____ Baca Baca: SMK 10 Teknik Grafis Komunikasi_Pujiyanto Html BSE_______welcome
Share |

Senin, 01 Maret 2010

SMK 10 Teknik Grafis Komunikasi_Pujiyanto Html














Pujiyanto
TEKNIK GRAFIS
KOMUNIKASI
JILID 1
SMK
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional
Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional
Dilindungi Undang-undang
TEKNIK GRAFIS
KOMUNIKASI
JILID 1
Untuk SMK
Penulis : Pujiyanto
Editor : Arief Purwanto
Ukuran Buku : 18,2 x 25,7 cm
Diterbitkan oleh
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional
Tahun 2008
PUJ PUJIYANTO
t Teknik Grafis Komunikasi Jilid 1 untuk SMK /oleh Pujiyanto
---- Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan,
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah,
Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
lxi. 74 hlm
Daftar Pustaka : lvii
Glosarium : xxxiv - liii
ISBN : 978-979-060-072-0
KATA SAMBUTAN
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar
dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional, telah melaksanakan
kegiatan penulisan buku kejuruan sebagai bentuk dari kegiatan
pembelian hak cipta buku teks pelajaran kejuruan bagi siswa SMK.
Karena buku-buku pelajaran kejuruan sangat sulit di dapatkan di pasaran.
Buku teks pelajaran ini telah melalui proses penilaian oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan sebagai buku teks pelajaran untuk SMK dan telah
dinyatakan memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses
pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 45
Tahun 2008 tanggal 15 Agustus 2008.
Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
seluruh penulis yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya
kepada Departemen Pendidikan Nasional untuk digunakan secara luas
oleh para pendidik dan peserta didik SMK.
Buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada
Departemen Pendidikan Nasional ini, dapat diunduh (download),
digandakan, dicetak, dialihmediakan, atau difotokopi oleh masyarakat.
Namun untuk penggandaan yang bersifat komersial harga penjualannya
harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Dengan
ditayangkan soft copy ini diharapkan akan lebih memudahkan bagi
masyarakat khsusnya para pendidik dan peserta didik SMK di seluruh
Indonesia maupun sekolah Indonesia yang berada di luar negeri untuk
mengakses dan memanfaatkannya sebagai sumber belajar.
Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini. Kepada
para peserta didik kami ucapkan selamat belajar dan semoga dapat
memanfaatkan buku ini sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa buku ini
masih perlu ditingkatkan mutunya. Oleh karena itu, saran dan kritik
sangat kami harapkan.
Jakarta, 17 Agustus 2008
Direktur Pembinaan SMK

Desain Grafis Komunikasi iii
Alhamdulillah, saya bisa menyelesaikan
buku pegangan
pelajaran (Handbook) berjudul
Teknologi Grafis Komunikasi
yang diperuntukkan kepada
Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) maupun bagi masyarakat
yang berkecimpung pada
Grafis Komunikasi. Buku ini
disusun berdasarkan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan
Sekolah Menengah
Kejuruan dengan ada penambahan
- penambahan tertentu
untuk memperdalam materi isi
buku. Buku ini disusun dengan
gaya komunikasi akademik
dengan menampilkan teori dan
praktek serta contoh-contoh
karya rancangan atau karya
yang telah ada di publikasikan.
Penulis sudah mencoba semaksimal
mungkin untuk
menghadirkan tulisan maupun
gambar yang mudah dipahami
oleh siswa Sekolah Menengah
Kejuruan, mudah-mudahan informasi
yang penulis sampaikan
sampai kepada sasaran
pembaca. Buku ini tidak
akan ada bila tidak ada
dukungan dari berbagai pihak.
Maka pada kesempatan ini
saya sampaikan ucapan terimakasih
kepada:
1. Direktur Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan
yang telah memberikan
kesempatan kepada saya
untuk menulis buku ini.
2. Teman sejawat yang telah
membantu pengadaan materi
demi terdukungnya terselesainya
buku ini
3. Mahasiswa Desain Komunikasi
Visual Jurusan Seni
dan Desain Fakultas Sastra
Universitas Negeri Malang
yang telah merelakan
karyanya untuk dibuat
contoh dalam buku ini
4. Mas Roy Genggam yang
karya baiknya dibuat contoh
demi meningkatnya
kualitas berkarya anak
bangsa
5. Masmedia Surya, Cakram,
Marketing, Consept, dan
sebagainya karena gambargambarnya
kami pinjam
untuk ditampilkan dalam
buku ini
6. Teman di SMK se Malang
Raya yang telah memberi
semangat dalam penyelesaian
buku ini.
Semoga buku ini bisa menjadi
acuan dan memberikan kasanah
tentang bagaimana berkarya
grafis yang berakar atau
bernuansa local genius Indonesia.
Kami menyadari, bahwa
tulisan buku ini sangat kurang
dari harapan pembaca, untuk
itu saya mohon saran dan
ktitikan yang bersifat membangun
guna kualitasnya buku
ini.
Malang, Akhir Tahun 2007
Pujiyanto
PENGANTAR PENULIS

Desain Grafis Komunikasi iv
Kata Sambutan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Istilah (Glosari)
Sinopsis
Deskripsi Konsep
Penulisan
Peta Kompetensi
I. Pendahuluan / 1
A. Batasan Desain Grafis
Komunikasi / 2
B. Muatan Lokal Dalam
Desain Grafis Komunikasi
/4
C. Pendalaman / 5
II. Desain,Teknologi, Grafis,
dan Komunikasi / 6
A. Pengertian Desain / 6
B. Pengertian dan
Perkembangan Teknologi /
7
C. Pengertian dan
Perkembangan Grafis / 11
D. Pengertian dan Proses Komunikasi
/ 13
E. Pendalaman / 17
III. Estetika Grafis Komunikasi
/ 18
A. Pengertian Estetika / 18
B. Estetika dalam Industri
Grafis Komunikasi / 19
C. Gagasan dalam Rekayasa
Grafis Komunikasi / 21
D. Penekanan Penguasaan
Dalam Grafis Komunikasi /
27
E. Nirmana dalm Grafis
Komu-nikasi / 28
F. Pendalaman / 29
IV. Etika Grafis Komunikasi/
30
A. Pedoman Media Grafis Komunikasi
(Periklanan) Obat
Bebas / 32
B. Pedoman Media Grafis Komunikasi
(Periklanan) Obat
Tradisional / 40
C. Pedoman Media Grafis Komunikasi
(Periklanan) Alat
Kesehatan, Kosmetika,
Per-bekalan Kesehatan
Rumah Tangga / 46
D. Pedoman Media Grafis Komunikasi
(Periklanan) Makanan
- Minuman / 51
E. Pendalaman / 55
V. Unsur-unsur Grafis
Komu-nikasi / 56
A. Titik / 56
B. Garis / 56
C. Bidang / 60
D. Ruang / 60
E. Bentuk / 61
F. Tekstur / 62
G. Warna / 63
H. Pendalaman / 66
VI. Prinsip-prinsip Grafis
Komunikasi / 67
A. Keselarasan (Harmoni) /
67
DAFTAR ISI
Desain Grafis Komunikasi v
B. Kesebandingan (Proporsi)
/ 69
C. Irama (Ritme) / 69
D. Keseimbangan (Balance) /
70
E. Penekanan (Emphasis) /
73
F. Pendalaman / 75
VII. Elemen Pendukung
Grafis Komunikasi / 75
A. Tipografi (Huruf) / 75
1. Pengertian Huruf / 75
2. Perkembangan Huruf / 76
3. Daya Tarik Huruf / 80
4. Teknik Pembuatan Huruf
dengan Cara Manual / 82
5. Gaya Tipografi (Huruf) / 83
6. Variasi Huruf / 89
7. Penataan Huruf / 93
8. Penegasan Tipografi (Huruf)
/ 98
9. Elemen Teks / 104
B. Ilustrasi (Gambar) / 115
1. Teknik Menggambar / 115
2. Obyek Ilustrasi / 128
3. Ilustrasi sebagai Komunikasi
/ 136
4. Ilustrasi Teknik Fotografi /
155
C. Warna / 200
1. Komposisi Warna / 200
2. Penerapan Warna / 203
D. Corporate Identity / 207
1. Logo / 208
2. Lambang / 209
3. Brand / 209
4. Pictograf / 210
E. Layout / 211
1. Layout Miniatur / 212
2. Layout Kasar / 212
3. Layout Komprehenshif /
213
4. Proses Layout / 213
5. Gambar Kerja (Atwork) /
215
F. Pendalaman / 217
VIII. Gambar Teknik Grafis
Komunikasi / 218
A. Sejarah gambar teknik /
218
B. Bahan dan peralatan / 219
C. Dasar-dasar Menggambar
Proyeksi / 226
1. Menggambar Proyeksi
Orthogonal / 226
2. Menggambar Proyeksi
Irisan / 228
3. Menggambar Proyeksi
Putaran / 228
4. Menggambar Proyeksi
Bukaan / 229
5. Menggambar Proyeksi
Isometri / 230
D. Dasar-dasar Menggambar
Perspektif / 231
1. Menggambar Perspektif
Satu Titik Mata / 233
2. Menggambar Perspektif
Dua Titik Mata / 235
3. Menggambar Perspektif
Tiga Titik Mata / 236
4. Obyek dalam Tampilan
Perspektif / 237
E. Pendalaman / 241
IX. Teknologi Cetak Printing
(Sablon) / 242
A. Sekilas Tentang Sablon /
242
B. Alat dan Bahan
1. Alat / 243
2. Bahan / 247
C. Proses Persiapan Cetak /
249
1. Pembuatan Desain dan
Klise / 249
Desain Grafis Komunikasi vi
2. Proses Mengafdruk / 250
D. Proses Mencetak / 256
E. Hal yang Perlu
Diperhatikan dalam
Mencetak / 258
1. Perhatian Terhadap Alat
dan Bahan / 259
2. Perhatian Terhadap
Proses Cetak / 260
3. Perhatian Setelah Proses
Cetak / 261
F. Membersihkan Screen /
262
G. Pendalaman / 263
X. Komputer Grafis
Komunikasi / 264
A. Media Kerja Photoshop /
264
B. Merubah Gambar / 289
C. Teknik photoshop / 309
XI. Jenis Media Grafis
Komunikasi / 320
A. Kemasan Produk / 320
1. Maksud dan Tujuan
Desain Kemasan / 320
2. Fungsi Desain Kemasan /
321
3. Bahan Desain Kemasan /
322
4. Faktor Ekonomi Dalam
Desain Kemasan / 326
5. Strategi Promosi Melalui
De-sain Kemasan / 327
6. Kualitas Desain Kemasan /
329
B. Media Lini Atas / 330
C. Media Lini Bawah / 330
D. Pendalaman / 333
XII. Penekanan Penyampaian
Media Grafis Komunikasi
/ 334
A. Penekanan pada Produk
yang Disampaikan / 34
B. Penekanan pada Sisi Visualnya
/338
C. Penekanan pada Teknik
Penyampaian / 342
D. Pendalaman / 349
XIII. Kreatifitas dalam
Mendesain Grafis
Komunikasi / 350
A. Terobosan Seseorang
untuk Berkreatifitas / 350
B. Kreatifitas Perancangan
dan Hambatannya / 353
C. Sikap Mental dalam Usaha
Dunia Grafis Komunikasi /
354
D. Pendalaman / 357
XIV. Produk Grafis
Komunikasi yang
Mengarah Tuntutan
Pasar / 358
A. Pasar sebagai Sasaran
Pro-duk / 358
1. Faktor Geografis / 358
2. Faktor Demografis / 359
3. Faktor Psikologis / 360
4. Faktor Behavioristik / 361
B. Pasar sebagai Tuntutan
Kebutuhan Konsumen /
363
1. Produk yang Dibutuhkan
Konsumen / 364
2. Produk yang Mengacu
pada Siklus Hidup
Produksi / 365
C. Pendalaman / 366
XV.Free Design / 367
A. Kita Kaya Berbagai Bentuk
Seni / 367
Desain Grafis Komunikasi vii
1. Pola Penguatan Eksistensi
Bentuk Seni / 369
2. Pola Penumbuhan Bentuk
Seni / 369
3. Pola Progresifitas Estetik
atau Bentuk Spiritual / 370
B. Lokal Jenius Sebagai
Pijakan Karya Grafis / 371
1. Pelestarian / 371
2. Penggalian / 373
3. Pengembangan / 373
4. Penciptaan / 375
C. Pendalaman / 375
XVI. Design: Aplikasinya /
376
A. Mempersiapkan Tempat,
Bahan dan Peralatan Kerja
Desain / 377
B. Pembuatan Corporate
Iden-tity / 378
C. Penerapan / 385
1. Kemasan Produk / 385
2. Media Masa / 396
3. Merancang Media Lini Atas
(Above The Line)/ 409
4. Merancang Media Lini
Bawah (Bellaw The Line) /
415
D. Final Design / 439
E. Menyelesaikan Pekerjaan,
Merawat Bahan dan
Peralatan Desain / 442
F. Pendalaman / 442
XVII. Post Design / 398
A. Mempersiapkan Tempat,
Bahan dan Peralatan
Desain / 443
B. Penerbitan Rancangan
Grafis ke Masmedia / 444
C. Pemasangan Rancangan
Grafis Media Luar / 445
D. Menyelesaikan Desain,
Merawat Bahan dan
Peralatan / 448
E. Pembahasan / 448
XVIII.Bugeting / 403
A. Pra Desain/Produksi (Free
Design) / 449
B. Desain/Produksi (Design) /
449
C. Paska Desain/Produksi
(Post Design) / 450
D. Strategi Pembiayaan 450
E. Pendalaman / 451
XIX. Penutup / 406
s
Desain Grafis Komunikasi liv
Teknologi Gafis Komunikasi
merupakan kebutuhan yang
tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan masyarakat, terutama
bagi mereka yang bergerak
dibidang industri dan
teknologi. Seperti yang tampak
sekarang ini dimana perkembangan
industri dan
teknologi sangat pesat kemajuannnya
sehingga mengharapkan
hadirnya media sarana
komunikasi yang mampu
meningkatkan usahanya. Melalui
media sarana komunikasi
yang handal diharapkan dapat
mempengaruhi khalayak sasaran
sebagai konsumen yang
dapat diujudkan berupa media
cetak maupun menggunakan
sarana elektronik.
Dampak dari perkembangan
komunikasi secara global yang
antara lain adalah perkembangan
dunia pertelevisian,
internet, cetak surat kabar
jarak jauh, pasopati dan
sebagainya. Seperti halnya
dengan perkembangan komunikasi
di Indonesia, media
sarana komunkasi sangat pesat
terutama bidang surat
kabar dan televisi yang tidak
jauh berbeda bila dibandingkan
dengan negara-negara
maju.
Dalam bidang media sarana
surat kabar telah terjadi
kemajuan suatu proses visualisasi,
misalnya; bidang tataletak
(lay-out), pemilihan huruf,
dan isi berita, maka secara
visual penampilan warna disesuaikan
dengan obyek penyajian.
Peran media grafis
komunikasi bukan sebagai
penawaran produk/ jasa saja
melainkan suatu hiburan yang
selalu ditunggu pembaca/
pemirsa.
Sejalan dengan kemajuan di
bidang komunikasi secara global,
yaitu dalam menghadapi
pasar bebas untuk memacu
sumber daya manusia guna
mengantisipasi perkembangan
teknologi dan industri. Sumber
daya manusia yang handal
mempunyai keahlian di bidang
grafis komunikasi baik secara
manual maupun elektronik
sangat dibutuhkan. Salah satu
upaya tersebut adalah memberi
pembinaan dan pembimbingan
melalui program pendidikan
teknologi grafis komunikasi.
SINOPSIS

Desain Grafis Komunikasi lv
Teknologi grafis komunikasi
merupakan pengetahuan dan
keterampilan dalam merancang
media komunikasi cetak.
Media grafis yang dirancang
mengacu pada kualitas penerapan
estetik melalui unsurunsur
grafis dan prinsip-prinsip
grafis. Secara visual dan
verbal, teknologi grafis komunikasi
sangat memperhatikan
eleven-elemen yang ada,
antara lain tipografi, ilustrasi,
warna, corporate Identity, dan
lay-out.
Dalam penciptaan karya grafis,
baik media lini atas maupun
media lini bawah tetap melalui
statu proses yang dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu free
design/Para desain, design/
produk, dan post design/paska
desain (produk). Tapa-tahapan
inilah yang harus dilakukan
bagi calon desainer/praktisi
gra-fis dalam mewujudkan
karya-nya. Semua karya grafis
komunikasi tetap mengacu
pada pasar, agar pesan yang
sampaikan diterima oleh
masyarakat.
DISKRIPSI KONSEP PENULISAN
Desain Grafis Komunikasi lvi
Unsur-unsur
Grafis
TEKNOLOGI
GRAFIS
KOMUNIKASI
Prinsip-prinsip
Grafis
Tipografi
Ilustrasi
Warna
Corporate Identity
Layout
Media Lini
Atas
Media Lini
Bawah
Free Design
Design/Prouk
Post Design
PETA KONPETENSI
Desain Grafis Komunikasi 1
Tuntutan perkembangan jaman
harus ditangkap secara
kritis, dalam waktu singkat
dapat ditindaklanjuti dengan
program yang tersistem dan
terintegrasi. Dunia grafis selayaknya
harus mampu tampil di
depan dalam merespon tuntutan
jaman sehingga dapat
mempercepat penyiapan kualitas
Sumberdaya Manusia.
Sumber Daya Manusia yang
tidak siap pada saat sistem
kehidupan berkembang sesuai
dengan tuntutan jaman, mengakibatkan
terhambatnya sebuah
proses kemajuan suatu
bangsa. Pada masa lalu persoalan
ini tidak terasa sebagai
persoalan yang cukup serius
karena parameter dan evaluasi
tidak secara cepat dapat
dilakukan. Bahkan terhambatnya
sebuah proses kemajuan
bangsapun tidak terasa dalam
jangka waktu yang lama.
Pada era globalisasi ini perkembangan
Ilmu Pengetahuan
Teknologi dan Seni (IPTEKS)
dalam bidang Teknologi Informasi
dan Komunikasi menunjukkan
perkembangan yang
sangat pesat. Perkembangan
Teknologi tersebut telah merubah
peradaban dunia dari
masyarakat industri ke masyarakat
informasi. Perkembangan
teknologi informasi dan
komunikasi telah dimanfaatkan
oleh perusahaan-perusahaan
yang bergerak di berbagai
bidang termasuk di dalamnya
bidang Teknologi Grafis Komunikasi.
Sampai saat ini tenaga-tenaga
profesional di Indonesia yang
mempunyai kemampuan di
bidang Desain Grafis Komunikasi
masih sangat kurang. Hal
ini jelas mempengaruhi struktur
dan kesempatan tenaga
kerja baik secara nasional
maupun regional. Untuk maksud
tersebut diperlukan tenaga
profesional dalam bidang Desain
Grafis Komunikasi yang
dapat memberikan kepuasan
lagi para pengguna tenaga
kerja dalam bidang Desain
Gafis Komunikasi tersebut.
Desain Gafis Komunikasi merupakan
kebutuhan yang tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan
masyarakat, terutama
bagi mereka yang bergerak
dibidang industri dan teknologi.
Seperti yang tampak
sekarang ini dimana perkembangan
industri dan teknologi
sangat pesat kemajuannnya
sehingga mengharapkan hadirnya
suatu media sebagai
sarana komunikasi yang mampu
meningkatkan usahanya.
Sebuah media sebagai sarana
komunikasi yang handal diharapkan
dapat mempengaruhi
khalayak sasaran sebagai
I. PENDAHULUAN
Desain Grafis Komunikasi 2
konsumen yang dapat diwujudkan
berupa media cetak
maupun menggunakan sarana
elektronik.
Perkembangan komunikasi secara
global antara lain adalah
perkembangan dunia pertelevisian,
internet, cetak surat
kabar jarak jauh, pasopati dan
sebagainya. Seperti halnya
dengan perkembangan Desain
Gafis Komunikasi di Indonesia,
media sarana komunikasi sangat
pesat terutama bidang
media cetak yang tidak jauh
berbeda bila dibandingkan
dengan negara-negara maju.
Dalam bidang media cetak,
telah berkembang dengan
pesat seperti proses visualisasi,
misalnya; bidang tata
letak (lay-out), pemilihan huruf,
ilustrasi, warna, dan isi berita,
maka secara visual penampilan
warna disesuaikan dengan
obyek penyajian. Peran
iklan atau media periklanan
bukan sebagai penawaran
produk/jasa saja melainkan
suatu hiburan yang selalu
ditunggu pembaca.
A. Batasan Desain Grafis
Komunikasi
Tugas yang diberikan dalam
menyusun buku ini adalah
Desain Grafis Komunikasi,
istilah ini dijabarkan menjadi
Desain, Grafis, dan Komunikasi.
Istilah desain berasal
dari bahasa Perancis “desiner”
yang berarti menggambar,
kadang-kadang diartikan dalam
pengertian “merancang,
menciptakan bentuk, susunan,
garis, bentuk (bidang, earna
(nada), dan tekstur biasa
diartikan juga merancang, pola
dua maupun tiga dimensi, memilih
dan menyusun, memecahkan
masalah bertujuan
menciptakan susunan, organisasi”.
Kata Grafis mengandung dua
pengertian, yaitu Graphein
(Latin: garis) kemudian menjadi
Graphic Arts atau Komunikasi
Grafis dan Graphishe
Vakken (Belanda: pekerjaan
cetak) kemudian menjadi
Grafika yang diartikan sebagai
percetakan.
Adapun Komunikasi (Latin:
Communis) yang artinya memberitahukan
yang mengandung
maksud memberikan dan
menyebarkan informasi, berita,
pesan, ide-ide, agar hal-hal
yang memberitahukan itu menjadi
milik bersama.
Ketiga pengertian keilmuan di
atas dalam Desain Grafis
Komunikasi adalah keterampilan
dalam menciptakan media
informasi berupa cetakan
dua dimensi yang bersifat
statis.
Ada tiga keilmuan yang mendasar
dalam bidang Desain
Grafis Komunikasi, yaitu Desain,
Komunikasi, dan Desain
(Seni). Dalam Terapan, dua
keilmuan yang hampir sama
Desain Grafis Komunikasi 3
Gambar 1.1:
Lingkup Desain
Grafis Komunikasi
dalam pendalaman keilmuan,
yaitu Komunikasi Visual dengan
Komunikasi Grafis.
Komunikasi Visual dalam pengertian
yang luas adalah
berbagai kegiatan komunikasi
yang menggunakan media dua
dimensi maupun tiga dimensi,
baik statis maupun dinamis,
seperti produk percetakan,
televisi, film, animasi, dan
enternet. Adapun komunikasi
Grafis merupakan bagian dari
komunikasi visual yang mengarah
ke media dua dimensi
bersifat statis, seperti produkproduk
percetakan.
Bidang Desain Grafis Komunikasi
mencangkup berbagai
bidang, yaitu menyangkut teknik
perencanaan gambar,
bentuk, simbol, huruf, fotografi,
warna, tata letak, dan
proses percetakan yang disertai
pula pengertian tentang
bahan dan biaya. Tujuan
utama teknologi grafis komunikasi,
tidak saja menciptakan
atau perencanaan fungsional
estetik, tetapi juga informatif
dan komunikatif dengan masyarakat.
Bila dilengkapi dengan
unsur psikologi massa
dan teori pemasaran, maka
karya teknologi grafis komunikasi
merupakan media promosi
yang sangat potensial.
Dalam perkembangannya, dunia
Desain Grafis Komunikasi
meliputi dunia kegiatan yang
sangat luas, mencakup semua
Desain Grafis Komunikasi 4
aspek komunikasi melalui bentuk
media komunikasi mulai
dari penciptaan logo, perencanaan
dan pembuatan buku,
koran, majalah, tabloid serta
perwajahannya, ilustrasi (fotografi)
dan tipografinya, perencanaan
wajah kalender meja
dan dinding, pembuatan stasionery;
meliputi kartu nama,
amplop, kop surat, map, formulir,
dan memo. Ada juga
grafis dalam bentuk kemasan,
sticker, leaflet, kartu pos, kalender
poster, folder, brosur,
manual book, katalog, agenda,
iklan layanan masyarakat,
dan sebaginya
Tegasnya semua kebutuhan
informasi visual cetak yang
perlu dikomunikasikan dari
seseorang atau kelompok kepada
orang lain atau masyarakat
menjadi bidang kegiatan
teknologi grafis komunikasi.
Hal ini sesuai dengan tuntutan
hidup efektif yang selalu membutuhkan
informasi yang cukup
dan baik.
Bidang profesi Desain Grafis
Komunikasi dapat terserap di
tempat perusahaan penerbitan
kuku, perusahaan penerbitan
surat kabar, perusahaan penerbitan
majalah, perusahaan
periklanan, perusahaan desain
kemasan, periklanan (Advertysing),
ilustrator, fotografer,
dan sebagainya. Selain itu
Desain Grafis Komunikasi juga
menjadi penunjang pada nonkomunikasi,
seperti lembaga
swasta/pemerintah, pariwisata,
hotel, pabrik/manufacture, dan
usaha dagang.
B. Muatan Lokal Dalam
Desain Grafis Komunikasi
Sejalan dengan kemajuan di
bidang Desain Grafis Komunikasi
secara global, maka
untuk mengantisipasi perkembangan
teknologi dan industri
tersebut diperlukan upaya peningkatan
sumberdaya manusia
guna menghadapi pasar
bebas.
Sumberdaya manusia yang
handal dan mempunyai keahlian
di bidang komunikasi yang
baik secara manual maupun
elektronik sangat dibutuhkan.
Salah satu upaya lagi peningkatan
kemampuan sumberdaya
manusia tersebut adalah
dengan memberikan pembinaan
dan pendampingan melalui
program pendidikan Desain
Grafis Komunikasi.
Desain Grafis Komunikasi
merupakan salah satu program
pendidikan “unggulan”
era teknologi informasi dan
komunikasi ini.
Lulusan program studi ini juga
diharapkan mampu menjawab
tantangan dan kebutuhan “dalam
peningkatan” sumber daya
manusia di bidang Desain
Grafis Komunikasi yang bermuatan
Local-Genius Ke-
Timuran berkharakter budaya
Indonesia.
Desain Grafis Komunikasi 5
Gambar 1.3:
Sumber ide Punakawan yang diaplikasikan
ke media grafis komunikasi
Gambar 1.2: Tampilan Punakawan yang
digayakan sesuai kebutuhan grafis
Penguatan muatan lokal ini
dimaksudkan agar sumber daya
manusia yang dihasilkan
mempunyai “sense of belonging”
dan menghargai budaya
yang kita miliki sebagai dasar
penciptaan karya Desain Gafis
Komunikasi yang mempunyai
ciri khas Indonesia.
C. Pendalaman
Carilah Karya Desain Grafis
Komunikasi yang mempunyai
ciri local genius yang telah
beredar / terbit. Cobalah saudara
mengevaluasi, apa kelebihan
dan kekurangan desain
tersebut

Desain Grafis Komunikasi 6
A. Pengertian Desain
Istilah desain berasal dari
bahasa Perancis “desiner”
yang berarti menggambar,
kadang-kadang diartikan dalam
pengertian “merancang,
menciptakan bentuk, susunan,
garis, bentuk (bidang, earna
(nada), dan tekstur biasa
diartikan juga merancang, pola
dua maupun tiga dimensi,
memilih dan menyusun, memecahkan
masalah yang bertujuan
menciptakan susunan,
organisasi”.
Desain merupakan bidang
ketrampilan, pengetahuan dan
pengalaman manusia yang
mencerminkan keterkaitannya
dengan apresiasi dan adaptasi
lingkungannya ditinjau dari
kebutuhan-kebutuhan kerohanian
dan keberadaanya. Secara
khusus, desain dikaitkan
dengan konfigurasi, komposisi,
arti, nilai dan tujuan dari
fenomena buatan manusia.
Aspek desain menghendaki
pertimbangan; bahan, fungsi,
keefektifan, lingkungan dimana
produk tersebut akan dioperasikan
serta skibat produk
tersebut terhadap manusia.
Pada pokoknya desain selalu
mengiringi manusia selama
manusia itu bergaul dengan
alat atau perkakas. Desain tak
pernah menjadi tujuan akhir,
dia tak pernah pula terpisah
dari hasil akhirnya, desain
adalah suatu kegiatan yang
bertujuan.
Secara khusus maupun umum
dapat disimpulkan bahwa desain
adalah menciptakan sesuatu
yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan material
dan spiritual dengan hasil
semaksimal mungkin yang dimulai
dari menggambar hingga
menjadi hasil akhir.
Desain adalah suatu proses
kreatif (seni), yaitu pemecahan
sementara dari masalah-masalah
dalam proses desain
yang ada bias dibuat atau
ditiru. Pada umumnya tidak
ada satupun prosedur logis
yang dapat menuntun permasalahan
menuju suatu pemecahan
masalah. Suatu solusi
diketemukan dengan bantuan;
keterampilan, kecerdasan, kecekatan,
ingatan yang baik,
kecakapan menyusun pola,
pencarian dan penemuan secara
acak dalam batas-batas
lingkup pemecahan, pikiranpikiran
ikutan, dan sebagainya.
Desain sangat tergantung
pada konsep yang tidak pasti
(terukur) seperti bakat desainer,
kepekaan akan menangkap
obyek yang akan
digarap. Hanya dalam beberapa
kasus dalam pemecahan
desain dapat berhasil melalui
pengaturan ukuran elemen
dalam suatu bidang.
II. DESAIN, TEKNOLOGI, GRAFIS, DAN KOMUNIKASI
Desain Grafis Komunikasi 7
B. Pengertian dan Perkem
bangan Teknologi
Teknologi secara harafiah
adalah ilmu mengenai teknik.
Teknik ialah metode, cara,
keterampilan untuk membuat
sesuatu atau mencapai sesuatu.
Dalam arti yang sempit,
teknologi diartikan dengan
istilah pemberian dan praktek
ilmu terapan pada industri
yang mempunyai nilai praktis.
Pengertian agak luas, teknologi
adalah semua proses
yang berhubungan dengan bahan,
teknologi bukanlah bakat
atau kodrat melainkan keilmuan
yang harus dipelajari baik
ilmu terapan maupun sebagai
keterampilan tangan. Teknologi
dalam makna sangat luas,
berarti cara-cara membuat
atau mengerjakan suatu produk.
Sementara itu, aspek teknologi
juga tampak perkembangannya
melalui peralatan
itu sendiri, baik tipologi peralatan
yang bersifat manual
maupun masinal. Demikian juga
teknologi bahan, yang tidak
hanya berkisar pada pengolahan
bahan itu sendiri, akan
tetapi juga bertalian dengan
kemungkinan bahan lain yang
dapat dipergunakan maupun
aplikasi bahan satu dengan
lainnya dalam suatu produk.
Adanya teknologi semua kegiatan
menjadi serba mudah
cepat dan rasional, tentu
selain segi positip yang dapat
meningkatkan harkat hidup
masyarakat banyak, teknologi
pada hakekatnya juga mengubah
pelbagai dimensi kehidupan,
baik yang berakibat
alami, hubungan kemasyarakatan,
maupun nilai-nilai budaya.
Apabila teknologi secara
sederhana diartikan sebagai
ilmu yang mengaji masalah
teknik atau cara, maka format
awal yang dapat dilacak atau
ditelusur melalui berbagai
peralatan yang telah dihasilkan
nenek moyang kita pada
masa-masa prasejarah. Penyempurnaan
teknik asah dari
monofasial ke arah bifasial,
dari kapak genggam ke arah
kapak sepatu, dari bahan batu
ke arah bahan logam dan
seterusnya adalah indikasi
evolusi perkembangan teknologi.
Teknologi sederhana sudah
muncul semenjak pada periode
primitif (prasejarah) yang
berhubungan dengan kebutuhan
manusia baik lahiriyah
maupun spiritual, yaitu bagaimana
menciptakan bentuk
gambar sederhana, seperti
yang ditemukan pada dinding
gua di Lascaux dan Altamira.
Pada awal ini teknologi dalam
membuat media grafis komunikasi
sangatlah sederhana
dengan menggunakan alat
runcing dengan cara goresan
tangan untuk menghasilkan
karya bersimbol untuk berkomunikasi
antar manusia dan
atau dengan Yang Maha
Kuasa.
Desain Grafis Komunikasi 8
Gambar 2.1: Goresan tangan sebuah tanda di
goa menunjukkan sederhananya teknologi
yang digunakan saat itu
Gambar 2.2:
Lukisan yang mengarah
ke serat-serat kayu
Teknologi sederhana pembuatan
ilustrasi (klise) pertama
kali dibuat dengan cukil tangan
pada tahun 1423. Teknik yang
digunakan adalah dengan bahan
kayu ke arah serat membujur
yang dicukil dengan
sebilah pisau. Pada tahun ini
juga Laurens Janszoon Koster
menemukan sistem cetak dengan
menggunakan metode
huruf-huruf lepas, kemudian
disempurnakan oleh Peter
Schoffer pada tahun 1458.
Pada tahun 1798 Alays Senefelder
memperkenalkan tek-nik
cetak datar atau litho-graphy
sebagai cikal bakal metode
cetak offset, yang dimungkinkan
lebih berkembang media
komunikasi, seperti mas
media, buku, poster, iklan dan
sebagainya.
Sekitar akhir abad 18 ditemukannya
teknik membuat ilustrasi
secara sederhana sebagai
pengembangan teknik
tahun 1423, yaitu posisi serat
kayu yang melintang agar
hasilnya lebih halus berkualitas.
Teknologi secara masinal
ditandai di Inggris, yaitu
Revolusi Industri yang ditandai
dengan penggunaan mesin
uap. Dari perkembangan ini
hingga menyebar ke Benua
Eropa dan Amerika, meskipun
berbagai gagasan sudah
dilontarkan sebelum abad 18.
Desain Grafis Komunikasi 9
Gambar 2.3 (kiri): Alois Senefelder
penemu lithography pada tahun 1797
Gambar 2.4: Sebuah mesin cetak woodcut produksi tahun 1870-an
Perkembangan Teknologi Grafis
mulai pada tahun 1808
terciptalah mesin penyusun
huruf (typesetting machines)
pertama yang dite-mukan di
Inggris oleh William Church.
Jenis mesin ini menggunakan
huruf-huruf yang sudah dituang
(dari logam). Pada
tahun 1855 Tacheotype Denmark
menemukan mesin pertama
otomatis dengan sistem
urai.
Desain Grafis Komunikasi 10
Gambar 2.5: Linotype temuan
Ottmar Mergenthaler tahun 1885
Gambar 2.6: Mesin offset dari Heidelberg tahun 2004
Mesin cetak woodcut yang
diproduksi tahun 1870-an,
iklannya dibuat di Scientific
American 1875. Charles Kastenbein
Jerman tahun 1869
merupakan penemu mesin
pertama yang dapat dipasarkan
dalam jumlah lebih
banyak. Secara teknis untuk
mengoperasikan mesin ini
hanya diperlukan tenaga 4
orang.
Tahun 1885 Ottmar Mergenthaler
menemukan mesin Linotype,
yaitu penggabungan
jenis mesin tuang dengan
mesin penyusun dalam satu
mesin. Jenis mesin ini merupakan
jenis mesin paling baik
dekade ini, dan dalam perkembngannya
jenis ini masih
menjadi acuan sebagai dasar
pembuatan mesin baru.
Tahun 1916 Ludlow menemukan
pelengkap mesin cetak
untuk menghindari kekurangan
spasi dan huruf agar lebih
konsisten dan teratur, khususnya
penggunaan huruf-huruf
besar, garis vertikal maupun
horisontal, dan ornamen pada
sebuah poster. Dekade tahun
2000-an muncul teknologi
komputer dan mesin cetak
glosy maupun vinyl yang memudahkan
pencetakan tanpa
menggunakan klise. Teknik ini
menangkap masyarakat yang
membutuhkan produk publikasi/
komunikasi secara cepat
dan tepat.
Desain Grafis Komunikasi 11
Gambar 2.7: Iklan parfum tahun 1878
C. Pengertian dan Perkem
bangan Grafis
Grafis diambil dari kata Yunani
”Graphikos”, merupakan media
kreatif yang awalnya
terbatas pada menulis, menggores,
memahat yang bertujuan
untuk membuat tulisan.
Perkembangan selanjutnya
grafis adalah gambar atau
tulisan yang dihasilkan memalui
metode cetak. Grafis
umumnya diarahkan ke karya
dua dimensional, antara lain;
menggambar, menulis, mewarna,
menata yang berhubungan
dengan karya media
cetak. Media grafis cetak
merupakan karya yang dapat
menimbulkan akibat serta
pengaruh terhadap masyarakat,
bisa bersifat penerangan,
pengumuman, mempengaruhi
baik yang bersifat
komersial maupun non komersial.
Sejarah grafis komunikasi sangat
terlihat di kota Romawi
pada pemerintahan Julius
Caesar (100-44 SM), yaitu
media komunikasi berupa papan
pengumuman dari gib
putih. Media grafis yang
dikeluarkan oleh Dewan Perwakilan
Politik memuat berita
tentang budak-budak tersebut
dikenal dengan nama Acta
Diurna yang artinya ”peristiwa
seharihari”, seperti berita dalam
pertandingan Gladiator.
Revolusi Industri di Inggris
sangat mempengaruhi pengetahuan
bidang grafis komunikasi
seperti adanya surat
kabar sekaligus media komunikasi/
iklan sering bermunculan
dalam surat kabar waktu
itu. Perkembangan ini mempengaruhi
media grafis komunikasi
di negara Amerika dan
Eropa hingga akhirnya memicu
pertumbuhan perusahaan
periklanan.
Di Indonesia media garfis
diperkenalkan di Hindia Belanda
pada tahun 1602 dengan
teknologi percetakan oleh para
pedagang besar VOC. Pada
tahun 1615 dalam surat kabar
Bataviaasche Nouvelles muncul
tulisan tangan indah
(silografi) yang mempercantik
bentuk visual poster. 17 Agustus
1744 surat kabar ini
menerbitkan iklan pertama
dengan bahasa Belanda. Pada
tahun 1809 namanya berganti
menjadi Bataviasche Kolonoale
Courant menggunakan
managemen baru dengan
memperhitungkan ketentuan
dari tarif iklan.
Desain Grafis Komunikasi 12
Gambar 2.8 (kiri):
Iklan tahun 1914
Gambar 2.9: Iklan cetak tahun 1957
Tahun 1825 di Minahasa terbit
”Tjahaja Sijang” yang pertamakali
memuat iklan produk
obat tradisonal. Tahun 1865
terbit ”Bientang Timoor” yang
memuat iklan tentang surat
kabarnya. Perkembangan media
grafis komunikasi pada
tahun 1870 mulai adanya
blosur sebagai media promosi
dan informasi.
Tahun 1914 Penonjolan kekuatan
kreatif naskah grafis
komunikasi yang provokatif
dan persuasif dalam bentuk
question headline. Visualisasi
dialog antara pria dan wanita
dengan teknik yang sederhana
namun cukup artistik.
Periode 1930-1942 perekonomian
Hindia Belanda mulai
membaik, hal ini membangkitkan
gairah kembali biro iklan
yang mempromosikan produk
atau merek. Datangnya Jepang
mengakibatkan berhentinya
industri periklanan yang
sebelumnya dikelola secara
profesional berubah untuk kepentingan
perang untuk mendukung
kepentingan militer
pihak Jepang.
Desain Grafis Komunikasi 13
Gambar 2.10:
Iklan media cetak terbaik Citra Pariwara 1998
Pada tahun 1954 dibentuklah
Perserikatan Biro Reklame
Indonesia (PBRI), yang kemudian
diganti namanya menjadi
Persatuan Biro Reklame Indonesia
dalam Kongres Reklame
Seluruh Indonesia pertama.
Organisasi ini selaku wadah
dalam membuat media grafis
komunikasi (iklan) surat kabar,
meskipun terbatas pada iklaniklan
komersial dan produkproduk
ringan. Sejak tahun
1968 biro iklan tidak lagi
menggunakan tenaga kolportir,
karena pemasang iklan
sudah datang sendiri.
Perekonomian Indonesia mulai
tumbuh pesat pada awal
1970-an diwarnai oleh bermunculnya
beberapa perusahaan
multinasional. Perusahaan
ini membawa angin
segar bagi biro iklan di
Indonesia untuk mempromosikan
produknya melalui media
grafis komunikasi. Desember
1980 di Jakarta dilangsungkan
konvensi masyarakat periklanan
Indonesia mengesahkannya
Kode Etik Periklanan
Indonesia, merupakan tatanan
bagaimana biro iklan dan
karyanya mempunyai tatanan
yang berkualitas dan benar.
Memasuki abad ke 20 merupakan
melesatnya teknologi
yang begitu cepat, seperti
cetak jarak jauh, cetak cepat,
cetak dalam skala kecil,
kesemuanya ini tenaga profesionalesme
grafis komunikasi
dituntut untuk mengikutinya.
D. Pengertian dan Proses
Komunikasi
Istilah komunikasi berasal dari
bahasa Latin ”Communis”
yang artinya memberitahukan,
berpartisipasi, menjadikan milik
bersama. Jadi komunikasi
mengandung maksud memberikan
dan menyebarkan informasi,
berita, pesan, ide-ide,
nilai menggugah partisipasi
agar hal-hal yang memberitahukan
itu menjadi milik
bersama. Komunikasi merupakan
salah satu cara yang
dapat dipergunakan oleh setiap
orang untuk mencapai
suatu konsesus, sehingga
memperoleh apa yang diinginkan.
Desain Grafis Komunikasi 14
Gambar 2.11: Komunikasi tidak dibatasi
usia, jenis kelamin, tempat dan sebagainya
Komunikasi terdapat dua
pengertian, yaitu:
1. Komunikasi secara umum,
adalah sebagai konsekuensi
hubungan sosial (social relation).
Masyarakat paling sedikit
terdiri dari dua orang yang
saling berhubungan satu sama
lain, dikarenakan berhubungan
menimbulkan interaksi sosial
(social interaction).
2. Komunikasi paradigmatis,
adalah proses penyampaian
suatu pesan oleh seseorang
kepada orang lain untuk memberitahu
atau untuk mengubah
sikap, pendapat, atau perilaku,
baik langsung secara lisan
maupun tak langsung melalui
media.
Komunikasi ialah menyampaikan
pesan dari pihak yang
satu kepada pihak lain yang
diungkapkan melalui bahasa
lisan dan tulisan, gambar,
isyarat, bunyi-bunyian dan
bentuk kode yang mengandung
arti dan dimengerti oleh
orang lain.
Berkomunikasi melibatkan dua
pihak, yakni pihak ”sumber”
yang mengirimkan pesan, dan
pihak ”penerima” yang menerima
pesan. Bila orang bercakap-
cakap atau memberikan
informasi, kedua orang tersebut
bergantian menjadi sumber
dan penerima. Ketika
orang pertama berbicara atau
memberikan informasi, ia
bertindak sebagai sumber
yang menyampaikan pesan,
dan pihak kedua bertindak
sebagai penerima pesan. Sebagai
tanggapan atas pesan
tersebut, giliran orang kedua
berbicara atau menyampaikan
informasi sebagai sumber, dan
orang pertama beralih dari
sumber menjadi penerima
pesan yang disampaikan oleh
orang ke dua.
Komunikasi dikelompokkan
menjadi dua macam, yaitu:
1. Komunikasi Langsung, yaitu
komunikasi yang tidak
menggunakan alat (media)
yang disebut pula dengan
proses primer. Komunikasi ini
berbentuk bahasa, gerakangerakan,
aba-aba dan sebagainya
yang mempunyai arti
khusus.
2. Komunikasi Tak Langsung,
yaitu komunikasi yang menggunakan
alat, benda (media)
yang disebut proses sekunder.
Dalam kegiatan proses sekunder
ini orang menggunakan
mekanisme melipatgandakan
jumlah penerima pesan.
Desain Grafis Komunikasi 15
Gambar 2.12: Proses Komunikasi
Pengertian tersebut di atas,
komunikasi merupakan penyampaian
pesan mengandung
makna yang dilakukan
oleh dua orang atau lebih
untuk memberi tahu atau
mengubah sikap (attitude),
pendapat (opinion), atau perilaku
(behavior). Agar komunikasi
berjalan dengan baik
dan efektif, maka diperlukan:
1. Penciptaan suasana komunikasi
yang menguntungkan
2. Penggunaan bahasa yang
mudah ditangkap dan dimengerti
3. Pesan yang menguntungkan
dan dapat menggugah
komunikan.
4. Pesan dapat menumbuhkan
suatu penghargaan
komunikan.
5. Keterampilan dalam memecahkan
masalah.
6. Keterampilan
pengembangan ide yang
sistematis
Kata proses pada komunikasi
merupakan pernyataan komunikasi
yang berlangsung secara
kontinu.
Proses komunikasi merupakan
percakapan antar pribadi
dua orang atau lebih, yaitu
sumber (seseorang) mengirim
pesan melalui saluran kepada
penerima (orang lain), yang
kemudian ditanggapi oleh penerima
dalam bentuk balikan.
Jika semua proses komunikasi
tersebut berjalan dengan
baik komunikasi akan
berjalan dengan lancar, maka
terjadilah peragihan informasi
antara seseorang dengan
orang lain.
1. Sumber
Sumber adalah orang, kelompok,
badan, atau lembaga
yang mengirim pesan. Segala
macam pengalaman, perasaan,
gagasan, suasana hatinya
mempengaruhi pesan yang
disampaikan.
Desain Grafis Komunikasi 16
2. Pesan
Pesan ialah pikiran dan perasaan
sumber yang dituangkan
ke dalam bentuk yang
dapat diserap oleh indera. Jika
kita berbicara, bicara itu
pesan. Jika kita menulis, tulisan
itu pesan. Dalam pesan
ada tiga yang harus diperhatikan
yaitu; sandi pesan,
kandungan pesan, dan penggarapan
pesan.
a) Sandi pesan, ialah sekelompok
lambang yang dapat
disusun sehingga mengandung
makna bagi sejumlah
orang. Sesuatu disebut sandi
jika memiliki sekelompok unsur
dan aturan penyusunan (tata,
susun, sintaksis). Seperti Bahasa
Indonesia yang me-miliki
unsur bunyi, huruf, kata, dan
sebagainya yang disusun
sehingga memberi makna.
Jika hendak menyandi sebuah
pesan terlebih dahulu mengetahui
macam sandi yang
digunakan sehingga dapat memutuskan
seperti sandi yang
mana, unsur sandi yang mana,
dan kalimat atau racana unsur
sandi yang mana kita pilih.
b) Kandungan pesan merupakan
bahan, isi, atau informasi
di dalam pesan sebagai pilihan
sumber dalam usaha mengungkapkan
maksudnya. Kandungan
pesan memiliki unsur
susunan kalimat (racana) tertentu,
seperti dalam menyampaikan
tiga buah informasi,
maka dalam penyampaiannya
diurutkan sesuai dengan
urutan racana yaitu satu
disampaikan lebih dulu, kemudian
yang kedua, dan yang
terakhir.
c) Penggarapan pesan ilah
keputusan pada sumber untuk
memutuskan unsur sandi yang
akan digunakan, dan bagaimana
racananya untuk
menyusun informasi yang
akan
disampaikan.Penggarapan pesan
adalah sebagai pengambilan
keputusan oleh sumber
komunikasi dalam memilih dan
menyusun sandi dan kandungan
pesan.
3. Saluran
Saluran ialah komunikasi sebagai
penghantar sandi. Kata
diteruskan kepada orang lain
melalui gelombang udara,
ungkapan wajah, isyarat, dan
gerak-gerik diteruskan oleh
gelombang cahaya. Makin banyak
saluran yang dimanfaatkan
untuk mengirim pesan
makin besar peluangnya komunikasi
berhasil mencapai
sasarannya.
4. Penerima
Penerima ialah orang, kelompok
orang, badan, atau lembaga
yang menerima pesan.
Pesan diteruskan kepada
penerima melalui gelombang
udara dan/atau gelombang cahaya.
Pesan merupakan informasi
yang dituangkan dalam
sandi, sehingga penerima
harus mengubah sandi ke dalam
bentuk lain yang dapat
Desain Grafis Komunikasi 17
Gambar 2.13:
Komunikasi jangan
mleset sasaran
digunakan oleh penerima.
Penerima dapat dipengaruhi
dunia pengalaman sehingga
antara informasi yang diberikan
sumber kepada penerima
belum tentu sama.
5. Gangguan
Gannguan merupakan sesuatu
yang mempengaruhi pesan
yang diterima penerima dari
hasil kiriman sumber. Penerima
dalam menangkap pesan
kadang tidak sesuai dengan
harapan pengirim pesan (sumber),
hal ini disebabkan oleh
gangguan yang mempengaruhi
penerima, seperti bising,
latar belakang pendidikan,
pengetahuan, dan lain-lain.
6. Balikan
Balikan ialah tanggapan jasmani
dan rokhani pada penerima
atas pesan yang disampaikan
kepadanya. Berdasar
tanggapan tersebut, sumber
dapat mengetahui apakah
diterima atau tidak pesan yang
disampaikan. Jika balikan menunjukkan
kurang memuaskan
karena pesan tidak dapat
diterima, diterima dengan
susah, penafsiran yang salah,
sumber akan pe-ngirim pesan
lagi dengan maksud agar
dapat difahami oleh penerima.
Tujuan komunikasi yang penting
adalah supaya pesan
yang disampaikan komunikator
sampai di komunikan
dan dapat menimbulkan reaksi
atau dampak pada komunikan.
Proses komunikasi merupakan
cara penyampaian suatu
pesan yang dilakukan seorang
atau lebih dari komunikator
(sumber) kepada komunikan
(penerima) secara langsung
atau tidak langsung, sehingga
membuahkan pemikiran guna
menggugah hatinya untuk bereaksi
atau bertindak. Pesan
yang disampaikan komunikator
adalah pernyataan sebagai
paduan pikiran dan perasaan
dapat berupa ide, informasi,
keluhan, keyakinan, himbauan,
anjuran, dan sebagainya.
Pesan yang disampaikan komunikator
kepada komunikan
belum tentu berhasil dengan
apa yang diharapkan (sama
seperti yang disampaikan komunikan),
hal ini diakibatkan
kurang pemahaman atau
penerimaan informasi yang
disebabkan keterbatasan latar
belakang komunikan.
E. Pendalaman
Berlatihlah berkomunikasi secara
langsung maupun tak
langsung dengan sesama
teman, di lingkunngan keluarga,
tetangga, dan sekolah.
Desain Grafis Komunikasi 18
A. Pengertian Estetika
Kata estetika berasal dari kata
Yunani aesthesis yang berarti
perasaan, selera perasaan
atau taste. Dalam prosesnya
Munro mengatakan bahwa
estetika adalah cara merespon
terhadap stimuli, terutama
lewat persepsi indera, tetapi
juga dikaitkan dengan proses
kejiwaan, seperti asosiasi,
pemahaman, imajinasi, dan
emosi. Ilmu estetika adalah
suatu ilmu yang mempelajari
segala sesuatu yang berkaitan
dengan keindahan, mempelajari
semua aspek dari apa
yang kita sebut keindahan.
Teorikus Seni dan Desain dewasa
ini cenderung untuk
menggunakan istilah estetika
sebagai suatu kegiatan pengamatan
yang tidak terpisah
dari pengalaman Seni dan
Desain. Kemudian estilah estetika
berkembang menjadi
keindahan, yaitu usaha untuk
mendapatkan suatu pengertian
yang umum tentang karya
yang indah, penilaian kita
terhadapnya dan motif yang
mebdasari tindakan yang menciptakannya.
Estetika adalah hal yang mempelajari
kualitas keindahan dari
obyek, maupun daya impuls
dan pengalaman estetik pencipta
dan pengamatannya.
Estetika dalam kontek penciptaan
menurut John Hosper
merupakan bagian dari filsafat
yang berkaitan dengan proses
penciptaan karya yang indah.
Dari pengertian ini, bila dipahami
bahwa estetika adalah
ilmu yang mempelajari kualitas
estetik suatu benda atau karya
dan daya impuls serta pengalaman
estetik pencipta maupun
penghayat terhadap benda
atau karya.
Dari beberapa pendapat di
atas dapat disimpulkan bahwa
estetika adalah hal-hal yang
mempelajari keindahan yang
berasal dari obyek maupun
keindahan yang berasal dari
subyek (pengamatan / pencipta).
Keindahan yang berasal
dari subyek penciptanya berkaitan
dengan proses kreatif
dan fisolofisnya.
Pengertian estetika terus
berkembang sesuai dengan
peradaban, konsepsi hidup
manusia, keadaan dan jamannya,
seperti pandangan estetik
dari sudut ekomoni yang
berkonsepsi kecil itu indah,
efisien itu indah, murah itu
indah, dan sebagainya.
Apa alasan orang ingin mengenal
estetika?.
Pertama, karena karya-karya
seni dan desain yang alami
maupun yang buatan begitu
berharga sehingga dipelajari
ciri-ciri khasnya demi karya
seni dan desain itu sendiri.
III. ESTETIKA DESAIN GRAFIS KOMUNIKASI
Desain Grafis Komunikasi 19
Kedua, ia mesti berpendapat
bahwa pengalaman estetika
(pengalaman mengenai karya
seni dan desain) itu begitu
berharga baik untuk kelompoknya
maupun masing-masing
anggotanya sehingga
karya seni dan desain itu mesti
dipelajari. Cara mempelajarinya:
dari sudut pandang apakah
kualitas-kualitas karya ini
mencapai tujuan.
Ketiga, mungkin dikira bahwa
pengalaman ini begitu bernilai
pada dirinya sendiri sehingga
membutuhkan pengujian dan
penelitian mengenai kualitaskualitas
karya seni dan desain
itu.
Estetika merupakan pengetahuan
yang mempelajari dan
memahami melalui pengamatan
hal ikhwal keindahan
baik pada obyek maupun
subyek atau pencipta dan pengamatan
melalui proses
kreatis dan fisolofis. Keindahan
bisa didapatkan dima-na
saja, misalnya alam, benda
seni dan desain. Dalam berkarya,
desainer dalam menciptakan
karya desain selalu
memuaskan secara estetik
(psikologi) dirinya dan orang
lain (konsumen). Jadi karya
yang diciptakan oleh desainer
adalah karya yang memenuhi
kebutuhan hidup manusia
secara fisik dan psikologis
(estetik).
B. Estetika dalam Industri
Grafis Komunikasi
Kesederhanaan belum tentu
jelek, tetapi sebaliknya bisa
jadi menarik. Karya yang menarik
tidak harus rumit atau
mewah. Karya yang rumit
biasanya datang dari kesederhanaan,
tetapi bagaimana
desainer bisa menampilkan
suatu karya yang membuat
orang terheran-heran (punya
greget). Orang kadang tidak
menyangka kalau pengambilan
ide yang sederhana yang
datang dari kehidupan seharihari
bisa lahir hebat suatu
karya yang luar biasa. Karya
yang hebat akan membuat
reaksi di penghayat (yang
melihat), padahal ide yang
dihadirkan tersebut pernah
dijumpai/dilihat dalam kehidupan
sekeliling kita.
Adanya keserhanaan dan kejelian
dalam menangkap suatu
obyek menjadi karya dan
mengkomunikasikan / menginformasikan
kembali melalui
media lain yang dapat diterima,
dipahami oleh masyarakat.
Budaya dan seni di Indonesia
sangat indah bila divisualisasikan
ke dalam karya grafis
komunikasi. Adanya budaya
dan seni, kita bisa berkarya
penuh fariasi bernafaskan
Indonesia ke dalam suatu
media. Kita tentu mengetahui
tentang wayang purwa, sebut
saja tokoh punakawan; Semar,
Desain Grafis Komunikasi 20
Gambar 3.1:
Tampilan Punakawan pada karya grafis
pada mainan anak-anak
Bagong, Petruk, dan Gareng).
Kalau tokoh ini dikemas
menjadi media dengan tampilan
kesederhanaan dengan
fungsi yang beda maka akan
kelihatan lain.
Ide kadang munculnya dari
pengalaman atau kejadian
kehidupan sehari-hari. Dari
permasalahan itulah, desainer
mencoba mengangkat dan
mengerjakan semaksimal
mungkin menjadi karya besar
yang menarik. Sebaik apapun
karya grafis komunikasi bila
tidak bisa dipahami atau tidak
sampai ke sasaran, maka
media tersebut dikatakan tidak
bnerhasil. Maka media grafis
komunikasi tujuan utama adalah
mengkomunikasikan informasi
ke pada masyarakat
(audien) dengan cara pendekatan
visualisasi budaya.
Penggabungan estetika dengan
teknologi dalam industri
grafis komunikasi merupakan
suatu yang kompleks dan
mengarah pada perkembangan
penggayaan tertentu berdasarkan
kebutuhan praktis.
Maka dari itu kualitas estetik
yang ditampilkan merupakan
kerja sama berbagai pihak
untuk menentukan sesuatu
yang dianggap sesuai, mengundang
minat beli, mengandung
roh budaya serta dinamis
menghadapi berbagai kondisi
perkembangan lingukungan.
Bagi seorang desainer grafis
bekerja di industri merupakan
organisasi yang komplek, yaitu
satu unit dengan unit yang
lainnya saling mengisi dan
saling berperan, untuk ikut
campur menentukan estetik
desain. Seorang desainer grafis
harus bekerja sama dengan
bagian pemasaran, keuangan,
produksi, teknisi, dan bagian
lain. Tugas masing-masing
bagian tersebut menurut Kotler
adalah sebagai berikut:
1. Bagian pemasaran bertugas
merencanakan dan memasarkan
produk-produk yang
akanh dipasarkan, karena
bagian pemasaran merupakan
unit kerja industri yang paling
banyak tahu tentang desain
yang diminati konsumen. Karena
itulah bagian pemasaran
adalah mengumpulkan data
tentang selera pasar yang
layak jual.
Desain Grafis Komunikasi 21
2. Bagian keuangan bertugas
menentukan anggaran produksi,
yang fleksibel sesuai
kebutuhan dan penetapan
harga produk desain berdasarkan
pasar yang dibantu
dengan bagian pemasaran.
3. Bagian produksi bertugas
merencanakan efektifitas dan
efisiensi produk.
4. Bagian teknisi bertugas
memacu produksi dan merekayasa
teknologi agar dapat
memproduksi lebih cepat
dengan biaya lebih ringan.
Seorang desainer memang
bukan pelaku utama dalam
melaksanakan tugas produksi,
karena dalam produksi diperlukan
peran banyak orang
(unit kerja) untuk mengkasilkan
karya yang baik.
Desainer adalah seorang perencana
produk desain, namun
ia bekerjasama dengan
pelaksana unit kerja jika ia
tidak dapat bekerjasama ia
tidak akan mendapatkan hasil
yang dikehendaki. Desainer
tidak dapat bekerja sendiri bila
desain yang ciptaannya ingin
diterima masyarakat. Desainer
juga harus mengetahui proses,
karena setiap proses
merupakan bagian yang vital
dari desain serta secara
langsung merefleksikan sukses
atau kegagalan langkah
produksi berikutnya. Oleh karena
itu setiap proses produksi
adalah berupa pembagian
kerja, sehingga tanggungjawab
sepenuhnya terle-tak
pada para pekerja di setiap
unit kerja.
Desainer di lingkungan industri
selalu diburu waktu dalam
membuat grafis komunikasi,
karena tuntutan pemasaran/
pesanan. Dalam industri waktu
sangat menentukan upaya
pelemparan produk/jasa ke
masyarakat. Hal ini terus dilakukan
untuk berlomba menarik
minat pembeli / pemesan,
sehingga industri atau perusahaan
akan selalu cepat
bertindak dan melempar/
mengkomunikasikan produk/
jasa bila tidak ingin ditinggal
pelanggan. Produksi grafis
komunikasi memerlukan waktu
lama dan panjang, seolaholah
bertentangan dengan
kondisi yang ada di perusahaan
(industri) yang harus
cepat membuat dan melempar/
mengkomunikasikan karya-
karya baru.
C. Gagasan dalam Rekayasa
Estetik Grafis Komunikasi
Rekayasa estetik dalam grafis
komunikasi adalah teknik pengungkapan
estetika terapan
melalui proses belajar dan
proses kreatif. Dalam pelaksanaannya
rekayasa estetik
melalui proses panjang mulai
dari tahap desain pada proses
pengerjaannya sampai produk
jadi.
Desain Grafis Komunikasi 22
Gambar 3.2: Grafis Komunikasi
yang didekatkan pada segi rasional
John Wistrand berpendapat
bahwa desain harus merupakan
desain keseluruhan
yang melihat pada proyek atau
produk dan mencoba menganalisanya
sepenuhnya.
Desainer merancang grafis
komunikasi yang menjadi
sebuah alat komunikasi yang
berguna dan tidak hanya
menentukan penampilan saja.
Kesan pertama adalah kepentingan
yang harus dipertimbangkan
berbagai bidang
sehingga menjadi lebih baik
dan benar-benar berguna.
Sebelum berpikir masalah materi
atau unsur desain, seorang
desainer perlu menentukan
tema grafis komunikasi
yang akan dikerjakan
yang sesuai dengan maksud
dan tujuan pada konsepnya.
Ada beberapa tema yang
disesuaikan dengan fungsi
desain, antara lain:
1. Rasional
Media yang mengarah ke
rasional yang berfokus pada
praktek, fungsi, atau kebutuhan
masyarakat, akan memberikan
tekanan atau manfaat
baginya untuk menerima berita
yang diinformasikan / dikomunikasikan.
Pendekatan rasional sangat
efektif bagi masyarakat yang
membutuhkan penjelasan tentang
produk/jasa yang dibutuhkan.
Tanggapan positif
terhadap informasi/komunikasi
yang disampaikan bisa menyakinkan
dan memuaskan
masyarakat sebagai sasaran.
2. Humor atau jenaka
Penampilan humor atau jenaka
merupakan strategi mencapai
sasaran komunikasi grafis
komunikasi untuk memicu
perhatian terhadap yang dikomunikasikan.
Dari survei yang
dilakukan oleh eksekutif iklan
menunjukkan bahwa penggunaan
humor akan efektif untuk
menarik perhatian dan menciptakan
kesadaran orang
yang melihatnya. Dalam visualisasinya
tidak harus seorang
pelawak sebagai bintang yang
diekspus, namun bagaimana
mengemas media informasi/
komunikasi yang bersifat humor.
Desain Grafis Komunikasi 23
Gambar 3.3:
Rasa humor dalam Grafis Komunikasi,
tanpa terasa audien akan mengikutinya
Gambar 3.4: Menakut-nakuti dalam
Grafis Komunikasi merupakan cara
mempertegas pesan
Gambar 3.5: Patriotik pada Grafis
Komunikasi merupakan cara
membidik audience yang senang
akan kepahlawanan
3. Rasa takut
Rasa takut lebih efektif digunakan
untuk memperbaiki
motivasi. Ada dua hal yang
dituju:
􀁸 Pertama, mengindentifikasi
konsekuensi negatif jika
menggunakan produk.
􀁸 Kedua, mengidentifikasi konsekuensi
negatif terhadap
perilaku yang tidak aman,
misalnya minum-minuman
keras, merokok, menilpon
sambil nyetir mobil, merusak
lingkungan, dan sebagainya.
4. Patriotik
Tampilan visual patriotik (hero)
kadang dihadirkan untuk menambah
rasa kepercayaan
masyarakat terhadap berita
yang diinformasikan / dikomunikasikan.
Pahlawan yang
berotot besar yang secara
sigap, cepat, tanpa pamrih dapat
memberantas keonaran,
kejahatan, dan suka menolong
sesama. Adegan ini dapat
membius kepercayaan masyarakat,
sehingga mereka menerima
terhadap segala yang
diinformasikan / dikomunikasikan
pada media grafis.
Desain Grafis Komunikasi 24
Gambar 3.6: Faktor kesalahan pada Grafis
Komunikasi merupakan penyampaian
pesan untuk menyudutkan produk lain
Gambar 3.7: Faktor kaidah pada Grafis
Komunikasi dimaksudkan untuk
penegasan informasi yang disampaikan
5. Kesalahan
Seseorang suatu saat kadang
melakukan kesalahan dalam
hidupnya, seperti menyimpang
dari nilai aturan yang ada.
Tujuan media yang bersifat
kesalahan ini agar audience
(masyarakat) yang melihatnya/
membacanya bisa memperbaiki
adegan/ berita kesalahan
yang diinformasikan/dikomunikasikan.
Misalkan seorang ibu
me-nggoreng (menuangkan)
krupuk sebelum minyak gorengnya
mendidih.
Hal ini tentu kesalahan besar
yang mengakibatkan krupuk
tidak bisa berkembang dengan
baik. Di sinilah peran audien
(masyarakat) untuk memperbaikinya,
yaitu sebelum krupuk
dimasukkan ke wajan harus
menunggu mendidihnya minyak
goreng agar krupuk yang
digoreng bisa mengembang
dengan sempurna. Contoh
lain, orang salah kalau menggunakan
battery ”B” karena
mainannya tidak bisa jalan,
mengapa tidak pakai battery
”A”?.
6. Kaidah
Kaidah biasanya hubungannya
dengan aturan-aturan yang
tidak menyinggung suku, adatistiadat,
ras, dan agama
(SARA). Unsur ini sangat
riskhan dan harus berhati-hati,
agar media grafis yang diciptakannya
tidak terjadi kesalah
pahaman di dalam
masyarakat. Tampilnya figur
anak-anak yang tidak sopan
terhadap orang tua atau melanggar
asusila tentu akan
menjadi gunjingan di masyarakat
yang mengakibatkan
media grafis yang telah susah
payah dibuatnya tidak boleh
beredar.
Desain Grafis Komunikasi 25
Gambar 3.8 (kiri):
Simbol kadang dimunculkan pada Grafis
Komunikasi merupakan cara membidik
perwakilan audien
Seorang desainer grafis harus
mengetahui aturan yang ada
agar dalam pengerjaan desain
berjalan dengan lancar, seperti
menampilkan unsur “halal”
dalam produk makanan/ minuman,
atau sunkem anak
kepada orang tua di hari Raya
yang sudah mendapat keepercayaan
dan tradisi yang bagi
kaum muslim secara luas.
7. Simbol
Simbol adalah tanda yang
mempunyai hubungan dengan
obyek yang mempunyai peraturan
yang sifatnya umum.
Simbol merupakan jembatan
menginterpetasikan (mengartikan)
suatu obyek kepada
orang lain sesuai dengan
pengalamannya.
Informasi yang disampaikan
sumber menggunakan simbol
kadangkala tidak sampai atau
salah persepsi terhadap yang
menerimanya, seperti lambaian
tangan bisa menyimbulkan
(mengisyaratkan) selamat datang,
selamat berpisah, selamat
tinggal, tidak mau, atau
tidak setuju.
Tampilnya burung merpati
terbang dan grafis komunikasi
menyimbulkan adanya kebebasan
hidup, begitu sebaliknya
gambar merpati yang terkurung
dalam sangkar menyimbulkan
hidup terkekang.
8. Pengandaian
Pengandaian merupakan harapan
atau angan-angan ke
depan sebuah tujuan. Pengandaian
merupakan sebuah
impian yang seakanakan menjadi
kenyataan. Tampilnya
media informasi / komunikasi
dengan tema “pengandaian”
membidik sebagian masyarakat
yang mempunyai harapan
besar setelah mengikuti dan
menanggapi terhadap pesan
yang disampaikan.
Sebagai contoh tampilnya
gambar anak dibawah lima
tahun yang asyik mengoperasikan
komputer atau
bertambahnya tinggi badan
setelah minum salah satu
produk vitamin tertentu.
Desain Grafis Komunikasi 26
Gambar 3.9: Pengandaian pada Grafis
Komunikasi membidik audien yang suka
berharap sesuatu yang belum terpenuhi
Gambar 3.10: Aneh dan idenya luar biasa
yang mengajak audience terpesona
9. Emosional
Emosional sangat berhubungan
dengan faktor psikologis
yang dapat mempengaruhi
penghayat (masyarakat). Sebagian
masyarakat tertarik
pada berita yang diinformasikan/
dikomunikasikan melaui
pendekatan emosional dengan
perasaan si penghayat yang
mengesampingkan akribut dari
lembaga yang menginformasikan.
Para desainer pesan percaya
bahwa pengiriman pesan
melalui teknik emosional lebih
mengena dan membuat penasaran,
khususnya masyarakat
yang merasa lebih maju.
Tugas seorang desainer grafis
tidak hanya menciptakan proyek
atau produk untuk yang
berguna, tetapi juga menciptakan
desain yang bagus,
mencerminkan sesuatu yang
baru dan berkepribadian. Seorang
desainer grafis dikatakan
berhasil bila mempunyai beberapa
karakter tertentu yaitu;
􀁸 Mempunyai kecakapan teknis.
􀁸 Mengerti akan sifat bahan
􀁸 Mengerti akan kebutuhan
orang banyak
􀁸 Selalu ingin tahu
􀁸 Ketajaman melihat
􀁸 Inisiatif
􀁸 Senang dan cakap
􀁸 Kepercayaan
􀁸 Kejujuran
Desain Grafis Komunikasi 27
Gambar 3.11: Bobot estetika pada
cover majalah ini bisa dinilai dari
berbagai sudut pandang
􀁸 Memperhatikan resiko dan
mempertanggungjawabkan
karyanya
􀁸 Mengumpulkan data
􀁸 Tekun dan mengerti maksud
tujuannya.
Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam perencanaan
desain, antara lain:
􀁸 Syarat-syarat yang ditentukan
dalam penyatuan (desainer,
pemasaran, dan
produksi)
􀁸 Kecocokan adanya prinsip
ilmu pengetahuan dengan
teknik komputer dan mesin
produksi
􀁸 Sesuai dengan lingkungan
(masyarakat setempat)
􀁸 Kecocokan sifat desain dari
satu bagian dengan bagian
lain
􀁸 Kemungkinan desain dan
cara pemecahannya.
D. Penekanan Penguasaan
dalam Grafis Komunikasi
Dalam proses grafis komunikasi
lebih menekankan penguasaan
pengetahuan khusus,
seperti estetika konsep,
estetika pelaksanaan, dan
estetika teknologi, yang kesemuanya
merupakan proses
berlanjut dari awal hingga
terciptanya produk desain.
1. Estetika Konsep
Estetika konsep adalah kualitas
estetik yang lahir karena
adanya penggabungan antara
berbagai batasan atau alternative
dan criteria perencanaan.
Estetika ini dapat dicurahkan
di atas kertas gambar,
model, mock-up, maket, prototype
atau deskripsi proyek
desain.
2. Estetika Pelaksanaan
Estetika Pelaksanaan adalah
kualitas estetik yang berada
pada pada pelaksanaan estetika
konsep. Dalam pelaksanaan
belum tentu seratus
persen sama dengan konsep
yang telah ditentukan, maka
dalam hal ini perlu perubahanperubahan
dengan pertimbangan
khusus yang tidak bisa
terikat dalam konsep, seperti
skala, cara pelaksanaan, material,
dan sebagainya.
3. Estetika Teknologi
Estetika Teknologi adalah kualitas
estetik yang diciptakan
Desain Grafis Komunikasi 28
melalui proses teknologi yang
menekankan pada pelaksanaan
jalannya teknologi (mesin).
Jadu merupakan prosedur
pelaksanaan desain dari konsep
yang telah ada diproses
melalui mekanik/mesin. Disinilah
peran teknologi dapat
menentukan bisa atau tidaknya
suatu estetika konsep
diproses. Maka dari itulah
seorang desainer industri setidak-
tidaknya mengetahui dan
memahami prosedur teknologi
(mesin).
E. Nirmana dalam Grafis
Komunikasi
Nirmana dalam desain merupakan
strategi atau langkahlangkah
yang harus dilakukan
dalam penciptaan desan grafis
agar menghasilkan karya yang
mempunyai rasa estetik tinggi.
Nirmana merupakan ilmu dasar
kedesainan yang mempelajari
dasar-dasar desain
mengenai warna, bidang, bentuk,
ruang, dengan berbagai
pendekatan kreatif eksperimentatif
meliputi komposisi,
irama, harmoni dan sebagainya.
Karya grafis komunikasi harus
memiliki nilai estetika, yaitu
sesuatu yang menyebabkan
suatu bentuk dapat dikenali
sebagai karya desain yang
bernilai. Untuk mencapai hal
tersebut perlu adanya kesatuan,
keteraturan, variasi
tatanan, dan komunikatif.
1. Kesatuan
Kesatuan merupakan suatu
cara untuk menggabungkan
dan menyatukan unsur-unsur
visual yang ditata sesuai dengan
konsep ide pencipta
dalam desain menjadi bentuk
media grafis. Antara unsurunsur
tersendiri yang kesemuanya
akan membentuk
wujud sarana informasi visual
yang menjadi kesan satu
kesatuan.
2. Keteraturan
Keteraturan unsur-unsur visual
yang ditata sehingga menjadi
tertata dalam satu bentuk media
grafis. Teraturnya tatanan
unsur visual akan membuahkan
kesan pandangan yang
bulat dan optimal.
3. Keragaman
Unsur-unsur yang ditata agar
tampak lebih bermakna, tidak
hambar, dan tidak membosankan.
Secara keseluruhan,
obyek yang ditampilkan saling
dukung dan saling ngait yang
menguntungkan.
4. Komunikatif
Segi komunikatif pada grafis
komunikasi harus sangat diperhatikan.
Bila karya kurang
komunikatif, berarti karya
tersebut tidak berhasil, atau
sesuatu yang diinformasikan
kepada kalayak / masyarakat
(audience) tidak akan sampai.
Agar grafis komunikasi bisa
sampai ke kalayak, maka
harus memperhatikan segmen
yang dibidik sebagai sasaran.
Desain Grafis Komunikasi 29
Gambar 3.12:
Adanya kesatuan, keteraturan, keaneragaman/variasi tatanan, dan
komunikatif terwujud dalam satu karya fotografer grafis Roy Genggam
Gambar 3.13:
Gambar bisa berbicara bilamana
memperhatikan kesatuan, keteraturan,
keaneragaman/variasi tatanan,
seperti karya fotografer
Roy Genggam
F. Pendalaman
Baca ulang materi di atas, lalu
cari contoh lain tentang karya
yang mempunyai nilai estetik
rasional, humor, rasa takut,
patriotik, kesalahan, kaidah,
simbol, pengandaian, dan
emosional.
Desain Grafis Komunikasi 30
Proses komunikasi media
grafis komunikasi tidak dapat
dilepaskan dari etika Komunikator
(Sumber), Komunikasi
(Pesan melalui media), Konteks
(siapa sasaran komunikasi
dengan akibat apa) selalu
berkaitan dengan etika. Komunikator/
sumber misalnya, dituntut
untuk memiliki motivasi
komunikasi yang jujur. Hal ini
menjadi jelas bila kita gabungkan
diagram landasan keputusan
etis dengan diagram
proses komunikasi media
grafis komunikasi. Proses komunikasi
media grafis komunikasi
dapat dilihat sebagai
suatu kegiatan manusia yang
melibatkan keputusan etis di
dalamnya.
Menurut Marshall Mc Luhan,
cara menyampaikan informasi
sama pentingnya dengan isi
informasi yang disampaikan.
Namun, tidak berhenti di situ,
media penyampai pesan tersebut
juga harus kita perhatikan.
Apakah cara yang dipakai
benar, artinya tidak melanggar
tata krama atau etika?
a. Produsen/biro iklan (media
grafis komunikasi) sebagai
komunikator dituntut untuk memiliki
motivasi dan tujuan yang
benar dalam bermedia grafis
komunikasi.
b. Pesan dan media grafis
komunikasi berhubungan erat.
Bukan hanya niat yang jujur,
tetapi juga cara mengolah
pesan dan penggunaan media
komunikasi penting untuk diperhatikan.
c. Sasaran media grafis komunikasi
berkaitan dengan
landasan keputusan etis situasi
dan akibat. Untuk menjalin
komunikasi yang baik kita
harus memperhitungkan akibat
negatif yang akan terjadi dari
oesan media grafis komunikasi
yang kita lontarkan. Pesan
yang sama akan berbeda
akibatnya bila diterima olah
anak atau orang dewasa.
Ketiga faktor tersebut di atas
harus ada dalam proses
komunikasi media grafis dan
selalu menjadi bahan pertimbangan.
Ketiganya tidak dapat
dipisahkan, karena suatu proses
grafis komunikasi selalu
mempertimbangkan maksud
atau niat komunikator, cara
komunikator disampaikan (dengan
alat apa), dan siapa
sasarannya.
Jadi ketika seorang desainer
media grafis komunikasi merancang
pesan yang berupa
membujuk calon konsumen
barang atau jasa, ia selalu
akan berhadapan dengan masalah
etis (etika). Motivasi dan
tujuan, ia menyampaikan media
grafis komunikasi untuk
diuji. Apakah ia jujur? Ketika ia
mengolah suatu pesan, ketika
IV. ETIKA RANCANGAN DESAIN GRAFIS KOMUNIKASI
Desain Grafis Komunikasi 31
ia memanfaatkan suatu jenis
media media grafis komunikasi
ia harus bertanya: Etiskah
cara yang ia pakai? Selanjutnya
sasaran komunikasi juga
menimbulkan masalah etis.
Bagaimana cara membujuk
anak tanpa merusak jiwanya?
Apakah akibatnya bagi konsumen
dengan perkataan lain,
kontek dan akibat komunikasi
perlu dipertimbangkan matang-
matang. Selama ini keputusan
etis suatu rancangan
media grafis komunikasi mengacu
pada kode Etik Periklanan
Indonesia, Tata Krama
dan Tata Cara Periklanan
Indonesia yang Disempurnakan,
maupun peraturan yang
lain.
Tatakrama Periklanan Indonesia
atau Tata Cara Periklanan
Indonesia yang Disempurnakan
yang menulis mukadimah
antara lain menyatakan bahwa
isi Kode Etik berdasarkan
pada Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945. Kode
Etik Periklanan Indonesia
terdiri atas tiga bagian, yaitu
bagian asas-asas umum, penerapan
umum, dan penerapan
khusus.
Dalam asas-asas umum disebutkan,
antara lain:
􀁸 Iklan (media grafis komunikasi)
harus jujur dan
tanggung jawab.
􀁸 Iklan (media grafis komunikasi)
tidak boleh menyinggung
perasaan atau
merendahkan martabat
agama, tata susila, adat,
budaya, suku, dan golongan
(SARA)
􀁸 Iklan (media grafis komunikasi)
harus dijiwai oleh
rasa persaingan sehat.
Dalam penerapan umum disebutkan
antara:
􀁸 Apa yang dimaksud dengan
istilah jujur, bertanggung
jawab dan tidak
berlawanan dengan hukum.
􀁸 Isi iklan (media grafis komunikasi)
berupa pernyataan
dan janji mengenai
produk harus dapat dipertanggung
jawabkan kebenarannya.
􀁸 Iklan (media grafis komunikasi)
tidak boleh membenarkan
tindakan kekerasan.
􀁸 Iklan (media grafis komunikasi)
untuk anak-anak tidak
boleh ditampilkan dalam
bentuk yang dianggap dapat
mengganggu atau merusak
jasmani dan rohani
mereka, serta mengambil
manfaat atas kemudahan
kepercayaan, kekurangan
pengalaman, atau kepolosan
hati mereka.
Pada bagian penerapan khusus
disebutkan:
􀁸 Iklan (media grafis komunikasi)
tidak boleh mempengaruhi
atau merangsang
orang untuk memulai minum
minuman keras.
Desain Grafis Komunikasi 32
􀁸 Iklan (media grafis komunikasi)
tidak boleh mempengaruhi
atau merangsang
orang mulai merokok.
􀁸 Iklan (media grafis komunikasi)
obat harus sesuai
dengan indikasi jenis produk
yang disetujui Departemen
Kesehatan Republik
Indonesia.
Ada kalanya iklan (media
grafis komunikasi) lupa atau
tidak menghiraukan peraturan
yang telah ditentukan, sehingga
tanpa disadari iklan
(media grafis komunikasi)
yang ditampilkan akan mendapat
reaksi keras atau kritik
juga perasaan kurang enak
pada konsumen yang merasa
dirugikan. Memanipulasi dan
mempermainkan Kode Etik
yang telah ditentukan secara
tidak langsung meninggalan
peraturan yang telah ada,
sehingga menjadikan kurang
wibawanya Kode Etik tersebut.
Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia
Nomor:
368/Men.Kes/SK/IV/1994
Tentang Pedoman Periklanan:
Obat Bebas, Obat
Tradisonal, Alat Kesehatan,
Kosmetika, Perbekalan Kesehatan
Rumah Tangga, dan
Makanan-Minuman
A. Pedoman Periklanan
Obat Bebas
Latar Belakang
1. Obat mempunyai kedudukan
yang khusus dalam
masyarakat karena merupakan
produk yang diperlukan untuk
memelihara dan meningkatkan
kesehatan masyarakat. Namun
demikian, penggunaan
yang salah, tidak tepat dan
tidak rasional dapat membahayakan
masyarakat.
2. Untuk melindungi masyarakat
dari kemungkinan penggunaan
obat yang salah, tidak
tepat dan tidak rasional akibat
pengaruh promosi melalui
iklan, pemerintah melaksanakan
pengendalian dan pengawasan
terhadap penyebaran
obat, termasuk periklanan
obat. Dalam periklanan obat,
masalah yang dihadapi relatif
kompleks karena aspek yang
dipertimbangkan tidak hanya
menyangkut kriteria etis periklanan,
tetapi juga menyangkut
manfaatresikonya terhadap
kesehatan dan keselamatan
masyarakat luas. Oleh karena
itu isi, struktur maupun format
pesan iklan obat perlu dirancang
dengan tepat agar tidak
menimbulkan persepsi dan
interprestasi yang salah oleh
masyarakat luas.
Desain Grafis Komunikasi 33
Petunjuk Teknis
Secara umum iklan obat harus
mengacu pada “Tata Krama
dan Tata Cara Periklanan
Indonesia”, tetapi khusus untuk
hal-hal yang bersifat teknis
medis, maka penerapannya
harus didasarkan pada pedoman
ini.
Umum
1. Obat yang dapat diiklankan
kepada masyarakat adalah
obat yang sesuai peraturan
perundang-undangan yang
berlaku tergolong dalam obat
bebas atau obat terbatas,
kecuali dinyatakan lain.
2. Obat dimaksud dalam butir
(1) dapat diiklankan apabila
telah mendapat nomor persetujuan
pendaftaran dari Departemen
Kesehatan RI.
3. Iklan obat dapat dimuat di
media periklanan setelah rancangan
iklan tersebut disetujui
oleh Departemen Kesehatan
RI.
4. Nama obat yang dapat
diiklankan adalah nama yang
disetujui dalam pendaftaran.
5. Iklan obat hendaknya dapat
bermanfaat bagi masyarakat
untuk pemilihan penggunaan
obat bebas secara
rasional.
6. Iklan obat tidak boleh
mendorong penggunaan berlebihan
dan penggunaan terusmenerus
7. Informasi mengenai produk
obat dalam iklan harus
sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan dalam pasal 41
ayat (2) Undang-undang No.
23 tahun 1992 tentang Kesehatan
sebagai berikut:
Obyektif: harus memberikan
informasi sesuai dengan kenyataan
yang ada tidak boleh
menyimpang dari sifat kemanfaatan
dan keamanan obat
yang telah disetujui.
Lengkap: harus mencantumkan
tidak hanya informasi
tentang khasiat obat, tetapi
juga memberikan informasi
tentang hal-hal yang harus
diperhatikan, misalnya adanya
kontra indikasi dan efek
samping.
Tidak menyesatkan: informasi
obat harus jujur, akurat,
bertanggung jawab serta tidak
boleh memanfaatkan kekuatiran
masyarakat akan suatu
masalah kesehatan. Di samping
itu, cara penyajian informasi
harus berselera baik dan
pantas serta tidak boleh
menimbulkan persepsi khusus
di masyarakat yang mengakibatkan
penggunaan obat
berlebihan atau tidak berdasarkan
pada kebutuhan.
8. Iklan obat tidak boleh
ditujukan untuk khalayak anakanak
atau menampilkan anakanak
tanpa adanya supervisi
orang dewasa atau memakai
narasi suara anak-anak yang
menganjurkan penggunaan
Desain Grafis Komunikasi 34
obat. Iklan obat tidak boleh
menggambarkan bahwa keputusan
obat diambil oleh anakanak.
9. Iklan obat tidak boleh
diperankan oleh tenaga profesi
kesehatan atau aktor yang
berperan sebagai profesi kesehatan
dan atau menggunakan
“seting” yang beratribut
profesi kesehatan dan laboratorium.
10. Iklan obat tidak boleh
memberikan pernyataan superlatif,
komparatif tentang indikasi,
kegunaan/ manfaat obat.
11. Iklan obat tidak boleh:
11.1. Memberikan anjuran dengan
mengacu pada pernyataan
profesi kesehatan mengenai
khasiat, keamanan dan
mutu obat.
Misalnya, ”Dokter saya merekomendasikan
...…”
11.2. Memberikan anjuran mengenai
khasiat, keamanan dan
mutu obat yang dilakukan
dengan berlebihan.
12. Iklan obat harus memuat
anjuran untuk mencari informasi
yang tepat kepada
profesi kesehatan mengenai
kondisi kesehatan tertentu.
13. Iklan obat tidak boleh
menunjukkan efek/kerja obat
segera sesudah penggunaan
obat.
14. Iklan obat tidak menawarkan
hadiah ataupun
memberi pernyataan garansi
tentang indikasi, kegunaan/
manfaat obat.
15. Iklan obat harus mencantumkan
spot peringatan perhatian
sebagai berikut:
􀁸 BACA ATURAN PAKAI
􀁸 JIKA SAKIT BERLANJUT,
HUBUNGI DOKTER
16. Ketentuan minimal yang
harus dipenuhi oleh spot
peringatan perhatian dalam
butir (15) adalah sebagai
berikut:
16.1. Untuk Media Teklevisi:
Spot iklan harus dicantumkan
dengan tulisan yang jelas
terbaca pada suatu screen/
gambar terakhir dengan ukuran
minimal 30% dari screen
dan ditanyangkan minimal
selam 3 detik.
16.2. Untuk Media Radio:
Spot iklan harus dibacakan
pada akhir iklan dengan jelas
dan dengan nada suara tegas.
16.3. Untuk Media Cetak:
Spot dicantumkan dengan
ketentuan sebagai berikut:
Obat
BACA ATURAN PAKAI
JIKA SAKIT BERLANJUT,
HUBUNGI DOKTER
BACA ATURAN PAKAI
JIKA SAKIT BERLANJUT,
HUBUNGI DOKTER
Desain Grafis Komunikasi 35
Jenis huruf (font): helvetica,
medium. Ukuran huruf: 18 pts.
Jarak baris (leading): 18
(100%), proporsional. Jarak
kata (letter spacing): normal
(100%). Jarak huruf (word
spacing): normal (0%).
Vitamin
Jenis huruf (font): helvetica,
medium. Ikuran huruf: 18 pts.
Jarak baris (leading): 18
(100%), proporsional. Jarak
kata (letter spacing): normal
(100%). Jarak huruf (word
spacing): normal (0%)
Ukuran kotak spot tersebut
harus dibuat proporsional (antara
spot dan halaman iklan)
sehingga spot tersebut terlihat
mencolok.
17. Iklan obat harus mencantumkan
informasi mengenai:
17.1. Komposisi zat aktif obat
dengan nama INN (khusus
untuk media cetak); untuk media
lain, apabila ingin menyebutkan
komposisi zat aktif,
harus dengan nama INN.
17.2. Indikasi utama obat dan
informasi mengenai keamana
obat.
17.3. Nama dagang obat.
17.4. Nama indistri farmasi.
17.5. Nomor pendaftaran (khusus
untuk media cetak).
Khusus
1. Vitamin
􀁸 Iklan vitamin harus dalam
konteks sebagai suplemen
makanan pada keadaan tubuh
tertentu, misalnya keadaan
sesudah sakit / operasi, masa
kehamilan dan menyusui serta
lanjut usia.
􀁸 Iklan vitamin tidak boleh
terkesan memberikan anjuran
bahwa vitamin dapat menggantikan
makanan (substitusi),
atau vitamin mutlak dibutuhkan
sehari-hari pada keadaan dimana
gizi makanan sudah
cukup.
􀁸 Iklan vitamin tidak boleh
memberi kesan bahwa pemeliharaan
kesehatan (umur panjang,
awet muda, kecantikan)
dapat tercapai hanya dengan
penggunaan vitamin.
􀁸 Iklan vitamin tidak boleh
memberi informasi secara
langsung atau tidak langsung
bahwa penggunaan vitamin
dapat menimbulkan energi,
kebugaran, peningkatan nafsu
makan, pertumbuhan dan kecerdasan,
mengatasi stres,
ataupun peningkatan kemampuan
seks.
BACA ATURAN PAKAI
BACA ATURAN PAKAI
Desain Grafis Komunikasi 36
Gambar 4.1:
Spot ”meredakan” pada salah satu obat
flu anak-anak
1.1. Vitamin C
1.1.1. Iklan hanya boleh diindikasikan
untuk:
􀁸 Mengatasi kekurangan vitamin
C seperti pada sariawan
dan perdarahan gusi.
􀁸 Untuk keadaan dimana kebutuhan
akan vitamin C meningkat
seperti pada keadaan
sesudah operasi, sakit, hamil
dan menyusui, anak dalam
masa pertumbuhan dan lansia.
1.1.2. Mencantumkan spot
peringatan perhatian seperti
pada ketentuan umum.
1.2. Multivitamin dan Mineral
1.2.1. Iklan hanya boleh diindikasikan
untuk pencegahan
dan mengatasi kekurangan
vitamin dan mineral, misalnya
sesudah operasi, sakit, wanita
hamil dan menyusui, anak
dalam masa partumbuhan dan
lansia.
1.2.2. Mencantumkan spot
peringatan perhatian seperti
pada ketentuan umum.
2. Obat Pereda Sakit dan
Penurus Panas
2.1. Iklan hanya boleh diindikasikan
untuk meringankan
rasa sakit misalnya: sakit
kepala, sakit gigi, nyeri otot,
dan atau menurunkan panas.
2.2. Mencantumkan spot peringatan
perhatian seperti pada
ketentuan umum.
3. Obat Flu
3.1. Iklan hanya boleh diindikasikan
untuk meredakan gejala
flu seperti demam, sakit
kepala, hidung tersumbat dan
pilek.
3.2. Mencantumkan informasi
bahwa penggunaan obat flu
yang mengandung antihistamin
dapat menyebabkan
ngantuk.
3.3. Mencantumkan spot peringatan
perhatian seperti pada
ketentuan umum.
Desain Grafis Komunikasi 37
Gambar 4.2:
Spot ”meredakan” pada salah satu obat lambung
4. Obat Asma
4.1. Iklan hanya boleh diindikasikan
untuk meringankan
gejala sesak napas karena
asma.
4.2. Mencantumkan informasi
bahwa sesak napas telah pasti
karena asma, dan penggunaan
obat tidak boleh lebih
dari dosis yang dianjurkan.
4.3. Mencantumkan spot peringatan
perhatian seperti pada
ketentuan umum.
5. Obat Batuk
5.1. Antitusif
5.1.1. Iklan hanya boleh diindikasikan
untuk meredakan
batuk yang tidak berdahak.
5.1.2. Mencantumkan spot
peringatan perhatian seperti
pada ketentuan umum.
5.2. Ekspetoran
5.2.1. Iklan hanya boleh diindikasikan
untuk meredakan
batuk yang berdahak.
5.2.2. Mencantumkan spot
peringatan perhatian seperti
pada ketentuan umum.
5.3. Antitusif + Ekspetoran +
Antihistamin
5.3.1. Iklan hanya boleh diindikasikan
untuk meredakan
batuk berdahak yang disertai
pilek.
5.3.2. Mencantumkan
informasi bahwa penggunaan
obat yang mengandung antihistamin
dapat menyebabkan
ngantuk.
5.3.3. Mencantumkan spot
peringatan perhatian seperti
pada ketentuan umum.
6. Antasida
6.1. Iklan hanya boleh diindikasikan
untuk mengatasi
gejala sakit maag seperti:
perih, kembung, mual.
6.2. Mencantumkan bahwa
makan teratur dapat mengurangi
gejala sakit maag.
6.3. Mencantumkan spot peringatan
perhatian seperti pada
ketentuan umum.
Desain Grafis Komunikasi 38
7. Obat Cacing
7.1. Iklan hanya boleh diindikasikan
untuk pengobatan
infeksi kecacingan sesuai
dengan tujuan penggunaan
yang disetujui oleh Departemen
Kesehatan.
7.2. Mencantukan informasi
agar menjaga kesehatan badan,
makanan dan lingkungan.
7.3. Mencantumkan spot peringatan
perhatian seperti pada
ketentuan umum.
8. Obat Jerawat
8.1. Iklan hanya boleh diindikasikan
untuk membantu
menghilangkan jerawat.
8.2. Mencantumkan informasi
bahwa menjaga kebersihan
muka secara teratur membantu
menghidarkan timbulnya
jerawat.
8.3. Mencantumkan spot peringatan
perhatian seperti pada
ketentuan umum.
9. Obat Gosok
9.1. Obat gosok dengan tujuan
untuk dihirup uapnya
9.1.1. Iklan hanya boleh
diindikasikan untuk penggunaan
lokal pada kulit dan
untuk dihirup uapnya serta
untuk meredakan gejala pilek
pada orang dewasa dan anakanak.
9.1.2. Mencantumkan informasi
agar menghentikan
penggunaan obat bila terjadi
alergi kulit.
9.1.3. Mencantumkan spot
peringatan perhatian seperti
pada ketentuan umum.
9.2. Obat gosok dengan
tujuan untuk analgesia lokal
9.2.1. Iklan hanya boleh diindikasikan
sebagai obat gosok
untuk meringankan gejalagejala
otot kaku dan nyeri, gatalgatal
serta gigitan serangga.
9.2.2. Mencantumkan informasi
agar menghentikan
penggunaan obat bila terjadi
alergi kulit.
9.2.3. Mencantumkan spot
peringatan perhatian seperti
pada ketentuan umum.
10. Obat Kulit (Topikal)
10.1. Iklan hanya boleh diindikasikan
untuk mengatasi
infeksi karena jamur sesuai
dengan tujuan penggunaan
yang disetujui Departemen
Kesehatan.
10.2. Mencantumkan informasi
agar menjaga kebersihan tubuh
untuk menghindari penyakit
kulit.
10.3. Mencantumkan spot peringatan
perhatian seperti pada
ketentuan umum.
11. Obat Antihistamin (Tropikal)
11.1. Iklan hanya boleh diindikasikan
untuk mengurangi
Desain Grafis Komunikasi 39
gejala alergi kulit seperti: kaligata,
gigitan serangga dan
meringankan kulit terbakar
karena sinar matahari serta
biang keringat.
11.2. Mencantumkan spot peringatan
perhatian seperti pada
ketentuan umum.
12. Obat Tetes Mata
12.1. Iklan hanya boleh diindikasikan
untuk meredakan
iritasi mata yang ringan.
12.2. Mencantumkan spot peringatan
perhatian seperti pada
ketentuan umum.
13. Obat Tetes Hidung
13.1. Iklan hanya boleh diindikasikan
untuk meringankan
hidung tersumbat karena pilek.
13.2. Mencantumkan spot peringatan
perhatian seperti pada
ketentuan umum.
14. Obat Kumur
14.1. Iklan hanya boleh diindikasikan
untuk melegakan
sakit tenggorokan dan membantu
menjaga higiene mulut.
14.2. Mencantumkan informasi
untuk menjaga kesehatan mulut,
perlu menggosok gigi dengan
teratur.
14.3. Mencantumkan spot peringatan
perhatian seperti pada
ketentuan umum.
15. Obat Luka
15.1. Iklan hanya boleh diindikasikan
untuk pengobatan
pertama dan mencegah
timbulnya infeksi pada lukaluka
ringan seperti: lecet,
terkelupas, tergores, luka khitan,
perawatan tali pusat bayi.
15.2. Mencantumkan spot
peringatan perhatian seperti
pada ketentuan umum.
16. Obat Laksans/Pencahar
16.1. Iklan hanya boleh diindikasikan
untuk mengatasi
sembelit (susah buang air
besar).
16.2. Mencantumkan informasi
bahwa obat pencahar hanya
digunakan bila benar-benar
diperlukan, dan hanya untuk
penggunaan jangka pendek.
16.3. Mencantumkan spot peringatan
perhatian seperti pada
ketentuan umum.
17. Obat Perjalanan
17.1. Iklan hanya boleh diindikasikan
untuk mencegah
mabok perjalanan.
17.2. Mencantumkan informasi
bahwa tidak dianjurkan dipergunakan
oleh orang yang
sedang menjalankan motor
dan mesin karena dapat menyebabkan
ngantuk.
17.3. Mencantumkan spot peringatan
perhatian seperti pada
ketentuan umum.
Desain Grafis Komunikasi 40
18. Obat Wasir
18.1. Iklan hanya boleh diindikasikan
untuk pengobatan
simtomatik yang berhubungan
dengan hemeriod atau membantu
meringankan rasa sakit
yang berhubungan dengan
kondisi anorektal.
18.2. Mencantumkan spot peringatan
perhatian seperti
pada ketentuan umum.
19. Iklan obat dari golongan
terapetik lain yang belum
disebutkan di atas, materinya
harus memenuhi ketentuan
sesuai dengan klim yang
disetujui pada waktu pendaftaran
obat tersebut.
B. Pedoman Periklanan
Obat Tradisional
Latar Belakang
1. Obat tradisional mempunyai
kedudukan yang khusus
dalam masyarakat, karena
merupakan warisan budaya
bangsa di bidang kesehatan.
Obat tradisional diperlukan
ma-syarakat, terutama untuk
memeliharan dan meningkatkan
kesehatan, memelihara
keelokan tubuh serta kebugaran.
Disamping itu ada beberapa
yang dapat digunakan
untuk mengobati penyakit.
2. Dengan kemajuan teknologi
dan meningkatnya keinginan
masyarakat untuk
menggunakan obat tradisional,
maka obat tradisional tidak lagi
menjadi ramuan yang dibuat
untuk keperluan keluarga, tetapi
sudah menjadi barang
dagangan. Obat tradisional
seperti obat, merupakan barang
yang mempunyai sifat
khusus, karena itu penanganannya
termasuk periklanannya
perlu penanganan khusus.
3. Untuk melindungi masyarakat
terhadap obat tradisional
yang tidak tepat dan atau
merugikan kesehatan, maka
penandaan dan informasi termasuk
iklan obat tradisional,
harus memenuhi persyaratan
obyektifitas dan kelengkapan
serta tidak menyesatkan.
4. Oleh karena itu Depetemen
Kesehatan melakukan
pengendalian dan pengawasan
terhadap penyebaran informasi
obat tradisional termasuk
periklanan obat tradisional.
Petunjuk Teknis
Iklan obat tradisional secara
umum harus mengacu pada
“Tata Krama dan Tata Cara
Periklanan Indonesia” dan
khusus untuk hal-hal yang
bersifat teknis, maka penerapannya
harus didasarkan
pada pedoman ini:
Umum
1. Obat tradisional dapat diiklankan
apabila telah mendapat
nomor persetujuan
pendaftaran dari Depertemen
Kesehatan RI.
Desain Grafis Komunikasi 41
2. Iklan obat tradisional dapat
dimuat pada media periklanan
setelah rancangan iklan tersebut
mendapat persetujuan dari
Depertemen Kesehatan RI.
3. Iklan obat tradisional tidak
boleh mendorong penggunaan
obat tradisional tersebut secara
berlebihan.
4. Iklan obat tradisional tidak
boleh diperankan oleh tenaga
profesi kesehatan atau seseorang
yang berperan sebagai
profesi kesehatan dan atau
menggunakan setting yang
beratribut profesi kesehatan
dan laboratorium
5. Informasi mengenai produk
obat tradisional dalam
iklan harus sesuai dengan
kriteria yang ditetapkan dalam
pasal 41 ayat (2) Undangundang
nomor 23 tahun 1992
tentang Kesehatan sebagai
berikut:
Obyektif : harus memberikan
informasi sesuai dengan
kenyataan yang ada dan tidak
boleh menyimpang dari sifat
kemanfaatan dan keamanan
obat tradisonal yang telah
disetujui.
Lengkap : harus mencantumkan
tidak hanya informasi
tentang khasiat dan kegunaan
obat tradisional, tetapi juga
memberikan informasi tentang
hal-hal yang harus diperhatikan,
misalnya adanya kontra
indikasi, efek samping, pantangan
dan lainnya.
Tidak menyesatkan: informasi
obat tradisional harus jujur,
akurat, bertanggung jawab
serta tidak boleh memanfaatkan
kekuatiran masyarakat
akan suatu masalah kesehatan.
Di samping itu, cara penyajian
informasi harus berselera
baik dan pantas serta
tidak boleh menimbulkan persepsi
khusus di masyarakat
yang mengakibatkan penggunaan
obat tradisional yang
berlebihan atau tidak benar.
6. Iklan obat tradisional tidak
boleh menggunakan kata-kata:
super, ultra, istimewa, top,
tokcer, cespleng, manjur dan
kata-kata lain yang semakna
yang menyatakan khasiat dan
kegunaan berlebihan atau
memberi janji bahwa obat tradisional
tersebut pasti menyembuhkan.
7. Iklan obat tradisional tidak
boleh memuat pernyataan kesembuhan
dari seseorang,
anjuran atau rekomendasi dari
profesi kesehatan, peneliti,
sesepuh, pakar, panutan dan
lain sebagainya.
8. Iklan obat tradisional tidak
boleh menawarkan hadiah
atau memberikan pernyataan
garansi tentang khasiat dan
kegunaan obat tradisional.
9. Iklan obat tradisional tidak
boleh menampilkan adegan,
gambar, tanda, tulisan dan
atau suara dan lainnya yang
dianggap kurang sopan.
Desain Grafis Komunikasi 42
10. Iklan obat tradisional tidak
boleh mencantumkan gambar
simplisia yang tidak terdapat
dalam komposisi obat tradisional
yang disetujui.
11. Iklan yang berwujud artikel
yang menguraikan hasil penelitian
harus benar-benar
berkaitan secara langsung dengan
bahan baku (simplisia)
atau produknya, dan iinformasi
tersebut harus mengacu pada
hasil penelitian yang dapat
dipertanggungjawabkan.
12. Pada setiap awal iklan
obat tradisional dicantum-kan
identitas kata “JAMU” dalam
lingkaran.
13. Pada setiap akhir iklan
obat trdisional haru mencantumkan
spot peringatan sebagai
berikut:
“BACA CARA PEMA-KAIAN”
14. Ketentuan minimal yang
harus dipenuhi untuk peringatan
pada butir (13) sebagai
berikut:
14.1. Untuk media televisi,
spot iklan harus dicantumkan
dengan tulisan yang jelas
terbaca pada suatu gambar
terakhir dengan ukuran minimal
30% dari screen dan
ditanyangkan minimal selam 3
detik.
14.2. Untuk media radio, spot
iklan harus dibacakan dengan
jelas dan dengan nada suara
tegas, pada akhir iklan.
14.3. Untuk media cetak, spot
dicantumkan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Tulisan harus jelas terbaca
dan terlihat menyolok.
b. Huruf yang digunakan harus
merupakan huruf kapital,
hitam dan tebal (bold
letter).
c. Ukuran huruf minimal harus
sama dengan huruf
body copy.
d. Diberi kotak tepi hitam.
15. Iklan obat trdisional khusus
untuk media cetak harus
mencantumkan nomor pendaftaran.
16. Dilarang mengiklankan
obat tradisional yang dinyatakan
berkhasiat untuk mengobati
atau mencegah penyakit
kanker, tuberkolosis, poliomelitis,
penyakit kelamin, impotensi,
tiphus, kolera, tekanan
darah tinggi, lever, dan penyakit
lain yang ditetapkan
oleh Menteri Kesehatan.
Khusus
1. Golongan Sehat Pria
􀁸 Obat tradisional yang termasuk
golongan sehat pria
seperti Sehat Perkasa, Pria
Perkasa, Pria Jantan, dan
lain sebagainya, hanya boleh
mencantumkan kegunaan
sesuai dengan tujuan penggunaan
yang disetujui pada
pendaftaran.
Desain Grafis Komunikasi 43
􀁸 Iklan obat tradisional ini
dilarang memberikan informasi
bahwa jamu ini mempunyai
kegunaan sebagai
aprodisiak atau meningkatkan
kejantanan, kecuali bila
pada etiket desetujui pencantuman
klim tersebut.
􀁸 Iklan jamu ini dilarang memberikan
informasi bahwa
penggunaan jamu ini akan
memberikan penampilan prima,
memberikan energi yang
berlebih.
􀁸 Kata-kata merukunkan suami-
istri dan yang semakna
dilarang dicantumkan dalam
iklan obat tradi-sional ini.
2. Golongan Sehat Wanita
􀁸 Obat tradisional yang termasuk
golongan sehat
wanita hanya boleh mencantumkan
kegunaan sesuai
dengan tujuan penggunaan
yang disetujui pada pendaftaran.
􀁸 Iklan obat tradisional golongan
sehat wanita, dilarang
memberikan informasi
atau menjanjikan dapat
mengubah penampilan wanita
menjadi lebih ayu, umur
panjang dan kata-kata lain
yang semakna.
􀁸 Iklan jamu ini dilarang memberikan
informasi bahwa
penggunaan jamu ini akan
memberikan penampilan prima,
memberikan energi yang
berlebih.
3. Golongan Galian Singset
􀁸 Obat tradisional yang termasuk
golongan galian
singset, hanya boleh mencantumkan
kegunaan sesuai
dengan tujuan penggunaan
yang disetujui pada pendaftaran.
􀁸 Iklan obat tradisional golongan
galian singset dilarang
memberikan informasi
atau menjanjikan dapat mengubah
bentuk badan menjadi
langsing dan montok
dalam sekejap.
􀁸 Iklan obat tradisional harus
memberikan informasi tentang
hal-hal yang tidak
diinginkan yang kemungkinan
timbul akibat minum
jamu tersebut seperti: mencret,
lemas dan lain-lain.
4. Golongan Jamu Keputihan
􀁸 Obat tradisional yang termasuk
golongan keputihan,
hanya boleh mencantumkan
kegunaan sesuai dengan tujuan
penggunaan yang disetujui
pada pendaftaran.
􀁸 Iklan obat tradisional golongan
keputihan tidak boleh
mencantumkan informasi atau
menjajikan dapat mengobati
segala macam keputiha, kecuali
bila pada etiket disetujui
pencantuman kilm tersebut.
􀁸 Kata-kata merukunkan suami-
istri dan yang semakna,
Desain Grafis Komunikasi 44
dilarang dicantumkan dalam
iklan obat tradisional ini.
5. Golongan Haid Teratur
􀁸 Obat tradisional yang termasuk
golongan haid teratur,
hanya boleh mencantumkan
kegunaan sesuai dengan tujuan
penggunaan yang disetujui
pada pendaftaran.
􀁸 Obat tradisional golongan
haid teratur dilarang memberikan
informasi baik secara
langsung atau tidak langsung
akan memberi akibat merugikan
pada peminumnya. Dari
pengalaman ada yang menggunakan
obat tradisional ini
untuk menggugurkan anak
yang tidak diinginkan, yang
berakibat lahir cacat badan.
6. Golongan Habis Bersalin
􀁸 Iklan obat tradisional yang
termasuk golongan habis bersalin,
hanya boleh mencantumkan
kegunaan sesuai
dengan tujuan penggunaan
yang disetujui pada pendaftaran.
􀁸 Iklan obat tradisional golongan
ini, sangat dianjurkan
untuk memberikan informasi
yang dapat merangsang peminumnya
agar memperbaiki
gizi, sehingga kondisi ibu dan
anak akan meningkat.
7. Golongan Pelancar Asi
􀁸 Iklan obat tradisional yang
termasuk golongan pelancar
ASI, hanya boleh mencantumkan
kegunaan sesuai
dengan tujuan penggunaan
yang disetujui pada pendaftaran.
􀁸 Iklan obat tradisional ini,
dilarang memberikan informasi
atau menjanjikan dapat
mengencangkan dan atau
memperbesar payudara, atau
kata-kata lain yang sceara
langsung atau tidak langsung
dapat mengubah payudara
menjadi montok.
8. Golongan Jerawat
􀁸 Iklan obat tradisional golongan
jerawat, hanya boleh
memberikan informasi untuk
meringankan atau mengobati
jerawat, atau indikasi lain yang
disetujui pada pendaf-taran.
9. Golongan Pegal Linu
􀁸 Iklan obat tradisional yang
termasuk golongan pegel linu,
hanya boleh mencantumkan
kegunaan sesuai dengan tujuan
penggunaan yang disetujui
pada pendaftaran.
􀁸 Iklan obat tradisional golongan
ini, dilarang memberikan
informasi atau menjanjikan
kesembuhan untuk penyakit
rematik dan sejenisnya. Jamu
ini hanya terbatas untuk mengurangi
rasa capai dan
mengobati gejala masuk
angin.
Desain Grafis Komunikasi 45
10. Golongan Parem
Iklan obat tradisional yang
termasuk golongan parem,
hanya boleh diinformasikan
untuk mengurangi rasa capai,
pegal dan indikasi lain yang
disetujui pada pendaftaran.
11. Golongan Demam
Iklan obat tradisional yang
termasuk golongan demam,
hanya boleh memberikan
informasi untuk meringankan
sakit seperti: greges-greges,
meriang, sakit kepala, munurunkan
panas dan indikasi lain
yang berhubungan dengan
demam.
12. Golongan Pencahar
􀁸 Iklan obat tradisional yang
termasuk golongan pen-cahar,
hanya boleh memberikan
informasi untuk pengobatan
susah buang air besar.
􀁸 Iklan obat tradisional golongan
pencahar dilarang
memberikan informasi penggunaan
untuk menguruskan
badan atau untuk melangsingkan
tubuh.
􀁸 Iklan obat tradisional golongan
pencahar sangat dianjurkan
untuk memberikan
informasi:
o Penggunaan pencahar, hanya
bila benar-benar
diperlukan.
o Membiasakan makan buah-
buahan, sayuran, dan
makanan berserat lainnya.
13. Golongan Sariawan,
Sakit tenggorokan
atau Obat Kumur
􀁸 Iklan obat tradisional golongan
sariawan, sakit tenggorokan
atau obat kumur, hanya
boleh memberikan informasi
untuk pengobatan sariawan,
sakit tenggorokan atau higiene
mulut, sesuai dengan tujuan
penggunaan yang disetujui pada
pendaftaran.
􀁸 Iklan obat tradisional yang
penggunaannya tidak boleh
ditelan, supaya memberikan
informasi penggunaan secara
jelas.
􀁸 Iklan obat tradisional golongan
ini sangat dianjurkan
untuk memberikan informasi
tentang pentingnya menjaga
kebersihan mulut.
14. Golongan Sakit Kulit,
Luka dan Gatal
Iklan obat tradisional golongan
sakit kulit, luka dan gatal,
hanya boleh memberikan
informasi untuk pengobatan
penyakit kulit sesuai dengan
tujuan penggunaan yang
disetujui pada pendaftaran.
15. Golongan Wasir
Iklan obat tradisional golongan
wasir hanya boleh memberikan
informasi untuk mengoDesain
Grafis Komunikasi 46
bati gejala dan atau meringankan
sakit yang berhubungan
dengan wasir.
16. Jamu Ulu Hati
􀁸 Iklan obat tradisional golongan
ulu hati, hanya boleh
memberikan informasi untuk
meringankan gejala sakit ulu
hati seperti mual, nyeri, dan
lainnya.
􀁸 Iklan obat tradisional golongan
ini sangat dianjurkan
untuk memberikan informasi
yang dapat merangsang peminumnya
agar membiasakan
makan teratur dan hidup
teratur.
Penutup
1. Iklan obat tradisional lainnya
yang belum diatur dalam
Pedoman Periklanan Obat
Tradisional ini, materinya harus
memenuhi ketentuan
sesuai dengan klim yang telah
disetujui pada pendaftaran
obat tradisional tersebut.
2. Iklan Fitofarmaka (Obat
tradisional yang telah didukung
uji fitofarmaka) akan
diatur kemudian.
C. Pedoman Periklanan Alat
Kesehatan, Kosmetika,
perbekalan Kesehatan
Rumah Tangga
Latar Belakang
1. Alat Kesehatan, Kosmetika,
dan Perbekalan Kesehatan
Rumah Tangga sudah
merupakan suatu kebutuhan
masyarakat yang umumnya
tidak dapat dipisahkan dengan
kehidupan sehari-hari.
2. Penggunaan Alat Kesehatan,
Kosmetika, dan Perbekalan
Kesehatan Rumah
Tangga yang salah, berlebihan,
tidak tepat atau tidak
rasional dapat merugikan kesehatan
pemakaianya.
3. Untuk melindungi masyarakat
terhadap kemungkinan
peredaran Alat Kesehatan,
Kosmetika, dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga
yang tidak memenuhi syarat
akibat label dan periklanan
yang tidak benar atau menyesatkan,
pemerintah melaksanakan
pengendalian dan
pengawasan Alat Kesehatan,
Kosmetika, dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga antara
lain melalui pengendalian
dan pengawasan terhadap
penyebaran informasi atau
promosi melalui periklanan.
Ketentuan Hukum
Sesuai dengan ketentuan
yang berlaku yang dimaksud
dengan:
1. Alat kesehatan adalah
bahan, istrumen, aparatus,
mesin, implan yang tidak
mengandung obat yang digunakan
untuk mencegah,
mendiagnosis, menyembuhkan
dan meringankan penyakit,
merawat orang sakit
serta memulihkan kesehatan
Desain Grafis Komunikasi 47
pada manusia dan atau untuk
membentuk struktur dan memperbaiki
fungsi tubuh.
2. Kosmetika adalah sediaan
atau padua bahan yang siap
untuk digunakan pada bagian
luar badan (epidermis, rambut,
kuku, bibir, dan organ kelamin
luar), gigi dan rongga mulut
untuk membersihkan, menambah
daya tarik, mengubah
penampakan, melindungi supaya
tetap dalam keadaan
baik, memperbaiki bau badan
tetapi tidak dimaksudkan untuk
mengobati atau menyembuhkan
suatu penyakit.
3. Perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga adalah alat, bahan,
atau campuran untuk
memeliharaan dan perawatan
kesehatan untuk manusia,
hewan peliharaan rumah tangga
dan tempat-tempat umum.
Petunjuk Teknis:
Umum
1. Alat Kesehatan, Kosmetika,
dan Perbekalan Kesehatan
Rumah Tangga dapat
diiklankan apabila sudah mendapat
nomor pendaftaran dari
Depertemen Kesehatan RI.
2. Informasi iklan harus sesuai
dengan dara pendaftaran
dan keterangan lain yang
disetujui pada pendaftaran.
3. Iklan Alat Kesehatan, Kosmetika,
dan Perbekalan Kesehatan
Rumah Tangga harus:
3.1. Obyektif, yaitu menyatakan
hal yang benar sesuai
dengan kenyataan.
3.2. Tidak menyesatkan, tidak
berlebihan perihal asal,
sifat, kualitas, kuantitas, komposisi,
kegunaan, keamanan
dan batasan sebagai Alat
Kesehatan, Kosmetika, dan
Perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga.
3.3. Lengkap, yaitu tidak hanya
mencantumkan informasi
tentang kegunaan dan cara
penggunaan tetapi juga memberikan
informasi tentang
peringatan dan hal-hal lain
yang harus diperhatikan oleh
pemakai.
Misalnya: Cara penanggulangan
bila terjadi kecelakaan.
4. Alat Kesehatan, Kosmetika,
dan Perbekalan Kesehatan
Rumah Tangga tidak
boleh diiklankan dengan
menggunakan rekomendasi
dari suatu laboratorium, instansi
pemerintah, organisasi
profesi kesehatan atau kecantikan
dan atau tenaga
kesehatan.
5. Alat Kesehatan, Kosmetika,
dan Perbekalan Kesehatan
Rumah Tangga tidak
bolah diiklankan dengan
menggunakan peragaan tenaga
kesehatan atau mirip
dengan itu.
Desain Grafis Komunikasi 48
6. Kosmetika tidak boleh
diiklankan seolah-olah sebagai
obat.
7. Alat Kesehatan, Kosmetika,
dan Perbekalan Kesehatan
Rumah Tangga harus
mendidik dan sesuai dengan
norma kesusilaan yang ada.
Khusus
1. Alat Kesehatan
1.1. Produk/barang yang tidak
disetujui pendaftarannya
sebagai alat kesehatan tidak
boleh diiklankan seolah-olah
produk/barang dimaksud adalah
alat kesehatan.
1.2. Pembalut Wanita (sanitary
napkin) Iklan pembelut
wanita (sanitary napkin) supaya
disesuaikan dengan estetika
dan tata krama ketimuran.
1.3. Kondom
1.3.1. Iklan kondom tidak boleh
mendorong penggunaan
untuk tujuan asusila.
1.3.2. Iklan kondom supaya
disesuaikan dengan estetika
dan tata krama ketimuran.
1.3.3. Iklan kondom harus
disertai spot
“IKUTI PETUNJUK PEMAKAIAN”
1.4. Ketentuan yang harus
dipenuhi spot:
1.4.1. Untuk media televisi:
Spot iklan harus dicantumkan
dengan tulisan yang jelas terbaca
pada satu screen / gambar
terakhir.
1.4.2. Untuk media radio:
Spot iklan harus dibacakan
pada akhir iklan dengan jelas
dan nada suara tegas.
1.4.3. Untuk media cetak:
Spot iklan harus dengan
tulisan yang jelas terbaca.
2. Kosmetika
2.1. Kosmetika tidak boleh
diiklankan dengan menggunakan
kata-kata “mengobati”,
“menyembuhkan” atau kata
lain yang semakna seolaholah
untuk mengobati suatu
penyakit.
2.2. Kosmetika tidak boleh
diiklankan seolah-olah dapat
mempengaruhi fungsi fisiologis
dan atau metabolisme tubuh.
Contoh:
o Melancarkan peredaran darah
o Melangsingkan tubuh
2.3. Kosmetika yang mengandung
bahan yang tidak
jelas kegunaannya tidak boleh
diiklankan yang menyatakan
kegunaan dari bahan tersebut.
Contoh:
Minyak rambut urang-aring
dapat menyuburkan rambut.
2.4. Kosmetika yang tidak
mengandung bahan aktif tidak
dapat diiklankan dengan menyatakan
kegunaan dari bahan
aktif yang dimaksud.
Desain Grafis Komunikasi 49
Contoh:
o Sampo yang tidak mengandung
bahan anti ketombe
diiklankan dapat menghilangkan
ketombe.
o Sabun mandi yang tidak
mengandung bahan antiseptik
diiklankan dapat membunuh
kuman.
2.5. Kosmetika yang dibuat
dengan bahan alami tertentu
hanya dapat diiklankan mengandung
bahan alami tersebut.
2.6. Kosmetika yang mengandung
bahan kimia tidak
boleh diiklankan sebagai kosmetika
tradisional.
2.7. Kosmetika yang mengandung
vitamin yang berfungsi
bukan sebagai vitamin
tidak boleh diiklankan dengan
menyatakan fungsi vitamin
tersebut dalam sediaan kosmetika
dimaksud.
2.8. Kosmetika yang mengandung
bahan tabir surya
tidak boleh diiklankan dengan
menyebutkan nilai SPF (Sun
Protector Factor) bila tujuan
penggunaan kosmetika tersebut
bukan untuk berjemur.
2.9. Iklan kosmetika tidak
boleh diperagakan dan atau
ditujukan untuk bayi, kecuali
kosmetika golongan sediaan
bayi.
2.10. Untuk kosmetika jenis
tertentu yaitu:
o pewarna rambut
o pelurus/pengeriting rambut
o depilatori
o pemutih kulit
o anti jerawat
o sampo anti ketombe
o deodorant dan anti respiran
o sediaan lainnya yang mengandung
bahan kimia yang
mempunyai persyaratan keamanan
sesuai dengan peraturan
yang berlaku, harus
disertai spot:
“IKUTI PETUNJUK PEMAKAIAN
DAN PERINGATAN
YANG DISERTAKAN”.
2.11. Ketentuan yang harus
dipenuhi spot:
2.11.1. Untuk media televisi:
Spot iklan harus dicantumkan
dengan tulisan yang jelas
terbaca pada satu screen/
gambar terakhir.
2.11.2. Untuk media radio:
Spot iklan harus dibacakan
pada akhir iklan dengan jelas
dan nada suara tegas.
2.11.3. Untuk media cetak:
Spot iklan harus dengan
tulisan yang jelas terbaca.
3. Perbekalan Kesehatan
Rumah Tangga
3.1. Pemutih cucian
Pemutih cucian tidak boleh
diiklankan seolah-olah hasil
penggunaannya menjadi bebas
kuman sama sekali.
Desain Grafis Komunikasi 50
3.2. Pembersih lantai
Pembersih lantai tidak boleh
diiklankan seolah-olah menghasilkan
lantai bebas kuman
dan aman.
3.3. Antiseptika dan desinfektan
3.3.1. Antiseptika dan desinfektan
tidak boleh diiklankan
seolah-olah setelah penggunaan
dimaksud hasilnya dijamin
telah bebas kuman.
3.3.2. Antiseptika dan desinfektan
tidak boleh menganjurkan
penggunaan berlebihan.
3.3.3. Antiseptika dan desinfektan
tidak boleh diiklankan
sebagai lysol dan atau kreolin
bila tidak memenuhi persyaratan
yang berlaku.
3.4. Pestisida Rumah Tangga
(termasuk insektisida)
3.4.1. Iklan Pestisida Rumah
Tangga tidak boleh bertentangan
dengan ketentuan
periklanan Pestisida dari Departemen
Pertanian Republik
Indonesia.
3.4.2. Iklan Pestisida Rumah
Tangga tidak boleh diiklankan
dengan menyebutkan katakata
“aman”, “tidak berbahaya”
atau kata-kata lain yang
semakna yang dapat ditafsirkan
salah terhadap keamanannya.
3.4.3. Iklan Pestisida Rumah
Tangga tidak boleh diiklankan
dengan menyebutkan kata
“ampuh” atau kata lain yang
semakna yang dapat ditafsirkan
berlebihan terhadap
kegunaannya.
3.4.4. Iklan Pestisida Rumah
Tangga tidak boleh diiklankan
dengan menyebutkan atau
menggambarkan penggunaannya
selain yang disetujui
Departemen Pertanian RI.
Contoh:
Pembasmi serangga
3.4.5. Iklan Pestisida Rumah
Tangga tidak boleh diiklankan
seperti produk Kosmetika dan
Perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga lain sehingga dapat
ditafsirkan salah terhadap keamanannya.
Contoh:
o Pestisida Rumah Tangga
bentuk aerosol diiklankan
sebagai Air Freshe-ner.
o Anti nyamuk (insect repellent)
diiklankan dapat
menghaluskan kulit.
3.5. Iklan Perbekalan Keluarga
tertentu seperti sediaan
antiseptika/ desinfektan, pestisida
rumah tangga, pemutih
cucian dan pembersih tertentu
harus disertai spot: “IKUTI
PETUNJUK PEMAKAIAN,
PERINGATAN DAN CARA
PENANGGULANGAN BILA
TERJADI KECELAKAAN”.
3.6. Ketentuan yang harus dipenuhi
spot:
Desain Grafis Komunikasi 51
3.6.1. Untuk media televisi:
Spot iklan harus dicantumkan
dengan tulisan yang jelas
terbaca pada satu screen/
gambar terakhir.
3.6.2. Untuk media radio:
Spot iklan harus dibacakan
pada akhir iklan dengan jelas
dan nada suara tegas.
3.6.3. Untuk media cetak:
Spot iklan harus dengan
tulisan yang jelas terbaca.
D. Pedoman Periklanan Makanan-
Minuman
Latar Belakang
1. Makanan adalah salah
satu kebutuhan pokok manusia,
oleh karena itu makanan
yang beredar di masyarakat
harus aman dan memenuhi
standar mutu dan persyaratan
kesehatan.
2. Makanan yang diberi label
harus memuat informasi yang
benar dan tidak menyesatkan.
3. Untuk melindungi masyarakat
konsumen terhadap kemungkinan
peredaran makanan
yang tidak memenuhi
syarat akibat label dan periklanan
yang tidak benar atau
menyesatkan, pemerintah melaksanakan
pengendalian dan
pengawasan makanan antara
lain melalui pengendalian dan
pengawasan terhadap penyebaran
informasi atau promosi
periklanan makanan.
Petunjuk Teknis:
Umum
1. Makanan yang dapat diiklankan
kepada masyarakat
adalah makanan yang memenuhi
peraturan perundangundangan
yang berlaku.
2. Makanan yang terkena
wajib daftar hanya boleh
diiklankan setelah mendapat
nomor persetujuan pendaftaran
dari Departemen Kesehatan
RI.
3. Iklan makanan harus
menyatakan informasi yang
benar dan tidak menyesatkan.
4. Iklan makanan yang dibuat
dengan bahan alami tertentu
hanya boleh diiklankan sebagai
berasal dari bahan alami
tersebut, apabila makanan itu
mengandung bahan alami
yang bersangkutan tidak kurang
dari kadar makanan yang
ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
Contoh:
Sari Apel; Apel Juice
o Adalah produk cair yang
keruh atau jernih yang
diperoleh dari buah apel.
o Padatan, jumlah tidak kurang
dari 10%.
5. Iklan makanan yang menyerupai
atau dimaksudkan
sebagai pengganti jenis makanan
tertentu harus menyebutkan
nama bahan yang
digu-nakan.
Desain Grafis Komunikasi 52
Contoh:
Susu kedelai
6. Iklan makanan boleh mencantumkan
pernyataan “DIPERKAYA”
atau “KAYA” sumber
vitamin dan minaral bila
pada sejumlah makanan yang
biasa dikonsumsi satu hari
terda-pat paling sedikit ½ dari
jumlah yang dianjurkan (RDA/
AKG).
7. Pernyataan makanan berkalori
dapat diiklankan bila
makanan tersebut dapat memberikan
minimum 300 Kcal per
hari.
8. Iklan makanan tidak boleh
dimuat dengan ilustrasi
peragaan maupun kata-kata
yang berlebihan, sehingga
dapat menyesesatkan konsumen.
9. Kalimat, kata-kata, nama,
lambang, logo, gambar, referensi,
nasehat, peringatan
atau pernyataan untuk periklanan
tidak boleh menyesatkan,
mengacaukan, atau
menimbulkan penafsiran yang
salah mengenai, asal dan
sifat, isi dan komponen, serta
mutu dan kegunaan:
Misalnya, Segar
Perkataan segar hanya boleh
digunakan untuk makanan
yang tidak diproses, berasal
dari satu ingredien dan menggambarkan
makanan yang
belum mengalami penurunan
secara keseluruhan.
Alami:
Perkataan tersebut hanya
boleh digunakan untuk bahan
mentah, produk yang tidak
dicampur dan tidak diproses.
Murni:
Hanya boleh digunakan bila
produk tidak ditambah apaapa.
Dibuat dari:
Hanya boleh digunakan bila
produk yang bersangkutan
terdiri dari satu bahan.
10. Iklan makanan tidak boleh
menjurus ke pendapat bahwa
makanan yang bersangkutan
berkhasiat sebagai obat.
11. Makanan yang dibuat
sebagian atau tanpa bahan
pokok alami tidak boleh
dikatakan seolah-olah makanan
yang bersangkutan seluruhnya
dibuat dari bahan
alami.
12. Makan yang dibuat dari
bahan yang telah mengalami
pengolahan, tidak boleh diiklankan
dengan cara yang
dapat memberi kesan seolaholah
makanan itu dibuat dari
bahan yang segar.
13. Iklan makanan tidak boleh
dengan sengaja menyatakan
seolah-olah makanan yang
berlabel gizi mempunyai kelebihan
dari makanan yang tidak
berlabel gizi.
Desain Grafis Komunikasi 53
14. Iklan makanan tidak boleh
memuat pernyataan nilai
khusus pada makanan apabila
nilai tersebut tidak seluruhnya
berasal dari makanan tersebut,
tetapi sebagian diberikan oleh
makanan lain yang dapat
dikonsumsi bersama-sama
(seperti nilai kalori pada makanan
sereal untuk sarapan
yang biasanya dimakan dengan
susu dan gula).
15. Iklan makanan tidak boleh
menyatakan bahwa seolaholah
merupakan sumber
protein, kecuali 20% kandungan
kalorinya berasal dari
protein dan atau kecuali
jumlah yang wajar dikonsumsi
per hari mengandung tidak
kurang 10 gram protein.
Khusus
1. Hasil Olah Susu
1.1. Iklan susu kental manis,
susu skim dan “Filled Milk”,
tidak boleh diiklankan untuk
bayi (sampai dengan 12
bulan).
1.2. Iklan susu kental manis,
susu skim dan “Filled Milk”,
harus mencantumkan spot
peringatan yang berbunyi
“PERHATIKAN!, TIDAK COCOK
UNTUK BAYI”. Dan jika
menggunakan media radio
spot tersebut harus dibacakan
dengan jelas.
1.3. Iklan susu krim penuh
harus mencantumkan spot
peringatan “PERHATIKAN!
TIDAK COCOK UNTUK BAYI
BERUMUR DIBAWAH 6 BULAN”.
2. Pengganti Air Susu Ibu
(PASI) atau Susu Bayi atau
Infant Formula
Pengganti Air Susu Ibu (PASI)
atau susu bayi atau infant
formula dilarang dipromosikan
dan diiklankan dalam bentuk
apapun, kecuali dalam jurnal
kesehatan.
3. Minuman Keras (Minuman
Berakohol)
3.1. Iklan tidak boleh mempengaruhi
atau merangsang
orang untuk mulai minumminuman
keras.
3.2. Iklan minuman keras
tidak boleh menggambarkan
penggunaan minuman keras
dalam kegiatankegiatan yang
memerlukan konsentrasi (perlu
informasi bahwa penggunaannya
dapat membahayakan
keselamatan).
3.3. Iklan minuman keras
tidak boleh ditujukan terhadap
anak di bawah 16 tahun atau
wanita hamil, atau menampilkan
mereka dalam iklan.
3.4. Minuman keras golongan
C (dengan kadar alkohol
20% sampai dengan 55%)
dilarang diiklankan.
Desain Grafis Komunikasi 54
4. Vitamin
4.1. Iklan vitamin harus dalam
konteks sebagai suplemen
makanan pada keadaan tubuh
tertentu, misalnya keadaan sesudah
sakit/operasi, masa kehamilan
dan menyusui serta
lanjut usia.
4.2. Iklan vitamin tidak boleh
terkesan memberikan anjuran
bahwa vitamin dapat menggantikan
makanan (substitusi),
atau vitamin mutlak dibutuhkan
sehari-hari pada keadaan
dimana gizi makanan sudah
cukup.
4.3. Iklan vitamin tidak boleh
memberi kesan bahwa pemeliharaan
kesehatan (umur panjang,
awet muda, kecantikan)
dapat tercapai hanya dengan
penggunaan vitamin.
4.4. Iklan vitamin tidak boleh
memberi informasi secara
langsung atau tidak langsung
bahwa penggunaan vitamin
dapat menimbulkan energi, kebugaran,
peningkatan nafsu
makan dan pertumbuhan,
mengatasi stres, ataupun peningkatan
kemampuan seks.
4.5. Iklan makanan boleh
mencantumkan adanya vitamin
dan mineral apabila pada
sejumlah makanan yang biasa
dikonsumsi satu hari terdapat
vitamin atau minaral tidak
kurang dari 1/6 dari jumlah
yang dianjurkan (AKG).
4.6. Iklan makanan boleh
mencantumkan mengandung
lebih dari satu vitamin atau
minaral apabila setiap vitamin
atau mineral tersebut terdapat
dalam proporsi yang sesuai
(AKG).
5. Makanan Pelengkap
(Food Suplement) dan
Mineral
Iklan hanya boleh untuk
pencegahan dan mengatasi
kekurangan makanan pelengkap
dan mineral, misalnya
sesudah operasi, sakit, wanita
hamil dan menyusui, serta
lanjut usia
6. Makanan Diet
6.1. Makanan Diet Rendah
Natrium dapat diiklankan
apabila kadar natrium tidak
lebih dari setengah kandungan
natrium yang terdapat pada
produk normal yang sejenis,
dan tidak lebih dari 120
mg/100g produk akhir.
6.2. Makanan Diet Sangat
Rendah Natrium dapat diiklankan
apabila kadar natrium
tidak lebih dari 40 mg/100g
produk akhir.
6.3. Makanan Kurang Kalori
dapat diiklankan apabila mengandung
tidak lebih dari
setengah jumlah kalori produk
normal sejenis yang sama.
6.4. Makanan Rendah Kalori
dapat diiklankan apabila
mengandung tidak lebih dari
15 kalori pada setiap porsi
rata-rata dan tidak lebih dari
Desain Grafis Komunikasi 55
Gambar 4.3:
Spot ”membantu mencegah” yang
dinformasikan pada produk susu
30 kalori pada jumlah yang
wajar dimakan setiap hari.
6.5. Makanan Diet Kurang
Laktosa dapat diiklankan
apabila diperoleh dengan cara
mengurangi jumlah laktosa
dengan membatasi penggunaan
bahan-bahan yang mengandung
laktosa.
6.6. Makanan Diet Kurang
Laktosa dapat diiklankan apabila
mengandung laktosa tidak
lebih dari 1/20 bagian dari
produk normal.
6.7. Makanan Diet Beas
Gluten dapat diiklankan apabila
diperoleh dari serelia yang
dihilangkan glutennya.
6.8. Iklan makanan dilarang
mencantumkan bahwa suatu
makanan dapat menyehatkan
dan dapat memulihkan kesehatan.
6.9. Iklan makanan boleh
mencantumkan “DAPAT MEMBANTU
MELANG-SINGKAN”,
jika nilai kalorinya 25% lebih
rendah dibandingkan dengan
makanan sejenisnya.
6.10. Iklan makanan tidak
boleh dinyatakan khusus untuk
penderita diabetes kecuali:
a. Tidak mengandung karbohidrat
b. Berat karbohidrat pada
komposisinya sangat kurang
dibandingkan dengan makanan
sejenisnya untuk penderita
diabetes.
6.11. Iklan makanan khusus
untuk penderita diabetes tidak
boleh dinyatakan tidak mengandung
gula bila makanan
tersebut mengandung karbohidrat.
7. Kata HALAL tidak boleh
diiklankan.
D. Pendalaman
Cari contoh iklan produk obat,
jamu, kosmetika, makanan,
dan minuman, lalu apakah
iklan produk tersebut telah
menerapkan aturan dalam
materi ini, seperti harus
menampilkan ”spot”.
Desain Grafis Komunikasi 56
Gambar 5.1: Hadirnya titik/spot secara
berulang-ulang dengan mempunyai
ketebalan, kekuatan, dan jarak yang sama
akan terasa seakan adan garis
A. Titik
Titik atau spot merupakan
yang menandai sebuah tempat.
Tidak memiliki panjang
dan lebar, tidak mengambil
daerah atau ruang, merupakan
pangkal dan ujung sepotong
garis, dan merupakan
perpotongan atau pertemuan
antara dua garis. Titik dalam
sendirinya belum berarti dan
baru mendapat arti setelah
tersusun penempatannya.
Titik dapat membentuk wujud
bila ditunjang dengan gerak,
sinar, dan warna. Titik yang
digerakkan bisa memberi
kesan adanya garis, tampilnya
sinar dalam titik memberikan
adanya kehidupan pancaran,
dan tampilnya titik-titik berwarna
ditempatkan saling berdekatan
yang memberi kesan
seolah-olah ada warna lain
atau memberi kesan adanya
warna baru.
B. Garis
Garis merupakan titik yang
bergerak akan membentuk
garis. Garis mempunyai panjang
tanpa lebar yang mempunyai
kedudukan dan arah.
Garis merupakan sisi atau
batas dari suatu benda, masa,
warna, bidang, maupun ruang.
Garis merupakan unsur penting
dalam desain yang
mempunyai arti dan melambangkan
sesuatu.
Kadang kita menjumpai garis
tidak mengungkapkan gagasan
sebagaimana yang kita
kehendaki. Hal ini dikarenakan
oleh masalah ilusi optik yang
tidak terkendali yang mempengaruhi
reka obyek, seperti:
􀁸 Garis horisontal lebih mudah
dipirsa dari pada garis
vertikal, begitu juga garis
diagonal ke arah kanan lebih
mudah dipirsa dari pada
garis diagonal kea rah kiri,
karena disebabkan arah
mata yang secara alamiah
bergerak mendatar selama
merekam garis yang terlihat
sepintas.
􀁸 Garis yang mengarah tunggal
dalam pirsa mata cenderung
memperpanjang arah
tersebut garis, karena disebabkan
oleh pandang rekam
mata.
V. UNSUR-UNSUR DESAIN GRAFIS KOMUNIKASI
Desain Grafis Komunikasi 57
Gambar 5.3: Kesan garis bisa dirasakan
karena perpaduan garis yang vertikal,
horisontal, atau diagonal
Gambar 5.2: Kesan garis bisa
dirasakan karena hadirnya posisi
garis yang ditampilkan
Gambar 5.4: Garis Geometrik
Gambar 5.5: Garis Kaligrafis
􀁸 Hadirnya kedekatan antar
garis membuat kesan tebal/
berat pada garis, hal ini
disebabkan oleh terpadunya
efek sinar getaran pandang
pada pada tiap garis.
a. Garis Linier (garis nyata)
Garis yang dihasilkan melalui
goresan tangan manusia, bisa
berwujud tapi tidak berbentuk.
􀂃 Garis Geometrik; yaitu garis
yang dibuat goresan tangan
manusia dengan menggunakan
alat bantu, seperti
penggaris, jangka, atau sejenisnya
yang menggambarkan
sifat tepat, jelas, dan
pasti.
􀂃 Garis kaligrafis; yaitu garis
yang dibuat goresan tangan
manusia tanpa menggunakan
alat bantu yang sifatnya
spontan, bebas, berkombinasi,
dan berkarakter mandiri
(mempribadi).
Desain Grafis Komunikasi 58
Gambar 5.6: Garis Struktural, tampilnya
warna pada bidang yang berbeda akan
menghasilkan suatu garis
Gambar 5.7: Kesan ada garis
diperoleh dari ujung pengulanagn
Gambar 5.8: Gerakan katak meloncat
seakan-akan ada garis pengikat
b. Garis Semu
Garis yang timbul dari kesan
yang kita tangkap. Garis yang
secara nyata sebenarnya dilihat
tidak ada, namun kehadirannya
atau keadaannya bisa
dirasakan dengan perasaan
hati.
􀂃 Garis Struktural; kesan garis
yang kita tangkap dari batasan
antara bentuk dengan
ruang, antara bidang dengan
bidang lain, atau pemisahan
antara warna.
􀂃 Garis Pengikat; kesan garis
yang kita tangkap antar alur
perpindahan suatu masa dari
unsur ke unsur lain. Garis ini
bisa kita ditangkap melalui
perasaan dalam hati yang
terjadi adanya pengulangan
atau pergerakan yang cepat
suatu obyek.
Garis dalam penerapannya di
dalam grafis komunikasi dapat
diartikan sesuai dengan gejala
yang ada atau terjadi adanya
suatu kejadian yang ada dalam
kehidupan disekeliling kita.
Tampilnya berbagai garis, misalnya
garis vertikal, horisontal,
diagonal, lengkung, zigzag,
dan lain-lain yang kesemuanya
membuahkan arti sesuai
kejadian kehidupan yang ada,
sebagai contoh beberapa garis
dibawah:
Desain Grafis Komunikasi 59
Gambar 5.9: Garis menandakan suatu kejadian dan kehidupan
m
Desain Grafis Komunikasi 60
Gambar 5.10: Pengulangan garis yang
mempunyai ketebalan tertentu akan
tampak sebuah bidang
Gambar 5.11: Garis yang mempunyai
lebar sehingga menghasilkan bidang
Gambar 5.12: Ruang potitif dan ruang
negatif terbentuk pada suatu lingkaran
C. Bidang
Bidang adalah suatu garis
yang mempunyai ukuran lebar
dan panjang yang mempunyai
permukaan. Garis bisa ditampilkan
secara berulang-ulang
yang memberi kesan adanya
kesan ketampakan suatu bidang,
baik bidang datar atau
miring.
Dalam grafis komunikasi bidang
sering ditampilkan untuk
mengisi ruang atau mengatur
bidang, apakah bidang negatis
maipun bidang positif. Bisa
juga bidang ditampilkan karena
adanga efek gerakan,
seperti gerakan mobil pada
contoh di bawah.
D. Ruang
Ruang tidak bisa dipisahkan
dengan kehidupan manusia
secara psikologis maupun dimensional.
Ruang dalam grafis
komunikasi dapat dirasakan
adanya kesan dua dimensi
atau tiga dimensi, melalui
tampilan penggabunga beberapa
garis dan hasil dari penggabungan
beberapa bidang
positif atau negatis.
Desain Grafis Komunikasi 61
Gambar 5.14: Garis yang mempunyai ketebalan
membuahkan bentuk, dan kesan ada bidang
Gambar 5.13: Kesan ruang yang
dihasilkan dengan pengulangan garis
Gambar 5.15: Garis akan berwujut
sebuah obyek bila diatur sesuai dengan
lengkuk obyek
Ruang dapat dirasakan adanya
lorong, memberi kesan
jarak jauh atau dekat, dalam
atau dangkat, tinggi atau
rendah, terbuka atau tertutup.
Dalam grafis komunikasi pengaturan
ruang sangat diperlukan,
apakah antara huruf
(tipografi), ilustrasi (gambar),
atau elemen yang lain dalam
suatu bentuk media
E. Bentuk
Bentuk merupakan garis yang
kedua ujunga saling bersentuhan
yang dilingkarkan
dalam suatu areal, atau terhubung
garis satu sama lain
yang memiliki makna. Bentuk
juga bisa berbentuk tiga
dimensi atau tiga dimensi.
Bentuk yang ke arah dua
dimensi mempunyai raut
(shape), mempunyai arah, posisi,
ukuran dalam bidang,
adapun bentuk yang mengarah
ke tiga dimensi adalah
bidang yang mempunyai ukuran
lebar, panjang, dan tingi
atau kedalaman, misalnya lingkaran,
bujur sangkar, segi tiga,
kubus, maupun bentuk dari
makluk hidup. Bentuk bisa
juga ditampilkan melalui garis
secara pengulangan yang
mempunyai gaya yang hampir
sama namun mempunyai
karakter sama untuk mempertahankan
bentuk yang ditampilkan
agar lebih jelas dan
indah.
Desain Grafis Komunikasi 62
Gambar 5.17: Tekstur akan kelihatan
mempunyai rasa, bila diatur besarkecilnya
tekstur
Gambar 5.18: Tekstur akan kelihatan
sempurna bila bisa mengatur padat
dan longgarnya titik
Gambar 5.16: Bidang yang mempunyai
kekuatan/warna akan berubah menjadi bentuk
F. Tekstur
Tekstur merupakan permukaan
suatu barang/benda. Keindahan
suatu barang/benda
tidak hanya ditentukan oleh
keindahan bentuk atau warna
saja, tetapi juga tekstur.
Tekstur bila dilihat dari
kharakter dan dari hasil pembuatannya
bisa dikelompokkan
menjadi empat jenis, yaitu:
1)Tekstur alam, merupakan
tekstur yang ada pada
benda-benda di alam sekitar
kita.
2)Tekstur masinal, yaitu tekstur
yang dihasilkan melalui
mesin, seperti kain, kertas
gosok dan lain-lain.
3)Tekstur komputer, yaitu tekstur
yang dihasilkan melaui
fasilitas teknologi komputer.
4)Tekstur buatan, merupakan
tektur yang dihasilkan melalui
goresan tangan manusia.
Tekstur bisa dibuat dengan
berbagai cara maupun teknik,
seperti pengolahan
Desain Grafis Komunikasi 63
Gambar 5.19: Lingkaran warna
untuk memudahkan pemilihan
bidang dengan menggunakan
elemen huruf (tipografi)
se-bagai perwakilan tekstur
yang ditata rapi ke arah
garis. Pengaturan suatu bidang,
pemusatan perhatian,
komposisi, maupun efek
tekstur akan menhasilkan
karya yang optimal.
G. Warna
Warna adalah salah satu dari
yang menghasilkan daya tarik
visual, dan kenyataannya
warna lebih mempunyai daya
tarik pada emosi daripada
akal. Daya tarik warna yang
ditimbulkan oleh sutu mutu
cahaya yang dipantulkan oleh
suatu obyek ke mata. Warna
merupakan unsur seni dan
desain yang pertama kali
orang tertarik, karena indera
kita lebih cepat dan mudah
melihatnya.
Berdasarkan teori pengelompokkan
warna dapat dikelompokkan
ke warna dingin dan
warna panas.
1. Warna dingin atau komposisi
warna yang sejuk, dan
kalem. Warna dingin mengarah
ke warna hijau dan biru,
yang memberi kesan tenggelam,
berat, gelap, sempit, dan
padat.
2. Warna panas atau komposisi
warna yang menyolok
mata dan memiliki kesan
keras. Jenis warna ini sering
digunakan untuk tanda lalulintas
sebagai tanda peringatan
bahaya. Kesan lain
terhadap warna ini adalah
memberi kesan timbul, luas,
bangkit, dan ceria.
Dalam warna pigmen, kita
mengenal dua kelompok warna,
yaitu warna primer, warna
sekunder dan warna tertiair.
Warna primer adalah warna
pokok, yaitu jenis warna merah,
kuning, dan biru. Warna
sekunder merupakan pencampuran
warna primer, antara
lain warna jingga (pencampuran
warna merah dengan
warna kuning), warna hijau
(pencampuran warna biru
dengan warna kuning), warna
ungu (pencampuran warna
merah dengan warna biru).
Warna tertiair merupakan hasil
pencampuran warna primer
dengan sekunder.
Desain Grafis Komunikasi 64
Gambar 5.20: Warna primer, sekunder, tersier, dan warna monokhromatik
Bila memperhatikan skema
warna di atas dapat dikelompokkan
menjadi dua skema
warna, yaitu Analoggus
dan Komplementer. Kelompok
warna Analogus merupakan
kelompok warna yang berdampingan
dalam lingkaran
warna, misalnya warna kuning
ke arah hijau yang didampingi
warna kuning kehijau-hijauan.
Bila dalam penciptaan desain
grafis menggunakan kelompok
warna ini akan memberi kesan
harmoni, selaras, karena dalam
susunan atau tatanan
warna lebih mudah.
Adapun kelompok warna Komplementer
merupakan kelompok
warna yang bertentangan
yang memberi kesan kontras.
Dalam lingkaran warna tempatnya
saling berhadapan,
misalnya warna merah dengan
warna hijau, warna jingga
dengan warna biru, dan sebagainya.
Dalam grafis komunikasi
warna ini digunakan untuk
menonjolkan salah satu obyek
yang diutamakan.
1. Susunan Warna Selaras
Warna selaras merupakan pengaturan
penggunaan warna
yang hampir sama atau banyak
warna yang sama/senada
(monokhromatik) pada
suatu bidang. Kesan yang
terasa tampak tenang, lembut,
halus, dan harmonis karena
pengaturan warna yang
hampir sama yang diatur
berdekatan.
Desain Grafis Komunikasi 65
Gambar 5.21: Warna monokhromatik bisa
dipadukan dengan mempertimbangkan
kekuatan warna
Gambar 5.22: Warna monokhromatik bisa dipadukan dengan mempertimbangkan kekuatan warna
Pengaturan sangat ritmis yang
sangat berdekatan tanpa terasa
mata terarah pada suatu
gerakan urutan warna dari tua
kemuda atau sebaliknya. Kerapian
dan keseriusan kerapian
sangat diperhatikan yang
memberikan kesan mahal.
Agar tidak membosankan, perpaduan
warna ini sering dipadukan
warna yang cerah
sebagai aksen yang memberikan
kesan hidup.
Dalam penerapan karya grafis
komunikasi sering diarahkan
ke faktor spikologis perempuan
yang lembut, halus, kalem,
teratur, dan bijaksana,
atau bayi yang penuh kelembutan.
Jenis warna ini sering
dipergunakan kemasan kosmetik
yang penuh kelembutan
dan romantis.
2. Susunan Warna kontras
Warna kontras merupakan
warna yang saling berhadapan
pada lingkaran warna.
Bila jenis warna ini ditampilkan
terasa sangat keras dan membosankan,
karena mempunyai
kekuatan penglihatan yang
tajam.
Untuk menghindari kekerasan,
kebosanan, dan kekontrasan
ini diperlukan ukuran pengaturan
bidang, yaitu bila bidang
lebar ditampilkan warna dingin
yang dipadukan bidang kecil
warna panas.
Desain Grafis Komunikasi 66
Gambar 5. 24:
Warna kontras bisa dipadukan
asal mengetahui kekuatan
warna yang ditampilkan
Gambar 5. 23: Perpaduan warna kontras pada
sebuah cover buku berbasis local genius
Bidang besar warna gelap
dipadukan bidang kecil warna
terang, atau pada bidang
besar warna sejuk yang
dipadu dengan bidang kecil
warna hangat akan menghasilkan
karya grafis komunikasi
yang indah
Kelompok warna jenis ini
dalam penerapan pada karya
grafis komunikasi sering dipergunakan
media komunikasi
luar yang dibuat kontras agar
cepat mudah terlihat dan
terbaca. Begitu media komunikasi
yang ditujukan pada
anak-anak yang masih belajar
tentang warna, dan remaja
yang mempunyai sifat keras,
energik, ceria, dan ingin
diperhatikan.
H. Pendalaman
Jelaskan pengertian tentang,
titik, garis, bidang, ruang, dan
bentuk, sertakan gambarnya.
Desain Grafis Komunikasi 67
Gambar 6.1: harmoni bisa dicapai
dengan cara menampilkan unsur
atau bentuk yang hampir sama
Antar desainer grafis dalam
menata atau menyusun karya
desain mempunyai gaya dan
kharakter sendiri-sendiri, sehingga
mempunyai bobot nilai
estetik yang berbeda pula.
Karya grafis yang berkualitas
selalu memperhatikan ekspresi
citra yang benar dengan
mempertimbangkan prinsipprinsip
desain. Beberapa karya
grafis komunikasi yang dihasilkan
para desainer grafis
akan berhasil dengan baik
harus memperhatikan pula
prinsip-prinsip desain, seperti
keselarasan, kesebandingan,
ritme, keseimbangan, dan
emphasis.
A. Keselarasan (Harmoni)
Keserasian merupakan prinsip
desain yang diartikan sebagai
keteraturan tatanan diantara
bagian suatu karya. Keserasian
merupakan suatu pola
untuk memenuhi kaidahkaidah
estetik serta mengutamakan
aspek keselarasan
dan kepantasan. Harmoni dalam
desain, merupakan pembentukan
unsur-unsur keseimbangan,
keteraturan, kesatuan,
dan perpaduan yang
masing-masing saling mengisi
dan menimbang. Harmoni
gunanya bertindak sebagai
faktor pengaman untuk mencapai
keserasian seluruh
rancangan penyajian.
Harmoni akan kelihatan meskipun
komposisinya memuat
dua kelompok yang seimbang
terdiri dari beberapa unsur
yang berbeda. Tercapainya
keharmonisan tersebut dikarenakan
pada unsur-unsur yang
ditampilkan terdapat hubungan
dalam ukuran dan irama.
Keselarasan akan mudah terbentuk
dan dapat dicapai bila
menghadirkan banyak kesamaan
atau kemiripan. Namun
dalam grafis komunikasi bila
terlalu banyak dihadirkan
obyek yang sama seringkali
membuahkan suatu kebosanan.
Bila audien (masyarakat)
tidak tertarik pada desain
yang ditampilkan, maka informasi
yang disampaikan tidak
akan sampai.
VI. PRINSIP-PRINSIP DESAIN GRAFIS KOMUNIKASI
Desain Grafis Komunikasi 68
Gambar 6.2: Bentuk atau unsur yang di atur dengan
mengiulang sedikit kemiripan akan memberi kesan adanta
gerakan (animasi)
Agar desain lebih menarik
maka perlu adanya suatu
pengaturan kehadiranya bentuk
yang sedikit perubahan
atau kemiripan. Kemiripan bisa
diperoleh dengan cara merubah
ukuran, mengatur posisi,
mengatur bidang, menambah
atau mengurangi elemen yang
ada, menampilkan warna yang
beda segi kualitasnya, dan
menambah atau mengurangi
kesan berat obyek (bentuk)
yang ditampilkan.
Hadirnya bentuk (obyek) dengan
adanya perubahan kemiripan
suatu akan lebih bervariasi
dan tidak monoton, sehingga
menimbulkan kesan
menarik untuk dilihat dan
dinikmati dalam suatu tatanan
yang harmonis. Adanya pengulangan
bentuk yang sedikit
berubah dan berkembang tetap
memperhatikan keselarasan
dengan memadukan arah,
gerak, dan gaya sehingga terwujud
karya yang mempunyai
estetik tinggi.
Desain Grafis Komunikasi 69
Gambar 6.3: Obyek yang diatur dengan
proporsi berbeda akan menghasilkan
karya yang menakjubkan
Gambar 6.4: Garis yang tampak secara rismis di
padang pasir merupakan karya alami
B. Kesebandingan
(Proporsi)
Proporsi merupakan hubungan
perbandingan antara bagian
dengan bagian lain atau
dengan elemen keseluruhan.
Kesebandingan dapat dijangkau
dengan menunjukkan hubungan
antara:
1. Suatu elemen dengan elemen
yang lain,
2. Elemen bidang/ ruang dengan
dimensi ruang idang/
ruangnya,
3. Dimensi bidang/ruang itu
sendiri.
Dalam grafis komunikasi, semua
unsur berperan menentukan
proporsi, seperti hadirnya
warna cerah yang
diletakkan pada bidang/ruang
sempit atau kecil.
C. Irama (Ritme)
Ritme berwujud abstrak dan
hanya dapat dirasakan. Ritme
terjadi adanya pengulangan
pada bidang/ruang yang menyebabkan
perasaan kita terjagi
adanya perakan, getaran,
atau perpindahan dari unsur
satu ke unsur laian. Irama
terjadi karena adanya gerak
dan pengulangan yang mengajak
mata melihat untuk
mengikuti arah gerakan yang
terjadi pada sebuah karya.
Pengulangan muncul disebabkan
oleh hadirnya unsur
secara berulangulang yang
ditata secara teratur.
Suatu karya Grafis komunikasi
akan terlihat berhasil dan
terbentuk, maka penciptaan
irama harus serasi antar unsur
desain, seperti bentuk, ruang,
bidang, garis, warna.
Desain Grafis Komunikasi 70
Gambar 6.5: Karya tidak membosakan bila besar-kecil
volume sangat diperhatikan
Gambar 6.6: Obyek yang menarik tidak harus
besar, obyek kecilpun bisa menarik perhatian
karena adanya irama pengulangan
Irama perlu dirasakan dalam
penyajian produk grafis komunikasi
untuk mencapai
suatu bentuk tunggal. Irama
dalam produk grafis komunikasi
dapat kita rasakan
dengan cara:
1. Kesamaan pengulangan
penempatan dalam ukuran
bidang/ruang,
2. Pengluangan bentuk atau
ukuran dalam elemen penataan,
3. Pengulangan warna.
Garis yang ditampilkan pada
benda secara alami merupakan
karya besar ciptaan
Yang Maha Kuasa merupakan
salah satu contoh karya yang
tak tertandinggi estetikanya.
Hadirnya garis yang tertata
rapi penuh nuansa nafas
irama yang sangat terasa
ritmisnya membuahkan karya
besar yang sulit ditiru oleh
manusia.
D. Keseimbangan (Balance)
Rasa yang diwakili dari diri
pribadi manusia untuk merasakan
keseimbangan dalam
suatu bidang. Kekuatan diri
pribadi manusia dalam merasakan
keseimbangan karya
desain dapat ditentukan oleh
pengalaman pribadi dalam
kehidupan seharihari.
Manusia dalam kehidupannya
selalu memperhatikan adanya
keseimbangan, mulai dari
bangun tidur yang selalau
menata tempat tidunya.
Desain Grafis Komunikasi 71
Gambar 6.7: Keseimbangan formal, tanpa keseimbangan,
dan keseimbangan informal
Gambar 6.8: Keseimbangan akan
tercapai dengan maksimal bila
memperhatikan ruang dan bidang
Mengenakan busana antara
paduan pakaian atas dengan
pakaian bawah, dan semua
aktifitas kehidupan. Bila yang
dijalankannya kurang / tidak
seimbang mengakibatkan penampilan
kurang memuaskan
bagi yang melihatnya, atau
kurang percaya diri atau tidak
tenang pikirannya.
Untuk mencapai kepuasan,
secara fakta manusia membutuhkan
dan menikmati komposisi
yang seimbang. Bila
manusia merasa kurang
adanya keseimbangan tentu
akan merasakan adanya kejanggalan
atau menolak kehadiran
elemen yang dilihatnya.
Seperti lukisan yang terpajang
miring di dinding ruang tamu
tentu sangat mengganggu
pikiran dan emosi kita untuk
menata yang seimbang antara
kanan-kiri dan atas-bawah.
Grafis komunikasi sebagai media
komunikasi yang bertujuan
untuk mentransfer informasi
secara jelas dan estetika diperlukan
rasa keseimbangan.
Tujuan utama sebuah karya
grafis komunikasi ada-lah
menarik untuk dilihatnya.
Bentuk keseimbangan yang
sederhana adalah keseimbangan
simetris yang terkesan
tidak resmi atau formal, sedangkan
keseimbangan asimetris
terkesan informal dan
lebih dinamis
Keseimbangan dipengaruhi
berbagai faktor, antara lain
faktor tempat posisi suatu
elemen, perpaduan antar elemen,
besar kecilnya elemen,
dan kehadiran lemen pada
luasnya bidang.
Desain Grafis Komunikasi 72
Gambar 6.9: Keseimbangan formal
yang diilhami(ide) kepiting
Gambar 6.10: Hasil karya desain yang mengarah
keseimbangan formal
Gambar 6.11: Keseimbangan informal yang
dihadirkan tanpa terasa mata tertuju pada ujung anak
panah yang seakan mempunyai kekuatan berat
Menurut Rudolph Arnheim, bila
suatu obyek dihadirkan akan
melibatkan penempatan elemen
secara keseluruhan. Setiap
elemen yang diletakkan
pada suatu bidang, akan
memberikan pengaruh terhadap
bidang tersebut, sebaliknya
bidang tersebut akan
memberikan pengaruh terhadap
elemen tersebut.
Keseimbangan akan terjadi
bila elemen-elemen ditempatkan
dan disusun dengan rasa
serasi atau sepadan. Dengan
kata lain bila bobot elemenelemen
itu setelah disusun
memberi kesan mantap dan
tepat pada tempatnya.
1. Keseimbangan formal
Keseimbangan dicapai dengan
meletakkan unsur yang
mempunyai bobot visual yang
sama atau hampir sama pada
jarak titik pusat imajener.
Keseimbangan formal ini
memberi kesan tenang, megah,
statis, dan resmi. Contoh
yang paling sederhana adalah
menyusun benda yang sama
dengan jarak yang sama pula,
maka terbentuklah keseimbangan
simetris.
2. Keseimbangan informal
Pencapaian susunan unsurunsur
yang tidak sama bobot
visualnya disekitar suatu titik
pusat. Keseimbangan informal
ini memberi kesan berat/ ringan
tergantung pada ukuran,
warna, dan tektur pada unsur
yang ditampilkan.
Desain Grafis Komunikasi 73
Gambar 6.12: Hasil karya desain pada sebuah film yang mengarah keseimbangan informal
Gambar 6.13:
Tampilnya bentuk atau warna yang beda
akan menarik pandangan mata pertama
kali pada sebuah karya membangkitkan
sebuah pengalaman penghayat
Apabila garis, warna, atau
obyek punya kekuatan berbeda
yang ditata tidak mengikuti
aturan simetris, maka
susunan tersebut dikatakan
asimetri.
E. Penekanan (Emphasis)
Dalam setiap bentuk komunikasi
ada beberapa bahan
atau gagasan yang lebih perlu
ditampilkan dari pada yang
lain. Tujuan utama dalam
pemberian emphasis adalah
untuk mengarahkan pandangan
pembaca pada suatu yang
ditonjolkan. Emphasis dapat
dicapai misalnya mengganti
ukuran, bentuk, irama dan
arah dengan memberi kasat
mata.
Dalam penciptaan desain tidak
seharusnya elemen yang ada
ditonjolkan semuanya yang
akan kelihatan ramai dan
informasi atau apa yang
dikomunikasikan akan menjadi
tidak jelas. Tampilnya emphasis
merupakan strategi komunikasi
suaru karya desain
grafis komunikasi.
Seperti dalam sebuah film
dimunculkan pemeran utama,
pe-meran pembantu, maupun
pemeran pendamping. Begitu
juga seseorang akan tertarik
lawan jenis pertama kali pada
wajahnya, bodinya, gaya bicaranya,
dan lain-lain.
Desain Grafis Komunikasi 74
Gambar 6.14 (kanan): Kejanggalan dalam
suatu karya yang ditampilkan dengan
sengaja akan menarik perhatian karena
Gambar 6.15: Tampilnya bentuk atau obyek yang menarik, membangkitan
pandangan mata pertama kali pada sebuah karya
Gambar 6.16:
Warna yang beda dalam suatu
karya grafis komunikasi dapat
membangkitkan gairah untuk mengajak
mata memandang pertama kali
Dalam grafis komunikasi, untuk
mencapai Emphasis diperlukan
adanya penonjolan/-
kelainan elemen yang ada,
seperti warna, bentuk, pengaturan
bidang, dan sebagainya
yang dianggap bisa
mewakili dari keseluruhan
informasi yang disampaikan.
F. Pendalaman
Carilah karya desain grafis
komunikasi, lalu amati. Apakah
kerya tersebut sudah
ada keselarasan, kesemban
dingan, irama, keseimbangan,
dan penekanan

Desain Grafis Komunikasi lvii
Agustrijanto. 2001.
Copywriting: seni mengasah
kreativitas dan memahami
bahasa iklan. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Alwi, Audy Mirza. 2004. Foto
jurnalistik: Metode memotret
dan mengirim foto ke media
massa. Jakarta: Bumi Aksara.
Batey, Ian. 2003. Asian
branding: a great way to fly.
Jakarta: Buana Ilmu Populer
Berryman, Gregg. 1980. Notes
on graphic design and visual
communication. California:
William Kaufmann.
Bonneff, Marcel. 1998. Komik
Indonesia. Jakarta:
Kepustakaan Populer
gramedia.
Budiman, Kris. 1999. Kosa
semiotika. Yogyakarta: LkiS.
Budiman, Kris. 2005.
Ikonisitas: semiotika sastra
dan seni visual. Yogyakarta:
BukuBaik.
Bungin, Burhan. 2001. Imaji
media massa: konstruksi dan
makna realitas social iklan
televisi dalam masyarakat
kapitalistik. Yogyakarta:
Jendela.
Cangara, Hafied. 1998.
Lintasan sejarah ilmu
komunikasi. Surabaya: Usaha
Nasional.
Carter, David E. 2001. The big
book of 5,000 fonts (and
where to get them). New York:
Harper Collins.
Danger, E.P. 1992. Memilih
warna kemasan: pedoman
aplikasi. Jakarta: Pustaka
Binaman Pressindo.
Darmaprawira, Sulasmi. 2002.
Warna: teori dan kreativitas
penggunaannya. Bandung:
Penerbit ITB.
Djelantik, A.A.M. 1999.
Estetika: sebuah pengantar.
Bandung: Masyarakat Seni
Pertunjukan Indonesia.
Durianto, Darmadi (dkk). 2003.
Invasi pasar dengan iklan
yang efektif: Strategi, program
dan teknik pengukuran.
Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama
Effendi. Dadan. 1989. Buku
pegangan praktis fotografi.
Surabaya: Usaha Nasional
Eisner, Will. 1985. Comics &
sequential art. Florida:
Poorhouse Press.
Fishel, Catharine. 2003.
Logolounge: 2,000
international identities by
leading designers.
Massachusetts:
RockportPublishers.
Freeman, Michael. 1991. The
photographer’s studio manual.
New York: Harper Collins.
DAFTAR PUSTAKA
Desain Grafis Komunikasi lviii
Giwanda, Griand. 2002.
Panduan praktis teknik studio
foto. Jakarta: Puspa Swara.
Gollwitzer, Gerhard. 1986.
Menggambar: bagi
pengembangan bakat.
Bandung: Penerbit ITB.
Gray, Bill. 1976. Petunjuk
praktis studio gambar: untuk
seniman dan desainer grafik.
Bandung: angkasa.
Gray, Nicolete. 1986. A history
of lettering. Oxford: Phaidon
Press.
Gunadi, YS. Himpunan istilah
komunikasi. Jakarta: Graznido
Hahn, Fred E. And Kenneth G.
Mangun. 1999. Do it your self
advertising & promotion =
beriklan dan berpromosi
sendiri. Jakarta: Grasindo.
Hakim, Budiman. 2005.
Lanturan tapi relevan.
Yogyakarta: Galangpress.
Hamm, Jack. Drawing: the
head and figure. New York:
Grosset & Dunlap.
Hardiman, Ima. 2006. 400
istilah Public relations: media
dan periklanan. Jakarta:
Gagas Ulung.
Henn, John. 1996. Introduction
to painting and drawing.
London: Grange Books.
Heskett, John. 1980. desain
industri. Jakarta: Rajawali.
Junaedhie, Kurniawan. 1991.
Ensiklopedi pers Indonesia.
Yakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Kartika, Dharsono Sony. 2004.
Pengantar estetika. Bandung:
Rekayasa Sains.
Kusmiati, Artini R. 1999. Teori
dasar desain komunikasi
visual. Jakarta: Djambatan
Kuwayama, Yasaburo. 1992.
Trademarks & symbols of the
world, vol.4. Tokyo:
Kashiwasobo publishing.
Kuwayama, Yasaburo. Trade
mark and symbols, vol.2. Van
Nostrand Reinhold.
Lee, Monle and Carla
Johnson. 2004. Prinsip-prinsip
pokok periklanan dalam
perspektif global. Jakarta:
Prenada.
Lee, Monle and Carla
Johnson. 2007. Prinsip-prinsip
pokok periklanan dalam
perspektif global. Jakarta:
Kencana
Lewis, Richard W. 1996.
Absolut book: the absolute
vodka advertising story.
Boston: Journey Editions.
Lubis, Hary. Gambar teknik.
Diktat untuk mata kuliah DS.
215 gambar teknik di jurusan
Desain pada fakultas Seni
Rupa dan Desain ITB 1995.
Bandung: FSRD-ITB.
Madjadikara, Agus S. 2004.
Bagaimana biro iklan
memproduksi iklan: bimbingan
praktis penulisan naskah iklan
Desain Grafis Komunikasi lix
(copywriting). Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Mauro PR. 1979. Teknik
menggambar arsitektur.
Bandung
McCloud, Scott. 2001.
Understanding comics.
Jakarta: Kepustakaan Populer
Gramedia.
Miller, Anistatia. 2000. Global
graphics: symbols. Designing
with symbols for an
international market.
Massacchusetts: Rockport
Publishers.
Mofit. 2004. Cara mudah
menggambar. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Montague, John. 2001. Dasardasar
gambar perspektif:
sebuah pendekatan visual.
Jakarta: Erlangga.
Morissan. 2007. Periklanan
dan komunikasi pemasaran
terpadu. Jakarta: Ramdina
Prakarsa.
Mulherin, Jenny. 1987.
Presentation techniques: how
to sell your ideas effectively.
London: Quarto Publishing.
Mulyanta, Edi S. 2007. Teknik
modern fotografi digital.
Yogyakarta: Andi
Murphy, John and Michael
Rowe. 1988. How to design
trademarks and logos. Ohio:
North Ligth book.
Nababan, Wilson. 1999.
Wiraswasta cuci cetak foto
hitam putih. Jakarta: Puspa
Swara.
Noviani, Ratna. 2002. Jalan
tengah memahami iklan:
antara realitas, representasi
dan simulasi. Yogyakarta:
pustaka relajar.
Nugroho, R.Amin. 2006.
Kamus fotografi. Yogyakarta:
Andi.
Nuradi (dkk). 1996. Kamus
istilah periklanan Indonesia.
Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Panuju, Redi. 1995.
Komunikasi bisnis: bisnis
sebagai proses komunikasi,
Komunikasi sebagai kegiatan
bisnis. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama
Persatuan Perusahaan
Periklanan Indonesia. 2005.
Reka reklame: sejarah
periklanan Indonesia 1744-
1984. Yogyakarta: Galang
press.
Pujiyanto (dkk). 2000.
Perkembangan studi
menggambar ilustrasi ditinjau
dari ukuran proporsi tubuh
manusia bagi mahasiswa
program Deskomvis angkatan
1999.
Pujiyanto. 1997. Etika
rancangan periklanan dalam
pangsa pasar. Malang: Proyek
IKIP Malang.
Pujiyanto. 1999. Teori
Periklanan. Malang: Proyek
IKIP Malang.
Desain Grafis Komunikasi lx
Putra R. Masri Sareb. 2007.
Media cetak: bagaimana
merancang dan memroduksi.
Yogyakarta: Graha ilmu.
Quon, Mike. 1995. Corporate
graphics. New York: PBC
International
Riyanto, Bedjo. Iklan surat
kabar: dan perubahan
masyarakat di Jawa masa
Colonial (1870-1915).
Yogyakarta: Tarawang.
Roberts, Lucienne. 2006.
Good: an introduction to ethics
in graphic design. Switzerland:
AVA Publishing.
Rohani, Ahmad. 1997. Media:
instruksional edukatif. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sachari, Agus (editor).1987.
Antara seni, desain, teknologi:
konflik dan harmoni. Bandung:
Nova
Sachari. 1989. Estetika
terapan: spirit-spirit yang
menikam desain. Bandung:
Nova
Sachari, Agus. 2002. Estetika.
Bandung: Penerbit ITB
Santosa, Sigit. 2002.
Advertising guide book.
Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Sanyoto, Sadjiman Ebdi. 2005.
Dasar-dasar tatarupa & desain
(nirmana). Yogyakarta: Arti
Bumi Intaran
Sanyoto, Sadjiman Ebdi. 2006.
Metode perancangan
komunikasi visual periklanan:
metode perancangan dengan
sistem modul praktis, belajar
sendiri tanpa pembimbing.
Yogyakarta: Dimensi Press.
Scheder, Georg. 1977. Perihal
cetak mencetak. Yogyakarta:
Kanisius
Setiawan, M. Nashir. 2002.
Menakar Panji koming: tafsiran
komik karya Dwi Koendoro
pada masa reformasi tahun
1998. Jakarta: Penerbit buku
Kompas.
Setiyono, Budi. 2004. Cakap
kecap (1972-2003). Jakarta:
Persatuan Perusahaan
Periklanan Indonesia.
Shimp, Terence A. 2000.
Periklanan promosi: aspek
tambahan komunikasi
pemasaran terpadu. Jakarta:
Erlangga.
Sihombing, Danton. 2001.
Tipografi: dalam desain grafis.
Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama
Simon, Howard. 1996. Teknik
menggambar. Semarang:
Effhar
Soekojo, Makarios. 2007.
Dasar fotografi digital. Jakarta:
Prima Infosarana Media.
Sonneman, Milly R. 2002.
Mahir berbahasa visual:
mengungkapkan gagasan
Desain Grafis Komunikasi lxi
lebih cepat daripada kata.
Bandung: Kaifa
Sudiana, Dendi.1989.
Komunikasi periklanan cetak.
Bandung: Remadja Karya
Suhandang, Kustadi. 2005.
Periklanan: manajemen, kiat
dan strategi. Bandung:
Nuansa.
Sulistyo, Edy Tri. 2005. Kaji
dini pendidikan seni.
Surakarta: LPP UNS.
Surayin. 1975. Photografi.
Surabaya: Karya Anda
Sutherland, Max and Alice K.
Sylvester. 2005. Advertising
and the mind of the consumer:
bagaimana mendapatkan
untung berlipat lewat iklanyang
tepat. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Sutrisno, Mudji. 1999. Kisi-kisi
estetika. Yogyakarta: Kanisius.
Suyanto, M. 2004. Aplikasi
desain grafis untuk periklanan:
dilengkapi sample iklan terbaik
kelas dunia. Yogyakarta: Andi
Suyanto, M. 2006. Strategi
perancangan iklan outdoor
kelas dunia: dilengkapi lebih
dari 200 sampel iklan outdoor
kelas dunia. Yogyakarta: Andi.
Swann, Alan. 1987. Basic
design and layout. Oxford:
Phaidon.
Tjiptono, Fandy. 2005. Brand
management & strategy.
Yogyakarta: Andi.
Trisnanto, Adhy. 2007. Cerdas
beriklan. Ide hangat, biaya
hemat, iklan tepat, bisnis
dasyat. Yogyakarta:
Galangpress
Wheeler, Alina. 2003.
Designing brand identity: a
complete guide to creating,
building, and maintaining
strong brands. New Jersey:
John Willey & Sons.
Widowati, Heningtyas (editor).
2007. Irama visual: dari
toekang reklame sampai
komunikator visual.
Yogyakarta: Jalasutra.
Widyatama, Rendra. 2007.
Pengantar periklanan.
Yogyakarta: Pustaka Book
Publisher.
--1996. Tata Krama dan Tata
Cara Periklanan Indonesia
yang Disempurnakan. Jakarta:
Komisi Periklanan Indonesia
-- 2006. Petasan Grafis
(Katalog). Jakarta: ADGI

0 komentar: