I. Budi Linggono
SENI MUSIK
NON KLASIK
SMK
JILID 1
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional
Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional
Dilindungi Undang-undang
SENI MUSIK
NON KLASIK
Untuk SMK
JILID 1
Penulis : I. Budi Linggono
Perancang Kulit : TIM
Ukuran Buku : 17,6 x 25 cm
Diterbitkan oleh
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional
Tahun 2008
LIN LINGGONO, I. Budi
s Seni Musik Non Klasik untuk Jilid 1 /oleh I. Budi Linggono
Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan,
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah,
Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
vi, 169 hlm
GLOSARIUM : Lampiran A.
DAFTAR PUSTAKA : Lampiran B.
ISBN : 978-979-060-017-1
ISBN : 978-979-060-018-8
KATA SAMBUTAN
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar
dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional, telah melaksanakan
kegiatan penulisan buku kejuruan sebagai bentuk dari kegiatan
pembelian hak cipta buku teks pelajaran kejuruan bagi siswa SMK.
Karena buku-buku pelajaran kejuruan sangat sulit di dapatkan di pasaran.
Buku teks pelajaran ini telah melalui proses penilaian oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan sebagai buku teks pelajaran untuk SMK dan telah
dinyatakan memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses
pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 45
Tahun 2008 tanggal 15 Agustus 2008.
Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
seluruh penulis yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya
kepada Departemen Pendidikan Nasional untuk digunakan secara luas
oleh para pendidik dan peserta didik SMK.
Buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada
Departemen Pendidikan Nasional ini, dapat diunduh (download),
digandakan, dicetak, dialihmediakan, atau difotokopi oleh masyarakat.
Namun untuk penggandaan yang bersifat komersial harga penjualannya
harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Dengan
ditayangkan soft copy ini diharapkan akan lebih memudahkan bagi
masyarakat khsusnya para pendidik dan peserta didik SMK di seluruh
Indonesia maupun sekolah Indonesia yang berada di luar negeri untuk
mengakses dan memanfaatkannya sebagai sumber belajar.
Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini. Kepada
para peserta didik kami ucapkan selamat belajar dan semoga dapat
memanfaatkan buku ini sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa buku ini
masih perlu ditingkatkan mutunya. Oleh karena itu, saran dan kritik
sangat kami harapkan.
Jakarta, 17 Agustus 2008
Direktur Pembinaan SMK
iv
KATA PENGANTAR
Dengan melalui proses perjalanan yang cukup panjang bidang
keahlian seni musik non klasik lahir, berdampingan dengan bidang
keahlian musik klasik dan musik tradisi daerah lain, yang keberadaannya
sudah lebih lama. Sudah sering kita saksikan bagaimana seni musik non
klasik menjadi faktor penggerak yang positif bagi upaya pengembangan
pendidikan apresiasi bagi masyarakat. Hal ini disebabkan oleh sifatnya
yang universal dengan teori-teori yang sudah ada sejak masa lalu. Di sisi
lain peran musik non klasik secara ekonomi ikut menggerakkan roda
perekonomian melalui industri-industri musik, seperti : pertunjukan musik,
arranger, rekaman dan pemain-pemain musik.
Pertanyaan yang sering muncul di tengah-tengah kalangan
pendidik dan siswa di pelosok tanah air adalah bagaimana dan dimana
bisa memperoleh buku musik non klasik untuk membantu dalam proses
belajar mengajar seni musik non klasik? Kurangnya referensi tersebut,
berdampak pada pemberian materi-materi yang diajarkan di sekolah tidak
ada standard yang jelas.
Di tengah kesulitan seperti itu, buku ini mencoba memberi solusi
dalam upaya membantu para pendidik, siswa atau pencinta musik non
klasik belajar secara terstandard. Bermain musik bukan berteori, buku ini
tidak memberikan teori-teori yang banyak melainkan memberikan latihanlatihan
secara aplikatif sehingga dengan bermain musik “kepekaan
musikal” akan terlatih. Perlu kita renungkan bersama bahwa setiap
pemusik harus mengenal dan mempraktekkan motto : “Membaca suara
dan mendengar tulisan”.
Mudah-mudahan buku ini dapat bermanfaat dalam membantu
para pendidik dan siswa dalam belajar musik. Saran dan masukan untuk
perbaikan tetap kami harapkan. Selamat belajar, semoga berhasil !
Penulis,
v
DAFTAR ISI
KATA SAMBUTAN ………………………………………………. iii
KATA PENGANTAR ……………………………………………. iv
DAFTAR ISI ………………………………………………………. v
JILID 1
BAB 1 PENDAHULUAN ……………………………………………. 1
BAB 2 TEORI MUSIK ……………………………………….…….. 5
BAB 3 ILMU HARMONI …………………………………………… 39
BAB 4 VOKAL …………………………………………………... 87
1. Jenis-jenis suara manusia ………………………….. 88
2. Pernafasan …………………………………………… 88
3. Sikap tubuh ……………………………….………….. 92
4.Membentuk suara …………………………….………. 93
5. Menyambung suku kata dan artikulasi …………….. 103
6. Resonansi …………………………….………………. 105
7. Intonasi ……………………………….……………….. 107
8. Phrasering ……………………………….……………. 107
9. Expresi ………………………………………………… 110
10. Penampilan …………………………………………. 113
11. Sifat Vokal dan Gaya Vokal………. ………………….. 114
12. Teknik vokal ………………………………………… 122
JILID 2
BAB 5 KEYBOARD ………………………………………………… 153
1. Jenis keyboard ………………………………………. 153
2. Teknik bermain keyboard …………………………… 155
vi
BAB 6 GITAR ……………………………………………………… 215
1. Gitar dan bagian-bagiannya ……………………….. 215
2. Cara menyetem gitar ……………………………….. 216
3. Latihan penjarian ……………………………………. 219
4. Latihan teknik memetik gitar ……………………….. 221
5. Latihan dengan tablature …………………………… 221
6. Latihan tangga nada ………………………………… 222
7. Latihan teknik memainkan gitar akustik …..……… 225
8. latihan teknik memainkan gitar elektrik …………… 259
BAB 7 BASS GITAR ………………………………………………. 275
1. Bass gitar dan bagian-bagiannya …………..……… 275
2. Cara menyetem bass gitar ………….….………….. 276
3. Teknik bermain bass gitar …………………………... 276
4. Perawatan bass gitar ………………………………… 282
5. Latihan tangga nada …………………………………. 284
6. Latihan nada-nada kromatis ………………………… 307
7. Latihan etude …………………………………………. 307
8. Latihan buah musik …………………………………… 318
JILID 3
BAB 8 SAXOPHONE ………………………………………………. 329
1. Pengenalan dan cara perawatannya ………………. 329
2. Teknik dasar bermain saxophone ………………….. 336
3. Teknik dan etude …………………………………….. 352
4. Buah musik……………………………………………. 371
BAB 9 DRUM ………………………………………………………. 383
1. Mengenal drum ………………………………………. 383
2. Posisi tubuh dalam bermain drum …………………… 392
3. Notasi drum ……………………………………………. 394
vii
4. teknik memukul ………………………………………… 397
5. Teknik memainkan drum ……………………………… 410
6. Bermain solo drum ……………………………………. 429
7. Pengenalan gaya ……………………………………… 446
8. Etude …………………………………………………… 455
9. Buah musik ……………………………………………. 465
BAGIAN III PENGETAHUAN MIDI
BAB 10 DASAR-DASAR MIDI ……………………………………… 475
BAB 11 MENULIS NOTASI …………………………………………. 481
BAB 12 MEMBUAT FILE MIDI ……………………………………. 503
LAMPIRAN.A GLOSARIUM
LAMPIRAN.B DAFTAR PUSTAKA
Seni Musik Non Klasik 1
BAB 1
PENDAHULUAN
Pelaksanaan pembelajaran program keahlian seni musik non klasik
sampai saat ini masih banyak menghadapi kendala. Kendala terbesar
yang dihadapi adalah kurangnya referensi, baik untuk guru mau-pun
siswa. Program keahlian seni musik non klasik juga memiliki eksis-tensi
yang sama dengan bidang-bidang keahlian yang lain yang terdapat pada
kurikulum. Pembelajaran bidang keahlian seni musik non klasik, seperti
juga pembelajaran bidang keahlian seni yang lain, bersifat prak-tik
bukan bersifat teoritis. Artinya bahwa siswa diharapkan dapat menguasai
keterampilan dalam membaca notasi, menulis notasi, me-nyanyi,
membuat aransemen dan memainkan instrumen individu sesuai dengan
pilihan siswa.
Di dalam buku ini memberikan acuan berupa materi-materi yang
harus dikuasai oleh siswa dalam menghadapi tuntutan pekerjaan di
lingkungan dunia entertainment musik. Proses pembelajaran bidang keahlian
seni musik non klasik memerlukan waktu panjang, karena mencakup
suatu pekerjaan yang sangat luas. Dalam buku ini disajikan berbagai
ruang lingkup keahlian meliputi vokal, gitar, bass gitar, saxophone,
keyboard dan drums sebagai instrumen individu meliputi berbagai aliran
gaya/style musik yang sangat luas, seperti pop, jazz, rock, dangdut dan
jenis musik alternatif yang lain. Dengan keluasan materi tersebut, dalam
buku ini perlu dibatasi dengan suatu pertimbangan bahwa akses yang
paling besar adalah musik band dengan style musik populer. Jenis
musik ini mendapat perhatian yang cukup besar dari masyarakat.
Berkaitan dengan hal tersebut, peranan dunia industri, mas media/TV
diharapkan turut membantu mempercepat apresiasi masya-rakat
terhadap dunia musik populer. Dengan demikian masyarakat diharapkan
tidak hanya dapat berperan sebagai penikmat, namun dapat ditingkatkan
menjadi pemain yang terlibat langsung di dalamnya.
Meningkatnya apresiasi musik non klasik dan apresiasii ter-hadap dunia
entertainment akan membuka peluang baru tumbuhnya profesi di dunia
entertainment (musik populer). Kesempatan itu telah banyak
dimanfaatkan oleh dunia industri, baik yang berhubungan dengan dunia
pengelolaan pertunjukan maupun industri lainnya. Kesempatan-kesempatan
tersebut pasti akan membawa manfaat: pertama, meningkatkan
apresiasi masyarakat terhadap seni musik non klasik (populer);
Kedua, adanya kompetisi diantara kelompok-kelompok musik, yang pada
akhirnya mempengaruhi sikap profesionalisme yang berdaya saing dalam
2
bidangnya; Ketiga, berkaitan dengan dunia bisnis pertunjukan, industri
rekaman yang berujung adanya pergerakan ekonomi.
Proses pembelajaran yang sistematis merupakan langkah yang harus
dilakukan dengan kajian-kajian dan latihan-latihan materi. Sehingga
produk pembelajaran dapat dijadikan tolok ukur untuk pencapaian
kompetensi dalam bermain musik sesuai dengan ke-butuhan industri seni
musik non klasik (populer).
Musik klasik dan non klasik merupakan istilah yang sering di-pergunakan
dalam kehidup-an musik sehari-hari, namun penger-tiannya belum jelas.
Pada awalnya tidak ada istilah musik klasik atau gaya klasik. Menurut
Ensiklopedi Indonesia dijelaskan bahwa klasik berarti suatu kar-ya jaman
lampau yang mempunyai nilai tinggi serta ilmiah dan mem-punyai kadar
keindahan yang tidak akan luntur sepanjang masa. Pada dunia musik,
terminologi klasik sering dika-itkan dengan tradisi musik di dunia Barat
dengan penggunaan instrumen yang mengacu pada tradisi Barat. Dalam
sejarah musik, kata klasik mengacu pada sebuah periode tertentu yang
ditandai oleh wafatnya Johan Sebastian Bach (1750) dan berakhirnya
jaman Barok.
Franz Schubert merupakan komponis zaman klasik dari Austria,
meskipun karya-karyanya digolongkan ke dalam komposisi jaman
Romantik periode 1820-1900. Istilah klasik dapat pula diartikan sebagai
“puncak” perkembang-an dari suatu kebudayaan/kesenian yang berpengaruh
pada jaman berikutnya, sehingga menimbulkan gaya baru.
Walaupun demikian, bukannya jaman/gaya sebelumnya hanya dipandang
sebagai karya-karya yang kurang sempurna. Dengan demikian sangat
penting untuk mengkaji lebih dalam bahwa perkembangan kebudayaan/
kesenian selalu terdiri dari banyak unsur yang saling berkaitan
dan saling melengkapi. Perkembangan musik klasik nampak pada figur
komponis Joseph Haydn dengan karya pertamanya berbentuk Simphoni
No. 1 yang di cipta pada tahun 1759. Komponis tersebut mempelopori
bentuk musik baru pada waktu itu dengan susunan : Presto-Andante
Cantabile-Menuetto-Scherzando. Pada umumnya pada jaman klasik
instrumen musik yang digunakan dalam musik orkes klasik adalah :
- Biola 1 - Picolo
- Biola 2 - Oboe
- Alto - Klarinet
- Cello - Bassoon
- Bass - Contra bassoon
- Terompet - Trombone
- Horn - Timpani
Seni Musik Non Klasik 3
Musik non klasik merupakan istilah yang sering digunakan dalam
kehidupan dunia musik sehari-hari. Intinya dalam tinjauan bahasa merupakan
lawan kata dari musik klasik. Musik non klasik adalah bagian
yang sangat luas dari kehidupan musik secara umum. Perlu dipahami
bahwa definisi formal tidak akan berhasil untuk men-jelaskan secara tegas,
karena definisi itu sendiri mengungkapkan makna, keterangan, ciriciri
utama, ruang lingkup dan sebagainya. Secara umum definisi itu
sendiri bersifat memberikan batasan, sementara musik non klasik akan
sulit sekali untuk didefinisikan secara tegas.
Pengertian umum yang paling simpel untuk masyarakat awam ter-hadap
musik non klasik adalah musik populer, dengan kelompok band sebagai
bentuk ekspresinya, sehingga dalam buku ini disajikan berbagai macam
latihan, lagu, style dan karakter setiap alat musik pada kelompok band.
Instrumen musik yang dipergunakan pada ke-lompok band pada
umumnya terdiri dari : vokal, gitar, bass gitar, saxophone, keyboard, dan
drums. Walau-pun tidak menutup kemungkinan ada penambahanpenambahan
instrumen musik yang lain.
Pada intinya, musik non klasik adalah bagian yang sangat luas dari
makna musik secara umum sehingga sangat perlu dipahami bahwa
definisi formal tidak akan berhasil menjelaskan secara akurat. Definisi
tentang musik non klasik dapat didefinisikan sebatas memberikan
batasan-batasan saja. Hal ini juga akan mempengaruhi pula ruang lingkup
pekerjaan yang tidak mungkin ditentukan secara formal.
Ruang lingkup materi seni musik non klasik adalah meliputi pengetahuan
alat-alat musik, yang meliputi tentang karakter setiap ins-trumen musik
seperti kompas/ambitus dan struktur dari instrumen musik. Pengetahuan
ini merupakan dasar untuk mempelajari alat musik sebagai instrumen
individu dan penyusunan aransemen.
Instrumen Pokok (PIP) adalah instrumen pilihan yang merupakan
instrumen mayor. Meliputi vokal, keyboard, gitar, bass gitas, saxophone
dan drum. Secara garis besar materi disajikan meliputi: penyeteman
(general/ tuning, harmonic tuning, quick tuning), fingering, picking, teknik
tabulatur, major scale, minor scale, skiping, dumping, sliding, slur,
bending, vibrator, staccato, arpegio, akor, barrechord, power chord,
sound control, sound effect dan dilengkapi dengan etude/latihan; Materi
bass gitar meliputi pengetahuan berbagai macam bass gitar, notasi musik
yang diper-gunakan dalam bass gitar, cara bermain, penguasaan teknik,
etude serta penguasaan repertoir musik. Harmonisasi di dalam bass gitar
memegang peranan yang sangat penting dalam keseluruhan alur sebuah
melodi. Nada bass adalah nada-nada yang mempunyai frekuensi rendah
sehingga statusnya dapat menegaskan harmoni dari sebuah accord yang
sedang dimainkan. Nada-nada yang dihasilkan dari bass secara tidak
4
langsung akan menjadi patokan harmoni sehingga akan membantu
mempertegas aksen-aksen yang sedang dimainkan; Materi dalam bermain
keyboard terdiri dari 2 macam, yaitu : bermain keyboard dalam
anrambel (band) dan bermain solo keyboard ditambah dengan
penguasaan teknologi berupa MIDI (Musical Instrument Digital Interface);
Materi drums dalam bab ini mengupas beberapa hal antara lain teknikteknik
pukulan pada snare drums, cymbal, hi-hat dan bass drums,
paradidle, flame, draf, ruff dan sebagainya. Irama disajikan berbagai jenis
pola irama, seperti : slow rock, rock beat, latin rock, bossanova, funk
beat, samba dan lain-lain. Buku ini selain untuk memperkenalkan jenis
alat musik tersebut, juga sejarah dan perawatannya.
5
BAB 2
TEORI MUSIK
Kemampuan musikal seseorang dapat dideteksi melalui kemam-puannya
dalam bermain musik. Meskipun teori musik bukan merupakan salah satu
kompetensi yang dituntut dalam Program Musik Non Klasik namun
kemmapuan ini sangat penting dikuasai dan merupakan salah satu hal
yang membedakan antara siswa program musik Program Musik Non
Klasik (SMK) dan siswa SMA yang sama-sama dapat bermain musik.
Siswa musik diharapkan bisa mempertanggungjawabkan per-mainan
musiknya secara teoritis. Perlu diingat bahwa kita jangan sampai terjebak
pada teori yang tinggi tetapi tidak aplikatif dan kurang men-dukung
terhadap permainan musiknya. Teori musik perlu disadari seba-gai
sarana untuk mempermudah dalam bermain musik.
Kemampuan penguasaan teori musik sebenarnya sangat melekat dalam
permainan instrumen dan kebutuhan untuk masing-masing ins-trumen
tidak sama. Misalnya teori musik untuk instrumen drum lebih banyak
pada penguasaan ritme, sedangkan untuk instrumen saxophone in Es
penguasaan tangga nada awalnya sudah lebih tinggi karena latihan awal
teknik bermain sudah menggunakan tangga nada Es Mayor. Sedangkan
untuk instrumen piano, gitar, dan bass yang dimulai dari pelatihan
tekniknya dari tangga nada C Mayor. Bahkan untuk latihan awal teknik
bermain instrumen drum tidak menggunakan tangga nada me-lainkan
hanya ritme. Namun bukan berarti seorang pemain drum tidak perlu
memiliki kemampuan dalam hal nada meskipun instrumen yang
dimainkan tidak bernada.
1.1 Garis paranada
Notasi 1, garis paranada
Garis tersebut digunakan untuk penulisan nada dan ritme. Perbedaanya,
untuk penulisan diperlukan tanda kunci (clef) untuk menen-tukan nama
nada yang terdapat pada garis paranada, sedangkan untuk penulian
ritme tidak diperlukan tanda kunci karena notasi yang dimainkan tidak
bernada.
6
1.2 Tanda Kunci (Key Signature)
1.2.1 Kunci G
Notasi 2, kunci G dan nada G
Kunci G berfungsi untuk menentukan nada G yang terdapat pada
garis ke dua dari bawah atau garis ke empat dari atas.
1.2.2 Kunci F
Notasi 3, Kunci F dan nada F
Tanda kunci tersebut berfungsi untuk menentukan nada F yang
terdapat pada garis ke empat dari bawah dan garis ke dua dari
atas. Nama-nama nada berdasarkan frekwensinya adalah sebagai
berikut:
E F G A B c d e f g a b c1
d1 e1 f1 g1 a1 b1 c2 d2 e2 f2 g2 a2 b2
Notasi 4, letak nada
Notasi garis paranada diatas terdapat dua buah tanda kunci yaitu
kunci G dan kunci F. Notasi diatas menunjukkan bahwa kunci G
7
dan kunci F saling berhubungan dan menunjukkan bahwa nadanada
dalam kunci F lebih rendah daripada nada-nada yang
terdapat dalam kunci G. Nama-nama nadanya disusun secara
berurutan untuk memperjelas pengnotasian posisi nada dalam
garis paranada.
1.2.3 Kunci C
Notasi 5, Kunci C dan nada C
Tanda kunci C terdapat 5 (lima) macam yang dibedakan dari letak
tanda kuncinya pada garis paranada. Nada yang terletak di depan
tengah notasi tersebut aalah c1, nada berikutnya menyesuaiakan
sesuai dengan posisi/letak nada yang akan berpengaruh pada
tinggi dan rendah nada. Karena letaknya yang dapat berpindah
tempat, kunci ini juga sering di-sebut movable clef. Tanda kunci
ini biasanya hanya digunakan untuk penulisan instrumen biola alto
dan cello.
1.3 Bentuk dan nilai not
Notasi 6, Bentuk not
8
1.4 Bentuk tanda diam
Notasi 7, nilai not dan tanda istirahat
1.5 Tanda Sukat (Time Signature)
1.5.1 Tanda Sukat 4/4
Dalam lagu-lagu (populer), tanda sukat yang sering kita jumpai
adalah satu tanda sukat yakni 4/4. Irama Rock’n Roll, Bossanova,
Cha Cha, Rumba, Samba, Jive, dan sebagainya adalah contoh
irama yang ber-tanda sukat 4/4. Marilah kita amati lagu dibawah
ini dan kita pelajari makna dari suatu tanda sukat:
Notasi 8, Petikan lagu Kebyar-Kebyar
Lagu di atas merupakan contoh lagu yang bertanda sukat 4/4.
Untuk memahaminya lagu tersebut dinyanyikan, kemudian
dianalisis mengapa lagunya bertanda birama 4/4. Kita amati
notasi pada birama pertama.
Notasi 9, not seperempat
9
Dalam materi bentuk dan nilai not dijelaskan bahwa not seperti
notasi di atas merupakan not seperempat. Pada birama pertama
lagu Kebyar Kebyar terdapat empat not seperempat, apabila
dinotasikan adalah: + + + = 4/4
Lagu yang bertanda birama 4/4 apabila dijumlah dalam satu
birama memiliki empat not seperempat. Hal itu bukan berarti
dalam setiap birama dalam satu lagu hanya terdapt not sepempat
saja tetapi bisa terdiri dari not seperdelapan, seperenambelas,
setengah, atau not penuh. Mari kita cermati lagi lagu diatas pada
birama ke dua yaitu:
Notasi 10, not seperdelapan dan not setengah
Not pada birama tersebut terdiri dari dua macam jenis not yaitu
not seperdelapan dan not setengah.
Secara matematis sama dengan: ?+ ?+ ? + ? = ¼ + ¼
.
Notasi 11, not seperdelapan
Pada birama kedua adalah nada setengah: ½ = ¼ + ¼ .
Notasi 12, not setengah
10
Dengan demikian pada birama ke dua apabila dianalisis juga
terdapat empat not seperempat. Pada birama selan-jutnya
meskipun bentuk dan nilai notnya berbeda dengan birama
pertama dan ke dua tetapi apabila dianalisis pasti terdapat empat
not perempatan. Birama terakhir terdapat not penuh/ utuh.
Notasi 13, not utuh
Dalam materi sebelumnya dijelaskan bahwa:
w sama dengan : + + + = 4/4
Contoh lagu yang bertanda sukat 4/4 misalnya:
1. Januari (Glen F.)
2. Jujur (Raja)
3. Kenangan Terindah (Samson)
4. Andai Ku tahu (Ungu)
5. TTM (Ratu)
6. Take Me Home Country Road (John Denver)
7. Biru (Vina P.)
8. Kebyar-kebyar (Gombloh)
9. Kekasih Gelapku (Ungu)
10. Andaikan Kau Datang (Koes Plus)
Dalam tanda sukat 4/4 terdapat istilah setengah birama (half bar),
misalnya pada lagu dibawah ini:
11
Notasi 14, Lagu Masih (Ada Band)
Pada baris ke lima birama ke tiga terdapat tanda 2/4, berarti pada
birama tersebut hanya terdapat 2 ketukan atau setengah birama.
Cermati juga pada baris ke enam birama ke lima terdapat tanda
2/4 seprti baris sebe-lumnya. Untuk memahami alangkah baiknya
kalau kita menyanyikan lagu tersebut dan merasakan aksen pada
birama/syair yang bertanda 2/4.
Lagu lain yang terdapat half bar misalnya:
1. How Can I Tell Her (Lobo)
2. The Greatest Love of All (Whiteney Hoston)
3. Song Song Blue
4. Kupu Kupu Malam (Titik Puspa)
1.5.2 Tanda Sukat 3/4
Tanda birama ini dalam musik populer dikenal dengan irama
Waltz, tetapi lagu-lagu populer pada saat ini jarang kita jumpai
tanda birama ini.
Notasi 15, Petikan lagu Belaian sayang
12
Lagu di atas termasuk contoh lagu era 60-an tetapi pernah direalease
penyayi pop Ruth Sahanaya. Untuk memahami tanda
birama ini alangkah baiknya kalau kita dapat menyanyikan dan
menganalisis mengapa dibe-rikan tanda sukat ¾. Pada birama
pertama terdiri dari not seperempat dan titik, dan not
seperdelapan.
Notasi 16, Notasi dan tanda titik
Apabila dianalisis sebagai berikut :
q + ? + ? + ? = (1/4 + 1/8) + 1/8 + 1/8 + 1/8 = ¼ + ¼ + ¼
Jadi birama pertama terdapat tiga buah not seperempat yaitu:
q + q + q= ¼ + ¼ + ¼ = 3/4
Pada birama ke dua terdapat not seperempat dan not setengah
q + h = q + q + q = ¼ + ¼ + ¼ = ¾.
Notasi 17, ¾
Contoh lagu lain dalam tana sukat ini adalah:
1. Restumu Kunantikan (S. Tito dan Jul Ch.)
2. Melati dari Jayagiri (Iwan Abdurachman/Bimbo)
3. Bunga Mawar (Teti Kadi)
4. Delilah ( Tom Jones)
5. Sapu Tangan Dari Bandung Selatan (Lagu Perjuangan)
6. Mother How Are You Today
Pada dasarnya dua tanda sukat di atas adalah tanda sukat yang
paling sering kita jumpai dalam lagu. Dalam teori musik kita kenal
penggolongan tana sukat menjadi dua yaitu tanda sukat
sederhana dan tanda sukat susun. Tanda sukat sederhana
13
misalnya 2/4, ¾, 4/4. Sedangkan tanda sukat susun adalah tanda
sukat yang merupakan su-sunan dari dua atau lebih tanda sukat,
misalnya 6/8 taerdiri dari dua tanda sukat 3/8, tanda sukat 9/8
merupakan susunan dari tiga tanda sukat 3/8, dan lain-lain. Tanda
sukat sebenarnya lebih menitikberatkan pada teknik penulisan.
Misalnya lagu yang bertanda sukat¾ sebenarnya bisa saja ditulis
dengan tanda sukat 3/8, 4/4 ditulis dengan tanda sukat 4/8.
1.6 Tanda Aksidental
Adalah tanda yang dapat merubah ketinggian nada dalam satu
birama. Tanda tersebut sudah tidak berlaku lagi pada birama
berikutnya.
1.6.1 # (kres/sharp)
Notasi 18, Petikan lagu Kebyar-Kebyar
Untuk dapat memperjelas materi ini sebaiknya lagu tersebut
dinyanyikan dan dianalisis terutama pada baris ke dua birama ke
dua yang terdapat tanda kres (#). Nada tersebut semula bernala d
setelah diberi tanda # menjadi dis atau d sharp. Akan sangat
berbeda bunyinya apabila lagu tersebut tidak diberikan tanda #.
Dalam istilah internasinal, nada yang di-beri tanda ini namanya
ditambah sharp, misalnya d menjadi d sharp.
1.6.2 b (mol/flat)
KIDUNG
Notasi 19, Petikan lagu Kidung (Chrisye)
14
Untuk lebih memahami tanda aksidental ini sebaiknya lagu bagian
pertama lagu di atas dinyanyikan dengan intonasi yang tepat.
Pada birama ke tiga, empat, dan enam terdapat tanda mol yang
berfungsi untuk menurunkan setengah nada. Pada birama ke tiga
dan ke em-pat, nada b setelah diberi tanda mol menjadi bes.
Sedangkan pada birama ke enam nada a berubah menjadi as.
Setiap nada yang mendapat tanda mol namanya ditambah es,
kecuali nada a ditambah s. Sama halnya dengan tanda kres,
tanda mol juga hanya berlaku untuk satu birama. Dalam istilah
standar internasional, nada yang diberi tanda mol/flat namanya
ditambah flat, misalnya b menjadi b flat.
1.6.3 n (pugar/natural)
Adalah tanda untuk mengembalikan nada yang semula
mendapatkan tanda kres atau mol dalam satu birama.
Notasi 20, Petikan lagu Sepasang Mata Bola
Birama pertama lagu di atas terdapat dua tanda aksidental yaitu
tanda kres dan pugar. Nada g pada ketukan ke tiga diberi tanda
kres menjadi gis/g sharp dan pada ketukan ke mpat diberikan
tanda pugar kembali menjadi nada g. Untuk lebih memahami
fungsi tanda aksidental dan penerapannya dalam suatu lagu
sebaiknya dinyanyikan dan dirasakan perbedaan nadanya. Tanda
pugar juga hanya berlaku dalam satu birama, sama dengan tanda
aksidental yang lain.
15
Lagu-lagu lain yang terdapat tanda pugar misalnya:
1. Kebyar-kebyar (Gombloh)
2. Chindai (Cici Paramida)
1.7 Tangga nada (scale)
Notasi 21, Petikan lagu Auld Lang Syne
Lagu di atas salah satu contoh penggunaan tangga nada yang
terdiri dari 5 nada (pentatonik) yaitu
Notasi 22, Tangga nada pentatonik
Musik barat kebanyakan menggunakan tujuh nada yang
dikelompokkan dalam dua jenis yaitu tangga nada mayor dan
minor ( major scale dan minor scale).
1.7.1 Tangga Nada Mayor (Major Scale)
1.7.1.1 Tangga Nada C mayor (Natural)
C D E F G A B C
1 1 ½ 1 1 1 ½
Notasi 23, Tangga nada C mayor
Tangga nada diatas terdapat 2 tetrachord. Tetrachord pertama
adalah C D E F, dan tetrachord kedua G A B C.
16
1.7.1.2 Tangga Nada G mayor (1#)
Untuk membentuk tangga nada baru, tetrachord kedua menjadi
tetrachord pertama kemudian dilanjutkan nada berikutnya dengan
iterval jarak seperti yang telah ditentukan.
G A B C D E Fis G
1 1 ½ 1 1 1 ½
Notasi 24, Tangga nada G Mayor
G A B C menjadi tetrachord pertama kemudian dilanjutkan nada
berikutnya yaitu D E F G. Nada E ke F berjarak ½ padahal jarak
nada ke 6 ke 7 adalah 1 sehingga nada ke 7 harus dinaikkan ½
supaya jarak menjadi 1. Sedangkan jarak F ke G yang semula 1
setelah F menjadi Fis jaraknya menjadi ½., seperti notasi diatas.
Karena dalam tangga nad G mayor terdapat 1 nada yang
diberikan tanda kres yaitu nada F, maka tangga nada ini juga
disebut tangga nada 1 kres.
1.7.1.3 Tangga Nada D mayor (2#)
Untuk membentuk tangga nada berikutnya, prinsipnya sama
dengan pembuatan tangga nada diatas. Tetrachord ke dua dari
tangga nada G mayor yaitu: D E Fis G menjadi tetrachord
pertama.
D E Fis G A B Cis D
1 1 ½ 1 1 1 ½
Notasi 25, Tangga nada D mayor
D E Fis G menjadi tetrachord pertama kemudian dilanjutkan nada
beriutnya yaitu A B C D. Nada B ke C berjarak ½ padahal jarak
nada ke 6 ke 7 adalah 1 sehingga nada ke 7 harus dinaikkan ½
supaya jarak menjadi 1. Sedangkan jarak C ke D yang semula 1
17
setelah C menjadi Cis jaraknya menjadi ½., seperti notasi diatas.
Karena dalam tangga nada D mayor terdapat 2 nada yang
diberikan tanda kres yaitu nada F dan C, maka tangga nada ini
juga disebut tangga nada 2 kres.
1.7.1.4 Tangga Nada A mayor (3#)
A B Cis D E Fis Gis A
Notasi 26, Tangga nada A mayor
1.7.1.5 Tangga Nada E mayor (4#)
E Fis Gis A B Cis Dis E
Notasi 27, Tangga nada E mayor
1.7.1.6 Tangga Nada B mayor (5#)
B Cis Dis E Fis Gis Ais B
Notasi 28, Tangga nada B mayor
18
1.7.1.7 Tangga Nada Fis mayor (6#)
Fis Gis Ais B Cis Dis Eis Fis
Notasi 29, Tangga nada Fis mayor
1.7.1.8 Tangga Nada Cis mayor (7#)
Cis Dis Eis Fis Gis Ais Bis Cis
Notasi 30, Tangga nada Cis mayor
1.7.1.9 Tangga nada F mayor (1 b)
F G A Bes C D E F
Notasi 31, Tangga nada F mayor
1.7.1.10 Tangga nada Bes mayor (2 b)
Bes C D Es F G A Bes
Notasi 32, Tangga nada Bes mayor
1.7.1.11 Tangga nada Es mayor (3 b)
19
Es F G As Bes C D Es
Notasi 33, Tangga nada Es mayor
1.7.1.12 Tangga nada As mayor (4 b)
As Bes C Des Es F G As
Notasi 34, Tangga nada As mayor
1.7.1.13 Tangga nada Des mayor (5 b)
Des Es F Ges As Bes C Des
Notasi 35, Tangga nada Des mayor
1.7.1.14 Tangga nada Ges mayor (6 b)
Ges As Bes Ces Des Es F Ges
Notasi 36, Tangga nada Ges mayor
20
1.7.1.15 Tangga nada Ces mayor (7 b)
Ces Des Es Fes Ges As Bes Ces
Notasi 37, Tangga nada Ces mayor
Tangga nada di atas secara teoretis masih lebih banyak lagi
macamnya, tetapi apabila kita cermati sebenarnya
implementasinya dalam prakek bermain musik terdapat
kesamaan. Misalnya:
Tangga nada Cis enharmonik dengan tangga nada Des
Tangga nada Fis enharmonik dengan tangga nada Ges
Tangga nada Ces enharmonik dengan tangga nada B
1.7.2 Tangga Nada Minor (Minor Scale)
1.7.2.1 Minor Diatonis
C D Es F G As Bes C
1 ½ 1 1 ½ 1 1
Notasi 38, Tangga nada C minor diatonis
1.7.2.2 Minor Harmonis
C D Es F G As B C
Notasi 39, Tangga nada C minor harmonis
21
1.7.2.3 Minor Melodis
§ Gerakan Naik
C D Es F G A B C
Notasi 40, Tangga nada C minor melodis naik
§ Gerakan Turun
C Bes As G F Es D C
Notasi 41, Tangga nada C minor melodis turun
Lagu yang menggunakan tangga nada minor, bisa mengunakan
satu jenis tangga nada minor saja tetapi ada juga yang
menggunakan dua atau tiga jenis sekaligus. Petikan lagu
”Chindai” dibawah ini me-rupakan penggabungan beberapa
tangga nada minor. Birama ke 2, 4, dan 5 menggunakan tangga
nada minor harmonis. Pada baris terakhir birama ke dua
menggunakan tangga nada minor diatonis.
22
CHINDAI
Cici Paramida
Notasi 42, Petikan lagu Chindai dalam A minor
Notasi 43, Petikan lagu Chindai dalam C minor
23
1.8 Interval
Interval adalah jarak antara dua nada
1P 2M 3M 4P 5P 6M 7M 8P
Notasi 44, Interval
Peristilahan dalam interval adalah:
1.8.1 Perfect (murni) terdapat dalam interval 1, 4, 5, dan 8
Perfect berarti interval tersebut apabila dibalik, intervalnya juga
perfect. Misalnya:
Notasi 45, Interval perfect
Interval c ke f adalah interval 4 perfect, setelah dibalik menjadi f
ke c adalah 5 perfect. Contoh lain:
Notasi 46, Contoh interval perfect
Interval c ke g adalah 5 perfect, sedangkan g ke c berinterval 4
perfect.
1.8.2 Mayor
Interval ini terdapat pada interval 2, 3, 6, dan 7
Notasi 47, Interval mayor
24
1.8.3 Minor
Notasi 48, Interval minor
1.8.4 Augmented
Notasi 49, Interval augmented
Notasi 50, Petikan lagu Doa dan Restumu
1.9 Akor
Adalah nada-nada yang dibunyikan bersama dan menimbulkan
suara yang harmonis, terdiri dari dua nada atau lebih. Akor
terbentuk dari nada-nada dalam suatu tangga nada, misalnya
dalam tangga nada C mayor berikut ini:
Notasi 51, Nada-nada dalam C mayor
25
I II III IV V VI VII VIII
C D- E- F G A- Bo C
Notasi 52, Akor trisuara
Tingkat I, IV, dan V : akor mayor karena berjarak 3M dan 3m
Tingkat II, III, dan VI : akor minor karena berjarak 3m dan 3M
Tingkat VII : akor diminished karena berjarak 3m dan
3m
Akor tingkat I, IV, dan V merupakan akor pokok, sedangkan akor
II,III, VI, dan VII merupakan akor bantu. Disebut akor pokok
karena apabila kita mengiringi lagu yang bertangga nada mayor
dan tidak ada nada yang mendapat tanda aksidental, diberikan
ketiga akor pokok tersebut sudah cukup. Namun biasanya bibantu
dengan akor lain (akor bantu) untuk memperindah harmonisasi
sehingga lebih kelihatan fleksibel atau tidak kaku. Kedudukan akor
bantu memang hanya membantu akor po-kok untuk memberikan
alternatif lain dalam mengiringi lagu.
Setiap tangga nada mayor memiliki tingkatan dan jenis akor yang
sama, misalnya dalam tangga nada D mayor dibawah ini:
Notasi 53, Tingkat I-VII
D E- Fis- G A B Ciso
Notasi 54, Tri suara dalam D mayor
26
1.10 Modulasi
Modulasi adalah pergantian nada dasar dalam suatu lagu. Ada
lagu yang berganti nada dasar sementara kemudian kembali lagi
ke tnada dasar semula, namun ada juga lagu yang berganti nada
dasar sampai lagu selesai, bahkan berganti lebih dari satu kali.
Notasi 55, Contoh lagu modulasi
27
Lagu di atas terjadi perubahan nada dasar pada baris ke enam
birama ke tiga (bertanda lingkaran) sampai akhir lagu. Pada awal
lagu menggunakan nada dasar C kemudian terjadi modulasi ke
dalam nada dasar D.
Contoh lagu yang mengalami modulasi misalnya:
1. Mencintaimu (Krisdayanti)
2. TTM (Ratu)
3. When You Tell Me That You Love Me (Diana Rose)
4. Good Bye (Air Suplay)
5. Januari (Glen F.)
6. I Will Always Love You (Whitney Houston)
7. Biru (Vina P.)
8. Hero (Mariah Carey)
9. Dengan Menyebut Nama Allah (Novia Kolopaking)
1.11 Abreviasi
Adalah penyederhanaan penulisan notasi dan istilah musik.
1.11.1 Abreviasi atas rangkaian penulisan not
Tertulis Dimainkan
Notasi 56, abreviasi not perdelapanan
Tertulis Dimainkan
3 3
Notasi 57, Abreviasi triol
Notasi 58, Abreviasi not utuh
28
1.11.2 Abreviasi kalimat lagu
Notasi 59, Petikan lagu Kenangan Terindah (Samson)
Dua baris pertama lagu Kenangan Terindah (Samson) memiliki nada
yang sama. Untuk mempersingkat penulisan dapat diberikan tanda ulang
pada baris pertama, sehingga penulisannya sebagai berikut:
Notasi 60, Abreviasi
Notasi 61, Abreviasi birama sebelumnya
Tanda ulang pada birama ke dua dan ke empat pada notasi diatas
berarti mengulang satu birama sebelumnya.
Contoh lain abreviasi adalah:
Notasi 62, Abreviasi dengan Coda
Urutannya adalah: A B C A B D E A B F
DC singkatan Da Capo artinya diulang dari awal lagu.
To Coda artinya berakhir pada coda ( ).
29
Notasi 63, Abreviasi DC
Urutan lagu di atas adalah: A B C D B E F
DS singkatan dari Da Segno artinya diulang dari tanda.
1.11.3 Abreviasi tanda dinamik
Tanda dinamik adalah tanda tentang keras atau lembutnya lagu
dinyanyikan. Dalam suatu lagu sering dijumpai tanda dinamik dan
perubahan-perubahan dinamik yang dikendaki pencipta atau
arranger.
pp = pianissimo
p = piano
mp = mezzo piano
mf = mezzo forte
f = forte
ff = fortessimo
1.11.4 Abreviasi tanda tempo
Tanda tempo adalah tanda tentang cepat atau lambatnya lagu
dinyanyikan. Seperti halnya dengan tanda dinamik, tanda tempo
dan perubahan-perubahannya juga sering dijumpai dalam suatu
lagu se-suai dengan maksud pencipta maupun arranger. Alat
pengukur kece-patan tempo disebut metronome.
Apabila suatu lagu tertulis MM (Metronome Maelzel) q = 60,
artinya lagu tersebut dinyanyikan dengan kecepatan 60 ketukan
not seperempat dalam setiap menit, kecepatan lagu setiap
ketukan adalah 1 detik. Tanda ini sering digunakan dalam
repertoar musik non klasik.
30
Macam-macam tanda tempo secara garis besar adalah: Lambat,
Sedang, dan Cepat.
1.11.5 Tanda Tempo
Tanda tempo adalah tanda tentang cepat atau lambatnya lagu
dinya-nyikan. Pada dasarnya tanda tempo dibagi menjadi tiga
jenis, yaitu lambat, sedang, dan cepat .
1.12 Tempo Lambat
1.12.1 Largo
1.12.2 Adagio
1.12.3 Lento
1.12.4 Grave
1.13 Tempo Sedang
1.13.1 Larghetto
1.13.2 Andante
1.13.3 Andantino
1.13.4 Moderato
1.14 Tempo Cepat
1.14.1 Allegretto
1.14.2 Allegro
1.14.3 Presto
Tanda tempo diatas masih banyak variasinya tergantung
keinginan komposer dalam mengekspresikan karyanya. Repertoar
musik non klasik lebih banyak menggunakan istilah yang diukur
dengan metronome. Misalnya MM q= 60 yang berarti lagu
dinyanyikan dalam kecepatan 60 ketukan not seperempat dalam
setiap menit, atau setiap ketukan sama dengan 1 detik.
1.14.4 Tanda Dinamik
Tanda dinamik adalah tanda tentang keras atau lembutnya suatu
lagu dinyanyikan. Sama halnya dengan tanda tempo, tanda ini
secara ga-ris besar dibagi menjadi tiga jenis yaitu lembut, sedang,
dan keras. Dalam istilah musik dituliskan dalam istilah sebagai
berikut:
31
1.15 Lembut
1.15.1 piano = lembut
1.15.2 pianissimo = sangat lembut
1.16 Sedang
1.16.1 Mezzopiano = lembut sedang
1.16.2 mezzoforten = keras sedang
1.17 Keras
1.17.1 forte = keras
1.17.2 fortissimo = sangat keras
Dalam repertoar musik non klasik jarang dijumpai tanda-tanda itu
karena permainan musik non klasik tidak banyak terjadi
perubahan dinamik maupun tempo. Pada akhir lagu biasanya
tanda-tanda tempo dan di-namik tersebut dipraktekkan untuk
mengakhiri suatu lagu.
Dalam suatu lagu sering juga dijumpai perubahan-perubahan
tanda tem-po dan dinamik. Perubahan tanda tempo dan dinamik
tersebut misalnya:
1.18 ritardando (rit.) = menjadi lambat
1.19 accelerando (accel.) = menjadi cepat
1.20 a tempo = kembali ke tempo semula
1.21 U (fermata) = ditahan dalam waktu tidak terbatas
1.22 crescendo = menjadi keras
1.23 decrescendo = menjadi lembut
1.23.1 Bentuk Analisis Lagu
Setiap lagu memiliki bentuk yang dapat dianalisis berdasarkan
bagian-bagiannya. Dalam musik populer kebanyakan memilki
bentuk 2 bagian atau AB. Artinya bagian pertama atau A berbeda
dengan bagian kedua (B). Perbedaannya bukan semata-mata
pada syair tetapi dapat dilihat dari melodi, yang berpengaruh pada
harmonisasi. Orang awam sering memberi istilah Bait dan Refrain.
Beberapa lagu yang kita jumpai bagian A dinyanyikan dua kali
dengan melodi yang sama tetapi syairnya berbeda, kemudian
32
masuk bagian kedua (B) yang biasanya disebut refrain, kemudian
kembali lagi ke bagian A atau berhenti diisi dengan musik tengah
atau interlude.
JUJUR
A RAJA
B
Notasi 64, Contoh lagu bentuk AB
33
Lagu di atas merupakan salah satu contoh bentuk lagu dua
bagian atau A B. Urutan lagunya adalah:
Intro ---- A ---- A1 -----B -----A1 -------Interlude ------- B
Lagu Jujur di atas merupakan salah satu bentuk lagu yang banyak
dijumpai dalam musik populer. Tentunya masih ada bentuk lain
karena komponis memiliki kebebasan dalam berekspresi. Bentuk
lain tersebut misalnya bentuk lagu 3 bagian atau A, B, dan C.
Urutan menyanyikan juga bervariasi tetapi biasanya A, B, C
kemudian diulang sesuai dengan kehendak komposer. Bisa jadi
diulang dari B atau hanya C atau mungkin dari A. Setiap lagu bisa
memiliki bentuk yang berbeda dengan lagu lain tergantung dari
bagaimana komposer mengekspresikan karya musiknya.
Sedangkan urutan lagu tergantung pada pembuat aransemen
karena be-lum tentu seorang komposer sekaligus sebagai
pembuat aransemen musik (arranger).
o Motif
Adalah bagian terkecil dari suatu kalimat lagu. Lagu diatas
memiliki pola ritme yang diulang ulang, misalnya:
Notasi 65, motif
Notasi 66, pengulangan
Notasi 67, pengulangan lainnya
34
Ketiganya memiliki pola ritme yang sama, dan masih dijumpai lagi
pola ritme sejenis dalam lagu di atas.
o Frase
Adalah struktur kalimat lagu. Dalam lagu biasanya terdapat
beberapa frase. Frase pertama adalah:
Notasi 68, Frase pertama
Frase ke dua:
Notasi 69, Frase kedua
Berikut contoh lagu yang memiliki bentuk tiga bagian yaitu A B C.
KENANGAN TERINDAH
Samson
A
35
B
C
Notasi 70, Lagu bentuk ABC
Baris pertama dan ke dua lagu diatas adalah bagian A, baris
ketiga dan ke empat merupakan bagian B, sedangkan bagian C
terdapat pada baris ke lima dan ke enam. Notasi diatas
merupakan inti dari lagu Kenangan Terindah, artinya musik serta
syair berikutnya yang terdapat dalam kaset aslinya merupakan
pengembangan aransemen untuk mem-perindah lagu secara
keseluruhan. Pengulangan syairnya langsung pada bagian C atau
mulai dari syair Bila yang tertulis dst. Jadi urutan lagu asli-nya
adalah:
Intro ---- A ---- B ---- C ---- Interlude ------ C
Analisis beberapa lagu diatas merupakan suatu upaya
mempermudah dalam mengenal dan memahami lagu tersebut,
bukan sebaliknya mem-persulit dari lagu yang sebenarnya sudah
mudah dinyanyikan. Misalnya apabila kita mempelajari sebuah
lagu kita bisa mempelajarinya secara bagian per bagian.
36
37
BAB 3
Ilmu Harmoni
Pada dasarnya ilmu harmoni yang akan dibahas ada dua, yaitu harmoni
konvensional dan harmoni modern. Harmoni konvensional mem-pelajari
bagaimana membuat aransemen untuk paduan suara (vokal)
berdasarkan pengelompokan jenis suara yaitu sopran, alto, tenor, dan
bass atau lebih populer dengan isilah SATB. Sedangkan harmoni modern
adalah ilmu harmoni yang mempelajari masalah tangganada dan akor,
baik untuk musik vokal maupun instrumental. Harmoni modern banyak
digunakan sebagai dasar improvisasi dalam musik jazz maupun pop.
2.1 Harmoni SATB
Pada dasarnya suara manusia dibagi menjadi 4 jenis, yaitu :
sopran adalah jenis suara wanita dengan wilayah nada tinggi, alto
adalah jenis suara wanita dengan wilayah nada rendah, tenor
adalah jenis suara pria dengan wilayah nada tinggi, bass adalah
jenis suara pria dengan wilayah nada rendah.
Pembagian jenis suara yang lebih detail lagi masih ada, misalnya
mezzo sopran, adalah jenis suara wanita yang wilayah suaranya
lebih rendah dari sopran tetapi lebih tinggi dari alto. Bariton adalah
jenis suara pria yang wilayah suaranya lebih rendah dari tenor dan
lebih tinggi dari bass.
Paduan suara (koor) merupakan kesatuan dari sejumlah penyanyi
dari beberapa jenis suara yang berbeda dan memadukannya
dibawah pimpinan seorang dirigen. Dirigen atau conductor adalah
seo-rang yang pekerjaannya memimpin sekelompok pemain musik
baik musik vokal, instrumen atau gabungan antara vokal dan
instrumen. Untuk dapat melaksanakan pekerjaan ini diperlukan
beberapa persyaratan antara lain memiliki jiwa kepemimpinan,
memiliki pengetahuan dan kemampuan serta ketrampilan dalam
bidang musik. Salah satu kemampuan yang diperlukan seorang
guru musik adalah membuat aransemen paduan suara SATB.
Untuk dapat membuat aransemen paduan suara, pengetahuan
yang wajib dimiliki adalah dapat menentukan wilayah suara manusia
sesuai dengan jenisnya. Hal ini penting karena aransemen tersebut
di-harapkan nantinya dapat dinyanyikan sesuai dengan wilayah
suara masing-masing jenis suara.
38
Berikut ini notasi wilayah suara manusia:
Notasi 71, sopran: c1 sampai a 2
Notasi 72, alto: f sampai d2
Notasi 73, tenor: c sampai a1
Notasi 74, bass: F sampai d 1
39
Masing-masing jenis suara memiliki wilayah nada dan karakter yang
berbeda antara jenis suara yang satu satu dengan lainnya. Setiap
wilayah nada dari masing-masing jenis suara memiliki register suara
dada, tengah, dan kepala. Suara dada terdapat pada na-nada
bawah, suara te-ngah pada nada-nada tengah, an suara kepala
pada nada-nada atas.
Ke empat jenis suara yaitu sopran, alto, tenor, dan bass tersebut
dapat dipadukan dalam bermacam-macam kombinasi, sebagai
berikut:
· Sopran dan alto (SA), biasanya aransemen ini dinyanyikan oleh
paduan suara (koor) wanita atau anak-anak. Suara yang rendah
tidak selalu dipandang sebagai suara bass oleh karenanya paduan
suara ini sebaiknya diiringi dengan instrumen untuk
memperkuat nada-nada yang rendah.
· TTBB (Tenor, Tenor, Bass, dan Bass) adalah paduan suara
yang dinyanyikan oleh suara pria, tetapi yang lebih banyak kita
jumpai adalah paduan suara pria untuk 3 suara yaitu TTB.
Jenis paduan suara diatas disebut paduan suara sejenis, artinya
hanya dinyanyikan oleh suara wanita atau pria saja. Aransemen ini
ku-rang sempurna karena wilayah suaranya cukup terbatas, maka
lagu-lagu yang memiliki wilayah nada yang luas tidak tepat untuk
diaransir untuk paduan suara jenis ini. Oleh karena keterbatasan
wilayah nada maka dalam aransemen ini diperbolehkan suara
rendah merpindah lebih tinggi dari suara pertama tetapi masingmasing
suara menjadio kabur. Dalam paduan suara sejenis akorakornya
tidak perlu lengkap sehingga aran-semennya menjadi
‘miskin’ harmosisasinya.
SATB (Sopran, Alto, Tenor, dan Bass) adalah aransemen yang
dinyanyikan oleh suara pria dan wanita atau sering disebut dengan
istilah paduan suara campuran. Aransemen ini dianggap paling
sempurna kare-na wilayah nada yang dapat dijangkau lebih luas,
setiap suara dapat memperlihatkan semua registernya.
40
2.1 Hal-hal penting dalam membuat aransemen paduan suara SATB
In - do ne - si - a In - do - ne - si - a. Tanah ku subur
ta- nah su - bur, ya su - bur Ka - mi cin - ta
Ru –kun dan da
kau, ka-mi cin-ta kau sepan-jang umur ya u - mur
mai, Rukun dan damai aman dan makmur ya mak –mur
Notasi 75, Lagu Indonesia Subur dalam SATB
Membuat aransemen untuk paduan suara campuran (SATB) pada
dasarnya adalah membuat lagu baru. Suara sopran biasanya sudah
ada dan menjadi melodi pokoknya, meskipun kadang-kadang ada
juga melodi pokok diletakkan pada jenis suara yang lain, hal
tersebut merupakan perkecualian. Dalam contoh lagu “Indonesia
Subur” (SATB), melodi pokok sudah dimainkan oleh sopran
sehingga melodi untuk alto, tenor dan bass merupakan contoh
aransemen yang masih dapat dikembang-kan sesuai dengan
kebutuhan. Sebelum membuat aransemen, marilah kita perhatikan
ketentuan-ketentuan dasar tentang aransemen paduan suara SATB
berikut ini:
41
2.1.1 Penulisan dalam notasi balok.
· Sopran dan tenor ditulis dengan arah tangkai ke atas
· Alto dan bass ditulis dengan arah tangkai ke bawah
C mayor
Notasi 76, SATB
2.1.2 Menentukan nada
Inti dari pembuatan aransemen adalah menentukan nada
berdasarkan akor yang sudah ditentukan. Untuk mementukan
nada yang baik cermatilah beberapa hal berikut ini:
2.1.2.1 Pendobelan nada
Prioritas pertama pada nada dasar, Perhatikan lagu diatas,
nada pertama pada birama pertama, yaitu:
C mayor
Notasi 77, C mayor prioritas pertama
42
Nada yang dilakukan pendobelan adalah nada c yang
merupakan nada dasar yang terdapat pada suara sopran dan
bass.
2.1.2.2 Prioritas ke dua pada nada ke lima (kwint).
Contoh:
G mayor
Notasi 78, C mayor prioritas kedua
Pendobelan ini pada nada ‘g’ yang dinyanyikan alto dan tenor.
2.1.2.3 Tidak dianjurkan pada nada terts (jarak ke tiga), misalnya:
C mayor
Notasi 79, C mayor pendobelan terts
Nada yang dilakukan pendobelan pada notasi diatas adalah
nada e yang merupakan nada ke tiga. Ini sebaiknya dihindari
untuk menjaga kualitas dari akor yang bersangkutan.
2.1.2.4 Jarak nada pada masing-masing jenis suara
43
· Usahakan agar jarak/interval Sopran dengan Alto, dan Alto
dengan Tenor tidak lebih dari 1 oktaf. Perhatikan contoh lagu
pada birama pertama berikut ini:
C mayor
Notasi 80, Penulisan SATB
Interval antara sopran dan alto yaitu nada e1 dan c1 tidak lebih dari
1 oktaf, bahkan kurang dari 1 oktaf, interval antara alto dan tenor
yaitu nada g dan e1 juga kurang dari 1 oktaf.
· Jarak tenor dengan bass boleh lebih dari 1 oktaf, misalnya
contoh pada birama pertama ketukan ke 4, yaitu:
C mayor
Notasi 81, Jarak tenor dan bass
44
2.2 Posisi Terbuka dan Tertutup.
2.2.1 Posisi Terbuka artinya antara sopran, alto dan tenor
dapat disisipi nada yang lain. Contoh:
Notasi 82, Posisi terbuka
Notasi diatas menunjukkan bahwa antara sopran dan alto
masih dapat disisipkan nada yang merupakan keluarga
akor C mayor yaitu nada g dan antara alto dan tenor juga
terdapat nada yang merupakan isi dari akor C mayor yaitu
nada c.
2.2.2 Posisi Tertutup artinya antara Sopran, Alto dan Tenor tidak
dapat disisipi nada yang lain, seperti birama pertama baris
ke dua pada lagu di atas.
Notasi 83, Posisi tertutup
Antara sopran dan alto tidak ada nada yang dapat
disisipkan lagi. Kedua posisi ini tidak ada yang dilarang
tetapi dianjurkan diguna-kan secara bergantian, artinya
dalam satu aransemen keduanya bisa digunakan secara
bersama-sama.
Perlu diperhatian penggarapan secara vertikal dan
horisontal.
· Vertikal berarti apabila ditarik garis lurus ke atas, nadanadanya
merupakan isi dari akor yang ditentukan.
45
· Horisontal artinya deretan nada dalm setiap jenis suara
hendaknya bersifat melodis, artinya interval nadanya
mudah dinyanyikan, maka dari itu biasanya dicari nada
yang paling dekat.
Contoh:
Notasi 84, contoh aransemen SATB
Nada-nada diatas secara vertikal merupakan keluarga dari
akor yang ditentukan dan secara horisontal masing-masing
merupakan melodi yang berdiri sendiri dan mudah untuk
dinyanyikan, jadi bukan semata-mata hanya melengkapi
akor yang ada. Hal ini penting karena perlu diingat lagi
bahwa suara alto, tenor, dan bass juga merupakan lagu
yang berjalan bersama secara harmonis.
2.3 Overlapping.
Dalam penggarapan aransemen SATB tidak diperbolehkan terjadi
overlapping antara suara sopran, alto, tenor, dan bass. Contoh:
Notasi 85, overlapping
46
Notasi di atas menunjukkan bahwa suara tenor lebih rendah
daripada suara alto yang disebut overlapping.
2.4 Paralel kwint dan oktaf
Dalam penggarapan aransemen paduan suara, parallel kwint dan
oktaf tidak diperbolehkan karena seharusnya dua jenis suara
dapat bergerak sendiri-sendiri menjadi terikat kebebasannya.
Contoh :
Notasi 86, paralel
Aransemen yang benar adalah:
Notasi 87, contoh aransemen yang benar
47
Berikut adalah contoh paralel yang salah:
Notasi 88, Paralel salah
Perhatikan nada ke dua dan ke tiga pada sopran, serta nada ke
dua dan ke tiga pada bass, terlihat sejajar. Aransemen tersebut
sebaiknya disusun seperti dibawah ini:
Notasi 89, Aransemen yang seharusnya
Paralel yang tidak diperbolehkan lagi adalah paralel oktaf.untuk
suara sopran dan bass. Ini berarti terjadi pendobelan suara
melodi, maka hal ini harus dihindari. Contoh:
Notasi 90, Paralel sopran dan bass
48
Aransemen tersebut sebaiknya sebagai berikut:
Notasi 91, Aransemen yang baik
2.5 Kadens (cadence)
Kadens adalah cara mengakhiri suatu karya komposisi dengan
berbagai kemungkinan akor sebagai akhir suatu frase lagu. Kadens
ditentukan oleh melodi lagu yang akan diaransir karena pada
dasarnya aransemen adalah juga membuat iringan. Ragam akor
sebagai akhir suatu frase menentukan jenis kadena sebagai
berikut:
2.5.1 Perfect Cadence
Adalah kadens sempurna dengan urutan akor tingkat IV –
V – I. Dalam lagulagu pop banyak sekali dijumpai progresi
akor jenis ini.
2.5.2 Half Cadence
Merupakan jenis kaden yang memiliki progresi akor tingkat
V – I. Dalam contoh lagu dibawah ini terdapat pada akhir
birama ke-3 dan awal birama ke-4.
2.5.3 Plagal Cadence
Jenis kadens ini memiliki progresi akor dari tingkat IV – I.
Dalam contoh lagu dibawah ini terdapat pada baris ke-3,
akhir birama ke-3 dan awal birama ke-4.
49
2.6 Langkah-langkah menyusun aransemen paduan suara
SATB
2.6.1 Langkah pertama yaitu dengan menentukan terlebih
dahulu suara bass berdasarkan akor yang telah
ditetapkan. Buatlah pergerakan melodi yang berlawanan
dengan suara Sopran (melodi pokok). Misalnya
pergerakan melodi sopran pada bira pertama naik, berarti
Anda disarankan membuat pergerakan bass pada birama
pertama turun. Hati-hati hindarilah parallel kwint maupun
paralel oktaf seperti penjelasan terdahulu. Setelah selesai
menentukan suara bass, coba nyanyikan agar bisa diketahui
kemelodisannya sehingga orang yang menyanyikan
nantinya terasa ‘enak’, bukan hanya sekedar menyusun
nada-nada untuk melengkapi akor yang ditentukan. Inilah
yang disebut pertimbangan horizontal.
2.6.2 Langkah ke dua adalah menentukan suara tengah, yaitu
alto atau tenor. Usahakan interval/jarak nada antara sopran
dan alto disarankan untuk tidak lebih dari 1 oktaf,
demikian juga antara suara alto dan tenor. Sedangakan
interval untuk tenor dan bass boleh lebih dari 1 oktaf
seperti dapat dilihat pada contoh terdahulu.
2.6.3 Usahakan agar secara vertikal, nada-nadanya dapat
selengkap mungkin sesuai dengan jenis akornya.
2.6.4 Pendobelan nada diprioritaskan untuk nada dasar, prioritas
ke dua untuk interval tertsnya. Misalnya akor C mayor,
prioritas pertama pendobelan pada nada c, dan prioritas ke
dua untuk nada e seperti penjelasan pada uraian materi
diatas. Hal ini dimaksudkan agar kualitas akor tetap terjaga
dan tidak mnimbulkan interpretasi akor yang lain.
2.6.5 Urutan nada dari atas ke bawah adalah sopran, alto, tenor,
dan bass. Apabila ditemukan suara alto lebih rendah daripada
suara tenor, atau suara tenor lebih rendah dari sura
bass, maka ini disebut dengan istilah overlapping. Hal ini
sedapat mungkin dihindari. Hal ini dimaksudkan selain
pertimbangan estetika penulisan tetapi yang lebih penting
agar masing-masing jenis suara tidak jelas atau kabur.
50
Perlu diingat bahwa yang paling penting dari semuanya itu adalah
‘bagaimana bunyinya’. Semua melodi untuk masing-masing jenis
suara dianjurkan merupakan suara yang ‘nyata’, artinya suara
alto, tenor, dan bass harus dapat dinyanyikan dengan ‘enak’ dan
seakan-akan menjadi lagu baru yang dinyanyikan secara
bersama-sama. Maka dari itu nyanyikanlah berulang-ulang melodi
jenis suara yang Anda buat agar kesan melodisnya selalu muncul,
bukan hanya pertimbangan vertikal saja. Apabila suatu kalimat
lagu perlu pene-kanan atau penonjolan bisa disusun secara
unisono.
2.7 Harmoni Modern
Salah satu kemampuan yang dituntut dalam permainan musik non
klasik dan wajib dimiliki oleh setiap musisi adalah melakukan
improvisasi. Hal ini merupakan salah satu hal yang membedakan
antara permainan musik klasik pada umumnya dan pemain musik
non klasik. Karena kemampuan ini wajib dimiliki, maka diperlukan
bekal untuk menguasai teknik dasar berimprovisasi. Kemampuan
ini selain berfungsi untuk me-ngembangkan kemampuan
musikalitas juga sangat dituntut oleh dunia kerja musik non klasik.
Improvisasi berarti mengembangkan melodi yang merupakan
nada-nada dari tangganada dalam suatu akor. Improvisasi
merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh pemain musik
non klasik. Dalam beberapa repertoar, seringkali dituntut tidak
harus sama dengan lagu aslinya, namun kadang-kadang dituntut
sama dengan lagu asli. Lagu yang sudah ditentukan akornya
dianalisis, karena pada dasarnya setiap tingkatan akor masingmasing
memiliki tangganada. Nada-nada dalam tangganada
tersebut kemudian dirangkai sehingga membentuk melodi baru
yang merupakan pengembangan dari nada-nada dalam tangga
nadanya.
Menguasai tangganada setiap akor pada suatu lagu merupakan
bekal dasar seseorang dalam melakukan improvisasi. Pemain
musik tidak mungkin dapat melakukan improvisasi apabila tidak
menguasai akor dan progresinya yang ada pada suatu lagu.
51
Notasi 92, lagu All I am
Nama-nama akor 7 (seventh chords) dalam tangganada C Mayor, adalah
sebagai berikut:
Cmaj7 D-7 E-7 Fmaj7 G7 A-7 B-7b5
Notasi 93, Seventh chords C mayor
Akor tingkat I (Cmaj7 ) memiliki nada-nada yang sama dengan
tangganada c ionian, seperti berikut ini:
c d e f g a b c
Notasi 94, Tangga nada C ionian
52
Akor tingkat II (D-7) memiliki nada-nada yang sama dengan tangganada
d dorian, seperti dibawah ini:
d e f g a b c d
Notasi 95, tangganada d dorian
Akor tingkat III (E-7) memiliki nada-nada yang sama dengan tangganada
e phrygian, seperti berikut ini:
e f g a b c d e
Notasi 96, tangganada e phrygian
Akor tingkat IV (Fmaj7) memiliki nada-nada yang sama dengan
tangganada f lydian, seperti berikut ini:
f g a b c d e f
Notasi 97, Tangganada f lydian
53
Akor tingkat V (G7) memiliki nada-nada yang sama dengan tangganada
g myxolydian, seperti dibawah ini:
g a b c d e f g
Notasi 98, Tangganada g myxolydian
Akor tingkat VI (A-7) memiliki nada-nada yang sama dengan tangga nada
a aeolian, seperti berikut ini:
a b c d e f g a
Notasi 99, tanganada a aeolian
Akor tingkat VII (B-7b5) memiliki nada-nada yang sama dengan
tangganada b locrian, seperti berikut ini:
b c d e f g a b
Notasi 100, Tangganada b locrian
54
3.1 Sistem membaca notasi
3.1.1 Fixed do yaitu sistem do tetap, artinya nada c dalam
tangganada apapun selalu dibaca ‘do’. Misalnya dalam tanggdi D
mayor berikut ini:
d e fis g a b Cis d
re mi fa sol la si do re
Notasi 101, fix do
3.1.2 Movable do adalah sistem do berpindah, artinya nada do tidak
selalu pada nada c tetapi bisa berpindah sesuai dengan
tangganadanya. Sistem ini lebih banyak dikenal dlam dunia
pendidikan musik kita, sehingga timbul istilah nada dasar 1 = G, 1
= D, dan seterusnya. Bagi kita yang menganut sistem ini lebih
banyak menguntungkan karena kita lebih cepat mendeteksi
interval suatu tangganada.
d e fis g a b Cis d
do re mi fa sol la si do
Notasi 102, movable do
Menentukan nada yang akan dikembangkan menjadi melodi dapat
didahului dengan pembuatan pola ritme. Pola ritme dapat disusun
mulai dari tingkat yang sederhana sampai tingkat yang rumit,
Tingkat seder-hana, artinya nilai nadanya menggunakan bentuk
not yang besar, misalnya not utuh, setengah, seperempat dan
seperdelapan. Sedangkan pola ritme yang rumit biasanya banyak
menggunakan sinkop, disamping menggunakan bentuk not kecil
55
seperti perenambelasan, triol kecil dan besar, atau mungkin
kwartol atau kwintol, dan lain-lain.
Perlu diingat bahwa pola ritme yang baik belum tentu rumit dan
sulit dalam memainkannya. Sebaliknya pola ritme yang sederhana
juga belum tentu tidak menarik. Keindahan melodi yang terbentuk
dari pola ritme tidak ditentukan oleh sederhana dan rumitnya ritme
yang disusun. Keindahan melodi ditentukan oleh beberapa hal,
misalnya:
· Kesesuaian melodi dengan karakter lagu, artinya apabila lagu
yang diimprovisasi adalah lagu yang melankolis, maka pola
ritmenya juga sederhana dan tidak memerlukan nilai nada
yang kecil misalnya seperenambelasan atau bahkan
sepertigapuluhduaan.
· Pola ritme yang disusun dan tidak harus sama dengan pola
ritme lagu yang akan diimprovisasi.
Contoh pola ritme
Notasi 103, contoh pola ritme
Pola ritme diatas tidak sama dengan pola ritme yang ada pada
lagu ‘All I am’. Nilai nada pada pola rirme diatas tidak terlalu sulit
untuk dimainkan karena hanya menggunakan bentuk dan nilai not
seperempat, dan seperdelapan. Nilai not ini masih mudah untuk
dinyanyikan maupun dimainkan dengan instrumen musik. Perlu
diingat bahwa pola ritme yang rumit kecuali sulit untuk
dinyanyikan maupun dimainkan juga belum tentu menjamin nilai
keindahannya lebih tinggi daripada pola ritme sederhana.
Lagu ‘All I am’ di atas telah ditentukan akor yang hampir semuanya
menggunakan seventh chords. Setiap akor tersebut telah
diketahui tangga nadanya. Untuk dapat melakukan improvisasi
suatu lagu, satu hal penting yang harus dikuasai adalah
menganalisis jenis akor dan tangga nada akornya, serta progresi
akor. Lagu diatas berbirama 4/4 dan bernada dasar do=C. Ini
berarti akor C merupakan akor tingkat I (pertama) dari lagu
tersebut, memlilki nada yang sama dengan ionian, akor D
merupakan akor tingkat II (ke dua) memiliki nada yang sama
dengan dorian, akor E merupakan akor tingkat III (ke tiga),
56
memiliki nada yang sama dengan phrygian, dan seterusnya
sesuai dengan uraian materi diatas.
3.2 Langkah-langkah menyusun ritme
Bedasarkan uraian teori membuat ritme pada bab Harmoni Modern
diatas, maka langkah-langkahnya sebagai berikut:
3.2.1 Nyanyikan lagu tersebut sampai Di menemukan motif ritmenya.
Lagu tersebut memiliki pola ritme yang sederhana karena hanya
menggunakan bentuk dan nilai not penuh, setengah, seperempat,
dan seperdelapan. Nilai not tersebut tidak terlalu sulit untuk
dinyanyikan maupun dimainkan dengan menggunakan instrumen.
Salah satu hal yang mungkin memerlukan kecermatan adalah
terdapat di ligatura yang berarti dimainkan secara bersambung.
3.2.2 Buatlah ritme sesuai dengan ide musikal yang Di miliki. Perlu
diingat bahwa didalam lagu terdapat frasering atau struktur
kalimat. ‘All I am’ memiliki bentuk yang tidak simetris, karena
dalam satu kalimat lagu ada yang terdiri dari 4 (empat) birama dan
ada yang terdiri dari 6 (enam) birama. Latihan pertama, buatlah
juga ritme dalam empat birama dan enam birama tergantung dari
jumlah birama pada setiap kalimat lagu, sambil mengingat melodi
pada lagu aslinya.
3.2.3 Setelah menemukan pola ritme kemudian tuliskan ke dalam garis
paranada. Buatlah beberapa motif ritme supaya Di bisa memilih
motif yang sesuai dengan lagu aslinya. Apabila dalam lagu tidak
terdapat sinkop sebaiknya tidak membuat pola ritme yang banyak
menggunakan sinkop supaya tidak mngubah karakter lagu aslinya.
3.2.4 Bacalah pola ritme yang telah Di tulis secara berulang-ulang
sampai Di menguasai pola ritme itu tanpa teks lagi.
57
3.3 Langkah-langkah berlatih improvisasi:
Progresi akor pada lagu All I am adalah sebagai berikut:
Notasi 104, Progresi akor
Ada 6 (enam) jenis akor yang digunakan dalam lagu diatas, berdasarkan
tingkatannya adalah sebagai berikut:
1. C mayor7
2. D minor7
3. E minor7
4. F mayor7
5. G7
6. G sus4
7. A 7
Ke tujuh akor diatas merupakan seventh chords dalam tangga nada C
mayor. Setiap jenis akor dianalisis isi nadanya seperti uraian materi
terdahulu.
3.4 Karakteristik akor
3.4.1 Akor yang ditentukan pada birama pertama dari lagu tersebut
adalah C mayor7 atau C M7. Akor ini merupakan akor tingkat I
dari tangganada C mayor, memiliki nada yang sama dengan
tangganada ionian. Sesuai dengan uraian diatas berarti akor
tersebut sebenarnya bukan hanya memiliki 4 nada dalam C
mayor7 tetapi memiliki 7 nada dalam tangga nada C Ionian. Pada
dasarnya semua nada dalam tangga nada tersebut bisa dimainkan.
· Nyanyikan dengan vokal atau bisa juga menggunakan alat
musik yang telah Di kuasai. Mainkanlah sesuai dengan notasi
58
tangganaga ionian berulang-ulang dengan arah naik dan
turun.
· Hindarilah nada yang ke-4 dalam setiap tangganada, karena
karakter dari nada tersebut ‘kasar’ dan terdengar kurang
lembut.
· Buatlah melodi dari motif yang telah Di buat berdasarkan
tangganada akornya.
· Nada pertama dari melodi yang dibuat diusahakan bukan
nada pertama dari tangganadanya. Dalam tangganada dorian,
nada pertama adalah ‘d’, maka dari itu nada pertama dari
melodinya sebaiknya bukan ‘d’, tetapi bisa ‘e’, ‘b’, atau nadanada
yang lain. Apabila nada pertama dari melodi yang Di
buat merupakan nada pertama dari tangganada, maka
bunyinya akan terkesan “jenuh” dan kurang indah. Akor yang
terdapat pada birama pertama bukan merupakan akor pembalikan.
Ini berarti nada ‘d’ sudah dibunyikan oleh nada
terendah, kalau dalam format band nada ini dibunyikan oleh
bass. Apabila akor pada posisi pembalikan, nada yang dijadikan
bass sebaiknya juga tidak menjadi nada pertama dari
melodi yang ingin dikembangkan. Ketentuan ini nantinya
berlaku untuk semua tangganada.
· Untuk membuktikan keterangan diatas coba praktekkan dengan
menggunakan vokal atau instrumen yang telah Di kuasai.
Mulailah mengembangkan melodi dengan nada ‘d’ maka
Di akan dapat membedakan dan merasakan keindahan-nya
apabila dimulai dengan menggunakan nada selain ‘d’.
3.4.2 Birama ke-3 terdapat akor Em7 atau E-7, ini berarti
merupakan akor tingkat III dari tangganada C mayor. Isi
nada-nadanya sama dengan yang terdapat pada notasi
tangganada phrygian.
· Nyanyikan atau mainkanlah tangganada tersebut dengan
menggunakan vokal atau instrumen yang telah Di kuasai
secara berulang-ulang.
· Hindarilah nada ke-4 ( a) dari tanganada tersebut.
· Buatlah melodi yang dikembangkan berdasarkan motif yang
telah dibuat. Perlu diingat bahwa melodi yang akan dibuat
pada birama ini harus ada kaitannya dengan melodi pada
birama pertama karena masih dalam satu kalimat lagu atau
frase.
· Hindarilah nada pertama dalam tangganada ini menjadi awal
melodi, seperti apa yang telah dilakukan pada birama pertama.
Ini berarti pada birama ke-2 sebaiknya tidak memulai
melakukan improvisasi dengan nada ‘e’. Nada pertama dalam
59
birama ini merupakan rangkaian melodi dari birama sebelumnya,
maka perhatikan interval yang mudah dijangkau dari
nada terakhir pada birama sebelumnya sehingga rangkaian
nada-nadanya bersifat melodis.
3.4.3 Birama ke-4 sama dengan birama sbelumnya yaitu akor Em7.
Secara umum sama dengan ketentuan dalam birama pertama.
Meskipun akornya sama bukan berarti melodi dan pola ritmenya
juga harus sama tetapi dianjurkan berbeda, baik motif ritme maupun
nada-nadanya. Hal ini untuk menghindari kejenuhan bagi
pendengar dan juga bagi pemain sendiri sebagai improvisator.
3.4.4 Birama ke-6 sama dengan birama ke-5. Ketentuannya sama
dengan birama sebelumnya mengenai nada pertama yang
dianjurkan, keterkaitannya dengan nada pada birama sebelumnya,
nada yang sebaiknya dihindari, dan lain-lain.
3.4.5 Birama ke-7 terdapat akor Gsus4 dan G7. Gsus4 merupakan akor
yang biasanya digunakan untuk memberikan variasi sebelum G7.
Namun akor ini akan dibahas lebih lanjut karena keberadaannya
diluar 7 jenis akor di atas (non diatonic chord). G7 merupakan
akor dominan (tingkat V) dalam tangga nada C Mayor yang
memiliki tangga nada myxolydian seperti uraian di atas. Sama
seperti akor lain, akor ini juga memiliki 7 buah nada yang pada
dasarnya semua nada bisa dimainkan. Nada yang dihindari
adalah nada ke-4 yaitu c.
3.4.6 Birama ke -8 dan 9 menggunakan jenis akor yang sama pada
birama sebelumnya. Dengan demikian ketentuannya sama dengan
akor-akor yang telah digunakan pada birama sebelumnya.
3.4.7 Birama ke -10 terdapat akor C7/G maksudnya akor C7 tetapi nada
pada posisi dasarnya adalah G. Nadanya terdiri dari g, bes, c,
dan e.
Notasi 105, C7/G
Akor ini merupakan jenis akor diluar tangga nada C mayor (non
diatonic chord), maka akan dibahas pada materi akor tersendiri.
60
3.4.8 Birama ke-11 terdapat akor Fmaj7. Akor ini merupakan akor
tingkat IV dari tangganada C Mayor. Isi nadanya sama dengan
tangganada Lydian. Secara umum ketentuan setiap akor sama
dengan akor yang lain menyangkut nada ke-4 yang sebaiknya
dihindari, nada pertama dalam melodi yang disarankan untuk tidak
dipakai sebagai nada pertama dalam improvisasi, dan tingkat
kemelodisannya supaya indah apabila dimainkan, serta keterkaitannya
dengan birama sebelumnya.
3.4.9 Pada birama ke -12 dan 13 tidak ada akor baru, semua telah
dibahas sebelumnya. Perhatikan kemelodisaanya, keterkaitan
dengan akor sebelumnya dan nada-nada yang dipakai pada pada
awal dan nada yang dihindari supaya nada yang dimainkan terkesan
indah.
3.4.10 Birama ke-14 pada ketukan ke -3 terdapat akor A7. Akor ini
termasuk dalam non diatonic chord, berarti akan dibahas pada
materi tersendiri.
3.4.11 Birama ke -15 dan 16 menggunakan akor yang sama dengan
borama-birama sebelumnya.
3.4.12 Birama ke -17 terdapat dua jenis akor yaitu Dm7 dan G7. Dm7
telah dibahas di depan. Akor G7 merupakan akor dominan yang
biasanya bergerak ke tonika (tingkat I), yaitu akor C Mayor yang
merupakan akor tingkat I dari tanganada C Mayor.
3.4.13 Birama ke -18 terdapat akor Cmaj7. Isi nadanya sama dengan
tangganada Ionian. Ketentuan improvisasinya sama dengan akorakor
lain yang sudah dipelajari sebelumnya. Perlu diingat bahwa
pada birama ini merupakan akhir kalimat lagu. Dalam ilmu bentuk
analisa musik, hal ini merupakan kalimat jawab tetapi melodi yang
dimainkan tidak harus berakhir dengan nada pertama (c). Jadi
bisa menggunakan nada yang lain asalkan masih merupakan
nada dalam tangganada akornya.
3.5 Beberapa catatan penting dalam melakukan improvisasi
· Melodi yang dikembangkan sedapat mungkin berbeda pola
ritmenya dengan lagu yang diimprovisasi.
· Melodi dapat juga dimulai sebelum jatuh pada birama yang
bersangkutan atau tepat pada biramanya.
· Dianjurkan agar tidak ada satu birama pun yang tidak diisi dengan
improvisasi, meskipun hanya satu nada panjang.
· Bunyi dari melodi yang dibuat adalah priorotas utama. Maka dari
itu sebaiknya nada dinyanyikan/dimainkan secara berulang-ulang
agar terdengar indah, tidak monoton dan mudah untuk dimainkan.
61
Dalam teori musik atau ilmu harmoni ada berbagai macam cara penulisan
simbol akor. Misalnya akor D minor, dapat ditulis dengan simbol Dm atau
dalam ilmu harmoni modern lebih popular dengan sebutan D-, atau notasi
frets pada gitar untuk instrumen gitar untuk mempermudah posisi jari.
Berikut contoh melodi yang dikembangkan berdasarkan tangganada akor
pada lagu di atas untuk empat birama pertama yang dikembangkan
berdasarkan pola ritme yang telah ditulis di atas:
Notasi 106, Pengembangan ritme
Keterangan :
· Birama pertama lagu di atas menggunakan tangganada ionian.
Contoh melodi tersebut dimulai dengan nada ke dua yaitu ‘d’, berarti
bukan nada pertama dari tangganada c ionian seperti yang dianjurkan
dalam langkah-langkah diatas. Pola ritmenya tidak sama dengan pola
ritme yang terdapat pada lagu aslinya. Bentuk dan nilai nadanya
termasuk sederhana, hanya menggunakan bentuk not tengahan dan
seperdelapanan. Tidak ada nada ke empat dari tangganada c ionian
yaitu nada ‘f’ yang digunakan dalam contoh melodinya. Nada-nada
yang dimainkan pada birama pertama tidak didominasi oleh nada
dalam akor Cmaj7. Hal ini untuk menghindari kejenuhan karena nadanada
dalam akor ini kadang-kadang sudah dimainkan oleh block
chord.
· Birama ke dua merupakan rangkaian dari birama sebelumnya, karena
kebetulan pada birama ke dua menggunakan akor yang sama dengan
akor birama pertama. Nada pertama pada birama ini bukan
merupakan nada pertama dari tangganada Cmaj7, melainkan nada
ke tujuh yaitu ‘b’. Bentuk dan nilai notnya ada variasi untuk
menghindari kejenuhan yaitu not seperenambelasan untuk
menghubungakan dengan nada pada birama selanjutnya. Terdapat
tanda legato yang berarti nada yang ke dua tidak dibunyikan lagi,
hanya memperpanjang nada pertama. Tidak ada nada ke empat yaitu
nada ‘f’ yang digunakan dalam birama ini. Pola ritmenya tidak sama
62
dengan pola ritme lagu dan ada kemiripan tetapi lebih bersifat
pengembangan motif.
· Birama ke tiga menggunakan nada-nada dalam tangganada E
phrygian. Meskipun pola ritmenya sama dengan birama pertama
tetapi melodi yang digunakan sedikit berbeda untuk menambah
warna improvisasi dan juga dimaksudkan untuk menghindari kejenuhan.
Tidak ada nada ke empat dari tangga nada E phrygian yaitu
‘a’ karena nada ini terdengar kasar, sama seperti setiap nada ke
empat dari setiap tangga nada. Nada pertama yang digunakan adalah
nada ‘d’ dan bukan nada pertama dari tangganadanya.
· Birama ke empat menggunakan akor yang sama dengan birama
sebelumnya. Namun karena menyambung melodi sebelumnya maka
nada yang digunakan juga harus terkesan melodis. Nada pertama
adalah ‘b’. Nada tersebut bukan merupakan nada pertama dalam
tangganada E phrygian. Tidak ada nada ke empat (d) karena nada
tersebut memang sebaiknya dihindari.
Contoh diatas masih sangat sederhana apabila ditinjau dari pola
ritme, melodi dan pengembangan motifnya. Kita bisa menyusun melodi
berdasarkan tangganada akor yang digunakan dalam birama tersebut
dan membuat variasi sesuai dengan ide musikal masing-masing. Pada
prinsipnya improvisasi adalah pengembangan melodi yang disusun berdasar
tangga nada akor. Pemain musik yang tidak menguasai akor dan
progesi akornya tidak mungkin dapat melakukan improvisasi dengan
benar.
1.5.1 Seventh chords dalam tangga nada G mayor
Gmaj7 A-7 B-7 Cmaj7 D7 E-7 FIS7-5
Notasi 107, Seventh chords G mayor
Tangga nada G ionian
Notasi 108, G ionian
63
Tangga nada A dorian
Notasi 109, A dorian
Tangga nada B phrygian
Notasi 110, B phrygian
Tangga nada C lydian
Notasi 111, C lydian
Tangga nada D myxolydian
Notasi 112, D myxolydian
Tangga nada E aeolian
Notasi 113, E aeolian
64
Tangga nada FIS locrian
Notasi 114, FIS locrian
1.5.2 Seventh chords dalam tangga nada F mayor
Fmaj7 G-7 A-7 Besmaj7 C7 D-7 E-7-5
Notasi 115, Seventh chords F mayor
Tangga nada F Ionian
Notasi 116, F Ionian
TAngga nada G dorian
Notasi 117, G dorian
65
Tangga nada A Phrygian
Notasi 118, A Phrygian
Tangga nada Bes Lydian
Notasi 119, Bes Lydian
Tangga nada C myxolydian
Notasi 120, C myxolydian
Tangga nada D Aeolian
Notasi 121, D Aeolian
66
Tangga nada E locrian
Notasi 122, E locrian
1.5.3 Seventh chords dalam tangga nada D mayor
Dmaj7 E-7 FIS-7 Gmaj7 A7 B-7 CIS-7-5
Notasi 123, Seveth chords D mayor
Tangga nada D Ionian
Notasi 124, D Ionian
Tangga nada E dorian
Notasi 125, E dorian
67
Tangga nada FIS Phrygian
Notasi 126, FIS Phrygian
Tangga nada G Lydian
Notasi 127, G Lydian
Tangga nada A myxolydian
Notasi 128, A myxolydian
Tangga nada B Aeolian
Notasi 129, B Aeolian
68
Tangga nada CIS locrian
Notasi 130, CIS locrian
1.5.4 Seventh chords dalam tangga nada Bes mayor
Besmaj7 C-7 D-7 Esmaj7 Bes7 C-7 D-7-5
Notasi 131, Seventh chords Bes mayor
Tangga nada Bes Ionian
Notasi 132, Bes Ionian
Tangga nada C dorian
Notasi 133, C dorian
69
Tangga nada D phrygian
Notasi 134, D phrygian
Tangga nada Es lydian
Notasi 135, Es lydian
Tangga nada F myxolydian
Notasi 136, F myxolydian
Tangga nada G aeolian
Notasi 137, G aeolian
70
Tangga nada A locrian
Notasi 138, A locrian
1.5.5 Seventh chords dalam tangga nada A mayor
Amaj7 B-7 CIS-7 Dmaj7 E7 FIS-7 GIS-7-5
Notasi 139, Seventh chords A mayor
Tangga nada A ionian
Notasi 140, A ionian
Tangga nada B dorian
Notasi 141, B dorian
71
Tangga nada CIS phrygian
Notasi 142, CIS phrygian
Tangga nada D lydian
Notasi 143, D lydian
Tangga nada E myxolydian
Notasi 144, E myxolydian
Tangga nada FIS aeolian
Notasi 145, FIS aeolian
72
Tangga nada GIS locrian
Notasi 146, GIS locrian
1.5.6 Seventh chords dalam tangga nada Es mayor
Esmaj7 F-7 G-7 Asmaj7 Bes7 C-7 D-7-5
Notasi 147, Seventh chords Es mayor
Tangga nada Es Ionian
Notasi 148, Es Ionian
Tangga nada F dorian
Notasi 149, F dorian
73
Tangga nada G phrygian
Notasi 150, G phrygian
Tangga nada As lydian
Notasi 151, As lydian
Tangga nada Bes myxolydian
Notasi 152, Bes myxolydian
Tangga nada C aeolian
Notasi 153, C aeolian
74
Tangga nada D locrian
Notasi 154, D locrian
1.5.7 Seventh chords dalam tangga nada E mayor
Emaj7 FIS-7 GIS-7 Amaj7 B7 CIS-7 DIS-7-5
Notasi 155, Seventh chords E mayor
Tangga nada E ionian
Notasi 156, E ionian
Tangga nada FIS dorian
Notasi 157, FIS dorian
75
Tangga nada GIS phrygian
Notasi 158, GIS phrygian
Tangga nada A lydian
Notasi 159, A lydian
Tangga nada B myxolydian
Notasi 160, B myxolydian
Tangga nada CIS aeolian
Notasi 161, CIS aeolian
76
Tangga nada DIS locrian
Notasi 162, DIS locrian
1.5.8 Seventh chords dalam tangga nada As mayor
Asmaj7 Bes-7 C-7 Desmaj7 Es7 F-7 G-7-5
Notasi 163, Seventh chords As mayor
Tangga nada As ionian
Notasi 164, As ionian
Tangga nada Bes dorian
Notasi 165, Bes dorian
77
Tangga nada C phyrygian
Notasi 166, C phyrygian
Tangga nada Des lydian
Notasi 167, Des lydian
Tangga nada Es myxolydian
Notasi 168, Es myxolydian
Tangga nada F aeolian
Notasi 169, F aeolian
78
Tangga nada G locrian
Notasi 170, G locrian
1.5.9 Seventh chords dalam tangga nada B mayor
Bmaj7 CIS-7 DIS-7 Emaj7 FIS7 GIS-7 AIS-7-5
Notasi 171, Seventh chords B mayor
Tangga nada B ionian
Notasi 172, B ionian
Tangga nada CIS dorian
Notasi 173, CIS dorian
79
Tangga nada DIS phrygian
Notasi 174, DIS Phrygian
Tangga nada E lydian
Notasi 175, E lydian
Tangga nada FIS myxolydian
Notasi 176, FIS myxolydian
Tangga nada GIS aeolian
Notasi 177, GIS aeolian
Tangga nada AIS locrian
Notasi 178, AIS locrian
80
1.5.10 Seventh chords dalam tangga nada Des mayor
Desmaj7 Es-7 F-7 Gesmaj7 As7 Bes-7 C-7-5
Notasi 179, Seventh chords Des mayor
Tangga nada Des ionian
Notasi 180, Des Ionian
Tangga nada Es dorian
Notasi 181, Es dorian
Tangga nada F phrygian
Notasi 182, F phrygian
81
Tangga nada Ges lydian
Notasi 183, Ges lydian
Tangga nada As myxolydian
Notasi 184, As myxolydian
Tangga nada Bes aeolian
Notasi 185, Bes aeolian
Tangga nada C locrian
Notasi 186, C locrian
82
4 Daftar notasi
Notasi 1 Garis paranada
Notasi 2 Kunci G dan nada g
Notasi 3 Kunci F dan nada
Notasi 4 Letak nada
Notasi 5 Kunci C dan nada c
Notasi 6 Bentuk not
Notasi 7 Nilai not dan tanda istirahat
Notasi 8 Petikan lagu Kebyar-Kebyar
Notasi 9 Not perempatan
Notasi 10 Not perdelapanan dan perempatan
Notasi 11 Not perdelapanan
Notasi 12 Not setengah
Notasi 13 Not utuh
Notasi 14 Lagu Masih (Ada Band)
Notasi 15 Petikan lagu Belaian sayang
Notasi 16 Notasi dan tanda titik
Notasi 17 3/4
Notasi 18 Petikan lagu Kebyar-Kebyar
Notasi 19 Petikan lagu Kidung (Chrisye)
Notasi 20 Petikan lagu Sepasang Mata Bola
Notasi 21 Petikan lagu Auld Lang Syne
Notasi 22 Tangga nada Pentatonik
Notasi 23 Tangga nada C mayor
Notasi 24 Tangga nada G Mayor
Notasi 25 Tangga nada D mayor
Notasi 26 Tangga nada A mayor
Notasi 27 Tangga nada E mayor
Notasi 28 Tangga nada B mayor
Notasi 29 Tangga nada Fis mayor
Notasi 30 Tangga nada Cis mayor
Notasi 31 Tangga nada F mayor
Notasi 32 Tangga nada Bes mayor
Notasi 33 Tangga nada Es mayor
Notasi 34 Tangga nada As mayor
Notasi 35 Tangga nada Des mayor
Notasi 36 Tangga nada Ges mayor
Notasi 37 Tangga nada Ces mayor
Notasi 38 Tangga nada C minor diatonis
Notasi 39 Tangga nada C minor harmonis
Notasi 40 Tangga nada C minor melodis naik
Notasi 41 Tangga nada C minor melodis turun
Notasi 42 Petikan lagu Chindai in A minor
Notasi 43 Petikan lagu Chindai in C minor
Notasi 44 Interval
83
Notasi 45 Interval perfect
Notasi 46 Contoh interval perfect
Notasi 47 Interval mayor
Notasi 48 Interval minor
Notasi 49 Interval augmented
Notasi 50 Petikan lagu Doa dan Restumu
Notasi 51 Nada-nada dalam C mayor
Notasi 52 Akor trisuara
Notasi 53 Tingkai I-VIII
Notasi 54 Tri suara dalam D mayor
Notasi 55 Contoh lagu modulasi
Notasi 56 Abreviasi not perdelapanan
Notasi 57 Abreviasi triol
Notasi 58 Abreviasi not utuh
Notasi 59 Petikan lagu Kenangan Terindah (Samson)
Notasi 60 Abreviasi
Notasi 61 Abreviasi birama sebelumnya
Notasi 62 Abreviasi dengan Coda
Notasi 63 Abreviasi DC
Notasi 64 Contoh lagu bentuk AB
Notasi 65 Motif
Notasi 66 Pengulangan
Notasi 67 Pengulangan lainnya
Notasi 68 Frase pertama
Notasi 69 Frase kedua
Notasi 70 Lagu bentuk ABC
Notasi 71 Ambitus sopran
Notasi 72 Ambitus alto
Notasi 73 Ambitus tenor
Notasi 74 Ambitus bass
Notasi 75 SATB
Notasi 76 C mayor prioritas pertama
Notasi 77 C mayor prioritas kedua
Notasi 78 C mayor pendobelan terts
Notasi 79 Penulisan SATB
Notasi 80 Jarak tenor dan bass
Notasi 81 Posisi terbuka
Notasi 82 Posisi tertutup
Notasi 83 Contoh aransemen SATB
Notasi 84 Overlapping
Notasi 85 Paralel
Notasi 86 Contoh aransemen yang benar
Notasi 87 Paralel salah
Notasi 88 Aransemen yang seharusnya
Notasi 89 Paralel sopran dan bass
Notasi 90 Aransemen yang baik
84
Notasi 91 Lagu Indonesia subur dalam SATB
Notasi 92 Lagu All I am
Notasi 93 Seventh chords C mayor
Notasi 94 Tangga nada C ionian
Notasi 95 Tangganada d dorian
Notasi 96 Tangganada e phrygian
Notasi 97 Tangganada f lydian
Notasi 98 Tangganada g myxolydian
Notasi 99 Tanganada a aeolian
Notasi 100 Tangganada b locrian
Notasi 101 Fix do
Notasi 102 Movable do
Notasi 103 Contoh pola ritme
Notasi 104 Progresi akor
Notasi 105 C7/G
Notasi 106 Pengembangan ritme
Notasi 107 Seventh chords G mayor
Notasi 108 G ionian
Notasi 109 A dorian
Notasi 110 B phrygian
Notasi 111 C lydian
Notasi 112 D myxolydian
Notasi 113 E aeolian
Notasi 114 FIS locrian
Notasi 115 Seventh chords F mayor
Notasi 116 F Ionian
Notasi 117 G dorian
Notasi 118 A Phrygian
Notasi 119 Bes Lydian
Notasi 120 C myxolydian
Notasi 121 D Aeolian
Notasi 122 E locrian
Notasi 123 Seveth chords D mayor
Notasi 124 D Ionian
Notasi 125 E dorian
Notasi 126 FIS Phrygian
Notasi 127 G Lydian
Notasi 128 A myxolydian
Notasi 129 B Aeolian
Notasi 130 CIS locrian
Notasi 131 Seventh chords Bes mayor
Notasi 132 Bes Ionian
Notasi 133 C dorian
Notasi 134 D phrygian
Notasi 135 Es lydian
Notasi 136 F myxolydian
85
Notasi 137 G aeolian
Notasi 138 A locrian
Notasi 139 Seventh chords A mayor
Notasi 140 A ionian
Notasi 141 B dorian
Notasi 142 CIS phrygian
Notasi 143 D lydian
Notasi 144 E myxolydian
Notasi 145 FIS aeolian
Notasi 146 GIS locrian
Notasi 147 Seventh chords Es mayor
Notasi 148 Es Ionian
Notasi 149 F dorian
Notasi 150 G phrygian
Notasi 151 As lydian
Notasi 152 Bes myxolydian
Notasi 153 C aeolian
Notasi 154 D locrian
Notasi 155 Seventh chords E mayor
Notasi 156 E ionian
Notasi 157 FIS dorian
Notasi 158 GIS phrygian
Notasi 159 A lydian
Notasi 160 B mixolydian
Notasi 161 CIS aeolian
Notasi 162 DIS locrian
Notasi 163 Seventh chords As mayor
Notasi 164 As ionian
Notasi 165 Bes dorian
Notasi 166 C phyrygian
Notasi 167 Des lydian
Notasi 168 Es myxolydian
Notasi 169 F aeolian
Notasi 170 G locrian
Notasi 171 Seventh chords B mayor
Notasi 172 B ionian
Notasi 173 CIS dorian
Notasi 174 DIS phrygian
Notasi 175 E lydian
Notasi 176 FIS myxolydian
Notasi 177 GIS aeolian
Notasi 178 AIS locrian
Notasi 179 Seventh chords Des mayor
Notasi 180 Des Ionian
Notasi 181 Es dorian
Notasi 182 F phrygian
86
Notasi 183 Ges lydian
Notasi 184 As myxolydian
Notasi 185 Bes aeolian
Notasi 186 C locrian
87
BAB 4
Vokal
Vokal menurut ensiklopedi musik dapat diartikan sebagai suara manusia.
Dalam ilmu bahasa, huruf hidup disebut huruf vokal, hal ter-sebut karena
huruf hidup merupakan unsur utama dalam menghidupkan bunyi bahasa
itu sendiri. Dapat dipastikan bahwa rangkaian huruf yang tanpa disertai
huruf hidup, tidak akan melahirkan bunyi yang berarti bagi telinga. Oleh
karena itu kemudian vokal digunakan dalam menyebut huruf hidup,
sekaligus sebutan bagi suara manusia. Tetapi, untuk huruf mati dalam
menyanyi tetap memiliki makna dan diperhatikan secara khusus dalam
bahasan artikulasi huruf hidup ataupun artikulasi huruf mati.
Musik vokal, artinya karya musik yang dilantunkan dengan vokal. Musik
vokal lazim disebut seni menyanyi. Sebenarnya, seni vokal dapat berlaku
bagi yang mendalami seluk beluk vokal seperti presenter, drama dan MC
(master of ceremony). Perbedaan seni vokal dalam menyanyi dengan
seni vokal drama sangat jelas, yang satu musikal, yang satu lagi tidak
musikal. Bagi yang memiliki keinginan menjadi penyanyi amatir, apalagi
profesional, tidak cukup hanya bermodalkan warna suara yang bagus,
tetapi perlu memiliki wawasan praktis tentang musik, dan penge-tahuan
tentang teori musik.
Menyanyi dengan baik dapat dipelajari oleh setiap manusia termasuk
bagi mereka yang merasa “belum bisa” menyanyi. Meskipun ada sekelompok
orang yang dikatakan “tidak bisa” menyanyi yang disebabkan
oleh beberapa hal diantaranya adalah: kekurangan dalam pendengaran,
takut, cacat indra pendengaran (bisu-tuli), pita suara mengalami kerusakan
dan sebagainya. Tetapi kelompok orang tersebut hanya sedikit,
selebihnya adalah kelompok orang yang dapat meningkatkan mutu suaranya
dengan berbagai macam latihan.
Metode dalam buku ini dimaksudkan sebagai pelajaran yang dapat
memberikan pengetahuan tentang bagaimana seharusnya memulai menyanyi
dengan baik, yang tentunya perlu disertai dengan banyak latihan/
praktik. Metode latihan/praktik ini akan mengulas secara sederhana
teknik yang dibutuhkan dalam latihan/praktik. Siswa dianjurkan untuk
mempelajari beberapa buku yang ditunjuk untuk memperbanyak latihan
terutama untuk teknik-teknik, etude dan buah musik atau lagu. Disamping
mempelajari teknik vokal atau menyanyi, harus diperhatikan pula cara
mengucapkan kata-kata, latihan pernafasan, pemenggalan kalimat, ekspresi
dan beberapa teori musik lainnya.
88
1. Jenis-jenis Suara Manusia
Wilayah atau ambitus suara manusia untuk menyanyikan suatu lagu
terbatas pada tinggi atau rendah nada. Ada yang mampu
menyanyikan dengan suara tinggi, ada yang sedang dan ada pula
yang rendah. Oleh karena itu perlu sekali untuk mengetahui batas
wilayah nada suara manu-sia, agar dalam memilih suatu lagu dapat
disesuaikan dengan kemam-puan. Adapun jenis dan wilayah suara
manusia tersebut dapat dibagi menjadi:
- Suara wanita, terdiri dari 3 suara : sopran, mezzo sopran, alto
- Suara pria, terdiri dari 3 suara : tenor, baritone, bass
- Suara anak-anak, terdiri dari 2 suara : tinggi, rendah
2. Pernafasan
Organ-organ penting yang menyalurkan udara ke suara adalah paruparu.
Akan tetapi tidak banyak orang yang menggunakan paruparunya
dengan efisien. Dipandang dari segi kepentingan penyaluran
dan peme-liharaan udara bagi tubuh manusia, belajar menyanyi itu
patut diper-hatikan dan dipraktikkan. Sebelum dapat menyanyi
dengan baik, harus lebih dahulu belajar menggunakan udara di
bawah tenggorokan. Untuk itu dalam beberapa waktu yang lama
harus melakukan latihan-latihan bernafas secara khusus. Sebagai
langkah awal, seseorang yang akan menyanyi dapat berdiri dengan
tegak didepan sebuah cermin, dimana ia dapat melihat seluruh
tubuhnya sendiri. Setelah itu me-ngeluarkan nafas sebanyakbanyaknya,
kemudian menarik nafas dalam-dalam melalui hidung
sehingga terasa betul-betul penuh. Setelah itu nafas ditahan sela-ma
beberapa detik, secara pelan-pelan semua udara dikeluarkan melalui
mulut dengan meniupkan keluar. Dibawah ini akan dijelaskan tentang
beberapa cara pernafasan yang perlu diketahui dalam menyanyi.
Jenis Pernafasan
Dalam bernyanyi, pernafasan tidak hanya memegang peranan dalam
menciptakan suara, tetapi juga suara yang dikehendaki dari suatu
nya-nyian. Pernafasan yang teratur akan menciptakan irama yang
teratur pula, karena bernafas merupakan irama yang sangat alamiah
dalam kehidupan manusia. Jenis pernafasan yang digunakan dalam
bernyanyi adalah :
Pernafasan diafragma; yaitu pernafasan yang dilakukan dengan cara
mengambil nafas kemudian dimasukkan kedalam paru-paru sehingga
89
terisi penuh tanpa terjepit. Ruangan akan leluasa de-ngan
menegangnya sekat rongga badan atau diafragma yang bergerak
kebawah.
Pernafasan dada; yaitu pernafasan yang dilakukan dengan cara
mengambil nafas sepenuhnya kemudian dimasukkan kedalam
paru-paru sehingga rongga dada membusung ke depan. Kelemahan
pernafasan ini adalah paru-paru cepat lelah dalam menahan
udara, maka yang dihasilkan tidak stabil karena udara yang
dikeluarkan kurang dapat diatur.
Pernafasan bahu; yaitu pernafasan yang dilakukan dengan cara
mengambil nafas dengan mengembangkan bagian atas paruparu,
sehingga mendesak bahu menjadi terangkat keatas. Kelemahan
pernafasan ini adalah tidak dapat tahan lama dan sikap
tubuh kurang enak untuk dilihat.
Dari ketiga jenis pernafasan diatas, pernafasan diafragmalah yang
paling baik digunakan pada waktu bernyanyi. Tetapi tidak semua
orang dapat melakukannya dengan mudah, harus melalui tahaptahap
latihan yang teratur. Biasanya, yang sering dilakukan dalam
bernyanyi adalah diafragma tidak bergerak, paru-paru tidak diisi
sepenuhnya dan nafasnya pendek-pendek. Oleh karena itu diafragma
dan semua pergerakan otot-otot perut dan sisi badan harus dilatih
untuk mengadakan ketegangan serta pengenduran yang sengaja dan
disadari. Harus diperhatikan juga bahwa dasar untuk bernafas
dengan baik adalah keseimbangan antara sikap bertegang dan sikap
kendur. Untuk itu badan bersikap relaks, agar dapat menghirup udara
dengan baik, seperti proses pernafasan diafrag-ma di bawah ini:
Cara menghirup udara cara mengeluarkan udara
Gambar 1: cara bernafas diafragma
90
Memfungsikan Diafragma
Sebuah teknik sangat mendasar yang penting diperhatikan untuk
bernyanyi secara rileks tetapi powerful, adalah dengan memfungsikan
diafragma sebagai pusat produksi tenaga, yang sangat diperlukan
dalam olah vokal. Cara menekan leher sebagai pusat suara akan
tidak efektif, mengingat teknik itu dapat menghambat getaran pita
suara serta pe-mantul suara. Cara tersebut dapat membuat seperti
tercekik dan cepat lelah, juga dapat menimbulkan rasa pusing yang
menyebabkan keru-sakan pada warna suara. Dengan memfungsikan
diafragma, maka ins-trumen vokal akan lebih lentur pada waktu
memproduksi suara.
Adapun cara sederhana untuk memfungsikan diafragma adalah
dengan menyalakan sebuah lilin, kemudian duduk dalam jarak paling
dekat, ambil nafas dalam-dalam, setelah itu tiuplah lilin dengan
tekanan tenaga rongga perut atau diafragma. Latihan ini sangat
efektif apabila disertai dengan tarik nafas; tahan nafas; mengeluarkan
nafas selama 10 – 15 detik.
Latihan pernafasan
Pengambilan dan pengeluaran nafas dilaksanakan dengan ringan
tanpa beban ketegangan dan tanpa mengangkat bahu. Nafas ditarik
jangan sampai penuh dan tidak dikeluarkan sampai habis, karena
hanya akan mengganggu ketenangan dalam bernyanyi. Adapun
langkah-langkah latihan yang perlu diperhatikan adalah sebagai
berikut :
Mengambil dan mengeluarkan nafas secara biasa tanpa ketegangan.
Tunggu sebentar sampai ada kehausan untuk bernafas.
Perhatikan saat itu perut akan mengerut dan sisi badan kurus,
kemudian dengan mulut tertutup ambil nafas melalui hidung
dengan cara mendengkus seperti orang memeriksa bau yang ada
diudara. Pada saat itu perut mengembang dan sisi badan menjadi
lebar. Tahan sebentar, kemudian keluarkan dengan relaks.
Kedua tangan menekan perut, ambil nafas dengan memperhatikan
desakan dari diafragma sehingga perut bergerak mengikuti
nafas, tahan sebentar kemudian dikeluarkan pelan-pelan. Dalam
latihan ini desakan nafas yang menggerakkan diafragma dan otototot
perut. Jadi bukan gerakan otot perut yang mengembang dan
mengerut.
91
Untuk menguasai diafragma agar bergerak cepat dan kuat yaitu
dengan tertawa terbahak-bahak sehingga perut merasa terguncang-
guncang.
Ambil nafas jangan terlalu penuh, tahan sebentar; pikirkan nada
yang akan dinyanyikan, kemudian nafas dikeluarkan dengan
menyanyikan “ma” selama 4 -5 detik, setelah itu ambil nafas baru,
tahan sebentar dan keluarkan dengan bernyanyi “ma” selama 8 –
10 detik. Lakukan sekali lagi dengan mengeluarkan nafas selama
20 detik.
Pengaturan nafas tidak boleh dengan mempersempit ruang dada,
tetapi dengan menggerakkan diafragma. Pengambilan nafas
melalui hidung agar tenggorokan menjadi luas, langit-langit lunak
sehingga menguntungkan untuk membentuk suara yang baik.
Pada waktu menyanyi persediaan nafas harus dapat mencukupi
sampai akhir baris, sehingga tidak terjadi “mencuri nafas” ditengah
nyanyian yang kalimatnya belum berakhir. Untuk itu harus dapat
mengatur nafas dengan diafragma. Dorongan diafragma dari
bawah pada paru-paru akan menjaga agar nafas tidak lebih dan
tidak kurang.
Untuk menghemat nafas dapat dilakukan latihan seperti berikut:
Ambil sebuah lilin dan nyalakan, nyanyikan nada yang termudah
misalnya g atau a didepan lilin. Jika berhasil mengubah udara
yang dikeluarkan menjadi getaran suara sehemat mungkin, maka
nyala lilin tidak akan bergerak.
Ulangi latihan-latihan ini sampai 5 kali. Sebagai latihan selanjutnya
perhatikan cara mengambil nafas di bawah ini.
92
Notasi 1: latihan pernafasan diafragma
3. Sikap Tubuh
Untuk dapat tampil menyanyi dengan baik, diperlukan sikap tubuh
yang rileks namun penuh tenaga. Tubuh yang rileks adalah sikap
yang baik dan benar. Secara fisik, sikap bernyanyi adalah seluruh
bagian tubuh harus selalu dalam keadaan tidak kaku.
Menggerakkan kani, tangan, kepala dan badan seperlunya. Secara
psikispun, dalam menyanyi perlu jiwa yang lentur atau tidak tegang.
Pikiran harus positif dan jiwa perlu dilarutkan pada gerak musik.
Apabila fisik dan jiwa sudah lentur, harus disiapkan mental yang
akan mendukung vokal yang enak. Cara menum-buhkan sikap
mental yang relax dan powerpul, selain memper-hatikan faktor di
atas juga meningkatkan jam terbang seefektif mungkin.
Sikap tubuh waktu menyanyi merupakan hal yang penting. Untuk
menjaga agar tidak menimbulkan ketegangan, maka berlatih untuk
tidak selalu mengangkat bahu dan tidak menggerakkan dada keatas
harus dikuasai oleh seorang penyanyi. Biasanya, keteganganketegangan
yang terjadi diakibatkan oleh keadaan jasmaniah
maupun rohaniah (psikis). Keadaan jasmaniah yang sakit atau lelah
mempengaruhi pernafasan. Nafas menjadi pendek dan gelisah.
Keadaan rohaniah yang dapat me-nimbulkan ketegangan yaitu
ketakutan, cemas, demam panggung dan sebagainya.
Dalam ketegangan yang tidak wajar, semua nyanyian yang sudah
dilatih dengan baik dapat hilang seketika atau gagal. Untuk itu sikap
menyanyi yang baik adalah dengan sikap bebas dari semua
ketegangan, konsentrasi untuk menyanyi dan harus pandai
menguasai diri. Sikap tubuh yang lain adalah tidak kaku, tidak
membungkuk tetapi jangan terlalu menengadah keatas. Posisi kaki
kanan agak maju, supaya berat badan dapat berpindah-pindah
dengan relaks.
93
Gambar 2: sikap tubuh
4. Membentuk Suara
Cara membentuk suara adalah dengan mendengarkan secara seksama
nada-nada yang dikeluarkan, kemudian menelungkupkan tangan
pada daun telinga ke depan. Mula-mula calon penyanyi akan banyak
terganggu oleh apa yang dinamakan Hauch, yakni udara palsu dan
liar yang terhempas bersama-sama dengan nada nyanyian, yang
meng-akibatkan suara sampingan berdesis-desis. Selama menyanyi
sekali-kali hidung ditutup, sambil memperhatikan apa ada muncul
suara-suara hidung. Dalam hal ini, tentu ada bagian-bagian
tenggorokan yang di-sempitkan. Untuk dapat membentuk suara yang
baik, perlu mengetahui hal-hal seperti berikut :
4.1 Mengenal Organ Suara
Suara yang dimiliki oleh seorang penyanyi, bersumber dari selaput
suara yang terdapat pada pangkal tenggorok serta didukung oleh
organ-organ lain yang ada disekitarnya. Untuk itu, suara sebagai
modal utama dalam menyanyi harus benar-benar diperhatikan dan
dijaga kesehatannya agar tidak mengalami kecelakaan sewaktu
benar-benar menyanyi atau pentas.
94
Keterangan:
A. Larynx
1. Vocal cord
2. Epiglotottis
B. Pharynx
C. Cesophagus:
1. dental arches
2. tongue
3. lips
D. Oralcavity:
1. palatine arch
2. soft palate
3. uvula
4. tonsils
E. Nasal cavities
F. Trachea
G. Bronchial tubes
H. Lungs
I. Diaphragm
Sumber: Methode of Singing
Gambar 3: Organ suara
95
4.2 Artikulasi/diksi
Bentuk atau sikap mulut sewaktu menyanyi sangat mempengaruhi
pembentukan nada yang dihasilkan. Kesalahan umum yang terjadi
pada awal pelajaran menyanyi adalah bahwa mereka tidak bisa
membuka mulutnya, sehingga suara yang dihasilkan kurang jelas.
Banyak yang dihinggapi rasa rendah diri, malu jika ditertawakan
apabila membuka mulutnya terlalu lebar. Padahal dalam menyanyi
tidak usah terlalu memi-kirkan bagaimana bentuk wajah atau mulut,
asalkan bernyanyi dengan sewajarnya dan tidak dibuat-buat. Diksi
dan artikulasi yang baik tergan-tung dari cara membuka mulut
masing-masing penyanyi. Kadang-kadang sebelum belajar menyanyi
terlebih dahulu harus belajar berbi-cara. Untuk pembentukan huruf
hidup, huruf mati, huruf rangkap akan diuraikan berikut ini :
4.2.1 Artikulasi huruf hidup
Pembentukan huruf hidup tergantung dari sikap rongga mulut
terutama lidah. Huruf ‘a’: tidak semua orang dapat mengucapkan
huruf ‘a’ dengan jelas, sering diucapkan ‘ou’ atau ‘eu’. Hal ini
disebabkan posisi mulut yang kurang terbuka, rahang bawah tidak
bergerak kebawah, lidah tertarik melengkung ke belakang. Oleh
sebab itu waktu menyanyikan ‘a’ sebaiknya bibir membentuk
seperti corong yang bundar dan rahang bawah dirturunkan cukup
jauh. Gigi atas dan bawah tidak tertutup oleh bibir, lidah terletak
pada permukaan yang rata ujungnya menyentuh gigi bawah. Hal
ini akan menghasilkan bunyi ‘a’ yang lebih baik.
96
Latihan huruf ‘a’:
Gambar 4: bunyi vokal ‘a’
Notasi 2: latihan bunyi ‘a’
Mulailah dengan nafas yang tidak terlalu banyak, kemudian
nyanyikan ‘a’ dengan permulaan lembut ..... lambat laun keras dan
berakhir dengan lembut. Perhatikan pada akhir kata, biasanya
sering diikuti dengan ‘m’ yang tidak disengaja sewaktu mulut
ditutup. Untuk mengatasinya dengan memperlembut ‘a’ pada saat
penutup dan menutup mulut sesudah suara ‘a’ menghilang.
Setelah melakukan latihan diatas, betapa sulitnya menyanyi
dengan baik jika setiap saat harus mengingat semua hal tersebut
satu demi satu. Karena itu diperlukan sekali latihan-latihan untuk
mendukung artikulasi dengan cermat, bukan merupakan suatu
beban yang harus dipikirkan, tetapi menjadi kebiasaan yang
dimiliki untuk mempermudah pengung-kapan isi sebuah lagu.
97
Latihan huruf ‘i’:
Gambar 5: bunyi vokal ‘i’
Notasi 3: latihan vokal ‘i’
Pembentukan dan pengucapan huruf ‘i’, bagian tengah dari lidah
naik keatas tetapi ujungnya tetap menyentuh gigi bawah. Waktu
mengucapkan ‘i’ sudut bibir ditarik ke belakang, namun dalam
menya-nyikan ‘i’ bibir tetap membentuk corong, jadi bibir tetap
membentuk lingkaran. Untuk melihat apakah posisi bibir sudah
betul, sebaiknya latih-an didepan cermin dengan menyanyi ‘pagi’,
‘lagi’ dansebagainya.
98
Latihan huruf ‘u’:
Gambar 6: bunyi vokal ‘u’
Notasi 4: latihan vokal ‘u’
Huruf ‘u’: pengucapan ‘u’ dengan corong bibir yang dipersempit
dan dimajukan kedepan. Tetapi sebaiknya celah bibir
tetap membentuk sebuah corong yang bundar. Ujung lidah
menyentuh gigi bawah dan sedikit membusung di bagian
belakang. Posisi rahang bawah turun secukupnya, hal ini
dapat diperiksa dengan memasukkan jari diantara gigi atas
dan gigi bawah. Agar mendapat sikap bibir yang baik sebaiknya
dilatih dengan mengucapkan ‘guru’, ‘satu’, ‘merdu’
dansebagainya.
99
Latihan huruf ‘e’:
Gambar 7: bunyi vokal ‘e’
Notasi 5: latihan vokal ‘e’
Untuk mendapatkan ‘e’ yang bulat, rahang bawah sedikit
diturunkan sehingga tidak terlalu sempit, bibir juga tidak terlalu
sempit tetapi seperti corong. Huruf ‘e’ dalam kata ‘tape’ hampir
sama dengan huruf ‘i’, untuk mengatasinya dengan mewarnai
‘e’ sedikit kearah ‘i’. Huruf ‘e’ dapat dilatih dengan kata seperti
‘lele’, ‘rante’ dan sebagainya.
100
Latihan huruf ‘o’:
Gambar 8: bunyi vokal ‘o’
Notasi 6: latihan vokal ‘o’
Huruf ‘o’ seperti pada kata ‘toko’ memerlukan bentuk corong
bibir yang bundar, untuk posisi lidah hampir sama dengan
pengucapan huruf ‘a’. Membentuk kata ‘pohon’
pengucapannya agak berbeda yaitu bentuk corong bibir
diperlonjong dan sedikit dipersempit. Untuk mendapatkan
sikap bibir yang baik dalam pengucapan huruf ‘o’ adalah
dengan kata-kata seperti ‘bakso’, ‘sawo’, ‘mlinjo’ dan
sebagainya.
Semua huruf hidup diatas harus dilatih dengan sejelasjelasnya,
sehingga menghasilkan bunyi yang jernih. Hurufhuruf
tersebut akan banyak dipengaruhi oleh bahasa daerah
setempat. Misalnya pengucapan di Jawa Timur, Sumatra dan
daerah lainnya, tentu akan berbeda pengu-capannya dengan
daerah Jawa Tengah. Untuk mendapatkan artikulasi bahasa
101
Indonesia yang sempurna, hendaknya semua huruf dilatih
dalam bermacam-macam penggunaannya.
4.2.2 Artikulasi huruf mati
Dalam menyanyikan huruf-huruf mati harus diucapkan sejelasjelasnya
khususnya pada akhir perkataan, misalnya hand tidak
boleh menjadi hant, dan kand tidak menjadi kant. M, n dan ng
tetap terdengar jelas. Huruf-huruf mati yang meletus seperti b, d,
k, p, q, t harus betul-betul meletus. Pada l, d, t lidah difungsikan
dengan baik. Pengucapan-pengucapan huruf mati ini memerlukan
latihan khusus dan seksama, agar dapat menguasai artikulasi
dengan baik.
Berbagai bunyi dalam bahasa asing sering menimbulkan kesulitan
dalam pengucapannya, untuk itu sebelum menyanyi dengan
bahasa asing misalnya lagu-lagu bahasa Inggris, Perancis,
Jerman dan sebagai-nya perlu dikonsultasikan dengan guru atau
ahli bahasanya.
Huruf-huruf mati membawa ungkapan ekspresi yang khusus:
- huruf ‘h’ membawa kesan megah
misalnya : ‘hiduplah tanahku hiduplah negeriku’. ‘tanah
tumpah darahku’
- huruf ‘r’ membuat kesan gembira
misalnya: ‘sorak-sorak bergembira’, ‘bendera merah putih’
- huruf ‘ng’ memberi kesan suatu harapan dan keyakinan yang
dinyatakan dengan lantang:
misalnya: ‘kulihat terang, meski tak benderang’
Huruf-huruf mati dibeda-bedakan menjadi: huruf mati yang bisu
dan huruf mati yang bersuara huruf mati merupakan ‘bunyi bantu’
untuk huruf hidup. Untuk huruf-huruf bisu perlu diperhatikan
dengan baik, karena dalam nyanyian, huruf-huruf bisu mematikan
bunyi huruf hidup. Agar ucapan huruf bisu pada akhir kata menjadi
serentak., diperlukan latihan yang teliti. Adapun huruf-huruf mati
102
yang bisu terdiri dari: b, c, d, f, g, h, j, k, p, s, t, kh, sy. Sedangkan
huruf-huruf mati yang bersuara yaitu: l, m, n, r, v, y, z, ng.
Sebagai contoh huruf mati yang bisu, yaitu pembentukan ‘b’ dan
‘p’ pada awal kata dalam nyanyian ‘Merah Putih’ ciptaan Ibu Sud.
Dan ‘Bagimu Negri’ ciptaan Kusbini
Huruf mati yang bersuara, bila diucapkan mempunyai gejala resonansi
dan merupakan jembatan antara dua hiruf hidup. Maka
suasana lagu menjadi ringan dan melayang. Untuk membentuk
huruf-huruf mati yang bersuara, harus memperhatikan bahasan
tentang resonansi. Semua huruf hendaknya dibunyikan dengan
cukup kuat tapi ringan, terutama jika dipakai setelah huruf tertutup
yang singkat.
Sebagai contoh huruf mati yang bersuara, pembentukan huruf ‘m’,
‘n’, dan ‘ng’:
Untuk membentuk’m’, bibir dikatupkan dengan ringan dan tidak
ditekan. Gigi tidak dirapatkan, rongga mulut seluas mungkin.
Untuk membentuk ‘n’, ujung lidah menyentuh ringan pada
belakang gigi atas. Waktu mem-bentuk ‘ng’ ujung lidah diletakkan
seperti ucapan ‘a’. Contoh:
Emm .......... maa................ amm
Enn............. naa.................ann
Eng..............nga..................ang
Pada ucapan ‘ng’ ada bahaya suara terjepit dalam leher. Kerap
kali malah ada orang yang suaranya mengandung ‘ng’ tanpa
disadari. Hal ini disebut dengan suara hidung (sengau). Cara
untuk menyadarkannya adalah dengan menyadari bunyi ‘ng’ itu
sendiri yang kemudian dialihkan ke bunyi huruf hidup.
4.2.3 Artikulasi huruf hidup rangkap (diphtong)
Penggunaan kata-kata dengan huruf rangkap banyak ditemukan
dalam bahasa Indonesia, seperti:
‘au’ : anggauta, saudara, limau dan sebagainya
‘ai’ : selai, gulai, pantai dan sebagainya
‘oi’ : sepoi, amboina, lisoi dan sebagainya
103
Huruf-huruf yang mendahului adalah huruf terbuka dan diikuti
huruf tertutup. Untuk itu cara pengucapannya adalah huruf yang
mendahului diucapkan lebih lama dan sedikit ditekan, kemudian
beralih dengan luwes ke dalam bunyi yang mengikutinya. Dalam
peralihan itu mudah terjadi bunyi yang lain misalnya pada ‘au’
menjadi ‘ow’ atau ‘ai’ menjadi ‘ey’. Agar nyanyian tetap indah
maka pengucapannya jangan berubah pada satu bunyi saja,
tetapi juga jangan kedua huruf tersebut ditekan satu-satu.
5. Menyambung suku kata dan aturan artikulasi dalam bernyanyi
- Menyanyikan semua suku kata secara bersambung, jika ada dua
huruf mati berjajar, disambung dengan baik tanpa pemenggalan.
Contoh: ‘potong padi’
‘riuh rendah’2
‘di tengah sawah’
‘di pinggir kali’
‘tanahtumpahdarahkuyangsucimulia’
Jika dahulu orang berpendapat bahwa artikulasi akan berkurang
dengan bernyanyi secara bersambung. Sebagai cita-cita semua suku
kata dipi-sahkan. Misalnya: ta-nah tum-pah da-rah-ku yang su-ci muli-
a. Tetapi sekarang disadari bahwa rahasia dari ucapan yang jelas
terletak dalam pengelompokkan kata yang mengungkapkan satu
pengertian, dengan berpangkal pada kesatuan kelompok kata,
masing-masing kata akan mendapat kedudukan yang wajar. Dengan
demikian orang tidak hanya mendengar kata-kata saja, tetapi juga
dapat menangkap artinya.
• Apabila suatu suku kata ditutup dengan huruf bisu, maka huruf
bisu itu baru boleh diucapkan pada saat menjelang nada yang
berikutnya atau pada awal istirahat yang mengikuti nada terakhir
kalimat.
• Apabila dalam satu kalimat musik dua huruf mati diucapkan
berturut-turut, maka ucapan huruf bisu yang pertama harus
104
ditunda sampai sesaat sebelum huruf mati yang berikutnya. Huruf
bisu selalu diucapka dengan jelas.
• Huruf-huruf: m, n, l, r, w, ny dan ng yang mengikuti huruf hidup
yang pendek hendaknya dibunyikan langsung. Kalau huruf yang
pendek itu jatuh pada nada yang panjang maka pada pukulan
terakhir dari nada itu, huruf hidup ditinggalkan dan digantikan
dengan huruf mati.
• Huruf rangkap yang dinyanyikan dengan nada panjang,
hendaknya ditahan pada huruf hidup yang pertama, kemudian
sedikit demi sedikit mengalir ke huruf hidup yang kedua.
Perhatikan bahwa:
• Dua huruf tidak boleh dipisahkan
• Dua huruf yang pertama mendapat tekanan yang pokok.
• Contoh huruf rangkap lagu ‘Nyiur Hijau’ ciptaan Maladi.
Notasi 7: lagu Nyiur Hijau
105
- Semua kata yang diawali dengan huruf hidup tidak dimulai dengan
letusan dan tanpa terdengarnya huruf pembuka jalan (h, m atau n),
hendaknya dimulai dengan lembut dan pasti.
- Huruf hidup yang dinyanyikan selama beberapa nada yang berlainan,
dinyanyikan secara bersambung tanpa dipisahkan dengan ‘h’ tanpa
diayunkan, tetapi dengan membunyikan masing-masing nada secara
legato.
6. Resonansi
Arti Resonansi
Apa yang disebut dengan resonansi adalah fenomena yang ada
sangkut pautnya dengan banyaknya rongga dalam tubuh manusia. Setiap
orang yang menyanyi, resonansi akan timbul dari suara yang dihasilkan.
Oleh sebab itu resonansi membantu memperbesar luas suara dan
memperkuat daya tahan suara. Ruang resonansi utama terdapat di dalam
kepala, dengan banyak bilik udara yang besar atau kecil, dan berpengaruh
terhadap pembentukan suara. Getaran-getaran pita suara menjalar
ke dalam bilik-bilik yang meresonansi suara.
Ruang Resonansi
Ruang resonansi terdiri dari semua rongga dalam tubuh manusia
terutama rongga di atas pita suara. Ruang resonansi dapat dibagi
menjadi 2 macam yaitu: (1) rongga resonansi yang bentuknya tak dapat
diubah; dan (2) rongga resonansi yang bentuknya dapat diubah. Fungsi
dari semua rongga terutama rongga yang dapat berubah adalah menimbulkan
perbedaan warna suara dan huruf hidup. Semakin banyak udara
terdapat dalam rongga resonansi, maka semakin bulat suara yang
ditimbulkan, karena udara turut bergetar.
Latihan pemanfaatan rongga-rongga resonansi
Dalam masalah gema suara, hal yang perlu diperhatikan oleh vokalis
adalah: mengenal adanya rongga resonansi, memperkeras dindingdinding
resonansi, memperbesar rongga resonansi. Hal itu untuk mewujudkan
agar suara menjadi berbobot dan cemerlang. Mengenal adanya
rongga resonansi, cara untuk menyadari dan merasakan bahwa dalam
tubuh vokalis adalah gema suara, dapat ditempuh dengan jalan bersenandung.
Dengan posisi rahang membuka, kemudian dalam posisi
106
menganga, bibir dikatubkan secara ringan dan menyenandungkan melodi
sebagai berikut:
Notasi 8 : latihan memperkeras dinding resonansi
Kedua melodi diatas disenandungkan secara kromatis dari c-cis-d-dis-e-ffis-
g-gis-a-ais-b…… danseterusnya naik turun masing-masing setengah
laras, seluas batas wilayah nada vokalis yang bersangkutan.
Memperkeras dinding-dinding resonansi, usaha ini bertujuan untuk menuju
kea rah suara yang cemerlang. Hal ini dapat menyebabkan gema
suara dapat diproses dengan sempurna. Caranya ditempuh dengan jalan
menyanyikan melodi di bawah ini dengan menggunakan suku kata ko, ka,
ke, ki dan ku.
Notasi 9 : latihan memperkeras dinding resonansi
Melodi diatas dinyanyikan dengan satu suku kata setiap nada.
Setelah dikuasai kemudian ditingkatkan berturut-turut dua, tiga, empat,
lima dan enam suku kata setiap nada serta dinyanyikan seluas wilayah
nada penyanyi yang bersangkutan. Secara kromatis naik turun masingmasing
setengah laras, sebatas wilayah suara penyanyi yang bersangkutan.
Memperbesar rongga resonansi, bertujuan untuk memperoleh
suara yang berbobot (volumenya tebal). Hal ini dapat ditempuh dengan
107
jalan menyanyikan melodi di bawah ini dengan menggunakan suku kata
ma, mi, mu, me, mo.
Notasi 10 : latihan memperbesar dinding resonansi
Melodi diatas dinyanyikan secara kromatis naik turun masingmasing
setengah laras, sebatas wilayah suara penyanyi yang
bersangkutan.
7. Intonasi
Intonasi atau menyanyikan nada dengan tepat merupakan dambaan
setiap orang yang berprofesi sebagai penyanyi. Untuk itu ada
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam intonasi yaitu: relaks, tidak
tegang dalam menyanyi, tidak takut dalam menca-pai nada tinggi,
percaya diri; Konsentrasi, tidak ragu-ragu dalam mengambil nada
sehingga tinggi nada tidak turun; Latihan nafas dengan diafragma agar
mendapatkan nafas yang panjang; Pita suara dilaraskan kembali,
terutama pada setiap ulangan nada dan nada yang ditahan, hal ini untuk
menjaga agar suara tidak cepat lelah; Peka terhadap suara lain terutama
iringan; Latihan interval untuk membidik lompatan-lompatan nada dengan
tepat; Latihan nada-nada peralihan register suara, untuk menyanyikan
lagu yang berpindah kunci; Latihan nada-nada pada batas wilayah suara,
baik itu untuk suara tinggi maupun rendah; Pengucapan huruf-huruf hidup
dengan jelas agar tinggi nada tidak berubah; Tidak terpengaruh dengan
tangganada lain, apalagi dari daerah yang sudah terbiasa dinyanyikan
sehari-hari.
Penyebab intonasi yang kurang tepat adalah diakibatkan karena:
kurang latihan, sehingga kurang menguasai lagu yang dinyanyikan;
merasa takut jika tidak dapat mencapai nada tinggi; cara pernafasan
kurang sempurna; tempat pengambilan nafas tidak jelas; kurang peka
pada iringan; kesulitan membidik lompatan nada dengan tepat
108
8. Phrasering
Phrasering adalah pemenggalan kalimat musik menjadi bagianbagian
yang lebih pendek, tetapi tetap mempunyai kesatuan arti. Tujuan
phrasering adalah agar dapat memenggal kalimat musik lebih tepat
sesuai dengan isi kalimat. Dengan demikian usaha untuk mengungkapkan
suatu lagu dapat lebih mendekati kebenaran yang terkandung
didalamnya sesuai dengan pesan lagu tersebut. Phrasering ada dua
macam, yaitu:
Phrasering Kalimat Bahasa
Setelah mengucapkan masing-masing huruf dan bagaimana suku
katanya yang harus disambung, pusat perhatian berikutnya adalah pada
kesatuan kata-kata. Bernyanyi berarti membawakan suatu lagu, yaitu:
dengan menghayati isi dari kata-kata, sebagai ide atau pesan. Kemudian
setiap nyanyian terdiri dari: satu atau beberapa kalimat bahasa, dan satu
atau beberapa kalimat musik. Kedua-duanya meru-pakan suatu kesatuan.
Untuk mengupas suatu nyanyian, harus membaca kalimatkalimat
bahasa tanpa disertai lagu,. dan menyanyikan kalimat-kalimat
lagu tanpa teks.
Kalimat bahasa, untuk menghayati isi dari kata-kata, ada tiga bagian yang
harus diketahui, yaitu:
8.1.1 Menyanyikan Kalimat Bahasa
Kalimat bahasa, untuk menghayati isi dari kata-kata, ada tiga bagian yang
harus diketahui yaitu : bagian-bagian dari kalimat, atau kelompok kata
yang merupakan suatu kesatuan.
Contoh :
Maju tak gentar/ membela yang benar
Maju tak gentar/ hak kita diserang
Maju serentak /pengusir penyerang
Maju serentak/tentu kita menang
109
Bergerak bergerak/ serentak serentak
Menerkam /menerjang terjang
Tak gentar tak gentar/menyerang menyerang
Majulah/majulah/menang
Dalam pemenggalan kalimat atau phrasering, bukan irama melodi
yang menentukan, melainkan arti kata. Jadi, tatabahasa yang menjadi
titik pangkal. Kemudian baru phrasering melodi dan aksen-aksen irama
disesuaikan. Dalam tatabahasa, pemenggalan kalimat ditandai dengan
koma, jadi koma mempunyai peranan penting untuk menunjukkan dimana
pemenggalan kalimat yang benar.
8.1.2 Kata pokok yang ditonjolkan
Untuk menonjolkan suatu kata terdapat dua kemungkinan, yaitu :kata
tersebut diucapkan dengan lebih keras; kata yang penting ditunda
ucapannya.
8.1.3 Suku kata yang mendapat tekanan dan tidak mendapat tekanan.
Dalam bahasa Indonesia aksen kata tidak begitu kuat, namun pada
umumnya suku kata kedua dari belakang mendapat tekanan sedikit.
Kalau d terdapat huruf ‘e’ pepet maka aksen bergeser ke suku kata yang
terakhir. Misalnya ‘se-karang’, belum’ dan sebagainya.
Phrasering Kalimat Musik
Kalimat musik terdiri dari rangkaian nada dalam bentuk motif atau tema
lagu. Tema lagu mengungkapkan suatu ide musik.
8.2.1 Kelompok nada (motif)
Motif adalah penggalan dari kalimat musik dalam dua birama, empat
birama atau paling banyak delapan birama. Sering dijumpai penggalan
kalimat musik yang muncul berulang-ulang dengan gerakan yang sama.
110
8.2.2 Puncak dari lagu/kalimat
Seringkali puncak dari lagu terdapat pada nada yang tertinggi dalam
sebuah kalimat atau lagu. puncak ini disiapkan misalnya dengan lagu
yang naik (arsis), dan dikembalikan misalnya dengan lagu yang turun
(tesis).
8.2.3 Tekanan nada
Dalam musik tekanan nada ditentukan oleh irama. Nada yang terdapat
pada hitungan pertama dari masing-masing birama mendapat tekanan.
8.2.4 Kalimat yang dinyanyikan
Kalimat yang dinyanyikan dalam lagu ada dua bentuk, yaitu:
nyanyian resitatif; nyanyian melismatis.
Nyanyian resitatif adalah: kata-kata lebih penting daripada lagu.
lagu mengabdi total kepada teksnya. Untuk perlu menerapkan
aturan-aturan dari kalimat bahasa.
Nyanyian melismatis adalah: satu huruf hidup dipakai untuk
serangkaian nada. Teks memberi ruangan penuh kepada lagu,
untuk itu dipakai aturan-aturan dari kalimat musik.
9. Ekspresi
Seorang penyanyi harus dapat membawakan lagu dengan baik dari
suatu ciptaan sesuai dengan jiwa lagu tersebut, misalnya sedih,
gembira, semangat dan sebagainya. Sebuah lagu yang gembira
harus pula disertai dengan mimik atau gerakan yang gembira pula.
Bernyanyi dengan ‘perasaan’ berarti bernyanyi dengan ‘hati’.
Sebelum menyanyikan lagu, alangkah baiknya jika sudah
menghayati apa yang akan dinyanyikan. Karena selama bernyanyi
harus menghayati isi nyanyian dengan pera-saan/hati. Banyak
penyanyi memusatkan perhatian pada dirinya sendiri, bukan pada
nyanyian yang sedang dibawakan. Tidak ada nyanyian ekspresif yang
dilakukan sambil mengingat-ingat lagu yang dibawakan, apalagi bila
sambil membaca syairnya. Oleh sebab itu sebe-lum tampil, hafalkan
lirik lagu yang akan dibawakan. Setelah hafal lirik lagunya, pahami
betul apa makna pesan yang ada pada lagu tersebut, kemudian
pahami makna dan pesannya, pastikan apakah jiwa dasar lagu itu
111
sedih, marah, semangat, gembira dansebagainya. Setelah berhasil
menjiwai syair lagu, nyanyikan melodi tersebut tanpa syair dengan
tetap berin-tegrasi pada jiwa dasar penafsiran tentang syair. Setelah
syair lagu dikuasai, masih ada satu lagi yang harus dilalui yaitu factor
musik pengi-ring yang berguna fungsinya untuk membawa pada
perasaan yang lebih mendalam. Saat menyanyi dengan iringan
musik, satukan perasaan lagu dengan suasana musik pengiring. Kiat
sederhana dalam menjiwai irama musik pengiring, yaitu
berinteraksilah, terutama dengan salah satu instrument (apabila
diiringi lebih dari satu instrument), karena instrument memiliki
perasaan yang lebih menonjol terhadap irama. Ekspresi adalah
penguasaan syair, lagu, sambil menjiwai atau menghayati secara
keseluruhan. Untuk itu diper-lukan beberapa teknik bernyanyi
sebagai berikut:
Teknik Penjiwaan
Teknik penjiwaan adalah cara untuk menguasai teknik-teknik
bernyanyi, yaitu:
Merubah dinamika atau volume suara
Teknik penjiwaan yang biasa dilakukan adalah dinamika atau
perubahan keras lembutnya suara sesuai dengan tanda-tanda atau
perasaan. Tanda dinamik terletak dalam struktur kalimat musik yang
pada umumnya terdiri dari dua bagian, yaitu bagian sebelum puncak
yang disertai dengan crescendo dan bagian sesudah puncak yang
disertai dengan decres-cendo.
Menghidupkan tempo
Memilih tempo yang tepat untuk sebuah nyanyian, penting sekali
dalam penjiwaan. Karena semua istilah seperti allegro (cepat),
moderato (sedang), lambat (andante danserusnya sangat relatif,
maka penyanyi harus mencoba tempo mana yang sesuai dengan
nyanyian
112
Pengungkapan Nyanyian
Dalam mengungkapkan nyanyian terlebih dahulu mempelajari
penjiwaan. Mula –mula dengan memilih nyanyian yang memancing
gerak-gerik; Kemudian menyanyikan lagu-lagu yang lebih serius.
Tidak bernyanyi terlalu keras, dan jangan bernyanyi hanya dengan
suara tetapi dengan wajah. Suara selalu dijiwai oleh penghayatan aka
nisi dan maksud nyanyian, dan oleh hati yang tidak pernah
meninggalkan suara. Perlu juga membaca teks tidak hanya dengan
mata tetapi dengan suara seolah-olah seperti baca puisi.
Menjiwai Ornamen vokal
Ornamen artinya hiasan atau variasi. Khusus dalam vocal yang lazim
dikatagorikan sebagai ornamen, yaitu improvisasi atau hiasan yang
dilakukan secara mendadak dan impromptu atau hiasan yang direncanakan.
Ornamentasi pada dasarnya bertujuan membuat lagu
menjadi lebih hangat dan lebih kaya nuansa. Ornamentasi tidak akan
bermakna apapun apabila dilakukan tidak dengan sepenuh jiwa.
Mengingat menyanyi merupakan pekerjaan hati, maka prinsip dasar
saat melakukan ornamen vokalpun tetap perlu dilakukan dengan
penuh perasaan. Yang termasuk dalam katagori ornamentasi vokal,
selain memproduksi soft distorsi dan distorsi, termasuk vibrato, echo,
tremolo, falsetto/kopstem. Distorsi adalah vokal suara yang dibuat
dengan kesan kasar seperti penyanyi rock, sedangkan soft distorsi
merupakan vokal yang lembut dan serak. Seperti suara Krisdayanti,
Stevie Wonder, Celine Dion dansebagainya. Teknik vibrato adalah
gelombang vokal lembut yang mendalam, sebagaimana yang banyak
dilakukan hampir semua penyanyi pop. Teknik tremolo adalah
getaran vocal yang lebih rapat seperti yang banyak dilakukan para
penyanyi seriosa. Teknik echo adalah cara ber-nyanyi mendesah, hal
ini sering digunakan oleh para penyanyi yang kurang memiliki potensi
mengalunkangelombang vibrato atau tremolo. Kopstem/falsetto
adalah suara palsu yang ditujukan bagi pria dan dapat dimanfaatkan
sebagai ornamen. Pemanfaatan kopstem untuk bagian nada yang
masih bisa dijangkau dengan suara asli adalah suara Mariah Carey
dalam lagu ‘ My All’, Rossa melalui lagu ‘Perawan Cinta’ dan
sebagainya.
Menjiwai Ornamen lagu
Bagi yang belum memahami banyak tentang harmoni, sebaiknya
tidak menyajikan ornamentasi secara revolusional. Karena dapat
113
terjebak pada ornamen yang tidak proporsional. Ornamentasi bukan
kewajiban utama bagi seorang penyanyi, kewajiban utama adalah
menyanyi dengan penuh perasaan. Dalam dunia nyanyi populer,
penjiwaan diperlukan untuk menyajikan ornamentasi. Tidak ada
ukuran yang jelas tentang ornamentasi selama dibawakan dengan
hati.
Menjiwai tentang Dinamik
Dinamik adalah bahasa musik yang mengandung makna keras
lembutnya suara. Penyanyi seperti Dorce,Titik Puspa, Celine Dion,
Barbra Streisand pandai menghanyutkan perasaan pendengarnya.
Musik populer tergolong corak musik yang menuntut permainan
dinamik yang variatif. Oleh sebab itu para penyanyi musik populer
profesional pandai mengombang-ambingkan perasaan
pendengarnya.
Menjiwai tentang Pengucapan
Komunikasi vokal yang tidak musikal adalah berbicara atau berkatakata,
sedangkan menyanyi adalah komunikasi vokal secara melodis.
Seorang penyanyi dituntut selalu bisa menjiwai berbagai aspek perilakunya
di panggung. Gerak tangannya, langkah kakinya, termasuk
saat mengucapkan kata-katapun perlu dijiwai. Dengan menjiwai
gerakan alat-alat pengucapan, berarti telah menyajikan teknik diksi
atau gaya pengucapan yang lebih menarik serta dapat bermanfaat
untuk memper-tegas karakter suara.
10. Penampilan
Penampilan dalam menyanyi sangat menentukan berhasil tidaknya
seorang penyanyi dalam suatu pertunjukan. Oleh karena itu sebagai
vokalis harus benar-benar berusaha menampilkan dirinya sebaik
mungkin, agar memberi kesan mempesona sehingga dapat menarik
penonton. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
penampilan, diantaranya yaitu make up dan kostum. Make up atau
merias diri sangat diperlukan dalam suatu penampilan. Tujuannya
adalah untuk mem-perindah atau mempercantik diri, tetapi tidak
berlebihan, yang wajar saja. Penataan rambut juga perlu diperhatikan,
disesuaikan dengan wajah. Untuk kostum atau busana harus memilih
warna dan potongan yang serasi.
114
Menyanyi dengan mikropon
Sebuah mikropon selain memperkuat suara juga akan memperkeras
suara. Untuk itu seorang penyanyi harus berhati-hati jika akan memindahkan
tempatnya, baik itu tingginya, rendahnya apalagi jika akan
memegang dengan tangan. Hasil suara yang diperoleh tergantung
dari posisi mikropon terhadap mulut penyanyi. Jarak yang baik adalah
20 cm, membuat sudut 45 derajat keatas, sedikit dibawah mulut.
Jarak antara mikropon dan mulut penyanyi sedapat-dapatnya selalu
sama. Memang hal ini dapat diatur oleh amplifier, namun tidak hanya
suara yang diper-keras tetapi juga gemanya dan bunyi-bunyi
disekitarnya. Alat teknis seperti mikropon dapat mengubah sampai
terjadi suara yang tidak diinginkan. Sebagai penyanyi yang baik, tidak
boleh puas dengan bunyi yang keras, tetapi harus selalu
memperhatikan keindahan pula. Denga mikropon di tangan belum
menjamin bahwa suara yang dihasilkan menjadi indah. Tidak hanya
operator yang harus menjaga agar hasil suara menjadi sebaik
mungkin, tetapi orang yang bernyanyi dimuka mikroponlah yang
berperan utama. Oleh karena itu penyanyi harus bersikap kritis
terhadap bunyi yang dihasilkan oleh mikropon.
Gambar 9: cara memegang mikropon
11. Sifat Vokal dan Gaya Vokal
Sifat vokal
Berdasarkan sifatnya, suara manusia dapat digolongkan menjadi
empat sifat dengan kelebihan masing-masing. (1) dramatic; (2) lirih;
(3) coloratura (4) perpaduan dramatic dan lirih. Sifat pertama
115
‘dramatik’ yaitu suara bawaan yang lebih mantap, bahkan banyak
pula yang ngebas. Kelebihan yang dapat diperoleh dari sifat suara ini
adalah lebih mudah merangsang imajinasi pendengarnya. Penyanyi
yang mempunyai suara ini seperti Elvis Presley, Emilia Contessa,
Tom Jones, Kris Biantoro dan lainnya yang bersuara dramatik,
kebanyakan akan lebih mampu me-nyampaikan berbagai gambaran
pesan atau cerita yang termuat pada lagu.
Sifat kedua adalah ‘lirih’ yaitu sifat suara yang lebih menonjolkan
perasaan daripada menonjolkan akan kesan kemantapan suaranya.
Kelebihan penyanyi lirih yaitu lebih mudah menyentuh perasaan
penikmatnya contoh penyanyi yang mempunyai sifat lirih adalah
Chrisye, Siti Nur Haliza, Krisdayanti, Celine Dion, Rossa, Ebiet G.
Ade dan semua penyanyi bersuara lirih lainnya. Dalam dunia industri
sifat ‘lirih’ ini sangat mendominasi deretan penyanyi yang berskala
nasional maupun inter-nasional.
Sifat ketiga adalah ‘coloratura’ yaitu sifat vokal yang memili kelenturan
atau kelincahan yang menonjol dalam memproduksi suara. Saat
menyanyi terasa ringan, seolah-olah tanpa beban dalam
memproduksi suaranya. Penyanyi-penyanyi coloratura seperti Louis
Armstrong, Sal Jearreau, Norma Sanger, Syaharani, Inul Daratista.
Benyamin. Kele-bihannya adalah dapat menjadi penyanyi multisifat,
memiliki bawaan se-bagai penyanyi serba bisa, yang tidak dapat
dimiliki oleh semua pe-nyanyi.
Sifat yang keempat adalah perpaduan antara ‘dramatik’ dan ‘lirih’ ,
misalnya suara Stevie Wonder, George Benson, Hetty Koes Endang,
Rita Efendi. Kelebihan dari suara ini adalah selain lebih mudah dalam
mem-bawa penikmatnya ke dalam suasana lagu, juga lebih
menyentuh pera-saan.
Gaya vokal menurut irama pop
Untuk dapat menyanyi dengan baik, diperlukan penguasaan gaya
atau style lagu yang akan dibawakan. Sebuah gaya dalam musik
keroncong, tentunya akan berbeda sekali dengan gaya pop atau
dang-dut. Untuk itu, latihan menguasai irama lagu harus diperhatikan
oleh seorang penyanyi. Biasanya dalam menyanyi akan diiringi oleh
keyboard tunggal, grup band, orkestra atau pengiring lainnya.
Pengiring yang baik dapat menantang penyanyi untuk menguasai
irama.
Pengucapan dengan cara alami dan ekspresif menjadi ciri atau gaya
penyanyi pop, selain lebih aman bagi timbre penyanyi, juga sangat
berpengaruh terhadap kenyamanan dan kewajaran artikulasi.
116
Penyanyi pop lebih mengutamakan hasil akhir ucapan yang jelas dan
benar daripada terlalu mematok teknik pembentukan mulut. Musik
pop berarti musik popular, musik ringan yang menyenangkan dan
disukai banyak peminat dengan menekannya pada sifat hiburan. Lagu
pop Indonesia merupakan pengembangan dari lagu-lagu yang dikenal
sebagai lagu hiburan. Lagu-lagu pop atau hiburan dikenal sebagai
kata ganti entertain-ment.
Entertainment dalam ruang terbatas dikenal pula sebagai musik
dansa, penggunaan yang luas hingga ke panggung terbuka dikenal
sebagai musik pop. Jenis musik lagu pop masih dibedakan seperti
lagu pop Barat. Baik pop Indonesia maupun Barat, dalam
perkembangannya setiap periode akan muncul hit-hit baru. Musik pop
amat didukung oleh media-media sejak awal, dibandingkan dengan
musik seni, baik yang tradisional maupun yang kontemporer. Pada
tahun ‘60an, musisi pop terkena dampak politis dan larangan
pengaruh musik Barat. Pada umumnya sulit untuk menentukan gaya
musik pop, karena genre ini setiap saat berubah mengikuti arus
perkembangan jaman. Namun yang terpenting dalam gaya vokal pop
adalah sangat bebas dalam meng-ungkapkan suatu nyanyian. Contoh
lagu pop seperti Kisah Seorang Pramuria (The Mercys), Crazy (Julio
Iglesias), Careless Whisper (George M), When I Need You (Julio
Iglesias), Something Stupid (Frank Sinatra) dan sebagainya.
Berikut ini contoh cara menyanyikan lagu pop, tidak banyak cengkok,
hanya pada ketukan-ketukan nada pertama diberi aksen untuk
memper-manis nada-nada berikutnya. Ciri alami penyanyi akan
menjadi hal penting untuk menyanyikan lagu pop, untuk itu ciri lain
dari irama pop adalah lebih banyak mengutamakan hasil ornamentasi
nada-nada terakhir satu nada keatas ataupun kebawah, sesuai
kemampuan dalam memainkan ornamentasi.
Notasi 11: cara menyanyikan lagu pop
117
Gaya vokal menurut irama keroncong
Gaya vokal dalam sajian kroncong, banyak cengkok dan cenderung
melambat dari ketukan yang asli. Keterlambatan dalam ketukan
memang sengaja dilakukan karena untuk memperindah cengkok itu
sendiri. Improvisasi dan ornamentasi dapat dilakukan dengan sangat
bebas, asal masih dalam harmonisasi kroncong. Gaya vokal kroncong
dapat mem-pengaruhi durasi berbagai frase, tergantung cara
‘ekspresi ber-lebihan’ atau vibrato.
Lagu kroncong khas Indonesia (kroncong, langgam, stambul,
langgam Jawa). Istilah kroncong dibawa orang Portugis ke Asia
Tenggara sekitar abad 16, kemudian terdapat berbagai teori bahwa
istilah tersebut dari unsur onomatopoetic, yaitu musik berbunyi seperti
‘crong-crong’ dan sampai sekarang dikenal sebagai musik kroncong.
Struktur harmoni dan melodi keroncong kelihatan berasal dari musik
Barat, bahkan musik rakyat Portugis paling berperan. Musik dengan
kesan melankolis biasanya dipentaskan dengan dua jenis gitar (viola)
dari Spanyol dan guitara dari Portugis. Jika viola memainkan
melodinya, maka guitar memainkan akor-akor tonika-dominan-tonikadominan
….. secara terus menerus, subdominant dibunyikan hanya
pada saat tertentu. Prinsip demikian menonjol pada kroncong, selain
itu, gaya vokal diwarnai dengan vibrato yang keras (dianggap sebagai
kuatnya ekspresi emosi). Standar alat musik kroncong antara lain:
ukulele, banjo, gitar melodi, cello (dimainkan seperti gendang), kontra
bas, biola serta flute. Secara formal kroncong asli berdasarkan suatu
kerangka dengan 28 birama, dibagi masing-masing frase empat
birama. Langgam kroncong kebanyakan dibagi empat frase, masingmasing
dengan 8 birama (biasanya tanda birama 4/4) sesuai dengan
prinsip langgam. Tokoh musik kroncong antara lain: Gesang, Kusbini,
Anjarany dan lain-lain. Cara permainan ukulele dan banjo disebut
onomatopoetic ‘cuk’ dan ‘cak’. Teknik permainan kurang lebih mirip
‘beat’ – ‘off-beat’. Lagu keroncong yang terkenal antara lain: Kr.
Tanah Airku (Kelly Puspita), Lg. Bengawan Solo (Gesang), Stb. Baju
Biru (Hardiman). Berikut contoh cara menyanyikan cengkok
keroncong:
118
Notasi 12: cara menyanyikan lagu keroncong
Gaya vokal menurut irama dangdut
Gaya vokal dalam sajian dangdut sangat bebas, menuruti irama
kendang, dapat vibrasi sesuai dengan ciri khas dangdut, yaitu melayu
atau India. Orkes melayu dengan gaya Hindustan yang mengikut
sertakan suara tabla (gendang India) dengan cara membunyikan tertentu
hingga terdengar suara ‘dangduut’. Orkes melayu gaya baru guna
membedakan dengan orkes melayu asli dari pantai timur Sumatra (Deli,
Riau) dan Malaysia. Pengganti tabla dipergunakan bongo atau kendang
tradisional. Genre dangdut nampaknya berhubungan erat dengan irama
melayu. Namun secara spesifik istilah dangdut diciptakan oleh seorang
penyanyi, gitaris dan kritikus, yaitu Billy Chung (Billy Silabumi dari
Bandung yang melihat corak alat perkusi tabla India terutama dalam lagu
Ellya Khadam. Secara melodis ciri khas dangdut adalah suatu campuran
antara laras diatonis dan pentatonic yang dikaitkan dengan kerangka
harmoni tonal sederhana. Musik ini semakin popular di Indonesia dan
juga selalu terdapat nuansa lokal (dangdut Bali). Dangdut pernah
diangkat menjadi suatu komoditi musik hiburan yang lebih mandiri dan
individual, terutama melalui upaya Rhoma Irama yang dapat memasukkan
aspek agama Islam ke dalam musiknya. Lagu-lagu dangdut
misalnya Terlena (Ikke Nurjanah), Wakuncar (Reynold Panggabean) dan
lagu dangdut lain yang tidak terhitung jumlahnya. Di bawah ini contoh
menyanyikan lagu dangdut.
119
Notasi 13: cara menyanyikan lagu dangdut
Irama jazz
Penyanyi yang mendalami musik jazz, sudah akrab dengan berbagai
improvisasi, karena improvisasi menjadi ciri khas musik jazz. Perubahanperubahan
aksen juga harus dikuasai karena keindahan irama jazz ada
pada aksen ini. Ragam irama musik yang mulai dikenal sekitar tahun
1914 bagi jenis musik popular di Amerika yang berasal dari kalangan
kaum Negro di New Orleans. Karakter musik jazz penuh perubahan
aksen (sinkop) dan kelebihannya untuk berimprovisasi. Jazz gaya lama
termasuk old jazz adalah swing, foxtrot, sedangkan jazz modern seperti
boogie-woogie. Jazz rock merupakan ragam irama musik pop yang
berakar pada rock’nroll dengan kemudahan-kemudahan sentuhan atas
simbal dengan menghilangkan kombinasi pecahan nilai nada. Ciri rock
terdapat pada hentakan bas drum. Jenis jazz waltz, berirama 3 dengan
kombinasi sentuhan gaya rock. Sebagai contoh lagu jazz adalah Putri
(Baskara Band), dan Pastel Sea (Casiopea).
Irama rock
Ciri gaya dalam musik rock adalah sesuai dengan artinya, yaitu keras
seperti padu padas. Suara yang melengking tinggi dan menghentakhentak
menjadi khas musik yang mempunyai rocker seperti Nicky Astrea,
Ahmad Albar dansebagainya. Suatu corak musik hiburan yang kemudian
menjadi serius tahun 1950, berangkat dari pola Boogie-woogie.
Penemunya adalah Fats Domino. Vibrasi nampak jika penyanyi sedang
menyanyikan nada-nada bawah, pada nada-nada tinggi akan kelihatan
kepiawaian seorang penyanyi rock. Jenis musiknya juga berkarakter.
Band Rock di Indonesia seperti God Bless, Bumerang dan hampir seluruh
120
band Rock menggunakan nama berbau keras. Jenis lagu popular sebagai
pengembangan rock’nroll, berasal dari Amerika Serikat dan berkembang
di dunia Barat sekitar tahun 1950. basis rock adalah pada solo vocal
dengan iringan gitar. Musik rock berkembang dengan ragam peralatan
alat musik yang bervariasi sebagai combo-band. Musik rock sebenarnya
masuk dalam kategori pop, sehingga dikenal dengan pop-rock. Lagu
yang mempunyai irama rock seperti Cinta di Kota Tua (Nicky Astrea),
Final count Down (Europe), Tom Sawyer (Rush) dan sebagainya.
Irama rock’roll
Gaya vokal rock’roll hampir sama dengan gaya dalam musik rock,
karena musik rock merupakan pengembangan dari rock’roll yang berasal
dari Amerika Serikat. Sebagai musik yang diharapkan memberikan gerak
yang berkaitan dengan dansa. Ciri dan gaya musik rock’roll pembawaan
lagunya disertai dengan gerakan-gerakan badan mulai dari meliuk-liuk
hingga ke lompatan-lompatan atraktif. Gerak pentas rock’n roll biasanya
merangsang penonton turut bergerak dengan berjingkrak-jingkrak.
Rock’roll dapat diartikan rock and roll, namun ada yang menerjemahkan
rock’roll. Genre musik ini biasa untuk mengiringi tarian bebas maupun tari
modern. Penyanyi rock’roll seperti Elvis Presley dengan lagunya Hound
Dog, Rock and Roll Music (D’Loyd), Rock Around The Clock.
Irama latin
Ragam irama latin seperti samba, chacha, beguin, mambo, rumba,
calypso dan irama latin lainnya berasal dari Amerika Latin, tepatnya
adalah Amerika Selatan yang banyak dipengaruhi kebudayaan Latin.
Sampai sekarang, musik baru dari Amerika Selatan yang lain hampir
tidak diketahui, kecuali musik dari Argentina dan Urugay dengan
komposer Aharonian, yang berjuang keras untuk suatu musik Latin yang
mandiri. Lagu-lagu Latin dalam beberapa contoh: Malaguena (Ernesto),
Jarabe Tapatio (deter Mourice), Jambalaya (H. Wiiliam), Sway (Julie
London), Quondo-quondo (Pat Boone), Kasih (Ermy Kulit).
Irama blues
Musik dengan vokal khas Amerika, berangkat dari orang-orang kulit
hitam. Blues dipandang sebagai bagian musik hiburan dengan
mengusung penuh sifat-sifat emosional Negro sebagai bagian bisnis.
121
Gaya vokal dalam irama blues, bebas melakukan improvisasi dengan
nada-nada yang tersusun secara harmonis. Lompatan-lompatan pada
register bawah maupun atas memperlihatkan kepiawaian penyanyi. Jenis
lagu sedih dari kalangan kaum Negro Amerika, dirancang dalam tempo
yang tidak terlalu cepat, mulai dikenal pada tahun 1911. lagu blues yang
asli biasanya terdiri atas 12 birama yang tersusun menjadi 3 baris,
masing-masing atas 4 birama dalam sukat 4. irama blues seperti dalam
lagu I’ve Got a Blues (Rolling Stones), Dealova (Dewa).
Irama waltz
Gaya vokal untuk irama waltz terkesan gembira, riang dan penuh
warna. Irama waltz diilhami oleh suatu bentuk tarian tradisional Jerman.
Gaya khusus yang agak berbeda dari irama-irama lagu lain adalah pada
ketukannya yang ¾, menjadikan irama waltz digemari di seluruh dunia
sebagai iringan tarian. Ragam irama tari bersukat 3, tari tradisional Eropa
(Jerman) yang mulai digemari sejak abad ke 19. dikenal adanya English
waltz dan Viennese waltz, wals gaya Inggris dan waltz gaya Wina. Irama
waltz dapat ditemukan pada lagu The Last Waltz (Engelbert H), Tennese
Waltz (Patty Page), True Love (Elton John), Delilah (Tom Jones)
Irama country
Suatu corak musik dengan vocal dari Amerika, mula-mula berkembang
di kampong, dinyanyikan oleh para musafir, pengembala dan
pekerja-pekerja. Musik country popular sejak tahun 1940. Pengaruhnya di
Indonesia pada tahun 1953, Mien Soundakh mengeluarkan “Penjaga
Sapi’. Tahun 1950-an country Amerika pada Elvis Presley dengan tema
lagu sekitar cinta dan patih hati. Bangkitnya country tahun 1970-an, yang
berpengaruh pada Rahmat Kartolo dengan ‘Patah Hati”. Ragam irama
pedesaan tradisi perkembangannya dimulai dari Amerika wilayah Barat
saat ini mulai banyak dimunculkan kembali. Gaya vokalnya yang lincah
dan gembira menjadi ciri khas musik country. Dengan busana yang
bergaris-garis, penyanyi country dengan diiringi alat musik seperti gitar,
banyo, biola akan saling bersahut-sahutan. Sebagai contoh lagu-lagu
country adalah Take Me Home Country Road (John Denver), Gembala
Sapi dan sebagainya.
122
Irama reggae
Irama popular dari Jamaika dengan menggunakan elemen folk dan
rock dan disajikan melalui hentakan drum disertai dengan gaya vokal
yang banyak memainkan ornamen atau improvisasi bebas sesuai
karakter reggae. Rekaman reggae telah muncul sejak 1960-an melalui
Millie Small dan Desmond Dekker. Tahun 1970 melalui rekaman Led
Zeepelin terdengar nomor reggae pada album Houses of The Holy, dan
juga lagu Paul Simon yang terkenal There Goes Rhymin Simon atau lagu
Jimmy Cliff tahun 1973. di Indonesia irama ini dimanfaatkan oleh Melky
Goeslaw yang dinyanyikan oleh Nola Tilaar, ‘Dansa Reggae’, yang merupakan
lagu terlaris tahun 1983. Irama reggae misalnya pada lagu
Tragedi Buah Apel (Anita Sarawak), Don’t Worry Bought The Thing (Bob
Marley) dan lagu-lagu reggae lainnya.
12. Teknik Vokal
Langkah-langkah Latihan Vokal
Untuk menghindari pita suara menjadi tegang dan kaku, maka setiap
latihan menyanyi harus diawali dengan pemanasan yaitu latihan yang
membantu pita suara menjadi luwes dan ringan. Karena menyanyi
dengan keras akan menciptakan ketegangan pada pita suara, latihanlatihan
di bawah ini sebaiknya dimulai dengan suara lembut.
Latihan 1:
Latihan 2:
123
Latihan 3:
Latihan 4:
Notasi 14: latihan 1 – 4 (latihan pemanasan)
Latihan 1 – 4 diatas dinyanyikan dengan suku kata yang berlainan dan
dalam tangganada yang secara kromatis naik dari c-cis-d-dis-e-f-fis-g-gisa-
ais-b ……… danseterusnya, kemudian turun masing-masing setengah
laras, seluas batas wilayah nada masing-masing vokalis.
Latihan staccato
Staccato adalah menyanyi dengan cara diputus-putus, paling mudah
dibentuk pada suara kepala, untuk itu latihan-latihannya sebaiknya
dengan nada-nada tinggi:
Notasi 15 : latihan staccato
Untuk mendapatkan suara yang ringan, dapat dilatih dengan staccato dan
cepat:
Notasi 16 : latihan staccato
124
Latihan diatas dinyanyikan dengan suku kata lain misalnya ka, na, pa,
dansebagainya secara kromatis dari c-cis-d-dis-e-f-fis-g-gis-a-ais-b……
danseterusnya naik turun masing-masing setengah laras, seluas batas
wilayah nada vokalis.
Notasi 17 : latihan staccato
Tri suara diatas dinyanyikan dengan suku kata ma-pa-na dansebagainya
secara kromatis dari c-cis-d-dis-e-f danseterusnya naik turun masingmasing
setengah laras, seluas batas wilayah nada masing-masing
vokalis.
Suara Kopstem/kopstein dan Falsetto
Ada cara efektif yang bisa dilakukan dalam menyiasati ketinggian
suara wanita. Selain dengan latihan pernafasan, resonansi, powering,
pembentukan suara dan sebagainya. Dapat juga dilatih suara kopstem.
Suara kopstem adalah teknik memproduksi suara asli dengan cara
hampir seperti membunyikan suara palsu. Suara kopstem banyak
digunakan para penyanyi seriosa pada nada-nada tinggi. Suara tersebut
seperti suara palsu, tetapi tidak sumbang karena dibunyikan dengan
penuh perasaan. Suara kopstem yang baik adalah yang tidak kasar.
Suara kopstem umumnya ditujukan bagi penyanyi wanita. Tetapi ada satu
dua penyanyi pria yang bisa melakukannya. Untuk latihan kopstem
dengan cara: mulai nada rendah hingga nada paling tinggi sesuai dengan
batas ketinggian suara masing-masing, apabila telah mampu pada nada
paling tinggi, bunyikanlah dengan suara yang normal.
Notasi 18 : latihan suara falset
125
Suara falset atau falsetto pada suara kopstem sebenarnya
berasal dari istilah falset/falsetto yang berarti murni suara palsu yang
lazim digunakan pria, tetapi entah mengapa di Indonesia mencampuradukkan
istilah tersebut. Semua wanita memungkinkan untuk bisa
melakukan kopstem, namun hanya satu-dua orang penyanyi pria yang
bisa melakukan. Sebaliknya, semua suara pria sangat memungkinkan
untuk memproduksi falsetto secara baik, namun untuk suara wanita
hanya satu-dua orang yang bisa melakukan sebaik pria.
Aaaaa …………………………………………………..
Notasi 19 : latihan suara falset
Suara yang mengambang dan polos kedengaran mati dan kaku.
Secara spontan suara manusia dipengaruhi oleh hidup manusia.
Ketegangan dan pengendoran otot-otot indra suara, yaitu difragma, leher,
rahang bawah, pipi, lidah dan bibir, apalagi ketegangan dan pengendoran
yang berasal dari jiwa seperti rasa takut dan gembira. Untuk itu dianggap
baik, jika suara manusia mencerminkan kehidupan manusia secara wajar
dengan adanya vibrato, artinya bergelombang. Vibrato yang baik yaitu:
bergelombang dengan merata dan bergelombang sedikit (tidak sampai
setengah nada). Untuk memeriksa adanya vibrato, latihan-latihan teknik
di atas sangat membantu dalam menghasilkan vibrato. Vibrato merupakan
gejala alamiah namun dapat dilatih dengan sungguh-sungguh
serta latihan secara intensif.
126
Latihan tangga nada
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
Notasi 20 : latihan tangganada
141
Latihan Buah Musik / Lagu
142
143
144
145
146
147
148
Gambar 10: menyanyi lagu pop
Gambar 11: menyanyi lagu kroncong
149
Gambar 12: trio tanpa mikropon
Gambar 13: trio dengan memegang mikropon
150
Gambar 14: menyanyi dengan iringan bigband
151
Daftar Notasi
Notasi 1 : latihan pernafasan diafragma
Notasi 2 : latihan vokal ‘a’
Notasi 3 : latihan vokal ‘i’
Notasi 4 : latihan vokal ‘u’
Notasi 5 : latihan vokal ‘e’
Notasi 6 : latihan vokal ‘o’
Notasi 7 : lagu Nyiur Hijau
Notasi 8 : latihan memperkeras dinding resonansi
Notasi 9 : latihan memperkeras dinding resonansi
Notasi 10 : latihan memperbesar dinding resonansi
Notasi 11 : cara menyanyikan lagu pop
Notasi 12 : cara menyanyikan lagu keroncong
Notasi 13 : cara menyanyikan lagu dangdut
Notasi 14 : latihan 1 – 4 (latihan pemanasan)
Notasi 15 : latihan staccato
Notasi 16 : latihan staccato
Notasi 17 : latihan staccato
Notasi 18 : latihan suara falset
Notasi 19 : latihan suara falset
Notasi 20 : latihan tangganada
Notasi 22 : buah musik/lagu-lagu
Daftar Gambar
Gb. 1 : pernafasan diafragma
Gb. 2 : sikap tubuh
Gb. 3 : organ suara
Gb. 4 : bunyi vokal ‘a’
Gb. 5 : bunyi vokal ‘i’
Gb. 6 : bunyi vokal ‘u’
Gb. 7 : bunyi vokal ‘e’
Gb. 8 : bunyi vokal ‘o’
Gb. 9 : cara memegang mikropon
Gb.10 : menyanyi lagu pop
Gb.11 : menyanyi lagu kroncong
Gb.12 : trio tanpa mikropon
Gb.13 : trio dengan memegang mikropon
Gb.14 : menyanyi dengan iringan bigband
152
Seni usik Non Klasik
Lampiran A.1
GLOSARIUM
Abreviasi : penyederhanaan penulisan notasi
Accelerando : dipercepat
Adagio : tempo lambat (MM 52-54)
Aksen : tekanan
Aksidental : tanda-tanda dalam musik
Akustik : pengetahuan tentang suara secara fisika
Allegreto : tempo cepat antara 104 – 112.
Allegro : tempo cepat (126 – 138)
Alto : jenis suara wanita rendah
Ambitus : jangkauan nada
Amplifier : perangkat elektronik penguat suara
Andante : tempo lambat (MM 72-76)
Animato : ringan gembira, (MM 120-126)
Ansambel : permainan musik secara bersama
Apresiasi : menghargai karya orang lain
Arpeggio : akor dibunyikan satu per satu
Arransemen : gubahan
Artikulasi : pengucapan kata-kata dengan jelas
Ascending : gerakan naik
Bariton : jenis instrumen pria sedang
Barrecord : teknik menekan senar dengan cara
melakukan blok dalam satu fret
Bass : jenis suara pria rendah
Bell : ujung pada alat musik tiup
Bridge : jembatan, tempat senar
Bronchial tubes : pengatur nafas
Con Expressione : dengan penuh ekspresi
Con Moto : dengan kecepatan penuh
Crescendo : bertambah kuat
Damping : memotong bunyi gitar
Decresendo : makin berkurang kekuatannya
Dental arches : rongga mulut
Diminuendo : berkurang makin lemah
Diphtong : pengucapan kata-kata dengan huruf rangkap
Distortion : effect gitar dengan karakter soundnya pecah
Drag : dua pukulan lemah yang mendahului
pukulan aslinya
Estinto : hampir tidak berbunyi
Etude : komposisi musik untuk melatih ketrampilan.
Falsetto/falset : suara palsu
Fermata : ditahan, diperpanjang
Fingerboard : papan tempat jari-jari pemain diletakkan
Fingering : sistim penjarian
Fixed doh : system do tetap
Lampiran A.2
Flame : pukulan lemah yang mendahului pukulan
aslinya
Forte : Keras, lebih keras dari mezzo forte
Fortessimo : sangat keras, lebih keras dari forte
Fret : garis papan nada pada alat musik petik
Grave : sangat lambat (MM 40-44)
Half bar : setengah birama
Improvisasi : pengembangan melodi
Instrumen : alat musik
Interval : jarak antara dua nada
Intonasi : pengucapan kata
Kadens : akhir frase atau kalimat musik
Kopstein/kopstem : teknik memproduksi sejenis suara asli
Largo : lebar luas, khikmat, agung, (MM 46-50)
Larynx : pita suara
Lento : lambat, (MM 56-58)
Ligatura : lengkung pengikat
Locrian : tangga nada yang dimulai dari nada ke tujuh
Lungs : paru-paru
Medium : sedang
Melankolis : suara musik sendu, sedih, sayu
Melismatis : satu huruf dipakai untuk serangkaian nada.
Mesosopran : suara sedang wanita
Mezzo Forte : lebih keras
Mezzo Piano : agak lembut, sedikit lebih keras dari Piano
Minuet : lagu tarian
Moderato : tempo sedang. MM 88 -96
Morendo : kian habis menghilang
Motif : bagian terkecil lagu
Movable doh : sistem do berpindah
Nasal cavities : rongga hidung
Neck : leher yaitu bagian gitar tempat senar-senar
dibentangkan.
Nut : penahan dawai pemisah senar
Oralcavity : rongga tenggorokan
Palatine : langit-langit
Palm mute : teknik damping dengan tangan kanan
Partian : sebagian, tidakmlengkap
Phrasering : kalimat dalam musik
Pianissimo : sedikit lebih keras
Piano : lembut
Picking : teknik memainkan plektum.
Pickup : alat yang mengubah getaran senar menjadi
sinyal listrik
Pickup selector : tombol untuk memilih satu atau dua pickup
Plectrum : alat pemetik dawai
Seni usik Non Klasik
Lampiran A.3
Pop/populer : terkenal di masyarakat
Portable : mudah dibawa
Position marker : penada posisi yang terpasang di bagian
tertentu pada leher.
Power cord : akor dengan nada ke 1 dan 5
Powering : tenaga untuk mengeluarkan suara
Prassing : latihan tekanan
Precipitando : tergesa-gesa, dipercepat
Presto : tempo cepat (MM 184-200)
Rallentando : menjadi makin lambat
Register : wilayah nada
Resonansi : sumber suara
Resquendo : cara mengocok gitar
Ritardando : makin lambat
Ritenuto : tertahan-tahan
Ritme : langkah teratur, ketukan teratur
Rudyment : pukulan dasar
Ruff : tiga pukulan lemah
Seventhchord : akor tujuh
Shell : body tom-tom
Slash cord : akor pembalikan
Sliding : membunyikan nada dengan menngeser jari
Solid : badan gitar yang terbuat dari kayu padat
Sopran : jenis suara wanita tinggi.
Sound hole : lubang suara, bagian yang memperkuat
getaran suara.
Soundboard : permukaan atas instrument
Srtap sistem : penambat tali
Striciando : diseret-seret
String : dawai, senar
Stringendo : kian menjadi cepat
Stroke : pukulan
Strokes : pukulan ganda
Strumming : teknik memetik gitar
Style : bentuk ntuk irama musik
Synthesizer : perangkat elektronik peniru bunyi
Tablature : penulisan musik dan menggambarkan posisi jari
Tenor : jenis suara pria tinggi.
Tipping : teknik memainkan melodi gitar
Tone control : tombol pengatur frekuensi nada gitar
Tonsils : kelenjar leher
Trachea : pipa suara
Tranquillo : tenang
Vibrato : gelombang vokal lembut yang mendalam
Vivace : hidup, gembira (MM 160-176)
Volume control : tombol pengatur kekerasan suara
Buku Seni Musik Non Klasik
Lampiran B.1
DAFTAR PUSTAKA
Allen, W.H. The Music Makers, London: Harrow House, 1979
Asriadi, Derry. Kiat Termudah Belajar Bermain Gitar. Jakarta: Kawan
Pustaka, 2004.
Baines, Anthony. Woodwind Intrument and Their History. London: Faber
and Faber Limited., 1977.
Banoe, Pono. Kamus Musik. Yogyakarta: Kanisius, 2003.
Barnet, Joe. Guitar Effects. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.
Beekum, Jan van. Saxologie: Speelstudieboek Voor de Beginnende
Saxofonist. Deel 1 & 2. Hilversum: Harmonia-Uitgave, 1974.
Bundy, George M. The Selmer Elementary Saxophone Instructor.
Amersham, Budks: Halstan & Co., 1966.
Crook, Hal. How to Improvise. Boston: Advance Music,1991.
Coker, Jerry. Improvising Jazz. A Fireside Book. New York: Simon and
Schuster, Inc.,1987.
Concone, G. 50 Lesson de Chant. Opus 9, New York: C.F. Peters.
Cracknell, Debbie. Enjoy Playing Guitar Solos, London: Oxford University
Press, 1998.
Dean, Folk. Melodische–Etudes. Muziekuitgeverij.
DeBellis, Mark. “Music” in Berys Gaut and Dominic Mclver Lopers (ed.),
The Routledge Companion to Aesthetics, London: Routledge,
2001.
Diagram Group. Musical Instruments of The World, An Encyclopedia by
Bantam Book. New York: Paddington Press, 1978.
Djelantik, A.A.M. Estetika: Sebuah Pengantar, Bandung: MSPI dan Arti,
2004.
Dorsey, Jimmy. Saxophone Method. New York: Robin Music Corp., 1968.
Eisenhauer, William, & Charles F. Gouse. Learn to Play The Saxophone
Book 1 & 2. New York: Alfred Music,1977.
Geusau, Alting van. Menyanyi Dengan Baik. Jakarta: PT Aksara, 1986.
Harpster, Richard W. Technique in Singing. London: Collier Macmillan
Publisher, 1970.
Heckman, Tubagus. Keyboard untuk Pemula. Jakarta: Gramedia. 2006.
Hendro SD, Teori Termudah Memainkan Melodi Gitar Lagu-lagu Blues
Rock, Jakarta: Titik Terang, 2002.
_________, Teori Termudah Memainkan Melodi Gitar Lagu-lagu Rock ‘n
Roll. Jakarta: Titik Terang, 2002.
Hughes, Fred. The Jazz Pianist: Left-Hand Voicings and Chord Theory.
Warner Brod Publications, 2002.
Hurd, Michael., The Oxford Junior Companion to Music, Second Edition.
London: Oxford University Press, 1979.
Buku Seni Musik Non Klasik
Lampiran B.2
Thahir, Iqbal. Metode Dasar Gitar Klasik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka,
1985.
Jones, George Thaddeus. Music Theory. New York: Harper & Row
Publisher, 1974.
Kindersley, Dorling. Microsoft Musical Instrument. London: Multimedia
Ltd., 1992.
Kodijat, Latifah. Tangganada dan Trinada. Jakarta: Djambatan,1982.
Machlis, Joseph. The Enjoyment of Music. New York: W.W. Norton &
Company., Inc 1963.
Mack, Dieter. Apresiasi Musik Populer, Yogyakarta: Yayasan Pustaka
Nusatama,1995.
Mansour, Sally, “Music in Open Education”, dalam Music Education
Journal, vol 60 no 8, 1974.
Miller, Hugh M. Introduction to Music. New York: Barnes and Noble. Inc.,
1969.
Nurdin, Anwar, Pendidikan Seni Musik SMA Jildi I, Jakarta: Melati, 1994.
Ottman, Robert W. Advanced Harmony. New Jersey Englewood Cliffs:
Prentice-Hall, Inc.1964.
Panofka, E. Vocalises, Paris: Editions Jobert.
Randegger, Alberto. Methode of Singing, New York: G. Schirmer Inc.
Paap, Wouter. Bagaimana Mengerti dan Menikmati Musik, terj. J.A.
Dungga. Jakarta: PT Aksara, 1986.
Peterson, Oscar. Jazz for the Young Pianist. New York: Hansen House.
Poetra, Adjie Esa. 1001 Jurus Menyanyi, Bandung: Mizan, 2006.
Prier, Sj., Karl Edmund. Sejarah Musik jilid 1,2,3,4, Yogyakarta: Pusat
Musik Liturgi, 1992.
Sadie, Stanley (ed.) Grove Dictionary of Music and Musicians, Volume 1-
20. London: Macmillan Publishers, 1980.
--------------------------. Grove Dictionary of Musical Instruments, Volume 1-
3. London: Macmillan Publishers, 1980.
Soewito, M. Teknik Termudah Belajar Olah Vokal. Jakarta: CV Titik
Terang,1996.
Sumardjo, Jakob. Filsafat Seni, Bandung: Penerbit ITB, 2000.
Sieber, Ferdinand. Vokalisen. Leipzig: C.F. Peters.
Syafig, Muhammad. Ensiklopedia Musik Klasik, Yogyakarta: Adicita Karya
Nusa, 2003
Tambayong, Japi. Ensiklopedi Musik. Jakarta: PT Cipta Adi Pustaka.
1992.
Trubitt, Rudy David. Managing MIDI, Alfred Publishing Co.,1992.
Thompson, John. Modern Course for the Piano. The Willis Music.
Taylor, Eric. Music Theory Grade 1-5, The Associated Board of The Royal
Schools of Music,1999.
Turner, Gary and Brenton White. Progressive Lead Guitar, Koala
Publication,1993.
Buku Seni Musik Non Klasik
Lampiran B.3
Yamaha Music Foundation. Saxophone Mate Course. Tokyo: Yamaha
Foundation for Music Education, 1973.
Yamaha Music Foundation, Populer Guitar Course, Tokyo: Yamaha
Foundation for Music Education, 1984.
0 komentar:
Posting Komentar