IBM Mainframe, HP3000 (Micros also)
System Price : N/A
System Description : Maintenance Planning and Scheduling
Control and Reporting
Inventory Control
Purchasing
Vendor : RMS System
Address : Two Scott Plaza
Philadelphia, PA 19113
Phone : 215-521-2817
System Name : TRIMAX-PM
Operating System : IBM 34, 36, 38
System Price : $20,000.00-$120,000.00
System Description : Maintenance Management
Repair Management
Inventory management
(Leans heavily toward preventive
maintenance)
Vendor : Sigma Consulting Group
Address : 12465 Lewis Street
Suite 104
Garden Grove, CA 92640
Phone : 714-971-9964
System Name : WorkSmart
Operating System : IBM Mainframe, HP-3000, IBM-36
System Price : $40,000.00
System Description : Equipment Records and History
Preventive Maintenance
Maintenance Cost Reporting
Storeroom Inventory Control
Purchase Order Processing
Reports
LAMPIRAN : B
B-25
Vendor : The Stanwick Corporation
Address : 3661 Va. Beach Blvd.
P.O. Box 12210
Norfolk, VA 23502
Phone : 804-855-8681
System Name : N/A
Operating System : IBM PC/XT, also system 34
System Price : $11,490.00
System Description : Work Order
Stores and Purchasing
System Reports
System Maintenance
Preventive Maintenance
Vendor : Syska & Hannessy
Address : Facilities Management Group
11 west 42nd Street
New York, NY 10036
Phone : 212-921-2300
System Name : FAMTRAC
Operating System : IBM PC or Compatible with Hard Disk
System Price : License for $4,000.00-$8,000.00
System Description : Nameplate Data and Spare Parts Information
Preventive Maintenance Work Order System
Standard Work Order
Work Order History
Maintenance Inventory Control
Management Reports
Employee Data Storage
Vendor : System Coordination Incorporated
Address : P.O. Box 2600
Crystal river, FL 32629
Phone : 904-795-2362
System Name : CHAMPS
Operating System : IBM, WANG, VAX mainframe, HP-3000
System Price : $45,000.00-$190,000.00
System Description : System Supervisory and File Maintenance
Module
Engineering Data Base Module
Query Report Writer
Global Report Writer
Repetitive tasking Module
LAMPIRAN : B
B-26
Maintenance work Request Module
Personal module
Vendor : The System Works
Address : The System Works
1640 Powers Ferry Rd., Bldg.11
Atlanta, GA 30067
Phone : 404-952-8444
System Name : The System Work, also NPAC2
Operating System : Prime, IBM 4300, General Aviation
System Price : $100,000.00-$200,000.00
System Description : Work Orders
Stores purchasing
Computer Data Base
Preventive Maintenance
Vendor : TERA Information Engineering Corporation
Address : 2150 Shattuck Avenue
Berkeley, CA 94704
Phone : 415-845-5055
System Name : MCP
Operating System : IBM, DEC, DG
System Price : $40,000.00-$200,000.00
System Description : Resource Data
Mantenance planning
Purchasing
Inventory Control
Utility Report Requests
Vendor : TMM Systems
Address : 127 Michael Drive
Red Bank, NJ 07701
Phone : 201-530-1805
System Name : TMM (Total Maintenance management)
Operating System : IBM XT/AT or Compatible 512K
System Price : $9,500.00
System Description : Work Order Processing
Equipment Information and History
Preventive Maintenance
Inventory Control
Vendor : Union Carbide
LAMPIRAN : B
B-27
Address : 39 Old Ridgebury Road
Danbury, CT 06817-0001
Phone : 203-794-5115
System Name : MMIS ( Maintenance Management Information
System )
Operating System : N/A
System Price : N/A
System Description : Reliability Maintenance
Work Load and Cost Control
Maintenance Labor and Administration
Planning and Scheduling
Materials Interface
Vendor : USS Engineers and Consultants
Address : 600 Grant Street
Pittsburgh, PA 15230
Phone : 412-391-8115
System Name : MIMS
Operating System : Mainframe
System Price : $225,000.00
System Description : Assigned Maintenance Scheduling and Control
Maintenance planning and Control
Personnel Resources
Vendor : Vertimax Corporation
Address : 522 South Florida Ave.
Lakeland, FL 33801
Phone : 813-688-1882
System Name : Micromaint
Operating System : IBM XT Compatible
System Price : $3,750.00
System Description : Work Order
Equipment History
Parts Inventory
Preventive Maintenance
Vendor : Vision Computer System
Address : Georgetown Professional Building
3801 Monarch Drive
Recine, WI 53406
Phone : 414-552-7007
System Name : VCS
Operating System : Micro
LAMPIRAN : B
B-28
System Price : N/A
System Description : Work Order System
Preventive Maintenance
Overtime
LAMPIRAN : C
C- 1
DAFTAR TABEL
NO JUDUL HAL
1.1 Pekerjaan Pemeliharaan pada umumnya meliputi 4
1.2 Petunjuk Pemeliharaan Tape-Player 6
1.3 Informasi yang harus ada pada Fungsi Kontrol
Inventaris
27
2.1 Perbandingan Jenis-Jenis dari Resistor Kegunaan
Umum
43
2.2 Contoh Spesifikasi Sebuah Catu Data dan
Multimeter Digital
45
2.3 Kecepatan Kegagalan Komponen 56
2.4 Efek Lingkungan terhadap Item 61
2.5 Pertanyaan 2-30
3.1 Signifikasi Angka-Angka Warna Umum Resistor 89
3.2 Kegagalan-Kegagalan pada Resistor Tetap 90
3.3 Aplikasi Resistor Variabel 92
3.4 Kerusakan Kapasitor dan Penyebabnya 94
3.5 Parameter-Parameter Penting Semikonduktor
Diskrit
104
5.1 Karakteristik Beberapa Gabungan IC Logic 150
5.2 Tabel Kebenaran RS Flip-Flop ( gerbang NAND) 152
5.3 Tabel Kebenaran RS Flip-Flop ( gerbang NOR) 152
5.4 Tabel Kebenaran untuk Bistable D 153
5.5 Tabel Kebenaran untuk Bistable JK 154
6.1 Kerusakan Umum pada Catu Daya Teregulasi 191
6.2 Klasifikasi Umum dari Rangkaian Penguat 198
6.3 Kerusakan pada Penguat Sinyal Kecil 224
6.4 Kerusakan pada Penguat Daya 225
6.5 Parameter-Parameter Op-Amp dan
Karakteristiknya
248
7.1 Karakteristik Operasi dari Model-Model Motor 270
9.1 Konversi A/D 9-5
11.1 Perbedaan PLC dengan PC (Personal Computer) 379
11.2 a: Dasar Dasar Gerbang Logika
b: Tabel Kebenaran
393
11.3 Implementasi Gerbang Logik, Diagram Ladder
dan Waktu
393
11.4 Rangkaian Relay & Konfigurasi Logik 394
11.5 Simbol & Notasi Teks untuk Pemrograman PLC 395
11.6 Resistansi Kontak Bagian Tubuh 398
11.7 Perbandingan Bilangan Biner, Desimal dan Oktal 435
LAMPIRAN : D
D-1
DAFTAR GAMBAR
NO JUDUL
1.1 Kegiatan Pemeliharaan dan Perbaikan
1.2 Contoh Kerusakan Alat pada Umumnya
1.3 Tahapan Pemeliharaan Korektif
1.4 Peralatan Bantu Diagnosis
1.5 Contoh Sistem yang Akan Didiagnose
1.6 Manual Perbaikan dalam Bentuk Diagram Alir
1.7 A: Kondisi Normal
B: Kondisi Rusak
1.8 Diagram Blok Rangkaian Generator RF
1.9 Prinsip-prinsip Manajemen
1.10 Tipe dan Level Pekerjaan Pemeliharaan dan
Perbaikan pada Umumnya
1.11 Proses Pembuatan Rencana Kerja
Pemeliharaan
1.12 Contoh Sebuah W. R. Sederhana
1.13 Reduksi Biaya Pemeliharaan Setelah
Menggunakan CMMS
1.14 Aliran Sistem Work Order
1.15 Contoh Tampilan Work Order Entry pada Layer
Monitor Komputer
1.16 Contoh Tampilan pada Monitor Komputer Tentang
Kegiatan Pemeliharaan Preventif
1.17 Contoh Tampilan Monitor Komputer pada Modul
Laporan Pemeliharaan
1.18 Beberapa Jenis Alat Pemadam Kebakaran
1.19 (a-h) Simbol-simbol Bahaya
1.20 Peralatan Perlindungan Diri
1.21 Organisasi OSHA
2.1 Contoh Alat Komunikasi Sebuah Sistem
2.2 Pemeliharaan
2.3 Lampu Pijar Umurnya Tak Panjang
2.4 Grafik Kerusakan Lampu Indikator
2.5 Memperkirakan Keausan Itu Sulit
2.6 Hubungan Antara Ongkos Pemeliharaan dan
Perbaikan Serta Tersedianya Perlengkapan
2.7 Ongkos Pemeliharaan yang Tak Menentu
2.8 Kedisiplinan terhadap Waktu Termasuk Dalam
Koordinasi Perusahaan
2.9 Pengembangan Produksi
2.10 Kolam Air Panas
2.11 Kerugian karena Kerusakan Pelayanan
2.12 Peralatan Rumah Sakit yang Perlu Dipelihara
LAMPIRAN : D
D-2
2.13 Pemeliharaan yang Terprogram
2.14 Segala Sesuatu Harus Direncanakan
2.15 Bandingkan Sebelum Membeli
2.16 Spesifikasi Potensiometer
2.17 Contoh Alat Ukur
2.18 Contoh Sumber Daya
2.19 Contoh Alat Komunikasi
2.20 Contoh Pengolah Data
2.21 Contoh Elektronik Konsumen
2.22 Contoh Sistem Kontrol
2.23 Kalibrasi Hal yang Penting
2.24 Hubungan Usia Peralatan dan Laju Kagagalan
2.25 Semua Peralatan Harus Dipelihara
2.26 Contoh Gagal Sebagian Warna Hijaunya Hilang
2.27 Contoh Gagal Menyeluruh TV Mati Total
2.28 a. Biaya Manufaktur Terhadap Keandalan
b. Biaya Pemilikan Terhadap Keandalan
2.29 Grafik R Terhadap T
2.30 UPS Sebuah Redudancy Aktif
2.31 Masalah Karena Redundancy Pasif
2.32 Efek Lingkungan yang Mempengaruhi
Keandalan
2.33 Waktu Adalah Uang
2.34 Teliti Dahulu Sebelum Bekerja
2.35 Mengamati Gejala Kerusakan
2.36 a. Multi Masukan Satu Keluaran
b. Satu Masukan Multi Keluaran
2.37 Sinyal Tracing Sebuah Penguat Sederhana
2.38 Metode Signal Tracing Pasif Sebuah Catu Daya
2.39 Metode Signal Tracing Aktif Radio FM Cara
Pertama
2.40 Metode Signal-Tracing Aktif Radio FM Cara
Kedua
2.41 Data Perusahaan
2.42 8 Blok Sub Sistem Tersusun Seri
2.43 Kerusakan Radio Cocok dengan Metoda Half
Splitting
2.44 Contoh Pemutusan Lup.
2.45 Rangkaian Makin Komplek Analisa Makin Rumit
2.46 Kebingungan Awal Bencana
2.47 Contoh Analisa Kesalahan pada Regulator DC
2.48 Analisa Sinyal Tanpa Alat Bantu Akan
Membingungkan
LAMPIRAN : D
D-3
2.49 Contoh Analisa Logika pada Shift Register.
2.50 Analisa dengan Logika
2.51 Tes Diri Komputer
2.52 Diagram Alir Tes Diri CD-ROM
2.53 Program Diagnosa Komputer
2.54 Elemen Komputer Masih Berfungsi
2.55 Keberhasilan Ada di Tangan Anda
2.56 a. Hubungan Singkat Antara Basis ke Emiter
b. Beban Kolektor Mendekati Nol
c. Hubungan Transistor Paralel
d. Penambahan RB Menyebabkan Vc Turun
e. Hubungan Seri Dua Transistor
f. Hubungan Input dan Output Transistor
2.57 Pengetesan FET
2.58 Pengetesan SCR
2.59 Pengetesan SCR dengan Ohm Meter
2.60 Rangkaian Osilator Sebagai Pengetes UJT
2.61 Alat Tester Kesinambungan dengan Audio
2.62 Rs Sebagai Resistor Decopling pada Catu Daya
2.63 Re Pada Penguat Komplementary Simetris
2.64 Rc Pada Flip – Flop
3.1 Jenis – Jenis Resistor Tetap
3.2 Konstruksi Dasar Potensiometer
3.3 Bentuk Potensiometer
3.4 Macam – Macam Kapasitor
3.5 Gelang Anti Statik
3.6 Rangkaian Sederhana untuk Mengukur
Kapasitansi.
3.7 Jembatan Kapasitansi
3.8 Pemakaian Dioda Semikonduktor untuk
Menentukan Polaritas Multimeter
3.9 Mengukur Resistansi Maju BE Transistor
3.10 Mengukur Resistansi Maju BC Transistor
3.11 Mengukur Resistansi Balik BE Transistor
3.12 Mengukur Resistansi Balik BC Transistor
3.13 Jembatan Wheatstone
3.14 Sirkit AC untuk L, C, R
3.15 Kapasitansi / Induktansi Meter
3.16 Karakteristik Dioda Semikonduktor
3.17 Sirkit RAMP untuk Sirkit TEST
3.18 Sirkit Pentest Tembus Arah Balik
3.19 Bermacam-Macam Bentuk Transistor
3.20 Tegangan Kerja Normal Transistor NPN dan
PNP
LAMPIRAN : D
D-4
3.21 Rangkaian untuk Mengukur Hfe
3.22 Pemakaian XY Plotter untuk Mendapatkan
Karakteristik Transistor.
3.23 Pengukuran VCE(Sat)
3.24 a. Pengukuran Idss
b. Mengukur Yfs atau Gm
3.25 Rangkaian untuk Menguji Thyristor
3.26 Macam-Macam Bentuk IC Linear dan Digital
3.27 Contoh Rangkaian Test IC
4.1 Konstruksi Dasar Mesin Listrik
4.2 Hukum Tangan Kiri untuk Motor
4.3 Hukum Tangan Kanan untuk Generator
4.4 Startor Mesin DC
4.5 Potongan Mesin DC
4.6 Komutator & Pemegang Sikat
4.7 Konstruksi Generator DC
4.8 Pembangkitan Tegangan Induksi
4.9 Tegangan Rotor yang Dihasilkan Melalui Cincin-
Seret dan Komutator
4.10 Generator Penguat Terpisah
4.11 Karakteristik Generator Penguat Terpisah
4.12 Diagram Rangkaian Generator Shunt
4.13 Karakteristik Generator Shunt
4.14 Diagram Rangkaian Generator Kompon
4.15 Karakteristik Generator Kompon
4.16 Jangkar Generator DC
4.17 Medan Eksitasi Generator DC
4.18 Medan Jangkar dari Generator DC
4.19 Reaksi Jangkar
4.20 a): Generator dengan Kutub Bantu
b): Generator Kutub Utama, Kutub Bantu,
Belitan Kompensasi
4.21 Medan Eksitasi dan Medan Jangkar
4.22 Medan Eksitasi dan Medan Jangkar
4.23 Rangkaian Ekivalen Jangkar
4.24 a) Rangkaian Ekivalen Motor Penguat Terpisah
b) Karakteristik Motor Penguat Terpisah
4.25 a) Rangkaian Ekivalen Motor Shunt
b) Karakteristik Motor Shunt
4.26 a) Rangkaian Ekivalen Motor Seri
b) Karakteristik Motor Seri
4.27 a) Rangkaian Ekivalen Motor Kompon
b) Karakteristik Motor Kompon
4.28 Tipe Rotor dari Generator Sinkron
LAMPIRAN : D
D-5
4.29 Generator Sinkron 6 Kutub
4.30 Potongan Arus Putar Rotor
4.31 Pemberian Daya pada Rotor
4.32 Pengecekan Motor
4.33 Rest Lamp
4.34 Pengujian Ground dengan Meohmeter
4.35 Pengujian Open Circuit
4.36 Pengujian Hubung Singkat untuk Stator
4.37 Pengujian Hubung Singkat untuk Jangkar
4.38 Pengujian Hubung Singkat untuk Jangkar
4.39 Prosedur untuk Pengukuran Rugi-rugi Inti
4.40 Pembongkaran Eksiter dengan Tali Pengikat
4.41 Pembongkaran Eksiter dengan Alat Khusus
4.42 Melepas Bearing dengan Pencabut & Pemanas
5.1 Contoh Bermacam-Macam Peralatan Digital
5.2 Contoh Rangkaian Rtl
5.3 Contoh Rangkaian Dtl
5.4 Contoh Rangkaian Ttl
5.5 Contoh Rangkaian Ecl
5.6 Contoh Rangkaian Mos
5.7 Contoh Rangkaian Iil
5.8 Macam-Macam Bentuk IC
5.9 Bistable RS
5.10 Bistable Rs Clock
5.11 Bistable D
5.12 Bistable T
5.13 Penggunaan Flip-Flop Edge Triggered Tipe D
5.14 Bistable Jk Dasar
5.15 Bistable Jk Master Slave
5.16 Rangkaian Counter
5.17 Shift Register Dasar
5.18 Bistable MOS
5.19 Shift Register Mos Static
5.20 Shift Register Mos Dinamik
5.21 Multimeter Analog dan Multimeter Digital
5.22 Jenis Klip Logik dan Penggunaannnya
5.23 Klip Logik Memberikan Indikasi Visual
5.24 Macam-Macam Logik Probe dan Cara
Pengukurannya
5.25 Analisa Rangkaian Dimulai pada Pusat
Rangkaian
5.26 Pemulsa Logik yang dapat Memberikan Sinyal
pada Rangkaian
5.27 Beberapa Cara untuk Menguji Gerbang Logik
LAMPIRAN : D
D-6
5.28 Letakkan Probe pada Keluaran Gerbang NAND
dan Pemulsa pada Keluaran Gerbang AND
5.29 Tempatkan Probe dan Pemulsa pada Keluaran
Gerbang AND
5.30 IC Tester
5.31 Macam-Macam Osiloskop
5.32 Lihat dan Sentuh
5.33 Penumpukan IC
5.34 Mikrovoltmeter untuk Mengetahui Rangkaian
yang Hubung Singkat ke Ground
5.35 Kondisi-Kondisi Kesalahan yang Mungkin di
Suatu Gerbang Tunggal
5.36 Keluaran Mensuplai Beberapa Masukan
5.37 Rangkaian Lampu Kedip dengan Memori
5.38 Rangkaian Ramp Generator
5.39 8 Step Tangga
6.1 Contoh Rangkaian Regulator Seri Linear
6.2 Contoh Regulator Switching untuk Komputer
6.3 Rangkaian Inverter
6.4 Rangkaian Konverter
6.5 Contoh Kurva Regulasi Beban untuk Catu Daya
Teregulasi Linear
6.6 Karakteristik Batas Arus Balik
6.7 Beban Jarak Jauh dari Terminal-Terminal Catu
Daya
6.8 Remote Sensing untuk Kompensasi Tahanan
Kawat
6.9 Regulator-Regulator yang Memakai Point Of
Load
6.10 Distribusi Paralel
6.11 Perbaikan Susunan untuk Gambar 6-10
6.12 Distribusi Satu Titik Solusi Terbaik
6.13 Diagram Blok Regulator Seri Linear
6.14 Contoh Catu Daya Teregulasi Dipasaran
6.15 Rangkaian Pembatas Arus Regulator Seri
6.16 Rangkaian Pengamanan Beban Arus Balik
6.17 Rangkaian Pengamanan Tegangan Lebih
6.18 Ic Regulator μA 723a
6.19 Regulator 7V sampai dengan 37V
6.20 Beberapa Langkah Pemeriksaan Visual
6.21 Rangkaian Regulator Seri Linear dengan
Menggunakan Transistor Sistem Darlington
6.22 Rangkaian Inverter untuk Daya Rendah
6.23 Dasar Rangkaian Inverter
LAMPIRAN : D
D-7
6.24 Diagram Blok Regulator Mode Pengsaklar
Primer
6.25 Diagram Blok Regulator Mode Pensaklar
Reguler
6.26 Diagram Blok Smpu
6.27 Bentuk Gelombang pada Tiap Titik Output Blok
6.28 Pengawatan Catu Daya pada Komputer
6.29 Salah Satu Model Catu Daya Komputer
6.30 Blok Dasar Penguat
6.31 Simbol Umum Penguat
6.32 Penguat Satu Tingkat Kelas A
6.33 Penguat Puspul Kelas B
6.34 Rangkaian Osilator
6.35 Pengukuran Penguat Tegangan pada Sebuah
Rangkaian Penguat
6.36 Pengukuran Impedasi Input dari Penguat
Tegangan Audio
6.37 Pengukuran Impedasi Output dari Penguat
Tegangan Audio
6.38 Pengukuran Daya Output, Efisiensi dan
Sensitifitas dari Sebuah Penguat Output Audio
6.39 Distorsi Amplitudo
6.40 Distorsi Frekuensi
6.41 Distorsi Crossover
6.42 Filter Twin Tee
6.43 Metode Dari Peragaan Distorsi Menggunakan
CRO
6.44 Pengukuran dengan Menggunakan Gelombang
Kotak pada Sebuah Penguat
6.45 a. Kapasitansi Liar yang Kecil pada Saluran AC
Dapat Menimbulkan Derau yang Besar pada
Level Saluran Berimpedasi Tinggi
b. Pelindung Mengeliminasi Derau
6.46 a. Pelindung Dihubungkan ke Tanah
b. Pelindung Sambungan yang Benar
6.47 a. Tehnik Meredam Derau untuk Loncatan
Bunga Api Motor
b. Alat Phone atau Tape Magnet (Head)
6.48 Penguat Satu Tingkat dengan Tegangan Dc
Normal
6.49 Kondisi R1 Terbuka
6.50 Kondisi R2 Terbuka
6.51 Kondisi R3 Terbuka
6.52 Kondisi R4 Terbuka
6.53 Kondisi C1 Atau C2 Terbuka
LAMPIRAN : D
D-8
6.54 Kondisi C3 Terbuka
6.55 Kondisi C3 Hubung Singkat
6.56 Hubungan Kolektor Basis Terbuka
6.57 Hubungan Kolektor Basis Hubung Singkat
6.58 Hubungan Emiter Basis Terbuka
6.59 Hubungan Emiter Basis Hubung Singkat
6.60 Hubunga Kolektor Emiter Hubung Singkat
6.61 Penguat Daya Frekuensi Audio
6.62 Diagram Modul Sistem Stereo
6.63 Beberapa Contoh Bagian dari Sistem Audio
Stereo
6.64 Diagram Blok Expander
6.65 a. Diagram Blok Sistem Penguat Stereo
b. Grafik Audio Level untuk Penguat Pada
Gambar 6.65a
6.66 Gambaran Tentang Masalah Akustik
6.67 Contoh TV Hitam Putih
6.68 Contoh TV Berwarna
6.69 Pengambilan Gambar oleh Kamera dan
Disalurkan ke TV
6.70 Diagram Blok Penerima TV Berwarna Lengkap
6.71 Contoh Rangkaian TV Berwarna
6.72 Diagram Blok Sederhana TV Berwarna
6.73 Tuner TV
6.74 Penguat IF
6.75 Rangkaian AGC
6.76 AGC Model Lain
6.77 Rangkaian Defleksi Sinkronisasi
6.78 Rangkaian Suara
6.79 Rangkaian Catu Daya dan Skema Rangkaian
Catu Daya
6.80 Rangkaian Defleksi Horisontal
6.81 Diagram Blok Bagian Warna Dari TV
6.82 Tanda Panah Menandakan Komponen yang
Mudah Rusak
6.83 Garis Daerah Merah Menunjukkan Komponen
yang Mudah Rusak pada Rangkaian Horisontal
6.84 Daerah Tegangan Tinggi
6.85 CRT
6.86 Raster Satu Garis
6.87 Strip Hitam Tidak Dapat Hilang dari Raster
6.88 Tergeser Horisontal
6.89 Rolling ke Atas/Bawah
6.90 Garis Hitam Bergerak Terus
LAMPIRAN : D
D-9
6.91 Menyempit Kiri/Kanan
6.92 Daerah Horisontal
6.93 Gambar Melebar
6.94 Gambar Memendek
6.95 Gambar Memanjang
6.96 Perbedaan Terang dan Gelap Kurang Jelas
6.97 Garis Miring Tipis
6.98 Warna Gambar Ada yang Hilang
6.99 Gambar Tak Jelas tapi Warna Masih Ada
6.100 Gambar Sebagian Melipat Arah Vertikal
6.101 Gambar dan Warna Tak Jelas
6.102 Gambar Tak Berwarna
6.103 Gambar Tak Ada
6.104 Raster Berbintik-Bintik
6.105 Penguat Termokopel Sebuah Rangkaian Analog
6.106 Simbol Op-Amp dan Karakteristik
Perpindahannya
6.107 Metoda-Metoda untuk Menerapkan Umpan Balik
Negatif pada Suatu Op-Amp
6.108 Op-Amp Slew Rate Limiting
6.109 Tanggapan Frekuensi Op-Amp 741
6.110 Generator Gelombang Kotak
6.111 Function Generator Frekuensi Rendah
6.112 Timer 555
6.113 Timer 10 Detik Menggunakan 555
6.114 PLL Dasar
6.115 Penerima / Dekoder FSK
6.116 Rangkaian Trafo 1 Fasa
6.115 Trafo 1 Fasa Tanpa Beban
7.1 Dasar Sistem Kendali
7.2 Contoh Sistem Open Loop
7.3 Sistem Kendali Closed-Loop
7.4 Model dan Tipe Motor
7.5 Macam – Macam Kontak Relay
7.6 Tabel Elemen – Elemen Kendali Industri
7.7 Kendali Elektronik untuk Sebuah Tangki
Pencampur
7.8 Sistem Pengendali Ketebalan Kabel
7.9 Strain Gauge Bridge
7.10 Peralatan Dengan Tabung
7.11 Sistem Kemputerisasi
7.12 Macam – Macam Soket
7.13 Contoh Sistem Kontrol di Industri
7.14 Mencatat Apa yang Telah Diganti
LAMPIRAN : D
D-10
7.15 Gunakan Manual Book yang Benar
7.16 Tes Kondisi Alat
7.17 Pengecekan Ulang dan Pemeriksaan Tegangan
Catu
7.18 Pengukuran untuk Identifikasi Kerusakan
7.19 Bekerjalah dengan Teliti
7.20 Pengendali Kecepatan Motor DC
7.21 Rangkaian Sequential Control Unit
7.22 Diagram Blok Sistem Sequential Control Unit
8.1 Contoh Panel Sumber Daya
8.2 Tiang Distribusi Udara
8.3 Contoh Alat Pengontrol
8.4 Tampak Samping Lok CC-202
8.5 Modul Elektronik CC-202
8.6 Main Generator
8.7 Generator Eksiter
8.8 Wiring Sistem Tenaga Lok CC-202
8.9 Modul GV
8.10 Rangkaian Modul GX
8.11 Rangkaian Modul RC
8.12 Rangkaian Modul Sensor
8.13 Rangkaian Modul TH
8.14 Rangkaian Pengaman dan Pembatas Eksitasi
8.15 Gagang Throtle
8.16 Rangkaian Modul Feedback
8.17 Lead Regulator
8.18 Rangkaian SCR Assembly
8-19 Trnasduser WST-2
8-20 Modul Wheel Slip
8-21 Modul Wheel Slip-Roda
8-22 Transduser
8-23 Pengawatan Sistem Tenaga
8-24 Traksi Motor D-23
8-25 Stator Traksi Motor
8-26 Rotor Traksi Motor
8-27 Komutator
8-28 Sikat Arang
8-29 Pengawatan Stator dan Rotor Traksi Motor
9.1 CPU dalam Mikrokomputer
9.2 Pengertian Sistem Teknik
9.3 Dasar Sistem Berbasis Mikroprosesor
9.4 Diagram Blok I/O Robot
9.5 Proses Konversi Analog - ke - Digital
9.6 DAC dalam Bentuk IC
LAMPIRAN : D
D-11
9.7 Bentuk Gelombang Tangga
9.8 Rangkaian Konverter Digital ke Analog,
9.9
9.10 Robot pada Industri Karoseri
9.11 Dasar Kontrol Robot
9.12 Transformasi Koordinat
9.13 Sistem Koordinat Anggota Badan Robot
9.14 Hukum Gas
9.15 Komponen Elektropneumatik
9.16 Sinyal terlalu Banyak Dikirimkan ke Satu Alamat
Operator
9.17 Derau Berasal dari Gelombang Radio
9.18 Salah Satu Sistem Pentanahan
9.19 Perubahan Temperatur, Cuaca & Kelembaban
dapat Berpengaruh pada Kinerja Peralatan
Elektronik
9.20 Blok Fungsional sebuah Generator Fungsi
9.21 Blok Diagram Gripper
10.1 Diagram Blok Mikrokomputer dan Perangkat
Output
10.2 Contoh sebuah PCB dari sebuah Komputer
10.3 Contoh Kerusakan IC
10.4 Salah Penempatan Posisi Saklar pada Dip-
Switch dapat Menyebabkan Sistem Tidak
Bekerja
10.5 Pemeriksaan secara Visual
10.6 Mencari Informasi Kerusakan dari Operator
Komputer
10.7 Sebuah Data Latch untuk Melacak Kegagalan
pada Komputer
10.8 Blok Diagram Logic Analyzer
10.9 Contoh Pemeriksaan dengan Logic Analizer
11.1 Contoh PLC dengan 40 I/O
11.2 Arsitektur PLC
11.3 Prinsip Kerja PLC
11.4 Contoh Sistem Berbasis PLC
11.5 PLC dengan Rak-Rak
11.6 Perangkat Pemograman (handheld)
11.7 a. Modul Input DC (current Sinking)
b. Modul Input DC (Current Sourcing)
c. Modul Input AC/DC (Current Sourcing)
11.8 a. Modul Output DC (Current Sinking)
b. Modul Output DC (Current Sourcing)
c. Modul Output AC
LAMPIRAN : D
D-12
d. Modul Output Relay
11.9 Gambar Potongan Mesin Press
11.10
a. PLC & Perangkat Antarmuka Kontrol Mesin
Press
b. Diagram Pengawatan Kontrol Mesin Press
c. Ladder Diagram untuk Kontrol Mesin Press
11.11 Kejutan Listrik melalui Dada
11.12 a. Saklar Toggle
b. Gambar Potongan Saklar Toggle
11.13 Konfigurasi Kontak
11.14 Rangkaian Kontrol Lampu & Motor
11.15 Saklar-Saklar Push Button
11.16 Saklar Pemilih
11.17 Limit Switch
11.18 Flow Switch dalam Aliran Zat Cair melalui Pipa
11.19 Level Switch atau Float Switch (FS)
11.20 (a) Saklar Tekanan; (b) Simbol
11.21 (a) Saklar Temperatur. (b). Simbol
11.22 Proximity Sensor Induktif
11.23 a. Blok Diagram Proximity Sensor Induktif
b. Pergeseran Target & Pengaruhnya terhadap
Medan Magnetik
11.24 Contoh Aplikasi Proximity Sensor Induktif
11.25 Blok Diagram Proximity Sensor Kapasitif
11.26 Contoh Aplikasi Proximity Sensor Kapasitif
11.27 Contoh Aplikasi Sensor Ultrasonik
11.28 Potongan Gambar Foto Elektrik
11.29 Sensor Fotoelektrik Moda Through Beam
11.30 Sensor Fotoelektrik Retroreflektif
11.31 Sensor Fotoelektrik Retroreflektif Terpolarisasi
11.32 Sensor Fotoelektrik Terdifusi
11.33 Contoh Aplikasi Sensor Fotoelektrik pada Mesin
Pemotong
11.34 Dasar Solenoid ,(a) Energi Dilepas, (b) Saat
Diisi Energi
11.35 Solenoid AC
11.36 Solenoid Valve, (a) Gambar Potongan, (b)
Uraian Valve
11.37 Rangkaian Kontrol Relay
11.38 Seal-in Contact
11.39 Kontaktor
11.40 Motor Starter
11.41 lampu Pilot, Horn dan Alarm
11.42 Blok Diagram Kontrol Pengisian Tangki, Aliran
LAMPIRAN : D
D-13
Sinyal serta Aliran Daya
11.43 Tahapan untuk Menentukan Pengelompokan
11.44
a. Aliran Sinyal pada Motor Pompa
b. Rangkaian Modul Input & Output
11.45 Konfigurasi Aliran Divergen
11.46 Konfigurasi Aliran Konvergen
11.47 Konfigurasi Aliran dengan Umpan-Balik
11.48 Jalur Pensaklaran
11.49 Langkah Pelacakan pada Konfigurasi Divergen
11.50 Simbol Rangkaian untuk Relay Pewaktu
11.51 Diagram Ladder Relay untuk Kasus Pengaturan
Kerja Motor.
11.52 Macam-Macam Timing Relay
11.53 Timer Elektronik
11.54 Instruksi Temporary End
11.55 Pencacah Mekanik
11.56 Pencacah elektronik
11.57 Mesin Pengepakan Apel
11.58 Nilai Bobot dan Nilai Posisi Suatu Bilangan
11.59 a. Konversi dari Biner ke Desimal
b. Konversi Bilangan Desimal ke Biner
11.60 a. Konversi dari Oktal ke Desimal
b. Konversi Oktal ke Biner
c. Konversi Biner ke Oktal
11.61 Konversi Desimal ke BCD
11.62 Pelacakan Kerusakan Modul Input
11.63 Pelacakan Modul Output Deskrit
11.64 Aplikasi Instruksi MCR
11.65 Aplikasi Instruksi JMP dengan Satu LBL
11.66 Instruksi Jump to Subroutine
11.67 Moda Alamat Langsung
11.68 Moda Alamat Tidak Langsung
11.69 Moda Alamat Indeks
LAMPIRAN : E
E - 1
RIWAYAT PENULIS
Sejak 1996 penulis berstatus sebagai dosen Politeknik
Negeri Bandung. Sebelumnya penulis bekerja sebagai
pengajar di Pusat Pengembangan Pendidikan
Politeknik – Bandung (1983-1996). Berbagai training di
dalam maupun di luar negeri dan kegiatan yang
berkaitan dengan pengembangan pendidikan
vokasional, khususnya pendidikan Politeknik, telah
diikutinya. Di Swiss, selama 18 bulan (1990-1991)
penulis mengikuti training khusus di bidang komunikasi
data dan jaringan komunikasi. Tahun 1994 penulis melakukan studi
banding (3 bulan) untuk pengembangan pendidikan vokasi / Politeknik di
Australia. Penulis juga aktif menulis berbagai bahan ajar (course note),
untuk bahan kuliah mahasiswa Politeknik jurusan T Elektronika. Penulis
dilahirkan di Ponorogo tahun 1959, menamatkan S1 jurusan Pendidikan
teknik elektronika di FPTK IKIP Yogyakarta tahun 1983, S1 teknik
Elektronika ITB, 1999 dan menamatkan S2 di Teknik Elektro ITB tahun
2003.
Penulis dilahirkan di Purworejo tahun 1960,
menamatkan S1 di FPTK IKIP Yogyakarta tahun 1983.
Tahun 1996 menamatkan S1 di Teknik Elektro ITB.
Training-training untuk pengembangan profesi di bidang
elektronika telah banyak diikuti, antara lain training di
bidang maintenance & repair untuk komputer, training di
bidang telekomunikasi. Penulis juga aktif mengajar di
politeknik tahun 1984-1985 di Politeknik Negeri Medan.
Tahun 1985-1996 aktif mengajar di Pusat
Pengembangan Pendidikan Politeknik, dan sejak 1996 hingga sekarang
aktif mengajar di Politeknik Negeri Bandung.